Dasar-dasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman - 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Dasar-dasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman - 1"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Evaluasi lahan merupakan pekerjaan yang sangat komplek karena menyangkut aspek fisik (potensi sumberdaya lahan), ekonomisosial (keuntungan dan tata kehidupan masyarakat) dan politik (rencana tata ruang wilayah). Pekerjaan evaluasi lahan diperlukan untuk menyusun rencana tataguna lahan di suatu wilayah. Perencanaan tataguna lahan yang tepat akan sangat bermanfaat didalam rangka pengembangan wilayah, sekaligus dalam usaha pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Sampai saat ini umumnya didalam penyusunan rencana tataguna lahan suatu wilayah masih cenderung menitik beratkan kepada aspek ekonomis dan politis dibandingkan dengan aspek fisik, lebihlebih didalam era otonomi daerah, umumnya setiap daerah dalam mengembangkan wilayahnya masih lebih cenderung untuk mendapatkan pendapatan anggaran daerah (PAD) yang setinggitingginya. Aspek fisik khusunya masalah pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan sering kali dikesampingkan. Walupun telah banyak peraturan pemerintah yang dikeluarkan agar pembangunan daerah harus memperhatikan juga pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan atau sering dikenal dengan Pembangunan Yang Berwawasan Lingkungan atau Pembangunan Yang Berkelanjutan. Dampak yang sering kali muncul akibat tidak seimbangnya pemberian bobot antara aspek fisik dan ekonomi, dalam menetapkan tataguna lahan, banyak sumberdaya alam dan lingkungan hidup yang rusak dan menimbulkan bencana alam, seperti tanah kritis, banjir, kekeringan, tanah longsor, pencemaran lingkungan dan lain sebaginya. Kondisi demikian harusnya tidak dapat dibiarkan terus berjalan melainkan kita semua harus sadar, bahwa sumberdaya alam yang ada ini harus dikelola sebaikbaiknya agar dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat saat ini maupun untuk generasi yang akan datang. Penetapan macam penggunaan lahan yang sesuai, seharusnya dapat mempertimbangkan ketiga aspek diatas dengan bobot yang proporsional. Pekerjaan ini dirasa memang sulit, sering kali ada lahan yang secara fisik sesuai untuk macam penggunaan lahan tertetntu, tetapi dari aspek ekonomi tidak sesuai, atau sebaliknya dari aspek ekonomi menguntungkan tetapi dari aspek fisik kurang sesuai. Untuk itu seorang pakar evaluasi lahan dituntut agar memiliki kemampuan dan ketrampilan yang cukup tinggi, dalam melakukan pekerjaan evaluasi lahan. Dalam hal pengambilan keputusan tentang bentuk pengunaan lahan, harus diambil secara hatihatai agar diperoleh bentukbentuk penggunaan lahan yang seusai dari aspek fisik, ekonomi dan politik, sehingga implementasi bentuk penggunaan lahan disuatu wilayah, dapat memberikan produktivitas dan keuntungan yang maksimal, serta dapat melestarikan sumberdaya lahan dan lingkungan yang ada Pengertian Evaluasi Lahan. Pengertian evaluasi lahan adalah: pekerjaan yang berhubungan dengan pendugaan atau penafsiran tipe penggunaan lahan disuatu wilayah. Didalam pelaksanaanya diperlukan data dan informasi tentang kondisi lahan dan persyaratan penggunaan lahan (land use requirement). Sifatsifat lahan cukup banyak, namun tidak semua sifatsifat lahan tersebut digunakan dalam pekerjaan evaluasi lahan, melainkan hanya sifatsifat lahan yang sangat erat berhubungan dengan bentuk suatu penggunaan lahan tertentu saja (kualitas lahan) yang digunakan. Lahan dikatakan sesuai untuk tujuan penggunaan lahan tertentu jika kualitas lahan yang ada dapat memenuhi Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 1

2 persyaratan lahan yang dibutuhkan (match), dan sebaliknya lahan dikatakan tidak sesuai apabila kualitas lahan yang ada tidak dapat memenuhi persyaratan lahan yang dibutuhkan Tujuan Evaluasi Lahan. Tujuan pekerjaan evaluasi lahan yang utama adalah menetapkan tingkat kesesuaian untuk macam penggunaan lahan tertentu disuatu wilayah. Namun demikian, disamping tujuan tersebut pekerjaan evaluasi lahan seharusnya dapat menjawab beberapa pertanyaan berikut ini : Macam penggunaan lahan apakah yang ada sekarang dan apa yang akan terjadi kalau macam penggunaan lahan yang ada sekarang dirubah? Kalau penggunaan lahan yang ada sekarang dipertahankan, perbaikan pengelolaan lahan yang bagaimana yang harus dilakukan agar dapat meningkatkan produktivitas dan keuntungan? Apakah ada macam penggunaan lahan lain yang lebih sesuai baik dari aspek fisik mapun ekonomi? Kalau ada, dari berbagai penawaran macam penggunaan tersebut, mana yang paling sesuai? Akibat kurang baik apakah dari masingmsing penawaran macam penggunaan lahan tersebut? Praktek pengelolaan lahan yang bagaimanakah dari masingmasing macam penggunaan lahan yang ditawarkan? Macam keuntungkah apakah yang dapat diberikan dari masingmasing macam penggunaan lahan yang ditawarkan? Sederatan pertanyaan diatas nampaknya tidak mudah untuk bisa dijawab oleh seorang yang sedang melakukan pekerjaan evaluasi lahan Kedudukan Evaluasi Lahan Dalam Rencana Tataguna Lahan. Pekerjaan evaluasi lahan merupakan bagian dari pekerjaan penyusunan rencana tataguna lahan. Didalam pekerjaan penyusunan rencana tataguna lahan ada 10 tahapan pekerjaan. Kedudukan evaluasi lahan didalam tahapan pekerjaan perencanaan tataguna lahan adalah pada tahapan ke 5. Tahapan pekerjaan perencanaan tataguna lahan adalah : 1. Menetapkan lingkup pekerjaan. 2. Organisasi. 3. Menetapkan permasalahan. 4. Indentifikasi peluang perubahan. 5. Evaluasi kesesuaian lahan. 6. Analisis sosialekonomi dan lingkungan. 7. Pemilihan rencana tata guna lahan terbaik. 8. Penyusunan implementasi rencana tata guna lahan. 9. Implementasi. 10. Monitoring dan evaluasi 1.5. Prinsipprinsip Evaluasi Lahan. Ada beberapa prinsip yang harus dipahami apabila akan melakukan pekerjaan evaluasi lahan yakni : 1. Lahan dievaluasi untuk tujuan macam penggunaan lahan tertentu. Kondisi ini dapat dipahami mengingat macam penggunaan lahan yang ada dipermukaan Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 2

3 bumi ini jumlah sangat banyak. Untuk itu tujuan perubahan macam penggunaan lahan harus ditetapkan lebih dulu, agar pekerjaan evaluasi dapat dilakukan. 2. Dibutuhkan perbandingan dari berbagai macam penggunaan lahan yang ditawarkan, agar dapat dipilih mana macam penggunaan lahan terbaik. Dalam pekerjaan evaluasi lahan harus dapat memeberikan penawaran beberapa macam penggunaan lahan untuk dapat dibandingkan. 3. Dibutuhkan perbandingan besarnya keuntungan dan kebutuhan pengelolaan dari masingmasing macam penggunaan lahan yang ditawarkan. Masingmasing macam penggunaan lahan yang akan diimplementasikan disuatu wilayah akan memberikan keuntungan dan perbedaan pengelolaan. 4. Dibutuhkan pendekatan multidispliner. Pekerjaan evaluasi lahan membutuhkan tenaga ahli dari berbagai bidang yang terkait, seperti ahli pertanian, iklim, geologi, hidrologi, keteknikan, kehutanan, tanah, sosialekonomi, irigasi, dll. 5. Evaluasi lahan harus dikerjakan dengan mempertimbangkan tiga aspek yakni aspek fisik, sosialekonomi dan politik. Aspek fisik dalam lingkup pekerjaan evalasui lahan yang dimaksud adalah bagaimana kondisi sumberdaya lahan yang ada, apakah potensi sumberdaya lahan mendukung atau tidak untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Apabila potensi sumberdaya lahan tidak mendukung untuk penggunaan macam penggunlaan lahan tertentu, dan dipaksakan maka akibatnya akan merusak sumberdaya lahan tersebut. Dari aspek sosialekonomi yang perlu dipertimbangkan adalah bagaimana kehidupan masyarakat yang ada diwlaiyah pengembangan dan berapa besar keuntungan yang akan diperoleh dari macam penggunaan lahan yang ditawarkan. Sedang aspek politk dalam pekerjaan evaluasi lahan yang dimaksud adalah, apakah perubahan macam penggunaan lahan yang ditawarkan tersebut sesuai atau tidak dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang sudah dibuat menjadi keputusan pemerintah. 6. Kesesuaian lahan harus dapat dipertahakan dalam kurun waktu yang cukup lama. Evaluasi lahan harus dapat memberikan hasil tingkat kesesuaian lahan yang dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama, jangan sampai terjadi hasil tingkat kesesuaian lahan dari macam penggunaan tertentu, setelah dimplementasikan dalam waktu yang singkat menjadi berubah Skala Pekerjaan Evaluasi Lahan. Tikat ketelitian atau skala pekerjaan evaluasi lahan dapat dibedakan dalam tiga kelompok yakni (1) Skala tinjau (reconnaissance), (2) Skala semi detail dan (3) Skala detail. Skala pekerjaan evaluasi lahan ini sangat terkait dengan tujuan pekerjaan evaluasi lahan, peta yang akan dihasilkan, data dan informasi sumberdaya lahan yang dibutuhkan, serta jumlah pengambilan sampel. Evaluasi lahan skala tinjau umumnya bertujuan untuk iventarisasi sumberdaya alam yang ada disuatu wiayah (negara), sedang pada skala semi detail pekerjaan evaluasi lahan bertujuan untuk menyusun macammacam penggunaan lahan tertentu, dan pada skala detail bertujuan untuk menetapkan jenis pengelolaan lahan dari masingmasing macam penggunaan lahan yang ditawarkan pada pekerjaan evaluasi lahan skala semi detil. Evaluasi lahan skala tinjau umumnya dilakukan untuk kepentingan nasional dan sifatnya sangat kualitatif, analisis ekonomi hanya dilakukan secara kasar. Hasil evaluasi biasanya digunakan untuk kepentingan perencanaan nasional dengan prioritas proyekproyek besar untuk pengembangan wilayah. Evaluasi lahan pada tingkat tinjau akan menghasilkan petapeta sumberdaya alam dengan skala peta 1 : s/d 1 : Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 3

4 Pada sisi lain beberapa pakar berpendapat bahwa pekerjaan evaluasi lahan pada skala tinjau akan menghasilkan kelaskelas kemampuan lahan disuatu wilayah. Pada pekerjaan evaluasi lahan skala semi detil akan dihasilkan peta kesesuaian lahan dengan skala 1 : s/d 1 : Dalam hal ini pekerjaan evaluasi lahan sudah mempertimbangkan aspek ekonomi dengan perhitungan yang lebih detail. Sedang pada skala detil akan dihasilkan peta pengelolaan lahan dengan skala 1 : s/d 1 : Tabel 1.1. Hubungan antara skala, jarak, luasan terkecil pada peta. No Skala Jarak di peta dan Luasan terkecil Nama survei di lapangan di peta 1 1 : : cm = 20 km 1 cm = 5 km ha 625 ha Iventarisasi sumber daya alam 2 1 : cm = 2.5 km 156 ha Lokasi proyek 1 : cm = 1 km 25 ha 3 1 : cm = 0.5 km 6.25 ha Studi kelayakan 1 : : : Sumber FAO, cm = 0.25 km 1 cm = 100 m 1 cm = 50 m 1,56 ha 0.5 ha 0.25 ha Studi pengembangan 1.7. Pendekatan Paralel dan Bertahap Dalam Evaluasi Lahan. Pekerjaan evaluasi lahan dapat dilakukan dengan dua pendekatan, yakni Pendekatan Paralel dan Pendekatan Bertahap. a. Pendekatan paralel. Pekerjaan evaluasi lahan sebaiknya dikerjakan dengan mempertimbangan aspek fisik dan ekonomi. Pekerjaan evaluasi lahan dari aspek fisik dikerjakan oleh tim ahli bidang fisik, sedang evaluasi lahan dari aspek sosialekonomi dikerjakan oleh tim ahli dalam bidang sosialekonomi. Suatu pendekatan pelaksanaan pekerjaaan evaluasi lahan dari aspek fisik dan ekonomi yang dikerjakan bersamaan waktunya, sering kali disebut dengan cara pendekatan paralel. Tim ahli fisik (ahli tanah, hidrologi, geologi, iklim, agronomi dst) dan ahli sosialekonomi (ahli ekonomi, sosiologi pedesaan, marketing, dst), bersamasama mengumpulkan data, menganalisis dan mengevaluasi. Mungkin saja hasil evaluasi lahan yang dihasilkan oleh kedua tim tersebut berbeda. Cara pendekatan paralel dalam evaluasi lahan tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari cara pendekatan paralel adalah waktu dan biaya yang digunakan relatip lebih singkat dan lebih murah, sedang kekurangannya adalah hasilnya sering kali kurang memuaskan. Sebagai contoh dari hasil pekerjaan evaluasi lahan secara fisik dihasilkan lahan sangat sesuai untuk pengembangan padi sawah, namun demikian tidak didukung oleh data dan infromasi yang lengkap dari kelompok sosialekonomi, informasi yang terkait dengan pengembangan padi sawah dari aspek sosialekonomi ternyata tidak tersedia. Akibatnya harus mengulang kembali untuk memperoleh data dan informasi tersebut. b. Pendekatan bertahap. Pelaksanaan pekerjaan evaluasi lahan secara fisik dan kondisi sosialekonomi dilakukan secara bertahap. Tahap pertama tim ahli fisik berangkat lebih dulu, untuk mendapatkan data kualitas lahan. Selanjutnya menganalisis dan mengevaluasi sehingga dihasilkan berbagai macam penggunaan lahan yang akan ditawarkan. Hasil rekomendasi ini disampaikan kepada tim ahli sosialekonomi untuk digunakan sebagai dasar dalam melakukan evaluasi lahan dari aspek sosialekonomi. Cara pendekatan bertahap dalam evaluasi lahan mempunyai Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 4

5 kelebihan juga kekurangan. Kelebihan dari pendekatan bertahap adalah hasilnya lebih memuaskan sedang kekurangan dibutuhkan waktu dan biaya yang relatif lebih besar. Tahapan evaluasi lahan secara bertahap dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi lahan dari aspek ekonomis lebih dulu baru dilakukan secara fisik. Kondisi demikian banyak dilakukan oleh masyarakat saat ini. Macam penggunaan disuatu wilayah sering kali didasarkan akan kebutuhan pasar yang ada. Sebagai contoh kalau ada salah satu komoditi memberikan keuntungan yang tinggi, masyarakat berlombalomba untuk menggunakan lahanya agar dapat menghasilkan komoditi tersebut, walaupun sering kali tidak didukung oleh potensi fisik lahannya Kerangka Evaluasi Lahan. Beberapa pakar memberikan rumusan atau pengertian tentang evaluasi adalah suatu kegiatan yang sifatnya menguji, membuat pertimbangan dan memberikan nilai secara sistematis terhadap suatu obyek. Selanjutnya ditambahkan pula bahwa dalam pekerjaan evaluasi diperlukan pengukuran (measurement) dan perbandingan (comparation). Pengukuran dapat dilakukan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Secara kualitatif pengukuran dapat diekspresikan dalam bentuk penggambaran keadaan (diskripsi), seperti : baik, atau jelek., sesuai atau tidak sesuai, tinggi atau rendah dan lain sebagainya. Evaluasi secara kualitatif mengungkapkan kondisi yang abstrak. Sebaliknya evaluasi kuantitatif dapat memberikan gambaran yang lebih konkrit, karena hasilnya dapat dinyatakan dalam bentuk angka atau nilai tertentu. Perbandingan dalam pekerjaan evaluasi merupakan salah satu cara untuk melihat perbedaan antara hasil yang diamati dengan acuan atau standart yang telah ditetapkan. Pengertian evaluasi dalam pekerjaan evaluasi lahan adalah suatu pekerjaan untuk mendapatkan gambaran tingkat kesesuaian lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Agar dapat melakukan pekerjaan evaluasi, diperlukan separangkat alat atau sistem yang dapat digunakan untuk melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam pekerjaan evaluasi lahan seperangkat alat atau sistem tersebut adalah persyaratan lahan dan sistem klasifikasinya. Sedangkan yang dimaksud dengan kerangka evaluasi lahan disini mencakup metodologi, persyaratan lahan dan sistem klasifikasinya. Kerangka evaluasi lahan harus disediakan lebih dulu sebelum melakukan perkejaan evaluasi lahan. Saat ini banyak tersedia kerangka evaluasi lahan, namun demikian belum ada yang dapat memberikan jawaban, apabila ada pertanyaan sebagai berikut: dari berbagai kerangka evaluasi lahan yang ada saat ini mana yang terbaik?. Didalam kerangka pekerjaan evaluasi lahan pekerjaan yang harus dilakukan lebih dulu adalah (1) menetapkan prinsip dan konsep evaluasi lahan, (2) menetapkan bentuk persyaratan lahan, (3) metode evaluasi, dan (4) sistem klasifikasinya. Beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menyusun kerangka evaluasi lahan adalah, kerangka evaluasi lahan tersebut harus dapat digunakan untuk pekerjaan evaluasi lahan pedesaan, dapat digunakan untuk berbagai wilayah yang luas, dapat digunakan untuk mengevaluasi lahan yang alami atau sudah digunakan, dapat digunakan untuk kepentingan evaluasi lahan pada berbagai skala tingkatan evaluasi lahan. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 5

6 BAB II KONSEP EVALUASI LAHAN Untuk dapat memahami evaluasi lahan, sebaiknya lebih dahulu memahami dan menyamakan persepsi tentang pengertian lahan dan penggunaan lahan. Dua konsep dasar ini sangat penting untuk dipahami, mengingat evaluasi lahan adalah pekerjaan penafsiran terhadap macam penggunaan lahan yang paling sesuai disuatu wilayah. Pekerjaan ini dilakukan dengan menganalisis data kualitas lahan yang ada dan selanjutnya melakukan matching (menyesuaikan) dengan persyaratan lahannya. Jika kualitas lahan yang ada dapat memenuhi seluruh persyaratan lahan yang dibutuhkan, maka lahan sesuai untuk macam penggunaan lahan tertentu, dan sebaliknya jika persyaratan lahan tidak dapat dipenuhi oleh kualitas lahan yang ada, maka lahan tidak sesuai untuk tujuan penggunaan lahan tertentu Lahan. Lahan adalah suatu hamparan permukaan bumi (lingkungan fisik) termasuk didalamnya komponen iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasinya. Lahan memiliki sifatsifat tertentu dan sifatsifat lahan ini sangat berpengaruh terhadap potensi lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu Satuan Peta Lahan (land mapping unit). Sifat atau karateristik lahan yang ada dipermukaan bumi ini berbedabeda, terdapat lahan yang bentuk permukaanya datar, tetapi ditempat lain ada lahan yang berbukit. Disamping itu ada lahan yang subur juga ada lahan yang tandus. Kondisi ini menunjukan bahwa sifat dan karateristik lahan tersebut berbedabeda, demikian pula terhadap kesesuian lahannya. Pada lahan yang datar, subur dan beririgasi, banyak yang digunakan sebagai lahan pertanian, sedang pada lahan yang berbukit, banyak digunakan untuk perkebunan dan kehutanan. Gambaran sifat atau karatersitik lahan yang berbedabeda di atas, memberikan petunjuk pada kita bahwa lahan yang ada dipermukaan bumi ini, perlu dikelompokan berdasarkan sifat dan karateristiknya yang sama. Pengelompokan lahan berdasarkan sifatsifat yang sama tersebut nantinya dapat digunakan sebagai dasar pembuatan peta satuan lahan. Dengan demikian satuan peta lahan (land mapping unit) adalah sekelompok lahan yang memiliki sifat (karakteristik) sama atau serupa. Keseragaman atau variabilitas sifat lahan dari masingmasing satuan peta lahan selalu ada, sedang besar dan kecilnya sangat tergantung pada skala dan ketelitian dalam pembuatan peta. Pemetaan satuan peta lahan sangat dibutuhkan dalam pekerjaan evaluasi lahan, karena peta kesesuaian lahan yang akan dibuat didasarkan pada satuan peta lahan yang ada. Satuan peta lahan dapat dibuat dengan malakukan tumpang tindih (overlay) dari petapeta komponen lahan (peta iklim, tanah, topografi, hidrologi dan vegetasi), alasannya komponen lahan yakni iklim, topografi, tanah, hidrologi dan vegetasi sangat mempengaruhi tingkat kesesuaian macam penggunaan lahan pertanian, perkebunan dan kehutanan. Untuk tujuan macam penggunaan diluar pertanian, kehutanan dan perkebunan seperti industri, pariwisata, perikanan, peternakan, pemukiman, dan lainnya, selain komponen lahan yang tersebut di atas, diperlukan komponen lahan lain yang terkait dengan macam penggunaan lahan tersebut. Satuan peta lahan yang dihasilkan nantinya akan membentuk satuan peta kesesuaian lahan, namun demikian dapat terjadi bahwa dua atau lebih satuan peta lahan yang berbeda, menghasilkan satuan peta kesesuaian lahan yang sama. Kondisi ini dapat dipahami karena pembuatan peta satuan lahan tidak Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 6

7 didasarkan pada pemetaan satuan kualitas lahan. Jika satuan peta lahan dibuat berdasarkan kualitas lahan, maka peta satuan lahan akan menjadi rumit Satuan Peta Kesesuaian Lahan. Satuan peta kesesuaian lahan menggambarkan sekelompok lahan yang memiliki tingkat kesesuaian lahan yang sama untuk penggunaan lahan tertentu.sebagai contoh satuap peta kesesuaian lahan untuk padi sawah, yang artinya sekelompok satuan peta tersebut memiliki tingkat kesesuian untuk penggunaan lahan padi sawah yang sama Konsep Penggunaan Lahan. Konsep penggunaan lahan diartikan sebagai campur tangan manusia terhadap lahan, untuk memenuhi kebutuhan fisik dan rohani. Kondisi ini agak menyulitkan bagi pekerja evaluator lahan, mengingat kebutuhkan fisik dan rohani terhadap jasa penggunaan lahan sulit untuk diukur. Untuk itu bisa terjadi dua satuan lahan atau lebih yang seharusnya memiliki tingkat kesesuaian lahan sama untuk macam penggunaan lahan tertentu, menjadi berbeda karena yang memiliki berbeda. Gambaran semacam ini dapat kita lihat seharihari disuatu hamparan lahan yang sama. Dalam konsep penggunaan lahan ada beberapa istilah lain yang perlu dipahami yakni : Penggunaan lahan utama (mayor kinds of land use). Penggunaan lahan utama diartikan sebagai gambaran umum tingkat kesesuaian lahan untuk bentuk penggunaan lahan tertentu di suatu wilayah, seperti lahan pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan lainnya. Didalam gambaran umum bentuk penggunaan lahan tersebut masih dapat dirinci lagi menjadi macam penggunaan lahan yang lebih detil. Young (1976) memberikan contoh penggunaan lahan utama pedesaan adalah: tanaman semusim, tanaman tahunan, padi rawa, padang rumput alami, padang rumput yang dikelola secar teknis, hutan alami, hutan buatan, pariwisata, hutan lindung, waduk dan jalan Tipe penggunaan lahan (land utillization type). Tipe penggunaan lahan merupakan macam penggunaan lahan secara lebih rinci dari penggunaan lahan utama, sesuai dengan kualitas lahan yang ada dan persyaratan penggunaan lahannya. Dalam hal ini tipe penggunaan lahan disamping sudah mempertimbangkan aspek fisik juga aspek ekonomi. Sebagai contoh tipe penggunaan lahan padi sawah, bermodal kecil, pengolahan tanah dengan ternak, menggunakan tenaga kerja banyak, luas lahan sempit. Didalam tipe penggunaan lahan tertentu dapat dijumpai hanya satu jenis penggunaan/komoditi atau lebih, untuk itu tipe penggunaan lahan dapat dibedakan lagi ke dalam tipe penggunaan lahan berganda (multiple land utliization type) dan tipe penggunaan lahan majemuk (compound land utillization type). a. Tipe penggunaan lahan berganda: adalah macam penggunaan lahan pada suatu hamparan dengan lebih dari satu jenis penggunaan dalam waktu yang bersamaan, dimana masingmasing tipe penggunaan membutuhkan input, hasil dan persyaratan yang berbeda. Sebagai contoh kawasan hutan lindung yang dilengkapi dengan daerah wisata, dimana dua tipe penggunaan lahan ini membutuhkan persyaratan lahan, input dan hasil yang berbeda. b. Tipe penggunaan lahan majemuk: adalah penggunaan lahan lebih dari satu tipe penggunaan lahan pada suatu hamparan dalam waktu yang bersamaan, dimana masingmasing tipe penggunaan membutuhkan input, hasil dan persyaratan yang sama, sebagai contoh tipe penggunaan lahan tumpang sari atau pergiliran tanaman. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 7

8 Didalam menetapkan tipe penggunaan lahan faktorfaktor yang perlu diperhatikan adalah : o Jenis produksi o Teknologi yang digunakan o Jenis keuntungan o Model pemasaran o Besarnya modal o Penggunaan tenaga kerja o Sumber energi o Tingkat pengetauan dan ketrampilan o Infrastruktur o Luas lahan o Sistem pemilikan lahan o Besarnya pendapatan Karateristik Lahan (land characteristics). Karaktersitik lahan adalah sifatsifat lahan yang dapat diukur atau ditetapkan.sebagai contoh lereng, curah hujan, tekstur, kandungan air, kemasaman, kandungan hara, kedalam solum, dan lainnya. Karakteristik lahan dibedakan menjadi (1) karakteristik lahan tunggal dan (2) karakteristik lahan majemuk. Karakteristik lahan tunggal adalah sifatsifat lahan yang didalam menetapkannya tidak tergantung pada sifat lahan lainnya (lereng, kedalaman solum, tekstur, kemasaman dll), sedang karakteristik lahan majemuk adalah sifat lahan yang dalam menetapkannya tergantung pada sifat lahan lainnya (drainase, kandungan air, permeabilitas, dll) Kualitas Lahan (land qualities). Kualitas lahan adalah karakteristik lahan (dapat tunggal atau majemuk) yang dibutuhkan dalam persyaratan lahan. Beek (1978) mengelompokan kualitas lahan menjadi kualitas lahan konservasi, ekologi, pengelolaan, perbaikan. Tabel 2.1. Macam kualitas lahan (Beek, 1980). No Kualitas lahan Karakteristik lahan 1 Ekologi (kualitas lahan Ketersediaan air yang mempengaruhi Ketersediaan hara/makanan kehidupan organisme Ketersediaan oksigen hidup) Kedalam solum tanah Kondisi permukaan lahan Bahaya banjir Temperatur Energi radiasi dan lama penyinaran Musim tanam Iklim Kelembaban udara Jumlah bulan kering 2 Pengelolaan (kualitas lahan yang mempengaruhi jenis pengelolaan) 3 Konservasi (kualitas lahan yang mempengaruhi jenis konservasi tanah) Air bersih Luas lahan (ukuran petak) Lokasi Mekanisasi Ketersediaan sumber energi Bahaya erosi Bahaya salinisasi dan alkalinisasi Bahaya pemadatan tanah Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 8

9 4 Perbaikan (kualitas lahan yang mempengaruhi jenis perbaikan) Bahaya terbentuknya kerak tanah Spesies tumbuhan dan binatang langka Sifat dapat diairi Kondisi drainase Respon terhadap pemupukan Tabel 2.2. Macam Kualitas Lahan (FAO, 1976) No Kualitas lahan Karaktersitik lahan 1 Kualitas lahan yang Kelembaban berhubungan dengan Ketersediaan hara produksi pertanian Ketersediaan oksigen di daerah perakaran Kedalaman solum tanah Kondisi perkecambahan Mudah dan tidaknya tanah diolah Salinitas dan alkalinitas Bahaya keracunan Bahaya erosi Bahaya serangan hama dan penyakit Temperatur Radiasi Iklim Kandungan air tanah Jumlah bulan kering 2 Kualitas lahan yang Iklim berhubungan dengan Penyakit endemi produksi peternakan Keadaan hara tanah Bahaya keracunan Bahaya erosi Kertersediaan air bersih untuk minum ternak Jenis tumbuhan lokal 3 Kualitas lahan yang Kelembaban berhubungan produksi Ketersediaan hara kehutanan Ketersediaan oksigen di daerah perakaran Kedalaman solum tanah Kondisi perkecambahan Mudah dan tidaknya tanah diolah Salinitas dan alkalinitas Bahaya keracunan Bahaya erosi Bahaya serangan hama dan penyakit Temperatur Radiasi Iklim Kandungan air tanah Jumlah bulan kering Jenis dan jumlah spesies tanaman hutan Kondisi pembibitan Hama dan penyakit tanaman Bahaya kebakaran 4 Kualitas lahan yang Kondisi mekanisasi berhubungan dengan Infrastruktur pengelolaan Lokasi Kondisi pasar Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 9

10 Luas lahan 2.5. Persyaratan Lahan. Persyaratan lahan adalah seperangkat kualitas lahan yang digunakan untuk menetapkan tipe penggunaan lahan tertentu. Persyaratan lahan disusun setelah tujuan perubahan penggunaan lahan ditetapkan. Penyusunan persyaratan lahan harus mempertimbangkan beberapa faktor yakni (1) tujuan evaluasi lahan dan (2) skala pekerjaan evaluasi lahan. Penyusunan persyaratan lahan merupakan pekerjaan yang paling utama dalam pekerjaan evaluasi lahan. Keberhasilan pekerjaan evaluasi lahan sangat tergantung pada baik dan tidaknya persyaratan lahan yang digunakan. Persyaratan lahan merupakan alat untuk dapat melakukan evaluasi kualitas lahan dalam menetapkan tipe lahan tertentu. Dalam menyusun persyaratan lahan sebaiknya diusahakan agar dalam bentuk kuantitatif. Saat ini banyak tersedia persyaratan lahan untuk beberapa tipe penggunaan lahan yang dihasilkan oleh berbagai lembaga/instansi atau para ahli/pakar evaluasi lahan, namun demikian diantara beberapa bentuk persyaratan lahan tersebut mana yang paling baik/tepat untuk digunakan, sulit untuk dapat menjawabnya. Tabel 2.3. Persayaratan lahan untuk tanaman padi sawah Djaenudin dkk (2000). Karaktersitik lahan Temperatur (tc) Temperatur rata (oc) Kelas kesesuian lahan S2 S3 N Ketersediaan air (wa) Kelembaba (%) < 30 > 90 Media perakaran (rc) Drainase Tekstur Bahan kasar (%) Kedalam solum (cm) Gambut : Ketebalan (cm) Kematangan Retensi hara (nr) KTK liat (cmol) Kejenuhan basa (%) ph H20 Agak terhambat, agak baik h, ah < 3 > 50 < 60 saprik > 16 > Terhambat, baik s saprik + hemik < Sangat terhambat, agak cepat ak hemik + fibrik < 35 < 4.5 > 8.5 < 0.8 < 22 > 35 Cepat k > 35 < 25 > 400 fibrik C organik (%) > 1.5 Toksisitas (xc) Salinitas (ds/m) < > 6 Sodisitas (xn) Alkalinitas/ESP (%) < > 40 Bahaya sulfidik (xs) Kedalaman sulfidik (cm) > < 40 Bahaya erosi (eh) Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 10

11 Lereng (%) Bahaya erosi Bahaya banjir (fh) Genangan enyiapan lahan (lp) Batuan di permukaan (%) Singkapan batuan (%) < 3 Sangat rendah Fo, F11 F12,F21 F23,F31 F32 <5 < F13,F23 F33,F41 F42,F F14,F24 F34,F > 8 F15,F25 F35,F45 > 40 > 25 Catatan : h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar, sr = sangat ringan, r = ringan, d = sedang, b = berat, sb = sangat berat. Karakteristik lahan Tabel 2.4. Persyaratan lahan untuk padi sawah FAO (1983) Regim temperatur (t) ratarata suhu tahunan (oc) Ketersediaan air (w) Bulan kering (<75 mm) Ratarata curah hujan tahunan (mm) Kondisi perakaran (r) Kelas drainase Tekstur tanah lapisan olah Kedalaman perakaran (cm) Kelas kesesuaian lahan S2 S3 N 0 3 > agak terhambat, agak baik SCL, Sil,Si,CL > sangat jelek jelek, SL,L,SiL,SiCL, C Baik LS > 35 < 18 > 9.5 < 800 kadangkadang tergenang, tergenang G, S < 20 Retensi hara (f) KTK lapisan bawah (me/100 g) ph lapisan bawah Ketersediaan hara (n) N total lap. bawah P2O5 lap. bawah K20 lap. bawah Bahaya keracunan (x) Salinitas (mmhos/cm) lap. bawah Kondisi permukaan lahan (s) Lereng (%) Batuan di permukaan (%) batuan singkapan > medium > sedang sgt. tinggi > sedang Rendah rendah tinggi rendah sangat rendah sgt. rendah sedang rendah sgt. rendah > 8.5 < 4.0 sgt. rendah < > > 8 > 1 >2 Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 11

12 Dua persyaratan lahan untuk tipe penggunaan lahan yang sama (padi sawah) tersebut diatas agak berbeda, kondisi ini menjadi salah satu kendala bagi pekerja evaluasi lahan didalam dalam hal memilih bentuk persyaratan lahan mana yang terbaik Perbaikan Lahan (land improvement). Karakteristik lahan yang tidak dapat memenuhi persyaratan lahan pada suatu tipe penggunaan lahan tertentu, akan menjadi faktor pembatas, artinya karakteristik lahan tersebut yang membatasi tujuan tipe penggunaan lahan tertentu. Cara pengelolaan yang dibutuhkan untuk dapat menghilangkan faktor pembatas tersebut sering kali disebut dengan perbaikan lahan. Faktor pembatas dalam tipe penggunaan lahan ada yang sifatnya serius dan ada yang tidak. Sebagai contoh kondisi unsur hara dalam tanah, jika menjadi faktor pembatas mudah untuk dihilangkan dengan cara pemberian pupuk (minor land improvement), sebaliknya jika tekstur tanah yang menjadi pembatas maka sulit diatasi dengan caracara pengelolaan yang ada sekarang (mayor land improvement). Perbedaan tingkatan faktor pembatas ini yang nantinya akan menjadi dasar untuk menetapkan kesesuaian lahan potensial Kemampuan Lahan (land capabillity). Pengertian kemampuan lahan dan kesesuaian lahan sebenarnya hampir sama, namun demikian beberapa ahli mencoba untuk membedakannya. Para pakar yang berkecimpung dalam pekerjaan evaluasi lahan, memberikan pengertian kemampuan lahan adalah sebagai gambaran umum dari tipe penggunaan lahan disuatu daerah, sedang istilah kesesuaian lahan diartikan sebagai tingkat kesesuaian lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Untuk memahami pengertian kemampuan lahan selanjutnya akan dibahas dalam bab tersendiri. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 12

13 BAB III STRUKTUR KLASIFIKASI KESESUAIAN LAHAN 3.1. Pendahuluan. Kesesuaian lahan adalah gambaran tingkat kecocokan lahan untuk tujuan tipe penggunaan lahan tertentu. Untuk memudahkan dalam implementasinya maka disusunlah sistem klasifikasi kesesuaian lahan. Dalam struktur klasifikasi kesesuaian dibdekan menjadi empat kategori yakni ordo, kelas, sub kelas dan unit Struktur Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Ordo : memberikan gambaran umum dari macam penggunaan lahan tertentu. Kelas : pembagian lebih lanjut dari tingkat ordo Sub kelas : pembagian lebih lanjut dari tingkat kelas yang didasarkan faktor pembatas yang ada. Unit : pembagian lebih lanjut dari tingkat sub kelas yang didasarkan jenis pengelolaan yang dibutuhkan. Pada kategori ordo, kesesuaian lahan untuk tujuan penggunaan lahan tertentu dibedakan menjadi dua kelompok yakni ordo sesuai dan ordo tidak sesuai. Ordo sesuai (S) : lahan dalam kelompok ini sesuai untuk tipe penggunaan lahan tertentu, tanpa faktor pembatas, kalaupun ada sifat tidak serius dan mudah dihilangkan dengan caracara pengelolaan yang ada saat ini, tanpa ada resiko kerusakan sumber daya lahan yang ada, dapat memberikan produksi/hasil dan keuntungan yang maksimal. Ordo tidak sesuai (N) : lahan mempunyai faktor pembatas yang serius sehingga membatasi tipe penggunaan lahan tertentu, diperlukan input yang besar dan caracara pengelolaan yang tidak umum dilakukan saat ini. Resiko kerusakan sumberdaya lahan cukup besar. Pada tingkatan kelas, kesesuaian lahan dikelompokan menjadi, sangat sesuai (hihgly suitable), agak sesuai (moderatly suitable), kurang sesuai (marginally suitable) dan kelas tidak sesuai (not suitable). Kelas sangat sesuai () : lahan tidak memiliki faktor pembatas untuk tujuan penggunaan lahan tertentu. Pemberian input tidak akan meningkatan hasil dan keuntungan secara nyata. Kelas agak sesuai (S2) : lahan memeiliki beberapa faktor pembatas yang sifatnya agak serius untuk tujuan tipe penggunaan lahan tertentu faktor pembatas dapat mengurangi produksi dan keuntungan, dibutuhkan input untuk meningkatkan hasil. Kelas kurang sesuai (S3) : lahan mempunyai pembatas yang sangat serius untuk tujuan tipe penggunaan lahan tertentu, pembatas dapat menekan produksi dan keuntungan, dibutuhkan input yang cukup besar untuk meningkat produksi. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 13

14 Kelas tidak sesuai (N) : lahan mempunyai pembatas yang sangat serius dan sulit dihilangkan dengan caracara pengelolaan yang umumnya dilakukan, pembatas dapat membatasi tipe penggunaan lahan tertentu, dapat menekan hasil dan keuntungan, dan resiko kerusakan sumberdaya lahan besar. Pada sub kelas, faktor pembatas yang digunakan sebagai dasar pengelompokan dicantumkan. Sebagai contoh S2wa (kelas S2 dengan faktor pembatas ketersediaan air), S3rc (kelas S3 dengan faktor pembatas kondisi perakaran). Faktor pembatas dalam satu sub kelas jumlahnya dapat satu atau lebih. Pada tingkatan unit, sub kelas kesesuaian lahan dibagi lagi kedalam unit kesesuian lahan yang didasarkan pada cara pengelolaan yang dibutuhkan dalam setiap sub kelas yang ada. Sebagai contoh S2wa1, S3rc2 dst. ORDO Ordo Sesuai (S) Tidak sesuai (N) Kelas S2 S3 dst Sub kelas S2 rc S2 rc, wa S3, tc, xc, fh dst Unit S2 rc,1 S2, rc Bentuk Klasifikasi Kesesuaian Lahan. Dalam kerangka sistem klasifikasi kesesuaian lahan terdapat 4 bentuk sistem klasifikasi kesesuaian lahan yakni (1) klasifikasi kesesuian lahan kualitatif, (2) klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif, (3) klasifikasi kesesuian lahan aktual dan (4) klasifikasi kesesuaian lahan potensial. 1. Klasifikasi kesesuaian lahan kualitatif adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang pengelompokannya didasarkan pada batasanbatasan yang sifatnya kualitatif, sebagai contoh sesuai, kurang sesuai atau tidak sesuai. 2. Klasifikasi kesesuaian lahan kuantitatif adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang pengelompokannya didasarkan pada perhitungan matematis. 3. Klasifikasi kesesuaian lahan aktual adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang pengelompokannya didasarkan pada karakteristik lahan yang ada pada saat itu, tanpa mempertimbangkan input yang dibutuhkan. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 14

15 4. Klasifikasi kesesuaian lahan potensial adalah sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang pengelompokannya didasarkan atas karakteristik lahan yang telah mempertimbangkan kebutuhan inputnya. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 15

16 BAB IV PROSEDUR EVALUASI LAHAN 4.1. Tahapan Pekerjaan Evaluasi Lahan. Prosedur evaluasi lahan yang akan dibahas dalam bab ini adalah langkahlangkah yang seharusnya dilakukan, dalam pekerjaan evaluasi lahan. Langkah atau tahapan prosedur evaluasi lahan dipengaruhi oleh cara pendekatannya. Untuk cara pendekatan paralel, prosedurnya agak sedikit berbeda dengan cara pendekatan bertahap. Tahapan pekerjaan evaluasi lahan yang umunya digunakan adalah (1) tahap konsultasi pendahuluan, (2) survei lapangan (3) matching, (4) analisis ekonomi, (5) penetapan tipe penggunaan lahan terbaik, (6) pembuatan laporan dan peta Tahap konsultasi pendahuluan. Dalam tahapan ini tim pekerja evaluasi harus berkonsultasi dengan nara sumber yang benarbenar mengetahui kondisi wilayah studi. Nara sumber dapat berasal dari kalangan pejabat setempat, pemilik lahan, masyarakat setempat, pengumpul data dan lainya yang terkait. Data yang diperlukan mencakup data kualitas lahan secara fisik maupun data sosialekonomi dan politik. Beberapa hal yang harus diperhatikan didalam tahapan pekerjaan pendahuluan adalah : arah perubahan tataguna lahan (tujuan evaluasi), jenis data dan informasi yang diperlukan, lokasi dan batasbatas wilayah studi, macammacam penggunaan lahan yang telah ada, cara pendekatan yang akan digunakan, skala pekerjaan evaluasi lahan dan metodologinya. Asumsi tentang tipetipe penggunaan lahan yang akan ditawarkan berserta jenis input yang dibutuhkan, teknologinya, dapat juga diputuskan saat melakukan konsultasi pendahuluan. Namun demikian hanya tim yang sudah banyak pengalaman dalam melakukan pekerjaan evaluasi lahan yang mampu melakukan hal tersebut. Asumsi ini sangat membantu nantinya didalam pengambilan keputusan tentang tipe penggunaan lahan terbaik di wilayah pengembangan. Pekerjaan evaluasi lahan pada suatu wilayah pengembangan/studi tidak akan dapat dilakukan sebelum tujuan evaluasi/tujuan pengembangan wilayah ditetapkan. Kondisi ini perlu dipahami karena tipe penggunaan yang ada saat ini jumlah sangat banyak, untuk itu perlu ada batasan/penyempitan tipe penggunaan lahan yang akan ditawarkan sebagai tujuan evaluasi atau tujuan pengembangan wilayah. Sebagai contoh apakah pengembangan wilayah akan diarahkan ke tipe penggunaan lahan perkebunan atau industri, dll. Dengan mengetahui arah pengembangan wilayah tersebut maka, pekerjaan evaluasi sudah dapat direncanakan Survei lapangan. Data dan informasi karakteristik lahan dapat diperoleh dari survei lapangan atau data sekunder, baik dalam bentuk laporan maupun peta. Data dan informasi ini sangat menentukan keberhasilan pekerjaan evaluasi lahan. Data karakteristik lahan yang benar akan memberikan hasil evaluasi lahan yang baik, sebaliknya data karakteristik yang kurang baik juga akan memberikan hasil evaluasi lahan yang kurang baik. Disamping data karakteristik lahan, dalam Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 16

17 pekerjaan evaluasi lahan juga membutuhkan data sosialekonomi dan data penunjang lainnya, seperti kondisi infrastruktur, kondisi pasar, dll. Hasil survei lapangan berupa data yang umunya belum dianalisis sesuai dengan kepentingan pekerjaan evaluasi lahan, seperti data karakteristik lahan dalam bentuk diskripsi profil, data sifat kimia dan fisik tanah, data curah hujan dan lainnya, data dan informasi ini umumnya terkumpul dalam bentuk laporan hasil survei lapangan, atau kumpulan data hasil pengamatan secara rutin. Data dan informasi karakteristik lahan juga dapat dikumpulkan dari petapeta Matching. Matching adalah penyesuaian antara data dan informasi karaktersitik lahan yang sudah dianalisis atau diolah sesuai dengan keperluan evaluasi lahan dengan persyaratan lahan. Kelas dan sub kelas kesesuaian lahan yang digunakan dari hasil matching adalah kelas yang paling rendah. Tabel 4.1. Contoh matching kelas kesesuaian lahan untuk padi sawah Djaenudin dkk (2000). Karaktersitik lahan Matching Data Temperatur (tc) 1.Temperatur rata (oc) 26 Ketersediaan air (wa) 1. Kelembaban(%) 80 Media perakaran (rc) 1. Drainase 2. Tekstur 3. Bahan kasar (%) 4. Kedalaman solum (cm) Gambut : 1. Ketebalan (cm) 2. Kematangan Agak terhambat Sedang 2 46 S2 S2 Kelas Retensi hara (nr) 1. KTK liat (cmol) 2. Kejenuhan basa (%) 3. ph H20 4. C organik (%) Toksisitas (xc) 1. Salinitas (ds/m) Sodisitas (xn) 1. Alkalinitas/ESP (%) 12 Bahaya sulfidik (xs) 1. Kedalaman sulfidik (cm) 82 Bahaya erosi (eh) 1. Lereng (%) 2. Bahaya erosi sedang Bahaya banjir (fh) 1. Genangan Fo enyiapan lahan (lp) 1. Batuan di permukaan (%) 2. Singkapan batuan (%) Kelas kesesuaian lahan 0 0 S2 S3 S3 S3 Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 17

18 Sub kelas kesesuaian lahan S3 eh Unit kesesuaian lahan S3 eh 1,2 Catatan : h = halus, ah = agak halus, s = sedang, ak = agak kasar, sr = sangat ringan, r = ringan, d = sedang, b = berat, sb = sangat berat Analisis Sosial Ekonomi. Dari hasil matching diperoleh tipe penggunaan lahan terbaik disetiap satuan peta lahan yang ada. Untuk selanjutnya dilakukan analisis saoaial ekonomi, apakah tipe penggunaan lahan hasil evalausi secara fisik, juga memberikan keuntungan dan dapat menyerap tenaga kerja yang maksimal atau tidak, jika tipe penggunaan lahan hasil evaluasi secara fisik memberikan keuntungan dan dapat menyerap tenaga kerja yang maksimal, maka tipe penggunaan lahan tersebut dapat dipilih sebagai tipe penggunaan lahan terbaik. Sebaliknya jika tidak memberikan keuntungan serta menyerap tenaga kerja maksimal maka perlu dipertimbangkan lagi, dan mencari tipe penggunaan lahan lainnya yang terbaik Penyusunan tipe penggunaan lahan terbaik. Setelah memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai aspek dalam pekerjaan evaluasi lahan, maka perlu dilakukan penyusunan tipe penggunaan lahan terbaik dengan menggunakan sistem klasifikasi kesesuaian lahan yang tersedia. Tipetipe penggunaan lahan yang akan ditawarkan disusun dalam bentuk laporan yang dilengkapi dengan tabel dan peta Pembuatan Laporan dan Peta Akhir pekerjaan evaluasi lahan adalah penyusunan laporan yang dilengkapi dengan peta. Format penyusunan laporan pekerjaan evaluasi lahan berbedabeda tetapi pada prisnipnya memuat bab Latar Belakang, Metodologi, Uraian Satuan Peta Lahan, Uraian Tipe Penggunaan Lahan yang Diawarkan, Tipe Penggunaan Lahan terbaik, Kesimpulan yang dilengkapi dengan petapeta yang terkait Analisis dan Pengelompokan Data Analisis data. Data dan informasi karaktersitik lahan diperoleh dari berbagai sumber antara lain (1) data sekunder, (2) laporan penelitian/studi, (3) pengamatan lapang, (4) hasil analisis laboratorium. Data sekunder karakteristik lahan dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti lembaga pengumpul data (data iklim, kantor statistik, kantor pertanahan dll), peta (jenis tanah, iklim, rupa bumi, geologi, irigasi, topograi, bentuk lahan, dll). Laporan survei dan penelitian tanah sering kali juga memberikan informasi tentang karakteristik lahan yang dapat digunkan sebagai sumber data dan informasi untuk keperluan evaluasi lahan. Data dan informasi tersebut bentuknya bermacamnacan dan sering kali memerlukan analisis dan asumsiasumsi lebih lanjut, agar dapat digunakan untuk keperluan pekerjaan evaluasi lahan. Sebagai contoh data infromasi karakteristik lahan dalam bentuk data diskripsi profil yang dilengkapai dengan hasil analisis sifat fisik serta kimia tanah, memerlukan analisis lebih lanjut. Tabel 4.2. Contoh diskripsi profil tanah. Pedon No. KK 25 Klasifikasi LPTBogor : MelanicVitric Andosol. Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 18

19 FAO : HumicVitric Andosol Taxonomy : Umbric Vitrandept Lokasi : Desa Ngantru, Pujon. Kab. Malang Fisiografi : colluvial kakibukit Topografi : berbukit (15 30%) Drainase : sangat baik Erosi : sedang Vegetasi : mahoni dan rumput Bahan induk tanah : abu vulkanik Diskripsi : A11 (11) : coklat sangat gelap (10YR 2/2) lembab; lempung berpasir, kerikil cm 5%, struktur granular, halussedang, agak lekat dan agak plastis, agak masam, perakaran halus sedang, pori tanah halus dan sedang, beralih berombak agak jelas ke. A12 : coklat gelap (7.5YR 3/2) lembab; lempung berpasir, kerikil 5 %; cm granuler subgranuler, medium, sedang; remah, agak lekat dan agak plastis; agak masam; akar medium dan halus sedang; pori halus dan medium sedang; berlaih berombak baur ke. C : coklat kekuningan (10YR 5/8) lembab; kerikil kasar 5%, lepas; cm gembur; tidak lekat dan tidak plastis; agak masam; perkaran halus dan medium, sedang; beralih berombak baur ke. II A : hitam (10YR 2/1) lembab; lempung, kerikil 1%; gumpal dan cm gumpal bersudut, halusmedium, sedang; remah, tidak lekat dan agak plastis; agak masam; perakaran halus sedikit; pori haluas dan medium, sedang; beralih bergelombang jelas ke. IIB21 : coklat gelap kekuningan (10YR ¾) lembab; lempung berpasir, cm kerikil 1%; gumpal bersudut, medium, sedang; remah, tidak lekat, agak plastis; agak masam. Hirizon Kedalaman (cm) A A C IIA IIB Tekstur BO % Ntotal C/N ph H20 ph KCL Ca meq/100 g Mg meq/100 g Na meq/100 g K meq/100 g KTK meq/100 g Kejenuhan basa % P tersedia (ppm) BI Sebagai contoh untuk keperluan evaluasi lahan dibutuhkan data kemasaman tanah lapisan bawah (20 60 cm), sedang data kemasaman tanah yang tersedia adalah dalam bentuk horison, bagaimana menghitungnya?. Data yang tersedia Kedalaman (cm) ph Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 19

20 Untuk menghitung ph kedalaman menggunakan rumus berikut ini : ph x (26 20 cm) + ph x (49 26 cm) + ph x (60 49 cm) ph (2060) = (60 20 cm) 6.2 x x x 11 ph (2060) = ph (20 60) = = = Pengelompokan data Data karakteristik lahan bentuknya dapat berupa nilai kuantitatif atau kualitatif. Sering kali beberapa data karakteristik lahan yang bentuknya kuantitatif harus dirubah dulu dalam bentuk kualitatif dengan pendekatan asumsi tertentu. Contoh nilai kemasaman tanah 7.0 diasumsikan sebagai nilai kemasaman tanah yang netral dan lain sebagainya. Di bawah ini disajikan beberapa pengelompokan karakteristik lahan yang sering digunakan untuk keperluan pekerjaan evaluasi lahan : a. Pengelompokan tekstur tanah Halus : liat berpasir, liat, liat berdebu Agak halus : lempung berliat, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu. Sedang : lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu, debu Agak kasar : lempung berpasir kasar, lempung berpasir, lempung berpasir halus. Kasar : pasir, pasir berlempung. b. Drainase. Cepat Agak cepat Baik Agak baik Agak : tanah mempunyai nilai konduktivitas hydrolik tinggi sampai sangat tinggi dengan daya menahan air rendah atau berlereng terjal dan tekstur kasar. : tanah mempunyai nilai konduktivitas hydrolik tinggi dan daya menahan air rendah, atau berlerang agak terjal dan tekstur kasar. : tanah mempunyai nilai konduktivitas hidrolik sedang dan daya menahan air sedang, lembab, tapi tidak cukup basah dekat permukaan atau lereng agak landai dengan tekstur kasar sedang, tanpa becak tanah atau karatan besi/mangan, serta warna glai sampai kedalaman 100 cm. : tanah mempunyai nilai konduktivitas sedang sampai agak rendah dan daya menahan air rendah, tanah basah dekat ke permukaan, atau berlereng agak landai dan bertekstur sedang, atau tanah berwarna homogen tanpa becak tanah (besi/mangan) dan tanpa warna glei sampai kedalaman > 50 cm. : tanah mempunyai nilai konduktivitas hydrolik agak rendah Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 20

21 Terhambat Terhambat Sangat Terhambat dan daya menahan air agak tinggi, atau tanah basah sampai ke permukaan, atau agak datar dengan tekstur agak halus, tanah berwarna homogen tanpa becak (besi/mangan) atau glei sampai kedalaman > 25 cm. : tanah mempunayi nilai konduktivitas hydrolik rendah dan Daya menahan air tinggi, atau tanah datar dan tekstur halus, atau tanah berwarna gley, dan bercak karatan (besi/mangan) sedikit pada lapisan bawah sampai ke permukaan. : tanah dengan nilai kondiktivitas hydrolik sangat rendah dan daya menahan air sangat tinggi, atau tanah datar/cekung dengan tekstur sangat halus, atau tanah berwarna gley permanen sampai ke permukaan tanah. c. Bahaya erosi. Tingkat bahaya erosi dapat diprediksi berdasarkan kondisi lapang, yakni dengan memperhatikan adanya erosi lembar, alur atau parit. Cara pendekatan lain untuk menduga bahaya erosi adalah dengan memperhatikan permukaan tanah yang hilang ratarata per tahun. Tingkat bahaya erosi tersebut seperti nampak pada Tabel 4.3. Tabel 4.3. Tingkat bahaya erosi Tingkat bahaya erosi Jumlah tanah permukaan yang hilang (cm/tahun) Sangat ringan < 0.15 Ringan Sedang Berat Sangat berat > 4.8 d. Alkalinitas. Untuk menghitung nilai alklinitas dapat digunakan rumus dibawah ini : Na dapat ditukar x 100 ESP = KTK e. Estimasi suhu udara. Untuk lokasi yang tidak tersedia data pengamatan suhu dapat dilakukan estimasi berdasarkan ketinggian tempat, sedang untuk memperoleh informasi ketinggian tempat dapat digunakan peta topografi yang tersedia. Pendugaan suhu dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Braak (1972). Berdasarkan hasil penelitiannya, di Indonesia suhu daratan rendah (pantai) berkisar antara 25 27o C, dengan mengetahui tinggi tempat suatu lokasi dapat diduga besrnya suhu rataratanya. Rumus Braak (1972) yang umumnya digunakan untuk menghitung suhu ratarata suatu lokasi adalah sebagai berikut : 26,3 C (0,01 x elevasi dalam meter x 0,6 C) Selanjutnya berdasarkan penelitian Braak tersebut suhu tanah pada kedalaman 50 cm di Indonesia lebih t.inggi, yaitu berkisar antara 3 4,5 C sehingga untuk. :~,enduga suhu tanah pada kedaliman 50 cm tersebut, yaitu rerata suhu udara ditambah sekitar 3,5 C. Tetapi mer.ur_u Nambeke Dasardasar Evaluasi Lahan dan Rencana Tataguna Lahan halaman 21

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993)

TINJAUAN PUSTAKA. yang mungkin dikembangkan (FAO, 1976). Vink, 1975 dalam Karim (1993) TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Evaluasi Lahan Evaluasi lahan adalah proses penilaian penampilan atau keragaman lahan jika dipergunakan untuk tujuan tertentu, meliputi pelaksanaan dan interpretasi survei serta

Lebih terperinci

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C)

Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Lampiran 1 : Data suhu udara di daerah Kebun Bekala Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang ( 0 C) Bln/Thn 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Total Rataan Jan 25.9 23.3 24.0 24.4 24.7

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2013, No.1041 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 5 2013, No.1041 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Profil

Lampiran 1. Deskripsi Profil Lampiran 1. Deskripsi Profil A. Profil pertama Lokasi : Desa Sinaman kecamatan Barus Jahe Kabupaten Tanah Karo Simbol : P1 Koordinat : 03 0 03 36,4 LU dan 98 0 33 24,3 BT Kemiringan : 5 % Fisiografi :

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) 1. Karakteristik Tanaman Ubi Jalar Tanaman ubi jalar tergolong famili Convolvulaceae suku Kangkungkangkungan, dan terdiri dari 400 species. Ubi jalar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 79/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN KESESUAIAN LAHAN PADA KOMODITAS TANAMAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa kesesuaian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara

Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Lampiran 1. Data curah hujan di desa Sipahutar, Kecamatan Sipahutar, Kabupaten Tapanuli Utara Data curah hujan (mm) Tahun 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Jan 237 131 163 79 152 162 208

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) tanaman kelapa sawit diantaranya Divisi Embryophyta Siphonagama, Sub-devisio 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kelapa Sawit(Elaeis guineensis) Kelapa sawit (Elaeis guineensis) berasal dari Afrika dan Brazil. Di Brazil, tanaman ini tumbuh secara liar di tepi sungai. Klasifikasi dan pengenalan

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014).

I. TINJAUAN PUSTAKA. bahan induk, relief/ topografi dan waktu. Tanah juga merupakan fenomena alam. pasir, debu dan lempung (Gunawan Budiyanto, 2014). I. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/ vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya.

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lahan Pasir Pantai. hubungannya dengan tanah dan pembentukkannya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lahan Pasir Pantai Lahan adalah bagian daratan dari permukaan bumi sebagai lingkungan fisik yang meliputi tanah beserta faktor yang mempengaruhi penggunaannya seperti iklim relief/topografi,

Lebih terperinci

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi

Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Karakteristik dan Kesesuaian Lahan Tanaman Cabai & Bawang Merah Dr. Dedi Nursyamsi Kepala BB. Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian Topik bahasan : KONSEP DASAR EVALUASI LAHAN SYARAT TUMBUH CABAI & BAWANG

Lebih terperinci

Evaluasi lahan. Pengertian lahan

Evaluasi lahan. Pengertian lahan Evaluasi lahan Komponen evaluasi lahan Evaluasi lahan Lahan Penggunaan lahan Pengertian lahan Bagian dari bentang alam/hamparan permukaan bumi (landscape) yang mencakup komponen iklim, tanah, topografi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Lahan adalah lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi dimana faktor tersebut mempengaruhi potensi penggunaan lahannya (Hardjowigeno et

Lebih terperinci

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani

Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani KESESUAIAN LAHAN Kesesuian lahan untuk tanaman papaya dan durian dipolitani Ahmad Tohir 1, Hasnah Wita 1 1 Mahasiswi semester 3 Prodi. Tata Air Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit

Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Lampiran 1. Kriteria Kelas Kesesuaian Lahan Kelapa sawit Persyaratan penggunaan lahan/ karakteristik lahan Temperatur (tc) Temperatur rerata ( C) 25-28 22 25 28 32 Kelas keesuaian lahan S1 S2 S3 N Ketersedian

Lebih terperinci

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah

Berdasarkan TUJUAN evaluasi, klsifikasi lahan, dibedakan : Klasifikasi kemampuan lahan Klasifikasi kesesuaian lahan Kemampuan : penilaian komponen lah KUALITAS LAHAN SUNARTO ISMUNANDAR Umum Perlu pertimbangan dalam keputusan penggunaan lahan terbaik Perlunya tahu kemampuan dan kesesuaian untuk penggunaan ttt Perlu tahu potensi dan kendala EL : pendugaan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Februari hingga Mei 2017 di Kecamatan Playen yang terletak di Kabupaten Gunungkidul serta Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Gambaran Umum Lahan Pertanian di Area Wisata Posong Desa Tlahap terletak di Kecamatan Kledung, Kabupaten Temanggung tepatnya pada koordinat 7 19 20.87-7

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal

Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2015) 001-004 http://www... Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kacang Tanah di Desa Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal Endang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Pisang. Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang 6 TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Pertumbuhan tanaman pisang sangat dipengaruhi faktor-faktor yang menjadi syarat tumbuh tanaman pisang untuk dapat berproduksi dengan optimal, yaitu : 1. Iklim a. Iklim

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Lahan Lahan adalah suatu daerah dipermukaan bumi dengan sifat- sifat tertentu yaitu adanya persamaan dalam hal geologi, geomorfologi,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Mei-Agustus 2015 di 5 unit lahan pertanaman

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS

TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS 2018 TUGAS KULIAH SURVEI TANAH DAN EVALUASI LAHAN SETELAH UTS Sudarto, Aditya Nugraha Putra & Yosi Andika Laboratorium Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan (PSISDL) 9/4/2018 TUGAS SURVEI TANAH

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Peta/ luas areal statement kebun helvetia Lampiran 2. Struktur organisasi Kebun Helvetia STRUKTUR ORGANISASI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (PERSERO) KEBUN HELVETIA WILAYAH HELVETIA MANAGER Kadis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.)

TINJAUAN PUSTAKA. A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ubi Jalar (Ipomoea batatas L.) Ubi jalar atau ketela rambat (Ipomoea batatas L.) merupakan salah satu jenis tanaman budidaya yang dimanfaatkan bagian akarnya yang membentuk umbi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Desa Panapalan, Kecamatan Tengah Ilir terdiri dari 5 desa dengan luas 221,44 Km 2 dengan berbagai ketinggian yang berbeda dan di desa

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI

KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI TOPIC KESESUIAN OF MANUSCRIPT LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2. No.2 (2015) 17-21 http:www... KESESUAIAN LAHAN DI POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH UNTUK BUDIDAYA KEDELAI Puspita Handayani

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 19982007 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 1998 77 72 117 106 68 30 30 227 58 76 58 63

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Desember sampai bulan April di lahan pasir pantai Kecamatan Ambal Kabupaten Kebumen dengan daerah studi terdiri

Lebih terperinci

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN

Mela Febrianti * 1. Pendahuluan. Abstrak KESESUAIAN LAHAN KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No. 2 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kopi, Sawit, Jagung, Kayu Manis, Kelapa, Tembakau, Kedelai, Kakao

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.)

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) LAMPIRAN Lampiran 1. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L.) Persyaratan Penggunaan/Karakteristik Lahan Temperatur (tc) Temperatur ratarata ( 0 C) 1618 14 16 Ketersediaan Air (wa)

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun LAMPIRAN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Onan Runggu Periode Tahun 20002009 Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des THN 2000 47 99 147 114 65 19 56 64 220 32 225

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 020-024 http://www.perpustakaan.politanipyk.ac.id Kesesuaian Lahan Jagung Pada Tanah Mineral dipoliteknik Pertanian Negeri Payakumbuh Moratuah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Singkong. prasejarah. Potensi singkong menjadikannya sebagai bahan makanan pokok II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Singkong 1. Karakteristik Tanaman Singkong Singkong atau cassava (Manihot esculenta) pertama kali dikenal di Amerika Selatan yang dikembangkan di Brasil dan Paraguay pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1 Survei Tanah BAB II TINJAUAN PUSTAKA Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan

Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Analisis Kesesuaian Lahan Pertanian dan Perkebunan Oleh : Idung Risdiyanto 1. Konsep dan Batasan Evaluasi Lahan dan Zonasi Pertanian 1.1. Pengertian Dasar (dikutip dari Evakuasi Lahan Puslitanak) Dalam

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan

Evaluasi Lahan. proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan Evaluasi Lahan Evaluasi lahan merupakan salah satu komponen yang penting dalam proses perencanaan penggunaan lahan (land use planning). Evaluasi lahan merupakan proses penilaian atau keragaab lahan jika

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api,

TINJAUAN PUSTAKA. A. Material Vulkanik Merapi. gunung api yang berupa padatan dapat disebut sebagai bahan piroklastik (pyro = api, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Material Vulkanik Merapi Abu vulkanik adalah bahan material vulkanik jatuhan yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan dan dapat jatuh pada jarak mencapai ratusan bahkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. wilayahnya. Iklim yang ada di Kecamatan Anak Tuha secara umum adalah iklim V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah terdiri dari 12 desa dengan luas ± 161,64 km2 dengan kemiringan kurang dari 15% di setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian terletak di Kecamatan Membalong, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara geografis Kecamatan Membalong terletak di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2015) 038-042 http://www.perpustakaan politanipyk.ac.id. Kesesuaian Lahan Kayu Manis di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Adeha Suryani1

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2017 sampai Maret 2017 di Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Laboratorium

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007).

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. informasi dari sumber-sumber lain yang relevan (Rayes, 2007). TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis, disertai dengan mendeskripsikan, mengklafikasikan,

Lebih terperinci

Pemetaan Tanah.

Pemetaan Tanah. Pemetaan Tanah nasih@ugm.ac.id Peta Geologi dan Fisiografi Daerah Istimewa Yogyakarta Peta : alat pemberita visual suatu wilayah Peta ilmu bumi (geografi) Peta topografi Peta geologi dan sebagainya Peta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet 57 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Karakteristik Lahan Kesesuaian Tanaman Karet Sektor pekebunan dan pertanian menjadi salah satu pilihan mata pencarian masyarakat yang bermukim

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Analisis terhadap sampel tanah dilakukan di Laboratorium Tanah Fakultas IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian telah dilaksanakan di 4 (empat) desa di Kecamatan Windusari yaitu Desa Balesari, Desa Kembangkunig, Desa Windusari dan Desa Genito. Analisis terhadap

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, 12 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai Januari sampai Maret 2017. Pengambilan sampel tanah dilakukan di Lahan pesisir Pantai Desa Bandengan, Kecamatan

Lebih terperinci

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.1 (2014) 7-11 http://www.perpustakaan.politanipyk..co.id Kesesuaian Padi Sawah di Lahan Gambut Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Beni Saputra

Lebih terperinci

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No 338. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN SAWAH BERIRIGASI DI DESA AIR HITAM KECAMATAN LIMA PULUH KABUPATEN BATUBARA Frans Ferdinan 1*, Jamilah

Lebih terperinci

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU

KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU KESESUAIAN LAHAN TANAM KENTANG DI WILAYAH BATU Ni Wayan Suryawardhani a, Atiek Iriany b, Aniek Iriany c, Agus Dwi Sulistyono d a. Department of Statistics, Faculty of Mathematics and Natural Sciences Brawijaya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY mulai IV. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian evaluasi kesesuaian lahan ini dilakukan di lahan pasir pantai Parangtritis, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, DIY

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. proyek-proyek pengembangan wilayah. Survei dan pemetaan tanah merupakan 15 TINJAUAN PUSTAKA A. Survei Tanah Hakim, dkk, (1986)mengemukakan salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR 996. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.4, September 2013 ISSN No. 2337-6597 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN APEL DI DESA SIHIONG KECAMATAN BONATUA LUNASI KABUPATEN TOBA SAMOSIR Carlos Samuel

Lebih terperinci

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan

Evaluasi Lahan. Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Evaluasi Kemampuan Lahan Evaluasi Lahan Penilaian kinerja lahan (land performance) untuk penggunaan tertentu Kegiatan Evaluasi Lahan meliputi survai lahan interpretasi data hasil survai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan

TINJAUAN PUSTAKA. yang dimiliki oleh lahan yang akan digunakan. Dengan cara ini maka akan TINJAUAN PUSTAKA Evaluasi lahan Evaluasi lahan merupakan bagian dari proses perencanaa tataguna lahan. Inti evaluasi lahan adalah membandingkan persyaratan yang diminta oleh tipe penggunaan lahan yang

Lebih terperinci

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan

TUJUAN PEMBELAJARAN : Survei Tanah dan Evaluasi Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan INTERPRETASI DATA SURVEI TANAH INTERPRETASI DATA TANAH TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Memahami tujuan, prinsip dan cara 2 Interpretasi Data Tanah 2. Mengenal dan bisa membedakan

Lebih terperinci

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna *

Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna * Kesesuaian LahanTanaman Kelapa Sawit Di lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Lailatul Husna * Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan, Politeknik

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA

11. TINJAUAN PUSTAKA 11. TINJAUAN PUSTAKA, r,. t ' -! '. 2.1. Evaluasi Kesesuaian Lahan Lahan merupakan bagian dari bentang darat (land scape) yang mencakup lingkungan fisik seperti iklim, topografi, vegetasi alami yang semuanya

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Metode Penelitian. diadakan untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala yang ada dan mencari III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Anak Tuha, Kabupaten Lampung Tengah dan Laboraturium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) DI KECAMATAN MUARA KABUPATEN TAPANULI UTARA The Evaluation of Land Suitability Onion (Allium ascalonicum L.) in Muara Subdistrict

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi. 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70 hektar. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Eksisting Fisiografi Wilayah Studi Kecamatan Jepara terdiri dari 16 desa, 8 desa merupakan daerah pantai dan 8 desa merupakan daerah daratan dengan total luas 2.466,70

Lebih terperinci

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh KESESUAIAN LAHAN Kesesuaian Lahan Tanaman Kelapa di Lahan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh Fitriawati Sandri* Mahasiswi semester 6 Prodi. Manajemen Produksi Pertanian, Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) dpl. (Nurbani, 2012). Adapun klasifikasi tanaman durian yaitu Kingdom II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian (Durio zibethinus Murr.) 1. Karakteristik Tanaman Durian Durian (Durio zibethinus Murray) merupakan buah-buahan tropika asli Asia Tenggara, terutama Indonesia. Sumber

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP

PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT. Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PENINGKATAN EFEKTIVITAS PUPUK DI LAHAN MARGINAL UNTUK KELAPA SAWIT Research & Development of Fertilizer Division SARASWANTI GROUP PERKENALAN SARASWANTI GROUP HEAD OFFICE: AMG Tower Lt.19-21 Jl. Dukuh Menanggal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar 26 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lahan padi sawah irigasi milik Kelompok Tani Mekar Desa Tulung Balak dengan luas 15 ha yang terletak pada wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Ubi Kayu Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz.) ialah tumbuhan tropika dan subtropika dari famili Euphorbiaceae yang terkenal sebagai sumber utama karbohidrat dan daunnya

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai

Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Padi Sawah Irigasi (Oryza sativa L.) Di Desa Bakaran Batu Kecamatan Land Suitability Evaluation for Irigation Rice (Oryza sativa L.) in Bakaran Batu Village Sei Bamban

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Padi Tanaman padi dapat hidup baik di daerah yang berhawa panas dan banyak mengandung uap air. Curah hujan yang baik rata-rata 200 mm per bulan atau lebih, curah hujan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan 2.2 Penggunaan Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan 2.2 Penggunaan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan Menurut Hardjowigeno (1986), lahan merupakan suatu lingkungan fisik yang meliputi tanah, iklim, relief, hidrologi dan vegetasi di mana faktor-faktor tersebut mempengaruhi

Lebih terperinci

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM

8/19/2015 SENAWI SNHB-FKT-UGM 1 PRINSIP ESL-KESESUAIAN LAHAN 1. Kesesuaian lahan dinilai berdasarkan macam/jenis penggunaan lahan tertentu. 2. Evaluasi lahan membutuhkan pembandingan antara keuntungan yang diperoleh dengan masukan

Lebih terperinci

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan

TATACARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan 22 TATACARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Oktober 2015 dan dilakukan di lapangan dan di laboratorium. Pengamatan lapangan dilakukan di empat lokasi

Lebih terperinci

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO

ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO ANALISA POTENSI LAHAN UNTUK KOMODITAS TANAMAN KEDELAI DI KABUPATEN SITUBONDO Kustamar Dosen Teknik Sipil (Teknik Sumber Daya Air) FTSP ITN Malang ABSTRAKSI Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan yang

Lebih terperinci

Klasifikasi Kemampuan Lahan

Klasifikasi Kemampuan Lahan Survei Tanah dan Evaluasi Lahan M10 KLASIFIKASI KEMAMPUAN LAHAN Widianto, 2010 Klasifikasi Kemampuan Lahan TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mampu menjelaskan arti kemampuan lahan dan klasifikasi kemampuan lahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994).

I. PENDAHULUAN. penduduk di Indonesia bergantung pada sektor pertanian sebagai sumber. kehidupan utama (Suparyono dan Setyono, 1994). I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menjadikan sektor pertanian sebagai sektor utama dalam pembangunan perekonomian di Indonesia, karena sekitar 70% penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class Monocotyledoneae, family II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Padi (Oryza sativa L.) 1. Karakteristik Tanaman Padi Klasifikasi tanaman padi adalah sebagai berikut kingdom Plantae, division Spermatophyta, subdivisio Angiospermae, class

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah merupakan sebuah bahan yang berada di permukaan bumi yang terbentuk melalui hasil interaksi anatara 5 faktor yaitu iklim, organisme/vegetasi, bahan induk,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah. wilayahnya, sehingga kondisi iklim pada masing-masing penggunaan lahan adalah 40 HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kualitas dan Karakteristik Lahan Sawah Data iklim yang diperoleh dalam penelitian ini merupakan data keadaan wilayah penelitian. Kecamatan Imogiri memiliki satu tipe iklim di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu 15 TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Survei tanah dapat didefinisikan sebagai penelitian tanah di lapangan dan di laboratorium, yang dilakukan secara sistematis dengan metode-metode tertentu terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. pasir di semua wilayah penelitian sehingga cukup baik untuk meloloskan air. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Lahan pertanian untuk tanaman kering di Kecamatan Doloksanggul memiliki karakteristik dengan ratarata suhu tahunan 22 0 C, dengan ratarata curah hujan tahunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan hubungan dengan kelingkungan (Versatappen, 1983 dalam Suwarno 2009). 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Geomorfologi Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuklahan yang menyusun permukaan bumi, baik diatas maupun dibawah permukaan air laut dan menekankan pada asal mula

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah dan Lahan. bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah dan Lahan Tanah adalah salah satu komponen lahan, berupa lapisan teratas kerak bumi, yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik, serta mempunyai sifat fisik, kimia,

Lebih terperinci

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara

Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Kopi Arabika (Coffea arabica L var Kartika Ateng ) Di Kecamatan Muara Kabupaten Tapanuli Utara The Evaluation of Land Suitability coffea arabica (Coffea arabica

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. satu dokumentasi utama sebagai dasar dalam proyek-proyek pengembangan TINJAUAN PUSTAKA Survei Tanah Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempelajari lingkungan alam dan potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu dokumentasi utama sebagai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

Urutan : Survai Tanah

Urutan : Survai Tanah Urutan : Survai Tanah Evaluasi Lahan Kesesuaian Lahan/Kemampuan Lahan Pengelolaan Lahan / Landuse Planning SURVAI TANAH & EVALUASI LAHAN TANAH SURVAI : Karakteristik Sifat Tanah MORFOLOGI FISIK KIMIA BIOLOGI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Lahan kering adalah hamparan lahan yang tidak pernah digenangi atau tergenang air pada sebagian besar waktu dalam setahun. Berdasarkan iklimnya, lahan kering

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun

LAMPIRAN. Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun LMPIRN Lampiran 1. Data Jumlah Curah Hujan (milimeter) di Stasiun Salak BM Periode Tahun 20012010 Bln Jan Feb Mar pr Mei Jun Jul gs Sep Okt Nov Des THN 2001 226 168 277 200 103 117 258 223 532 283 369

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah. genetik tanaman juga dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berupa nutrisi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Geofisik Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain dari faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya

LEMBAR KERJA SISWA. No Jenis Tanah Jenis tanaman Pemanfaatannya LEMBAR KERJA SISWA KELOMPOK :. Nama Anggota / No. Abs 1. ALFINA ROSYIDA (01\8.6) 2.. 3. 4. 1. Diskusikan tabel berikut dengan anggota kelompok masing-masing! Petunjuk : a. Isilah kolom dibawah ini dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Lahan Sitorus (1985) menjelaskan ada empat kelompok kualitas lahan utama : (a) Kualitas lahan ekologis yang berhubungan dengan kebutuhan tumbuhan seperti ketersediaan

Lebih terperinci

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani

Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani KESESUAIAN LAHAN Jurnal Nasional Ecopedon JNEP Vol. 2 No.2 (2014) 024 028 http://www... Kesesuian lahan untuk tanaman tebu dipolitani Sry maryenti 1, Yosi puti angela 1 1 Mahasiswi semester 3 Prodi. Tata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Evaluasi Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah (soil), dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan

Lebih terperinci

Deskripsi Pedon Tanah (lanjutan)

Deskripsi Pedon Tanah (lanjutan) Deskripsi Pedon KB 61 (SPT7) Seri Pucungsatu, Typic Melanudands, berabu di atas berlempung, isotermik Kode Profil : KB 61 Lokasi : 4 km Utara Desa Bulukerto Koordinat : 671496mE; 9137140 mn Klasifikasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Umum Propinsi Sulawesi Tenggara 4.1.1 Kondisi Geografis Propinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) terletak di Jazirah Tenggara Pulau Sulawesi, terletak di bagian selatan

Lebih terperinci

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG

V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 57 V. EVALUASI KEMAMPUAN LAHAN UNTUK PERTANIAN DI HULU DAS JENEBERANG 5.1. Pendahuluan Pemenuhan kebutuhan manusia untuk kehidupannya dapat dilakukan antara lain dengan memanfaatkan lahan untuk usaha pertanian.

Lebih terperinci