EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF"

Transkripsi

1 EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI Disusun Oleh: LATIF PURWANINGRUM K43004 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 010

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan tugas-tugas dengan standar perfomansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu (Nurhadi, 004: 18). Dalam KBK lebih ditekankan pada adanya pencapaian kompetensi atau kemampuan ketrampilan yang diperoleh siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Pendidikan tidak hanya ditekankan pada penguasaan materi, tetapi juga ditekankan pada penguasaan ketrampilan. Siswa juga harus memiliki kemampuan untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan proses dan prinsip keilmuan yang telah dikuasai, dan Learning to Know (pembelajaran untuk tahu) dan Learning to Do (pembelajaran untuk berbuat) harus dicapai dalam KBM. Dalam pengajaran KBK, rangkaian pengajaran yang mencakup prinsip dan ketrampilan merupakan hal-hal yang diharapkan sebagai hasil belajar, yang telah dirumuskan sebagai hasil belajar mengajar. Alat-alat dan pendekatan rancangan sistem pengajaran menuntut para guru agar pengajaran menyediakan suatu kondisi belajar bagi siswa yang kondusif, jadi prinsip-prinsip belajar merupakan petunjuk bagi guru dalam menata kondisi belajar yang efektif. Berpijak pada data empirik di SMA Negeri Karanganyar menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dalam pemahaman konsep pada mata pelajaran Biologi belum memuaskan dalam artian hasil belajar rata-rata yang diperoleh masih berkisar pada nilai batas tuntas yaitu 60. Hal ini disebabkan konsep tersebut sulit untuk dipahami. Akibat yang dirasakan adalah tingkat pemahaman dan penguasaan konsep siswa tidak optimal. Nilai batas tuntas hanyalah batasan minimal yang berarti pencapaian terendah dengan kata lain pengusaan atau pemahaman masih rendah pula. Pembelajaran baru dapat dikatakan berhasil jika mampu melampaui batasan terendah secara signifikan. Upaya untuk mencapai target hasil belajar yang optimal itu dapat diupayakan melalui inovasi

3 pembelajaran yang mampu memberikan penguatan konsep yang maksimal kepada siswa. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi berupaya untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam belajar dan sekaligus sebagai salah satu indikator peningkatan kualitas pendidikan. Namun perlu diketahui bahwa tingkat keberhasilan siswa dalam menangkap pelajaran dipengaruhi oteh banyak faktor, baik faktor dari luar maupun faktor dari dalam siswa itu sendiri. Metode pengajaran yang baik hendaknya disesuaikan dengan karakteristik materi pokok yang akan disampaikan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu metode pembelajaran yang diharapkan dapat digunakan sebagai sarana untuk menyampaikan ilmu pengetahuan untuk siswa secara efektif. Penerapan metodemetode mengajar yang bervariasi akan dapat mengurangi kejenuhan siswa dalam menerima pelajaran. Berkaitan dengan semakin perlunya reformasi model pembelajaran dan mengingat pentingnya interaksi kooperatif tersebut, maka pembelajaran strategi pembelajaran koopeatif dalam pendidikan sangat penting. Pembelajaran koopeatif mempunyai syarat-syarat untuk mencapai hasil yang maksimal yaitu, adanya perbedaan etnik/ras, bersifat heterogen, adanya rasa tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan dari salah satu anggota, maka salah seorang anggota tersebut harus membantu kelompoknya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin,1995: 5), Maka perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain : diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya sehingga KBM yang berlangsung aktif dan siswa tidak cepat mengalami kebosanan. Pembelajaran kooperatif adalah aktifitas belajar kelompok yang diatur sehingga pembelajaran pada struktur sosial pertukaran informasi antar anggota dalam kelompok dan tiap anggota bertanggung jawab untuk kelompok dan dirinya sendiri dan dimotivasi untuk meningkatkan pembelajaran lainnya. Adapun beberapa metode pembelajaran kooperatif, antara lain : Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Jigsaw,

4 Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dan Teams Assisted Individualization (TAI). Salah satu metode yang digunakan peneliti adalah metode Teams Assisted Individualization (TAI).. Metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu berperan sebagai asisten yang bertugas membantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI. akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Metode pengajaran Teams Assisted Individualization (TAI).dapat diterapkan untuk materi yang ada kegiatan praktikumnya. Kesulitan pemahaman konsep-konsep awal yang berkaitan dengan materi dapat dipecahkan secara bersama-sama karena keberhasilan dari tiap individu ditentukan oleh kebehasilan kelompok. Pengajaran dengan metode TAI. dapat menghemat waktu presentasi guru sehingga waktu pembelajaran lebih efektif dan dititikberatkan pada keaktifan siswa. Metode TAI. sendiri dapat disertai dengan penyusunan peta konsep untuk pemahaman konsep bagi siswa. Peta konsep digunakan untuk menyatakan hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam satu unit. Dalam bentuknya yang paling sederhana, suatu peta konsep hanya terdiri dari dua konsep yang dihubungkan oleh satu kata penghubung untuk membentuk suatu proposisi. Sejumah konsep yang sama dapat tersusun dengan hierarki. Setiap peta konsep memperlihatkan kaitan-kaitan konsep yang bermakna bagi orang yang menyusunnya. Bertitik tolak dari latar belakang masalah di atas maka dilakukan penelitian dengan judul: " EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN

5 PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Proses pembelajaran di SMP N Karanganyar masih menggunakan metode konvensional yang selama ini dinilai kurang sesuai maka perlu digunakan metode pembelajaran lain.. Guru kurang mengoptimalkan sarana dan prasarana dalam proses kegiatan belajar mengajar karena hanya berorientasi pada aspek kognitif. 3. Pemahaman konsep siswa terhadap mata pelajaran biologi masih rendah dilihat dari nilai rata-rata siswa yang masih berkisar pada nilai batas tuntas. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai dan agar tepat sasaran, serta adanya keterbatasan pada penelitian ini maka tidak memungkinkan semua masalah diteliti. Berdasarkan pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka pengkajian dan pembatasan masalah dititikberatkan pada : 1. Subyek Penelitian Subyek penelitian dibatasi pada siswa kelas X SMA N Karanganyar semester genap tahun 006/007.. Obyek Penelitian. a. Materi Pokok Materi yang dipelajari adalah pokok bahasan Bioteknologi. b. Metode Pembelajaran Metode pembelajaran TAI. Metode TAI adalah metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai asisten yang bertugas menbantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam pembelajaran ini juga disertai

6 penyusunan peta konsep oleh siswa dan guru. Peta konsep memiliki pengertian menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsepkonsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Bentuk penyusunan peta konsep adalah pohon jaringan. Metode pembandingnya adalah metode konvensional. c. Hasil Belajar Biologi. Hasil belajar biologi yang dibatasi pada materi pokok bahasan Bioteknologi adalah penilaian hasil belajar ranah kognitif yang meliputi C1 sampai C6 (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi). Penilaian ranah afektif meliputi A1 sampai A5 (memperhatikan, merespon, menghayati nilai, mengorganisasi, dan perangkat nilai) disusun dalam bentuk angket Sumarsih (007). Penilaian ranah psikomotor meliputi P1 sampai P6 (persepsi, set, respon terbimbing, respon mekanistik, dan respon kompleks) disusun dalam bentuk lembar observasi Anita Wulandari (007) D. Perumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah ada perbedaan penggunaan metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar Biologi materi Bioteknologi siswa kelas X semester genap SMA Negeri Karanganyar Tahun Pelajaran 006/007?. Apakah metode TAI yang disertai penyusunan peta konsep efektif digunakan dalam pembelajaran Biologi materi Bioteknologi siswa kelas X semester genap SMA Negeri Karanganyar Tahun Pelajaran 006/007? E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui adanya pengaruh model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Karanganyar semester genap tahun ajaran 006/007.

7 . Mengetahui model pembelajaran yang paling efektif antara model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) yang disertai penyusunan peta konsep dan metode konvensional terhadap hasil belajar biologi siswa kelas X SMA Negeri Karanganyar semester genap tahun ajaran 006/007. F. Manfaat Penelitian Dan hasil penelitian ini maka diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Guru Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan strategi belajar mengajar.. Bagi Calon Guru Hasil penelitian ini bermanfaat dalam mempersiapkan diri untuk memilih metode pembelajaran yang tepat. 3. Bagi Siswa Untuk memotivasi belajar memecahkan permasalahan secara kooperatif dan sikap menghargai sesama teman. 4. Dinas Terkait Sebagai bahan pertimbangan upaya perbaikan KBM sehingga mata pelajaran biologi meningkat.

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Model Pembelajaran Kooperatif Model adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan (Sobry Sutikno M, 004 : 15). Menurut Dahlan dalam Sobry Sutikno M. (004:15), model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pendekatan penbelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang saling terkait. Dalam pembelajaran kooperatif, kerja sama merupakan hal yang sangat penting. Model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur yang membedakan antara pembelajaran kooperatif dengan belajar kelompok yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah. Roger dan David Johnson dalam Anita Lie (004: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, ada 5 unsur yang harus diterapkan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: a. Saling ketergantungan positif (positive dependence) Tiap anggota kelompok harus ikut serta dalam kegiatan kelompoknya untuk mencapai tujuan kelompok. Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya.

9 b. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability) Setiap anggota dalam kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Setiap anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan. c. Interaksi tatap muka antar siswa (face to face interaction) Setiap anggota kelompok dalam kelompoknya harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan ini akan menguntungkan baik bagi anggota maupun kelompoknya. Hasil pemikiran beberapa orang akan lebih baik daripada hasil pemikiran satu orang saja. d. Ketrampilan berinteraksi antar individu dengan kelompok (interpersonal and group skill) Keberhasilan suatu kelompok sangat tergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. e. Evaluasi proses kelompok (group processing) Evaluasi proses kelompok dalam pembelajaran kooperatif diadakan oleh guru agar siswa selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Urutan langkah-langkah kegiatan guru menurut metode pembelajaran kooperatif yang diuraikan oleh Arends (1997:113) adalah sebagaimana terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Sintaks Pembelajaran Kooperatif Fase Kegiatan Guru Fase 1. Menjelaskan tujuan-tujuan Guru menjelaskan tujuan-tujuan dan menetapkan materi. pelajaran dan menetapkan materi belajar. Fase. Menyajikan materi. Guru menyajikan materi kepada siswa baik lisan maupun teks. Fase 3. Mengorganisasi siswa ke Guru menjelaskan kepada siswa dalam kelompok belajar. bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu kelompok membuat perubahan yang efisien

10 Fase 4. Mendampingi kelompok bekerja dan belajar. Guru mendampingi kelompok belajar mengerjakan pekerjaanya Fase 5. Tes dengan soal-soal Guru mengetes pengetahuan soal-soal pelajaran atau kelompok menyajikan hasil kerjanya. Fase 6. Memberi penghargaan Guru menemukan jalan untuk menghargai secara individu dan kelompok atas usaha dan prestasinya Menurut Robert E. Slavin (1995 : -3), keberhasilan dari proses belajar kooperatif adalah karena ada 5 prinsip, yaitu: a. Adanya sumbangan dari ketua kelompok Tugas dari seorang ketua kelompok adalah memberi sumbangan pengetahuannya untuk anggota kelompoknya, karena ketua kelompoknya adalah seseorang yang dinilai berkemampuan lebih dibandingkan dengan anggota yang lainnya. Dalam hal ini anggota kelompok diharapkan dapat memperhatikan, mempelajari informasi atau penjelasan yang diberikan oleh ketua kelompok jika ada anggota kelompok yang marasa belum jelas, walaupun tugas ini juga bisa dilakukan oleh anggota kelompok lain. b. Keheterogenan kelompok Kelompok belajar yang efektif adalah yang mempunyai anggota kelompok yang heterogen, baik dalam jenis kelamin, latar belakahg sosial, ataupun tingkat kecerdasannya. c. Ketergantungan pribadi yang positif Setiap anggota kelompok, belajar untuk berkembang dan bekerja sama satu sama lain. Ketergantungan pribadi ini bisa memberikan motivasi bagi setiap individu karena pada awalnya mereka harus bisa membangun pengetahuannya sendiri terlebih dahulu sebelum mereka bekerja sama dengan temannya.

11 d. Ketrampilan bekerja sama Dalam proses bekerja sama perlu adanya ketrampilan khusus sehingga kelompok tersebut dapat berhasil membawa nama kelompoknya. Proses yang dibutuhkan tersebut adalah adanya komunikasi yang baik antar anggota kelompoknya. e. Otonomi kelompok Setiap kelompok mempunyai tujuan agar bisa membawa nama kelompoknya untuk menjadi yang terbaik. Jika mereka mengalami kesulitan dalam proses pemecahan masalah setelah melewati tahap kegiatan kelompok maka mereka. akan bertanya kepada gurunya bukan kepada kelompok yang lain. Di dalam metode belajar kooperatif diharapkan siswa bekerja sama satu sama lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekerja sama dengan yang lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berfikir untuk memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan dan ketrampilan. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha unluk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya poses belajar mengajar. Kalau belajat dikatakan milik siswa maka mengajar merupakan kegiatan yang dimiliki oleh guru. Pengertian mengajar semula adalah menyampaikan pengetahuan pada anak didik. Namun dengan definisi di atas kegiatan belajar mengajar jadi bersifat teacher centered. Untuk menyikapi fenomena itu kemudian dibuat definisi mengajar yang lebih luas yaitu sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaikbaiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga terjadi proses belajar. Mengajar merupakan kegiatan memgorganisasikan proses belajar. Seorang guru harus mampu menjadi organisator yang'baik. Secara makro guru dituntut untuk dapat mengorganisasikan komponen-konponen yang terlibat dalam proses

12 belajar mengajar, sehingga diharapkan terjadi proses pengajaran yang optimal.(sardiman, 1994: 50). Metode kerja kelompok sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan. Kerja kelompok telah banyak diterapkan oleh guru dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Akhirakhir ini metode kerja kelompok mengalami kemajuan yang sangat pesat berhubungan dengan ditemukannya inovasi-inovasi baru dalam metode kerja kelompok. Slavin (1995:5) memperkenalkan 5 macam metode mengajar yang menggunakan metode kerja kelompok: a. Student Team Achievement Division (STAD) b. Team Game Tournament (TGT) c. Cooperative Integrated Reading Composition (CIRC) d. Team Assisted Individualization (TAI) e. Jigsaw a. Metode Team Assisted Individualization (TAI) Metode pengajaran TAI adalah suatu metode pengajaran yang dikemukakan oleh Slavin (1995). "Team Assisted Individualization" dapat diterjemahkan sebagai kelompok yang dibantu secara individual atau kelompok di mana ada seorang asisten yang membantu secara individual. Metode pengajaran TAI ini merupakan teori belajar konstruktivisme dan teori belajar kognitif. Jadi, metode TAI merupakan metode pengajaran secara kelompok di mana terdapat seorang siswa yang lebih mampu beperan sebagai asisten yang bertugas menbantu secara individual siswa lain yang kurang mampu dalam suatu kelompok. Dalam hal ini pendidik hanya berperan sebagai fasilitator dan mediator dalam proses belajar mengajar. Pendidik cukup menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Pada pengajaran TAI akan memotivasi siswa saling membantu anggota kelompoknya sehingga tercipta semangat dalam sistem kompetensi dengan lebih mengutamakan peran individu tanpa mengorbankan aspek kooperatif. Secara umum TAI terdiri dari delapan komponen utama, yaitu:

13 1) Kelompok / Tim Peserta didik dalam pengajaran TAI terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang mewakili bagiannya dari kelas dalam menjalankan aktivitas akademik. Jenis kelamin, dan suku atau etnik. Fungsi utama dari tim adalah membentuk semua tim agar mengingat materi yang telah diberikan dan lebih memahami yang telah diajarkan yang nantinya digunakan dalam persiapan mengerjakan lembar kerja sehingga bisa mengerjakan dengan baik. Dalam hal ini biasanya siswa menggunakan cara pembelajaran diskusi tentang masalah-masalah yang ada, membandingkan soal yang ada, dan mengoreksi beberapa miskonsepsi jika dalam tim mengalami kesalahan. Semuanya tersebut dilakukan setelah presentasi awal dari guru dan pemberian lembar kerja. Anggota kelompok yang mengalami kesulitan dapat bertanya kepada anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua atau anggota yang telah ditunjuk sebagai ketua anggota lain yang lebih tahu. ) Tes Pengelompokan Siswa-siswa diberi tes awal program pengajaran. Hasil dari tes awal digunakan untuk membuat kelompok berdasarkan point yang mereka peroleh. 3) Materi Kurikulum Pada proses pengajaran harus disesuaikari dengan materi yang terdapat pada kurikulum yang berlaku dengan menerapkan teknik dan strategi pemecahan masalah untuk penguasaan materi. 4) Kelompok Belajar Berdasarkan tes pengelompokan maka dibentuk kelompok belajar. Siswa dalam kelompoknya mendengarkan presentasi dari guru dan mengerjakan lembar kerja. Jika ada siswa yang belum paham tentang materi dapat bertanya pada anggota lainnya atau ketua yang telah ditunjuk, kalau belum paham juga baru meminta penjelasan dari guru. 5) Penilaian dan Pengakuan Tim Setelah diberikan tes, kemudian tes tersebut dikoreksi dan dinilai berdasarkan kriteria tertentu. Tim akan mendapatkan sertifikat/penghargaan tertentu atau sejenisnya jika dapat melampaui kriteria yang telah ditentukan.

14 6) Mengajar Kelompok Materi yang belum dipahami oleh suatu kelompok dapat ditanyakan kepada guru dan guru menjelaskan materi pada kelompok tersebut. Pada saat guru mengajar, siswa dapat sambil memahami materi baik secara individual maupun secara kelompok dengan kebebasan tetapi bertanggung jawab. Keaktifan siswa sangat diutamakan pada pembelajaran TAI. 7) Lembar Kerja Pada setiap materi pokok diberikan lembar kerja secara individual untuk memahami pemahaman individu, bahan atau materi dapat berupa ringkasan materi yang dipelajari di rumah kemudian pertemuan selanjutnya dikerjakan. 8) Mengajar Seluruh Kelas Setelah akhir pengajaran tentang materi pokok suatu materi, guru menghentikan program pengelombokan dan menjelaskan konsep-konsep yang belum dipahami dengan strategi pemecahan masalah yang relevan. pada akhir pengajaran diberikan kesimpulan dari materi (Slavin, 1995 : ). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TAl, dalam pelaksanaannya terbagi dalam: 1) Pengelompokan Sebelum pengajaran TAI dilaksanakan suatu tes awal (tes kemampuan awal) yang menyangkut tentang konsep-konsep yang akan diajarkan. Tes awal ini berguna untuk pembentukan kelompok agar penyebaran siswa berdasarkan point yang didapat pada tes awal tersebar secara homogen. Selain itu dalam tes awal ini dapat digunakan untuk menunjuk ketua atau asisten yang memimpin suatu kelompok. Dalam proses pengelompokan juga didasarkan pada prestasi belajar sebelumnya, dalam hal ihi nilai ulangan harian materi pokok sebelumnya. ) Tahap Penyajian Materi Pelajaran Pada tahap ini bahan-bahan atau materi pelajaran diperkenalkan melalui penyajian kelas. Pada penyajian materi ini dilakukan melalui: a) Pengajaran kelompok Jika terdapat materi pelajaran yang kurang dipahami dalam suatu kelompok maka kelompok tersebut dapat meminta guru menjelaskan materi yang

15 belum dipahami tersebut, sedangkan kelompok yang lain yang sudah paham dapat melanjutkan pekerjaannya. b) Pengajaran Seluruh Kelas Pengajaran ini dilakukan pada akhir proses pembelajaran. Guru menyimpulkan penekanan materi yang dianggap penting. Dalam pembelajaran, keaktifan siswa sangat diharapkan melalui latihan pengajaran. c) Kegiatan Kelompok Setelah terbagi dalam kelompok-kelompok, masing-masing individu mengerjakan tugas yang diberikan guru melalui lembar kerja pada guru mereka. Meraka bekerja satu tim, jika terdapat kesulitan dipecahkan secara bersama-sama dengan kelompoknya. Setelah selesai mengerjakan secara mandiri kemudian saling mencocokkan dengan teman sekelompoknya. Paket soal yang terdapat di LKS diberikan menurut tingkat kesukaran soal, diurutkan dari soal yang mudah dilanjutkan ke soal yang sukar dan juga sesuai dengan urutan materi, dari materi yang mudah dilanjutkan ke materi yang sulit. Setelah paket soal selesai dikerjakan maka dicocokkan dengan kelompok lain untuk mengukur keberhasilan dari kelompok untuk kemudian diberikan nilai oleh guru. Slavin (1995: ) menyatakan bahwa pembelajaran koperatif tipe TAI mempunyai kelebihan-kelebihan sebagai berikut: 1) Guru akan terlibat secara minimal dalam pengaturan dan pengecekan rutin ) Guru akan menggunakan paling sedikit separuh waktunya mengajar dalam kelompok-kelompok kecil. 3) Pelaksanan program baik untuk guru atau siswa cukup sederhana 4) Siswa akan termotivasi pada hasil secara teliti dan cepat 5) Para siswa dapat mengecek pekerjaan satu sama lain 6) Mengurangi perilaku yang mengganggu 7) Mengurangi konflik antar pribadi 8) Program ini sangat membentu siswa yang lemah. 9) Menimbulkan sikap positif siswa. Di samping kelebihan tersebut, pembelajaran kooperatif tipe TAI juga terdapat kekurangan-kekurangan antara lain, dibutuhkan biaya yang besar dan

16 waktu yang lama untuk pembuatan dan pengembangan perangkat pembelajaran. Apabila siswa dalam kelas cukup besar, maka guru akan mengalami kesulitan dalam membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan, sehingga diperlukan beberapa guru dalam pelaksanan pembelajaran tersebut. b. Peta Konsep 1) Pengertian Peta Konsep Menurut Oemar Hamalik (003: 16) Suatu konsep adalah suatu kelas atau kategori stimuli yang memiliki ciri-ciri umum.konsep-konsep tidak terlalu kongruen dengan pengalaman pribadi kita tetapi menyajikan usaha-usaha manusia untuk mengklasifikasikan pengalaman kita. Konsep adalah suatu yang sangat luas. Konsep bersifat abstrak dan universal. Menurut Arends (1997: 88), konsep merupakan sarana seseorang dalam mengklasifikasikan suatu objek dan jaringan pemikiran (ide) untuk menentukan prinsip dan aturan, dan semua itu merupakan pondasi dari bagaimana jaringan pemikiran atau ide dapat tersusun, guna menuntun seseorang dalam berpikir. Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang didefinisikan. Konsep konkret adalah pengertian yang menunjuk pada aneka objek dalam lingkungan fisik. Sedangkan konsep yang didefinisikan adalah konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbeda ( W.S. Winkel, 005: 113). Pengetahuan seseorang mengungkapkan suatu pengertian atau kesadaran akan objek, kejadian, dan ide. Pemikiran yang ada dalam otak perlu diungkapkan dalam skema pemikiran ataupun kerangka pemikiran seseorang akan sesuatu hal, salah satu cara adalah dengan menuliskan skema pemikirannya dalam suatu peta konsep (concept mapping). Ausebel dalam bukunya yang berjudul Educational Phsycologi A Cognitif View menyatakan bahwa The most important single factor influencing learning is what the learner already knows. Ascertainthis and teach him accordingly. Pernyataan tersebut kurang lebih bermakna : faktor paling penting yang mempengaruhi belajar adalah apa yang telah diketahui siswa. Yakinilah ini

17 dajarilah ia demikian (Ratna Wilis Dahar, 1989: 117). Bertolak dari kenyataan Ausebel tersebut, Novak (1985) dalam bukunya Learning How To Learn dalam Ratna Wilis Dahar (1989: 1) mengemukakan suatu gagasan yang dapat membantu guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui siswa dengan pertolongan peta konsep atau pemetaan konsep. Menurut Martinis Yamin (006: 118) Peta konsep adalah menyatakan hubungan-hubungan yang bermakna antara konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi. Proposisi-proposisi merupakan dua atau lebih konsepkonsep yang dihubungkan oleh kata-kata dalam suatu unit semantic. Dalam kata yang kita buat terdiri dari satu kata yang dapat dihubungkan antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk proposisi. Menurut Novak dan Gowin (Paul Suparno,1997: 56) Peta konsep adalah suatu bagan skematis untuk menggambarkan suatu rangkaian pernyataan. Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan di atas konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. Konsep yang inklusif dapat dihubungkan dengan beberapa konsep yang kurang inklusif. Konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon konsep (Rusmansyah, 003). Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan oleh siswa dari apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Belajar bermakna terjadi bila siswa bila siswa menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan mereka. Ini terjadi melalui konsep, perubahan konsep yang telah ada, yang akan mengakibatkan pertumbuhan dan perubahan struktur konsep yang telah dipunyai siswa yang akan tertuang dalam peta konsep. ) Ciri-ciri Peta Konsep Menurut Martinis Yamin (006: 15) ciri-ciri peta konsep adalah a) Peta konsep adalah bentuk dari konsep-konsep atau proposisi-proposisi suatu bidang studi agar lebih jelas dan bermakna. b) Peta konsep merupakan suatu gambar yang berbentuk dua dimensi dari suatu bidang studi, atau bagian dari bidang studi yang memperlihatkan tata hubungan antara konsep-konsep. Di samping itu juga

18 memperlihatkan bentuk belajar kebermaknaan dibanding dari cara belajar bentuk lain dengan tidak memperlihatkan hubungan-hubungan konsep. Peta konsep memperlihatkan hubungan konsep satu dengan yang lain. c) Setiap konsep memiliki bobot yang berbeda antara satu dengan yang lainnya, dapat berbentuk aliran, air, cabang pohon, urutan-urutan kronologis dan lain sebagainya. d) Peta konsep berbentuk hirarkis, manakala suatu konsep di bawahnya terdapat beberapa konsep, maka konsep itu akan lebih terurai secara jelas sehingga apapun yang berkaitan dengan konsep tersebut akan timbul seperti; fungsi, bentuk, contoh, tempat dan sebagainya. 3) Cara Membuat Peta Konsep Pembuatan peta konsep dilakukan dengan menbuat suatu sajian visual atau suatu diagram tentang bagaimana ide-ide penting atau suatu topik tertentu dihubungkan satu sama lain (Trianto 007: 160). Untuk membuat suatu peta konsep, siswa dilatih untuk mengidentifikasikan ide-ide kunci yang berhubungan dengan suatu topik dan menyusun ide-ide tersebut dalam suatu pola logis. Menurut Trianto (007: 160), langkah-langkah dalam membuat peta konsep sebagai berikut : memilih suatu bahan bacaan, menentukan konsep-konsep yang relevan, mengurutkan konsep-konsep dari yang inklusif ke yang kurang inklusif, menyusun konsep-konsep tersebut dalalm bagan, konsep yang inklusif diletakkan di bagian atas atau puncak peta lalu dihubungkan dengan kata penghubung. Dalam proses belajar dengan strategi peta konsep dilaksanakan diskusi kelompok, sehingga ide-ide yang terkumpul dalam diskusi dapat dituangkan dalam peta konsep. Belajar dengan diskusi kelompok adalah metode mengajar dengan mengkondisikan peserta didik dalam suatu group/ kelompok sebagai satu kesatuan dan diberikan tugas untuk dibahas dalam kelompok tersebut. Menurut Moedjiono dalam Mulyani Sumantri dan Johar Permana (001), Metode kerja kelompok adalah format belajar mengajar yang menitikberatkan kepada interaksi antara anggota yang lain dalam suatu kelompok guna menyelesaikan tugas-tugas belajar secara bersama-sama. Peta konsep menggambarkan jalinan antarkonsep yag dibahas dalam bab yang bersangkutan yaitu materi bioteknologi. Konsep dinyatakan dalam bentuk

19 istilah atau label konsep. Konsep-konsep dijalin secara bermakna dengan katakata penghubung sehingga dapat membentuk proposisi. Satu proposisi mengandung dua konsep dan kata penghubung. Konsep yang satu mempunyai cakupan yang lebih luas daripada konsep yang lain. Dengan kata lain konsep yang satu lebih inklusif daripada konsep yang lain. Pada peta konsep, konsep yang lebih inklusif diletakkan diatas konsep yang kurang inklusif kemudian dihubungkan dengan kata penghubung. Konsep yang lebih khusus ditempatkan dibawahnya dan dihubungkan lagi dengan kata penghubung. konsep yang paling inklusif diletakkan pada puncak pohon konsep. Konsep ini disebut kunci konsep. Konsep pada jalur yang satu dapat dihubungkan dengan konsep pada jalur yang lain dengan kata penghubung. Hubungan ini disebut dengan ikatan silang. Ikatan silang menunjukkan keterpaduan antarjalur pengembangan konsep dalam satu bahasan yang disebut penyesuaian integratif. 4) Macam-macam Peta Konsep Menurut Nur (000) dalam Trianto (007 : ), peta konsep ada empat macam yaitu : a) Pohon Jaringan Ide-ide pokok dibuat dalam persegi empat, sedangkan beberapa kata yang lain pada garis-garis penghubung. Kata kata pada garis penghubung memberikan hubungan antara konsep-konsep. Cabangkan konsep-konsep yang berkaitan itu dari konsep utama dan berikan hubungannya pada garis-garis itu. b) Rantai Kejadian Peta konsep rantai kejadian dapat digunakan untuk memberikan suatu urutan kejadian, langkah-langkah dalam suatu prosedur, atau tahap-tahap dalam suatu proses. Dalam membuat rantai kejadian, pertama-tama temukan satu kejadian yang mengawali rantai itu. Kejadian ini disebut kejadian awal, kemudian temukan kejadian berikutnyadalam rantai itu dan lanjutkan sampai mencapai hasil. c) Peta Konsep Siklus Rangkaian kejadian tidak menghasilkan hasil final. Kejadian terakhir pada rantai itu menghubungkan kembali ke kejadian awal. Karena tidak ada hasil dan

20 kejadian terakhir itu menghubungkan kembali ke kejadian awal, siklus itu berulang dengan sendirinya. d) Peta Konsep Laba-Laba Peta konsep laba-laba dapat digunakan untuk curah pendapat. Melakukan curah pendapat ide-ide berangkat dari suatu ide sentral, sehingga dapat memperoleh sejumlah besar ide yang bercampur aduk. Banyak ide-ide ini yang berkaitan dengan ide sentral namun belum tentu jelas hubungannya satu sama lain. 5) Manfaat Peta Konsep (Gawith,1998; Bruce,et al,1993; Sia. A.P,1995) yang dikutip dalam Rusmansyah (007). Dalam pembelajaran, penggunaan peta konsep dapat memberikan manfaat yaitu : 1) Bagi guru a) Membantu untuk mengerjakan apa yang telah diketahui dalam bentuk yang lebih sederhana, merencanakan dan memulai suatu topik pembelajaran, serta mengolah kata kunci yang akan digunakan dalam pembelajaran b) Membantu untuk mengingat kembali dan merevisi konsep pembelajaran, membuat pola catatan kerja dan belajar yang sangat baik untuk keperluan presentasi c) Membantu untuk mendiagnosa apa yang telah diketahui para siswa dalam bentuk struktur yang mereka bangun dalam bentuk kata-kata d) Membantu untuk mengetahui adanya miskonsepsi dari para siswa, contohnya dari ujian akan tergambar kemampuan siswa mengolah idenya dalam bentuk grafik ataupun penggunaan visual yang representatif e) Membantu untuk mengecek pemahaman siswa akan konsep yang akan dipelajari, dimana peta konsep yang dibuat siswa benar atau masih salah f) Membantu untuk memperbaiki kesalahan konsep yang diterima siswa sebagai dasar untuk pembelajaran selanjutnya sehingga akhirnya efektif untuk merubah kesalahan konsep yang diterima siswa

21 g) Membantu untuk merencanakan instruksional pembelajaran dan evaluasinya ataupun untuk mengukur keberhasilan tujuan instruksional pembelajaran ) Bagi siswa a) Membantu untuk mengidentifikasi kunci konsep, menaksir/memperkirakan hubungan pemahaman dan membantu dalam pembelajaran lebih lanjut b) Membantu membuat susunan konsep pelajaran menjadi lebih baik sehingga mudah untuk keperluan ujian c) Membantu menyediakan sebuah pemikiran untuk menghubungkan konsep pembelajaran d) Membantu untuk berpikir lebih dalam dengan ide siswa dan menjadikan para siswa mengerti benar akan pengetahuan yang diperolehnya e) Mengklarifikasi ide yang telah diperoleh siswa tentang sesuatu dalam bentuk kata-kata f) Membuat suatu struktur pemahaman dari bagaimana semua fakta-fakta (fakta baru dan eksis) dihubungkan dengan pengetahuan berikutnya g) Belajar bagaimana mengorganisasi sesuatu mulai dari informasi, fakta, dan konsep ke dalam suatu konteks pemahaman, sehingga terbentuk pemahaman yang baik dan menuliskannya dengan benar. Dengan menggunakan peta konsep dalam pembelajaran maka dapat diperkirakan kedalaman dan keluasan konsep yang perlu diajarkan kepada siswa. Kaitan konsep yang satu dengan yang lain bagi siswa merupakan hal yang terpenting dalam belajar, sehingga apa yang dipelajari oleh siswa akan lebih bermakna, lebih mudah diingat dan lebih mudah dipahami, diolah serta dikeluarkan kembali bila diperlukan. c. Metode Konvensional atau Ceramah Metode konvensional merupakan suatu teknik pengajaran yang biasa digunakan oleh suatu sekolah. Tiap-tiap sekolah mempunyai karakteristik metode pengajaran tersendiri dalam penyampaian materi. Hal ini dipengaruhi oleh

22 berbagai hal, baik dari pengajar, siswa ataupun lingkungan dari sekolah. Metode ini sejak dulu sering dipakai dan paling banyak digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Sejak dulu metode ini telah digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Metode konvensional ini di sekolah yang masih banyak digunakan adalah ceramah. Berdasarkan Kamus Bahasa Indonesia dinyatakan bahwa kata konvensional mempunyai arti sama dengan tradisional. Menurut Syaiful Bahri Jamarah (006: 97) bahwa metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelaan lisan secara langsung kepada siswa. Roestiyah N.K (1991: 137) berpendapat bahwa metode ceramah adalah suatu cara mengajar yang digunakan untuk menyampaikan keterangan informasi atau uraian tentang persoalan serta masalah secara lisan. Metode ceramah ini berbentuk penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. Pada akhir tatap muka dilakukan tanya jawab. Margono (1998) menyatakan: "Pengajaran klasikal atau pembelajaran tradisional adalah pengajaran yang kita kenal sehari-hari di mana guru mengajar sejumlah siswa dalam suatu ruangan dan mempunyai tingkat kemampuan tertentu." Dalam hal ini kelas disusun berdasarkan asumsi bahwa siswa mempunyai kesamaan dalam minat, kepentingan, kecakapan dan kecepatan belajarnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa metode konvensional atau ceramah merupakan metode di mana guru mengajar dengan jalan memberikan informasi dan pengetahuan secara lisan berupa penjelasan, konsep, prinsip dan fakta kepada peserta didik yang umumnya pasif untuk mencapai tujuan pengajaran. Banyak pendapat mengatakan bahwa metode ceramah atau metode konvensional merupakan metode klasik, namun masih banyak digunakan hingga sekarang bahkan metode ini paling banyak digunakan. Hal ini dapat dimaklumi karena ceramah paling mudah dilakukan oleh guru, apalagi karena guru sudah terbiasa dan umumnya belum merasa puas serta belum merasa mengajar apabila belum banyak berceramah. Demikian pula siswa, karena telah terbiasa belajar

23 dengan mendengarkan penjelasan guru atau ceramah, maka merasa tidak puas dan terasa belum belajar kalau belum ada ceramah dari guru. Metode ceramah ini juga mempunyai keterbatasan yang dapat menjadi kendala dalam proses pembelajaran, antara lain: a. Keberhasilan siswa tidak terukur b. Perhatian dan motivasi siswa sulit diukur c. Peran siswa dalam pembelajaran rendah d. Materi kurang terfokus e. Pembicaraan sering melantur Dalam pelaksanannya, metode ceramah mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan yang diungkapkan oleh Syaiful bahri Jamarah (006: 97) sebagai berikut: a. Kelebihan metode ceramah 1) Guru mudah menguasai kelas ) Mudah mengorganisasikan kelas/ tempat duduk 3) Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar 4) Mudah mempersiapkan dan melaksanakan 5) Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik. b. Kekurangan metode ceramah 1) Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata) ) Anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap dari sisi auditnya dapat lebih besar menerimanya. 3) Bila selalu digunakan dan terlalu, akan membosankan 4) Sukar mengontrol sejauh mana pemerolehan belajar anak didik 5) Meenyebabkan anak didik menjadi pasif.. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil akhir yang dicapai oleh anak didik dalam mengikuti seluruh program studi yang telah direncanakan dalam rangkaian kegiatan belajar, biasa dinyatakan dengan nilai-nilai yang diperoleh melalui tes

24 formatif. Tes formatif diperoleh melalui ujian formatif yang memuat sebagaian bahan pelajaran untuk mencapai sebagaian hasil belajar. Bidang hasil belajar dalam penilaian tes formatif itu misalnya adalah ulangan harian, tes sisipan 1, tes sisipan, yang isinya merupakan sebagaian dari bahan pelajaran.(masidjo. 1995: 5). Menurut Suharsimi Arikunto (1995:36), dewasa ini dikenal tiga ranah perilaku yang dapat dijadikan acuan untuk mengembangkan instrument penilaian. Tiga ranah perilaku tersebut adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. a. Ranah Kognitif (Pengetahuan / Pemahaman) Ranah ini menitikberatkan pada proses intelektual. Bloom (1956) dalam Pophan (003: 63) menyatakan tingkatan-tingkatan dalam ranah ini adalah: 1) Pengetahuan, Pengetahuan mencakup ingatan tentang hal-hal khusus, atau hal-hal yang umum tentang metode-metode dan proses-proses. Harus diperhatikan bahwa ciri pokok ranah ini adalah ingatan. ) Pemahaman Taraf ini mencakup bentuk pengertian yang paling rendah. Taraf ini berhubungan dengan sejenis pemahaman yang menunjukkan bahwa siswa mengetahui apa yang sedang dikomunikasikan. 3) Penerapan (Aplikasi) Aplikasi mencakup digunakannya abstraksi dalam situasi yang khusus dan kongkret. Abstraksi yang digunakan dapat prosedur, gagasan umum, atau metode yang digeneralisasikan. 4) Analisis (Pengkajian) Analisis mencakup penguraian suatu ide-ide ke dalam unsur-unsur pokoknya, sedemikian hierarki menjadi jelas. 5) Sintesis Sintesis mencakup kemampuan menyatukan unsur-unsur dan bagianbagian sehingga merupakan suatu keseluruhan.

25 6) Evaluasi. Menyangkut penilaian bahan dan metode untuk mencapai tujuan tertentu. b. Ranah Afektif Menurut Oemar Hamalik (00: 81.) ranah afektif adalah sikap, perasaan, dan karakteristik moral yang merupakan aspek-aspek penting dalam perkembangan siswa. Menurut Pophan (003: 63) ranah ini dibagi daiam lima tingkatan, yaitu: 1) Memperhatikan Memperhatikan ini mengenai kepekaan terhadap fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu menyangkut kesediaan siswa untuk menerima atau memperhatikan. ) Merespons Siswa sudah memiliki motivasi yang cukup sehingga ia bukan saja "mau memperhatikan", melainkan sudah memberikan respon. 3) Menghayati nilai Dalam tingkatan ini tampak bahwa siswa sudah menghayati nilai tertentu. 4) Mengorganisasikan Dalam mempelajari nilai-nilai, siswa-siswa menghadapi situasi yang berhubungan lebih dari satu nilai. Karena itu siswa perlu mengorganisasikan nilai-nilai menjadi suatu sistem. 5) Memperhatikan atau perangkat nilai Pada taksonomi afektif tertinggi ini siswa telah mendarahdagingkan nilai-nilai sedemikian rupa sehingga dalam prakteknya ia sudah dapat digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau perangkat nilai tersebut. c. Ranah Psikomotorik Ringkasan sistem taksonomi untuk segi psikomotorik dikemukakan oleh Simpson dalam Pophan (003: 3) sebagai berikut: 1) Persepsi Langkah pertama dalam melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah menyadari obyek. Sifat atau hubungan-hubungan melalui indra.

26 ) Set Kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau untuk bereaksi tehadap suatu kejadian menurut cara tertentu. Ada tiga aspek, yaitu: a) Aspek intelektual b) Aspek fisis c) Aspek emosional 3) Respon terbimbing Respon inilah tingkat permulaan dalam mengembangkan ketrampilan motoris. Yang ditekankan adalah kemampuan-kemampuan yang merupakan bagian dari ketrampilan yang lebih kompleks. 4) Respon mekanistik. Pada taraf ini siswa sudah yakin akan kemampuannya dan sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan. 5) Respon kompleks. Pada taraf ini individu dapat melakukan perbuatan motoris yang boleh dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut sudah kompleks (Pophan et all, 003: 64). a. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Faktor-faktor yang mempengauhi hasil belajar banyak sekali, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Menurut Ngalim Purwanto (1990: 101) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya belajar adalah: Faktor kematangan, kecerdasan, latihan, keadaan rumah tangga, guru dan cara atau metode yang digunakan dalam mengajar, alat-alat yang digunakan, lingkungan dan motivasi sosial. Faktor tersebut perlu dikondisikan dengan benar agar siswa dapat memberikan prestasi belajar yang baik. Seorang guru harus mampu membangkitkan semangat siswa untuk mengerahkan seluruh kemampuannya pada saat proses belajar sedang berlangsung. Jika faktor ini diperhatikan dengan baik maka besar kemungkinan harapan bahwa siswa dapat menunjukkan prestasi belajar yang baik dan menggembirakan.

27 b. Fungsi Penilaian Belajar. Hasil penilaian proses belajar akan memperlihatkan sejauh mana prestasi belajar siswa. Menurut Muhibin Syah (004; 14) Evaluasi belajar mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Fungsi administratif untuk penyusunan daftar nilai dan pengisian buku rapor; b. Fungsi promosi untuk menetapkan kenaikan atau kelulusan; c. Fungsi diagnostik untuk mengidentifikasi kesulitan belajar siswa dan merencanakan program remedial teaching atau pengajaran perbaikan; d. Sumber daya BP untuk memasok data siswa tertentu yang memerlukan bimbingan dan penyuluhan; e. Bahan pertimbangan dan pengembangan pada masa yang akan datang yang meliputi pengembangan kurikulum, metode dan alat-alat belajar mengajar. bahwa: Sementara itu Cronbach dalam Oemar Hamalik (00: 04) menyatakan Fungsi penilaian bukan hanya untuk menentukan kemajuan belajar siswa, tetapi sangat luas, diantaranya adalah: 1. Membantu siswa untuk merealisasikan dirinya untuk mengubah perilakunya;. Membantu siswa mendapatkan kepuasan terhadap apa yang dilakukannya; 3. Membantu guru untuk mengetahui apakah metode yang digunakan sudah tepat; 4. Membantu guru untuk membuat pertimbangan administrasi. Beberapa fungsi penilaian di atas mampu memberikan gambaran kepada siswa dan guru maupun orang tua mengenai hasil belajar yang telah dicapai siswa. Oleh karena itu siswa diharapkan mampu meningkatkan aktivitas belajar di rumah maupun di sekolah, sedangkan bagi guru dan orang tua agar lebih mengarahkan anaknya untuk belajar lebih banyak melalui motivasi dan bimbingannya. c. Pengukuran Hasil Belajar Dalam pengukuran hasil belajar atau evaluasi, dibutuhkan suatu alat pengukur hasil tersebut. Menurut Slameto (003:9) ada dua teknik penilaian yaitu:

28 1) Tes Tes sudah ada distandarisasikan atau sudah dibakukan, artinya mengalami proses kesahihan atau validitas dan keandalan atau reliabilitas untuk suatu tujuan. Menurut Sumadi Suryabrata (1997: 37): Suatu tes adalah reliable apabila tes itu mempunyai keajegan hasil atau konsistensi. Artinya tes itu sama dengan dirinya sendiri. Jika suatu tes itu diberikan pada sekelompok subyek yang sama atau hampir sama, maka tes tersebut mempunyai rcliabilitas yang tinggi. Jenis tes terdiri dari tiga bentuk yaitu: a). Tes lisan b). Tes tulis c). Tes tindakan Jenis tes tersebut biasanya digunakan untuk menilai isi proses belajar mengajar, misalnya aspek pengetahuan, kecakapan, ketrampilan, dan pemahaman terhadap pelajaran yang telah diberikan oleh guru. ) Non Tes Menurut Slameto (003: 30) alat-alat khusus untuk melaksanakan teknik non tes ini dapat dilakukan melalui pengamatan, wawancara, angket, hasil karya/laporan, karangan dan skala sikap. Menurut Muhibin Syah (1995: 54), mengukur keberhasilan siswa dengan berdimensi kognitif atau ranah cipta dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan cara tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Sedangkan dalam penyusunan instrument tes prestasi siswa yang berdimensi afektif atau ranah rasa, jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi harus mendapat perhatian yang khusus. Alasannya, karena kedua jenis prestasi ranah rasa itulah yang lebih banyak dalam mengendalikan sikap dan perbuatan siswa. Dalam ranah rasa yang dicari bukan benar atau salah, melainkan sikap atau kecenderungan untuk setuju atau tidak setuju. Jadi tidak sama dengan evaluasi ranah cipta yang secara prinsip bertujuan mengungkapkan kemampuan akal dengan salah dan benar. Alat penilaian afektif ini berbentuk non tes. Ada dua hal yang penting untuk diukur dalam ranah afektif, yang pertama yaitu kompetensi afektif dan yang kedua adalah sikap serta minat terhadap suatu pelajaran.

29 Sedangkan untuk ranah psikomotor dapat dilakukan dengan cara observasi tentang ketrampilan siswa dan gerak gerik siswa dalam mengikuti pelajaran serta kemampuan siswa dalam menerapkan keahliannya. Dalam aspek psikomotorik ini dapat dilihat dari kegiatan siswa seperti memilih, menirukan, meragakan, menyusun, merangkai, menggunakan, memperbaiki dan kemampuan lain yang berhubungan dengan keahlian yang dimiliki siswa. 3. Hakikat Bioteknologi Bioteknologi merupakan salah satu materi pokok dalam bidang studi Biologi, dimana berdasarkan pada kurikulum 004 telah diajarkan pada siswa kelas X SMA pada semester genap, Standar kompetensi yang harus dicapai siswa pada materi pokok ini adalah : siswa mampu menjelaskan Bioteknologi, prinsip-prinsip, peran, dan implikasinya bagi teknologi dan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat. Pada materi pokok Bioteknologi ini menyangkut beberapa subpokok bahasan diantaranya adalah 1. Pengertian Bioteknologi,. Peran Bioteknologi dalam kehidupan, 3. Implikasi dan dampak dari Bioteknologi. a. Pengertian Bioteknologj. Bioteknologi merupakan teknologi yang memanfaatkan mikroorganisme atau agen hayati atau bagian organisme untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri untuk memenuhi kebutuhan manusia. Bioteknologi modern memanfaatkan agen hayati atau bagian dari organisme yang telah direkayasa secara invitro untuk menghasilkan barang dan jasa dalam skala industri. Penerapan bioteknologi biasanya mencakup produksi sel atau biomasa dan perubahan atau transformasi kimia yang diharapkan meliputi: pembentukan produk akhir yang diharapkan (enzim, antibiotik, asam organik dll.) dan penguraian bahan baku (buangan air limbah, buangan industri, tumpahan minyak). Teknik yang digunakan dalam Bioteknologi: 1) Fermentasi yaitu dengan memanfaatkan mikroorganisme misalnya jamur dll. Yang digunakan secara anaerob atau tanpa menggunakan oksigen. ) DNA rekombinan 3) Kultur jarinagan yaitu memanfaatkan sebagaian dari organ tertentu dari organisme untuk dibiakkan pada media khusus.

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF Team Assisted Individualization (TAI) YANG DISERTAI PENYUSUNAN PETA KONSEP PADA PROSES PEMBELAJARAN BIOTEKNOLOGI TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SKRIPSI OLEH: LATIF

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PENCERNAAN MAKANAN KELAS XI IPA MAN SUKOHARJO SKRIPSI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya peningkatan pengetahuan, keterampilan, kemauan, minat, sikap, kemampuan untuk berpikir logis, praktis,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Makna Belajar Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Berkaitan dengan penelitian ini, peneliti akan menunjukkan beberapa hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran di sekolah, siswa didorong untuk lebih aktif agar dapat menghubungkan konsep materi yang telah didapatkan dengan konsep yang baru sehingga

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan

II. KERANGKA TEORETIS. Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan 5 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Peta Konsep Metode didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Aktivitas Belajar Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya di lingkungan itu" (Piaget dalam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran Matematika Belajar merupakan proses perkembangan yang dialami oleh siswa menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar Belajar merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak lahir manusia telah memulai

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA SISWA PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DISERTAI METODE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) DALAM MENINGKATKAN PERAN SERTA SISWA Skripsi Oleh: NUNUNG KRIDANINGTYAS PUTRI K4302534 FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Makna Belajar Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang hayat, artinya belajar adalah proses yang terus-menerus, yang tidak pernah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Istilah belajar sebenarnya telah lama dan banyak dikenal. Bahkan banyak ahli telah mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K

SKRIPSI. Oleh: ARI SUSANTI NIM: K SKRIPSI PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI METODE PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) DAN TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI KELAS X DI SURAKARTA Oleh: ARI SUSANTI

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang II. KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pemetaan Konsep Konsep merupakan suatu pengetahuan terhadap sesuatu. Menurut Rosser (dalam Dahar, 1996: 80) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas, objek-objek,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling ketergantungan

Lebih terperinci

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret

1) Mahasiswa Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret 2) Dosen Prodi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Sebelas Maret Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 42-47 STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TEAMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku

LANDASAN TEORI. hasil belajar. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku LANDASAN TEORI A. Hasil Belajar Bahasa Indonesia 1. Definisi Hasil belajar Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur, yaitu: tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman (proses)

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang melibatkan siswa bekerja secara kolaboratif

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI STRATEGI PETA KONSEP DALAM COOPERATIF LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : FRANSISCA DINA SUSILAWATI NIM : K 4303027 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII A POKOK BAHASAN EKOSISTEM SMP MUHAMMADIYAH 7

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

1. PENDAHULUAN. Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi bahasa lnggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan dan tulisan. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan informasi, fikiran,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Examples Non Examples Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga lima orang dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat merespon siswa untuk terlibat

Lebih terperinci

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK

*keperluan Korespondensi, HP: , ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN

Lebih terperinci

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KELANGKAAN DIKELAS X SMA NEGERI 2 BIREUEN Noventi, Nurul Mahasiswa Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi dan era globalisasi yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di dunia yang terbuka,

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001: II. KAJIAN PUSTAKAN 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan menjadi lebih baik. Pada proses belajar siswa melakukan perubahan ke arah kebaikan berdasarkan segala pengetahuan

Lebih terperinci

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO.

SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO. SIMULASI IPAL MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA SMA NEGERI II SUKOHARJO Skripsi Oleh: HANDAYANI K. 4303031 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan

Lebih terperinci

*

* PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA DI KELAS X SMA NEGERI 10 PEKANBARU Sulastri Sibarani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat menuntut negara Indonesia menuju perubahan, terutama dalam dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar adalah segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan hasil belajar yang dilakukanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu, yaitu saling pengaruh antara pendidik dan peserta didik. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Belajar bukan hanya sekedar mengetahui, tetapi

Lebih terperinci

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dalam pandangan tradisional selama beberapa dekade dipahami sebagai bentuk pelayanan sosial yang harus diberikan kepada masyarakat. Namun demikian pendidikan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA IMPLEMENTASI PENDEKATAN QUANTUM LEARNING SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISASI MISKONSEPSI BIOTEKNOLOGI DI SMA NEGERI 8 SURAKARTA Skripsi Oleh : KUNCORO PUTRI NIM : K 4303035 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada strategi pembelajaran yang digunakan sehingga siswa dituntut bekerjasama dalam kelompok-kelompok

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan

Lebih terperinci

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA METODE PEMBELAJARAN JIGSAW MENGGUNAKAN PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA MASRI MANSYUR Guru SMP Negeri YASFII Dumai masrimansyur449@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Think-Pair-Share (TPS) adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor Frank Lyman di Universitas Meryland pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk BAB I PENDAHULUAN Pada Bab Pendahuluan ini akan diuraikan secara singkat mengenai hal-hal yang menjadi latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah adalah matematika sekolah. Matematika sekolah adalah matematika yang diajarkan di Pendidikan Dasar

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya 8 II. LANDASAN TEORI A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Cooperative Learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE TGT (Teams Games Tournament) MENGGUNAKAN RODA IMPIAN PADA SISWA KELAS X 5 SMA AL-ISLAM I SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007 / 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Proses Belajar - Mengajar a. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu kegiatan yang membawa perubahan pada individu yang belajar. Perubahan itu tidak hanya mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada dasarnya, penerapan metode mengajar yang bervariasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan merupakan kunci pokok keberhasilan pembangunan di segala bidang, maka upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan perlu ditingkatkan melalui pendidikan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) APLIKASI METODE PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION (TAI) YANG DISERTAI DENGAN MACROMEDIA FLASH UNTUK MENINGKATKAN PERAN SERTA DAN PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TASIKMADU

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Kooperatif Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk merepresentasikan suatu hal. Sedangkan pembelajaran adalah usaha dari seorang guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen yang memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan dapat menjamin kelangsungan kehidupan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted 72 A. Deskripsi Data 1. Aktivitas Siswa BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Aktivitas Siswa Siklus I Hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran melalui model pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan mutu pendidikan merupakan masalah serius di negara-negara berkembang terutama di Indonesia. Menurut Sanjaya (2010), salah satu masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA STUDI KOMPARASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF METODE JIGSAW DAN Group Investigation (GI) DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SKRIPSI Oleh: SUPRIYANI FERIYATI NIM. K4303062 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya menulis merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang penting dan tidak dapat dipisahkan, dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat. Pernyataan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar Pengertian prestasi belajar menurut Slameto (2003: 10) yaitu sebagai suatu perubahan yang dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar. Perubahan ini meliputi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan pokok dalam seluruh proses pendidikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bertukar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Teori 1. Kajian Tentang Model Pembelajaran Cooperative Learning a. Pengertian Model Pembelajaran Menurut Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa model pembelajaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII, merupakan salah satu materi pokok dalam pelajaran biologi disekolah. Sistem gerak merupakan

Lebih terperinci

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted

belajar sejarah siswa. Sehingga, model pembelajaran Team Assisted 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Pengaruh Pengertian pengaruh menurut WJS. Poerwadarminto (2002:349) yaitu daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memerlukan inovasi-inovasi yang sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan kebutuhan ilmu peserta didik tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan.

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Juhji 9 MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DALAM PEMBELAJARAN IPA Oleh: Juhji 1 Abstrak. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Sutikno mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru sebagai hasil pengalamannya sendiri

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP MUHAMMAD IDRIS Guru SMP Negeri 3 Tapung iidris.mhd@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Slameto

Lebih terperinci

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga

sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan Pembelajaran IPA sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah sebuah mata pelajaran di tingkat sekolah dasar (SD/MI). IPA merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses belajar mengajar siswa sebagai subyek dan sekaligus obyek dari kegiatan pembelajaran. 1 Oleh karena itu inti proses pembelajaran tidak lain adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: , ABSTRAK

Universitas Sebelas Maret Surakarta. *Korespondensi, telp: ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 36-41 EFEKTIVITAS METODE PEMBELAJARAN TAI (TEAMS ASSISTED INDIVIDUALIZATION) DISERTAI EKSPERIMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan masa depan dan kelangsungan hidup suatu bangsa. Masalah pendidikan menjadi perhatian serius bagi bangsa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ranah pendidikan merupakan bidang yang tak terpisahkan bagi masa depan suatu bangsa. Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini membahas mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model pembelajaran TTW TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari tindakan yang cermat mengenai kegiatan pemebelajaran yaitu lewat kegiatan berifikir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa kurang berkembang akan berdampak pada sikap mahasiswa yang apatis,

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa kurang berkembang akan berdampak pada sikap mahasiswa yang apatis, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendekatan metode pembelajaran yang sifatnya monoton yang diterapkan selama ini membuat mahasiswa kurang termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, hal ini

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan

Lebih terperinci

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN

METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN METODE DISKUSI KELOMPOK MODEL KEPALA BERNOMOR SEBAGAI INOVASI METODE PEMBELAJARAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SMP DALAM MENANGGAPI PEMBACAAN CERPEN ABSTRAK Secara jujur harus diakui, pembelajaran Bahasa

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA Pujien Barus Guru IPA SMP Negeri Bangun Purba Surel : Rizkiandriani21@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori dan Penelitian Relevan 1. Deskripsi Teori a. Belajar Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dunia pendidikan adalah untuk memajukan suatu negara dari segala bidang dan aspek, tujuan ini tidak akan tercapai tanpa adanya sumber daya manusia

Lebih terperinci