Kesiapan LPEI dalam Penugasan Khusus
|
|
- Sudomo Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia Kesiapan LPEI dalam Penugasan Khusus 27 Oktober
2 Lembaga keuangan sovereign yang didirikan untuk Mendorong Ekspor Nasional Sejarah Berdirinya LPEI (Indonesia Eximbank) Jaringan Kantor Wilayah 1999 Cikal bakal LPEI Bank Ekspor Indonesia ( BEI ) berdiri Medan Makassar 2000 Pemerintah Republik Indonesia berkomitmen untuk mendirikan LPEI dengan IMF di dalam Letter of Intent 2009 LPEI resmi beroperasi 1 September 2009 untuk mendorong ekspor nasional Aset dan kewajiban serta hak dan kewajiban hukum BEI dialihkan kepada LPEI Jakarta (HQ) Surakarta Surabaya Lex specialist dan memiliki status Quasy Sovereign Tidak tunduk pada peraturan perundangundangan perbankan, BUMN, lembaga pembiayaan atau perusahaan pembiayaan dan usaha perasuransian Beroperasi secara independen dibawah UU No.2/2009 Kepemilikan Pemerintah Sepenuhnya dimiliki oleh Pemerintah. Hanya dapat dibubarkan oleh Undang- Undang Rating Setara dengan rating negara Baa3 (Stable) Moody s: Oktober, 2014 BBB- (Stable) Fitch: Maret, 2015 BB+ (Positive) S&P: Mei 2015 idaaa Pefindo: Februari,
3 Aktivitas Utama dan National Interest Account Pembiayaan Indonesia Eximbank memberikan pembiayaan ( modal kerja dan / atau pembiayaan investasi ) untuk perusahaan dan perorangan, berdomisili di dalam atau di luar wilayah Negara Republik Indonesia (termasuk buyers credit, overseas investment financing). Pembiayaan dapat dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. Penjaminan Penjaminan bagi eksportir atas pembayaran yang diterima dari pembeli barang dan/atau jasa di luar negeri; Penjaminan bagi importir barang dan jasa di luar negeri atas pembayaran yang telah diberikan atau akan diberikan kepada Eksportir untuk pembiayaan kontrak ekspor atas penjualan barang dan/jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan Indonesia; Penjaminan bagi Bank yang menjadi mitra penyediaan pembiayaan transaksi Ekspor yang telah diberikan kepada Eksportir; dan/atau; Penjaminan dalam rangka tender terkait dengan pelaksanaan proyek yang seluruhnya atau sebagian merupakan kegiatan yang menunjang ekspor; Penjaminan dapat dilakukan berdasarkan Prinsip Syariah. Asuransi Asuransi atas risiko kegagalan ekspor; Asuransi atas kegagalan bayar; Asuransi atas investasiyang dilakukan oleh perusahaan Indonesia di luar negeri; dan/atau Asuransi atas risiko politik di suatu negara yang menjadi tujuan eskpor;. Jasa Konsultasi Indonesia Eximbank melakukan konseling dan konsultasi kepada Bank, Lembaga Keuangan, Eksportir, produsen barang ekspor, khususnya Usaha Mikro, Kecil, skala Menengah dan Koperasi. National Interest Account Indonesia Eximbank dapat melaksanakan penugasan khusus dari Pemerintah untuk Mendukung Program Ekspor Nasional atas biaya oleh Pemerintah. 3
4 Agenda Latar Belakang Pelaksanaan Penugasan Khusus Prioritas Target Penyaluran Penugasan Khusus Discounting Facility 4
5 Latar Belakang Perekonomian indonesia dalam beberapa bulan terakhir mengalami tekanan, terutama yang berasal dari faktor eksternal. Tekanan eksternal tersebut antara lain melemahnya perekonomian dunia, turunnya harga komoditi, dan ketidakpastian pasar keuangan internasional. Pelemahan ini berdampak negatif pada kinerja ekspor Indonesia, yang didominasi oleh sektor sumber daya alam dan sektor padat karya. Dalam rangka menekan dampak pelemahan ekonomi, LPEI ditugaskan oleh Pemerintah untuk mendukung Kebijakan Peningkatan Ketahanan Usaha dan Kesempatan Kerja yang bertujuan : 1. Mendorong Ekspor 2. Menjaga kelangsungan usaha 3. Menghindari Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) 5
6 Skema Pelaksanaan Penugasan Khusus Pelaksanaan Penugasan Khusus kepada LPEI dapat dilaksanakan melalui 2 skema: 1. Dukungan diversifikasi pasar non tradisional Dukungan ini diberikan kepada eksportir (korporasi maupun UKM) yang mengalami penurunan volume ekspor sebagai akibat dari berkurangnya permintaan pembeli luar negeri. Melalui Penugasan Khusus ini diharapkan eksportir dapat melakukan ekspansi ke pasar non tradisional agar dapat mempertahankan volume ekspor tanpa harus melakukan pengurangan tenaga kerja. 2. Dukungan modal kerja kompetitif dan meningkatkan likuiditas pelaku usaha Dukungan ini diberikan kepada sektor industri berbasis ekspor yang berpotensi mengalami penurunan produksi/supply akibat kenaikan harga bahan baku dan kenaikan suku bunga pinjaman. Melalui Penugasan Khusus ini diharapkan pengusaha/eksportir mendapatkan modal kerja dengan tingkat bunga yang kompetitif sehingga dapat menekan biaya produksi tanpa harus melakukan PHK. Guna meningkatkan likuiditas pelaku usaha, maka LPEI dapat memberikan discounting facility (account receivable financing). 6
7 PELAKSANAAN PENUGASAN KHUSUS 7
8 Payung Hukum Penugasan Khusus kepada LPEI Undang- Undang PMK Undang-Undang No. 2 Tahun 2009 tentang LPEI Pasal 18 1) LPEI dapat melaksanakan penugasan khusus dari Pemerintah untuk mendukung program Ekspor nasional atas biaya Pemerintah. 2) Ketentuan lebih lanjut mengenai hal-hal yang terkait dengan penugasan khusus pelaksanaan program Ekspor nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Peraturan Menteri Keuangan tentang Penugasan Khusus Memuat tata cara pengajuan usul program Ekspor nasional dari kementerian dan lembaga, sumber dana, denda, provisi penjaminan, premi asuransi, penggantian kerugian (coverage), pembentukan Komite Penugasan Khusus Ekspor dan pembayaran. KMK Keputusan Menteri Keuangan No.988/KMK.08/2015 tentang pembentukan Komite Penugasan Khusus Ekspor Keputusan Menteri Keuangan tentang Program Ekspor Peraturan Internal LPEI Peraturan Dewan Direktur tentang Kebijakan atas Pelaksanaan Penugasan Khusus Peraturan Direktur Eksekutif tentang Manual Produk Penugasan Khusus. Peraturan Direktur Eksekutif tentang Komite Pembiayaan Penugasan Khusus 8
9 Tata Cara Pengusulan Program & Transaksi/Proyek Tugas Komite PKE: Menetapkan Program Ekspor Yang Dianggap Perlu Pemerintah Tugas LPEI: Menetapkan transaksi/proyek PKE yang Secara Komersil Sulit Dilaksanakan Penilaian aspek ekonomi Penilaian aspek Finansial K/L mengajukan Usulan Program Ekspor Komite menyetujui/ menolak program ekspor Pelaku Ekspor mengajukan transaksi /Proyek 5 6 LPEI menyetujui Transaksi/ Proyek SOSIALISASI/PEMBINAAN 9
10 Kriteria Penugasan Khusus kepada LPEI PMK 134/2015 tentang Penugasan Khusus Kepada LPEI Penugasan Khusus adalah penugasan yang diberikan Pemerintah kepada LPEI untuk menyediakan Pembiayaan Ekspor kepada: Transaksi atau proyek yang secara komersial sulit dilaksanakan Dianggap perlu oleh Pemerintah untuk menunjang kebijakan atau Program Ekspor. Transaksi/Proyek yang Secara Komersial Sulit Dilaksanakan Untuk mendapat Pembiayaan Ekspor Penugasan Khusus, Transaksi atau Proyek yang diajukan oleh Pelaku Ekspor kepada LPEI sekurang-kurangnya memenuhi kriteria: Sesuai dengan sektor ekonomi, komoditas, negara tujuan ekspor, kriteria pelaku ekspor, dan/atau bentuk fasilitas pembiayaan ekspor sebagaimana ditetapkan dalam KMK tentang Penugasan Khusus; Memiliki risiko pembiayaan yang tidak kompetitif bagi LPEI (sisi komersial); dan/atau Tidak mudah menemukan perusahaan yang menyediakan jenis penjaminan kembali/reasuransi untuk Transaksi/Proyek tersebut. Program Ekspor yang Dianggap Perlu oleh Pemerintah Program Ekspor sekurang-kurangnya memenuhi kriteria: Meningkatkan daya saing dan nilai tambah produk Indonesia. Mendukung pertumbuhan industri dalam negeri. Memiliki potensi peningkatan dan pengembangan ekspor jangka panjang. 10
11 Instrumen dan Produk Penugasan Khusus Penugasan Khusus dapat diberikan dalam bentuk: Pembiayaan (Financing) Penjaminan (Guarantee) Asuransi (Insurance) Produk Penugasan Khusus, antara lain: Pembiayaan Ekspor, Discounting facility (Account Receivable Financing), Penjaminan bagi pelaku ekspor, atas pembayaran yang akan diterima dari pembeli barang dan/atau jasa di luar negeri, Asuransi gagal bayar. 11
12 PRIORITAS TARGET PENYALURAN PENUGASAN KHUSUS 12
13 Pelaksanaan Penugasan Khusus Tujuan Pembiayaan 1) Penugasan Khusus untuk penetrasi dan pengembangan ekspor ke non-traditional market. 2) Penugasan Khusus untuk ketahanan usaha dan pencegahan PHK. Prioritas Pembiayaan 1) Industri yang terkena dampak perlambatan ekonomi. 2) Segmentasi UKM dan korporasi. 3) Industri padat karya. 4) Memerlukan dukungan likuiditas. 5) Telah memiliki pengalaman usaha. 6) Memiliki underlying transaksi. 7) Diutamakan memiliki pengalaman dengan perbankan/lembaga keuangan. Skema Pembiayaan 1) Pembiayaan Modal Kerja Ekspor. 2) Discounting facility (Account Receivable Financing). 3) Penjaminan bagi pelaku ekspor atas pembayaran yang akan diterima dari pembeli barang dan/atau jasa di luar negeri. 4) Asuransi gagal bayar. Target yang Diharapkan 1) Produk Indonesia masuk non-traditional market (ex : Bangladesh, Myanmar, Timor Leste). 2) Sustainability usaha selama terjadinya kondisi perlambatan ekonomi. 3) Meminimalisir terjadinya PHK. 13
14 Prioritas Target Penyaluran Penugasan Khusus 1. Industri/komoditi yang terkena dampak krisis yang antara lain disebabkan oleh: Harga komoditas / produk ekspor turun, dan/atau Permintaan ekspor turun 2. Segmentasi Segmentasi UKM dan korporasi (termasuk anak perusahaan) Segmentasi berdasarkan wilayah Segmentasi berdasarkan sektor usaha 3. Karakteristik Padat karya Memerlukan dukungan likuiditas Telah memiliki pengalaman usaha Memiliki underlying transaksi Diutamakan memiliki pengalaman dengan perbankan / lembaga keuangan 14
15 Prioritas Komoditas Penugasan Khusus Furnitur/ Woodworking/ Handycraft Hasil pertanian dan perkebunan Kopi Kakao Karet Sawit lainnya Tekstil dan Produk Tekstil (termasuk garmen) Perikanan dan kelautan Alas kaki Industri pendukung lainnya 15
16 Potensi Wilayah Penyaluran Fasilitas TK : 2,500 TK : 200 TK : 100 TK : 1, Jumlah Perusahaan : +/- 30 Perusahaan. 2. Size Loan Perusahaan : IDR 1 50 Milyar dengan total kebutuhan pembiayaan sebesar IDR 695 M. 3. Komoditi : Furniture, woodworking, handycraft, tekstil & produk tekstil, perikanan & kelautan, alas kaki, hasil pertanian dan perkebunan. 4. Supporting Perbankan : BNI, BRI, Mandiri, Niaga, Danamon, Muamalat, UOB, Bank Papua, Modal Ventura, Leasing, dll. 5. Total Tenaga kerja (TK) : 26,688 orang TK : 1,330 TK : 1,000 TK : 570 TK : 50 TK : 5,520 TK : 3,680 TK : 1,600 TK : 2,470 TK : 700 TK : 5,468 16
17 DISCOUNTING FACILITY 17
18 Discounting facility DEFINISI 1. LPEI berperan dalam memberikan Discounting Facility (Account Receivable Financing) untuk transaksi Pembelian Tagihan dalam rangka ekspor. 2. Transaksi yang dapat diberikan discounting facility adalah tagihan yang dimiliki eksportir (langsung atau penunjang ekspor) atas piutang (account receivable) kepada buyer baik atas dasar LC/SKBDN maupun non-lc/non-skbdn. MANFAAT BAGI EKSPORTIR 1. Pemanfaatan Discounting Facility (Account Receivable Financing) melalui LPEI dapat meningkatkan likuiditas pelaku usaha. 2. Secara tidak langsung eksportir dapat memperluas jangkauan usaha dalam melakukan ekspor ke seluruh dunia melalui jaringan internasional yang dimiliki oleh LPEI 3. Diharapkan discounting facility yang diberikan oleh LPEI dapat memberikan peluang bagi eksportir untuk memasuki pasar baru. TARGET PASAR 1. Seluruh eksportir (langsung atau penunjang ekspor) yang memiliki tagihan kepada buyer. 2. Perusahaan dengan segmentasi UKM & Korporasi. 18
19 Terima Kasih 19
20 Proses Pelaksanaan Penugasan Khusus di LPEI (Fasilitas Pembiayaan) 20
21 Proses Pelaksanaan Penugasan Khusus di LPEI (Fasilitas Penjaminan dan Asuransi) 21
22 SKEMA DISCOUNTING FACILITY 22
23 Lampiran Detail Transaksi Pembelian Tagihan Atas Dasar Non-LC/SKBDN 1. Open Account (Invoice) Financing 2. Documentary Collection Financing - Documentary Collection against Payment (D/P) - Documentary Collection against Acceptance (D/A) Pembelian Tagihan Atas Dasar Documentary Credit (LC/SKBDN) 1. Bills Purchase/Financing LC/SKBDN Sight 2. Bills Purchase/Financing LC/SKBDN Usance 23
24 Open Account (Invoice) Financing Export (6) Payment Instruction (4) Financing Request (5) Financing Import Country Indonesia Buyer s Bank (7) Payment LPEI Buyer (1) Sales Contract/PO (2) Shipment/ Delivery of Goods (3) Invoice & Documents Seller 24
25 Documentary Collection Financing Export (5) Payment/Acceptance (6) Documents (3) Documents/ Financing Request (5) Financing Import Country Indonesia Buyer s Bank (7) Payment/Acceptance (4) Documents LPEI Applicant/ Importer/ Buyer (1) Sales Contract/PO (2) Shipment/ Delivery of Goods Beneficiary/ Exporter/ Seller 25
26 Documentary Credit Bills Purchase Sight LC (2) Apply Issue LC (LC Opening Notice) (9) Notification (10) Payment at Sight (4) Advise LC (6) Documents Presentation (7) Bills Purchase/Financing Other Country Indonesia Issuing Bank (3) Issue LC (8) Docs Presentation (11) Payment at Sight Advising/ Negotiating/ Collecting Bank Applicant/ Importer/ Buyer (1) Sales Contract/PO (5) Shipment/ Delivery of Goods Beneficiary/ Exporter/ Seller 26
27 Documentary Credit Bills Purchase Usance LC (2) Apply Issue LC (LC Opening Notice) (9) Notification (10) Acceptance (12) Payment at maturity (4) Advise LC (6) Documents Presentation (7) Bills Purchase/Financing Other Country Indonesia Issuing Bank (3) Issue LC (8) Documents Presentation (11) Acceptance (13) Payment at maturity Advising/ Negotiating/ Collecting Bank Applicant/ Importer/ Buyer (1) Sales Contract/PO (5) Shipment/ Delivery of Goods Beneficiary/ Exporter/ Seller 27
28 DOCUMENTARY CREDIT Sight LC 1. Sales Contract/ Purchase Order between Applicant & Beneficiary 2. Applicant apply LC 3. Issuing Bank Issue LC to Advising Bank 4. Advising Bank advise LC to Beneficiary 5. Shipment/ Delivery of Goods from Beneficiary to Applicant 6. Documents Presentation from Beneficiary to Negotiating Bank 7. Bills Purchase/ Financing 8. Documents Presentation (S/R) from Negotiating Bank to Issuing Bank 9. Notification from Issuing Bank to Applicant to prepare payment 10. Payment from Applicant to Issuing Bank 11. Payment from Issuing Bank to Negotiating Bank Usance LC 1. Sales Contract/ Purchase Order between Applicant & Beneficiary 2. Applicant apply LC 3. Issuing Bank Issue LC to Advising Bank 4. Advising Bank advise LC to Beneficiary 5. Shipment/ Delivery of Goods from Beneficiary to Applicant 6. Documents Presentation from Beneficiary to Negotiating Bank 7. Bills Purchase/ Financing 8. Documents Presentation (S/R) from Negotiating Bank to Issuing Bank 9. Notification from Issuing Bank to Applicant to prepare acceptance 10. Acceptance from Applicant to Issuing Bank to pay at maturity 11. Acceptance from Issuing Bank to Negotiating Bank to pay at maturity 12. Payment from Applicant to Issuing Bank at maturity 13. Payment from Issuing Bank to Negotiating Bank at maturity 28
Indonesia Eximbank: Konsep Implementasi Lembaga Pembiayaan Ekspor di Indonesia
Indonesia Eximbank: Konsep Implementasi Lembaga Pembiayaan Ekspor di Indonesia Jakarta, Mei 2015 Agenda 1 Profil Indonesia Eximbank 2 Kinerja Keuangan 3 Lesson Learned Bab 1 Profil Indonesia Eximbank (LPEI)
Lebih terperinci2 Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957); 4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1054. 2015 KEMENKEU. Lembaga Ekspor Indonesia. Penungasan Khusus. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 134 /PMK. 08/2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA
Lebih terperinciPembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13
Pembayaran Transaksi Ekspor Impor Pertemuan ke-13 2 CARA-CARA PEMBAYARAN 1. Pembayaran dilakukan di muka, 2. Pembayaran dg sight letter of credit (Atas unjuk), 3. Pembayaran dilakukan dg wesel inkaso (Collection
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.2, 2009 Ekonomi. Lembaga. Pembiayaan. Ekspor. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4957) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN
Lebih terperinciProses dan Prosedur Impor. Pertemuan ke-9
Proses dan Prosedur Impor Pertemuan ke-9 1. Tahapan impor 2. Bagan proses permohonan perizinan impor via on-line dan secara manual 3. Proses Importasi 4. Prosedur Impor DEFINISI IMPORTIR Badan usaha
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan
Lebih terperinciCARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5
CARA PEMBAYARAN JUAL BELI: JENIS, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DR. YETTY KOMALASARI DEWI KULIAH 5 PERTIMBANGAN CARA PEMBAYARAN: BUYER: SELLER: O Resiko kegagalan transaksi O Resiko fluktuasi valuta O Resiko
Lebih terperinciKETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1. Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2
KETERKAITAN PERBANKAN DALAM TRANSAKSI WAREHOUSE RECEIPT 1 Oleh: Dr. Ramlan Ginting, S.H., LL.M 2 Transaksi warehouse receipt telah banyak dilakukan baik di negara maju seperti Amerika dan Kanada maupun
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21 21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciTATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK
TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK I. PENDAHULUAN Pada umumnya dalam kontrak-kontrak bisnis selalu terdapat klausula tentang tata cara pembayaran. Pembayaran (penyerahan sejumlah uang) merupakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa tujuan pembangunan nasional
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tujuan pembangunan nasional
Lebih terperinciPENDAPAT ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA
PENDAPAT ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA A. PENDAHULUAN Lembaga sejenis LPEI telah banyak dimiliki berbagai negara asing. Lembaga ini lazimnya disebut Export Credit
Lebih terperinciSurat Kredit (LC) dan SKBDN
Surat Kredit (LC) dan SKBDN Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya
Lebih terperinciBerbagai Dokumen Penting Ekspor. Pertemuan ke-6
Berbagai Dokumen Penting Ekspor Pertemuan ke-6 BERBAGAI DOKUMEN EKSPOR 1. Invoice 2. Sales Contract 3. PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang ) 4. Full Set on Board Ocean Bill of Lading / Airway bill 5. Packing
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan
I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Interdependensi telah menjadi ciri dari pola perkembangan dunia modern dalam hubungan internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan
Lebih terperinciModule Asuransi Kredit
Module Asuransi Kredit Asuransi Kredit Penutupan pertanggungan atas resiko tidak diterimanya pelunasan kredit dari debitur terhadap kredit yang diberikan oleh bank. Manfaat Asuransi Kredit Bank akan lebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir merupakan refleksi minat masyarakat terhadap ekonomi syariah semakin besar.
Lebih terperinciMENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 134 /PMK. 08 /2015 TENTANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTER! KEUANGAN, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2013... TENTANG PEMBENTUKAN PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa Koperasi
Lebih terperinci-2- teknologi, melindungi neraca pembayaran dan/atau neraca perdagangan, meningkatkan produksi, dan memperluas kesempatan kerja. Di lain sisi, pemilih
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Barang. Pembayaran. Penyerahan. Ekspor. Impor (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 167) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciMENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN
MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 198/PMK.08/2017 TENT ANG PENUGASAN KHUSUS KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 SURABAYA, 8 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016
PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING Surabaya, 15 Desember 2016 OVERVIEW BANK JATIM Bank Jatim beroperasi sebagai bank devisa sejak bulan Agustus 1990 Resmi menjadi anggota SWIFT (Society Worldwide Interbank
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG CARA PEMBAYARAN BARANG DAN CARA PENYERAHAN BARANG DALAM KEGIATAN EKSPOR DAN IMPOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperincimenyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciKEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015
KEBIJAKAN OTORITAS JASA KEUANGAN STIMULUS PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL DAN PENINGKATAN SUPPLY VALUTA ASING DI SEKTOR JASA KEUANGAN 7 OKTOBER 2015 1. RELAKSASI KETENTUAN PERSYARATAN KEGIATAN USAHA PENITIPAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN RIAU
GUBERNUR KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUSAHAAN PENJAMINAN KREDIT DAERAH KEPULAUAN RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KEPULAUAN RIAU,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengenalan transaksi ekspor impor
BAB I PENDAHULUAN Pengenalan transaksi ekspor impor Transaksi perdagangan luar negeri yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor pada dasarnya adalah suatu transaksi yang sederhana dan tidak lebih
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PINJAMAN DARI PEMERINTAH KEPADA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciIslamic Trade Finance & Percepatan Pembangunan Bangsa; Peluang dan Tantangan
Islamic Trade Finance & Percepatan Pembangunan Bangsa; Peluang dan Tantangan Muhammad Syafii Antonio (Chairman Tazkia/Komite Ekonomi Nasional) Jakarta, 12 Januari,2011 Outline 1. Pilar pembangunan Ekonomi
Lebih terperinciRisiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu
Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jakarta Bandung Surabaya Semarang Medan Makassar Kalimantan Total
Lebih terperinciRisiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu
Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah JAKARTA BANDUNG SURABAYA SEMARANG MEDAN MAKASSAR KALIMANTAN Total
Lebih terperinciRisiko Kredit Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu
Tabel 1 : Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah JAKARTA BANDUNG SURABAYA SEMARANG MEDAN MAKASSAR KALIMANTAN Total
Lebih terperinciMateri Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional
E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 49 Materi Minggu 7 Prosedur Dasar Pembayaran Internasional Cara-cara melakukan penyelesaian akhir hutang piutang antar negara, yaitu tidak lain adalah apa yang kita
Lebih terperinciMANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL
MANAJEMEN KEUANGAN DAN SISTEM AKUNTANSI INTERNASIONAL Dhiani Dyahjatmayanti, S.TP., M.B.A. STTKD Yogyakarta Jl.Parangtritis Km.4,5 Yogyakarta, http://www.sttkd.ac.id - info@sttkd.ac.id, sttkdyogyakarta@yahoo.com
Lebih terperinci2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 394) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciPRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM
PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM E BANKING Memberikan layanan yang mudah, cepat, dan murah bagi nasabah Meningkatkan loyalitas nasabah Memberikan Pendapatan Bagi Bank Layanan yang terlaris: Pembayaran tagihan
Lebih terperinciLAPORAN KEUANGAN BANK UMUM
URGENSI LAPORAN KOMITMEN DAN KONTINJENSI (responsibility), DALAM independensi PENYUSUNAN (independency), dan kewajaran (fairness) LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM 1 Muhammad Zuhri Dosen Tetap Politeknik Mandiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha
1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan unit usaha yang banyak dijumpai pada setiap Negara, salah satunya Indonesia. Pada umumnya Usaha Kecil dan Menengah
Lebih terperinci(dalam jutaan rupiah) 30-Jun-17 Kategori Portofolio
Pengungkapan Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Berdasarkan Wilayah Wil. Jakarta Wil. Barat Wil. Tengah Wil. Timur Total (3) (4) (5) (6) (7) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 2,435,098 - - - 2,435,098.00
Lebih terperinciSyariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank
82 BABIV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan menganalisa penerapan perlakuan akuntansi terhadap produk letter of credit (L/C) pada Bank Syariah Mandiri (BSM). Bank Syariah Mandiri (BSM) menerapkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak dimana 99,7% atau
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data Kementerian Koperasi dan UKM, pada tahun 2006 jumlah pengusaha di Indonesia sebanyak 48.936.840 dimana 99,7% atau sebesar 48.822.925 merupakan Usaha Kecil
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH JAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciSeason 1 : Export-Import Payment System: L/C
Season 1 : Export-Import Payment System: L/C Why International Trade? 1. Kelebihan kapasitas produksi Contoh : kopi, kelapa sawit - Pabrik besar gabisa stop produksi karena banyaknya biaya operasional,
Lebih terperinciTANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM PERIHAL PENERAPAN
Lebih terperinciPROFIL SINGKAT INDONESIA EXIMBANK 2 PERTIMBANGAN INVESTASI STRUKTUR PENAWARAN DAN INDIKASI JADWAL 2 KEGIATAN USAHA 14 3 KINERJA KEUANGAN 20
1 PROFIL SINGKAT INDONESIA EXIMBANK 2 2 KEGIATAN USAHA 14 3 KINERJA KEUANGAN 20 4 PERTIMBANGAN INVESTASI 30 5 STRUKTUR PENAWARAN DAN INDIKASI JADWAL 33 Sejarah kelembagaan dan penerbitan obligasi Indonesia
Lebih terperinciBAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL
BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL Tujuan Instruksional Khusus: Setelah menyelesaikan perkuliahan dengan Pokok Bahasan Sistem Pembayaran Perdagangan Internasional, mahasiswa akan dapat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENJAMINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa perekonomian nasional diselenggarakan berdasar
Lebih terperinciTransaksi NPI terdiri dari transaksi berjalan, transaksi modal dan finansial.
BY : DIANA MA RIFAH Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) merupakan statistik yang mencatat transaksi ekonomi antara penduduk Indonesia dengan bukan penduduk pada suatu periode tertentu (biasanya satu tahun).
Lebih terperinciBAB 1 BAB 1 - PENDAHULUAN. Republik Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2
BAB 1 BAB 1 - PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank sebagai salah satu lembaga keuangan yang dibentuk dan dimiliki oleh pemerintah Republik
Lebih terperinciPerbankan Komersial dan UKM
01 Ikhtisar Data 02 Laporan Tinjauan Bisnis 04 122 PT Bank Central Asia Tbk 03 Profil 04 Analisis dan Pembahasan 05 Tata Kelola Pendukung Bisnis 06 Tanggung Jawab Sosial Tinjauan Perbankan Komersial dan
Lebih terperinci2017, No Tahun 2008 Nomor 94, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4867); 3. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jas
No.64, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank Sistemik. Recovery Plan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6038) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR
Lebih terperinciBAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM
BAB III BERBAGAI KEBIJAKAN UMKM Usaha Kecil dan Mikro (UKM) merupakan sektor yang penting dan besar kontribusinya dalam mewujudkan sasaran-sasaran pembangunan ekonomi nasional, seperti pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori
5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu pakar ekonomi dari Inggris, David Ricardo, menyatakan dalam teori keunggulan komparatif bahwa perdagangan luar negeri dapat terjadi apabila masing-masing
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339 PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
17 BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL 2.1. Transaksi Perdagangan Internasional Produksi suatu Negara ada kalanya belum dapat dikonsumsi seluruhnya di dalam negeri
Lebih terperinci2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera
No.394, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Prinsip. Kehati-Hatian. Utang Luar Negeri. Korporasi. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5651)
Lebih terperinciPEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN EKONOMI SEPTEMBER 2015 JAKARTA, 15 OKTOBER 2015 OUTLINE PEMBIAYAAN UMKM DALAM PAKET KEBIJAKAN PEMERINTAH
Lebih terperinciRISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu
RISIKO KREDIT 1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individu Tagihan bersih berdasarkan wilayah Kategori Portofolio Kalimantan & Central Java East Java & Bali Jakarta Sumatera
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pemberian kredit serta berupaya untuk menggali pendapatan dari sisi fee based
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini fee based income masih menjadi salah satu alternatif pendapatan bank di luar bunga pinjaman. Sejak terjadi krisis pada tahun 1998 dimana non performing
Lebih terperinci2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan
No.130, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Rencana Jangka Panjang. Rencana Kerja. Anggaran. Persero. Penyusunan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PMK.06/2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Sebagian besar pendapatan bank berasal dari pendapatan bunga yang berasal dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya pertumbuhan
Lebih terperinciTujuan makalah ini dibuat adalah untuk: ANJAK PIUTANG
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sekarang ini, perusahaan mempunyai alternatif lain untuk memperoleh dana tunai yaitu dengan menjual atau mengalihkan faktur-faktur piutang yang dimilikinya ke dalam kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan salah satu sektor usaha yang paling banyak diminati oleh para pelaku usaha dan cukup prospektif untuk dikembangkan. UMKM dalam
Lebih terperinciPT. Bank Mayapada Internasional Tbk
Tabel 1.1 Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Bank secara Individual Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Wilayah 1 Wilayah 2 Wilayah 3 Wilayah 4 Wilayah 5 Wilayah 6 Total (1) (2) (3) (4) (5)
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA
GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2013 TENTANG PERSEROAN TERBATAS PENJAMINAN KREDIT DAERAH PROVINSI PAPUA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 117 / PMK 06 / 2006 TENTANG KREDIT PENGEMBANGAN ENERGI NABATI DAN REVITALISASI PERKEBUNAN MENTERI KEUANGAN Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPengungkapan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. Bank BNI Syariah periode 30 September 2017
1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah No. Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jabodetabek Barat Timur Total (1) (2) (3) (4) (5) (7) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 7.516.769
Lebih terperinciKEMENTERIAN KUKM DEPUTI PEMBIAYAAN
DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN 2014 LATAR BELAKANG 1986 2006 2010 2011 2012 2,765 4,577 4,838 4,952 4,968 n/a 36,763 42,631 44,280 48,997 94,534 472,602 573,601 602,195 629,418 1,416,935 8,101,868 53,207,500
Lebih terperinciKEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63/DPD RI/IV/ TENTANG HASIL PENGAWASAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 63/DPD RI/IV/2012-2013 TENTANG HASIL PENGAWASAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH ATAS PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDO- NESIA NOMOR 2 TAHUN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5835 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 9). PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia dan sebagian negara Asia Tenggara dan Timur mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh beberapa faktor baik yang
Lebih terperinciOTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
ITAS JASA K OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN INDONESIA SA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 11/POJK.03/2015 TENTANG KETENTUAN KEHATI-HATIAN DALAM RANGKA STIMULUS PEREKONOMIAN NASIONAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar banyak yang mengalami kebangkrutan dan kehancuran karena. terjadinya pergeseran komposisi produk nasional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu setelah Indonesia mengalami krisis ekonomi mengakibatkan perusahaan-perusahaan besar banyak yang mengalami
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.9, 2016 EKONOMI. Penjaminan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5835) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 2/ 5 /PBI/2000 TENTANG PENYEDIAAN DANA OLEH BANK YANG DIJAMIN BANK LAIN GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menggerakkan perekonomian nasional diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana untuk dapat mengembangkan bisnisnya. Sumber pendanaan dapat berasal dari pihak eksternal maupun pihak internal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Keberadaan Badan Usaha Milik Negara ( BUMN) memiliki peran, dan fungsi yang strategis serta tanggung jawab terhadap sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
Lebih terperincia. nama dan/atau logo Bank; dan b. pernyataan bahwa Bank terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pasal 6
SYARAT DAN KETENTUAN UMUM LAYANAN PEMBIAYAAN PERDAGANGAN (TRADE FINANCE) DAN JAMINAN (GUARANTEE) GENERAL TERMS AND CONDITIONS TRADE FINANCE AND GUARANTEE SERVICES NO. PASAL SEMULA MENJADI PERATURAN OJK
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada Bab-bab sebelumnya dapat diambil keseimpulan-kesimpulan sebagai berikut: 1. Perusahaan Anggun Rotan cenderung memilih Advance Payment dengan Telegraphic
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENGHIMPUNAN DANA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinci30-Jun-17 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah. Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total
Tabel 1.1 : Pengungkapan Risiko Kredit - Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank secara Individual Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jawa Bali Sumatera Kalimantan Sulawesi Lainnya Total (1) (2) (3)
Lebih terperinciPengungkapan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. Bank BNI Syariah periode 30 Juni 2017
1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah No. Kategori Portofolio Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Jabodetabek Barat Timur Total (1) (2) (3) (4) (5) (7) 1 Tagihan Kepada Pemerintah 6.305.052
Lebih terperinciMAKALAH. IKI-83408T: Proteksi dan Teknik Keamanan Sistem Informasi. PT. Asuransi XYZ. Kelompok 107
MAKALAH IKI-83408T: Proteksi dan Teknik Keamanan Sistem Informasi PT. Asuransi XYZ Kelompok 107 7204000187 Trijana Pratisthitha 7203012122 Janus Limar 720301222X Rony Baskoro Lukito Magister Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih
Lebih terperinci2016, No Negara/Pemerintah Daerah beserta perubahannya sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dalam perkembangannya perlu dilakukan penyesuaian d
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1088, 2016 KEMENKEU. PPLN. Penarikan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 121/PMK.05/2016 TENTANG TATA CARA PENARIKAN PENERUSAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem keuangan negara-negara berkembang termasuk Indonesia berbasiskan perbankan (bank based). Hal ini tercermin pada besarnya pembiayaan sektor riil yang bersumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi yang berubah cepat dan kompetitif dengan permasalahan yang semakin kompleks memerlukan adanya penyesuaian tentang kebijakan sistem ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perdagangan internasional kegiatan beli disebut impor dan kegiatan jual disebut ekspor, sehingga ekspor-impor merupakan perjanjian jual-beli juga. Transaksi
Lebih terperinciPengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016)
Tabel 1. Pengungkapan Kuantitatif Struktur Permodalan Bank Umum Pengungkapan Permodalan dan Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko PT. PRIMA MASTER BANK (Sesuai SE OJK Nomor 43/SEOJK.03/2016) KOMPONEN MODAL
Lebih terperinciPT Bank KEB Hana Indonesia Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu
Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - Bank Secara Individu NO KATEGORI PORTOFOLIO Jawa Sumatera Sulawesi & Bali 1 Tagihan Kepada Pemerintah 5,300,126 - - 2 Tagihan Kepada Entitas Sektor Publik
Lebih terperinciPENGUNGKAPAN TAGIHAN BERSIH BERDASARKAN WILAYAH PT BANK SYARIAH MANDIRI TGL 30 JUNI 2017 DAN 2016
PENGUNGKAPAN TAGIHAN BERSIH BERDASARKAN WILAYAH TGL 30 JUNI 2017 DAN 2016 Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah Sulawesi & Bali & Nusa Irian Jaya & Sulawesi & Bali & Nusa
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139 /PMK.06/2009 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 139 /PMK.06/2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENYAMPAIAN, DAN PENGUBAHAN RENCANA JANGKA PANJANG SERTA RENCANA KERJA DAN ANGGARAN TAHUNAN LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR
Lebih terperinci