VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL. memiliki arti bahwa PKPBDD berkomitmen untuk meningkatkan kesejahterahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL. memiliki arti bahwa PKPBDD berkomitmen untuk meningkatkan kesejahterahan"

Transkripsi

1 VI. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL 6.1 Visi dan Misi Pernyataan visi dari PKPBDD adalah Mewujudkan Masyarakat Petani yang Maju dan Sejahtera bersama Lembaga Pemasaran Bintang Dewa. Visi ini memiliki arti bahwa PKPBDD berkomitmen untuk meningkatkan kesejahterahan petani belimbing di Kota Depok melalui program pengembangan agribisnis belimbing yang berpihak pada petani. Pernyataan misi PKPBDD tidak terlepas dari visi yang telah ditentukan. Misi PKPBDD adalah : 1. Membangun agribisnis belimbing yang profesional dan berorientasi pasar 2. Membangun sentra-sentra produksi belimbing yang handal guna mendukung produksi yang berkualitas dan suplai yang kontinyu serta jumlah yang mencukupi. 3. Mewujudkan lembaga pemasaran yang profesional 4. Dengan kebersamaan seluruh masyarakat pertanian, kita wujudkan belimbing sebagai ikon Kota Depok. 6.2 Organisasi dan Manajemen Umum Analisis mengenai organisasi dan manajemen umum PKPBDD dilakukan berdasarkan fungsi dasar manajemen, yaitu perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf, dan pengendalian.

2 85 1. Perencanaan Perencanaan merupakan aktivitas manajerial yang berkaitan dengan persiapan menghadapi masa depan. Perencanaan dilakukan pada tahap perumusan strategi dalam proses manajemen strategis. Pada umumnya, perencanaan jangka panjang PKPBDD masih mengikuti perencanaan yang dilakukan oleh pihak Dinas Pertanian Kota Depok. Hal ini disebabkan karena adanya PKPBDD sendiri termasuk ke dalam rencana strategis pemerintah Kota Depok untuk menjadikan belimbing sebagai ikon kota. Kegiatan perencanaan yang dilakukan sendiri oleh pihak PKPBDD lebih bersifat kondisional. Kegiatan perencanaan pada PKPBDD dilakukan bersamasama oleh pengurus dan manajer setiap divisi. Rentang waktu untuk perencanaan selama ini belum ditentukan. Koperasi masih melakukan perencanaan berdasarkan permasalahan yang ada. 2. Pengorganisasian Pengorganisasian di dalam tubuh PKPBDD dilakukan berdasarkan struktur organisasi yang ada. Pelaksana tugas harian PKPBDD dipimpin oleh dewan pengurus, yaitu ketua koperasi dengan dibantu oleh bendahara dan sekretaris. Pengurus dipilih melalui Rapat Anggota Tahunan (RAT) berdasarkan kriteria tertentu, misalnya memiliki pengaruh dan akses dalam menyampaikan informasi serta memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam budidaya dan agribisnis belimbing. PKPBDD memiliki tiga divisi yang masing-masing dipimpin oleh seorang manajer divisi, yaitu divisi produksi, divisi keuangan, dan divisi pemasaran. Bagan struktur organisasi PKPBDD selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 9.

3 86 Manajer divisi diangkat oleh ketua dengan persetujuan Rapat Anggota. Dalam menjalankan tugasnya, manajer divisi dibantu oleh supervisor dan beberapa orang staf. Staf atau karyawan direkrut melalui proses wawancara yang dilakukan oleh ketua koperasi. Pelaksanaan tugas dan wewenang di PKPBDD telah diatur dalam job description dan job specification yang jelas. Job description yang dimiliki PKPBDD berisi ringkasan pekerjaan, tanggung jawab utama, kondisi kerja, indikator keberhasilan, dan wewenang yang dimiliki setiap posisi sesuai dengan struktur organisasi. Job specification berisi kriteria atau persyaratan pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap posisi dalam struktur organisasi. Pengurus Direksi Divisi Produksi Divisi Keuangan (Manajer Keuangan) Divisi Pemasaran (Manajer Pemasaran) Supervisor Produksi Buah Supervisor Produksi Olahan Staf Staf Staf Staf Gambar 9. Struktur Organisasi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007

4 87 3. Pemotivasian Proses pemotivasian merupakan usaha yang diarahkan untuk membentuk tingkah laku manusia. Berdasarkan hasil wawancara, setiap pengurus dan karyawan di PKPBDD memiliki motivasi tinggi dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat dari tingkat kepatuhan serta kedisiplinan dalam menaati peraturanperaturan yang telah ditetapkan. Setiap karyawan selalu datang dan pulang sesuai dengan jam kerja dan menyelesaikan pekerjaan mereka dengan baik. Tingginya motivasi dari pengurus dan karyawan terutama disebabkan karena kesadaran bahwa PKPBDD merupakan lembaga yang menjadi harapan banyak kalangan di Kota Depok untuk memajukan perekonomian daerah dari sektor pertanian. Disamping itu, kepemimpinan dari ketua koperasi turut mempengaruhi motivasi bekerja karyawan. 4. Penunjukkan Staf. Aktivitas penunjukkan staf berpusat pada manajemen personalia atau sumber daya manusia. Perekrutan staf dilakukan berdasarkan referensi dari staf yang sudah ada. Proses perekrutan dilakukan melalui seleksi administrasi dan wawancara oleh ketua koperasi. Setiap pengurus dan staf mendapatkan insentif berupa gaji tetap setiap bulan. Selain itu, karyawan juga mendapat insentif berupa uang makan, uang transport dan upah lembur. Saat ini, pengurus dan karyawan PKPBDD berjumlah 24 orang dengan rincian jabatan dapat dilihat pada Tabel 13.

5 88 Tabel 13. Rincian Jumlah Pengurus dan Karyawan PKPBDD Jabatan Jumlah (orang) Pengurus 3 Manajer divisi 3 Supervisor Produksi 2 Supervisor Olahan 1 Staf Keuangan 1 Staf Pemasaran 1 Staf Produksi 6 Staf Olahan 2 Staf Umum 5 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007 Hingga saat ini, PKPBDD belum memiliki program pengembangan karyawan. Berdasarkan hasil wawancara, koperasi membutuhkan pengembangan atau pelatihan karyawan terutama yang berhubungan dengan perdagangan internasional. Hal ini bertujuan untuk mendukung rencana koperasi untuk menjajaki kemungkinan ekspor belimbing. 5. Pengendalian Proses pengendalian bertujuan untuk memastikan hasil yang didapat konsisten dengan hasil yang direncanakan. Proses pengendalian yang telah berjalan baik di PKPBDD adalah pengendalian mutu. Tanggung jawab pengendalian mutu dilakukan oleh dua orang supervisor produksi yang mengawasi jalannya proses produksi mulai dari sortasi, grading, packaging, dan transportasi. Kedua supervisor ini bertugas memastikan kualitas produk yang dihasilkan selalu sesuai dengan permintaan konsumen. Kriteria dalam proses produksi tersebut selengkapnya akan dijelaskan pada analisis bidang produksi dan operasi. Pengendalian penjualan di PKPBDD belum dapat berjalan secara maksimal. Hal ini disebabkan karena jumlah pasokan belimbing dari petani yang belum konstan setiap bulannya.

6 Pemasaran Pemasaran merupakan fungsi utama dari PKPBDD. Pemasaran dilakukan oleh satu orang manajer dibantu oleh satu orang staf pemasaran dan lima orang staf umum. Sistem pemasaran menggunakan sistem order. Pelanggan yang hendak membeli belimbing dapat melakukan order melalui telepon atau langsung datang ke kantor PKPBDD. Jika stok belimbing berlebih, divisi pemasaran biasanya melakukan penawaran dengan menghubungi calon-calon pelanggan. Pemasaran pada PKPBDD selama ini masih mengalami kendala. Jumlah belimbing yang dibeli masih lebih besar daripada jumlah yang dijual. Hal ini dapat dilihat dari data pembelian dan penjualan pada Tabel 14. Tabel 14. Selisih Penjualan dan Pembelian Belimbing di PKPBDD pada Bulan Januari-April 2008 Pembelian Penjualan Selisih Bulan Jumlah Jumlah Jumlah Nilai (Rp) Nilai (Rp) (kg) (kg) (kg) Nilai (Rp) Januari , , Februari , , Maret 21437, , April , , Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah) Adanya kesenjangan antara pembelian dan penjualan terutama dikarenakan jumlah produksi yang besar dan tidak sebanding dengan pangsa pasar yang dimiliki koperasi. Kondisi ini terutama terlihat pada saat panen raya belimbing. Pada saat panen raya bulan Januari 2008, PKPBDD hanya dapat memasarkan 33 persen dari total pembelian. Pada bulan Februari, meningkat menjadi 54,45 persen. Pada bulan Maret, suplai belimbing menjadi jauh berkurang, yaitu hanya 35 persen dari suplai bulan Februari. Penjualan bulan ini mencapai 73 persen dari total pembelian. Pada bulan April, suplai belimbing

7 90 bertambah 32,8 persen dari bulan Maret dan koperasi berhasil menjual 88,32 persen dari total pembelian. Belimbing yang tidak terjual menjadi busuk dan dijual sebagai bahan baku pakan ikan atau dibuang. Tingkat penjualan PKPBDD masih berfluktuasi setiap bulannya. Pada bulan Maret dan April, PKPBDD mulai mendapatkan penerimaan dari hasil penjualan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai penjualan yang lebih besar dari nilai pembelian. Selisih tersebut terus mengalami pertumbuhan sejak bulan Januari hingga April. Pertumbuhan terbesar terjadi dari bulan April yaitu mencapai 187 persen dibanding bulan sebelumnya. Pertumbuhan penerimaan PKPBDD selengkapnya dapat dilihat di Tabel 15. Tabel 15. Pertumbuhan Penerimaan (penjualan pembelian) Bulan Januari- April Bulan Penjualan Pembelian Penerimaan Pertumbuhan (Rp) (Rp) (Rp) (%) Januari Februari ,8 Maret ,7 April ,16 Sumber : Manajemen PKPBDD, 2008 (diolah) Walaupun terjadi peningkatan, jumlah penjualan secara kuantitas belum dapat mencakup semua belimbing yang dibeli dari petani. Belum semua belimbing yang dibeli habis terjual. Hal ini disebabkan adanya susut kuantitas maupun akibat pasokan yang tidak sesuai order (pada saat ada pasokan, tidak ada order). Terlebih lagi jumlah belimbing yang diserap oleh PKPBDD baru berasal dari 239 petani dari total 650 jumlah petani belimbing di Kota Depok. Peningkatan penjualan harus terus dipertahankan hingga mencapai angka 100 persen.

8 91 Kontinyuitas suplai belimbing dari petani belum dapat menjamin persediaan belimbing yang konstan setiap hari. Dalam beberapa kasus, koperasi terpaksa membatalkan order akibat tidak tersedianya stok belimbing dari petani pada hari pengiriman. Kondisi ini terutama terlihat tepat sesudah musim panen raya. Akibatnya, koperasi terpaksa kehilangan 30 hingga 40 persen pangsa pasar yang didapat pada saat panen raya. Analisis mengenai bidang pemasaran pada PKPBDD akan dikaji berdasarkan empat aspek bauran pemasaran. Aspek-aspek tersebut adalah aspek produk, harga, promosi, dan distribusi. 1. Produk Bauran produk PKPBDD terdiri dari dua lini produk, yaitu produk belimbing segar dan produk olahan belimbing. Produk belimbing segar merupakan belimbing varietas Dewa dan Dewi yang merupakan jenis varietas ungggulan. Belimbing dibedakan menjadi tiga grade berdasarkan standarisasi mutu. PKPBDD mengacu pada tiga standarisasi, yaitu berdasarkan komponen mutu, berdasarkan bobot buah, dan berdasarkan indeks kematangan. Standarisasi mutu selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4. Belimbing grade A dan B dijual dalam bentuk kemasan dan juga dalam bentuk curah. Kemasan yang digunakan adalah wrapping dan karton. Satu wrapping biasanya terdiri dari tiga sampai enam buah belimbing, tergantung dari grade. Grade A dikemas tiga sampai empat buah per wrapping sedangkan grade B dikemas lima sampai enam buah per wrapping. Belimbing yang telah dikemas dengan wrapping kemudian dimasukkan ke dalam karton dengan kapasitas 10 wrapping per karton dengan berat bersih tujuh kilogram per karton. Belimbing

9 92 dengan kemasan karton dipasarkan ke pasar-pasar modern seperti supermarket dan toko buah. Belimbing tersebut dipasarkan menggunakan merek Belimbing Dewa Depok. Merek tersebut terdapat pada masing-masing wrapping dan kemasan karton. Belimbing grade C dipasarkan dalam bentuk curah 50 kilogram per keranjang. Belimbing tersebut dipasarkan ke pasar-pasar tradisional dan pihak pengolahan. Pihak pengolahan adalah enam UKM yang berada di bawah pembinaan PKPBDD. Hasil pengolahan akan dipasarkan melalui koperasi dengan menggunakan label khusus PKPBDD. Olahan belimbing merupakan bentuk diversifikasi produk di PKPBDD. Pengolahan yang telah berjalan adalah jus dan sari buah belimbing, instant belimbing, dan selai belimbing. Pengolahan yang sedang dikembangkan adalah keripik belimbing. Pengendalian mutu untuk produk olahan dilakukan dengan menetapkan standar bahan baku yang digunakan. Untuk standarisasi, produk olahan ini telah memiliki sertifikasi halal dan uji komposisi. Pengendalian mutu pada produk olahan masih memiliki beberapa kekurangan, terutama dalam hal keseragaman rasa antara produk yang dihasilkan UKM yang satu dengan yang lain. Penggunaan standarisasi, kemasan khusus dan merk produk merupakan bagian dari strategi bauran produk PKPBDD. Tujuan dari stategi tersebut adalah : Menghasilkan produk yang berkualitas dengan karakteristik sesuai dengan sementasi pelanggan, yaitu grade A dan B untuk pasar modern dan grade C untuk pasar tradisional.

10 93 Menanamkan image Belimbing Dewa Depok sebagai produk belimbing berkualitas yang dihasilkan oleh Kota Depok kepada pelanggan. Menembus pasar buah untuk kalangan menengah ke atas yang sebagian besar didominasi oleh buah-buahan impor. 2. Harga Kebijakan harga yang diterapkan PKPBDD adalah berdasarkan mekanisme pasar dan kualitas produk yang dihasilkan. PKPBDD sendiri memiliki standar harga pokok penjualan, yaitu sebesar harga beli ditambah Rp Nilai tersebut terdiri dari biaya karyawan Rp 1000, biaya pengemasan Rp 1000, dan keuntungan Rp Dengan standar harga tersebut, PKPBDD menetapkan target minimal penjualan yang harus terpenuhi adalah 30 ton/bulan. Penetapan harga, baik harga beli dan harga jual belimbing dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Pada bulan Februari 2008 yang bertepatan dengan panen raya, harga beli belimbing per kilogram untuk grade A seharga Rp 5000, B seharga Rp 4000, dan C seharga Rp Pada bulan Maret 2008 dimana suplai belimbing telah berkurang, harga per kilogram grade A seharga Rp 6500, grade B seharga Rp 5000, dan grade C seharga Rp Harga jual belimbing grade A dan B memiliki rentang harga terendah dan tertinggi. Harga jual per kilogram belimbing grade A adalah Rp 8000 sampai Rp 12000, grade B dengan harga Rp 7000 sampai Rp Belimbing grade C memiliki harga tetap, yaitu Rp 3500 per kilogram. Pada saat panen raya, harga jual belimbing dapat turun dengan drastis. Sebagai contoh, pada saat panen raya bulan Januari dan Februari 2008, belimbing grade A dapat turun hingga Rp 6500 per kilogram dan grade B hingga Rp 5000 per kilogram. Selain dipengaruhi

11 94 mekanisme pasar, penentuan harga jual dalam rentang harga biasanya dilakukan berdasarkan kualitas belimbing yang dijual dan sistem pembayaran yang digunakan. Sistem pembayaran yang digunakan dalam pembelian belimbing dari petani pada umumnya dilakukan secara tunai. Sistem pembayaran dalam penjualan belimbing menggunakan sistem cash dan kredit. Jika pembayaran dilakukan secara kredit, maka waktu dan ketentuan pembayaran ditentukan berdasarkan kesepakatan. Pada umumnya, penjualan secara tunai mendapatkan potongan harga. Sebagai contoh, harga belimbing grade A untuk pembelian tunai umumnya tidak lebih dari Rp 8500 per kilogram 3. Promosi Kegiatan promosi yang dilakukan oleh PKPBDD terutama bertujuan untuk lebih mengenalkan keunggulan belimbing Depok kepada konsumen. Promosi dilakukan melalui media cetak, media elektronik, mengikuti pameran dan event lomba, serta kegiatan-kegiatan lain. Beberapa media cetak yang pernah memuat dan ikut mempromosikan belimbing Depok adalah majalah Trubus, Inti Cerdas, Monde, Monitor Depok, harian Republika dan Berita Kota. Selain itu, promosi juga dilakukan secara langsung, yaitu dengan mendatangi pihak yang menjadi calon konsumen. Pada awal bulan April 2008, PKPBDD telah meluncurkan situs website Pembukaan website tersebut bertujuan untuk memperluas jangkauan promosi. Fasilitas website telah menunjukkan hasil dengan adanya tawaran dari Malaysia dan Arab Saudi yang telah memasuki tahap negosiasi.

12 95 4. Distribusi Salah satu tugas dari PKPBDD adalah menciptakan jaringan distribusi yang berpihak pada petani. Sebelum adanya PKPBDD, petani biasanya menjual belimbing pada tengkulak dengan sistem ijon, dimana harga yang berlaku tidak menguntungkan petani. Oleh karena itu, PKPBDD didirikan sebagai koperasi sekunder yang diupayakan untuk menjadi satu-satunya pintu pemasaran buah dan olahan Belimbing Dewa hasil produksi petani se-kota Depok. Jaringan distribusi yang digunakan PKPBDD berusaha untuk memutuskan keterlibatan tengkulak yang merugikan petani. Belimbing yang dibeli dari petani langsung dipasarkan ke pihak agen, distributor, dan pihak pengolahan. Dengan demikian, PKPBDD berperan sebagai penghubung antara petani dengan pasar secara langsung. Alur distribusi belimbing yang dilakukan oleh PKPBDD dapat dilihat pada Gambar 10. Pasar Modern (Super/Hypermarket) dan Toko Buah Petani Belimbing Anggota PKPBDD Pasar Tradisional (Pasar Induk) Agen/Supplier Pengolahan buah Konsumen Akhir Gambar 10. Alur Distribusi PKPBDD. Sumber : Manajemen PKPBDD, 2007

13 96 Pasar yang dibidik oleh PKPBDD sesuai dengan segmentasi pasar yang telah dilakukan adalah pasar modern (supermarket dan toko buah) dan pasar tradisional. Belimbing yang dipasok pada pasar modern merupakan belimbing grade A dan B. Pasar modern dan toko buah yang telah dimasuki PKPBDD diantaranya adalah PT. Carrefour, PT. Lion Superindo, PT. Makro Indonesia, Papa Ho Supermarket, Total Buah Segar, Jakarta Fruit Market, dan beberapa outlet/toko buah modern yang tersebar di wilayah Jabodetabek. Selain pasar-pasar di atas, PKPBDD juga menjadi pemasok bagi pihak supplier seperti PT. Sewu Segar yang menjadi supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya. Pasar tradisional yang telah dimasuki oleh PKPBDD adalah Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar tradisional di wilayah Depok dan Jakarta. Belimbing yang dipasok di pasar tradisonal sebagian besar adalah belimbing grade C. Belimbing grade C yang dipasarkan di pasar tradisional biasanya menggunakan sistem curah. Selain untuk pasokan ke pasar tradisonal, belimbing grade C juga dipasok ke pihak pengolahan yang merupakan UKM di bawah binaan koperasi. Hasil dari pengolahan tersebut kemudian akan dipasarkan kembali melalui koperasi dengan label khusus. Sehubungan dengan letak PKPBDD dengan pemasok dan pasar, maka dapat dikatakan bahwa lokasi PKPBDD cukup strategis. Lokasi PKPBDD yang berada di kecamatan Sawangan berada dalam jarak yang terbilang dekat dengan lahan-lahan belimbing petani di seluruh kecamatan se-kota Depok. Jarak yang dekat ini memudahkan pengangkutan belimbing dari lokasi panen ke koperasi. Mengingat sifat belimbing yang mudah rusak, maka jarak yang dekat akan meminimalkan kerusakan tersebut.

14 97 Pengangkutan belimbing dari lahan ke koperasi maupun dalam distribusi ke pasar-pasar tujuan dilakukan menggunakan fasilitas mobil yang dimiliki koperasi. Koperasi memiliki fasilitas pengangkutan berupa tiga unit mobil berbahan bakar solar. Fasilitas tersebut terdiri dari satu unit mobil box, satu unit mobil pick up, dan satu unit mobil engkel. Untuk mempercepat distribusi dan mencegah kerusakan pada belimbing akibat faktor cuaca, pendistribusian belimbing biasanya dimulai pada pukul WIB. 6.4 Keuangan Modal utama dari PKPBDD hingga saat ini berasal dari bantuan pemerintah melalui program PPK-IPM. Masalah permodalan masuk ke dalam prioritas kegiatan pengembangan belimbing Kota Depok tahun 2008, yaitu fasilitasi permodalan dana bergulir melalui Bank Mandiri sebesar 1,5 milyar untuk 25 kelompok tani. Kebutuhan modal ke depan diperkirakan akan terus terpenuhi oleh program tersebut. Hal ini disebabkan karena minat pemerintah maupun pihak legislatif yang besar untuk mengembangkan belimbing sebagai penghasil pendapatan daerah. Omset dari usaha belimbing manis di Kota Depok sendiri mencapai Rp 17 milyar. Pada bulan Maret 2008, pihak koperasi telah melakukan pembicaraan dengan pemerintah dan legislatif untuk perencanaan pendanaan pada tahun Analisis mengenai kondisi keuangan PKPBDD tidak dapat dilakukan secara mendalam dengan mempelajari laporan keuangan dikarenakan keterbatasan data. Akan tetapi berdasarkan data pembelian dan penjualan, dapat dilihat bahwa PKPBDD mengalami kerugian pada bulan Januari dan Februari Hal ini dapat dilihat dari selisih penjualan dan pembelian yang bernilai negatif. Pada

15 98 bulan Maret dan April 2008, PKPBDD berhasil meningkatkan penjualan sehingga selisih antara penjualan dan pembelian bernilai positif, yaitu Rp pada bulan Maret dan Rp pada bulan April. Walaupun nilai tersebut belum merupakan laba bersih perusahaan, dapat dikatakan bahwa kondisi keuangan PKPBDD semakin membaik. 6.5 Produksi dan Operasi Produksi dan operasi terbagi atas dua tahap, yaitu produksi dan operasi di tingkat anggota PKPBDD (petani belimbing) dan di tingkat lembaga, yaitu PKPBDD sendiri. Produksi dan operasi di tingkat anggota (petani) adalah kegiatan yang terkait dengan budidaya belimbing dari mulai penyiapan lahan hingga pasca panen. Produksi dan operasi di tingkat lembaga (PKPBDD) terkait dengan kegiatan pasca panen, yaitu menyiapkan belimbing hasil produksi petani agar sesuai dengan permintaan pasar. Produksi dan operasi di PKPBDD dijalankan oleh divisi produksi yang memiliki satu orang manajer, enam orang staf produksi, dan satu orang supervisi. Kegiatan produksi umumnya berlangsung selama enam hari, yaitu hari Senin sampai hari Sabtu dari pukul hingga Akan tetapi, suplai belimbing yang belum konstan setiap harinya terkadang mempengaruhi jam kerja tersebut. Pada saat musim panen dimana supaly belimbing berlimpah, kegiatan produksi dan operasi dapat berlangsung hampir 24 jam. Sebaliknya, jika tidak pada musim panen, kegiatan produksi dan operasi dapat berlangsung kurang dari jam kerja yang telah ditentukan.

16 99 Urutan kegiatan produksi dan operasi di PKPBDD adalah sebagai berikut 1. Pengumpulan Pengumpulan adalah kegiatan mengumpulkan atau membeli belimbing yang telah dipanen oleh petani. Pengumpulan dilakukan dengan cara koperasi mendatangi setiap kebun belimbing yang dipanen dan biasanya dilakukan pada pukul hingga Jika panen raya, pengumpulan dapat berlangsung hingga malan hari. Kegiatan pengumpulan hanya dilakukan jika ada petani anggota yang melakukan panen. Petani yang hendak melakukan panen terlebih dahulu melapor kepada koperasi untuk memudahkan pengumpulan. Petani yang melakukan panen dianjurkan untuk melakukan kegiatan pasca penen sesuai dengan SOP, yaitu kegiatan pembersihan dan sortasi. Pembersihan dilakukan untuk menghilangkan kotoran maupun debu yang menempel pada belimbing, dilakukan menggunakan sarung tangan dan kain basah. Sortasi dilakukan untuk memisahkan belimbing menurut bentuk, ukuran, dan warna buah, tingkat kecacatan akibat serangan OPT maupun kesalahan teknis, dan bobot buah. Belimbing kemudian dimasukkan ke dalam box/kontainer bambu yang telah diberi alas dengan susunan searah dan setiap susunan terpisah. Wadah kemudian ditutup dengan kertas dan dilakukan pencatatan sesuai format yang diberikan koperasi. Belimbing yang telah melalui proses di atas kemudian diangkut menggunakan mobil ke koperasi. 2. Pembersihan, Sortasi, dan Grading Belimbing yang telah tiba di koperasi biasanya harus melewati proses pasca panen yang sama, yaitu cleaning, sortasi, dan grading. Hal ini disebabkan

17 100 karena petani biasanya tidak melakukan kegiatan pasca panen dengan baik sesuai SOP. Selain itu, pasca panen tambahan perlu dilakukan sesuai dengan memenuhi permintaan pasar dan untuk memenuhi persyaratan mutu. Persyaratan mutu buah belimbing dapat dilihat pada Lampiran Pengemasan Hasil dari kegiatan sortasi adalah belimbing yang telah memenuhi persyaratan mutu dan terdiri dari tiga grade, yaitu grade A, B, dan C. Belimbing grade C dikemas dalam bentuk curah menggunakan kontainer rotan 50 kilogram. Pengemasan ini disesuaikan dengan pangsa pasar grade C terdiri pasar tradisional dan pengolahan. Belimbing grade A dan B dikemas secara khusus menggunakan wrapping. Sebelum di-wrapping, belimbing ditempel dengan label merk Belimbing Dewa Depok. Wrapping grade A terdiri dari tiga sampai empat buah per wrapping sedangkan grade B terdiri dari lima sampai enam buah per wrapping. Setelah di-wrapping, belimbing kemudian dimasukkan ke dalam karton khusus kapasitas 10 wrapping per karton dengan berat netto tujuh kilogram. Selain menggunakan kemasan wrapping, belimbing ada juga yang langsung dimasukkan ke dalam karton dengan desain khusus dengan kapasitas 24 buah per karton. 4. Tranportasi Belimbing yang telah dikemas dan siap dipasarkan kemudian didistribusikan ke pasar menggunakan mobil. Pendistribusian biasanya dilakukan pada pagi hari, yaitu pukul hingga selesai. Waktu distribusi ini terutama disesuaikan dengan permintaan pasar yang pada umumnya menghendaki belimbing diantar pada pagi hari. Selain itu, distribusi pada pagi hari memiliki

18 101 kelebihan dibandingkan dengan siang hari, yaitu dapat mempercepat waktu distribusi dan juga mengurangi kemungkinan penurunan kualitas akibat temperatur yang tinggi di siang hari. PKPBDD telah menyusun jadwal transportasi untuk menjamin kelancaran distribusi belimbing ke pasar. Setiap fasilitas mobil telah memiliki sopir, tujuan, dan waktu pemberangkatan yang telah ditentukan. Pada Tabel 16 dapat dilihat contoh jadwal yang telah disusun. Tabel 16. Jadwal Transportasi Belimbing di PKPBDD Kapasitas Waktu Fasilitas angkut berangkat Mobil Box Mobil Bak 410 kg atau 41 box 484 kg atau 67 box 1594 kg atau 208 Mobil Engkel box Sumber : Manajemen PKPBDD, Tujuan Cinere, Ciputat, PS Kramat jati, Maxim Fruit Market (Gajah Mada), Green Garden, Jakarta Fruit Market (Green Ville), Total Buah Segar (Pondok Indah, Kelapa Gading) Superindo (Cikarang Selatan), Mukti Buah dan Top Buah Segar (Caman Bekasi) PT Carrefour Bahan baku merupakan faktor penting bagi kegiatan produksi dan operasi. Bahan baku di PKPBDD adalah belimbing segar yang dihasilkan petani belimbing di Kota Depok. Saat ini, tercatat 239 orang petani yang telah menyalurkan belimbing ke koperasi. Jumlah keseluruhan petani belimbing di Kota Depok adalah 650 orang. Potensi belimbing di Depok mencapai ton per tahun. Jumlah tanaman yang menghasilkan mencapai pohon sedangkan tanaman yang belum menghasilkan mencapai 4549 pohon. Permasalahan utama dari bahan baku adalah dalam hal kontinyuitas. Pasokan bahan baku masih berfluktuasi tergantung waktu panen petani.

19 Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PKPBDD hingga saat ini belum memiliki bagian khusus yang melakukan kegiatan litbang. Litbang masih mengandalkan kerjasama dengan pihak luar, misalnya Dinas Pertanian dan lembaga-lembaga pendidikan. Contoh hasil litbang yang dilakukan oleh Dinas Pertanian Kota Depok adalah SOP (Standar Operational Procedure) belimbing manis, penelitian tingkat permintaan belimbing untuk daerah Jabodetabek dan Bandung, serta penelitian tentang perilaku konsumen. Hasil penelitian dari pihak institusi pendidikan misalnya adalah tentang komposis zat gizi belimbing dan olahannya. 6.7 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen (SIM) yang dijalankan koperasi masih secara manual, yaitu dengan mengandalkan informasi dari pengurus, petani, dan pemerintah. Komputerisasi pada SIM belum diterapkan dengan alasan biaya yang tinggi dan dirasakan belum tepat guna. Akan tetapi, sebagai langkah awal untuk menunjang sistem informasi dan sekaligus sebagai media promosi, koperasi telah didukung oleh fasilitas internet (website). Website tersebut memuat informasi tentang keadaan umum koperasi, manajemen, produk dan produksi, dan artikelartikel yang berhubungan dengan perkembangan belimbing di Kota Depok. Selain itu, website juga meminta tanggapan masyarakat mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pengembangan koperasi dan belimbing di Kota Depok.

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu komoditi hortikultura yang memiliki kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, PDB komoditi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam

V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. hingga sekarang. Keragaan kebun belimbing di Kota Depok tersebar di enam V. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 5.1 Profil Belimbing di Kota Depok 5.1.1 Keragaan Kebun dan Pertanaman. Budidaya belimbing di Kota Depok telah dilakukan sejak tahun 1970-an hingga sekarang. Keragaan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun

Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun LAMPIRAN - LAMPIRAN 171 Lampiran 1. Produksi Buah-buahan Indonesia Tahun 2000-2006 Komoditi Satuan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Alpukat Ton 145.795 141.703 238.182 255.957 221.774 227.577 239.463

Lebih terperinci

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis

IX. FORMULASI STRATEGI. pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis IX. FORMULASI STRATEGI Formulasi strategi dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap masukan, tahap pencocokkan, dan tahap keputusan. Tahap masukan menggunakan analisis matriks IFE dan EFE, tahap pencocokkan

Lebih terperinci

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen.

BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO. memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. BAB IX ANALISIS PEMASARAN PEPAYA SPO DAN PEPAYA NON SPO Pemasaran adalah suatu runtutan kegiatan atau jasa yang dilakukan untuk memindahkan suatu produk dari titik produsen ke titik konsumen. Kelompok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Sistem dan Pola Saluran Pemasaran Bawang Merah Pola saluran pemasaran bawang merah di Kelurahan Brebes terbentuk dari beberapa komponen lembaga pemasaran, yaitu pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha

I. PENDAHULUAN. Persentase Produk Domestik Bruto Pertanian (%) * 2009** Lapangan Usaha I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber pertumbuhan ekonomi yang sangat potensial dalam pembangunan sektor pertanian adalah hortikultura. Seperti yang tersaji pada Tabel 1, dimana hortikultura yang termasuk

Lebih terperinci

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA

VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA VI SALURAN DAN FUNGSI TATANIAGA 6.1. Lembaga Tataniaga Nenas yang berasal dari Desa Paya Besar dipasarkan ke pasar lokal (Kota Palembang) dan ke pasar luar kota (Pasar Induk Kramat Jati). Tataniaga nenas

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2

IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT. Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 IDENTIFIKASI KEUNTUNGAN DAN FAKTOR NON-BIAYA YANG MEMPENGARUHI HARGA JUAL HORENSO DI P4S AGROFARM CIANJUR JAWA BARAT Nurhasana 1 Latifa Hanum 2 ABSTRAK Horenso merupakan produk yang bernilai jual tinggi

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCAPANEN

PENANGANAN PASCAPANEN 43 PENANGANAN PASCAPANEN Pascapanen Penanganan pascapanen bertujuan untuk mempertahankan kualitas buah yang didapat. Oleh karena itu pelaksanaannya harus dilakukan dengan mempertimbangkan kualitas buah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Packing House Packing house ini berada di Desa Hegarmanah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Packing house dibangun pada tahun 2000 oleh petani diatas lahan

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI RAJUNGAN A. LATAR BELAKANG Business Plan akan menjadi dasar atau pijakan bagi

Lebih terperinci

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A

KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A KAJIAN PERMASALAHAN PENERAPAN MANAJEMEN MUTU TERPADU (Kasus: CV. Putri Segar Lembang, Jawa Barat) Oleh : MOCHAMMAD MARWAN A14103687 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN

PENANGANAN PASCA PANEN PENANGANAN PASCA PANEN Pasca Panen Sayuran yang telah dipanen memerlukan penanganan pasca panen yang tepat agar tetap baik mutunya atau tetap segar seperti saat panen. Selain itu kegiatan pasca panen dapat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Bab ini menjelaskan beberapa hal mengenai perusahaan yang menjadi tempat penelitian, yaitu PT. XYZ. Beberapa hal tersebut adalah sejarah perusahaan, ruang lingkup bidang

Lebih terperinci

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat

Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Penanganan Barang Tolakan pada Perusahaan XYZ di Lembang Jawa Barat Ananda Oktaria 1,Marlinda Apriyani 2, Cholid Fatih 3 Mahasiswa 1, Dosen Politeknik Negeri Lampung 1 2, Dosen Politeknik Negeri Lampung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan produksi dan distribusi komoditi pertanian khususnya komoditi pertanian segar seperti sayur mayur, buah, ikan dan daging memiliki peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Manajemen Usaha Ternak Saragih (1998) menyatakan susu merupakan produk asal ternak yang memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kandungan yang ada didalamnya

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran dan Lembaga Tataniaga Dalam menjalankan kegiatan tataniaga, diperlukannya saluran tataniaga yang saling tergantung dimana terdiri dari sub-sub sistem atau fungsi-fungsi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Perusahaan Usaha sale pisang Suka Senang yang menjadi fokus penelitian merupakan UKM yang didirikan oleh Bapak H. Tarwa Hadi. Usaha ini bermula saat dia mengundurkan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL. zat gizi yang penting bagi tubuh. Kandungan gizi yang terkandung dalam buah

VII. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL. zat gizi yang penting bagi tubuh. Kandungan gizi yang terkandung dalam buah VII. ANALISIS LINGKUNGAN EKSTERNAL 7.1 Lingkungan Makro 7.1.1 Demografi Buah-buahan merupakan salah satu dari bahan makanan yang mengandung zat gizi yang penting bagi tubuh. Kandungan gizi yang terkandung

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR

BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR BAB VI ANALISIS USAHA AYAM RAS PEDAGING DI PASAR BARU BOGOR 6.1 Gambaran Lokasi Usaha Pedagang Ayam Ras Pedaging Pedagang di Pasar Baru Bogor terdiri dari pedagang tetap dan pedagang baru yang pindah dari

Lebih terperinci

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU

INSTRUKSI KERJA PENANGANAN PASCAPANEN MANGGA GEDONG GINCU PENANGANAN PENDAHULUAN Instruksi kerja merupakan dokumen pengendali yang menyediakan perintah-perintah untuk pekerjaan atau tugas tertentu dalam penanganan pascapanen mangga Gedong Gincu. 1. Struktur kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi perekonomian Negara Indonesia. Sebagian besar masyarakat Indonesia menggantungkan kehidupan mereka pada sektor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam

I. PENDAHULUAN. pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Petani produsen di Indonesia tidak biasa memasarkan produk hasil pertaniannya langsung kepada pedagang pengecer dan konsumen. Di dalam sistem agribisnis di Indonesia,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM

V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM Keuangan Produksi/Operasi Penelitian-Pengembangan Sistem Informasi Total Sumber : David, 2006 V. DESKRIPSI PERUSAHAAN MAHARANI FARM 5.1. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Maharani Farm RPA Maharani Farm

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara agraris yang beriklim tropis dan di mata dunia internasional memiliki prospek bisnis hortikultura yang sangat cerah. Hortikultura

Lebih terperinci

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk

Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Teknologi Penanganan Panen Dan Pascapanen Tanaman Jeruk Penanganan pascapanen sangat berperan dalam mempertahankan kualitas dan daya simpan buah-buahan. Penanganan pascapanen yang kurang hati-hati dan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM OLEH : LUTFI WIBAWA, M. Pd

STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM OLEH : LUTFI WIBAWA, M. Pd STRATEGI PEMASARAN JAMUR TIRAM OLEH : LUTFI WIBAWA, M. Pd Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah salah satu kegiatan dalam perekonomian yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu sendiri

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 13 BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1 Sejarah Organisasi PT. Swasembada Organis adalah perusahaan yang bergerak dibidang pertanian. Perusahaan ini bergerak pada tanggal 27 Maret 2008, dan penggegas pendirian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SEKILAS KECAMATAN TAJUR HALANG Kecamatan Tajur Halang merupakan bagian kabupaten Bogor. Menurut data kependudukan Kelurahan Tajur Halang, kecamatan tersebut terletak di ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO

BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO BAB IV AUDIT OPERASIONAL ATAS PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PADA PT NORITA MULTIPLASTINDO IV.1 Perencanaan Audit Operasional Audit operasional merupakan suatu proses sistematis yang mencakup serangkaian

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

LAPORAN AKHIR TA ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN AKHIR TA. 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAII EKONOMI TINGG GI Oleh: Henny Mayrowani Nur Khoiriyahh Agustin Dewa Ketut Sadra Swastika Miftahul Azis Erna Maria Lokollo

Lebih terperinci

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK

VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK VII NILAI TAMBAH RANTAI PASOK BERAS ORGANIK Terdapat dua konsep nilai tambah yang digunakan dalam menganalisis beberapa kasus, yaitu nilai tambah produk akibat pengolahan dan nilai tambah perolehan pelaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011

Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 LAMPIRAN Lampiran 1. Sebaran Bulanan Kebutuhan dan Ketersediaan Beras Tahun 2011 (ARAM II) Sumber : Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2011 Lampiran 2. Rincian Luas Lahan dan Komponen Nilai Input Petani

Lebih terperinci

VII ANALISIS PEMASARAN KEMBANG KOL 7.1 Analisis Pemasaran Kembang Kol Penelaahan tentang pemasaran kembang kol pada penelitian ini diawali dari petani sebagai produsen, tengkulak atau pedagang pengumpul,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto

BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI. 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI 2.1 Profil & Sejarah Singkat UD. Bina Lancar Mojokerto UD. Bina Lancar merupakan perusahaan perorangan yang awalnya didirikan oleh Bapak Bambang pada tahun 1988 di Jl. Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISA DATA 4.1. Penyajian data 4.1.1.Gambaran Umum Perusahaan Awal mulanya pada tahun 2006 perusahaan ini didirikan oleh dua pemegang saham dengan nama PT Citra Profoam Indonesia.

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1:

4 KEADAAN UMUM UKM. Pulau Pasaran SKALA 1: 29 4 KEADAAN UMUM UKM 4.1 Lokasi dan Keadaan Umum Pengolah Unit Pengolahan ikan teri nasi setengah kering berlokasi di Pulau Pasaran, Lingkungan 2, Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Barat,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA

PENGELOLAAN RANTAI PASOK SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA SUPPLY CHAIN MANAGEMENT (SCM) HORTIKULTURA Prof.Ir. Sumeru Ashari, M.Agr.Sc, PhD FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Surabaya, 13-14 Nopember 2007 PENGERTIAN 1. SC: adalah sebuah sistem yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Produk hortikultura tomat dapat dikatakan sebagai produk yang dikonsumsi pada kualitas tinggi, tetapi tidak mudah menanganinya. Penangan pengemasan pascapanen

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Saluran Pemasaran Cabai Rawit Merah Saluran pemasaran cabai rawit merah di Desa Cigedug terbagi dua yaitu cabai rawit merah yang dijual ke pasar (petani non mitra) dan cabai

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1. Penyajian Data 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Fajar Lestari Abadi Surabaya adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha distribusi consumer goods, khususnya

Lebih terperinci

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR 7.1. Analisis Struktur Pasar Struktur pasar nenas diketahui dengan melihat jumlah penjual dan pembeli, sifat produk, hambatan masuk dan keluar pasar,

Lebih terperinci

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM

VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM VI. ANALISIS LINGKUNGAN USAHA PEPAYA CALIFORNIA MITRA ALAM 6.1 Analisis Lingkungan Internal Analisis lingkungan internal perusahaan adalah analisis berdasarkan factor-faktor yang berasal dari dalam perusahaan

Lebih terperinci

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK

VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK VIII PENGENDALIAN PERSEDIAAN BERAS ORGANIK Analisis pengendalian persediaan dilakukan hanya pada ani Sejahtera Farm karena ani Sejahtera Farm menjadi inti atau fokus analisis dalam rantai pasok beras organik.

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KEPITING SOKA A. LATAR BELAKANG Business Plan (Rencana Bisnis) adalah

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA BERAS

ANALISIS TATANIAGA BERAS VI ANALISIS TATANIAGA BERAS Tataniaga beras yang ada di Indonesia melibatkan beberapa lembaga tataniaga yang saling berhubungan. Berdasarkan hasil pengamatan, lembagalembaga tataniaga yang ditemui di lokasi

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,

Lebih terperinci

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran

Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Mengemas Laba Usaha Kacang Mete Di Musim Lebaran Peluang bisnis musiman yang menjanjikan untung besar bagi para pelakunya, salah satunya saja seperti bisnis camilan kacang mete yang labanya semakin gurih

Lebih terperinci

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta

Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Manajemen Pemasaran Produk Perikanan (Benih Ikan dan Ikan Konsumsi) oleh TIM PPM Universitas Negeri Yogyakarta Peluang Pemasaran Lele dan Patin Pasar Dalam Negeri Permintaan lele untuk dua pasar di DKI

Lebih terperinci

JOB DESCRIPTION 1. Direktur 2. Keuangan

JOB DESCRIPTION 1. Direktur 2. Keuangan JOB DESCRIPTION 1. Direktur Orang yang bertugas memimpin dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan operasional yang dijalankan oleh perusahaan dan bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan atas

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan UD. Tiga Bawang merupakan sebuah industri kecil menengah yang bergerak dibidang pembuatan keripik dengan bahan baku ubi kayu. UD. Tiga Bawang adalah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran 2.2. Unsur-Unsur Bauran Pemasaran Strategi Produk 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bauran Pemasaran Bauran pemasaran atau marketing mix adalah kumpulan dari variabel-variabel pemasaran yang dapat dikendalikan yang digunakan oleh suatu badan usaha untuk

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI

Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI Lampiran 1. Standar Mutu Bunga Krisan Berdasarkan SNI 01-4478-1988 No Jenis Uji Satuan Kelas Mutu AA A B C 1 Panjang tangkai cm minimum Tipe standar 76 70 61 Asalan Tipe spray - Aster 76 70 61 Asalan -

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah dan kondisi alam yang subur untuk pertanian. Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG 20 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Kegiatan teknis yang dilakukan pada saat magang meliputi kegiatan budidaya sayuran aeroponik dan DFT serta kegiatan pemasaran. Kegiatan budidaya tanaman sayuran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya melimpah yang dimanfaatkan sebagian besar penduduk dengan mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran,

I. PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura yang terdiri dari tanaman buah-buahan dan sayuran, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan sub-sektor pertanian tanaman pangan, merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian dan telah terbukti memberikan peranan penting bagi pembangunan nasional,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG

PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG PENANGANAN PASCA PANEN YANG BAIK (GOOD HANDLING PRACTICES/GHP) RIMPANG Balai Besar Pelatihan Pertanian Ketindan Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian (2017) TUJUAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

100

100 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 LAPORAN AUDIT MANAJEMEN PEMASARAN TAMAN SARI MADIUN Madiun, 9 Mei 2012 No Lampiran Perihal : 23/KAP/IV/2012 : 3 eksemplar : Laporan Hasil Audit Manajemen Kepada Yth.

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah dan Perkembangan Rinadya Yoghurt Rinadya Yoghurt merupakan usaha rumahtangga yang bergerak dalam bidang pengolahan susu segar yaitu memproduksi yoghurt. Usaha ini

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari 59 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari tiga BUMN Niaga yaitu PT. Dharma Niaga, PT. Pantja Niaga dan PT.

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti yang terjadi sekarang ini. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA 1 ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA (Wholesaler Receiver) DARI DAERAH SENTRA PRODUKSI BOGOR KE PASAR INDUK RAMAYANA BOGOR Oleh Euis Dasipah Abstrak Tujuan tataniaga ikan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Analsis Aspek Pasar Dalam aspek pasar akan dikaji mengenai potensi pasar ikan hias air tawar dan bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Potensinya terbuka, baik pasar bebas maupun industri. Kebutuhan cabai perkapita (2013) adalah 5 Kg/ tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa, maka

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Distribusi Perusahaan Untuk melaksanakan kegiatan pemasarannya, PT. ANUGERAH IDEALESTARI telah menunjuk PT. ANUGERAH CENTRAL AUTOMOTIVE sebagai

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Usahatani Tanaman Melinjo Tanaman melinjo yang berada di Desa Plumbon Kecamatan Karagsambung ditanam di lahan kering daerah pengunungan. Umur tanaman melinjo di desa ini

Lebih terperinci

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java)

KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java) KINERJA PEMASARAN JERUK SIAM DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR (Marketing Work of Tangerine in Jember Regency, East Java) Lizia Zamzami dan Aprilaila Sayekti Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada diantara benua Asia dan Australia serta antara Samudera Pasifik dan Samudera

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Profil Perusahaan PT. Muncul Anugerah Sakti merupakan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang distribusi. Perusahaan ini berdiri pada tahun 2004 yang merupakan anak

Lebih terperinci

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN

SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN. Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN SALURAN DISTRIBUSI JAMUR TIRAM PUTIH DI P4S CIJULANG ASRI DALAM MENINGKATKAN KEUNTUNGAN Annisa Mulyani 1 Sri Nofianti 2 RINGKASAN Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam memasarkan sebuah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki potensi yang besar dalam menghasilkan produksi pertanian. Hortikultura merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya setiap perusahaan di dalam menjalankan usahanya bertujuan untuk mendapatkan laba sesuai dengan tujuan pokok yang diharapkan. Diantaranya yaitu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Sampel Penelitian ini dilakukan di Desa Namoriam dan Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Penentuan daerah

Lebih terperinci

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS

TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS TEKNOLOGI DAN SARANA PASCA PANEN MANGGIS Dr.Y. Aris Purwanto Pusat Kajian Hortikultura Tropika Institut Pertanian Bogor arispurwanto@gmail.com 08128818258 ... lanjutan Proses penanganan buah yang baik

Lebih terperinci

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional.

Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak. lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pi sang termasuk komoditas hortikultura yang penting dan sudah sejak lama menjadi mata dagangan yang memliki reputasi internasional. Pisang selain mudah didapat karena

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Perusahaan Terbatas Amico mulai didirikan tahun 2000 oleh Bapak Krisman. Pada awal berdiri, perusahaan bergerak sebagai distributor produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tanaman hortikultura merupakan salah satu tanaman yang menunjang pemenuhan gizi masyarakat sebagai sumber vitamin, mineral, protein, dan karbohidrat (Sugiarti, 2003).

Lebih terperinci

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan?

: MANAGER & STAFF. 5 Apakah terdapat rotasi pekerjaan yang dilakukaan perusahaan? Nama Perusahaan Dilengkapi oleh Jabatan : PT. PP LONDON SUMATRA INDONESIA TBK : PROCUREMENT & HUMAN RESOURCES : MANAGER & STAFF FUNGSI PEMBELIAN A. Umum Ya Tidak Ket. 1 Apakah struktur organisasi telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap orang dalam menjalankan aktifitas mereka. Salah satu hasil

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap orang dalam menjalankan aktifitas mereka. Salah satu hasil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehidupan manusia di zaman yang sudah modern ini tidak lepas dari hal yang dinamakan teknologi. Kemajuan teknologi yang terjadi memiliki peran penting bagi

Lebih terperinci

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai

BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai BAB II GAMABARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat Usaha Keripik Cabe Bintang dan Keripik Cabe Mai Satun di Kota Dumai 1. Keripik Cabe Bintang Usaha industri keripik cabe rumahan di Kelurahan Purnama

Lebih terperinci