KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI"

Transkripsi

1 KEANDALAN FORMULA KEKUATAN TEKAN RATA-RATA PERLU BETON NORMAL BERDASARKAN SNI Muhamad Abduh, Yoyo Lukiman 1 PENDAHULUAN Peraturan atau code yang digunakan saat ini sebagai acuan dalam perencanaan dan pelaksanaan struktur beton untuk bangunan gedung di Indonesia adalah SNI Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, yang selanjutnya disebut SNI Peraturan ini dikembangkan berdasarkan Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 dan merupakan hasil revisi dari SNI sebelumnya yaitu SNI Peraturan ini merupakan acuan bagi perencana dan pelaksana konstruksi Indonesia untuk mendesain struktur beton bertulang yang aman dan ekonomis tanpa melanggar ketentuan minimum yang telah ditetapkan. SNI 2002 ini sendiri dikembangkan dengan mengadopsi peraturan ACI 318M-99 dan ACI yang digunakan di Amerika Serikat. Adopsi dilakukan dengan pertimbangan bahwa penelitian untuk penetapan koefisien dan formulasi tertentu dalam perhitungan beton bertulang di Indonesia masih sangat minim. Peraturan ini dianggap memadai untuk diterapkan di Indonesia meskipun SNI 2002 ini diadopsi dari peraturan suatu negara maju yang memiliki tingkat kualitas material, pekerja, dan sistem pengendaliannya relatif lebih baik. Berdasarkan hal tersebut, maka adalah relevan untuk melakukan pembuktian seberapa efektif peraturan ini untuk diimplementasikan dalam dunia konstruksi Indonesia. Pasal 7, SNI 2002 menyatakan prosedur perencanaan pekerjaan beton yang berupa formula kekuatan tekan rata-rata perlu (f cr ) yang ditetapkan berdasarkan kekuatan tekan rencana (f c ) dengan penambahan suatu faktor tertentu sesuai dengan simpangan baku (deviasi standar) kuat tekan beton populasi (s). Terdapat kendala dalam implementasi pasal tersebut terkait dengan penetapan standar deviasi kuat tekan beton populasi. Menurut SNI 2002, nilai deviasi standar dapat diperoleh jika suatu fasilitas produksi beton mempunyai catatan hasil uji tertentu. Dengan demikian, formula ini hanya diperuntukkan untuk pekerjaan beton dengan jumlah besar yang diproduksi oleh suatu fasilitas produksi beton yang mempunyai sistem penjaminan mutu yang baik. Sedangkan untuk produksi beton yang dilakukan di lapangan secara otomatis tidak akan dapat menerapkan formula ini. Untuk dapat mudah diterapkan di lapangan, SNI 2002 membatasi kemungkinan penggunaan formula pada pasal tersebut di atas untuk beton dengan mutu normal dan rendah yang banyak digunakan di lapangan. Untuk mutu beton dengan kekuatan antara 21 MPa hingga 35 MPa, terdapat penetapan kekuatan tekan rata-rata perlu yang tidak mengacu kepada deviasi standar kuat tekan beton populasi, tetapi kepada suatu formula yang tergantung pada kuat tekan rencana (f c ) ditambah dengan suatu konstanta tertentu antara 7 MPa hingga 10 MPa, yang sebenarnya mencerminkan nilai faktor keamanan yang diadopsi oleh peraturan tersebut (lihat Tabel 1). Dalam SNI-2002 tersebut, tidak disebutkan secara tertulis seberapa besar tingkat kegagalan yang diakomodasi untuk faktor keamanan tersebut, tetapi di dalam ACI, yang menjadi acuan adopsi dalam SNI- 2002, disebutkan probabilitas kegagalannya adalah 1%. 1

2 Tabel 1 Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Jika Data Tidak Tersedia untuk Menetapkan Deviasi Standar (SNI s2002 Pasal 7) Persyaratan Kuat Tekan, f c ' (MPa) Kuat Tekan Rata-Rata Perlu, f cr ' (MPa) Kurang dari 21 f c sampai dengan 35 f c Lebih dari 35 f c Karena formula ini diadopsi dari peraturan yang digunakan di suatu negara maju yang mempunyai tingkat kualitas material, pekerja, dan sistem pengendaliannya relatif lebih baik, maka tentunya perlu dilakukan penelitian seberapa besar tingkat keandalan formula tersebut jika diimplementasikan di Indonesia. Jika formula tersebut ternyata tidak cukup andal maka dapat menyebabkan kegagalan yang terjadi pada struktur akibat kegagalan beton untuk mencapai kinerja yang direncanakan. Untuk itu, tentunya perlu dilakukan penyelidikan secara seksama untuk mendapatkan keandalan masing-masing formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu tersebut agar mengurangi resiko kegagalan struktural yang terjadi di lapangan dan dapat menjadi bagian dari usaha penjaminan dan kendali mutu (quality assurance and control) pekerjaan beton. 2 METODA PENELITIAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mencari tingkat keandalan tata cara perhitungan struktur beton mutu normal (21 35 MPa) yang ditetapkan pada SNI Data yang digunakan dalam penelitian ini sendiri didapat melalui mekanisme pengambilan data historis dari hasil pengujian mutu beton di Laboratorium Struktur dan Bahan, FTSL, ITB. Dari data tersebut akan diperoleh suatu distribusi tertentu yang memberikan gambaran distribusi kekuatan tekan beton mutu normal (21 35 MPa) yang dikerjakan di wilayah kota Bandung dan sekitarnya. Dengan adanya informasi yang terkait, maka dapat diketahui fungsi densitas probabilitas atau fungsi distribusi probabilitas yang tepat untuk data kuat tekan beton tersebut sehingga dapat ditetapkan tingkat keandalan setiap formula yang ditetapkan dalam SNI Adapun tahapan penelitian ini secara rinci adalah sebagai berikut: 1. Pengambilan data hasil uji kekuatan tekan beton historis dari Laboratorium Struktur dan Bahan, FTSL, ITB. 2. Pengelompokkan data serta normalisasi umur beton untuk memperkirakan kekuatan tekan beton 28 hari. 3. Membuat histogram dari data kuat tekan beton yang telah dinormalisasi kemudian menentukan suatu distribusi probabilitas asumsi untuk masingmasing kelompok data. 4. Melakukan goodness-of-fit test terhadap distribusi probabilitas asumsi untuk menguji kecocokan data dengan distribusi tersebut. 5. Menentukan tingkat keandalan masing-masing formula perencanaan kekuatan tekan rata-rata perlu beton mutu normal yang berdasarkan SNI Analisis terhadap tingkat keandalan yang didapatkan untuk masing-masing formula serta saran lebih lanjut terkait dengan metoda perencanaan dan pelaksanaan untuk penjaminan kualitas beton mutu normal di lapangan. 2

3 Dalam penelitian ini, data uji tekan beton yang dipergunakan adalah data kuat tekan yang benda ujinya berbentuk silinder sehingga data yang benda ujinya berbentuk kubus dikonversi terlebih dahulu ke kuat tekan dalam bentuk silinder. Konversi dapat dilakukan dengan mengalikan data kuat tekan dalam kubus dengan Selanjutnya data tersebut perlu diubah lagi ke satuan MPa dari satuan semulanya yang biasa masih dalam kg/cm2. Pengubahan satuan dari kg/cm2 ke MPa dilakukan dengan cara membagi data dengan 10,2 (asumsi percepatan gravitasi adalah 9,8 m/s2). Setelah data melalui beberapa tahap konversi dari konversi penyeragaman data untuk benda uji yang bervariasi hingga normalisasi umur beton dan konversi satuan dari kg/cm2 menjadi MPa, maka langkah selanjutnya adalah pengelompokan data berdasarkan kuat tekan rencana yang diharapkan dari perencananya agar diperoleh data yang sesuai untuk penelitian ini. Pengelompokan dilakukan terhadap data yang memiliki kekuatan tekan rencana (f c ) yang sama. Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji tingkat keandalan masingmasing formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang ditentukan berdasarkan kuat tekan rencana seperti yang tercantum dalam SNI, maka data akan dibagi dalam 3 kelompok, yaitu untuk kuat tekan rencana lebih kecil dari 21 MPa, antara MPa, dan lebih besar dari 35 MPa. Karena keterbatasan jumlah data, selanjutnya akan dipilih masing-masing satu nilai kuat tekan rencana untuk mewakili masing-masing kelompok sehingga diperoleh satu nilai untuk kuat tekan rencana lebih kecil dari 21 MPa, satu nilai untuk kuat tekan rencana antara MPa, dan satu nilai untuk kuat tekan rencana lebih besar dari 35 MPa. Setelah dilakukan pengelompokan berdasarkan kuat tekan rencananya dan pemilihan secara seksama, maka diambil nilai kuat tekan rencana fc = 20,34 MPa untuk mewakili kuat tekan rencana yang lebih kecil dari 21 MPa, nilai kuat tekan rencana fc = 30 MPa untuk mewakili kuat tekan rencana antara MPa, dan nilai kuat tekan rencana fc = 40,67 MPa untuk mewakili kuat tekan rencana lebih besar dari 35 MPa. Pemilihan ketiga nilai kuat tekan tersebut untuk mewakili masing-masing kelompok kuat tekan rencana yang diteliti didasarkan pada jumlah data uji terbanyak yang terkumpul dari masingmasing nilai kuat tekan rencana. Jumlah data uji untuk masing-masing nilai kuat tekan rencana tersebut pun berbeda-beda di antaranya untuk fc = 20,34 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak 182, untuk fc = 30 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak 193, dan untuk fc = 40,67 MPa jumlah data ujinya adalah sebanyak HASIL PENELITIAN 1.1. Uji Fungsi Distribusi Probabilitas Untuk mempermudah pengolahan data, maka digunakan perangkat lunak SPSS yang digunakan untuk menampilkan histogram dan kurva distribusi normal dari data kuat tekan rata-rata perlu. Selain itu SPSS juga dapat digunakan untuk menentukan nilai ratarata dan deviasi standar dari kurva yang bersangkutan serta melakukan goodness-of-fit test terhadap distribusi yang diasumsikan, dalam hal ini adalah distribusi normal dan lognormal. Hasil dari pengolahan data tersebut dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3, yang juga menunjukkan nilai mean dan standar deviasi masing-masing kelompok data. 3

4 Gambar 1 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (f c ') 20,34 MPa (Lukiman, 2010) Gambar 2 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (f c ') 30 Mpa (Lukiman, 2010) 4

5 Gambar 3 Histogram dan Kurva Distribusi Normal untuk Nilai Kuat Tekan Rencana (f c ') 40,67 Mpa (Lukiman, 2010) Setelah didapatkan gambaran kurva distribusi normal untuk masing-masing data yang ditinjau, maka selanjutnya dilakukan goodness-of-fit test terhadap distribusi yang diasumsikan untuk mengetahui apakah distribusi probabilitas yang diasumsikan tersebut merupakan model yang valid untuk data yang diperoleh. Pengujian ini dilakukan hanya dengan metoda Kolmogorov-Smirnov. Dari hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa model distribusi yang tepat untuk menggambarkan data kuat tekan < 21 MPa, MPa, dan > 35 MPa masing-masing adalah distribusi lognormal, distribusi lognormal, dan distribusi normal sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Probabilitas untuk Masing-masing Kelompok Kuat Tekan (Lukiman, 2010) Kuat Tekan Rencana (f c ') 1.2. Kuat Tekan Rata-rata Perlu Distribusi Probabilitas < 21 Lognormal Lognormal > 35 Normal Setelah distribusi yang diasumsikan telah dinyatakan cocok untuk menggambarkan data yang sedang diteliti, maka langkah selanjutnya adalah menentukan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu (f cr ) yang diperoleh. Untuk formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu dengan kuat tekan rencananya < 21 MPa akan diwakili oleh data penelitian dengan kuat tekan rencana MPa, sedangkan yang kuat tekan rencananya antara MPa akan diwakili oleh data penelitian dengan kuat tekan 5

6 rencana 30 MPa, dan yang kuat tekan rencananya > 35 MPa akan diwakili oleh data penelitian dengan kuat tekan rencana MPa. Nilai mean yang diperoleh merupakan nilai kuat tekan rata-rata perlu (f cr ) sehingga akan didapat suatu formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang merupakan penambahan nilai kuat tekan rencana (f c ) dengan suatu konstanta tertentu seperti halnya formula yang ditetapkan dalam SNI Formula-formula yang diperoleh untuk masing-masing kuat tekan rencana (f c ) dari data kuat tekan rata-rata perlu (f cr ), adalah sebagai berikut: Untuk f c < 21 MPa f cr = f c + 5,34 (1) Untuk f c antara MPa f cr = f c + 4,35 (2) Untuk f c > 35 MPa f cr = f c + 3,39 (3) Jika dilihat sekilas, maka nampak rumus 1, 2, dan 3 tidak sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI-2002, seperti pada Tabel 1. Pertanyaan selanjutnya adalah dengan rumus temuan seperti itu adalah seberapa andal rumus tersebut atau dengan kata lain berapa probabilitas kegagalan dari data yang ada. Untuk itu, maka perlu dicari nilai simpangan bakunya terlebih dahulu Simpangan Baku Formula kuat tekan rata-rata perlu (f cr ) pada code ditetapkan dengan asumsi probabilitas kegagalan yang terjadi adalah 1 dalam 100 percobaan. Dengan kata lain, probabilitas kegagalan untuk formula tersebut adalah sebesar 1 %. Selanjutnya, berdasarkaan formula tersebut di atas, dihitung simpangan baku code dan juga simpangan baku aktual. Deviasi standar code adalah deviasi standar yang digunakan dalam code dengan asumsi probabilitas kegagalan sebesar 1 % sedangkan deviasi standar aktual adalah deviasi standar yang diperoleh dari penelitian. Adapun nilai yang didapat adalah seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Perbandingan antara Deviasi Standar Code dengan Deviasi Standar Aktual (Lukiman, 2010) Kuat Tekan Rencana (f c ') Deviasi Standar Code Deviasi Standar Aktual (MPa) ( code ) ( ) aktual < > Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara deviasi standar dalam code dengan deviasi standar yang diperoleh dari penelitian. Bahkan untuk kuat tekan rencana antara MPa, deviasi standar aktual lebih kecil daripada deviasi standar code. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pekerjaan beton (kualitas material, cara kerja, sistem produksi, dll.), untuk data yang diteliti, di Indonesia tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Amerika Serikat, karena data sebagian besar berasal dari produksi ready-mixed yang sudah pasti terkendali. 6

7 1.4. Keandalan Formula Keandalan formula ditetapkan berdasarkan kepada probabilitas kegagalan aktual. Probabilitas kegagalan aktual ini adalah nilai probabilitas kegagalan yang terjadi pada formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari penelitian. Probabilitas kegagalan aktual ini perlu dicari untuk dibandingkan dengan probabilitas kegagalan yang digunakan dalam code, yaitu sebesar 1 %. Tabel 4 menunjukkan hasil perhitungannya. Tabel 4 Perbandingan antara Probabilitas Kegagalan Aktual dengan Probabilitas Kegagalan Code (Lukiman, 2010) Kuat Tekan Probabilitas Probabilitas Rencana (f c ') Kegagalan Kegagalan (MPa) Code Aktual < 21 1% 3.14 % % 4.75 % > 35 1% % Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa formula-formula perhitungan kuat tekan ratarata perlu yang diperoleh dari penelitian mempunyai nilai probabilitas kegagalan yang lebih besar dari 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun deviasi standar sudah sesuai dengan yang terdapat dalam SNI-2002, namun pekerjaan beton di Indonesia belum memberikan keandalan yang diharapkan dalam code yang berlaku. 4 USULAN FORMULA KUAT TEKAN RATA-RATA PERLU DAN BATAS Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dapat ditetapkan kuat tekan rata-rata perlu yang seharusnya yang merupakan nilai kuat tekan rata-rata perlu untuk mencapai probabilitas kegagalan sebesar 1 %. Tabel 5 berikut adalah formula hasil perhitungannya dibandingkan dengan formula yang ada pada SNI Tabel 5 Perbandingan antara Formula Perhitungan Kuat Tekan Rata-Rata Perlu dari Code dan yang Seharusnya (Lukiman, 2010) Kuat Tekan Rencana (f c ') Kuat Tekan Rata 2 Perlu (f cr ') Kuat Tekan Rata 2 Perlu (f cr ') (MPa) (code) (seharusnya) < 21 f c ' + 7 f c ' f c ' f c ' + 6 > 35 f c ' + 10 f c ' Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa untuk kuat tekan rencana > 35 MPa, konstanta dalam formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang seharusnya dengan code tidak berbeda jauh. Hal ini disebabkan oleh nilai deviasi standar aktual dan code yang juga tidak berbeda jauh. Sedangkan untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan antara MPa, konstantanya lebih kecil dibandingkan konstanta yang ditetapkan dalam code 7

8 sehingga dapat disimpulkan bahwa formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu code untuk kedua kelompok ini sudah relatif aman untuk diterapkan di Indonesia Berdasarkan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu aktual di atas, maka dapat direkomendasikan suatu formula perbaikan untuk sebagai berikut. Untuk f c < 21 MPa f cr = f c + 7 (4) Untuk f c antara MPa f cr = f c (5) Untuk f c > 35 MPa f cr = f c (6) Konstanta-konstanta penambah di atas diperoleh berdasarkan nilai kuat tekan rata-rata perlu aktual seharusnya pada Tabel 5. Untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan antara MPa, diambil konstanta penambahnya sebesar 7 dan 8.5 yang sesuai dengan code karena formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu code untuk kedua kelompok ini dianggap sudah relatif aman diterapkan di Indonesia. Sedangkan untuk kuat tekan rencana > 35 MPa, konstanta penambah yang diambil berasal dari konstanta penambah pada kuat tekan rata-rata perlu aktual seharusnya yang diperoleh dalam perhitungan subbab sebelumnya, yaitu sebesar Dengan tujuan untuk lebih meningkatkan faktor keamanannya maka diambil konstanta penambah sebesar 10.5 yang merupakan pembulatan ke atas dari Namun karena rumus kuat tekan rata-rata perlu untuk beton > 35 MPa ini hanya didapat dari 81 buat data, maka adalah bijak berharap konstanta 10 sudah mencukupi. Dengan demikian, usulan perbaikan pada rumus 4, 5, dan 6 nampak tidak signifikan jika dibanding dengan SNI Untuk kepraktisan, maka usulan lebih lanjut adalah tetap menggunakan rumus yang ada pada SNI Ini berarti keandalannya akan meningkat meningkat. Namun demikian, masih tetap ada pertanyaan lebih lanjut, bagaimana jika ditemukan di lapangan nilai yang tidak sesuai dengan rumus tersebut. Maka dibutuhkan nilai batas terima kuat tekan rata-rata di lapangan. Selanjutnya akan ditetapkan nilai batas diterimanya suatu kuat tekan rata-rata perlu yang berada di bawah rekomendasi formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu di atas. Nilai batas ini ditetapkan dari perhitungan untuk kuat tekan rata-rata perlu aktual dengan probabilitas kegagalan sebesar 5 %. Probabilitas kegagalan ini diambil berdasarkan PBI 1971 Bab 4 yang mensyaratkan bahwa nilai kemungkinan kekuatan tekan yang diuji kurang dari kuat tekan rencananya diperbolehkan terbatas sampai 5 % saja. Hal ini diusulkan untuk kemudahan pelaksanaan praktek di lapangan, dibandingkan dengan harusnya dicek data secara statistik. Nilai batas yang diperoleh dari perhitungan merupakan toleransi diterimanya suatu kuat tekan rata-rata di lapangan yang nilainya kurang dari kuat tekan rata-rata perlu yang direkomendasikan. Sebagai contoh bila terdapat hasil uji tekan beton untuk kuat tekan rencana < 21 MPa dan diperoleh nilai kuat tekan rata-ratanya lebih kecil dari f c maka harus ditolak karena lebih kecil dari kuat tekan rata-rata batas. Sedangkan jika nilai kuat tekan rata-ratanya berada di bawah kuat tekan rata-rata perlu rekomendasi sebesar f c + 7 namun masih di atas f c + 4.7, maka hasil uji tersebut masih boleh diterima. Tabel 6 berikut menunjukkan formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu rekomendasi beserta kuat tekan rata-rata batas terimanya. 8

9 Tabel 6 Formula Perhitungan Kuat Tekan Rata-Rata Perlu Rekomendasi dan Kuat Tekan Rata-rata Batas Kuat Tekan Rencana (f c ') Kuat Tekan Rata 2 Perlu (f cr ') Kuat Tekan Rata 2 (MPa) Rekomendasi dan SNI Batas < 21 f c ' + 7 f c ' f c ' f c ' > 35 f c ' + 10 f c ' Satu hal yang patut dicatat di sini adalah formula pada Tabel 6 dikembangkan atas data yang jumlahnya masih terbatas dengan sumber dari produksi beton ready-mixed di wilayah Bandung dan sekitarnya. 5 KESIMPULAN Tidak terdapat perbedaan yang besar antara deviasi standar dalam code dengan deviasi standar yang diperoleh dari penelitian bahkan untuk kuat tekan rencana antara MPa, deviasi standar aktual lebih kecil daripada deviasi standar code. Hal ini menunjukkan bahwa variasi pekerjaan beton (kualitas material, cara kerja, sistem produksi, dll.) di Indonesia sudah cukup baik dan tidak jauh berbeda jika dibandingkan dengan Amerika Serikat. Artinya produsen beton ready-mixed di Indonesia sudah melakukan prosedur produksi dengan cukup baik. Namun demikian, karena kualitas material, keandalan formula SNI-2002 masih rendah dibandingkan yang diharapkan dalam ACI, yaitu 1%. Formula-formula perhitungan kuat tekan rata-rata perlu yang diperoleh dari penelitian mempunyai nilai probabilitas kegagalan yang lebih besar dari 1 %. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan beton di Indonesia belum bisa sepenuhnya mengikuti code yang berlaku. Apalagi pekerjaan beton yang di lakukan di lapangan dengan tidak menggunakan beton ready-mixed akan sangat dipertanyakan kompatibilitas terhadap SNI-2002, begitu pula keandalannya. Hal ini tetap memberikan peringatan kepada praktisi di Indonesia untuk hati-hati menerapkan formula yang ada di SNI-2002 ini. Untuk lebih meyakinkan hasil penelitian awal ini, maka adalah suatu upaya yang sangat strategis jika penelitian seperti ini dilanjutkan dengan jumlah data yang lebih banyak, baik dari produksi beton ready-mixed maupun dari produksi beton di lapangan, dan dari sumber data seluruh Indonesia. Dengan demikian, keyakinan akan keandalah formula yang ada di SNI 2002 dapat diverifikasi dengan meyakinkan. Selain itu, untuk lebih lanjutnya, prosedur pengendalian kualitas beton di lapangan harus segera dibuat agar implementasi SNI-2002 ini dapat efektif. Usulan formula kuat tekan rata-rata perlu dan kuat tekan rata-rata batas hanya sebagai upaya pragmatis yang dapat dilakukan dalam penelelitian yang terbatas ini. Penelitian lebih lanjut untuk mendukung prosedur pengendalian mutu beton di lapangan harus dilakukan. 9

10 6 DAFTAR PUSTAKA ACI 318 (2005). Buildings Code Requirements for Structural Concrete. Chapter 5. Ang, A. dan Tang, W. (1992). Konsep-Konsep Probabilitas dalam Perencanaan dan Perancangan Rekayasa. Jakarta : Penerbit Erlangga. Lukiman, Y. (2010). Tugas Akhir Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, ITB. Montgomery, D. C. (2009) Introduction to Statistical Quality Control, Sixth Edition. John Wiley & Sons, Inc. SNI S2002 (2002). Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Makalah ini disampaikan dalam rangka diseminasi informasi melalui Seminar HAKI. Isi makalah sepenuhnya merupakan tanggung jawab penulis, dan tidak mewakili pendapat HAKI. 10

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KAJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN PERBANDINGAN VOLUME DAN PERBANDINGAN BERAT UNTUK PRODUKSI BETON MASSA MENGGUNAKAN AGREGAT KASAR BATU PECAH MERAPI (STUDI KASUS PADA PROYEK PEMBANGUNAN SABO DAM) Oleh : Yudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton terbentuk dari campuran agregat halus, agregat kasar, semen dan air dengan perbandingan tertentu. Campuran beton telah banyak digunakan dalam bangunan sipil seperti

Lebih terperinci

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS

Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS Perencanaan Campuran Beton WINDA TRI WAHYUNINGTYAS Acuan SNI 03-1750-1990, Mutu dan Cara Uji Agregat Beton SNI 15-2049-1994, Semen Portland American Concrete Institute (ACI) Development of the Enviroment

Lebih terperinci

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA

KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA KAJIAN KEANDALAN STRUKTUR TABUNG DALAM TABUNG TERHADAP GAYA GEMPA Oleh Mario Junitin Simorangkir NIM : 15009110 (Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Program Studi Teknik Sipil) Letak geografis Indonesia

Lebih terperinci

Faqih Ma arif, M.Eng. Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY. Phone:

Faqih Ma arif, M.Eng. Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY. Phone: Jurusan Teknik Sipil dan Perencanaan FT UNY Phone: 0856 433 95 446 faqih_maarif07@uny.ac.id Sesuai dengan SNI, ACI dan ASTM Praktek Batu dan Beton II Oleh:. JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN

PENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN PENERAPAN METODE SCHMIDT HAMMER TEST DAN CORE DRILLED TEST UNTUK EVALUASI KUAT TEKAN BETON PADA RUANG IGD RSGM UNSRAT GUNA ALIH FUNGSI BANGUNAN Vilty Stilvan Karundeng Steenie E. Wallah, Ronny Pandaleke

Lebih terperinci

Viscocrete Kadar 0 %

Viscocrete Kadar 0 % 68 Viscocrete Kadar 0 % T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang T. Depan T. Belakang 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak Benda Uji Silinder Umur Perawatan 3 hari 300 150 150 150 150 150 150 Pola Retak

Lebih terperinci

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Agustus 16 STUDI KOMPARASI PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG BERDASARKAN SNI 3 847 DAN SNI 847 : 13 DENGAN SNI 3 176 1 (Studi Kasus : Apartemen 11 Lantai

Lebih terperinci

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

Jurnal Rancang Bangun 3(1) FORMULASI PROPORSI STYROFOAM TERHADAP PASIR MERAPI DAN PENGARUHNYA PADA KUAT TEKAN DAN KUAT LENTUR BATAKO RINGAN Imam Trianggoro Saputro Staf Pengajar Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

dengan lebarnya berpengaruh besar terhadap prosentasi kuat desak yang

dengan lebarnya berpengaruh besar terhadap prosentasi kuat desak yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Di berbagai negara di dunia kita telah mengenal berbagai macam bentuk benda uji yaitu silinder dan kubus untuk pengujian kuat desak beton. Di Inggris, pengujian desak biasanya

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODA CAMPURAN BETON (MIX DESIGN) DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ACI

ANALISA PERBANDINGAN METODA CAMPURAN BETON (MIX DESIGN) DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ACI ANALISA PERBANDINGAN METODA CAMPURAN BETON (MIX DESIGN) DENGAN MENGGUNAKAN SNI 03-2834-2000 DAN ACI 211.1-91 SKRIPSI Oleh : SISKA OKTAVIANI 06 972 046 JURUSAN TEKNIK SIPIL - FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN PEN BAB 3 METODE PENELITIAN SKRIPSI EVALUASI KEKUATAN DAN DETAILING TULANGAN KOLOM BETON BERTULANG SESUAI SNI 2847:2013 DAN SNI 1726:2012 (STUDI KASUS : HOTEL 7 LANTAI DI WILAYAH PEKALONGAN) BAB 3 METODE

Lebih terperinci

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS)

PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS) PENGUJIAN KAPASITAS LENTUR DAN KAPASITAS TUMPU KONSTRUKSI DINDING ALTERNATIF BERBAHAN DASAR EPOXY POLYSTYRENE (EPS) Agus Setiawan Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Bina Nusantara

Lebih terperinci

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana

diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dengan menggunakan mesin Pengaus Los Angeles, yang mana BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Komponen utama beton adalah agregat halus (pasir) dan agregat kasar (kerikil). Dalam pembentukan beton diperlukan adanya komposisi pasir dan kerikil yang tepat dan kekuatan

Lebih terperinci

Studi Angka Koefisien Korelasi Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Umur & Bentuk Benda Uji Standar SNI

Studi Angka Koefisien Korelasi Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Umur & Bentuk Benda Uji Standar SNI Studi Angka Koefisien Korelasi Kuat Tekan Beton Mutu Tinggi Berdasarkan Umur & Bentuk Benda Uji Standar SNI 03-2847-2002 Norman Ray, Dedi P, Rizky D Jurusan Teknik Sipil, Universitas Widya Kartika Surabaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan sebagian besar wilayahnya memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa bumi. Dari kejadian kejadian gempa bumi pada beberapa

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER

EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER EVALUASI PERBANDINGAN BENDA UJI BERBENTUK HOLLOW- BRICK TERHADAP SILINDER Janre Henry Mentang Jorry D. Pangouw, Lelyani Kin Khosama, Steenie E. Wallah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN BAB III PERENCANAAN PENELITIAN 3.1. Tinjauan Umum Penelitian mengenai pengaruh perawatan beton terhadap kuat tekan dan absorpsi beton ini bersifat aplikatif dan simulatif, yang mencoba untuk mendekati

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN 1. Kuat tekan beton yang direncanakan adalah 250 kg/cm 2 dan kuat tekan rencana ditargetkan mencapai 282 kg/cm 2. Menurut hasil percobaan yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton adalah material buatan yang sejak dahulu telah digunakan dalam bidang rekayasa sipil baik sebagai struktural maupun non struktural untuk memenuhi kebutuhan dan

Lebih terperinci

Prediksi Kuat Tekan Beton Berbahan Campuran Fly Ash dengan Perawatan Uap Menggunakan Metode Kematangan

Prediksi Kuat Tekan Beton Berbahan Campuran Fly Ash dengan Perawatan Uap Menggunakan Metode Kematangan JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1 (Sept. 2012) ISSN: 2301-921 D-1 Prediksi Kuat Tekan Beton Berbahan Campuran Fly Ash dengan Perawatan Uap Menggunakan Metode Kematangan Candra Irawan, Januarti Jaya Ekaputri,

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia

Cara uji slump beton SNI 1972:2008. Standar Nasional Indonesia Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

KOREKSI PEMBACAAN ULTRASONIC PULSE VELOCITY (UPV) TERHADAP KESALAHAN AKIBAT KETIDAKSTABILAN POSISI TRANDUCER

KOREKSI PEMBACAAN ULTRASONIC PULSE VELOCITY (UPV) TERHADAP KESALAHAN AKIBAT KETIDAKSTABILAN POSISI TRANDUCER KOREKSI PEMBACAAN ULTRASONIC PULSE VELOCITY (UPV) TERHADAP KESALAHAN AKIBAT KETIDAKSTABILAN POSISI TRANDUCER Sugeng P. Budio 1, Ming Narto Wijaya 1, Eva Arifi 1, Putri Dewanti 2 1 Dosen / Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Evaluasi Kerusakan Beton Bertulang pada Kolom Bangunan Gedung Bekas Mess Korem 012/TU Ujong Karang Meulaboh Akibat Terkena Tsunami

Evaluasi Kerusakan Beton Bertulang pada Kolom Bangunan Gedung Bekas Mess Korem 012/TU Ujong Karang Meulaboh Akibat Terkena Tsunami TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Evaluasi Kerusakan Beton Bertulang pada Kolom Bangunan Gedung Bekas Mess Korem 012/TU Ujong Karang Meulaboh Akibat Terkena Tsunami Samsunan samsunan@utu.ac.id Program Studi Teknik

Lebih terperinci

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_ PENGUJIAN KUAT TEKAN BETON DENGAN MUATAN LOKAL PASIR SIRING AGUNG DAN BATU PECAH MALUS Ely Mulyati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Musi Rawas (Jl. Pembangunan Komplek Perkantoran Pemkab

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MUTU STRUKTUR BETON BERTULANG

PENGENDALIAN MUTU STRUKTUR BETON BERTULANG PENGENDALIAN MUTU STRUKTUR BETON BERTULANG Florida Muliani Tedja NRP : 9921007 Pembimbing : Maksum Tanubrata Ir., MT. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK Seiring

Lebih terperinci

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1

DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT. iii KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN. xii DAFTAR GAMBAR. xiii DAFTAR TABEL. xvi DAFTAR GRAFIK I-1 DAFTAR ISI ABSTRAK ABSTACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i ii iii v x xii xiii xvi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat

BAB 3 METODOLOGI. Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini dimulai dengan mengidentifikasi masalah apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi tentang beton EPS dan filler fly ash. Penggunaan EPS pada

Lebih terperinci

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas

Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan ( Workability /Kelecakan) Kompaktibilitas Mobilitas Stabilitas Sifat Beton Segar 1. Kemudahan Pengerjaan (Workability/Kelecakan) Sifat ini merupakan ukuran tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, diangkut, dituang dan dipadatkan serta tidak terjadi pemisahan /segregasi.

Lebih terperinci

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK

PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG AKIBAT PEMBEBANAN SIKLIK Raja Marpaung 1 ), Djaka Suhirkam 2 ), Lina Flaviana Tilik 3 ) Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Polsri Jalan Srijaya Negara Bukit Besar Palembang

Lebih terperinci

I. REFERENSI II. TUJUAN III. DASAR TEORI

I. REFERENSI II. TUJUAN III. DASAR TEORI I. REFERENSI LABORATORIUM UJI BAHAN Materi : Uji Kuat Tekan Beton Halaman : 1 1. ASTM C.39: Standard Test Method for Compressive Strength of Cylindrical Concrete Specimens. 2. ASTM C.31: Standard Practice

Lebih terperinci

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia,

Ivan Julianto Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia, ANALISA STRUKTUR BANGUNAN TINGKAT TINGGI BINUS SQUARE DENGAN METODE PEMBEBANAN LANGSUNG DAN PEMBEBANAN BERTAHAP DENGAN MEMPERHITUNGKAN PENAMPANG RETAK BETON DAN PENGARUH RANGKAK Ivan Julianto Binus University,

Lebih terperinci

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA Kampus Bukit Jimbaran, Badung Bali 80361 Telp. (0361) 703385 KATA PENGANTAR Pemeriksaan kuat tekan beton dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beton banyak digunakan sebagai bahan bangunan karena harganya yang relatif murah, kuat tekannya tinggi, bahan pembuatnya mudah didapat, dapat dibuat sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian yang dilakukan dimulai dengan mengidentifikasi permasalahan apa saja yang terdapat dalam referensi-referensi dan makalah-makalah tentang beton

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa

STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa STUDI PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND POZOLAN (PPC) UNTUK PERENCANAAN BETON STRUKTURAL DENGAN f c = 25 MPa Triyono Erwin NRP : 9321085 NIRM : 41077011930312 PEMBIMBING : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI

METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI METODE PENGAMBILAN DAN PENGUJIAN BETON INTI SNI 03-2492-2002 1 Ruang Lingkup 1) Metoda ini mencakup cara pengambilan beton inti, persiapan pengujian dan penentuan kuat tekannya; 2) Metode ini tidak memberikan

Lebih terperinci

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK

Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK NEUTRON, Vol.4, No. 2, Agustus 2004 105 Pengendalian dan Evaluasi Kualitas Beton Dengan Metode Statistical Process Control (SPC) Ir. Helmy Darjanto, MT ABSTRAK Hingga saat ini dalam evaluasi kualitas beton

Lebih terperinci

PENGONTROLAN BAHAN BAKU PRODUKSI SEMEN JENIS PCC DI PT. SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MEWMA

PENGONTROLAN BAHAN BAKU PRODUKSI SEMEN JENIS PCC DI PT. SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL MEWMA Jurnal Matematika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 7 14 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematika FMIPA UNAND PENGONTROLAN BAHAN BAKU PRODUKSI SEMEN JENIS PCC DI PT. SEMEN PADANG DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL

Lebih terperinci

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG

STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG STUDI PENEMPATAN DINDING GESER TERHADAP WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL STRUKTUR GEDUNG Fadlan Effendi 1), Wesli 2), Yovi Chandra 3), Said Jalalul Akbar 4) Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh email:

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi

PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Oleh : Reni Sulistyawati. Abstraksi PENGARUH PENGGUNAAN ZAT ADDITIVE BESTMITTEL TERHADAP KUAT TEKAN BETON Oleh : Reni Sulistyawati Abstraksi Berbagai jenis dan merk dagang bahan campuran beton yang dapat digunakan untuk menambahkan campuran

Lebih terperinci

UJI TARIK BETON MUTU TINGGI

UJI TARIK BETON MUTU TINGGI UJI TARIK BETON MUTU TINGGI Lerry M.N. Gerung Alumni S Teknik Sipil Pascasarjana Unsrat M.D.J. Sumajouw, S.E. Wallah Dosen Pascasarjana Teknik Sipil Unsrat ABSTRAK Pada umumnya disain tegangan tarik atau

Lebih terperinci

MIX DESIGN PERANCANGAN ADUKAN BETON NORMAL

MIX DESIGN PERANCANGAN ADUKAN BETON NORMAL MIX DESIGN PERANCANGAN ADUKAN BETON NORMAL Muhammad Haykal, S.T., M.Eng. [STRUCTURAL ENGINEER] Penting... Ilmu itu ibarat air, hanya mengalir kepada orang yang rendah hati Berhenti mengatakan ah cuma begini

Lebih terperinci

Siklus Pengembangan Perangkat Lunak

Siklus Pengembangan Perangkat Lunak Pendahuluan tentang software testing Pendahuluan materi software testing - susantokun. Berikut adalah materi pendahuluan tentang software testing yang saya dapatkan ketika pertama kali masuk kuliah setelah

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG

ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS QUARRY SUNGAI MARUNI MANOKWARI DAN KAMPUNG BUGIS SORONG Wennie Mandela 1, Hendrik Pristianto 2*, Muhammad Arif 3 1,2 Dosen Program Studi Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS UKURAN AGREGAT KASAR PADA SIFAT MEKANIS BETON

ANALISIS UKURAN AGREGAT KASAR PADA SIFAT MEKANIS BETON ISSN : 2460-8815 ANALISIS UKURAN AGREGAT KASAR PADA SIFAT MEKANIS BETON Abdul Hakim Prodi Teknik Lingkungan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Jl. Jenderal A. Yani 117 Surabaya, Email: abdulhakim.hakim48@gmail.com

Lebih terperinci

Kuat Tekan Beton Daur Ulang sebagai Bahan Struktur pada Bangunan Sederhana

Kuat Tekan Beton Daur Ulang sebagai Bahan Struktur pada Bangunan Sederhana TEMU ILMIAH IPLBI 2013 Kuat Tekan Beton Daur Ulang sebagai Bahan Struktur pada Bangunan Sederhana Dahri Kuddu (1), M. Syavir Latif (2) (1) Lab. Struktur dan Konstruksi Bangunan, Prodi Arsitektur, Jurusan

Lebih terperinci

3.2.1 Variasi kekuatan kubus beton 14

3.2.1 Variasi kekuatan kubus beton 14 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN j 1.1 Latar Belakang Masalah \ 1.2 Rumusan Masalah 2

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN BETON DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN I.1 Analisa Data Laboratorium Pada penelitian ini metode perhitungan yang digunakan SNI 03 1974 1990 langkah-langkah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Setelah melakukan analisis dan perancangan pada struktur gedung Apartemen salemba Residence Tower A yang disesuaikan dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton

Lebih terperinci

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

Heru Indra Siregar NRP : Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT DENGAN KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa PADA BENDA UJI SILINDER DIAMETER 150 mm DAN TINGGI 300 mm Heru Indra Siregar NRP : 0321086 Pembimbing

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 Achmad Saprudin, Nurul Chayati Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi dalam bidang konstruksi terus mengalami peningkatan, hal ini tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat terhadap fasilitas infrastruktur,

Lebih terperinci

MECHANICAL PROPERTIES OF CONCRETE USING COARSE AND FINE RECYCLED CONCRETE AGGREGATES Buen Sian 1, Johannes Adhijoso Tjondro 1 and Sisi Nova Rizkiani 2 1 Department of Civil Engineering, Parahyangan Catholic

Lebih terperinci

APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON

APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON APLIKASI STATISTICAL PROCESS CONTROL (SPC) DALAM PENGENDALIAN VARIABILITAS KUAT TEKAN BETON Iwan Rustendi Email : iwan_rustendi@yahoo.com Program Studi Teknik Sipil Universitas Wijayakusuma Purwokerto

Lebih terperinci

INVESTIGASI KEANDALAN STRUKTUR BETON PADA BANGUNAN CEROBONG MENGGUNAKAN DESTRUCTIVE

INVESTIGASI KEANDALAN STRUKTUR BETON PADA BANGUNAN CEROBONG MENGGUNAKAN DESTRUCTIVE INVESTIGASI KEANDALAN STRUKTUR BETON PADA BANGUNAN CEROBONG MENGGUNAKAN DESTRUCTIVE DAN NON DESTRUCTIVE TEST STUDI KASUS: STACK BOILER GRESIK UNIT 1 & Sri Murni Dewi, Hendro Suseno, Sugeng P. Budio, Kartika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan relatif kuat. Batako terbuat dari campuran pasir, semen dan air yang dipress dengan ukuran standard.

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010 STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SERAT BAMBU TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS CAMPURAN BETON Helmy Hermawan Tjahjanto 1, Johannes Adhijoso

Lebih terperinci

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1

a home base to excellence Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 Pelat Pertemuan - 1 Mata Kuliah : Struktur Beton Lanjutan Kode : TSP 407 SKS : 3 SKS Pelat Pertemuan - 1 TIU : Mahasiswa dapat mendesain berbagai elemen struktur beton bertulang TIK : Mahasiswa dapat mendesain sistem pelat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Batako merupakan salah satu jenis batu yang biasanya digunakan sebagai dinding dalam sebuah konstruksi. Batako terbuat dari campuran antara semen, pasir dan air yang

Lebih terperinci

MODUL I.b MENGHITUNG KOMPOSISI BAHAN ADUKAN BETON A. STANDAR KOMPETENSI: Merencanakan campuran beton dengan kuat tekan minimal 20 MPa B. KOMPETENSI DASAR: Menghitung Komposisi Bahan Adukan Beton C. MATERI

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH ZAT ADITIF SUPERPLASTICIZER DAN SILICAFUME PADA BETON

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH ZAT ADITIF SUPERPLASTICIZER DAN SILICAFUME PADA BETON STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH ZAT ADITIF SUPERPLASTICIZER DAN SILICAFUME PADA BETON Nama : Januardi. S NRP : 0321070 Pembimbing : Ir. Ginardy Husada. MT FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN

ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN J u r n a l E K B I S / V o l. X IV/ N o. / e d i s i S e p t e m b e r 15 7 ANALISIS KAPABILITAS PROSES UNTUK PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK PEMBATAS BUKU INDUSTRI RUMAHAN *( Diah Ayu Novitasari Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Beton merupakan bahan bangunan yang amat penting dilihat dari volume pengerjaan yang cukup besar jumlahnya. Perencanaan campuran beton (mix design) memegang peranan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia termasuk daerah dengan tingkat resiko gempa yang cukup

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia termasuk daerah dengan tingkat resiko gempa yang cukup BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia termasuk daerah dengan tingkat resiko gempa yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan karena wilayah Indonesia berada diantara 4(empat) sistem tektonik yang aktif

Lebih terperinci

EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK

EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK EVALUASI KUAT GESER BALOK BETON BERTULANG SECARA EKSPERIMEN DAN ANALISIS NUMERIK Tilka Fadli 1, Maidiawati 1, Rio Tri Eko Putra 2, Fredi Desfiana 3, Martinus Pramanata Sapeai 4, dan Wydia Macofany Agustin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ada tiga jenis bahan bangunan yang sering digunakan dalam dunia konstruksi teknik sipil, antara lain kayu, baja, dan beton. Hampir 60% material yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin meningkat. Hal ini terbukti dari semakin meningkatnya jumlah individu di Indonesia serta semakin berkembangnya

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 10 halaman Mata Kuliah : Perancangan Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TINJAUAN UMUM Salah satu cara untuk mengendalikan mutu beton adalah dengan menguji sampel atau benda uji, sebagaimana diuraikan dalam prosedur ASTM. Pada pengujian kuat tekan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton

BAB IV ANALISA DATA. Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton BAB IV ANALISA DATA 4.1. Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian beton di Laboratorium Pengujian Bahan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung, yang meliputi pengujian agregat, pengujian beton segar, pengujian

Lebih terperinci

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN <

> NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < > NORMAL CONCRETE MIX DESIGN < Soal : Rencanakan campuran beton untuk f c 30MPa pada umur 28 hari berdasarkan SNI 03-2834-2000 dengan data bahan sebagai berikut : 1. Agregat kasar yang dipakai : batu pecah

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR BATU BREKSI SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DITINJAU DARI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON

PENGARUH PASIR BATU BREKSI SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DITINJAU DARI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON ISSN 2354-863 PENGARUH PASIR BATU BREKSI SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DITINJAU DARI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON Yurri Nosepa Cahyo 1), Kusno Adi Sambowo 2), Supardi 3) 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC

PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC PERENCANAAN PILE CAP BERDASARKAN METODA SNI 03-2847-2002 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC Heidy Wirawijaya Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak Pile cap merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT Febrianti Kumaseh S. Wallah, R. Pandaleke Fakultas Teknik, Jurusan Sipil Universitas Sam

Lebih terperinci

ANALISIS KAPASITAS DAN KEANDALAN BANGUNAN, STUDI KASUS: SMA 1 MADIUN

ANALISIS KAPASITAS DAN KEANDALAN BANGUNAN, STUDI KASUS: SMA 1 MADIUN ANALISIS KAPASITAS DAN KEANDALAN BANGUNAN, STUDI KASUS: SMA 1 MADIUN Sugeng P. Budio 1, Retno Anggraini 1, Achfas Zacoeb 1, Edhi Wahyuni 1 1 Dosen / Jurusan Teknik Sipil / Fakultas Teknik / Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK

PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK PENGARUH VARIASI JARAK SENGKANG DAN RASIO TULANGAN LONGITUDINAL TERHADAP MEKANISME DAN POLA RETAK KOLOM BERTULANGAN RINGAN AKIBAT BEBAN SIKLIK Ari Wibowo 1, Sugeng P. Budio 1, Siti Nurlina 1, Eva Arifi

Lebih terperinci

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun

Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI X terhadap Gedung Tinggi Terbangun Dampak Persyaratan Geser Dasar Seismik Minimum pada RSNI 03-1726-201X terhadap Gedung Tinggi Terbangun Suradjin Sutjipto 1. Pendahuluan Begitu suatu peraturan gempa yang baru muncul dan diberlakukan, pertanyaan

Lebih terperinci

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana 15 PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana Teknik Sipil Universitas Islam 45 Bekasi Jl. Cut Meutia No. 83 Bekasi Telp. 021-88344436 Email: rikasylvia@gmail.com

Lebih terperinci

TINJAUAN PANJANG LEKATAN ANTARA BETON NORMAL DENGAN TULANGAN AKIBAT BEBAN STATIK

TINJAUAN PANJANG LEKATAN ANTARA BETON NORMAL DENGAN TULANGAN AKIBAT BEBAN STATIK TINJAUAN PANJANG LEKATAN ANTARA BETON NORMAL DENGAN TULANGAN AKIBAT BEBAN STATIK Surya Sebayang 1 Abstract This study summerizes the result of an experimental investigation of the development length of

Lebih terperinci

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI

PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI PEMODELAN DINDING GESER PADA GEDUNG SIMETRI Nini Hasriyani Aswad Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Anduonohu Kendari 93721 niniaswad@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah data sekunder yang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu

Lebih terperinci

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR

LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT PENILAIAN KELAYAKAN FISIK BANGUNAN PASAR DI PASAR GIANYAR KABUPATEN GIANYAR PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS UDAYANA 2015 KATA PENGANTAR Laporan ini

Lebih terperinci

Lampiran. Universitas Sumatera Utara

Lampiran. Universitas Sumatera Utara Lampiran Analisa Ayakan Pasir Berat Fraksi (gr) Diameter Rata-rata % Sampel Sampel % Rata-rata Ayakan (mm) (gr) Kumulatif I II 9,52 30 15 22,5 2,25 2,25 4,76 21 18 19,5 1,95 4,2 2,38 45 50 47,5 4,75

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH BERBAGAI KADAR VISCOCRETE PADA BERBAGAI UMUR KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI f c = 45 MPa Willyanto Wantoro NRP : 0221107 Pembimbing : Ny. Winarni Hadipratomo, Ir. FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistika Deskriptif

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistika Deskriptif ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Statistika Deskriptif Bulan Jumlah hari kerja Mean Minimum Maximum Varians November 27 5,63 20 82 205,32 Desember 27 5, 32 88 20,8 Januari 23 48,48 29 65 0,90 Diagram Batang

Lebih terperinci

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil Muhamad Abduh 1, Andri Yanuar Rosyad 2, dan Susman Hadi 2 Abstrak: Kontraktor kecil di Indonesia menjadi bagian penting dari usaha pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai

BAB I PENDAHULUAN. Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ada beberapa hal yang menyebabkan banyaknya bangunan tinggi diberbagai kota besar di dunia, diantaranya adalah akibat bertambahnya permintaan dan meningkatnya kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton menggunakan kapur alam dan menggunakan pasir laut pada campuran beton

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi terhadap struktur kolom komposit telah banyak diteliti dan dikembangkan. Terdapat beberapa jenis struktur komposit baja-beton yang sering digunakan, yaitu baja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di masa sekarang ini perkembangan dunia konstruksi semakin maju khususnya di Indonesia. Hal itu dikarenakan jumlah penduduk yang semakin bertambah, sehingga para ahli

Lebih terperinci

TATA CARA PERANCANGAN BETON PRACETAK DAN BETON PRATEGANG UNTUK BANGUNAN GEDUNG

TATA CARA PERANCANGAN BETON PRACETAK DAN BETON PRATEGANG UNTUK BANGUNAN GEDUNG Slide 1 PELATIHAN PERENCANA BETON PRACETAK TATA CARA PERANCANGAN BETON PRACETAK DAN BETON PRATEGANG UNTUK BANGUNAN GEDUNG Oleh: Prof. Ir. Binsar Hariandja, M.Eng., Ph.D THE MEDIA HOTEL & TOWERS JALAN GUNUNG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jembatan adalah sarana infrastruktur yang penting bagi mobilitas manusia. Terlepas dari nilai estetikanya jembatan memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3 STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3 Martha Rebekka Lubis NRP : 0221106 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT

LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT LAMPIRAN 1 DATA HASIL PEMERIKSAAN AGREGAT 137 DAFTAR PEMERIKSAAN AGREGAT HALUS, AGREGAT KASAR 1. Analisa Ayak Agregat Halus 2. Analisa Ayak Agregat Kasar 3. Berat Jenis dan Absorbsi Agregat Halus 4. Berat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan di dunia bangunan konstruksi semakin lama semakin berkembang sebagai salah satu kota yang berkembang dengan pesat di dunia bangunan konstruksi

Lebih terperinci

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG

TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG TINJAUAN KUAT LENTUR RANGKAIAN DINDING PANEL DENGAN PERKUATAN TULANGAN BAMBU YANG MENGGUNAKAN AGREGAT PECAHAN GENTENG Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP :

ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK. Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP : ANALISIS RISIKO TIPE I (PRODUSEN) DAN RISIKO TIPE II (KONSUMEN) DALAM KERJASAMA RANTAI PASOK Nama Mahasiswa : Afriani Sulastinah NRP : 1206 100 030 Jurusan : Matematika Dosen Pembimbing : Dra. Laksmi Prita

Lebih terperinci