BAB II TEORI PENUNJANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TEORI PENUNJANG"

Transkripsi

1 BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Konsep Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Peringatan dini (early warning) adalah suatu tanda yang memberitahukan kepada manusia bahwa akan terjadi sesuatu. Dengan demikian manusia dapat mengambil keputusan langkah-langkah selanjutnya dalam menanggapi kejadian yang akan datang. Peringatan dini memiliki berbagai macam bentuk sesuai dengan kejadiannya. Dalam hal ini penulis membahas peringatan dini tentang bahaya kebakaran, dengan merancang sistem yang mampu mendeteksi tanda-tanda kebakaran pada sebuah ruangan dan kemudian memberitahukan kepada pemilik rumah atau bangunan melalui pesan singkat SMS bahwa telah terdeteksi tanda-tanda kebakaran. Setelah pemilik rumah atau bangunan menerima pesan SMS, maka akan lebih memudahkan pemilik rumah atau bangunan tersebut dalam mengambil tindakan untuk mencegah agar kebakaran tidak meluas baik dengan menelpon pemadam kebakaran ataupun memberitahukan kepada petugas keamanan bahwa telah terdeteksi kebakaran pada rumah atau bangunannya. Dengan kata lain tujuan dari konsep peringatan dini bahaya kebakaran adalah mencegah meluasnya api jika terjadi kebakaran. Sehingga dapat meminimalkan kerugian maupun kerusakan pada sebuah rumah ataupun bangunan. 2.2 Konsep Jaringan Multidrop Konsep jaringan multidrop adalah suatu konsep jaringan komunikasi data secara serial antara satu perangkat dengan perangkat lainnya melalui sebuah saluran komunikasi data. 6

2 7 Dalam perancangan sistem peringatan dini bahaya kebakaran, penulis menggunakan konsep jaringan multidrop untuk komunikasi antara komputer server dengan mikrokontroller yang terpasang pada rumah atau bangunan ataupun pada lantai yang berbeda pada sebuah gedung, sehingga program aplikasi akan lebih spesifik mengetahui lokasi dari sensor-sensor yang mendeteksi tanda-tanda kebakaran. 2.3 Bahasa Pemrograman Visual Basic 6.0 Visual Basic (atau sering disingkat VB) adalah perangkat lunak untuk menyusun program aplikasi yang bekerja dalam lingkungan sistem operasi windows. Program aplikasi tersebut dapat berupa program database, program grafis dan lain sebagainya. Dalam bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 terdapat komponenkomponen yang sangat membantu dalam pembuatan program aplikasi. Selain itu dapat pula memanfaatkan program yang mendukung seperti Microsoft Access, Microsoft Exel, Seagate Crystal Report, dan lain sebagainya dalam membuat program aplikasi menggunakan Visual Basic 6.0. Untuk dapat menyusun dan membuat suatu program aplikasi menggunakan VB 6.0, tentunya harus mengetahui fungsi dari fasilitas fasilitas yang tersedia dalam bahasa pemrograman VB 6.0 agar proses penyusunan dan pembuatan program aplikasi tersebut dapat berjalan dengan baik. Visual Basic 6.0 mempunyai beberapa kelebihan, antara lain adalah kemampuan untuk mengkompilasi program dalam bentuk native code, yaitu optimasi pada saat prosesor mengkompilasi dalam menjalankan program tersebut. Keuntungan dari native code adalah kecepatan dalam mengakses program, yang mana hal tersebut hanya terdapat pada program aplikasi yang dikompilasi oleh bahasa pemrograman bahasa C++. Dengan kata lain bahasa pemrograman VB 6.0 dalam mengkompilasi program aplikasi sama dengan bahasa pemrograman C++.

3 Membuat Program Aplikasi Menggunakan VB 6.0 Dalam pembuatan program aplikasi pada dari Microsoft Visual Basic 6.0, langkah pertama adalah dengan membuat sebuah project. Adapun langkah-langkah pembuatan sebuah project adalah sebagai berikut: 1. Menjalankan program Visual Basic 6.0 dengan cara mengklik Start All Program Microsoft Visual Basic 6.0 Microsoft Visual Basic 6.0. atau dengan membuka Windows Explorer dengan mengklik kanan Start dan mengklik Explore. Setelah jendela explorer muncul klik akses Program Files\Microsoft Visual Studio\ VB98 dan klik ganda VB6.exe. Maka akan tampil jendela awal program VB 6.0, seperti gambar 2.1. Gambar 2.1 Tampilan awal VB Kemudian pada jendela New Project, pilih Standard.EXE lalu klik Open. Maka akan masuk pada lingkungan IDE (Integrated Development Environment) Visual Basic 6.0, seperti gambar 2.2.

4 9 Gambar 2.2 Tampilan IDE Visual Basic Setelah itu bahasa pemograman Visual Basic 6.0 telah siap untuk membuat sebuah program aplikasi Menu Bar Menu bar merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu user dalam membuat program aplikasi pada Visual Basic 6.0. Terdapat tigabelas pilihan menu dan masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Untuk mengunakan fasilitas menu, klik menu yang dipilih dan selanjutnya mengklik submenu yang akan digunakan. Gambar 2.3 Menu Bar Toolbar Toolbar berfungsi sama dengan menu, hanya saja berbeda tampilan. Pada toolbar cukup mengklik icon yang ingin digunakan yang terdapat pada toolbar.

5 10 Jumlah icon pada toolbar dapat diatur dengan mengklik Menu View toolbars. Selanjutnya ada pilihan menambah toolbar, diantaranya Debug, Edit, Form editor, Stantard,dan Customize. Pada submenu Customize terdapat pilihan untuk mengatur toolbar yang akan digunakan. Tampilan salah satu toolbar terlihat seperti pada gambar berikut ini: Gambar 2.4 Toolbar Toolbox Toolbox merupakan tempat icon-icon untuk objek yang digunakan dalam form pada pembuatan program aplikasi. Secara default pada toolbox hanya terdapat objek-objek seperti gambar berikut ini: Gambar 2.5 Toolbox

6 11 Penambahan objek-objek pada toolbox dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan user dalam pembuatan program aplikasinya, yaitu dengan klik kanan pada toolbox, lalu pilih components, sehingga akan muncul tampilan seperti gambar berikut ini: Gambar 2.6 Components Kemudian memilih komponen-komponen kontrol/objek yang dibutuhkan dengan menklik /mencek pada kotak pilihan dan klik OK Project Explorer Project Explorer merupakan tempat untuk melihat daftar form, modules, dan designers dengan mengklik kanan pada bagian project explorer dan pilih add, lalu pilih yang akan ditambah.tampilan project explorer seperti pada gambar berikut ini:

7 12 Gambar 2.7 Project Explorer Properties Windows Properties Windows merupakan tempat yang digunakan untuk mengatur properti dari setiap objek kontrol. Pada properti windows ini semua objek kontrol dapat diatur sesuai dengan program aplikasi yang akan dibuat. Tampilan properties tampak seperti gambar berikut ini: Form Layout Windows Gambar 2.8 Properties windows Form layout windows merupakan tempat untuk melihat posisi tampilan form saat menjalankan program aplikasi. Untuk mengubah posisi tampilan saat program

8 13 dijalankan yaitu dengan klik pada form layout window dan mengatur sesuai dengan keinginan. Tampilan form layout windows seperti gambar berikut ini: Gambar 2.9 Form Layout Form Objek Merupakan tempat peletakan komponen kontrol/objek yang terdapat pada toolbox sesuai dengan rancangan program aplikasi. Untuk menampilkan form objek ini, klik ganda pada icon/nama form pada jendela project explorer atau dengan klik kanan pada icon/nama pilih view object. Contoh tampilan form seperti gambar berikut ini: Gambar Form Objek

9 Form Kode Form kode merupakan tempat untuk menulis kode-kode atau syntax program aplikasi. Untuk menampilkan form kode ini, klik form pada project explorer, kemudian klik kanan pilih View Code. Tampilan form seperti gambar berikut ini: Gambar 2.11 Form Kode 2.4 Komunikasi Serial Terdapat dua buah cara dalam komunikasi data, yaitu; komunikasi paralel dan komunikasi serial. Perbedaaannya adalah pada saluran pengiriman bit-bit data, komunikasi serial hanya menggunakan saluran tunggal sedangkan pada komunikasi paralel menggunakan saluran paralel. Dalam komunikasi data secara serial terdapat dua metode, yaitu; synchronous dan asynchronous. Mode synchronous adalah dengan memberikan bit-bit penanda baik pada awal maupun akhir data yang akan dikirimkan. Sedangkan mode asynchronous adalah pengiriman data dengan tidak ada bit-bit penanda, sehingga data dapat dikirimkan sekaligus ataupun sebagaian dengan periode acak. Pengaturan komunikasi serial mode asynchronous pada komputer dilakukan oleh UART (Universal Asynchronous Receiver Transmitter). UART berfungsi

10 15 mengubah data paralel menjadi data serial untuk dikirimkan dan menerima data serial yang kemudian diubah kembali menjadi data paralel. Format data komunikasi serial terdiri dari parameter-parameter yang dipakai untuk menentukan bentuk data serial yang dikomunikasikan, dimana elemenelemennya terdiri dari : 1. Kecepatan pengiriman data per bit (baud rate) 2. Jumlah bit data per karakter (data length) 3. Parity yang digunakan 4. Jumlah stop bit dan start bit Gambar 2.12 Format Pengiriman Data Serial Port Serial RS232 Standar awal pensinyalan dalam komunikasi serial adalah menggunakan RS232 yang dikembangkan oleh Electronic Industry Association and the Telecommunication Industry Association (EIA/TIA), dan sampai saat ini masih dipergunakan dalam komunikasi serial walaupun muncul standar komunikasi serial baru yaitu USB (universal Serial Bus). Standar RS232 ini hanya menyangkut komunikasi antara komputer (DTE Data Terminal Equipment) dengan peralatan pelengkap komputer (DCE Data Communications Equipment) seperti printer. Standar sinyal serial RS232 memiliki ketentuan level tegangan sebagai berikut : 1. Logika 1 terletak antara tegangan -3 s.d -25 V, dan disebut dengan mark.

11 16 2. Logika 0 terletak antara tegangan +3 s.d +25 V, dan disebut dengan space. 3. Daerah tegangan antara -3 s.d +3 V adalah level invalid, yaitu daerah tegangan yang tidak memiliki level logika pasti sehingga harus dihindari. Demikian pula untuk daerah level tegangan lebih negatif dari -25 V atau lebih positif dari +25 V juga harus dihindari karena tegangan tersebut dapat merusak jalur kendali pada RS232. Peruntukkan port RS232 pada komputer hanya untuk satu alat (single device). Biasanya konektor RS232 dinamakan COM1 dan COM2. COM1 digunakan untuk port mouse sedangkan COM2 digunakan untuk modem. RS232 pada komputer untuk komunikasi serial menggunakan konektor dengan 9 Pin (DB-9), yang pada dasarnya hanya 3 pin yang dipergunakan, yaitu pin kirim, pin terima, dan pin ground. Gambar 2.13 Konektor Port Serial 9 Pin (DB-9) Berikut ini adalah tabel konfigurasi dan fungsi pin pada DB-9: No. Pin Nama Sinyal Arah Sinyal Keterangan 1 DCD In Data Carrier Detect 2 RxD In Receiver Data 3 TxD Out Transmitter Data 4 DTR Out Data Terminal Ready 5 GND - Ground 6 DSR In Data Set Ready 7 RST Out Request To Send

12 17 8 CTS In Clear To Send 9 RI In Ring Indicator Tabel 2.1 Konfigurasi Pin DB9 Keterangan mengenai fungsi dari saluran RS232 pada konektor DB-9 adalah sebagai berikut: Data Carrier Detect atau Received Line Signal Detect, saluran ini berfungsi untuk DCE memberitahukan kepada DTE bahwa pada terminal masukan ada data masuk. Receive Data, saluran ini digunakan oleh DTE untuk menerima data dari DCE. Transmit Data, saluran ini digunakan oleh DTE untuk mengirimkan data ke DCE. Data Terminal Ready, saluran ini digunakan oleh DTE untuk memberitahukan bahwa terminal telah siap. Ground, saluran untuk sinyal ground. Data Set Ready, saluran ini berfungsi menunjukkan bahwa DCE telah siap. Request To Send, melalui saluran ini DCE diminta untuk mengirim datanya oleh DTE. Clear To Send, melalui saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa boleh mulai mengirim data. Ring Indicator, melalui saluran ini DCE memberitahukan ke DTE bahwa sebuah workstation menghendaki untuk terkoneksi dengan terminal.

13 Pengalamatan Memori Port Serial Pengalamatan memori (base address) yang digunakan oleh port serial biasanya untuk COM1 adalah 3F8h dan untuk COM2 adalah 2F8h. Alamat tersebut adalah alamat yang biasa digunakan dan sudah menjadi standar. Setelah mengetahui base address dari port serial maka dapat pula menentukan alamat dari register-register yang digunakan untuk komunikasi melalui port serial. Berikut ini adalah tabel nama register dan alamat yang digunakan untuk komunikasi port serial. Gambar 2.14 Pengalokasian Memori Untuk COM1

14 19 Nama Register Alamat COM1 Alamat COM2 TX Buffer 3F8h 2F8h RX Buffer 3F8h 2F8h Baud Rate Divisor Latch LSB 3F8h 2F8h Baud Rate Divisor Latch MSB 3F9h 2F9h Interupt Enable Register 3F9h 2F9h Interupt Identification Register 3FAh 2FAh Line Control Register 3FBh 2FBh Modem Control Register 3FCh 2FCh Line Status Register 3FDh 2FDh Modem Status Register 3FEh 2FEh Tabel 2.2 Nama dan Alamat Register Port Serial Berikut ini adalah keterangan dari fungsi register-register tersebut: TX Buffer, digunakan untuk menampung dan menyimpan data yang akan dikirim ke port serial. RX Buffer, digunakan untul menampung dan menyimpan data dari DCE. Baud rate Divisor Latch LSB, digunakan untuk menampung byte bobot rendah untuk pembagi sinyal clock pada UART agar mendapat baud rate yang tepat. Baud rate Divisor Latch MSB, digunakan untuk menampung byte bobot rendah untuk pembagi sinyal clock pada UART sehingga total angka pembagi adalah 4 byte yang dapat dipilih antara 0001h sampai FFFFh. Baud rate Divisor Latch ini dapat diberi nilai jika Line Control Register bit 7 bernilai 1. Berikut ini adalah tabel angka pembagi yang sering digunakan:

15 20 Baud Rate (bit/detik) Angka Pembagi h 600 0C00h h h h h Ch Tabel 2.3 Angka Pembagi Sinyal Clock pada UART Interupt Enable Register, digunakan untuk mengatur interupsi apa saja yang akan dilayani oleh komputer. Berikut ini adalah tabel Interupt Enable Register: No. Bit Keterangan 0 Bernilai 1 : Interupsi akan aktif jika menerima data. 1 Bernilai 1 : Interupsi akan aktif jika register Tx dalam keadaan kosong. 2 Bernilai 1 : Interupsi akan aktif jika ada perubahan pada Line Status Register. 3 Bernilai 1 : Interupsi akan aktif jika ada perubahan pada Modem Status Register. 4,5,6,7 Bernilai 0. Tabel 2.4 Rincian bit pada Interupt Enable Register Interupt Identification Register, digunakan untuk menentukan urutan prioritas interupsi. Berikut ini adalah tabel rincian bit pada Interupt Identification Register:

16 21 No. Bit Keterangan 0 Bernilai 0 : Interupsi menunggu. Bernilai 1 : Tidak ada interupsi yang menunggu keputusan. 1 dan 2 Bernilai 00 : Prioritas tertinggi oleh Line Status Register. Bernilai 01 : Prioritas tertinggi oleh register Rx jika menerima data. Bernilai 10 : Prioritas tertinggi oleh register Tx jika telah kosong. Bernilai 11 : Prioritas tertinggi oleh Modem Status Register. 3,4,5,6,7 Bernilai 0 Tabel 2.5 Rincian bit pada Interupt Identification Register Line Control Register, digunakan untuk menentukan jumlah bit data, jumlah bit pariti, jumlah bit stop, serta untuk menentukan apakah Baud rate Divisor Latch dapat diubah. Berikut ini adalah tabel rincian bit pada Line Control Register: No. Bit Keterangan 0 dan 1 Jumlah bit data Bernilai 00 : Jumlah bit data adalah 5. Bernilai 01 : Jumlah bit data adalah 6. Bernilai 10 : Jumlah bit data adalah 7. Bernilai 11 : Jumlah bit data adalah 8. 2 Bit stop Bernilai 0 : Jumlah bit stop adalah 1. Bernilai 1 : Jumlah bit stop adalah 1,5 untuk 5 bit data dan 2 untuk 6-8 bit data. 3 Bit pariti Bernilai 0 : Tanpa pariti. Bernilai 1 : Dengan pariti.

17 22 4 Bernilai 0 : Pariti ganjil. Bernilai 1 : Pariti genap. 5 Bernilai 0 : Bit pariti tidak ikut dikirimkan. Bernilai 1 : Bit pariti ikut dikirimkan (stick parity). 6 Bernilai 0 : Set break control tidak diaktifkan. Bernilai 1 : Set break control diaktifkan. 7 Bernilai 0 : Baud rate Divisor Latch tidak dapat diakses. Bernilai 1 : Baud rate Divisor Latch dapat diakses. Tabel 2.6 Rincian bit pada Line Control Register Modem Control Register, digunakan untuk mengatur saluran modem terutama DTR dan saluran RST. Berikut ini adalah tabel rincian bit pada Modem Control Register: No. Bit Keterangan 0 Bit DTR Bernilai 0 : Saluran DTR aktif (aktif low). Bernilai 1 : Saluran DTR tidak aktif. 1 Bit RST Bernilai 0 : Saluran RST aktif (aktif low). Bernilai 1 : Saluran RST tidak aktif. 2 Bit OUT1, digunakan sebagai penghubung ke perangkat lain, dapat berlogika low atau high. Secara normal tidak digunakan. 3 Bit OUT2, digunakan sebagai penghubung ke perangkat lain, dapat berlogika low atau high. Secara normal tidak digunakan. 4 Bernilai 0 : Loop back internal aktif. Bernilai 1 : Loop back internal aktif. 5,6,7 Bernilai 0 Tabel 2.7 Rincian bit pada Modem Control Register

18 23 Line Status Register, digunakan untuk menampung bit-bit yang menyatakan keadaan penerimaan atau pengiriman data dan status kesalahan operasi. Berikut ini adalah tabel rincian bit pada Line Status Register: No. Bit Keterangan 0 Bernilai 1 : Menyatakan adanya data yang masuk ke buffer Rx. 1 Bernilai 1 : Data yang masuk mengalami overrun. 2 Bernilai 1 : Terjadi kesalahan pada bit pariti. 3 Bernilai 1 : Terjadi kesalahan framing. 4 Bernilai 1 : Terjadi break interupt. 5 Bernilai 1 : Menyatakan bahwa register Tx telah kosong. 6 Bernilai 1 : Menyatakan bahwa Transmitter Shift Register telah kosong. 7 Bernilai 0 Tabel 2.8 Rincian bit pada Line Status Register Modem Status Register, digunakan untuk menampung bit-bit yang menyatakan status dari saluran yang berhubungan dengan modem. Berikut ini adalah tabel rincian bit pada Modem Status Register: No. Bit Keterangan 0 Bernilai 1 : Menyatakan adanya perubahan keadaan di saluran CTS. 1 Bernilai 1 : Menyatakan adanya perubahan keadaan di saluran DSR. 2 Bernilai 1 : Menyatakan adanya perubahan keadaan di saluran RI dari low ke high. 3 Bernilai 1 : Menyatakan adanya perubahan keadaan di saluran DCD. 4 Bernilai 1 : Menyatakan saluran CTS sudah dalam keadaan aktif. 5 Bernilai 1 : Menyatakan saluran DSR sudah dalam keadaan aktif.

19 24 6 Bernilai 1 : Menyatakan saluran RI sudah dalam keadaan aktif. 7 Bernilai 1 : Menyatakan saluran DCD sudah dalam keadaan aktif. Tabel 2.9 Rincian bit pada Modem Status Register Pengantarmukaan Port Serial dengan Mikrokontroller Pada komunikasi serial pada dasarnya data yang dikirimkan adalah tegangan dan kemudian dibaca dalam bit. Besarnya level tegangan komunikasi serial (Level Tegangan RS232) adalah -25 s.d -3 V untuk logika high (1) dan +3 s.d +25 V untuk logika low (0). Hal ini sangat berbeda dengan level tegangan pada mikrokontroller (Level Tegangan TTL/CMOS) dimana untuk logika high (1) level tegangannya adalah 5 V dan untuk logika low (0) level tegangannya adalah 0 V. Oleh karena itu diperlukan sebuah pengantarmuka yang dapat menyamakan level tegangan dari komunikasi serial pada komputer dengan mikrokontroller, yaitu IC RS232 produksi MAXIM yang disebut MAX232. MAX232 adalah saluran driver/receiver ganda yang termasuk pembangkit tegangan kapasitip yang menyediakan level tegangan RS232 dari sebuah sumber tegangan 5V. Setiap receiver pada IC MAX232 ini mengkonversikan level tegangan RS232 ke level tegangan TTL/CMOS sebesar 5 V. Dan setiap receiver ini mempunyai ambang batas sebesar 1.3 V, dan histeresis sebesar 0.5 V, serta dapat menerima masukan level tegangan ±30 V. Sedangkan untuk setiap driver pada IC MAX232 ini mengkonversikan level tegangan masukan TTL/CMOS menjadi level tegangan RS232. Berikut ini adalah konfigurasi pin dari IC MAX232:

20 25 Gambar 2.15 Konfigurasi Pin IC MAX232 Dengan menggunakan IC MAX232 ini maka komunikasi serial komputer melalui port serial RS232 dengan mikrokontroller dapat dilakukan. 2.5 Short Message Service (SMS) Pada saat ini perkembangan dunia komunikasi baik berupa data maupun suara sudah tidak diragukan lagi kecanggihannya. Salah satu jenis perkembangan komuniksi yang sekarang ini banyak dimanfaatkan oleh masyarakat adalah layanan short message service (SMS). Short Message Service (SMS) merupakan salah satu layanan GSM (Global Systems for Mobile Communications) yang diperkenalkan pada tahun Kemudian SMS dikembangkan dan distandarisasikan oleh ETSI (European Telecommunication and Standard Institute). SMS memungkinkan seorang

21 26 pengguna telepon seluler mengirimkan pesan terdiri dari 160 karakter (7-bit encoding) atau 140 karakter (8-bit encoding). SMS dapat dikirimkan menggunakan mode text atau mode PDU (Protocol Data Unit. SMS dengan mode text adalah yang paling sederhana tetapi tidak dapat membawa attachment berwujud gambar ataupun nada suara. Sedangkan pada mode Protocol Data Unit (PDU), SMS tersusun atas hexadecimal octets (8-bit units) yang menyusun 160 karakter pada penyandian ASCII 7-bit atau 140 octets Format Data SMS Short Message Service (SMS) memiliki dua mode yaitu text dan PDU, namun yang paling umum digunakan oleh operator GSM adalah mode PDU. Karena SMS adalah suatu sistem store-and-forward sehingga sebuah SMS dari telepon seluler pengirim tidak akan secara langsung dikirimkan kepada telopon seluler penerima akan tetapi dikirmkan terlebih dahulu ke SMS-Centre masing-masing operator GSM. Hal ini menyebabkan layanan SMS tidak bersifat real time, karena ketika jaringan GSM sedang sibuk maka biasanya SMS akan terlambat terkirim. Berikut ini adalah tabel nomor SMS-Centre operator GSM yang ada di Indonesia: No Operator No. SMS-Centre 1 Telkomsel Satelindo Excelcom Indosat-M Tabel 2.10 Nomor SMS-Centre Operator GSM di Indonesia Data yang mengalir ke dan dari SMS-Centre harus berbentuk PDU (Protocol Data Unit). PDU berisi bilangan-bilangan heksadesimal yang mencerminkan bahasa

22 27 I/O. PDU terdiri atas beberapa Header. Header untuk kirim SMS ke SMS-Centre berbeda dengan SMS yang diterima dari SMS-Centre Protocol Data Unit (PDU) SMS-Submit Jumlah Header untuk kirim SMS ke SMS-Centre adalah delapan (8) dengan format PDU-nya adalah sebagai berikut: Header1 Header2 Header3 Header4 Header5 Header6 Header7 Header8 SCA PDU Type MR DA PID DCS VP UDL & UD Tabel 2.11 Format PDU untuk Kirim SMS (SMS-Submit) Berikut ini adalah keterangan dari tabel tersebut: 1. SCA (Service Centre Address); Berisi tentang informasi elemen Service Centre. Header pertama ini terbagi menjadi tiga buah subheader yaitu: a. Jumlah Pasangan Heksadesimal (oktet) SMS-Centre dalam bilangan heksa ditambah dengan kode nomor. b. Kode nasional dan internasional nomor. Untuk Nasional, kode subheadernya yaitu 81, dan untuk Internstional, kode subheadernya yaitu 91. c. No SMS-Centre, dalam pasangan heksa (oktet) yang dibalik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F didepannya. Berikut ini adalah tabel contoh header SCA pada SMS-Submit dengan operator Telkomsel: SCA Jumlah Oktet SMS-Centre Kode nomor Nomor SMS-Centre F0 Tabel 2.12 Tabel Contoh Header SCA untuk SMS-Submit

23 28 Dari tabel tersebut maka dituliskan menjadi F0. Akan tetapi jika menggunakan SCA yang sudah tersimpan pada kartu SIM operator GSM maka SCA dapat ditulis PDU Type; Ada dua tipe PDU yang umum digunakan yaitu Submit dan Deliver. Karena format untuk mengirim maka PDU Typenya bernilai MR (Message Reference); Secara otomatis akan diberikan oleh telepon seluler atau SMS-Gateway, sehingga biarkan saja DA (Destination Address); adalah nomor telepon seluler tujuan SMS yang akan dikirimkan. Sama halnya dengan SCA, header ini juga terbagi menjadi tiga subheader, yaitu: a. Jumlah bilangan desimal nomor tujuan SMS dalam bilangan heksa. b. Kode nasional dan internasional nomor. Untuk Nasional, kode subheadernya yaitu 81, dan untuk Internstional, kode subheadernya yaitu 91. c. Nomor tujuan, dalam pasangan heksa (oktet) yang dibalik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F didepannya. Berikut ini adalah tabel contoh header DA pada SMS-Submit dengan nomor tujuan SMSnya misalkan : DA Jumlah Desimal No. Tujuan Kode nomor Nomor Tujuan 0D F4 Tabel 2.13 Tabel Contoh Header DA Dari tabel tersebut maka dituliskan menjadi 0D F4.

24 29 5. PID (Protocol Identifier); ada tiga PID yang digunakan yaitu 00h yang dikirimkan sebagai SMS, 01h yang dikirimkan sebagai telex, dan 03h yang dikirimkan sebagai fax. Oleh karena itu PID yang digunakan adalah DCS (Data Coding Scheme); ada dua buah skema untuk pengkodean data, yaitu: a. Skema 7 bit, ditandai dengan angka 0 dalam heksa (oktet) 00h b. Skema 8 bit, ditandai dengan angka >0 dalam heksa (oktet) 01h s.d FFh. Karena pada umumnya telepon seluler pada saat ini menggunakan skema 7 bit maka DCS yang digunakan adalah 00. Jika menggunakan skema 8 bit maka DCS yang digunakan adalah F6. 7. VP (Validity Period); adalah jangka waktu SMS sebelum berakhir, jika diisi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah ke pasangan heksa tertentu. Bilangan yang diisikan tersebut akan mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut. Berikut ini adalah tabel rumus perhitungan jangka waktu validasi SMS: Integer (INT) Jangka Waktu Validasi SMS (INT +1) * 5 menit (berarti:5 menit s/d 12 jam) jam + (INT-143) * 30 menit (INT 166) * 1 hari (INT 192) * 1 minggu Tabel 2.14 Tabel Perhitungan Waktu Validasi SMS Untuk memastikan bahwa SMS terkirim, sebaiknya untuk VP diisikan dengan FF. Hal ini berarti waktu validasinya adalah maksimal yaitu ( ) * 1 Minggu sama dengan 63 minggu. 8. UDL (User Data Length) dan UD (User Data); Header kedelapan ini terbagi menjadi dua buah subheader yaitu: a. UDL, adalah panjang dari data SMS. Dalam hal ini adalah banyaknya karakter huruf dalam isi SMS yang sudah menjadi 8 bit.

25 30 b. UD, adalah isi dari SMS yang berupa pasangan heksa (oktet). Karena pada umumnya menggunakan skema 7 bit, maka untuk setiap karakter huruf data dari SMS akan menjadi 7 angka biner. Untuk menjadi pasangan heksa (oktet) maka perlu diubah menjadi data 8 bit. Misalkan akan mengirimkan SMS dengan kata "hello. Maka UDL-nya adalah 05. Dan UD-nya adalah E8329BFD06. Hal ini diperoleh dengan cara sebagai berikut: Skema o l l e h 7 Bit Bit Hex 0 6 F D 9 B 3 2 E 8 Tabel 2.15 Contoh Konversi Skema 7 Bit menjadi 8 Bit Setelah semua header ditentukan, maka format PDU untuk mengirim SMS dapat dilakukan. Berikut ini adalah contoh format PDU untuk SMS-Submit, dengan nomor tujuan dan isi pasan SMS adalah hello : F001000D F40000FF05E8329BFD06 PDU SMS-Submit SCA PDU MR DA PID DCS VP UDL & UD Type F D F FF 05E8329BFD06 Tabel 2.16 Contoh PDU SMS-Submit

26 31 b B B b4 b3 b2 B D SP 0 - P p ! 1 A Q a q F 2 B R b r $ G # 3 C S c s L 4 D T d t W % 5 E U e u P & 6 F V f v Y 7 G W g w S ( 8 H X h x Q ) 9 I Y i y LF X * : J Z j z ; K Ä k ä , < L Ö l ö CR - = M m b. > N Ü n ü /? O o Tabel 2.17 Skema 7 Bit Protocol Data Unit (PDU) SMS-Deliver PDU yang diterima dari SMS-Centre berbeda formatnya dengan PDU untuk dikirimkan. Jumlah Header untuk terima SMS dari SMS Centre adalah delapan (8) dengan format PDU-nya adalah sebagai berikut: Header1 Header2 Header3 Header4 Header5 Header6 Header7 Header8 SCA PDU Type OA PID DCS SCTS VP UDL & UD Tabel 2.18 Format PDU untuk Terima SMS (SMS-Deliver) Berikut ini adalah keterangan dari tabel tersebut: 1. SCA (Service Centre Address); Berisi tentang informasi elemen Service Centre. Header pertama ini terbagi menjadi tiga buah subheader yaitu:

27 32 a. Jumlah Pasangan Heksadesimal (oktet) SMS-Centre dalam bilangan heksa ditambah dengan kode nomor. b. Kode nasional dan internasional nomor. Untuk Nasional, kode subheadernya yaitu 81, dan untuk Internstional, kode subheadernya yaitu 91. c. No SMS-Centre, dalam pasangan heksa (oktet) yang dibalik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F didepannya. Berikut ini adalah tabel contoh header SCA pada SMS-Deliver dengan operator Telkomsel: SCA Jumlah Oktet SMS-Centre Kode nomor Nomor SMS-Centre F0 Tabel 2.19 Tabel Contoh Header SCA untuk SMS-Deliver Dari tabel tersebut maka dituliskan menjadi F0. 2. PDU Type; Ada dua tipe PDU yang umum digunakan yaitu Submit dan Deliver. Karena formatnya menerima dari SMS-Centre maka PDU Typenya bernilai OA (Originator Address); adalah nomor telepon seluler pengirim SMS yang diterima. Sama halnya dengan SCA, header ini juga terbagi menjadi tiga subheader, yaitu: a. Jumlah bilangan desimal nomor pengirim SMS dalam bilangan heksa. b. Kode nasional dan internasional nomor. Untuk Nasional, kode subheadernya yaitu 81, dan untuk Internstional, kode subheadernya yaitu 91. c. Nomor pengirim, dalam pasangan heksa (oktet) yang dibalik. Jika tertinggal satu angka heksa yang tidak memiliki pasangan, angka tersebut akan dipasangkan dengan huruf F didepannya.

28 33 Berikut ini adalah tabel contoh header OA pada SMS-Deliver dengan nomor pengirim SMSnya misalkan : DA Jumlah Desimal No. Pengirim Kode nomor Nomor Pengirim 0D F4 Tabel 2.20 Tabel Contoh Header OA Dari tabel tersebut maka dituliskan menjadi 0D F4. 4. PID (Protocol Identifier); ada tiga PID yang digunakan yaitu 00h yang dikirimkan sebagai SMS, 01h yang dikirimkan sebagai telex, dan 03h yang dikirimkan sebagai fax. Oleh karena itu PID yang digunakan adalah DCS (Data Coding Scheme); ada dua buah skema untuk pengkodean data, yaitu: a. Skema 7 bit, ditandai dengan angka 0 dalam heksa (oktet) 00h b. Skema 8 bit, ditandai dengan angka >0 dalam heksa (oktet) 01h s.d FFh. Karena pada umumnya telepon seluler pada saat ini menggunakan skema 7 bit maka DCS yang digunakan adalah SCTS (Service Centre Time Stamp); adalah berisi informasi dari SMS-Centre kepada penerima tentang kedatangan SMS pada Transport Layer Entity SMS- Centre. Berikut ini contoh penerimaan SMS pada 1 Januari 2009 pada Pukul:12:34:06. Tahun Bulan Tanggal Jam Menit Detik Tabel 2.21 Contoh SCTS 7. VP (Validity Period); adalah jangka waktu SMS sebelum berakhir, jika diisi dengan suatu bilangan integer yang kemudian diubah ke pasangan heksa tertentu.

29 34 Bilangan yang diisikan tersebut akan mewakili jumlah waktu validitas SMS tersebut. 8. UDL (User Data Length) dan UD (User Data); Header kedelapan ini terbagi menjadi dua buah subheader yaitu: a. UDL, adalah panjang dari data SMS. Dalam hal ini adalah banyaknya karakter huruf dalam isi SMS. b. UD, adalah isi dari SMS yang berupa pasangan heksa (oktet). Karena data SMS dari SMS-Centre berbentuk 8 bit, sedangkan DCS yang digunakan adalah 7 bit maka perlu mengubahnya. Berikut ini tabel contoh mengubah data 8 bit menjadi 7 bit pada PDU SMS-Deliver: Skema Hex 1C F2 D4 8 Bit Bit Karakter s e T Tabel 2.22 Konversi Data 8 bit menjadi 7 bit Berikut ini adalah contoh format PDU SMS-Deliver: F0040D F D4F21C PDU SMS-Deliver SCA PDU Type OA PID DCS SCTS VP UDL & UD F0 04 0D F D4F21C Tabel 2.23 Contoh PDU SMS-Deliver Dari contoh format PDU SMS-Deliver tersebut dapat diartikan sebagai berikut: a. Nomor SMS-Centrenya adalah b. Tipe PDUnya adalah terima.

30 35 c. Nomor pengirimnya adalah d. PIDnya adalah SMS. e. Skema encodingnya adalah 7 bit f. Diterima pada pukul 12:34:06 g. Tidak mempunyai waktu valid h. Dengan panjang huruf adalah 3 dan berisi Tes 2.6 AT Command Untuk mengirimkan pesan SMS melalui komputer diperlukan sebuah modem yang mengubah modulasi sehingga dapat menggunakan jaringan telepon. Beberapa telepon seluler dapat berfungsi sebagai modem, sehingga komputer dapat menggunakan perintah untuk mengirim SMS melalui telepon seluler tersebut. Perintah tersebut adalah AT Command. AT Command adalah baris yang berisi karakter string yang dikirimkan dari DTE (Data Terminal Equipment) dalam hal ini komputer kepada DCE (Data Communications Equipment) dalam hal ini modem. AT Command ini terdiri dari prefix, body, dan terminator. Untuk setiap baris perintah diawali dengan AT atau at (Prefix), dan diakhiri dengan Carriage Return (CR) yang dalam kode ASCII adalah 13 atau Enter pada keyboard. Karena AT Command ini tidak Case-Sensitive, maka karakter perintahnya jika huruf kecil maka harus huruf kecil semua atau jika huruf besar maka harus huruf besar semua. AT Command terdiri dari dua yaitu Basic AT Command dan Extended AT Command.

31 Basic AT Command Berikut ini adalah perintah-perintah dasar dari AT Command: Command Fungsi AT Sebagai Prefix untuk semua perintah lainnya kecuali A/. A/ Untuk mengulang perintah sebelumnya. ATA Untuk menerima panggilan. ATB[n] Perintah ini digunakan untuk mengeset batas layanan untuk koneksi data, jika tidak melakukan perintah ini maka akan dalam mode standard dari modem. n dapat bernilai sebagai berikut: bps, asynchronous bps, asynchronous bps, asynchronous bps, asynchronous bps, asynchronous ISDN bps, asynchronous ISDN bps, asynchronous ISDN bps, asynchronous ISDN ATDx; Memanggil nomor telepon x. ATD>mem<n> Memanggil nomor telepon dari memori. mem dapat bernilai sebagai berikut: ME Memori telepon SM Memori SIM MT Kombinasi dari kedua memori SIM dan telepon <n> menunjukkan lokasi nomor telepon yang akan dipanggil ATDL Memanggil nomor telepon yang terakhir dihubungi. ATE0 Tidak mengaktifkan command echo. ATE1 Mengaktifkan command echo.

32 37 ATH[0] ATI[n] ATL[n] ATM[n] ATZ Memutuskan koneksi yang ada. Meminta informasi mengenai modem. Nilai n tergantung dari modem yang digunakan. Mengeset volume loudspeaker. Mengeset speaker untuk hidup atau mati. Mengeset menjadi konfigurasi standar dari modem. Tabel 2.24 Beberapa Basic AT Command Extended AT Command Perintah extended AT Command adalah dengan menambahkan +Cxxx. Ada empat bentuk perintah extended AT Command: Bentuk Perintah Perintah Keterangan Test Command AT+Cxxx=? Modem telepon akan merespon dengan memberikan daftar parameter dan nilai yang dapat digunakan oleh perintah tersebut. Read Command AT+Cxxx? Memberikan informasi mengenai parameter yang sedang digunakan. Write Command AT+Cxxx=< > Mengeset parameter yang dapat digunakan. Execute Command AT+Cxxx Menjalankan perintah read command tanpa mengeset parameter yang dipengaruhi oleh proses internal modem telepon. Tabel 2.25 Bentuk Perintah Extended AT Command

33 38 Berikut ini adalah perintah-perintah dari extended AT Command: Command Fungsi AT+CGMI Menunjukkan kode identitas manufaktur modem. AT+CGMM Menunjukkan kode model modem. AT+CGMR Menunjukkan versi telepon. AT+CGSN Menunjukan serial number dari telepon. AT+CHUP Mengakhiri sebuah panggilan. AT+CMGD Menghapus pesan SMS. AT+CMGF Format pasan SMS. AT+CMGL Daftar pesan SMS. AT+CMGR Membaca pesan SMS. AT+CMGS Mengirim pesan SMS. AT+CMGW Menulis pesan SMS ke memori. AT+CSCA Alamat SMS Service Centre. Tabel 2.26 Beberapa Perintah Extended AT Command Hyper Terminal Hyper Terminal adalah program dari windows yang dapat digunakan untuk mengetes koneksi antara komputer dengan modem telepon. Menjalankan Hyper Terminal adalah dengan Start > All Program > Accessories > Communications > Hyper Terminal. Maka akan mun ncul jendela berikut ini: Gambar 2.16 Koneksi Hyper Terminal

34 39 Ketikkan nama koneksi yang akan digunakan, misalkan test. Maka akan muncul jendela konfigurasi port serial yang akan digunakan seperti gambar berikut: Gambar 2.17 Konfigurasi Port Serial. Tentukan port serial yang digunakan untuk menghubungkan antara komputer dengan telepon seluler. Setelah itu maka akan muncul jendela properties dari port serial yang digunakan seperti gambar berikut ini: Gambar 2.18 Properties Port Serial

35 40 ini: Setelah itu maka akan muncul jendela Hyper Terminal, seperti gambar berikut Gambar 2.19 Hyper Terminal Melalui jendela Hyper Terminal tersebut dapat digunakannya perintahperintah AT Command.

Mobile Programming. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur. Mengenal Sistem Kerja SMS

Mobile Programming. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Budi Luhur. Mengenal Sistem Kerja SMS Mobile Programming Oleh: Indra, S.Kom Mengenal Sistem Kerja SMS Short Message Service (SMS) merupakan salah satu fitur GSM yang dikembangkan dan distandarisasi oleh ETSI. Pada proses pengiriman SMS dari

Lebih terperinci

FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS)

FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) FORMAT DATA SHORT MESSAGE SERVICE (SMS) Praktikum siskomber PSTT DAN JTD POLINEMA TUJUAN PRAKTIKUM 1. Untuk menganalisis format data SMS pada saat kirim dan terima di handphone. 2. Untuk memahami konsep

Lebih terperinci

Tata Cara Komunikasi Data Serial

Tata Cara Komunikasi Data Serial 1 Oleh : Mujahidin iddhien@gmail.com mujahidin@iddhien.com Tata Cara Komunikasi Data Serial Ada 2 macam cara komunikasi data serial yaitu Sinkron dan Asinkron 2 Pada komunikasi data serial sinkron, clock

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Visual Basic 6.0 Bahasa pemograman Visual Basic 6.0 dapat digunakan untuk menyusun dan membuat program aplikasi pada sistem operasi windows. Program aplikasi dapat berupa program

Lebih terperinci

Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS

Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS JTRISTE, Vol.2, No.1, Maret 2015, pp. 13~18 ISSN: 2355-3677 Teleakses Sistem Informasi Alumni STMIK Handayani Makassar Berbasis SMS STMIK Handayani Makassar najirah_stmikh@yahoo.com Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Konsep dan Cara Kerja Port I/O

Konsep dan Cara Kerja Port I/O Konsep dan Cara Kerja Port I/O Pertemuan 3 Algoritma dan Pemrograman 2A Jurusan Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Gunadarma 2015 Parallel Port Programming Port

Lebih terperinci

SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS

SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Sistem Komputer Program Studi Sistem komunikasi Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap Tahun 2003/2004 SISTEM HARDCOPY RECORD UNTUK SMS MARKUS 0400539736 TEDDY 0400539351

Lebih terperinci

ABSTRAK. (Short Message Service). Dengan SMS tersebut, telah banyak diimplementasikan

ABSTRAK. (Short Message Service). Dengan SMS tersebut, telah banyak diimplementasikan ABSTRAK Teknologi hadir untuk memberikan kemudahan-kemudahan terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Salah satu teknologi yang sangat banyak digunakan dan sangat populer oleh pengguna telepon

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Bagian Mesin CNC

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Bagian Mesin CNC BAB II DASAR TEORI Computer Numeric Control (CNC) merupakan suatu sistem yang digunakan untuk mengendalikan suatu mesin secara otomatis melalui komputer sehingga dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

Sistem Mikrokontroler Mikrokontroller AT MEGA8535

Sistem Mikrokontroler Mikrokontroller AT MEGA8535 BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroller Mikrokontroler adalah suatu mikroprosesor plus. Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka dasar penunjang untuk membentuk sebuah system penghitung kwh meter terpusat, baik teori perangkat keras seperti fungsi dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Port Input/Output dalam suatu kemasan IC yang kompak. Kemampuannya

BAB II DASAR TEORI. Port Input/Output dalam suatu kemasan IC yang kompak. Kemampuannya 5 BAB II DASAR TEORI 2.1. Mikrokontroller Mikrokontroler adalah suatu mikroprosesor plus. Mikrokontroler adalah otak dari suatu sistem elektronika seperti halnya mikroprosesor sebagai otak komputer. Nilai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

BAB 2 LANDASAN TEORI. adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Visual Basic 6.0 Visual Basic adalah salah satu bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah yang dimengerti oleh komputer untuk melakukan tugas-tugas tertentu.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Bayi Pra Setahun, Remaja dan Anak Segala Usia Yang dimaksud dengan Bayi pra setahun adalah bayi yang berumur di bawah dari satu tahun. Remaja adalah anak yang berumur

Lebih terperinci

Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART

Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART Percobaan 2 PENGENALAN INTERFACE SERIAL DAN UART I. Tujuan 1. Untuk Mengenal Modul Serial port dan Mempelajari Konfigurasi Input dan Output dari serial port 2. Dapat membuat program untuk pengiriman dan

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS 2.1 Teknologi GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang paling dominan untuk sistem mobile phone di dunia saat ini. Jaringan

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only)

Gambar 3.1 Blok Diagram Port Serial RXD (P3.0) D SHIFT REGISTER. Clk. SBUF Receive Buffer Register (read only) 1. Operasi Serial Port mempunyai On Chip Serial Port yang dapat digunakan untuk komunikasi data serial secara Full Duplex sehingga Port Serial ini masih dapat menerima data pada saat proses pengiriman

Lebih terperinci

de KITS Application Note AN51 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC

de KITS Application Note AN51 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC de KITS Application Note AN5 How 2 Use de KITS SPC Character LCD w/ PC Oleh: Tim IE Salah satu fitur yang diunggulkan oleh de KITS SPC Character LCD adalah kemampuannya untuk dihubungkan langsung dengan

Lebih terperinci

PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45

PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45 PERCOBAAN PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, DB25, RJ45 I. TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, DB25, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing pin dari konektor

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA) Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 9 1. Kompetensi Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi: dapat memahami dan melakukan pemrograman untuk melakukan komunikasi antar DTE dengan

Lebih terperinci

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN

= t t... (1) HASIL DAN PEMBAHASAN 10 bertujuan untuk melihat lama pengiriman data dari klien (perumahan) hingga ke pos pemantauan. Waktu respon sistem dihitung dengan menggunakan fungsi sebagai berikut: t respon = t t... (1) server klien

Lebih terperinci

RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA

RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA RANCANGAN PUSH INFORMATION PEMBAYARAN SEKOLAH MENGGUNAKAN SMS GATEWAY : Studi Kasus SMK BINA INSAN MANDIRI JAKARTA Painem Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Budi Luhur painem@budiluhur.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK BERBASIS SMS PADA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BENGKULU Rusdy Efendi 1 dan Andriansyah 2 Program Studi Teknik Informatika, Universitas Bengkulu Jl. Raya Kandang Limun

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu

BAB III PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengantar Perancangan Sistem Pengendalian Lampu Pada Lapangan Bulu Tangkis Indoor Pada lapangan bulu tangkis, penyewa yang menggunakan lapangan harus mendatangi operator

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 MONITORING DAN REMOTE SERVER DENGAN MENGGUNAKAN SMS Deky 0600637142 Elzan Yahya 0600644526

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 29 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Blok Diagram Sistem Blok diagram sistem absensi ini dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini. Gambar 3.1. Diagram Blok Sistem Fungsi fungsi dari blok diatas adalah sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Dalam bab IV ini akan dibahas tentang analisis data dan pembahasan berdasarkan perencanaan dari sistem yang dibuat. Rancangan alat indikator alarm ini digunakan untuk

Lebih terperinci

PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) Abstrak

PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) Abstrak PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) 1 Nelly Astuti Hasibuan, 2 Surya Darma Nasution 1 STMIK Budi Darma Medan, 2 STMIK Budi

Lebih terperinci

BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008

BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008 BAB I SEKILAS VISUAL STUDIO.NET 2008 Pembahasan Materi : Mengenal IDE Visual Studio.NET 2008. Pembuatan project pada Visual Studio.NET 2008. Pengenalan kontrol yang sering digunakan, menulis kode program

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 36 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM PEMANTAUAN POSISI DAN TINGKAT PENCEMARAN UDARA BEGERAK 3.1 PRINSIP KERJA SISTEM Sistem pemantauan posisi dan tingkat pencemaran udara bergerak, merupakan sebuah sistem yang

Lebih terperinci

Gambar 4.17 Instalasi Modem Nokia 6100 Install From Disk

Gambar 4.17 Instalasi Modem Nokia 6100 Install From Disk 80 Pilih Have Disk Gambar 4.16 Instalasi Modem Nokia 6100 Install New Modem Pilih Browse Gambar 4.17 Instalasi Modem Nokia 6100 Install From Disk 81 Pilih driver modem kemudian klik Open Gambar 4.18 Instalasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi pembahasan mengenai perancangan terhadap sistem yang dibuat. Dalam merancang sebuah sistem, dilakukan beberapa perancangan mengenai sistem yang akan dirancang terlebih

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record 34 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan secara umum perancangan sistem hardcopy record untuk SMS, yaitu terdiri dari diagram blok sistem, perancangan perangkat keras dan perangkat lunak,

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pengertian Umum Sistem yang dirancang adalah sistem yang berbasiskan mikrokontroller dengan menggunakan smart card yang diaplikasikan pada Stasiun Kereta Api sebagai tanda

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lelang Lelang merupakan proses penjualan dan pembelian barang dengan menawarkan barang melalui bidding, memilih penawaran, kemudian menjual barang tersebut kepada penawar tertinggi.

Lebih terperinci

DASAR MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0

DASAR MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 DASAR MENGGUNAKAN VISUAL BASIC 6.0 Apa itu Visual Basic? Kata Visual menunjukkan cara yang digunakan untuk membuat Graphical User Interface (GUI). Dengan cara ini Anda tidak lagi menuliskan instruksi pemrograman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Koperasi Sesuai dengan makna yang terkandung dalam Undang undang no. 12 tahun 1967, koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang orang

Lebih terperinci

Efisiensi Waktu Pencarian Buku Referensi Menggunakan SMS Gateway

Efisiensi Waktu Pencarian Buku Referensi Menggunakan SMS Gateway Efisiensi Waktu Pencarian Buku Referensi Menggunakan SMS Gateway Solichul Huda Abstract: Mobile phone Data, in principle, form the digital data. Mobile phone can be connecting with the computer system.

Lebih terperinci

PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45

PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45 PERCOBAAN I KOMUNIKASI DATA PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9, RJ11, RJ45 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, RJ11, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT

BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Gambaran Umum Merupakan alat elektronika yang memiliki peranan penting dalam memudahkan pengendalian peralatan elektronik di rumah, kantor dan tempat lainnya.

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III DESKRIPSI DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. DESKRIPSI KERJA SISTEM Gambar 3.1. Blok diagram sistem Satelit-satelit GPS akan mengirimkan sinyal-sinyal secara kontinyu setiap detiknya. GPS receiver akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Timbangan Timbangan adalah alat yang dipakai melakukan pengukuran berat suatu benda. Timbangan dikategorikan kedalam sistem mekanik dan juga elektronik. Timbangan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Pengujian Perangkat Yang Digunakan Sebelum melakukan pengujian sistem secara keseluruhan, terlebih dahulu harus dilakukan pengujian perangkat-perangkat yang digunakan

Lebih terperinci

MENGENAL PORT SERIAL. Annisa Dwiyanti. Abstrak. Pendahuluan. ::

MENGENAL PORT SERIAL. Annisa Dwiyanti. Abstrak. Pendahuluan. :: MENGENAL PORT SERIAL Annisa Dwiyanti annisa.dwiyanti28@yahoo.com :: http://penulis.com Abstrak Port merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk menghubungkan komputer dengan peripheral lainnya. Sebuah

Lebih terperinci

PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45

PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45 PERCOBAAN I PERAKITAN KABEL NULL MODEM DB9,DB25,RJ45 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel/konektor DB9, DB25, RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing pin dari konektor

Lebih terperinci

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281

BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL PUSAT TEKNOLOGI AKSELERATOR DAN PROSES BAHAN Jl. Babarsari Kotak Pos 6101 Ykbb, Yogyakarta 55281 Telah dilakukan analisis dan pembuatan program komputer untuk mengendalikan

Lebih terperinci

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR

MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR Aplikasi Pensintesa Ucapan Berbahasa Indonesia Sebagai Pembaca SMS Dwi Prasetyo*,Ir. Sudjadi, M.T.**, Achmad Hidayatno, S.T., M.T.** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3. 1 Perencanaan Rangkaian Dalam menyelesaikan modul dan karya tulis ilmiah ini, untuk membantu mempermudah penulis melakukan beberapa langkah perencanaan sehingga diperoleh hasil

Lebih terperinci

MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0

MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0 MODUL I Pengenalan IDE Visual Basic 6.0 Visual Basic (VB) pada dasarnya adalah sebuah bahasa pemrograman komputer. Bahasa pemrograman adalah perintah-perintah atau instruksi yang dimengerti oleh komputer

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Tanggapan Siemens C45 terhadap Perintah AT Command. Untuk mengetahui respon Handphone terhadap perintah AT Command, harus dibuat suatu pemodelan sistem. Pemodelan dan simulasi

Lebih terperinci

1. MENGENAL VISUAL BASIC

1. MENGENAL VISUAL BASIC 1. MENGENAL VISUAL BASIC 1.1 Mengenal Visual Basic 6.0 Bahasa Basic pada dasarnya adalah bahasa yang mudah dimengerti sehingga pemrograman di dalam bahasa Basic dapat dengan mudah dilakukan meskipun oleh

Lebih terperinci

SPC Application Note. SPC Blue-Link (J2) Tabel 1 Hubungan SPC Blue-Link Dengan Komputer

SPC Application Note. SPC Blue-Link (J2) Tabel 1 Hubungan SPC Blue-Link Dengan Komputer SPC SPC Application Note AN183 SPC Blue-Link Config Tool Oleh: Tim IE Artikel berikut ini membahas aplikasi Graphical User Interface (GUI) / Config Tool untuk SPC Blue-Link dengan menggunakan bantuan program

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN. Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 IMPLEMENTASI Proses instalasi aplikasi merupakan tahapan yang harus dilalui sebelum memulai penggunaan Sistem Kontrol Pendeteksian Kebakaran. Berikut beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Serial RS232

BAB II DASAR TEORI Serial RS232 BAB II DASAR TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa teori pendukung yang digunakan sebagai acuan dalam merealisasikan sistem seperti teori dasar tentang komunikasi serial RS232, Entity Relationship Diagram

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN PEMODELAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas sistem perencanaan dan pembuatan perangkat keras dan perangkat lunak, yang meliputi. 1. Proses kerja sistem 2. Perancangan dan pembuatan

Lebih terperinci

DT-BASIC Application Note

DT-BASIC Application Note DT-BASIC Application Note AN90 BASIC LCD Interface Oleh: Tim IE LCD saat ini merupakan kebutuhan pokok dalam berbagai macam aplikasi. Pada artikel kali ini akan diberi contoh penggunaan LCD karakter pada

Lebih terperinci

PERAKITAN MEDIA KABEL UTP DAN RJ45 UNTUK KOMUNIKASI DATA

PERAKITAN MEDIA KABEL UTP DAN RJ45 UNTUK KOMUNIKASI DATA BAB 3. PERAKITAN MEDIA KABEL UTP DAN RJ45 UNTUK KOMUNIKASI DATA 3.1 TUJUAN 1. Mahasiswa mampu memahami kegunaan kabel UTP dengan konektor RJ45. 2. Mahasiswa mampu memahami fungsi dari masing-masing pin

Lebih terperinci

AMOS MARITO SIMANJUNTAK NIM : INDRI LESTARI NIM :

AMOS MARITO SIMANJUNTAK NIM : INDRI LESTARI NIM : RANCANG BANGUN APLIKASI SMS GATEWAY UNTUK PERMINTAAN LAGU PADA STASIUN RADIO SECARA OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi data Prinsip dasar dari sistem komunikasi data adalah suatu cara untuk sebuah pertukaran data dari kedua pihak. Pada Gambar 2.1 dijelaskan sebuah contoh sistem komunikasi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mulai. Baca status register. Tulis control register dengan data 00H. Tulis control register dengan data 00H

HASIL DAN PEMBAHASAN. Mulai. Baca status register. Tulis control register dengan data 00H. Tulis control register dengan data 00H 9 - Aplikasi pendukung : Microsoft Access 2003 Perangkat keras: - Komputer untuk pembuatan dan pengolahan data, dengan spesifikasi: Prosesor AMD Athlon 64 3500+ 2,20 Ghz, Memori RAM 512 MB, dan Media penyimpanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perangkat Keras Dalam merancang sebuah peralatan yang cerdas, diperlukan suatu perangkat keras (hardware) yang dapat mengolah data, menghitung, mengingat dan mengambil pilihan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1.Komunikasi data Prinsip dasar dari sistem komunikasi data adalah suatu cara untuk sebuah pertukaran data dari kedua pihak. Pada Gambar 2.1 dijelaskan sebuah contoh sistem komunikasi

Lebih terperinci

Aplikasi Komunikasi Data Antara Kunci Elektronik dan PC Menggunakan Port Serial

Aplikasi Komunikasi Data Antara Kunci Elektronik dan PC Menggunakan Port Serial Aplikasi Komunikasi Data Antara Kunci Elektronik dan PC Menggunakan Port Serial R.Budiarianto Suryo Kusumo Bidang Komputer P2 Informatika LIPI Komplek LIPI Gd. 20 Lt.3 Cisitu 154 Bandung Budiarianto@informatika.lipi.go.id

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam. diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut:

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam. diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut: BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem Penuntun Satpam Perancangan sistem penuntun satpam bagi keamanan gedung ini dapat diilustrasikan berdasarkan blok diagram sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM

BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM BAB IV UJICOBA DAN ANALISA SISTEM Setelah perencangan dan pembuatan program maka langkah selanjutnya yaitu melakukan pengujian program dan menganalisa terhadap program yang telah dibuat. Pengujian program

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2008, hal : 34) Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai kumpulan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Jogiyanto (2008, hal : 34) Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai kumpulan 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Jogiyanto (2008, hal : 34) Suatu sistem dapat didefenisikan sebagai kumpulan komponen yang saling berhubungan yang membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

INTERFACING SERIAL, PARALEL, AND USB PORT

INTERFACING SERIAL, PARALEL, AND USB PORT INTERFACING SERIAL, PARALEL, AND USB PORT Pembahasan tentang interfacing mungkin akan menimbulkan banyak kemungkinan, interfacing adalah istilah yang digunakan untuk pengantaraan atau antar muka. Antar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris komputer berasal dari kata to compute yang artinya

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM BAB III PERANCANGAN DAN CARA KERJA SISTEM 3.1 Pendahuluan Bab ini akan membahas membahas perancangan dan cara kerja dari sistem peringatan dini bahaya kebakaran. Sistem peringatan dini bahaya kebakaran

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI LAYANAN APLIKASI AGENT TELEFONI BERBASIS EMBEDDED EBOX-4300

RANCANG BANGUN APLIKASI LAYANAN APLIKASI AGENT TELEFONI BERBASIS EMBEDDED EBOX-4300 RANCANG BANGUN APLIKASI LAYANAN APLIKASI AGENT TELEFONI BERBASIS EMBEDDED EBOX-4300 Fajar Baskoro 1, Achmad Subhan Khalilullah 2, 1 Mahasisawa 2 Dosen Jurusan Teknik Telekomunikasi Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Mikrokontroller Dengan perkembangan terakhir, yaitu generasi AVR (Alf and Vegard s Risc processor), para desainer sistem elektronika telah diberi suatu teknologi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Api merupakan suatu elemen yang sangat bermanfaat bagi manusia jika dapat mengendalikan dalam pemanfaatannya, akan tetapi juga sangat penting untuk menghindarinya jika

Lebih terperinci

Programmer. Petunjuk Penggunaan

Programmer. Petunjuk Penggunaan Programmer Petunjuk Penggunaan Trademarks & Copyright Windows and Windows NT are registered trademarks of Microsoft Corporation. MCS-51 and Pentium are registered trademarks of Intel Corporation. AVR is

Lebih terperinci

AT89 USB ISP Trademarks & Copyright

AT89 USB ISP Trademarks & Copyright AT89 USB ISP Trademarks & Copyright PC is a trademark of International Business Machines Corporation. Windows is a registered trademark of Microsoft Corporation. MCS-51 is a registered trademark of Intel

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER

PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER PENERAPAN METODE PENGECEKAN KESALAHAN CHECK SUM PADA PENGIRIMAN PESAN RUNNING TEXT DARI KOMPUTER Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma 3 Oleh : MELYANA F.R SITORUS

Lebih terperinci

PENGENALAN KOMUNIKASI DATA

PENGENALAN KOMUNIKASI DATA PENGENALAN KOMUNIKASI DATA Konsep Komunikasi Data Terminologi Komunikasi Data Bentuk Komunikasi Komponen Dasar Komunikasi Data Aplikasi Riil Sistem Komunikasi Data Dosen Pengampu : Muhammad Riza Hilmi,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi DAFTAR ISI ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1 1.2 Identifikasi Masalah...

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Lampu Lalu Lintas 2.1.1 Pengertian Lampu Lalu Lintas Menurut Penjelasan UU Lalu Lintas No. 14 tahun 1992 pasal 8 ayat 1 huruf c menyebutkan bahwa Pengertian alat pemberi isyarat

Lebih terperinci

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS

BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS BAB V PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISIS Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan sistem yang dibuat, maka pada bab ini dilakukan pengujian sistem. Kemudian akan dilakukan analisis berdasarkan hasil yang diperoleh

Lebih terperinci

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51

4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 4. Port Input/Output Mikrokontroler MCS-51 Mikrokontroler MCS-51 memiliki 2 jenis port input/output, yaitu port I/O parallel dan port I/O serial. Port I/O parallel sebanyak 4 buah dengan nama P0,P1,P2

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer ( computer ) berasal dari bahasa latin computere yang berarti menghitung. Dalam bahasa Inggris berasal dari kata computer yang artinya menghitung.

Lebih terperinci

TEXT TO SPEECH BAHASA INDONESIA PADA PESAN SMS DENGAN KONVERTER PDU

TEXT TO SPEECH BAHASA INDONESIA PADA PESAN SMS DENGAN KONVERTER PDU TEXT TO SPEECH BAHASA INDONESIA PADA PESAN SMS DENGAN KONVERTER PDU Dodi Siregar Teknik Informatika Sekolah Tinggi Teknik Harapan Medan e-mail: dodi.regar@gmail.com Abstract This research aims to design

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA)

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET (KOMUNIKASI DATA) Revisi : 01 Tgl : 1 Maret 2008 Hal 1 dari 9 1. Kompetensi Setelah melakukan praktik, mahasiswa memiliki kompetensi: dapat memahami dan mengimplementasikan teknik komunikasi data antara dua buah komputer

Lebih terperinci

TUGAS MATAKULIAH KOMUNIKASI DATA JUDUL SMS GATEWAY

TUGAS MATAKULIAH KOMUNIKASI DATA JUDUL SMS GATEWAY TUGAS MATAKULIAH KOMUNIKASI DATA JUDUL SMS GATEWAY Disusun Oleh: 1. Crishmunandar (2112R0504) SEKOLAH TINGGI MANAGEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER S T M I K H I M S Y A 2014 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 menunjukkan silabus alur pembelajaran. Pengenalan lingkungan Kit SIM908 EVB dan instruksi AT SMS GPS

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 menunjukkan silabus alur pembelajaran. Pengenalan lingkungan Kit SIM908 EVB dan instruksi AT SMS GPS BAB III PERANCANGAN Bab III berisi tentang alur pembelajaran dan format pedoman. Selain itu juga mencakup deskripsi pembahasan setiap pedoman dan keterkaitan antar satu pedoman dengan pedoman yang lain.

Lebih terperinci

PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM

PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM PERCOBAAN IV Komunikasi Data MODEM 1. TUJUAN Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : Melakukan koneksi antar 2 PC menggunakan dial up modem untuk kirim dan terima karakter dan file

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Aplikasi Perangkat lunak dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu sistem operasi, aplikasi dan utiliti. Sistem operasi merupakan perangkat lunak yang berfungsi

Lebih terperinci

TV Tuner Activation by SMS to Record Television Show. Marwin S.W. Manggala

TV Tuner Activation by SMS to Record Television Show. Marwin S.W. Manggala TV Tuner Activation by SMS to Record Television Show Marwin S.W. Manggala 0122186 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri 65 Bandung 40164,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengenalan Visual Basic 6.0 Visual Basic 6.0 merupakan salah satu tool untuk pengembangan aplikasi yang banyak diminati oleh orang. Visual Basic merupakan bahasa pemrograman

Lebih terperinci

Merancang Project. Form Module Class Module Report. Form 1, Form 2, Minimarket (NamaProject) Gambar 4.1 Flowchart Project Sistem Informasi Minimarket

Merancang Project. Form Module Class Module Report. Form 1, Form 2, Minimarket (NamaProject) Gambar 4.1 Flowchart Project Sistem Informasi Minimarket Merancang Project Setelah desain database dan tabel selesai, langkah berikutnya adalah desain project menggunakan Visual Basic 6.0. Berikut tahap-tahap yang harus kita lakukan untuk merancang program sesuai

Lebih terperinci

KONSEP KOMUNIKASI SERIAL. Oleh : Sunny Arief SUDIRO

KONSEP KOMUNIKASI SERIAL. Oleh : Sunny Arief SUDIRO PERTEMUAN 5 KONSEP KOMUNIKASI SERIAL Oleh : Sunny Arief SUDIRO 1 Konsep Komunikasi Serial Dari Segi perangkat keras: adanya proses konversi data pararel menjadi serial atau sebaliknya menggunakan piranti

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM

BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM BAB III PERANCANGAN 3.1. SPESIFIKASI SISTEM Pada perancangan, menspesifikasikan sistem yang akan dibuat menjadi dua kategori yaitu spesifikasi perangkat keras dan spesifikasi perangkat lunak, sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Informasi Data adalah fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, bilangan-bilangan, uraian karakter yang mempunyai

Lebih terperinci

TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto

TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral. Eko Didik Widianto TSK304 - Teknik Interface dan Peripheral Eko Didik Teknik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Sebelumnya, dibahas tentang desain mikrokomputer yang terdiri atas CPU, RAM dan ROM operasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Istilah komputer mempunyai arti yang luas dan berbeda untuk orang yang berbeda. Istilah komputer (computer) berasal dari bahasa Latin Computare yang berarti

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simulasi 2.1.1 Pengertian Simulasi Simulasi merupakan salah satu cara untuk memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi di dunia nyata (real world). Banyak metode yang dibangun

Lebih terperinci

Perancangan Serial Stepper

Perancangan Serial Stepper Perancangan Serial Stepper ini : Blok diagram dari rangakaian yang dirancang tampak pada gambar dibawah Komputer Antar Muka Peralatan luar Komputer Komputer berfungsi untuk mengendalikan peralatan luar,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah perintah ( program komputer ) yang bila dieksekusi memberikan fungsi dan unjuk kerja seperti yang diinginkan, struktur data yang

Lebih terperinci

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN PENDAFTARAN PASIEN KLINIK JAYA ABADI BANDUNG BERBASIS SMS GATEWAY

MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN PENDAFTARAN PASIEN KLINIK JAYA ABADI BANDUNG BERBASIS SMS GATEWAY MEMBANGUN SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN PENDAFTARAN PASIEN KLINIK JAYA ABADI BANDUNG BERBASIS SMS GATEWAY Bambang Priambodo 10103424 poekz00@yahoo.com Pembimbing I : Khusnul Novianingsih, M.Si. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Komputer Komputer berasal dari bahasa Latin computare yang artinya menghitung. Jadi komputer dapat diartikan sebagai alat untuk menghitung. Perkembangan teknologi dan

Lebih terperinci