Perokok Peduli Kemiskinan Di Pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perokok Peduli Kemiskinan Di Pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo"

Transkripsi

1 Perokok Peduli Kemiskinan Di Pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Oleh: Fivi Yanti Petugas Penyuluh Kesehatan Puskesmas Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bangsa Indonesia dewasa ini belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO,2008). Pada tahun 2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10 tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun. Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur tahun, dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hampir 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Peningkatan juga terjadi pada kelompok umur produktif, yaitu tahun dari 29,0% (2007) menjadi 31,1% (2010) (Riskesdas, 2010) Pada tahun 2010, Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa rokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Diperkirakan hingga menjelang 2030 kematian akibat merokok akan mencapai 10 juta per tahunnya dan di negara-negara berkembang diperkirakan tidak kurang 70% kematian yang disebabkan oleh rokok. Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun. Dan yang lebih berbahaya adalah dampak ekonomisnya. Merokok cenderung menyebabkan merosotnya daya kerja penduduk, yang berakibat pada menurunnya produktifitas perusahaan dan produktifitas nasional. Tiap batang rokok berarti hilangnya Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 1

2 waktu kerja produktif sebanyak 10 menit. Pekerja perokok pun cenderung malas dan suka mangkir. Pendek kata, merokok merupakan pemborosan nasional. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan sulitnya untuk menghentikan kebiasaan dan perilaku merokok. Hal ini ditunjukkan dengan mulai merokok pada kelompok umur 5 9 tahun. Konsumsi rokok paling rendah terjadi pada kelompok umur tahun dan kelompok umur 75 tahun ke atas. Hal ini berarti kebanyakan perokok adalah generasi muda atau usia produktif. Selanjutnya, pada daerah pedesaan, jumlah batang rokok yang dikonsumsi lebih banyak dibanding daerah perkotaan. Dari aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, seperti nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti emfisema, kanker paru, bronkhitis kronis dan penyakit paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit jantung koroner, peningkatkan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati. Di wilayah puskesmas Kalibawang, perilaku merokok dari masyarakat dapat kita lihat dari hasil pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga. Pada tahun 2010, rumah tangga yang merokok di dalam rumah sebesar 50,36%. Pada tahun 2011 tercatat 52,08% dan di akhir tahun 2012 tercatat 48,75% rumah tangga masih ada yang merokok di dalam rumah. Data di tahun 2012 ini menunjukkan adanya penurunan rumah tangga yang masih merokok di dalam rumah. Desa Banjarharjo, yang terdiri dari 22 pedukuhan setiap tahunnya mulai dari tahun 2010 sudah rutin melakukan pendataan atau pengkajian Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatatan rumah tangga. Pendataan dilakukan oleh para kader di setiap pedukuhannya. Data perilaku merokok di desa Banjarharjo tahun 2010 adalah sebesar 53,81% rumah tangga masih merokok di dalam rumah. Pedukuhan Ngrajun sebagai salah satu pedukuhan di desa Banjarharjo juga melakukan pengkajian PHBS pada tatanan rumah tangga oleh para kader kesehatannya. Data perilaku merokok di pedukuhan Ngrajun pada tahun 2010 adalah sebesar 50% rumah tangga masih merokok di dalam rumah. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 2

3 Rokok adalah salah satu produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar dan dihisap dan / atau dihirup asapnya, termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, dan spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan. ( Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang mengandung Zat Adiktif berupa Produk Tembakau bagi Kesehatan) Dari data top penyakit tahun 2010 di puskesmas Kalibawang, penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) ternyata menduduki urutan teratas, yaitu sebesar 2428 kasus. Penyebab dari penyakit ini bisa beraneka ragam, salah satu diantaranya adalah karena asap rokok dan pencemaran udara. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok atau perilaku merokok yang salah diperlukan kegiatan pemberdayaan masyarakat atau program yang bisa melindungi perokok pasif. Kegiatan itu adalah dengan membentuk suatu kawasan yang bebas dari asap rokok. Masih tingginya angka rumah tangga yang merokok menunjukkan bahwa pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan masih rendah atau belum memadai. Dengan terbentuknya suatu kawasan yang bebas dari asap rokok kita harapkan dapat menurunkan prevalensi penyakit yang disebabkan oleh perilaku merokok dan juga dari asap rokok. Perda propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta nomor 8 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara mengatur langkah-langkah pengendalian pencemaran udara, baik di luar (out door) maupun di dalam ruangan (indoor). Sejalan dengan itu, pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta juga mengeluarkan Perda nomor 5 tahun 2007 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, dimana pasal 11 dalam peraturan ini menyebutkan bahwa : 1. Setiap orang dilarang merokok di kawasan dilarang merokok. Yang dimaksud kawasan dilarang merokok adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk merokok meliputi : tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, area kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 3

4 2. Penetapan Kawasan Dilarang Merokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan Gubernur atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya. Pada tahun 2009, Gubernur DIY mengeluarkan Peraturan Gubernur nomor 42 tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok, serta diikuti oleh Bupati kabupaten Kulon Progo yang juga mengeluarkan Peraturan Bupati Kulon Progo nomor 61 tahun 2009 tentang Kawasan Tanpa Asap Rokok. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi perokok aktif dan pasif yang ada di masyarakat. Kawasan tanpa asap rokok akan berjalan dengan baik dan berkesinambungan jika ada dukungan dari pemerintah dan masyarakat. Sebab itu, perlu adanya percontohan pedukuhan tanpa asap rokok di wilayah kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. Kawasan tanpa asap rokok dibentuk di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. B. TUJUAN 1. Membentuk suatu kawasan atau pedukuhan percontohan yang bebas dari asap rokok di kecamatan Kalibawang kabupaten Kulon Progo. 2. Membentuk program Perokok Peduli Keluarga Miskin di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 4

5 BAB II PERMASALAHAN Masalah merokok sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu secara terus menerus diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan dalam kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik, utamanya aspek kesehatan. Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar pada asap rokok di lingkungannya dan disebut sebagai perokok pasif. Sedangkan kita tahu bahwa anak yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan resiko terkena bronkitis, pneumonia, infeksi telinga tengah, asma serta kelambatan pertumbuhan paru-paru. Kerusakan kesehatan dini ini dapat menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. Orang dewasa bukan perokok pun yang terus menerus terpapar juga akan mengalami peningkatan resiko kanker paru dan jenis kanker lainnya. Di kecamatan Kalibawang, berdasarkan data top penyakit yang ada di tahun 2010, menunjukkan bahwa penyakit infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) menduduki peringkat teratas yaitu sebesar 2428 kasus, dimana penyakit ini bisa disebabkan oleh banyak faktor diantaranya adalah karena asap rokok dan polutan yang ada di udara. Pada tahun yang sama, data rekap hasil kegiatan Management Terpadu Balita Sakit (MTBS) di puskesmas Kalibawang juga menunjukkan bahwa di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang, penyakit yang diderita oleh balita yang ada disana kebanyakan adalah batuk bukan pneumonia yaitu 20 kasus. Di tahun yang sama, yaitu pada tahun 2010, hasil pengkajian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo juga menunjukkan bahwa perilaku merokok masyarakat disana juga kurang baik, yaitu sebesar 50% rumah tangga masih merokok di dalam rumah. Hal inilah yang mendasari keinginan masyarakat di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang untuk membentuk suatu kawasan yang bebas dari asap rokok. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 5

6 BAB III PERAN TENAGA KESEHATAN DAN PROGRAM INOVATIF A. PERAN TENAGA PENYULUH KESEHATAN MASYARAKAT Peran tenaga penyuluh kesehatan tidak hanya terbatas pada fungsi menyampaikan inovasi dan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh masyarakat, tetapi ia harus mampu menjadi jembatan penghubung antara pemerintah atau lembaga pemberdayaan masyarakat yang diwakili dengan masyarakatnya, baik dalam hal menyampaikan inovasi atau kebijakan-kebijakan yang harus diterima dan dilaksanakan oleh masyarakat, maupun untuk menyampaikan umpan balik atau tanggapan masyarakat kepada pemerintah atau lembaga pemberdayaan yang bersangkutan, sebab, hanya dengan menempatkan diri pada kedudukan atau posisi seperti itulah ia akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Keadaan ini berarti mampu membantu masyarakat memperbaiki mutu hidup dan kesejahteraannya. Adapun peran tenaga kesehatan atau penyuluh kesehatan masyarakat adalah : 1. Memfasilitasi masyarakat melalui kegiatan-kegiatan maupun program-program pemberdayaan masyarakat meliputi pertemuan dan pengorganisasian masyarakat. 2. Memberikan motivasi kepada masyarakat untuk bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemberdayaan agar masyarakat mau berkontribusi terhadap program tersebut. 3. Mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat dengan melakukan pelatihan-pelatihan yang bersifat vokasional. Peran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau petugas ini diharapkan masyarakat dapat berdaya dan mampu mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di sekitarnya. Karena suatu masyarakat dikatakan mandiri dalam bidang kesehatan apabila : 1. Mereka mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit, gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi serta bahaya merokok dan zat-zat yang menimbulkan gangguan kesehatan. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 6

7 2. Mereka mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan menggali potensi-potensi masyarakat setempat. 3. Mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan. 4. Mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus menerus melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga, konsultasi dan sebagainya. Berdasarkan permasalahan yang ditemui, pada akhir tahun 2009 dilakukan program pembentukan Pedukuhan Bebas Asap Rokok. Untuk tahap awal, kecamatan yang dibentuk ada di kecamatan Wates dan Kalibawang. Di kecamatan Kalibawang diadakan Kampanye Anti Rokok pada tanggal 3 5 Desember Pelaksana kegiatan ini adalah tim dari puskesmas Kalibawang beserta staf kecamatan Kalibawang yang ditetapkan dengan surat keputusan Camat. B. PROGRAM INOVATIF Program inovatif yang dibentuk adalah Perokok Peduli Keluarga Miskin di Pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Program ini diawali dengan diadakannya Kampanye Anti Rokok di kecamatan Kalibawang pada tanggal 3 5 Desember Implementasi dari kegiatan ini adalah membentuk pedukuhan percontohan sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok yang selanjutnya disebut dengan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). 1. Pengertian Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk kegiatan merokok atau kegiatan memproduksi, menjual, atau mengiklankan, dan/atau mempromosikan produk tembakau. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 7

8 a. Tujuan Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok adalah : 1) menurunkan angka kesakitan dan/ atau angka kematian dengan cara mengubah perilaku masyarakat untuk hidup sehat ; 2) meningkatkan produktifitas kerja yang optimal ; 3) mewujudkan kualitas udara yang sehat dan bersih, bebas dari asap rokok ; 4) menurunkan angka perokok dan mencegah perokok pemula ; serta 5) mewujudkan generasi muda yang sehat. b. Sasaran Sasaran Kawasan Tanpa Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang adalah di tempat pelayanan kesehatan (puskesmas, posyandu), tempat proses belajar mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, dan tempat kerja. c. Manfaat Manfaat penetapan Kawasan Tanpa Rokok merupakan upaya perlindungan untuk masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan tercemar asap rokok. 2. Indikator Kawasan Tanpa Rokok Indikator sangat diperlukan baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok sebagai alat ukur dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di tatanan. Secara umum indikator yang dilihat adalah indikator input, proses dan output. a. Indikator Input, meliputi : 1) Adanya kajian mengenai kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan sikap serta perilaku sasaran terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 8

9 2) Adanya komite/kelompok kerja penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 3) Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. 4) Adanya infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok. b. Indikator Proses, meliputi : 1) Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok. 2) Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok. 3) Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan hukum. 4) Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi. c. Indikator Output, meliputi : Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua tatanan. 3. Pemantauan dan Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok Pemantauan dan Evaluasi merupakan upaya yang dilaksanakan secara terus menerus baik oleh petugas kesehatan maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok di tatanan untuk melihat apakah Kawasan Tanpa Rokok yang dikembangkan telah berjalan sesuai dengan yang direncanakan. a. Pemantauan Pemantauan Kawasan Tanpa Rokok dilakukan untuk mengetahui perkembangan maupun permasalahan serta menemukan pemecahan dalam pengelolaan dan pelaksanaan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pemantauan kegiatan dilakukan selama perjalanan program Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok secara berkala setiap 6 bulan atau 1 tahun. Pemantauan dilakukan terhadap, kebijakan yang dilaksanakan, kajian masalah yang ditemukan, dan penyesuaian kebijakan. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 9

10 1) Pemantauan dapat dilakukan dengan : a) Menganalisis kajian kebijakan dan perilaku sasaran b) Melakukan supervisi atau kunjungan lapangan untuk mengetahui secara langsung perkembangan serta permasalahan-permasalahan yang dihadapi di lapangan dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan Kawasan Tanpa Rokok c) Wawancara mendalam dengan penentu kebijakan d) Diskusi kelompok terarah dengan masyarakat khalayak sasaran 2) Pemantauan dapat dilakukan oleh : a) Petugas kesehatan b) Pengelola Program Kawasan Tanpa Rokok 3) Pertemuan untuk proses pemantauan dapat dilakukan : a) Selama pengembangan Kawasan Tanpa Rokok berlangsung b) Setiap saat diperlukan b. Evaluasi Kawasan Tanpa Rokok Evaluasi atau penilaian adalah proses penentuan nilai atau keberhasilan dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan pada waktu jangka pendek maupun jangka panjang. 4. Hasil Kegiatan pedukuhan percontohan sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok/Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang Pembentukan pedukuhan Ngrajun sebagai pedukuhan percontohan untuk Kawasan Tanpa Asap Rokok dilakukan dalam beberapa langkah kegiatan, yaitu : Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 10

11 a. Pelaksanaan Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan Kalibawang Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan Kalibawang dilaksanakan pada tanggal 3 5 Desember 2009 di balai desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Kegiatan ini dilaksanakan oleh tim kecamatan Kalibawang yang ditetapkan dengan surat keputusan Camat Kalibawang Nomor : 27 / KPTS / XII / 2009 tentang Pembentukan Tim Penyelenggara, Narasumber dan peserta Kampanye Anti Rokok tingkat kecamatan Kalibawang tahun anggaran b. Pelaksanaan Pertemuan Masyarakat di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo pada Rukun Warga 20 (RW 20) Adapun tahap pertemuan di masyarakat, yaitu : 1) Rapat pertama, tanggal 7 Desember 2009, pertemuan dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dilakukan pada malam hari, sekitar pukul WIB. Pesertanya adalah warga dan tokoh masyarakat di RW 20. Pertemuan ini dihadiri oleh bapak Paryanto,SKM selaku pembimbing lapangan dari Dinkes kabupaten Kulon Progo, petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat dari puskesmas Kalibawang. Pada pertemuan pertama ini dipaparkan tentang bahaya rokok dan hal-hal yang berkenaan dengan peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemda DIY, yaitu Peraturan Gubernur No. 42 tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok. Dalam pertemuan ini, sudah kelihatan antusias dan respon yang positif dari warga tentang kawasan tanpa asap rokok. Pertemuan diakhiri pada pukul WIB. 2) Rapat kedua, tanggal 8 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan dimulai pada pukul WIB,pesertanya adalah peserta yang sama dari pertemuan sebelumnya. Petugas yang hadir adalah dari Penyuluh Kesehatan Masyarakat puskesmas Kalibawang. Pada pertemuan kedua ini, dipaparkan tentang rencana pembentukan Kawasan Bebas Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun, khususnya RW 20 serta fakta-fakta tentang rokok dan tembakau di Indonesia. Respon yang positif dari warga semakin bertambah. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 11

12 3) Rapat ketiga, tanggal 9 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pesertanya masih sama,dan petugas yang mendampingi adalah bapak Drs. Untung Subagya, selaku Kessos kecamatan Kalibawang. Hal yang disampaikan masih seputar rencana pembentukan Kawasan Bebas Asap Rokok di pedukuhan Ngrajun serta manfaat terbentuknya Kawasan Bebas Asap Rokok tersebut.respon positif dan antusias masyarakat semakin bertambah. 4) Rapat keempat, tanggal 10 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dihadiri oleh staf desa Banjarharjo, bapak Marsidi selaku Kesra desa Banjarharjo. Hal yang disampaikan adalah tentang dukungan desa terhadap kawasan yang akan dibentuk di pedukuhan Ngrajun serta hubungan berhenti merokok dengan kegiatan menabung dari dana pembelian rokok yang tidak dikeluarkan akan memberikan keuntungan bagi keluarga dan masyarakat di lingkungan sekitar. 5) Rapat kelima, tanggal 12 Desember 2009, pertemuan masih dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. Pertemuan ini dihadiri oleh pembimbing lapangan dari BKPK (Badan Koordinasi Promosi Kesehatan) propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Muhammad Ilham Morgana. Hal yang disampaikan adalah tentang strategi dalam usaha mengurangi kebiasaan merokok, manfaat yang didapat dari usaha tersebut serta strategi dan bentuk kegiatan apa yang akan dilakukan di RW 20 pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dalam usaha pembentukan kawasan bebas asap rokok. Hasil dari pertemuan ini : a) Warga sepakat akan menempel sticker dengan tulisan Terima kasih, Anda tidak Merokok di Dalam Rumah Ini. b) Warga sepakat akan mulai tidak menyediakan asbak rokok di setiap pertemuan pedukuhan dan acara-acara lainnya. c) Warga sepakat akan mulai mengurangi penyediaan rokok pada setiap hajatan dan akan mulai menggantinya dengan permen atau bentuk lain. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 12

13 d) Dalam pertemuan ini belum muncul ide untuk membuat suatu kawasan tersendiri yang bebas dari asap rokok. e) Warga sepakat akan terus membicarakan masalah ini dalam setiap pertemuan yang ada di pedukuhan, khususnya RW 20, sehingga suatu saat nanti akan terbentuk Kawasan Bebas Asap Rokok di RW20 pedukuhan Ngrajun. c. Pertemuan Lanjutan Pada tanggal 27 November 2010, kembali dilakukan pertemuan di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo untuk mengevaluasi program Kawasan Tanpa Asap Rokok yang telah berjalan di masyarakat. Pada pertemuan ini dihadiri oleh warga dan tokoh masyarakat di pedukuhan Ngrajun, petugas Penyuluh Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan kabupaten Kulon progo serta dari BKPK propinsi DIY. Dari pertemuan ini muncul testimoni-testimoni dari masyarakat yang telah berhasil menghentikan kebiasaan merokoknya. Dan akhirnya pertemuan ini ditutup dengan kesepakatan membentuk pedukuhan Ngrajun sebagai pedukuhan yang bebas dari asap rokok dan membuat suatu deklarasi di pedukuhan Ngrajun. Deklarasi tersebut berbunyi sebagai berikut : DEKLARASI NGRAJUN PEDUKUHAN BEBAS ASAP ROKOK Kami warga Pedukuhan Ngrajun, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, telah memahami dan menyadari bahwa: a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu, keluarga dan masyarakat; b. Perokok pasif yang tidak merokok selalu menjadi korban perokok karena turut mengisap asap sampingan, memiliki resiko yang lebih tinggi menderita gangguan kesehatan akibat rokok; c. Bayi, balita, bumil dan lansia merupakan kelompok rentan yang harus dilindungi dari risiko dampak buruk asap rokok; Pada hari ini, Sabtu, Tanggal 27 November 2010 mendeklarasikan Pedukuhan Ngrajun, Desa Banjarharjo, Kecamatan Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo adalah sebagai PEDUKUHAN BEBAS ASAP ROKOK, dan kami berkomitmen: Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 13

14 1. Tidak akan merokok di dalam rumah dan atau ruangan 2. Tidak akan merokok di setiap rapat / pertemuan 3. Tidak akan merokok di setiap pengajian (bagi orang Islam ) setiap sembahyangan (bagi orang Khatolik) 4. Tidak akan merokok di dekat bayi, anak balita, ibu hamil dan lansia. 5. Tidak akan merokok di dalam tempat ibadah; 6. Tidak akan merokok di sekolah 7. Tidak akan merokok di posyandu, poskesdes, puskesmas dan rumah sakit. 8. Di setiap hajatan harus menyediakan tempat untuk merokok. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kekuatan dan ridha-nya. Amin Deklarasi yang dihasilkan pada pertemuan ini akhirnya diperkuat dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Kepala Desa Banjarharjo Nomor 46 tahun 2011 tentang Penunjukkan Pedukuhan Ngrajun Sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok pada tanggal 9 Desember Dalam surat keputusan ini dibentuk Tim Pembina Kawasan tanpa Asap Rokok di tingkat desa Banjarharjo tahun 2011 dengan susunan : 1. Penanggung Jawab : Kepala Desa 2. Ketua : Kaur. Kesra 3. Anggota : a. Penyuluh Kesehatan di Puskesmas b.penyuluh KB c. PKK d. Kader kesehatan e. Kepala Dusun Tugas tim tersebut adalah : 1. Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan warga masyarakat. 2. Memonitor dan mengevaluasi kawasan tanpa asap rokok. 3. Melaporkan kepada kepala desa tentang hasil monitoring tersebut di atas. Pedukuhan Ngrajun terus melaksanakan program dan kesepakatan yang telah dihasilkan tersebut sampai dengan sekarang. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 14

15 Hasil dari program Kawasan Tanpa Asap Rokok /Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang ini dinilai berhasil. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut ini : 1. Tabel 1. Rekap hasil kegiatan management terpadu balita sakit (MTBS) puskesmas Kalibawang dengan pasien yang berasal dari pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo pada tahun No. Kegiatan Thn 2010 Thn 2011 Thn Batuk bukan pneumonia Sumber : Data Program KIA Puskesmas Kalibawang tahun Rekap hasil kegiatan management terpadu balita sakit (MTBS) puskesmas Kalibawang di atas menunjukkan bahwa di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo terjadi penurunan jumlah penyakit batuk bukan pneumonia dari 20 kasus pada tahun 2010 menjadi 16 kasus pada tahun Tabel 2. Hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga untuk indikator tidak merokok di dalam rumah (indikator ke-10) di pedukuhan Ngrajun pada tahun No Tahun KK Yang dikaji Persentase untuk Indikator ke-10 PHBS Tatanan Rumah Tangga Tidak merokok di dalam rumah % % ,68% Sumber : Data Hasil Pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga Puskesmas Kalibawang tahun Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengkajian PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) pada tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo untuk indikator tidak merokok di dalam rumah pada rumah tangga yang dikaji menunjukkan peningkatkan persentase, dari 50% pada tahun 2010 menjadi 70% pada tahun 2011 dan 98,68% pada tahun Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 15

16 3. Tabel 3. Hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga untuk jumlah rumah tangga yang merokok di dalam rumah di pedukuhan Ngrajun pada tahun KK Persentase untuk Rumah Tangga No Tahun Yang yang merokok di dalam rumah dikaji % % ,32% Sumber : Data Hasil Pengkajian PHBS Tatanan Rumah Tangga Puskesmas Kalibawang tahun Tabel di atas menunjukkan bahwa dari hasil pengkajian PHBS tatanan rumah tangga di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo jumlah rumah tangga yang merokok mengalami penurunan, yaitu dari 50% rumah tangga yang merokok pada tahun 2010 menjadi 30% pada tahun 2011, dan di akhir tahun 2012 menjadi 1,32%. d. Program Perokok Peduli Keluarga Miskin di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang Setelah kawasan tanpa rokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang dinilai telah berjalan dengan baik, maka di awal tahun 2013 tepatnya pada tanggal 19 Januari 2013, petugas promosi kesehatan dari puskesmas Kalibawang menawarkan program lanjutan dari program kawasan tanpa rokok yang telah ada di pedukuhan Ngrajun. Program yang ditawarkan adalah suatu program yang melibatkan perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun tersebut. Jumlah perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun adalah sebanyak 40 orang kepala keluarga. Program ini diberi nama Perokok Peduli Keluarga Miskin. Program ini merupakan bentuk sanksi yang dikenakan bagi perokok yang masih ada di pedukuhan Ngrajun tersebut. Tujuan dari program ini adalah untuk mengurangi konsumsi rokok untuk kepedulian kepada keluarga miskin yang ada di pedukuhan Ngrajun tersebut. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 16

17 Teknis pelaksanaan program Perokok Peduli Kemiskinan tersebut adalah : 1) Tahap persiapan (Januari 2013) Penyediaan bumbung untuk perokok dilaksanakan pada tanggal 21 Januari Bumbung yang digunakan untuk menyimpan rokok yang disisihkan berupa kaleng/wadah plastik yang berbentuk tabung yang kedap udara yang ada di rumah setiap perokok. Untuk tahap awal, yang akan melakukan program ini adalah 3 (tiga) orang perokok yang bersedia dengan ikhlas melaksanakannya. 2) Tahap Pelaksanaan (Februari 2013) a) Pelaksanaan program ini dimulai pada minggu pertama bulan Februari Yang mulai melaksanakan program ini adalah bapak Puratin, Puryono dan Sarbiri. Ketiga perokok ini mulai menyisihkan rokok yang dimiliki setiap harinya dan memasukkan rokok tersebut ke dalam bumbung rokok yang telah disiapkan pada bulan Januari 2013 yang lalu. b) Setiap minggu, bumbung rokok yang telah diisi oleh ketiga perokok ini dikumpulkan oleh tim pengumpul bumbung rokok yang telah dibentuk pada tanggal 19 Januari 2013 yang lalu. Susunan tim pengumpul bumbung rokok adalah : Ketua : Widodo (Dukuh Ngrajun) Sekretaris : Sartini Bendahara : Suwarno Anggota : 1. Miskidi (RW. 20) 2. Sri Suprihyati (RW. 19) Pengumpulan hasil bumbung rokok keluarga ke tim pengumpul dilakukan oleh istri atau anak perokok setiap minggunya. Peran istri dari perokok disini adalah sebagai polisi atau orang yang mengingatkan suaminya yang perokok untuk memasukkan atau menyisihkan rokoknya ke dalam bumbung rokok yang ada di rumahnya. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 17

18 c) Rokok yang terkumpul oleh tim dijual kembali kepada perokok dengan harga Rp 400,- / batang. d) Dana yang terkumpul digunakan untuk membantu keluarga miskin yang ada di wilayah pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang. Bantuan tersebut berupa barang/alat sekolah dan untuk kegiatan sosial lainnya yang dibutuhkan oleh keluarga miskin tersebut. 3) Hasil Pelaksanaan a) Pada bulan pertama program, yaitu bulan Februari 2013, tiga orang perokok yang memulai kegiatan ini adalah bapak Puratin, Puryono dan Sarbiri. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir Februari 2013 adalah : No Nama Rokok yang terkumpul Dalam bentuk uang 1. Sarbiri 24 batang Rp 9.600,- 2. Puryono 24 batang Rp 9.600,- 3. Puratin 30 batang Rp ,- Penerima bantuan Belum ada Jumlah 78 batang Rp ,- b) Pada bulan kedua, yaitu bulan Maret 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 2 (dua) orang, yaitu bapak Nurcholis dan Giyanto. Jumlah perokok yang melaksanakan program ini menjadi 5 (lima) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir Maret 2013 adalah : Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 18

19 No Nama Rokok yang terkumpul Dalam bentuk uang Penerima bantuan 1. Puratin 21 batang Rp 8.400,- Aksay Maha 2. Puryono 19 batang Rp 7.600,- Putra (7 thn) 3. Sarbiri 26 batang Rp ,- Bantuan berupa : 4. Nurcholis 26 batang Rp ,- Buku tulis 1 lsn dan 5. Giyanto 28 batang Rp ,- alat tulis: pensil, Jumlah 120 batang Rp ,- pulpen, penghapus Saldo bulan Rp ,- dan penggaris. lalu (Jumlah dana yang dikeluarkan : Rp ) Akumulasi dana Rp ,- Saldo Rp ,- c) Pada bulan ketiga, yaitu bulan April 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 3 (tiga) orang lagi, yaitu bapak Aziz Asrorudin,SpdI, Harto Utomo dan Miskidi. Jumlah perokok yang melaksanakan program ini menjadi 8 (delapan) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada akhir April 2013 adalah : No Nama Rokok yang Dalam Penerima terkumpul bentuk uang bantuan 1. Puratin 18 batang Rp 7.200,- Dimas Satria 2. Puryono 17 batang Rp 6.800,- Utama (13 thn) 3. Sarbiri 20 batang Rp 8.000,- Bantuan berupa 4. Nurcholis 20 batang Rp 8.000,- : Buku tulis 1 5. Giyanto 24 batang Rp 9.600,- lsn dan alat 6. Aziz 28 batang Rp ,- tulis: Asrorudin,SpdI pensil,pulpen, 7. Harto Utomo 19 batang Rp 7.600,- penghapus dan 8. Miskidi 23 batang Rp 9.200,- penggaris. Jumlah 169 batang Rp ,- (Jumlah dana yang Saldo bulan Rp dikeluarkan lalu :Rp ) Akumulasi dana Rp ,- Saldo Rp ,- Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 19

20 d) Pada bulan keempat, yaitu bulan Mei 2013, jumlah perokok yang ikut program bumbung rokok peduli kemiskinan bertambah 2 (dua) orang lagi, yaitu bapak Muchsin dan Suwarno. Jumlah perokok yang melaksanakan program ini menjadi 10 (sepuluh) orang. Hasil dari bumbung rokok yang terkumpul pada minggu pertama bulan Mei 2013 adalah : No Nama Rokok yang terkumpul Dalam bentuk uang Penerima bantuan 1. Puratin 4 batang Rp 1.600,- Fahmi Idris (7 2. Puryono 3 batang Rp 1.200,- thn) 3. Sarbiri 5 batang Rp 2.000,- 4. Nurcholis 4 batang Rp 1.600,- 5. Giyanto 6 batang Rp 2.400,- 6. Aziz 6 batang Rp 2.400,- Asrorudin,SpdI 7. Harto Utomo 7 batang Rp 2.800,- 8. Miskidi 6 batang Rp 2.400,- 9. Muchsin 7 batang Rp 2.800,- 10. Suwarno 7 batang Rp 2.800,- Jumlah 55 batang Rp ,- Saldo bulan lalu Rp Akumulasi dana Rp ,- Hasil dari perkembangan program Perokok Peduli Keluarga Miskin dapat dilihat dari grafik di bawah ini. Grafik 1. Jumlah batang rokok yang terkumpul Rokok yang terkumpul 50 0 Feb Maret April Mei (Mg.I) Sumber : Data pedukuhan Ngrajun, desa Banjarharjo Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 20

21 Dari grafik di atas dapat dilihat jumlah batang rokok yang dikumpulkan atau ditabung oleh perokok menunjukkan kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pelaksana program ini. Grafik 2. Jumlah dana yang terkumpul Feb Maret April Mei (Mg.I) Dana yang terkumpul Sumber : Data Pedukuhan Ngrajun, desa Banjarharjo Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah dana yang terkumpul menunjukkan kenaikan seiring dengan bertambahnya jumlah pelaksana program. Grafik 3. Data PHBS untuk perilaku tidak merokok di dalam rumah tahun Sumber : Data PHBS Puskesmas Kalibawang, tahun Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah rumah tangga yang tidak merokok di dalam rumah meningkat dari tahun 2010 sampai dengan tahun Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 21

22 Grafik 4. Data Batuk bukan pneumonia dari pasien dari pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo, kec. Kalibawang tahun Batuk bukan pneumonia Batuk bukan pneumonia Sumber : Data Hasil Rekap MTBS Puskemas Kalibawang, tahun Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah penyakit batuk bukan pneumonia dari pasien yang berasal dari pedukuhan Ngrajun terjadi penurunan jumlah kasus dari 20 kasus menjadi 16 kasus. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 22

23 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Setelah dilakukan program inovatif Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo kecamatan Kalibawang terjadi perubahan pada beberapa hal, antara lain : 1. Ditetapkannya Surat Keputusan Kepala Desa Banjarharjo Nomor : 46 Tahun 2011 tanggal 9 Desember 2011 tentang Penunjukkan pedukuhan Ngrajun sebagai Kawasan Tanpa Asap Rokok di desa Banjarharjo. 2. Terbentuknya Tim Pembina Kawasan Tanpa Asap Rokok di tingkat desa Banjarharjo tahun 2011 sesuai dengan SK Kepala Desa Banjarharjo di atas dengan susunan : Penanggung Jawab : Kepala Desa Ketua : Kaur. Kesra Anggota : a. Penyuluh Kesehatan di Puskesmas b.penyuluh KB c. PKK d. Kader kesehatan e. Kepala Dusun Tugas tim tersebut adalah : 1) Melaksanakan pembinaan dan penyuluhan warga masyarakat. 2) Memonitor dan mengevaluasi kawasan tanpa asap rokok. 3) Melaporkan kepada Kepala desa tentang hasil monitoring tersebut di atas. 3. Penurunan jumlah penyakit batuk bukan pneumonia pada balita di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dari 20 kasus pada tahun 2010 menjadi 16 kasus pada tahun Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 23

24 4. Peningkatan persentase untuk indikator PHBS pada tatanan rumah tangga yang ke-10, yaitu tidak merokok di dalam rumah dari 50% pada tahun 2010 menjadi 70% pada tahun 2011 dan meningkat lagi menjadi 98,68% pada tahun Penurunan persentase rumah tangga yang merokok di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo dari 50 % pada tahun 2010 menjadi 30% pada tahun 2011,dan menurun lagi menjadi 1,32% pada tahun Masyarakat pedukuhan Ngrajun khususnya para perokok menjadi lebih peduli kepada keluarga miskin yang ada di wilayah pedukuhannya, sehingga mengurangi beban keluarga miskin tersebut. 7. Tersedianya dana sosial/dana sehat dari hasil pengumpulan bumbung rokok yang dapat digunakan bagi keluarga miskin di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo. B. SARAN 1. Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas program di kecamatan Kalibawang, khususnya di desa Banjarharjo. 2. Pembinaan di pedukuhan Ngrajun terus dilakukan oleh lintas program dan lintas sektor. 3. Pemantauan dan evaluasi terhadap program Kawasan Tanpa Asap Rokok/Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di pedukuhan Ngrajun desa Banjarharjo terus dilakukan demi kesinambungan jalannya program tersebut di masyarakat. 4. Program perokok peduli keluarga miskin di pedukuhan Ngrajun ini dapat terus dijalankan dan dikembangkan, sehingga dapat membantu mengatasi masalah keluarga miskin yang ada di pedukuhan tersebut. 5. Program perokok peduli keluarga miskin ini diharapkan dapat menurunkan jumlah perokok aktif di pedukuhan Ngrajun. Perokok Peduli Kemiskinan di pedukuhan Ngrajun Desa Banjarharjo Page 24

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK

- 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK - 1 - WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang : a. bahwa rokok

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi penyebab kematian terbanyak diseluruh dunia. Penyakit Tidak Menular (PTM) umumnya dikenal sebagai

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, 1 BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau

Lebih terperinci

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN PERATURAN BERSAMA MENTERI KESEHATAN DAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 188/MENKES/PB/I/2011 NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ada sekitar 1,26 miliar perokok di seluruh dunia pada saat ini, dan 800 juta orang perokok tersebut tinggal di negara berkembang. Apabila tidak ada penanganan yang

Lebih terperinci

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI TABANAN BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, SALINAN PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular dan penyakit tidak menular masih memiliki angka prevalensi yang harus diperhitungkan. Beban ganda kesehatan menjadi permasalahan kesehatan bagi seluruh

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG PANJANG, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

- 1 - BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK - 1 - SALINAN SALINAN BUPATI BERAU PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah angka perokok di dunia terbilang sangat besar. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di dunia hampir 1 miliar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG

PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG 1 NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALEMBANG, Menimbang: a. bahwa dalam upaya preventif guna memberikan perlindungan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 miliar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 41% anak-anak (Wahyono, 2010). Pada tahun 2030, jumlah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 70 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan Pasal 52 Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI PAKPAK BHARAT PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa rokok

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT No. Urut: 08, 2012 LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang: Mengingat

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa hak untuk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu hal yang tabu untuk ditinggalkan meski menimbulkan dampak serius bagi kesehatan. Peneliti sering menjumpai orang merokok di rumah, tempat umum

Lebih terperinci

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLUNGKUNG, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH,

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 15 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAYAKUMBUH, Menimbang : a. bahwa rokok mengandung zat adiktif yang berbahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 29/P/SK/HT/2008 TENTANG KAWASAN BEBAS ROKOK REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 20113 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam upaya preventif

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI BANGKA SELATAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 11 Tahun : 2009 Seri : E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 11 Tahun : 2009 Seri : E BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 11 Tahun : 2009 Seri : E PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK DENGAN

Lebih terperinci

SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG TAHUN 2015 SALINAN BUPATI BULELENG PROVINSI BALI PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT Nomor 4 Tahun 2013 Seri E Nomor 4 Tahun 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan rokok di Indonesia sampai saat ini masih menjadi masalah nasional yang perlu diupayakan penanggulangannya, karena menyangkut berbagai aspek permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan yang layak dan kesejahteraan penduduk merupakan tujuan pembangunan dari setiap negara. Salah satu indikatornya adalah meningkatkan derajat kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 2009 Nomor 8 Seri E.4 PERATURAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN KAWASAN TERTIB ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu dari sekian banyaknya masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit bahkan kematian. Hampir semua orang tahu

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK PEMERINTAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA PERATURAN DAERAH PROVINSI/KABUPATEN/KOTA NOMOR : TAHUN... TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA... Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi saat ini banyak masalah yang harus diselesaikan oleh pemerintah serta masyarakat umum. Salah satu masalah yang sangat umum sekarang adalah meningkatnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Jumlah perokok dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik laki-laki, perempuan. Usia perokok juga bervariasi dari yang dewasa sampai remaja bahkan anak dibawah umur.

Lebih terperinci

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK SALINAN + BUPATI DHARMASRAYA PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI DHARMASRAYA,

Lebih terperinci

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PENAJAM PASER

Lebih terperinci

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi rokok merupakan salah satu epidemi terbesar dari berbagai masalah kesehatan masyarakat di dunia yang pernah dihadapi, membunuh sekitar 6 juta orang setiap tahunnya.

Lebih terperinci

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, a. bahwa rokok merupakan salah satu zat aditif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama

BAB I PENDAHULUAN. (main stream smoke) dan asap samping (side stream smoke). Asap utama BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan dapat mengakibatkan bahaya kesehatan bagi individu dan masyarakat. Sitepoe mengungkapkan bahwa asap yang

Lebih terperinci

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu, BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan merupakan salah satu unsure kesejahteraan yang harus diwujudkan bagi segenap bangsa Indonesia sesuai dengan

Lebih terperinci

TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014

TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA

Lebih terperinci

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM SALINAN WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No.23/1992). Kesehatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 09 Tahun : 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur Dewi Susanti 1,2, Deni K Sunjaya 1,3, Insi Farisa Desy Arya 1,3 1 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun lebih dari sepertiga kematian anak di dunia berkaitan dengan masalah kurang gizi, yang dapat melemahkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. Ibu yang mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN

PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PEMERINTAH KABUPATEN MERANGIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MERANGIN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN Pertimbangan disusunnya PP No.19 tahun 2003 : a. Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi rokok merupakan salah satu penyebab utama kasus kematian di dunia yang dapat dicegah (Erdal, Esengun, & Karakas, 2015). Beberapa penelitian terkait risiko yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG PENGENDALIAN MEROKOK DI TEMPAT KERJA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara berkembang (Verawati, 2010). yang menurut penelitian banyak terjadi oleh karena asap rokok. Asap 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara global, pada tahun 2008 terdapat enam juta kematian akibat rokok dan jumlah tersebut akan meningkat menjadi 10 juta kematian pada tahun 2030. Faktanya

Lebih terperinci

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK SALINAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA 8 PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK

- 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK - 1 - BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Pedoman Pengembangan. Kawasan Tanpa Rokok Ind P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Pedoman Pengembangan. Kawasan Tanpa Rokok Ind P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 363.738 Ind P KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Di fasilitas pelayanan kesehatan Di tempat proses belajar mengajar Di tempat ibadah Di tempat anak bermain

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DAN KAWASAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang

Lebih terperinci

Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Quit Tobacco Indonesia (QTI), CBMH Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Ilmu Kesehatan Masyarakat 2. Quit Tobacco Indonesia (QTI), CBMH Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia Retna Siwi Padmawati, 1,2 Yayi Suryo Prabandari, 1,2 Didik Joko Nugroho, 2 dan Endang Pujiastuti, 2 Tutik Itiyani, 2 Jarir Attobari 2 1 Ilmu Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Merokok merupakan suatu perilaku yang dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya yang ditimbulkan dari merokok.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUNGO, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu

Lebih terperinci

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dr. Supriyatiningsih, Sp.OG, M.Kes MTCC Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pendahuluan Angka perokok di Indonesia terus meningkat dari

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN ( Peraturan Pemerintah R.I. Nomor 81 Tahun 1999 tanggal 5 Oktober 1999 ) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan

Lebih terperinci

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN Disampaikan dalam rangka menjadi pembicara pada Diskusi Panel kenaikan cukai dan harga rokok sebagai Instumen pengendalian tembakau

Lebih terperinci

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 94 TAHUN 2012 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau dan sintetis

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH LAGI MAHA PENYANYANG ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Kulon Progo Nomor 5 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok menimbulkan masalah kesehatan meliputi penyakit kronis dan degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan keguguran, mengancam kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia. Mackay & Eriksen (2002) menyebutkan bahwa kematian akibat penggunaan

Lebih terperinci

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK

KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK DAN TERBATAS MEROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang

Lebih terperinci

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya. Merokok itu sendiri adalah

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN PERATURAN DIREKTUR POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI LINGKUNGAN POLITEKNIK MANUFAKTUR NEGERI BANGKA BELITUNG DIREKTUR POLITEKNIK

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MASA ESA BUPATI TANAH BUMBU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK

WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK WALIKOTA PARIAMAN PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA PARIAMAN NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PARIAMAN, Menimbang : a. bahwa asap rokok

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila digunakan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan lebih lanjut ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok merupakan benda yang terbuat dari tembakau yang berbahaya untuk kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal (bakteri

Lebih terperinci

B U P A T I S R A G E N

B U P A T I S R A G E N B U P A T I S R A G E N PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 Menimbang : a. BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA, bahwa rokok merupakan hasil olahan tembakau

Lebih terperinci

PROTOTIP RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA /BUPATI...,

PROTOTIP RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA /BUPATI..., Pengantar Asap Rokok Orang Lain menyebabkan penyakit dan kematian, dan tidak ada batas aman bagi paparannya. Beberapa negara dan beratus-ratus kota dan negara bagian di dunia telah menerapkan Undang Undang

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Unda

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1959 tentang Penetapan Unda WALIKOTA PANGKALPINANG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PANGKALPINANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rokok merupakan faktor resiko utama berbagai penyakit tidak menular, bahkan sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok. Merokok

Lebih terperinci