Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya. Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya
|
|
- Verawati Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas di Surabaya Studi Kasus : PKL Gembong Surabaya
2 Latar Belakang dan Rumusan Masalah Belum adanya kejelasan mengenai kriteria lokasi PKL Barang Bekas Perkembangan PKL yang tidak terkendali Kurang diperhatikannya eksistensi PKL Tidak ada zonasi lahan yang lebih detail mengenai izin lokasi PKL Gejolak sosial PKL atas tindakan represif pemerintah Diperlukan Kriteria Lokasi PKL Gembong Sasaran Penelitian Pendahuluan 2). Membandingkan faktor penentu lokasi PKL barang 1). Mengidentifikasi karakteristik PKL dan faktor bekas berdasarkan ekspektasi PKL dengan pihak regulator faktor penentu lokasi PKL barang bekas berdasarkan dan merumuskan faktor penentu lokasi barang bekas yang prefrensi PKL Gembong sebagai pihak sektor informal optimal ditinjau dari pertimbangan dua prefrensi 3). Menyusun kriteria penentu lokasi PKL Gembong berdasarkan faktor faktor penentu lokasi yang optimal Tujuan Penelitian Terumuskannya kriteria penentuan lokasi
3 Kota Surabaya Kelurahan Kapasari Ruang Lingkup Wilayah Jalan Kalisari Jalan Ngagglik Kecamatan Genteng Kota Surabaya Batasan Wilayah : Utara : Kecamatan Simokerto Selatan : Kelurahan Ketabang Kali Timur : Kecamatan Tambak Sari Barat : Kecamatan Pabean Cantikan
4 Sektor informal khususnya PKL Pemilihan lokasi Perdagangan Managemen Konflik PKL Sebagai Sektor Informal Lokasi Karakteristik Konflik Kajian Pustaka Karakteristik PKL Aksesibilitas Visibilitas Sumber Konflik
5 Karakteristik PKL Barang Bekas Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas Variabel (39) Cara Berdagang modal usaha Jumlah Pegawai Tempat tinggal Biaya Etnis Pekerjaan Awal Tingkat Pendidikan Kondisi Lapak Jenis Lapak Jenis Barang Harga Barang Tujuan PKL Tujuan Regulator Interaksi Kondisi pasca penggusuran Izin Berdagang Retribusi Kebersihan Kondisi Fasilitas Gangguan Jalan Penggunaan Bangunan Pasar Regulasi komunikasi Letak Geografis Perizinan Tata Guna Lahan Harga lahan Prospek Pengembangan Lahan Batasan Fisik Lahan Kemudahan akses Hirarki Pola jalan Kondisi fisik jalan Jarak terdekat dengan pusat Prasarana transportasi Eksistensi Reklame/Sign Macam PKL Jarak dengan Sentra PKL
6 Pendekatan Positivisme Jenis Penelitian Eksploratif Analisa Faktor Metode Penelitian Analisa Triangulasi Analisa GAP Penentuan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas
7 Populasi penelitian Sektor informal PKL Gembong Surabaya Pihak regulator yaitu pemerintah kota Surabaya Teknik yang digunakan Populasi dan Sampel Teknik Random Sampling hasil sampel akan digunakan untuk mencari faktor dengan teknik analisa faktor Teknik purposive sampling dan dilanjutkan dengan Analisa stakeholder, sampel yang didapat akan digunakan untuk analisa GAP Hasil sampel Sampel untuk analisa faktor : 100 Responden Sampel untuk analisa GAP : 5 Responden Pihak Regulator : Bappeko Surabaya, PD Pasar Surya, Dinas Tata Kota, Disperindag kota Surabaya, Dinas Koperasi
8 Pembahasan (Survey Pendahuluan) Letak Geografis Perizinan Guna Lahan Harga Lahan Prospek Batas Fisik Aksesibilitas Pola Jalan Fisik Jalan Jarak Kepusat Prasarana Eksistensi Penanda Macam PKL Jarak ke PKL Izin Berdagang Retribusi Kebersihan Fasilitas Gangguan Jalan Bangunan Regulasi Komunikasi Letak Geografis Perizinan Guna Lahan Harga Lahan Prospek Batas Fisik Aksesibilitas Pola Jalan Fisik Jalan Jarak Kepusat Prasarana Eksistensi Penanda Macam PKL Jarak ke PKL Izin Berdagang Retribusi Kebersihan Fasilitas Gangguan Jalan Bangunan Regulasi Komunikasi Validitas Reliabilitas
9 Analisa Faktor Uji MSA Variabel Komunikasi Regulasi Bangunan Gangguan Jalan Fasilitas Kebersihan Retribusi Izin Berdagang Jarak ke PKL Macam PKL Penanda Eksistensi Prasarana Transportasi Jarak Kepusat Fisik Jalan Pola Jalan Aksesibilitas Batas Fisik Prospek Pengembangan Harga Lahan Guna Lahan Perizinan Letak Geografis
10 Analisa Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas Hasil Perhitungan Variabel Faktor Terbentuk Faktor 1 Eigenvalues Faktor 2 Eigenvalues Faktor 3 Eigenvalues Faktor 4 Eigenvalues Faktor 5 Eigenvalues Faktor 6 Eigenvalues Faktor 7 Eigenvalues Faktor 8 Eigenvalues Aksesibilitas Pola Jalan Jarak Ke Pusat Perizinan Lokasi Harga Lahan Tata Guna Lahan Regulasi Batas Fisik Lahan Prasarana Transportasi Eksistensi Bangunan Lokasi Geografis Izin Berdagang Retribusi Kebersihan Lokasi Fasilitas Pelengkap Prospek Pengembangan Penanda Lokasi Gangguan Jalan Komunikasi Pengelompokan Macam PKL Akses menuju Lokasi Peraturan Pemerintah Kelengkapan Pasar Kesesuaian Lokasi Dengan Peraturan Fasilitas Pasar Visibilitas Eksistensi Interaksi PKL Kelompok PKL Pendukung
11 Analisa Faktor Uji MSA Variabel (Kelompok Konsumsi) Komunikasi Regulasi Bangunan Gangguan Jalan Fasilitas Kebersihan Retribusi Izin Berdagang Jarak ke PKL Macam PKL Penanda Eksistensi Prasarana Transportasi Jarak Kepusat Fisik Jalan Pola Jalan Aksesibilitas Batas Fisik Prospek Pengembangan Harga Lahan Guna Lahan Perizinan Letak Geografis Nilai MSA
12 Analisa Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Hasil Perhitungan Variabel Faktor Terbentuk Faktor 1 Eigenvalues Faktor 2 Eigenvalues Faktor 3 Eigenvalues Faktor 4 Eigenvalues Faktor 5 Eigenvalues Faktor 6 Eigenvalues Lokasi Geografis Perizinan Lokasi Tata Guna Lahan Harga Lahan Izin Berdagang Komunikasi Aksesibilitas Pola Jalan Pengelompokan macam PKL Retribusi Regulasi Batas Fisik Lahan Prasarana Transportasi Eksistensi Bangunan Prospek Pengembangan Penanda Lokasi Gangguan Jalan Jarak Ke Pusat Lokasi Yang Sesuai Dengan Peraturan Aksesibilitas dan pengelompokan PKL sesuai peraturan faktor persyaratan pasar pendukung eksistensi Sarana Eksistensi Gangguan Jarak ke Pusat Pendukung
13 Analisa Faktor Uji MSA Variabel (Kelompok Perlengkapan) Komunikasi Regulasi Bangunan Gangguan Jalan Fasilitas Kebersihan Retribusi Izin Berdagang Jarak ke PKL Macam PKL Penanda Eksistensi Prasarana Transportasi Jarak Kepusat Fisik Jalan Pola Jalan Aksesibilitas Batas Fisik Prospek Pengembangan Harga Lahan Guna Lahan Perizinan Letak Geografis Nilai MSA
14 Analisa Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Hasil Perhitungan Variabel Faktor Terbentuk Faktor 1 Eigenvalues Faktor 2 Eigenvalues Faktor 3 Eigenvalues Faktor 4 Eigenvalues Faktor 5 Eigenvalues Lokasi Geografis Aksesibilitas Pola Jalan Eksistensi Kebersihan Fasilitas Penanda Lokasi Jarak antar PKL Komunikasi Prospek Pengembangan Batasan Fisik Lahan Prasarana Transportasi Izin berdagang Retribusi Bangunan Regulasi Jarak Ke Pusat Lokasi Geografis dan Fasilitas Pelengkapnya Eksistensi Persaingan Prospek Pengembangan Tanpa Peraturan Pemerintah Jarak ke Pusat
15 Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas berdasarkan Prefrensi PKL Gembong No PKL Gembong Kel. Konsumsi Lokasi yang sesuai dengan peraturan pemerintah Aksesibilitas dan pengelompokan PKL sesuai peraturan persyaratan pasar pendukung eksistensi PKL Gembong Kel. Perlengkapan Lokasi Geografis dan Fasilitas Pelengkapnya Eksistensi Tanpa Persaingan Prospek Pengembangan 4 Sarana Pendukung Eksistensi Peraturan Pemerintah 5 Gangguan Jarak ke Pusat 6 Jarak ke Pusat
16 Tugas dan Wewenang dinas yang berkaitan dengan pengelolaan PKL Instansi Perencanaan Kota Surabaya Analisa GAP Dinas Koperasi Bappeko (Perencana) PD Pasar Surya Dinas PUCKTR (Pengendali) Disperindag
17 Analisa GAP PKL Kelompok Konsumsi Faktor berdasarkan prefrensi PKL X 1 G X 2 Lokasi yang sesuai dengan peraturan pemerintah Faktor berdasarkan prefrensi pemerintah Lokasi yang sesuai dengan peraturan pemerintah persyaratan bangunan sentra PKL pendukung eksistensi persyaratan bangunan sentra PKL pendukung eksistensi Analisa GAP Aksesibilitas dan pengelompokan PKL sesuai peraturan Prospek pengembangan lokasi Aksesibilitas dan pengelompokan PKL sesuai peraturan Prospek pengembangan lokasi Gangguan ke jalan Gangguan ke jalan Jarak ke Pusat kegiatan Jarak ke Pusat kegiatan
18 Analisa GAP PKL Kelompok Perlengkapan Faktor berdasarkan prefrensi PKL X 1 G X 2 Lokasi Strategis dan Infrastruktur Pelengkapnya Faktor berdasarkan prefrensi pemerintah Lokasi Strategis dan Infrastruktur Pelengkapnya Analisa GAP Eksistensi Tanpa Persaingan Prospek Pengembangan Lokasi Peraturan Pemerintah terkait pengeloaan PKL Jarak ke Pusat kegiatan Eksistensi Tanpa Persaingan Prospek Pengembangan Lokasi Peraturan Pemerintah terkait pengeloaan PKL Jarak ke Pusat kegiatan
19 Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas yang Ideal PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Lokasi yang sesuai dengan peraturan pemerintah Lokasi yang strategis, sesuai dengan jenis perdagangan dan sesuai dengan peraturan pemerintah agar dalam proses relokasi terjalin komunikasi yang baik Aksesibilitas dan pengelompokan PKL sesuai dengan peraturan Aksesibilitas dan pola jalan untuk mendukung kegiatan perdagangan. Selain itu aksesibilitas juga didukung dengan pengelompokan PKL berdasarkan barang dagangan agar moda transportasi pengangkutan bisa disesuaikan dengan kegiatan perdagangan. Persyaratan bangunan sentra PKL pendukung eksistensi harus memiliki beberapa prasarana untuk mendukung eksistensi lokasi, bangunan dan batasan fisik sangat mempengaruhi eksistensi karena bangunan yang menarik perhatian akan mengundang Prospek pengembangan lokasi Lokasi yang memiliki prosepek pengembangan yang baik seperti batasan fisik yang minimal dan lingkungan yang mendukung kegiatan perdagangan pada lokasi PKL barang bekas. PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Lokasi strategis dan infrastruktur pelengkapnya Lokasi yang strategis dan memiliki aksesibilitas yang tinggi dan didukung dengan pola jalan yang sesuai dengan kegiatan perdagangan para PKL barang bekas. Lokasi PKL barang bekas yang baru harus memiliki prasarana yang lengkap dan sesuai dengan kegiatan perdagangan Eksistensi tanpa persaingan Lokasi harus memperhatikan jarak antar PKL agar tidak terjadi persaingan antara PKL barang bekas, pemberian penanda yang jelas agar eksistensi dan identitas masing masing PKL tidak terbaur dan diharapkan akan menimbulkan keunggulan kompetitif yang sehat Prospek Pengembangan lokasi Lokasi harus memiliki prosepek pengembangan yang baik seperti batasan fisik yang minimal dan lingkungan yang mendukung kegiatan perdagangan pada lokasi PKL barang bekas.
20 PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Faktor Penentu Lokasi PKL Barang Bekas yang Mengalami GAP Ganguan ke jalan Lokasi harus tidak memberikan dampak langsung pada sistem transportasi yang melewati lokasi PKL barang bekas agar akses menuju dan melewati lokasi lancar tanpa adanya hambatan yang berarti Jarak ke pusat kegiatan Lokasi PKL barang bekas kelompok konsumsi (pakaian dan sepatu bekas) harus dekat dengan CBD(Central Business District) atau pusat kegiatan lain agar eksistensinya bisa berkembang dan dikenal Peraturan Pemerintah terkait pengelolaan PKL Lokasi harus memiliki bangunan atau bentuk pasar yang sesuai dengan peraturan pemerintah Kota Surabaya, lokasi PKL juga harus berada pada lahan asset Negara agar proses pengenaan retribusi dan upaya penertiban bisa dilakukan. Jarak ke pusat kegiatan Lokasi PKL barang bekas kelompok perlengkapan (elektronik dan sepeda bekas) harus dekat dengan CBD(Central Business District) atau pusat kegiatan lain agar eksistensinya bisa berkembang dan dikenal
21 Faktor Penentu Lokasi PKL yang Ideal Standart Teknis Kawasan Budidaya (PU 41/2007) Analisa Triangulasi Kriteria Lokasi Retail (Thomas, 2009) Perencanaan PKL di Surakarta (Sutrisno, 2007) Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Di Surabaya
22 Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Pemerintah melakukan relokasi PKL barang bekas kelompok konsumsi ke lokasi yang sesuai dengan karakteristik barang yang diperdagangkan yaitu pakaian dan sepatu bekas, tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana, memiliki izin dari pemerintah atau menggunakan lahan asset Negara. Pemerintah melakukan relokasi PKL barang bekas kelompok konsumsi ke lokasi yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan volume pengunjung yang tinggi, terletak pada kawasan peruntukan perdagangan, lokasi mudah diakses dari seluruh penjuru lokasi, dan memiliki sarana dan prasarana transportasi menuju dan melewati lokasi Lokasi harus memiliki penanda menuju lokasi sentra PKL barang bekas kelompok konsumsi, lokasi harus memiliki sentra atau minimal kios untuk kegiatan perdagangan, memiliki sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan seperti tempat parkir umum, ATM, pos polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, tempat ibadah, sarana kegiatan penunjang kegiatan perdagangan dan sarana penunjang pengunjung Lokasi yang memiliki prosepek pengembangan yang baik seperti batasan fisik yang minimal dan lingkungan yang mendukung kegiatan perdagangan pada lokasi PKL barang bekas. Batasan fisik yang dimaksud adalah menghindari dekat dengan rel kereta api dan perlintasannya, berada pada kawasan yang dekat dengan sungai, fisik berupa taman, sungai, danau dan gangguan alam atau buatan lainnya yang menghalangi akses pelanggan ke suatu daerah
23 Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Lokasi PKL barang bekas kelompok konsumsi harus memiliki bangunan yang menyediakan lahan parkir yang tidak menganggu jalan (off streat parking), didirikan pada bangunan yang bisa mengakomodasi seluruh pedagang di dalam lokasi agar tidak memberikan dampak langsung bagi lalu lintas Lokasi PKL harus dekat dengan pusat kegiatan, Pusat kegiatan yang didekati adalah CBD (Central Business District) atau pusat kegiatan ekonomi yang memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi PKL barang bekas yang baru yaitu menjual pakaian dan sepatu serta barang konsumsi lainnya dan juga harus disesuaikan dengan rencana penggunaan lahan yang ada.
24 Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Pemerintah melakukan relokasi PKL barang bekas kelompok perlengkapan ke lokasi yang sesuai dengan karakteristik barang yang diperdagangkan yaitu elektronik dan sepeda, tidak terletak pada kawasan lindung dan kawasan rawan bencana, memiliki izin dari pemerintah atau menggunakan lahan asset Negara. Dan pemerintah juga harus memperhatikan lokasi yang memiliki aksesibilitas tinggi dengan volume pengunjuung yang tinggi, terletak pada kawasan peruntukan perdagangan, lokasi mudah diakses dari seluruh penjuru lokasi, dan memiliki sarana dan prasarana transportasi menuju dan melewati lokasi Lokasi harus memperhatikan jarak antar PKL agar tidak terjadi persaingan antara PKL barang bekas, pemberian penanda yang jelas dan disesuaikan dengan karakteristik PKL agar eksistensi dan identitas masing masing PKL tidak terbaur dan diharapkan akan menimbulkan keunggulan kompetitif yang sehat. Pemilihan lokasi juga harus disertai komunikasi dengan baik antara PKL Gembong dengan PKL lainnya dan Pemerintah Kota Surabaya agar dalam implementasinya tidak menimbulkan konflik Lokasi PKL barang bekas kelompok perlengkapan adalah lokasi yang strategis dan mudah dicapai dari seluruh kota, memiliki reputasi yang baik, tidak memiliki banyak hambatan fisik, tersedia prasarana dasar kegiatan peradagangan, dan adanya akses menuju lokasi lainnya
25 Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Lokasi PKL barang bekas berada pada lahan asset negara agar bisa dilakukan penertiban dan pengelolaan secara tegas, harus memiliki Peletakan bangunan sentra PKL barang bekas yang sesuai dengan IMB, memiliki ketersediaan sarana dan prasarana pelengkap disesuaikan dengan kebutuhan konsumen termasuk lahan parkir dan zona aman kegiatan perdagangan Lokasi PKL harus dekat dengan pusat kegiatan, Pusat kegiatan yang didekati adalah CBD (Central Business District) atau pusat kegiatan ekonomi yang memiliki karakteristik yang sama dengan lokasi PKL barang bekas yang baru yaitu menjual elektronik dan sepeda serta barang perlengkapan lainnya dan juga harus disesuaikan dengan rencana penggunaan lahan yang ada.
26 Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : Kesimpulan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Konsumsi Sebuah lokasi yang sesuai dengan barang yang diperdagangkan yaitu pakaian dan Sebuah sepatu lokasi dan berada yang sesuai pada dengan lahan barang aset yang negara diperdagangkan yaitu pakaian dan sepatu Lokasi Beraksesibilitas dan berada pada tinggi dan lahan volume aset negara pengunjung tetap Lokasi Memiliki Beraksesibilitas bangunan dan tinggi penanda dan lokasi volume pengunjung tetap Lokasi bereputasi baik dan tidak memiliki Memiliki batasan fisik bangunan dan penanda lokasi Memiliki Tidak memberikan prosepek pengembangan dampak langsung yang baik pada sistem transportasi Tidak Dekat dengan memberikan CBD dampak (Central langsung Business pada District) sistem atau transportasi pusat kegiatan Dekat dengan CBD (Central Business District) atau pusat kegiatan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Kriteria Lokasi PKL Barang Bekas Kelompok Perlengkapan Lokasi yang sesuai dengan barang yang diperdagangkan didukung aksesibilitas Lokasi tinggi yang sesuai dengan barang yang diperdagangkan Relokasi harus memperhatikan yaitu sepeda jarak antar dan elektronik PKL didukung aksesibilitas tinggi Relokasi Memiliki harus bangunan memperhatikan atau bentuk jarak sentra antar PKL yang sesuai dengan peraturan pemerintah Memiliki Berada pada bangunan lahan asset atau Negara bentuk sentra yang sesuai dengan peraturan pemerintah memiliki prosepek pengembangan yang Berada baik pada lahan asset Negara Lokasi Dekat bereputasi dengan CBD baik dan (Central tidak memiliki Business batasan District) fisik atau pusat kegiatan Dekat dengan CBD (Central Business District) atau pusat kegiatan
27 Berdasarkan hasil temuan temuan yang didapatkan dari penelitian ini, maka disarankan beberapa hal, antara lain : Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai lokasi PKL barang bekas di Surabaya berdasarkan kriteria lokasi PKL barang bekas Perlu dilakukan studi eksplorasi pastisipatif dengan masyarakat karena pada penelitian ini belum mengakomodasi prefrensi masyarakat sebagai konsumen Saran Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah kota Surabaya dalam menyusun kebijakan/regulasi yang mengatur lokasi PKL barang bekas. sehingga dalam pengelolaan dan penertiban PKL barang bekas tidak terjadi konflik dan memiliki kejelasan lokasi sebelum melakukan penertiban
28 TERIMA KASIH
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pedagang kaki lima adalah bagian dari aktivitas ekonomi yang merupakan kegiatan pada sektor informal. Kegiatan ini timbul karena tidak terpenuhinya kebutuhan pelayanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
PENDEKATAN PENELITIAN TAHAPAN PENELITIAN METODE PENGUMPULAN DATA METODE ANALISA VARIABEL PENELITIAN METODE SAMPLING BAB III METODE PENELITIAN 10 PENDEKATAN PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
Lebih terperinciKata Pengantar. Yogyakarta, Desember Tim Penyusun. Buku Materi Teknis Rencana Detail Tata Ruang dan Peraturan Zonasi BWP Sedayui
Kata Pengantar Kabupaten Bantul telah mempunyai produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul yang mengacu pada Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007. Produk Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bantul
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi adalah perpindahan manusia atau barang dari satu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan oleh manusia atau mesin.
Lebih terperinciKETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP
LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI
Lebih terperinciFaktor yang Mempengaruhi Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik
C145 Faktor yang Mempei Kriteria Lokasi Berdagang Pedagang Kaki Lima Berdasarkan Preferensi Pedagang Kaki Lima di Kawasan Pasar Baru Gresik Fitri Dwi Agus Maulidiyah dan Hertiari Idajati Perencanaan Wilayah
Lebih terperinciRedistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya
Sidang Preview 4 Tugas Akhir Redistribusi Lokasi Minimarket di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya Oleh RIANDITA DWI ARTIKASARI 3607 100 021 Dosen Pembimbing: Dr. Ing. Ir. Haryo Sulistyarso Tahun 2011 Program
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lokasi Menurut Heizer & Render (2015) lokasi adalah pendorong biaya dan pendapatan, maka lokasi seringkali memiliki kekuasanaan untuk membuat strategi bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I - 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan kota yang pesat tanpa diikuti oleh ketersediaan pembiayaan pembangunan yang memadai dapat menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya
Lebih terperinciPenentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo
Penentuan Kegiatan Untuk Lahan Bekas Lapangan Tenis Jalan Embong Sawo Dimas Ario Arumbinang 3607100002 2011 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota pada saat ini menunjukkan kemajuan yang pesat sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk serta semakin besarnya volume kegiatan pembangunan pada
Lebih terperinciKebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki
Kebutuhan Terhadap Pedoman Pejalan Kaki disampaikan oleh: DR. Dadang Rukmana Direktur Perkotaan 26 Oktober 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Outline Pentingnya Jalur Pejalan
Lebih terperinciFORMULA. Bidang Tata Ruang ditetapkan. Σ Izin Pemanfaatan Ruang yang diterbitkan dalam 1 Tahuan FORMULA
SKPD : DINAS CIPTA KARYA DAN TATA RUANG REVIEW INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) TAHUN 2015 VISI : Terwujudnya penataan ruang, tata bangunan dan lingkungan permukiman yang berkualitas MISI : 1 Mewujudkan pengelolaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang saat ini sedang giat melaksanakan pembangunan di segala bidang. Pelaksanaan pembangunan tersebut bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Suatu kota selalu berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dan yang kebutuhan kelengkapan kota lainnya. Sejalan dengan waktu suatu kota dibangun dari
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa pasar tradisional merupakan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan untuk sarana transportasi umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam hal ini, transportasi memegang peranan penting dalam memberikan jasa layanan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin telah menyusun sebuah dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2012-2017. RPJMD merupakan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso
KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah
Lebih terperinciLAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan
LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemenuhan kebutuhan primer masyarakat seperti kebutuhan akan sandang, pangan dan papan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup masyarakat.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG
1 2015 No.19,2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Dinas Perhubungan Kabupaten Bantul. Jaringan, lalu lintas, angkutan, jalan. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL
Lebih terperinciPANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH
FORM B PANDUAN PENGAMATAN LANGSUNG DI LOKASI/KAWASAN WISATA TERPILIH Petunjuk Pengisian: 1. Tentukan lokasi/kawasan wisata yang akan diamati sesuai dengan tema/topik yang akan diangkat. Kemudian kaitkan
Lebih terperinciBUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK
PENGEMBANGAN PERMUKIMAN GOLONGAN MASYARAKAT PENDAPATAN MENENGAH BAWAH DI KECAMATAN DRIYOREJO, KABUPATEN GRESIK OLEH PALUPI SRI NARISYWARI SIDANG TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Jakarta dahulu dikenal dengan nama Batavia yang merupakan salah satu kota kolonial di Indonesia, selanjutnya berkembang menjadi kota Metropolitan seperti saat ini.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan industri penting sebagai penyumbang Gross Domestic Product (GDP) suatu negara dan bagi daerah sebagai penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar Palmerah merupakan salah satu pasar tradisional di Jakarta Pusat yang terletak di kawasan ramai dengan fungsi sebagai titik transit moda angkutan umum dari sarana
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
1 PEMERINTAH KOTA SURABAYA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DAN RETRIBUSI
Lebih terperinciKAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR
KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI KAWASAN PENDIDIKAN TEMBALANG KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: DIAN HERYANI L2D 002 393 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS
Lebih terperinciBUPATI BATANG HARI A. FATTAH
LAMPIRAN I NOMOR 3 TAHUN 2008 SUSUNAN DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROGRAM PENDIDIKAN DASAR PENDIDIKAN MENENGAH DAN PERGURUAN TINGGI PENDIDIKAN NON FORMAL DAN KEBUDAYAAN Data dan Informasi Sekolah Dasar
Lebih terperinciWALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
WALIKOTA MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI BAGIAN WILAYAH PERKOTAAN MALANG TENGAH TAHUN 2016-2036 DENGAN
Lebih terperinciPENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT
PENENTUAN LOKASI RUMAH SUSUN SEDERHANA campuran (Mixed use) DI SURABAYA BARAT Dosen Pembimbing : Ardy Maulidy Navastara, ST, MT. Radinia Rizkitania 3608100035 PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
Lebih terperinciINDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN
LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan
Lebih terperinciDasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG
Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap perjalanan yang menggunakan kendaraan diawali dan diakhiri di tempat parkir. Tersebar di tempat asal perjalanan bisa di garasi mobil, di halaman dan tujuan
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi
Lebih terperinciBab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....
DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik
Lebih terperinciSTUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN LOKASI STRATEGIS DENGAN ADJACENT MATRIX TUGAS AKHIR
STUDI PERENCANAAN TERMINAL LAMONGAN BERDASARKAN TRAVEL DEMAND DAN PENENTUAN LOKASI STRATEGIS DENGAN ADJACENT MATRIX TUGAS AKHIR OLEH : MOHAMAD ZAKIYUL FUAD NPM : 0753010056 PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian akan menggambarkan langkah-langkah atau tahapan dari suatu penelitian dalam mencapai tujuan penelitian tersebut. Dimana dalam metode penelitian ini akan dijelaskan
Lebih terperinciSTRATEGI DAN PROGRAM STRATEGIS PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1
PADA KAWASAN ASSET NEGARA 1.1 PADA KAWASAN SEMPADAN SUNGAI DAN REL KERETA API 1.2 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN YANG PERLU DIPELIHARA KEBERADAANNYA 1.3 PADA KAWASAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 8 TAHUN 2011
SALINAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG HARI NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN SUMEDANG SEKRETARIAT DAERAH
Lebih terperinciIndikator Konten Kuesioner
Indikator Konten Kuesioner No Variabel Pertanyaan 1 Internal (Kekuatan dan Kelemahan) 1. Bagaimana pendapat anda mengenai lokasi (positioning) kawasan jasa dan perdagangan di Jalan Pamulang Raya, Kecamatan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil dan Pembahasan yang telah dilakukan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa pada lokasi penelitian pedagang mempunyai karaktristik yang dibagi menjadi
Lebih terperinciNo Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkuta
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5468 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193) PENJELASAN ATAS PERATURAN
Lebih terperinciBab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Bab VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan temuan penelitian mengenai elemen ROD pada kawasan stasiun Pasar Nguter, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: -
Lebih terperinciBUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS DAERAH KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kabupaten Badung Tujuan dan sasaran yang ingin diwujudkan oleh Dinas
Lebih terperinciSEKRETARIAT UMUM DAN KEPEGAWAIAN KEUANGAN BIDANG BIDANG PEMBINAAN PAUD DAN PENDIDIKAN NON FORMAL PEMBINAAN SMP SEKSI
PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAH RAGA LAMPIRAN I SERTA TATA KERJA PERANGKAT DAERAH PADA - JABATAN FUNGSIONAL PROGRAM, EVALUASI DAN PEMBINAAN PAUD DAN PENDIDIKAN NON FORMAL PEMBINAAN SD PEMBINAAN SMP PEMUDA
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 13 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. banyak, masih dianggap belum dapat menjadi primadona. Jika diperhatikan. dialihfungsikan menjadi lahan non-pertanian.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk kemakmuran rakyat, memerlukan keseimbangan antar berbagai sektor. Sektor pertanian yang selama ini merupakan aset penting karena
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG
KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 84 TAHUN 2004 TENTANG PENETAPAN POLA TRANSPORTASI MAKRO DI PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana berasal dari kata pedos yang berarti kaki, sehingga pedestrian dapat diartikan sebagai pejalan kaki atau orang yang berjalan
Lebih terperinci- Dasar Hukum Peraturan Daerah ini adalah :
PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA 12 HLM, LD Nomor 5 SERI D ABSTRAK : - bahwa
Lebih terperinciEVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR. Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D
EVALUASI ALTERNATIF LOKASI PASAR INDUK SAYUR DI KOTA SURABAYA TUGAS AKHIR Oleh: YANUAR RISTANTYO L2D 097 486 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004 ABSTRAK
Lebih terperinciBUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG
BUPATI PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO
PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DAERAH KABUPATEN JENEPONTO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciTUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI
TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan Penataan Ruang Kota Bengkulu Tujuan penataan ruang wilayah kota dirumuskan berdasarkan: 1) visi dan misi pembangunan wilayah kota; 2) karakteristik wilayah kota;
Lebih terperinciTUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM
BAB 6 TUJUAN DAN KEBIJAKAN No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM Mengembangkan moda angkutan Program Pengembangan Moda umum yang saling terintegrasi di Angkutan Umum Terintegrasi lingkungan kawasan permukiman Mengurangi
Lebih terperinciBUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS JABATAN STRUKTURAL PADA DINAS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT DENGAN
Lebih terperinciARAHAN PEMANFAATAN RUANG
BAB 6 ARAHAN PEMANFAATAN RUANG 6.1 Kelembagaan Penataan Ruang Daerah (BKPRD) Kelembagaan Penataan ruang di Kabupaten Serdang Bedagai ditandai dengan dibentuknya Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah (BKPRD)
Lebih terperinciSTUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR
STUDI ARAHAN PENATAAN FISIK AKTIVITAS PKL DI KORIDOR JALAN SUDIRMAN KOTA SALATIGA TUGAS AKHIR Oleh: HAPSARI NUGRAHESTI L2D 098 433 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting
Lebih terperinciGambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai...
Gambar 5.30 Peta Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 114 Gambar 5.31 Peta rencana Jalur Transportasi Publik Kawasan Manggarai... 115 Gambar 5.32 Kondisi Jalur Pedestrian Penghubung Stasiun dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN OBJEK
18 BAB II TINJAUAN OBJEK 2.1. Tinjauan Umum Stasiun Kereta Api Menurut Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 dan 43 Tahun 2011, perkeretaapian terdiri dari sarana dan prasarana, sumber daya manusia, norma,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lalu Lintas Lalu lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas, prasarana lalu lintas, kendaraan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk dapat memberikan pengaruh positif sekaligus negatif bagi suatu daerah. Di negara maju pertumbuhan penduduk mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi,
Lebih terperinciBAB III PENYAJIAN DATA. memperoleh data yang berhubungan dengan Bagaimana tanggapan pedagang kaki
BAB III PENYAJIAN DATA Data yang penulis sajikan dalam bab ini merupakan data yang diperoleh dari penelitian lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prasarana jalan merupakan aset penting untuk melayani transportasi yang dibutuhkan masyarakat perkotaan. Salah satu fungsi jalan adalah untuk terselenggaranya lalu
Lebih terperinciV BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 14 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 14 WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG
PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 9 TAHUN 2011 T E N T A N G RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciRangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci
Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.862, 2013 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Wilayah Pesisir. Pulau-Pulau Kecil. Pengelolan. Pengawasan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 03 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGATURAN TEMPAT DAN USAHA SERTA PEMBINAAN PEDAGANG KAKI LIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,
Lebih terperinciPengelompokkan Kategori Berdasarkan Karakteristik Ruas Jalan
Pengelompokkan Kategori Berdasarkan Karakteristik Ruas Jalan Ruas Penggunaan Lahan Hambatan Samping On street Parking Through traffic Kategori Jalan Veteran Jalan Kartini Jalan Dr Wahidin Jalan Gresik-
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) TERHADAP PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN KEBUTUHAN RUANG PKL DI KORIDOR SURYAKENCANA Dhian Krisna Kusuma Umar Mansyur Ni Made Esti Program Studi Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak secara geografis Kabupaten Sleman yang sangat strategis yaitu sebagai pintu masuk ke wilayah kota Yogyakarta, menyebabkan pertumbuhan di semua sektor mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan perdagangan adalah kawasan atau tempat yang kegiatannya diperuntukan untuk jual beli barang-barang kebutuhan hidup sehari-hari. Di Kawasan perdagangan juga
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN
PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG T E R M I N A L DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan
Lebih terperinciKenaikan jumlah lansia: 1990 ke tahun 2000 = 34,5% 2000 ke tahun 2010 = 32,8%
Kota yang baik adalah kota yang dapat mengakomodir kebutuhan penghuninya termasuk kebutuhan masyarakat lansia, dalam hal taman bagi lansia. Taman lansia sangat diperlukan dalam sebuah perkotaan karena
Lebih terperinciWALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 59 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PASURUAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460
Lebih terperinciRINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1
Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cara untuk mencapai keadaan tersebut. Adanya pembangunan selain
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah cara untuk mencapai
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN AUDIT
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
LAMPIRAN XV PERATURAN DAERAH TANGERANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH TANGERANG 2012-2032 PERATURAN ZONASI STRUKTUR RUANG PUSAT PELAYANAN KAWASAN SUB PUSAT PELAYANAN Pusat pelayanan
Lebih terperinci