Sambutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Pada Rapat Kerja Keluarga Berencana Nasional Tahun 2005
|
|
- Ida Muljana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Sambutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Pada Rapat Kerja Keluarga Berencana Nasional Tahun 2005 Senin, 21 Maret 2005 Bismillahirohmannirohim, Assalamu'alaikum wa rohmattullohi wa barrokatuh, Salam sejahtera bagi kita semua, Saudari Kepala Badan Koordinasi Kelauarga Berencana yang saya hormati, Saudara- Saudari para peserta rapat kerja yarg berbahagia, Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat wal'afiat. Saya merasa berbahagia, karena dalam rapat kerja ini saya diberi kesempatan untuk menyampaikan kebijakan pendayagunaan aparatur negara khususnya pengembangan pelembagaan pengaturan kebijakan makro di bidang pembangunan kependudukan dan keluarga berencana. Dalam realitas penyelenggaraan negara, seringkali kita mendengar banyaknya kritikan masyarakat terhadap kinerja birokrasi pemerintah yang dianggap kurang peka dan kurang responsif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kritikan tersebut tentu tidak boleh kita abaikan begitu saja, apalagi saat ini semangat reformasi menuntut adanya keterbukaan dan transparansi dari pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, dalam mengemban amanah-amanah publik. Kita sadari bahwa pandangan masyarakat terhadap peran pemerintah telah mengalami perubahan. Pada masa lalu, pemerintah melakukan semua pengaturan dan pelaksanaan kegiatan kepemerintahan (governance) secara langsung dalam rangka pencapaian tujuan negara. Namun saat ini, seiiring dengan semakin meningkatnya kesadaran dan kemandirian masyarakat, sebagian tugas-tugas tersebut sudah dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat. Hal tersebut telah mendorong perlu segera dilakukannya reposisi peran pemerintah dari sebagai "pelaksana" menjadi "pengatur" (steering rather than rowing). Dalam konteks yang lebih baru yaitu "good governance", pemerintah bukan lagi satu-satunya penentu dalam keberhasilan pencapaian tujuan negara tetapi periu berbagi peran dan bersinergi dengan sektor swasta dan masyarakat. Kondisi demikian telah meyadarkan kita bahwa sebelum suatu fungsi ditentukan apakah akan menjadi suatu urusan yang harus diselenggarakan oleh birokrasi pemerintahan atau tidak, perlu dipertimbangkan kapabilitas atau kemampuan sektor lainnya (swasta dan masyarakat), sehingga dapat dihindari pembentukan lembaga pemerintahan yang sebenarnya dapat diselenggarakan oleh sektor swasta atau masyarakat itu sendiri. Berkaitan kelembagaan pemerintah, minimal ada 3 model kelembagaan yang dapat diterapkan yaitu pertama, berdirinya suatu lembaga pemerintah yang murni melaksanakan urusan tertentu (rowing government agency); kedua, berdirinya suatu lembaga pemerintah yang mendorong dan memfasilitasi lembaga-lembaga di luar pemerintahan (empowering government agency/more steering); ketiga, tidak perlu
2 dibentuknya suatu lembaga pemerintah karena fungsi tersebut telah diserahkan sepenuhnya kepada lembaga-lembaga di luar pemerintahan (self-regulating governance). Model kelembagaan tersebut dapat digunakan pula dalam -menganalisa dan memprediksi masa depan kelembagaan yang menangani masalah kependudukan dan keluarga berencana. Secara kuantitatif, kerja keras yang dilakukan BKKBN sejak lebih dari 30 tahun yang lalu telah menunjukkan kemajuan yang sangat berarti, seperti keberhasilan dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dari 2,34 persen ( ) hingga 1,49 persen ( ). Sedangkan secara kualitatif, pertumbuhan penduduk yang terkendali tersebut memberikan dampak positif terhadap meningkatnya kualitas hidup seperti kesadaran penduduk untuk mewujudkan norma keluarga kecil. Dengan demikian, prestasi gemilang yang telah dicapai lembaga ini perlu dipertahankan, ditingkatkan, dan tentu saja disesuaikan dengan kondisi permasalahan kependudukan dan keluarga berencana di masa yang akan datang. Saudara-saudari yang berbahagia, Saya ingin mengingatkan bahwa kita semua ini adalah-bagian dari aparatur negara yang mempunyai tugas mulia dan bertanggung jawab atas keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan umum dan pembangunan. Dalam kerangka reformasi aparatur negara, tindakan dan kegiatan kita hendaklah dilakukan secara konsepsional, sistematis dan berkelanjutan. Namun yang tidak kalah pentingnya adalah komitmen, konsistensi dan keseriusan kita dalam bekerja. Kita tidak akan dapat mendorong orang lain untuk melakukan pembenahan apabila kita sendiri tidak mampu melaksanakannya dengan baik. Pada dasarnya, kebijakan dalam penataan kelembagaan pemerintah, lebih diarahkan pada upaya rightsizing yaitu upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah yang diarahkan untuk mengembangkan organisasi yang lebih proporsional, datar (flat), transparan, hierarki yang pendek dan terdesentralisasi kewenangannya. Sejalan dengan bentuk organisasi yang flat, maka jabatan struktural sebaiknya hanya ada pada level pimpinan tertentu, selebihnya diisi oieh pejabat-pejabat fungsional yang mengedepankan kompetensi dan profesionalitas dalam pelaksanaan tugasnya. Dalam lingkungan strategis yang sangat cepat berubah saat ini, diperlukan organisasi yang mampu mentransformasikan dirinya untuk mehjawab tantangan-tantangan dan kesempatan yang timbul akibat perubahan tersebut. Proses transformasi atau belajar dari setiap unsur dalam organisasi tersebut kita kenal sebagai "Organisasi Pembelajar (Learning Organization)". Selain itu, Organisasi pemerintah yang dibentuk sebaiknya memanfaatkan jejaring (networking) ada. Kelembagaan seperti inilah yang mampu melakukan aktivitas organisasi secara cepat dan efisien. Hal tersebut sejalan dengan perspektif bahwa organisasi yang sukses adalah "small organization but large networking". Yang perlu saya tekankan di sini adalah bahwa kelembagaan pemerintah hendaknya disusun berdasarkan visi dan misi yang jelas. Selanjutnya, desain struktur organisasinya disusun berdasarkan kebutuhan nyata dan mengikuti strategi dalam pencapaian visi dan misi organisasi yang telah ditetapkan (structure follows strategy). Perlu saya ingatkan kembali bahwa pendayagunaan aparatur negara tidak saja melibatkan faktor kelembagaan tetapi juga berkaitan erat dengan aspek sumber daya manusia, ketatalaksanaan, pegawasan, pelayanan terhadap publik dan tentu saja akuntabilitas
3 aparaturnya. Untuk itu, kelembagaan yang baik tidak ada artinya apabila tidak diisi oleh sumber daya manusia yang handal dengan mekanisme, sistem dan prosedur yang efisien. Agar pelaksanaannya berjalan sesuai dengan rencana yang ditetapkan, semua aktivitas tersebut haruslah tetap dimonitoring dan diawasi sehingga pertanggungjawaban terhadap publik. menjadi jelas ukurannya. Saudara-Saudari yang berbahagia, Pada bagian berikut ini, sesuai dengan tema Rapat kerja ini, saya mencoba memfokuskan paparan ini pada pengembangan kelembagaan di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Kebijakan pemerintah di bidang kelembagaan seperti yang saya kemukakan sebelumnya, perlu diimplementasikan dan digunakan sebagai pisau analisis dalam melakukan kajian terhadap keberadaan lembaga pemerintahan yang berlaku saat ini. Sebagai langkah awal dalam mengkaji kelembagaan kependudukan dan keluarga berencana, perlu kiranya terdapat kesamaan pandangan terhadap 3 (tiga) dimensi berikut. Pertama, bahwa fungsi kependudukan dan terutama keluarga berencana dalam kenyataannya diselenggirakan tidak saja oleh Pemerintah tetapi juga diselenggarakan secara aktif oleh pihak dunia usaha dan masyarakat antara lain dengan dibentuknya lembaga-lembaga swadaya masyarakat pada bidang tersebut. Kedua, dalam internal pemerintahan, saat ini fungsi kependudukan dan keluarga berencana merupakan dua fungsi yang terpisah pelembagaannya, meskipun secara fungsional terdapat hubungan kerjasama di antara lembaga-lembaga pemerintah tersebut. Ketiga, dalam era desentralisasi sebagian kewenangan di bidang kependudukan dan keluarga berencana telah diserahkan kepada pemerintah daerah. Pada dimensi pertama, perlu disampaikan terlebih dahulu pengertian "good governance". Pada umumnya istilah "good governance" diartikan sebagai pengelolaan pemerintahan yang baik. Kata 'baik' disini dimaksudkan sebagai mengikuti kaidah-kaidah tertentu sesuai dengan prinsip-prinsip dasar Good Governance yang meliputi 10 hal yaitu: kesetaraan (equity), pengawasan (super/isicn), penegakan hokum (law enforcement), daya tangkap (responsiveness), efisiensi dan efektivitas (efficiency and effectiveness), partisipasi (participation), profesionalisme (professionalism), akuntabilitas (accountability), wawasan ke depan (strategic vision) dan transparansi (transparency). "Logical framework" yang perlu digunakan dalam dimensi pertama ini adalah bahwa ketiga pilar "good governance" (pemerintah, dunia usaha dan masyarakat) melakukan sinergi satu dengan lainnya sehingga peran Pemerintah adalah sebagai fasilitator pembangunan kependudukan dan keluarga berencana dan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dunia usaha dan masyarakat. Konsekuensinya, lernbaga pemerintah di bidang kependudukan dan keluarga berencana tidak sepenuhnya bersifat operasional dan mempunyai peran yang berbeda dengan sebelumnya. Dengan demikian, besaran organisasinya perlu disesuaikan dengan reposisi peran pemerintah dalam pembangunan kependudukan.
4 Pada dimensi kedua, dilihat dari aspek kelembagaan, fungsi kependudukan pada saat ini dapat dipetakan sebagai berikut: a. Fungsi administrasi kependudukan diselenggarakan oleh Departemen Dalam Negeri (Ditjen Administrasi Kependudukan) dan Departemen Hukum dan HAM (Ditjen Imigrasi). b. Fungsi mobilisasi penduduk diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja dan Transrnigrasi (Ditjen Pembinaan Penyiapan Permukiman dan Penempatan Transmigrasi; Ditjen Pembinaan Pengembangan Masyarakat dan Kawasan Transmigrasi). c. Fungsi pengendalian dan peningkatan kualitas penduduk diselenggarakan oleh BKKBN. Kondisi kelembagaan demikian menunjukkan adanya perbedaan pengaturan perundangundangan dan anggaran yang dilaksanakan oleh masing-masing instansi. Di sisi lain, hal tersebut mengisyaratkan perlu dilakukannya pengkajian ulang terhadap pelembagaan fungsi kependudukan, sampai sejauh mana mekanisme seperti itu dapat mondukung tercapainya tujuan pembangunan di bidang kependudukan dan keluarga berencana secara efisien dan efektif. Pertanyaan selanjutnya adalah apakah penerapan kebijakan di bidang kependudukan yang terintegrasi akan lebih baik dari yang berlaku saat ini. Kebijakan yang terintegrasi dapat kita lihat pada penerapan sistem identifikasi tunggal atau dikenal juga sebagai SIN (Single Identification Number). SIN yang merupakan elemen e-government umumnya didasarkan pada Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Nomor tdentitas Penduduk (NIP), Nomor Sertifikat Kelahiran (NSK), Nomor Paspor, Nomor Social Security, Nomor Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Nomor Pemilih. Dengan konsep yang terintegrasi ini, setiap penduduk nantinya akan memiliki satu nomor pengenal atau nomor identitas yang unik sebagai warga negara. Lebih jauh, penerapan SIN ini juga sangat berguna untuk mempermudah pelacakan terhadap tindak pidana korupsi. Pada dimensi ketiga, sebagai tindak lanjut pelaksanaan desentralisasi yang antara lain tertuang dalam Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BKKBN merupakan salah satu instansi pemerintah" pusat yang harus menyerahkan sebagian kewenangannya kepada Pemerintah Daerah. Pada bulan Juni 2003, amanah tersebut telah dilaksanakan dengan menyerahkan sebagian kewenangan BKKBN kepada seluruh Kabupaten/Kota, sedangkan status BKKBN Provinsi, kecuali BKKBN Provinsi DKI Jakarta, disepakati masih tetap sebagai instansi vertikal. Dalam konteks hubungan Pusat dan Daerah, maka peran yang ideal untuk lembaga pusat adalah peran yang mengarah kepada penguatan pelaksanaan desentralisasi itu sendiri. Peran tersebut dikenal sebagai promotive role yang menjelaskan upaya-upaya untuk membantu peningkatan kualitas penyelenggaraan otonomi daerah berdasarkan potensi yang dimilki melalui pembardayaan kapasitas institusi pamerintahan daerahnya sehingga daerah tersebut mampu mengelola kepentingan lokal yang semakin
5 berkembang. Peran lainnya, sepertl preventive role, punitive role, dan reformative role dinilai tidak sesuai dengan semangat desentralisasi dan dapat memberikan dampak negatif dalam pembangunan otonomi daerah. Dengan demikian, sejalan dengan kewenangan yang telah diserahkan maka organisasi pada tingkat Pusat seharusnya tidak lagi sebesar organisasi sebelum era desentralisasi. Tetapi, tetap dikembangkan lembaga yang dapat menjamin keharmonisan hubungan antara Pusat dan Daerah misalnya masih diperlukannya bimbingan (guidance) dari pemerintah pusat kepada daerah. Dalam rangka mewujudkan rancangan organisasi dalam paradigma baru tersebut, maka struktur organisasi di bidang kependudukan dan keluarga berencana sebaiknya perlu dievaluasi kembali. Beberapa aspek yang dapat dijadikan pertimbangan antara lain disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dan perkembangan misi dan strategi. Struktur tersebut sebaiknya dikelompokkan pada fungsi yang paling logis dan "cost effective". Struktur tersebut perlu pula di support dengan kebijakan yang terintegrasi (integrated policy). Yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa struktur tersebut mendayagunakan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya, terutama pemanfaatan teknologi di dalam organisasi dengan sebaik-baiknya. Saudara-Saudari yang berbahagia, Berkaitan dengan format kelembagaan sebagaimana tersebut di atas, struktur organisasi yang didesain sebaik apapun tidak akan dapat efektif apabila tidak didukung dengan optimalisasi atau pendayagunaan sumber daya manusia secara tepat. Kapabilitas, kompetensi, dan profesionalisme menjadi syarat utama bagi jalannya organisasi. Demikian pula mekanisme kerja antar unit organisasi disusun secara tepat pula dengan mengoptimalkan pemanfaatan ilmu dan teknologi yang sesuai perkembangan sehingga proses pelaksanaan tugas tersebut dapat efisien, terarah, terpadu, dan sinergis menuju pada pencapaian tujuan organisasi. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah bahwa organisasi bidang kependudukan dan keluarga berencana akan ditentukan pula oleh bentuk grand design kelembagaan pemerintah secara keseluruhan. Dalam upaya reformasi birokrasi tersebut, akan dilakukan penataan ulang seluruh tatanan kelembagaan pemerintah yang baru seperti melakukan redefinisi keberadaan Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND). Hal tersebut perlu dilakukan karena dalam praktek penyelenggaraan pemerintahan selama ini sering terjadi disharmoni kebijakan antara LPND dengan Departemen/Kementerian yang mengkoordinasikannya. Demikianlah pokok-pokok pikiran yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat. Selamat mengadakan rapat kerja, semoga sukses. Terima kasih. Wassalamu'alaikum wr. wb. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, Taufiq Effendi
BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering
Lebih terperinciKebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum
emangat reformasi telah mendorong pendayagunaan aparatur Negara untuk melakukan pembaharuan dan peningkatan efektivitas dalam melaksanakan fungsi penyelenggaraan pemerintahan Negara dalam pembangunan,
Lebih terperinciTERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN
TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN Untuk memberikan gambaran yang jelas pada visi tersebut, berikut ada 2 (dua) kalimat kunci yang perlu dijelaskan, sebagai berikut : Masyarakat
Lebih terperinciBAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)
Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan
Lebih terperinciMengetahui bentuk pemerintahan yang baik RINA KURNIAWATI, SHI, MH
Modul ke: GOOD GOVERNANCE Mengetahui bentuk pemerintahan yang baik Fakultas FAKULTAS www.mercubuana.ac.id RINA KURNIAWATI, SHI, MH Program Studi Pengertian Istilah good governance lahir sejak berakhirnya
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam
KEBIJAKAN PENDANAAN KEUANGAN DAERAH Oleh: Ahmad Muam Pendahuluan Sejalan dengan semakin meningkatnya dana yang ditransfer ke Daerah, maka kebijakan terkait dengan anggaran dan penggunaannya akan lebih
Lebih terperinciBAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN
BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk
Lebih terperinciBAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014
SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE-68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014 Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum wr. wb, Salam sejahtera bagi kita semua.
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI SKPD Analisis Isu-isu strategis dalam perencanaan pembangunan selama 5 (lima) tahun periode
Lebih terperinciKEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
1 KEMENTERIAN AGAMA RI SAMBUTAN MENTERI AGAMA PADA PERINGATAN HARI AMAL BAKTI KE - 68 KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA TANGGAL 3 JANUARI 2014 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Bismillahirrahmanirrahim,
Lebih terperinciBagian Hukum dan HAM pada Sekretariat Daerah Kota Bandung KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya, sehingga tugas penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Bagian Hukum dan HAM pada Sekretariat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari yang semula terpusat menjadi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semangat otonomi daerah dan dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 tahun
Lebih terperinciBab II Perencanaan Kinerja
Di kantor Bab II Perencanaan Kinerja 2.1. Perencanaan 2.1.1. Rencana Strategis Tahun 2013-2018 Dalam sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah, perencanaan stratejik merupakan langkah awal yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. publik. Pemahaman mengenai good governance berbeda-beda, namun sebagian
15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.7 Latar Belakang Masalah Konsep good governance muncul karena adanya ketidakpuasan pada kinerja pemerintahan yang selama ini dipercaya sebagai penyelenggara urusan publik. Pemahaman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatkan peranan publik ataupun pembangunan, dapat dikembangkan melalui implementasi desentralisasi dan otonomi daerah sebagai salah satu realita yang kompleks namun
Lebih terperinciMemaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance
Memaknai Profesionalisme dan Independensi Pengelolaan Kawasan Andalan Era Otonomi Daerah melalui Penerapan Good Governance Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Makassar, 5 Desember 2013 1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini, kita dihadapkan pada perubahan arah pembangunan yang bertumpu pada peningkatan sumber daya aparatur pemerintah sebagai kunci pokok
Lebih terperinciARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA
ARAHAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA ACARA SOSIALISASI PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG TEPAT UNTUK DAERAH Assalammu alaikum Wr.Wb
Lebih terperinciSambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi
Sambutan Tertulis Presiden Republik Indonesia pada Penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2006 Kepada Semua Provinsi Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2017 DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL DAERAH PROVINSI JAWA BARAT 2017 DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi... i... ii Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang 1.2
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2015-2019 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015 KATA PENGANTAR Rencana strategis (Renstra) 2015 2019 Biro Hukum dan Organisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. berbagai hal yang melekat di dalamnya seperti kartu tanda penduduk atau
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kependudukan Banyak hal yang terkait bilamana kita akan membahas topik kependudukan terlebih pada wilayah administrasi kependudukan dengan berbagai hal yang melekat di dalamnya
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA
COVER DEPAN Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government COVER DALAM Panduan Pelaksanaan Proyek dan Penganggaran e Government SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMASI REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciRENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG. Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N
RENCANA KERJA BAGIAN ADM. PEMERINTAHAN SETDAKAB. JOMBANG Tahun 2015 B A G I A N A D M I N I S T R A S I P E M E R I N T A H A N 2 0 1 5 Puji dan syukur kami panjatkan ke Khadirat Allah SWT, atas Rahmat
Lebih terperinciLAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016
LAPORAN REVIEW SOP SEMESTER II 2016 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BALAI PENELITIAN DAN OBSERVASI LAUT i KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suatu organisasi didirikan karena mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Dalam mencapai tujuannya setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku dan sikap orangorang
Lebih terperinciVISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi
VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 1. Visi "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi Banten menuju tata kelola pemerintahan yang baik". Penjabaran dari visi
Lebih terperinciSambutan. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. pada acara Rapat Koordinasi Penataan Kelembagaan LPNK
Sambutan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi pada acara Rapat Koordinasi Penataan Kelembagaan LPNK Jakarta, 16 November 2011 1 Yang Saya hormati: Wakil Menteri Pendayagunaan Aparatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin meningkatnya tuntutan masyarakat atas penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, adil, transparan, dan akuntabel harus disikapi dengan serius dan sistematis.
Lebih terperinciMenteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Bapak Asman Abnur; Gubernur Bank Indonesia, Bapak Agus D.W.
SAMBUTAN DAN PENGARAHAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA DALAM ACARA ANUGERAH KEARSIPAN TAHUN 2016 DAN PENCANANGAN GERAKAN NASIONAL TERTIB ARSIP Yang Saya Hormati: Menteri Pendayagunaan Aparatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG TANGGAL 10 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PELANTIKAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON III, IV, V DILINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 10 PEBRUARI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA
Lebih terperinciKata Pengantar. Oleh karena itu agar langkah dimaksud dapat menjadi prioritas program lima tahun pembangunan kepegawaian ke depan menyongsong ii
i Kata Pengantar Seraya memanjatkan puji dan syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Badan Kepegawaian Daerah telah dapat melalui tahapan lima tahun kedua pembangunan jangka menengah bidang kepegawaian
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dengan tugas pokoknya merumuskan kebijakan teknis perencanaan pembangunan daerah
Lebih terperinciPELAYANAN INFORMASI PUBLIK
KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM REPUBLIK INDONESIA UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu prasyarat penting
Lebih terperinciBAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI. A. Pendahuluan
BAB 1 BISNIS PROSES DALAM REFORMASI BIROKRASI A. Pendahuluan Salah satu area perubahan dalam reformasi birokrasi yang wajib dilaksanakan oleh kementerian/lembaga/pemerintah daerah adalah penataan tata
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N
1 BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Arah kebijakan Inspektorat Kabupaten Bandung adalah Pembangunan Budaya Organisasi Pemerintah yang bersih, akuntabel, efektif dan Profesional dan Peningkatan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT
KATA PENGANTAR Sebagai tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, yang mewajibkan bagi setiap pimpinan instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI TENGAH
GUBERNUR SULAWESI TENGAH SAMBUTAN PENJABAT GUBERNUR SULAWESI TENGAH PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KOORDINASI PEMBINAAN PROGRAM KEDIKLATAN PROVINSI SULAWESI TENGAH SELASA, 10 MEI 2011 ASSALAMU ALAIKUM WAR,
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE-XXI TANGGAL 25 APRIL 2017
MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA AMANAT MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAH KE-XXI TANGGAL 25 APRIL 2017 ASSALAMU ALAIKUM WR. WB, SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA. YANG TERHORMAT
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
UNIT PELAYANAN INFORMASI PUBLIK PPID RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PELAYANAN INFORMASI PUBLIK Melayani Informasi, Memajukan Negeri 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Salah satu prasyarat penting dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai negara, peranan negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (government)
Lebih terperinciSAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29
SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PEMBUKAAN RAPAT KERJA BIDANG PERTANAHAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2008 Hari/Tanggal : Selasa, 29 Juli 2008 Pukul : 08.30 WIB Tempat : Balai Petitih Kantor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mampu memberikan informasi keuangan kepada publik, Dewan Perwakilan. rakyat Daerah (DPRD), dan pihak-pihak yang menjadi stakeholder
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Implikasi otonomi daerah terhadap akuntansi sektor publik adalah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut untuk mampu memberikan informasi
Lebih terperinciSambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI Pada Upacara Bendera Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia
Sambutan Kepala Perpustakaan Nasional RI Pada Upacara Bendera Peringatan Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan ke-65 Republik Indonesia Jakarta, 17 Agustus 2010 Assalamualaikum Wr.Wb. Saudara saudara
Lebih terperinciPENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN
PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN Oleh : NAMA : HASIS SARTONO, S.Kom NIP : 19782911 200312 1 010
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap nasib suatu daerah karena daerah dapat menjadi daerah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat ini perkembangan akuntansi sektor publik, khususnya di Indonesia semakin pesat dengan adanya era baru dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah.
Lebih terperinciSAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA
SAMBUTAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL RI PADA RAPAT KERJA PUSAT XVII DAN SEMINAR ILMIAH PUSTAKAWAN INDONESIA Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera untuk kita semua Yth. 1. Menteri Pendayagunaan Aparatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejalan dengan perkembangan gagasan yang terjadi di berbagai Negara, peranan Negara dan pemerintah bergeser dari peran sebagai pemerintah (Government) menjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS PENGELOLA KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH
Lebih terperinciGood Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik
Good Governance: Mengelola Pemerintahan dengan Baik KOSKIP, KAJIAN RUTIN - Sejak lahir seorang manusia pasti berinteraksi dengan berbagai kegiatan pemerintahan hingga ia mati. Pemerintahan merupakan wujud
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN
PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BALI TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENGAMBILAN SUMPAH JABATAN DAN PELANTIKAN SEKRETARIS DAERAH, PEJABAT STRUKTURAL DAN KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.
BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENGAMBILAN SUMPAH JABATAN DAN PELANTIKAN SEKRETARIS DAERAH, PEJABAT STRUKTURAL DAN KEPALA SEKOLAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB. KULONPROGO Wates, 27 Maret 2013 Assalamu
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SURABAYA
SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 3 TAHUN 2003 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA STRATEGI DAERAH (RENSTRADA)
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PEMBUKAAN DIKLAT TEKNIS PENGELOLAAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015
1 BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PEMBUKAAN DIKLAT TEKNIS PENGELOLAAN ASET DAERAH KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015 TANGGAL 3 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG 2 Assalamu alaikum
Lebih terperinciLAPORAN MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAHXXI DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR TANGGAL 25 APRIL 2017
Yth. Yth. LAPORAN MENTERI DALAM NEGERI PADA PERINGATAN HARI OTONOMI DAERAHXXI DI KABUPATEN SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR TANGGAL 25 APRIL 2017 Bapak Presiden Republik Indonesia; Bapak/ Ibu Menteri Kabinet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semenjak diberlakukannya otonomi daerah berdasarkan UU No 32 Tahun 2004, manajemen keuangan daerah Pemerintah Kabupaten Badung mengalami perubahan yaitu reformasi penganggaran.
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL
REPUBLIK INDONESIA KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SAMBUTAN PEMBUKAAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian,
BAB I PENDAHULUAN Pada bab pertama ini akan dibahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah yang kemudian fokus menjadi pertanyaan penelitian, serta tujuan dilakukannya penelitian. Selain itu
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN
BAB II TELAAH PUSTAKA DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Telaah Pustaka 2.1.1 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP), sebagaimana dimaksud
Lebih terperinciPERAN HUMAS DALAM MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI UNTUK MEWUJUDKAN BIROKRASI YANG BERSIH, PROFESIONAL DAN MELAYANI
SAMBUTAN SEKRETARIS KEMENTERIAN PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI PADA SEMINAR BAKOHUMAS DI KEMENTERIAN PAN DAN RB JAKARTA, 25 SEPTEMBER 2012 PERAN HUMAS DALAM MENDUKUNG PROGRAM PERCEPATAN
Lebih terperinciefektivitas dan efisiensi. Dengan modal tersebut diharapkan pemerintahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum tugas dan kewajiban pemerintah adalah menciptakan regulasi pelayanan umum, pengembangan sumber daya produktif, menciptakan ketentraman dan ketertiban masyarakat,
Lebih terperinciAYO KERJA, KAMI PASTI
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA GERAKAN REVOLUSI MENTAL AYO KERJA, KAMI PASTI LATAR BELAKANG 1. Menindaklanjuti Hasil Rapat Koordinasi Perencanaan Penganggaran pada tanggal 10-13
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014
BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA APEL BERSAMA DALAM RANGKA 17-AN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua. Hadirin peserta Upacara yang Saya hormati,
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam proses penyelenggaraan pemerintahan sampai sekarang ini
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR
PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PROFIL BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR Disusun oleh : BAGIAN PEMERINTAHAN SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Puji syukur kami
Lebih terperinciBAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA
BAB 13 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA A. KONDISI UMUM Hingga tahun 2004, berbagai upaya telah dilakukan dalam rangka pelaksanaan reformasi birokrasi. Upaya-upaya ini bertujuan untuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia ditinjau dari segi politik dan ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang bercorak
Lebih terperinciKECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Kecamatan Ujungberung Kota Bandung Tahun 2016,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
LAMPIRAN KEPUTUSAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : /KEP.GUB/BAPPEDA-2/2012 TANGGAL : 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Reformasi sebagai titik tolak pembenahan sistem sosial politik di tanah air semakin
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan jaman dan era globalisasi yang begitu pesat menjadi suatu tantangan baru bagi para pemeriksa inspektorat atau internal auditor. Profesi internal auditor
Lebih terperinciKOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG
KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BPPT KOTA BANDUNG TAHUN 2015 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan Kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Karunianya Reviu Dokumen
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA Kedeputian Pelayanan Publik
LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) DAN EVALUASI KINERJA 2012 Kedeputian Pelayanan Publik Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Akuntabilitas sebagai salah satu pilar tata kepemerintahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan.seluruh pihak termasuk pemerintah sendiri mencoba mengatasi hal ini dengan melakukan
Lebih terperinci2017, No Indonesia Tahun 2012 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5286); 3. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Ne
No.983, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA ANRI. Grand Design Pembinaan SDM Kearsipan. PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG GRAND DESIGN PEMBINAAN SUMBER DAYA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KERJA ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM
Lebih terperinciBAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan Rencana Strategis Kecamatan Bulik Tahun 2013-2018, merupakan bentuk pelaksanaan Undang-undang No.25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.Undang-Undang
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO. selamat siang dan salam sejahtera bagi kita sekalian,
BUPATI WONOSOBO SAMBUTAN BUPATI WONOSOBO DALAM RAPAT PARIPURNA DPRD KABUPATEN WONOSOBO PENYAMPAIAN LAPORAN KETERANGAN PERTANGGUNGJAWABAN BUPATI WONOSOBO TAHUN ANGGARAN 2013 Yang terhormat, Saudara Ketua,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dan mencapai tujuan serta cita- cita bangsa bernegara
Lebih terperinciSAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN KENAIKAN PANGKAT UNTUK GOLONGAN
SAMBUTAN BUPATI SLEMAN PADA ACARA PENYAMPAIAN SURAT KEPUTUSAN KENAIKAN PANGKAT UNTUK GOLONGAN IVa - IVc DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN TANGGAL : 28 APRIL 2016 Assalamu alaikum Wr. Wb. Salam
Lebih terperincianggaran. BPK akan melakukan tugas pemeriksaan setelah anggaran tersebut selesai dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya.
SAMBUTAN PADA ACARA PENANDATANGANAN KESEPAKATAN BERSAMA BPK RI DENGAN DPRD PROVINSI/KAB/KOTA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT TENTANG TATA CARA PENYERAHAN LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI KEPADA DPRD PROPINSI/KAB/KOTA
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN. Modul ke: GOOD GOVERNANCE. Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: GOOD GOVERNANCE by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan : 1. Pengertian, Konsep dan Karakteristik Good Governance. 2. Prinsip-prinsip
Lebih terperinciP E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M
P E M E R I N T A H K O T A M A T A R A M SEKRETARIAT DAERAH KEPUTUSAN SEKRETARIS DAERAH KOTA MATARAM NOMOR : 188.4/747/Org./X/2017 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) SEKRETARIAT DAERAH KOTA
Lebih terperinciREVITALISASI BIROKRASI MENUJU INDONESIA BARU PENDEKATAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN. Oleh: Sunarno, S.H., M.Sc.*
REVITALISASI BIROKRASI MENUJU INDONESIA BARU PENDEKATAN IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Oleh: Sunarno, S.H., M.Sc.* Abstrak Good governance tidak sekedar hanya menjadi sesuatu yang berkembang pada tataran konsep
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN TAHUN 2013 6 DINAS KEPENDUDUKAN DAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) PELAYANAN PERMOHONAN DATA KEPENDUDUKAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA
SALINAN PERATURAN KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN RANCANGAN RENCANA STRATEGIS KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KONSIL KEDOKTERAN INDONESIA,
Lebih terperinciRencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V. PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (Pemilukada)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan
1 I. PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah negara kesatuan, dalam penyelenggaraan pemerintahannya menekankan asas desentralisasi yang secara utuh dilaksanakan di daerah kota/kabupaten
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 27 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi ini, tuntutan terhadap paradigma good governance dalam seluruh kegiatan tidak dapat dielakkan lagi. Istilah good
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. efektifitas, dan efisiensi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pemerintahan, baik oleh Pusat maupun Daerah mempunyai fungsi untuk mendorong dan memfasilitasi pembangunan guna mencapai pertumbuhan ekonomi
Lebih terperinciLaporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul Tahun 2014 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Atas rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Laporan Akuntabilitas Kinerja Pemerintah dapat diselesaikan untuk memenuhi ketentuan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Lebih terperinci