PENGEMBANGAN BIOGAS BERBAHAN BAKU KOTORAN TERNAK UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI DI TINGKAT RUMAH TANGGA 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGEMBANGAN BIOGAS BERBAHAN BAKU KOTORAN TERNAK UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI DI TINGKAT RUMAH TANGGA 1"

Transkripsi

1 PENGEMBANGAN BIOGAS BERBAHAN BAKU KOTORAN TERNAK UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI DI TINGKAT RUMAH TANGGA 1 Oleh : Albertus Hendri Setyawan Pendahuluan Perkembangan sistem keenergian di Indonesia selama ini menunjukkan bahwa sumber daya energi fosil masih menjadi penopang utama sumber energi dalam memenuhi kebutuhan energi di dalam negeri. Energi fosil yang menjadi andalan adalah minyak bumi, gas bumi, dan batubara. Selama puluhan tahun, minyak bumi mendominasi penyediaan dan pemanfaatan energi final di dalam negeri berupa bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. BBM dan listrik merupakan bentuk energi final yang sangat penting peranannya dalam aktivitas di sektor industri, sektor transportasi, maupun sektor rumah tangga. Menipisnya cadangan minyak bumi di dalam negeri dan meningkatnya konsumsi BBM di dalam negeri telah mengantarkan Indonesia menjadi negara net oil importir sejak tahun Kondisi demikian menyebabkan Indonesia tidak dapat lagi menggantungkan penyediaan energi bersumber dari minyak bumi karena harga minyak mentah dunia sangat fluktuatif sehingga dapat menguras devisa negara dan mengancam ketahanan energi nasional. Menipisnya cadangan minyak bumi di dalam negeri, berfluktuasinya harga minyak mentah dunia, dan tersedianya potensi energi alternatif yang beragam di dalam negeri menjadi beberapa pertimbangan yang melatarbelakangi perlunya pengembangan energi alternatif di dalam negeri. Namun saat ini, porsi energi alternatif yang dikembangkan masih bertumpu pada energi fosil, yaitu meningkatkan penyediaan dan pemanfaatan gas bumi dan batubara sebagaimana yang diisyaratkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Sementara itu, pengembangan energi alternatif terbarukan dan bersifat ramah lingkungan masih mendapatkan porsi yang relatif kecil meskipun porsinya telah mengalami peningkatan. 1 Makalah disusun dalam rangka tugas akhir mata kuliah Ketahanan Energi dalam Pembangunan, di Magister Studi Pembangunan Institut Teknologi Bandung (ITB), tahun

2 Gambar 1. Blue Print Kebijakan Energi Nasional Berdasarkan Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional Energi tidak dapat dilepaskan dari isu lingkungan. Isu lingkungan yang sedang mengemuka di tataran global saat ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim. Pengembangan energi alternatif terbarukan dan ramah lingkungan merupakan hal yang sangat relevan dengan isu energi dan isu lingkungan dewasa ini. Hal ini dikarenakan sektor energi sangat terkait dengan lingkungan dimana sektor energi dapat memberikan dampak terhadap lingkungan, mulai dari produksi energi sampai dengan pemanfaatan energi semuanya memberikan kontribusi terhadap perubahan lingkungan. Pengembangan energi alternatif terbarukan yang bersifat ramah lingkungan dan tersedia di tingkat lokal dapat menjadi instrumen yang bermanfaat ganda, yaitu mampu mengurangi kebergantungan kepada energi fosil, mewujudkan keberlanjutan lingkungan, dan menyediakan energi yang mudah diakses oleh masyarakat lokal baik secara kuantitas, kualitas, maupun daya beli. Terdapat banyak energi alternatif terbarukan yang bersifat ramah lingkungan dan tersedia di tingkat lokal yang dapat dikembangkan, salah satu di antaranya adalah biogas yang bersumber dari kotoran ternak yang dapat dikembangkan di rumah tangga peternak. Nantinya pengembangan biogas dapat diintegrasikan dengan kegiatan peternakan dan pertanian setempat sehingga keseluruhan aktivitas tersebut dapat saling bersinergi. 2

3 Potensi Pengembangan Biogas di Indonesia Indonesia memiliki potensi peternakan yang sangat besar yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia. Ternak yang diusahakan beraneka ragam, antara lain sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing, domba, babi, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur, itik, dan sebagainya. Data statistik menunjukkan bahwa perkembangan populasi berbagai jenis ternak di Indonesia memiliki trend yang meningkat. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia Tahun (dalam Ribu Ekor) Jenis Ternak Sapi potong Sapi perah Kerbau Kuda Kambing Domba Babi Ayam buras Ayam ras petelur Ayam ras pedaging Itik Sumber : Dengan adanya program mewujudkan swasembada daging pada tahun 2014 di Indonesia oleh Kementerian Pertanian, maka populasi ternak penghasil daging diproyeksikan akan terus meningkat di masa-masa mendatang guna mencapai swasembada daging yang ditargetkan oleh pemerintah. Peningkatan populasi ternak tentunya tidak hanya berimplikasi pada peningkatan produksi daging, tetapi juga peningkatan produk samping yaitu kotoran ternak yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pengembangan biogas. Kondisi ini sangat mendukung ketersediaan bahan baku biogas secara kontinu dalam jumlah yang cukup untuk memproduksi biogas. Biogas dapat dipertimbangkan sebagai energi alternatif terbarukan yang dapat dikembangkan di Indonesia karena di samping potensi sumber daya ternak yang besar, sebagian besar masyarakat Indonesia masih mengandalkan sektor pertanian dan peternakan sebagai penggerak perekonomian. Rumah tangga peternak di Indonesia terbilang cukup besar. Dengan demikian, apabila biogas dapat dikembangkan dengan sukses, maka akan banyak masyarakat peternak yang mendapatkan manfaat dari biogas ini. Di samping itu, pemanfaatan biogas akan mengurangi dan menghemat pemanfaatan energi fosil yang ketersediaannya di Indonesia semakin terbatas apabila jumlah rumah tangga peternak di Indonesia yang cukup 3

4 besar telah mengalihkan sebagian pemenuhan kebutuhan energinya dari energi fosil ke biogas. Jika diversifikasi energi tersebut terjadi, maka akan memberikan keuntungan bagi pemerintah berupa penurunan subsidi BBM sehingga anggaran pemerintah dapat dialokasikan untuk mengembangkan energi terbarukan lainnya. Tabel 2 berikut menyajikan data mengenai jumlah rumah tangga peternak beberapa jenis ternak di Indonesia berdasarkan sensus pertanian tahun 2003, tetapi belum memasukkan seluruh rumah tangga peternak. Namun data tersebut telah menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga peternak di Indonesia pada tahun 2003 cukup besar dan diperkirakan jumlahnya sudah meningkat pada tahun 2010 ini. Tabel 2. Jumlah Rumah Tangga Peternak Beberapa Jenis Ternak di Indonesia Berdasarkan Sensus Pertanian Tahun 2003 Jenis Ternak Jumlah Rumah Tangga Peternak (Rumah Tangga) Sapi potong Sapi perah Kerbau Kambing Domba Jumlah Sumber : Biogas dari Kotoran Ternak Biogas adalah gas yang dihasilkan dari proses penguraian bahan-bahan organik oleh mikroorganisme pada kondisi langka oksigen (anaerob). Pada umumnya hampir semua jenis bahan organik dapat diolah menjadi biogas, antara lain kotoran dan urin hewan, kotoran manusia, sampah organik, sisa proses pembuatan tahu, dan sebagainya. Terkait dengan pengembangan biogas di rumah tangga peternak, maka bahan organik yang dapat dipergunakan adalah kotoran ternak, baik sapi, kambing, ayam, babi, dan lainnya. tabel 3. Biogas mengandung beberapa gas dengan komposisi sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 3. Komposisi Gas dalam Biogas Jenis Gas Volume (%) Metana (CH 4 ) Karbondioksida (CO 2 ) Hidrogen (H 2 ) 0 1 Hidrogen Sulfida (H 2 S) 0 3 Sumber : Rahayu dkk. (2009) 4

5 Berdasarkan komposisi gas dalam biogas, terlihat bahwa metana (CH 4 ) adalah gas yang memiliki kandungan paling tinggi dalam biogas. Metana inilah yang dimanfaatkan sebagai sumber energi. Metana termasuk gas yang menimbulkan efek rumah kaca yang menyebabkan terjadinya fenomena pemanasan global. Demikian pula dengan karbondioksida yang juga termasuk ke dalam gas rumah kaca. Metana memiliki dampak terhadap terjadinya efek rumah kaca 20 kali lebih tinggi dibandingkan karbondioksida. Pengurangan metana secara lokal dengan memanfaatkannya sebagai biogas dapat berperan positif dalam upaya mengatasi persoalan lingkungan global, yaitu efek rumah kaca yang berakibat pada pemanasan global dan perubahan iklim global. Pada umumnya peternak menangani limbah secara sederhana, yaitu membuat kotoran ternak menjadi kompos maupun menyebarkan secara langsung di lahan pertanian. Pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas diharapkan dapat memberikan nilai tambah pada usaha peternakan. Penggunaan biogas memiliki keuntungan ganda, yaitu gas metana yang dihasilkan dapat berfungsi sebagai sumber energi, sedangkan limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pupuk organik. Potensi produksi biogas dari beberapa kotoran ternak ditunjukkan pada tabel 4. Sementara itu, produksi kotoran dari beberapa jenis ternak ditunjukkan pada tabel 5. Tabel 4. Potensi Produksi Biogas dari Berbagai Kotoran Ternak Kotoran Ternak Produksi Biogas per Kg Kotoran (m 3 ) Domba/kambing 0,010 0,031 Kuda 0,020 0,035 Sapi/kerbau 0,023 0,040 Babi 0,040 0,059 Ayam 0,065 0,116 Sumber : Wahyuni (2008) dan Suyitno dkk. (2010) Tabel 5. Bobot Ternak dan Produksi Kotoran Beberapa Jenis Ternak Jenis Ternak Bobot Ternak (Kg/Ekor) Produksi Kotoran (Kg/Hari) Sapi potong Sapi perah Ayam petelur 2 0,1 Ayam pedaging 1 0,06 Babi dewasa 90 7 Domba 40 2 Sumber : United Nations (1984) dalam Wahyuni (2008) 5

6 Pemanfaatan kotoran ternak sebagai sumber energi, tidak mengurangi jumlah pupuk organik yang bersumber dari kotoran ternak. Hal ini karena pada pembuatan biogas, kotoran ternak yang sudah diproses dikembalikan ke kondisi semula karena yang diambil hanya gas metana yang digunakan sebagai bahan bakar. Teknologi Pembuatan Biogas Secara teknologis, prinsip pembuatan biogas adalah memanfaatkan gas metana gas yang mudah terbakar yang terdapat di dalam kotoran sapi sebagai bahan bakar, terutama untuk konsumsi rumah tangga. Untuk itu, selain diperlukan adanya ternak sebagai pemasok kotoran, juga diperlukan sarana penampungan kotoran itu agar dapat berproses menghasilkan gas metana. Tangki penampung kotoran hewan yang digunakan sebagai tempat pembentukan biogas disebut digester. Di dalam digester yang tertutup rapat, kotoran ternak diencerkan dengan air. Hal ini dilakukan untuk mempercepat proses keluarnya gas dari kotoran ternak. Dengan memanfaatkan tekanan gas di dalam digester, gas metana yang terbentuk dialirkan ke penampungan gas. Tempat penampungan gas dapat berupa kantong plastik berukuran besar, tetapi ada pula berbentuk tabung dari fiberglass. Dari tempat penampungan ini, gas metana dapat dialirkan langsung melalui pipa menuju kompor yang ada di dapur. Instalasi biogas dapat dibuat dengan teknologi sederhana yang akan mampu dikuasai oleh rumah tangga peternak atau masyarakat setempat setelah sebelumnya diberikan sosialisasi dan pelatihan dalam membuat instalasi biogas. Instalasi inti biogas meliputi : a. digester (reaktor biogas), berfungsi untuk menampung material organik (dalam hal ini kotoran ternak) dan sebagai tempat terjadinya proses penguraian material organik menjadi biogas; b. penampung biogas, berfungsi untuk menampung biogas yang dihasilkan dari digester; c. pipa saluran gas, berfungsi untuk mengalirkan biogas yang dihasilkan dari digester; d. katup pengaman tekanan, berfungsi untuk mengamankan digester dari lonjakan tekanan biogas yang berlebihan dimana bila tekanan biogas dalam tempat penampung gas melebihi tekanan yang diijinkan maka biogas akan dibuang ke luar. Digester terdiri dari tiga komponen utama sebagai berikut. a. Saluran pemasukan (inlet) Saluran ini digunakan untuk memasukkan campuran kotoran ternak dan air ke dalam ruang fermentasi. 6

7 b. Ruang digestion (ruang fermentasi) Ruang fermentasi berfungsi sebagai tempat terjadinya proses fermentasi yang menghasilkan biogas. Ruang ini dibuat kedap terhadap udara. c. Saluran pembuangan (outlet) Saluan ini digunakan untuk mengeluarkan kotoran/residu dari digester yang telah mengalami proses fermentasi oleh bakteri. Residu sudah tidak mengandung biogas. Residu yang keluar pertama kali adalah kotoran yang pertama kali dimasukkan melalui saluran pemasukan. Gambar 2. Instalasi Biogas Dari segi kontruksi, digester dibedakan menjadi dua sebagai berikut. a. Fixed dome (kubah tetap) Digester jenis ini dinamakan kubah tetap karena bentuknya menyerupai kubah dan mempunyai volume yang tetap. Seiring dengan dihasilkannya biogas, terjadi peningkatan tekanan gas dalam digester. Oleh karena itu, dalam konstruksi digester jenis kubah tetap, gas yang terbentuk akan segera dialirkan ke pengumpul gas di luar reaktor. Indikator produksi gas dapat dilakukan dengan memasang indikator tekanan. b. Floating dome (kubah terapung) Pada digester jenis ini terdapat bagian yang dapat bergerak seiring dengan kenaikan tekanan gas dalam digester. Pergerakan bagian kubah dapat dijadikan indikasi bahwa produksi biogas sudah dimulai atau sudah terjadi. Bagian yang bergerak tadi berfungsi sebagai pengumpul gas. 7

8 Gambar 3. Digester Kubah Tetap Gambar 4. Digester Kubah Terapung Gambar 5. Penampung Biogas yang Terbuat dari Plastik Digester dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Bahan-bahan yang umum digunakan, antara lain batu bata/semen/beton, fiber, plastik, dan drum. Digester yang terbuat dari fiber dan plastik saat ini telah banyak disediakan oleh produsen sehingga pemasangan instalasi biogas menjadi lebih praktis tanpa harus dilakukan pembuatan digester lagi. Gambar 6. Digester Biogas yang Dibuat dari Fiber, Plastik, dan Semen Proses pengolahan kotoran ternak dalam digester akan menghasilkan biogas, residu padat, dan residu cair. Biogas ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan bahar memasak di rumah tangga. Sementara itu, residu padat dapat diolah menjadi pupuk organik padat dan residu cair diolah menjadi pupuk organik cair. Pupuk organik yang berasal dari residu fermentasi kotoran 8

9 ternak menjadi biogas ini kaya akan unsur hara sehingga sangat baik diaplikasikan untuk pemupukan pada lahan-lahan pertanian. Gambar 7. Residu Pengolahan Biogas Gambar 8. Pupuk Organik Hasil Pengolahan Residu berikut. Diagram proses produksi biogas dan pemanfaatannya ditunjukkan pada gambar 9 Kotoran ternak + air Bak penampungan sementara Digester Biogas Residu/ampas Pengolahan residu Rumah tangga untuk memasak Pupuk organik padat Pupuk organik cair Pertanian Keterangan : Gambar 9. Proses Produksi Biogas dan Pemanfaatannya : Input : Proses : Output : Pemanfaatan 9

10 Biogas dan Ketahanan Energi Memasak merupakan aktivitas rutin yang dilaksanakan oleh sebagian besar rumah tangga. Energi final yang dahulu lazim dimanfaatkan oleh sebagian besar rumah tangga untuk menjalankan aktivitas memasak adalah minyak tanah. Dengan dicabutnya subsidi terhadap minyak tanah oleh pemerintah, maka minyak tanah tidak lagi menjadi energi yang harganya terjangkau bagi masyarakat kecil. Sebagai substitusi terhadap minyak tanah, pemerintah telah melaksanakan program berupa konversi minyak tanah ke LPG. Bagi masyarakat yang kurang mampu, pemerintah memberikan subsidi terhadap LPG dengan ukuran tabung 3 kg. LPG 3 kg ini terbilang murah dibandingkan minyak tanah yang saat ini harganya telah melambung menjadi Rp per liter. Sementara itu, LPG ukuran 3 kg yang harganya sekitar Rp /tabung kurang lebih dapat dimanfaatkan untuk memasak selama satu minggu. Bagi rumah tangga peternak, biogas dapat menjadi energi alternatif yang dapat dimanfaatkan dalam aktivitas rumah tangga, terutama memasak. Meskipun tersedia LPG subsidi yang cukup terjangkau, pemanfaatan kotoran ternak menjadi biogas dapat menjadi pilihan energi yang lebih ekonomis bagi rumah tangga peternak. Investasi pembuatan instalasi biogas relatif mahal, namun hal tersebut masih lebih ekonomis dibandingkan pemanfaatan minyak tanah atau LPG sebagai sumber energi di rumah tangga. Pada tabel 6 berikut ini ditunjukkan komparasi biaya penggunaan bahan bakar minyak tanah, LPG subsidi, dan biogas di tingkat rumah tangga. Gambar 10. Kompor Biogas 10

11 Tabel 6. Komparasi Biaya Penggunaan Bahan Bakar Minyak Tanah, LPG Subsidi, dan Biogas di Tingkat Rumah Tangga Jenis Bahan Bakar Harga Bahan Bakar Periode Penggunaan Biaya Bahan Bakar per Hari Biaya Bahan Bakar per Tahun Biaya Peralatan Jenis Peralatan Minyak Tanah Rp 8.000/liter 2 liter/hari Rp Rp Rp Kompor LPG subsidi 3 kg Rp / tabung 1 tabung/ 7 hari Rp Rp Rp Kompor gas Biogas opsi Rp * Biogas opsi Rp * Keterangan : Digester biogas dari fiber** (asumsi umur ekonomis = 10 tahun) Digester biogas dari plastik*** (asumsi umur ekonomis = 4 tahun) * : hasil pengamatan penulis ke produsen instalasi biogas Cipta Tani Lestari di Kampung Lapan, Desa Cikole, Kecamatan Lembang; ** : digester biogas untuk jumlah pengguna 1 rumah tangga ukuran 2,5 m 3 ; *** : digester biogas untuk jumlah pengguna 1 rumah tangga ukuran 3 m 3. Melihat tabel 6 di atas, pemanfaatan biogas sebagai sumber energi di tingkat rumah tangga lebih ekonomis dibandingkan pemanfaatan minyak tanah maupun LPG subsidi. Pengembangan biogas hanya membutuhkan biaya investasi berupa pemasangan digester biogas yang terbuat dari fiberglass lengkap dengan segala perlengkapannya dengan biaya sebesar Rp untuk masa pemakaian sepuluh tahun atau sebesar Rp untuk per tahunnya. Dapat pula dengan melakukan pemasangan digester biogas yang terbuat dari plastik lengkap dengan segala perlengkapannya dengan biaya sebesar Rp untuk masa pemakaian empat tahun atau sebesar Rp untuk per tahunnya. Biaya investasi untuk pemasangan instalasi biogas dapat bervariasi tergantung bahan yang dipilih dan volume digester. Untuk itu dapat dipilih bahan-bahan yang terjangkau untuk pembuatan digester maupun perlengkapan lainnya, misalnya plastik atau fiberglass yang harganya relatif terjangkau. Salah satu komponen dari ketahanan energi adalah affordability, yaitu harga energi dapat terjangkau oleh masyarakat. Dengan demikian, berdasarkan aspek affordability ini biogas telah memenuhinya. Ditinjau dari aspek availability, kotoran ternak sebagai komponen utama penghasil biogas tersedia di rumah tangga peternak dimana kotoran ternak dihasilkan ternak setiap harinya. Di samping itu, kotoran ternak mudah diakses oleh rumah tangga peternak sehingga memenuhi aspek accessability. Ditinjau dari aspek acceptability, penerimaan masyarakat 11

12 terhadap biogas masih perlu dibangun. Aspek acceptability ini sangat penting karena pengembangan biogas harus diawali dengan penerimaan masyarakat dalam hal ini rumah tangga peternak terhadap biogas. Ada sebagian masyarakat yang merasa jijik terhadap kotoran ternak sebagai bahan baku pembuatan biogas maupun risih terhadap masakan yang dimasak dengan menggunakan biogas. Ada pula sebagian masyarakat yang hanya ingin memanfaatkan energi secara instan yang langsung tersedia sehingga kurang tertarik terhadap pengembangan biogas yang memang membutuhkan ketelatenan dalam proses pembentukan biogas, dari pemasukan kotoran ternak ke dalam digester, pengontrolan tekanan gas, hingga pengolahan residu yang keluar dari digester. Apabila sikap masyarakat telah dibangun untuk bersedia memanfaatkan potensi-potensi lokal yang ada di sekitar mereka, maka biogas dapat dikembangkan sebagai energi alternatif yang dapat dibuat secara mandiri dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Pengembangan biogas yang berbasis pada peternakan dapat memberikan nilai tambah bagi peternak. Selama ini peternak hanya mengandalkan pada daging dan anakan sebagai sumber pendapatan dari usaha peternakan. Dengan memanfaatkan kotoran ternak untuk pengembangan biogas, maka hal tersebut dapat mengurangi biaya rumah tangga peternak yaitu biaya energi. Di samping itu, pengembangan biogas dapat menghasilkan produk lain yang memiliki nilai ekonomis yaitu pupuk organik yang diolah dari residu biogas. Bagi peternak yang juga memiliki usaha pertanian, maka pupuk organik yang dihasilkan dapat mengurangi sebagian atau seluruh penggunaan pupuk kimia pada lahan pertanian. Namun bagi peternak yang tidak memiliki usaha pertanian, maka pupuk organik dapat diperdagangkan yang saat ini memiliki kisaran harga sebesar Rp 500/kg. Seiring dengan meningkatnya tren pertanian organik, maka permintaan pupuk organik ada kecenderungan mengalami peningkatan. Untuk menjalankan biogas skala rumah tangga, diperlukan kotoran ternak dari 2 3 ekor sapi, atau 6 ekor babi, atau 400 ekor ayam yang akan menghasilkan biogas sekitar 4 m 3 /hari. Biogas sebesar 4 m 3 /hari ini setara dengan 2,5 liter minyak tanah/hari sehingga telah mencukupi untuk aktivitas memasak sehari-hari. Kesetaraan nilai kalori biogas dibandingkan dengan bahan bakar lainnya ditunjukkan pada tabel 7 berikut. 12

13 Tabel 7. Kesetaraan Nilai Kalori Biogas dengan Bahan Bakar Lain Biogas 1 m 3 biogas = Sumber : Wahyuni (2008) Bahan Bakar Lain LPG 0,46 kg Minyak tanah 0,62 liter Solar 0,52 liter Bensin 0,80 liter Gas kota 1,50 m 3 Kayu bakar 3,50 kg Implikasi Pengembangan Biogas terhadap Lingkungan Berdasarkan laporan Food and Agriculture Organization yang berjudul Livestock s Long Shadow : Environmental Issues and Options yang dirilis pada bulan November 2006, dinyatakan bahwa peternakan melepaskan 9% gas karbondioksida dan 37% gas metana. Karbondioksida dan metana merupakan beberapa gas yang menyebabkan terjadinya efek rumah kaca yang kemudian berdampak pada terhadap pemanasan global. Terkait dengan hal tersebut, peternakan merupakan penghasil gas metana terbesar dibandingkan sektor-sektor lain. Emisi gas metana dihasilkan dari hewan ternak jenis ruminansia (memamah biak) melalui proses metanogenesis di dalam sistem pencernaan. Seekor sapi dewasa diperkirakan dapat mengemisi 80 hingga 110 kilogram metana per tahunnya. Apabila dihitung secara global, estimasi emisi gas metana dari hewan ternak ruminansia diperkirakan mencapai 65 juta hingga 85 juta ton per tahun dari emisi total gas metana global, yakni 400 juta sampai 600 juta ton per tahun. Jumlah gas metana di atmosfer masih relatif kecil yaitu sebesar 0,5% dari jumlah gas karbondioksida. Meskipun demikian, koefisiensi daya tangkap gas metana terhadap panas jauh lebih tinggi daripada gas karbondioksida. Berdasarkan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) diketahui secara molekuler efek rumah kaca gas metana 20 kali lebih kuat daripada gas karbondioksida. Situasinya sekarang, konsentrasi gas metana terus meningkat dari tahun ke tahun. Sumber gas metana 60% berasal dari aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia seperti eksploitasi bahan bakar fosil, aktivitas peternakan, pertanian, pembakaran biomassa dan sampah organik rumah tangga. Sisanya berasal dari sumbersumber alamiah, contohnya pembusukan bahan-bahan organik di rawa-rawa, danau, dan sungai. Dengan daya tangkap yang besar terhadap panas, maka metana menjadi gas yang memiliki kontribusi signifikan terhadap terjadinya efek rumah kaca di bumi yang kemudian 13

14 mendorong terjadinya pemanasan global. Pemanasan global diperkirakan sekitar 15 persennya merupakan hasil kontribusi dari gas metana. Upaya mewujudkan ketahanan energi tidak dapat dilepaskan dari isu-isu lingkungan baik lokal maupun global. Persoalan lingkungan pada tingkat lokal dari adanya peternakan adalah timbulnya pencemaran udara yang muncul dari kotoran ternak. Di beberapa tempat, ada sebagian masyarakat yang membuang kotoran ternak ke sungai sehingga menimbulkan pencemaran air. Persoalan lingkungan pada tingkat global yang sedang hangat dibicarakan dewasa ini adalah pemanasan global dan perubahan iklim sebagai pengaruh dari akumulasi gas rumah kaca. Pengembangan biogas yang berbahan baku kotoran ternak merupakan salah satu alternatif penyediaan energi di tingkat lokal, namun memiliki kontribusi terhadap pengurangan persoalan lingkungan yang bersifat lokal maupun global. Pada tingkat lokal, pengembangan biogas dapat mengurangi terjadinya pencemaran udara dan pencemaran air sungai. Pada tingkat global, pengembangan biogas memberikan kontribusi dalam mengurangi efek rumah kaca yang dilakukan melalui tiga cara sebagai berikut. a. Biogas menjadi energi yang mensubstitusi atau menggantikan bahan bakar fosil dimana penggunaan bahan bakar fosil dapat menyumbang gas-gas rumah kaca dalam jumlah yang besar. b. Metana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran ternak yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbondioksida. Penggunaan biogas dapat mengkonversi metana menjadi karbondioksida yang lebih rendah efeknya terhadap pemanasan global. Karbondioksida yang dihasilkan pun tidak sebesar karbondioksida yang dihasilkan dari bahan bakar fosil. Dengan demikian, penggunaan biogas dapat mengurangi jumlah metana di udara. c. Dengan lestarinya hutan, maka karbondioksida yang ada di udara akan diserap oleh hutan menghasilkan oksigen. Pemanfaatan limbah peternakan, khususnya kotoran ternak menjadi biogas mendukung konsep zero waste sehingga sistem pertanian yang berkelanjutan dan ramah lingkungan dapat dicapai. Konsep zero waste dapat diwujudkan dengan mengintegrasikan peternakan, pertanian, dan energi sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 10 berikut. 14

15 Ternak Pakan Ternak Urin Tenak Kotoran Ternak Pupuk Organik Cair Biogas Residu Pertanian Pupuk Organik Padat Pupuk Organik Cair Limbah Pertanian Gambar 11. Konsep Zero Waste dengan Mengintegrasikan Peternakan, Pertanian, dan Energi Edukasi Masyarakat Mengenalkan atau mensosialisasikan hal yang baru kepada masyarakat bukanlah suatu pekerjaan yang mudah. Anggota masyarakat memiliki karakteristik yang beragam sehingga sikap setiap anggota masyarakat terhadap hal-hal yang baru akan beragam pula. Begitu pula untuk memasyarakatkan pengembangan biogas akan membutuhkan proses karena dibutuhkan pendekatan kepada masyarakat dalam bentuk edukasi mengenai manfaat energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan. Selama ini masyarakat telah dimanjakan dengan penyediaan energi yang murah, meskipun di balik itu pemerintah mengalami krisis keuangan untuk dapat mengalokasikan subsidi yang begitu besar nilainya untuk dapat menyediakan energi dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat. Masyarakat saat ini memang sedang diupayakan untuk mengkonversi penggunaan minyak tanah ke LPG untuk keperluan memasak. Dengan pencabutan subsidi terhadap minyak tanah, maka minyak tanah menjadi barang mewah yang akan sulit dijangkau oleh masyarakat kecil dan mendorong masyarakat untuk menggunakan LPG yang memiliki harga yang lebih murah. Pemanjaan terhadap masyarakat hendaknya untuk segera diakhiri dan harus mulai dilakukan upaya penyadaran kepada masyarakat. Penyadaran bahwa terdapat potensi-potensi lokal yang ada di sekitar masyarakat yang dapat dikembangkan menjadi sumber energi. Belum banyak masyarakat yang tahu bahwa dari kotoran ternak dapat dihasilkan energi yang dapat menggantikan peranan energi konvensional yang selama ini mereka 15

16 pergunakan. Untuk mensukseskan pengembangan biogas, memang diperlukan inisiasi dari pemerintah ataupun lembaga-lembaga non pemerintah yang peduli akan pengembangan energi alternatif terbarukan yang ramah lingkungan. Upaya pengembangan biogas yang telah dilakukan oleh pemerintah, lembaga-lembaga non pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak lainnya selama ini perlu untuk dilanjutkan dan ditingkatkan. Kebijakan-kebijakan energi yang dikeluarkan pemerintah sedapat mungkin juga mendukung pengembangan energi terbarukan dan perlu dihindari kebijakan-kebijakan yang kontraproduktif, misalnya meningkatkan subsidi terhadap harga bahan bakar fosil. Jika kebijakan subsidi tersebut ditingkatkan dan membuat harga bahan bakar fosil lebih rendah dibandingkan harga energi terbarukan, maka dapat dipastikan pengembangan energi terbarukan akan terhenti karena tidak ada insentif bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Penyediaan energi bagi masyarakat tidak semata-mata menjadi tanggung jawab pemerintah. Terdapat energi-energi yang pengembangannya memang harus dilakukan oleh pemerintah, namun terdapat pula energi-energi yang pengembangannya dapat dilakukan oleh masyarakat. Untuk itu, masyarakat perlu dilibatkan secara aktif dalam mengemban tugas ini meskipun harus melalui serangkaian proses yang panjang untuk membangun kesadaran dan kemauan untuk terlibat di dalamnya. Penutup Pengembangan biogas merupakan salah satu bentuk solusi alternatif terhadap terjadinya krisis energi fosil di tingkat daerah maupun nasional. Apabila pengembangan biogas di berbagai daerah di Indonesia digalakkan, khususnya daerah-daerah yang kaya akan sumber daya peternakan, maka biogas ini akan menjadi energi alternatif yang terjangkau bagi masyarakat di tengah melambungnya harga minyak tanah dan LPG yang semakin tinggi. Pengembangan biogas juga dapat menjadi solusi pengelolaan kotoran peternakan yang dapat dimanfaatkan secara produktif dan dapat mengatasi persoalan-persoalan lingkungan. Biogas memiliki beberapa keunggulan dibandingkan bahan bakar fosil sehingga layak untuk dipertimbangkan sebagai pilihan energi terbarukan bagi masyarakat. Sifatnya yang dapat diperbaharui dan ramah lingkungan merupakan keunggulan yang dimiliki biogas dibandingkan dengan bahan bakar fosil. Pengembangan biogas dapat memberikan sejumlah manfaat ganda, tidak hanya bagi masyarakat, tetapi juga bagi pemerintah dan lingkungan. Adapun manfaat pengembangan biogas sebagai berikut. a. Menyediakan energi alternatif bagi masyarakat yang dapat dibuat secara mandiri oleh masyarakat. 16

17 b. Menghemat pengeluaran masyarakat karena biogas dapat menggantikan peranan minyak tanah, LPG, dan kayu bakar untuk memasak. c. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan dihasilkannya pupuk organik yang berkualitas atau dapat menghemat biaya pembelian pupuk bagi yang memerlukannya. d. Mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sehingga membantu menurunkan emisi gas rumah kaca dan memperlambat laju pemanasan global. e. Mengurangi penggunaan kayu bakar sehingga kelestarian hutan terjaga. f. Memperingan beban keuangan negara karena subsidi LPG dan pupuk kimia dapat berkurang. g. Menciptakan peluang-peluang usaha lain yang dapat bersinergi dengan pengembangan biogas sehingga dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat, seperti usaha pembuatan peralatan biogas, usaha pembuatan pupuk organik, peternakan cacing untuk bahan baku obat, dan usaha-usaha lainnya. 17

18 DAFTAR PUSTAKA Anonim. Aneka Manfaat Biogas dari Kotoran Hewan. index. php?option=com_content&view=article&id=4579%3aaneka-manfaat-biogas-darikotoran-hewan&catid=43%3aberita&itemid=73&lang=en. Anonim Peternakan merupakan Penghasil Metana Terbesar. node/ Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian Program Bio Energi Pedesaan : Biogas Skala Rumah Tangga. Jakarta. Kurniawan, T. Konsep Ideal Pengembangan Biogas di Kawasan Argo Banten. Rahayu, S., Dyah Purwaningsih, dan Pujianto Pemanfaatan Kotoran Ternak Sapi sebagai Sumber Energi Alternatif Ramah Lingkungan Beserta Aspek Sosio Kulturalnya. Inotek Volume 13 Nomor 2. FISE Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta. Susilaningsih, I., Pristiawan Erik, dan Viddy Oktaviyanto Pemanfaatan Limbah Kotoran Sapi sebagai Pengganti Bahan Bakar Rumah Tangga yang Lebih Memberikan Keuntungan Ekonomis. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang. research.pdf. Suyitno, M. Nizam, dan Dharmanto Teknologi Biogas : Pembuatan, Operasional, dan Pemanfaatan. Graha Ilmu. Yogyakarta. Tan, C. Gas Metana, Penyebab Terbesar Pemanasan Global. article/ pemanasan-global/1591--gas-metana-penyebab-terbesar-pemanasanglobal.html. Wahyuni, Sri Biogas. Penebar Swadaya. Jakarta

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia, karena hampir semua aktivitas manusia selalu membutuhkan energi. Sebagian besar energi yang digunakan di Indonesia

Lebih terperinci

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013 Sejarah Biogas BIOGAS (1770) Ilmuwan di eropa menemukan gas di rawa-rawa. (1875) Avogadro biogas merupakan produk proses anaerobik atau proses fermentasi. (1884) Pasteur penelitian biogas menggunakan kotoran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 17 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mempunyai potensi biomassa yang sangat besar. Estimasi potensi biomassa Indonesia sekitar 46,7 juta ton per tahun (Kamaruddin,

Lebih terperinci

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI

BIOGAS DARI KOTORAN SAPI ENERGI ALTERNATIF TERBARUKAN BIOGAS DARI KOTORAN SAPI Bambang Susilo Retno Damayanti PENDAHULUAN PERMASALAHAN Energi Lingkungan Hidup Pembangunan Pertanian Berkelanjutan PENGEMBANGAN TEKNOLOGI BIOGAS Dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda

I. PENDAHULUAN. Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelangkaan sumber bahan bakar merupakan masalah yang sering melanda masyarakat. Kelangkaan tersebut menimbulkan tingginya harga-harga bahan bakar, sehingga masyarakat

Lebih terperinci

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si

Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si BIODIGESTER PORTABLE SKALA KELUARGA UNTUK MENGHASILKAN GAS BIO SEBAGAI SUMBER ENERGI Ketua Tim : Ir. Salundik, M.Si DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS

PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS PENGELOLAAN LIMBAH TERNAK SAPI MENJADI BIOGAS Andhina Putri Herriyanti Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang Email : andhinaputri@gmail.com Abstrak Biogas adalah salah satu sumber energi alternatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya.

BAB I PENDAHULUAN. dan energi gas memang sudah dilakukan sejak dahulu. Pemanfaatan energi. berjuta-juta tahun untuk proses pembentukannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia. Hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada energi. Berbagai alat pendukung, seperti alat penerangan,

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI

LAMPIRAN. Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian TNI A. IDENTITAS PERSEPSIDEN LAMPIRAN Lampiran 1. Daftar Pertanyaan Penelitian Nama : Umur : Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan Pekerjaan : PNS Wiraswasta/Pengusaha TNI Pensiunan Jumlah Ternak dimiliki Lainnya

Lebih terperinci

Program Bio Energi Perdesaan (B E P)

Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Program Bio Energi Perdesaan (B E P) Salah satu permasalahan nasional yang kita hadapi dan harus dipecahkan serta dicarikan jalan keluarnya pada saat ini adalah masalah energi, baik untuk keperluan rumah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk

I. PENDAHULUAN. Sensus Penduduk 2010 (SP 2010) yang dilaksanakan pada Mei 2010 penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia cukup tinggi, berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010

Lebih terperinci

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T. ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL Hasbullah, S.Pd, M.T. Biomassa Biomassa : Suatu bentuk energi yang diperoleh secara langsung dari makhluk hidup (tumbuhan). Contoh : kayu, limbah pertanian, alkohol,sampah

Lebih terperinci

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak

Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak Sepuluh Faktor Sukses Pemanfaatan Biogas Kotoran Ternak Oleh: Dede Sulaeman, ST, M.Si Pemanfaatan kotoran ternak menjadi energi biasa disebut dengan pemanfaatan biogas. Berdasarkan definisinya, biogas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi

I. PENDAHULUAN. LPG. Tujuan diberlakukannya program ini adalah untuk mengurangi subsidi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program konversi minyak tanah ke LPG merupakan program pemerintah terkait dengan pengalihan penggunaan bahan bakar minyak tanah ke bahan bakar gas LPG. Tujuan diberlakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi manusia dan lingkungan hidupnya merupakan suatu proses yang alami dan akan berlangsung mulai dari saat manusia dilahirkan sampai ia meninggal dunia. Interaksi

Lebih terperinci

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK

MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK MODUL PENERAPAN TEKNOLOGI BIOGAS MELALUI DAUR ULANG LIMBAH TERNAK Oleh : Drs. Budihardjo AH, M.Pd. Dosen Teknik Mesin FT Unesa LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas

Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Analisis Kelayakan Ekonomi Alat Pengolah Sampah Organik Rumah Tangga Menjadi Biogas Tofik Hidayat*, Mustaqim*, Laely Dewi P** *PS Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasakti Tegal ** Dinas Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biogas merupakan salah satu energi berupa gas yang dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biogas merupakan salah satu energi terbarukan. Bahanbahan yang dapat

Lebih terperinci

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas

Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas Analisa Hasil Penyimpanan Energi Biogas Ke Dalam Tabung Bekas Wawan Trisnadi Putra 1, *, Fadelan 2, Munaji 3 1 Konversi Energi Teknik Mesin, Jl. Budi Utomo 10 Ponorogo 2 Rekayasa Material Teknik Mesin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia yang terjadi pada awal April 2012 membuat masyarakat menjadi resah, karena energi sangat dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam negeri sehingga untuk menutupinya pemerintah mengimpor BBM BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Masyarakat di Indonesia Konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia sangat problematik, hal ini di karenakan konsumsi bahan bakar minyak ( BBM ) melebihi produksi dalam

Lebih terperinci

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS)

PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS) PROFIL PENGEMBANGAN BIO-ENERGI PERDESAAN (BIOGAS) Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Ditjen Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Departemen Pertanian 2009 PROFILE PENGEMBANGAN BIOENERGI PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya energi mempunyai peran yang sangat penting bagi pembangunan ekonomi nasional. Dalam jangka panjang, peran energi akan lebih berkembang khususnya guna mendukung

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG.

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN EKONOMIS BIOGAS SEBAGAI BAHAN BAKAR PADA HOME INDUSTRY KRIPIK SINGKONG. Wignyanto 1) ; Susinggih Wijana 2) ; Saiful Rijal 3) ABSTRAK Penelitian itu bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi secara global sekarang disebabkan oleh ketimpangan antara konsumsi dan sumber energi yang tersedia. Sumber energi fosil yang semakin langka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang cepat dan perkembangan industri yang terus meningkat menyebabkan permintaan energi cukup besar. Eksploitasi sumber energi yang paling banyak

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah)

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Populasi Ternak di Indonesia (000 ekor) * Angka sementara Sumber: BPS (2009) (Diolah) I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki potensi yang cukup tinggi pada sektor peternakan. Peternakan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain adalah peternakan sapi baik itu sapi perah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.)

TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) TEKNOLOGI PEMANFAATAN KOTORAN TERNAK MENJADI BIOGAS SKALA RUMAH TANGGA (Oleh: ERVAN TYAS WIDYANTO, SST.) PENDAHULUAN Makin mahal dan langkanya BBM, menyebabkan makin tingginya kebutuhan hidup peternak.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia pada dasarnya merupakan negara yang kaya akan sumber sumber energi terbarukan yang potensial, namun pengembangannya belum cukup optimal. Sebenarnya kebijakan

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati

II TINJAUAN PUSTAKA. Peternakan. Limbah : Feses Urine Sisa pakan Ternak Mati II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah Usaha peternakan sapi perah merupakan sebuah usaha dimana input utama yang digunakan adalah sapi perah untuk menghasilkan susu sebagai output utamanya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkurangnya cadangan sumber energi dan kelangkaan bahan bakar minyak yang terjadi di Indonesia dewasa ini membutuhkan solusi yang tepat, terbukti dengan dikeluarkannya

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR

IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR IMPLEMENTASI SISTEM LEISA PADA BUDIDAYA SAPI KELOMPOK PETERNAK GADING TANI, DESA ARISAN GADING, KECAMATAN INDRALAYA SELATAN, KABUPATEN OGAN ILIR Arfan Abrar, Elly Rosana dan Thirtawati Dosen Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN (TERNAK SAPI) SEBAGAI PENGHASIL BIOGAS M. Hariansyah Dosen Tetap FT UIKA, ABSTRAK Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK

MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK MEMBUAT BIOGAS DARI KOTORAN TERNAK Permintaan kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) dunia dari tahun ketahun semakinÿ meningkat, menyebabkan harga minyak melambung. Pemerintah berencana menaikkan lagi harga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan

BAB I PENDAHULUAN. maupun untuk industri dan transportasi. Untuk mengurangi ketergantungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional yang dihadapi saat ini dan harus segera dipecahkan atau dicarikan jalan keluarnya adalah masalah kelangkaan sumber energi terutama

Lebih terperinci

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT

PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT PANDUAN TEKNOLOGI APLIKATIF SEDERHANA BIOGAS : KONSEP DASAR DAN IMPLEMENTASINYA DI MASYARAKAT Biogas merupakan salah satu jenis biofuel, bahan bakar yang bersumber dari makhluk hidup dan bersifat terbarukan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi yang terjadi beberapa dekade akhir ini mengakibatkan bahan bakar utama berbasis energi fosil menjadi semakin mahal dan langka. Mengacu pada kebijaksanaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Hasil utama dari usaha peternakan sapi perah yaitu susu dan anakan, di samping juga dihasilkan feses dan urin yang kontinu setiap hari. Pendapatan utama peternak diperoleh

Lebih terperinci

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **)

Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) SISTEM PRODUKSI BIOGAS YANG TERINTEGRASI (Sebuah Aplikasi Teknologi Tepat Guna melalui Pemanfaatan limbah ) Agustin Sukarsono *) Eddy Ernanto **) PENDAHULUAN Krisis bahan bakar di indonesia dewasa ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia

I. PENDAHULUAN. berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu agroindustri yang sangat potensial dan berkembang pesat pada dua dekade terakhir. Produksi minyak sawit Indonesia telah menyumbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial di dunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan

Lebih terperinci

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS

PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS PROPOSAL LOMBA INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : 1. SLAMET WAHYUDI Bidang Energi PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN JL. Basuki Rahmat

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR TEPUNG IKAN SKRIPSI Oleh : DENNY PRASETYO 0631010068 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAWA TIMUR SURABAYA 2011

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Natalitas (kelahiran) yang terjadi setiap hari tentu menambah jumlah populasi manusia di muka bumi ini. Tahun 2008 ini populasi penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 setelah

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI.

STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. STUDI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI UNTUK GENSET LISTRIK BIOGAS, PENERANGAN DAN MEMASAK MENUJU DESA NONGKOJAJAR (KECAMATAN TUTUR) MANDIRI ENERGI. OLEH : Dhika Fitradiansyah Riliandi 2205 100 003 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya kelangkaan bahan bakar minyak yang disebabkan oleh ketidakstabilan harga minyak dunia, maka pemerintah mengajak masyarakat untuk mengatasi masalah energi

Lebih terperinci

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017

OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas. REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) 4/2/2017 REAKTOR BIOGAS SKALA KECIL (Rumah Tangga dan Semi-Komunal) Dr. Budhijanto Pusat Inovasi Agro Teknologi Universitas Gadjah Mada OUTLINE Prinsip dasar produksi biogas Berbagai tipe reaktor - Reaktor yang

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran

Lebih terperinci

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016

PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 CONTOH : PROPOSAL INOVASI TEKNOLOGI TINGKAT KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2016 PEMANFAATAN LIMBAH TAHU SEBAGAI BAHAN BIOGAS INOVATOR : SLAMET WAHYUDI Bidang Energi LEMBAR PENGUSULAN Judul Inovasi : Pemanfaatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan konsumsi energi rumah tangga menjadikan sumber energi rumah tangga seperti gas, minyak tanah, batu bara, dan lain-lain kini menjadi semakin langka.

Lebih terperinci

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F

STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN. Oleh : NUR ARIFIYA AR F STUDI AWAL TERHADAP IMPLEMENTASI TEKNOLOGI BIOGAS DI PETERNAKAN KEBAGUSAN, JAKARTA SELATAN Oleh : NUR ARIFIYA AR F14050764 2009 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas

Bakteri Untuk Biogas ( Bag.2 ) Proses Biogas Biogas adalah gas mudah terbakar yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Pada umumnya semua jenis bahan organik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk

I. PENDAHULUAN. anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha tani yang intensif telah mendorong pemakaian pupuk anorganik terus meningkat. Akibat jangka panjang dari pemakaian pupuk anorganik yang berlebihan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Kerangka Teori Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan Limbah Cair Industri Tahu Bahan Organik C/N COD BOD Digester Anaerobik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Energi memiliki peranan penting dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan manusia. Terlebih, saat ini hampir semua aktivitas manusia sangat tergantung pada

Lebih terperinci

PERANCANGAN REAKTOR BIOGAS DI UPTD PASAR TERNAK PALANGKI

PERANCANGAN REAKTOR BIOGAS DI UPTD PASAR TERNAK PALANGKI PERANCANGAN REAKTOR BIOGAS DI UPTD PASAR TERNAK PALANGKI Ashadi Rizki Zumaro 1, Yaumal Arbi 2 Teknik Lingkungan, Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang email : 1 rizkizumaro@gmail.com, 2 yaumalarbi@sttind.ac.id

Lebih terperinci

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim

Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim AgroinovasI Sistem Integrasi Tanaman Ternak (SITT) di Lahan Sawah Tadah Hujan untuk Antisipasi Perubahan Iklim Usaha ternak telah berkembang sejak lama di Indonesia, termasuk di Jakenan, Pati tetapi umumnya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY

PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS RENEWABLE ENERGY Sri Wahyono Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: swahyono@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini banyak orang yang membicarakan masalah pemanasan global, bahkan dalam buku pendidikan lingkungan hidup untuk anak SD pun sudah mulai banyak yang membahas pemanasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN 6% 1% Gambar 1.1 Sumber Perolehan Sampah di Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan sampah di Kota Bandung merupakan masalah yang belum terselesaikan secara tuntas. Sebagai kota besar, jumlah penduduk Kota Bandung semakin bertambah.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan zaman, ketergantungan manusia terhadap energi sangat tinggi. Sementara itu, ketersediaan energi fosil yang ada di bumi semakin menipis. Bila hal

Lebih terperinci

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah

BAB VII PERKIRAAN EMISI. Pemerintah Kabupaten Donggala A. GAS RUMAH KACA B. KEGIATAN MANUSIA DAN JENIS GRK. Badan Lingkungan Hidup Daerah BAB VII PERKIRAAN EMISI A. GAS RUMAH KACA Gas rumah Kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya berbagai aktivitas manusia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di

I. PENDAHULUAN. Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kelapa sawit merupakan salah satu industri penghasil devisa non migas di Indonesia dengan komoditas utama yaitu minyak sawit (Crude Palm Oil/CPO). Minyak sawit

Lebih terperinci

Ringkasan Makalah. Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. Disampaikan Oleh : Sri Wahyuni, MP

Ringkasan Makalah. Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan. Disampaikan Oleh : Sri Wahyuni, MP Ringkasan Makalah Biogas Energi Terbarukan Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan Disampaikan Oleh : Sri Wahyuni, MP Pada : Kongres Ilmu Pengetahuan Nasional (KIPNAS) ke 10 Jakarta, 8 10 November 2011 1 Permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LIMBAH PERTANIAN (JERAMI) DAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS Disusun Oleh: ALDINO OVAN YUDHO K. INDRA KUSDWIATMAJA I8311001 I8311024 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan salah satu dari bentuk bioenergi (biological energy) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Biogas merupakan salah satu dari bentuk bioenergi (biological energy) yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Biogas Biogas merupakan salah satu dari bentuk bioenergi (biological energy) yang dihasilkan dari aktivitas fermentasi bahan organik, yakni : kotoran ternak dan limbah

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA

EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA EXECUTIVE SUMMARY SURVEY PENDAHULUAN BIOGAS RUMAH TANGGA I. Informasi Umum Judul program Lokasi Jangka waktu Program Pemanfaatan Biogas Rumah Tangga sebagai Sumber Energi Baru dan Terbarukan yang ramah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peradaban manusia terus berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan ini didorong oleh perkembangan pengetahuan manusia, karena dari waktu ke waktu manusia

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi beternak babi di Indonesia kebanyakan berasal dari negaranegara sub tropis yang sering kali membutuhkan biaya pemeliharaan yang tinggi. Teknologi beternak babi

Lebih terperinci

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin

diharapkan dapat membantu pemerintah dalam mengatasi ketergantungan masyarakat terhadap penggunaan bahan bakar minyak yang ketersediaannya semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini zaman sudah semakin berkembang dan modern. Peradaban manusia juga ikut berkembang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia terus berpikir bagaimana

Lebih terperinci

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN PENDAHULUAN Tanah yang terlalu sering di gunakan dalam jangka waktu yang panjang dapat mengakibatkan persediaan unsur hara di dalamnya semakin berkurang, oleh karena itu pemupukan merupakan suatu keharusan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN

PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN 161: Hozairi dkk. EN-9 PEMANFAATAN KOTORAN HEWAN MENJADI ENERGI BIOGAS UNTUK MENDUKUNG PERTUMBUHAN UMKM DI KABUPATEN PAMEKASAN Hozairi, Bakir, dan Buhari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM

PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM PERANCANGAN ALAT TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENGURANGI DAMPAK LINGKUNGAN DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN RUMAH PEMOTONGAN AYAM Moses Laksono Singgih dan Mera Kariana Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK. Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim

APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK. Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim . APLIKASI TEKNOLOGI BIOGAS GUNA MENUNJANG KESEJAHTERAAN PETANI TERNAK Dewi Hastuti Dosen Fakultas Pertanian Universitas wahid Hasyim Abstrak Pengoptimalan peran ternak terhadap pendapatan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BB PNDHULUN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun terakhir ini energi merupakan persoalan yang krusial didunia. Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya merupakan usaha peternakan tradisional yang didominasi oleh peternak rakyat dengan skala relatif kecil. Produksi susu dalam

Lebih terperinci

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK. Kulonprogo, DI. Yogyakarta. Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK Kulonprogo, DI. Yogyakarta Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari

TINJAUAN LITERATUR. Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari TINJAUAN LITERATUR Biogas Biogas adalah dekomposisi bahan organik secara anaerob (tertutup dari udara bebas) untuk menghasilkan suatu gas yang sebahagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota sekarang ini semakin pesat, hal ini berbanding lurus dengan sampah yang dihasilkan oleh penduduk kota. Pada data terakhir bulan November

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun terakhir, energi menjadi persoalan yang krusial di dunia, dimana peningkatan permintaan akan energi yang berbanding lurus dengan pertumbuhan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan tahun yang lalu dan. penting bagi kelangsungan hidup manusia, seiring dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini pemanfaatan minyak bumi dan bahan bakar fosil banyak digunakan sebagai sumber utama energi di dunia tak terkecuali Indonesia. Selain terbentuk dari jutaan

Lebih terperinci

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran Bintang Rizqi Prasetyo 1), C. Rangkuti 2) 1). Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti E-mail: iam_tyo11@yahoo.com 2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: BIOGAS DARI LIMBAH DAUN BAWANG MERAH SEBAGAI SUMBER ENERGI RUMAH TANGGA ALTERNATIF DI KABUPATEN BREBES BIDANG KEGIATAN: PKM-PENERAPAN TEKNOLOGI Diusulkan Oleh:

Lebih terperinci

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH SAPI DAN PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH SAPI DAN PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK Agros Vol. 15 No.1, Januari 2013: 207-213 ISSN 1411-0172 PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH SAPI DAN PEMANFAATAN LIMBAH BIOGAS SEBAGAI PUPUK ORGANIK BIOGAS PRODUCTION FROM COW WASTE AND UTILIZATION OF BIOGAS

Lebih terperinci

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU

SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP SERAH TERIMA DIGESTER TERNAK DAN IPAL TAHU Tuntang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah Oleh : Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA

Lebih terperinci

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG

PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG PENERAPAN TEKHNOLOGI PEMBUATAN BIOARANG DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH KOTORAN TERNAK DI PETERNAKAN SAPI POTONG ZELTI FARM LUBUK MINTURUN KODYA PADANG Ellyza Nurdin, Salam N.Aritonang, Elly Roza Fak. Peternakan

Lebih terperinci

Chrisnanda Anggradiar NRP

Chrisnanda Anggradiar NRP RANCANG BANGUN ALAT PRODUKSI BIOGAS DENGAN SUMBER ECENG GONDOK DAN KOTORAN HEWAN Oleh : Chrisnanda Anggradiar NRP. 2106 030 038 Program Studi D3 Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu

PENDAHULUAN. diperbahurui makin menipis dan akan habis pada suatu saat nanti, karena itu PENDAHULUAN Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan saat ini konsumsi meningkat. Namun cadangan bahan bakar konvesional yang tidak dapat diperbahurui makin menipis dan akan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERTANIAN

DEPARTEMEN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN DIREKTORAT BUDIDAYA TERNAK RUMINANSIA DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN TAHUN 2010 Jl. Harsono RM. No. 3 Ragunan Jakarta Selatan Telp/Fax : (021) 7815782 KATA PENGANTAR Program pengembangan

Lebih terperinci

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan

cair (Djarwati et al., 1993) dan 0,114 ton onggok (Chardialani, 2008). Ciptadi dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu merupakan komoditi pertanian yang utama di Provinsi Lampung. Luas areal penanaman ubi kayu di Provinsi Lampung pada tahun 2009 adalah sekitar 320.344

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh:

PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT. Oleh: ISSNNo.2355-9292 JurnalSangkareangMataram 29 PROSPEK PENGEMBANGAN BIOGAS DI KABUPATEN LOMBOK BARAT Oleh: I Made Anggayuda Pramadya 1), I Gusti Lanang Parta Tanaya 2) dan Adinul Yakin 2) 1) Dosen Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu demi waktu kini industri baik industri rumahan maupun pabrik semakin banyak di Indonesia. Kini sangat mudah ditemukan sebuah industri meskipun letaknya dekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. liternya. Sehingga 95% masyarakat beralih ke gas elpiji. Konsumsi elpiji pada

BAB I PENDAHULUAN. liternya. Sehingga 95% masyarakat beralih ke gas elpiji. Konsumsi elpiji pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kondisi energi di Indonesia sekarang ini sangat memprihatinkan. Dalam beberapa tahun terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7% per tahun. Sementara

Lebih terperinci