DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah"

Transkripsi

1 1

2 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL TIM PENYUSUN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i ii iii v BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Riset 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Politik dan Demokrasi Pemilu Penyelenggara Pemilu Partai Politik Penduduk dan Warga Negara Partisipasi Masyarakat Perilaku Politik Politik Uang Deskripsi Kabupaten Brebes Kecamatan Brebes Kecamatan Songgom Kecamatan Salem 22 BAB III METODE PENELITIAN Unit Analisis Tipe Penelitian Teknik Koleksi Data Teknik Analisis Data 26 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA 27 BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 40 DAFTAR PUSTAKA 42 LAMPIRAN 43 2

3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Umum merupakan salah satu sarana demokrasi. Di mana demokrasi menjadi sarana pula untuk menyejahterakan masyarakat. Indonesia menjadi salah satu negara demokrasi terbaik di dunia pasca reformasi Hal itu diakui dunia karena pelaksanaan Pemilu di Indonesia berlangsung dengan aman dan demokratis, tanpa ada kendala berarti. Dalam pelaksanaannya, Pemilu-pemilu era reformasi mengalami kecenderungan penurunan partisipasi masyarakat. Pada Pemilu legislatif tahun 2014 di tingkat nasional hanya mencapai sekitar 75 persen, sedangkan pada Pilpres menurun menjadi hanya 69 persen. Namun diakui, kualitas pemilu pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Di Kabupaten Brebes dengan jumlah pemilih terbesar di Jawa Tengah yakni , menjadi tantangan tersendiri. Rata-rata tingkat kehadiran pada Pemilu legislatif tahun 2014 di Kabupaten Brebes hanya 64,49 persen. Tingkat kehadiran pada Pilpres 2014 menurun lagi, dari jumlah pemilih, rata-rata kehadiran hanya 61,59 persen. Dengan demikian, prosentase kehadiran pemilih di Kabupaten Brebes ini di bawah rata-rata nasional dan provinsi. Kondisi ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi penyelenggara Pemilu, khususnya KPU. Hal ini menjadi kewajiban semua elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, DPRD, ormas, LSM dan semua pemangku kebijakan untuk mengajak dan meningkatkan partisipasi pemilih ini. Bukan bermaksud membela diri sendiri, KPU dengan tenaga dan prasarana yang ada jelas terbatas kemampuannya untuk mengajak semua masyarakat hadir dalam setiap Pemilu. Dalam sistem demokrasi, tingkat kehadiran pemilih tidaklah menentukan kualitas demokrasi itu sendiri. Namun tingkat kehadiran 3

4 pemilih berpengaruh terhadap legitimasi atas hasil Pemilu tersebut. Semakin tinggi tingkat kehadiran pemilih, maka semakin tinggi pula legitimasinya. Berbeda dengan pemilu-pemilu Orde Baru, yang tingkat partisipasinya selalu tinggi. Namun kualitas dari pemilu tersebut dipertanyakan. Karena diketahui pemilu-pemilu Orde Baru tidaklah demokratis, banyak paksaan dan ancaman untuk memilih partai pemerintah. Ada beberapa alasan masyarakat untuk datang dan memilih partai politik beserta calon anggota legislatifnya. Ada pula banyak alasan bagi sebagian masyarakat yang tidak mau datang untuk menggunakan hak pilihnya. Adalah hak setiap warga negara untuk datang atau tidak datang dalam Pemilu, selagi tidak ada keputusan undang-undang yang mewajibkan masyarakat untuk datang ke tempat pemungutan suara (TPS). Berdasarkan data di KPU Kabupaten Brebes, rata-rata kehadiran pemilih tertinggi kecamatan ada di Kecamatan Salem yang mencapai 76,31 persen. Sedangkan untuk tingkat desa, kehadiran tertinggi ada di Desa Kadumanis, Kecamatan Salem yang mencapai 88,56 persen. Untuk rata-rata kehadiran terendah di Kecamatan Songgom yang hanya 58,46 persen. Dan desa dengan tingkat kehadiran paling rendah ada di Desa Lembarawa, Kecamatan Brebes yang hanya 37,12 persen. Untuk mengetahui penyebab tinggi rendahnya tingkat kehadiran ini diperlukan riset dan penelitian yang mendalam, sehingga akan diketahui faktor-faktor penyebabnya. Selanjutnya pemerintah, dalam hal ini KPU, dapat menentukan kebijakan terkait dengan pemilih ini. Mungkin, pendidikan politik kepada masyarakat menjadi salah satu solusi atas tingkat kehadiran pemilih Rumusan Masalah Dari latar belakang masalah yang ada di Kabupaten Brebes tersebut, terkait dengan tingkat kehadiran pemilih pada Pemilu 2014 lalu. Secara nasional, angka partisipasi Pemilu tahun 2014 mengalami 4

5 kenaikan. Namun di Kabupaten Brebes angka rata-ratanya masih di bawah rata-rata nasional dan provinsi. Dari kondisi itu, ada beberapa rumusan masalah yang diajukan dalam riset ini, yaitu: 1. Apakah jenis pekerjaan dan kondisi geografis mempengaruhi tingkat kehadiran pemilih? 2. Sejauh mana tingkat kesadaran pemilih dalam menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2014? 3. Apakah lokasi TPS mudah dijangkau oleh pemilih? 4. Bagaimana pemilih menggunakan hak pilihnya? 5. Sejauh mana pemilih tertarik pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden? 6. Apa penyebab golput di kalangan masyarakat pemilih dan bagaimana harapan mereka? 1.3. Tujuan Riset Tujuan riset partisipasi masyarakat dalam Pemilu ini, adalah umum untuk menadrisikan/membudayakan kebijakan berbasis riset atas persoalan-persoalan yang berkaitan dengan manajemen pemilu. Juga sebagai bahan penyusunan kebijakan untuk meningkatkan dan memperkuat partisipasi warga dalam pemilu dan setelahnya. Sedangkan secara khusus riset ini bertujuan untuk menemukan akar masalah atas persoalan-persoalan yang terkait dengan partisipasi dalam pemilu. Kemudian terumuskannya rekomendasi kebijakan atas permasalahan yang dihadapi dalam kaitannya dengan partisipasi dalam Pemilu. Sehingga ke depan akan dihasilkan kebijakan-kebijakan atau pun peraturan perundang-undangan terkait dengan Pemilu yang semakin lebih baik. 5

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk memudahkan pemahaman terkait dengan istilah-istilah maupun pengertian yang yang digunakan dalam riset ini, diperlukan tinjauan pustaka berdasarkan rujukan dari undang-undang, peraturanperaturan pemerintah, peraturan KPU dan lainnya, maupun dari bukubuku penunjang lainnya Politik dan Demokrasi Berbicara mengenai masalah Pemilu, maka terlebih dahulu yang diperkenalkan adalan konsep politik dan demokrasi. Dalam ilmu politik, prinsip utama yang dikemukakan adalah bahwa manusia adalah zoon politicon, makhluk politik. Hal itu berdasarkan pada perilaku seorang manusia, yang memiliki naluri politik sendiri-sendiri. Di mana manusia sebagai individu memiliki kecenderungan untuk bersikap politik, melakukan langkah-langkah politik. Ini sesuai dengan kodrat manusia untuk mempertahankan diri dalam menjalani kehidupan, termasuk kehidupan politik. Manusia sendiri bukan makhluk politik semata-mata, namun manusia sebagai makhluk politik itu hanya salah satu bagian dari hakekat manusia secara keseluruhan (Prof. Dr. J.M. Papasi, Ilmu Politik, Teori dan Praktik, 2010). Karenanya menurut J.M. Papasi, manusia yang memiliki sifat politik dapat dicari aliran perilaku politiknya atau behaviorist politiknya. Dalam hal ini, J.M. Papasi menyatakan bahwa perilaku politik itu dapat dilihat dari pengalaman hidupnya di bidang politik. Secara garis besar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ilmu politik adalah ilmu pengetahuan mengenai pemerintahan atau ketatanegaraan. Menurut Ramlan Surbakti (Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik,1992), sedikitnya ada lima pengertian tentang politik. Yang pertama, politik adalah usaha-usaha yang ditempuh warga negara untuk membicarakan dan mewujudkan kebaikan bersama. Kedua, politik adalah 6

7 segala hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan negara dan pemerintahan. Ketiga, politik sebagai segala kegiatan yang diarahkan untuk mencari dan mempertahankan kekuasaan dalam masyarakat. Keempat, politik sebagai kegiatan yang berkaitan dengan perumusan dan pelaksanaan kebijakan umum. Dan kelima, politik sebagai konflik dalam rangka mencari dan atau mempertahankan sumber-sumber yang dianggap penting. Sedangkan Miriam Budiardjo (Dasar-dasar Ilmu Politik, edisi revisi, 2008) menyebutkan bahwa ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang lebih baik. Miriam Budiardjo mengatakan bahwa politik itu sangat penting. Karena dalam masyarakat diatur kehidupan kolektif, sementara sumber daya alamnya terbatas, sehingga perlu dicari cara distribusi sumber daya distribusi agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik. Mengutip Peter Merkl, politik dalam bentuk paling baik adalah usaha mencapai sesuatu tatanan sosial yang baik dan berkeadilan. Sementara dalam pengertian yang negatif, Peter Merkl mengatakan bahwa politik adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan kekayaan untuk kepentingan diri sendiri. Dengan mengacu pada istilah-istilah tersebut, Miriam Budiardjo mendefinisikan politik sebagai usaha untuk menentukan peraturanperaturan yang dapat diterima baik oleh sebagian besar warga, untuk membawa masyarakat ke arah kehidupan yang harmonis. Meskipun dalam perjalanannya, sering dan selalu terjadi pertentangan antara satu dengan yang lainnya. Politik dan demokrasi saling berkaitan, di mana demokrasi merupakan bagian dari politik. Demokrasi itu sendiri bukan sebuah tujuan, tetapi merupakan sistem politik yang berlaku dalam sebuah negara. Negara yang menjamin kebebasan warganya untuk berpolitik, merupakan salah satu ciri sebuah negara demokrasi. Di situ setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan politik yang benar, sesuai dengan sistem demokrasi yang berlaku. Demokrasi sendiri, menurut Miriam Budiardjo 7

8 berasal dari kata demoskratos, dari bahasa Yunani, yang berarti rakyat yang berkuasa atau government by the people. Dalam prakteknya, sistem demokrasi di masing-masing negara berbeda-beda. Ada yang menganut demokrasi parlementer, ada pula yang menjalankan demokrasi presidensiil. Di negara-negara yang masih otoriter, demokrasi yang dijalankan sering dikatakan demokrasi yang semua. Artinya, negara tersebut mengaku sebagai negara demokrasi, tetapi dalam prakteknya masih jauh dari ciri-ciri negera demokrasi tersebut. Di Indonesia, perjalanan demokrasi mengalami pasang surut sejak zaman kemerdekaan hingga sekarang Pemilu Sesuai dengan UU No 15 tahun 2011 tentang penyelenggara Pemilihan Umum disebutkan dengan jelas istilah Pemilu. Sesuai dengan Bab I tentang Ketentuan umum, pasal 1 disebutkan bahwa Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang diselenggarakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kemudian pada pasal 2 disebutkan bahwa Pemilu terdiri dari Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pasal 3 disebutkan ada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, yaitu Pemilu untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

9 Dan pasal 4 disebutkan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota adalah Pemilihan untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Penyelenggara Pemilu Penyelenggara Pemilu dijelaskan secara gamblang dalam UU No 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Pada pasal 1 ayat 5, disebutkan bahwa Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas Komisi Pemilihan Umum dan Badan Pengawas Pemilu sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung oleh rakyat, serta untuk memilih gubernur, bupati, dan walikota secara demokratis. Kemudian di ayat 6 disebutkan bahwa Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disingkat KPU, adalah lembaga Penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri yang bertugas melaksanakan Pemilu. Kemudian ayat 7 dituliskan Komisi Pemilihan Umum Provinsi, selanjutnya disingkat KPU Provinsi, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di provinsi. Dan ayat 8, Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat KPU Kabupaten/Kota, adalah Penyelenggara Pemilu yang bertugas melaksanakan Pemilu di kabupaten/kota. Selain KPU, dalam ayat-ayat selanjutnya juga disebutkan ada Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) yang berada di tingkat Kecamatan. Kemudian Panitia Pemungutan Suara (PPS) yang menyelenggarakan Pemilu di tingkat desa, dan Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). KPPS adalah kelompok yang dibentuk oleh PPS untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara. 9

10 Selain itu, ada Panitia Pemilihan Luar Negeri, selanjutnya disingkat PPLN, adalah panitia yang dibentuk oleh KPU untuk melaksanakan Pemilu di luar negeri. Juga ada Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri, selanjutnya disingkat KPPSLN, adalah kelompok yang dibentuk oleh PPLN untuk melaksanakan pemungutan suara di tempat pemungutan suara luar negeri. Selanjutnya, penyelenggara Pemilu lainnya ada Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Hal itu dijelaskan pada pasal 1 ayat 17 UU No 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu. Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Di ayat-ayat selanjutnya juga disebutkan Bawaslu Provinsi, Panwaslu Kabupaten/Kota, Panwascam, dan PPL. Di tingkat provinsi ada Bawaslu Provinsi, adalah badan yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi. Di tingkat kabupaten/kota, ada Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Kabupaten/Kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu Provinsi yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kabupaten/kota. Selanjutnya Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, selanjutnya disingkat Panwaslu Kecamatan, adalah panitia yang dibentuk oleh Panwaslu Kabupaten/Kota yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah kecamatan atau nama lain. Sedangkan Pengawas Pemilu Lapangan adalah petugas yang dibentuk oleh Panwaslu Kecamatan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di desa atau nama lain/kelurahan. Di luar negeri, ada Pengawas Pemilu Luar Negeri adalah petugas yang dibentuk oleh Bawaslu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di luar negeri. Di ayat 22 pasal 1 juga disebutkan adanya Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu. Di mana Dewan Kehormatan Penyelenggara 10

11 Pemilu, selanjutnya disingkat DKPP, adalah lembaga yang bertugas menangani pelanggaran kode etik Penyelenggara Pemilu dan merupakan satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu. Menurut pasal 1 UU No 15 tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum, penyelenggara Pemilu adalah KPU dan Bawaslu, serta DKPP. Selain itu, pada pasal 2 juga disebutkan asas penyelenggaraan Pemilu. Penyelenggara Pemilu harus berpedoman pada asas mandiri, jujur, adil, kepastian hokum, tertib, kepentingan umum, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitas Partai Politik Dalam sistem demokrasi, salah satu pilar pendukungnya adalah adanya partai politik. Secara umum, definisi partai politik adalah suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara konstitusional, untuk melaksanakan programnya (Miriam Budiardjo, edisi revisi, 2008). Pengertian partai politik dalam khasanah ilmu politik cukup banyak. Namun secara prinsip merujuk pada maksud yang sama, yakni sebagai lembaga politik yang berfungsi menyalurkan tujuan-tujuan politik sekelompok masyarakat dalam suatu pemerintahan. Mereka bersaing dalam suatu pemilu, baik untuk memilih wakil-wakil mereka di lembaga legislatif maupun di lembaga eksekutif. Begitu pula pengertian yang merujuk pada UU No 2 tahun 2011 tentang partai politik. Disebutkan dalam pasal 1 yang dimaksud dengan Partai Politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan 11

12 Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Penduduk dan Warga Negara Pengertian penduduk dan warga Negara. Berdasarkan pasal 6 Ayat (2) Undang Undang Dasar 1945, pengertian penduduk adalah warga negara Indonesia dan orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia. Sementara itu, warga negara berdasarkan Pasal 26 Ayat (1) bahwa pengertian warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang orang bangsa lain yang disahkan dengan undang undang sebagai warga negara. Sedangkan UU No. 6 tahun 1958 tentang kewarganegaraan Indonesia menyatakan bahwa warga negara (baca pengertian negara) Republik Indonesia adalah orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan yang berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 telah menjadi warga negara RI. Satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap negara, bahwa adanya kebebasan untuk setiap orang berhak untuk memilih kewarganegaraan (every person has the right to choose citizenship), memilih tempat tinggal di wilayah negara (choose a place to stay in the country) dan meninggalkannya, serta memiliki hak untuk kembali (have the right to return) sebagaimana dinyatakan oleh pasal 28E ayat (1) UUD Pernyataan ini memiliki makna (meaning) bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah negara dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Pengertian penduduk adalah orang orang yang memiliki domisili atau tempat tinggal tetap di wilayah negara itu, yang dapat dibedakan antara warga negara (citizen) dengan warga negara asing (foreign citizen) (WNA). 2. Pengertian bukan penduduk adalah orang orang lain yang tinggal dalam negara yang bersifat sementara sesuai dengan visa yang diberikan oleh negara (kantor imigrasi) yang bersangkutan, contohnya turis. ( 12

13 Berdasarkan UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pada pasal 23, 24 dan 25 dijelaskan istilah penduduk, warga negara Indonesia dan pemilih. Dalam pasal 23 disebutkan, bahwa penduduk adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia atau di luar negeri. Kemudian pasal 24, disebutkan bahwa Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara. Sedangkan pasal 25, dijelaskan bahwa pemilih adalah Warga Negara Indonesia yang telah genap berumur 17 (tujuh belas) tahun atau lebih atau sudah/pernah kawin. Sedangkan definisi penduduk menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yang dimaksud dengan penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. ( Partisipasi Masyarakat Dalam sistem Pemilu, partisipasi masyarakat sangat penting. Keberadaan partai politik sebagai peserta Pemilu menjadi salah salah satu penggerak partisipasi masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam Pemilu tersebut. Dalam hal ini, yang dimaksud partisipasi masyarakat adalah partisipasi politik. Di mana yang yang dimaksud sebagai partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik. Antara lain dengan jalan memilih pemimpin negara dan, secara langsung atau tidak langsung, mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota 13

14 parlemen, menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya dan sebagainya. (Miriam Budiardjo, edisi revisi, 2008). Di Indonesia, partisipasi politik masyarakat dalam pemilu, seperti disebutkan di awal mengalami banyak fluktuasi dan dinamika. Mulai dari Pemilu pertama di Indonesia pada 1955, Pemilu-pemilu Orde Baru, dari 1971 hingga 1997, serta pemilu-pemilu pada era reformasi hingga Pemilu terakhir tahun Pemilu 1955, tingkat partisipasinya mencapai 91 persen. Pemilu Orde Baru tingkat partisipasi masyarakat rata-rata di atas 80 persen. Namun pada Pemilu era reformasi mengalami penurunan. Tingkat partisipasi tertinggi di Indonesia terjadi pada Pemilu 1992, yang mencapai 95 persen, atau 102,3 juta pemilih menggunakan hak pilihnya. (Miriam Budiardjo, edisi revisi, 2008). Pada Pemilu legislatif tahun 2014 di tingkat nasional mencapai sekitar 75 persen, sedangkan pada Pilpres menurun menjadi hanya 69 persen. Namun diakui, kualitas pemilu pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Tingkat partisipasi ini menjadi salah satu indikator keberhasilan pemilu. Di mana semakin tinggi tingkat partisipasi, semakin tinggi tingkat legitimasinya. Meskipun tingkat partisipasi pemilu itu sendiri tidak berbanding lurus dengan kualitas hasil pemilu tersebut. Dalam Peraturan KPU No 5 tahun 2015 tentang Sosialisasi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemilihan Gubernur dan wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, dan/atau Walikota dan Wakil Walikota, pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa partisipasi masyarakat adalah keterlibatan perorangan dan/atau kelompok masyarakat dalam penyelenggaraan Pemilihan Perilaku Politik Partisipasi masyarakat dalam pemilu tidak terlepas dari perilaku memilih masyarakat itu sendiri. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat tersebut. Perilaku masyarakat itu sendiri adalah 14

15 perilaku politik, yakni bagaimana masyarakat melihat, memelajari dan kemudian menentukan pilihannya. Perilaku politik masyarakat ini dilihat dari proses sosialisasi politik, baik oleh pemerintah, penyelenggara Pemilu, partai politik maupun dari masyarakat itu sendiri, seperti organisasi massa, LSM maupun lembagalembaga lainnya. Proses selanjutnya adalah bagaimana masyarakat dalam menilai dan kemudian memutuskan tindakan-tindakan politik, khususnya dalam Pemilu. Pendidikan politik bagi pemilih, adalah proses penyampaian informasi kepada pemilih untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran pemilih tentang pemilihan umum. Perilaku politik atau (Politic Behaviour) adalah perilaku yang dilakukan oleh insan/individu atau kelompok guna memenuhi hak dan kewajibannya sebagai insan politik. Seorang individu/kelompok diwajibkan oleh negara untuk melakukan hak dan kewajibannya guna melakukan perilaku politik adapun yang dimaksud dengan perilaku politik. Contoh perilaku politik dalam kehidupan bernegara adalah: Melakukan pemilihan untuk memilih wakil rakyat/pemimpin, mengikuti dan berhak menjadi insan politik yang mengikuti suatu partai politik atau parpol, mengikuti ormas atau organisasi masyarakat atau LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat), ikut serta dalam pesta politik, ikut mengkritik atau menurunkan para pelaku politik yang berotoritas, berhak untuk menjadi pimpinan politik, berkewajiban untuk melakukan hak dan kewajibannya sebagai insan politik guna melakukan perilaku politik yang telah disusun secara baik oleh undang-undang dasar dan perundangan hukum yang berlaku. ( Politik Uang Pengertian politik uang atau money politic mempunyai beberapa pengertian. Tetapi secara umum, politik uang berarti penggunaan uang untuk tujuan tertentu dalam bidang politik. Dengan uang tersebut, seseorang atau sekelompok orang mempengaruhi orang lain untuk dapat mencapai tujuan politiknya. 15

16 money politics juga bisa berarti suatu upaya mempengaruhi orang lain dengan menggunakan imbalan materi atau dapat juga diartikan jual beli suara pada proses politik dan kekuasaan dan tindakan membagibagikan uang baik milik pribadi atau partai untuk mempengaruhi suara pemilih (vooters). Pengertian ini secara umum ada kesamaan dengan pemberian uang atau barang kepada seseorang karena memiliki maksud politik yang tersembunyi di balik pemberian itu. Jika maksud tersebut tidak ada, maka pemberian tidak akan dilakukan juga. Praktik semacam itu jelas bersifat ilegal dan merupakan kejahatan. Konsekuensinya para pelaku apabila ditemukan bukti-bukti terjadinya praktek politik uang akan terjerat undang-undang anti suap. ( /06/25/money-politic-dalam-praktekpenyelenggaraan-pemilihan-umum-di-indonesia/) Dalam UU No 3 tahun 1999 tentang Pemilu pada pasal 73 ayat 3 disebutkan: "Barang siapa pada waktu diselenggarakannya pemilihan umum menurut undang-undang ini dengan pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak menjalankan haknya untuk memilih maupun supaya ia menjalankan haknya dengan cara tertentu, dipidana dengan pidana hukuman penjara paling lama tiga tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada pemilih yang menerima suap berupa pemberian atau janji berbuat sesuatu." Kemudian dalam UU No 42 tahun 2008 tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden pada pasal 232 juga disebutkan adanya pidana bagi pemilih maupun yang memberikan uang dengan pidana dan denda. Disebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja pada saat pemungutan suara menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya kepada Pemilih supaya tidak menggunakan hak pilihnya atau memilih pasangan calon tertentu atau menggunakan hak pilihnya dengan cara tertentu sehingga surat suaranya tidak sah, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 12 (dua belas) bulan dan paling lama 36 (tiga puluh enam) bulan dan denda paling sedikit Rp ,00 (enam juta rupiah) dan paling banyak Rp ,00 (tiga puluh enam juta rupiah). 16

17 2.9. Deskripsi Kabupaten Brebes Kabupaten Brebes terletak di Provinsi Jawa Tengah bagian barat, berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, tepatnya di wilayah Pantai Utara Jawa (Pantura). Berdasarkan garis bujur dan garis lintang, Kabupaten Brebes terletak di pada koordinat '37,7" '28,92" Bujur Timur dan 6 44'56'5" '51,48 Lintang Selatan. Wilayah Kabupaten Brebes berbatasan dengan laut Jawa di sebelah utara, Kabupaten Tegal dan Kota Tegal di sebelah timur, Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap di sebelah selatan dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Penduduk Kabupaten Brebes mayoritas menggunakan bahasa Jawa, dialek Brebes. Namun sebagian lagi penduduknya berbahasa Sunda dan banyak nama tempat yang dinamai dengan bahasa Sunda. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa lalu wilayah ini adalah bagian dari wilayah Sunda. Daerah yang masyarakatnya sebagian besar menggunakan bahasa Sunda adalah Kecamatan Salem, Banjarharjo, dan Bantarkawung, dan sebagian lagi ada di beberapa desa di Kecamatan Losari, Tanjung, Kersana, Ketanggungan dan Larangan. Ibukota kabupaten Brebes terletak di bagian timur laut wilayah kabupaten. Kota Brebes bersebelahan dengan Kota Tegal. Brebes merupakan kabupaten yang terluas di Provinsi Jawa Tengah. Sebagian besar wilayahnya adalah dataran rendah. Bagian barat daya merupakan dataran tinggi (dengan puncaknya Gunung Pojoktiga dan Gunung Kumbang), sedangkan bagian tenggara terdapat pegunungan yang merupakan bagian dari Gunung Slamet. Dengan iklim tropis, curah hujan rata-rata 211 mm pada tahun Kondisi itu menjadikan kawasan tesebut sangat potensial untuk pengembangan produk pertanian seperti tanaman padi, hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan sebagainya. Karenanya, secara geografis wilayah Kabupaten Brebes pun sebagian besar berupa areal pertanian atau persawahan dengan luas total 37,7 persen atau

18 hektar. Kemudian luas hutannya mencapai 31,4 persen, tegalan mencapai 10,5 persen, perkebunan 0,8 persen, tambak 5,4 persen, pekarangan 11,6 persen dan lainnya 2,6 persen. (Brebes Dalam Angka tahun 2013) Penduduk Kabupaten Brebes berdasarkan Brebes dalam Angka pada tahun 2013 sebesar jiwa. Dengan jumlah laki-laki jiwa dan jumlah penduduk perempuan mencapai jiwa. Angka pertumbuhan penduduknya 14,25, yang berarti dari setiap penduduk terdapat 14 kelahiran. Sedangkan berdasarkan data dari Disdukcapil, jumlah penduduk Kabupaten Brebes sebesar jiwa, terdiri dari laki-laki dan perempuan jiwa. Berdasarkan jumlah pemilih pada Pemilu terakhir yakni Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 adalah pemilih. Berdasarkan data, mata pencaharian penduduk Kabupaten Brebes sebagian besar adalah buruh tani, yang mencapai 38,38 persen. Kemudian petani/peternak mencapai 27,07 persen, disusul pedagang (8,92 persen), buruh bangunan (7,23 persen) dan buruh industri (4,17 persen). Berikut tabel berdasarkan mata pencaharian yang yang disarikan dari data 17 kecamatan dalam angka yang diterbitkan Bappeda Kabupaten Brebes. Kabupaten Brebes Jumlah No Mata Pencaharian Total Prosentase 1 Petani/Peternak 248, Buruh Tani 351, Nelayan 22, Pengusaha 9, Buruh Industri 38, Buruh Bangunan 66, Pedagang 81, Supir/Kernet Angkutan 29,

19 9 PNS/TNI/Polri 22, Pensiunan 7, Lain-lain 38, Jumlah 916, Sumber: Disarikan dari Kabupaten Brebes dalam Angka tahun Kecamatan Brebes Kecamatan Brebes merupakan Ibukota Kabupaten Brebes, tepatnya berada di jalur Pantura. Di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jatibarang, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Wanasari dan sebelah timur berbatasan dengan Kota Tegal dan Kabupaten Tegal. Kecamatan Brebes terdiri dari 23 desa dan kelurahan. Sebagai daerah perkotaan, sebagian besar kegiatan perekonomian di Kecamatan Brebes didominasi oleh perdagangan dan jasa. Di daerah pesisir, umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai nelayan dan petani tambak (ikan bandeng, udang dan budidaya rumput laut) dan peternak bebek, sedangkan di daerah selatan, umumnya bermata pencaharian sebagai petani bawang merah dan buruh tani. Berdasarkan data dari buku Kecamatan dalam Angka tahun 2013, jumlah penduduknya mencapai Sedangkan Desa Lembarawa jumlah penduduknya 4.079, dan Kelurahan Brebes jiwa. Dibandingkan dengan data dari Disdukcapil, jumlah penduduk Kecamatan Brebes mencapai jiwa. Dan Desa Lembarawa yang menjadi sampel dalam penelitian ini jumlah penduduknya dan Kelurahan Brebes Brebes Berdasarkan data tersebut, mata pencaharian terbesar penduduk Kecamatan Brebes adalah buruh tani, total ada kemudian disusul petani/peternak sebanyak dan PNS/TNI/Polri sebanyak PNS/TNI/Polri cukup banyak karena memang Kecamatan Brebes menjadi pusat pemerintahan dan politik. Pedagang dan buruh industri juga cukup besar, meski Kecamatan Brebes bukan pusat industri dan dagang. Untuk 19

20 pedagang, total ada dan buruh industri mencapai Para pedagang termasuk mereka yang bergerak di bidang warung makan (warung Tegal/warteg) dan dagang lainnya di luar kota, seperti Jakarta, Semarang dan lainnya. Buruh industri juga sebagian besar berada di luar kota, khususnya di Jabodetabek. Di situ banyak industri yang merekrut karyawan dari luar kota, termasuk dari Kabupaten Brebes. Mata pencaharian lainnya, termasuk mahasiswa dan pelajar mencapai Berdasarkan data dari Disdukcapil Kabupaten Brebes, jumlah mahasiswa/pelajar hanya orang. Berikut tabel mata pencaharian penduduk Kabupaten Brebes berdasarkan Brebes dalam angka. Kecamatan Brebes No Mata Pencaharian Kecamatan Brebes Prosentase 1 Petani/Peternak 20, Buruh Tani 27, Nelayan 2, Pengusaha 1, Buruh Industri 6, Buruh Bangunan 5, Pedagang 9, Supir/Kernet Angkutan 1, PNS/TNI/Polri 11, Pensiunan 1, Lain-lain 4, Jumlah 92, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Brebes dalam Angka Tahun 2013 Sedangkan data mata pencaharian di desa dan kelurahan, yang menjadi sampel dalam penelitian ini, yakni Desa Lembarawa dan 20

21 Kelurahan Brebes. Berikut tabel mata pencaharian di Desa Lembarawa dan Kelurahan Brebes: Desa Lembarawa Kecamatan Brebes Desa No Mata Pencaharian Lembarawa Prosentase 1 Petani/Peternak 1, Buruh Tani 1, Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Supir/Kernet Angkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain Jumlah 3, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Brebes dalam Angka Kelurahan Brebes Kecamatan Brebes Kel. No Mata Pencaharian Brebes Prosentase 1 Petani/Peternak Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri 1, Buruh Bangunan Pedagang 2, Supir/Kernet Angkutan

22 9 PNS/TNI/Polri 7, Pensiunan Lain-lain Jumlah 13, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Brebes dalam Angka Kecamatan Songgom Kecamatan Songgom secara geografis terletak di sebelah selatan ibukota Kabupaten Brebes. Di sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Jatibarang, sebelah selatan Kabupaten Tegal, sebelah barat Kecamatan Larangan, dan sebelah timur Kabupaten Tegal. Kecamatan Songgom terdiri dari 10 desa, yang sebelumnya merupakan kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Jatibarang. Wilayah Kecamatan Songgom secara geografis berada di dataran rendah, yang sebagian besar berupa lahan sawah. Ada pun jumlah penduduk Kecamatan Songgom berdasarkan data Kecamatan Songgom dalam Angka jumlahnya jiwa. Dan Desa Jatimakmur yang menjadi sampel dalam penelitian ini, jumlah penduduknya mencapai Sementara berdasarkan data dari Dusdukcapil jumlah penduduk Kecamatan Songgom mencapai jiwa, dan penduduk Desa Jatimakmur mencapai jiwa. Hampir sama dengan sebagian besar kecamatan di Kabupaten Brebes, mata pencaharian terbesar warganya adalah buruh tani dan petani/peternak. Seperti terlihat dari Kecamatan Songgom dalam Angka tahun 2013, buruh tani sebesar dan petani/peternak sebesar Berikut data mata pencaharian penduduk Kecamatan Songgom berdasarkan Kecamatan Songgom dalam Angka. 22

23 Kecamatan Songgom Kecamatan No Mata Pencaharian Songgom Prosentase 1 Petani/Peternak 11, Buruh Tani 22, Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan 2, Pedagang 1, Supir/Kernet Angkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain 3, Jumlah 44, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Songgom dalam Angka Sementara di Desa Jatimakmur, yang menjadi sampel penelitian kehadiran dan ketidakhadiran pemilih ini, mata pencaharian penduduknya adalah sebagai berikut. Desa Jatimakmur Kecamatan Songgom Desa No Mata Pencaharian Jatimakmur Prosentase 1 Petani/Peternak 1, Buruh Tani 3, Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Supir/Kernet Angkutan

24 9 PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain Jumlah 5, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Songgom dalam Angka Kecamatan Salem Kecamatan Salem berada di sebelah barat daya ibukota Kabupaten Brebes. Kondisi geografis alamnya merupakan daerah pegunungan. Untuk batas wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Banjarharjo dan Kecamatan Ketanggungan. Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Bantarkawung, sebelah selatan dengan Kabupaten Cilacap dan sebalah barat dengan Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Salem terdiri dari 21 desa, dengan jumlah penduduk sesuai dengan Kecamatan Salem dalam angka sebesar berdasarkan data tahun Sedangkan berdasarkan data dari Disdukcapil pada tahun 2014 jumlah penduduknya mencapai jiwa. Sedangkan jumlah penduduk di Desa Kadumanis, yang menjadi obyek penelitian ini, berdasarkan Kecamatan Salem dalam Angka jumlah 831 jiwa. Dan berdasarkan data Disdukcapil jumlahnya 774. Berikut tabel mata pencaharian penduduk Kecamatan Salem berdasarkan data dari Kecamatan Salem dalam Angka. Kecamatan Salem Kecamatan No Mata Pencaharian Salem Prosentase 1 Petani/Peternak 20, Buruh Tani 10, Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan 1,

25 7 Pedagang Supir/Kernet Angkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain 1, Jumlah 35, Sumber: Disarikan dari Kecamatan Salem dalam Angka Sementara berdasarkan pekerjaan, kondisi mata pencaharian penduduk Desa Kadumanis adalah sebagai berikut. Desa Kadumanis Kecamatan Salem Desa No Mata Pencaharian Kadumanis Prosentase 1 Petani/Peternak Buruh Tani Nelayan Pengusaha Buruh Industri Buruh Bangunan Pedagang Supir/Kernet Angkutan PNS/TNI/Polri Pensiunan Lain-lain Jumlah Sumber: Disarikan dari Kecamatan Salem dalam Angka tahun

26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Unit Analisis Dalam riset yang dilakukan dengan tema Kehadiran dan Ketidakhadiran Pemilih di TPS (Voter turn-out) ini, unit analisis yang diambil adalah individu. Individu yang dimaksud di sini adalah individu yang pada Pemilu 2014 lalu telah memiliki hak pilih atau telah berusia 17 tahun ke atas, atau sudah pernah menikah. Di mana individu yang dijadikan sampel ada di tiga kecamatan, yakni Kecamatan Salem, Kecamatan Songgom dan Kecamatan Brebes. Seperti diketahui, tingkat kehadiran pemilih di Kabupaten Brebes hanya 64,49 persen. Cukup jauh dari rata-rata di tingkat nasional yang mencapai 75 persen, sedangkan pada Pilpres menurun menjadi hanya 69 persen. Kecamatan Salem dipilih karena berdasarkan prosentase kehadiran pemilih merupakan yang terbesar di Kabupaten Brebes. Ada pun desa di Kecamatan Salem yang dipilih sebagai sampel adalah Desa Kadumanis, yang merupakan desa di Kecamatan Salem yang tingkat prosentase kehadiran pemilihnya tertinggi, bahkan tertinggi di Kabupaten Brebes. Dari data di KPU Kabupaten Brebes, tingkat kehadiran di Kecamatan Salem mencapai 76,31 persen. Sedangkan di Desa Kadumanis mencapai 88,56 persen. Kemudian Kecamatan Songgom dipilih karena untuk prosentase tingkat kehadiran pemilihnya terendah dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, tepatnya di desa Jatimakmur yang terendah tingkat kehadiran pemilihnya. Untuk rata-rata kehadiran di Kecamatan Songgom hanya 58,46 persen. Dan di Desa Jatimakmur hanya 53,81 persen. Ada pun Kecamatan Brebes dipilih sebagai lokasi sampel dikarenakan sebagai pusat pemerintahan kabupaten. Selain itu, pluralitas penduduknya juga menjadi pertimbangan. Dimana rata-rata tingkat kehadiran di Kecamatan Brebes hanya 61,57 persen. Dan diambil sebagai 26

27 sampel riset ini adalah Kelurahan Brebes, dengan rata-arata kehadiran 75,47 persen. Kemudian Desa Lembarawa, yang tingkat kehadirannya paling rendah di Kecamatan Brebes, bahkan paling rendah di tingkat Kabupaten Brebes, yang hanya 37,12 persen Tipe Penelitian Dalam riset pertisipasi masyarakat dalam Pemilu, dengan tema kehadiran dan ketidakhadiran pemilih ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini merupakan teknik mendalam (in-depth), berorietasi pada kasus dari sejumlah kasus, dalam hal ini adalah kehadiran dan ketidakhadiran pemilih dalam Pemilu Metode kualitatif ini memungkinkan hasil dari penelitian ini untuk melihat situasi yang sebenarnya tanpa ada rekayasa. Di mana dalam penelitian ini, masyarakat pemilih dalam Pemilu 2014 diwawancarai dengan metode survey untuk menjawab kuesioner yang telah dibuat. Pemilihan metode kualitatif ini dilakukan untuk menjawab rumusanrumusan masalah yang telah dibuat, dan bersifat fleksibel. Sehingga memungkinkan peneliti untuk mempelajari berbagai bidang baru yang menarik Teknik Koleksi Data Dalam penelitian ini, teknik koleksi data atau pengumpulan data dilakukan dengan metode survey berupa pertanyaan-pertanyaan kepada pemilih dalam bentuk kuesioner yang telah ditetapkan. Selain itu, juga berdasarkan data sekunder yang sudah ada, seperti data DPT Pemilu tahun 2014 dan data kependudukan dari BPS maupun Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, serta data pembanding dari Badan Pusat Statistik (BPS). Dari 17 kecamatan yang ada di Kabupaten Brebes, disepakati untuk diambil tiga kecamatan dengan pertimbangan tertentu. Yakni Kecamatan Salem, di Desa Kadumanis, dengan pertimbangan sebagai 27

28 desa dengan tingkat pastisipasi tertinggi. Di situ diambil 30 responden yang menyebar di empat RT (Rukun Tetangga) yang ada di desa tersebut. Kemudian Kecamatan Songgom di Desa Jatimakmur, dengan pertimbangan Kecamatan Songgom sebagai kecamatan dengan tingkat pasrtisipasi terendah di Kabupaten Brebes, dan Desa Jatimakmur menjadi desa dengan partisipasi terendah di kecamatan tersebut. Sebanyak 30 responden menjadi sampel dalam penelitian tersebut. Dan ketiga di Kecamatan Brebes yang diselenggaran di Desa Lembarawa dan Kelurahan Brebes. Desa Lembarawa dipilih karena menjadi desa dengan tingkat partisipasi paling rendah di tingkat Kabupaten Brebes. Dan Kelurahan Brebes mewakili daerah perkotaan, dengan pemilih yang beragam profesi dan latarbelakangnya. Di dua desa itu ada 40 responden yang dijadikan sampel dalam penelitian. Dengan demikian, dalam penelitian ini, ada 100 responden yang dijadikan sampel untuk diajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan kuesioner yang telah ditetapkan. Selanjutnya, hasil dari pertanyaanpertanyaan kuesioner ini dikumpulkan dan dibuatkan prosentase berdasarkan jawaban-jawaban yang telah diberikan responden. Dalam penentuan sampel ini, metode yang digunakan adalah teknik sampel probabilitas. Teknik ini dilakukan dengan cara memilih atau menarik sampel secara acak (random) dari daftar seluruh populasi yang ada. Dengan keterbatasan yang ada, maka sampel yang diambil dalam penelitian ini hanya 100 responden, yang latar belakang dan profesinya berbeda-beda, diambil secara acak. Di mana mereka yang telah memiliki hak pilih dalam Pemilu 2014 lalu Teknik Analisis Data Sebagaimana dikemukakan Miles dan Huberman (1994) dalam Morissan (Metode Penelitian Survei: 2012), analisis data kualitatif terdiri atas empat tahap, yaitu : 1) reduksi data (data reduction); 2) peragaan data (data display); 3) penarikan kesimpulan (conclusion drawing), dan 4) verifikasi. Dalam penelitian ini, data primer maupun sekunder disusun dan 28

29 diperbandingkan untuk menghasilkan penilaian atas hasil penelitian di lapangan. Selanjutnya, dari data yang ada, nantinya akan dihasilkan kesimpulan atas penelitian yang dimaksud. Dalam hal ini, data yang ada akan dianalisis dengan teknik komparatif tetap (the constant comparative technique). Secara umum, teknik ini terbagi dalam empat tahapan, yaitu: 1) kategorisasi kejadian; 2) perbaikan kategori; 3) mencari hubungan tema di antara kategori; dan 4) menyederhanakan dan mengintegrasikan data berdasarkan struktur teorinya. Dengan metode tersebut, diharapkan data-data yang diperoleh akan mampu menjawab rumusan-rumusan masalah yang telah ditentukan. Apa-apa yang menjadi persoalan akan ditemukan jawaban dan juga rekomendasi-rekomendasi yang diharapkan menjadi solusi ke depan. 29

30 BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA Berdasarkan data sekunder yang dimiliki KPU Kabupaten Brebes dari jumlah pemilih sebesar pada Pemilu Legislatif 2014, yang menggunakan hak pilih hanya atau hanya 64,49 persen saja. Prosentase tingkat kehadiran pemilih ini termasuk paling rendah di Jawa Tengah. Pada Pemilu legislatif tahun 2014 di tingkat nasional hanya mencapai sekitar 75 persen, sedangkan pada Pilpres menurun menjadi hanya 69 persen. Namun diakui, kualitas pemilu pada tahun 2014 ini mengalami peningkatan di bandingkan pemilu-pemilu sebelumnya. Sedangkan pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, prosentase pemilih di Kabupaten Brebes hanya 61,67 persen saja. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan prosentase Pemilu Legislatif tahun Tingkat prosentase ini berarti selaras dengan prosentase di tingkat nasional. Di mana terjadi penurunan prosentase antara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden dengan Pemilu Legislatif. Berdasarkan data tingkat kehadiran pemilih di masing-masing kecamatan di Kabupaten Brebes, Kecamatan Salem menjadi kecamatan dengan prosentase kehadiran pemilih yang terbesar, sebanyak 76,31 persen, kemudian Kecamatan Songgom menjadi kecamatan dengan prosentase kehadiran terendah, sebanyak 58,46 persen. Dari data jumlah penduduk, yang menjadi dasar dalam penentuan jumlah pemilih dalam pemilu, data yang berasal dari instansi berbeda di Kabupaten Brebes terdapat perbedaan. Yakni yang berasal dari data Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) dengan data yang berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Brebes. Perbedaan ini bisa dipahami, karena memang metode dan cara yang digunakan berbeda pula. Berikut data yang diperoleh dari dua instansi tersebut, berdasarkan data tahun

31 Tabel Selisih Jumlah Penduduk Kabupaten Brebes Jenis Kelamin BPS Disdukcapil Selisih Laki-laki Perempuan Jumlah Berdasarkan data tersebut, terdapat selisih jumlah penduduk yang cukup besar, yakni jiwa. Selisih tersebut menyebar di seluruh kecamatan dan desa yang ada di Kabupaten Brebes. Perbedaan jumlah penduduk, khususnya jumlah penduduk kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS dan Pemerintah Daerah sangat mungkin terjadi karena dua hal besar, yaitu perbedaan metodologi dan perbedaan waktu pendataan. ( Perbedaan jumlah penduduk ini jelas sangat berpengaruh terhadap prosentase kehadiran jumlah pemilih dalam Pemilu. Berdasarkan pengertian penduduk yang digunakan sebagai dasar untuk menetapkan pemilih, seperti dalam UU No 8 tahun 2012 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD dan DPRD, pada pasal 23 bahwa penduduk adalah Warga Negara Indonesia yang berdomisili di wilayah Republik Indonesia dan luar negeri. Dengan pengertian tersebut, maka penduduk suatu daerah dibuktikan dengan kepemilikan identitas diri, baik KTP, KK, SIM, Paspor dan lainnya. Sedangkan jika mengacu pada istilah yang ditentukan BPS, penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama 6 bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan untuk menetap. Jika seseorang beridentitas suatu daerah, namun tidak berada di daerah tersebut dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan, maka tidak dimasukkan dalam penduduk daerah tersebut. Namun yang bersangkutan dicatat dalam daerah yang ditempati saat pendataan. Dengan asumsi tersebut, maka selisih jumlah penduduk antara BPS Kabupaten Brebes dengan Disdukcapil Kabupaten Brebes adalah hal 31

32 yang wajar. Sehingga otomatis pula, pada saat pemilihan umum terjadi, mereka yang didata dalam daftar pemilih mengacu pada pengertian Pemda, bisa terjadi yang bersangkutan masih berada di luar daerah di mana dia terdaftar. Dari hasil jawaban kuesioner dari 100 responden yang dijadikan sampel, 13 orang atau 13 persen yang menyatakan tidak menggunakan hak pilih dalam Pemilu Legislatif 2014, alasan mereka adalah sibuk bekerja sebanyak 2 orang atau 15,38 persen, dan merantau ke luar kota/luar negeri sebanyak 7 orang 53,84 persen, dan 2 orang karena tidak terdaftar, serta 2 orang lainnya memberikan jawaban lainnya. Sebagian besar responden yang tidak menggunakan hak pilihnya tersebut juga merasa menyesal. Itu terlihat dari jawaban responden yang berjumlah 9 orang atau 69,23 persen yang mengaku menyesal. Sedangkan yang merasa tidak menyesal hanya 4 responden atau 30,77 persen saja. Dengan jawaban responden tersebut, data jumlah penduduk dari Disdukcapil yang dijadikan dasar penetapan daftar pemilih, yang jumlahnya lebih besar dari data jumlah penduduk dari BPS, ada indikasi atau diasumsikan bahwa selisih data tersebut adalah mereka yang merantau ke luar kota atau luar negeri. Mereka yang merantau, sebagian besar tidak menggunakan hak pilihnya. Hal ini diperkuat dengan data rekomendasi dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kabupaten Brebes, untuk mereka yang akan berangkat menjadi Tenaga Kerja (TKI) ke luar negeri. Selama tahun 2013 tercatat orang dan tahun 2014 tercatat orang. Keberadaan para TKI di luar negeri itu, rata-rata terikat kontrak selama dua tahun. Sehingga hampir dipastikan, mereka yang berangka menjadi TKI pada tahun 2013 dan 2014 tidak berada di Indonesia atau di daerah asal mereka. Namun mereka tetap tercatat sebagai pemilih di daerah asalnya. Meskipun di negara tujuan di luar negeri, mereka kemungkinan juga tercatat sebagai pemilih di luar negeri. 32

33 Belum lagi mereka yang sudah berangkat tahun-tahun sebelumnya dan kontraknya diperpanjang untuk beberapa tahun lagi. Termasuk warga Brebes yang berangkat menjadi TKI dari daerah lain di luar Brebes juga ada, meski tidak tercatat seberapa banyak. Namun itu fakta di sebagian masyarakat di Kabupaten Brebes yang mengadu nasib menjadi TKI di luar negeri. Berikut data rekomendasi pembuatan paspor di kantor Disnakertrans Kabupaten Brebes tahun 2013 dan TAHUN NO KECAMATAN JUMLAH 1 BANJARHARJO BANTARKAWUNG BREBES BULAKAMBA BUMIAYU JATIBARANG KERSANA KETANGGUNGAN LARANGAN 1, , LOSARI 1, , PAGUYANGAN SALEM SIRAMPOG SONGGOM 1, , TANJUNG TONJONG WANASARI JUMLAH 6,591 2,867 9,458 Sumber: Dinsosnakertrans Kabupaten Brebes Berdasarkan rumusan masalah yang pertama, apakah jenis pekerjaan dan kondisi geografis mempengaruhi tingkat kehadiran pemilih? 33

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011

UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011 UNDANG-UNDANG NO. 15 TAHUN 2011 Tentang Penyelenggaraan Pemilihan Umum Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.776, 2015 BAWASLU. Tahapan. Pencalonan Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH TETAP DALAM PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); -2- Tahun 2016 tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pengawasan Tahapan Pencalonan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati serta

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal...

Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik... 133 I. Umum... 133 II. Pasal Demi Pasal... DAFTAR ISI Hal - Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum... - BAB I Ketentuan Umum... 4 - BAB II Asas Penyelenggara Pemilu... 6 - BAB III Komisi Pemilihan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA. No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.676, 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Penyusunan. Daftar Pemilih. Pengawasan. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN SELEKSI CALON ANGGOTA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS) DAN PETUGAS KETERTIBAN TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MUARO JAMBI PADA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012

UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 UNDANG-UNDANG NO. 8 TAHUN 2012 Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta

2 perlu menambah struktur organisasi baru Pengawas Tempat Pemungutan Suara; b. bahwa dengan bertambahnya struktur organisasi pengawas tempat pemunguta BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.774, 2015 BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kabupaten/Kota. Kecamatan. Lapangan. Luar Negeri. Penggantian Antar Waktu. Pemberhentian. Pembentukan. Perubahan. PERATURAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memilih Presiden

Lebih terperinci

2011, No Daftar Pemilih Tetap Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

2011, No Daftar Pemilih Tetap Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2011 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pemutakhiran Data Pemilih. Penetapan Daftar Pemilih. Pemilu Kada. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

Draft Ketiga, 11 Sep 2012

Draft Ketiga, 11 Sep 2012 PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR. TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH UNTUK PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Komisi

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan

2012, No Mengingat membentuk Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.117, 2012 POLITIK. PEMILU. DPR. DPD. DPRD. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5316) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan

Lebih terperinci

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187); - 2 - tentang Perubahan atas Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 11 Tahun 2015 tentang Pengawasan Dana Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2 No.810, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik. Perubahan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013;

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013; 2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 4. Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang:

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.407, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAAN UMUM. Daftar Pemilih. Pemilih Umum Anggota DPR. DPD. DPRD. Penyusunan. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan Persetujuan Bersama www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018 Disampakain pada acara Jogja Campus Fair Keluarga Kudus Yogyakarta 28 JANUARI 2018 Oleh

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PENGAWASAN ATAS PENDAFTARAN, VERIFIKASI PARTAI POLITIK CALON PESERTA

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2-2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 3. Undang-Undang

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat untuk memilih Anggota Dewan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.705, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KPU. Panitia Pemilihan Umum. Penyelenggaraan Pemungutan Suara Luar Negeri. Presiden. Pembentukan Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 26 TAHUN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM.

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH DI DALAM NEGERI DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM. - 2-2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843) sebagaimana

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.59, 2008 OTONOMI. Pemerintah. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS Anang Dony Irawan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya Jl. Sutorejo No. 59 Surabaya 60113 Telp. 031-3811966,

Lebih terperinci

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 LAMPIRAN Undang-undang Pemilihan Umum a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Didalam Bab I ketentuan umum Undang-Undang tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan

2 Perubahan atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan No.775, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemutahiran Data. Pilkada. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGAWASAN PENETAPAN JUMLAH KURSI DAN DAERAH PEMILIHAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPRD

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.386, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan. Tahapan. Pencalonan. Pemilu, Kepala Daerah. Wakil Kepala Daerah. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3

Lebih terperinci

~ 1 ~ KOMISI PEMILIHAN UMUMM KABUPATEN BANGKA BARAT

~ 1 ~ KOMISI PEMILIHAN UMUMM KABUPATEN BANGKA BARAT ~ 1 ~ KOMISI PEMILIHAN UMUMM KABUPATEN BANGKA BARAT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 15/kpts/KPU-BABAR-009.436483/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH

Lebih terperinci

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan.

No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. No.849, 2014 BAWASLU. Kampanye. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Panitia Pemilihan. Pemungutan Suara. Luar Negeri. Pembentukan Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR,

Lebih terperinci

- 3 - BAB I PENDAHULUAN

- 3 - BAB I PENDAHULUAN - 3 - LAMPIRAN I KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TOBA SAMOSIR NOMOR:7/KPTS/002.434801/2015TENTANG PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI TOBA SAMOSIR

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 29 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PENGADAAN DAN PENDISTRIBUSIAN PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN

Lebih terperinci

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba

2017, No b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 124, Pasal 128, dan Pasal 132 Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Ba No.1892, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Bawaslu Provinsi. Bawaslu Kab/Kota. Panwaslu Kecamatan. Panwaslu Kelurahan/Desa. Panwaslu LN. Pengawas TPS. Pembentukan, Pemberhentian, dan Penggantian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGAWASAN DANA KAMPANYE PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Dana Kam No.993, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye. Peserta Pilkada. Pengawasan. Pencabutan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN GUBERNUR

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PENYUSUNAN DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 01 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOMISI PEMILIHAN UMUM, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR : 34/Kpts/KPU-Kab /2015

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG. NOMOR : 34/Kpts/KPU-Kab /2015 SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 34/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMUTAKHIRAN DATA DAN DAFTAR PEMILIH DALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN SAMBAS NOMOR 6/Kpts/KPU-Kab-019.435667/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN :

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum tanggal 26 Februari 2013; MEMUTUSKAN : 2 2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.299, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Panitia Pemilihan. Pemungutan Suara. Pemilu 2014. Pembentukan. Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci