Kebijakan Investasi di Sektor Industri Gula

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebijakan Investasi di Sektor Industri Gula"

Transkripsi

1 2013 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved Kebijakan Investasi di Sektor Industri Gula Noor Fuad Fitrianto Kasubdit Industri Logam, Mesin, Tekstil dan Aneka Direktorat Perencanaan Industri Manufaktur Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM RI) 28 Oktober 2013, IPB International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat

2 OUTLINE PAPARAN 1 2 Kinerja penanaman modal dan Sektor industri manufaktur Kebijakan penanaman modal 3 Isu dan tantangan Pemerintah ke depan Indonesia Investment Coordinating Board

3 I. Perkembangan Terakhir Kinerja Investasi dan Industri Manufaktur 3

4 Forecast Pertumbuhan Industri Manufaktur Nasional. PERTUMBUHAN PDB & INDUSTRI MANUFAKTUR, (%)* 8,0 Th2013 : 7,1% 7,0 6,0 Th2013 : 6,3% 5,0 4,0 3,0 2,0 1,0 0, ,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0 Menteri Perindustrian memangkas target pertumbuhan industri manufaktur tahun 2013 menjadi 7,1% (sebelumnya 8,0% sesuai Renstra). Keterangan: *) 2012 angka sementara *) 2013 merupakan APBN-P dan Renstra Kemenperin INDIKATOR PEMBANGUNAN INDUSTRI Pertumbuhan Sektor Industri (%) Pertumbuhan Industri Non-Migas (%) Peran Ind Manufaktur % PDB % Ind Manufaktur TARGET 2011 TARGET 2012 TARGET 2013 TARGET Sumber: Kemenkeu, Kemenperin & BPS, 2012, diolah. Kontribusi Produk Industri thd Ekspor Non-Migas (%) Kontribusi Tenaga Kerja Sektor Industri (%) Indonesia Investment Coordinating Board

5 Realisasi pertumbuhan industri pengolahan non-migas, NO LAPANGAN USAHA Makanan, Minuman dan Tembakau 5,05 2,34 11,22 2,78 9,14 7,74 2 Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki (3,68) (3,64) 0,60 1,77 7,52 4,19 3 Brg. kayu & Hasil hutan lainnya. (1,74) 3,45 (1,38) (3,47) 0,35 (2,78) 4 Kertas dan Barang cetakan 5,79 (1,48) 6,34 1,67 1,40 (5,26) 5 Pupuk, Kimia & Barang dari karet 5,69 4,46 1,64 4,70 3,95 10,25 6 Semen & Brg. Galian bukan logam 3,40 (1,49) (0,51) 2,18 7,19 7,85 7 Logam Dasar Besi & Baja 1,69 (2,05) (4,26) 2,38 13,06 6,45 8 Alat Angk., Mesin & Peralatannya 9,73 9,79 (2,87) 10,38 6,81 6,94 9 Barang lainnya (2,82) (0,96) 3,19 3,00 1,82 (1,00) INDUSTRI NON MIGAS 5,15 4,05 2,56 5,12 6,74 6,40 PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) 6,35 6,01 4,63 6,22 6,49 6,23 Pertumbuhan cabang industri non-migas secara kumulatif hingga tahun 2012 yang tertinggi dicapai oleh Industri Pupuk, Kimia & Barang dari Karet sebesar 10,25%, Industri Semen & Barang Galian Bukan Logam sebesar 7,85%, Industri Makanan, Minuman & Tembakau sebesar 7,74%, Industri Alat Angkut, Mesin & Peralatannya sebesar 6,94%, Industri Logam Dasar Besi & Baja sebesar 6,45% dan Tekstil, Brg. kulit & Alas kaki sebesar 4,19%. Sumber: BPS,

6 .pertumbuhan industri makanan & minuman kontribusi 4% terhadap PDB non migas 12 BESAR SUBSEKTOR INDUSTRI (USD juta) NO URAIAN PERTUMBUHAN 2012 PERAN Logam Besi, Mesin dan Otomotif 31,684 43,219 52,472 62, % 45% 2. Elektronik 10,497 14,176 16,117 16, % 12% 3. Kimia Dasar 8,095 11,432 15,413 16, % 12% 4. Tekstil 3,397 5,031 6,735 6, % 5% 5. Makanan dan Minuman 2,811 4,514 6,852 6, % 4% 6. Peralatan listrik 2,106 3,143 3,769 4, % 3% 7. Pulp and Paper 1,883 2,732 3,263 3, % 2% 8. Barang Kimia lainnya 1,662 2,199 2,592 2, % 2% 9. Makanan ternak 1,679 1,872 2,221 2, % 2% 10. Pengolahan tembaga, timah, dll. 1,027 1,822 2,195 2, % 2% 11. Pupuk 929 1,509 2,707 2, % 2% 12. Pengolahan Aluminium 1,398 1,937 1, % 1% Total 12 Besar Industri 66,804 93, , , % 92% Industri lainnya 5,734 8,069 9,828 11, % 8% Total Industri Manufaktur 72, , , , % 100% Sumber: Kemenperin,

7 Pertumbuhan industri manufaktur, periode Proyeksi pertumbuhan industri manufaktur 6.4% (2012)* 6.0% (2013)** 8% (2014) Subsektor industri 2013 target (%) Pupuk, kimia dan produk karet 8,5 Semen dan penggalian mineral nonlogam 8,3 Makanan, minuman dan tembakau 8,1 Transportasi, mesin dan peralatan 7,7 Besi dan baja 6,4 2,5 2 1,5 1 0,5 0-0,5-1 -1,5 Purchasing Managers Index (PMI) Indonesia* Tekstil, kulit dan alas kaki 4,7 Kertas dan pencetakan 1,0 Furnitur dan produk kehutanan 0,8 Lainnya 1,0 Sumber: Kemenperin, Markit, HSBC, Indek Manufaktur Indonesia (PMI) mengalami peningkatan sejak awal tahun 2013 hingga bulan Apr sekitar 51,7%. PMI turun sejak Mei hingga Agustus 48,5 disebabkan melemahnya permintaan baru, penurunan kapasitas produksi, pembelian input, penggajian TK, serta peningkatan harga rata2 bahan baku ditengah naiknya harga BBM dan depresiasi rupiah. *PMI mengindikasikan tingkat konsumsi produk manufaktur domestik. Indonesia Investment Coordinating Board

8 Realisasi Investasi: Periode Tahun 2010 Kuartal 3/2013 Realisasi Investasi & Target PMA (USD miliar) Rp Trn (USD miliar) (26.6) (23.1) (17.8) (34.8) (31.5) (27.9) (43.3) (32.6) (56.3) Q1-3/2013 Catatan: Target Realisasi Target realisasi investasi berdasarkan Renstra Penanaman Modal (perubahan). Realisasi Investasi tahun 2012 mencapai Rp. 313,2 Trn (110,5% dari target tahun 2012). Hingga Kuartal 3/2013: realisasi investasi mencapai Rp 293,3 Trn (75% dari target tahun 2013), terdiri dari: PMDN Rp 94,1 Trn dan PMA Rp 199,2 Trn (USD 22,1 miliar). Sumber: BKPM, 2013 PMDN (Rp Trn) Q1-3/2013 Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000 Indonesia Investment Coordinating Board

9 Realisasi Investasi: Kuartal 1 3 Tahun 2013 vs Tahun 2012 Realisasi Investasi Tahun ,9 293,3 Target 2013* Capaian ** PMDN % 93 99,8 100,5 71,2 76,9 81,8 PMA % TOTAL % Triwulan 1 Triwulan 2 Triwulan 3 Jan-Sep Keterangan: * RENSTRA BKPM (perubahan) ** Terhadap target 2013 TAHUN 2012 (dalam Rp Trn) TAHUN 2013 Tw1 Tw2 Tw3 Jan-Sep PMDN PMA TOTAL Tw1 Tw2 Tw3 Jan-Sep PMDN PMA TOTAL Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000 Sumber: BKPM, 2013 Indonesia Investment Coordinating Board

10 Realisasi investasi tahun 2012: Sektor, Lokasi, dan Negara asal sumber modal Sektor: 5 BESAR SEKTOR (PMDN) 1. Ind Makanan, Rp. 11,2 Trn (12,1%) 2. Ind Mineral Non Logam, Rp. 10,7 Trn (11,6%) 3. Pertambangan, Rp. 10,5 Trn (11,5%) 4. Tanaman Pangan & Perkebunan, Rp. 9,6 Trn (10,4%) 5. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi, Rp. 8,6 Trn (9,3%) Lokasi: 5 BESAR LOKASI (PMDN) 1. Jawa Timur, Rp. 21,5 Trn (23,3%) 2. Jawa Barat, Rp. 11,4 Trn (12,3%) 3. DKI Jakarta Rp. 8,5 Trn (9,3%) 4. Kalimantan Timur, Rp. 5,9 Trn (6,4%) 5. Jawa Tengah, Rp. 5,8 Trn (6,3%) Negara Asal Sumber Modal: 5 BESAR SEKTOR (PMA) 1. Pertambangan, US$ 4,3 M (17,3%) 2. Transportasi, Gudang & Telekomunikasi, US$ 2,8 M (11,4%) 3. Ind Kimia Dasar, Barang Kimia & Farmasi, US$ 2,8 M (11,3%) 4. Ind Logam Dasar, Barang Logam, Mesin & Elektronik, US$ 2,5M (10,0%) 5. Ind Alat Angkutan & Transportasi lainnya, US$ 1,8 M (7,5%) 5 BESAR LOKASI (PMA) 1. Jawa Barat, US$ 4,2 M (17,1%) 2. DKI Jakarta, US$ 4,1 M (16,7%) 3. Banten, US$ 2,7 M (11,1%) 4. Jawa Timur, US$ 2,3 M (9,4%) 5. Kalimantan Timur, US$ 2,0 M (8,2%) 5 BESAR NEGARA ASAL SUMBER MODAL (PMA) Sumber: BKPM, Singapura, US$ 4,9 M (19,8%) 2. Jepang, US$ 2,5 M (10,0%) 3. Korea Selatan, US$ 1,9 M (7,9%) 4. Amerika Serikat, US$ 1,2 M (5,1%) 5. Mauritius, US$ 1,1 M (4,3%) 10

11 Perkembangan Rata-rata Realisasi Investasi Sektoral, periode tahun Realisasi Investasi (dalam Rp triliun) Primer Sekunder Tersier ave ave Investasi di sektor industri manufaktur rata2 tahun mengalami kenaikan 88% dibandingkan rata2 tahun Industri Manim mengalami kenaikan dari Rp 23,2 Trn atau naik 45,8% dari periode sebelumnya Rp 15,9 Trn. Nilai investasi industri Manim tahun 2012 mencapai Rp 27,2 Trn, terdiri dari PMDN Rp 11,2 Trn dan PMA Rp 16,0 Trn (USD 1,78 miliar). Nilai ini naik 52% dari tahun 2011 Rp 17,8 T terdiri dari PMDN Rp 7,9 Trn dan PMA Rp 9,9 Trn (USD 1,10 miliar). 25 Investasi Sektor Industri, 7 sektor terbesar (dalam Rp triliun) Makanan & Minuman Tekstil Kertas, Brg dr Kertas & Percetakan Kimia Dasar, Brg kimia & Farmasi Karet, Brg dr karet & Plastik Mineral non logam Logam Dasar, Brg logam, Mesin & Elektronika *) Data realisasi investasi, Sumber: BKPM, 2013, diolah ave ave Indonesia Investment Coordinating Board

12 Realisasi investasi Industri Manim mengalami tren peningkatan 30 Realisasi Investasi Industri Makanan & Minuman, Tahun 2008 K3/2013 (dalam Rp Trn) Tw1-3/2013 PMA PMDN Total Tahun PMA PMDN P I P I , , , , , ,17 Q1-3/ , ,91 Keterangan: P = proyek I = nilai investasi (Rp Trn) Asumsi Nilai tukar USD 1,- = Rp 9,000 Sumber: BKPM,

13 II. Kebijakan Penanaman Modal 13

14 Kebijakan Industri Nasional (Peraturan Presiden No. 28/2008) 35 klaster industri prioritas akan dibangun berdasarkan daya saing nasional dalam rangka menghadapi persaingan global. Sumber: Kemenperin, 2011 Indonesia Investment Coordinating Board

15 Sektor Sektor yang Didorong Bagi Penanaman Modal Sektor-sektor yang memberikan nilai tambah (value added) dalam rangka program hilirisasi atau pengolahan lanjutan produk sektor pertambangan, pertanian, perikanan dan kehutanan Contoh: Ind. Pengolahan & pemurnian mineral logam, Ind. pengolahan lanjutan CPO, pengolahan lanjutan kakao dan pengolahan lanjutan hasil perikanan. 2. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi sebagai barang modal dan bahan baku untuk pendukung industri lainnya (substitusi impor barang modal dan barang baku) Contoh: Ind. Besi dan Baja, Ind. Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Ind. Komponen Otomotif, Ind. Kimia Dasar dan Ind. Permesinan 3. Sektor-sektor industri yang jenis produksinya masih diimpor sangat tinggi sebagai konsumsi masyarakat Indonesia (substitusi impor barang konsumsi) Contoh: Ind. Makanan dan Minuman (makanan olahan), Ind. Peralatan Rumah Tangga, Ind. Oil Refinery (BBM, Pelumas). 4. Sektor-sektor industri yang tren konsumsi dalam negeri meningkat Contoh: Ind. Semen, bahan bangunan 5. Sektor-sektor yang berorientasi ekspor, menggunakan bahan baku dan barang modal impor relatif kecil Contoh: Ind. Tekstil, Hilirisasi Ind. pengolahan kelapa/kelapa sawit (minyak nabati), Ind. pengolahan karet, produk kayu, budidaya udang, Ind. kakao, kopi, rumput laut, Ind. makanan, dll Pengembangan Industri Prioritas NO KELOMPOK INDUSTRI 1 Industri Padat Karya JENIS INDUSTRI Tekstil, Alas Kaki, Kulit, Furniture 2 IKM Fashion, Kerajinan, batu mulia, keramik, minyak atsiri, dll 3 Industri Barang Modal 4 Industri berbasis SDA 5 Industri Pertumbuhan tinggi Permesinan (TPT & mesin perkakas), Galangan Kapal Makanan dan minuman, CPO, Kakao, Karet, Baja & Aluminium Hulu, Rumput Laut Otomotif, elektronika dan Telematika 6. Sektor-sektor infrastruktur yang pembangunannya didorong oleh pemerintah melalui pola KPS Contoh: renewable energy (energi baru dan terbarukan), pembangunan jalan tol, pelabuhan udara dan laut, penyediaan air minum, pengolahan sampah dan pembangunan rel kereta api. 7. Sektor Pariwisata dan industri kreatif 6 Industri Prioritas Khusus Industri Gula, Industri Pupuk, Industri Petrokimia, Industri Berbasis Migas Indonesia Investment Coordinating Board

16 Kebijakan Penanaman Modal UU Penanaman Modal No. 25 Tahun 2007 PERLAKUAN SAMA Diberikan perlakuan sama antara perlakuan terhadap investor domestik dan investor asing sesuai kepentingan nasional REPATRIASI MODAL & KEUNTUNGAN Diberikan hak kelonggaran untuk transfer dan repatriasi modal dan keuntungan hasil investasi dalam bentuk mata uang asing PRINSIP DASAR UU NO. 25/2007 BIDANG USAHA Terdapat bidang usaha yang tertutup bagi seluruh kegiatan investasi dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan. INSENTIF PENANAMAN MODAL Diberikan insentif bagi investor atas penanaman modal yang dilakukan Insentif Fiskal dan Non Fiskal FASILITASI PENANAMAN MODAL BKPM mempunyai tugas dan fungsi untuk mengoordinasi pelaksanaan kebijakan penanaman modal melalui pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) Bidang Penanaman Modal 16

17 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan (Daftar Negatif Investasi/DNI, Perpres No. 36 Tahun 2010) No Syarat Foreign Equity Participation (FEP) 1. Usaha perkebunan luas < 25ha, Perkebunan tanaman pemanis lainnya dan Tebu (Lamp II no. 3 hal 4) 2. Usaha industri pengolahan hasil perkebunan di bawah kapasitas tertentu sesuai Permentan No 26/2007 dan/atau perubahannya: - Industri gula pasir, pucuk tebu dan bagas (Lamp II no 7 hal 8) Dicadangkan UMKMK Dicadangkan UMKMK - - Keterangan 3. Usaha perkebunan luas > 25ha s.d luasan Terbuka u/ asing Maks 95% Rekomendasi tertentu sesuai Permentan No 26/2007, TANPA Perizinan khusus Mentan cq Dirjen unit pengolahan: dan kepemilikan Perkebunan - Perkebunan tanaman pemanis lainnya dan modal asing Tebu (Lamp II no. 15 hal 10) 4. Usaha perkebunan dengan luas > = 25 ha yang TERINTEGRASI dengan unit pengolahan dengan kapasitas sama atau melebihi kapasitas tertentu sesuai Permentan No 26/2007 dan/atau perubahannya: - Perkebunan tebu, Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu dan Bagas (Lamp II no 18 hal 16) Terbuka u/ asing Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing Maks 95% Rekomendasi Mentan cq Dirjen Perkebunan 17

18 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan Terbuka dengan Persyaratan (Daftar Negatif Investasi/DNI, Perpres No. 36 Tahun 2010) lanjutan No Syarat Foreign Equity Participation (FEP) 5. Industri Gula Pasir (gula kristal putih, gula kristal rafinasi dan gula kristal mentah) (Lamp II no 41 hal 42) Terbuka u/ asing Perizinan khusus dan kepemilikan modal asing Keterangan Maks 95% 1) Pendirian pabrik gula pasir baru maupun perluasan wajib membangun terlebih dulu perkebunan tebu milik sendiri sesuai dengan ketentuan peraturan perundanganundangan 2) Pembangunan pabrik gula baru dengan kapasitas Ton cane per hari diharuskan memproduksi gula kristal mentah 18

19 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Insentif Fiskal : Pembebasan dan Pengurangan Pajak Penghasilan (Tax Holiday) (Permenkeu No. 130/PMK.011/2011) PP No. 94/2010 tentang Penghitungan Penghasilan Kena Pajak dan Pelunasan Pajak Penghasilan Dalam Tahun Berjalan (ps. 29 & 30). Insentif Tax Holiday (TH) diatur dalam Permenkeu No. 130/PMK.011/ Pembebasan PPh badan untuk jangka waktu paling lama 10 tahun pajak dan paling singkat 5 tahun pajak, terhitung sejak tahun pajak proyek mulai produksi komersial (100% realisasi dan memiliki Izin Usaha/IU). 2. Wajib pajak diberikan pengurangan PPh badan sebesar 50% dari PPh terutang selama 2 tahun pajak (12,5 % dari PPh badan selama 2 tahun). 3. Lima industri pionir yang memperoleh fasilitas TH, adalah: TAX HOLIDAY (TH) 4. Industri pionir adalah industri yang memiliki keterkaitan luas, memberi nilai tambah dan eksternalitas tinggi, memperkenalkan teknologi baru, dan memiliki nilai strategis bagi perekonomian nasional. 5. Persyaratan: industri pionir, rencana investasi minimum Rp. 1 Trn (USD 112 juta); menempatkan dana di perbankan Indonesia minimal 10% dari total rencana investasi dan tidak boleh ditarik sebelum saat mulai pelaksanaan realisasi investasi, berstatus badan hukum Indonesia yang pengesahannya ditetapkan paling lama 12 bulan sebelum Permenkeu mulai berlaku. 19

20 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Insentif Fiskal: Tax Allowance (Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2011) TAX ALLOWANCE (TA) Investasi berupa aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang digunakan u/ kegiatan utama usaha, baik u/ penanaman modal baru maupun perluasan usaha yang telah ada. PP No. 1/2007 jo. No. 62/2008 jo. No. 52/2011: 1. Pengurangan penghasilan neto sebesar 30% dari jumlah investasi, dibebankan selama 6 tahun masing-masing sebesar 5% per tahun. 2. Penyusutan dan amortisasi yang dipercepat terhadap kelompok aktiva tetap berwujud (bangunan dan bukan bangunan) 3. Pengenaan PPh atas dividen yang dibayarkan kepada Subjek Pajak LN sebesar 10% atau tarif yang lebih rendah menurut P3B yang berlaku 4. Kompensasi kerugian lebih dari 5 tahun tapi tidak lebih 10 tahun (syarat: lokasi KI & KB, tenaga kerja 500 selama 5 tahun, investasi infrastruktur Rp 10 M, R&D 5% selama 5 tahun, bahan baku dan/komponen hasil produksi DN 70%). PERSYARATAN Fasilitas TA dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan rencana investasi minimal 80%. Ketentuan tambahan : 1. Fasilitas TA dapat dimanfaatkan setelah WP merealisasikan rencana investasi minimal 80% 2. Fasilitas TA dapat diberikan bagi WP yang telah memperoleh izin penanaman modal sebelum berlaku PP No 52/2011, syarat: rencana investasi minimum Rp 1 Trn, dan belum produksi komersial/izin Usaha Tetap (IUT). BIDANG USAHA PP No. 52/2011 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan u/ Penanaman Modal di Bidang Usaha Tertentu dan/atau di Daerah Tertentu, TA diberikan terhadap kegiatan investasi di 129 sektor dan/atau daerah tertentu serta memenuhi syarat: cakupan produk, minimal investasi, minimal tenaga kerja, ketentuan lain yang dipersyaratkan. Diberikan fasilitas thd sektor baru, yakni: real estate, fiber sintetik, bahan baku kosmetik, perakitan TV, dan konstruksi teknik sipil. 20

21 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Insentif Fiskal: Tax Allowance (Peraturan Pemerintah No. 52 Tahun 2011) lanjutan No Cakupan Produk Daerah/Provinsi Persyaratan - Industri Gula Pasir [KBLI 10721] (Lamp II no 45 hal 18) Gula pasir dari tebu Seluruh provinsi kecuali Pulau Jawa Kapasitas minimal ton gula/tahun, terintegrasi usaha budidaya KBLI

22 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Insentif Fiskal lainnya FASILITAS PEMBEBASAN BEA MASUK IMPOR Permenkeu No. 176/PMK.011/2009 jo. 76/PMK.011/2012 tentang Pembebasan Bea Masuk atas Impor Mesin serta Barang dan Bahan untuk Pembangunan atau Pengembangan Industri Dalam Rangka Penanaman Modal, mengatur: 1. Pembebasan bea masuk atas impor mesin, barang dan bahan yang dilakukan oleh Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang : Industri yang menghasilkan barang, dan/atau 2. Industri yang menghasilkan jasa (Pariwisata dan Kebudayaan, Transportasi/ perhubungan (u/ jasa transportasi publik), Pelayanan kesehatan publik, Pertambangan, Konstruksi, Industri Telekomunikasi, Kepelabuhanan). Pembebasan BM impor mesin u/ jangka waktu impor 2 tahun, dapat diperpanjang sesuai jangka waktu pembangunan industri. Perusahaan yang telah menyelesaikan pembangunan industri dan siap produksi (kecuali industri jasa), dapat diberikan pembebasan BM impor barang & bahan u/ keperluan produksi 2 tahun, dg jangka waktu impor selama 2 tahun, dapat diperpanjang importasi 1 tahun. Perusahan yang melakukan pembangunan atau pengembangan (kecuali ind menghasilkan jasa), menggunakan mesin produksi DN minimal 30% dari total nilai investasi mesin, pembebasan BM impor selama 4 tahun. Pembebasan bea masuk impor diberikan sepanjang: 1. Belum diproduksi di dalam negeri 2. Sudah diproduksi di DN namun belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan, atau 3. Sudah diproduksi di DN namun jumlahnya belum mencukupi kebutuhan industri. 22

23 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Ketentuan Non Sektoral HAK ATAS TANAH UU No. 5/1960, PP No. 40/1996, Peraturan Menteri Negara/Kepala BPN No. 3/1999 Jangka Waktu 1. Hak Guna Usaha (HGU) selama 35 tahun, dapat diperpanjang 25 tahun 2. Hak Guna Bangunan (HGB) selama 30 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun 3. Hak Pakai (HP) selama 25 tahun, dapat diperpanjang 20 tahun IZIN LOKASI Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN No. 2/1999 tentang Izin Lokasi Perumahan & Pemukiman 1. Perumahan-pemukiman, 1 prov: 400 ha (seluruh INA ha) 2. Resort hotel, 1 prov: 200 ha (seluruh INA ha) Kawasan Industri, 1 prov: 400 ha (seluruh INA ha) Perkebunan Besar HGU 1. Tebu, 1 prov: ha (seluruh INA ha) 2. Lainnya, 1 prov: ha (seluruh INA ha) Tambak 1. Jawa, 1 prov: 100 ha (seluruh INA ha) 2. Luar Jawa, 1 prov: 200 ha (seluruh INA ha) LAHAN INDUSTRI PP No. 24/2009. Perusahaan industri wajib berlokasi di kawasan industri Kewajiban dapat dikecualikan bagi: a. Perusahaan industri yang menggunakan bahan baku dan/atau proses produksinya memerlukan lokasi khusus b. Industri mikro, kecil dan menengah (IKM) c. Perusahaan industri yang akan menjalankan industri dan berlokasi di daerah kab/kota yang belum memiliki kawasan industri atau yang telah memiliki kawasan industri namun seluruh kaveling industri dalam kawasan industrinya telah habis. 23

24 Kebijakan Insentif Penanaman Modal Insentif Fiskal lainnya PP No. 45/2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah, mengatur: INSENTIF PEMERINTAH DAERAH Pemberian insentif, berupa: Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah; Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi; Pemberian dana stimulus, dan/atau Pemberian bantuan modal. Pemberian kemudahan, berupa: Penyediaan data dan informasi peluang investasi; Penyediaan sarana dan prasarana, Penyediaan lahan atau lokasi, Pemberian bantuan teknis, dan/atau Percepatan pemberian perizinan. 24

25 III. Isu dan Tantangan Pemerintah 25

26 Isu dan Tantangan Pemerintah ke depan Kebutuhan gula dalam jangka panjang (konsumsi RT, industri) Kebutuhan industri gula (BUMN, BUMD, swasta (PMDN/PMA)) Ketersediaan lahan perkebunan tebu (luas lahan, peta lokasi) Indonesia Investment Coordinating Board

27 CONTACT US BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL (BKPM) Jl. Jend. Gatot Subroto No. 44, Jakarta P.O. Box 3186, Indonesia P : F : E : info@bkpm.go.id 2012 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved THANK YOU Invest in... International Representatives Office 27

28 Target Pertumbuhan Ekonomi dan Investasi RPJMN Pemerintah menjadikan investasi sebagai pilar pokok pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan 6,3 6,8% setiap tahun selama 5 tahun ( ). Pertumbuhan ekonomi (%) Pertumbuhan Investasi (%) Kebutuhan Investasi Peran Pemerintah (Rp triliun) (Rp triliun dan % dari total kebutuhan investasi) Peran Swasta (Rp triliun dan % dari total kebutuhan investasi) Proyeksi ,5-5,6 6,0-6,3 6,4-6,9 6,7-7,4 7,0-7,7 7,2-7,3 7,9-10,9 8,4-11,5 10,2-12,0 11,7-12, , , , , , , , , ,0 220,0 (11,6%) 1.674,1 (88,4%) 272,9-274,5 (12,8-12,9%) 1.838, ,0 (87,1-87,2%) Sumber: RPJMN (diolah dari kerangka Ekonomi Makro ) 329,9 336,6 (13,7-14%) 2.019, ,4 (86-86,3%) 417,8 433,1 (15,5-15,9%) 2.202, ,3 (84,1-84,5%) 525,6 552,5 (17,4-17,9%) 2.413, ,5 (82,1-82,6) Catatan: Total Kebutuhan Investasi: Rp Triliun Peran Investasi Pemerintah: Rp 1.816,7 Triliun (14,6%) Peran Investasi Swasta: Rp ,3 Triliun (85,4%) Investasi Swasta berasal dari PMA/PMDN Skala Besar, Investasi sektor Migas dan Pertambangan, Investasi Jasa Keuangan, serta Investasi UMKM dan Koperasi 28

29 Elemen PMTB (Pembentukan Modal Tetap Bruto) dalam PDB (Proyeksi setelah revisi Renstra BKPM ) PMTB TOTAL PMTB SWASTA Belanja modal rumah tangga Belanja modal pemerintah Lembaga keuangan PMTB Swasta (dalam dan luar negeri) Rp 3.958,6 triliun (US$ 430,3 miliar) 22% Skala kecil dan menengah: investor domestik yang dikelola oleh Pemda (PDPPM/PDKPM*) Skala besar: investor domestik + asing sektor migas dan pertambangan (asing > domestik) Skala besar: PMA + PMDN yang dikelola BKPM / PDPPM / PDKPM) (PMA ~80%) Rp ,2 triliun (US$ 224,5 miliar) 58,3% 24% 10,7% 7% % PDB** Rp 6.422,9 T 13,9% Rp 2.299,9 triliun (US$ 250,0 miliar) 6% ,5% PDB Rp ,9 T 58,1% 58,3% Rp 1.204,0 triliun (US$ 130,9 miliar) 30,2% 18% 10,1% 2010 Rp 208,5 triliun (US$ 22,6 miliar) 31,2% 14,1% 12,8% ,1% Rp 506,9 triliun (US$ 55,09 miliar) Data APBN-P 2010, Asumsi: US$ 1 = Rp *) PDPPM = Perangkat Daerah Provinsi di Bidang Penanaman Modal PDKPM = Perangkat Daerah Kabupaten/Kota Bidang Penanaman Modal **) Realisasi SUMBER: BAPPENAS, BPS, BI & BKPM, diolah (2009), berdasarkan asumsi dari tabel Financial Social Accounting Matrix /FSAM (2005) dan dari data PDB 2011) Investasi Swasta 28,1% (2010) dan 26,9% (2014) mencakup PMA+PMDN dan investasi skala besar (domestik+asing) di sektor migas hulu dan pertambangan 29

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015

Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Kementerian Perindustrian 2015 Industrialisasi Sektor Agro dan Peran Koperasi dalam Mendukung Ketahanan Pangan Nasional Kementerian Perindustrian 2015 I. LATAR BELAKANG 2 INDUSTRI AGRO Industri Agro dikelompokkan dalam 4 kelompok, yaitu

Lebih terperinci

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal

Direktorat Pelayanan Fasilitas Penanaman Modal Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN

PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN PROGRAM PENGEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT INDUSTRI MAKANAN, HASIL LAUT DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO BOGOR, 7 9 FEBRUARI 2013 PENDAHULUAN Pengembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL

PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG & BAHAN, TAX ALLOWANCE DAN TAX HOLIDAY DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL invest in remarkable INDONESIA Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia PEDOMAN DAN TATA CARA PERMOHONAN FASILITAS IMPOR MESIN, BARANG

Lebih terperinci

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI

CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI invest in Jakarta 15 Maret 2016 CAPAIAN Februari 2016 KOMITMEN INVESTASI BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Franky Sibarani Kepala 2013 by Indonesia Investment Coordinating Board. All rights reserved Rp

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018

PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE. Mei 2018 PEDOMAN DAN TATA CARA PEMBERIAN FASILITAS TAX HOLIDAY DAN TAX ALLOWANCE Mei 2018 OUTLINE 1 Maksud Dan Tujuan 2 Tax Holiday 3 Tax Allowance 4 Tax Holiday 2 1. MAKSUD DAN TUJUAN PEMBERIAN FASILITAS PENANAMAN

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional

Menteri Perindustrian Republik Indonesia. Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menghidupkan Kembali Sektor Industri Sebagai Penggerak Ekonomi Nasional Surabaya, 8 Oktober 2015 DAFTAR ISI Hal I Kinerja Makro Sektor Industri 3 II Visi, Misi,

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target

Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Realisasi Investasi PMDN dan PMA Tahun 2017 Melampaui Target Jakarta, 30 Januari 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest invest in Rencana Pembatalan Surat Persetujuan/Izin Prinsip Penanaman

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SIARAN PERS Realisasi Investasi Januari September Tahun 2017 Rp 513,2 triliun, Telah Mencapai 75,6% dari Target Jakarta, 30 Oktober 2017 Pada periode Triwulan III (Juli

Lebih terperinci

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas

Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Berita Pers Realisasi Investasi Triwulan II 2016 Naik 12,3 % Jakarta, 29 Juli 2016 Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Trikasih Lembong hari ini di Jakarta

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013 KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GULA RAFINASI DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, OKTOBER 2013 OUTLINE V PENUTUP III II I PENDAHULUAN PERKEMBANGAN INDUSTRI MAKANAN DAN

Lebih terperinci

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Siaran Pers Lampaui Target, Realisasi Investasi 2015 Rp 545,4 T Jakarta, 21 Januari 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyampaikan hasil capaian realisasi investasi

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI

DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA HILIRISASI INDUSTRI PERTANIAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pangan KADIN Jakarta, 26 Juli 2011 DAFTAR ISI A KINERJA SEKTOR INDUSTRI 3 B KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL

Lebih terperinci

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in

invest in Jakarta 19 Maret, 2015 indonesia remarkable indonesia able indonesia Invest Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional

Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional Indonesia SCM Summit 2015: Stimulus Iklim Investasi Bagi Peningkatan Kapasitas Nasional Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan RI Jakarta, 14 April 2015 1 Outline Peran Kementerian Keuangan Dalam

Lebih terperinci

Pelayanan Nonperizinan

Pelayanan Nonperizinan TRANSPARAN 2 POKOK BAHASAN 1. PENGERTIAN 2. FASILITAS FISKAL Pembebasan Bea Masuk Impor Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Pajak Penghasilan (PPh) Badan 3. FASILITAS NON FISKAL Angka Pengenal Impor Tenaga Kerja

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun

SIARAN PERS. Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun SIARAN PERS Realisasi Investasi Triwulan II Tahun 2017 Mencapai Rp 170,9 Triliun Jakarta, 26 Juli 2017 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mempublikasikan data realisasi investasi Penanaman Modal Dalam

Lebih terperinci

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun

Siaran Pers. Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Siaran Pers Realisasi Investasi Januari-September 2016 Mencapai Rp 453 Triliun Jakarta, 27 Oktober 2016 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan realisasi investasi pada triwulan ketiga (Juli-September)

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 2009 dinyatakan bahwa daya saing industri manufaktur perlu terus ditingkatkan agar tetap dapat berperan

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Ringkasan Kebijakan Pembangunan Industri Nasional Era globalisasi ekonomi yang disertai dengan pesatnya perkembangan teknologi, berdampak sangat ketatnya persaingan, dan cepatnya terjadi perubahan lingkungan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

Account Representative

Account Representative Untuk keterangan lebih lanjut, hubungi : Account Representative FASILITAS PEMBEBASAN ATAU PENGURANGAN PAJAK PENGHASILAN BADAN DAN FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

FASILITAS PPh Energi Terbarukan

FASILITAS PPh Energi Terbarukan FASILITAS PPh Energi Terbarukan OUTLINE FASILITAS PPh BADAN Untuk Energi Terbarukan Dalam rangka Penanaman Modal Fasilitas PPh Badan 1 Tax Allowance 2 Tax Holiday Fasilitas Tax ALLOWANCE PP 18 Tahun 2015

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2010 Pusat Data dan Informasi LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan IV Tahun industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017 REALISASI INVESTASI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN I TAHUN 2017 Terget realisasi investasi tahun 2017 ditetapkan pencapaianya sebesar Rp 34,97 triliun. Dengan rincian Rp 12,24 triliun untuk PMDN dan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan I Tahun 2010 Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Yth. : Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENJELASAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG INDUSTRI GULA TEBU, KEK, MEA, INVESTASI DAN STANDARISASI DALAM RAPAT KERJA DENGAN KOMISI VI DPR-RI TANGGAL 6 APRIL

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017 I. REALISASI INVESTASI PMA & PMDN 1. Total Realisasi Investasi PMA dan PMDN berdasarkan Laporan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN

LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN LAPORAN PERKEMBANGAN KEMAJUAN PROGRAM KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2004-2012 KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 2013 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II.KEBIJAKAN UMUM INDUSTRI MANUFAKTUR TAHUN 2005-2014...

Lebih terperinci

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015

BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 BAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PRESS CONFERENCE TENTANG KEBIJAKAN TAX HOLIDAY PMK 159/PMK.010/2015 JAKARTA, 27 AGUSTUS 2015 1. Fasilitas Tax Holiday adalah fasilitas pembebasan dan pengurangan Pajak

Lebih terperinci

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal Sesuai Peraturan Kepala BKPM No. 3 Tahun 2012 Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI)

PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NASIONAL DAN PROGRAM MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA (MP3EI) Disampaikan Pada Acara Forum Komunikasi

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013

REALISASI PENANAMAN MODAL (INVESTASI) PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN IV TAHUN 2013 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR BADAN PERIZINAN DAN PENANAMAN MODAL DAERAH (BPPMD) Website : http://bppmd.kaltimprov.go.id Email : humas@bppmd.kaltimprov.go.id / humas.bppmdkaltim@gmail.com Jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, 13 FEBRUARI 2013 PEMBAHASAN I. VISI PEMBANGUNAN INDUSTRI II. KINERJA

Lebih terperinci

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 I PROGRAM DUKUNGAN MANAJEMEN DAN PELAKSANAAN TUGAS TEKNIS LAINNYA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN 250,0 275,0 320,0 360,0 1 Peningkatan Pengelolaan Pelayanan Publik 2 Pengembangan SDM Industri Tersebarnya informasi,

Lebih terperinci

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015

Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development. Jakarta, 19 Agustus 2015 MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Energy Conservation in the Industry by Utilizing Renewable Energy or Energy Efficiency and Technology Development Jakarta, 19 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014

FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN FOKUS PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN BERBASIS TEKNOLOGI TINGGI TAHUN 2014 DR. Ir. Budi Darmadi, M.Sc DIREKTUR JENDERAL

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia KEYNOTE SPEECH MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA MUSYAWARAH PROPINSI VI TAHUN 2015 KADIN DENGAN TEMA MEMBANGUN PROFESIONALISME DAN KEMANDIRIAN DALAM MENGHADAPI ERA

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Perusahaan Perusahaan publik yang tercatat di Bursa Efek Indonesia diklasifikasikan kedalam sembilan sektor industri yang telah ditetapkan oleh JASICA (

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR

Indonesia Investment Coordinating Board KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan akuntabilitas kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), disusun berdasarkan Instruksi Presiden R.I. Nomor 7 Tahun 1999, disajikan dengan menggunakan standar penyusunan laporan

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH

LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH LAPORAN PERKEMBANGAN KOMODITI INDUSTRI TERPILIH Triwulan III Tahun Industrialisasi menuju kehidupan yang lebih baik KATA PENGANTAR Pengembangan sektor industri saat ini diarahkan untuk lebih mampu menunjang

Lebih terperinci

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

PROGRAM/KEGIATAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in Invest in remarkable indonesia Invest in indonesia Invest in remarkable indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia BUTIR-BUTIR BICARA MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAPAT KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT, PEMERINTAH DAERAH, DAN BANK INDONESIA MEMPERCEPAT DAYA SAING INDUSTRI UNTUK

Lebih terperinci

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31.1/MIND/PER/3/2015 TENTANG RENCANA STRATEGIS KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur merupakan sektor strategis di dalam perekonomian nasional. Hal itu ditegaskan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran strategis dalam menunjang perekonomian Indonesia. Sektor pertanian berperan sebagai penyedia bahan pangan, pakan ternak, sumber bahan baku

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI

INDIKATOR he AKTIVITAS EKONOMI TERPILIH & ASESMEN SUBSEKTOR EKONOMI Produksi Minyak Mentah Produksi Kondensat Penjualan Minyak Diesel Konsumsi Semen Produksi Kendaraan Non Niaga Penjualan Kendaraan Non Niaga Produksi Kendaraan Niaga Penjualan Kendaraan Niaga Produksi Sepeda

Lebih terperinci

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR

BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR BAB 18 DAYA SAING INDUSTRI MANUFAKTUR Peraturan Presiden Nomor 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004 2009 menegaskan bahwa daya saing industri manufaktur perlu

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA.

KINERJA. Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA. KINERJA Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Triwulan III - 2017 triwulan III DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI KIMIA, TEKSTIL, DAN ANEKA KINERJA Pagu Anggaran SEKTOR Ditjen IKTA S.D IKTATRIWULAN Tahun 2017III

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/02/72/Th. XIV. 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah tahun 2010 yang diukur dari kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG RINCIAN BIDANG USAHA DAN JENIS PRODUKSI INDUSTRI PIONIR YANG DAPAT DIBERIKAN FASILITAS PENGURANGAN PAJAK

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc.

KATA PENGANTAR. Ir. M. Tassim Billah, M.Sc. KATA PENGANTAR Dalam rangka meningkatkan pelayanan data dan informasi, Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian (Pusdatin) menerbitkan Buku Saku Statistik Makro Triwulanan. Buku Saku Volume V No. 4 Tahun

Lebih terperinci

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENYUSUNAN PROGRAM KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI AGRO TAHUN 2013 Oleh : SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL INDUSTRI AGRO JAKARTA, 7 FEBRUARI 2013 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA digilib.uns.ac.id 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Insentif Pajak untuk Investasi Insentif pajak untuk investasi merupakan sebuah keringanan pajak yang diberikan oleh negara untuk meningkatkan investasi di

Lebih terperinci

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013

PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013 PENANAMAN MODAL PASCA PERKA BKPM NOMOR 5 TAHUN 2013 BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEPTEMBER 2013 TOPIK BAHASAN I. UNDANG UNDANG NO. 25 TAHUN 2007 tentang Penanaman Modal II. PERATURAN PRESIDEN NO. 27

Lebih terperinci

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing

Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Kebijakan Fiskal untuk Mendukung Akselerasi Sektor Industri yang Berdaya Saing Andin Hadiyanto Kementerian Keuangan RI Tantangan Utama Sektor Industri Indonesia

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci