B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013
|
|
- Bambang Sanjaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EVALUASI RENDAHNYA REALISASI PENDAPATAN NEGARA TAHUN 2013 Abstrak Penerimaan Negara merupakan pemasukan yang diperoleh Negara dan digunakan untuk membiayai kegiatan pemerintah. Penerimaan pajak memberikan kontribusi paling besar terhadap total penerimaan. Tidak terrealisasi penerimaan pajak akan berakibat berkurangnya penerimaan Negara. Penyebab tidak terealisasi penerimaan pajak adalah menurunnya tarif pajak, adanya kebijakan intensif pajak yang tidak tepat sasaran, terjadinya pengemplangan pajak dan penghindaran pajak oleh wajib pajak, dan adanya tekanan ekonomi global. A. Pendahuluan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada hakikatnya merupakan rencana kerja pemerintah yang akan dilakukan dalam satu tahun yang dituangkan dalam angka-angka rupiah. Di dalam rencana kerja tersebut terdapat target-target yang harus dicapai oleh pemerintah, termasuk target jumlah penerimaan negara yang akan dicapai. Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk membiayai dan menjalankan program-program pemerintah. Pemerimaan negara bersumber dari berbagai sektor. Penerimaan negara digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam postur APBN penerimaan negara terbagi menjadi tujuh sektor, yaitu pajak dalam negeri, pajak perdangangan internasional, penerimaan sumber daya alam, bagian pemerintah atas laba BUMN, PNBP lainnya, pendapatan BLU, dan Hibah. B. Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah Tahun 2013 Besarnya penerimaan Negara pada tahun 2013 telah ditargetkan dalam APBN Namun target ini mengalami revisi pada APBN-P. Berdasarkan gambar 1, penerimaan pajak dalam negeri memberikan kontribusi terbesar terhadap penerimaan Negara tahun Besarnya presentasi target penerimaan pajak dalam negeri adalah sebesar 73,3 % dari total penerimaan Negara. Hibah memberikan kontribusi yang paling kecil terhadap penerimaan Negara, yaitu sebesar 0.3 %. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 71
2 Gambar 1. Persentase Target Pendapatan Berdasar APBN-P 2013 Bagian Pemerintah atas Penerimaan Laba BUMN, 2,42 Sumber Daya Alam, 13,53 Pendapatan BLU, 1,56 Hibah 0,3 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya, 5,68 Pajak Perdagangan Internasional, 3,22 Pajak Dalam Negeri, 73,30 Sumber: Nota Keuangan APBN-P Perkembangan Target dan Realisasi Penerimaan Negara Realisasi atas target penerimaan Negara selalu mengalami perkembangan (Tabel 1). Target penerimaan Negara di dalam APBN memiliki kecenderungan selalu meningkat. Penerimaan Negara yang terrealisasi juga memiliki kecenderungan meningkat. Target penerimaan Negara yang tertulis dalam APBN selalu terkoreksi meningkat, kecuali pada tahun , dan Koreksi atas APBN tercantum dalam APBN-P. Pada tahun 2007 penurunan target penerimaan Negara mengalami penurunan karena terjadinya krisis ekonomi di Amerika Serikat yang berakibat pada pergeseran nilainilai ekonomi dunia. Pergeseran nilai-nilai ekonomi dunia yang mengancam ke arah resesi diperkirakan akan mempengaruhi kondisi perekonomian nasional pada semua negara di dunia yang melakukan perdagangan internasional 1. Sedangkan penurunan penetapan target penerimaan Negara pada tahun 2009 disebabkan oleh pengaruh krisis global yang terjadi pada tahun 2008 yang berdampak pada perubahan 1 Jurnal Ekonomi & Pendidikan, Volume 5 Nomor 2, Desember 2008, Krisis Finansial Amerika dan Perekonomian Indonesia, Teguh Sihono Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 72
3 asumsi dasar ekonomi makro 2. Terjadinya ketidakpastian ekonomi global berakibat pada melambatnya pertumbuhan perekonomian pada tahun Tabel 1 Perkembangan Penerimaan Negara Tahun (Miliar Rupiah) Penerimaan Negara APBN 625,24 723,06 781,35 985,70 949, , , ,67 APBN-P 659,12 694,09* 894,99 871,00* 992, , , ,00* Realisasi 637,99** 707,81 981,61 848,76** 995, , , ,89** * mengalami penurunan dari APBN ** mengalami penurunan dari APBN-P Pada tahun 2007, 2008, 2010 dan 2011 penerimaan Negara melebihi dari target yang tertulis dalam APBN-P. Sedangkan tahun 2006, 2009, 2012 dan 2013 penerimaan Negara tidak mencapai target yang telah ditentukan. Pada tahun 2006 penerimaan Negara tidak mencapai target dikarenakan adanya perlambalan kegiatan ekonomi beberapa sektor, penurunan impor barang modal, penurunan tarif bea masuk 4. Penyebab tidak tercapainya realisasi penerimaan Negara pada tahun 2009 adalah terjadinya krisis keuangan, sehingga memperlambat pertumbuhan di sektor riil di Indonesia. Kondisi penurunan ekonomi global (global economic slowdown) selama tahun 2012 telah berimbas pada turunnya ekspor komoditas sektor pertambangan dan penggalian, dan sektor industri pengolahan. Akibatnya pembayaran pajak yangberasal dari Wajib Pajak sektor ini mengalami penurunan. Pada tahun 2013 realisasi penerimaan Negara mencapai titik terrendah selama 8 tahun terakhir. Besar realisasi pada tahun ini hanya mencapai 95,8% dari target yang telah disepakati dengan DPR. 2 UU No 26 Tahun UU No. 15 Tahun LKPP 2006 Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 73
4 Gambar 2. Perkembangan Realisasi Pendapatan Negara dan Hibah (%) , Sumber: LKPP Target penerimaan Negara dalam APBN dari tahun ke tahun pasti akan mengalami revisi dalam APBN-P. Revisi yang dilakukan biasanya meningkatkan target penerimaan Negara. Namun pada tahun 2009 dan 2013 revisi yang dilakukan adalah penurunan target penerimaan Negara. Penurunan target ini biasa bersamaan dengan tahun politik. 2. Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2013 Tabel 2 Realisasi Penerimaan Negara Tahun 2013 Uraian APBNP (Miliar) Realisasi (Miliar) Persentase realisasi terhadap APBN-P (%) Pajak Dalam Negeri 73,30 71,57 97,64 Pajak Perdagangan Internasional 3,22 3,30 102,31 Penerimaan Sumber Daya Alam 13,53 15,73 116,31 Bagian Pemerintah atas Laba BUMN 2,42 2,36 97,68 Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya 5,68 4,84 85,31 Pendapatan BLU 1,56 1,71 109,78 Hibah 0,30 0,47 159,07 Sumber: LKPP 2013 Sektor memberikan kontribusi paling besar terhadap total peneriman Negara dan hibah adalah sektor Pajak dalam negeri. Apabila dalam sektor Pajak Dalam Negeri target penerimaan Negara tidak dapat terealisasi, maka total penerimaan Negara juga tidak akan Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 74
5 mencapai target. Penerimaan Negara Bukan Pajak Lainnya memiliki nilai realisasi yang paling rendah, yaitu sebesar 85,31 %. Namun rendahnya angka realisasi dari PNBP Lainnya ini tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap total penerimaan Negara. Hal ini terjadi karena kontribusi PNBP Lainya hanya sebesar 5,68 % dari total pendapatan Negara dan Hibah. Tabel 2 Realisasi Pajak Dalam Negeri Uraian APBN-P (Rp Milliar) Realisasi (Rp Milliar) Persentase realisasi (%) a. PPh Migas ,45 119,48 b. PPh Non-Migas , ,3 89,09 c. PPh Fiskal 0,849 d. PPh Ditanggung Pemerintah 3.885, , ,02 e. PPN dan PPnBM , ,5 90,80 f. PBB , ,58 92,54 g. BPHTB h. Cukai , ,1 103,55 i. Pajak Lainnya ,083 91,39 Penerimaan pajak dalam negeri bersumber dari beberapa sektor antara lain PPh, PPN, PPnBM, PBB, Cukai dan Pajak lainnya. Dalam APBN-P2013, PPh Non-Migas dan PPN & PPnBM memberikan kontribusi yang paling besar terhadap target penerimaan Pajak Dalam Negeri. Namun realisasi dari dua sektor pajak ini paling rendah selama tahun Realisasi PPh Non-Migas pada tahun 2013 sebesar Rp 413, 81 T atau sebesar 89,09% dari target APBN-P Sedangkan realisasi PPN dan PPnBM di tahun 2013 sebesar 90,8%. a. PPh Non Migas Penerimaan Negara dari PPh Non-Migas terbagi menjadi PPh pasal 21, 22, 22 Impor, 23, 25/29 OP, 25/29 Badan, 26, dan PPh Non Migas Lainnya. PPh pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan 5. Target besaran PPh pasal 21 yang akan dicapai pada tahun 2013 sebesar Rp 101,915 T atau sebesar 22% dari PPh Non-Migas. Namun target ini tidak terealisasi sepenuhnya. PPh 5 Booklet PPh Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 75
6 pasal 21 hanya terealisasi sebesar 88,47% dari target dalam APBN-P. Gambar 3. Postur PPh Non-Migas Berdasarkan APBN-P PPh Ps 26 7% PPh Non Migas Lainnya 0% Sumber: UU APBN 2013 PPh Final 15% PPh Ps 25/29 Badan 39% PPh Ps 21 22% PPh Ps 22 2% PPh Ps 22 Impor 9% PPh Ps 23 5% PPh Ps 25/29 OP 1% Tidak tercapainya target PPh pasal 21 disebabkan oleh: i. Adanya penurunan tarif PPh Pemungutan PPh pasal 21 berdasar pada UU PPh tahun 1983 yang mengalami perubahan pada tahun 1994, tahun 2000, dan tahun Dalam perubahan-perubahan tersebut, tarif PPh Pasal 21 cenderung menurun. Pada tahun 2008, penurunan tarif pajak PPh pasal 21 adalah kebijakan strategis yang ditujukan untuk melindungi pekerja pada masa krisis keuangan global. Namun pada prakteknya pemberian stimulus fiskal ini tidak dinikmati oleh pekerja sebagai sasaran. Perusahan yang mempekerjakan pekerjalah yang memanfaatkan fasilitas ini 6. ii. Rendahnya Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak Kesadaran masyarakat dalam membayar pajak masih sangat rendah. Sehingga diperlukan usaha lebih dari pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak. Tanpa adanya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, maka potensi penerimaan PPh pasal 21 tidak dapat direalisasikan secara maksimal. Rendahnya 6 Hartanti, tesis, Undip, Analisis Manfaat Penurunan Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi PPh Pasal 21 dan Intensif PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah Tahun 2009 Bagi Wajib Pajak 2009, Magister Akuntansi. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 76
7 iii. kesadaran masyarat ini bias menjadi indikasi masih rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kemampuan pemerintah dalam mengelola pajak. Peningkatan Penghasilan Tidak Kena Pajak Pada tahun 2012 pemerintah mengeluarkan kebijakan yang menaikkan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak. Adanya peningkatan PTKP ini menyebabkan menurunnya jumlah penerimaan PPh pasal 21. Tabel 3.Realisasi PPh Non-Migas Tahun 2013 (dalam Milliar rupiah) Jenis PPh Non Migas APBN-P Realisasi Realisasi (%) 1. PPh Ps , ,28 88,47 2. PPh Ps 22 6,600, ,15 103,58 3. PPh Ps 22 Impor , ,46 85,08 4. PPh Ps , ,24 90,53 5. PPh Ps 25/29 OP 6.443, ,41 68,03 6. PPh Ps 25/29 Badan , ,87 85,66 7. PPh Ps , ,97 85,37 8. PPh Final , ,99 103,20 9. PPh Non Migas Lainnya 42,56 36,92 86,74 Sumber: LKPP 2013 PPh pasal 25/29 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan dari objek pajak non final. PPh pasal 25/29 memberikan kontribusi terbesar dalam penerimaan PPh Non-Migas. Dalam APBN-P, PPh Ps 25/29 Badan ditargetkan sebesar Rp 180,12 T. Namun realisasi PPh Ps 25/29 hanya sebesar 85.66%. b. PPN dan PPnBM Pada tahun 2013 APBN-P menetapkan target penerimaan PPN dan PPnBM sebesar Rp 423,71 T. Namun jumlah penerimaan yang terealisasi hanya sebesar Rp 384,71 T, atau hanya terealisasi sebesar 90,8%. Tabel 4. Realisasi Penerimaan PPN dan PPnBM Tahun 2013 Uraian Realisasi PPN dan PPnBM Dalam Negeri 238, PPN dan PPnBM Impor 146, PPN dan PPnBM Lainnya Total 384, Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 77
8 Boks Rawan Terjadinya Tindakan Penghindaran dan Penggelapan Pajak Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengungkapkan, sekitar 60 persen perusahaan tambang di Indonesia tak membayar pajak dan royalty kepada Negara. Menurut Abraham, banyaknya perusahaan tambang yang mangkir dari kewajiban membayar pajak karena adanya kesepakatan illegal dengan aparat dan pejabat di daerah. Hal itu terlihat dari tidak seimbangnya kemajuan di daerah, baik secara infrastruktur maupun ekonomi. Dalam hitungannya, Indonesia berpeluang menerima pemasukan sebesar Rp trilliun setiap tahun dari hasil mengelola sumber daya alam. Bila dibagi rata, maka setiap warga negara Indonesia akan mendapatkan Rp 20 juta setiap bulan. (kompas.com/2/7/2013). Tingginya praktik tax avoidance dan tax evasion di sektor industry ekstraktif/ pertambangan, penggalian dan sektor industry pengolahan sudah sangat memprihatinkan. Sektor pertambangan & penggalian pada tahun 2012 sumbangan terhadap tax ratio hanya sebesar 6,3%. Di mana total penerimaaan pajak di sektor pertambangan dan penggalian tahun 2012 hanya sebesar Rp 60,73 triliun, padahal PDB untuk sektor ini sudah sebesar Rp 970,6 triliun. Dalam praktiknya, sektor ini sangat rawan terjadinya praktik-praktik tax avoidance dan tax evasion terutama untuk sub sektor migas dan sub sektor pertambangan batubara. Penerimaan pajak dari sub-sektor migas jauh di bawah potensi ekonomi yang dimiliki oleh sektor ini. Lemahnya regulasi dan system pengawasan di sektor migas dan transparansi yang kurang serta praktik-praktik tax avoidance dan tax evasion yang dilakukan oleh perusaha migas (asing dan dalam negeri) merupakan tindakan yang sangat merugikan keuangan Negara. Pada tahun 2012, penerimaan PPh Migashanya sebesar Rp 67,9 triliun, bandingkan dengan PDB di sub sektor migas yang mencapai Rp 673,1 triliun. Artinya, sub sektor migas hanya menyumbang tax ratio sebesar 10,6 %. Sumbangan sub-sektor migas terhadap total tax ratio sebesar 10,6 %. Sumbangan sub-sektor migas terhadap total tax ratio ini masih jauh dibandingkan dengan Malaysia, Venezuela, dan beberapa negara penghasil migas lainnya yang rata-rata sudah mencapai 22,5%. Tax ratiodi sektor industry engolahan juga belum optimal. Walaupun penerimaan pajak di sektor ini tiap tahun mengalami peningkatan tapi belum optimal bila dibandingkan dengan potensi ekonomi dari sektor tersebut. Tahun 2012, tax ratio di sektor industri pengolahan baru mencapai 12,6%. Contoh kasus transfer pricing (penghindaran pajak) yang dilakukan oleh Asian Agri Group dan Wilmar International Limited,triliunan potensi pajak yang hilang tiap tahunnya. Di sektor pertanian termasuk di dalamnya sub-sektor kehutanan, perkebunan, perikanan, dan tanaman pangan merupakan sektor yang sumbangan tax ratio-nya paling rendah dibandingkan sektor lain. Tahun 2012, tax ratio sektor pertanian hanya sebesar 1,2%. Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 78
9 Penyebab utama tidak terealisasinya target pernerimaan PPN dan PPnBM adalah rendahnya transaksi ekonomi pada tahun 2013 sebagai akibat tidak stabilnya perekonomian dunia. 7 Realisasi PPN dan PPnBM Impor masih dibawah realisasi penerimaan PPN dan PPnBM Impor. Prakarsa Wiko Saputra (2013) menyatakan rendahnya penerimaan PPN dan PPnBM karena buruknya kinerja ekspor Indonesia 8. c. Penyebab Rendahnya Realisasi Pajak pada Tahun 2013 Secara umum rendahnya capaian target penerimaan pajak pada tahun 2013 disebabkan oleh beberapa hal antara lain 9 : a. Rendahnya kemampuan otoritas pajak dalam menjangkau wajib pajak b. Kurang memadainya sumberdaya manusia di otoritas pajak, baik dari sisi jumlah dan kemampuan integritas yang buruk (korup). c. Lemahnya perencanaan, implementasi dan pengawasan di otoritas pajak. Otoritas pajak berada dibawah kementrian Keuangan dan tidak berdiri sendiri memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap kinerja otoritas perpajakan. d. Tingginya praktik penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion) oleh wajib pajak badan dan pribadi. Global finance Integrity (2011) merilis dari tahun , total uang illegal yang keluar dari Indonesia sebesar US $ 123M. Setiap tahun rata-rata uang illegal yang keluar sebesar US$ 10,9 M atau Rp T 10. e. Tekanan krisis ekonomi global yang berdampak pada pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Meskipun potensi penerimaan pajak tinggi, namun pemerintah memberikan paket intensif pajak kepada perusahan-perusahaan besar sehinga target penerimaan pajak sulit tercapai. f. Terjadinya guncangan pada sisi neraca perdanganan yang berdampak pada depresiasi mata uang rupiah menyebabkan munculnya kebijakan fiskal untuk menjaga keseimbangan makro Pajak-Jeblok 9 Fact sheet: Evaluasi Realisasi Penerimaan Pajak 2013: Berada pada Titik Terendah sejak content/uploads/2014/05/illicit_financial_flows_from_developing_countries_ HighRes.pdf Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 79
10 ekonomi. Hal ini mendorong pemerintah untuk mengeluarkan insentif perpajakan. C. Penutup Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, ditemukan suatu trend yang berulang. Revisi target penerimaan Negara dalam APBN-P memiliki kecenderungan selalu meningkat. Namun di tahun-tahun politik, revisi yang dilakukan cenderung mengurangi target penerimaan Negara. Pajak dalam negeri memberikan kontribusi paling besar dalam penerimaan Negara, namun tidak terealisasi. Tahun 2013, penerimaan Negara yang tidak mencapai target atau tidak terealisasi 100 % adalah jenis-jenis penerimaan yang memiliki kontribusi yang paling besar. Tidak tercapainya target penerimaan Negara dikarenakan penurunan tariff pajak, pemberikan intensif pajak yang tidak tepat sasaran, rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak, Tingginya praktik penghindaran pajak (tax avoidance) dan pengelakan pajak (tax evasion) oleh wajib pajak badan dan pribadi, rendahnya integritas para pegawai pajak dan adanya tekanan dari ekonomi global. (RC) Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN 80
EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013
EVALUASI PENERIMAAN PAJAK TAHUN 2013 DISKUSI PUBLIK Jakarta, 19 Desember 2013 WIKO SAPUTRA Peneliti Kebijakan Ekonomi dan Publik PERKUMPULAN PRAKARSA PENDAHULUAN Penerimaan pajak berkontribusi sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu. yang berguna bagi kepentingan bersama Waluyo (2008:2).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik secara
Lebih terperinciKEBIJAKAN FISKAL PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH. Abstrak
KEBIJAKAN FISKAL PAJAK DITANGGUNG PEMERINTAH Abstrak Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintah. Namun dalam APBN terdapat istilah Pajak Ditanggung
Lebih terperinciREALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012
REALISASI PENDAPATAN NEGARA SEMESTER I 2012 Penerimaan Perpajakan Dalam Semester I Tahun 2012 Realisasi penerimaan perpajakan sampai dengan semester I 2012 mencapai Rp456.774,0 miliar, atau 44,9 persen
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SEMESTER I 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan sebesar 6,0%.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satunya berasal dari penerimaan pajak.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemandirian suatu negara tidak terlepas dari tingkat pendapatannya yang baik. Pendapatan negara bersumber dari danaeksternal maupun internal. Dana eksternal diperoleh
Lebih terperinciBAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Pendapatan Negara dan Hibah Bab III BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 3.1 Umum Perkembangan realisasi pendapatan negara dan hibah dalam periode 2005-2008 menunjukkan adanya tren kenaikan dengan rata-rata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009.
1 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan instrumen kebijakan fiskal dan implementasi perencanaan pembangunan setiap tahun. Strategi dan pengelolaan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 31 AGUSTUS 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting selain penerimaan bukan pajak. Pembayaran pajak sangat penting bagi negara untuk pelaksanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fungsi pemerintah dalam suatu negara adalah : 1) fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan
Lebih terperinciJogjakarta, 7 Agustus 2017
FUNGSI dan PERAN DJP terkait Transparansi DBH Jogjakarta, 7 Agustus 2017 TUGAS dan FUNGSI DJP TUGAS menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pajak sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
Lebih terperinciPerekonomian Indonesia
MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Kebijakan Fiskal dan APBN Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 10 84041 Abstraksi Modul ini membahas salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,
Lebih terperinciMeningkatkan Tax Ratio Indonesia
Meningkatkan Tax Ratio Indonesia A. Pendahuluan Penerimaan perpajakan merupakan salah satu pilar penerimaan dalam APBN, hal ini sejalan dengan amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Lebih terperinciB.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Lebih terperinciB.2. PENJELASAN PER POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN (BRUTO)
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN (NETO)
Lebih terperinciNOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA
NOTA KEUANGAN DAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menciptakan kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan. mengurangi ketergantungan pada sumber dana luar negeri.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan yang sangat penting artinya bagi perekonomian suatu Negara. Demikian juga dengan Indonesia sebagai negara yang sedang membangun,
Lebih terperinciB. PENJELASAN ATAS POS-POS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
B. PENJELASAN ATAS POSPOS LAPORAN REALISASI ANGGARAN B.1. PENJELASAN UMUM LAPORAN REALISASI ANGGARAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang. Pembayar pajak tidak mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maju dan sejahtera. Dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang secara terus menerus melakukan pembangunan untuk dapat menjadi negara yang maju dan sejahtera. Dalam rangka
Lebih terperinciPERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009
PERKEMBANGAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO DAN REALISASI APBN SAMPAI DENGAN 30 SEPTEMBER 2009 I. ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO 1. Pertumbuhan Ekonomi Dalam UU APBN 2009, pertumbuhan ekonomi Indonesia ditargetkan
Lebih terperinciBAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH RAPBN-P 2008
Pendapatan Negara dan Hibah BAB II PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH 2.1. Pendahuluan Dengan mengevaluasi pelaksanaan APBN-P 2007 serta memantau pelaksanaan APBN pada awal tahun 2008, pendapatan negara dan hibah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Hal tersebut tertuang dalam Anggaran Penerimaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber utama penerimaan Negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran rutin maupun pembangunan agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan
Lebih terperinciKINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS
KINERJA PENDAPATAN NEGARA BUKAN PAJAK (PNBP) SUMBER DAYA ALAM NON MIGAS Pendahuluan Undang-undang No 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak mendefinisikan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Mei 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Mei 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 28 April 2017 FSDFSDFGSGSGSGSGSFGSF- DGSFGSFGSFGSGSG Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. April 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari)
Lebih terperinciExecutive Summary Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan
Executive Summary Model Proyeksi Penerimaan Perpajakan Penerimaan perpajakan merupakan sumber pendapatan yang utama dalam APBN. Selama lima tahun terakhir, penerimaan perpajakan rata-rata sekitar 70 persen
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah juga terus memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan kondisi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan Direktorat Jenderal Pajak dalam memberikan kontribusi yang signifikan bagi penerimaan Negara.Yaitu dengan melalui salah satu alat ukur yang bernama
Lebih terperinciDATA POKOK APBN
DATA POKOK - DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, dan...... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL. Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA) Novotel, Bogor, 06 September 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KERANGKA PENYAJIAN 1. INDONESIA KAYA SUMBER
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
PENDAHULUAN Latar Belakang Pendapatan negara memiliki dua komponen yakni penerimaan dalam negeri dan hibah. Sebagaimana tercantum di dalam Nota Keuangan 0 pendapatan negara selain menjadi sumber pembiayaan
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 UMUM Anggaran
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN
67 BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA INDONESIA DALAM APBN 2010-2012 Untuk memperoleh gambaran tentang pengelolaan keuangan Negara dalam APBN Indonesia, maka akan diuraikan sejumlah poin pembahasan menyangkut
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2006 DAN APBN 2007 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : -.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1989/1990...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1989/1990...... 3 Tabel
Lebih terperinciREALISASI SEMENTARA APBNP
I. PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH REALISASI SEMENTARA 1 Dalam tahun, realisasi pendapatan negara dan hibah mencapai Rp1.014,0 triliun (16,0 persen dari PDB). Pencapaian ini lebih tinggi Rp21,6 triliun (2,2
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 UMUM Anggaran
Lebih terperinci2 makro yang disertai dengan perubahan pokok-pokok kebijakan fiskal, dan pergeseran anggaran antarunit organisasi dan/atau antarprogram yang berdampak
No.44, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5669) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi suatu negara di satu sisi memerlukan dana yang relatif besar. Sementara di sisi lain, usaha pengerahan dana untuk membiayai pembangunan tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010 Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki jumlah populasi penduduk yang sangat besar, dimana
Lebih terperinciNOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA
NOTA KEUANGAN DAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2012 REPUBLIK INDONESIA Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Daftar Boks... BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciKajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro. Ringkasan eksekutif
Kajian Potensi Penerimaan Perpajakan Berdasarkan Pendekatan Makro Ringkasan eksekutif Peran perpajakan sangat penting bagi APBN. Oleh karena itu, perlu diketahui sejauhmana penerimaan perpajakan dapat
Lebih terperinciDATA POKOK APBN-P 2007 DAN APBN 2008 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
DATA POKOK -P DAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DAFTAR TABEL Tabel 1 : dan.......... 1 Tabel 2 : Penerimaan Dalam Negeri, 1994/1995...... 2 Tabel 3 : Penerimaan Perpajakan, 1994/1995.........
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia kini cukup pesat dilihat dari segi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara hukum yang berlandaskan Undang-Undang Dasar 1945, karena itu perpajakan sebagai salah satu perwujudan yang diwajibkan oleh Negara. Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam bab 1 pendahuluan akan dibahas beberapa sub bab, antara lain: latar
BAB I PENDAHULUAN Di dalam bab 1 pendahuluan akan dibahas beberapa sub bab, antara lain: latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat, penetapan APBN sendiri dilakukan setelah ada pembahasan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah wujud dari pengelolaan keuangan negara yang merupakan instrumen bagi Pemerintah untuk mengatur pengeluaran
Lebih terperinciBAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN
BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPENDAHULUAN. menyediakan sarana dan prasarana,baik fisik maupun non fisik. Namun dalam
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia mempunyai cita cita yang luhur sebagaimana tertuang dalam Pembukuan UUD Tahun 1945 adalah untuk memajukan kesejahteraan umum menuju masyarakat adil dan makmur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
Lebih terperinciSEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA
SEKILAS TENTANG PEREKONOMIAN DAN FISKAL INDONESIA Direktorat Jenderal Pajak 07 September 2013 Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta PAJAK SEBAGAI KEWAJIBAN BAGI WARGA NEGARA Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 Segala
Lebih terperinciMakalah Penerimaan Negara
Makalah Penerimaan Negara Disusun Oleh: Opissen Yudisyus Muhammad Nur Syamsi Desyana Enra Sari ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2012 DAFTAR ISI BAB I BAB II BAB III Latar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa
Lebih terperinciINFOGRAFIS REALISASI PELAKSANAAN APBN 2017
INFOGRAFIS REALISASI s.d. 31 Maret 2017 Realisasi Pelaksanaan INFOGRAFIS (s.d. Maret 2017) Perkembangan Asumsi Ekonomi Makro Lifting Minyak (ribu barel per hari) 5,1 5,01 4,0 3,61 5,3 5,2 13.300 13.348
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Pembangunan Nasional difasilitasi oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan penerimaan negara terbesar yang dipergunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan salah satunya untuk pembangunan nasional. Perubahan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dalam struktur penerimaan Negara perpajakan masih merupakan primadona dan komponen terbesar dalam negeri untuk menopang pembiayaan operasional pemerintahan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari dinas
41 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari mencatat, mengumpulkan serta menyalin data-data yang diperlukan dari
Lebih terperinciUU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001
Copyright (C) 2000 BPHN UU 1/2002, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001 *12925 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR
Lebih terperinciM E T A D A T A INFORMASI DASAR
M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Operasi Keuangan Pemerintah Pusat 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA)
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DANA BAGI HASIL SUMBER DAYA ALAM (DBH SDA) Surabaya, 8 Oktober 2015 DIREKTORAT JENDERAL PERIMBANGAN KEUANGAN KERANGKA PENYAJIAN 1. INDONESIA KAYA SUMBER DAYA ALAM?
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSTAN KEBIJAKAN FISKAL PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA. oleh: Rachmat Efendi
PENGANTAR PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA KEBIJAKAN FISKAL oleh: Rachmat Efendi Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Prodip III Kepabeanan Dan Cukai Tahun 2015 TUJUAN PEMBELAJARAN Memahami Kebijakan Fiskal yang
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN,
Lebih terperinciTABEL 2 RINGKASAN APBN, (miliar rupiah)
2 A. Pendapatan Negara dan Hibah 995.271,5 1.210.599,7 1.338.109,6 1.438.891,1 1.635.378,5 1.762.296,0 I. Pendapatan Dalam Negeri 992.248,5 1.205.345,7 1.332.322,9 1.432.058,6 1.633.053,4 1.758.864,2 1.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2005 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG
PENDAPAT AKHIR PEMERINTAH PADA RAPAT PARIPURNA DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II/PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan salah satu kebijakan dalam mengatur kegiatan ekonomi secara makro, di samping kebijakan fiskal juga terdapat kebijakan moneter yang merupakan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah tidak bisa berjalan sendiri karena dibutuhkan biaya yang sangat besar.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. negeri berasal dari penjualan migas dan nonmigas serta pajak. Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan negara Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri apabila pembangunan itu sebagian besar dapat dibiayai dari sumber-sumber penerimaan dalam negeri,
Lebih terperinciV. PERKEMBANGAN KOMPOSISI ANGGARAN PEMERINTAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KEMISKINAN DI INDONESIA
V. PERKEMBANGAN KOMPOSISI ANGGARAN PEMERINTAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, KESEMPATAN KERJA, DAN KEMISKINAN DI INDONESIA Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen kebijakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan potensi pajak yang ada dapat dipungut secara optimal. Langkah-langkah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu berupaya untuk meningkatkan tax ratio secara bertahap dengan memperhatikan kondisi ekonomi Indonesia dan ekonomi dunia. Peningkatan secara
Lebih terperinciTINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I. Oleh : Kelompok II. M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti
TINJAUAN PERENCANAAN PENERIMAAN PERPAJAKAN DAN REALISASINYA D R A F T I Oleh : Kelompok II M. Yus Iqbal Eny Sulistiowati Ikawati Martiasih Nursanti BAGIAN ANALISA PENDAPATAN NEGARA DAN BELANJA NEGARA MEI
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 1 TAHUN 2002 (1/2002) TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARATAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Realisasi Penerimaan Negara (Milyar Rupiah),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 110, 2005 APBN. Pendapatan. Pajak. Bantuan. Hibah. Belanja Negara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1, 2001 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4167) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciMenyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi Selasa, 20 Mei 2014 INDEF 1 Diskusi Dwi Bulanan INDEF Menyoal Efektifitas APBN-P 2014 Mengatasi Perlambatan Ekonomi
Lebih terperincipengawasan, pengendalian, dan evaluasi.
2 1. Memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Keleluasaan otonomi artinya mencakup kewenangan yang utuh dan bulat dalam penyelenggaraan pemerintahan termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pemerintah dalam APBN tahun 2015 kembali meningkatkan target
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah dalam APBN tahun 2015 kembali meningkatkan target penerimaan pajak dari tahun sebelumnya. Target penerimaan pajak pada APBN-P tahun 2014 dipatok sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber penerimaan Negara Indonesia yang paling potensial adalah penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar
BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar
Lebih terperinciTabel 1a APBN 2004 dan APBN-P 2004 (miliar rupiah)
Tabel 1a 2004 dan -P 2004 Keterangan -P ( (3) (4) (5) A. Pendapatan Negara dan Hibah 349.933,7 17,5 403.769,6 20,3 I. Penerimaan Dalam Negeri 349.299,5 17,5 403.031,8 20,3 1. Penerimaan Perpajakan 272.175,1
Lebih terperinciANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) Bandi, Dr., M.Si., Ak., CA. PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH
ANGGARAN SEKTOR PUBLIIK (AnSP) PENDAPATAN, HIBAH, BELANJA PEMERINTAH Pendapatan, Hibah, Belanja Pemerintah Sesi 4 Copyright 2016 bandi.staff.fe.uns.ac.id. SIKLUS APBN & ASUMSI DASAR EKONOMI Tujuan Pembelajaran
Lebih terperinciBAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH
Pendapatan Negara dan Hibah 2009 Bab III 3.1 Umum BAB III PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH Dalam periode 2005 2007, realisasi pendapatan negara dan hibah menunjukkan perkembangan yang pesat, yaitu dengan pertumbuhan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2 Sehubungan dengan lemahnya perekonomian global, kinerja perekonomian domestik 2015 diharapkan dapat tetap terjaga dengan baik. Pertumbuhan ekonomi p
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI KEUANGAN. APBN. Tahun 2015. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 44) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia memerlukan dana yang jumlahnya setiap tahun semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global,
Lebih terperincipajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sumber penerimaan negara yang terbesar adalah dari sektor pajak. Data dari Departemen Keuangan Republik Indonesia juga menunjukkan adanya peningkatan penerimaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk dapat merealisasikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan salah satu kegiatan pemerintah yang berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciMandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN
Mandatory Spending, SAL dan Kelebihan Pembiayaan (overfinancing) APBN Pendahuluan Dalam penyusunan APBN, pemerintah menjalankan tiga fungsi utama kebijakan fiskal, yaitu fungsi alokasi, fungsi distribusi,
Lebih terperinciRincian Penerimaan Perpajakan Tahun Anggaran 2008 adalah sebagai berikut
PENJELASAN A T A S RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 45 TAHUN 2007 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2008
Lebih terperinciPenyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015
Penyesuaian Penghasilan Tidak Kena Pajak Sebagai Instrument Fiskal Stimulus Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015 Bidang Kebijakan Pajak dan PNBP II, Pusat Kebijakan Pendapatan Negara I. Pendahuluan Pemerintah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2000 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 2001 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara membutuhkan dana untuk membiayai seluruh aktivitas yang dilakukan, baik itu pengeluaran rutin maupun pengeluaran untuk pembangunan negara. Sumber
Lebih terperinci