BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS"

Transkripsi

1 IV-1 BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. Studi Kasus Modul Linear Programming Blast Company memproduksi frame meja dan frame dinding dengan menggunakan bebagai macam bahan. Frame meja dan frame dinding tersebut didistribusikan kepada masyarakat-masyarakat secara langsung. Kebutuhan akan berbagai macam bahan dalam pembuatan frame meja dan frame dinding di ringkas dalam tabel berikut. Tabel 4.1 Data dari Blast Company (dalam ribuan per unit) Bahan Frame Mentah Dinding Frame Meja Kapasitas (piece) Plastik Besi Kaca Harga untuk 1 buah frame dinding adalah rupiah sedangkan untuk 1 buah frame meja adalah 5000 rupiah. Berapa banyak frame meja dan frame dinding yang harus dihasilkan setiap hari untuk memaksimalkan pendapatan pabrik tersebut dengan menggunakan metode grafik dan metode simpleks Perhitungan Manual Modul Linear Programming Berikut ini adalah perhitungan manual untuk studi kasus di atas. Dilakukan perhitungan dengan metode grafik dan metode simpleks. IV-1

2 IV-2 1. Metode Grafik Berikut ini adalah penyelesaian menggunakan metode grafik: 1. Mencari titik potong dari masing-masing garis. Nilai Maksimum: Z = X X2 Kendala: 30X1 + 30X2 < 90 (1) Jika X1 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (1) maka X2 = 3 Jika X2 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (1) maka X1 = 0 Jadi titik koordinatnya adalah (0,3) dan (3,0) 20X1 + 10X2 < 40 (2) Jika X1 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (2) maka X2 = 4 Jika X2 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (2) maka X1 = 2 Jadi titik koordinatnya adalah (0,4) dan (2,0) 20X1 + 20X2 < 80 (3) Jika X1 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (3) maka X2 = 4 Jika X2 = 0 dimasukkan ke dalam persamaan (3) maka X1 = 4 Jadi titik koordinatnya adalah (0,4) dan (4,0) Non negative constraint : X1 > 0, X2 > 0

3 IV-3 2. Membuat grafik berdasarkan titik potong dari masing-masing garis. y 4 3 Titik potong antara dua garis x 20X1+10X2=40 30X1+30X2=90 20X1+20X2=80 Gambar 4.1 Grafik 1 3. Mencari nilai X1, X2 dan nilai maksimumnya. Perpotongan terdapat diantara garis 30X1 + 30X2 = 90 dan 20X1 + 10X2 = 40. Jadi nilai X1 dan X2 dicari melalui kedua garis tersebut yaitu dengan cara eliminasi dan substitusi sebagai berikut: Eliminasi garis 30X1 + 30X2 = 90 x1 30X1 + 30X2 = 90 20X1 + 10X2 = 40 x3 60X1 + 30X2 = X1 = -30 X1 = 1 Subtitusi X2 ke salah satu garis 20X1 + 10X2 = 40 20(1) + 10X2 = X2 = 40 10X2 = 20 X2 = 2

4 IV-4 Jadi nilai Z optimum dari titik OABC Z = X X2 Titik A (0,3) Z = = Titik B (1,2) Z = = Titik C (2,0) Z = = Blast Company memproduksi frame dinding sebanyak 2000 buah tanpa harus memproduksi frame meja untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Pendapatan maksimal yang bisa didapatkan oleh Blast Company sebesar Rp , Metode Simpleks Berikut ini adalah perhitungan menggunakan metode simpleks dengan bentuk formulasi seperti dibawah ini: Nilai maksimum: Z = 15000X X2 Kendala: 1. 30X1 + 30X2 < X1 + 10X2 < X1 + 20X2 < 80 Non negative constraint : X1 > 0, X2 > 0 Langkah-langkah perhitungan adalah sebagai berikut: 1. Nilai di atas terlebih dahulu diubah kedalam bentuk standar sebagai berikut:

5 IV-5 Nilai Maksimum: Z 15000X1 5000X2 + 0 (S1 + S2 + S3) = 0 Kendala: 30X1 + 30X2 + S1 = 90 20X1 + 10X2 + S2 = 40 20X1 + 20X2 + S3 = 80 Non negative constraint: X1 > 0, X2 > 0 2. Kemudian nilai tersebut dimasukkan dan di proses ke dalam tabel seperti berikut ini: Tabel 4.2 Tabel Simpleks Iterasi I Variabel Dasar Z X 1 X 2 S 1 S 2 S 3 NK Indeks Z S S S Mengubah semua nilai pada baris pivot dengan membaginya dengan nilai pivot. Z=0/10=0 S2=1/20=0,05 X1=20/20=1 S3=0/20=0 X2=10/20=0,5 NK=40/20=2 S1=0/10=0 4. Membuat nilai baru untuk semua baris kecuali baris pivot dan ganti leaving variable dengan entering variable. Nilai baru = nilai lama (nilai kolom pivot x nilai baru pivot)

6 IV-6 Variabel Z Z lama : (-15000) X1 baru : 0 1 0,5 0 0, Z baru : Variabel S1 S1lama : (30) X1 baru : 0 1 0,5 0 0, S1 baru : , Variabel S3 S3 lama : (40) X1 baru : 0 1 0,5 0 0, S3 baru : Tabel 4.3 Tabel Simpleks Iterasi II Variabel Dasar Z X 1 X 2 S 1 S 2 S 3 NK Z S , X ,5 0 0, S Berdasarkan tabel simpleks iterasi II maka Blast Company harus memproduksi frame dinding sebanyak 2000 buah tanpa harus memproduksi frame meja untuk mendapatkan keuntungan maksimum. Pendapatan maksimal yang bisa didapatkan oleh Blast Company sebesar Rp ,00.

7 IV Perhitungan Software Modul Linear Programming Buka program WinQSB kemudian klik Linear and Integer Programming. Setelah terbuka akan muncul tampilan Problem Specification. Masukkan judul masalah yaitu keuntungan maksimum frame dengan jumlah variabel 2 dan jumlah kendala sebanyak 3 macam. Kriteria objektif yang dipilih adalah maximization karena ingin dicari nilai maksimal dari penjualan frame yang ada. Data entry format pilih option spreadsheet matrix form dan default variable type nonnegative continous. Klik OK. Gambar 4.2 Problem Specification Linear Programming Kemudian muncul tampilan seperti gambar Variable Input. Masukkan variabel dan constraint sesuai dengan data yang ingin dimasukkan. Gambar 4.3 Solve and analyze Graphic Method Linear Programming

8 IV-8 Kemudian klik solve and analyze. Selanjutnya klik graphic method seperti di gambar dan akan muncul kolom select variable seperti gambar di bawah dan klik OK. Gambar 4.4 Select Variables for Graphic Method Berikut ini merupakan output untuk grafik. Daerah visible terlihat pada output untuk grafik. Gambar 4.5 Graphic Output

9 IV-9 Klik Solve and Analyze kemudian klik Solve and Display Steps. Maka akan muncul iterasi pertama. Gambar 4.6 Iterasi 1 Linear Programming Kemudian klik simplex iteration lalu klik next iterasion maka mucul iterasi kedua. Klik simplex iteration lalu klik next iterasion lagi maka akan muncul pemberitahuan bahwa metode simpleks yang dilakukan telah selesai. Gambar 4.7 Iterasi 2 Linear Programming Klik solve and analyze kemudian klik solve the problem. Maka akan muncul notifikasi bahwa masalahnya telah diselesaikan dan solusi optimal telah didapatkan. Kemudian akan muncul output perhitungan simpleksnya. Gambar 4.8 Summary Output Linear Programming

10 IV Analisis Modul Linear Programming Berdasarkan studi kasus tentang Blast Company terdapat 3 kendala terhadap bahan mentah pembuatan frame baik untuk frame meja maupun frame dinding yaitu plastik, besi dan kaca. Blast Company ingin mengetahui banyaknya frame yang harus di produksi setiap hari untuk memaksimalkan pendapatan maka dilakukan perhitungan manual dan software dengan 2 metode yaitu metode grafik dan simpleks. Gambar 4.8 Summary Output Linear Programming merupakan output yang diperoleh. Nilai decision variable yang menunjukkan produk yang di produksi yaitu frame dinding (X1) dan frame meja (X2). Solution value menunjukkan jumlah produk yang harus dibuat untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Jumlah produk yang harus di produksi untuk produk frame dinding sebanyak 2000 buah sedangkan frame meja tidak di produksi guna untuk mendapatkan hasil yang optimal. Unit cost or profit menunjukkan harga untuk 1 produk. Harga frame dinding (X1) adalah Rp ,00 sedangkan harga frame meja (X2) adalah Rp 5.000,00. Total contribution adalah jumlah keuntungan maksimal yang diperoleh, nilai ini di dapatkan dari perkalian solution value dengan unit cost or profit dan untuk frame dinding didapatkan nilai total Rp ,00 sedangkan untuk frame meja didapatkan nilai 0 karena pada solution value nilainya 0. Reduced cost adalah kerugian produk. Jika frame dinding dijual maka tidak ada kerugian sedangkan jika frame meja yang dijual maka perusahaan akan mengalami kerugian sebesar Rp ,00. Allowable min adalah keuntungan sekecil-kecilnya yang bisa didapatkan dan allowable max adalah keuntungan maksimal yang bisa didapatkan dan tidak bisa melebihi angka yang tertera. Produksi frame dinding sekecil-kecilnya mendapat keuntungan

11 IV-11 sebesar Rp ,00 dan bisa mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin. Sedangkan produksi frame meja keuntungannya bisa seminimal mungkin sedangkan keuntungan maksimalnya sebesar Rp ,00. Perhitungan software terdapat constraint yang berarti kendala yang terdapat pada setiap produk. Left hand side (LHS) didapat dari pengkalian solution value dengan masing-masing constraint. Left hand side pada besi didapatkan hasil , untuk plastik didapatkan hasil dan untuk kaca adalah Right hand side adalah nilai dari jumlah kapasitas produk. Constraint pertama yaitu besi didaptkan nilai sedangkan untuk plastik adalah dan untuk kaca adalah Slack or surplus adalah nilai yang didapat dari pengurangan right hand side dengan left hand side. Kelebihan untuk besi sebesar sedangkan kelebihan untuk kaca Shadow price adalah kisaran harga yang didapat dari jumlah produk yang ada, bila ditambah 1 produk maka mendapat keuntungan sebesar nilai yang tertera pada shadow price. Allowable min right hand side adalah batas minimum jika dilakukan pengurangan pada besi yaitu sebesar dan untuk kaca sebesar dan allowable max right hand side adalah jumlah kapasitas maksimum. Besi dan kaca tidak mempunyai batasan kenaikan (tak terhingga) sedangkan plastik hanya bisa sebesar Berdasarkan perhitungan manual maupun software didapatkan perpotongan garis pada grafik sama yaitu antara garis 20X1 + 10X2 = 40 dan 30X1 + 30X2 = 90. Perhitungan software dan manual simpleks dilakukan 2 kali iterasi lalu didapatkan ratio pada masing-masing kendala yang ada yaitu 3, 2 dan 4. Perhitungan manual dan perhitungan software baik menggunakan metode grafik maupun simpleks didapatkan hasil yang sama yaitu banyak

12 IV-12 frame dinding yang dihasilkan sebanyak 2000 buah dengan pendapatan maksimal sebesar Rp , Studi Kasus Modul Transportasi Sebuah perusahaan yang bernama Indonesian Rice Company yang menghasilkan beras dan ingin mendistribusikan beras tersebut keempat kota di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Makassar. Terdapat empat gudang penyimpanan yaitu gudang pertama di daerah Bekasi, gudang kedua di daerah Magelang, gudang ketiga di daerah Bogor dan gudang keempat di daerah Bali. Barang yang tersedia, permintaan dari masingmasing kota, serta biaya yang diperlukan untuk masing-masing tujuan, dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini (Biaya dalam ribuan rupiah): Tabel 4.4 Data Biaya Transportasi Ke Supply Jakarta Bandung Yogyakarta Makassar Dari (karung) Gudang Gudang Gudang Gudang Demand Data di atas akan dialokasikan menggunakan empat buah metode yaitu North West Corner, Least Cost, Vogel s Approximation Method (VAM) dan Russell s Approximation Method (RAM). Perhitungan dilakukan secara manual dan menggunakan software WinQSB.

13 IV Perhitungan Manual Modul Transportasi Berikut ini adalah pemecahan masalah transportasi. Dilakukan dengan menggunakan empat buah metode yaitu North West Corner (NWC), Least Cost, Vogel s Approximation Method (VAM) dan Russell s Approximation Method (RAM) yang dilakukan secara manual. 1. North West Corner (NWC) Penyelesaian dengan menggunakan metode North West Corner, kotak yang pertama dialokasikan adalah kotak paling kiri atas yaitu kotak (1.1). Kotak tersebut dialokasikan sebesar 115 yang diambil dari nilai terkecil antara demand dan supply. Sehingga Jakarta sudah terpenuhi semua demandnya. Berikutnya untuk memenuhi supply gudang 1 kotak (1.2) dialokasikan sebanyak nilai yang tersisa yaitu 15. Jadi supply gudang 1 telah terpenuhi. Selanjutnya adalah memenuhi demand untuk Bandung. Untuk memenuhi demand tersebut, kotak (2.2) dialokasikan sebesar 95. Maka demand untuk kota Bandung telah terpenuhi. Berikutnya untuk memenuhi supply gudang 2, kotak (2.3) dialokasikan sebesar 15. Kemudian untuk memenuhi demand Yogyakarta, kotak (3.3) dialokasikan sebesar 100. Lalu untuk memenuhi supply gudang 3 pada kotak (3.4) sebesar 15. Setelah itu nilai yang tersisa untuk memenuhi demand untuk kota Makassar adalah sebesar 145 yang dialokasikan pada kotak (4.4). Setelah semua demand dan supply terpenuhi dan telah dilakukan pengalokasian, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

14 IV-14 Tabel 4.5 Metode North West Corner (NWC) Ke Dari Jakarta Bandung Yogyakarta Makassar Supply Gudang Gudang 2 - Gudang 3 - Gudang Demand Jadi biaya transportasinya adalah sebagai berikut: (115*20) + (15*25) + (95*23) + (15*17) + (100*33) + (15*42) + (145*23) = Rp ,00 2. Least Cost Pengalokasian menggunakan metode least cost dimulai dari harga terendah yaitu 17 yang terletak pada kotak (2.3) sebesar 110 dari besar supply sehingga supply dari gudang 2 telah terpenuhi. Kemudian angka terkecil berikutnya adalah 18 yang terletak pada kotak (3,2) sebesar 110 dari demand sehingga demand untuk Bandung telah terpenuhi. Setelah itu, angka terkecil selanjutnya adalah 20 yang terletak di kotak (1.1), pengalokasian sebesar 115 dari demand sehingga demand untuk Jakarta sudah terpenuhi. Angka terkecil selanjutnya adalah 23 yang terletak di kotak (4.4) dan dilakukan pengalokasian sebesar 145 dari supply sehingga supply dari gudang 4 telah terpenuhi. Angka terkecil selanjutnya adalah 33 yang terletak pada kotak (3.3) sebesar 5 sehingga demand untuk Yogyakarta telah terpenuhi. Yang terakhir adalah angka 50 yang terletak pada kotak (1.4) dan dialokasikan

15 IV-15 sebesar 15 sehingga demand untuk empat kota dan supply dari empat gudang telah terpenuhi. Tabel 4.6 Metode Least Cost Ke Dari Jakarta Bandung Yogyakarta Makassar Supply Gudang 1 Gudang 2 Gudang 3 Gudang Demand Jadi biaya transportasinya adalah sebagai berikut: (115*20)+(110*18)+(110*17)+(5*33)+(15*50)+(145*23)=Rp ,00 3. Vogel s Approximation Method (VAM) Berikut ini adalah perhitungan menggunakan metode Vogel s Approximation Method (VAM) yang penyelesaiannya dilakukan dengan cara menghitung selisih antara kotak variabel dengan biaya terendah dengan kotak variabel dengan biaya terendah berikutnya. Kemudian pilih hasil perhitungan yang terbesar hasilnya dan dilakukan pengalokasian pada kotak variabel dengan biaya terendah pada baris atau kolom tersebut

16 IV-16 Ke Tabel 4.7 Metode Vogel s Approximation Method (VAM) Dari Jakarta Bandung Yogyakarta Makassar Supply Gudang Gudang Gudang 3 Gudang Demand Jadi biaya transportasinya adalah sebagai berikut: (115*20) + (10*25) + (5*35) + (110*17) + (100*18) + (15*42) + (145*23) = Rp ,00

17 IV Russell s Approximation Method (RAM) Pertama-tama lakukan perhitungan untuk semua kotak. Cara menghitungnya ialah harga dikurang dengan baris terbesar dikurang dengan kolom terbesar. Setelah itu cari nilai minus terbesar lalu langsung dilakukan pengalokasian di kotak tersebut. Berikut adalah perhitungannya. Alokasi 1 A1 = = -78 A2 = = -68 A3 = = -68 A4 = = -48 B1 = = -69 B2 = = -66 B3 = = -68 B4 = = -48 C1 = = -50 C2 = = -63 C3 = = -44 C4 = = -53 D1 = = -50 D2 = = -50 D3 = = -50 D4 = = -75 Alokasi 2 B1 = = -69 B2 = = -66 B3 = = -68 B4 = = - 44 C1 = = -50 C2 = = -63 C3 = = -44 C4 = = -49 D1 = = -50 D2 = = -50 D3 = = -50 D4 = = -71 Alokasi 3 B1 = = -50 B2 = = -47 B3 = = -49 C1 = = -50 C2 = = -63 D1 = = -50 D2 = = -50 D3 = = -50

18 IV-18 Alokasi 4 B1 = = -69 B3 = = -68 C1 = = -50 C3 = = -44 D1 = = -50 D3 = = -50 Alokasi 5 B3 = = -42 C3 = = -42 D3 = = -42 Tabel 4.8 Metode Russell s Approximation Method (RAM) Ke Dari Jakarta Bandung Yogyakarta Makassar Supply Gudang 1 Gudang 2 Gudang 3 Gudang Demand Jadi biaya transportasinya adalah sebagai berikut: (115*20) + (15*25) + (95*18) + (110*17) + (5*33) + (15*42) + (145*23) = Rp , Perhitungan Software Modul Transportasi Buka program WinQSB kemudian klik network modeling, kemudian pilih option transportation problem pada problem type, objective criterion pilih minimization, data entry format spreadsheet matrix form. Judul masalahnya

19 IV-19 transportation, number of sources 4 karena sumbernya 4 tempat dan number of destinations 4 karena tujuannya ada 4 kota tujuan. Klik OK. Gambar 4.9 NET Problem Specification Transportation Masukkan semua data yang ingin di proses. Ganti nama variabel dengan cara klik edit - node names. Gambar 4.10 Data entry Klik solve and analyze select intial solution method. Klik option Northwest Corner Method (NWC) kemudian klik OK. Gambar 4.11 Transportation Simplex NWC

20 IV-20 Klik solve and analyze - Solve and display steps-tableau maka akan muncul alokasi 1. Dapat diketahui bahwa objective value sebesar Gambar 4.12 Alokasi 1 NWC Klik iteration next iteration maka akan muncul alokasi 2. Kemudian didapatkan objective value sebesar Gambar 4.13 Alokasi 2 NWC Klik iteration next iteration maka akan muncul alokasi 3. Kemudian didapatkan objective value sebesar Ini adalah hasil yang sudah final.

21 IV-21 Gambar 4.14 Alokasi 3 NWC Klik iteration next iteration maka akan muncul tabel kesimpulan dari semua proses yang telah dilakukan. Didapatkan data shipment, unit cost, total cost dan reduced cost. Gambar 4.15 NWC Tableau Summary Klik solve and analyze - Solve and display steps-network maka akan muncul hasil transportasi dari masing-masing source. Jaringan ini masih bisa dioptimalkan lagi.

22 IV-22 Gambar 4.16 NWC Network 1 Transportation Klik iteration next iteration. Terdapat perubahan jaringan. Gambar 4.17 NWC Network 2 Transportation Klik lagi iteration next iteration. Didapatkan jaringan yang optimal. Gambar 4.18 NWC Network 3 Transportation

23 IV-23 diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.19 NWC Network Summary Klik solve and analyze select intial solution method. Klik option Matrix Minimum (MM) kemudian klik OK. Gambar 4.20 Transportation Simplex MM Klik solve and analyze - Solve and display steps-tableau maka akan mucul alokasi 1. Dapat diketahui bahwa objective value sebesar Gambar 4.21 Alokasi 1 MM

24 IV-24 Klik iteration next iteration maka akan muncul alokasi 2. Kemudian didapatkan objective value sebesar Gambar 4.22 Alokasi 2 MM Klik iteration next iteration maka akan muncul alokasi 3 atau alokasi final. Kemudian didapatkan objective value sebesar Gambar 4.23 Alokasi 3 (Final) MM

25 IV-25 diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.24 Least Cost Tableau Summary Klik solve and analyze - Solve and display steps-network maka akan mucul hasil transportasi dari masing-masing source. Jaringan ini masih dapat dioptimalkan. Gambar 4.25 Least Cost Network 1 Transportation Klik iteration next iteration. Terdapat perubahan jaringan. Gambar 4.26 Least Cost Network 2 Transportation

26 IV-26 Klik lagi iteration next iteration. Didapatkan jaringan yang optimal. Gambar 4.27 Least Cost Network 3 Transportation diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.28 Least Cost Network Summary Klik solve and analyze select intial solution method. Klik option Vogel s Approximation Method (VAM) kemudian klik OK. Gambar 4.29 Transportation Simplex VAM

27 IV-27 Klik solve and analyze - Solve and display steps-tableau maka akan muncul alokasi final. Dapat diketahui bahwa objective value sebesar Gambar 4.30 Alokasi 1 (Final) VAM diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.31 VAM Tableau Summary Klik solve and analyze - Solve and display steps-network maka akan muncul hasil transportasi dari masing-masing source. Gambar 4.32 VAM Network 1 Transportation

28 IV-28 diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.33 VAM Network Summary Klik solve and analyze select intial solution method. Klik option Russell s Approximation Method (RAM) kemudian klik OK. Gambar 4.34 Transportation Simplex RAM Klik solve and analyze - Solve and display steps-tableau maka akan mucul alokasi 1. Dapat diketahui bahwa objective value sebesar Gambar 4.35 Alokasi 1 RAM

29 IV-29 Klik iteration next iteration maka akan muncul alokasi 2 atau alokasi final. Kemudian didapatkan objective value sebesar Gambar 4.36 Alokasi 2 (Final) RAM diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.37 RAM Tableau Summary Klik solve and analyze - Solve and display steps-network maka akan mucul hasil transportasi dari masing-masing source. Gambar 4.38 RAM Network 1 Transportation

30 IV-30 optimal. Klik iteration next iteration. Didapatkan jaringan transportasi yang Gambar 4.39 RAM Network 2 (Final) Transportation diolah. Klik iteration next iteration. Maka akan muncul semua data yang telah Gambar 4.40 RAM Network Summary Analisis Modul Transportasi Indonesian Rice Company ingin mendistribusikan beras yang mereka hasilkan ke kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Makassar. Indonesian Rice Company mempunyai gudang di daerah Bekasi, Magelang, Bogor dan Bali. Perusahaan ini ingin meminimumkan biaya transportasi yang ada. Oleh karena itu dilakukan perhitungan manual dan software dengan metode North

31 IV-31 West Corner (NWC), Least Cost, Vogel s Approximation Method (VAM) dan Russell s Approximation Method (RAM). Dilihat dalam perhitungan software bahwa dari gudang 1 ke Jakarta terdapat pengiriman barang sebesar 115 dengan biaya per unit sebesar 20 jadi total biaya sebesar Dari gudang 1 ke Bandung terdapat pengiriman barang sebesar 10 unit dengan biaya per unit sebesar 25 jadi total biaya sebesar 250. Gudang 1 ke Yogyakarta terdapat pengiriman barang sebesar 5 dengan biaya per unit 35 jadi total biayanya sebesar 175. Gudang 2 ke Yogyakarta sebesar 110 dengan biaya per unit 17 jadi total biaya sebesar Gudang 3 ke Bandung sebanyak 100 unit dengan biaya per unit 18 jadi total biaya sebesar Gudang 3 ke Makassar sebanyak 15 unit dan biaya per unit sebesar 42 sehingga biaya total sebesar 630. Gudang 4 ke Makassar sebanyak 145 unit dengan biaya per unit 23 dan total biaya menjadi Jadi, total keseluruhan biaya sebesar 10360, karena dalam ribuan maka menjadi Rp ,00. Berdasarkan perhitungan manual dan software didapatkan hasil optimal yang sama. Metode North West Corner (NWC) pada alokasi pertama baik dengan menggunakan software maupun manual didapatkan hasil yang sama yaitu Rp ,00. Sedangkan dengan metode Least Cost baik manual maupun software hasil alokasi 1 sebesar Rp ,00. Metode Vogel s Approximation Method (VAM) didapatkan hasil alokasi 1 baik dengan manual maupun software sebesar Rp ,00. Metode Russell s Approximation Method (RAM) didapatkan nilai alokasi 1 baik dengan manual maupun software sebesar Rp ,00. Jadi, dari ke empat metode tersebut biaya yang paling minimum adalah metode Vogel s Approximation Method.

32 IV Studi Kasus Modul Line Balancing Cool Fan Company yang bergerak dalam industri perakitan kipas angin harus memproduksi 600 unit kipas angin dalam sehari. Perusahaan tersebut memiliki jam kerja selama 7 jam sehari. Berikut ini adalah data produksi milik Cool Fan Company. Tabel 4.9 Data dari Cool Fan Company No Operasi Operasi Waktu Operasi Pendahulu (detik) 1 Merakit dinamo ke rangka menggunakan baut Merakit baling-baling ke rangka Merakit kunci baling-baling Merakit casing belakang dengan mur dan ring Merakit tombol speed Merakit tombol timer 5, Merakit louver Merakit kabel Merakit casing depan Merakit tutup casing 9 15 Tentukanlah: a. Waktu siklus b. Banyaknya work station c. Precendence diagram

33 IV Perhitungan Manual Modul Line Balancing Metode-metode pada line balancing terdiri dari metode heuristic, analytic dan simulasi. Metode heuristic terbagi menjadi empat macam yaitu Largest Candidate, Al Arcu s, Killbridge and Wester dan Ranked Positional Weight (RPW) tapi kali ini hanya dilakukan perhitungan dengan menggunakan metode Killbridge and Wester dan Ranked Positional Weight (RPW). Berikut adalah perhitungan manualnya. 1. Metode Killbridge Metode Killbridge adalah salah satu metode penyelesaian masalah line balancing. Metode ini termasuk metode heuristic. Langkah-langkah perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan metode ini adlah sebagai berikut. a. Waktu Siklus (Cycle Time) Waktu siklus adalah jarak waktu antara proses pertama ke proses berikutnya dalam pembuatan suatu produk. Nilai ini didapatkan dari pembagian antara waktu produksi dengan jumlah produksi. CT = Waktu Pr oduksi Jumlah Pr oduksi 7 = x 3600 = 42 detik 600 Hasil perhitungan di atas merupakan nilai dari waktu siklus. Nilai waktu siklus dengan menggunakan metode Killbridge adalah 42 detik. b. Banyaknya Stasiun Kerja (Work Station) Stasiun kerja terdiri dari beberapa proses. Berikut adalah perhitungan untuk mencari banyaknya stasiun kerja.

34 IV-34 WaktuOperasi WS = Waktusiklus 155 = = 3, Hasil perhitungan di atas menunjukkan banyaknya stasiun kerja. Jumlah work station untuk metode Killbridge adalah 4 stasiun kerja. c. Precedence Diagram Precedence diagram adalah diagram pendahulu yang menunjukkan urutan proses pengerjaan suatu produk yaitu kipas angin. Terdapat waktu pengerjaan per proses Gambar 4.41 Precedence Diagram Metode Killbrige d. Pengelompokan Work Station Setelah diketahui diagram pendahulu dan waktu siklus maka dilakukan pengelompokan stasiun kerja. Terdapat 5 work station dengan menggunakan metode Killbridge. Tabel 4.10 Pengelompokan Work Station WS Operasi Total Waktu Cycle Time 1 1, = , = ,6, = , = Berikut adalah diagram yang telah dikelompokkan dengan menggunakan metode Killbridge. Operasi 1 dan 2 bekerja dalam stasiun kerja 1, operasi 3 dan 4 bekerja dalam stasiun kerja 2. Operasi

35 IV-35 5,6 dan 7 bekerja dalam stasiun kerja 3, operasi 8 dan 9 bekerja dalam stasiun kerja 4. Stasiun kerja 5 hanya terdapat stasiun kerja WS WS WS 3 WS WS 5 10 Gambar 4.42 Pembagian Work Station Metode Killbrige e. Efisiensi Work Station Efisiensi stasiun kerja adalah waktu efektif kerja pada setiap work station. Persen efisiensi stasiun kerja didapatkan dari pembagian waktu operasi dengan waktu siklus dikalikan dengan 100%. Tabel 4.11 Efisiensi Work Station WS Operasi Total Waktu Cycle Time %effisiensi WS 1 1, = ,33 2 3, = ,33 3 5,6, = ,43 4 8, = , ,71 WaktuOperasi 35 %effisiensi WS 1 = 100% = WaktuSiklus % = 83,33% Work station 1 memiliki nilai persen efisiensi stasiun kerja sebesar 83,33%. Sehingga stasiun ini sudah bisa dikatakan efisien karena hanya menganggur sebanyak 16,67%. f. Efisiensi Lintasan Efisiensi lintasan adalah waktu efektif kerja pada lintasan kerja. Setelah mendapatkan nilai efisiensi lintasan maka bisa didapatkan

36 IV-36 persen menganggurnya dengan melakukan pengurangan antara 100 persen dengan persen efisiensi lintasan. Waktu Pr osesperunit % Effisien Lintasan = 100% CT WS 155 = 100% = 92,26% 42x4 % Idle Lintasan= 7,74% Nilai persen efisiensi lintasan sebesar 92,26%. Sehingga stasiun ini sudah bisa dikatakan efisien karena hanya menganggur sebanyak 7,74%. 2. Metode RPW (Ranked Position Weight) Metode RPW (Ranked Position Weight) adalah salah satu metode untuk menyelesaikan masalah line balancing. Berikut adalah langkah-langkah perhitungan dengan metode RPW (Ranked Position Weight). 1. Predence Diagram Precedence diagram adalah diagram pendahulu yang menunjukkan urutan proses pengerjaan suatu produk yaitu kipas angin. Terdapat waktu pengerjaan per proses. Berikut ini merupakan gambar 4.43 Predence Diagram Metode RPW Gambar 4.43 Predence Diagram Metode RPW

37 IV Matrik Bobot Posisi Matrik bobot posisi terdiri dari operasi pendahulu dan operasi lanjutan. Berikut adalah tabel yang telah dibuat. Tabel 4.12 Matrik Metode RPW Operasi Operasi Lanjutan Pendahulu Total Pembobotan a =120 b = 100 c = 85 d =110 e =85 f =75 g =65 h =55 i =25 j. 15

38 IV Tabel Before dan After Tabel before dan after adalah tabel yang menunjukkan susunan operasi sebelum dilakukan perhitungan dan sesudah dilakukan perhitungan. Berikut adalah tabel before dan after. Tabel 4.13 Before Tabel 4.14 After Operasi Bobot Posisi Operasi Pendahulu , Operasi Bobot Posisi , Operasi Pendahulu 4. Waktu Siklus Waktu siklus adalah jarak waktu antara proses pertama ke proses berikutnya dalam pembuatan suatu produk. Nilai ini didapatkan dari waktu terbesar pada proses yang ada. Waktu siklus pada studi kasus ini adalah 30 detik. 5. Banyaknya Stasiun Kerja Stasiun kerja terdiri dari beberapa proses. Berikut adalah perhitungan untuk mencari banyaknya stasiun kerja. WaktuOperasi WS = Waktusiklus 155 = = 5,

39 IV-39 Hasil perhitungan di atas menunjukkan banyaknya stasiun kerja. Jumlah work station untuk metode RPW (Ranked Position Weight) adalah 4 stasiun kerja. 6. Pengelompokan Masing-Masing Kelompok Kerja Setelah diketahui diagram pendahulu dan waktu siklus maka dilakukan pengelompokan stasiun kerja. Terdapat 6 work station dengan menggunakan metode Ranked Positional Weight (RPW). Tabel 4.15 Pengelompokan Kelompok Kerja WS Operasi Total Waktu dalam Stasiun Kerja Cycle Time , = ,6, = , =25 30 Berikut adalah diagram yang telah dikelompokkan dengan menggunakan metode Killbridge. Operasi 1 bekerja dalam stasiun kerja 1, operasi 4 bekerja dalam stasiun kerja 2. Operasi 2 dan 5 bekerja dalam stasiun kerja 3, operasi 3,6 dan 7 bekerja dalam stasiun kerja 4. Operasi 8 bekerja dalam stasiun kerja 5 dan operasi 9 dan 10 bekerja dalam stasiun kerja 6. WS WS 3 WS 4 WS WS 6 10 WS 2 Gambar 4.44 Pembagian Work Station Metode RPW

40 IV Efisiensi Work Station Efisiensi stasiun kerja adalah waktu efektif kerja pada setiap work station. Persen efisiensi stasiun kerja didapatkan dari pembagian waktu operasi dengan waktu siklus dikalikan dengan 100 persen. Tabel 4.16 Efisiensi Work Station WS Operasi Total Waktu dalam Cycle %Efisiensi Stasiun Kerja Time Work Station , ,33 3 2, ,33 4 3,6, , ,33 8. Efisiensi Lintasan Efisiensi lintasan adlah waktu efektif kerja pada lintasan kerja. Setelah mendapatkan nilai efisiensi lintasan maka bisa didapatkan persen menganggurnya dengan melakukan pengurangan antara 100 persen dengan persen efisiensi lintasan. Waktu Pr osesperunit % Efisiensi Lintasan = 100% CT WS 155 = 100% = 86,11 % 30x6 % Idle = 13,89 % Nilai persen efisiensi lintasan sebesar 86,11%. Sehingga stasiun ini sudah bisa dikatakan efisien karena hanya menganggur sebanyak 13,89%.

41 IV Perhitungan Software Modul Line Balancing Buka WinQSB kemudian klik Facility Location and Layout. Klik file New Problem. Maka akan mucul Problem Specification. Klik problem type Line Balancing, masukkan judul masalahnya dan masukkan banyaknya operasi yaitu 10 dengan hitungan waktu dalam detik. Klik OK. Gambar 4.45 Problem Specification Maka akan muncul line balancing task information. Masukkan semua data yang ingin diolah. Gambar 4.46 Task Information Klik Solve and Analyze Solve The Problem. Maka akan muncul Line Balancing Solution dengan metode pemecahan dengan Heuristic Procedure, primary heuristic yang digunakan Ranked Positional Weight Method dengan tie breaker random (acak). Klik OK.

42 IV-42 Gambar 4.47 Line Balancing Solution Setelah di klik OK maka langsung muncul line balancing solution. Di sini bisa dilihat banyaknya stasiun kerja, banyaknya operator, tugasnya, nama tugasnya, waktu tugasnya, waktu yang tidak digunakan dan persen menganggur. Gambar 4.48 Hasil Line Balancing Solution Klik Results - Show Line Summary. Maka akan muncul kesimpulan dari line yang di olah.

43 IV-43 Gambar 4.49 Line Balancing Summary Klik Results Show Line Layout in Graph. Maka akan mucul pembagian stasiun kerja dalam lintasan. Gambar 4.50 Line Balancing in Graph Analisis Modul Line Balancing Cool Fan Company ingin menyeimbangkan beban kerja di setiap work station karena masing-masing work station harus seimbang. Oleh karena itu dilakukan perhitungan dengan menggunakan dua buah metode yaitu metode Ranked Positional Weight (RPW) dan Killbridge. Perhitungan manual dengan metode Killbridge didapatkan waktu siklus sebesar 42 detik dengan banyaknya stasiun kerja menggunakan rumus yang ada terdiri dari 4 stasiun kerja. Kemudian dibuat diagram pendahulu dan dilakukan pengelompokan stasiun kerja yang ternyata terdiri dari 5 stasiun kerja karena kalau menggunakan rumus tidak melihat dari susunan

44 IV-44 operasi dan waktunya. Persen efisiensi stasiun kerja berbeda-beda pada setiap stasiun kerja. Stasiun kerja yang paling sedikit waktu menganggurnya adalah stasiun kerja 4. Persen efisiensi lintasan sebesar 92,26% yang berarti lintasan ini sangat efisien dan sangat sedikit menganggur. Perhitungan manual dengan metode Ranked Positional Weight (RPW) pertama-tama membuat diagram pendahulu kemudian dilanjutkan dengan pembuatan matriks bobot posisi dan setelah itu membuat tabel sebelum dan sesudah. Waktu siklus didaptkan dari waktu terbesar pada waktu pengerjaan produk yaitu sebesar 30 detik. Setelah itu dicari banyaknya stasiun kerja dan dilakukan pengelompokan masing-masing kelompok kerja yang terdiri dari 6 stasiun kerja. Stasiun 4 dan 5 yang sangat efektif karena tidak menganggur sedikit pun. Persen efisiensi lintasan dengan metode ini adalah 86,11% berarti lintasa ini cukup memanfaatkan waktu yang ada. Berdasarkan perhitungan software dengan menggunakan metode Ranked Positional Weight (RPW) maka diketahui jumlah stasiun lintasan sebanyak 6 buah stasiun. Dibutuhkan satu orang operator pada masingmasing work station. Task name adalah nama operasi yang ingin di olah dan task time adalah waktu pengerjaan per operasi. Time unassigned adalah waktu yang tidak dipergunakan dan % idleness adalah persen waktu menganggur. Operasi pertama terletak di stasiun pertama dengan banyaknya operator sebanyak 1 orang dan nama operasi merakit dinamo ke rangka dengan waktu pengerjaan selama 20 detik. Waktu yang tidak digunakan sebesar 10 detik kemudian di dapatkan persen menganggur sebesar 33,33%. Begitu pula pembacaan untuk operasi-operasi selanjutnya. Tabel kesimpulan bisa dilihat waktu siklusnya sebesar 30 detik dengan banyaknya work station 6 buah dan banyaknya operator yang dibutuhkan

45 IV-45 sebanyak 6 orang. Banyaknya waktu yang tersedia dalam detik adalah 180 detik dan total waktu pengerjaan selama 155 detik dan waktu menganggur selama 25 detik. Jadi, banyaknya persen waktu menganggur sebanyak 13,89%. Line balancing in graph menunjukkan banyaknya pembagian stasiun kerja. Terdapat 6 stasiun kerja, pada stasiun pertama terdapat tugas yang pertama, pada stasiun kedua terdapat tugas keempat, pada stasiun tiga terdapat tugas ke dua dan lima. Stasiun empat terdapat tugas ke tiga, enam dan tujuh. Sedangkan pada stasiun lima terdapat tugas ke delapan dan pada stasiun ke enam terdapat tugas sembilan dan sepuluh. Antara perhitungan manual dan software menggunakan metode Ranked Positional Weight (RPW) didapatkan hasil yang sama yaitu waktu siklus sebesar 30 detik, banyaknya stasiun kerja sebanyak 6 buah dengan pembagian tugas yang sama dalam masing-masing work station dan persentase menganggur sebanyak 13,89%. Berarti terdapat kesamaan perhitungan antara perhitungan manual dan perhitungan software. Karena dihasilkan persen efisiensi lintasan sebesar 92,26% dan persen menganggur sebesar 7,74% Studi Kasus Modul CPM dan PERT Terdapat 2 macam studi kasus pada modul kali ini. Studi kasus yang pertama adalah tentang riset dan pengembangan produk Coke untuk metode CPM dan sudi kasus yang kedua adalah adalah pembuatan produk mesin pemotong kuku otomatis untuk metode PERT.

46 IV Studi Kasus CPM Olive Company telah mengadakan riset dan pengembangan terhadap produk mereka yaitu Coke. Kali ini mereka ingin membuat Green Tea Flavoured Coke karena berdasarkan penelitian yang sebelumnya telah dilakukan diketahui bahwa teh hijau bisa mencegah dari beberapa jenis kanker. Berikut ini adalah langkah-langkah yang mereka lakukan. Tabel 4.17 Data dari Olive Company Aktivitas Aktivitas Pendahulu Waktu (hari) A - 14 B - 7 C A 4 D C 4 E B 3 F C 5 G D 7 H E,F,G 8 I H 5 J I 2 K J 3 Olive Company ingin mengetahui network dan lintasan kritis dengan menggunakan metode CPM. Berikut adalah keterangan dari aktivitas yang telah dilakukan. A. Mengidentifikasi pembuatan coke green tea B. Mengidentifikasi keinginan konsumen C. Menjual ide tersebut bahwa ide tersebut menarik dan perlu di uji D. Menentukan tujuan dan kontribusi E. Mengumpulkan hasl kuesioner F. Mengumpulkan teori dan hasil riset sebelumnya G. Merancang riset coke green tea

47 IV-47 H. Menganalisis dan menguji hipotesis yang telah dibuat I. Membuat ringkasan, mendiskusikan hasil pengujiannya dan menyimpulkan hasilnya J. Menunjukkan keterbatasan K. Mengusulkan perbaikan Perhitungan Manual CPM Penyelesaian menggunakan cara manual untuk studi kasus diatas dengan menggunakan metode Critical Path Method, didapatkan network sebagai berikut dimana waktu yang digunakan adalah waktu normal: A,14 2 C,4 4 D, B,7 F,5 G,7 3 E,3 6 H,8 7 I,5 8 J,2 K, Gambar 4.51 Network CPM Normal Time Manual Menentukan lintasan kritis adalah dengan memilih perhitungan waktu maju dan mundur yang sama, yaitu A C D G H I J K. Tabel 4.18 All Data CPM Waktu (hari) Biaya ($) Slope Aktivitas Normal (Tn) Dipercepat (Tc) Normal (Cn) Dipercepat (Cc) Biaya (Rp) A, kritis ,5 B C, kritis D, kritis E F G, kritis H, kritis I, kritis J, kritis K, kritis

48 IV-48 Berdasarkan tabel analisa biaya percepatan maka bisa diketahui aktivitas yang merupakan jalur kritis, waktu normal dan dipercepat, biaya normal dan biaya dipercepat serta slope biaya. Setelah itu, dibuat tabel kegiatan percepatan untuk mengetahui waktu pengerjaan proyek dan jumlah biaya yang disarankan. Tabel 4.19 Analisis Biaya Percepatan Keg. Yang dipercepat Tanpa percepatan Keg. A dipercepat 2 hari Keg. C dipercepat 1 hari Keg. D dipercepat 1 hari Keg. G dipercepat 2 hari Keg. H dipercepat 2 hari Keg. I dipercepat 1 hari Keg. J dipercepat 1 hari Keg. K dipercepat 1 hari Keg. B dipercepat 2 hari Keg. E dipercepat 1 hari Keg. F dipercepat 1 hari A,12 2 C,3 4 D, B,5 F,4 G,5 3 E,2 6 H,6 7 I,4 8 J,1 K, Gambar 4.52 Network CPM Crash Time Manual Perhitungan Software CPM Pertama-tama buka software WinQSB PERT-CPM. Klik file new problem. Masukkan judul masalahnya, banyaknya aktivitas yang dilakukan yaitu 11 aktivitas dan waktunya dalam hitungan hari. Tipe masalahnya dalam Deterministic CPM, data entry format dalam spreadsheet dan data yang di

49 IV-49 masukkan adalah waktu normal, waktu percepatan, biaya normal dan biaya percepatan. Klik OK. Gambar 4.53 Problem Specification CPM Masukkan aktivitas pendahulu, waktu normal, waktu percepatan, biaya normal dan biaya percepatan. Jika nama aktivitasnya ingin di ganti sesuai dengan studi kasus klik saja kolom activity name. Lalu ketik nama yang diinginkan. Gambar 4.54 All Data CPM Klik solve and analyze solve critical path using normal time. Maka akan muncul data yang telah di olah.

50 IV-50 Gambar 4.55 Activity Critically Analysis Normal CPM Klik Results - Graphic Activity Analysis. Maka diperlihatkan semua aktivitas dan jalur kritisnya. Gambar 4.56 Graphic Activity Analysis Normal CPM Klik Results Show critical path. Maka ditunjukkan jalur kritis berikut waktu penyelesaiannya. Gambar 4.57 Critical Path CPM Klik Results Perform crashing analysis. Masukkan desired completion time sesuai dengan kolom project completion time yang menunjukkan 36 hari waktu penyelesaian proyek. Klik OK.

51 IV-51 Gambar 4.58 Crashing Analysis Input CPM Maka akan muncul tabel crashing analysis. Diketahui waktu yang disarankan, biaya yang ditambahkan, biaya normal dan biaya yang disarankan. Gambar 4.59 Crashing Analysis CPM Setelah itu klik solve and analyze - solve critical path using crash time. Maka akan muncul tabel Activity Critically Analysis dengan waktu percepatan. Gambar 4.60 Activity Critically Analysis Crash Time CPM

52 IV-52 Klik Results Graphic Activity Analysis. Maka diperlihatkan semua aktivitas dan jalur kritisnya. Gambar 4.61 Graphic Activity Analysis Crash Time CPM Klik Results Show critical path. Maka ditunjukkan jalur kritis berikut waktu penyelesaiannya. Gambar 4.62 Critical Path Crash Time CPM Analisis CPM Olive Company mengadakan riset terhadap produk mereka yaitu coke. Perusahaan ini ingin mengetahui lintasan yang paling optimal untuk riset tersebut dari awal hingga akhir. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan dengan menggunakan Critical Path Method (CPM) untuk mengetahui network dan lintasan kritisnya. Berdasarkan perhitungan software yang telah dilakukan dengan menggunakan program winqsb maka diketahui Earliest Start (ES), Earliest Finish (EF), Latest Start (LS), dan Latest Finish (LF). Nilai slack didapatkan dari pengurangan LS dengan ES. Waktu penyelesaian selama 47 hari dengan baya

53 IV-53 proyek sebesar $1270, biaya pada lintasan kritis sebesar $1010 dengan banyaknya lintasan kritis sebanyak 1 buah, ini dihasilkan dari waktu normal. Table crashing analysis menunjukkan lintasan kritis yang sama dengan menunjukkan waktu normal, waktu percepatan, waktu yang disarankan, biaya penambahan, biaya normal dan biaya yang disarankan. Berdasarkan perhitungan manual dan software maka didapatkan lintasan kritis yang sama yaitu A-C-D-G-H-I-J-K karena lintasan ini merupakan lintasan yang terbaik untuk riset yang dilakukan dari operasi awal hingga akhir. Biaya normal sebesar $1270 dengan waktu penyelesaian selama 47 hari. Biaya percepatan proyek percepatan sebesar $1430 dengan waktu penyelesaian selama 36 hari. Terdapat perbedaan biaya karena untuk mempercepat waktu pengerjaan suatu proyek harus diadakan penambahan pekerja yang membutuhkan tambahan biaya Studi Kasus PERT Putra s Company ingin membuat suatu produk yang sekarang ini masih belum beredar di Indonesia. Produk yang ingin dibuat adalah mesin pemotong kuku. Mesin pemotong kuku otomatis ini dapat menjaga kebersihan kuku dan mempermudah masyarakat untuk memotong kuku. Berikut ini adalah aktivitas dalam pembuatan produk pemotong kuku otomatis.

54 IV-54 Tabel 4.20 Data dari Putra s Company Aktivitas Aktivitas Pendahulu Waktu (minggu) A - 10 B - 10 C A 8 D C 4 E B 2 F E 4 G F 1 H D 2 I G,H 2 J I 2 K J 1 L K 2 Putra s Company ingin mengetahui network dan lintasan kritis dengan menggunakan metode PERT. Berikut adalah keterangan dari aktivitas yang telah dilakukan. A. Merencanakan pembuatan mesin pemotong kuku B. Merencanakan pembuatan rangka C. Membuat mesin D. Menyesuaikan mesin E. Memesan material untuk rangka F. Membuat rangka mesin G. Finishing bagian rangka H. Pasang mesin pada rangka dan stel I. Menguji coba J. Mendiskusikan hasil pengujian dan menyimpulkan K. Menunjukkan keterbatasan L. Mengusulkan perbaikan

55 IV Perhitungan Manual PERT Penyelesaian menggunakan metode Program Evaluation and Review Techniques (PERT), pertama kali yang harus dilakukan adalah menentukan Te dan V karena network didapatkan bukan menggunakan waktu normal seperti pada CPM, melainkan menggunakan Te. Berikut ini adalah nilai Te, Sd dan V yang didapatkan untuk masing-masing aktivitas: Aktivitas Aktivitas Pendahulu Waktu Optimistik ( to ) Tabel 4.21 Data PERT Waktu Realistik ( tm ) Waktu Pesimistik (tp) Waktu yang diharapkan (te) Standar Deviasi A B C A D C E B F E G F H D I G,H J I K J L K Setelah nilai Te ditentukan maka network dibuat berdasarkan nilai tersebut dan berikut ini adalah bentuk network PERT: (Sd) V

56 IV-56 1 A:10,33 2 C;8,17 4 D;3, ,33 10,33 18,5 18,5 22,33 22,33 B;10,33 F,5 3 E;1,84 6 F;4,33 7 G;1,67 8 I;2,5 9 J;2,66 10 K;1,5 11 L;2, ,3316,83 12,1718,67 16, ,67 24,67 27,17 27,17 29,8329,83 31,3331,33 33,6733,67 Gambar 4.62 Network PERT Kemudian untuk menentukan lintasan kritis adalah dengan memilih perhitungan waktu maju dan mundur yang sama dan yang terpanjang, yaitu A C D H I J K L Perhitungan Software PERT Pertama-tama buka software WinQSB PERT-CPM. Klik file new problem. Masukkan judul masalahnya, banyaknya aktivitas yang dilakukan yaitu 12 aktivitas dan waktunya dalam hitungan minggu. Tipe masalahnya dalam Probabalitas PERT. Klik OK. Gambar 4.63 Problem Specification PERT

57 IV-57 Masukkan nama aktivitas, aktivitas pendahulu, waktu optimis, waktu realistik dan waktu pesimis. Pada aktivitas pendahulu jangan menggunakan titik tapi gunakanlah koma. Gambar 4.64 All PERT data telah di olah. Klik solve and analyze solve critical path. Maka akan muncul data yang Gambar 4.65 Activity Critically Analysis PERT Klik results - graphic activity analysis. Maka diperlihatkan semua aktivitas dan jalur kritisnya. Gambar 4.66 Graphic Activity Analysis PERT

58 IV-58 Gambar 4.67 Critical Path PERT Analisis PERT Putra s Company ingin membuat mesin pemotong kuku otomatis yang masih belum beredar di Indonesia. Oleh karena itu, dilakukan perhitungan dengan metode PERT untuk mengetahui lintasan kritis dan network dari langkah-langkah pengerjaan yang ada. Baik menggunakan perhitungan software maupun manual digunakan waktu yang diharapkan karena dibandingkan dengan waktu optimistik, waktu realistik dan waktu pesimistik hanya waktu yang diharapkan yang bisa dipercaya walaupun bukan waktu yang pasti. Berdasarkan hasil perhitungan manual dan software maka didapatkan lintasan kritis yang sama yaitu A-C-D-H-I-J-K-L. Didapatkan nilai standar deviasi atau besarnya penyimpangan yang terjadi pada masing-masing aktivitas adalah sama. Berdasarkan perhitungan software maka diketahui jumlah standar deviasi atau jumlah penyimpangan keseluruhan sebesar 2,43. Waktu penyelesaian proyek mesin pemotong kuku otomatis dengan menggunakan perhitungan manual dan software menunjukkan angka yang sama yaitu 33,67 minggu dengan lintasan kritis sebanyak 1 buah. Jadi, selama 33,67 minggu boleh terdapat penyimpangan menjadi 115,48 minggu ataupun menjadi 48,15 minggu.

59 IV Studi Kasus Modul Quality Control PT. Makin Jaya bergerak dalam bidang produksi mesin ketik ingin melakukan pengendalian kualitas terhadap berat mesin ketik yang dihasilkan. Industri tersebut menetapkan batas berat mesin ketik untuk kualitas yang baik adalah dari 5 kg + 0,50 kg dengan menggunakan batas kendali 3 sigma. Hitunglah data batas kendali atas dan batas kendali bawah dari produksi mesin ketik tersebut dengan menggunakan peta X dan peta R untuk melakukan perbaikan kualitas. Observasi Hari Tabel 4.22 Data Berat Mesin Ketik dari PT. Makin Jaya Mengukur Berat Mesin Ketik (kg) X1 X2 X3 X4 X

60 IV-60 Observasi Hari Tabel 4.22 Data Berat Mesin Ketik dari PT. Makin Jaya (Lanjutan) Mengukur Berat Mesin Ketik (kg) X1 X2 X3 X4 X Perhitungan Manual Modul Quality Control Berikut ini adalah perhitungan manual untuk studi kasus di atas. Tabel perhitungan tersebut dirangkum dalam tabel 4.23 Perhitungan Manual Quality Control berikut ini. Tabel 4.23 Perhitungan Manual Quality Control Observasi Mengukur Berat Mesin Ketik (kg) Hari X1 X2 X3 X4 X5 X R

61 IV-61 Tabel 4.23 Perhitungan Manual Quality Control (Lanjutan) Observasi Mengukur Berat Mesin Ketik (kg) Hari X1 X2 X3 X4 X5 X R Jumlah 159, X = 5,3093 R = 0,3067 BKAX = X + A2. R = 5, ,577. 0,3067 = 5, ,1769 = 5,4862 BKBX = X A2. R = 5,3093 0,577. 0,3067 = 5,3093 0,1769 = 5,1324 BKAR = D4. R = 2,114. 0,3067 = 0,6484 BKBR = D3. R = 0. 0,3067 = 0

62 IV-62 Grafik peta X menunjukkan batas kontrol atas yaitu sebesar 5,4862, batas kontrol bawah sebesar 5,1324 dan garis tengah sebesar 5,3093. Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa semua data yang dimasukkan terdapat di antara BKA dan BKB sehingga kualitas pada PT. Makin Jaya sudah baik. BKA CL BKB Gambar 4.68 Grafik Peta X Grafik peta R menunjukkan batas kontrol atas sebesar 0,6484, batas kontrol bawah sebesar 0 dan garis tengah sebesar 0,3067. Berdasarkan grafik peta R dapat dilihat bahwa semua data yang dimasukkan terdapat di antara BKA dan BKB dan cukup banyak yang berada di garis tengah. Sehingga kualitas pada PT. Makin Jaya sudah baik. BKA CL BKB Gambar 4.69 Grafik Peta R

63 IV Perhitungan Software Modul Quality Control Buka program WinQSB kemudian pilih QCC atau Quality Control setelah terbuka akan muncul tampilan problem specification. Masukan judul masalah yaitu berat mesin ketik dengan 1 jenis karakteristik, banyaknya karakteristik 30 dan banyaknya observasi 5. pada karakteristik kualitas pilih data variabel dan pada data entry format pilih subgroup horizontally. Klik OK. Gambar 4.70 Problem Specification QCC Kemudian muncul tampilan seperti gambar data input. Masukkan data observasi yang ingin diproses. Gambar 4.71 Software Data Berat Mesin Ketik

64 IV-64 Kemudian klik Gallery lalu pilih X-bar (Mean) Chart dan akan muncul gambar seperti dibawah ini. Terdapat nilai rata-rata dan standar deviasi berikut BKA dan BKB. Gambar 4.72 Software Peta X Kemudian kembali dengan memilih gambar pintu. Lalu klik lagi Gallery dan pilih R (Range) Chart maka akan muncul gambar seperti dibawah ini. Gambar 4.73 Software Peta R Klik Analysis dan pilih Sample Summary. Maka akan muncul dapat diketahui nilai rata-rata, nilai tengah, nilai tengah dari range, varians, standar deviasi, jarak, nilai maksimum dan minimum.

65 IV-65 Gambar 4.74 Perhitungan Software Analisis Modul Quality Control PT. Makin Jaya ingin melakukan perbaikan kualitas terhadap mesin ketik yang mereka produksi. Terdapat 2 macam tool pada quality control yang digunakan yaitu seven old tools dan new tools. New tools terdapat 4 macam peta yaitu peta X, C, S dan R. Dilakukan perhitungan dengan menggunakan peta X dan peta R karena data yang di proses adalah data variabel. Berdasarkan perhitungan software terdapat dua grafik yaitu grafik peta X dan peta R. Peta X diketahui BKA sebesar dan BKB sebesar , nilai tengah sebesar , nilai rata-rata sebesar dan standar deviasi sebesar Grafik peta R menunjukkan nilai BKA sebesar dan BKB sebesar 0. Nilai rata-rata sebesar dan nilai standar deviasi sebesar Dapat dilihat bahwa semua data baik menggunakan peta X maupun

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 Disusun Oleh : Kelompok : 6 (Enam) Hari / Shift : Kamis /2 (Dua) Nama / NPM : 1. Heidy Olivia Thaeras /30408421 2. Bayu Saputra /30408190 3. Arief Dwi Rianto

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1. CPM dan PERT Modul CPM dan PERT ini memiliki permasalahan dan penyelesaiannya dengan permasalahan pada studi kasus sedangkan penyelesaiannya menggunakan perhitungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri pada saat ini maju dengan pesat, salah satu faktor penting yang mendukung majunya dunia industri tersebut adalah teknologi. Teknologi dapat membantu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri pada saat ini maju dengan pesat, semakin majunya suatu industri maka akan semakin membutuhkan teknologi yang dapat membantu berkembangnya suatu produksi.

Lebih terperinci

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D

TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D TUGAS PENDAHULUAN PRAKTIKUM KOMPUTER INDUSTRI 1 MODUL TRANSPORTASI TIPE SOAL D Pabrik Sukajaya memiliki 3 buah gudang yang terletak di tiga tempat berlainan. Pabrik ini ingin melakukan pendistribusian

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL V TRANSPORTATION AND TRANSHIPMENT

LAPORAN RESMI MODUL V TRANSPORTATION AND TRANSHIPMENT LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL V TRANSPORTATION AND TRANSHIPMENT

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Jambi Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1 Landasan Teori Keseimbangan lini perakitan (line balancing) merupakan suatu metode penugasan pekerjaan ke dalam stasiun kerja-stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VII PERT DAN CPM

LAPORAN RESMI MODUL VII PERT DAN CPM FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VII PERT DAN CPM I. Pendahuluan A. Latar Belakang (Min. 1 lembar) B. Rumusan

Lebih terperinci

MODUL I METODE JALUR KRITIS (1)

MODUL I METODE JALUR KRITIS (1) 1 MODUL I METODE JALUR KRITIS (1) A. MAKSUD DAN TUJUAN A. 1. MAKSUD mengenal, memahami, dan menggunakan program WinQSB untuk melakukan analisa jalur kritis pada suatu proyek dengan Modul CPM A. 2. TUJUAN

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI MODUL VI PERT & CPM

LAPORAN RESMI MODUL VI PERT & CPM LABORATORIUM STATISTIK DAN OPTIMASI INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDY TEKNIK INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR LAPORAN RESMI MODUL VI PERT & CPM I. Pendahuluan A. Latar

Lebih terperinci

PANDUAN MENGGUNAKAN POM for WINDOWS DISUSUN OLEH BAMBANG YUWONO, ST, MT PUTRI NUR ISTIANI ( )

PANDUAN MENGGUNAKAN POM for WINDOWS DISUSUN OLEH BAMBANG YUWONO, ST, MT PUTRI NUR ISTIANI ( ) PANDUAN MENGGUNAKAN POM for WINDOWS DISUSUN OLEH, ST, MT PUTRI NUR ISTIANI (123030113) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UPN VETERAN YOGYAKARTA 2007 I. PENDAHULUAN Program POM for

Lebih terperinci

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 Genap 2015/2016. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas

TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 Genap 2015/2016. TIN314 - Perancangan Tata Letak Fasilitas Materi #11 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perencanaan Fasilitas 2 Perencanaan Tata Letak Fasilitas melibatkan 5 tingkat perencanaan: (Q.Lee, IIE Solution, 1997) 1. Lokasi Fasilitas 2. Rencana

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi

MODEL TRANSPORTASI. Sesi XI : Model Transportasi Mata Kuliah :: Riset Operasi Kode MK : TKS 4019 Pengampu : Achfas Zacoeb Sesi XI : MODEL TRANSPORTASI e-mail : zacoeb@ub.ac.id www.zacoeb.lecture.ub.ac.id Hp. 081233978339 Model Transportasi Merupakan

Lebih terperinci

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan

Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming dengan I. Pendahuluan A. Latar Belakang (Min. 1 lembar) B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang ada pada modul 1 ini adalah : Bagaimana cara menyelesaikan persoalan Linier Programming and Integer Programming

Lebih terperinci

Perencanaan Fasilitas

Perencanaan Fasilitas 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Perencanaan Fasilitas 2 Perencanaan Tata Letak Fasilitas melibatkan 5 tingkat perencanaan: (Q.Lee.IIE Solution, 1997) 1. Lokasi Fasilitas 2. Rencana Site 3. Rencana

Lebih terperinci

MODUL I MENGENAL WINQSB

MODUL I MENGENAL WINQSB A. MAKSUD DAN TUJUAN B. WINQSB MODUL I MENGENAL WINQSB 1. Maksud Mengenal, memahami dan mencoba contoh-contoh program yang akan dibuat dengan menggunakan WINQSB 2. Tujuan Agar mahasiswa mampu menggunakan

Lebih terperinci

Tabel 1. Soal Lapres. Benang Pewarna Harga Jual Permasalahan tersebut dimodelkan sebagai berikut : X2 = Sarung Anak

Tabel 1. Soal Lapres. Benang Pewarna Harga Jual Permasalahan tersebut dimodelkan sebagai berikut : X2 = Sarung Anak 2. Soal Laporan Resmi Sebuah pabrik sarung tenun ANGGUR memproduksi 2 jenis sarung, yaitu sarung dewasa dan sarung anak. Untuk membuat sebuah sarung dewasa dibutuhkan 25 gulung benang dan 18 kaleng pewarna.

Lebih terperinci

BAB VI LINE BALANCING

BAB VI LINE BALANCING BAB VI LINE BALANCING 6.1. Landasan Teori Line Balancing Menurut Gaspersz (2004), line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan

Lebih terperinci

Model Transportasi /ZA 1

Model Transportasi /ZA 1 Model Transportasi 1 Model Transportasi: Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan distribusi suatu barang tertentu dari sejumlah sumber (sources)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Line Balancing Line balancing merupakan penyeimbangan penugasan elemen-elemen tugas dari suatu assembly line ke work stations untuk meminimumkan banyaknya work station

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Optimasi adalah persoalan yang sangat penting untuk diterapkan dalam segala sistem maupun organisasi. Dengan optimalisasi pada sebuah sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. daya yang ada seefisien mungkin, dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk

BAB III METODE PENELITIAN. daya yang ada seefisien mungkin, dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Menurut Gunawan (2002, p57), optimasi adalah usaha menggunakan sumber daya yang ada seefisien mungkin, dengan biaya yang sekecil-kecilnya untuk

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROYEK IT

PERENCANAAN PROYEK IT PERENCANAAN PROYEK IT INFRASTRUKTUR TEKNOLOGI INFORMASI (DIAMBIL DARI MCLEOD AND SMITH, MANAGING IT PROJECTS CH 9) DR. R. RIZAL ISNANTO, S.T., M.M., M.T. MAGISTER SISTEM INFORMASI UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI

KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI KESEIMBANGAN LINI PRODUKSI PADA PT PAI Citra Palada Staf Produksi Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta 14350 citra.palada@yahoo.com ABSTRACT

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Transportasi Tanpa Dummy

Pertemuan 3 Transportasi Tanpa Dummy Pertemuan 3 Transportasi Tanpa Dummy Objektif: 1. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah dengan metode North West Corner (NWC). 2. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah dengan metode Vogel Approximation

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Program POM program komputer yang digunakan untuk

PENDAHULUAN. Program POM program komputer yang digunakan untuk PENDAHULUAN Program POM program komputer yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam bidang produksi dan operasi yang bersifat kuantitatif. Tampilan grafis yang menarik dan mudahan pengoperasiannya membantu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Menurut Baroto (2002, p192), aliran proses produksi suatu departemen ke departemen yang lainnya membutuhkan waktu proses produk tersebut. Apabila terjadi hambatan atau

Lebih terperinci

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN

MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN 2017 Firman Ardiansyah E, Latif Helmy 16 MENINGKATKAN EFISIENSI LINTASAN KERJA MENGGUNAKAN METODE RPW DAN KILLBRIDGE-WESTERN Firman Ardiansyah Ekoanindiyo *, Latif Helmy * * Program Studi Teknik Industri

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Transportasi Dengan Dummy

Pertemuan 4 Transportasi Dengan Dummy Pertemuan 4 Transportasi Dengan Dummy Objektif: 1. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah dengan metode North West Corner (NWC) dengan Dummy. 2. Mahasiswa dapat menyelesaikan masalah dengan metode Vogel

Lebih terperinci

Model Transportasi 1

Model Transportasi 1 Model Transportasi 1 Model ini berawal dari tahun 1941 ketika F.L. Hitchkok mengetengahkan studi yang berjudul The Distribution of a Product from Several Sources to Numerous Localities Tahun 1947, T.C.Koopmans

Lebih terperinci

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi

Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI ALAMSYAH, M.Sc. Program Magister Agribisnis Universitas Jambi Prof. Dr. Ir. ZULKIFLI LMSYH, M.Sc. Program Magister gribisnis Universitas Jambi Merupakan salah satu bentuk dari model jaringan kerja (network). Suatu model yang berhubungan dengan distribusi suatu barang

Lebih terperinci

MASALAH TRANSPORTASI

MASALAH TRANSPORTASI MASALAH TRANSPORTASI Transportasi pada umumnya berhubungan dengan distribusi suatu produk, menuju ke beberapa tujuan, dengan permintaan tertentu, dan biaya transportasi minimum. Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini akan diuraikan beberapa teori yang menjadi landasan dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini. Teori-teori yang dimaksud antara lain definisi proyek, definisi

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB

Manajemen Proyek. Riset Operasi TIP FTP UB Manajemen Proyek Riset Operasi TIP FTP UB 1 Topik Bahasan Elemen Manajemen Proyek Jaringan Proyek Probabilitas Waktu Aktivitas Jaringan Simpul Aktivitas (activity-on-node) dan Microsoft Project Akselerasi

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu sistem saluran-saluran yang menghubungkan titiktitik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Sumber Data Dalam penelitian ini, penelitian dilakukan pada proyek perakitan truk di gedung commercial vehicle di PT. Mercedes-Benz Indonesia dan mengambil bahan penelitian

Lebih terperinci

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM

OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM OPTIMALISASI BIAYA DAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PEMBANGUNAN RUMAH TINGGAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERT-CPM Ade Saparudin 1, Sri Setyaningsih 2, dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan

Riset Operasional TABEL TRANSPORTASI. Keterangan: S m = Sumber barang T n = Tujuan barang X mn = Jumlah barang yang didistribusikan Masalah transportasi, pada umumnya, berkaitan dengan mendistribusikan sembarang komoditi dari sembarang kelompok pusat pemasok (yang disebut SUMBER) ke sembarang pusat penerima (yang disebut TUJUAN) dalam

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bersifat literatur dan melakukan studi kepustakaan untuk mengkaji dan menelaah berbagai buku, jurnal, karyai lmiah, laporan dan berbagai

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Yang dimaksud dengan optimasi adalah suatu proses untuk mencapai hasil yang ideal atau optimal (nilai efektif yang dapat dicapai). Optimasi

Lebih terperinci

TRANSPORTASI & PENUGASAN

TRANSPORTASI & PENUGASAN TRANSPORTASI & PENUGASAN 66 - Taufiqurrahman Metode Transportasi Suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumbersumber yang menyediakan produk yang sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan

Lebih terperinci

OPERATIONS RESEARCH. Industrial Engineering

OPERATIONS RESEARCH. Industrial Engineering OPERATIONS RESEARCH Industrial Engineering TRANSPORTASI METODE ANALISA TRANSPORTASI PROGRAMA LINEAR Metode transportasi programa linear merupakan metode yang cukup sederhana dalam memecahkan permasalahan

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-6 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network : Suatu

Lebih terperinci

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK

PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK MATERI 2 PENTINGNYA MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek meliputi tiga fase : 1. Perencanaan, mencakup penetapan sasaran, mendefinisikan proyek dan organisasi timnya. 2. Penjadwalan, menghubungkan orang,

Lebih terperinci

Metode Transportasi. Rudi Susanto

Metode Transportasi. Rudi Susanto Metode Transportasi Rudi Susanto Pendahuluan METODE TRANSPORTASI Metode Transportasi merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13. Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 & 13 Riani Lubis Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network :

Lebih terperinci

NETWORK (Analisa Jaringan)

NETWORK (Analisa Jaringan) OR Teknik Industri UAD NETWORK (Analisa Jaringan) Network: sekumpulan titik yang disebut node, yang dihubungkan oleh busur atau cabang. Di dalam analisa network kita mengenal events (kejadiankejadian)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Distribusi merupakan proses pemindahan barang-barang dari tempat produksi ke berbagai tempat atau daerah yang membutuhkan. Kotler (2005) mendefinisikan bahwa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Observasi Lapangan Identifikasi Masalah Studi Kepustakaan Pengambilan Data Waktu Siklus Pengujian Waktu Siklus : 1. Uji Keseragaman Data 2. Uji Kenormalan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Keseimbangan Lini Keseimbangan lini merupakan suatu metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun kerja yang saling berkaitan dalam satu lini produksi sehingga

Lebih terperinci

VISUALISASI TEORI OPTIMALISASI BIAYA TRANSPORTASI UNTUK PEMBELAJARAN RISET OPERASI

VISUALISASI TEORI OPTIMALISASI BIAYA TRANSPORTASI UNTUK PEMBELAJARAN RISET OPERASI VISUALISASI TEORI OPTIMALISASI BIAYA TRANSPORTASI UNTUK PEMBELAJARAN RISET OPERASI Agus Sasmito Aribowo Jurusan Teknik Informatika UPN "Veteran" Yogyakarta Jl. Babarsari no 2 Tambakbayan 55281 Yogyakarta

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM

MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM MODEL TRANSPORTASI OLEH YULIATI, SE, MM PERSOALAN TRANSPORTASI Metode transportasi adalah suatu metode dalam Riset Operasi yang digunakan utk mengatur distribusi dari sumber-sumber yg menyediakan produk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 20 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Teknik Pengukuran Data Waktu Jam Henti Di dalam penelitian ini, pengukuran waktu setiap proses operasi sangat dibutuhkan dalam penentuan waktu baku setiap

Lebih terperinci

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT

PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer PERBAIKAN LINI FINISHING DRIVE CHAIN AHM OEM PADA PT FEDERAL SUPERIOR CHAIN MANUFACTURING DENGAN METODE KESEIMBANGAN LINI DAN METHODS TIME MEASUREMENT Lina Gozali *, Lamto

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Efektifitas 2.1.1. Pengertian Efektifitas Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut

Lebih terperinci

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7. Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia MODEL TRANSPORTASI - I MATAKULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-7 Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia 1 2 PENGANTAR Terdapat bermacam-macam network model. Network

Lebih terperinci

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin

biaya distribusi dapat ditekan seminimal mungkin MODEL TRANSPORTASI MODEL TRANSPORTASI Metode yang digunakan untuk mengatur distribusi dari sumber-sumber yang menyediakan produk yang sama, ke tempat-tempat yang membutuhkan secara optimal. Metode transportasi

Lebih terperinci

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek

Penjadwalan proyek. 1. Menunjukkan hubungan tiap kegiatan dan terhadap keseluruhan proyek Penjadwalan proyek Penjadwalan meliputi urutan dan membagi waktu untuk seluruh kegiatan proyek. Pendekatan yang dapat digunakan diantaranya adalah Diagram Gantt. Penjadwalan Proyek membantu dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi Line Balancing Line Balancing merupakan metode penugasan sejumlah pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang saling berkaitan/berhubungan dalam suatu lintasan atau

Lebih terperinci

PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS)

PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS) PRAKTIKUM II PEMROGRAMAN LINIER (METODE SIMPLEKS) A. Tujuan Praktikum 1. Memahami bagaimana merumuskan/ memformulasikan permasalahan yang terdapat dalam dunia nyata. 2. Memahami dan dapat memformulasikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Observasi lapangan Identifikasi masalah Pengumpulan data : 1. Data komponen. 2. Data operasi perakitan secara urut. 3. Data waktu untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

TUGAS BESAR RISET OPERASI PROGRAM QM

TUGAS BESAR RISET OPERASI PROGRAM QM TUGAS BESAR RISET OPERASI PROGRAM QM Dosen Pengampu : Ika Atsari Dewi, STP., MP Nama Anggota : Dian Fatmawati (115100300111021) Saundra Rosallina L. (115100300111043) Ita Winda Sari H. (115100300111063)

Lebih terperinci

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING

MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING MINIMALISASI BOTTLENECK PROSES PRODUKSI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LINE BALANCING Yayan Indrawan, Ni Luh Putu Hariastuti Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Putu_hrs@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. Tinjauan Teori dan Konsep 2.. Pengertian Manajemen Produksi/Operasi Sebelum membahas lebih jauh mengenai metode transportasi, perlu diuraikan terlebih dahulu mengenai pengertian

Lebih terperinci

Analisis Biaya Distribusi Tas Dengan Menggunakan Metode Transportasi Solusi Awal Pada CV. Nabilah Putri.

Analisis Biaya Distribusi Tas Dengan Menggunakan Metode Transportasi Solusi Awal Pada CV. Nabilah Putri. FISTIA FANNI HAPSARY 12210817 MANAJEMEN EKONOMI 2013 Analisis Biaya Distribusi Tas Dengan Menggunakan Metode Transportasi Solusi Awal Pada CV. Nabilah Putri. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum arti transportasi adalah adanya perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain dan dari beberapa tempat ke beberapa tempat lain. Tempat atau tempat-tempat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisa Perencanaan Proyek Proyek dapat dikatakan sebagai kegiatan terencana dan berurutan yang hanya berlangsung sekali dimana dalam kegiatan tersebut memiliki saat awal dan

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II STUDI PUSTAKA BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. MANAJEMEN PROYEK Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang berkaitan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber daya yang terdiri dari manusia dan material dengan menggunakan tehnik

Lebih terperinci

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D

Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Analisa Keseimbangan Lintasan Dengan Menggunakan Metode Helgeson-Birnie (Ranked Positional Weight) Studi Kasus PT. D Adi Kristianto Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sarjanawiyata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 40 BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH START Penelitian pendahuluan Pengamatan langsung,diskusi,tanya jawab Studi pustaka Buku Media referensi internet Pengumpulan data Pengumpulan Sejarah dan Data Umum

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II)

OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II) OPTIMASI BIAYA DAN DURASI PROYEK MENGGUNAKAN PROGRAM LINDO (STUDI KASUS: PEMBANGUNAN DERMAGA PENYEBERANGAN SALAKAN TAHAP II) Kristi Elsina Leatemia R. J. M. Mandagi, H. Tarore, G. Y. Malingkas Fakultas

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks

PEMROGRAMAN LINIER. Metode Simpleks PEMROGRAMAN LINIER Metode Simpleks Metode Simpleks Metode simpleks digunakan untuk memecahkan permasalahan PL dengan dua atau lebih variabel keputusan. Prosedur Metode Simpleks: Kasus Maksimisasi a. Formulasi

Lebih terperinci

ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISA DAN PEMBAHASAN 50 BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Hasil pengumpulan data pada penyusunan laporan akhir ini didapatkan Berdasarkan hasil observasi dan survey selama penelitian ini berlangsung di

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Keseimbangan lini produksi bermula dari lini produksi massal, dimana dalam proses produksinya harus dibagikan pada seluruh operator sehingga beban kerja

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Studi Gerak dan Waktu ( Barnes h.257 ) Studi Gerak dan Waktu merupakan suatu ilmu yang terdiri dari teknik-teknik dan prinsip-prinsip untuk mendapatkan

Lebih terperinci

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS

PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS PERCEPATAN WAKTU PADA SUATU PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN METODE JALUR KRITIS Chandra Karnadi NRP : 9421016 NIRM : 41077011940269 Pembimbing : Maksum Tanubrata, Ir., M.T. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Tenda Trijaya Indonesia merupakan salah satu perusahaan tenda yang terpercaya kualitasnya. Perusahaan ini menjadi pemasok ke departemen sosial, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, bahkan

Lebih terperinci

BAB VII METODE TRANSPORTASI

BAB VII METODE TRANSPORTASI BAB VII METODE TRANSPORTASI Pada umumnya masalah transportasi berhubungan dengan distribusi suatu produk tunggal dari beberapa sumber, dengan penawaran terbatas, menuju beberapa tujuan, dengan permintaan

Lebih terperinci

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya

Manajemen Proyek. Teknik Industri Universitas Brawijaya Manajemen Proyek Teknik Industri Universitas Brawijaya Lecture 16 Outline: Manajemen Proyek References: Azlia, Wifqi. PPT: Organisasi dan Manajemen Industri. PSTI- UB. 2011. Pendahuluan Proyek : kombinasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Riset Operasi Masalah Riset Operasi (Operation Research) pertama kali muncul di Inggris selama Perang Dunia II. Inggris mula-mula tertarik menggunakan metode kuantitatif dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada proyek pembangunan Sewage Treatment Plant (STP) pada proyek Jiexpo Sky City, waktu pengambilan data-data untuk penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada Proyek Pemasangan 3 (tiga) unit Lift Barang di Gedung X yang berlokasi di Jakarta Utara. Penelitian dilakukan pada 01

Lebih terperinci

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Modul 10. PENELITIAN OPERASIONAL MODEL TRANSPORTASI. Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Modul 0 PENELITIAN OPERASIONAL Oleh : Eliyani PROGRAM KELAS KARYAWAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA http://wwwmercubuanaacid JAKARTA 007 PENDAHULUAN Suatu

Lebih terperinci

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT

ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT ANALISIS KESEIMBANGAN LINI PADA LINTASAN TRANSMISI MF06 DENGAN PENERAPAN METODE RANKED POSITIONAL WEIGHT Disusun oleh: Nama : Rizki Ari Sandi Npm : 36412550 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing :

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PD. Sumur Sari adalah perusahaan yang memproduksi garam (garam meja/halus, garam dapur/briket, garam krosok), kerupuk (kerupuk sumur sari, kerupuk sumur sari super, kerupuk sumur sari bawang, kerupuk

Lebih terperinci

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO

PENULISAN ILMIAH SUGIANTO MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PERAKITAN (PROCESS ASSY WELDING) PEMBUATAN PART BOX ASSY BATTERY TIPE KVBS VARIO TECHNO 110CC DI PT ADHI WIJAYACITRA PENULISAN ILMIAH SUGIANTO 36409942 Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

Pertemuan 3 ANALISIS JARINGAN DENGAN PERT

Pertemuan 3 ANALISIS JARINGAN DENGAN PERT Pertemuan 3 ANALISIS JARINGAN DENGAN PERT (Program Evaluation and Review Technique) TANPA DUMMY Objektif: 1. Mengidentifikasi tujuan pokok dari masalah 2. Membuat Jaringan Kerja 3. Menghitung Probabilitas

Lebih terperinci

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP :

TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0. Erwan Santoso Djauhari NRP : TEKNIK PERENCANAAN DAN PENJADWALAN PROYEK RUMAH TINGGAL DENGAN BANTUAN PROGRAM PRIMAVERA PROJECT PLANNER 3.0 Erwan Santoso Djauhari NRP : 9921021 Pembimbing : Maksum Tanubrata., Ir., MT FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT Dirgantara Indonesia merupakan perusahaan yang melayani jasa transportasi udara dan memproduksi berbagai jenis pesawat terbang sesuai dengan pesanan konsumen. Perusahaan mendapatkan pesanan

Lebih terperinci

: Neneng Suryani NPM : : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI

: Neneng Suryani NPM : : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI Nama : Neneng Suryani NPM : 35412283 Jurusan : Teknik Industri Dosen Pembimbing : Dr. Emirul Bahar, ACSI Analisis Efisiensi Lintasan Dengan Menggunakan Metode Ranked Position Weight (RPW) dan Metode Ant

Lebih terperinci

PERSOALAN TRANSPORTASI

PERSOALAN TRANSPORTASI PERSOALAN TRANSPORTASI 1 Azwar Anas, M. Kom - STIE-GK Muara Bulian 2 Permintaan sama dengan penawaran Sesuai dengan namanya, persoalan transportasi pertama kali diformulasikan sebagai suatu prosedur khusus

Lebih terperinci

Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi

Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi Jurnal GEMA AKTUALITA, Vol 4 No, Desember 015 Kajian Alternatif Usulan Keseimbangan Lintasan Produksi CV Garuda Plastik Dengan Menggunakan Simulasi Felisitas Fernita Widjaja 1), Lusia PS Hartanti ), Johan

Lebih terperinci

Operations Management

Operations Management Operations Management TEKNIK RISET OERASI William J. Stevenson 8 th edition ANALISA NETWORK 1. PERT (Program Evaluation and Review Technique). CPM (Critical Path Method) PERT didefinisikan sebagai suatu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TRANSPORTASI

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TRANSPORTASI LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM INFORMASI MANAJEMEN TRANSPORTASI NAMA : Yusrinda Nurhajizah NIM : 12023231 KELAS/GEL : FKKb/ 2 TGL PRAKTIKUM : 3 Oktober 2015 DOSEN : Lolita, M.sc,. Apt FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

RISET OPERASI. DISUSUN OLEH: tim dosen riset operasi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

RISET OPERASI. DISUSUN OLEH: tim dosen riset operasi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA RISET OPERASI DISUSUN OLEH: tim dosen riset operasi UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Daftar Isi 1 Hal. I. RISET OPERASI 2 I.1 Linear Programming 2 I.2 Metode Transportasi 5 I.3 Teori Antrian 8 I.4 Soal-soal

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pembebanan Pembebanan (loading) dapat diartikan pekerjaan yang diberikan kepada mesin atau operator. Pembebanan menyangkut jadwal waktu kerja operator dalam kurun waktu satu hari

Lebih terperinci

Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi

Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi Makalah Riset Operasi tentang Metode Transportasi KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-nya, yang telah

Lebih terperinci

BAB VII SIMULASI CONVEYOR

BAB VII SIMULASI CONVEYOR BAB VII SIMULASI CONVEYOR VII. Pembahasan Simulasi Conveyor Conveyor merupakan peralatan yang digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Keterangan yang menjelaskan suatu

Lebih terperinci