WORKSHOP ANALISIS DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "WORKSHOP ANALISIS DATA"

Transkripsi

1

2 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

3 Modul MODUL PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP ANALISIS DATA DAN PENYUSUNAN ISU-ISU STRATEGIS Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II - 3

4 4 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

5 Modul Penataan dan Pemerataan Guru ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari materi workshop ini merupakan tanggung jawab konsorsium Program USAID Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (PRIORITAS) dan tidak mencerminkan pandangan USAID atau pemerintah Amerika Serikat. Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II - 5

6 6 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

7 Daftar Isi Halaman Pengantar V Unit 1 Tujuan dan Fokus Workshop Analisis 3 Unit 2 Kerangka Analisis Distribusi Guru 13 Unit 3 Pengenalan Software dan Penyiapan Data 41 Unit 4 Analisa Data 55 Unit 5 Identifikasi Isu Strategis dalam Penataan dan Pemerataan Guru 71 Unit 6 Rencana Tindak Lanjut 99 Program Penataan dan Pemerataan Guru i

8 ii Pengantar Program Penataan dan Pemerataan Guru

9 Pengantar Workshop Analisis Data dan Penyusunan Isu-isu Strategis Workshop 1 dimaksudkan untuk melakukan analisis data dan menemukan isu-isu strategis dalam penataan guru. Kegiatan ini memerlukan data DAPODIK terkini dari kabupaten/kota yang bersangkutan. Oleh sebab itu sangat penting untuk memastikan bahwa kabupaten/kota telah menyiapkan data DAPODIK terkini sebelum workshop 1 dilaksanakan. Workshop Analisis Data dan Penyusunan Isu-Isu Strategis dilaksanakan selama 3 hari. Pelaksanaan workshop bisa dilaksanakan secara cluster antar kabupaten/kota dalam satu provinsi. Pihak-pihak yang perlu dihadirkan dalam pertemuan ini adalah tim data dari Dinas Pendidikan dan tim data dari BKD. Setiap kabupaten/kota mengirimkan 5 orang. Sebelum workshop dilaksanakan, tim harus mempersiapkan data DAPODIK terkini dari masing-masing kabupaten/kota yang akan ikut serta dalam workshop. Program Penataan dan Pemerataan Guru iii

10 Jadwal Workshop 1 Analisis Data Penataan dan Pemerataan Guru Waktu Kegiatan PIC Hari pertama Pembukaan Kepala Dinas Pendidikan atau yang mewakili Unit 1: Tujuan dan fokus Workshop 1 Analisis Data Penataan dan Pemerataan Guru Unit 2: Kerangka Analisis Penataan dan Pemerataan Guru Rehat Lanjutan Unit 2: Kerangka Analisis Penataan dan Pemerataan Guru Unit 3: Penyiapan Data dan Pengenalan Software ISOMA Lanjutan Unit 3: Penyiapan Data dan Pengenalan Software Rehat Lanjutan Unit 3: Penyiapan Data dan Pengenalan Software Hari kedua Unit 4: Analisis Data untuk Penataan dan Pemerataan Guru Rehat Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Fasilitator Latihan Analisis Penataan dan Pemerataan Guru Fasilitator ISOMA Latihan Analisis Penataan dan Pemerataan Guru Fasilitator Rehat Kunjung karya hasil analisis distribusi guru Fasilitator Hari ketiga Unit 5: Identifikasi Isu Strategis Dalam Penataan dan Pemerataan Guru Rehat Fasilitator Latihan merumuskan isu strategis Fasilitator Unit 6: RTL Fasilitator Penutupan Pejabat yang bertugas iv Pengantar Program Penataan dan Pemerataan Guru

11 Program Penataan dan Pemerataan Guru v

12 PENYAMAAN PERSEPSI UNIT 1 TUJUAN & FOKUS WORKSHOP ANALISIS DATA UNIT 1: Mengenal USAID PRIORITAS dan Tujuan Penataan dan Pemerataan Guru 1

13 2 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I

14 UNIT 1 TUJUAN & FOKUS WORKSHOP ANALISIS DATA - Waktu: 60 menit Pengantar Sesi pertama pelatihan mungkin peresmian acara dengan seorang pejabat senior, biasanya Kepala Dinas atau perwakilan. Setelah pembukaan, sesi yang dijelaskan di sini adalah (1) untuk mengingatkan peserta tujuan dari program Penataan Dan Pemerataan Guru (beberapa materi diulang dari Lokakarya Sosialisasi dalam rangka memperkuat pembelajaran), dan (2) untuk memperkenalkan dan mendiskusikan tujuan Workshop Analisis Data. Tujuan Tujuan Unit 1 adalah agar peserta memahami tujuan dan manfaat Workshop Analisis Data dalam program Penataan dan Pemerataan Guru. Pertanyaan Kunci 1. Apakah tujuan dan manfaat Penataan dan Pemerataan Guru? 2. Apakah tujuan Workshop Analisis Data dalam Penataan dan Pemerataan Guru? Petunjuk Umum Sesi dimulai dengan pengenalan tentang program Penataan dan Pemerataan Guru dan tujuan untuk Workshop 1. Selanjutnya ada sesi tanya-jawab dengan tujuan bahwa peserta lebih memahami materi yang dipaparkan. UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I 3

15 Sumber dan Bahan Presentasi dalam PowerPoint LCD dan laptop/komputer Kertas plano, spidol, dan flipchart Waktu Waktu yang digunakan dalam Unit 1 ini adalah 60 menit. Ringkasan Sesi Introduction 15 menit Connection 20 menit Application 10 menit Reflection 10 menit Extension 5 menit Pemaparan Penjelasan Identifikasi Refleksi Pemaparan Fasilitator menyampaikan materi tujuan program Penataan dan Pemerataan Guru dan kondisi/profil guru Indonesia saat ini. Diskusi kelompok: Bagaimana kondisi guru Indonesia saat ini. Bagaimana memperbaikin ya? Pemaparan Fasilitator menyampaikan materi mengenai prinsip, tujuan dan proses program PPG Tanja Jawab (lanjut) Diskusi sejauh mana peserta mengadopsi praktik-praktik yang baik (yang disampaikan dalam Introduction) Fasilitator menyampaikan materi mengenai tujuan Workshop 1 4 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I

16 Rincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (15 menit) Fasilitator menyajikan materi, fokus pada (1) pengenalan dan gambaran program Penataan dan Pemerataan Guru, dan (2) kondisi dan profil penataan guru Indonesia saat ini. Presentasi menyoroti hal-hal berikut: (1) rasio guru-siswa di Indonesia relatif rendah dibandingkan negara-negara lain, (2) makin lama makin lebih rendah, (3) menurut hasil proses sertifikasi sampai saat ini, guru menjadi lebih berkualifikasi dan lebih berkesejahteraan, tetapi belum lebih bermutu (berdasarkan penelitian Kemendikbud dan World Bank 1 ), (4) terlalu banyak guru (sesuai SPM), (5) banyak guru yang mismatch, dan (6) penataan guru tidak merata. Ada banyak sekolah/madrasah terlalu banyak guru (menurut SPM) dan ada banyak sekolah/madrasah yang lainnya yang jumlah gurunya belum cukup. C Connection (20 menit) Peserta berdiskusi dalam kelompok kecil seperangkat pertanyaan kunci yang timbul dari presentasi. 1. Bagaimana kondisi dan profil guru Indonesia saat ini? 2. Apakah perlu diperbaiki? 3. Bagaimana cara memperbaikinya? 4. Apakah ada data yang diperlukan untuk analisis penataan dan pemerataan guru? A Application (10 menit) Fasilitator memaparkan materi mengenai prinsip, tujuan dan proses program penataan dan pemerataan guru. 1 The World Bank Spending more or spending better: Improving education financing in Indonesia. UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I 5

17 R Reflection (10 menit) Sesi tanya-jawab, yang mengikuti presentasi perkenalan, harus fokus pada (1) memastikan bahwa peserta memahami poin-poin penting, dan (2) membantu peserta untuk membuat koneksi dengan kabupaten mereka sendiri dan praktik distribusi guru yang sedang digunakan. 1. Apakah data yang telah mereka kumpulkan selama ini sudah dimanfaatkan? 2. Data yang telah diperoleh dimanfaatkan untuk menunjukkan apa? Yang penting adalah bahwa para peserta memahami pentingnya penataan dan pemerataan guru yang telah tercermin pada kondisi saat ini di daerah mereka sendiri. E Extention (5 menit) Fasilitator menyajikan gambaran dari tujuan dan proses untuk Workshop Analisis Data. 6 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I

18 PRESENTASI UNIT 1 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I 7

19 8 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I

20 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I 9

21 10 UNIT 1: Tujuan dan Fokus Workshop I

22 UNIT 2 KERANGKA ANALISIS DISTRIBUSI GURU UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 11

23 12 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

24 UNIT 2 KERANGKA ANALISIS DISTRIBUSI GURU - Waktu: 90 menit Pengantar Isu tentang ketidakseimbangan ketersediaan guru di sekolah, baik sebagai guru kelas, maupun guru mata pelajaran terus berlarut, tanpa ada pemecahan yang konkrit mulai pada jenjang satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, hingga nasional. Dampak dari ketidakseimbangan distribusi guru ini menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan keprofesian guru yang berkelanjutan. Salah satu sebab dari ketidakseimbangan penyebaran guru adalah sistem informasi guru belum dibangun secara terpadu. Sumber data yang memadai melalui NUPTK belum dimanfaatkan secara maksimal. Demikian juga dengan data pokok pendidikan (DAPODIK), di sisi lain, belum dianalisis secara rinci berdasarkan kebutuhan informasi untuk kebijakan, baik dalam peningkatan mutu layanan pendidikan secara umum, maupun untuk kebijakan penataan dan pemerataan guru. Peraturan Bersama 5 Menteri, yaitu Mendikbuk, Mendagri, MenPAN dan RM, Menag, dan MenKeu tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS merupakan langkah awal untuk menata dan memeratakan guru antar sekolah, kabupaten/kota, dan antar provinsi. Untuk menindaklanjuti Perber 5 menteri tersebut, Kemdikbud telah membuat Petunjuk Teknis (Juknis) untuk plaksanaan penataan tersebut. Namun demikian, Juknis tersebut belum cukup dapat dijadikan panduan oleh staf Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Untuk membantu Dinas Pendidikan kabupaten/kota dan provinsi mengimplementasikan Perber tersebut, USAID Prioritas mengembangkan Modul Pelatihan Penataan dan Pemerataan Guru. Unit 2 Workshop Analisis Data ini memberikan gambaran mengenai kerangka analisis distibusi guru. UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 13

25 Tujuan Tujuan umum Unit 2 adalah memahami kerangka analisis tentang ketersediaan (supplay side) dan kebutuhan guru berdasarkan satuan pendidikan dan mata pelajaran (demand side), serta mampu memetakan distribusi guru secara komprehensif. Tujuan khusus yang diharapkan dikuasai peserta adalah sebagai berikut. 1. Memahami istilah-istilah dalam pendataan dan analisis data distribusi guru 2. Mengidentifikasi analisis distribusi guru (ketersediaan dan kebutuhan guru) yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan/BKD kabupaten/kota. 3. Mengidentifikasi analisis distribusi guru yang diperlukan untuk melakukan penataan dan pemerataan guru. 4. Mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kapasitas dalam analisis distribusi guru untuk menata dan meratakan distribusi guru 5. Mengidentifikasi langkah-langkah analisis distribusi guru sesuai dengan kebutuhan penataan dan pemerataan guru Pertanyaan Kunci 1. Sejauh mana stakeholder pendidikan memahami istilah-istilah dalam pemetaan guru 2. Analisis ketersediaan dan kebutuhan guru apa saja yang telah dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan atau BKD kabupaten/kota? 3. Analisis ketersediaan dan kebutuhan guru apa saja yang diperlukan, tetapi belum dilakukan oleh Dinas Pendidikan dan atau BKD kabupaten/kota? 4. Analisis apa yang diperlukan, tetapi belum dikuasai oleh staf pendataan untuk pemetaan distribusi guru (kesenjangan)? 5. Langkah-langkah analisis data apa saja yang dapat diimplementasikan oleh staf pendataan di kabupaten/kota untuk penataan dan pemertaan guru? Petunjuk Umum Pendekatan yang digunakan dalam workshop ini adalah pendekatan andragogi, di mana peserta telah memiliki pengetahuan awal yang cukup tentang topik yang akan 14 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

26 dibahas. Untuk itu, peserta dianggap sebagai shareholder dan diharapkan dapat memberikan kontribusi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Sesi dimulai dengan pengenalan tentang istilah-istilah yang dipakai dalam pemetaan dan analisis data distribusi guru. Kegiatan ini dilakukan melalui tanya jawab. Peserta lain kemungkinan sudah banyak mengenal istilah-istilah yang sering digunakan dalam penataan dan analisis kebutuhan guru, namun kemungkinan masih banyak peserta lain yang belum mengenal istilah-istilah tersebut. Sesi pertama menanyakan kepada peserta: analisis apa saja yang sudah dilakukan berkaitan dengan ketersediaan dan kebutuhan guru, apakah analisis yang dilakukan selama ini membantu untuk pengambilan kebijakan? Sesi kedua, fasilitator menanyakan kepada peserta: analisis apa yang dibutuhkan untuk menganalisis kekurangan guru Sesi ketiga, fasilitator menanyakan kepada peserta: analisis apa yang dibutuhkan untuk menganalisis kelebihan guru. Pada akhir sesi, fasilitator melakukan refkeksi tentang kerangka analisis dan langkahlangkah analisis yang dapat diterapkan di masing-masing bidang, sesuai dengan kebutuhan masing-masing. Sumber dan Bahan Presentasi dalam PowerPoint Handout 2.1 Kerangka Analisis Distribusi Guru Lembar Kerja 2.1, 2.2, dan 2.3 LCD dan laptop/komputer Kertas plano, spidol, dan flipchart Bahan bacaan: Kerangka Analisis Distribusi Guru. Waktu Waktu yang digunakan dalam Unit 2 ini adalah 90 menit. UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 15

27 Ringkasan Sesi Introduction 5 menit Connection 15 Menit Application 60 menit Reflection 5 menit Extension 5 menit Fasilitator menyampaikan judul, latar belakang, dan pertanyaan kunci Unit I Reading sesion Kerangka Analisis Distribusi Guru, penjelasan, dilanjutkan dengan tanya jawab Diskusi Kelompok dibagi dalam 3 sesi, masing-masing 20 menit. Sesi 1 diskusi tentang struktur analisis Sesi 2: Alur analisis kekurangan guru, dan sesi 3: alur analisis kelebihan guru Merefleksi pencapaian tujuan Menindaklanjuti unit 2 ini dengan menelaah analisis kebutuhan guru tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten Rincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (10 menit) Fasilitator menayangkan judul sesi dan membuka dengan salam. Fasilitator memulai kegiatan dengan menyatakan bahwa pada sesi ini, peserta akan belajar memahami Kerangka analisis dan langkah-langkah analisis kebutuhan guru Fasilitator juga menayangkan latar belakang/pentingnya mempelajari kerangka analisis dan analisis kebutuhan guru. Kompetensi yang harus dikuasai peserta setelah mempelajari Unit 1 mampu menjawab pertanyaan kunci. Penayangan disertai dengan penjelasan singkat. C Connection (15 menit) Reading Session: Artikel tentang Distribusi Guru Pada langkah ini, para peserta mendapatkan kesempatan membaca artikel tentang Kerangka Analisis Distribusi Guru (Handout 2.1). Fasilitator mempersilakan peserta untuk membaca artikel itu dalam 15 menit. 16 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

28 Fasilitator mengantar materi tentang analisis kecukupan (supplay side) dan kebutuhan (demand side) guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Paparan bersifat stimulus untuk memotivasi peserta berpikir tentang kebutuhan analisis data tentang guru. Sisa waktu yang ada digunakan untuk tanya jawab tentang makna setiap rumus, peristilahan atau kata-kata yang dianggap sulit oleh peserta. A Application (60 menit) Aplikasi dibagi dalam 3 sesi, masing-masing sesi selama 20 menit, dengan pembagian topik sebagai berikut: Sesi 1: Mendiskusikan tentang struktur analisis guru, mulai dari analisis tingkat individu guru, sekolah, kecamatan, dan kebupaten/kota. Pada sesi ini peserta diajak berdikusi tentang berbagai tingkat analisis distribusi guru menurut jenjang analisis. Sesi 2: Pada sesi ini, analisis fokus pada sekolah dengan kekurangan guru. Analisis kekurangan guru dimulai dari indentifikasi sekolah yang mengalami kekurangan guru, analisis tentang besar siswa di sekolah, dilanjutkan dengan analisis jarak antar sekolah, dan analisis kepadatan penduduk di wilayah di mana sekolah berada. Sesi 3: Pada sesi ini, analisis fokus pada sekolah yang mengalami kelebihan guru. Peserta diajak berdiskusi, apakah pada sekolah yang mengalami kelebihan guru, secara otomatis harus dipindahkan ke sekolah lain. Peserta diajak untuk menelaah langkah-langkah analisis kelebihan guru sebagai berikut: Setelah mengidentifikasi sekolah yang kelebihan guru, analisis dilanjutkan dengan apakah jumlah siswa di sekolah tersebut telah sesuai dengan SPM, juga diajak apakah di kabupaten/kota tersebut target APK/APM sudah terpenuhi. UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 17

29 Analisis kecukupan dan kebutuhan guru menurut jenjang unit analisis dapat disajikan dalam diagram berikut: o Jumlah sekolah di kecamatan o APK/APM Kec o Proyeksi penduduk AUS 5 tahun ke depan o Kepadatan penduduk o APK/APM saat ini o Sasaran APK/APM 5 tahun ke depan (Renstra) o Pencapaian SPM/SNP Individu Guru Sekolah Kecamatan Kab/Kota o o o o o o o o o o o o o o o o Guru Mata pelajaran/ kelas Jumlah jam mengajar Jenis Kelamin Usia Kualifikasi Pendidikan Sertifikasi Sertifikat Pendidikan Status Kepegawaian Alamat tempat tinggal Jenjang Sekolah Jumlah rombel Jumlah siswa per rombel Jumlah guru mapel/kelas Jumlah mata pelajaran Lokasi sekolah Pencapaian SPM di tingkat sekolah terkait PTK Diagram 1: Unit Analisis Kecukupan dan Kebutuhan Guru Ketersediaan guru Kebutuhan guru Analisis Kebutuhan Kekurangan guru Kelebihan guru Rasio siswa thd rombel > 32 Rasio siswa thd rombel < 32 Jarak dengan sekolah lain > 6 km Jarak dengan sekolah lain < 3 km Jumlah Penduduk Usia Sekolah meningkat Jumlah Penduduk Usia Sekolah menurun Diagram 2: Kerangka Analisis Kecukupan dan Kebutuhan Guru 18 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

30 Sesi 1: Kerangka Analisis Distribusi Guru (20 menit) Fasilitator menanyakan: Apakah Dinas Pendidikan memiliki Tupoksi tentang Penataan Guru? Jika ya, apakah setingkat bidang (eselon 3) atau ada di bawahnya (dalam bentuk seksi atau bagian)? Sebutkan fungsi unit itu dalam pendataan distribusi dan penataan pemerataan guru! Serta apa yang sudah dilakukan berkaitan dengan pendataan distribusi guru Hasil diskusi dituliskan pada lembar kerja atau ditulis di komputer. Hasil diskusi ini akan dipresentasikan. Selama proses diskusi fasilitator diminta untuk mendampingi kelompok-kelompok yang bekerja. Hal ini penting agar hasil kerja kelompok berjalan dalam arah yang benar. Setelah peserta menyampaikan gagasannya, fasilitator memberikan penguatan sebagai berikut. Analisis apa yang telah dilakukan berkaitan dengan Distribusi Guru? Apakah hasil yang ada sudah sesuai dengan kebutuhan untuk implementasi Perber 5 Menteri tersebut? Apakah analisis pemetaan guru selama ini dapat mendeteksi kelebihan guru di suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya? Apakah analisis yang dilakukan selama ini dapat mendeteksi kelebihan guru justru di sekolah dengan jumlah siswa kecil atau sebaliknya kekurangan guru pada sekolah dengan jumlah siswa yang besar? Apakah analisis yang telah dilakukan mencakup kebutuhan guru sampai dengan kebutuhan untuk lima tahun ke depan (akibat dari: pertumbuhan penduduk, peningkatan APK/APM, pemenuhan standar SPM/SNP, dan penambahan rombel) pada masing-masing jenjang pendidikan Sesi 2: Kerja kelompok Analisis Distribusi Guru: Fokus pada sekolah kekurangan guru (25 menit) Fasilitator memberikan pengantar tentang analisis kekurangan guru dengan menggunakan pendekatan analisis yang mampu memberikan bahan alternatif- UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 19

31 alternatif kebijakan yang lebih spesifik. Langkah selanjutnya fasilitator memancing dengan beberapa pertanyaan untuk kebutuhan analisis distribusi guru. a. Apakah sekolah yang mengalami kekurangan guru, secara otomatis harus melakukan pengadaan guru GTT atau mengusulkan penambahan kuota pada dinas pendidikan untuk pengangkatan PNS baru b. Analisis bagimana yang dibutuhkan untuk mendapatkan alternatif kebijakan yang tepat, selain pengadaan guru baru? c. Faktor-faktor (variabel) apa yang perlu dipertimbangan dalam analisis kekurangan guru? d. Analisis bagimana yang dibutuhkan agar menghasilkan alternatif-alternatif kebijakan yang tepat, sesusi dengan kebutuhan nyata di lapangan? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut, perserta diharapkan melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing, dengan topik analisis kekurangan guru yang terjadi di beberapa sekolah. Handout untuk diskusi disiapkan pada Lembar Kerja 2.1. Selama kelompok-kelompok ini berdiskusi, fasilitator berkeliling membantu kelompok agar berhasil merumuskan tugas tersebut. Sesi 3: Kerja kelompok Analisis Distribusi Guru: Fokus pada Sekolah Kelebihan Guru (25 menit) Fasilitator memberikan pengantar tentang analisis kelebihan guru dengan menggunakan pendekatan analisis yang mampu memberikan alternatif kebijakan yang lebih spesifik. Langkah selanjutnya fasilitator memancing dengan beberapa pertanyaan untuk analisis distribusi guru khusus bagi sekolah yang kelebihan guru. a. Apakah sekolah yang mengalami kelebihan guru, secara otomatis harus melakukan pendistribusian guru ke sekolah lain dalam satu kecamatan, antar kecamatan, bahkan antar kabupaten/kota? b. Analisis bagimana yang dibutuhkan untuk mendapatkan alternatif kebijakan yang tepat, selain pemindahan guru? c. Faktor-faktor (variabel) apa yang perlu dipertimbangan dalam analisis kelebihan guru? d. Analisis bagaimana yang dibutuhkan agar menghasilkan alternatif-alternatif kebijakan yang tepat untuk mengatasi kelebihan guru? 20 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

32 Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut, peserta diharapkan melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing, dengan topik analisis kekurangan guru yang terjadi di beberapa sekolah (Lembar Kerja 2.2) Presentasi dan tanya jawab (5 menit) Pada langkah ini fasilitator menugaskan salah satu kelompok (boleh dipilih acak atau dipilih dari hasil kerja kelompok yang dianggap terbaik) untuk dipresentasikan. Presentasi selama 5 menit dilanjutkan dengan 10 menit tanya jawab. Pada proses tanya jawab ini fasilitator diminta untuk membantu agar proses diskusi terarah sesuai dengan topiknya. R Reflection (5 menit) (1) Tanyakan kepada peserta apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (2) Berikan kesempatan kepada peserta untuk menuliskan hasil diskusi. E Extention (5 menit) (1) Semua peserta menindaklanjuti Unit 2 ini dengan menelaah analisis apa yang telah dilakukan dan analisis baru apa yang perlu dilakukan. (2) Daerah perlu mengembangkan kreativitas untuk menganalisis kecukupan dan kebutuhan guru. Pesan Utama Pengembangan kapasitas ini akan lebih bermanfaat apabila peserta menindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan pemetaan ketersediaan dan kebutuhan di kabupaten/kota. Pemetaan dilanjutkan dengan analisis data untuk mengetahui kekurangan kelebihan guru di sekolah mana dan untuk mata pelajaran apa. UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 21

33 Handout 2.1 MODUL KERANGKA ANALISIS DISTRIBUSI GURU I. PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui bahwa ketersediaan guru di Indonesia saat ini tergolong mewah dengan rasio siswa guru jenjang SD 16:1 dan jenjang SMP sebesar 14:1. Jumlah guru yang dianggap mewah ini belum menjamin bahwa semua sekolah memiliki guru yang cukup. Hasil analisis DBE di beberapa kabupaten/kota menunjukkan bahwa banyak sekolah dengan jumlah siswa di bawah SPM, tetapi jumlah gurunya lebih dari SPM. Di sisi lain beberapa sekolah mengalami kekurangan guru. Hasil analisis layanan pendidikan di Kota Cimahi tahun 2013 menunjukkan bahwa pada jenjang SD kekurangan guru kelas, sementara guru bidang studi agama dan olahraga kelebihan guru. Demikian juga di jenjang SMP terdapat sejumlah mata pelajaran kelebihan guru, tetapi mata pelajaran lain kekeurangan guru. Beberapa masalah dalam distribusi guru diantaranya adalah: 1) kurang berfungsinya pengelolaan sumberdaya pendidik pada tingkat kabupaten/kota; 2) selama ini, pangkal administrasi guru ada di sekolah, sehingga jika sekolah kekurangan 4 jam pelajaran, maka sekolah menganggap kekurangan satu guru; 3) sekolah hanya melaporkan tentang kekurangan guru, jika ada kelebihan guru, sekolah tidak melaporkan; dan 4) tidak ada kebijakan disinsentif bagi sekolah yang kelebihan guru. Lahirnya Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Dalam Negeri, Menteri Keuangan, dan Menteri Agama tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil merupakan respon yang tepat terhadap penataan distribusi guru yang selama ini sulit dilakukan, terutama antar kabupaten dalam provinsi dan distribusi guru antar kabupaten/kota antar provinsi. Melalui peraturan lima menteri ini, memerintahkan kepada Kementerian, Pemerintah Provinsi dan kabupaten/kota, serta satuan pendidikan untuk melakukan analisis dan pemetaan guru yang ada di lingkup kebijakan masing-masing. Dari laporan sementara, tampak bahwa analisis pemetaan yang digunakan oleh satuan pendidikan dan kabupaten/kota belum mencerminkan analisis yang komprehensif. Kabupaten/kota hanya melakukan analisis agregat dari satuan pendidikan dan analisisnya hanya satu dimensi, sehingga yang tampak adalah berapa sekolah yang kelebihan dan berapa sekolah yang kekurangan guru. Analisis yang 22 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

34 sedikit lebih lengkap, seperti tabulasi silang antar dua atau lebih faktor belum dilakukan, padahal melalui analisis ini informasi tentang peta guru akan lebih lengkap, terutama untuk penataan distrubusi guru yang berkedilan. Tujuan Setelah mempelajari modul ini, peserta diharapkan dapat: Mengenal kerangka analisis distribusi guru secara mendalam Menyusun rancangan analysis ketersediaan dan kebutuhan guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan dan kabupaten/kota Menyusun peta distribusi guru menurut jenjang pendidikan dan mata pelajaran pada masing-masing jenjang Menyusun proyeksi ketersediaan dan kebutuhan guru lima tahun ke depan II. KERANGKA ANALISIS KEBUTUHAN DAN KECUKUPAN GURU 1. Ketersediaan dan Kebutuhan Guru Saat ini Langkah-langkah analisis kebutuhan guru SD/MI meliputi sebagai berikut: a. Kebutuhan Guru Kelas Data yang dibutuhkan Rumus yang digunakan Penyajian/Laporan Hasil Analisis b. Kebutuhan Guru mata pelajaran Agama dan Penjaskes Data yang dibutuhkan Rumus yang digunakan Penyajian/Laporan Hasil Analisis 2. Kebutuhan guru saat ini Kekurangan/kelebihan guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan (antar satuan pendidikan dalam kecamatan), dan kabupaten/kota (antar kecamatan dan kewilayahan), berdasarkan standar: o Rasio rombel terhadap guru kelas o Beban mengajar guru minimal 24 jam/ minggu bagi guru mata pelajaran Peningkatan mutu layanan pendidikan o Team teaching, kelas layanan khusus o Guru inti (master teacher) 3. Ketersediaan Kebutuhan guru 5 tahun ke depan Penambahan rombongan belajar, sebagai akibat dari: UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 23

35 o Peningkatan pemenuhan angka partisipasi (APK/APM) o Penyesuaian dengan Standar (SPM dsan SNP) Pengurangan guru sebagai akibat dari: o Guru memasuki masa pensiun o Guru yang dipromosikan ke jabatan non guru (kepala sekolah dan pengawas) Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang ketersediaan dan kebutuhan guru saat ini di tingkat sekolah, kecamatan, dan kabupaten/kota. Oleh karena gambaran tersebut akan menjadi dasar bagi langkah perencanaan penataan dan pemerataan guru, termasuk penetapan kebijkan dan implemnetasi kebijakan yang terintegrasi dengan perencanaan daerah. Kerangka Analisis Distribusi Guru Di mana kedudukan analisis distribusi guru dalam analisis layanan pendidikan kabupaten/kota? Pertanyaan ini penting diajukan, karena sesusungguhnya dinas pendidikan telah punya analisis layanan pendidikan tingkat kabupaten/kota. Walaupun kedalaman analisis antarkebupaten/kota sangat bervariasi. Analisis distribusi guru merupakan bagaian dari analisis layanan pendidikan kabupaten/kota. Untuk itu: Kecenderungan/tren setiap indikator pada tiga tahun terakhir. Perbandingan antar antara ketersediaan dan kebutuhan guru berdasarkan indikator SNP, SPM, atau indikator lain yang relevan. Perhatikan pada kelompok sasaran khusus, seperti sekolah dengan kekurangan guru, sekolah dengan kelebihan guru, mata pelajaran yang kelebihan guru, dan mata pelajaran yang kekurangan guru. Keterkaitan antara satu kondisi (variabel) dengan kondisi lainnya. Ini dilakukan dengan cara tabulasi silang antar dua variabel atau dengan cara membuat diagram pencar (scatterplot). Tingkat Analisis Distribusi Guru Analisis distribusi guru dilakukan secara berjenjang menurut individu guru, sekolah, kecamatan, dan kabupaten/kota. Walaupun untuk kepentingan penataan dan pemetaan guru analisis berikutnya dapat dilanjutkan pada tingkat provinsi. Individu guru Sekolah Kecamatan Kabupaten/Kota 24 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

36 o Jumlah sekolah o APK/APM Kec o Proyeksi penduduk AUS 5 tahun ke depan o Kepadatan penduduk o APK/APM saat ini o Sasaran APK/APM 5 tahun ke depan (Renstra) o Pencapaian SPM/SNP Individu Guru Sekolah Kecamat Kab/Kota o Guru Mata pelajaran/ kelas o Jumlah jam mengajar o Jenis Kelamin o Kualifikasi Pendidikan o Sertifikat Pendidikan o Usia o Status Kepegawaian o Jenjang Sekolah o Jumlah rombel o Jumlah siswa per rombel o Jumlah guru mapel/kelas o Jumlah mata pelajaran o Lokasi sekolah o Pencapaian SPM di tingkat sekolah Struktur/Alur Analisis Alur analisis distribusi guru difokuskan pada dua kondisi nyata di lapangan, yaitu sekolah dengan kekurangan guru dan sekolah dengan kelebihan guru. Kedua kondisi tersebut menjadi fokus anlisis yang akan digunakan sebagai dasar dalam penetaan dan pemetaan guru. Alur Analisis sekolah kekurangan Guru Kekurangan guru selama ini telah menjadi masalah yang menjadi perhatian sekolah dan dinas pendidikan kabupaten/kota. Pemecahan yang digunakan selalu dengan menggunakan langsung, yaitu mengangkat guru baru, baik guru tidak tetap atau melalui pengusulan penambahan kuota PNS baru. Apakah penanganan kekurangan guru harus selalu dengan penambahan guru baru? Analisis berikut memberikan alternatif pilihan dalam pemenuhan kekurangan guru di sekolah. Sebagai gambaran, dari sekolah yang kekurangan guru, perlu menambahkan analisis terhadap sebagai berikut: Rasio siswa terhadap rombel, apakah sekolah tersebut sekolah tergolong sekolah dengan julah siswa kecil atau sekolah besar UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 25

37 Jika sekolah tersebut tergolong sekolah kecil, apakah langkah berikutnya adalah apakah jarak dengan sekolah lainnya berdekatan (terngkau dengan jalan kali tidak lebih dari 3 km) atau lebih dari 3 km. Selain itu, perlu dilihat apakah daerah tersebut memiliki tingkat pertumbuhan penduduk cenderung meningkat atau cenderung menurun (banyak penduduk migrasi). Atau analisis lainnya yang dipandang perlu di masing-masing kabupaten/kota, termasuk pemekaran daerah atau pemukiman baru Alur analisis tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: JENJANG SD/MI Ketersediaan guru Kebutuhan guru Analisis Kebutuhan Kekurangan guru Kelebihan guru Jumlah siswa disekolah >96 Jumlah siswa di sekolah < 96 Jarak dengan sekolah lain > 3 km Jarak dengan sekolah lain < 3 km Jumlah Penduduk Usia Sekolah meningkat Jumlah Penduduk Usia Sekolah menurun Catatan: sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 96 orang menunjukkan bahwa sekolah tersebut berkategori sekolah kecil (SPM jenjang SD) 26 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

38 JENJANG SMP/MTS Ketersediaan guru Kebutuhan guru Analisis Kebutuhan Kekurangan guru Kelebihan guru Jumlah siswa disekolah >108 Jumlah siswa di sekolah < 108 Jarak dengan sekolah lain > 6 km Jarak dengan sekolah lain < 6 km Jumlah Penduduk Usia Sekolah meningkat Jumlah Penduduk Usia Sekolah menurun Contoh alur analisis di atas hanya salah satu dari sekian banyak kemungkinan yang bisa terjadi dalam melakukan analisis kecukupan guru. Misalkan, jika kita ingin menganalisis kelebihan guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran. Maka alur yang digunakan hampir sama, hanya untuk pendalaman analisis yang berbeda. Alur Analisis sekolah kelebihan Guru Mengapa kelebihan guru menjadi masalah dalam distribusi guru saat ini? Banyak beranggapan bahwa kelebihan guru dapat meningkatkan mutu pelajaran, karena siswa yang dikelola lebih sedikit, sehingga pengelolaan menjadi lebih efektif. Dari berbagai data menunjukkan bahwa banyak sekolah dengan rasio siswa-guru yang sangat kecil, bahkan kurang dari setengah standar SPM, ternyata sekolah itu mutunya releatif rendah dibandingkan dengan sekolah dengan rasio siswa-guru lebih besar. Apakah kelebihan guru harus selalu dipindahkan ke sekolah lain yang mengalami kekurangan guru? Jawabannya bisa ya bisa tidak, mengapa? UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 27

39 Dalam jangka pendek, kelebihan guru sebagian harus didistribusikan ke sekolah lain yang mengalami kekurangan guru, tetapi dalam jangka penjang kelebihan guru tidak selalu harus didistribusikan ke sekolah lain, baik dalam kecamatan, antar kecamatan, dan antar kabupaten/kota. Analisis berikut memberikan alternative-alternatif pilihan dalam penanganan kelebihan guru di sekolah. Sebagai gambaran, dari sekolah yang kelebihan guru, perlu menambahkan analisis sebagai berikut: Rasiso siswa terhadap rombel, apakah sekolah tersebut sekolah tergolong sekolah dengan jumlah siswa kecil atau sekolah besar Jika sekolah tersebut tergolong sekolah besar, langkah berikutnya adalah apakah sekolah tersebut telah memenuhi SPM? Selain itu, perlu dilihat apakah daerah tersebut telah memenuhi target pencapaian APK/APM sesuai dengan target Renstra dinas pendidikan kabupaten/kota. JENJANG SD/MI Ketersediaan guru Kebutuhan guru Analisis Kebutuhan Kekurangan guru Kelebihan guru Rasio siswa thd guru/sekolah < 96 Rasio siswa thd guru/sekolah > 96 SPM rasio siswa rombel telah terpenuhi SPM rasio siswa rombel belum terpenuhi APK/APM telah memenuhi target Resntra APK/APM belum memenuhi target Renstra 28 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

40 JENJANG SMP/MTS Ketersediaan guru Kebutuhan guru Analisis Kebutuhan Kekurangan guru Mapel jumlah siswa di sekolah < 108 Kelebihan guru Mapel Jumlah siswa di sekolah > 108 SPM rasio siswa rombel telah terpenuhi SPM rasio siswa rombel belum terpenuhi APK/APM telah memenuhi target Resntra APK/APM belum memenuhi target Renstra Alur analisis di atas khusus untuk menganalisi kelebihan guru, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran. Hal ini penting dilakukan, karena masalah yang lebih banyak terjadi pada tingkat kabupaten/kota adalah kelebihan guru. Bagaimana memanfaatkan kelebihan guru agar mutu pendidikan menjadi lebih baik? Promosi jadi pengawas Kepala sekolah Fasilitator daerah (guru inti) Contoh rumus yang digunakan Kebutuhan Guru Kelas UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 29

41 Jenjang SMP Jumlah Rombel ideal Jumlah Jam tersedia (jt)menggunakan rumus sebagai berikut: Kebutuhan guru (kg)dihitung melalui rumus 30 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

42 Kebutuhan Guru pada jenjang SMA Kebutuhan Guru BK UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 31

43 Lembar Kerja Peserta 2.1 Jika sebagian besar sekolah pada jenjang SD/MI kekurangan guru kelas, di sisi lain kelebihan guru agama dan guru olah raga. 1. Rasio guru kelas terhadap rombongan belajar sebesar 0,80 2. Rasio siswa terhadap rombongan belajar sebesar Rata-rata jam mengajar guru agama 12 jam 4. Rata-rata jam mengajar guru olah raga sebesar 15 jam Analisis apa yang diperlukan agar dapat memberikan alternatif kebijakan yang tepat pada masing-masing data di atas? Langkah 1. Rasio guru kelas terhadap rombongan belajar sebesar 0,80 Langkah analisis berikutnya: a)... b)... c)... Langkah 2. Rasio siswa terhadap rombongan belajar sebesar 21 Langkah analisis berikutnya: a)... b)... c)... Langkah 3. Rata-rata jam mengajar guru agama 12 jam Langkah analisis berikutnya: a)... b)... c)... Langkah 4. Rasio siswa terhadap rombongan belajar sebesar 21 Langkah analisis berikutnya: a)... b)... c) UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

44 Lembar Kerja Peserta 2.2 Jika sebagain besar sekolah pada jenjang SMP/MTs kelebihan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan IPS, analisis apa yang diperlukan agar dapat memberikan alternatif kebijakan yang tepat? 1. Rata-rata jumlah jam mengajar guru Bahsa Indonesia sebesar 18 jam perminggu 2. Rata-rata jumlah jam mengajar guru IPS sebesar 21 jam per minggu Dari data tersebut, analisis apa yang perlu dilakukan untuk memperoleh alternatifalternatif kebijakan UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 33

45 PRESENTASI UNIT 2 34 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

46 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 35

47 36 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

48 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru 37

49 38 UNIT 2: Kerangka Analisis Distribusi Guru

50 PENYAMAAN PERSEPSI UNIT 3 PENGENALAN SOFTWARE DAN PENYIAPAN DATA UNIT 1: Mengenal USAID PRIORITAS dan Tujuan Penataan dan Pemerataan Guru 1

51 PENYAMAAN PERSEPSI 40 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

52 UNIT 3 PENGENALAN SOFTWARE DAN PENYIAPAN DATA - Waktu: 3 jam dan 15 menit (195 menit) Pengantar Analisis data oleh Dinas Pendidikan selama ini masih sering dilakukan secara manual. Ini yang menyebabkan proses analisis dianggap rumit dan memerlukan skill ICT yang tinggi. Berbagai software yang dapat digunakan untuk analisis sudah dikembangkan, dari Microsoft Excel sampai SPSS. Tetapi seringkali pengolahan dengan berbagai software inipun masih memerlukan langkah-langkah manual untuk pengumpulan, entri data, desain analisis, dan juga penyajiannya. Sementara itu sistem informasi Pendidikan yang dikembangkan berbagai lembaga seringkali didesain terlalu kaku untuk pemenuhan kebutuhan masing-masing lembaga, tanpa mempertimbangkan kemungkinan penggunaan bagi institusi dan lembaga lain yang menjadi sumber atau mendukung pengumpulan data itu sendiri seperti pihak sekolah, dinas pendidikan kabupaten/kota ataupun dinas Pendidikan provinsi. USAID PRIORITAS, melanjutkan pendekatan dari USAID DBE 1 telah mengembangkan software sederhana untuk membantu Sekolah, Dinas Pendidikan baik Kabupaten/Kota ataupun Provinsi yang belum mengembangkan sistem tersendiri untuk membantu melakukan analisis. Software tersebut adalah SIMPK yang sumber datanya berbasis pada DAPODIK (SIMPK- DAPODIK). Software ini menggunakan Microsoft Office sebagai platform dasar, dengan Microsoft Access sebagai basis datanya, dan Microsoft Excel sebagai alat analisis terutama fitur Pivot-Table dan PivotChart. Dalam unit ini kita akan memperkenalkan software ini kepada peserta, dan memberikan kesempatan bagi peserta mempraktikan penggunaan software ini Akan tetapi sebaik-baik sistem analisis ataupun pendataan, mutu sumber data adalah kunci utama keberhasilan analisis. Oleh karena itu dalam tahap ini juga dilakukan reviu dari pendampingan antara tahap Sosialisasi dan Workshop 1 (analisis data), dimana data terakhir terkumpul akan dilihat dan direview untuk melihat berapa persen cakupan dari data terhadap keadaan riil yang telah diketahui sebelumnya. Tetapi dalam reviu ini pula akan ditekankan kembali kepada peserta, bahwa tujuan akhir dari reviu adalah bukan pada data yang lengkap 100% dan akurat 100%, akan tetapi lebih untuk melihat karakteristik dari data yang sudah terekam. UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 41

53 PENYAMAAN PERSEPSI Tujuan Tujuan dari unit ini adalah: 1. Memperkenalkan software SIMPK-DAPODIK 2. Mengajarkan penggunaan SIMPK-DAPODIK dalam: a. Pengumpulan dan impor data b. Verifikasi data c. Menghasilkan output data dan melakukan analisis pada output tersebut 3. Menggunakan PivotTable dan PivotChart a. Membuat PivotTable b. Menampilkan klasifikasi baris/kolom sederhana c. Melakukan filtrasi data d. Menampilkan nilai sum/count/average 4. Reviu Data yang akan digunakan dalam analisis Pertanyaan Kunci 1. Apakah fungsi, fitur, dan peran SIMPK-DAPODIK dalam analisis penataan dan pemerataan guru? 2. Bagaimanakah langkah-langkah untuk: a. Pengumpulan data b. Impor Data c. Menghasilkan output 3. Bagaimana langkah-langkah dasar untuk membuat dan mengolah Pivot Table dan Pivot Chart? 4. Bagaimanakah kelengkapan dan akurasi data dari Sistem Pendataan Dikdas (DAPODIK)? 42 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

54 Petunjuk Umum Pada dasarnya unit ini dibagi menjadi dua bagian: (i) pengenalan software; (ii) riviu data. Tetapi kegiatan ini digabung menjadi satu unit mengingat perlunya fleksibilitas penyelenggaraan unit ini dikarenakan beberapa kondisi: a. Kesiapan data DAPODIK: sebelum atau pada saat acara WS #1 b. Besar data DAPODIK keseluruhan Dua kondisi di atas akan menentukan dalam praktik impor dan penyiapan data apakah akan menggunakan seluruh data atau data sampel, menggunakan data riil masing-masing kabupaten/kota atau menggunakan data kabupaten/kota yang lain. Bila kita akan melakukan impor seluruh sekolah, maka proses reviu seyogyanya dilakukan setelah praktik impor dan generate data selesai dilakukan. Bila kita akan melakukan impor sebagian, atau menggunakan kabupaten lain dan data lengkap telah disediakan sebelumnya, maka reviu data seyogyanya dilakukan sebelum proses impor, karena akan memberikan ruang lebih banyak untuk diskusi perbaikan/pelengkapan data. Sumber dan Bahan 1. Paparan I: Pengenalan Software, dan Pengingat mengenai Peran dan Fungsi Data 2. Sumber data sekunder untuk: a. Jumlah Sekolah menurut status b. Jumlah Guru menurut status kepegawaian c. Jumlah Murid 3. Notebook + LCD/Proyektor + Sound System Waktu Penyelenggaraan sesi ini adalah selama 3 jam dan 15 menit, dibagi menjadi dua kelompok waktu: Bagian I: Pengenalan Software akan memakan waktu 90 menit Bagian II: Reviu data akan memakan waktu 105 menit UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 43

55 PENYAMAAN PERSEPSI Ringkasan Sesi Introduction (5 menit) Connection (20 menit) Application 135 menit Reflection (20 menit) Extension (15 menit) Fasilitator akan memaparkan tujuan, pertanyaan kunci dan tahapan kegiatan, untuk kedua bagian. Fasilitator memaparkan peran dan fungsi SIMPK DAPODIK, mengupas lagi praktik analisis yang baik, dan gambaran umum penggunaan SIMPK DAPODIK Peserta melakukan praktik: Impor, Generate, dan Pivot Table Dasar dibawah panduan fasilitator Fasilitator membantu peserta merefleksikan kemampuan peserta dalam menggunaan SIMPK Fasilitator kemudian merefleksikan kondisi kelengkapan data yang ada saat itu, dan apa yang mungkin dilakukan untuk memperbaiki kelengkapan data Peserta merumuskan langkah-langkah perbaikan data yang mungkin dilakukan, atau menyusun karakteristik dari data yang terkumpul untuk menjadi pertimbangan dalam analisis ke depan. Bila ada proses validasi, verifikasi atau update data, maka Peserta membuat kesepakatan untuk pembagian tugas dan penjadwalan untuk dibawa di RTL. Rincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (5 menit) Fasilitator membuka kegiatan unit ini dengan mengucapkan salam, dan menanyangkan Paparan. Sebelum memulai paparan, secara ringkat Fasilitator menerangkan latar belakang, tujuan, dan pertanyaan kunci unit ini, dan ditutup dengan tahapan kegiatan unit ini, sesuai dengan adaptasi dari kondisi yang diangkat di bagian Petunjuk Umum. 44 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

56 C Connection (20 menit) Fasilitator menayangkan fungsi SIMPK-DAPODIK, manfaat tujuan dan langkah-langkah umum penggunaannya. Dalam sesi ini dilakukan sedikit pengulangan mengenai praktik yang baik bagi analisis untuk pengambilan kebijakan. Pengulangan ini untuk memberikan paparan kepada peserta yang mungkin tidak terlibat dalam sosialisasi, atau penekanan bagi yang sudah terlibat. A Application (135 menit) Kegiatan ini dilakukan secara berkelompok, satu kabupaten/kota satu kelompok. Bila dimungkinkan ada fasilitator pendamping untuk setiap kelompok, tetapi bila kurang maksimal satu pendamping untuk dua kelompok. Peserta melakukan praktik impor data, untuk kemudian melakukan generate data. Bila proses ini untuk keseluruhan sekolah dianggap cukup lama, bisa menggunakan sebagian tertentu data (satu-dua kecamatan) Tetapi sebelum acara dimulai, fasilitator telah menyiapkan output/generate untuk masing-masing kelompok dengan data yang sesuai. Setelah proses impor selesai, dilakukan reviu data ringan untuk membandingkan data yang diimpor dengan data terekam dalam SIMPK-DAPODIK. Setelah teryakinkan tidak ada anomali dalam impor, maka peserta kemudian melakukan generate output. Bila peserta mengimpor seluruh data, maka hasil generate output dapat langsung digunakan untuk berlatih, bila tidak, maka fasilitator akan memberikan hasil SIMPK- DAPODIK yang sudah berisi data, dan hasil generate output untuk masing-masing kelompok. Tahap akhir dari proses aplikasi adalah pengenalan mengenai PivotTable dan PivotChart. Fasilitator utama memaparkan bagian terakhir dari Paparan yang berisi 5 soal pivottable dan pivotchart. Dengan runut dan sabar fasilitator akan memperkenalkan kepada peserta apa yang dimaksud dengan Pivot Table, bagaimana menampilkan data dan pengelompokan data. Setelah ini selesai, kita akan masuk ke tahap berikutnya, yaitu refleksi. Dimana salah satu hal yang direfleksikan adalah bagaimana kelengkapan data yang ada. UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 45

57 PENYAMAAN PERSEPSI R Reflection (20 menit) Fasilitator mengajak peserta untuk merefleksikan dua hal: a. Kemampuan peserta mengoperasikan SIMPK-DAPODIK, apakah peserta mampu mengoperasikan software dan output SIMPK-DAPODIK (mandiri/tanpa bimbingan fasilitator) b. Bagaimana kondisi data yang tersedia, apakah data yang terekam sudah memadai (cukup). Bila verifikasi/pelengkapan data kecil masih memungkinkan, peserta diminta untuk mempertimbangkan bagaimana melakukan hal ini secara efektif/seefisien mungkin. Fasilitator harus mampu memberikan kepercayaan diri kepada peserta bahwa data yang ada sudah memadai dan bisa dimulai melakukan analisis. Adapun bila ada update data, analisis dapat di-refresh dengan menggunakan data yang baru tanpa adanya pengulangan. Itupun, yang sering terjadi, tidak ada perubahan besar/signifikan dari hasil analisis. E Extention (15 menit) Dari hasil refleksi, fasilitator mengambil kesimpulan apakah yang akan dilakukan peserta dalam waktu Extention yang tersedia: 1. Melakukan pengulangan/pendalaman proses SIMPK-DAPODIK 2. Melakukan pelengkapan/verifikasi data ringan 3. Melakukan analisis data ringan Selain itu, Fasilitator harus mengajak peserta untuk mau secara mandiri melakukan proses impor dan generate, serta melakukan analisis dengan pivoting dasar. Bila diperlukan verifikasi/pelengkapan data yang cukup besar, dalam tahap ini fasilitator harus mencatatnya untuk kemudian mengangkat kembali isu ini dalam Rencana Tindak Lanjut Fasilitator menutup acara dengan mengajak peserta untuk melakukan analisis yang lebih komplek dan mendalam yang akan dilakukan di Unit 3. Pesan Utama Penggunaan data penting untuk kesempurnaan data. Proses analisis dapat dilakukan oleh semua orang, dengan bantuan SIMPK-DAPODIK dan juga PivotTable dan PivotChart. Makin sering data digunakan maka makin banyak perbaikan data dapat dilakukan, makin sering melakukan analisis maka kemampuan analisis dan olah data peserta juga akan semakin baik. 46 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

58 PRESENTASI UNIT 3 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 47

59 PENYAMAAN PERSEPSI 48 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

60 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 49

61 PENYAMAAN PERSEPSI 50 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

62 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 51

63 PENYAMAAN PERSEPSI 52 UNIT 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data

64 UNIT 4 ANALISIS DATA UNIT 4: Analisis Data 53

65 54 UNIT 4: Analisis Data

66 UNIT 4 ANALISIS DATA - Waktu: 7 jam (420 menit) Pengantar Dalam unit ini peserta akan melakukan praktik dari analisis data. Unit ini akan melakukan analisis berdasarkan kerangka analisis yang telah diulas di Unit 1 WS#1. Analisis dimulai pada tahap yang paling sederhana seperti jumlah sekolah, jumlah siswa, dan juga jumlah anak usia sekolah menurut wilayah. Semua output yang akan dilakukan dalam Unit ini sebetulnya sudah dapat dihasilkan oleh SIMPK-DAPODIK. Akan tetapi dalam unit ini output pivoting yang dihasilkan tidak akan digunakan karena peserta akan melakukan penghitungan secara manual. Hal ini dilakukan agar: a. Peserta memahami Indikator-indikator yang digunakan b. Peserta mampu mengubah indikator tersebut menjadi rumus-penghitungan c. Peserta mampu mengembangkan analisis secara mandiri. Selain itu dalam unit ini peserta akan merekam/mencatat nilai-nilai indikator dalam analisis untuk diangkat sebagai kandidat isu strategis. Analisis dilakukan dengan langkah-langkah yang hampir selalu sama. Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung indikator untuk tingkat Kabupaten/Kota 2. Menghitung indikator pada jenjang yang lebih rendah (Kecamatan, Desa/Kelurahan, Sekolah) 3. Membandingkan dengan atribut sekolah (Negeri/Swasta, Perkotaan/Pedesaan/ Terpencil, Tingkat Kemiskinan) 4. Melakukan tabulasi silang dengan indikator lain 5. Membuat kesimpulan Setelah penyusunan kesimpulan, peserta diminta merekam hasil ini dalam lembar kerja untuk kemudian digunakan dalam diskusi di unit berikut yaitu identifikasi isu strategis. UNIT 4: Analisis Data 55

67 Tujuan Tujuan dari unit ini adalah menyelesaikan penyiapan tabel-tabel analisis, membaca tabel tersebut dan menyiapkan simpulan bagi masing-masing indikator bila memang ditemukan kesenjangan antara kinerja Kabupaten/Kota atau Sekolah dengan standar yang digunakan. Analisis, pembacaan dan simpulan ini akan direkam dalam Lembar Kerja untuk memudahkan pengelolaan, kerunutan, analisis, dan juga penyusunan narasi Kerangka analisis dan indikator yang digunakan dalam unit ini mengacu pada Unit 1 WS#1. Hasil dari unit ini adalah daftar kesenjangan indikator kinerja penataan dan pemerataan guru untuk kemudian didiskusikan lebih lanjut di unit 4. Selain penghitungan di atas, unit ini juga bertujuan mengembangkan lebih lanjut kemampuan Pivoting dari peserta, sehingga diharapkan peserta mempunyai kapasitas untuk mengembangkan analisis lebih lanjut, melakukan analisis mandiri dan menggunakan kapasitas Pivoting peserta untuk melakukan analisis bagi data-data lain yang dimiliki. Pertanyaan Kunci Pertanyaan Kunci dari Unit ini adalah: 1. Indikator kinerja apa sajakah dari daftar indikator penataan dan pemerataan guru yang memiliki kesenjangan dengan standar yang ada? a. Sebarapa jauh kesenjangan tersebut? b. Bagaimana bila dibandingkan kinerja kabupaten/kota lain? c. Apakah kesenjangan tersebut mencakup semua wilayah atau hanya kecamatan/desa/ kelurahan tertentu? d. Apakah kesenjangan tersebut merata, atau ada kriteria wilayah atau atribut tertentu dari sekolah? e. Apakah ada keterkaitan kesenjangan ini dengan indikator lain? 2. Bagaimanakah cara untuk melakukan penghitungan masing-masing indikator dan melakukan penyajiannya dalam bentuk PivotTable, dan PivotChart. 56 UNIT 4: Analisis Data

68 Petunjuk Umum Unit ini adalah unit yang cukup panjang. Dikerjakan dalam kelompok masing-masing kabupaten/kota. Mayoritas waktu dalam unit ini dihabiskan dalam tahap Application, terutama dalam praktik. Praktik dilakukan dalam dua tahap, yaitu: 1. Praktik penghitungan, penyiapan dan analisis indikator Praktik ini adalah praktik analisis Pivoting. Disini peserta diminta untuk melakukan pivoting untuk masing-masing indikator bila memungkinkan, atau sebagian indikator bila waktu terbatas atau kemampuan peserta tidak memungkinkan untuk itu. Hampir semua output sebetulnya bisa dikomputasikan dan disiapkan oleh Software SIMPK-DAPODIK. Tetapi untuk pelatihan ini pivoting yang dihasilkan belum diberikan kepada peserta untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam melakukan analisis dan Pivoting. 2. Paparan/Kunjung Karya dari indikator yang mengalami kesenjangan dan menjadi kandidat isu strategis Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan kesempatan diskusi antar kelompok, sehingga peserta dapat melakukan pembandingan kinerja layanan antar kabupaten/kota. Karena pembandingan dengan kinerja kabupaten/kota yang lain merupakan salah satu langkah dalam analisis. Bila diputuskan untuk melakukan kunjung karya, maka peserta tidak menggunakan lembar kerja tapi flip-chart. Bila diputuskan untuk paparan, maka peserta menggunakan lembar kerja untuk kemudian dipindahkan ke dalam Powerpoint. Sumber dan Bahan 1. Paparan Unit 3: Pengenalan Software dan Penyiapan Data 2. Paparan Unit 4: Analisis Data 3. Lembar Kerja untuk Analisis dan Penentuan Isu Strategis 4. Notebook + LCD/Proyektor + Sound System + Flip Chart UNIT 4: Analisis Data 57

69 Waktu Unit ini idealnya menggunakan waktu selama 7 jam (420 menit). Tetapi bisa disesuaikan terutama bila kapasitas ICT peserta dianggap belum memenuhi untuk pembelajaran PivotTable dan PivotChart, sehingga bisa langsung ke pembacaanya saja. Ringkasan Sesi Introduction (5 menit) Connection (30 menit) Application (360 menit) Reflection (15 menit) Extension (10 menit) Fasilitator akan memaparkan tujuan, pertanyaan kunci dan tahapan kegiatan, untuk kedua bagian. Fasilitator memaparkan cara tahaptahap analisis, rasionalitas tahap tersebut. Fasilitator memaparkan ulang kerangka analisis. Peserta menghitung indikatorindikator yang ditampilkan satu persatu. Hasil analisis diisikan ke lembar kerja untuk kemudian dipaparkan atau kunjung karya Peserta melakukan refleksi dari pengalaman melakukan penghitungan dan analisis, untuk melihat pemahaman mereka dan penguatan apa yang diperlukan, serta analisis apa yang perlu diperdalam Fasilitator mendisuksikan dengan peserta mengenai analisis lanjut, atau pendalaman untuk penghitungan analisis, serta membaca lebih detail kerangka analisis. Dan menekankan perlunya kegiatan mandiri untuk itu. 58 UNIT 4: Analisis Data

70 Rincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (5 menit) Fasilitator membuka kegiatan unit ini dengan mengucapkan salam, dan menayangkan Paparan. Sebelum memulai paparan, secara ringkas Fasilitator menerangkan latar belakang, tujuan, dan pertanyaan kunci unit ini, dan ditutup dengan tahapan kegiatan unit ini. Jelaskan kepada peserta bahwa unit inilah inti dari kegiatan peserta pada Workshop I, yaitu analisis data. C Connection (30 menit) Di unit ini fasilitator menjelaskan mengenai hal-hal berikut: Tahap-tahap analisis yang merupakan sari dari praktik yang baik: o Menghitung Indikator Kabupaten (rata-rata kinerja) o Pendalaman/pengelompokan o Identifikasi Sekolah/Guru berkinerja rendah Lembar Kerja Flipchart untuk masing-masing kelompok Metaplan untuk menulis tahapan analisis Fasilitator sekedar mengingatkan rasional dari tahap-tahap tersebut, karena telah banyak diulas pada diskusi-diskusi di awal mengenai praktik yang baik. Penekanan justru diberikan mengenai Lembar Kerja yang akan digunakan secara kontinyu dari analisis data sampai dengan penentuan isu strategis. Tekankan pentingnya menggunakan lembar kerja agar analisisi dan penentuan isu strategis bisa direkam, dan lebih terpimpin dan runut. A Application (360 menit) Dalam tahap ini aplikasi dilakukan menurut kelompok kabupaten/kota. Tahap ini adalah tahap utama dari unit ini, dimana peserta mengerjakan penghitungan dan analisis untuk setiap indikator. Paparan melanjutkan paparan sebelumnya yang mencantumkan analisis-analisis yang akan dilakukan dan dibagi menjadi dua kelompok: UNIT 4: Analisis Data 59

71 1. Analisis Utama yang berisi indikator-indikator utama yang akan diukur kesenjangannya. Indikator ini dikelompokan menjadi: (a) Kebutuhan dan kecukupan guru; (b) Kualifikasi guru; dan (c) Outflow guru. 2. Analisis pendukung adalah indikator-indikator terkait dengan indikator utama yang bisa membantu pengukuran kesenjangan atau sebab akibat dari kesenjangan indikator utama. Analisis pendukung ini dapat digunakan melihat seberapa besar cakupan/dampak dari indikator utama dan mengklasifikasikan apakah kesenjangan tersebut adalah isu strategis atau tidak. 3. Hasil analisis kemudian dicatat pada kolom hasil penghitungan 4. Peserta kemudian membandingkan hasil penghitungan ini dengan standar yang sesuai dalam kolom kesenjangan 5. Agar tim dapat dengan mudah melihat kembali proses analisis, file hasil PIVOT dicatat pada kolom sumber rujukan Fasilitator memulai dengan mencontohkan penghitungan dan analisis indikator-indikator pertama, dan kemudian menjelaskan analisis dan simpulan yang dihasilkan. Setelah peserta dianggap sudah cukup lancar menggunakan PivotTable, maka peserta secara bergantian diminta untuk melakukan didepan, dalam melakukan Pivoting, serta analisis sederhana. Bila ada perbedaan kecepatan antar kelompok, untuk kelompok yang lebih cepat dapat diberikan salinan dari paparan sehingga mereka bisa mengerjakan lebih banyak tanpa harus menunggu kelompok yang lain. Bebaskan peserta untuk menggunakan kreativitasnya untuk menyajikan, mengelompokan data, dan juga melakukan tabulasi silang. Ajak peserta untuk berdiskusi indikator apa saja yang cocok untuk digunakan dalam tabulasi silang, dan apa alasannya. Dalam melakukan tabulasi silang, kita tidak hanya mencari penyebab, atau dampak dari indikator utama. Bisa tabulasi silang murni hanya untuk melihat prevalensi indikator yang satu dengan indikator yang lain. Ingatkan peserta untuk terus mengisi informasi yang diperoleh pada lembar kerja. Selain itu bila memungkinkan peserta diharuskan menulis ringkasan informasi tersebut dalam metaplan dan flipchart untuk memudahkan kunjung karya. Bila tidak memungkinkan, maka peserta diminta untuk merekam informasi ringkas ini dalam Powerpoint untuk paparan. Sisakan waktu yang cukup di akhir tahap ini untuk melakukan kunjung karya/paparan. Kunjung Karya/Paparan ini dilakukan memperluas wawasan peserta dalam melakukan analisis, serta memberikan perbandingan kinerja antar Kabupaten/Kota. Bila analisis pada indikator kinerja antar kabupaten/kota tidak berbeda jauh, maka isu kesenjangan yang ditemukan di tingkat Kabupaten/Kota dapat diangkat menjadi isu provinsi. 60 UNIT 4: Analisis Data

72 R Reflection (15 menit) Pada tahap ini, fasilitator mengajak peserta untuk merefeleksikan tiga hal: 1. Informasi atau hasil analisis apa sajakah yang diperoleh peserta. Bagaimana mereka melihat kinerja layanan pendidikan di Kabupaten/Kota masing-masing terutama dalam penataan dan pemerataan guru. Apakah ada hal-hal lain yang ingin diketahui, analisis apa yang ingin dilakukan lebih lanjut? 2. Bagaimanakah kemampuan pemahaman peserta terhadap tahap-tahap analisis? Bagaimana kemampuan untuk melakukan Pivoting. Apakah perlu ada pendalaman atau pemantapan baik di dalam sesi ini atau mandiri. 3. Bagaimana kinerja layanan pendidikan di Kabupaten/Kota dibanding dengan standar (SPM atau SNP)?. Fasilitator menanyakan kepada peserta untuk mengaitkan kinerja dengan standar yang sesuai. E Extention (10 menit) Fasilitator mengumpulkan dari tahap refleksi kegiatan lanjut apa yang akan dilakukan terkait dengan Unit ini. Kegiatan lanjut ini seyogyanya dilakukan secara mandiri oleh peserta, dengan fasilitator melakukan pendampingan terbatas ketika fasilitator akan melakukan kunjungan pendampingan. Tetapi bila memang diperlukan tidak dibatasi bahwa fasilitator melakukan pendampingan intensif pada saat kunjungan. Pesan Utama Analisis yang hanya menggunakan indikator di tingkat Kabupaten/Kota tanpa adanya pendalaman sering menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat. Bila tidak dilakukan pendalaman dalam analisis, maka sering Kabupaten/Kota cepat puas dengan rata-rata indikator yang memadai, dan melupakan bahwa rata-rata indikator itu berarti ada sekolah yang kinerjanya lebih tinggi dari indikator kinerja tersebut, tetapi banyak pula sekolah yang dibawah rata-rata tersebut. Karena itu maka tidak ada bantuan/dukungan terhadap sekolah-sekolah berkinerja rendah tersebut. UNIT 4: Analisis Data 61

73 Selain itu, isu pemerataan mutu yang sering dimunculkan sebagai salah satu pilar dalam Perencanaan Strategis Kementerian Pendidikan mewajibkan untuk melakukan analisis yang lebih mendalam. Tetapi analisis mendalam ini masih sering dihindari karena kerepotan yang menyertainya. Dalam unit ini kita mendalami penggunaan pivot tabel yang dapat membantu analisis mendalam. 62 UNIT 4: Analisis Data

74 PRESENTASI UNIT 4 UNIT 4: Analisis Data 63

75 64 UNIT 4: Analisis Data

76 UNIT 4: Analisis Data 65

77 66 UNIT 4: Analisis Data

78 Lembar Kerja 4.1 (contoh lembar kerja, gunakan format softcopy) UNIT 4: Analisis Data 67 67

79 68 UNIT 4: Analisis Data

80 UNIT 5 IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DALAM PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 69

81 70 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

82 UNIT 5 IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DALAM PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU Waktu: 150 menit Pengantar Isu tentang ketidakseimbangan penyebaran guru di sekolah, baik sebagai guru kelas, maupun guru matapelajaran terus berlarut, tanpa ada pemecahan yang konkrit mulai pada jenjang satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, hingga nasional. Dampak dari ketidakseimbangan penyebaran guru ini menjadi salah satu hambatan dalam pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan. Salah satu sebab dari ketidakseimbangan penyebaran guru adalah sistem informasi guru yang dibangun secara terpadu belum dapat dimanfaatkan secara langsung oleh dinas pendidikan kabupaten/kota. Sumber data yang memadai melalui DAPODIK (Data Pokok Pendidikan) belum dimanfaatkan secara maksimal. Data tersebut belum dianalisis secara rinci berdasarkan kebutuhan informasi untuk kebijakan, baik dalam peningkatan mutu layanan pendidikan secara umum, maupun untuk kebijakan pentataan dan pemerataan guru. Peraturan Bersama 5 Menteri, yaitu Mendikbud, Mendagri, MenPAN dan RM, MenAg, dan MenKeu tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru PNS merupakan langkah awal untuk menata dan memeratakan guru antar sekolah, kabupaten/kota, dan antar provinsi. Untuk menindaklanjuti Perber 5 Menteri tersebut, Kemdikbud telah membuat Petunjuk Teknis (Juknis) untuk pelaksanaan penataan tersebut. Namun demikian, Juknis tersebut belum cukup dapat dijadikan panduan oleh staf Dinas Pendidikan kabupaten/kota. Untuk membantu Dinas Pendidikan kabupaten/kota dan provinsi mengimplementasikan Perber tersebut, USAID PRIORITAS mengembangkan Modul Pelatihan Penataan dan Pemerataan Guru. Pada Workshop 1 Unit 5 diharapkan para peserta workshop dapat mengidentifikasi isu-isu strategis yang ada di kabupaten/kota berkaitan dengan penataan dan pemerataan guru. Hasil identifikasi isu strategis ini akan digunakan sebagai bahan perumusan kebijakan yang akan dibawa dalam Workshop Analisis Kebijakan. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 71

83 Tujuan Tujuan umum Unit 5 adalah peserta mampu mengidentifikasi isu strategis dalam penataan dan pemerataan guru pada jenjang pendidikan dasar. Tujuan khusus yang diharapkan dikuasai peserta adalah sebagai berikut: 1. Mampu mengidentifikasi isu-isu strategis dalam distribusi guru di tingkat kabupaten 2. Mampu mengidentifikasi penyebab masalah dalam distribusi guru 3. Mampu merumuskan isu strategis penataan dan pemerataan guru yang akan ditindaklanjuti sebagai bahan perumusan kebijakan. Pertanyaan Kunci 1. Apakah distribusi guru telah menjadi isu strategis? 2. Apa kriteria suatu kesenjangan dapat dikatakan sebagai isu strategis dalam penataan dan pemerataan guru? 3. Bagaimana langkah mengidentifikasi isu strategis dalam penataan dan pemerataan guru? 4. Bagaimana cara melakukan analisis penyebab masalah dalam distribusi guru? 5. Bagaimana merumuskan isu strategis? Petunjuk Umum Pendekatan yang digunakan dalam workshop ini adalah pendekatan andragogi, dimana peserta telah memiliki pengetahuan awal yang cukup tentang topik yang akan dibahas. Untuk itu, peserta dianggap sebagai shareholder dan diharapkan dapat memberikan kontribusi sesuai dengan pengalaman masing-masing. Sesi dimulai dengan pengenalan tentang isu-isu dalam distribusi guru. Kegiatan ini dilakukan melalui tanya jawab. Peserta lain kemungkinan sudah banyak mengetahui isu-isu yang berkembang berkaitan dengan distribusi guru. Sumber dan Bahan Presentasi dalam PowerPoint Handout UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

84 Lembar Kerja 5.1 dan 5.2 LCD dan laptop/komputer Kertas plano, spidol, dan flipchart Waktu Waktu yang digunakan dalam Unit 1 ini adalah 150 menit. Ringkasan Sesi Introduction 10 menit Connection 20 Menit Application 105 menit Reflection 10 menit Extension 5 menit Fasilitator menyampaikan judul, latar belakang dan pertanyaan kunci Unit 5 Diskusi awal tentang masalah distribusi guru dan bagaimana cara melakukan identifikasi Diskusi Kelompok dibagi dalam 3 sesi,. Sesi 1(20 menit): Identifikasi isu strategis; Sesi 2 (20 menit): Analisis penyebab masalah; Sesi 3: (45 menit) Merumuskan isu strategis dalam Penataan dan Pemerataan Guru; Presentasi (20 menit) Merefleksi pencapaian tujuan, terutama merumuskan isu strategis sebagai input untuk Workshop 2 Menindaklanjuti unit 5 ini dengan menelaah analisis kebutuhan guru tingkat sekolah, kecamatan dan kabupaten Rincian Langkah-langkah Kegiatan I Introduction (10 menit) Fasilitator menayangkan judul sesi dan membuka dengan salam. Fasilitator memulai kegiatan dengan menyatakan bahwa pada sesi ini, peserta akan belajar memahami isu strategis, cara mengidentifikasi isu strategis, serta analisis penyebab masalah. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 73

85 Fasilitator juga menayangkan latar belakang/pentingnya mempelajari identifikasi isu strategis dalam distribusi guru. Kompetensi yang harus dikuasi peserta setelah mempelajari Unit 5, mampu menjawab pertanyaan kunci. Penayangan disertai dengan penjelasan singkat. C Connection (20 menit) Diskusi tentang Distribusi Guru Pada langkah ini, para peserta diajak diskusi tentang bagaimana distribusi guru di daerahnya, apakah sudah merata pada semua jenjang pendidikan, khususnya jenjang SD dan SMP. Apakah peserta telah mengetahui secara detil tentang adanya masalah dalam distribusi guru di daerahnya? Peserta diberi Handout 5.1 untuk dibaca selama 10 menit. Fasilitator mengantar materi tentang analisis kecukupan (supplay side) dan kebutuhan (demand side) guru pada tingkat satuan pendidikan, kecamatan, dan kabupaten/kota. Paparan bersifat stimulus untuk memotivasi peserta berpikir tentang kebutuhan analisis data tentang guru. Sisa waktu yang ada digunakan untuk tanya jawab tentang makna setiap rumus, peristilahan atau kata-kata yang dianggap sulit oleh peserta. A Application (105 menit) Aplikasi dibagi dalam 3 sub-sesi, dengan pembagian topik sebagai berikut: Sesi 1: Mendiskusikan tentang rumusan dan kriteria isu strategis dalam distribusi guru. Peserta diajak diskusi tentang isu strategis dalam distribusi guru di daerahnya masing-masing. Pemahaman tentang isu strategis selama ini, kemudian diajak untuk membandingkan dengan kriteria isu strategis yang disampaikan oleh fasilitator. Setelah itu, peserta diminta merumuskan isu strategis berkaitan dengan distribusi guru berdasarkan kriteria yang telah dibahas. Sesi 2: Pada sesi ini, kegiatan fokus pada langkah-langkah bagaimana mengidentifikasi isu strategis dalam distribusi guru. Peserta diajak berpikir tentang langkah mana yang sudah dilakukan dalam melakukan identifikasi isu strategis berkaitan dengan distribusi guru. Selain itu, langkah mana yang dibutuhkan, tetapi mereka belum melakukan, karena keterbatasan kapasitas dalam mengidentifikasi isu strategis. 74 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

86 Sesi 3: Pada sesi ini, kegiatan fokus pada bagaimana cara melakukan analisis akar penyebab masalah. Langkah ini menjadi penting agar alternatif kebijakan yang akan dipilih harus berdasarkan pada penyebab masalah yang mendasar. Peserta akan diajak secara bersama maupun sendiri-sendiri melakukan analisis akar penyebab masalah. Hubungan ketiga sesi pengenalan analisis data dapat disajikan pada diagram berikut: Analisis ketersediaan guru kelas dan guru mapel Analisis kebutuhan guru kelas dan guru mapel Analisis Kesenjangan kebutuhan guru (kelebihan atau kekurangan) Identifikasi Isu Strategis dalam Distribusi Guru Analisis Keterkaitan dan Penyebab Masalah Diagram 1: Identifikasi Isu Strategis dalam Distribusi Guru Sesi 1: Identifikasi Isu Strategis dalam Distribusi Guru (20 menit) Fasilitator menyampaikan pengertian isu strategis secara umum dan dikaitkan dengan distribusi guru. Isu strategis tidak tersedia dalam bentuk jadi sehingga harus dipilih berdasarkan hasil analisis kesenjangan. Isu strategis dapat dikembangkan dengan menggunakan hasil analisis penyebab masalah, dalam hal ini isu strategis lebih tajam dibandingkan dengan yang sebelumnya UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 75

87 Selanjutnya fasilitator menyampaikan kriteria isu strategis berdasarkan berbagai sumber yang telah dirujuk. Adapun kriteria isu strategi dalam distribusi guru adalah sebagai berikut: Kriteria isu strategis dalam distribusi guru Cakupan yang luas, multi dimensi Jangka waktunya panjang, berhubungan dengan tujuan perencanaan jangka panjang. Mengandung resiko dan kemungkinan keuntungan yang besar. Isu tersebut menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik. Isu tersebut tidak bisa ditangani dengan cara reguler Setelah membahas kriteria isu strategis, kepada peserta diminta untuk melakukan diskusi kelompok mengidentifikasi contoh-contoh isu strategis dengan menggunakan Lembar Kerja 5.1. Selanjutnya peserta ditugaskan untuk mengidentifikasi apakah distribusi guru merupakan isu strategis di kabupaten/kota para peserta. Dalam diskusi ini peserta tidak diberi handout tetapi cukup dengan pertanyaan yang disiapkan di slide presentasi yaitu sebagai berikut. Apakah distribusi guru telah menjadi masalah yang mendasar? Apakah distribusi guru selama ini menjadi masalah dalam peningkatan mutu layanan pendidikan? Apakah distribusi guru berdampak pada pemenuhan jam mengajar guru dan pembayaran tunjangan sertifikasi pendidik? Apakah distribusi guru telah menjadi isu strategis di kabupaten/kota Saudara? Apakah ketimpangan distribusi guru telah lama terjadi di kabupaten/kota Saudara? Hasil diskusi langsung dipresentasikan/ditanggapi secara pleno. Jika ada waktu dapat dituliskan pada lembar kerja atau ditulis di komputer untuk dipresentasikan. Selama proses diskusi, fasilitator menjelaskan tentang kriteria isu strategis dalam distribusi guru. Setelah peserta menyampaikan gagasannya, fasilitator memberikan penguatan dengan menyampaikan kriteria isu strategis sebagai berikut. 76 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

88 Fasilitator memberikan pengantar tentang langkah-langkah identifikasi isu strategis, yaitu dimulai dengan mengidentifikasi kesenjangan dengan cara membandingkan kondisi nyata dengan kondisi yang diidealkan. Jika didapat ada kesenjangan dalam distribusi guru, apakah kesenjangan tersebut memenuhi kriteria isu strategis. Langkah berikutnya adalah bagaimana merumuskan isu strategis dalam distribusi guru. Beberapa pertanyaan yang dapat memicu untuk diskusi yang lebih dalam adalah a. Bagaimana cara menetapkan suatu masalah menjadi isu strategis yang dilakukan selama ini? b. Dalam hal kabupaten/kota mengalami kelebihan guru, apakah kelebihan guru merupakan isu strategis? Mengapa? c. Dalam satu kabupaten kelebihan guru agama sebanyak 110 guru dari 510 SD yang ada di kabupaten tersebut, sementara di kabupaten tersebut kekurangan guru kelas sebanyak 78 orang. Apakah kondisi ini menjadi isu strategis? Lakukan langkah-langkah identifikasi isu strategis untuk memastikan bahwa kondisi tersebut masuk kategori isu strategis atau bukan. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kunci tersebut, peserta diharapkan melakukan diskusi dengan kelompoknya masing-masing, dengan topik analisis kekurangan guru yang terjadi di beberapa sekolah? Selama kelompok-kelompok ini berdiskusi, fasilitator berkeliling membantu kelompok agar berhasil merumuskan tugas tersebut. Sesi 2: Analisis Penyebab Masalah dalam Distribusi Guru (20 menit) Langkah ini merupakan langkah yang penting, karena selama ini banyak yang mengambil kebijakan tanpa menganalisis penyebab masalah. Sehingga apapun masalahnya cara penyelesaiannya hanya satu. Sebagaimana diketahui bahwa masalah distribusi guru, tidak sederhana seperti dibayangkan banyak orang, bukan hanya tinggal mendistribusi guru dari sekolah yang kelebihan guru ke sekolah yang kekurangan guru. Tetapi harus menganalisis berbagai faktor yang terkait dengan distribusi guru. Fasilitator memberikan ilustrasi tentang bagaimana cara melakukan analisis penyebab masalah secara pleno, sebagaimana diilustrasikan sebagai berikut. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 77

89 Coba perhatikan kasus tentang kelebihan guru kelas pada beberapa SD di Kecamatan XX. Apakah ini masalah? Tentu ya, karena guru yang tidak punya kelas yang diajar terancam tunjangan sertifikasinya tidak dibayarkan atau dicabut. Pertanyaan berikutnya, mengapa di kecamatan tersebut kelebihan guru kelas? Mungkin jawabannya adalah karena banyak guru yang minta pindah ke kecamatan tersebut Pertanyaan berikutnya, mengapa guru-guru tersebut minta pindah ke SD di kecamatan tersebut? Mungkin jawabannya adalah sebagian guru tersebut adalah guru perempuan yang dekat dengan tempat kerja suaminya Pertanyaan berikutnya, mengapa dinas pendidikan kabupaten/kota memberikan ijin/rekomendasi pemindahan guru tersebut? Mungkin jawabannya adalah karena dinas pendidikan tidak memiliki peta distribusi guru yang komprehensif. Pertanyaan terakhir, mengapa dinas pendidikan tidak punya peta distribusi guru yang komprehensif? Mungkin jawabannya adalah karena dinas pendidikan tidak punya perencanaan penataan dan pemerataan guru Jadi akar masalahnya adalah dinas pendidikan tidak punya perencanaan dalam penataan dan pemerataan guru. Jika pemahaman peserta masih kurang, dilanjutkan diskusi dengan pertanyaan sebagai berikut. Coba perhatikan kasus tentang kelebihan guru matematika di sejumah SMP di kabupaten XX. Apakah ini masalah? Jika ya, pertanyaan berikutnya? Pertanyaan berikutnya...? Pertanyaan berikutnya...? Pertanyaan berikutnya...? Pertanyaan terakhir...? Jadi akar masalahnya adalah... Sesi 3: Merumuskan Isu Strategis (45 menit) Berdasarkan ilustrasi pada sesi di atas, peserta diajak diskusi untuk mencari penyebab masalah dalam distribusi guru di kabupaten/kota peserta sendiri (diskusi menggunakan Lembar Kerja 5.2). Diskusi dilakukan secara kelompok, dan selesai diskusi wakil kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. 78 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

90 Presentasi dan tanya jawab (20 menit) Pada langkah ini fasilitator menugaskan salah satu kelompok (boleh dipilih acak atau dipilih dari hasil kerja kelompok yang dianggap terbaik) untuk dipresentasikan (form di atas). Presentasi selama 5 menit dilanjutkan dengan 15 menit tanya jawab. Pada proses tanya jawab ini fasilitator diminta untuk membantu agar proses diskusi terarah sesuai dengan topiknya. R Reflection (10 menit) (1) Tanyakan kepada peserta apakah kegiatan yang dilakukan sudah dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (2) Berikan kesempatan kepada peserta untuk menuliskan hasil diskusi. E Extention (5 menit) (1) Semua peserta menindaklanjuti Unit 5 ini dengan menelaah isu strategis apa yang telah dirumuskan oleh peserta, serta hasil analisis penyebab masalah. (2) Daerah perlu mengembangkan kreativitas untuk menganalisis penyebab masalah yang sesuai dengan kondisi internal masing-masing kabupaten/kota. Pesan Utama Pengembangan kapasitas ini akan lebih bermanfaat apabila peserta menindaklanjuti dengan pelaksanaan kegiatan identifikasi isu strategis serta menganalisis penyebab masalah distribusi guru di daerahnya masing-masing. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 79

91 Handout Peserta 5.1 IDENTIFIKASI ISU STRATEGIS DALAM PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU Pendahuluan Salah satu isu yang cukup kuat dalam bidang pendidikan saat ini adalah distribusi guru yang tidak merata. Sejumlah sekolah kelebihan guru, di sisi lain banyak sekolah yang kekurangan guru. Bahkan dalam satu sekolah, kelebihan guru mata pelajaran tertentu dan kekurangan guru mata pelajaran lainnya. Sebagaimana diatur dalam PP No 48/2007 tentang Pembagian Kewenangan antara Pusat, Daerah Provinsi, dan Kabupaten/Kota, pengelolaan guru ada di tingkat kabupaten/kota. Di sisi lain, kapasitas kabupaten/kota baik dilihat dari kapasitas sumberdaya manusia maupun kapasitas fiskal pada umumnya masih belum mencukupi untuk mengelola guru yang jumlahnya sangat besar, bahkan di beberapa kabupaten/kota bisa mencapai lebih dari 70 % dari total PNS Peraturan Bersama 5 Menteri tahun 2011 dan Petunjuk Teknis tentang Penataan dan Pemerataan Guru belum cukup kuat untuk dijadikan panduan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota, karena keterbatasan dalam kapasitas mulai dari pemetaan guru yang lebih rinci maupun pengambilan kebijakan yang kreatif. Struktur penyajian modul materi isu strategis meliputi: 1) pendahuluan, 2) tujuan; 3) output; 4) pengertian dan kriteria isu startegis; 5) langkah-langkah mengidentifikasi isu strategis; dan 6) isu eksternal yang berpengaruh terhadap distribusi guru. Tujuan Setelah mempelajari Unit ini diharapkan pembaca dapat mengidentifikasi isu-isu strategis distribusi guru pada tingkat satuan pendidikan, distribusi guru dalam kecamatan, dan distribusi guru antar kecamatan. Secara khusus, peserta secara mandiri diharapkan mampu: Mengidentifikasi kesenjangan kecukupan guru pada tingkat satuan pendidikan, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran Mengidentifikasi kesenjangan kecukupan guru antar satuan pendidikan dalam kecamatan baik guru kelas maupun guru mata pelajaran 80 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

92 Mengidentifikasi kesenjangan kecukupan guru antar satuan pendidikan antar kecamatan baik guru kelas maupun guru matap elajaran Output Setelah mengikuti sesi ini, peserta diharapkan mampu: Mengenali adanya kesenjangan kecukupan guru pada tingkat satuan pendidikan, baik guru kelas maupun guru mata pelajaran Melakukan identifikasi isu strategis distribusi guru pada jenjang satuan pendidikan, kecamatan, dan kabupaten/kota Melakukan analisis penyebab/keterkaitan antar indikator dalam mengkaji strategis distribusi guru isu Pengertian dan Kriteria Isu Strategis dalam Distribusi Guru Pengertian Isu Strategis Dalam kehidupan sehari-hari kata isu sering dipakai untuk menunjukkan bahwa disitu ada informasi yang belum jelas sumber dan kebenaraannya, seperti isu kudeta, isu kenaikan harga BBM, dan isu SARA. Dalam manajemen strategis, seringkali muncul kata isu strategis. Apa makna isu dalam kehidupan sehari-hari sama dengan makna isu dalam manajemen strategis. Apakah setiap kesenjangan atau masalah menjadi isu strategis? Tentu tidak mudah menjawab pertanyaan sederhana ini, mari kita lihat kriteria isu strategis yang dikembangkan dalam manajemen strategis. Untuk memahami isu strategis, berikut ini adalah pengertian Isu menurut berbagai ahli, diantaranya: Kriteria Isu Strategis Dalam istilah ilmiah, isu diartikan sebagai suatu kesenjangan atau masalah yang sangat serius, sehingga jika tidak ditangani akan berdampak lebih besar. Suatu masalah dapat dikatakan sebagai isu, jika memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Luas cakupannya. Artinya, wawasan cakupannya tidak hanya meliputi satu sektor atau satu wilayah saja, tetapi meliputi beberapa sektor/wilayah. 2. Jangka waktunya panjang. Pengertian ini erat hubungannya dengan tujuan dari perencanaan jangka panjang. Hal ini bisa ditafsirkan bahwa penyelesaian UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 81

93 masalah memerlukan waktu yang panjang dan dampak yang ditimbulkan bisa jadi mempunyai akibat yang jauh ke depan. 3. Mempunyai keterkaitan yang luas. Substansi permasalahan dan cara-cara penyelesaiannya menyangkut banyak pihak dalam masyarakat 4. Mengandung resiko dan kemungkinan keuntungan yang besar. Rugi (dampak) yang ditimbulkan atau hasil yang mungkin diperoleh akibat dari penanganan masalah tersebut cukup besar baik dalam nilai uang maupun dalam nilai sosial lainnya yang tidak dapat dinilai dengan uang. 5. Isu tersebut telah mencapai tingkat partikularitas tertentu yang dapat menimbulkan dampak (impact) yang bersifat dramatik. Dengan memperhatikan kriteria di atas, kita dapat mengidentifikasi apakah suatu kesenjangan dapat dikatakan sebagai isu startegis. Perhatikan contoh masalah dalam distribusi guru berikut, mana yang masuk dalam isu strategis dan mana yang bukan isu strategis?. Pada jenjang SD kekurangan guru kelas, tetapi kelebihan guru Penjaskes dan Guru Agama Pada SD N 3 Kecamatan XXX kekurangan guru kelas 2 orang Kelebihan guru kelas terjadi pada sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 120 siswa Pada jenjang SMP, kekurangan guru mata pelajaran Matematika, tetapi kelebihan guru IPA dan IPS Pada SMPN 2 kekurangan guru matematika satu orang Distribusi guru antar sekolah dalam kecamatan tidak merata Langkah-Langkah Mengidentifikasi Isu Strategis Untuk melakukan identifikasi masalah, diperlukan langkah-langkah yang sistematis dan bertahap. Identifikasi kesenjangan/masalah distribusi guru Analisis keterkaitan antar unsur yang menyebabkan kesenjangan/masalah Analisis Penyebab akar masalah (root cause analisys) Pemilihan isu strategis yang relevan dengan perencanaan strategis bidang pendidikan dan sumberdaya manusis secara umum. 82 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

94 Identifikasi Kesenjangan/Masalah Langkah pertama dalam melakukan identifikasi isu strategis adalah melakukan analisis kesenjangan. Cara yang digunakan untuk melakukan analisis kesenjangan adalah membandingkan antara kondisi nyata saat ini dengan kondisi ideal yang telah ditetapkan. Cara membandingkan seperti tampak pada diagram berikut: Bagan 1 Identifikasi Isu Strategis Kondisi nyata Kekurangan atau kelebihan guru Kesenjangan/ Masalah Kondisi Ideal Kecukupan guru Analisis Penyebab Masalah Bagaimana menetapkan kondisi nyata? Kondisi nyata didasarkan pada hasil pemetaan distribusi (ketersediaan dan kebutuhan) guru, baik saat ini maupun kebutuhan di tahuan-tahun mendatang sampai dengan 5 tahun ke depan. Ketersediaan guru dapat disajikan menurut sekolah, kecamatan dan kabupaten/kota. Bagaimana menetapkan kondisi ideal? Kondisi ideal adalah kondisi yang diharapkan atau dicita-citakan (das sollen), biasanya dinyatakan dalam bentuk kualitatif atau kuantitatif. Namun demikian, kondisi ideal hendaknya dapat terukur. Bagaimana mengidentifikasi adanya kesenjangan? Dalam hal distribusi guru, kesenjangan bisa terjadi kekurangan atau kelebihan UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 83

95 Jika telah teridentifikasi adanya kesenjangan dalam distribusi guru, kesenjangan dalam distribusi guru dapt dilihat dari dua sisi, yaitu: 1) satuan pendidikan yang kekurangan guru, 2) satuan pendidikan yang mengalami kelebihan guru, 3) peta distribusi guru menurut satuan pendidikan. Mengapa terjadi ketidakseimbangan maka perlu ditelusuri lagi dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut: Analisis Keterkaitan Antar Unsur yang Menyebabkan Kesenjangan/Masalah Mengapa distribusi guru dianggap masalah yang rumit? Masalah distribusi guru tidak berdiri sendiri, hanya memperhitungkan ketersediaan dan kebutuhan guru semata, tetapi banyak faktor yang harus dipertimbangkan. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap distribusi guru, baik bersifat internal guru, maupun aspek di luar guru, seperti sekolah dimana guru mengajar, sebaran penduduk (demografi), daerah tergolong 3T (terpecil, terluar, dan terdepan) geografi, aspek ekonomi, sosial budaya dan kebijakan pemerintah daerah dan pusat. Mengapa aspek sekolah perlu dipertimbangkan? Distribusi guru selama ini hanya mempertimbangkan jumlah rombongan belajar, baik untuk guru kelas maupun untuk guru mata pelajaran, sebagai dasar penentuan rumus kebutuhan guru. Faktor besar rombongan belajar hampir tidak pernah dipertimbangkan oleh perencana pendidikan, akibatnya rasio siswa terhadap guru pada jenjang SD dan SMP selama 10 tahun terakhir semakin mengecil, seperti tampak pada diagram berikut: 84 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

96 Sumber: Kemdikbud, Sumber: UNESCO, Diagram di atas menunjukkan bahwa rasio siswa terhadap guru tergolong mewah, bandingkan dengan Negara lain, dimana posisi ketersediaan guru di Indonesia di antara Negara-negara lain, termasuk negara maju. Apakah rasio siswa terhadap guru yang rendah akan berdampak pada efektivitas pembelajaran? Secara teoritis mestinya ya, tetapi secara praktis ternyata tidak. Jika dilihat dari rasio siswa terhadap guru, Indonesia menempati lima terbaik, tetapi mutu hasil belajar berdasarkan standar internasional, seperti PISA, Indonesia menempati urutan kelima terendah. Ternyata jumlah guru yang banyak, tidak menjamin mutu pembelajaran lebih baik. Guru yang banyak itu berada di sekolah mana? Masalah yang harus ditelusuri adalah di mana guru yang berlebih itu bertugas? Hal ini penting untuk melihat keberadaan guru yang bersangkutan, apakah guru yang berlebih ada di sekolah yang jumlah siswanya besar atau sebaliknya guru berlebih ada di sekolah yang jumlah siswanya kecil. Guru berlebih di sekolah yang jumlah siswanya besar, di atas SPM, maka guru tersebut dapat dimanfaatkan lebih optimal, misalnya dengan cara berikut ini: UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 85

97 Percent of schools with different numbers of surplus or deficit teachers 20% 15% 10% 5% 0% 5% 10% 15% Deficit classroom teachers Surplus classroom teachers 20% < > + 9 Madrasah Private Regular Public Regular Private Studi Manajemen SDM, DBE1, 2010 Jika menggunakan standar rasio siswa terhadap guru menggunakan standar SPM bidang pendidikan sebesar 32 untuk jenjang SD, grafik di atas menujukkan bahwa sebagian besar sekolah dengan jumlah siswa di bawah standar, tetapi jumlah guru kelas lebih dari yang dibutuhkan. Bahkan jika menggunakan jumlah siswa setengah dari standar SPM, masih jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan sekolah yang jumlah siswa lebih besar dari standar SPM, tetapi gurunya kekurangan. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perencanaan dan pengelolaan guru belum berfungsi secara efektif. Peran kabupaten/kota dalam pengelolaan guru masih lemah, selain ketersediaan data yang akurat, juga data yang tersedia belum dianalisis secara rinci. Karena analisis data guru di tingkat kabupaten/kota bersifat agregat, tanpa ada analisis data sampai pada unit analisis per individu guru. Dampak dari kondisi ini adalah inefisiensi dalam pendidikan cukup besar, karena harus membayar gaji guru yang sesungguhnya tidak dibutuhkan. Inefisiensi ini bisa dihitung di tingkat sekolah, kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat nasional. Bila perlu, berikan ranking efisiensi pengelolaan pendidikan menurut rata-rata gaji guru terhadap rasio siswa/guru pada sekolah di tingkat kabupaten, ranking kabupaten di tingkat provinsi, dan ranking provinsi di tingkat nasional. Rumus yang digunakan untuk menghitung efisiensi pendidikan dilihat dari rasio siswa terhadap guru adalah sebagai berikut: 86 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

98 Rumus di atas dapat digunakan pada tingkat sekolah, kabupaten/kota, dan provinsi. Informasi ini sangat penting untuk melihat apakah penyelenggara pendidikan telah mempertimbangkan aspek efisiensi dalam pengelolaan pendidikan. Ketersediaan guru di kabupaten/kota secara umum telah mencukupi, tetapi pemerataan ketersediaan tersebut tidak merata untuk semua sekolah. Terdapat di sejumlah sekolah dengan kelebihan guru, di sisi lain banyak sekolah kekurangan guru, baik untuk guru kelas maupun untuk guru bidang studi. ANALISIS PENYEBAB MASALAH (Root Cause Analysis) Setelah teridentifikasi adanya kesenjangan dan analisis keterkaitan, langkah berikutnya adalah mencari penyebab masalah tersebut. Salah satu metode yang banyak dipakai dalam analisis penyebab masalah adalah analsis penyebab akar masalah (Root Cause Analysis). Coba perhatikan kasus tentang kelebihan guru kelas pada beberapa SD di Kecamatan XX. Apakah ini masalah? Tentu ya, karena guru yang tidak punya kelas yang diajar terancam tunjangan sertifikasinya tidak dibayarkan atau dicabut. Pertanyaan berikutnya, mengapa di kecamatan tersebut kelebihan guru kelas? Mungkin jawabannya adalah karena banyak guru yang minta pindah ke kecamatan tersebut. Pertanyaan berikutnya, mengapa guru-guru tersebut minta pindah ke SD di kecamatan tersebut? Mungkin jawabannya adalah sebagian guru tersebut adalah guru perempuan yang dekat dengan tempat kerja suaminya. Pertanyaan berikutnya, mengapa dinas pendidikan kabupaten/kota memberikan ijin/rekomendasi pemindahan guru tersebut? Mungkin jawabannya adalah karena dinas pendidikan tidak memiliki peta distribusi guru yang komprehensif. Pertanyaan terakhir, mengapa dinas pendidikan tidak punya peta distribusi guru yang komprehensif? Mungkin jawabannya adalah karena dinas pendidikan tidak punya perencanaan penataan dan pemerataan guru? Jadi akar masalahnya adalah dinas pendidikan tidak punya perencanaan dalam penataan dan pemerataan guru. Mengapa analisis akar masalah jarang dilakukan, padahal analisis ini sangat ampuh untuk perbaikan program?. Dalam pengertian akar dapat disimpulkan sebagai berikut Akar dapat menyebar lebih jauh dari yang Anda duga. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 87

99 Akar sulit untuk ditemukan dan sulit untuk disingkirkan Akar yang tidak dimusnahkan dapat terus tumbuh Akar seringkali sangat kotor Langkah-langkah dalam analisis penyebab masalah: Investigasi, tujuan dari tahap ini adalah untuk mengungkap fakta yang menyebabkan masalah (misalnya kelebihan guru di beberapa SD), serta bagaimana hal itu bisa terjadi dan perhatian pada hal-hal yang benar-benar terjadi secara faktual. Analisis, tujuan dari tahap ini adalah mengungkap alasan mengapa hal itu bisa terjadi? Dalam melakukan analisis harus memasukan kontek sistem atau organisasi yang telah dikembangkan, termasuk di dalamnya regulasi yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut. Nilai sistem dapat dijadikan sebagai pembanding mengapa hal itu bisa terjadi? Keputusan, tujuan dari tahap ini adalah mengembangkan rekomendasi yang dapat mengidentifikasi apa yang harus dipelajari dan apa yang harus dilakukan? Melalui tahap ini kita dapat mengoreksi dan mengeliminasi penyebab masalah, sehingga penyebab masalah dapat disederhanakan. PEMILIHAN ISU STRATEGIS YANG RELEVAN DENGAN PERENCANAAN STRATEGIS PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU Semua dinas pendidikan kabupaten/kota telah memiliki perencanaan jangka menengah atau renstra. Salah satu program yang disiapkan dalam perencanaan jangka menengah tersebut adalah berkaitan dengan PTK (Pendidik dan Tenaga Kependidikan). Pertanyaannya adalah apakah dalam analisis layanan pendidikan dinas pendidikan kabupaten/kota telah memasukkan analisis distribusi guru secara komprehensif?, Jika jawabanya ya, maka dengan mudah tinggal mengintegrasikan hasil pemetaan distribusi guru ke dalam perencanaan jangka menengah atau menjadi bagian dari analisis layanan pendidikan bidang PTK, sehingga menghasilkan isu-isu strategis yang dapat dijabarkan ke dalam kebijakan dan program. Persoalannya jika analisis distribusi guru belum dilakukan secara komprehensif dalam analisis layanan pendidikan pada Renstra. Dalam hal ini ada dua alternatif yang dapat 88 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

100 dipilih, yaitu: 1) melakukan revisi terhadap Renstra, atau 2) menyusun perencanaan penataan dan pemerataan guru secara tersendiri. Isu Eksternal yang Berpengaruh terhadap Distribusi Guru Identifikasi perubahan-perubahan pada kerangka kebijakan dan peraturan yang akan berdampak besar pada distribusi guru, diantaranya adalah; 1) Peraturan Bersama 5 Menteri tahun 2011, 2) Penerapan Kurikulum 2013, 3) Otonomi Daerah, 4) Otonomi Satuan pendidikan melaui SBM, 5) Kewajiban minimal beban mengajar guru menurut PP 74/2007, penyelenggaraan pendidikan di tingkat daerah, 6) alokasi anggaran untuk peningkatan mutu guru pada tingkat kabupaten/kota sangat terbatas. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 89

101 Lembar Kerja 5.1 Gunakan kriteria isu strategis, apakah kesenjangan berikut merupakan isu strategis atau bukan. Berikan tanda cawang pada kolom ya atau tidak, serta berikan alasan mengapa hal tersebut masuk isu strategis atau tidak Kesenjangan dalam Distribusi Guru Kategori Isu Strategis Ya Tidak Berikan alasan 1. Pada jenjang SD kekurangan guru kelas, tetapi kelebihan guru Penjaskes dan Guru Agama 2. Pada SDN 3 Kecamatan XXX kekurangan guru kelas sebanyak 2 orang 3. Kelebihan guru kelas terjadi pada sekolah dengan jumlah siswa kurang dari 120 siswa 4. Pada jenjang SMP, kekurangan guru mata pelajaran Matematika, tetapi kelebihan guru IPA dan IPS 5. Pada SMPN 2 kekurangan guru matematika satu orang 6. Distribusi guru antar sekolah dalam kecamatan tidak merata 90 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

102 Handout Peserta 5.2 Lakukan identifikasi kesenjangan dari kondisi nyata yang saat ini dengan cara membandingkan dengan kondisi ideal menurut berbagai standar, kemudian rumuskan isu-isu strategis. Analisis penyebab masalah secara mendalam terhadap kesenjangan dan isu strategis. Kondisi Nyata Rata-rata rasio guru kelas terhadap rombel sebesar 0,75 (jumlah rombongan belajar sebanyak 4044 buah) Kondisi Ideal (Standar apa yang digunakan?) Rasio guru kelas terhadap rombel sebesar 1 (SPM indikator no 5, 1:1) Kesenjangan Isu Strategis Penyebab Masalah kekurangan guru kelas sebanyak 939 orang. Kekurangan guru kelas pada jenjang SD terjadi di semua kecamatan Selama ini tidak ada pemetaan kekurangan guru SD. Tidak ada pengangkatan guru kelas SD selama 5 tahun. Kekurangan guru tidak tercatat karena sekolah mengangkat guru bantu. UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 91

103 Kondisi Nyata Kondisi Ideal (Standar apa yang digunakan?) Kesenjangan Isu Strategis Penyebab Masalah Catatan: Dapat ditambahkan satu kolom lagi di paling kanan Bahan Rujukan yang diisi dengan kode sumber/tabel/data analisis 92 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

104 PRESENTASI UNIT 5 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis 93

105 94 UNIT 5: Identifikasi Isu Strategis

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Pengantar Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP PENYAMAAN PERSEPSI Modul Pelatihan Praktik yang Baik

Lebih terperinci

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN IV WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN WORKSHOP ANALISIS DATA 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU WORKSHOP IMPLEMENTASI KEBIJAKAN Modul Pelatihan Praktik

Lebih terperinci

III WORKSHOP ANALISIS KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU. Modul Pelatihan - Juli 2014

III WORKSHOP ANALISIS KEBIJAKAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU. Modul Pelatihan - Juli 2014 USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru, Tenaga Kependidikan, dan Siswa PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU Modul Pelatihan - Juli 2014 WORKSHOP ANALISIS KEBIJAKAN III 2 -

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN PRAKTIK YANG BAIK DALAM FASILITASI DAN PENDAMPINGAN Pebruari 2013 Modul Pelatihan Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SMP/MTs Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH

PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH P 85 PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU : ANALISIS KEBUTUHAN, KETERSEDIAAN, DAN KECUKUPAN GURU DI KABUPATEN PURBALINGGA JAWA TENGAH Wiwik Wijayanti dan Mada Sutapa wiwikashari@gmail.com> Dosen Administrasi Pendidikan

Lebih terperinci

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses

Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses Penghitungan Biaya Pencapaian Standar dan Akses PBPSA Decentralized Basic Education 1 Management and Governance Edisi Juli 2011 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI

PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI PANDUAN PENGGUNAAN VIDEO PEMBELAJARAN UNTUK PENDAMPINGAN FASILITATOR SD/MI Oktober 2016 Panduan penggunaan video pembelajaran untuk pendampingan fasilitator SD/MI ini dikembangkan dengan dukungan penuh

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIS PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU

PANDUAN PRAKTIS PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU PANDUAN PRAKTIS PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU Panduan praktis penataan dan pemerataan guru ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development

Lebih terperinci

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN

PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK PRAKTIK YANG BAIK DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) Mei 2013 Modul pelatihan ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui

Lebih terperinci

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)

UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) UNIT 5 MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL) Pendahuluan Peningkatan mutu pendidikan harus dilakukan oleh semua pihak secara berkesinambungan. Peran kepala sekolah,

Lebih terperinci

UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)?

UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? UNIT 6 BAGAIMANA MEMBUAT RENCANA TINDAK LANJUT (RTL)? Pendahuluan Tujuan Program Pelatihan ini adalah untuk menghasilkan peningkatan mutu pendidikan

Lebih terperinci

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik.

Mengidentifikasi fokus pendampingan. Melaksanakan pendampingan sesuai kaidah pendampingan yang baik. UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? (Unit 7 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 7 BAGAIMANA MELAKUKAN PENDAMPINGAN YANG EFEKTIF? Pendahuluan Guru seringkali mengalami kesulitan

Lebih terperinci

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3

PENGAJARAN PROFESIONAL DAN PEMBELAJARAN BERMAKNA PAKET PELATIHAN 3 UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGJAR UNIT 4 PERSIAPAN DAN PRAKTIK MENGAJAR Pendahuluan Persiapan dan praktik mengajar adalah salah satu unit yang penting dalam setiap tahapan pelatihan. Unit ini memberikan

Lebih terperinci

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik

Setelah mengikuti sesi ini, pengawas diharapkan mampu: Mengenali pelaksanaan supervisi yang lebih baik UNIT 5a PENDAMPINGAN UNIT 5a PENDAMPINGAN Pendahuluan Pengawas Mata Pelajaran (selanjutnya disebut Pengawas) mempunyai posisi dan peran yang sangat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Pengawas adalah

Lebih terperinci

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM

UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP B. Praktik KKG dan MGMP Untuk Meningkatkan PAKEM UNIT 6 : KKG DAN MGMP A. Pengelolaan KKG dan MGMP Waktu : 3 jam 45 menit A. Pendahuluan Pada paket pelatihan

Lebih terperinci

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN

PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN PENERAPAN MUTU PENDIDIKAN PADA SATUAN PENDIDIKAN Suplemen MK Pengelolaan Oleh: Suryadi, M.Pd Mutu pendidikan didasarkan atas mutu input, mutu proses, dan mutu output/ outcome, sebagaimana termuat pada

Lebih terperinci

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Modul II Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II - 3

Lebih terperinci

TIM PPG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU

TIM PPG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU LAPORAN PENATAAN DAN PEMERATAAN GURU (PPG) DI KABUPATEN LABUHANBATU Disusun oleh TIM PPG DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN LABUHANBATU 2014 Page 1 of 40 KATA PENGANTAR Isu tentang ketidakseimbangan ketersediaan

Lebih terperinci

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH

UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH UNIT 4 KUNJUNGAN SEKOLAH Pendahuluan Pengawas sekolah adalah tenaga kependidikan profesional yang berfungsi sebagai unsur pelaksana supervisi pendidikan yang mencakup supervisi

Lebih terperinci

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN

ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN ANALISIS LAYANAN PENDIDIKAN Suplemen Mata Kuliah Pengelolaan Pendidikan Oleh: Suryadi, M.Pd Tahap ini bertujuan memberikan gambaran tentang layanan pendidikan saat ini di kabupaten/kota. Oleh karena gambaran

Lebih terperinci

PANDUAN APLIKASI SIMDIKDAS

PANDUAN APLIKASI SIMDIKDAS PANDUAN APLIKASI SIMDIKDAS Panduan Aplikasi SIMDIKDAS ini dikembangkan dengan dukungan penuh rakyat Amerika melalui United States Agency for International Development (USAID). Isi dari panduan ini merupakan

Lebih terperinci

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1

UNIT 1: RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1-1 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 UNIT 1 RELEVANSI PROGRAM DBE3 DENGAN PERMENDIKNAS NO. 41/2007 Pendahuluan DBE3 bertujuan untuk mendukung Kementerian Pendidikan Nasional dan

Lebih terperinci

Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design)

Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design) Merancang Pembelajaran dengan Satu Komputer (Backward Design) Deskripsi Kegiatan Sesi ini digunakan untuk mulai bekerja dengan guru untuk merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengintegrasi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM. SMP / MTs TIM PKP SPM DIKDAS

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM. SMP / MTs TIM PKP SPM DIKDAS Tutorial Pengisian Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SMP / MTs 2017 TIM PKP SPM DIKDAS Instrumen SPM DIKDAS terdiri dari 6 Lembar Kerja (6 Sheet) Cara Pengisian Sheet Profil Lembaga Cara Pengisian Sheet

Lebih terperinci

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN? UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU

Lebih terperinci

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN

UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN International Labour Organization UPAYA PENCEGAHAN DAN PENGHAPUSAN PEKERJA RUMAH TANGGA ANAK PEDOMAN UNTUK PENDIDIK Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PB PGRI) Bekerja sama dengan Proyek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP?

UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? (Unit 8 ini khusus untuk Pelatihan Fasilitator) UNIT 8 BAGAIMANA MEMBERDAYAKAN MGMP? Pendahuluan Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Lebih terperinci

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015

KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 KOPI DARAT Kongkow Pendidikan: Diskusi Ahli dan Tukar Pendapat 13 Mei 2015 Topik #1 Manajemen Guru Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2015-2019 secara eksplisit menyebutkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA. Renstra-SKPD. Decentralized Basic Education 1 Management and Governance

PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA. Renstra-SKPD. Decentralized Basic Education 1 Management and Governance PANDUAN PENYUSUNAN RENCANA STRATEGIS DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN/KOTA (Renstra SKPD) Renstra-KL dan Renstra-KL SKPD Kabupaten/ dan Provinsi Renstra Kabupaten/ Kota Kota Perumusan visi dan misi SKPD Perumusan

Lebih terperinci

Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 4

Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 4 Pengajaran Profesional dan Pembelajaran Bermakna 4 (Better Teaching and Learning 4) Peningkatan Mutu Pembelajaran melalui Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Modul Pelatihan untuk Kegiatan MGMP Oktober

Lebih terperinci

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan BUKU 4e SERI SIKLUS PNPM Mandiri Perkotaan Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya Seri Siklus PNPM-Mandiri Perkotaan Panduan

Lebih terperinci

Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru di Kabupaten Semarang

Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru di Kabupaten Semarang 41 Meningkatkan Kinerja Tenaga Pendidik Melalui Kebijakan Penataan dan Pemerataan Guru di Kabupaten Semarang Fatkuroji Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Walisongo Semarang fatkuroji@rocketmail.com

Lebih terperinci

MONITORING DAN EVALUASI

MONITORING DAN EVALUASI MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN NSPK Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria PETUNJUK TEKNIS MONITORING DAN EVALUASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI,

Lebih terperinci

Persiapan Praktik Mengajar

Persiapan Praktik Mengajar Persiapan Praktik Mengajar I Praktik pembelajaran pada kelas nyata memberikan kesempatan peserta menerapkan hal-hal baru yang dikembangkan pada paket dan sesi sebelumnya Pembelajaran yang berhasil membutuhkan

Lebih terperinci

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Pengantar. Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II. 2 - Modul Pelatihan Praktik yang Baik di SMP dan MTs II Pengantar Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II 2 - Modul II Praktik yang Baik di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) - 3 Pengantar Modul Praktik yang Baik di SMP dan MTs II

Lebih terperinci

Waktu yang digunakan untuk unit ini adalah 90 menit.

Waktu yang digunakan untuk unit ini adalah 90 menit. UNIT 3 JURNAL REFLEKTIF UNIT: 3 JURNAL REFLEKTIF Pendahuluan Kemampuan untuk berefleksi tentang pelaksanaan belajar mengajar sehari-hari di kelas merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikembangkan

Lebih terperinci

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS)

Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunities for Reaching Indonesia s Teachers, Administrators, and Students (USAID PRIORITAS) MODUL IIIC PRAKTIK YANG BAIK DI SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI):

Lebih terperinci

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP

UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP UNIT 1 PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENGEMBANGAN KECAKAPAN HIDUP Pendahuluan Pembelajaran di dalam kelas, pada dasarnya dimaksudkan

Lebih terperinci

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP

TAGOR ALAMSYAH HARAHAP TAGOR ALAMSYAH HARAHAP ENTITAS DESAIN TATA KELOLA GTK DAPODIK Cek Data Guru setiap saat WEBSITE TUNJANGAN P2tk.dikdas.kemdikbud.go.id SIKLUS PENGIRIMAN DATA DARI SEKOLAH KE SERVER DAPODIK PUSAT Feedback

Lebih terperinci

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI TIM PKP SPM DIKDAS

Tutorial Pengisian. Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI TIM PKP SPM DIKDAS Tutorial Pengisian Instrumen SPM DIKDAS Program PKP SPM SD/MI 2017 TIM PKP SPM DIKDAS Instrumen SPM DIKDAS terdiri dari 6 Lembar Kerja (6 Sheet) Cara Pengisian Sheet Profil Lembaga Cara Pengisian Sheet

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS

UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS UNIT 6 MENDORONG PERUBAHAN DI KELAS Pendahuluan Dalam banyak kesempatan, ide-ide perubahan pembelajaran telah dikenalkan. Akan tetapi, ide tersebut seakan-akan hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dosen diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan. pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian

BAB I PENDAHULUAN. dosen diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan. pembelajaran yang digunakan sebagai perangkat dasar kemudian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pekerjaan dapat dikatakan sebuah profesi apabila salah satu syaratnya dilandasi oleh suatu disiplin ilmu. Keilmuan yang melandasi sebuah profesi seiring

Lebih terperinci

2. JELASKAN DENGAN SINGKAT GAMBARAN SESUNGGUHNYA DI KABUPATEN/KOTA ANDA TERKAIT FORMULA DI ATAS.

2. JELASKAN DENGAN SINGKAT GAMBARAN SESUNGGUHNYA DI KABUPATEN/KOTA ANDA TERKAIT FORMULA DI ATAS. PROVINSI : KAB/KOTA : Formula SD/MI - SNP RASIO ROMBONGAN BELAJAR PER RUANG KELAS.. Formula SD/MI - SNP RASIO SISWA SD/MI PER RUANG KELAS Formula SD/MI - SNP RASIO ROMBONGAN BELAJAR PER SEKOLAH SD/MI Formula

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011 PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR : 26 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PERHITUNGAN JUMLAH KEBUTUHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL UNTUK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota

Jumlah kelompok permukiman permanen yang sudah dilayani SD/MI dalam jarak kurang dari 3 KM. Jumlah kelompok permukiman permanen di kab/kota Analisis Capaian Standar Pelayanan Minimal IP-1.1 = (a) Permukiman Permanen=penduduk yang berjumlah 1000 org, khusus di daerah terpencil; (b) Kewajiban kab/kota=1 Sekolah/Madrasah bisa saja berada dalam

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Kp. Dadapan RT. 06/RW. 07, Desa Jatikuwung, Gondangrejo Karanganyar, Jawa Tengah-INDONESIA Telp. +62 2718502888/+62 2718502999 Fax:

Lebih terperinci

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar

MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar PRAKTIK CERDAS Seri Lembaran Informasi BASICS No.9 - Februari 203 MANAJEMEN DATA : Peningkatan Pengelolaan Data untuk Mencapai Target SPM Bid. Kesehatan dan Pendidikan Dasar 27 Indikator Standar Pelayanan

Lebih terperinci

DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU

DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PANDUAN PENYELENGGARAAN DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN

Lebih terperinci

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA

KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 2012 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Pendidikan Dasar Dengan Menggunakan TRIMS KABUPATEN ACEH TENGGARA TAHUN 212 DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN ACEH TENGGARA 2 Laporan Standar Pelayanan Minimal

Lebih terperinci

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P

2017, No Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga P No.202, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKKBN. SIGA. PERATURAN KEPALA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL NOMOR 481 /PER/ G4 /2016 TENTANG SISTEM INFORMASI KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN

PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN PROYEKSI KEBUTUHAN GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN (PJOK) SEKOLAH DASAR DI KABUPATEN SAMPANG TAHUN 2017-2021 Nur Fathiroh Lailina Burhanuddin lailinanurf@gmail.com Jurusan Administrasi Pendidikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H

PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H PERANGKAT MODUL PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN SEKOLAH DASAR KELAS AWAL KELOMPOK KOMPETENSI H DIREKTORRAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2017 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 JUKNIS PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KONTEKS SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102 G. URAIAN

Lebih terperinci

UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP

UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP UNIT 7 : PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu: 120 menit A. PENGANTAR Banyak upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional guru. Salah satu kegiatan yang

Lebih terperinci

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa MODUL PELATIHAN

USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa MODUL PELATIHAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEMBANGUNAN MANUSIA DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA USAID PRIORITAS: Mengutamakan Pembaharuan, Inovasi, dan Kesempatan bagi Guru,Tenaga Kependidikan, dan Siswa MODUL PELATIHAN

Lebih terperinci

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik

Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA Mendayagunakan Guru dengan Lebih Baik: Memperkuat Manajemen Guru untuk Meningkatkan Efisiensi dan Manfaat Belanja Publik Januari 213 Indonesia telah

Lebih terperinci

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20

2018, No Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 20 No.154, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. Evaluasi Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Keywords: pengembangan keprofesian berkelanjutan, penelitian tindakan kelas

Keywords: pengembangan keprofesian berkelanjutan, penelitian tindakan kelas Pelatihan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) untuk Meningkatkan Kompetensi Profesional bagi Guru SD Muhammadiyah 8 Dan SD Islam Nu Pungkuran Kota Semarang melalui Workshop, Klinik, Dan Pendampingan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH

PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH PEDOMAN PENILAIAN KINERJA PENGAWAS MADRASAH DIREKTORAT PENDIDIKAN MADRASAH DIRJEN PENDIDIKAN ISLAM KEMENTERIAN AGAMA 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat

Lebih terperinci

KONFERENSI: ALTERNATIF MODEL PEMBIMBINGAN PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRAKTIKAN MAHASISWA DI SMP NEGERI 2 BOJA KABUPATEN KENDAL

KONFERENSI: ALTERNATIF MODEL PEMBIMBINGAN PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRAKTIKAN MAHASISWA DI SMP NEGERI 2 BOJA KABUPATEN KENDAL KONFERENSI: ALTERNATIF MODEL PEMBIMBINGAN PPL UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PRAKTIKAN MAHASISWA DI SMP NEGERI 2 BOJA KABUPATEN KENDAL Martien Herna Susanti 1 martien_herna@yahoo.com Setiajid 2 setiajid.pkn@gmail.com

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN PROFESI GURU BUKU 3 PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU

Lebih terperinci

Kegiatan dilaksanakan secara pleno, namun peserta duduk berdasarkan kelompok rumpun mata pelajaran. UNIT 2

Kegiatan dilaksanakan secara pleno, namun peserta duduk berdasarkan kelompok rumpun mata pelajaran. UNIT 2 UNIT 2 JURNAL REFLEKTIF UNIT 2 JURNAL REFLEKTIF Pendahuluan Kemampuan merefleksikan pelaksanaan sebuah kinerja, baik oleh guru, kepala sekolah, maupun pengawas merupakan keterampilan yang sangat penting

Lebih terperinci

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013

PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 1 PENERAPAN LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM KURIKULUM 2013 Pendahuluan Oleh: Bambang Prihadi*) Implementasi Kurikulum 2013 dicirikan dengan perubahan yang sangat mendasar

Lebih terperinci

Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012

Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 Direktorat Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2012 TUNTUTAN REGULASI S1/D4, Kesesuaian Latar Belakang Pendidikan, Sertifikat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK

MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK MODUL PEMETAAN SOSIAL BERBASIS KELOMPOK ANAK 00 LATAR BELAKANG Social Mapping, Pemetaan Sosial atau Pemetaan Masyarakat yang dilakukan oleh anak dimaksudkan sebagai upaya anak menyusun atau memproduksi

Lebih terperinci

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini

Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar. Pedoman Fasilitator. Tentang pedoman ini Epidemiologi Lapangan Tingkat Dasar Pedoman Fasilitator Tentang pedoman ini Pedoman ini memuat informasi untuk membantu fasilitator mempersiapkan dan menyampaikan pelatihan mengenai Epidemiologi Lapangan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C05 Pemetaan Swadaya PNPM Mandiri Perkotaan Modul 1 Alur dan GBPP OJT PS 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan

Lebih terperinci

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Hamid Muhammad, Ph.D. NIP iii KATA PENGANTAR Sesuai dengan amanat Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Kementerian Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KABUPATEN BONE PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi sanitasi Kabupaten (SSK) Bone adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat kabupaten.

Lebih terperinci

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB)

ANALISIS STANDAR BELANJA (ASB) SLINN LMPIRN III PERTURN MENTERI PENDIDIKN DN KEBUDYN NOMOR 23 THUN 2013 TENTNG PERUBHN TS PERTURN MENTERI PENDIDIKN NSIONL NOMOR 15 THUN 2010 TENTNG STNDR MINIML PENDIDIKN DSR DI KBUPTEN/KOT. NLISIS STNDR

Lebih terperinci

LEMBAR SOLUSI PERMASALAHAN SK TUNJANGAN PROFESI

LEMBAR SOLUSI PERMASALAHAN SK TUNJANGAN PROFESI LEMBAR SOLUSI PERMASALAHAN SK TUNJANGAN PROFESI 1 Masalah Sudah Update Data di Dapodik namun tidak bisa login untuk Cek Info PTK (http://223.27.144.195:8083/info.php Penyebab Belum memiliki NUPTK atau

Lebih terperinci

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD)

MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN TEKNIS MONITORING SEKOLAH OLEH PEMERINTAH DAERAH (MSPD) KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL KEMENTERIAN AGAMA 2010 MUTU ADALAH TANGGUNG JAWAB BERSAMA (QUALITY IS EVERYBODY

Lebih terperinci

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012

Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 Statistik Pendidikan Dasar Kabupaten Banjarnegara Tahun Pelajaran 2011/2012 EUROPEAN UNION LEMBAR PENGESAHAN STATISTIK PENDIDIKAN DASAR TP. 2011/2012 KABUPATEN BANJARNEGARA Mengetahui/Mengesahkan: KEPALA

Lebih terperinci

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2

Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2 Kegiatan Kerangka Acuan Peringatan Bulan Pengurangan Risiko Bencana Nasional Draft 2 Working Session Safe School Sekolah Aman Bencana Tanggal Sabtu, 17 Oktober 2015; 08.00 12.00 Tempat Latar Belakang Ballroom

Lebih terperinci

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK

Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Modul II Praktik yang Baik dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs) BAHAN RUJUKAN BAGI LPTK Juli 2014 Modul II: Praktik yang Baik dalam MBS di SD/MI dan SMP/MTs

Lebih terperinci

KOTA TANGERANG SELATAN

KOTA TANGERANG SELATAN PEMERINTAH KOTA TANGERANG SELATAN KOTA TANGERANG SELATAN PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN POKJA AMPL KOTA TANGERANG SELATAN 2011 Daftar Isi Bagian 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia Panduan EDS Kepala Sekolah Dokumen ini diperuntukkan bagi PTK dan Siswa KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

PEMERINTAH KOTA TANGERANG RINGKASAN RENSTRA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KOTA TANGERANG PERIODE TAHUN 2014-2018 Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pendidikan dan Kebudayaan periode 2014-2019 merupakan amanat perundang-undangan

Lebih terperinci

Masyarakat yang Setara

Masyarakat yang Setara Masyarakat yang Setara Kelas: 11 Kode Unit: 1101 Unit ini mengintegrasikan kompetensi dasar berikut dari Ekonomi dan Kewarganegaraan: Kompetensi Dasar (K 2013) Ekonomi Kewarganegaraan 3.1 Menjelaskan konsep

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI FORMULA VERVAL PEMBELAJARAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO

IMPLEMENTASI FORMULA VERVAL PEMBELAJARAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO IMPLEMENTASI FORMULA VERVAL PEMBELAJARAN DI KABUPATEN PROBOLINGGO DATA POKOK PENDIDIKAN-KEBUDAYAAN INSTRUKSI MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 : TENTANG KEGIATAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Darurat Ketupat. Ringkasan

Darurat Ketupat. Ringkasan Darurat Ketupat 01 Dec 2011 Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Memperkenalkan Pendekatan Baru Meningkatkan Efisiensi Meminta Umpan Balik dari Warga Keadilan dan Kemudahan akses pelayanan bagi

Lebih terperinci

Nama : Asyarudin Andhin, MT Tgl Lahir : 16 Oktober 1970 Pendidikan : SD N : Jatirawamangun 16 Pt SMP N 92 Jakarta Timur SMA N 31 Jakarta Timur S1 :

Nama : Asyarudin Andhin, MT Tgl Lahir : 16 Oktober 1970 Pendidikan : SD N : Jatirawamangun 16 Pt SMP N 92 Jakarta Timur SMA N 31 Jakarta Timur S1 : Nama : Asyarudin Andhin, MT Tgl Lahir : 16 Oktober 1970 Pendidikan : SD N : Jatirawamangun 16 Pt SMP N 92 Jakarta Timur SMA N 31 Jakarta Timur S1 : Universitas Indonesia Jurusan Teknik Elektro (1996) S2

Lebih terperinci

Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran

Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran Modul Pelatihan 2 Integrasi Kecakapan Hidup dalam Pembelajaran DBE 3 adalah kerjasama dari: Modul pelatihan ini tersusun berkat dukungan yang besar dari rakyat

Lebih terperinci

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS)

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah/madrasah (LPPKS) Jl. Parangkusumo No. 51 Purwosari - Surakarta Jawa Tengah 57147 Telp./Fax: +62 271 716657 E-mail : lp2kssolo@gmail.com ii KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP)

PERHITUNGAN INDIKATOR PENCAPAIAN (IP) SALINAN LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

INFORMASI PERPINDAHAN ALAMAT WEBSITE LAYANAN P2TK DIKDAS

INFORMASI PERPINDAHAN ALAMAT WEBSITE LAYANAN P2TK DIKDAS INFORMASI PERPINDAHAN ALAMAT WEBSITE LAYANAN P2TK DIKDAS LEMBAR INFO GURU : 1. http://223.27.144.195/info.php 2. http://223.27.144.195:8081/info.php 3. http://223.27.144.195:8082/info.php 4. http://223.27.144.195:8083/info.php

Lebih terperinci

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut: PROSEDUR OPERASIONAL BAKU PENGELOLAAN PELATIHAN MASYARAKAT BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PNPM Mandiri Perkotaan telah menetapkan tujuan Membantu masyarakat miskin perkotaan di kelurahan/desa peserta

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2 PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN IN-SERVICE LEARNING 2 PROGRAM PENYIAPAN CALON KEPALA SEKOLAH TAHUN 2012 LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN KEPALA SEKOLAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DAN KEBUDAYAAN 2011

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 89 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Hasil Perhitungan SPM

Hasil Perhitungan SPM THE WORLD BANK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Aceh Utara Juli 2012 Buku Laporan Hasil Perhitungan SPM Menggunakan Aplikasi TRIMS (Tool for Reporting and Information Management by Schools)

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 JUKNIS ANALISIS STANDAR PENGELOLAAN SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51 G. URAIAN PROSEDUR

Lebih terperinci