PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARFIMA) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARFIMA) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)"

Transkripsi

1 PENERAPAN MODEL AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARFIMA) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Oleh LIANA KUSUMA NINGRUM M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Box, et. al. (1994), time series merupakan serangkaian data pengamatan berdasarkan urutan waktu. Observasi yang diamati merupakan barisan bernilai diskrit yang diperoleh pada interval waktu yang sama. Metode pemodelan time series yang telah dikembangkan adalah Exponential Smoothing, Autoregressive (AR), Moving Average (MA), Autoregressive Moving Average (ARMA), dan Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA). Metode yang paling umum digunakan adalah ARIMA. ARIMA sangat efektif digunakan untuk memodelkan data yang tidak stasioner, yang ditunjukkan oleh plot ACF yang turun secara eksponensial atau membentuk gelombang sinus. Ada beberapa data yang tidak stasioner dan plot ACF-nya tidak turun secara eksponensial melainkan secara lambat atau hiperbolik. Data seperti inilah yang dikategorikan sebagai time series memori jangka panjang (long memory). Untuk memodelkan time series jangka panjang, Hosking (1981) telah memperkenalkan model Autoregressive Fractionally Integreted Moving Average (ARFIMA) yang dapat mengatasi kelemahan model ARIMA. ARIMA hanya dapat menjelaskan time series jangka pendek (short memory), sedangkan ARFIMA dapat menjelaskan baik jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis time series jangka panjang telah banyak diterapkan di berbagai bidang ilmu. Dalam bidang ekonomi, Doornik dan Ooms (1999) melakukan penelitian terhadap indeks harga konsumen di Amerika Serikat dan Inggris menggunakan ARFIMA dengan estimasi parameter metode Exact Maximum Likelihood (EML). Menurut Ishida dan Watanabe (2008), Watanabe dan Yamaguchi melakukan perbandingan beberapa metode pemodelan dan peramalan terhadap Indeks Bursa Nikkei Jepang dengan menggunakan model ARFIMA, AR, Generalized Autoregressive Conditional Heterokedasticity (GARCH), dan Heterogen Interval Autoregressive (HAR). Hasil penelitian tersebut menyatakan

3 bahwa model ARFIMA merupakan model yang paling akurat untuk pemodelan dan peramalan Indeks Bursa Nikkei Jepang. Dalam penelitian ini dilakukan pemodelan data suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan menggunakan pendekatan time series memori jangka panjang ARFIMA. Selanjutnya dari pemodelan ini dapat dilakukan peramalan dengan menggunakan model tersebut. Peneliti memilih data suku bunga SBI karena tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kegiatan investasi, dan datanya mengandung memori jangka panjang, yang ditunjukkan oleh plot ACF yang turun secara lambat. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang akan dikemukakan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana pemodelan ARFIMA pada data suku bunga SBI. 2. Bagaimana hasil peramalan model ARFIMA pada data suku bunga SBI untuk 4 periode ke depan. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah yaitu estimasi parameter model ARFIMA menggunakan metode Exact Maximum Likelihood (EML), dan peramalan suku bunga SBI dilakukan dari periode 430 sampai dengan periode 433, yaitu dari tanggal 19 Agustus 2009 sampai dengan 9 September Tujuan Penulisan Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Dapat menentukan model ARFIMA untuk data suku bunga SBI. 2. Meramalkan suku bunga SBI untuk 4 periode ke depan dengan menggunakan model ARFIMA.

4 1.5 Manfaat Penulisan Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah model peramalan data dapat diketahui, sehingga dapat digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam melakukan investasi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Time Series Time Series merupakan pengamatan terurut waktu atau barisan yang tergantung pada waktu dari observasi suatu variabel yang diamati. Pemodelan time series memerlukan asumsi bahwa data dalam keadaan stasioner. Time series dikatakan stasioner jika tidak ada perubahan dalam mean dan perubahan variansi. Misal {Y } merupakan suatu variabel random. Menurut Wei (1990), {Y } dikatakan strictly stasioner jika 1. μ = E{Y } = μ (mean konstan) 2. Jika E(Z ) <, maka σ = {Y μ} = σ (variansi konstan) 3. {Z, Z } = E{[Z μ][z μ]} = γ untuk setiap t dan k bilangan bulat. Dalam pemodelan time series sering ditemukan kondisi dengan mean tidak stasioner, sehingga diperlukan suatu cara untuk menstasionerkan data yaitu dengan cara pembedaan atau biasa ditulis (1 L). Pembedaan ini dilakukan agar dapat mengatasi korelasi antara Y dengany, dengan k yang cukup besar. Pada memori jangka pendek, pembedaan dilakukan dengan d bernilai bilangan bulat, sedangkan pada memori jangka panjang, pembedaan dilakukan dengan d bernilai bilangan riil. Dalam pemodelan time series juga sering ditemukan kondisi dengan variansi tidak stasioner atau tidak konstan. Untuk menstasionerkan data dalam

5 variansi dapat dilakukan dengan transformasi data sehingga didapatkan data yang stasioner dalam variansi. Salah satu transformasi yang biasa digunakan adalah transformasi Box-Cox (power transformation). Transformasi Box-Cox (Wei, 1990) untuk beberapa nilai yang sering digunakan ditampilkan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1. Transformasi Box-Cox Nilai estimasi λ Transformasi -1 1 Y Y 0 ln Y 0.5 Y 1 Y (tidak ada transformasi) λ Y 2.2. Autokorelasi dan Autokorelasi Parsial Fungsi Autokorelasi (ACF) Menurut Wei (1990), {Y } yang stasioner akan mempunyai nilai mean E[Y ] = μ, dan variansi Var(Y ) = E(Y μ) = σ yang mempunyai nilai-nilai yang konstan, serta kovariansi Cov(Y, Y ) merupakan fungsi dari perbedaan waktu (t s). Kovariansi antara Y dan Y dapat ditulis sebagai γ = Cov(Y, Y ) = E[(Y μ)(y μ)] sedangkan autokorelasi antara Y dan Y dapat ditulis sebagai ρ = Cov(Y, Y ) Var(Y ) Var(Y ), dengan Var(Y ) = Var(Y ) = γ, sehingga didapatkan ρ = γ γ.

6 Menurut Wei (1990), untuk suatu proses yang stasioner, fungsi autokovariansi γ dan fungsi autokorelasi ρ memenuhi sifat 1. γ = Var(Y ), ρ = 1 2. γ γ, ρ 1 3. γ = γ, ρ = ρ, untuk semua nilai k Fungsi Autokorelasi Parsial (PACF) Fungsi autokorelasi parsial berguna untuk mengukur tingkat keeratan hubungan antara Y dan Y setelah dependensi linear dalam variabel Y, Y,, Y telah dihilangkan. Menurut Wei (1990), fungsi autokorelasi parsial (PACF) dapat dinyatakan sebagai φ = Corr(Y, Y Y,, Y ) = ρ φ, ρ 1 φ, ρ dengan φ = φ, φ φ,, untuk j=1,2,,k Model Time Series Stasioner Model Autoregressive (AR) Model runtun waktu autoregressive merupakan suatu observasi pada waktu t yang dinyatakan sebagai persamaan linear terhadap p waktu sebelumnya ditambah dengan sebuah variabel random a. Dalam bentuk persamaan, model ini dapat dinyatakan dengan Y = φ Y + φ Y + + φ Y + a. Diasumsikan {a } variabel random yang berdistribusi identik dan independen, dengan mean nol untuk setiap t, akibatnya E[Y ] = 0 dan Var(Y ) konstan (Cryer, 1986). Fungsi autokorelasi pada model AR dicari dengan mengalikan Y pada kedua sisi persamaan AR(p) dan dicari ekspektasinya E(Y Y ) = E(φ Y Y ) + + E φ Y Y + E(Y a )

7 γ = φ γ + + φ γ, k > 0 dengan nilai E(Y a ) = 0 untuk k > 0. Dengan membagi persamaan di atas dengan γ diperoleh fungsi autokorelasinya ρ = ϕ ρ + + ϕ ρ, untuk k = 1,2, Pada proses ini kurva fungsi autokorelasinya akan turun secara eksponensial atau menyerupai gelombang sinus. Fungsi autokorelasi parsial untuk model AR adalah φ = 0, k > p Pada proses ini autokorelasi parsial bernilai nol setelah lag p atau kurva akan terputus setelah suku ke-p. untuk setiap proses, kurva estimasi akan dipandang sebagai himpunan parameter-parameter terakhir yang diperoleh jika berturut-turut model AR(p), p=1,2, digunakan pada data Model Moving Average (MA) Pada model moving average, observasi pada waktu t dinyatakan sebagai kombinasi linear dari sejumlah variabel random a. Menurut Cryer (1986), model dari moving average dapat ditulis Y = a θ a θ a θ a. Diasumsikan {a } variabel random yang berdistribusi identik dan independen, dengan mean nol untuk setiap t. akibatnya E[Y ] = 0 dan Var(Y ) konstan. Untuk proses MA(q) variansinya adalah Var(Y ) = σ nilai θ = 1 dan autokovariansinya adalah θ γ = σ θ + θ θ + + θ θ, k = 1,2,, q 0, k > q sehingga diperoleh fungsi autokorelasinya ρ = θ + θ θ + θ θ + + θ θ 1 + θ + θ + + θ, k = 1,2,, q 0, k q + 1, dengan

8 Pada grafik fungsi autokorelasi akan bernilai nol setelah lag q, dan grafik fungsi autokorelasi parsial akan turun secara eksponensial atau membentuk gelombang sinus untuk k yang semakin besar Model Autoregressive Moving Average (ARMA) Untuk mendapatkan parameter parsimony (model mempunyai parameter yang sedikit), terkadang kedua bentuk autoregressive dan moving average perlu dimasukkan dalam model. Dengan demikian, model dapat ditulis dalam bentuk Y = φ Y + + φ Y + a θ a θ a atau bisa ditulis sebagai φ(l)y = θ(l)a dengan φ (L) = 1 φ L φ L dan θ (L) = 1 θ L θ L. Model ini disebut sebagai model Autoregressive Moving Average orde (p,q), atau biasa disebut sebagai model ARMA(p,q), dimana p dan q masing-masing menunjukkan orde dari proses autoregressive dan moving average (Cryer, 1986) Model Time Series Tidak Stasioner Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) Apabila pola data stasioner terhadap mean tidak dipenuhi maka perlu dilakukan suatu cara untuk membuat menjadi stasioner. Runtun waktu yang tak stasioner dapat diubah menjadi stasioner dengan melakukan pembedaan. Secara umum proses pembedaan pada suatu data runtun waktu dengan orde d dapat ditulis W = (1 L) Y, dengan nilai d=1,2,,n. Proses pembedaan orde pertama dapat ditulis W = (1 L) Y = Y Y, dengan Y adalah observasi pada waktu ke-t, t=1,2,,n Y adalah observasi pada satu periode sebelumnya (t-1) W adalah data setelah pembedaan.

9 Apabila pola data stasioner dalam variansi tidak dipenuhi, maka dapat dilakukan transformasi data untuk menstasionerkan datanya. Model ARIMA pertama kali diperkenalkan oleh Box-Jenkins pada tahun 1970 (Cryer, 1986). Bentuk umum ARIMA (p,d,q) adalah φ(l)(1 L) Y = θ + θ(l)a dengan 1. φ(l) dinamakan operator autoregressive. 2. φ(l)(1 L) dinamakan operator generalized autoregressive non stasioner. 3. θ(l) dinamakan operator moving average yang diasumsikan invertible Model ARFIMA (p,d,q) Proses ARMA sering dinyatakan sebagai proses memori jangka pendek (short memory) karena autokorelasi antara Y dan Y turun sangat cepat untuk k. Dalam kasus-kasus tertentu, autokorelasi turun lambat secara hiperbolik untuk lag yang semakin besar. Hal ini menunjukkan masih ada hubungan antara pengamatan yang jauh terpisah atau memiliki ketergantungan jangka panjang (long memory). Suatu proses stasioner dengan fungsi autokorelasi ρ dikatakan sebagai proses memori jangka panjang jika lim ρ tidak konvergen (Hosking, 1981). Penyelidikan terhadap proses memori dapat diamati pada fungsi autokorelasi. Deret berkala Z dikatakan mengikuti proses memori jangka pendek jika lim ρ < dan akan mengikuti proses memori jangka panjang jika lim ρ =. Model ARFIMA merupakan pengembangan dari model ARIMA. Suatu proses dikatakan mengikuti model ARFIMA jika nilai d adalah riil. ARFIMA

10 disebut juga ARIMA yang nilai d tidak hanya berupa nilai integer, melainkan termasuk juga nilai-nilai riil yang disebabkan oleh adanya memori jangka panjang. Menurut Doornik dan Ooms (1999), model ARFIMA(p, d, q) dapat ditulis φ(l) Y = θ(l)a, t = 1, 2,, T dengan level integrasi d merupakan bilangan riil dan a ~IID(0, σ ). Filter pembeda pada rumus di atas disebut Long Memory Filter (LMF) yang menggambarkan adanya ketergantungan jangka panjang dalam deret. Filter ini diekspansikan sebagai deret Binomial = (1 L) = d j ( 1) L, d > j dengan d j =!!( )! = ( ) ( ) ( ) dan Γ(x) merupakan fungsi gamma, sehingga = d 0 ( 1) L + d 1 ( 1) L + d 2 ( 1) L + = d! 0! (d 0)! L d! 1! (d 1)! L + d! 2! (d 2)! L + = 1 dl 1 2 (1 d)dl 1 6 (2 d)(1 d)dl + Asumsi-asumsi pada deret yang terintegrasi fraksional yang harus dipenuhi menurut Sowell (1992) adalah 1. φ(l) mempunyai orde kurang dari atau sama dengan p, θ(l) mempunyai orde kurang dari atau sama dengan q, akar-akar φ(l) dan θ(l) di luar unit circle dan a ~IIDN(0, σ ). 2. d < 3. akar-akar dari φ(l) sederhana, atau dengan kata lain akar-akar polynomial autoregressive tidak berulang. Suatu proses dikatakan mengikuti model ARFIMA jika level integrasi yang ada dalam model adalah riil. Menurut Hosking (1981), karakteristik deret yang fractionally integrated untuk berbagai nilai d adalah

11 1. d menyatakan proses panjang dan tidak stasioner < d < menyatakan proses berkorelasi panjang stasioner dengan adanya ketergantungan positif antar pengamatan yang terpisah jauh yang ditunjukkan dengan autokorelasi positif dan turun lambat dan mempunyai representasi moving average orde tak hingga. 3. < d < 0 menyatakan proses berkorelasi panjang stasioner dengan memiliki ketergantungan negatif yang ditandai dengan autokorelasi negatif dan turun lambat serta mempunyai representasi autoregressive orde tak hingga. 4. d = 0 menyatakan proses berkorelasi pendek. Untuk fungsi autokovariansi dan autokorelasi dapat dicari sebagai berikut. Fungsi autokovariansi dari {Y } adalah γ = E(Y, Y ) = sehingga fungsi autokorelasi dari {Z } adalah dengan γ = ( )! {( )!} serta ρ = ρ = γ ( d)! (k + d 1)! = γ (d 1)! (k d)!,. ( 1) ( 2d)! (k d)! ( k d)!. k = 0, ±1, Ketika memodelkan time series memori jangka panjang, model ARFIMA memberikan hasil yang tidak dapat diperoleh dengan model tak fraksional ARIMA. Parameter pembedaan fraksional menangkap adanya fenomena jangka panjang tanpa menimbulkan masalah-masalah yang berkaitan dengan model ARMA. Menurut Sowell (1992), masalah yang mungkin muncul dalam memodelkan time series jangka panjang dengan ARMA antara lain 1. dengan menggunakan model ARMA untuk menangkap fenomena jangka panjang, apabila parameter AR atau MA mampu menangkap fenomena jangka panjang maka pendekatan untuk jangka pendek akan terabaikan. Sebagai contoh, dengan parameter AR(1) tidak mungkin dapat memodelkan korelasi yang tinggi pada siklus sepuluh tahunan. Masalah

12 yang sama muncul dalam memodelkan ketergantungan jangka panjang yang negatif. 2. sebaliknya, jika dugaan akan adanya fenomena jangka panjang pada deret diabaikan untuk mendapatkan model yang lebih baik untuk fenomena jangka pendek, maka tidak ada cara yang tepat dalam menggambarkan parameter AR dan MA untuk menggambarkan karakteristik jangka panjang pada deret, walaupun sebenarnya peneliti menemukan fenomena jangka panjang pada deret. Model ARFIMA (p,d,q) lebih dapat diterima bahkan untuk permasalahan tidak fraksional ARMA (p,q). Model ARFIMA akan tak stasioner jika d. Bagaimanapun juga ketergantungan jangka panjang ini berhubungan dengan seluruh d > 0 yang menangkap fenomena jangka panjang tanpa berpengaruh terhadap jangka pendeknya. Keuntungan yang didapat jika menggunakan model ARFIMA (p, d, q) menurut Sowell (1992) adalah 1. mampu memodelkan perubahan yang tinggi dalam jangka panjang (long term persistence). 2. mampu menjelaskan struktur korelasi jangka panjang dan jangka pendek sekaligus. 3. mampu memberikan model dengan parameter yang lebih sederhana (parsimony) baik untuk data dengan memori jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pemodelan ARFIMA adalah estimasi parameter, pengujian parameter, pengujian diagnostik model, pemilihan model terbaik, serta peramalan model ARFIMA. 1. Estimasi Parameter Menurut Doornik dan Ooms (1999), ada beberapa metode estimasi parameter model ARFIMA antara lain Geweke dan Porter Hudak (GPH), Non- Linear Least Square (NLS), Exact Maximum Likelihood (EML) dan Modified Profile Likelihood (MPL). Pada penelitian ini, akan digunakan metode EML. Fungsi autokovariansi dari model ARMA stasioner dengan mean μ adalah

13 γ = E[(y μ)(y μ)]. Didefinisikan matriks kovariansi dari distribusi bersama y = [y, y,, y ] adalah γ γ γ γ γ γ γ V[y] = = γ γ γ γ γ γ dengan V[y] merupakan suatu matriks Toeplitz simetris, dinyatakan dengan T[γ, γ,, γ ] dan diasumsikan berdistribusi normal y~n (μ, ). Berdasarkan persamaan pada model ARFIMA dengan y~n (μ, ), fungsi densitas probabilitasnya adalah f(y, ) = (2π) / exp y y dengan adalah matriks kovariansi. Penaksiran parameter model dengan metode EML dilakukan dengan membentuk fungsi log-likelihood dari parameter model. Dengan z = y μ, fungsi tersebut dinyatakan sebagai log L (d, φ, θ, σ ) = T 2 log(2π) 1 2 log 1 2 z z. dengan = Rσ, maka persamaan menjadi log L (d, φ, θ, σ ) = T 2 log(2π) 1 2 log Rσ 1 2σ z R z = T 2 log(2π) 1 2 log(σ ) 1 2 log R 1 2σ z R z = T 2 log(2π) T 2 log(σ ) 1 2 log R 1 2σ z R z. Nilai maksimum didapatkan dengan melakukan diferensiasi pada fungsi log-likelihood di atas terhadap σ. atas menjadi (log L(d, φ, θ, σ )) σ = + z R z. Jika turunan pertama tersebut disamadengankan nol, maka persamaan di

14 sehingga didapat = z R z σ = T z R z. 2. Pengujian parameter Uji signifikansi parameter model dilakukan untuk membuktikan bahwa model yang didapatkan cukup memadai. Bila estimasi parameter pada model ARFIMA adalah, sedangkan estimasi standar error dari estimasi parameter adalah, maka hipotesis yang digunakan dalam pengujian parameter adalah i. H 0 : θ = 0 (parameter tidak berpengaruh terhadap model) H 1 : θ 0 (parameter berpengaruh terhadap model) ii. statistik uji t = θ SE θ iii. kaidah pengambilan keputusan. Tolak H 0 jika t > t ( ), dengan n adalah banyaknya observasi, dan p adalah jumlah parameter yang ditaksir. 3. Pengujian Diagnostik Model Suatu model dibangun dengan batasan-batasan (asumsi), sehingga kesesuaian model juga dipengaruhi oleh pemenuhan asumsi-asumsi yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah model yang telah diestimasi cukup cocok dengan data runtun waktu yang diramalkan. Pada pengujian diagnostik ini dilakukan analisis nilai sisa. Model dikatakan memadai jika nilai sisa adalah white noise, yaitu nilai sisa mempunyai mean nol dan variansi konstan, serta nilai sisa tidak berkorelasi. Selain itu nilai sisa juga harus memenuhi asumsi distribusi normal. Apabila ternyata model tidak memenuhi asumsi tersebut, maka harus dirumuskan kembali model yang baru, yang selanjutnya diestimasi dan parameternya diuji kembali. 1) Asumsi non autokorelasi pada nilai sisa

15 Untuk mengetahui apakah autokorelasi dari nilai nilai sisa berbeda dengan nol atau tidak, bisa dilakukan uji Ljung-Box dengan hipotesis i. H 0 : ρ = ρ = = ρ = 0 (tidak ada korelasi antar nilai sisa) H 1 : Minimal ada satu nilai ρ 0; i = 1,2,, k ii. statistik uji Q = n(n + 2) (n k) ρ dengan ρ merupakan ACF dari nilai sisa pada lag k. iii. kaidah pengambilan keputusan. Tolak H 0 jika Q > χ ( ; ), atau p value < α dimana k adalah maksimum lag (Wei, 1990). 2) Asumsi nilai sisa berdistribusi normal Uji Kolmogorof-Smirnov dapat digunakan untuk melihat apakah nilai sisa berdistribusi normal. Jika S ( ) menyatakan distribusi empirik sampel acak yang nilainya merupakan fungsi peluang kumulatif dan F ( ) menyatakan distribusi normal dengan mean dan variansi tertentu, x N(μ, σ ), maka hipotesis yang digunakan adalah i. H 0 : F ( ) = F ( ) H 1 :F ( ) F ( ) ii. statistik uji D = sup F ( ) S ( ) dengan D merupakan supremum pada setiap x dari absolut selisih F ( ) S ( ). iii. kaidah pengambilan keputusan. Tolak H 0 jika D K, atau p value < α, dimana K adalah nilai tabel Kolmogorof-Smirnov pada kuantil (1 α). 4. Pemilihan Model Terbaik Suatu model setelah diidentifikasi memungkinkan terbentuknya lebih dari satu model yang sesuai. Untuk memilih model terbaik pada analisis time series, kriteria pemilihan model biasanya didasarkan pada statistik yang diperoleh dari nilai sisa. Pada penelitian ini kriteria pemilihan model didasarkan pada nilai sisa

16 yaitu Mean Square Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), serta Akaike Info Criterion (AIC). 1) MSE dengan e adalah nilai sisa. p adalah banyak parameter. MSE = e n p n adalah banyaknya nilai sisa. Nilai MSE juga merupakan nilai estimasi dari variansi nilai sisa σ. Sehingga model yang baik adalah model yang memiliki nilai MSE kecil, karena dengan nilai MSE kecil berarti nilai estimasi hampir sama dengan nilai sesungguhnya (Makridakis dan Wheelwright, 1995). 2) MAPE MAPE adalah rata-rata persentase absolut dari kesalahan peramalan, oleh karena itu, semakin kecil nilai MAPE maka nilai ramalan akan semakin akurat. Untuk menghitung MAPE digunakan persamaan MAPE = 1 n Y Y 100% dengan adalah nilai aktual dan adalah nilai ramalan (Makridakis dan Wheelwright, 1995). 3) AIC Akaike pada tahun 1973 memperkenalkan suatu pemilihan model terbaik selain MSE. AIC digunakan Y untuk menemukan model yang dapat menjelaskan data dengan parameter bebas yang minimum. Model yang dipilih adalah model dengan nilai AIC terendah. Wei (1990) menjelaskan untuk menghitung AIC digunakan persamaan dengan n : banyaknya observasi. AIC = n ln σ + 2p 5. Peramalan Model ARFIMA

17 Menurut Doornik dan Ooms (1999), y = (y, y, y ) adalah nilai-nilai pengamatan setelah estimasi. Diasumsikan y adalah stasioner dan d > -1, maka prediksi linear terbaik dari y adalah y = [r(t 1 + h) r(h)]{t[r(0),, r(t 1)]} y = q y yang terdiri dari kebalikan fungsi autokovarian dikalikan dengan data aslinya yang diboboti oleh korelasinya. MSE peramalannya adalah MSE[y ] = σ [r(0) r q]. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini, maka bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Jurnal dan buku referensi yang terkait dengan permasalahan. 2. Data sekunder Suku Bunga SBI yang diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui yang berupa data mingguan dari periode 21 Juni 2000 sampai 12 Agustus Software yang digunakan adalah Ox Metrics, dan Minitab Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah menerapkan teori yang telah dipelajari untuk menganalisis data. Untuk mencapai tujuan penulisan skripsi ini, ditempuh langkah-langkah sebagai berikut. 1. Analisis pola data Pada tahap ini, dilakukan identifikasi awal model ARFIMA dengan cara

18 a. Membuat plot time series data Suku Bunga SBI untuk mengetahui apakah data tersebut sudah stasioner atau belum. b. Melakukan transformasi jika ada data yang tidak stasioner dalam variansi. c. Membuat plot ACF dan PACF data yang telah ditransformasi untuk mengetahui adanya ketergantungan jangka panjang. 2. Pemodelan ARFIMA Tahapan-tahapan dalam pemodelan ARFIMA adalah sebagai berikut. a. Estimasi parameter Estimasi parameter model ARFIMA menggunakan metode Exact Maximum Likelihood (EML). b. Uji diagnostik Pada tahap ini diuji apakah residual memenuhi asumsi white noise dan berdistribusi normal. c. Pemilihan model terbaik Model yang telah memenuhi syarat (parameter signifikan, residual memenuhi asumsi white noise dan berdistribusi normal) akan dibandingkan berdasarkan kriteria MSE, MAPE, dan AIC. 3. Peramalan Membuat ramalan Suku Bunga SBI untuk 4 periode ke depan dengan menggunakan model ARFIMA yang diperoleh. Langkah-langkah di atas dapat ditunjukkan dalam Gambar 3.1.

19 Data Plot Data Stasioner Tidak Stasioner Transformasi ACF Identifikasi ARFIMA (p,d,q) Estimasi Parameter Tidak memenuhi Uji Diagnostik Pemilihan Model Terbaik Memenuhi Peramalan Gambar 3.1. Diagram alur penelitian BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Suku bunga adalah persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa (bunga) dalam suatu periode tertentu. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan

20 utang berjangka waktu pendek (1-3 bulan) dengan sistem diskonto atau bunga. SBI merupakan salah satu mekanisme yang digunakan Bank Indonesia (BI) untuk mengontrol kestabilan nilai Rupiah. Ketika suku bunga dinaikkan, maka orang akan tertarik untuk menyimpan uang di bank, sehingga akan mengurangi jumlah uang beredar ( Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mingguan suku bunga SBI dalam kurun waktu 21 Juni Agustus 2009, yang sebagian terlampir dalam Lampiran 1, dengan 423 data untuk membangun model dan 6 data untuk pengujian model. Plot time series data suku bunga SBI disajikan dalam Gambar Gambar 4.1. Plot time series data suku bunga SBI 4.2. Analisis Pola Data Berdasarkan Gambar 4.1, pergerakan data suku bunga SBI berubah tiap waktu serta mengindikasikan bahwa data suku bunga SBI mingguan tidak stasioner dalam variansi.

21 Gambar 4.2. Plot ACF data suku bunga SBI Berdasarkan Gambar 4.2 terlihat bahwa plot ACF mengindikasikan data mengalami trend, sehingga data tidak stasioner dalam mean. Plot time series pada Gambar 4.1 mengindikasikan data suku bunga SBI mingguan tidak stasioner dalam variansi. Oleh karena itu, dilakukan transformasi data karena syarat pemodelan time series adalah stasioner dalam variansi. Transformasi data yang digunakan adalah transformasi Box-Cox. Plot Box-Cox data suku bunga SBI disajikan dalam Gambar 4.3. Gambar 4.3. Plot Box-Cox untuk data suku bunga SBI Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat bahwa lambda estimasi sebesar 0,337, maka dalam penelitian ini, transformasi yang digunakan adalah transformasi Y., sehingga untuk analisis selanjutnya digunakan data hasil transformasi.

22 Plot time series data suku bunga SBI setelah transformasi dapat dilihat pada Gambar ,5 2 1,5 1 0,5 0 Gambar 4.4. Plot time series data suku bunga SBI setelah transformasi Berdasarkan Gambar 4.4 terlihat meskipun data hasil transformasi tersebut tidak stasioner dalam variansi, namun transformasi Y. merupakan transformasi yang dianggap cukup untuk menstabilkan variansi dalam data. Plot ACF dan PACF data suku bunga setelah transformasi disajikan pada Gambar 4.5 dan Gambar 4.6. Gambar 4.5. ACF data suku bunga SBI setelah transformasi

23 Gambar 4.6. PACF data suku bunga SBI setelah transformasi Berdasarkan plot ACF (Gambar 4.5) yang turun menuju nol dan plot PACF (Gambar 4.6) yang signifikan pada lag kecil, dapat diamati bahwa data tersebut relatif baik untuk dimodelkan menurut prinsip parsimony. Berdasarkan Gambar 4.5 juga terlihat bahwa autokorelasi turun lambat, sehingga dapat disimpulkan bahwa data memiliki ketergantungan jangka panjang Pemodelan ARFIMA Estimasi Parameter Estimasi parameter ARFIMA dengan metode Exact Maximum Likelihood dilakukan secara serentak untuk semua parameter dan diperbaiki secara iteratif. Hal ini menyebabkan nilai estimasi parameter d bisa berbeda-beda. Berbagai model telah dicoba berdasarkan plot ACF dan PACF. Estimasi parameter beberapa model yang telah dicoba menggunakan software OxMetrics ditampilkan dalam Tabel 4.1, dan sebagian outputnya terlampir dalam Lampiran 2. Berdasarkan Tabel 4.1 terlihat bahwa semua model yang dicoba menghasilkan estimasi parameter model yang signifikan karena p-value semua estimasi parameter model lebih kecil dari tingkat kesalahan α = 0.05.

24 Tabel 4.1. Estimasi parameter beberapa model ARFIMA No. 1 (0,d,0) 2 (0,d,1) 3 (0,d,2) 4 (0,d,3) 5 (0,d,4) 6 (0,d,5) Model Arfima 7 (0,d,[3]) 8 (0,d,[4]) 9 (0,d,[1,3]) 10 (0,d,[2,3]) 11 (0,d,[2,4]) 12 (0,d,[1,3,4]) 13 (0,d,[5]) 14 (0,d,[1,5]) 15 (0,d,[2,5]) 16 (0,d,[3,5]) 17 (0,d,[4,5]) 18 (0,d,[1,4,5]) 19 (0,d,[1,2,4,5]) d MA-1 MA-2 MA-3 MA-4 MA-5 θ θ θ θ θ

25 Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa nilai parameter d berbeda-beda untuk beberapa model, tetapi semuanya menghasilkan nilai yang positif dan interval kepercayaan tidak melewati nilai nol. Hal ini menunjukkan parameter pembedaan fraksional signifikan untuk digunakan. Interval kepercayaan parameter d ditunjukkan Tabel 4.2. Tabel 4.2. Interval kepercayaan parameter d No. Model Interval Kepercayaan d SE(d) ARFIMA Batas Bawah Batas Atas 1 (0,d,0) (0,d,1) (0,d,2) (0,d,3) (0,d,4) (0,d,5) (0,d,[3]) (0,d,[4]) (0,d,[1,3]) (0,d,[2,3]) (0,d,[2,4]) (0,d,[1,3,4]) (0,d,[5]) (0,d,[1,5]) (0,d,[2,5]) (0,d,[3,5]) (0,d,[4,5]) (0,d,[1,4,5]) (0,d,[1,2,4,5]) Pemeriksaan Diagnostik Pemodelan ARFIMA seperti halnya ARIMA, dibangun dengan batasanbatasan, sehingga setelah didapatkan model dengan estimasi parameter yang signifikan perlu dilakukan uji kesesuaian model. Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan meliputi uji asumsi nilai sisa white noise dan berdistribusi normal. Plot normalitas nilai sisa model ARFIMA terlampir dalam Lampiran 3. Pengujian nilai sisa model ARFIMA sebagian ditampilkan dalam Tabel 4.3.

26 Tabel 4.3. Pengujian nilai sisa model ARFIMA No. Model ARFIMA Non Autokorelasi p-value Distribusi Normal p-value 1 (0,d,0) (0,d,1) (0,d,2) (0,d,3) (0,d,4) (0,d,5) (0,d,[3]) (0,d,[4]) (0,d,[1,3]) (0,d,[2,3]) (0,d,[2,4]) (0,d,[1,3,4]) (0,d,[5]) > (0,d,[1,5]) > (0,d,[2,5]) > (0,d,[3,5]) > (0,d,[4,5]) (0,d,[1,4,5]) (0,d,[1,2,4,5]) Hasil pengujian asumsi nilai sisa menunjukkan bahwa tidak semua model yang didapat memenuhi asumsi white noise dan distribusi normal. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pemodelan ARFIMA menghasilkan 2 model yang layak yaitu ARFIMA (0,d,[3]) dan ARFIMA (0,d,[2,3]). Program Ox model ARFIMA (0,d,[3]) dan ARFIMA (0,d,[2,3]) terlampir dalam Lampiran 4.

27 Pemilihan Model Terbaik Pemilihan model terbaik untuk metode ARFIMA dilakukan dengan membandingkan MSE, MAPE, dan AIC. Model yang akan dibandingkan adalah model yang telah memenuhi uji diagnostik nilai sisa, yaitu model ARFIMA (0,d,[3]) dan ARFIMA(0,d,[2,3]). Ukuran kebaikan model ARFIMA pada data suku bunga SBI ditampilkan pada Tabel 4.4. Tabel 4.4. Ukuran kebaikan model ARFIMA pada data suku bunga SBI Model Ukuran Kebaikan Model ARFIMA MSE MAPE AIC (0,d,[3]) (0,d,[2,3]) Berdasarkan nilai AIC dan MAPE, maka didapatkan model terbaik adalah model ARFIMA (0,d,[3]) karena mempunyai nilai terkecil. Sedangkan berdasarkan MSE, model terbaik adalah ARFIMA (0,d,[2,3]) karena memiliki nilai terkecil. a. Model ARFIMA (0;0.499,[3]) Penjabaran Model Terbaik Model ARFIMA (0;0.499;[3]) secara matematis dituliskan sebagai dengan Y = Y.. (1 0)(1 L). Y = ( L )a Nilai (1 L). menggambarkan ketergantungan jangka panjang dalam deret. Jika (1 L). Y dianggap sebagai W yang menunjukkan ketergantungan jangka panjang, maka dengan (1 L). dijabarkan sebagai W = a 0.767a (1 L). = L 1 (0.499)( )L (0.499)( )( )L

28 (1 L). = L 0.125L 0.062L. Model ARFIMA (0;0.499;[3]) untuk data transformasi dapat dijabarkan sebagai W = a 0.767a (1 L). Y = a 0.767a ( L 0.125L 0.062L )Y = a 0.767a Y 0.499Y Y = 0.499Y 0.125Y Y 0.062Y Y = a 0.767a + + a 0.767a dengan Y = Y. Y = Y ( /. ), dengan Y adalah data suku bunga SBI setelah transformasi, dan Y adalah data suku bunga SBI. b. Model ARFIMA (0;0.499;[2,3]) Model ARFIMA (0;0.499;[2,3]) secara matematis dituliskan sebagai dengan Y = Y.. (1 0)(1 L). Y = ( L 0.591L )a Nilai (1 L). menggambarkan ketergantungan jangka panjang dalam deret. Jika (1 L). Y dianggap sebagai W yang menunjukkan ketergantungan jangka panjang, maka dengan (1 L). dijabarkan sebagai W = a 0.261a 0.591a (1 L). = L 1 (0.499)( )L (0.499)( )( )L (1 L). = L 0.125L 0.062L Model ARFIMA (0;0.499;[2,3]) untuk data transformasi dapat dijabarkan sebagai W = a 0.261a 0.591a (1 L). Y = a 0.261a 0.591a ( L 0.125L 0.062L )Y = a 0.261a 0.591a Y 0.499Y 0.591a 0.125Y 0.062Y = a 0.261a

29 Y = 0.499Y Y Y + + a 0.261a 0.591a dengan Y = Y. Y = Y ( /. ), dengan Y adalah data suku bunga SBI setelah transformasi, dan Y adalah data suku bunga SBI Peramalan Setelah didapatkan model yang terbaik, langkah selanjutnya adalah membuat ramalan. Plot nilai ramalan dan nilai aktual data suku bunga SBI disajikan pada Gambar data asli model 1 model Gambar 4.7. Plot nilai ramalan dan nilai aktual data suku bunga SBI Berdasarkan nilai ramalan yang diperoleh, selanjutnya dapat dicari nilai MSE dan MAPE yang disajikan dalam Tabel 4.5. Tabel 4.5. MSE dan MAPE model ARFIMA pada data uji Model ARFIMA MSE MAPE (0;0.499;[3]) (0;0.499;[2,3]) Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa nilai MSE dan MAPE data uji untuk ARFIMA (0;0.499;[3]) lebih kecil daripada ARFIMA (0;0.499;[2,3]), maka model yang selanjutnya digunakan untuk melakukan peramalan adalah model

30 ARFIMA (0;0.499;[3]). Nilai ramalan model ARFIMA (0;0.499;[3]) untuk empat periode ke depan disajikan dalam Tabel 4.6. Tabel 4.6. Peramalan 4 periode ke depan data suku bunga SBI Periode Tanggal Nilai Interval Kepercayaan 95% Data Ramalan Batas bawah Batas atas Aktual /8/ % 7.63% 8.31% 7.58% /8/ % 7.72% 8.40% 7.78% 432 2/9/ % 7.78% 8.48% 7.83% 433 8/9/ % 7.84% 8.54% 8.00% Berdasarkan Tabel 4.6, peramalan menggunakan model ARFIMA (0;0.499;[3]) menghasilkan nilai yang baik karena hampir semua nilai aktual berada diantara batas bawah dan atas interval kepercayaan 95%. BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Dari hasil pembahasan berdasarkan analisis data pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Pemodelan dengan metode ARFIMA menghasilkan dua model yang memenuhi uji dignostik nilai sisa yaitu ARFIMA (0,d,[3]) dan ARFIMA (0,d,[2,3]). Dari perbandingan kedua metode, berdasarkan prinsip parsimony serta nilai AIC dan MAPE didapatkan model yang terbaik yaitu model ARFIMA (0;0.499;[3]) atau bisa ditulis Y = 0.499Y Y Y + + a 0.767a 2. Dari model ARFIMA (0;0.499;[3]), diperoleh nilai ramalan suku bunga SBI untuk periode 19 Agustus 2009, 26 Agustus 2009, 2 September 2009,

31 dan 9 September 2009 berturut-turut adalah 7.97%; 8.06%; 8.13%; dan 8.19%. 3. Peramalan menggunakan model ARFIMA (0;0.499;[3]) menghasilkan nilai yang baik karena hampir semua nilai aktual berada diantara batas bawah dan atas interval kepercayaan 95% untuk ramalan Saran Saran yang dapat peneliti berikan untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan 1. Peramalan data Suku Bunga SBI dengan menggunakan model ARFIMA- GARCH dengan memperhitungkan adanya heteroskedastistas dalam data. 2. Peramalan data Suku Bunga SBI dengan menggunakan model INARFIMA. DAFTAR PUSTAKA Box, G., Jenkins, G. M., and Reinsel, G Time Series Analysis: Forecasting and Control, 3 rd Edition. Prentice Hall. Cryer, D. J Time Series Analysis. 33 University of Iowa, Duxbury Press, Boston. Doornik, J. A., and Ooms, M A Package for estimating, forecasting and Simulating ARFIMA Models: Arfima Package 1.0 for Ox. Nuffield College, Rotterdam. Hosking, J. R. M Fractional Differencing. Biometrika 68: Ishida, Ishao and Watanabe, Toshiaki Modeling and Forecasting the Volatility of the Nikkei 225 Realized Volatility Using the ARFIMA- GARCH Model. Institute of Economic Research Hitotsubashi University, Kunitatchi Tokyo, Japan.

32 Makridakis S., dan Wheelwright, Mc Gee Metode dan Aplikasi Peramalan. Bina Rupa Aksara, Jakarta. Sowell, F. B Maximum Likelihood Estimation of Stationery Univariate Fractionally Integrated Time Series Models. Journal of Econometrics 53: Wei, W. W. S Time Series Analysis Univariate and Multivariate Methods. Addison Wesley Publishing Company, Inc.

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI) Liana Kusuma Ningrum dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika,

Lebih terperinci

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009 Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA 1 Harnum Annisa Prafitia dan 2 Irhamah

Lebih terperinci

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA 1) Nurul Latifa Hadi 2) Artanti Indrasetianingsih 1) S1 Program Statistika, FMIPA, Universitas PGRI Adi Buana Surabaya 2)

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA Gumgum Darmawan 1), Suhartono 2) 1) Staf Pengajar Jurusan Statistika FMIPA UNPAD 2) Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijelaskan teori-teori yang menjadi dasar dan landasan dalam penelitian sehingga membantu mempermudah pembahasan selanjutnya. Teori tersebut meliputi arti dan peranan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015 bertempat di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI LULIK PRESDITA W 1207 100 002 APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI 1 Pembimbing : Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes BAB I PENDAHULUAN 2 LATAR BELAKANG 1. Stabilitas ekonomi dapat dilihat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang (Sofjan Assauri,1984). Setiap kebijakan ekonomi

Lebih terperinci

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n SBAB III MODEL VARMAX 3.1. Metode Analisis VARMAX Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n dengan variabel random Z n yang dapat dipandang sebagai variabel random berdistribusi

Lebih terperinci

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA) Oleh : Nofinda Lestari 1208 100 039 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stasioner Analisis ARIMA Autoregressive Integrated Moving Average umumnya mengasumsikan bahwa proses umum dari time series adalah stasioner. Tujuan proses stasioner adalah rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peramalan merupakan studi terhadap data historis untuk menemukan hubungan, kecenderungan dan pola data yang sistematis (Makridakis, 1999). Peramalan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA Jeine Tando 1, Hanny Komalig 2, Nelson Nainggolan 3* 1,2,3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Peramalan merupakan upaya memperkirakan apa yang terjadi pada masa mendatang berdasarkan data pada masa lalu, berbasis pada metode ilmiah dan kualitatif yang dilakukan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Perbandingan Model ARIMA... (Alia Lestari) PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO Alia Lestari Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG

Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-34 Perbandingan Metode Fuzzy Time Series Cheng dan Metode Box-Jenkins untuk Memprediksi IHSG Mey Lista Tauryawati

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan metode ARIMA box jenkins untuk meramalkan kebutuhan bahan baku. 2.1. Peramalan Peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala

BAB 2 LANDASAN TEORI Pengertian Data Deret Berkala BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Data Deret Berkala Suatu deret berkala adalah himpunan observasi yang terkumpul atau hasil observasi yang mengalami peningkatan waktu. Data deret berkala adalah serangkaian

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR Seminar Nasional Matematika dan Aplikasinya, 21 Oktober 27 PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data runtun waktu. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu data

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU Kelas A Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins No Nama Praktikan Nomor Mahasiswa Tanggal Pengumpulan 1 29 Desember 2010 Tanda Tangan Praktikan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK) FITROH AMALIA (1306100073) Dosen Pembimbing: Drs. Haryono, MSIE PENGENDALIAN KUALITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.. Konsep Dasar Analisis Runtun Waktu Pada bagian ini akan dikemukakan beberapa definisi yang menyangkut pengertian dan konsep dasar analisis runtun waktu. Definisi Runtun waktu

Lebih terperinci

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Saintia Matematika ISSN: 2337-9197 Vol. 02, No. 03 (2014), pp. 253 266. PERAMALAN PENJUALAN PRODUKSI TEH BOTOL SOSRO PADA PT. SINAR SOSRO SUMATERA BAGIAN UTARA TAHUN 2014 DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) Greis S. Lilipaly ), Djoni Hatidja ), John S. Kekenusa ) ) Program Studi Matematika FMIPA UNSRAT Manado

Lebih terperinci

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia Oleh : Pomi Kartin Yunus 1306030040 Latar Belakang Industri manufaktur yang berkembang pesat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang II.. TINJAUAN PUSTAKA Indeks Harga Konsumen (IHK Menurut Monga (977 indeks harga konsumen adalah ukuran statistika dari perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang didapatkan.

Lebih terperinci

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) UJIAN TUGAS AKHIR KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q) Disusun oleh : Novan Eko Sudarsono NRP 1206.100.052 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Peramalan Peramalan adalah suatu kegiatan dalam memperkirakan atau kegiatan yang meliputi pembuatan perencanaan di masa yang akan datang dengan menggunakan data masa lalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia statistika terdapat serangkaian pengamatan data yang dapat dijadikan sebagai model time series (runtun waktu) untuk meramalkan kejadian pada periode berikutnya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Iklim Iklim ialah suatu keadaan rata-rata dari cuaca di suatu daerah dalam periode tertentu. Curah hujan ialah suatu jumlah hujan yang jatuh di suatu daerah pada kurun waktu

Lebih terperinci

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer 1 Faridah Yuliani dan 2 Dr. rer pol Heri Kuswanto 1,2 Jurusan Statistika

Lebih terperinci

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input Oleh : Defi Rachmawati 1311 105 007 Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. autokovarians (ACVF) dan fungsi autokorelasi (ACF), fungsi autokorelasi parsial BAB II TINJAUAN PUSTAKA Berikut teori-teori yang mendukung penelitian ini, yaitu konsep dasar peramalan, konsep dasar deret waktu, proses stokastik, proses stasioner, fungsi autokovarians (ACVF) dan fungsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan digunakanan sebagai acuan pencegah yang mendasari suatu keputusan untuk yang akan datang dalam upaya meminimalis kendala atau memaksimalkan pengembangan baik

Lebih terperinci

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Oleh : Dwi Listya Nurina 1311105022 Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si Air Bersih BUMN Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation

BAB II LANDASAN TEORI. nonstasioneritas, Autocorrelation Function (ACF) dan Parsial Autocorrelation BAB II LANDASAN TEORI Pada Bab II akan dijelaskan pengertian-pengertian dasar yang digunakan sebagai landasan pembahasan pada bab selanjutnya yaitu peramalan data runtun waktu (time series), konsep dasar

Lebih terperinci

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 110 117 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERAMALAN NILAI TUKAR DOLAR SINGAPURA (SGD) TERHADAP DOLAR AMERIKA (USD) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari

BAB III MODEL STATE-SPACE. dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan dari BAB III MODEL STATE-SPACE 3.1 Representasi Model State-Space Representasi state space dari suatu sistem merupakan suatu konsep dasar dalam teori kontrol modern. Model state space dapat mengatasi keterbatasan

Lebih terperinci

PEMODELAN RESIDUAL REGRESI YANG MENGANDUNG MISSING OBSERVATIONS DAN LONG MEMORY Studi Kasus : Polusi Udara di Kota Surabaya

PEMODELAN RESIDUAL REGRESI YANG MENGANDUNG MISSING OBSERVATIONS DAN LONG MEMORY Studi Kasus : Polusi Udara di Kota Surabaya PEMODELAN RESIDUAL REGRESI YANG MENGANDUNG MISSING OBSERVATIONS DAN LONG MEMORY Studi Kasus : Polusi Udara di Kota Surabaya Nurbaety Basmar 1, Irhamah 2 1 Mahasiswa S2 Jurusan Statistika FMIPA ITS (1308201018)

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Deret Waktu (time series) Time series merupakan serangkaian observasi terhadap suatu variabel yang diambil secara beruntun berdasarkan interval waktu yang tetap (Wei,

Lebih terperinci

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA AIR PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA PENDAHULUAN Prediksi data runtut waktu.

Lebih terperinci

BAB III MISSING DATA DAN PROSES RUNTUN WAKTU JANGKA PANJANG

BAB III MISSING DATA DAN PROSES RUNTUN WAKTU JANGKA PANJANG BAB III MISSING DATA DAN PROSES RUNTUN WAKTU JANGKA PANJANG 3.1 Missing Data Missing data merupakan hilangnya informasi atau data dalam suatu subjek. Terdapat banyak hal yang menyebabkan terjadinya missing

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Analisis Peramalan Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sebagai Tolak Ukur Kinerja Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Desy Yuliana Dalimunthe Jurusan Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel ARIMA menggunakan variabel dependen harga saham LQ45 dan variabel independen harga saham LQ45 periode sebelumnya, sedangkan ARCH/GARCH menggunakan variabel dependen

Lebih terperinci

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA OLEH GUMGUM DARMAWAN, SUHARTONO

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA OLEH GUMGUM DARMAWAN, SUHARTONO PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA OLEH GUMGUM DARMAWAN, SUHARTONO PENDAHULUAN MODEL DATA DERET WAKTU BERDASARKAN PARAMETER PEMBEDA

Lebih terperinci

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Vol. 9, No., 9-5, Januari 013 Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah Fitriani, Erna Tri Herdiani, M. Saleh AF 1 Abstrak Dalam analisis deret waktu

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH)

PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (GARCH) Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 4 Hal. 80 88 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN RESIKO INVESTASI BANK CENTRAL ASIA DAN BANK MANDIRI MENGGUNAKAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS Oleh : Agustini Tripena ABSTRACT In this paper, forecasting the consumer price index data and inflation. The method

Lebih terperinci

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan SEMINAR PROPOSAL TUGAS AKHIR Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan OLEH: NAMA : MULAZIMATUS SYAFA AH NRP : 13.11.030.021 DOSEN PEmbimbing: Dr.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013

PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 La Pimpi //Paradigma, Vol. 17 No. 2, Oktober 2013, hlm. 35-46 PENERAPAN METODE ARIMA DALAM MERAMALKAN INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) INDONESIA TAHUN 2013 1) La Pimpi 1 Staf Pengajar Jurusan Matematika, FMIPA,

Lebih terperinci

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH Tri Mulyaningsih ), Budi Nurani R ), Soemartini 3) ) Mahasiswa Program Magister Statistika Terapan Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), BAB III PEMBAHASAN Pada bab ini, dibahas mengenai model Vector Error Correction (VEC), prosedur pembentukan model Vector Error Correction (VEC), dan aplikasi model Vector Error Correction (VEC) pada penutupan

Lebih terperinci

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode ARIMA Box Jenkins Oleh : Winda Eka Febriana 1307 030 002 Pembimbing : Dra. Wiwiek Setya Winahju, MS Latar Belakang PMI Merupakan

Lebih terperinci

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti SEMINAR TUGAS AKHIR Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik Rina Wijayanti 1306100044 Pembimbing Drs. Haryono, MSIE Dedi Dwi Prastyo, S.Si., M.Si.

Lebih terperinci

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP SKRIPSI Disusun oleh : DITA RULIANA SARI NIM. 24010211140084 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk.

PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. APPLICATION OF ARIMA TO FORECASTING STOCK PRICE OF PT. TELOKM Tbk. PENERAPAN MODEL ARIMA UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM PT. TELKOM Tbk. Djoni Hatidja ) ) Program Studi Matematika FMIPA Universitas Sam Ratulangi, Manado 955 email: dhatidja@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia Prosiding SI MaNIs (Seminar Nasional Integrasi Matematika dan Nilai Islami) Vol., No., Juli 7, Hal. 52-57 p-issn: 25-4596; e-issn: 25-4X Halaman 52 Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

Lebih terperinci

LONG MEMORY MODELS TO FORECASTING TEMPERATURE. Rezzy Eko Caraka, S.Si Department of Actuarial Science Bandung Institute of Technology

LONG MEMORY MODELS TO FORECASTING TEMPERATURE. Rezzy Eko Caraka, S.Si Department of Actuarial Science Bandung Institute of Technology LONG MEMORY MODELS TO FORECASTING TEMPERATURE Rezzy Eko Caraka, S.Si Department of Actuarial Science Bandung Institute of Technology Suhu atau temperature udara adalah faktor yang berperan penting untuk

Lebih terperinci

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH

PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 149-159) ISSN : 2450 766X PEMODELAN TIME SERIES DENGAN PROSES ARIMA UNTUK PREDIKSI INDEKS HARGA KONSUMEN (IHK) DI PALU SULAWESI TENGAH 1 Y. Wigati, 2 Rais, 3 I.T.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi

BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA. Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi BAB III ANALISIS SPEKTRAL PADA RUNTUN WAKTU MODEL ARIMA Analisis spektral adalah metode yang menggambarkan kecendrungan osilasi atau getaran dari sebuah data pada frekuensi tertentu. Analisis spektral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3520 (2301-928X Print) D-157 Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series Moh Ali Asfihani dan Irhamah

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) SIDANG TUGAS AKHIR KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q) Disusun oleh : Ratna Evyka E.S.A NRP 1206.100.043 Pembimbing: Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes Dra.Laksmi

Lebih terperinci

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010

PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI 2010 Statistika, Vol., No., Mei PERAMALAN SAHAM JAKARTA ISLAMIC INDEX MENGGUNAKAN METODE ARIMA BULAN MEI-JULI Reksa Nila Anityaloka, Atika Nurani Ambarwati Program Studi S Statistika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TEORI DASAR DERET WAKTU M A T O P I K D A L A M S T A T I S T I K A II 22 J A N U A R I 2015 U T R I W E N I M U K H A I Y A R

TEORI DASAR DERET WAKTU M A T O P I K D A L A M S T A T I S T I K A II 22 J A N U A R I 2015 U T R I W E N I M U K H A I Y A R TEORI DASAR DERET WAKTU M A 5 2 8 3 T O P I K D A L A M S T A T I S T I K A II 22 J A N U A R I 2015 U T R I W E N I M U K H A I Y A R DERET WAKTU Deret waktu sendiri tidak lain adalah himpunan pengamatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan.

BAB 2 LANDASAN TEORI. datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiatan memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang datang. Kegunaan dari peramalan terlihat pada saat pengambilan keputusan. Keputusan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 15 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan ekonomi dan bisnis dewasa ini semakin cepat dan pesat. Bisnis dan usaha yang semakin berkembang ini ditandai dengan semakin banyaknya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan Analisis Model Intervensi Fungsi Step Terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) Zuhairini Azzahra A 1, Suyono 2, Ria Arafiyah 3 Program Studi Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT BAB 3 MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT Model fungsi transfer multivariat merupakan gabungan dari model ARIMA univariat dan analisis regresi berganda, sehingga menjadi suatu model yang mencampurkan pendekatan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 1 8 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PERBANDINGAN INVESTASI PADA MATA UANG DOLAR AMERIKA (USD) DAN YEN JEPANG (JPY) DENGAN MODEL ARIMA DAN GARCH

Lebih terperinci

Analisis Kejadian Gempa Bumi Tektonik di Wilayah Pulau Sumatera

Analisis Kejadian Gempa Bumi Tektonik di Wilayah Pulau Sumatera Jurnal Matematika Vol. 6 No. 1, Juni 2016. ISSN: 1693-1394 Analisis Kejadian Gempa Bumi Tektonik di Wilayah Pulau Sumatera Jose Rizal Program Studi Matematika, Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA

PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 3 Hal. 59 67 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PEMODELAN DAN PERAMALAN DATA DERET WAKTU DENGAN METODE SEASONAL ARIMA ANNISA UL UKHRA Program Studi Matematika,

Lebih terperinci

Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : Rini Cahyandari dan Rima Erviana

Volume 1 No. 1 Edisi April 2015 ISSN : Rini Cahyandari dan Rima Erviana Peramalan Kurs Jual Uang Kertas Mata Uang Singapore Dollar (SGD) terhadap Rupiah Menggunakan Model ARFIMA (Autoregressive Fractionally Integrated Moving Average) Rini Cahyandari dan Rima Erviana Juruan

Lebih terperinci

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER 21 BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER 3.1 Model Variasi Kalender Liu (Kamil 2010: 10) menjelaskan bahwa untuk data runtun waktu yang mengandung efek variasi kalender, dituliskan pada persamaan

Lebih terperinci

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

Metode Deret Berkala Box Jenkins

Metode Deret Berkala Box Jenkins METODE BOX JENKINS Metode Deret Berkala Box Jenkins Suatu metode peramalan yang sistematis, yang tidak mengasumsikan suatu model tertentu, tetapi menganalisa deret berkala sehingga diperoleh suatu model

Lebih terperinci

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Jurnal UJMC, Volume 2, Nomor 1, Hal. 28-35 pissn : 2460-3333 eissn: 2579-907X PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA Novita Eka Chandra 1 dan Sarinem 2 1 Universitas

Lebih terperinci

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH

PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH PERBANDINGAN RAMALAN MODEL TARCH DAN EGARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH Oleh RETNO HESTININGTYAS M0106061 SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP.

PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL. Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. PERAMALAN JUMLAH WISATAWAN DI AGROWISATA KUSUMA BATU MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL Oleh: Niswatul Maghfiroh NRP. 1208100065 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran OUTLINE Pendahuluan Tinjauan Pustaka Metodologi Penelitian Analisis dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran LATAR BELAKANG Listrik elemen terpenting dalam kehidupan manusia Penelitian Sebelumnya Masyarakat

Lebih terperinci

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS

PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH. Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si. Jurusan Matematika FMIPA UNS S-9 PEMODELAN TARCH PADA NILAI TUKAR KURS EURO TERHADAP RUPIAH Retno Hestiningtyas dan Winita Sulandari, M.Si Jurusan Matematika FMIPA UNS ABSTRAK. Pada data finansial sering terjadi keadaan leverage effect,

Lebih terperinci

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN

PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN PEMODELAN DATA RUNTUK WAKTU PADA DATA PRODUKSI SUSU SAPI DI AMERIKA SEJAK TAHUN 1962 1975 Jantini Trianasari Natangku dan Fitria Puspitoningrum Mahasiswa Program Studi Matematika Fakultas Sains dan Matematika

Lebih terperinci

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR)

PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) PERAMALAN LAJU INFLASI, SUKU BUNGA INDONESIA DAN INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE VECTOR AUTOREGRESSIVE (VAR) SKRIPSI Oleh : PRISKA RIALITA HARDANI 24010211120020 DEPARTEMEN STATISTIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: ---- Deskripsi halaman sampul : Gambar yang ada pada cover

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber kas negara yang digunakan untuk pembangunan. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan

Lebih terperinci

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer OLEH : DWI LISTYA NURINI 1311 105 021 DOSEN PEMBIMBING : DR. BRODJOL SUTIJO SU, M.SI Bursa saham atau Pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji 35 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada Bab II akan dibahas konsep-konsep yang menjadi dasar dalam penelitian ini, yaitu ln return, volatilitas, data runtun waktu, kestasioneran, uji ACF, uji PACF, uji ARCH-LM,

Lebih terperinci

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK. Jurnal Matematika UNAND Vol. VI No. 1 Hal. 25 32 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENENTUAN RESIKO INVESTASI DENGAN MODEL GARCH PADA INDEKS HARGA SAHAM PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia sejak tahun enam puluhan telah diterapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika di Jakarta menjadi suatu direktorat perhubungan udara. Direktorat

Lebih terperinci

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA

Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Prediksi Harga Saham dengan ARIMA Peramalan harga saham merupakan sesuatu yang ditunggu-tunggu oleh para investor. Munculnya model prediksi yang baru yang bisa meramalkan harga saham secara tepat merupakan

Lebih terperinci

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS

Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2012 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS Jurnal EKSPONENSIAL Volume 3, Nomor, Mei 2 ISSN 8-7829 Peramalam Jumlah Penumpang Yang Berangkat Melalui Bandar Udara Temindung Samarinda Tahun 2 Dengan Metode ARIMA BOX-JENKINS Forecasting The Number

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU

PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 28 37 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENDUGAAN PARAMETER MODEL AUTOREGRESSIVE PADA DERET WAKTU NELFA SARI Program Studi Matematika, Fakultas

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah

BAB IV PEMBAHASAN. Gambar 4.1 nilai tukar kurs euro terhadap rupiah BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Gambar 4.1 memperlihatkan bahwa data berfluktuasi dari waktu ke waktu. Hal ini mengindikasikan bahwa data tidak stasioner baik dalam rata-rata maupun variansi. Gambar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria)

PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA DATA JUMLAH PENUMPANG KERETA API (Studi Kasus : KA Argo Muria) ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman 131-140 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/gaussian PENGGUNAAN METODE PERAMALAN KOMBINASI TREND DETERMINISTIK DAN

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan.

BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN. Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. BAB III PEMBAHARUAN PERAMALAN Pada bab ini akan dibahas tentang proses pembaharuan peramalan. Sebelum dilakukan proses pembaharuan peramalan, terlebih dahulu dilakukan proses peramalan dan uji kestabilitasan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 DATA MINING Data Mining adalah analisis otomatis dari data yang berjumlah banyak atau kompleks dengan tujuan untuk menemukan pola atau kecenderungan yang penting yang biasanya

Lebih terperinci

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER PKMT-2-13-1 PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER Umi Rosyiidah, Diah Taukhida K, Dwi Sitharini Jurusan Matematika, Universitas Jember, Jember ABSTRAK

Lebih terperinci

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan METODE BOX JENKINS Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan utk semua tipe pola data. Dapat

Lebih terperinci

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32 Nanang WIdodo Penelid Staslun Pengamat Dlrgantara Watukosek, LAPAN ABSTRACT The time series of the monthly number

Lebih terperinci