BAB II KAJIAN PUSTAKA. berbahasa dalam menulis teks pengumuman. Adapun kajian yang relevan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. berbahasa dalam menulis teks pengumuman. Adapun kajian yang relevan dengan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang pengajaran khususnya pengajaran berbahasa sudah banyak dilakukan. Begitu pula tentang analisis kesalahan dalam berbahasa. Namun, belum ada yang mengangkat penelitian tentang analisis kesalahan berbahasa dalam menulis teks pengumuman. Adapun kajian yang relevan dengan penelitian ini dapat diuraikan berikut: (1) Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Teks Pidato oleh Budiono (2009). Permasalahannya adalah (1) bagaimana kesalahan berbahasa dalam teks pidato mahasiswa ditinjau dari segi ejaan, (2) bagaimana kesalahan berbahasa dalam teks pidato mahasiswa ditinjau dari segi penempatan diksi. (3) bagaimana kesalahan bahasa dalam teks pidato ditinjau dari segi penggunaaan kalimat yang mubazir, (4) bagaimana kesalahan berbahasa dalam teks pidato mahasiswa ditinjau dari struktur paragraf, dan (5) bagaimana kesalahan berbahasa mahasiswa dalam teks pidato ditinjau dari segi penalaran. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil bahwa: (1) kesalahan penggunaan ejaan dalam teks pidato yang ditulis oleh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2007/2008, dari 24 jenis teks pidato semuanya mengalami kesalahan penggunaan ejaan, (2) penempatan diksi dalam teks pidato yang dilakukan oleh mahasiswa, dari 24 jenis teks pidato, yang menunjukkan kesalahan penempatan diksi berjumlah 13 teks pidato, (3) dari 24 jenis teks pidato, yang menunjukkan kerancuan struktur kalimat sebanyak 9 teks pidato, (4) penggunaan kalimat yang mubazir, menunjukkan bahwa dari 24 teks

2 pidato yang diteliti, terdapat penggunaan kalimat mubazir sebanyak 21 teks pidato, (5) kesalahan struktur paragraf berjumlah 2 teks pidato, dan (6) kesatuan penalaran berjumlah 4 teks pidato; (2) Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Peserta Didik oleh Erni (2004). Permasalahannya adalah: (1) bagaimana kesalahan berbahasa dalam karangan siswa ditinjau dari segi penerapan ejaan, (2) bagaimana kesalahan berbahasa dalam karangan siswa ditinjau dari segi pemilihan kata, (3) bagaimana kesalahan berbahasa dalam karangan siswa ditinjau dari segi kalimat yang tidak sempurna, dan (4) bagaimana kesalahan berbahasa siswa ditinjau dari segi kalimat yang tidak koherensi. Setelah dilakukan penelitian diperoleh hasil bahwa : (1) kesalahan yang ditemukan meliputi: kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kalimat yang tidak sempurna dan kalimat yang mubazir serta kalimat yang tidak koheren, (2) kessalahan yang terjadi disebabkan ketidaktahuan peserta didik dalam menulis karangan sehingga kaidah bahasa menjadi terabaikan, (3) kesalahan seperti ini disebabkan oleh kurangnya perhatian peserta didik terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia. Berdasarkan kedua penelitian di atas maka relevansinya dengan penelitian ini adalah sebagai berikut : persamaannya, penelitian yang dilakukan Budiono dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengangkat topik yang sama yaitu tentang menganalisis kesalahan berbahasa dalm teks yang membedakannya adalah penelitian Budiono adalah tentang teks pidato yang ditulis mahasiswa, sedangkan oleh peneliti sendiri adalah teks pengumuman yang ditulis siswa.

3 Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Erni dengan penelitian ini mengangkat topik yang sama yaitu tentang analisis kesalahan berbahasa. Perbedaannya, penelitian Erni tentang analisis kesalahan berbahasa dalam karangan siswa sedangkan penliti sendiri tentang teks pengumuman yang ditulis siswa. 2.2 Hakekat Analisis Kesalahan Berbahasa Pengertian Analisis Kesalahan Berbahasa Analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua berdasarkan linguistik (Ruru dalam Pateda, 2010:17). Corder dalam (Indihadi, -) menggunakan 3 (tiga) istilah untuk membatasi kesalahan berbahasa: (1) Lapses, (2) Error, dan (3)Mistake. Lapses, Error dan Mistake adalah istilah-istilah dalam wilayah kesalahan berbahasa. Ketiga istilah itu memiliki domain yang berbeda-beda dalam memandang kesalahan berbahasa. Corder dalam (Indihadi, -) menjelaskan sebagai berikut: 1. Lapses Lapses adalah kesalahan berbahasa akibat penutur beralih cara untuk menyatakan sesuatu sebelum seluruh tuturan (kalimat) selesai dinyatakan selengkapnya. Untuk berbahasa lisan, jenis kesalahan ini diistilahkan dengan slip of the tongue sedang untuk berbahasa tulis, jenis kesalahan ini diistilahkan slip of the pen. Kesalahan ini terjadi akibat ketidaksengajaan dan tidak disadari oleh penuturnya.

4 2. Error Error adalah kesalahan berbahasa akibat penutur melanggar kaidah atau aturan tata bahasa (breaches of code). Kesalahan ini terjadi akibat penutur sudah memiliki aturan (kaidah) tata bahasa yang berbeda dari tata bahasa yang lain, sehingga berdampak pada kekurangsempurnaan atau ketidakmampuan penutur. Hal tersebut berimplikasi terhadap penggunaan bahasa, terjadi kesalahan berbahasa akibat penutur menggunakan kaidah bahasa yang salah. 3. Mistake Mistake adalah kesalahan berbahasa akibat penutur tidak tepat dalam memilih kata atau ungkapan untuk suatu situasi tertentu. Kesalahan ini mengacu kepada kesalahan akibat penutur tidak tepat menggunakan kaidah yang diketahui benar, bukan karena kurangnya penguasaan bahasa kedua (B2). Kesalahan terjadi pada produk tuturan yang tidak benar. Analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh para peneliti dan guru bahasa, pengumpulan data, pengidentifikasian kesalahan yang terdapat dalam data, penjelasan kesalahan tersebut, pengklasifikasian kesalahan itu berdasarkan penyebabnya, serta pengevaluasian atau penilaian taraf keseriusan kesalahan itu. Kesalahan berbahasa dipandang sebagai bagian dari proses belajar bahasa. Ini berarti bahwa kesalahan berbahasa adalah bagian yang integral dari pemerolehan dan pengajaran bahasa (Massofa, 2008). Kesalahan berbahasa adalah penyimpangan-penyimpangan yang bersifat sistematis yang dilakukan oleh siswa ketika ia menggunakan bahasa (Pateda,

5 2010:22). Analisis kesalahan berbahasa ialah kesalahan berbahasa yang hanya dikaitkan dengan kaidah bahasa atau tata bahasa saja, kesalahan berbahasa disebabkan oleh faktor pemahaman dan kemampuan kompetensi seseorang (Qonieeth, 2011) Ruang Lingkup Analisis Kesalahan Berbahasa Kesalahan berbahasa dapat terjadi dalam setiap tataran linguistik (kebahasaan). Ada kesalahan yang terjadi dalam tataran fonologi, morfologi, sintaksis, wacana dan semantik. Kesalahan berbahasa dapat disebabkan oleh intervensi (tekanan) bahasa pertama (B1) terhadap bahasa kedua (B2). Kesalahan berbahasa yang paling umum terjadi akibat penyimpangan kaidah bahasa. Hal itu terjadi oleh perbedaan kaidah (struktur) bahasa pertama (B1) dengan bahasa kedua (B2). Pembicara atau penulis boleh dikatakan menggunakan bahasa setiap hari. Dikaitkan dengan keterampilan berbahasa, kita mengenal adanya keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Seorang yang melakukan aktivitas berbahasa yang sengaja atau tidak, pasti membuat kesalahan. Kesalahan itu ada yang bersifat sistematis dan ada pula yang tidak bersifat sistematis. Kesalahan yang bersifat sistematislah yang sangat diperhatikan dalam analisis kesalahan. Kesalahan sistematis berarti berhubungan dengan kompetensi, kompetensi disini adalah kemampuan berbicara atau menulis untuk melahirkan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakannya (Pateda, 2010 : 18). Bahasa yang digunakan itu berwujud kata, kalimat, dan makna. Dengan demikian,

6 kesalahan yang perlu dianaisis melingkupi tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. 1) Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Fonologi Kesalahan berbahasa ini berhubungan dengan pelafalan dan penulisan bunyi bahasa. Dalam tataran fonologi, kesalahan yang terjadi melibatkan alat ucap. Menurut Djajasudarma (2010:34) ada beberapa unsur yang dapat diteliti di bidang fonologi, yaitu : a. Pengenalan alat ucap (artikulasi) b. Proses terjadinya bunyi bahasa c. Fonem vokal dan fonem konsonan d. Fonem klaster dan diftong e. Perubahan varian fonem f. Fonem serapan (dari bahasa asing), sebagai penyesuaian dengan fonem suatu bahasa akibat lintas bahasa g. Ejaan sebagai bidang terapan dari fonologi. Jadi, kesalahan yang ditimbulkan dalam tataran fonologi, lebih ke arah kesalahan berbahasa secara langsung yang dihasilkan oleh alat bicara. 2) Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Morfologi Morfologi adalaha ilmu yang mempelajari morfem, dan morfem adalah unsur bahasa yang mempunyai makna dan ikut mendukung makna (Djajasudarma, 2010:35). Kesalahan pada bidang morfologi berhubungan dengan tata bentuk kata. Dalam bahasa Indonesia kesalahan pada bidang morfologi akan menyangkut derivasi, kontaminasi, dan pleonasme (Pateda, 2010:35).

7 Menurut Djajasudarma (2010:36) yang dapat dijadikan objek penelitian di bidang morfologi adalah sebagai berikut. a. Morfem klaster b. Morfem dan kata c. Pembentukan kata: 1. Derivasi dan infleksi, 2. Gabungan kata d. Kelas kata: (1) Nomina, (2) Verba, (3) Adjektiva, (4) Adverbia, (5) Kata dan partikel /kata tugas. 3) Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Sintaksis Kita mengetahui bahwa manusia selalu memanfaatkan kalimat apabila hendak menyampaikan pikiran, perasaan atau keinginan. Kadang-kadang pembicara asal berbicara saja, karena ia berpendapat asal orang mengerti. Kecermatan dalam berbahasa tidak dipedulikannya lagi. Karena kesalahan yang disebabkan itu berhubungan dengan kalimat, kesalahan seperti itu disebut kesalahan dalam tataran sintaksis. Menurut Pateda (2010:39) kesalahan pada daerah sintaksis berhubungan dengan kesalahan pada daerah morfologi, karena kalimat berunsurkan kata-kata. Itu sebabnya daerah kesalahan sintaksis berhubungan dengan, (1) kalimat yang berstruktur tidak baku, (2) kalimat yang ambigu, (3) kalimat yang tidak jelas, (4) diksi yang tidak tepat membentuk kalimat, (5) kontaminasi kalimat, (6) koherensi. (7) kalimat mubazir, (8) kata serapan, dan (9) logika kalimat.

8 4) Kesalahan Berbahasa dalam Tataran Semantik Seperti yang kita tahu, bahwa semantik adalah ilmu yang memepelajari tentang makna. Jika kalimat-kalimat yang tersusun sudah sesuai dengan aturannya, maka makna yang akan dihasilkan oleh kalimat itu pun akan mudah dimengerti. Semantik sebagai ilmu yang mempelajari kemaknaan di dalam bahasa (Pateda, 2009:15). Daerah kesalahan semantik berhubungan denganpemahaman makna kata dan ketepatan pemakaian kata dalam bertutur. Kesalahan bidang semantik, misalnya kesalahan yang berhubungan dengan ketepatan penggunaan kata atau kalimat yang didukung oleh makna, baik makana leksikal maupun makna gramatikal (Pateda, 2010:19). Jadi, penggunaan kata dan kalimat yang baik akan sangat mempengaruhi makna dari kalimat tersebut. Jika kita salah dalam menggunakan kata atau kalimat, maka maknanya pun akan salah. 2.3 Penggunaan Bahasa Indonesia Penggunaan Bahasa Indonesia Ragam Tulis Dalam penggunaan bahasa Indonesia selain ragam lisan,ragam tulis juga digunakan untuk berkomunikasi. Penulis yang baik sudah tentu pembaca yang baik. Akan tetapi, pembaca yang baik belum tentu penulis yang baik. Mengapa demikian? Hal ini dikarenakan dalam menulis sangat dibutuhkan keahlian dan latihan yang berulang-ulang. Setiap orang yang terlahir di dunia ini dibekali dengan bakat menulis. Buktinya sejak kecil kita sudah diajarkan untuk menulis. Kegiatan menulis ini tidak bisa lepas dalam proses belajar mengajar yang ada di bangku pendidikan.

9 Ragam tulis dan ragam lisan, tentunya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Finoza (2009:7) mengatakan bahwa ragam tulis tidak selalu memerlukan lawan bicara yang siap membaca apa yang dituliskan oleh seseorang, sedangkan ragam lisan menghendaki adanya lawan bicara yang siap mendengarkan apa yang dicupkan oleh seseorang. Berbeda dengan berbicara, dalam menulis seorang penulis harus memperhatikan ejaan, bentuk kata, pilihan kata, struktur kalimat, serta struktur paragraf yang akan digunakan. Sehingga pesan yang hendak disampaikan dalam bentuk tulisan dapat dengan mudah dimengerti Ejaan Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya (Finoza, 2009:19). Menurut Pateda (2009:138) bahwa ejaan adalah aturan penyalinan bahasa lisan ke bahasa tertulis, atau pelambangan fonem dengan huruf atau penandanya. Sedangkan menurut Alek dan Achmad (2011:259) bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan melambangkan bunyi ujaran, pemisahan dan penggabungan kata, penulisan kata, huruf, dan tanda baca. Ejaan juga merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ejaan diibaratkan seperti rambu-rambu lalu lintas yang harus dipatuhi.

10 Di dalam bahasa Indonesia ada yang dikenal dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Ruang lingkup EYD menurut Finoza (2009:20) mencakupi lima aspek, yaitu: (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian tanda baca. Kelima hal itulah yang sangat berpengaruh dalam penuliusan ejaan. Adapun ruang lingkup dari ejaan menurut Alek dan Achmad (2011:260) akan diuraikan berikut ini: 1. Pemakaian Huruf a. Huruf Abjad Abjad yang digunakan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut ini. Tabel 2.1 Abjad yang Digunakan dalam Bahasa Indonesia Huruf Lafal Huruf Lafal Huruf Lafal Aa A Jj Je Ss es Bb be Kk ka Tt te Cc ce Ll el Uu u Dd de Mm em Vv ve Ee e Nn en Ww we Ff ef Oo o Xx eks Gg ge Pp pe Yy ye Hh ha Qq ki Zz zet Ii i Rr er

11 b. Huruf Vokal Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u. Tabel 2.2 Huruf Vokal dalam Bahasa Indonesia Huruf Vokal Contoh Penggunaan dalam Kata Di awal Di tengah Di akhir A Api Padi Lisa E * Enak Emas Petak Kena Sore Tipe I Itu Simpan Murni O Oleh Kota Radio U Ulang Bumi Ibu c. Huruf Konsonan Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z. d. Huruf Diftong Di dalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi. Tabel 2.3 Huruf Diftong dalam Bahasa Indonesia Huruf Diftong Contoh Penggunaan dalam Kata Di Awal Di Tengah Di Akhir Ai Ai Syaitan Pandai Au Aula Saudara Harimau Oi --- Boikot Amboi

12 e. Gabungan Huruf Konsonan Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh, ng, ny, dan sy. Masaing-masing melambangkan satu bunyi konsonan. f. Pemenggalan Kata 1) Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut. Jika di tengah kata ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal itu. Misalnya: ma- in, sa- at, bu- ah. 2) Imbuhan awalan dan imbuhan akhiran, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dapat dipenggal pada pergantian baris. Misalnya: makan- an, me- ra- sa- kan, mem- bantu, pergi- lah. 2. Pemakaian Huruf Kapital dan Huruf Miring a. Huruf Kapital atau Huruf Besar 1) Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia mengantuk. 2) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung. Misalnya: Adik bertanya, Kapan kita pulang? 3) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan dan kitab suci, termasuk kata ganti

13 untuk Tuhan. Misalnya: Allah, Yang Mahakuasa, Yang Mahapengasih, Alkitab, Alquran. 4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang. Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanudin. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang. Misalnya: Dia baru saja diangkat menjadi sultan. 5) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Wakil Presiden Jusuf Kalla. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat. Misalnya: Siapakah nama gubernur yang baru dilantik itu?. 6) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang. Misalnya: Amir Hamzah, Dewi Sartika. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran. Misalnya: mesin diesel, 5 ampere. 7) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Misalnya: bangsa Indonesia, suku Jawa.

14 Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan. Misalnya: mengindonesiakan kata asing. 8) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah. Misalnya: tahun Hijriah, bulan Desember, hari Natal, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, Perang Candu. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama. Misalnya: perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia. 9) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi. Misalnya: Asia Tenggara, Banyuwangi, Bukit Barisan, Danau Toba. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Misalnya: berlayar ke teluk, mandi di kali. 10) Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi kecuali seperti kata dan. Misalnya: Republik Indonesia, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata yang bukan nama resmi negara, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan, serta nama dokumen resmi. Misalnya: Menjadi sebuah republik, beberapa badan hukum. 11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan

15 ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Misalnya: Perserikatan Bangsa- Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial. 12) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, dalam, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Misalnya: saya telah membaca buku Dari Ave Maria Jalan Lain ke Roma. 13) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan. Misalnya: Dr. Doktor M. A. Master of Arts S.E. Prof. Tn. Sdr. Sarjana Ekonomi Profesor Tuan Saudara 14) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan sperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan pengacuan. Misalnya: Adik bertanya, Itu apa Bu? Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan yang tidak dipakai dalam pengacuan atau penyapaan. Misalnya: Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.

16 15) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertma kata ganti Anda. Misalnya: Surat Anda telah kami terima. b. Huruf Miring 1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Misalnya: surat kabar Suara Karya, majalah Bahasa Indonesia. 2) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Huruf pertama kata abad ialah a. 3) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata ilmiah atau istilah asing yang telah disesuaikan ejaannya. Misalnya: Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mengostana. 3. Penulisan Kata a. Kata Dasar Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan. Misalnya: 1. Ibu percaya bahwa engkau tahu. 2. Kantor pajak penuh sesak. 3. Buku itu sangat tebal. b. Kata Turunan 1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya. Misalnya: bergerak, dikelola, menengok, mempermainkan.

17 2. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, menganak sungai, sebar luaskan. 3. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya: menggarisbawahi, menyebarluaskan, dilipatgandakan. c. Bentuk Ulang Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, buku-buku, kuda-kuda, mata-mata, hati-hati, undangundang, kupu-kupu, kura-kura, lauk-pauk, mondar-mandir, menulis-nulis, tukarmenukar. d. Gabungan Kata 1. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, meja tulis, rumah sakit. 2. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri, ibu-bapak. 3. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: adakalanya, alhamdulillah, belasungkawa, barangkali, bagaimana, dukacita, halalbihalal, kasatmata.

18 e. Kata Ganti Ku, Kau, Mu dan Nya Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa yang kumiliki boleh kauambil. Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan. f. Kata Depan di, ke, dan dari Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada, dan daripada. Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari. Ke mana saja ia selama ini? Ia datang dari surabaya kemarin. g. Kata si dan sang Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil. Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim. h. Partikel 1. Partikel -lah -kah ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik. Apakah isi dari koper itu? 2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya. Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.

19 Kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun, ditulis serangkai. 3. Partikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahuluinya atau megikutinya. Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April. 4. Penulisan Unsur Serapan. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia seperti reshuffle, shuttle cock. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya. 5. Pemakaian Tanda Baca Dalam ejaan bahasa Indonesia terdapat banyak tanda baca. Misalnya: tanda titik (.), tanda koma (,), tanda titik koma (;), tanda titik dua (:), tanda hubung (-), tanda elipsis (...), tanda tanya (?), tanda seru (!), tanda kurung ((...)), tanda kurung siku ([...]), tanda petik (... ), tanda petik tunggal (... ), tanda garis miring (/), dan tanda penyingkat atau apostrof ( ). Dari berbagai jenis tanda baca tersebut,

20 dalam penelitian ini hanya akan dijelaskan tentang dua tanda baca, yaitu tanda baca titik (.) dan tanda baca koma (,), yang akan dijelaskan berikut ini: a. Tanda Baca Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Jakarta. Biarlah mereka duduk di sana. 2. Tanda titik dipakai dibelakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar. Misalnya: b. 1. Patokan Umum 3. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu. Misalnya: Pukul (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik) 4. Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisannya yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka. Misalnya: Siregar, Merari Azab dan Sengsara. Weitevreden: Balai Poestaka. 5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya. Misalnya: Desa itu berpenduduk orang. 6. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. 7. Tanda titik dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat, atau (2) nama dan alamat penerima surat.

21 b. Tanda Baca Koma (,) 1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan. Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta. 2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan. Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan. Didi bukan anak saya, melainkan anak pak Kasim. 3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya. Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan janjinya. 4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagipula, meskipun begitu, akan tetapi. Misalnya: Oleh karena itu, kita harus hati-hati. 5. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat. Misalnya: O, begitu? Wah, bukan main! 6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung bagian lain dalam kalimat. Misalnya: Kata Ibu, Saya gembira sekali.

22 7. Tanda koma dipakai di antara nama dan alamat, bagian-bagian alamat, tempat dan tanggal, dan nama tempat wilayah negeri yang ditulis berurutan. 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang di balik susunannya dalam daftar pustaka. 9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga. Misalnya: Dr. Alek, S.S., M.Pd. 11. Tanda koma dipakai di depan angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka. Misalnya: 12,5 m, Rp 12, Tanda koma dipakai untuk mengapit karangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali. 13. Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Atas bantuan Andi, Hendri mengucapkan terima kasih. 14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru. Misalnya: Di mana saudara tinggal? tanya Fadiyah.

23 2.3.3 Bentuk Kata Dari segi bentuknya kata dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kata yang bermorfem tunggal, dan (2) kata yang bermorfem banyak (Finoza, 2009:81). Kata yang bermorfem tunggal disebut juga kata dasar atau kata yang tidak berimbuhan. Kata dasar umumnya berpotensi untuk dikembangkan menjadi kata turunan atau kata berimbuhan. Perubahan kata dasar menjadi kata turunan selain mengubah bentuk, juga mengubah makna. Menurut Pateda dan Yennie (2008:106) bentuk kata terdiri atas (1) kata dasar,(2) kata berimbuhan, (3) kata berulang, dan (4) kata majemuk. 1) Kata Dasar Kata dasar yakni kata yang merupakan dasar pembentukan kata berimbuhan. Kata dasar berpotensi untuk menjadi kata turunan. Misalnya: lari, jalan, lompat, tidur, dan masih banyak lagi bentuk kata dasar yang lain. 2) Kata Berimbuhan a. Imbuhan Awalan (Prefiks) Awalan adalah imbuhan yang diberikan di awal kata. Contoh: me-, ber-, di-, ke-, pe-, dan ter-. b. Imbuhan Sisipan (Infiks) Sisipan adalah imbuhan yang diberikan di tengah kata. Contoh: -el, -em, dan er.

24 c. Imbuhan Akhiran (Sufiks) Imbuhan akhiran adalah imbuhan yang diberikan di akhir kata. Contoh: - kan, -I, -an, -kah, -tah, dan pun. d. Imbuhan Awalan dan Akhiran (Konfiks) Awalan dan akhiran adalah imbuhan yang berupa gabungan dari awalan dan akhiran. Contoh: me-kan, pe-an, ber-an, dan se-nya. 3) Kata Berulang Kata berulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Misalnya: anak-anak, jalan-jalan, sayur-mayur, sia-sia, mondar-mandir, dibesarbesarkan, tukar-menukar. 4) Kata Majemuk a. Kata majemuk merupakan gabungan dua unsur yang masing-masing memiliki makna, tetapi hasil gabungannya memiliki makna sendiri (Djajasudarma, 2010:53). Menurut Alek dan Achmad (2011:275) gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah. Misalnya: duta besar, kambing hitam, kereta api, meja tulis, rumah sakit, simpang lima. b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang bersangkutan. Misalnya: anak-istri, ibu-bapak. c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai. Misalnya: adakalanya, alhamdulillah, belasungkawa, barangkali, bagaimana, dukacita, halalbihalal, kasatmata, bumuputera, manakala, darmabakti.

25 2.3.4 Pilihan Kata (Diksi) Pilihan kata atau diksi pada dasarnya adalah hasil dari upaya memilih kata tertentu untuk dipakai dalam kalimat, alinea, atau wacana (Finoza, 2009:129). Pemilihan kata ini dilakukan bila tersedia sejumlah kata yang hampir sama. Sehingga kita memilih kata mana yang paling cocok untuk digunakan dalam menyusun kalimat. Pemilihan kata ini berlangsung ketika seseorang berbicara atau menulis. Pemilihan kata bukanlah sekadar kegiatan memilih kata yang tepat, melainkan juga memilih kata yang cocok. Cocok dalam hal ini berarti sesuai dengan konteks di mana kata itu berada. Dalam memilih kata seseorang harus menguasai banyak kosakata. Sehingga dia pun tidak akan kesulitan saat menulis. Diksi perlu juga dipertimbangkan dari segi makna. Diusahakan agar kata atau istilah yang digunakan tidak bermakna ganda. Maka dari itu, untuk menghindari salah tafsir dari pembaca sangat dibutuhkan pemilihan kata ini Struktur Kalimat Menurut Alek dan Achmad (2011: ) bahwa kalimat adalah satuan pikiran atau perasaan yang menyatakan dengan subjek dan predikat yang dirakit secara logis. Sedangkan menurut Putrayasa (2008:20) bahwa kalimat adalah satuan gramatikal yang dibatasi oleh adanya jeda panjang dan disertai nada akhir naik atau turun. Penggolongan kalimat menurut Alek dan Achmad (2011: ) didasarkan pada maksud, struktur, dan bentuk retorikanya. Struktur kalimat merupakan kalimat-kalimat yang mengikuti pola dasar, yaitu kalimat yang terdiri atas subjek, predikat, objek dan keterangan. Kalimat

26 merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan karena dengan kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Dari segi bentuk dan struktur Kalimat ialah satuan kata terkecil. Maksudnya, kalimat dapat dibangun minimal dengan dua buah kata (Putrayasa, 2009:2). Finoza (2009:149) mengatakan bahwa kalimat adalah ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P) dan intonasi finalnya menunjukan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makana (bernada berita, tanya, atau perintah). Sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau penuturnya. Maka dari itu, kalimat yang dihasilkanpun harus efektif. 1. Kefektifan Kalimat Menurut Alek dan Achmad (2011:248) bahwa kefektifan kalimat diukur dari sudut pandang banyak sedikitnya kalimat itu berhasil mencapai sasaran komunikasinya. Kalimat yang efektif dapat meyakinkan dan menarik perhatian pendengar atau pembaca karena memiliki ciri: keutuhan, perpautan, penegasan, ekonomi, dan variasi. a. Keutuhan Kalimat yang baik mempunyai kesatuan struktur dan kesatuan logika yang saling terjalin. Kesatuan struktur diperoleh dengan adanya subjek dan predikat. Jika salah satu tidak ada kita berhadapan dengan penggalan yang bukan kalimat. Kesatuan logika akan nyata jika unsur kalimatnya jelas bertalian. Unsur yang tidak relevan yang dimasukkan merusak kesatuan itu. Misalnya: Para pelamar diharapkan mendaftar.

27 b. Perpautan Perpautan dalam kalimat menyangkut masalah pertalian di antara unsurunsurnya. Pertalian itu dapat dijelaskan oleh penataan kata, frasa, dan suku kalimat yang tepat. Perpautan itu akan lebih nyata jika (1) pemakaian kata ganti lebih diperhatikan; (2) gagasan yang sejajar dituangkan ke dalam bangun yang sejajar. c. Penegasan Penegasan ialah ciri yang berupa pemusatan pikiran pada bagian kalimat yang terpenting. Penegasan dapat dicapai dengan pengubahan urutan lazim, dengan pengulangan, dengan pemilihan ragam tertentu atau dengan menggunakan pungtuasi khusus. Misalnya: Kamilah yang ditugasi menyusun acara. d. Ekonomi Ekonomi dalam kalimat ialah penghematan dalam pemakaian kata. Hal itu tidak berarti bahwa yang perlu, atau yang menambahkan nilai artistik, boleh dihilangkan. Maksudnya ialah pembuangan kata yang mubazir. Misalnya: 1. Pengangguran adalah merupakan hambatan utama. 2. Pengangguran merupakan hambatan utama. e. Variasi Kelincahan pikiran dan bahasa dinyatakan juga oleh variasi bentuk kalimat yang berurutan. Cara-caranya: (1) pemakaian berbagai jenis kalimat menurut struktur gramatikal dan bentuk retorik; (2) pemakaian kalimat yang panjangnya berbeda-beda; dan (3) pemakaian unsur kalimat yang berselang-seling.

28 2.4 Hakekat Pengumuman Pengertian Pengumuman Pateda dan Yennie (2011:209) mengklasifikasikan pengumuman ke dalam jenis surat yang dilihat dari segi isi. Pengumuman adalah surat terbuka yang ditempelkan di papan pengumuman atau surat kabar yang ditujukan kepada khalayak untuk diketahui (Pateda dan Yennie, 2011:211). Pengumuman merupakan surat dinas yang berisi pemberitahuan suatu hal yang ditujukan kepada para karyawan atau masyarakat umum dan kepada pihak-pihak yang terlihat dalam isi atau perihal yang dicakup dalam pengumuman tersebut (Ulyani, 2012:15). Pengumuman adalah surat yang disampaikan kepada umum, sekelompok khalayak tanpa harus diketahui siapa dan berapa jumlah pembacanya, dan siapapun berhak membaca, namun tidak semua pembaca itu berkepentingan. Pengumuman dibuat untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan suatu gagasan, pikiran kepada pihak lain. Untuk membuat pengumuman dengan baik, pembuat pengumuman harus mengetahui pokok-pokok pengumuman, yaitu: (1) tujuan pengumuman, (2) isi pengumuman, (3) sasaran pengumuman, (4) media yang digunakan, (5) bahasa pengumuman, dan (6) bentuk pengumuman (Sabrina, 2011).

29 2.4.2 Bagian-bagian Pengumuman Adapun bagian-bagian yang sangat penting dalam sebuah pengumuman yang harus ada dalam setiap pengumuman adalah (1) kepala pengumuman, (2) badan pengumuman, dan (3) kaki pengumuman (Sabrina, 2011). 1) Kepala Pengumuman Kepala surat atau kop surat sangat penting, bermanfaat, dan memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai alat pengenal agar suatu organisasi atau instansi mudah dikenal oleh masyarakat, yang biasanya memiliki logo khusus sebagai cirri khas. Kepala surat juga merupakan alat pemberi informasi karena dalam kepala surat memuat nama organisasi atau instansi, logo, alamat, dan nomor telepon (Ulyani, 2012:19). 2) Badan Pengumuman Dalam badan pengumuman terdapat beberapa unsur yaitu (1) salam pembuka, (2) isi pengumuman, dan (3) bagian kaki pengumuman (Sabrina, 2011). a. Salam Pembuka Salam pembuka adalah bagian surat yang berupa kata pembukaan untuk mengawali pembicaraan melalui surat seperti halnya seseorang yang mengawali pidatonya. Salam pembuka ini berfungsi sebagai tanda hormat penulis sebelum memulai berbicara, juga sebagai sarana menjaga dan memelihara hubungan, dan juga untuk mengenal watak atau sifat seseorang (Ali, 2009:37).

30 b. Isi Pengumuman Isi pengumuman biasanya terdiri atas tiga bagian sebagai berikut. a. Kalimat Pembuka atau Pendahuluan b. Isi Sesungguhnya c. Kalimat Penutup 3) Kaki Pengumuman Bagian kaki pengumuman terdapat salam penutup. Salam penutup ini harus disesuaikan dengan salam pembuka, selain itu bagian kaki pengumuman memuat tentang nama kota tempat pengumuman dikeluarkan, tanggal, bulan, tahun dikeluarkan, nama penanda tangan, serta jabatan penanda tangan Bentuk-bentuk Pengumuman Bentuk pengumuman adalah tata letak atau pemosisian bagian-bagian surat tertentu dari sebuah pengumuman sesuai dengan fungsi dan perannya, terutama sebagai sebuah petunjuk atau sebagai identifikasi dalam pengumuman tersebut. Pengumuman merupakan salah satu jenis surat yang bersifat resmi. Jadi, bentuk pengumuman harus disesuaikan dengan bentuk surat resmi (Sabrina, 2011). Bentuk surat resmi pada instansi-instansi di Indonesia ada tiga macam variasi sebagai berikut. 1) Bentuk resmi Indonesia variasi I (bentuk lama) 2) Bentuk resmi Indonesia variasi II (setengah lurus) 3) Bentuk resmi Indonesia variasi III (lurus).

31 Adapun bentuk pengumuman yang dirujuk oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa adalah bentuk variasi II, yaitu bentuk setengah lurus sebagai bentuk resmi variasi baru Tujuan Pengumuman Secara umum, tujuan pengumuman sama seperti tujuan surat yaitu untuk menyampaikan suatu maksud atau informasi secara tertulis. Pengumuman dibuat untuk mengkomunikasikan atau menginformasikan suatu gagasan, pikiran kepada pihak lain. Tujuan pengumuman adalah sesuatu yang dikehendaki atau diinginkan dalam suatu pengumuman. Pesan atau informasi yang disampaikan dalam pengumuman harus benar, jelas, dan sesuai dengan tujuan pengumuman tersebut (Sabrina, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan, yakni yang pertama Penerapan EYD pada Surat Dinas Keluar di Pondok BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Kajian tentang penggunaan EYD pada surat pribadi untuk saat ini belum ada. Namun, penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini telah

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA

BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA BAHASA INDONESIA FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS NAROTAMA SURABAYA Fungsi Bahasa 1. Alat/media komunikasi 2. Alat u/ ekspresi diri 3. Alat u/ integrasi & adaptasi sosial 4. Alat kontrol sosial (Keraf,

Lebih terperinci

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2 Abstrak Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di seluruh universitas, termasuk UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Lebih terperinci

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif

Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Makalah Pentingnya Penggunaan EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Oleh : Nama : Dian Ratna Sari NPM : 12111039 Kelas : 3KA34 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan salahsatu alat komunikasi

Lebih terperinci

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN

PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN PETUNJUK PENULISAN NASKAH BERKALA ILMIAH SIGNIFIKAN 1. Tulisan merupakan karya orisinal penulis (bukan plagiasi) dan belum pernah dipublikasikan atau sedang dalam proses publikasi pada media lain yang

Lebih terperinci

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul

Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul Kelompok 3 1.Ananda 2.Yuni 3.Wulan 4.Femi 5.Syamsul EJAAN BAHASA INDONESIA Ruang lingkup Ejaan 1. Pemakaian Huruf 2. Penulisan Huruf 3. Penulisan kata 4. Penulisan Unsur Serapan 5. Pemakaian Tanda Baca

Lebih terperinci

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XII EJAAN YANG DISEMPURNAKAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB II DASAR-DASAR DAN KAIDAH BAHASA INDONESIA SEBAGAI RUJUKAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR Dra.Hj.Rosdiah

Lebih terperinci

EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA

EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA EJAAN DAN TANDA BACA BAHASA INDONESIA 1 2 EJAAN DAN TANDA BACA EJAAN : Keseluruhan peraturan mengenai bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan hubungan antara lambang-lambang itu. Kesantunan Ejaan membicarakan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI

TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI TEKNIK PENULISAN DAN PRESENTASI Membaca Suatu proses yang dilakukan Tata bahasa dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD merupakan standar umum yang ditetapkan oleh Pemerintah,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ejaan Ejaan merupakan penggambaran bunyi bahasa dalam kaidah tulis-menulis yang telah distandardisasi. Standardisasi ini meliputi pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN

PENGGUNAAN TANDA BACA. Oleh AHMAD WAHYUDIN PENGGUNAAN TANDA BACA Oleh AHMAD WAHYUDIN TANDA TITIK (.) 1. Tanda titik digunakan pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. 2. Tanda titik digunakan di belakang angka atau huruf dalam satu

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

MENGAJARKAN EJAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Pitasari Rahmaningsih SD Muhammadiyah Mulyodadi, Bantul

MENGAJARKAN EJAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR. Pitasari Rahmaningsih SD Muhammadiyah Mulyodadi, Bantul MENGAJARKAN EJAAN PADA SISWA SEKOLAH DASAR Pitasari Rahmaningsih SD Muhammadiyah Mulyodadi, Bantul Abstrak Ejaan merupakan dasar dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Ejaan digunakan sebagai bentuk baku

Lebih terperinci

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

ARTIKEL OLEH RAHMAWATY THAIB NIM PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 1 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM KORESPONDENSI DI LINGKUNGAN JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO TAHUN 2013 SAMPAI DENGAN 2014 ARTIKEL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG

UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG UNIVERSITAS TERBUKA UPBJJ BANDUNG Nama Mata Kuliah Kode/SKS Waktu SOAL TUGAS TUTORIAL II : Materi dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD : PGSD 4405/3 (tiga) : 60 menit/pada pertemuan ke-5 PILIHLAH SALAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas menulis tidak pernah lepas dalam kehidupan sehari-hari di berbagai bidang. Kenyataannya, dalam kehidupan sekarang masih ditemukan bentuk kesalahan dalam

Lebih terperinci

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PENERAPAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN PADA SURAT PRIBADI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 6 GORONTALO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 OLEH Murniyati Gobel Dakia N. Djou Asna Ntelu JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat

II. KAJIAN PUSTAKA. mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat 9 II. KAJIAN PUSTAKA A. Kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh (Alwi, 2003:311). Dalam wujud lisan, kalimat ditandai dengan nada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat

BAB I PENDAHULUAN. (sikap badan), atau tanda-tanda berupa tulisan. suatu tulisan yang menggunakan suatu kaidah-kaidah penulisan yang tepat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa secara umum dapat diartikan sebagai suatu alat komunikasi yang disampaikan seseorang kepada orang lain agar bisa mengetahui apa yang menjadi maksud dan

Lebih terperinci

Kegiatan Sehari-hari

Kegiatan Sehari-hari Bab 1 Kegiatan Sehari-hari Kegiatan Sehari-hari 1 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari bab ini kamu diharapkan mampu: 1) membuat daftar kegiatan sehari-hari berdasarkan penjelasan guru; 2) menceritakan

Lebih terperinci

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK

MODUL 1. Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK MODUL 1 Ejaan yang Disempurnakan Kerja belum selesai, belum apa-apa (Chairil Anwar) ABSTRAK Modul 1 memuat materi EYD. EYD adalah materi ejaan yang disempurnakan. Materi ini menampilkan ketentuan tentang

Lebih terperinci

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN

EJAAN YANG DISEMPURNAKAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN A. PENGERTIAN EJAAN Ejaan dalam bahasa Inggris disebut spelling, to spell mengeja. Hornby mengatakan, spelling (i) the act writing or naming the letters of a word in order, (ii)

Lebih terperinci

KAIDAH TATA TULIS. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia

KAIDAH TATA TULIS. Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia KAIDAH TATA TULIS Oleh Novi Resmini Universitas Pendidikan Indonesia KAIDAH TATA TULIS Kaidah bahasa merupakan aturan pemakaian bahasa agar bahasa itu tetap terpelihara dalam perkembangannya. Dalam berbahasa,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA

PENGGUNAAN BAHASA BAKU DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA p-issn: 2088-6991 Jurnal Tarbiyah (Jurnal Ilmiah Kependidikan) e-issn: 2548-8376 Desember 2017 PENGGUNAAN BAHASA BAKU DALAM KARYA ILMIAH MAHASISWA Dikirim tanggal 27 September 2017 Diterima 26 Desember

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepustakaan yang Relevan Kajian tentang morfologi bahasa khususnya bahasa Melayu Tamiang masih sedikit sekali dilakukan oleh para ahli bahasa. Penulis menggunakan beberapa

Lebih terperinci

Tugas Bahasa Indonesia

Tugas Bahasa Indonesia 2013 Tugas Bahasa Indonesia Pentingnya EYD dan Pemakaian Kalimat Efektif Ratna Fitrianingsih 18111837 3KA34 Kata Pengantar Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-nya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR

PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR PELATIHAN PENGGUNAAN EJAAN YANG DISEMPURNAKAN DAN KALIMAT EFEKTIF PADA PENULISAN SURAT RESMI BAGI GURU SEKOLAH DASAR DI JAKARTA TIMUR Asep Supriyana 1), Gres Grasia Azmin 2), Reni Nureriyani 3), Aulia

Lebih terperinci

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O

EYD dan TANDA BACA. Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O EYD dan TANDA BACA Nurul Bahiyah, M. Kom. L/O/G/O STMIK CIC CIREBON- 2016 Penulisan Bentuk Ulang Bentuk ulang dalam bahasa Indonesia ditulis ulang dengan menggunakan tanda hubung (-), bukan angka dua (2).

Lebih terperinci

: Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Peguruan Tinggi

: Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Peguruan Tinggi Judul Nama Penulis Instansi Email : Bahasa Indonesia Keilmuan untuk Peguruan Tinggi : Puji Rahayu : Mahasiswa Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Medan : pujirahayu546@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA WACANA EKSPOSISI SISWA SD DI DESA SELO KECAMATAN SELO KABUPATEN BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi

Lebih terperinci

Catatan: J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama

Catatan: J.P. van Bruggen H. van der Giessen Otto von Bismarck Vasco da Gama F. Huruf Kapital 1. Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Dia membaca buku. Apa maksudnya? Kita harus bekerja keras. Pekerjaan itu akan selesai dalam satu

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN. Oleh: Yayah Churiyah

ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN. Oleh: Yayah Churiyah ANALISIS TINGKAT PEMAHAMAN SISWA SEKOLAH DASAR TERHADAP PENGGUNAAN EJAAN Oleh: Yayah Churiyah Abstrak Selama ini menulis dianggap suatu keterampilan yang sulit. Banyak faktor yang mempengaruhi kesulitan

Lebih terperinci

THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012

THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012 1 THE ERROR ANALYSIS OF THE USE CAPITAL LETTERS AND PUNCTUATION ON SUMMARY THESIS OF PGSD STUDY PROGRAMS FORCE 2012 Hidayah Sari, Otang Kurniaman, Mahmud Alpusari hidayah.ksari@student.unri.ac.id, otang.kurniaman@lecturer.unri.ac.id,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah kelas V SD Negeri 02 Sidomulyo Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013. Kelas ini berjumlah 11 siswa yang terdiri dari

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TANDA BACA

PENGGUNAAN TANDA BACA PENGGUNAAN TANDA BACA A. Tanda Titik (.) 1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Ayahku tinggal di Solo. Biarlah mereka duduk di sana. Dia menanyakan siapa yang akan

Lebih terperinci

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR

KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR KESALAHAN PENGGUNAAN TANDA BACA TITIK DAN KOMA DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS V DI SEKOLAH DASAR Enung Siti Nurjanah, Aan Kusdiana, Seni Apriliya Program S-1 PGSD Universitas Pendidikan Indonesia Kampus

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA

KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR DALAM MEMAHAMI PENGGUNAAN HURUF KAPITAL DAN TANDA BACA YULINA Guru SD Negeri 002 Muara Lembu Kecamatan Singingi anayuli.teacher@gmail.com ABSTRAK Jenis penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR

BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN BAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Bahasa merupakan sistem komunikasi yang kompleks sebagai penghubung kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita yang digunakan sehari-hari. Berbahasa Indonesia yang

Lebih terperinci

E-Class 12 Presentation

E-Class 12 Presentation EYD () Pemakaian Huruf Penulisan Kata Pemakaian Tanda Baca Penulisan Unsur Serapan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2009 Penulis : Drs. Suparlan E-Class 12 Presentation Henki

Lebih terperinci

PEMAKAIAN HURUF, PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN PEMAKAIAN HURUF MIRING PADA BAHASA TULIS

PEMAKAIAN HURUF, PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN PEMAKAIAN HURUF MIRING PADA BAHASA TULIS PEMAKAIAN HURUF, PEMAKAIAN HURUF KAPITAL DAN PEMAKAIAN HURUF MIRING PADA BAHASA TULIS MAKALAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok Mata Kuliah Kapita Selekta Bahasa Indonesia Dosen : Dr. Prana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakekat Membaca 2.1.1 Pengertian Membaca Klein, dkk (Rahim 2005:3), mengemukakan bahwa definisi membaca mencakup, pertama; membaca merupakan suatu proses.

Lebih terperinci

TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA

TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA Makalah Penulisan Kata (Aminah. M - 054) TUGAS INDIVIDU MAKALAH BAHASA INDONESIA PENULISAN KATA DI SUSUN OLEH : NAMA : AMINAH. M. NIM : 1252132054 KELAS : B PRODI : BUSINESS ENGLISH FAKULTAS : BAHASA DAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar (SD) merupakan pembelajaran yang paling utama. Kompetensi hasil belajar siswa di

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

Ejaan yang Disempurnakan

Ejaan yang Disempurnakan Ejaan yang Disempurnakan A. Pengertian Ejaan Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara teknis, ejaan adalah

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018

Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki. Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia dan Penggunaannya Zaman Saiki Ivan Lanin Kafe Basabasi Yogyakarta, 24 Maret 2018 Bahasa Indonesia Riwayat Fakta Berasal dari bahasa Melayu yang diperkaya oleh berbagai sumber Lahir pada

Lebih terperinci

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA Pengertian EJAAN Ejaan ialah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran melalui huruf, menetapkan tanda-tanda baca, memenggal kata, dan bagaimana

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3

SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3 1. Penggunaan tanda koma yang tidak tepat Terdapat dalam kalimat... SMP kelas 7 - BAHASA INDONESIA BAB 2. TEKS DESKRIPSILatihan Soal 2.3 Saya akan menolongnya,walaupun hal itu cukup sulit hay,apa kabar?

Lebih terperinci

PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PENELITIAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA Reni Supriani Ida Rahmadani Siregar Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia PPs Universitas Negeri Medan e-mail : Gwe.rheniy@gmail.com Ida13.rafa@yahoo.com

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN EYD DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 JUWIRING KLATEN NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS PENGGUNAAN EYD DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 JUWIRING KLATEN NASKAH PUBLIKASI ANALISIS PENGGUNAAN EYD DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 JUWIRING KLATEN NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Program

Lebih terperinci

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi

Ilmu Komunikasi Sistem Komunikasi Bahasa Indonesia UMB Modul ke: Kalimat Efektif Fakultas Ilmu Komunikasi Kundari, S.Pd, M.Pd. Program Studi Sistem Komunikasi www.mercubuana.ac.id Standar Kompetensi : Pembaca dapat memahami dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG FONOLOGI CERPEN BERDASARKAN PERISTIWA YANG DIALAMI SISWA KELAS IXA SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/ 2012 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : TRI MAULIDA WIJAYANTI

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA PADA KALIMAT MAHASISWA THAILAND YANG BELAJAR DI UMS (ASPEK EJAAN, KEMUBAZIRAN, KEPADUAN, DAN KELOGISAN) NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting tidak lain karena melalui kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya dengan jelas. Akan tetapi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. siswa agar kompetensi yang telah ditentukan dapat tercapai. Selain itu, kehadiran

BAB II LANDASAN TEORI. siswa agar kompetensi yang telah ditentukan dapat tercapai. Selain itu, kehadiran BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran penting dalam proses pembelajaran karena dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut sejalan dengan fungsi bahan

Lebih terperinci

Pertemuan 11 PENYUNTINGAN

Pertemuan 11 PENYUNTINGAN Pertemuan 11 PENYUNTINGAN Materi Perkuliahan 1. Pengertian Penyuntingan 2. Persyaratan untuk Menjadi Penyunting 3. Cara Menyunting Naskah Pengertian Penyuntingan Penyuntingan adalah proses, cara, perbuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat yang sistematis untuk menyampaikan gagasan atau perasaan dengan memakai tanda-tanda, bunyi-bunyi, gesture, atau tanda-tanda yang disepakati

Lebih terperinci

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya Edisi 2, oleh Prof. Dr. St. Y. Slamet Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; 0274-882368

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 PALAS 2012/2013

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 PALAS 2012/2013 PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA KARANGAN SISWA KELAS X SMAN 1 PALAS 2012/2013 Oleh Yulia Patumaya Mulyanto Widodo Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung e-mail: yuliapatumaya@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca

Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca LOGO Pertemuan 4. Waktu belajar 100 menit Penulisan huruf kapital, huruf miring, penulisan kata, akronim, tanda baca Outline 1 Penulisan Huruf Kapital 2 Penulisan Huruf Miring 3 Penulisan Kata 4 Akronim

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih

KALIMAT EFEKTIF. Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih KALIMAT EFEKTIF Makalah Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah: Bahasa Indonesia Dosen Pengampu: Ibu Suprihatiningsih Disusun Oleh : Mukoyimah (1601016060) Laila Shoimatu N. R. (1601016061) Laeli Uzlifa

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BSNIS Drs. SUMARDI, M. Pd. RAGAM BAHASA Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian

Lebih terperinci

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek

Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yang Efisien & Efektif dalam Iptek Bahasa yg efisien: bhs yg mengikuti kaidah yg dibakukan atau yg dianggap baku, dg mempertimbangkan kehematan kata dan ungkapan. Bahasa yg efektif: bhs yg mencapai

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS BIOGRAFI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BUKITTINGGI

KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS BIOGRAFI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BUKITTINGGI KETIDAKEFEKTIFAN KALIMAT DALAM TEKS BIOGRAFI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 5 BUKITTINGGI Oleh: Izzatur Rahmi 1, Harris Effendi Thahar 2, Emidar 3 Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS

Lebih terperinci

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom.

Untuk STIKOM Bandung Tahun Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Untuk STIKOM Bandung Tahun 2011-2012 Nantia Rena Venus, S.S., M.I.Kom. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tertulis, harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Jadi, bila tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang sudah menjadi bahasa dunia. Namun peranan bahasa Indonesia. tetaplah sangat dibutuhkan, khususnya di dunia pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Inggris yang sudah menjadi bahasa dunia. Namun peranan bahasa Indonesia. tetaplah sangat dibutuhkan, khususnya di dunia pendidikan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini, bahasa memegang peranan yang sangat penting. Walaupun penggunaan bahasa Indonesia belum setara dengan bahasa Inggris yang sudah menjadi

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia Assalamu alaikum Wr. Wb Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia TATA BAHASA BAKU BAHASA INDONESIA KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA Bahasa yang terpenting di kawasan Republik Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA MAKALAH MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PAMULANG HERI INDRA GUNAWAN 1, SAPTINA RETNAWATI 2 Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas

Lebih terperinci

PROSIDING SEMNAS KBSP V

PROSIDING SEMNAS KBSP V TEKS CERITA INSPIRATIF SEBAGAI SALAH SATU BAHAN AJAR ALTERNATIF PEMBELAJARAN ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA (PBSI) Irma Fika Nurfajar Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi kepada orang lain. Kegiatan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bisa berlangsung secara efektif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti

KALIMAT EFEKTIF. Karina Jayanti KALIMAT EFEKTIF Karina Jayanti DEFINISI KALIMAT EFEKTIF kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain. Syarat-syarat Kalimat efektif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

Bahasa Indonesia (Pertemuan

Bahasa Indonesia (Pertemuan Bahasa Indonesia (Pertemuan 2) TKJ Trunojoyo Semester 3 Menyimak untuk Memahami Lafal, Tekanan, Intonasi dan Jeda pada Bahasa Tutur Definisi Menyimak menggunakan indra pendengaran, namun bukan berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup suatu Bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian yang Relevan Sebelumnya Penelitian tentang menulis paragraf telah dilakukan sebelumnya. Namun untuk paragraf deduktif dan induktif belum ada. Penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM TATARAN SINTAKSIS PADA PIDATO SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TIGANDERKET TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017 Oleh Perlinda Br Bangun (perlinda.bangun94@gmail.com) Dr. Malan Lubis,

Lebih terperinci

LARAS dan RAGAM BAHASA

LARAS dan RAGAM BAHASA LARAS dan RAGAM BAHASA STMIK CIC CIREBON - 2016 Kedudukan Bahasa Indonesia FUNGSI BAHASA LARAS & RAGAM BAHASA Implikasi BI dalam hidup sehari-hari LARAS BAHASA Adalah kesesuaian antara bahasa dan fungsi

Lebih terperinci

Pedoman Gaya Gengo (Bahasa Indonesia)

Pedoman Gaya Gengo (Bahasa Indonesia) Pedoman Gaya Gengo (Bahasa Indonesia) 1. TANDA BACA 3 TANDA TITIK 3 TANDA PETIK 3 TANDA KOMA 4 TITIK KOMA 4 TITIK DUA 4 TANDA PISAH 4 TANDA TANYA 5 TANDA SERU 5 TANDA HUBUNG 5 TANDA KURUNG 5 TANDA PENANGGAL

Lebih terperinci

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI

ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA. Dra. SALLIYANTI ANALISIS BAHASA BAKU DAN NON BAKU DALAM BAHASA INDONESIA Dra. SALLIYANTI Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Dan Sastra Indonesia Universitas Sumatera Utara 1. PENDAHULUAN Bahasa merupakan salah satu alat untuk

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kuantitatif serta bertambahnya aspek psikis yang lebih bersifat kaulitatif. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kemampuan Siswa sekolah dasar merupakan individu-individu yang sedang tumbuh dan berkembang dalam rangka pencapaian kepribadian yang dewasa. Pertumbuhan individu terlihat

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGANDAN KONSEP VISUAL. 3.1 Strategi Perancangan

BAB III PERANCANGANDAN KONSEP VISUAL. 3.1 Strategi Perancangan BAB III PERANCANGANDAN KONSEP VISUAL 3.1 Strategi Perancangan Untuk menyadarkan pengguna baru motor klasik akan pentingnya perawatan dan penggunaan mesin model lama supaya mesin tetap stabil dalam keadaan

Lebih terperinci

EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS XII SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS XII SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 EJAAN PADA KARANGAN SISWA KELAS XII SMA PERINTIS 1 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Oleh Hendra Purnama Nurlaksana Eko Rusminto Eka Sofia Agustina Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lebih terperinci