BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -1"

Transkripsi

1 BAB IV PROYEK EPC (ENGINEERING, PROCUREMENT,CONSTRUCTION) 4.1 Pengertian Proyek EPC EPC adalah salah satu bentuk konsep manajemen proyek yang melimpahkan tanggung jawab atas kegiatan perancangan/desain (Engineering), pengadaan material/peralatan (Procurement) dan pelaksanaan konstruksi (Construction) kepada kontraktor EPC. Proyek EPC seringkali ditemukan pada proyek skala besar atau biasa dikenal dengan istilah special proyek,seperti pembangunan industri atau pabrik seperti kilang minyak, pabrik pupuk, yang membutuhkan dana besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek tersebut membutuhkan teknologi amat tinggi dalam pengerjaannya sedemikian sehingga untuk tahap pengadaannya (Procurement) pun membutuhkan dana dan teknologi tinggi yang sangat berpengaruh pada tahap berikutnya yaitu pelaksanaan konstruksi (Construction). 4.2 Latar Belakang Timbulnya Proyek EPC Seperti halnya pada proyek konstruksi tradisional, manajemen proyek dengan konsep EPC bertujuan sama yaitu tercapainya persyaratan biaya, mutu dan waktu. Hal tersebut juga menjadi latar belakang timbulnya proyek EPC dan dapat dilihat pada penjelasan berikut : a. Waktu penyelesaian Dengan menggabungkan kegiatan desain, pengadaan dan konstruksi maka akan dihasilkan waktu penyelesaian proyek yang lebih singkat dengan tujuan agar proyek tersebut dapat lebih cepat beroperasi. Hal ini berkaitan dengan adanya investasi pada proyek konstruksi. Karena dengan semakin cepatnya proyek beroperasi maka uang yang diinvestasikan akan lebih cepat kembali. B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -1

2 b. Pertimbangan anggaran biaya Pemilik proyek menginginkan untuk mengeluarkan biaya keseluruhan yang serendah mungkin sesuai dengan pengembalian investasi yang semaksimal mungkin dan dengan keuntungan sebesar-besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan cara memperpendek waktu penyelenggaraan konstruksi, mengurangi resiko yang mungkin terjadi, melakukan perencanaan yang cukup lama agar mendapatkan hasil yang matang dan sebagainya. Dengan berkurangnya waktu penyelenggaraan konstruksi maka biaya overhead proyek dapat lebih berkurang. c. Standar mutu Pemilik proyek EPC yang hendak mempekerjakan kontraktor EPC akan membutuhkan standar mutu dan pelaksanaan pada masing-masing pekerjaan pada proyeknya. Pada proyek EPC, kontrak harus meliputi pokok-pokok tentang spesifikasi disamping waktu dan biaya. Hal ini terutama karena proyek EPC merupakan proyek yang mempunyai tingkat kesulitan lebih tinggi dan jumlah kegiatan lebih banyak (dapat mencapai ribuan item kegiatan) dibanding proyek konstruksi tradisional. 4.3 Jenis Proyek EPC Proyek konstruksi adalah rangkaian kegiatan proyek dengan hasil akhir suatu bangunan fisik. Jenis-jenis proyek konstruksi tersebut dapat berupa bangunan gedung perumahan, perkantoran, pabrik, maupun bangunan sipil (jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnnya). Proyek EPC tidak pernah diterapkan pada proyek bangunan gedung, tetapi seringkali ditemukan pada pembangunan pabrik yang membutuhkan dana besar dan mencapai ribuan item kegiatan. Proyek semacam ini biasanya pembangunan ditujukan untuk menghasilkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu misalnya gas dengan tekanan tertentu, listrik dengan daya tertentu dan minyak dengan jumlah tertentu, berbeda dengan bangunan gedung yang dibangun untuk digunakan misalnya untuk dihuni, dijadikan perkantoran, atau pusat pembelanjaan dan sebagainya. B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -2

3 Ditinjau dari hasil akhir kegiatan proyek konstruksi, jenis proyek EPC merupakan jenis bangunan industri. Beberapa bidang yang telah ada pada proyek semacam ini misalnya proses pengolahan suatu zat liquid (refinery) seperti proyek kilang minyak, pembangkit tenaga (power generation) dan produksi manufaktur. Karena biasanya bangunan proyek semacam ini berbentuk pabrik yang melakukan proses dan memproduksi zat tertentu, proyek semacam ini disebut juga pabrik proses (process plant) atau pabrik industri (industrial plant). Ketika proyek semacam ini dibangun, biasanya terdapat pekerjaan instalasi yang lebih banyak dibandingkan pada proyek bangunan gedung, misalnya pekerjaan instalasi pipa, turbin, boiler dan kompresor. Pembangunan konstruksi biasanya ditujukan sebagai struktur penunjang instalasi tersebut misalnya pembangunan pondasi mesin sebagai tempat dudukan mesin-mesin pabrik tersebut. Selain itu, beberapa pekerjaan konstruksi lainnya berperan dalam pekerjaan persiapan proyek seperti pembersihan lahan (land clearing), pembangunan jalan (acces road), fasilitas penyimpanan barang (warehouse), kantor direksi (direction kit) dan fasilitas lainnya. Dalam mewujudkan proyek semacam ini beberapa masalah yang seringkali timbul adalah dalam mengkoordinasikan pekerjaan instalasi dengan pekerjaan konstruksi. Biasanya pekerjaan konstruksi harus menyesuaikan kepada jenis instalasinya, oleh karena itu dalam melakukan kegiatan harus didahului dengan perencanaan yang matang, misalnya dalam membangun pondasi mesin harus memperhatikan spesifikasi mesin seperti dimensi, berat, getaran dan sebagainya. Sehingga ketika tahap perencanaan berlangsung selalu terjadi revisi atau peninjauan ulang kembali antar pekerjaan instalasi dan konstruksi yang dilakukan terus-menerus sampai dicapai rancangan akhir. Kegiatan-kegiatan pembangunan proyek semacam ini merupakan pekerjaan yang menyatukan peran multi disiplin (multi disciplinary). Kegiatan proyek tersebut berkaitan dengan kegiatan produksi dalam suatu pabrik yang biasanya dilakukan untuk memproses suatu zat, untuk itu diperlukan B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -3

4 adanya mesin-mesin berikut dengan instrumentasinya, menjalankan mesin tersebut dengan suatu sumber listrik, dan mengadakan struktur yang menunjang mesin-mesin tersebut. Oleh karena itu diperlukan integrasi peran multi disiplin untuk mewujudkannya seperti disiplin proses, instrument, mekanikal, listrik dan sipil. Kegiatan mengintergarsikan multi disiplin misalnya dengan adanya dokumen P & ID yang berisi diagram pipa dan instrumen yang mencakup posisi, letak dan hubungan antar pipa, instrumen dan peralatan. Dokumen tersebut selanjutnya menjadi dasar bagi disiplin lain untuk menentukan denah, kedudukan peralatan dan membuat gambar perencanaan serta model. Untuk membuat P & ID dibutuhkan gambar aliran utama yang dibuat displin proses. 4.4 Rangkaian Kegiatan Proyek EPC Proyek EPC mengalami kegiatan-kegiatan proyek seperti pada proyek konstruksi tradisional, namun memiliki beberapa modifikasi. Hal ini disebabkan karena karakteristik proyek EPC merupakan proyek industri. Secara lengkap tahapan-tahapan kegiatan yang terjadi pada proyek EPC dapat dilihat pada gambar berikut : B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -4

5 Gambar 4.1 Rangkaian kegiatan proyek EPC Terdapat sedikit perubahan urutan kegiatan antara proyek konstruksi tradisional dan proyek EPC. Pada proyek EPC tahapan pengadaan/pelelangan untuk penentuan kontraktor terpilih terjadi sebelum desain. Pada proyek konstruksi tradisional kegiatan pengadaan material dan peralatan tidak dipisahkan dari kegiatan konstruksi. Sedangkan pada proyek EPC, kegiatan pengadaan barang terpisah dari kegiatan konstruksi, dilakukan setelah tahapan desain/perancangan selesai. Hal ini disebabkan pengaruh kegiatan pengadaan pada proyek konstruksi tradisional tidak sebesar pada proyek EPC. B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -5

6 4.5 Data Proyek EPC Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa proyek EPC tergolong ke dalam proyek yang membangun bangunan industri. Proyek semacam ini terdiri dari ribuan item pekerjaan yang memerlukan keahlian tertentu misalnya dalam menangani mesin-mesin berteknologi tinggi dan berasal dari berbagai multi disiplin ilmu sehingga dibutuhkan banyak tenaga kerja. Sebagai contoh proyek EPC, di bawah ini terdapat 2 proyek pembangunan pembangkit listrik bertenaga uap (PLTU) yaitu proyek PLTU 2 SULUT dan proyek PLTU 1 BANTEN 1 SURALAYA UNIT 8. Pada proyek PLTU ini jenis kontrak yang digunakan yaitu tipe kontrak lumpsum fixed price ( kontrak harga tetap dengan lumpsum) dimana kontraktor melaksanakan pekerjaaannya hingga selesai dengan biaya tetap meskipun terjadi perubahan volume pekerjaan. Kontrak jenis ini digunakan jika semua detail pekerjaan yang dilaksanakan diketahui dan kemungkinan perubahan/variasi sangat kecil. Dengan adanya kontrak tersebut, maka owner dapat memperkirakan biaya total proyek Proyek PLTU 2 SULUT Proyek PLTU 2 SULUT merupakan sebuah pembangkit listrik bertenagakan uap berkapasitas 2 X 25 MW di daerah Amurang Barat, Desa Moinit, Kab. Minahasa Selatan, Sulawesi Utara. Tujuan dari pembangkit listrik ini adalah untuk menyuplai tenaga listrik untuk keperluan industri dan publik. Pada proyek ini PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) merupakan pemilik proyek (owner) dan PT. Wijaya Karya sebagai kontraktor EPC. Dari proyek ini didapatkan data berupa struktur organisasi dari kontraktor utama dan hubungan organisasi yang terjadi pada proyek ini. Berikut Data umum proyek: Nama Proyek : Pembangkit Listrik Tenaga Uap kapasitas 2x25 MW Lokasi : Amurang Barat, Desa Moinit, Kab.Minahasa Selatan Sulawesi Utara Koordinat Geografis : N EL dan E B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -6

7 Pemilik Proyek : PT Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN). Konsultan Supervisi : PT Prima Layanan Nasional Engineering Kontraktor EPC : PT Wijaya Karya (PT. WIKA) Sub Kontraktor Site Development : PT Kemilau Nursian Sub Kontraktor pemancangan : PT Sanggar Adi Sarana Teknik Sub Kontraktor Pengadaan Pile : PT. WIKA-Beton Sub Kontraktor Pengadaan Besi : PT. Interwood Quantity Surveyor : PT Wijaya Karya (PT. WIKA) Sumber Dana : PT PLN (PERSERO) Jenis Kontrak : Lumpsum Fix Price Nilai Kontrak : USD.35,342,450 + Rp ,- (termasuk PPN 10 %) Mata Uang : US Dolar & Rupiah. Mulai Pekerjaan : 22 November Waktu Pelaksanaan : 791 hari kalender Pihak-pihak yang terlibat dalam Proyek PLTU 2 SULUT Setiap pelaksanaan proyek konstruksi secara umum selalu melibatkan pihak-pihak berikut: Pemberi tugas/ pemilik proyek (owner) Pemilik proyek merupakan seseorang atau badan usaha milik swasta atau pemerintah yang memiliki gagasan dan dana serta menginginkan suatu pekerjaan dilaksanakan oleh suatu pihak sehubungan dengan kepentingannya atas hasil pekerjaan. Dalam proyek ini pemiliknya yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN). Pelaksana konstruksi / kontraktor Kontraktor merupakan perusahaan yang melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi. Dalam proyek ini kontraktor utamanya yaitu PT Wijaya Karya (PT. WIKA) B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -7

8 Perencana konstruksi/ konsultan Konsultan perencana merupakan perusahaan yang memenuhi persyaratan untuk melakukan tugasnya sebagai tempat berkonsultasi dalam bidang perencanaan lingkungan, perencanaan konstruksi beserta kelengkapannya. Dalam proyek ini konsultan supervisinya yaitu PT Prima Layanan Nasional Engineering. Supplier/ vendor/pemasok Pemasok adalah badan usaha yang menyediakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Pemasok tidak terlibat langsung dalam proses pengerjaan proyek, tetapi mempunyai peranan yang cukup penting dalam proyek EPC karena pada proyek EPC alat dan bahan yang dibutuhkan jumlahnya ribuan jenis serta mempunyai spesifikasi khusus Organisasi Proyek PLTU 2 SULUT Seperti pada setiap proyek konstruksi untuk memudahkan mengatur antara pihak-pihak yang terlibat dalam proyek, dibutuhkan suatu struktur organisasi. Dengan adanya struktur organisasi tersebut, tanggung jawab dan peran masing-masing pihak yang terlibat menjadi lebih jelas. Pada proyek EPC bentuk organisasi yang dipakai umumnya yaitu turnkey dimana pemilik menyerahkan tanggung jawab desain dan pelaksanaannya kepada satu kontraktor utama dimana pada proyek ini yaitu PT. WIKA. Ciri dari bentuk organisasi ini yaitu adanya subkontraktor-subkontraktor spesialis yang berbeda dengan subkontraktor pada proyek konstruksi. Tidak seperti proyek konstruksi tradisional, pelaksanaan tahapan proyek pada organisasi seperti ini memungkinkan dilaksanakan secara overlapping karena tanggung jawab desain dan pelaksanaan konstruksi ada pada satu pihak yaitu kontraktor utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari bagan dibawah ini : B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -8

9 Gambar 4.2 Skema Hubungan pada proyek PLTU SULUT Organisasi Kontraktor EPC Pada proyek ini, Perusahaan EPC sebagai kontraktor utama yaitu PT. Wijaya Karya mempunyai peranan penting dalam proses peran perancangan, pengadaan serta pelaksanaan konstruksi, disamping pihakpihak yang lain seperti vendor (penjual barang atau peralatan keperluan pembangunan proyek), fabricator (perusahaan pembuat peralatan equipment), dan subkontraktor lainnya. Oleh sebab itu dibutuhkan suatu pengaturan yang baik agar semua tahapan proyek dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Untuk menunjang hal tersebut, PT. Wijaya Karya mempunyai sruktur organisasi tersendiri. Struktur organisasi di tubuh PT. Wijaya Karya sendiri sebagai kontraktor EPC dalam menjalankan proyek ini adalah sebagai berikut: B A B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent C onstruction) IV -9

10 Gambar 4.3 Struktur organisasi PT. WIKA BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -10

11 Berdasarkan struktur organisasi diatas, berikut ini tugas beserta tanggung jawab dari tiap bagian : Project Manager = memimpin dan mengatur pelaksanaan pekerjaan agar berjalan dengan baik dan sesuai rencana serta perjanjian kontrak Divisi Engineering Bagian Tugas a. Project Engineering bertanggung jawab atas pekerjaan basic design. b. Engineering Manager EPC bertanggung jawab atas kegiatan desain seluruh disiplin ilmu (sipil, mekanikal, elektrikal). Kegiatan dilakukan sampai menghasilkan spesifikasi,kriteria, dan gambar untuk pembelian peralatan atau material serta gambar untuk pelaksanaan konstruksi. c. Civil Engineering bertanggung jawab atas kegiatan disain struktur penunjang instalasi seperti pembangunan pondasi mesin sebagai tempat dudukan mesin-mesin pabrik. d. Mechanical Engineering bertanggung jawab atas kegiatan disain mekanikal. e. Electrical Engineering bertanggung jawab atas kegiatan disain elektrikal. f. Document Control Bertanggung jawab atas penyimpanan dan pendistribusian dokumen yang beredar dari divisi engineering menuju divisi lainnya. Tabel 4.1 Tugas dan Bagian dari Divisi Engineering Pada proyek ini, PT WIKA mempunyai lingkup pekerjaan pada konstruksi sipil termasuk didalamnya perancangan disain untuk konstruksi sipil. Perancangan disain untuk mekanikal dan elektrikal diserahkan kepada pihak lain yang disebut subkonsultan. Subkonsultan yang diberikan tanggung jawab pekerjaan kemudian memberikan hasil perancangan kepada PT WIKA. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -11

12 Gambar 4.4 Pembagian pekerjaan pada proses perancangan Output kegiatan perancangan dari tiap bagian (sipil, mekanikal dan elektrikal) kemudian diperiksa oleh Engineering Manager EPC, bagian Procurement dan pembuat gambar. Output kegiatan perancangan yang telah diperiksa selanjutnya diserahkan pada bagian procurement untuk proses pengadaan. Gambar 4.5 Proses perancangan dalam proyek PLTU 2 SULUT BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -12

13 Divisi Procurement Bagian Tugas a. Procurement bertanggung jawab atas kegiatan pengadaan material dan peralatan yang dilakukan bagian purchasing, expediting dan traffic. b. Purchasing bertanggung jawab atas kegiatan pembelian material, pemesanan dan kontrak pembelian/po (purchasing order). c. Expediting bertanggung jawab atas pemantauan produksi. Pemantauan produksi terutama terhadap mutu dan kinerja peralatan termasuk inspeksi dan testing ke lokasi pabrik pembuatan. d. Traffic bertanggung jawab atas penerimaan dan penanganan material sampai di lokasi penyimpanan, pemeriksaan atau verifikasi, mengurus surat serta kelengkapan dokumen material dan peralatan yang telah sampai di tempat penyimpanan. Tabel 4.2 Tugas dan Bagian Divisi Procurement Proses pengadaan pada proyek PLTU 2 SULUT dimulai dari detail design yang diterima oleh bagian procurement. Kemudian dilakukan proses pengadaan vendor sebagai pihak yang menyuplai material dan peralatan. Proses selanjutnya dari pengadaan material dan peralatan menjadi tanggung jawab bagian purchasing, expediting dan traffic. Dimana bagian purchasing melakukan kontrak pembelian atau purchasing order (PO) dengan vendor terpilih. Bagian expediting melakukan pemantauan terhadap proses produksi material dan peralatan. Terakhir, bagian traffic bertanggung jawab terhadap proses pengiriman material dan peralatan dari tempat fabrikasi menuju lokasi proyek pembangunan. Alur proses pengadaan selengkapnya dapat dilihat pada bagan di bawah ini. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -13

14 Gambar 4.6 Proses pengadaan dalam proyek PLTU 2 SULUT Divisi Construction Bagian Tugas a. Site Manager bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi di lapangan. b. Field Engineering bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi dari beberapa disain yang dirancang oleh berbagai disiplin ilmu di lapangan. c. Civil Construction bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi sipil di lapangan berdasarkan desain yang dibuat oleh civil engineering. d. Mechanical Construction bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi peralatan mekanik di lapangan berdasarkan desain yang dibuat oleh mechanical engineering. e. Electrical Construction bertanggung jawab atas pelaksanaan konstruksi elektrikal di lapangan berdasarkan desain yang dibuat oleh electrical engineering. f. Site Control Mengatur hal yang menyangkut teknik, peralatan serta penyediaan bahan (material) agar sesuai jadwal. Tabel 4.3 Tugas dan Bagian Divisi Construction BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -14

15 Proses pelaksanaan konstruksi dilakukan setelah adanya detail design dan peralatan serta material yang dibutuhkan. Berikut alur proses pelaksanaan konstruksi dari proyek PLTU 2 SULUT. Gambar 4.7 Proses pelaksanaan konstruksi dalam proyek PLTU 2 SULUT Selain divisi utama diatas, ada beberapa divisi lain yang juga penting yaitu project control yang mempunyai tugas mengontrol jalannya proyek. Tugas utamanya adalah dalam hal penjadwalan dan dari sisi keuangan, agar sesuai dengan kontrak dan budget yang sudah ditanda tangani dan disetujui oleh Client atau pemilik proyek. Dalam divisi Project Control ini terdapat dua grup, yaitu Schedulling dan Cost Control. Ada juga divisi quality control yang berfungsi untuk menjaga agar proses disain, kalkulasi, dan pembelian barang serta termasuk juga proses konstruksinya sesuai dengan kaidah mutu dan standar yang berlaku serta telah disetujui penggunaannya oleh client. Divisi quality assurance berfungsi untuk meyakinkan bahwa segenap anggota tim proyek telah bekerja dengan benar dengan menggunakan standard quality yang telah ditetapkan dan diakui dunia internasional. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -15

16 4.5.2 Proyek PLTU 1 Banten Proyek PLTU 1 Banten 1 Suralaya Unit 8 merupakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan kapasitas 600 MW. PLTU 1 Banten 1 Suralaya Unit 8 berlokasi di Suralaya, 7 km dari pelabuhan Merak, Banten. Pada proyek ini PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) selaku pemilik proyek dan kontraktor CNTIC Consortium selaku kontraktor utama yang terdiri atas China National Technical Import & Export Corporation, China National Machinery Import & Export Corporation, Zhejiang Electric Power Design Institute (ZEPDI) dan PT Rekayasa Industri. Berikut data umum proyek : Nama Proyek : Pembangkit Listrik Tenaga Uap kapasitas 600 MW Lokasi : Suralaya, 7 Km dari pelabuhan Merak, Banten Koordinat Geografis : LS dan 106 2' 32 BT Nilai Kontrak : Rp. 951,677,973,100 dan 367,903,080.6 dolar AS (termasuk PPN 10%) Mata Uang : US Dolar & Rupiah. Jenis Kontrak : lumpsum fix price Waktu Pelaksanaan : 36 bulan Nomer SPK/Kontrak : No. 048.PJ/041/DIR/2007/12 Maret 2007 Pemilik Proyek : PT Perusahaan Listrik Negara (PT. PLN). Kontraktor EPC : CNTIC CONSORTIUM CNTIC CONSORTIUM terdiri atas : 1. China National Technical Import & Export Corporation: sebagai kontraktor utama yang bertanggung jawab di bidang pendanaan, komersial, koordinasi, dan legal affair yang terkait proyek termasuk commisioning dan manajemen proyek. 2. China National Machinery Import & Export Corporation, Membantu pekerjaan CNTIC, dan melakukan pengadaan untuk material; BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -16

17 3. Zhejiang Electric Power Design Institute Bertanggung jawab menangani keseluruhan desain dan engineering termasuk investigasi lapangan, koordinasi dengan anggota CNTIC konsorsium yang lain dan membantu CNTIC dalam manajemen proyek untuk memperoleh pelaksanaan yang lebih baik 4. PT Rekayasa Industri. Bertanggung jawab dalam porsi pekerjaan lokal dalam kelangsungan proyek termasuk pekerjaan sipil, koordinasi dengan pihak lokal yang berwenang untuk perizinan dan lisensi serta keperluan lokal yang terkait dengan pelaksanaan konstruksi proyek. Berikut bagan hubungan organisasi dalam proyek PLTU 1 Banten. Gambar 4.8 Hubungan organisasi dalam proyek PLTU 1 BANTEN Terlihat pada proyek ini kontraktor utama (kontraktor EPC) merupakan gabungan dari beberapa perusahaan asing dan lokal disebut dengan CNTIC CONSORTIUM. Untuk perusahaan lokal dipegang oleh PT. Rekayasa Industri. PT Rekayasa Industri berperan sebagai kontraktor di bidang sipil sedangkan ZEPDI menangani proses perancangan dari keseluruhan proyek. Untuk bagian yang lainnya ditangani oleh China National Technical Import & Export Corporation (CNTIC), China National Machinery Import & Export Corporation (CNMIC). BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -17

18 Rangkaian Kegiatan dalam Proyek PLTU 1 Banten Proyek EPC mempunyai kegiatan yang sama dengan kegiatan pada proyek konstruksi yaitu kegiatan perencanaan, pengadaan dan pelaksanaan konstruksi. Namun pada proyek EPC kegiatan-kegiatan tersebut ditangani oleh satu pihak yaitu kontraktor EPC sedangkan pada proyek konstruksi tradisional kegiatan tersebut ditangani beberapa pihak. Kegiatan pada proyek EPC pada PLTU 1 Banten akan dijelaskan di bawah ini. Proses Perancangan Proses perancangan dimulai dengan pembuatan basic design untuk bangunan/fasilitas yang akan dibangun. Basic design dapat diperoleh dari perancang ataupun pihak luar yang bertugas dalam pembuatan basic design dan ada juga saat dimana basic design harus dibuat sendiri. Untuk proyek yang belum memiliki basic design diperlukan data-data mengenai bangunan/fasilitas yang akan dibangun yang biasanya diberikan dalam bentuk list dan keterangan secara tertulis. Data-data yang diberikan dapat berupa spesifikasi kasar terhadap bangunan/fasilitas proyek, data-data survey yang mendukung kelengkapan informasi lokasi dan bangunan yang akan dibangun. Selain informasi tertulis dalam pembuatan basic design diperlukan pula layout lokasi rencana didirikannya bangunan/fasilitas proyek. Setelah diperoleh data-data tersebut selanjutnya dibuat basic design mengenai bangunan/fasilitas yang memuat sketsa tampak dan detail gambaran kasar bangunan yang akan di desain. Proses selanjutnya setelah diperoleh basic design adalah detailing design. Yang dimaksud detailing design meliputi proses engineering calculation dan drafting. Engineering calculation dilakukan untuk mendetailkan informasi dari basic design dalam hal dimensi dan kekuatan struktur. Dalam proses perhitungan diperlukan suatu standard dan code untuk mengolah data input yang berupa gambar maupun data hasil survey. Sedangkan drafting dilakukan untuk mendetailkan bagian-bagian yang terdapat dalam basic design. Dalam proses drafting diperlukan gambaran aktifitas maupun kondisi ruang dan struktur untuk memberikan detail fasilitas yang BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -18

19 dibutuhkan terkait pengoperasian bangunan/fasilitas proyek. Selanjutnya dilakukan peleburan antara kedua proses tersebut dan diolah kembali hingga pada akhirnya menghasilkan produk perancangan. Contoh dokumen Basic Design dan Detailed Design ditunjukkan pada gambar di bawah ini Gambar 4.9 Salah satu Bentuk Basic Design dari ZEPDI Gambar 4.10 Salah satu Bentuk Detailed Design Pada proyek pembangunan PLTU 1 BANTEN. Gambar yang akan diajukan ke PLN (selaku owner) harus diperiksa terlebih dahulu kelengkapannya. Pemeriksaan dilakukan oleh beberapa pihak yaitu originator (pembuat gambar/desain), supervisor, dan engineering manager. Proses pemeriksaan dilakukan menggunakan checklist form yang berisi daftar hal-hal yang harus diperiksa dalam gambar desain. Produk perancangan berupa gambar detail yang dilengkapi dengan dimensi dan keterangan perhitungan terhadap bangunan/fasilitas proyek. Produk perancangan ini yang nantinya akan digunakan sebagai acuan dalam pelaksaanaan proses pengadaan dan konstruksi. Dari gambar detail dan BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -19

20 keterangan perhitungan dapat dibuat Material Take Off (MTO) dan requisition. Gambar detail, keterangan perhitungan, MTO dan requisition merupakan keseluruhan produk yang dihasilkan dari proses perancangan. Bagan Alir kegiatan perancangan ditunjukkan pada gambar dibawah ini Gambar 4.11 Bagan Alir proses perancangan pada proyek EPC BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -20

21 Dalam proyek PLTU 1 BANTEN 1 proses perancangan ditugaskan kepada Zhejiang Electric Power Design Institute (ZEPDI). ZEPDI melakukan keseluruhan proses perancangan yang outputnya diserahkan kepada PT Rekayasa Industri untuk ditindaklanjuti ke proses pengadaan dan konstruksi. Gambar-gambar yang dikirimkan ke PT Rekayasa Industri sudah berupa gambar detail berdasarkan hasil perhitungan dan desain dari ZEPDI. Dari gambar ini PT. Rekayasa Industri membuat MTO dan Requisition. MTO merupakan bentuk list quantity pekerjaan dan material terkait proses konstruksi bangunan/fasilitas proyek. Setelah MTO dikeluarkan kemudian dibuatlah Requisition yang berupa surat permintaan untuk memenuhi kebutuhan pengadaan akan pekerjaan dan material. Proses pembuatan MTO dan Requisition dilakukan dengan cara memodelkan detail design yang ada dengan menggunakan program seperti SAP atau STAAD. Perhitungan MTO dilakukan dengan cara penggunaan software tersebut dan manual. Progress pelaksanaan dilakukan oleh dua pihak yaitu perancang dan MTO-man. Kedua belah pihak melakukan perhitungan secara terpisah baik dalam penggunaan program maupun perhitungan manual. Setelah dilakukan perhitungan selanjutnya dibandingkan hasil dari kedua pihak tersebut untuk menghasilkan MTO dan Requisition sebenarnya. Penggunaan dua pihak dalam proses perhitungan bertujuan untuk memberikan correction check terhadap hasil perhitungan. Flow Chart proses MTO dan requisition dapat dilihat pada gambar berikut. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -21

22 Gambar 4.12 Bagan Alir proses MTO dan Requisition pada proyek EPC BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -22

23 Gambar yang dihasilkan dalam proses engineering terbagi menjadi 5 status yaitu : 1. Approved Gambar yang telah disetujui oleh PLN dan PT Rekayasa Industri, sehingga dapat diimplementasikan di konstruksi oleh Rekayasa. 2. Approved as Noted Gambar telah disetujui untuk diimplementasikan di konstruksi namun disertai catatan yang melengkapi atau menjelaskan gambar untuk konstruksi. 3. Not Approved Gambar yang diajukan tidak diterima oleh PLN atau Konsorsium sehingga tidak boleh diimplementasikan di konstruksi. Gambar ini harus direvisi hingga mendapat persetujuan PLN atau konsorsium. 4. For Approval Gambar hasil desain diajukan pada PLN atau Konsorsium untuk disetujui. 5. Information Gambar belum disetujui dan hanya berfungsi sebagai informasi bagi pihak terkait. 6. Final Disebut juga As Built Drawing. Gambar ini merupakan gambar akhir sesuai pelaksanaan konstruksi. Artinya segala penyesuaian yang terjadi di lapangan digabungkan dengan gambar approved menjadi gambar ini. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -23

24 Proses Pengadaan Berdasarkan requisition yang disediakan dari proses perancangan, tim pengadaan PT Rekayasa Industri (selaku kontraktor EPC) mengadakan tender secara terbatas. Proses ini dimulai dengan penilaian awal oleh pihak vendor manajemen PT Rekayasa Industri. Tahap pengadaan diadakan melalui proses tender terhadap kebutuhan pekerjaan dan material yang tertera pada requisition. Tender dilakukan dengan mengundang minimal tiga bidder. Pemilihan bidder didasarkan atas vendor manajemen perusahaan, dengan pertimbangan terhadap pengalaman bidder terkait requisition. Selanjutnya requisition diberikan kepada pihak bidder untuk dipelajari dan dibuat proposal penawaran requisition dalam tenggat waktu yang sudah ditentukan. Selama proses penyusunan proposal penawaran bila dibutuhkan akan dilakukan pertemuan klarifikasi dari pihak engineering untuk memberikan penjelasan kepada bidder mengenai requisition. Setelah tenggat waktu pengumpulan proposal penawaran, proposal yang masuk akan dievaluasi dari segi teknis dan komersial. Dari segi teknis akan dievaluasi kualitas bahan atau pekerjaan yang ditawarkan oleh bidder. Segi komersial akan mengevaluasi proposal dari segi penawaran finansial dan ekonomis harga yang ditawarkan bidder. Bidder yang lolos harus memenuhi technical bid evaluation (TBE) dan commercial bid evaluation (CBE). Sesuai dengan kontrak untuk bidder yang memiliki poin tertinggi harus memperoleh persetujuan dari pihak owner sebelum memperoleh award. Apabila owner tidak memberikan persetujuan maka dapat dilakukan pelelangan ulang terkait pendapat dari owner. Jika memperoleh approval selanjutnya akan diberikan award. Bidder yang memperoleh award mulai bekerja setelah Surat Perintah Kerja (SPK) keluar. Untuk proses pengadaan pekerjaan dan material struktur bangunan atas dilakukan oleh pihak PT Rekayasa Industri dengan menunjuk CMK sebagai penyedia material baja dan pelaku pendirian struktur. Flow chart kegiatan pengadaan vendor ditunjukkan pada gambar di bawah ini : BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -24

25 Gambar 4.13 Bagan Alir proses pengadaan vendor pada proyek EPC BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -25

26 Proses Pelaksanaan Konstruksi Proses konstruksi merupakan tindak lanjut dari proses perancangan dan pengadaan yang merealisasikan apa yang ada dalam gambar desain menjadi bentuk nyata. Pada proyek Pembangunan PLTU 1 BANTEN 1 SURALAYA proses konstruksi diawali dengan diterimanya gambar desain yang telah disetujui oleh PLN sebagai owner proyek. Dari gambar yang telah disetujui, dibuatlah metode pelaksanaan konstruksi, MTO, dan Requisition. Sebelum diterapkan di lapangan, metode konstruksi harus terlebih dahulu mendapat persetujuan supervisor. Setelah disetujui supervisor, kebutuhan material tambahan dicantumkan ke dalam MTO pekerjaan. Dari MTO dan metode konstruksi, dibuat Requisiton Document untuk mengadakan material atau sub kontraktor pekerjaan. Setelah didapat material atau sub kontraktor dari procurement, pekerjaan kemudian dieksekusi. Untuk pekerjaan yang dilakukan oleh sub kontraktor, metode konstruksi dibuat oleh sub kontraktor pekerjaan tersebut. Metode konstruksi tersebut kemudian diajukan ke PT Rekayasa Industri untuk memperoleh persetujuan penggunaannya. Pengadaan material pekerjaan pun bergantung pada kesepakatan awal PT Rekayasa Industri dengan sub kontraktor. Untuk material pekerjaan yang disuplai dari PT Rekayasa Industri, material dikirim ke lapangan dibawah tanggung jawab divisi logistik PT Rekayasa Industri. Flow chart kegiatan pengadaan ditunjukkan pada gambar berikut. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -26

27 Gambar 4.14 Bagan Alir proses pelaksanaan konstruksi proyek EPC BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -27

28 Quality Control dan Quality Assurance Dalam pelaksanaan konstruksi proyek terdapat suatu program yang bertujuan untuk menjamin kualitas produk konstruksi, program tersebut dinamakan dengan Quality Assurance dan Quality Control (QA/QC). QA merupakan pengontrolan kualitas dari material yang digunakan dalam konstruksi. Pelaksanaannya dilakukan sebelum pendirian bangunan. QA dilakukan terhadap spesifikasi material yang dipesan. Selama pelaksanaan konstruksi terkadang terjadi kesalahan akibat faktor kelalaian manusia maupun sistem. Untuk mengatasi ketidaksesuaian produk dengan rencana pertema dilakukan pengecekan kondisi eksisting terhadap spesifikasi yang dibutuhkan. Apabila ketidak sesuaian ini masih dapat ditolerir maka konstruksi tetap dilanjutkan dengan catatan pada laporan untuk ketidak sesuaian tersebut. Namun bila ketidaksesuaian tersebut berbahaya terhadap spesifikasi maka perlu dicari solusinya. Penyusunan solusi dilakukan bersama antara pihak QC, Kontraktor dan Engineer. Penentuan solusi harus didasarkan pada data empirik. Namun apabila terdapat kondisi yang tidak mungkin dicari solusinya maka terkadang perlu dilakukan pembongkaran dan konstruksi ulang. Hal tersebut diusahakan tidak terjadi selama pelaksanaan proyek. Presentasi metode konstruksi dilakukan untuk setiap metode yang akan dilakukan oleh kontraktor. Hal ini bertujuan untuk mempelajari kemungkinan ketidak sesuian metode terhadap spesifikasi gambar. Dalam melaksanakan quality control dan quality assurance PT Rekayasa Industri membuat Inspection Test Plan (ITP Field). ITP ini merupakan rencana inspeksi dan test yang akan dilakukan pada pekerjaan-pekerjaan dan hal-hal yang mendukungnya selama proyek berjalan. Pada ITP ini terdapat informasi mengenai jenis pemeriksaan, metode pemeriksaan, referensi dan verifikasi dokumen, frekuensi pemeriksaan, dan pihak-pihak yang bertanggung jawab. Berikut ini flowchart proses QA/QC. BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -28

29 Gambar 4.15 Bagan alir proses QC/QA pada proyek EPC BA B IV Proyek E PC (E ngineering Procurem ent Construction) IV -29

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU

BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU BAB V ANALISIS SISTEM MANAJEMEN MUTU Analisis yang dilakukan berdasarkan data dari bab 3 untuk proyek konstruksi tradisional dan bab 4 untuk proyek EPC diperoleh bahwa setiap proyek konstruksi mempunyai

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek dapat berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL

BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL BAB III PROYEK KONSTRUKSI TRADISIONAL 3.1 Pengertian Proyek Konstruksi Proyek Banyak ahli telah mendefinisikan pengertian proyek. Proyek adalah kegiatan yang bersifat unik untuk mencapai tujuan tertentu

Lebih terperinci

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction.

Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Apa sih EPC Itu? Kita awali dulu dengan kepanjangannya, EPC adalah singkatan dari istilah Engineering- Procurement-Construction. Kalo dilihat dari istilah, EPC itu tidak lain adalah tahapan dalam suatu

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC

SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC SISTEM MANAJEMEN MUTU PADA PROYEK EPC TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL oleh Eric Baroroh 150 04 053 Kreshna Hary Murti 150

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, oleh karena itu dibutuhkan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Perencanaan Lapangan (Site Planning) Perencanaan lapangan kerja (site planning) dibuat untuk mengatur penempatan peralatan, stok material dan sarana penunjang

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK 3.1. Definisi Proyek Pengertian proyek secara umum adalah merupakan sebuah kegiatan pekerjaan yang dilaksanakan atas dasar permintaan dari seorang owner atau pemilik pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK

BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK BAB II KARAKTERISTIK & MANAJEMEN PROYEK 2.1 DATA PROYEK A. Lokasi Proyek Proyek Apartemen Green Bay dibangun di atas pantai,lalu di urug dengan tanah dengan luas total sebesar m2 127.881 dengan detail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pada penelitian ini, dijelaskan secara singkat mengenai Pelaksanaan Perencanaan MEP Proyek Whiz Hotel Yogyakarta di Yogyakarta, yang merupakan sebuah proyek

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Sistem Organisasi Proyek 3.2 Struktur Organisasi Proyek PEMBERI TUGAS (OWNER) PT.Kompas Media Nusantara MANAJEMEN KONSTRUKSI PT.Ciriajasa Cipta Mandiri

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek III-1 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB 1 PROYEK KONSTRUKSI

BAB 1 PROYEK KONSTRUKSI BAB 1 PROYEK KONSTRUKSI 1.1 Pendahuluan 1. Tujuan Instruksional a) Mengetahui pengertian umum mengenai proyek konstruksi: apakah proyek itu, siapa pengelolaan proyek? b) Mengetahui jenis-jenis proyek konstruksi

Lebih terperinci

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan

3.2 Struktur Organisasi Laporan Kerja Praktik Struktur organisasi adalah suatu kerangka kerja yang mengatur pola hubungan kerja antar orang atau badan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 ORGANISASI PROYEK Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. sitematis. Dapat diartikan juga sebagai wadah dalam kegiatan sekelompok BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Secara umum organisasi dapat diartikan sebagai sebuah system yang terdiri dari sekelompok individu yang melalui suatu hierarki sistematis

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Sistem organisasi memegang peranan cukup penting dalam sebuah proyek. Sebuah proyek akan berhasil jika di dalamnya terdapat sistem organisasi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Organisasi proyek adalah sekumpulan orang yang terorganisir yang memiliki ilmu dan keahlian yang berbeda-beda untuk melaksanakan tugas

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi Proyek Gambar 3.1 Struktur Organisasi Proyek 3.2. Deskripsi Pekerjaan (Job Description) Job Description adalah gambaran mengenai

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I LATAR BELAKANG 1 BAB I LATAR BELAKANG 1.1. Latar Belakang Dalam pengalokasian sumber dana untuk pelaksanaan proyek, material merupakan sumber daya yang mengadopsi terbesar sumber dana proyek. Manajemen material di bidang

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Pihak Pihak Yang Terkait Dengan Proyek 3.1.1. Pemilik Proyek / Owner Pemilik proyek atau owner adalah seseorang atau instasi yang memiliki proyek atau

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III Sistem Organisasi Dan Manajemen Proyek BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. ORGANISASI PROYEK Proyek merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin,memiliki keterbatasan

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait dalam Proyek Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya, tentu banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain.

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Sistem Organisasi Gambar 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber: Proyek 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya

BAB I PENDAHULUAN. Pada proyek EPC maupun proyek konstruksi tradisional, kualitas atau mutu adalah salah satu hal yang sangat penting dan seharusnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan konstruksi selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terlihat dari ruang lingkup bidang konstruksi yang semakin luas. Bidang konstruksi yang dulu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Proyek Konstruksi Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu kegiatan yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Konstruksi Menurut Mulyani (2006), proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang konstruksi (pembangunan) yang mempunyai dimensi

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1. Struktur Organisasi 3.1.1. Organisasi dan Pihak Yang Terkait Dalam organisasi suatu proyek banyak pihak yang terkait dan mempunyai tugas dan wewenang

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Dalam setiap proyek tentu membutuhkan sebuah perencanaan dan pengaturan sehingga kegiatan proyek berjalan lancar, untuk itulah dibutuhkan sebuah

Lebih terperinci

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT)

PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) PENGADAAN BARANG/JASA (PROCUREMENT) 1. Ruang Lingkup 2. Metode Pemilihan Penyedia 3. Proses Lelang RUANG LINGKUP Pengadaan barang/jasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari APBN/APBD,,

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama lain

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 53 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan PT. Nabatindah Sejahtera adalah sebuah perusahaan nasional yang resmi didirikan di Jakarta, sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG

BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG BAB III: TINJAUAN UMUM PROYEK LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1. Deskripsi LINC WAREHOUSE CIKARANG 3.1.1. Data Proyek Nama Proyek Lokasi Perencana Owner : LINC Warehouse Cikarang : Jababeka 7, Cikarang, Jawa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT

BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT BAB IV ANALISIS PERBEDAAN DASAR PENGENAAN PPH PASAL 23 DAN DASAR PENGENAAN PPN ATAS EPC PROJECT A. Analisis Perbedaan Dasar Pengenaan PPh Pasal 23 dan PPN atas EPC Project Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tahap- tahap dalam Proyek Konstruksi Pekerjaan proyek konstruksi dimulai dengan tahap awal proyek yaitu tahap perencanaan dan perancangan, kemudian dilanjutkan dengan tahap

Lebih terperinci

BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi

BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi BAB 4 OPERASIONAL 4.1 Legalitas dan Persyaratan Lisensi Membangun sebuah bisnis tentunya membutuhkan banyak persiapan. Selain modal dan sumber daya, hal penting yang perlu dipersiapkan adalah legalitas

Lebih terperinci

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o

Gambar 1.2 View Design Hotel Travello Bandung Proses Pengadaan Proyek Jenis Lelang Proyek Proyek pembangunan Hotel Travello Bandung, o BAB II DATA - DATA PROYEK 2.1 Pengertian Proyek Pengertian Proyek adalah suatu himpunan atau kumpulan kegiatan yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, dimana memiliki suatu target kuantitatif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Pengambilan data ketidaksesuaian Data ketidaksesuaian atau defect atau punch list yang terjadi pada 8 proyek yang selesai tahun 2011 didapatkan dari salah satu departemen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. No.8, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERINDUSTRIAN. Ketenagalistrikan. Infrastruktur. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 04/M-IND/PER/1/2009 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Garindo Mira Sejati adalah perusahaan yang bergerak di bidang kontraktor Mekanikal dan Elektrikal. Perusahaan ini didirikan dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN PROYEK BAB VI PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah kegiatan dalam suatu proyek sebagai penilaian yang bertujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan pedoman perencanaan yang telah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari sejumlah rangkaian analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan dan saran. 5.1 Kesimpulan Hasil akhir penelitian

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan yang khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti Proyek Konstruksi Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang berlangsung dalam waktu yang terbatas dengan sumber daya tertentu untuk mendapatkan hasil konstruksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara berkembang seperti Indonesia sedang melakukan pembangunan di segala aspek kehidupan. Contoh konkrit dapat dilihat dari berbagai bangunan yang berdiri

Lebih terperinci

Pengertian manajemen secara umum

Pengertian manajemen secara umum Pengertian manajemen secara umum 1. Manajemen sebagai suatu proses, maksud disini dapat dilihat dari bagaimana cara orang melakukan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih

Lebih terperinci

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI

BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI BAB VII MANAJEMEN KONSTRUKSI 7.1 Pengertian Manajemen Konstruksi Manajemen adalah suatu metode atau teknik untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan menggunakan sumber daya yang ada secara efektif melalui

Lebih terperinci

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAGEMENT DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Management Proyek Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan usaha yang kompleks, sifatnya tidak rutin, memiliki keterbatasan terhadap waktu, anggaran dan sumber

Lebih terperinci

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK

BAB III. SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI dan MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan pada umumnya banyak pihak pihak yang terkait satu sama

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Pengembangan Perumahan Pengembangan perumahan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pengembang secara mandiri maupun bersama dengan pihak lain untuk mencapai tujuan ekonomi dan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA)

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA) KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) Satker Nama PPK KUASA PENGGUNA ANGGARAN (KPA) DINAS PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF PROVINSI SULAWESI TENGGARA : Destinasi Pariwisata : Aswad Laembo, SE Nama Pekerjaan : Perencanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bersifat unik, membutuhkan sumber daya (manpower, material, machine, money, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Menurut Ervianto (2002), suatu proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkup suatu proses pengadaan dalam pelaksanaan proyek konstruksi menempati nilai dengan porsi terbesar dari total keseluruhan nilai proyek. Lingkup tersebut

Lebih terperinci

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana

Kontraktor. Konsultan Pengawas. Konsultan Perencana BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Kontraktor Konsultan Perencana Pemilik Konsultan Pengawas Gambar 3.1. Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan Sumber:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor untuk 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Perubahan Perintah (Change Order) Change order merupakan mekanisme untuk membuat perubahan selama konstruksi, yaitu sebuah dokumen tertulis antara pemilik dan kontraktor

Lebih terperinci

BAB II PROSES BISNIS

BAB II PROSES BISNIS BAB II PROSES BISNIS 2.1 Proses Bisnis Utama Semua proses bisnis yang dijalankan PT X ditujukan langsung untuk melayani klien mulai dari proses mencari proyek sampai penyerahan produks. Jenis proses bisnis

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam,

BAB IV PEMBAHASAN. Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi. Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam, BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Gambaran Umum Proses Kontrak Konstruksi Proyek-proyek yang dikerjakan oleh perusahaan (PT. IKPT) bermacam-macam, yang lebih kepada pembangunan kilang-kilang, pabrik, dan perancangan

Lebih terperinci

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN

BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 104 BAB 5 TEMUAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Temuan Dari pelaksanaan penelitian yang telah dilakukan maka ditemukan 3 faktor risiko dominan yang paling berpengaruh terhadap kinerja kualitas pelaksanaan konstruksi,

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Perusahaan kontraktor adalah orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan melaksanakan pekerjaan sesuai yang ditetapkan, peraturan dan

Lebih terperinci

DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK

DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK DOKUMEN-DOKUMEN PROYEK KONTRAK Saifoe El Unas Dokumen-Dokumen Pada Proyek Dokumen Proyek Dokumen Kontrak Dokumen Tender Dokumen Pelelangan 1 Dokumen Pelelangan Gambar-gambar bestek RKS (Rencana Kerja dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produksi merupakan kegiatan utama dalam perusahaan manufaktur. Sebuah perusahaan manufaktur harus dapat menghitung jumlah biaya-biaya yang muncul akibat aktivitas produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016.

BAB I PENDAHULUAN. struktur, arsitektur, dan MEP yang telah dimulai pada tahun 2016. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kompleks Thamrin Nine yang merupakan gedung mixed use, berlokasi di Jl Thamrin, Jakarta Pusat dikembangkan oleh PT Putragaya Wahana. Konstruksi terbagi dalam

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Lapangan Project Herry Putranto Project Manager Wisnu Yudi Administrasi Agung Logistik Asep Safety Officer Rizal Supervisior Prihartono

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jenis-jenis Kontrak Dalam suatu pekerjaan kita lazim mendengar istilah kontrak. Kontrak adalah kesepakatan antara dua belah pihak yang secara hukum mengikat (Zaini et al, 2009).

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK PT.NUSA RAYA CIPTA 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah satu bagian dalam manajemen yang secara umum bertujuan untuk mengelola sumber daya yang ada

Lebih terperinci

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Pengertian manajemen proyek menurut H. Kerzner : Manajemen proyek adalah merencanakan, menyusun organisasi, memimpin, dan mengendalikan sumber

Lebih terperinci

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI

MAKALAH MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI MAKALAH MANAJEMEN PROYEK KONSTRUKSI Disusun Oleh : LINA AZHARI [14101017] S1 Teknik Telekomunikasi A SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TELEMATIKA TELKOM PURWOKERTO 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proyek

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang

III. METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang 3.1 Lokasi dan Waktu Magang III. METODOLOGI Kegiatan magang dilakukan di perusahaan AECOM Singapore Pte. Ltd, divisi Planning, Design, Development (PDD), tim Landscape Architecture (LA team). Perusahaan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN 3.1. Struktur Organisasi Diagram 3.1 Skema Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1. Organisasi dan pihak yang terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 66 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Perusahaan 3.1.1 Sejarah PT. Sinar Mutiara Indah Perusahaan konstruksi CV Sinar Mutiara (SMI) didirikan pada tahun 1970, dengan tujuan utama

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki, BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT. Karya Indah Bersama adalah sebuah perusahaan yang bergerak pada bidang packaging, seperti membuat bungkusan dari suatu produk seperti, chiki,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Faktor Sukses, Kontraktor dan Perumahan Faktor sukses adalah suatu bagian penting, dimana prestasi yang memuaskan diperlukan untuk suatu organisasi agar dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan BAB I PENDAHULUAN 1.I. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan pembangunannya. Hal ini terlihat dari banyaknya proyek-proyek konstruksi di Indonesia yang sedang dikerjakan

Lebih terperinci

BID EVALUATION SYSTEM

BID EVALUATION SYSTEM BID EVALUATION SYSTEM Kristiawan Quantity Surveyor Tulisan dibawah ini akan membahas beberapa metode yang digunakan oleh Owner untuk meng-evaluasi penawaran yang diajukan oleh para bidder dalam tender

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan

BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK. Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan BAB III SISTEM ORGANISASI & MANAJEMEN PROYEK 3.1 Struktur Organisasi Gambar 3.1 Hubungan Antara Owner, Kontraktor & Konsultan 3.1.1 Organisasi dan Pihak yang Terkait Dalam organisasi proyek pembangunan

Lebih terperinci

PERKIRAAN BIAYA PROYEK

PERKIRAAN BIAYA PROYEK Halaman 1 dari Pertemuan 5 Pertemuan 5 PERKIRAAN BIAYA PROYEK 5.1 KEGUNAAN a. Bagi Pemilik, menjadi salah satu patokan untuk menentukan kelanjutan investasi. b. Bagi Konsultan, diajukan kepada pemilik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seorang manajer bernama Vincent G. Bush mengatakan bahwa empat puluh tahun yang lalu, pendiri perusahaan yang dipimpinnya seringkali menceritakan bahwa landasan dari

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1. Pengelolaan Waktu Pelaksanaan Proyek Sebagai Kontraktor Utama pembangunan Proyek One Sentosa Apartement PT. Adhi Persada Gedung harus membuat perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung maupun sipil. penyempurnaan design yang sudah ada di dalam sebuah kontrak

BAB I PENDAHULUAN. sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung maupun sipil. penyempurnaan design yang sudah ada di dalam sebuah kontrak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Variation order (vo) atau pekerjaan tambah kurang merupakan hal yang sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi gedung maupun sipil. Variation order

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Proyek Konstruksi Kegiatan konstruksi adalah kegiatan yang harus melalui suatu proses yang panjang dan di dalamnya dijumpai banyak masalah yang harus diselesaikan. Dengan banyaknya

Lebih terperinci

LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK

LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK I. PROYEK JAA YANG SUDAH TANDA TANGAN KONTRAK NO LOKASI / KONTRAKTOR S T A T U S K E T E R A N G A N GROUP 1 1 PLTU 2 JATI - PAITON, 1x6 Kons. Harbin Power Engineering + itra Selaras Hutama Energi 2 PLTU

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK BAB III Bab III Sistem Organisasi dan Manajemen Proyek SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Organisasi Proyek Struktur organisasi proyek secara umum dapat diartikan dua orang atau lebih yang melaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE

PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE C O N T R A C T O R S PROJECT MANAGEMENT SOFTWARE Mengendalikan seluruh aktivitas perusahaan www.siapkontraktor.co.id BIAYA PROYEK BBAHAN UUPAH AALAT S SUBKON O OVERHEAD Membuat perencanaan kebutuhan bahan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi Indonesia menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan potensi ekonomi yang cukup kuat di Asia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Latar Belakang/ Sejarah Perusahaan Rekagraha Quantitama adalah salah satu Perusahaan swasta Nasional yang bergerak dibidang jasa Konsultan Biaya Bangunan atau yang dikenal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Percepatan pembangunan infrastruktur di Indonesia, khususnya pembangkit listrik nasional adalah suatu kebutuhan yang mendesak karena telah di ambang krisis. Dari data

Lebih terperinci

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan,

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan, BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen Proyek adalah sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan,kepemimpinan dan pengendalian dari suatu proyek oleh para anggotanya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proyek Konstruksi Proyek adalah sekumpulan kegiatan yang saling berhubungan antara satu dengan lainnya, dengan menggunakan sumber daya dari awal sampai dengan akhir kegiatan untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Perjanjian antara PT. PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan dengan PT. Muba Daya Pratama sehubungan dengan Proyek Pembangkit Listrik Berbahan Bakar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka pemenuhan kebutuhan listrik yang semakin meningkat di masyarakat dan semakin tingginya kebutuhan listrik saat ini yang belum sebanding dengan ketersediaan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG

KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG KERANGKA ACUAN KERJA I. LATAR BELAKANG a. Setiap bangunan Gedung harus diwujudkan dan dilengkapi dengan peningkatan Mutu atau Kualitas, sehingga mampu memenuhi secara optimal fungsi bangunannya, dan dapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sistem Akuntansi Pengelolaan Kontrak Kerja Proyek Perusahaan PT. Bina Rekacipta utama Sistem akuntansi yang dilakukan oleh PT. Bina Rekacipta Utama adalah berdasarkan

Lebih terperinci

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK

BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK BAB VI PENGENDALIAN MUTU PROYEK 6.1 Uraian Umum Pengawasan (controlling) adalah suatu penilaian kegiatan dengan tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan rencana, dengan mengusahakan agar semua yang terlibat

Lebih terperinci

PROPOSAL PROGRAM APLIKASI. System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional

PROPOSAL PROGRAM APLIKASI. System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional PROPOSAL PROGRAM APLIKASI System Payroll & General Ledger PT MCS Internasional JNC Computer Ruko Acropolis Blok C10/16, Legenda Wisata Jl.Alternative Transyogi Cibubur, Jakarta Hp. 0823-1293-9889, 0878-7465-5097

Lebih terperinci

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan

BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK. tahapan tahapan tertentu dalam pengerjaannya. Berlangsungnya kemajuan BAB VI KEMAJUAN PEKERJAAN DAN PENGENDALIAN PROYEK 6.1 Kemajuan Proyek Kemajuan proyek merupakan progress pekerjaan dari pekerjaan awal proyek sampai akhir pekerjaan proyek. Disetiap progress pekerjaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Produktivitas Produktivitas memiliki pengertian yang beraneka ragam berkaitan dengan aspek ekonomi, kesejahteraan, teknologi, dan sumber daya. Pembahasan mengenai

Lebih terperinci

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK

BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK BAB III SISTEM MANAJEMEN DAN ORGANISASI PROYEK 3.1 Manajemen Proyek Manajemen proyek adalah didefinisikan sebagai suatu proses dari perencanaan, pengaturan, kepemimpinan, dan pengendalian dari suatu proyek

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek penelitian Penulis menggunakan metode penelitian dengan pendekatan metode kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang digunakan adalah PT TPHE

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU PROYEK EPC (STUDI KASUS : PROYEK EPC 1, BLOK CEPU)

APLIKASI PENGENDALIAN MUTU PROYEK EPC (STUDI KASUS : PROYEK EPC 1, BLOK CEPU) 24 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 1, Tahun 2015, Halaman 24 39 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts APLIKASI PENGENDALIAN MUTU PROYEK EPC (STUDI KASUS : PROYEK EPC 1, BLOK

Lebih terperinci