PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) SEBAGAI BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 2 BATU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) SEBAGAI BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 2 BATU"

Transkripsi

1 1 PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK (BSE) SEBAGAI BAHAN AJAR MATA PELAJARAN SENI BUDAYA DI SMA NEGERI 2 BATU Andini Kanthi Sarasaty Universitas Negeri Malang dinysarasaty@gmail.com ABSTRAK: Penelitian ini mencoba untuk mendeskripsikan penggunaan bahan ajar dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Fokus masalah yang diteliti yaitu (1) tipe Buku Sekolah Elektronik yang digunakan sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu (2) penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh guru dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu (3) penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh siswa dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Subyek yang diteliti meliputi guru mata pelajaran Seni Budaya SMA Negeri 2 Batu dan siswa kelas XI jurusan Ilmu Pengetahuan Alam SMA Negeri 2 Batu. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif sedangkan untuk pengumpulan datanya dengan angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Proses analisis data penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu proses analisis data untuk data yang diperoleh dari guru dan proses analisis data untuk data yang diperoleh dari siswa. Proses analisis data untuk data yang diperoleh dari guru menggunakan pengolahan data menurut kategorinya, kemudian data dianalisis langsung dan dikaitkan dengan data sejenis pada kelompok kategori yang sama. dalam hal ini data ditrianggulasi secara teknik atau sumber. Untuk data yang diperoleh dari siswa dianalisis dengan rumus prosentase. Hasil dari penelitian yaitu BSE adalah Buku Sekolah Elektronik yang digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu adalah Buku Sekolah Elektronik berbentuk teks dengan format PDF yang telah dicetak dalam bentuk hard copy. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar dalam Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu, dibagi menjadi penggunaan BSE sebagai bahan ajar berdasarkan pengguna, yaitu penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh guru. Penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh siswa, dibagi menjadi penggunaan BSE sebagai bahan ajar siswa belajar mandiri dan penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh siswa belajar kelompok. Untuk mendukung data yang diperoleh, ditambahkan data statistik yang dperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa. Kata kunci: Buku Sekolah Elektronik (BSE), Bahan Ajar, Seni Budaya. Salah satu hal terpenting dalam proses pembelajaran adalah memfasilitasi bahan ajar untuk guru. Bahan ajar dalam hal ini bermacam-macam dan salah satunya adalah buku. Pendidikan di Indonesia tidak akan terlepas dari buku. Buku merupakan salah satu media belajar yang efektif bagi peserta didik untuk 1

2 2 membuka wawasan baru berupa ilmu pengetahuan. Bagi seorang pendidik, buku juga merupakan bahan ajar dalam proses pengajaran. Hal ini berkaitan dengan peranan seorang guru untuk membantu siswa membentuk pengetahuannya sendiri (Budiningsih, 2004: 59). Lebih lanjut diungkap bahwa buku teks pelajaran merupakan salah satu sumber belajar yang sangat berguna bagi kepentingan peserta didik dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya untuk masa depan. Buku juga bisa menjadi motivasi bagi setiap peserta didik untuk belajar, yaitu dengan membaca buku, seperti kata pepatah buku adalah jendela dunia. Departemen Pendidikan Nasional sebagai departemen yang bertanggung jawab atas belangsungnya proses pendidikan di Indonesia, menghadirkan inovasi berupa Buku Sekolah Elektronik (BSE). Buku-buku teks pelajaran tersebut tersedia di situs Depdiknas yang diberi nama Situs Buku Sekolah Elektronik yang disingkat BSE. Buku-buku teks pelajaran yang telah dimiliki hak ciptanya oleh Depdiknas ini dapat digandakan, dicetak, difotokopi, atau diperdagangkan oleh perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum dalam rangka menjamin akses dan harga buku yang terjangkau oleh masyarakat. Buku Sekolah Elektronik dapat dimiliki oleh siapapun juga. Masyarakat dapat mengunduh (download) langsung dari internet serta menyimpan file buku teks pelajaran tersebut. Buku Sekolah Elektronik (BSE) atau buku digital adalah versi elektronik dari buku. Jika buku pada umumnya terdiri dari kumpulan kertas yang dapat berisikan teks atau gambar, maka buku elektronik yang disingkat buku-e berisikan informasi digital yang juga dapat berwujud teks atau gambar. Dewasa ini buku-e (buku elektronik) diminati karena ukurannya yang kecil bila dibandingkan dengan buku, dan juga umumnya memiliki fitur pencarian, sehingga kata-kata dalam buku-e dapat dengan cepat dicari dan ditemukan. Buku elektronik saat ini dipandang menjadi trend positif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan intelektualitas masyarakat. Berkembangnya buku elektronik tidak lepas dari perkembangan teknologi sehingga internet saat ini bukan menjadi perangkat istimewa lagi. Ulum (2009), mengatakan bahwa dengan internet, mahasiswa dan dosen bisa mengakses buku elektronik secara gratis dan tidak perlu susah mencari buku di beberapa toko buku. Hanya dengan mengklik

3 3 suatu alamat website, kita bisa mendapat pengetahuan luas dalam buku elektronik, apalagi buku ini bisa dikirimkan lewat file digital secara langsung ke banyak orang. Buku-buku teks pelajaran yang berbentuk digital ini dibuat oleh Departemen Pendidikan Nasional. Melihat hal tersebut maka tidak ada salahnya jika dalam pembelajaran juga digunakan BSE sebagai media pembelajaran. BSE diharapakan mampu menjadi alternatif media pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran karena budaya itu sendiri meliputi segala aspek kehidupan. Dalam mata pelajaran Seni Budaya, aspek budaya tidak dibahas secara tersendiri tetapi terintegrasi dengan seni. Karena itu, mata pelajaran Seni Budaya pada dasarnya merupakan pendidikan seni yang berbasis budaya. Pendidikan Seni Budaya memiliki sifat multilingual, multidimensional, dan multikultural. Multilingual bermakna pengembangan kemampuan mengekspresikan diri secara kreatif dengan berbagai cara dan media seperti bahasa rupa, bunyi, gerak, peran dan berbagai perpaduannya. Multidimensional bermakna pengembangan beragam kompetensi meliputi konsepsi (pengetahuan, pemahaman, analisis, evaluasi), apresiasi, dan kreasi dengan cara memadukan secara harmonis unsur estetika, logika, kinestetika, dan etika. Sifat multikultural mengandung makna pendidikan seni menumbuhkembangkan kesadaran dan kemampuan apresiasi terhadap beragam budaya Nusantara dan mancanegara. Hal ini merupakan wujud pembentukan sikap demokratis yang memungkinkan seseorang hidup secara beradab serta toleran dalam masyarakat dan budaya yang majemuk (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, 2007). Pentingnya pembelajaran Seni Budaya tidak akan terlepas dari bahan ajar yang dapat mendukung kesuksesan pembelajaran. Kurangnya bahan ajar Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu mendorong pemakaian BSE sebagai modul diterapkan di SMA Negeri 2 Batu saat ini. Untuk itu penulis ingin meneliti

4 4 bagaiamanakah penggunaaan dari BSE yang digunakan sebagai media pembelajaran dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Selanjutnya, hal terpenting dari penggunaan BSE ini adalah, Buku Sekolah Elektronik tipe mana yang digunakan sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Bagaimana penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh guru dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Kemudian, bagaimana penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh siswa dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Melihat latar belakang tersebut diatas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut (1) Buku Sekolah Elektronik tipe mana yang digunakan sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu? (2) Bagaimana penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh guru dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu? (3) Bagaimana penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar oleh siswa dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu? Penelitian terhadap penggunaan Buku Sekolah Elektronik (BSE) Batik sebagai bahan ajar Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu ini diharapkan beberapa manfaat sebagai berikut (1) manfaat teoritik dari penelitian ini adalah untuk mensosialisasikan media pembelajaran yang berbasis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai alat penunjang belajar, khususnya mata pelajaran seni budaya. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan penggunaan BSE sebagai media belajar. Dalam mata kuliah seni kriya dasar, seni kriya eksperimen, seni kriya invensi maupun seni kriya terapan di Program Studi Pendidikan Seni, BSE yang berisi materi batik juga dapat dijadikan sebagai buku pendukung dalam pamantapan teori. Dalam mata kuliah skripsi penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu sumber ide penelitian yang akan dikembangkan selanjutnya. (2) Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat baik untuk kepala sekolah, bagi guru bidang studi, bagi siswa sekolah dalam hal ini siswa Sekolah Menengah Atas. Dengan adanya penelitian ini diharapkan bahwa penelitian terhadap permasalahan

5 5 yang dipilih memang layak untuk dilakukan. Bagi kepala sekolah penelitian yang berkaitan dengan media pembelajaran ini dapat digunakan sebagai masukan dalam pengambilan kebijakan untuk kepentingan dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMA. Bagi guru bidang studi khususnya bidang studi mata pelajaran seni budaya dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam penggunaan metode pembelajaran di kelas, khususnya berkaitan dengan hasil belajar siswa dalam kemampuan berketerampilan yang disampaikan guru dan demi meningkatkan prestasi belajar siswa-siswi nantinya. Bagi siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berketerampilan dan memahami materi yang dijelaskan oleh guru serta dapat meningkatkan prestasi belajar. METODE Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar dalam mata pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu. Berdasarkan pada tujuan penelitian, rancangan penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif. Tujuannya adalah menggambarkan keadaan atau status fenomena, yaitu untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu (Arikunto, 1998:245). Data yang dikumpulkan dalam penelitian deskriptif berupa kata-kata dan gambar. Laporan penelitian akan berisi kutipankutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Data tersebut berasal dari angket, naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo dan dokumen resmi lainnya. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah guru dan siswa. Mengacu pada sasaran penelitian yang terkait maka subyek yang akan diteliti adalah guru Seni Budaya kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. Selain itu subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang berjumlah 80 siswa..dalam penelitian ini, proses pengambilan data baik melalui proses observasi, wawancara, angket maupun dokumentasi dilaksanakan dimulai pada bulan Agustus hingga Desember. Pada penelitian ini, peneliti mengikuti jalannya proses pembelajaran Seni Budaya setiap satu minggu sekali dengan jangka waktu dua jam pelajaran yang setara dengan 90 menit per minggunya.

6 6 Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan observasi langsung. Teknik observasi dikerjakan dengan cara observasi tak terstruktur, yaitu semua aktivitas petugas observasi tidak dibatasi oleh suatu kerangka kerja yang pasti, kegiatan petugas observasi dibatasi oleh tujuan observasi sendiri. Observasi tersebut dilakukan secara langsung di lokasi penelitian tentang Buku Sekolah Elektronik yang digunakan sebagai bahan ajar Seni Budaya. ). Dalam penelitian ini wawancara dilaksanakan untuk memperoleh data mengenai gambaran umum tentang proses pembelajaran Seni Budaya dengan menggunakan Buku Sekolah Elektronik. Proses wawancara dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap awal bersamaan dengan tahapan observasi, tahap kedua dilaksanakan bersamaan dengan penyebaran angket kepada siswa, dan tahap akhir dilaksanakan bersamaan dengan pemberian angket kepada guru. Penyusunan dan pengembangan instrumen penelitian dilakukan dengan cara menentukan variabel penelitian yang kemudian dijabarkan dalam sub-sub variabel. Sub variabel ini dijabarkan kembali menjadi indikator. Langkah selanjutnya adalah menyusun format instrumen penelitian yang dimaksudkan untuk memudahkan responden dalam mengisikan jawaban dan tidak menimbulkan kesan menguji responden. Selanjutnya hasil, angket, observasi beserta wawancara yang saling terkait dipadukan sehingga dapat saling melengkapi. Angket penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu angket untuk guru dan untuk siswa. Angket tersebut secara umum terdiri dari pengantar berisi uraian maksud dan tujuan pengisian angket, identitas guru, petunjuk cara pengisian, pernyataan yang harus dijawab oleh guru. Dokumentasi merupakan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Untuk mendapatkan data pelengkap peneliti mendapat sumber dari media massa, bukubuku kepustakaan, foto serta literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

7 7 HASIL Tipe Buku Sekolah Elektronik yang digunakan sebagai Bahan Ajar dalam Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu BSE yang digunakan dalam proses pembelajaran Seni Budaya dalam materi batik adalah Buku Sekolah Elektronik berbentuk teks dengan format PDF yang telah dicetak dalam bentuk hard copy. Berdasarkan dari angket guru mencetak BSE yang sebelumnya berbentuk soft copy kemudian dijadikan bentuk hard copy. Format PDF (Portable Document Format) memberikan kelebihan dalam hal format yang siap cetak. Bentuk format ini sudah mirip dengan bentuk buku yang siap dicetak. Selain itu terdapat pula fasilitas pencarian, daftar isi, pencetakan, dan memiliki kode akses keamanan. Umumnya file buku sekolah elektronik bereksistensi disini. Untuk mengantisipasi kendala penggunaan BSE jika tidak beberapa memiliki laptop guru mencetak BSE dari format ini. Namun, beberapa siswa yang memiliki fasilitas laptop BSE digunakan dengan cara membaca buku ini dengan cara membuka softfile dari BSE dengan format PDF. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik Sebagai Bahan Ajar oleh Guru Dalam Mata Pelajaran Seni Budaya Di SMA Negeri 2 Batu Bahan ajar sangat menentukan keberhasilan pendidikan para siswa karena bahan ajar merupakan sarana yang sangat menunjang proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu bahan ajar yang baik dan bermutu selain menjadi sumber pengetahuan yang dapat menunjang keberhasilan belajar siswa juga dapat membimbing dan mengarahkan proses belajar mengajar di kelas kea rah proses pembelajaran yang bermutu pula. Setiap bahan ajar memiliki standar yang sesuai dengan tujuan dari bahan ajar tersebut, sesuai dengan jenjang pendidikannya. Bahan ajar disusun sesuai dengan kurikulum yang berlaku serta dikembangkan dengan paradigm baru yang nantinya mengarahkan proses pembelajaran pada arah yang benar sesuai dengan kurikulum tersebut. Jenis bahan ajar yang diharapkan adalah bahan ajar yang dapat menunjang terselenggaranya pembelajaran dengan pendekatan konstruktif sehingga bahan ajar tersebut dapat membelajarkan siswa, menjadi sumber

8 8 inspirasi, dan sumber informasi baik bagi siswa maupun guru. Jenis bahan ajar yang demikian diharapkan dapat membantu proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan. Dalam proses penelitian selama pembelajaran Seni Budaya, guru menggunakan BSE sebagai bahan ajar dalam menjelaskan materi tentang batik sebelum para siswa-siswi mempraktekan pembuatan batik. Guru mengetahui bahwa Buku Sekolah Elektronik dapat berfungsi sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran Seni Budaya. Selain itu dalam proses penggunaannya guru juga mengetahui cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik tersebut. Untuk tercapainya tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien, dalam menggunakan BSE sebagai bahan ajar, guru secara langsung mampu mengoperasikan bahan ajar BSE dalam kegiatan pembelajaran. Disisi lain dari penggunaan BSE sebagai bahan ajar Seni Budaya ini, guru juga terkadang mendapatkan kendala dalam penggunaannya. Penggunaan BSE sebagai bahan ajar Seni Budaya, mengalami kendala dalam hal penggandaan kepada siswa berupa keterbatasan dana. Dalam hal pengoperasian BSE ini, guru tidak banyak mengalami kendala. Guru telah mengerti berbagai macam format BSE yang disediakan oleh Depdiknas. Guru mendapatkan BSE ini dengan cara download di internet dan sesama guru. Dari keterangan yang didapat dari angket ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan BSE sebagai bahan ajar Seni Budaya berjalan cukup lancar dari segi pengoperasian media. Dalam hal pemahaman cara mendapatkan guru Bagus Dwiono yang memiliki pengetahuan tentang akses internet juga tidak banyak mengalami kendala. Dalam proses penggunaan BSE tidak semua isi dari BSE yang disampaikan oleh guru, guru menggunakan metode pembelajaran. Dari data yang diperoleh guru menggunakan metode berupa metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, dan metode eksperimen. Metode pembelajaran yang digunakan bersamaan dengan penggunaan BSE di kelas XI IPA II tidak berbeda dengan kelas XI IPA I.

9 9 Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa pada saat menyampaikan isi materi BSE berupa batik, guru Bagus Dwiono menggunakan metode ceramah. Disela pembelajaran berlangsung terdapat interaksi antara guru dengan siswa. Hal tersebut berupa tanya jawab tentang materi yang sedang dibahas. Selain penggunaan metode berupa ceramah, guru juga menggunakan metode berupa demontrasi. Penggunaan metode ini diterapakan dengan pertimbangan bahwa pembelajaran yang sedang berlangsung adalah pembelajaran ekspresi melalui karya batik. Metode pembelajaran demonstrasi ini diterapakan guna mempermudah pemahaman siswa untuk mengerti cara membatik. Dengan melihat secara langsung pada saat guru mendemostrasikan pembelajaran, maka impuls akan lebih mudah diterima. Penggunaan metode diskusi dan eksperimen, juga digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Metode diskusi diterapkan oleh guru pada saat siswa ditugaskan membuat karya batik secara berkelompok. Siswa mempraktekkan isi dari BSE secara berkelompok menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen ini mengantarkan siswa yang sebelumnya tidak pernah berkarya batik untuk membuat karya batik. Siswa juga bereksperimen dalam hal penggunaan alat serta pemakaian bahan batik. Sesuai dengan hasil penelitian di atas maka dapat disimpulkan dalam proses pembelajaran Seni Budaya di kelas XI IPA I dan XI IPA II SMA Negeri 2 Batu, guru banyak berperan dalam menggunakan BSE sebagai bahan ajar. Penggunaan bahan ajar berupa BSE tersebut didukung dengan penggunaan metode pembelajaran berupa ceramah, demonstrasi, diskusi, dan eksperimen. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai Bahan Ajar oleh siswa dalam Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu Dari data yang diperoleh dari angket, wawancara dan observasi, proses pemahaman materi batik yang telah disampaikan oleh guru, dalam hal ini guru juga membimbing siswa untuk menggunakan BSE sebagai bahan ajar secara mandiri. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, penggunaan BSE oleh siswa terbagi menjadi dua jenis. Beberapa siswa yang memiliki fasilitas belajar berupa laptop, menggunakan BSE dalam bentuk softcopy. Sedangkan untuk siswa

10 10 yang tidak memiliki fasilitas belajar berupa laptop, penggunaan BSE oleh siswa dengan cara memfotocopy BSE yang dimiliki guru. Tujuan dan latar belakang dari siswa untuk menggunakan bahan ajar secara mandiri sesuai dengan SK mengekspresikan diri melalui karya seni rupa dan KD yaitu merancang karya seni rupa murni dan terapan yang dikembangkan dari beragam unsur seni rupa Nusantara yang digunakan oleh guru. Proses berkarya batik, pada dasarnya harus dibekali oleh pengetahuan dan pemahaman materi yang cukup sebagai bekal berkarya batik oleh siswa-siswi. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti melalui proses penelitian, tentang penggunaan bahan ajar oleh siswa dijelaskan, bahwa siswa sering menggunakan BSE yang diberikan guru sebagai bahan ajar batik untuk belajar kelompok. Dalam proses pembelajaran Seni Budaya yang ada di Kelas XI IPA I dan XI IPA 2, proses pembelajaran dengan menggunakan BSE secara berkelompok dilaksanakan pada saat siswa memahami teori melalui BSE. Proses pemahaman tersebut dilanjutkan dengan proses perencanaan pembuatan batik. Pada proses perencanaan pembuatan batik, siswa secara berkelompok mendiskusikan tentang alat dan bahan yang digunakan untuk membatik sekaligus perincian biayanya. Pada saat siswa melaksanakan tugas berkelompok, siswa menggunakan BSE sebagai acuan belajar. Misalnya saja pada perincian bahan siswa melihat isi dari BSE yang menjelaskan tentang bahan-bahan batik. Bahan-bahan tersebut antara lain adalah lilin, soda abu, TRO, kostik, natrium nitrit, HCl, garam biru BB, garam kuning GC, garam orange GC, indigosol violet B, indigosol kuning IGK, napthol AS, napthol AS-OL, napthol AS-BS, napthol ASG, Kertas roti, mori primisima, kain sutera, blaco dan shantung, waterglass. Sedangkan untuk alat-alat batik, siswa juga menggunakan acuan dari BSE. Alat-alat tersebut antara lain canting, wajan dan kompor, canting cap dan meja cap, timbangan, stik besi (untuk menghilangkan tetesan lilin), dingklik, gawangan, meja pola, gelas ukur, sarung tangan, mangkok, ember, gunting, alat-alat tulis, meteran, scrab (untuk membersihkan lilin yang menetes di lantai), setrika, kenceng (untuk tempat melorod kain), ceret, jemuran, kuas dan baju kerja.

11 11 Peneliti kualitatif sering menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu member gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian (Moleong, 2002:112). Dengan mempelajari statistik dapat membantu peneliti memahami persepsi subyeknya. Untuk itulah peneliti menambahkan data berupa data statistic dari angket yang diberikan kepada siswa mengenai penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh siswa. Pengetahuan siswa terhadap pengertian buku sekolah elektronik, didapatkan 18,75 % siswa sangat mengetahui pengertian buku sekolah elektronik, 53,75% siswa mengetahui pengertian buku sekolah elektronik, 27,5% siswa sedikit mengetahui pengertian buku sekolah elektronik, dan 0% siswa tidak mengetahui pengertian buku sekolah elektronik. Minat siswa terhadap sosialisasi buku sekolah elektronik, didapatkan 8,75 % siswa sangat berminat terhadap sosialisasi buku sekolah elektronik, 62,5% siswa berminat terhadap buku sekolah elektronik, 27,5% siswa sedikit berminat terhadap sosialisasi buku sekolah elektronik, dan 1,25% siswa tidak berminat terhadap sosialisasi buku sekolah elektronik. Pengetahuan siswa tentang fungsi buku sekolah elektronik, didapatkan 11,25 % siswa sangat mengetahui fungsi buku sekolah elektronik, 61,25% siswa mengetahui fungsi buku sekolah elektronik, 27,5% siswa sedikit mengetahui fungsi buku sekolah elektronik, dan 1,25% siswa tidak mengetahui terhadap sosialisasi buku sekolah elektronik. Pemahaman tentang berbagai macam format Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 5 % siswa sangat mengerti berbagai macam format Buku Sekolah Elektronik, 30% siswa mengerti berbagai macam format Buku Sekolah Elektronik, 35% siswa sedikit mengerti berbagai macam format Buku Sekolah Elektronik, dan 30% siswa tidak mengerti berbagai macam format Buku Sekolah Elektronik. Pemahaman tentang cara mendownload Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 15 % siswa sangat mengerti cara mendownload Buku Sekolah Elektronik, 43,75% siswa mengerti cara mendownload Buku Sekolah Elektronik, 27,5% siswa sedikit mengerti cara mendownload Buku Sekolah Elektronik, dan

12 12 13,75% siswa tidak mengerti cara mendownload Buku Sekolah Elektronik. Untuk alasan tidak mengerti cara mendownload Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 16,25 % siswa memiliki kendala pengetahuan internet yang kurang, 37,5% siswa memiliki kendala yaitu urutan download yang ribet, 25% siswa memiliki kendala tidak ada jaringan internet, dan 21,25% siswa tidak mengerti pemahaman tentang Buku Sekolah Elektronik, tidak mempunyai fasilitas komputer. Pengetahuan tentang cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 26,25 % siswa sangat mengetahui cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik, 48,75% siswa mengetahui cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik, 23,75% siswa sedikit mengetahui cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik, dan 1,25% siswa tidak mengetahui cara menggunakan Buku Sekolah Elektronik. Cara mendapatkan Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 33,75 % siswa mendapatkan Buku Sekolah Elektronik dari download di internet, 78,75% siswa mendapatkan Buku Sekolah Elektronik dari guru, 23,75% siswa mendapatkan Buku Sekolah Elektronik dari teman, dan 30% siswa memilih lainlain, dari angket keterangan ini diisi dengan mendapatkan Buku Sekolah Elketronik dari guru PPL. Mengenai fungsi Buku Sekolah Elektronik, didapatkan 10 % fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai referensi utama, 36,25% fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai referensi pendukung, 52,5% fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai referensi tambahan, dan 1,25% siswa memilih lain-lain. Pengetahuan tentang fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar, didapatkan 30 % siswa sangat mengetahui fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar,62,5% siswa mengetahui fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar, 7,5% siswa sedikit mengetahui fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar, dan 0% siswa tidak mengetahui fungsi Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar. Pengetahuan tentang cara membaca BSE dalam bentuk hardcopy, didapatkan 26,25 % siswa sangat mengetahui cara membaca BSE dalam bentuk hardcopy,48,75% siswa mengetahui fungsi cara membaca BSE dalam bentuk hardcopy, 25% siswa cara membaca BSE dalam bentuk hardcopy, dan 0% siswa

13 13 tidak mengetahui cara membaca BSE dalam bentuk hardcopy. Pengetahuan tentang cara membaca BSE dalam bentuk softcopy, didapatkan 21,25 % siswa sangat mengetahui cara membaca BSE dalam bentuk softcopy, 55% siswa mengetahui fungsi cara membaca BSE dalam bentuk softcopy,, 17,5% siswa mengetahui cara membaca BSE dalam bentuk softcopy, dan 6,25% siswa tidak mengetahui cara membaca BSE dalam bentuk softcopy. Penggunaan BSE pada saat jam pelajaran Seni Budaya, didapatkan 12,5 % siswa selalu menggunakan BSE pada saat jam pelajaran Seni Budaya, 53,75% siswa sering menggunakan BSE pada saat jam pelajaran Seni Budaya,, 33,75% siswa jarang menggunakan BSE pada saat jam pelajaran Seni Budaya, dan 0% siswa tidak pernah menggunakan BSE pada saat jam pelajaran Seni Budaya. Penggunaan BSE pada saat jam belajar di rumah, didapatkan 3 % siswa selalu menggunakan BSE pada saat jam belajar di rumah, 31% siswa sering menggunakan BSE pada saat jam jam belajar di rumah, 39% siswa jarang menggunakan BSE pada saat jam jam belajar di rumah, dan 7% siswa tidak pernah menggunakan BSE pada saat jam jam belajar di rumah. Pengalaman mengalami kendala saat menggunakan BSE, didapatkan 8,75 % siswa selalu mengalami kendala saat menggunakan BSE, 31,25% siswa sering mengalami kendala saat menggunakan BSE, 46,25% siswa jarang mengalami kendala saat menggunakan BSE, dan 13,75% siswa tidak pernah mengalami kendala saat menggunakan BSE. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan penelitian maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu Buku Sekolah Elektronik yang digunakan sebagai bahan ajar dalam proses pembelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu adalah Buku Sekolah Elektronik berbentuk teks dengan format PDF yang telah dicetak dalam bentuk hard copy. Format PDF (Portable Document Format) memberikan kelebihan dalam hal format yang siap cetak. Bentuk format ini sudah

14 14 mirip dengan bentuk buku yang siap dicetak. Selain itu terdapat pula fasilitas pencarian, daftar isi, pencetakan, dan memiliki kode akses keamanan. Penggunaan Buku Sekolah Elektronik sebagai bahan ajar dalam Mata Pelajaran Seni Budaya di SMA Negeri 2 Batu, dibagi menjadi penggunaan BSE sebagai bahan ajar berdasarkan pengguna, yaitu penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh guru. Guru menggunakan metode berupa metode ceramah, metode demonstrasi, metode diskusi, dan metode eksperimen dalam menyampaikan bahan ajar Buku Sekolah Elektronik. Metode pembelajaran yang digunakan bersamaan dengan penggunaan BSE di kelas XI IPA II tidak berbeda dengan kelas XI IPA I. Penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh siswa, dibagi menjadi penggunaan BSE sebagai bahan ajar siswa belajar mandiri dan penggunaan BSE sebagai bahan ajar oleh siswa belajar kelompok. Untuk mendukung data yang diperoleh, ditambahkan data statistik yang dperoleh dari angket yang diberikan kepada siswa. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran yaitu akan lebih baik jika buku sekolah elektronik ini segera disosialisasikan serempak di seluruh negeri ini, mengingat program, mutu yang bagus dan buku ini telah diterbitkan oleh Depdiknas. Mengingat dunia internet yang semakin berkembang dengan pesat dengan segala macam sumber informasi yang ada didalamnya, pihak sekolah diharapkan mengenalkan dunia internet kepada siswasiswinya sejak awal masuk sekolah. Untuk peneliti selanjutnya diharapakan dapat menggali lebih dalam tentang keefektifan pembaruan serta peranan dari buku sekolah elektronik guna menyempurnakan buku sekolah elektronik yang sudah ada. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Budiningsih, C. Asri Belajar Dan Pembelajaran. Yogyakarta: Rineka Cipta.

15 15 Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Ulum Buku Elektronik Jadi Trend Positif. (Online), ( diakses 13 Oktober 2011.

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A)

58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) 479 58. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB-A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

Kerajinan Batik Tulis

Kerajinan Batik Tulis Kerajinan Batik Tulis Indonesia memiliki banyak warisan budaya yang menjadi Identitas bangsa salah satunya batik, pada tanggal 2 Oktober 2009 pengesahan batik yang sangat terkenal di dunia adalah batik

Lebih terperinci

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA)

76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) 76. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Sekolah Dasar merupakan sebagian dari sistem pendidikan nasional yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) 611 77. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan yang dilakukan di setiap sekolah secara umum memiliki tujuan pembelajaran yang sama, meskipun implementasi pembelajarannya berbeda. Hal ini dapat

Lebih terperinci

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12. Mata Pelajaran Seni Budaya A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan tidak

Lebih terperinci

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 619 78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 487 59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) 61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidkan Seni Budaya merupakan salah satu mata pelajaran yang terdapat di jenjang pendidikan dasar dan menengah, yang dalam pelaksanaannya mengacu pada Kurikulum Berbasis

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL LOMBA KOMPETENSI SISWA SMK TINGKAT PROVINSI JAWA TIMUR Sidoarjo, September 2014 LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL Disusun Oleh : Drs. Syamsudin, M. Sn. Ir. Sri Herlina, M.Si. PEMERINTAH PROVINSI

Lebih terperinci

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 KRiYA TEKSTIL DAN BATIK 1 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 TEKNIK PEMBUATAN BATIK TULIS ALAT 1. GAWANGAN 2. KUAS

Lebih terperinci

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Seni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buku merupakan salah satu prasyarat bagi tercapainya tujuan pendidikan. Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan adalah

Lebih terperinci

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Mata Pelajaran Seni Musik Sumber: KTSP 2006 (SK) dan (KD) Mata Pelajaran Sumber: KTSP 2006 52. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan seni di sekolah umum SMA pada dasarnya diarahkan untuk menumbuhkan kepekaan rasa estetik dan artistik sehingga terbentuk sikap kritis, apresiatif dan kreatif

Lebih terperinci

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN

BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN 35 BAB III PROSES DAN TEKNIK PENCIPTAAN A. Metode Penciptaan Dalam penciptaan Tugas Akhir ini penulis mengambil judul APLIKASI TEKNIK BATIK TULIS DENGAN MOTIF RUMAH ADAT DAYAK KANAYATN PADA PEMBUATAN TAS

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN

BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN BAB III METODE DAN PROSES PENCIPTAAN A. Ide Berkarya Sebuah ide biasanya dapat berasal dari manapun, bersumber dari apapun, sesuai inspirasi yang didapatkan oleh seniman itu sendiri, serta stimulus yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia kaya akan beraneka ragam seni dan budaya, hampir setiap suku bangsa di Indonesia memiliki seni dan budaya tradisional masing-masing yang kemudian secara

Lebih terperinci

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK

Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK Bahan Ajar BAB I KONSEP, DAN PENTINGNYA SENI MUSIK A. Pendahuluan Pendidikan seni musik bukanlah sekedar hiburan untuk memancing siswa menjadi semangat dalam belajar, seperti yang didengungkan sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK i KATA PENGANTAR ii UCAPAN TERIMA KASIH iii DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. 1 B. Fokus Penelitian... 5 C. Tujuan Penelitian.

Lebih terperinci

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK

ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK ALFABET SEBAGAI SUMBER IDE PENCIPTAAN KARYA BATIK PENCIPTAAN Oleh: Agustino Mahfudh NIM : 0711401022 TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI S-1 KRIYA SENI JURUSAN KRIYA FAKULTAS SENI RUPA INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATARBELAKANG Pembelajaran adalah suatu proses perubahan yang di alami oleh individu dalam mencapai sesuatu yang diharapkan. Pembelajaran dalam dunia pendidikan tentu saja merupakan

Lebih terperinci

PENCIPTAAN BATIK MEDAN

PENCIPTAAN BATIK MEDAN PENCIPTAAN BATIK MEDAN Oleh : Wahyu Tri Atmojo ABSTRAK Keterbatasan pengetahuan materi seni budaya sub bab membatik, karena mereka memang belum pernah megang canting dan proses membuat batik, menginpsirasi

Lebih terperinci

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan

BAB. III PROSES PENCIPTAAN. kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan BAB. III PROSES PENCIPTAAN A. Data Acuan Penulis menjadikan pengalaman pribadi dalam menciptakan karya seni kriya tekstil berupa kain panjang, dalam hal ini data data yang dijadikan acuan pembuatan motif

Lebih terperinci

Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan

Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan Pemanfaatan Google Drive Dalam Pengembangan Electronic Document Delivery : Pendekatan Aplikatif Untuk Peningkatan Kinerja Pustakawan Lasi Pustakawan Universitas Surabaya Email : lasi@staff.ubaya.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik

BAB III METODE PENCIPTAAN. Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik 43 BAB III METODE PENCIPTAAN A. Konsep Berkarya Pada tugas akhir penciptaan berjudul Padi sebagai Sumber Ide Penciptaan Batik Lukis (Batik Tulis) diajukan konsep berkarya. Pada dasarnya, manusia baik secara

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4 MALANG. Titik Sundari )

PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4 MALANG. Titik Sundari ) PENGGUNAAN BUKU SEKOLAH ELEKTRONIK IPS SEBAGAI BAHAN AJAR DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI SMP NEGERI 4 MALANG Titik Sundari ) Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini yaitu: Persepsi guru sejarah SMP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perubahan dan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang semakin pesat, maka kurikulum pendidikan harus mampu mengadopsi, mengakomodir,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mendunia berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mendunia berpengaruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang mendunia berpengaruh terhadap pendidikan Indonesia. Dunia pendidikan dituntut dapat mendorong dan mengupayakan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran seni musik. Hal ini terlihat dari kurangnya aktivitas siswa secara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pelajaran seni budaya khususnya pengajaran seni musik banyak guru yang mengeluh rendahnya kemampuan siswa menerapkan konsep pembelajaran seni musik.

Lebih terperinci

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar

Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar MEMBUAT TEKSTIL DENGAN TEKNIK REKALATAR 87 Membuat Tekstil Dengan Teknik Rekalatar A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari cara membuat ragam hias dengan teknik rekalatar. Melalui kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Konsep Dasar Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Konsep Dasar Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan (SBK) 1. Konsep Dasar Pendidikan Seni Budaya dan Keterampilan Konsep dasar pendidikan seni pada dasarnya dapat dibagi dalam dua kategori,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan. 52 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul yang peneliti angkat, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, fenomenologis dan berbentuk diskriptif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi para penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan adalah kumpulan materi tercetak dan media non cetak dan atau sumber informasi dalam komputer yang disusun secara sistematis untuk digunakan pengguna (Sulistyo-Basuki,

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang

55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang 55. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan 74 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan dalam upaya menyusun skripsi ini adalah termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodelogi penelitian adalah berasal dari kata

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian atau metodelogi penelitian adalah berasal dari kata BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian atau metodelogi penelitian adalah berasal dari kata metode yang artinya cara yang tepat untuk melakukan sesuatu dan logos yang artinya ilmu atau pengetahuan.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi

BAB I PENDAHULUAN. Dari tahun ke tahun sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari tahun ke tahun sudah tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi mengalami kemajuan yang sangat pesat. Ini merupakan bukti bahwa manusia senantiasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya sehingga melahirkan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum dari kurikulum yang sudah ada sebelumnya sehingga melahirkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum 2013 telah dilaksanakan secara bertahap di seluruh sekolah. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif, pendekatan yang dilakukan adalah melalui kualitatif deskriptif. Maksudnya, data yang dikumpulkan adalah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

DAFTAR ISI. Aan Sukmana, 2011 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN... i LEMBAR PERNYATAAN... ii ABSTRAK... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... x DAFTAR BAGAN... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 51 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Nasution (1996: 43) mengemukakan bahwa lokasi penelitian merupakan situasi sosial yang mengandung unsur tempat, pelaku dan kegiatan. Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan adanya era globalisasi, pelaksanaan pembelajaran saat ini perlu didukung dengan adanya media pembelajaran yang berbasis teknologi. Media berbasis

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (STUDI PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 DLANGGU) KABUPATEN MOJOKERTO

PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (STUDI PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 DLANGGU) KABUPATEN MOJOKERTO PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (STUDI PADA KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 DLANGGU) KABUPATEN MOJOKERTO Yuli Alfi Rusvita Universitas Negeri Malang E-mail: veeta_zisqind@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yakni, Strategi Guru Pendidikan Agama Islam dalam Membentuk Perilaku Keagamaan Siswa di SMA Negeri 1 Tulungagung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran.

BAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran. BAB III METODE PENELITIAN Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kurikulum yang dipergunakan sebagai acuan pembelajaran sekarang ialah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP dikembangkan berdasarkan pada prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata atau tulisan dari perilaku orangorang BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Guru Sekolah Dasar PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI GUIDED TEACHING PADA SISWA KELAS V SD NEGERI TAMBAHMULYO 01 KECAMATAN JAKENAN KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2012/ 2013 NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Semakin meningkat kualitas suatu pendidikan, maka kualitas

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SENI RUPA DI MAN KEMBANGSAWIT KABUPATEN MADIUN

STUDI TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SENI RUPA DI MAN KEMBANGSAWIT KABUPATEN MADIUN STUDI TENTANG PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATA PELAJARAN SENI RUPA DI MAN KEMBANGSAWIT KABUPATEN MADIUN Averroes Imadudin Universitas Negeri Malang E-mail: AverroesGroup@yahoo.com ABSTRAK: Rumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY

SENI KERAJINAN BATIK. Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY SENI KERAJINAN BATIK Oleh : Ismadi Pendidikan Seni Kerajinan Jur. Pend. Seni Rupa FBS UNY Pengertian Batik Pengertian batik secara umum adalah pembentukan gambar pada kain dengan menggunakan teknik tutup

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia

Grafik 1.1 Pengguna Internet Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara guru dan siswa dengan sumber belajar dalam lingkungan yang edukatif. Proses pembelajaran yang berkualitas tidak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum

III. METODE PENELITIAN. sekolah tersebut karena merupakan sekolah yang menerapkan kurikulum 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu pada tahun pelajaran 2014/2015. Adapun alasan penulis melakukan penelitian di sekolah tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu pelajaran IPA yang menarik untuk dipelajari karena fenomena-fenomena fisika terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kreativitas a. Pengertian Kreativitas Kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk menciptakan hal yang baru. Hal ini senada dengan James J. Gallagher dalam Rachmawati

Lebih terperinci

239 Prosiding Seminar Nasional KSDP Prodi S1 PGSD Konstelasi Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi

239 Prosiding Seminar Nasional KSDP Prodi S1 PGSD Konstelasi Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia di Era Globalisasi ANALISIS KESULITAN GURU SEKOLAH DASAR DALAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN TEMA INDAHNYA PERSAHABATAN DI KELAS 3 SD GUGUS 3 LOWOKWARU KOTA MALANG Lita Melania Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi telah mempengaruhi keberadaan media pembelajaran dalam dunia pendidikan. Teknologi telah menjadi suatu kebutuhan pokok dalam perkembangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah field research (penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah field research (penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dilihat dari jenisnya, penelitian ini adalah field research (penelitian lapangan), yang mana penelitian ini menitik beratkan pada hasil pengumpulan data dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuka secara elektronik melalui komputer sesuai dengan perkembangan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. dibuka secara elektronik melalui komputer sesuai dengan perkembangan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pembelajaran tidak bisa terlepas dari keberadaan dan penggunaan sumber belajar. Dengan kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi beberapa waktu belakangan

Lebih terperinci

Sayembara Mahasiswa Regional Jateng & DIY Ide Desain Bangunan Unik Aplikasi dari NusaBoard & NusaPlank

Sayembara Mahasiswa Regional Jateng & DIY Ide Desain Bangunan Unik Aplikasi dari NusaBoard & NusaPlank Sayembara Mahasiswa Regional Jateng & DIY Ide Desain Bangunan Unik Aplikasi dari NusaBoard & NusaPlank LINGKUP SAYEMBARA A. PENDAHULUAN Kepedulian masyarakat terhadap bangunan semakin tinggi. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi selalu mempunyai peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah perkembangan dunia pendidikan. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini telah melaju dengan pesat. Perkembangan tersebut terutama IPTEK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian sangatlah berpengaruh terhadap hasil penelitian. Metode penelitian adalah suatu pengkajian dalam pembelajaran peraturan-peratuan yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. pembelajaran PKn yang dilaksanakan di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 4 Cimahi 127 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Nama : Awal Nurahmat Deriyanto Nis : 12880 Kelas :XI RPL 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang memberikan bimbingan dan pertolongannya sehingga dalam penulisan Makalah ini bisa berjalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode deskriptif analisis, Gay (1976) yang dikutip oleh Tuwu (1993:71) menyatakan bahwa, Metode deskriptif

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Kedudukan Mata Pelajaran dalam Struktur Kurikulum

DAFTAR ISI. Halaman Kedudukan Mata Pelajaran dalam Struktur Kurikulum DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN.. i ABSTRAK.. ii KATA PENGANTAR.. iii DAFTAR ISI. iv DAFTAR TABEL. viii BAB. I. PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 9 C. Tujuan Penelitian 10 D. Manfaat Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metodologi Penelitian Agar lebih sistematis pembahasan ini perlu penulis jabarkan pada metode penelitian dibawah ini: 1. Jenis Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjabarkan metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini peneliti akan menjabarkan metode penelitian yang 55 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini peneliti akan menjabarkan metode penelitian yang dianggap penting diantaranya: (a) Jenis Penelitian menjelaskan tentang alasan mengapa penelitian model kualitatif

Lebih terperinci

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti

ABSTRAK. Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin P. Putra, Sri Amintarti ABSTRAK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 6 RSBI BANJARMASIN PADA KONSEP SISTEM GERAK MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN WORKSHEET BERBASIS WEB Oleh: Wahyuning Triyadi, Aminuddin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yang menyatakan bahwa metode

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendapat Surakhmad (1994:131) yang menyatakan bahwa metode 42 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara/langkah dalam mengumpulkan, mengorganisasikan, menganalisis, serta menginterpretasikan data. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE INKUIRI BAGI SISWA KELAS IV SDN I NGEMPLAK TAHUN 2013/2014

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE INKUIRI BAGI SISWA KELAS IV SDN I NGEMPLAK TAHUN 2013/2014 PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA TENTANG PERUBAHAN WUJUD BENDA MELALUI METODE INKUIRI BAGI SISWA KELAS IV SDN I NGEMPLAK TAHUN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh SITI YULAICHA A54B111017

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang unggul yang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). SDM yang unggul yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar merupakan proses mengetahui sesuatu baik dari orang lain yang lebih memahami ataupun dari diri sendiri. Belajar memberikan mereka peluang untuk memecahkan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Muatan Seni Budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Muatan Seni Budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muatan Seni Budaya dan Keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG

2015 PEMBELAJARAN TARI KREASI UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII DI SMPN 45 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berhasilnya suatu proses kegiatan belajar mengajar itu dapat tercermin salah satunya dari minat belajar siswa mengikuti proses kegiatan tersebut. Sejalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Dalam kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Dalam kurikulum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi saat ini mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru. Dalam kurikulum sekolah sudah ditambahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif memiliki karakteristik natural dan merupakan kerja lapangan

Lebih terperinci

PANDUAN. Hibah Penyusunan Sumber Pembelajaran Berbasis TIK. Pusat Inovasi Pembelajaran. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung

PANDUAN. Hibah Penyusunan Sumber Pembelajaran Berbasis TIK. Pusat Inovasi Pembelajaran. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung PANDUAN Hibah Penyusunan Sumber Pembelajaran Berbasis TIK Pusat Inovasi Pembelajaran Universitas Katolik Parahyangan Bandung 2016 DAFTAR ISI 1. LATAR BELAKANG 3 2. TUJUAN 3 3. PERSYARATAN 3 4. LUARAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah akar kehidupan dimana semua aspek kehidupan dapat dipelajari dan dipahami. Dari pendidikan maka tercipta banyak hal-hal menakjubkan, seperti

Lebih terperinci