BAB I PENDAHULUAN. termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan
|
|
- Siska Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia adalah negara hukum, sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional. Sistem hukum nasional merupakan hukum yang berlaku di Indonesia dengan semua elemennya yang saling menunjang satu dengan yang lain dalam rangka mengantisipasi dan mengatasi permasalahan yang timbul dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Landasan idiil pembangunan nasional adalah Pancasila, dan landasan konstitusionalnya adalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional. Oleh karenanya pembangunan kesehatan diselenggarakan pula dengan berlandaskan pada Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia secara tegas diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
2 2 memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat (3) menyebutkan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak. Pasal 3 Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajad kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Kemudian Pasal 4 menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan. Untuk mewujudkan derajad kesehatan masyarakat yang setinggitingginya tersebut maka menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah dan seluruh masyarakat Indonesia, dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan bangsa. 1 Penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama adalah Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat). Puskesmas didirikan disetiap kecamatan untuk mencapai kecamatan sehat menuju terwujudnya Indonesia sehat. Pelayanan kesehatan di tingkat puskesmas merupakan pelayanan kesehatan primer yang langsung berhubungan dengan masyarakat. Agus menyatakan bahwa dalam rangka pemerataan kesehatan secara global disepakati strategi pelayanan kesehatan primer, bahwa di dalam pelayanan kesehatan primer dikenal lima prinsip dasar yaitu ; 1) pemerataan upaya kesehatan, 2) penekanan pada upaya preventif, 3) penggunaan teknologi tepat guna dalam upaya kesehatan, 4) peran serta 1 Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3 3 masyarakat dalam semangat kemandirian dan 5) kerja sama lintas sektoral dalam pembangunan kesehatan 2. Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan antara lain adalah penurunan angka kematian bayi dan peningkatan status gizi masyarakat. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah gizi ganda yaitu kondisi dimana di satu sisi masih banyaknya jumlah penderita gizi kurang, sementara disisi lain jumlah masyarakat yang mengalami gizi lebih cenderung meningkat. Gizi lebih harus diwaspadai karena memicu terjadinya masalah dikemudian hari yaitu munculnya penyakit tidak menular (PTM) pada usia lebih muda. Masalah gizi ganda ini sangat erat kaitannya dengan gaya hidup masyarakat dan perilaku gizi. Status gizi masyarakat akan baik apabila perilaku gizi yang baik dilakukan pada setiap tahap kehidupan manusia termasuk pada bayi. Bayi yang mendapat ASI Eksklusif maka pertumbuhan badannya akan optimal karena mendapatkan gizi yang seimbang. Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat keseimbangan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental orang tersebut. Terdapat kaitan yang sangat erat antara status gizi dengan konsumsi makanan. Tingkat status gizi optimal akan tercapai apabila kebutuhan gizi optimal terpenuhi, namun demikian perlu diketahui bahwa keadaan gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi gizi masa yang telah lampau, bahkan jauh sebelum masa itu. Ini berarti bahwa konsumsi gizi masa kanak-kanak memberi andil terhadap status gizi setelah dewasa. 3. Dalam rangka pembentukan sumber daya manusia yang sehat secara berkelanjutan dari generasi ke generasi maka harus disiapkan secara dini 2 Azwar Agoes dan T. Jacob, Antropologi Kesehatan Indonesia, Cetakan ke-2, EGC, Jakarta, hlm Lihat Hananto Wiryo, 2002, Peningkatan Gizi Bayi, Anak, Ibu Hamil dan Menyusui Dengan Makanan Lokal, Sagung Seto, Jakarta, hlm. 1.
4 4 mulai dari dalam kandungan, lahir sebagai bayi sampai dewasa nantinya. Salah satu upaya mewujudkannya maka pemerintah memprogramkan adanya pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif sampai usia enam bulan. Masyarakat sudah mengetahui tentang manfaat ASI Eksklusif, namun masih banyak wanita Indonesia yang tidak mau menyusui bayinya begitu melahirkan dengan berbagai alasan, sehingga Program pemberian ASI Eksklusif selama enam bulan ini belum berhasil dengan baik. Apabila pelaksanaan upaya pemberian ASI Eksklusif tidak berjalan secara optimal maka akan berdampak pada kesehatan bayi, dimana bayi usia nol sampai dengan enam bulan sangat rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi. Akibat tidak optimalnya pemberian ASI Eksklusif selanjutnya kemungkinan adalah balita gizi buruk akan semakin meningkat. Balita gizi buruk dengan penyakit penyerta akan berakibat meningkatnya angka kematian anak balita. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, karena selain zat gizi ataupun zat anti yang dikandungnya, ASI mempunyai zat asam lemak yang disebut sebagai Docosa Hexaenoic Acid (DHA) 4. DHA hanya terdapat dalam ASI manusia saja, yang mempunyai fungsi untuk mengisi sel-sel otak manusia, sehingga bayi yang mendapat Air Susu Ibu (ASI) secara bermakna akan mempunyai intelligence Quotient (IQ) 5 yang jauh lebih tinggi daripada 4 DHA adalah asam lemak esensial yang terkandung dalam air susu manusia berguna untuk pertumbuhan otak, DHA juga bagus untuk meningkatkan kemampuan penglihatan bayi dan kemampuan kognitif bayi dalam Marmi, 2012, Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas Peuperium Care, Edisi Pertama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, hlm IQ adalah kuosien intelegensia dalam Mayapada, 2012, Kamus Istilah Kedokteran, Cetakan Pertama, Wacana Intelektual, Surabaya, hlm Kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ (bahasa Inggris: intelligence quotient) adalah istilah umum yang digunakan untuk
5 5 yang kurang mendapatkan ASI. Setiap ibu yang bersedia menyusui bayinya dengan penuh kasih sayang, akan memberikan andil yang sangat besar untuk negaranya, dalam menyiapkan generasi penerus bangsa yang cerdas. Jasa seorang ibu dalam hal ini tidak dapat dinilai dengan uang, seharusnya negara memberi penghargaan atas ketulusan seorang ibu tersebut sejajar dengan para pahlawan yang telah membela negara Indonesia. Secara langsung peran ibu ini akan sangat menentukan kualitas sumber daya manusia masa mendatang. 6 Sebagai wujud tanggung jawab dari pemerintah dalam mendukung ASI Eksklusif pada bayi, pemerintah kemudian perlu mengaturnya dalam bentuk Pasal 128 Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Undangundang ini diharapkan dapat membawa angin segar bagi ibu dan bayinya karena adanya dukungan dan perlindungan pada ibu untuk dapat memberikan ASI Eksklusif pada bayinya. Bahkan Pasal 128 ayat (1) Undang Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama enam bulan, kecuali atas indikasi medis. Kemudian dalam Pasal 128 ayat (2) disebutkan bahwa selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga, Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus, dan dalam ayat (3) ditegaskan menjelaskan sifat pikiran yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh individu. Kecerdasan dapat diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa disebut sebagai tes IQ. Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa IQ merupakan usia mental yang dimiliki manusia (Kecerdasan, diunduh 1 September 2013) 6 Hananto Wiryo, op.cit. hlm. 2.
6 6 bahwa penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat kerja dan tempat sarana umum. Kemudian dalam Pasal 129 ayat (1) Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa, Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif; (2) Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Tiga tahun kemudian pemerintah menetapkannya Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. Dengan demikian pemerintah, swasta maupun masyarakat harus turut mendukung pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Pemerintah pusat sampai daerah di lingkungan Kementerian Kesehatan mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam menentukan pencapaian program pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Baik melalui kebijakan, tenaga, fasilitas penunjang maupun sarana prasarananya. Gambaran pencapaian kegiatan program kesehatan tahunan di Kabupaten Sleman disajikan dalam bentuk buku profil yang dibuat oleh Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi, Dinas Kesehatan. Kegiatan pemantauan ASI Eksklusif yang dilakukan pada sasaran yang berusia nol sampai dengan enam bulan yang diberi ASI saja tanpa makanan atau cairan lain kecuali obat dan mineral berdasarkan recall 24 jam dari bayi yang ada, sebanyak bayi (70,4 %) pada tahun 2012 tingkat Kabupaten Sleman telah
7 7 mencapai target, namun beberapa puskesmas masih dibawah target yang harus dicapai yaitu 70 %. 7 Target tersebut mengacu indikator kinerja dan target kegiatan pembinaan gizi tahun yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 8 Kabupaten Sleman berdasarkan Surat Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) No. B.145/KPP-PA/ Dep. V/ 05/ 2011 tanggal 10 Mei 2011 ditetapkan sebagai salah satu dari 35 kabupaten/ kota yang dijadikan wilayah pengembangan Kabupaten Layak Anak (KLA) pada tahun Pengertian Kabupaten Layak Anak di Sleman adalah Kabupaten Sleman yang menjamin hak setiap anak sebagai warga kabupaten adalah terpenuhinya hak anak yang meliputi hak hidup, tumbuh kembang, perlindungan dan partisipasi. Program Kabupaten Layak Anak meliputi lima klaster hak anak. Klaster III adalah Kesehatan Dasar dan Kesejahteraan dengan sembilan indikator kegiatan. Dua dari sembilan indikator yang ada adalah presentase bayi mendapatkan ASI Eksklusif dan jumlah pojok ASI atau pojok laktasi. 9 Sesuai Pasal 128 ayat (2) Undang Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, selama pemberian air susu ibu maka pihak pemerintah daerah harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu 7 Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, 2013, Profil Kesehatan Sleman Tahun 2013, Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi, Sleman, hlm Kementerian Kesehatan RI, 2012, Petunjuk Pelaksanaan Surveilans Gizi, Direktorat Bina Gizi, Jakarta, hlm Badan Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Sleman, 2013, Lefleat Sleman Menuju Kabupaten Layak Anak (KLA), Seksi Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Sleman.
8 8 dan fasilitas khusus. Penyediaan fasilitas khusus di tempat kerja dan tempat sarana umum dapat mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 15 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan atau Memerah Air Susu Ibu. Puskesmas sebagai salah satu sarana pelayanan umum, tempat berkumpulnya orang banyak yang tentu saja tidak luput didalamnya ibu-ibu yang sedang menyusui anaknya, sehingga punya kontribusi besar dalam mencapai keberhasilan program tersebut. Untuk itu pemerintah daerah harus dapat menjamin ketersediaan ruangan untuk kenyamanan dan kebebasan ibu dalam menyusui anaknya. Namun dari semua puskesmas yang ada, belum semua tersedia fasilitas khusus untuk ibu menyusui (ruang laktasi). Pada hari pelayanan imunisasi banyak ibu yang datang membawa bayinya ke puskesmas. Bayi tersebut usianya kurang dari satu tahun sehingga kebanyakan masih menyusu pada ibunya. Bayi setelah diimunisasi akan menangis dengan kuat karena rasa sakit setelah disuntik. Pada salah satu puskesmas yang belum menyediakan fasilitas khusus untuk ibu menyusui (ruang laktasi), sangatlah disayangkan ketika seorang ibu untuk menghentikan tangisan bayinya tersebut ada yang memberikan susu botol yang telah disiapkan dari rumah atau bahkan kempongan. Tindakan yang dilakukan tersebut karena ibu merasa malu bila menyusui di depan orang banyak, sehingga mengambil jalan pintas yang kurang menguntungkan bagi bayi. Beberapa ibu ada yang langsung keluar ruangan untuk menyusui bayinya, untuk mencari tempat yang nyaman. Tindakan menyusui diluar
9 9 ruangan ini masih menguntungkan bagi bayi karena tetap mendapatkan air susu langsung dari ibunya. Pada situasi demikian maka bayi kemungkinan akan kehilangan hak untuk mendapat air susu ibunya, sehingga upaya pemerintah melaksanakan Program ASI Eksklusif tidak akan berhasil. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, peneliti mencoba mengangkat permasalahan mengenai Jaminan Ketersediaan Ruang Laktasi Berdasarkan Pasal 128 Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Untuk Mendukung Program ASI Eksklusif pada Puskesmas di Kabupaten Sleman B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana realita pemenuhan jaminan ketersediaan ruang laktasi pada puskesmas di Kabupaten Sleman? 2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dan bagaimana cara mengatasinya dalam menyediakan ruang laktasi untuk mendukung Program ASI Eksklusif pada puskesmas di Kabupaten Sleman? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dinyatakan sebelumnya, maka untuk mengarahkan suatu penelitian diperlukan adanya tujuan dari suatu penelitian. Tujuan penelitian dikemukakan secara deklaratif dan merupakan
10 10 pernyataan-pernyataan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut. 10 Tujuan penulisan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengkaji realita pemenuhan jaminan ketersediaan ruang laktasi pada puskesmas di Kabupaten Sleman 2. Untuk mengkaji kendala-kendala yang dihadapi dan cara mengatasi dalam menyediakan ruang laktasi untuk mendukung program ASI Eksklusif pada puskesmas di Kabupaten Sleman D. Manfaat Penelitian Pemilihan masalah dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, karena nilai dari sebuah penelitian ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diambil dari adanya penelitian tersebut. Adapun manfaat yang diharapkan dari rencana penelitian ini antara lain: 1. Manfaat Teoritis Manfaat teroritis yaitu manfaat dari penelitian hukum ini yang berhubungan dengan pengembangan ilmu hukum. Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya serta hukum kesehatan yang berhubungan dengan penelitian hukum empiris dibidang Kesehatan khususnya. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang hukum kesehatan sehingga 10 Soerjono Soekanto, 2007, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta. hlm
11 11 dapat dipakai sebagai acuan terhadap penelitian-penilitian sejenis untuk tahap berikutnya. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yaitu manfaat dari penelitian hukum ini yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Manfaat praktis dari penelitian ini sebagai berikut : a. Menjadi wahana bagi peneliti untuk mengembangkan penalaran dan membentuk pola pikir sekaligus untuk mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu memberi masukan kepada Pemerintah Daerah dalam penyusunan peraturan daerah guna mendukung keberhasilan Program ASI Eksklusif. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran perpustakaan penelitian tentang jaminan ketersediaan ruang laktasi tidak ditemukan, akan tetapi ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan manfaat ASI Eksklusif utamanya penelitian dibidang kesehatan diantaranya : 1. Budy Utomo, 2009, Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Konawe. Permasalahannya adakah hubungan antara riwayat pemberian ASI eksklusif dengan kejadian penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) pada anak usia 6-23 bulan di Kabupaten Konawe. Metode: Jenis penelitian observasional dengan metode kuantitatif
12 12 menggunakan rancangan cross-sectional study. Subjek penelitian adalah anak usia Hasil penelitian Pemberian ASI eksklusif bermanfaat mengurangi kejadian ISPA. Status gizi anak dan bahan bakar masak mempunyai hubungan bermakna dengan prevalensi ISPA secara statistik maupun praktis Nora Supratiwi, 2008, Persepsi, Budaya dan Praktek Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Propinsi Sumatera Barat, Permasalahannya bagaimana persepsi, budaya dan praktek masyarakat dalam pemberian ASI eksklusif. Metode Penelitian: Penelitian kualitatif dengan informan utama ibu menyusui, didukung oleh informan dukun terlatih dan bidan. Hasil penelitian Pemberian ASI eksklusif dipengaruhi oleh ASI tidak keluar pada hari pertama, promosi susu formula yang dilakukan oleh bidan, budaya yang berkaitan dengan pemberian makanan pralaktasi yang dilakukan oleh dukun dan keluarga serta pemberian MP-ASI dini Desmariza, 2010, Pola Pemberian ASI dan Status Gizi di Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Permasalahan Adakah hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan status gizi bayi 6-12 bulan. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional dengan rancangan cross sectional. Subjek penelitian adalah 258 bayi 6-12 bulan yang dipilih dengan metode non probability sampling. Hasil penelitian Pemberian ASI 11 Budy Utomo, 2009, Pengaruh Pemberian ASI Eksklusif Dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Pada Anak Usia 6-23 Bulan di Kabupaten Konawe, Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 12 Nora Supratiwi, 2008, Persepsi, Budaya, dan Praktek Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif di Propinsi Sumatera Barat, Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
13 13 yang eksklusif menurunkan proporsi terjadinya underweight pada bayi 6-12 bulan Perbedaan penelitian yang akan dilakukan Mahmudah Arfiyati adalah mengkaji realita pemenuhan jaminan ketersediaan ruang laktasi dan mengetahui kendala yang dihadapi dan cara mengatasinya dalam menyediakan ruang laktasi guna mendukung Program ASI Eksklusif pada puskesmas di Kabupaten Sleman. Metode Penelitian yang digunakan yaitu metode penelitian hukum empiris. F. Definisi Operasional Penelitian Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Ketersediaan ruang laktasi adalah keberadaan ruang khusus menyusui dalam segala bentuknya di tempat penelitian. 2. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah dan merupakan bagian dari tempat sarana umum yaitu tempat berkumpulnya orang banyak khususnya ibu menyusui pada waktu pelayanan imunisasi di puskesmas Kabupaten Sleman. Alasan memudahkan peneliti dalam menemukan ibu menyusui sebagai responden yang membawa bayinya untuk imunisasi pada hari yang sudah ditentukan dan puskesmas sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan milik pemerintah yang harusnya dapat memberi gambaran kemudahan dalam akses pelayanan dari program-program pemerintah salah satunya Program ASI Eksklusif. 13 Desmariza, 2010, Pola Pemberian ASI dan Status Gizi di Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat, Tesis Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi kurang menjadi salah satu masalah gizi utama di Indonesia sehingga pemerintah menekankan Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa baduta (bawah dua tahun) merupakan Window of opportunity. Pada masa ini, seorang anak memerlukan asupan zat gizi yang seimbang baik dari segi jumlah maupun proporsinya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal serta melindungi anak dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan terbaik untuk bayi yang mengandung sel darah putih, protein dan zat kekebalan yang cocok untuk bayi. ASI membantu pertumbuhan dan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu.
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu. Sedangkan Air Susu Ibu Eksklusif adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air susu ibu (ASI) merupakan sumber nutrisi yang ideal dan makanan bayi yang paling aman selama 4-6 bulan pertama kehidupan. ASI mengandung bahan-bahan anti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Target dari Millennium Development Goals yang keempat adalah menurunkan angka kematian bayi dan balita. Target yang ingin dicapai yaitu menurunkan angka kematian bayi
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945, pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. harapan hidup yang merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah gizi adalah masalah kesehatan yang penanggulangannya tidak hanya dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Masalah gizi disamping merupakan
Lebih terperinciBAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS
BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS BAB 27 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP LAYANAN KESEHATAN YANG LEBIH BERKUALITAS A. KONDISI UMUM Sesuai dengan UUD 1945,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci keberhasilan pembangunan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Pembentukan manusia berkualitas
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan
Lebih terperinciKeluarga Sadar Gizi (KADARZI)
Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Apa latarbelakang perlunya KADARZI? Apa itu KADARZI? Mengapa sasarannya keluarga? Beberapa contoh perilaku SADAR GIZI Mewujudkan keluarga cerdas dan mandiri Mengapa perlu
Lebih terperinciBAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN
BAB 28 PENINGKATAN AKSES MASYARAKAT TERHADAP KESEHATAN YANG BERKUALITAS Pembangunan kesehatan merupakan upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat, yaitu hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciKEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESEHATAN TENTANG PENINGKATAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) PEKERJA WANITA Pusat Kesehatan Kerja Depkes RI I. PENDAHULUAN Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang harus ditangani
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stunting adalah keadaan tubuh yang sangat pendek hingga melampaui defisit 2 SD dibawah median panjang atau tinggi badan populasi yang menjadi referensi internasional
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terbesar baik pada bayi maupun pada anak balita. 2 ISPA sering berada dalam daftar
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya ancaman kesehatan dalam bentuk penyakit menular membuat langkah pencegahan dan pengendalian infeksi di fasilitas pelayanan kesehatan sama sekali tidak boleh
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PERBAIKAN GIZI I. PENJELASAN UMUM Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri
Lebih terperinciOleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS PANONGAN KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014 Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK Pemberian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan terhadap penyakit. Salah satu penyebab terbesar kematian pada anak usia balita di dunia adalah pneumonia.
Lebih terperinciPENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL
PENGARUH KOMPETENSI BIDAN DI DESA DALAM MANAJEMEN KASUS GIZI BURUK ANAK BALITA TERHADAP PEMULIHAN KASUS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2008 ARTIKEL Untuk memenuhi persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Bidang Kesehatan menetapkan empat sasaran pembangunan kesehatan, satu diantaranya menurunkan prevalensi gizi kurang.
Lebih terperinciTUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG
TUTORIAL DAN PENDAMPINGAN ASI EKSKLUSIF SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN IMUN DAN KECERDASAN ANAK SEJAK DINI BAGI IBU-IBU PKK KECAMATAN BANDUNG TULUNGAGUNG Dewi Anggraini 1), Wiku Widyo Baskoro 2), Bayu Mahendra
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR : 3 TAHUN 2009 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN
Lebih terperinciPERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI
PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh Rani Ayu Hapsari NIM. 2000428 PROGRAM STUDI BIDAN
Lebih terperinciBAB 5 HASIL PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia
BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Pemberian ASI Eksklusif Di Indonesia Berdasarkan laporan Biro Pusat Statistik (2008), pada hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 menunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sampai saat ini diare masih menjadi masalah kesehatan di dunia sebagai penyebab mortalitas dan morbiditas. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah bayi dan balita merupakan suatu hal yang sangat penting dan harus mendapat perhatian, karena akan sangat menentukan dalam upaya mewujudkan sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator terpenting untuk menilai kualitas pelayanan obstetrik dan ginekologi di suatu wilayah adalah dengan melihat Angka Kematian Ibu (AKI),
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE,
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang mengalami masalah gizi ganda. Sementara gizi buruk masih menjadi masalah yang besar, jumlah anak yang mengalami obesitas juga mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas anak di dunia. Kematian bayi dengan diare di negara berkembang sekitar 18% yang artinya lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang prima
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan SDM yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diprioritaskan dalam perencanaan dan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan. Derajat kesehatan anak mencerminkan derajat kesehatan suatu bangsa, sebab anak sebagai
Lebih terperinci2 pertama kehidupan Bayi. Menyusui menurunkan risiko infeksi akut seperti diare, pnemonia, infeksi telinga, haemophilus influenza, meningitis dan infe
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjlasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 58) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU
Lebih terperinciQANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA
QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA BANDA ACEH, Menimbang : a. bahwa kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proses menyusui merupakan hal yang terpenting bagi. perempuan. Dalam bidang kesehatan, dikenal adanya pendekatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menyusui merupakan hal yang terpenting bagi perempuan. Dalam bidang kesehatan, dikenal adanya pendekatan continuum of care. Pendekatan continuum of care
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan Indonesia diselenggarakan dalam upaya mencapai visi Indonesia Sehat 2010. Tujuan pembangunan kesehatan 2005 2009 diarahkan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciOleh : Suyanti ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA USIA 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh : Suyanti ABSTRAK Proses pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diare merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan buang air besar
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 272 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN SERDANG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian ASI (Air Susu Ibu ) adalah suatu cara pemberian makanan bayi yang ideal dan alami serta merupakan basis biologis dan emosional yang unik bagi pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Modal utama dalam pembangunan kesehatan adalah sumber daya manusia (SDM) yang sehat dan berkualitas. Upaya dari United Nation untuk meningkatan SDM pada seluruh kelompok
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG
BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN SUMEDANG DENGAN
Lebih terperinciEko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK
Volume 1, Nomor 1, Juni 2016 HUBUNGAN STATUS IMUNISASI, STATUS GIZI, DAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK BALITA DI BALAI PENGOBATAN UPTD PUSKESMAS SEKAR JAYA KABUPATEN OGAN KOM ERING ULU TAHUN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi menjadi penyebab dari sepertiga kematian anak di dunia. Gizi buruk dan juga gizi lebih masih menjadi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 3 TAHUN 2009 T E N T A N G KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DI KABUPATEN CIREBON
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. cerdas dan produktif. Indikatornya adalah manusia yang mampu hidup lebih lama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan pembangunan suatu bangsa sangat bergantung pada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada bayi berumur nol sampai enam bulan dan air putih tidak diberikan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) berperan sangat besar terhadap pencapaian dua dari empat sasaran tersebut, yaitu menurunnya angka kematian bayi dan menurunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak dibawah lima tahun atau balita adalah anak berada pada rentang usia nol sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan gizi yang sering terjadi di seluruh negara di dunia adalah kekurangan energi protein seperti merasmus, kwarsiorkor, dan stunting. Kekurangan energi protein
Lebih terperinciDUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN
DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN Wahyu Setya Ningsih 1), Ari Andayani 2) 1 Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo email: wahyusetya14@yahoo.co.id 2 Akademi Kebidanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan). Maka kesehatan adalah dasar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah kebutuhan utama dan mendasar bagi kehidupan manusia. Kesehatan merupakan kondisi sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Republik Indonesia dalam menyejahterakan rakyat telah termaktub dalam UUD 1945 sebagai wujud tanggung jawab Negara terhadap bangsa dan rakyat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan sekaligus minuman yang diberikan oleh ibu kepada bayinya. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyatakan ASI menyediakan semua
Lebih terperinci6. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KOTA BENGKULU NOMOR 03 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang :
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASI ( Air Susu Ibu) eksklusif adalah bayi hanya diberi saja selama enam bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan Sumber Daya Manusia (SDM) penerus bangsa dan harapan masa depan keluarga, masyarakat dan negara, perlu diberikan pembinaan terarah sedini mungkin,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.169, 2012 KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Indikator. Kabupaten/ Kota. Layak Anak PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia yang berisi tentang pentingnya pemberian air susu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air susu ibu (ASI) diciptakan oleh Tuhan degan segala kelebihannya. Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama didasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang. menular serta dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli
Lebih terperinciHikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK
HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN BAYI USIA 6-12 BULAN DI KELURAHAN SUMBERSARI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMBERSARI BANTUL METRO SELATAN PERIODE FEBRUARI-APRIL TAHUN 2017 ABSTRAK Hikmatul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik yang tangguh, mental yang kuat, kesehatan yang prima, serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO
HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG KADARZI DENGAN ASUPAN ENERGI DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI DESA JAGAN KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI Skripsi ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat
Lebih terperinciPERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN
PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN Endah Purwaningsih 1), Ana Puji Lestari 2) Abstrak : Menurut Survei Demografi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan dari pembangunan kesehatan dan gizi masyarakat adalah terwujudnya derajat kesehatan dan gizi masyarakat yang optimal. Sasaran yang akan dicapai, meningkatnya
Lebih terperinciPENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN. Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti
Prosiding Seminar Nasional Fakultas Ilmu Kesehatan ISSN 2460-4143 PENGARUH PERILAKU IBU DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERHADAP STATUS GIZI BAYI USIA 7-12 BULAN Kolifah *), Rizka Silvia Listyanti
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
~ 1 ~ BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. ASI perlu mendapat perhatian para ibu dan tenaga kesehatan agar proses menyusui
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian air susu ibu (ASI) sangat penting bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasan bayi. Oleh karena itu, pemberian ASI perlu mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan faktor utama yang diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM berkualitas, faktor gizi memegang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan empat dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suplemen,vitamin, mineral, dan atau obat obatan untuk keperluan medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Menurut World Health Organization (WHO) cara pemberian makanan pada bayi yaitu menyusui secara eksklusif sejak lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan pola menyusui yang dianjurkan (Suradi, 1995).
39 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mempersiapkan generasi yang tangguh dan cerdas di masa depan adalah tanggung jawab bersama semua pihak. Selain sebagai pewaris keluarga, nilai khusus anak bagi
Lebih terperinciPeran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak
v Peran ASI Bagi Tumbuh Kembang Anak Speaker: dr. FALLA ADINDA BIOGRAFI dr. Fala Adinda Pringgayuda Dokter Laktasi sertifikasi SELASI (Sentra Laktasi Indonesia) Head consultant doctor PT Pathlab Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama kehidupan merupakan suatu misi primer dalam program kesehatan masyarakat dunia yang direkomendasikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA (KIBBLA) DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007, didapatkan bahwa penyebab kematian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) (2012) setiap tahunnya lebih dari satu milyar kasus gastroenteritis atau diare. Angka kesakitan diare pada tahun 2011
Lebih terperinciARIS SETYADI J
HUBUNGAN PERSEPSI IBU-IBU TENTANG INISIASI MENYUSUI DINI DENGAN PRAKTEK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA SIDOHARJO KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Pembangunan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu ruang lingkup epidemiologi ialah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan pada manusia. Adapun masalah kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BERSALIN DENGAN PELAKSANAAN INISIASI MENYUSUI DINI DIKAMAR BERSALIN PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN 2013 1, * Sri Mulyati 1* Akper Prima Jambi Korespondensi Penulis
Lebih terperinciKata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita
PERAN KELUARGA PRASEJAHTERA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT (ISPA) PADA BALITA DI DESA DEPOK KECAMATAN KANDEMAN KABUPATEN BATANG 7 Cipto Roso ABSTRAK Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN AIR SUSU IBU EKSKLUSIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP ORANG TUA DENGAN UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ISPA PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWANTORO I SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan harapan penerus bangsa, sehingga tumbuh kembang anak sangat penting untuk diperhatikan. Tumbuh kembang ini sangat dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan kualitas SDM dimulai dengan
Lebih terperinciBAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal setiap tahun.
Lebih terperinciterdapat di tingkat SD/Sederajat. lebih tinggi di luar Temanggung. waktu satu tahun per kelahiran hidup.
1. 2. 3. SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat 94,26 81,30 26,98 94,28 81,35 27,42 94,60 80,15 32,75 95,35 82,86 35,64 95,40 83,63 35,80 95,42 83,64 38,99 Sumber : BPS Kabupaten Temanggung 2013 Selama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Lata
BAB I PENDAHULUAN A. Lata r Belakang Secara nasional cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif di Indonesia berfluktuasi selama 3 tahun terakhir, cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0 5 bulan
Lebih terperinci