Kebutuhan dan Struktur Buah Manggis Studi Kasus Rantai Pasok di Kabupaten Bogor

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kebutuhan dan Struktur Buah Manggis Studi Kasus Rantai Pasok di Kabupaten Bogor"

Transkripsi

1 Kebutuhan dan Struktur Kelembagaan Ranta Pasok Buah Manggs Stud Kasus Ranta Pasok d Kabupaten Bogor Retno Astut Insttut Pertanan Bogor retno_astut_trharso@yahoo.com Marmn Insttut Pertanan Bogor marmn_07@yahoo.com Roedhy Poerwanto Insttut Pertanan Bogor roedhy08@yahoo.co.d Machfud Insttut Pertanan Bogor machfud@pb.ac.d Yandra Arkeman Insttut Pertanan Bogor yandra_pb@yahoo.com Mangosteen (Garcna mangostana L.) s the hghly demanded frut for export commodty from Indonesa. The bggest mangosteen producton center n Indonesa s West Java Provnce that ncludes Purwakarta, Subang, Bogor, and Taskmalaya contrbutng 90% of mangosteen producton n West Java Provnce and 9% of natonal mangosteen producton. The actvtes of mangosteen producton n West Java Provnce have not been effcent yet, so the potental source of the frut n West Java Provnce s not effcent enough to compete nternatonally. In order to have compettve advantages, supply chan management n mangosteen busness was ntated n Bogor dstrct n 007 whch ntegrated processes from recevng raw materal to sellng fnshed products. Needs dentfcaton and nsttutonal structure n emergng supply chan of mangosteen n Bogor Dstrct were necessary to be carred out to mprove the effcency and effectveness of the chan to acheve ts objectves. In runnng ts busness processes, the member of the chan wll be lnked between each other. Supply chan needs wll also be lnked wth each other. In ths study, Intepretatve Structural Modelng was used to descrbe the relatonshp between needs of the chan and relatonshps among the nsttutons n the chan. Abstract Manggs (Garcna mangostana L.) merupakan buah yang dekspor dar Indonesa yang permntaannya sangat tngg. Purwakarta, Subang dan Bogor yang terletak d Provns Jawa Barat merupakan sentra produks buah manggs terbesar d Indonesa yang memberkan kontrbus 90% dar produks buah manggs d Provns Jawa Barat dan 9% dar produks buah manggs nasonal. Kegatan produks buah manggs d Provns Jawa Barat pada saat n belum efsen sehngga potens buah manggs d Provns Jawa Barat tdak cukup efsen untuk bersang secara nternasonal. Agar buah manggs memlk keunggulan kompettf, manajemen ranta pasok buah manggs dbentuk d Kabupaten Bogor pada tahun 007 yang merupakan terntegras proses bsns dar penermaan bahan baku hngga penjualan produk. Identfkas kebutuhan dan struktur kelembagaan pada ranta d Kabupaten Bogor perlu dlakukan untuk menngkatkan efsens dan efektvtas ranta pasok tersebut mencapa tujuannya. Dalam menjalankan proses bsnsnya, lembaga dalam suatu ranta pasok akan terkat antara satu dengan yang lan. Kebutuhan ranta pasok tersebut juga akan terkat antara satu dengan yang lan. Pada peneltan n, Intepretatve Structural Modelng dgunakan untuk menjelaskan hubungan antar kebutuhan dan hubungan antar lembaga tersebut. Keywords: ranta pasok baru, kebutuhan ranta pasok, struktur kelembagaan, Interpretve Structural Modelng (ISM) 99

2 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) Manggs (Garcna mangostana L.) merupakan buah yang dekspor dar Indonesa yang maka manajemen ranta pasok manggs dbentuk d Kabupaten Bogor pada tahun 007 yang merupakan terntegras proses yang lan. Keterkatan tersebut harus dkelola secara bersama agar memberkan kontrbus yang postf terhadap seluruh kan hrark dan hubungan antar strateg untuk mengurang resko dalam sebuah ranta pasok. ISM juga dgunakan oleh permntaannya sangat tngg. Buah manggs bsns dar penermaan bahan baku hngga anggota ranta pasok dan mengurang Kannan, Haq, Saskumar, dan Arunachalam memberkan kontrbus 7,4% terhadap total penjualan produk. akbat negatf pada setap anggota ranta (008) untuk menganalsa hubungan buah yang dekspor dar Indonesa pada pasok. Oleh karena tu, hubungan antar antara krtera yang dgunakan untuk tahun 006. Volume ekspor buah manggs Manajemen ranta pasok manggs kebutuhan dan antar lembaga yang terkat memlh pemasok yang memperhatkan dar Indonesa mengalam penngkatan dar mempunya sfat khusus, yatu () dengan kebutuhan ranta pasok tersebut lngkungan dalam kegatannya. Identfkas ton pada tahun 006 menjad Produk bersfat mudah busuk/rusak. () perlu dlakukan pada ranta pasok buah hubungan antar kendala untuk Corporate ton pada tahun 008 (Drektorat Jenderal Proses penanaman, pertumbuhan, dan manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Socal Responsblty (CSR) dalam sebuah Hortkultura, 007). pemanenan produk tergantung pada Bogor n. ranta pasok dan hubungan antara kendala klm dan musm. () Produk mempunya tersebut juga dlakukan oleh Fasal (00) Sentra produks buah manggs terbesar berbaga ukuran dan bentuk. (4) Produk Peneltan mengena kelembagaan pada dengan menggunakan ISM. d Indonesa adalah Provns Jawa Barat bersfat kamba, yatu produk sult untuk sektor pertanan telah dlakukan oleh dengan Kabupaten Purwakarta, Subang, dangkut atau dkelola karena ukuran beberapa penelt. Eaton, Bjman, dan Konds ranta pasok buah manggs yang Bogor, dan Taskmalaya merupakan dan bentuk produk yang kompleks. (5) Mejernk (008) menganalsa pengaruh baru terbentuk d Kabupaten Bogor kabupaten penghasl buah manggs yang Mempunya berbaga bentuk kemtraan perbedaan kebjakan d Tanzana, Kenya, pada peneltan n akan djelaskan terbanyak. Produks buah manggs dar dar yang bersfat nformal hngga yang Ethopa, dan Uganda terhadap susunan dalam pembahasan kemudan dlakukan keempat kabupaten tersebut memberkan bersfat formal (Marmn, 008). kelembagaan pada usaha tan buah analss kebutuhan ranta pasok dan kontrbus sebesar 90% terhadap produks dan sayur segar. Saptana dkk. (006) keterkatannya dengan kebutuhan lan. buah manggs d Provns Jawa Barat dan Pengembangan ranta pasok buah manggs melakukan analss kelembagaan kemtraan Analss struktur kelembagaan berdasarkan 9% terhadap produks buah manggs yang lebh terntegras harus dkut dengan ranta pasok komodtas hortkultura. kebutuhan ranta pasok juga dlakukan nasonal (Drektorat Jenderal Hortkultura, pengembangan knerja ranta pasok agar Analss kelembagaan kemtraan untuk mengdentfkas lembaga yang 007) ranta pasok tersebut dapat menjalankan agrbsns hortkultura juga dlakukan mempunya kekuatan penggerak dalam proses bsnsnya secara efektf dan efsen. oleh Indranngsh, Ashar, dan Fryatno ranta pasok tersebut serta hubungannya Kegatan produks buah manggs d Provns Apakah kebutuhan ranta pasok dan (007) dengan memaparkan kendala, dengan lembaga lan. Jawa Barat belum efsen karena petan manggs hanya mempunya kebun manggs bagamana struktur kelembagaan pada ranta pasok buah manggs yang baru dan potensnya d Bal. Seluruh peneltan mengena kelembagaan tersebut dlakukan Metode dengan skala kecl. Kebun manggs tersebut terbentuk d Kabupaten Bogor tersebut dengan metode deskrptf kualtatf. Peneltan n dlakukan d sentra produk terletak d berbaga tempat dan dkelola perlu ddentfkas untuk menngkatkan buah manggs d Kabupaten Bogor, secara ndvdu. Karena keterbatasan efsens dan efektvtas ranta pasok dalam Pada peneltan n, Intepretatve Structural Provns Jawa Barat mula bulan Aprl keteramplan para petan manggs dalam mencapa tujuannya. Modelng (ISM) dgunakan untuk men- 009 Desember 009. Ranta pasok pada memelhara kebun manggsnya dan dalam jelaskan hubungan antar kebutuhan dan peneltan n hanya dbatas pada ranta mengelola bsns manggs, maka potens Dalam menjalankan proses bsnsnya, hubungan antar lembaga yang terkat pasok buah manggs segar untuk pasar manggs d Provns Jawa Barat tdak cukup lembaga dalam ranta pasok buah manggs dengan kebutuhan ranta pasok buah ekspor. efsen untuk bersang secara nternasonal. manggs yang baru terbentuk d Kabupaten tersebut akan terkat antara satu dengan Bogor. ISM merupakan metode yang dapat Pengumpulan data dlakukan melalu Kerjasama antara mtra bsns dan yang lan. Kebutuhan ranta pasok tersebut dterapkan pada sebuah sstem agar dapat beberapa cara, yatu: () Observas bertanggung jawab terhadap permntaan juga akan terkat antara satu dengan yang lebh memaham hubungan langsung dan lapangan, yakn melhat secara langsung pelanggan merupakan strateg bersang lan. Perubahan salah satu lembaga dapat hubungan tdak langsung antara komponen kegatan-kegatan dalam ranta pasok. () dalam bsns manggs. Agar bsns manggs berpengaruh terhadap lembaga lan. dalam sstem (Gorvett dan Lu, 006). Fasal, Wawancara mendalam yang dlakukan mempunya keunggulan bersang dalam Pemenuhan salah satu kebutuhan juga akan Banwet, dan Shankar (006) menggunakan untuk memperoleh nformas yang menghadap permntaan konsumen, mempengaruh pemenuhan kebutuhan ISM untuk menunjukkan model berdasar- lebh menyeluruh tentang ranta pasok 00 0

3 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) buah manggs yang baru terbentuk dan berdasarkan beberapa tnjuan pustaka. SSIM dtransformaskan ke dalam oleh satu sub-elemen tersebut. d Kabupaten Bogor. () Menggal mengena struktur kelembagaan ranta bentuk matrks bner yang dsebut Kelompok antecedent mencakup pendapat pakar mengena kebutuhan pasok hortkultura d Indonesa. Keterkatan matrks reachablty awal dengan cara satu sub-elemen dan sub-elemen lan ranta pasok dan struktur kelembagaan antar lembaga yang terlbat dalam ranta menggantkan V, A, X, O dengan angka yang mendukung keberadaan satu ranta pasok yang dperoleh dengan cara pasok juga danalss menggunakan metode 0 dan sesua peraturan sebaga sub-elemen tersebut. Perpotongan memberkan kuesoner untuk analss ISM, ISM pada langkah n. berkut: antara kedua kelompok tersebut dan (4) Stud pustaka. Jka sub-elemen (,j) pada SSIM ds kemudan dturunkan untuk seluruh ISM dbuat dengan tujuan untuk memaham V, maka sub-elemen (,j) pada matrks sub-elemen. Sub-elemen dengan Secara rngkas, langkah peneltan yang perlaku sstem secara utuh setelah reachablty menjad dan sub-elemen reachablty dan perpotongan yang dlakukan adalah sebaga berkut: dlakukan dentfkas hubungan antar sub- (j,) pada matrks reachablty menjad 0 sama merupakan tngkat atas pada. Pemetaan struktur ranta pasok elemen sstem dalam tap elemen sstem Jka sub-elemen (,j) pada SSIM ds A, hrark ISM Sub-elemen tngkat atas buah manggs yang baru terbentuk (Eryatno, 00). Langkah langkah analss maka sub-elemen (,j) pada matrks dalam hrark tdak akan mendukung d Kabupaten Bogor. Berdasarkan kebutuhan ranta pasok dan struktur reachablty menjad 0 dan sub-elemen keberadaan sub-elemen lan d tngkat observas lapangan dan nformas kelembagaan sebaga elemen sstem (j,) pada matrks reachablty menjad atasnya. Sub-elemen dpsahkan dar yang dperoleh melalu wawancara dengan menggunakan ISM adalah sebaga Jka sub-elemen (,j) pada SSIM ds sub-elemen lan setelah sub-elemen mendalam dperoleh gambaran berkut: X, maka sub-elemen (,j) pada matrks tngkat atas terdentfkas. Proses mengena ranta pasok buah manggs. Penyusunan sub-elemen kebutuhan reachablty menjad dan sub-elemen yang sama kemudan dulang untuk yang baru terbentuk d Kabupaten ranta pasok dan struktur kelembagaan (j,) pada matrks reachablty menjad memperoleh sub-elemen lan pada Bogor, yatu mengena kelembagaan yang dperoleh dar para pakar Jka sub-elemen (,j) pada SSIM ds O, tngkat berkutnya yang ada pada saat n, alran produk, maka sub-elemen (,j) pada matrks alran uang, dan alran nformas d. Analss hubungan kontekstual bahwa reachablty menjad 0 dan sub-elemen 5. Model struktural dapat dbuat dar antara phak pemangku kepentngan satu sub-elemen (sub-elemen ) (j,) pada matrks reachablty menjad 0 matrks akhr reachablty. Jka terdapat dalam ranta pasok tersebut mendukung keberadaan sub elemen Transvtas hubungan kontekstual ter- hubungan antar sub-elemen dan j,. Identfkas kebutuhan ranta pasok lan (sub-elemen j). Hubungan sebut kemudan dperksa (jka sub- maka anak panah dbuat dengan dar Data kebutuhan ranta pasok dperoleh kontekstual antar sub-elemen dan elemen mendukung keberadaan sub- sub-elemen ke sub-elemen Gambar melalu pendapat pakar yang j n dperoleh dar para pakar yang elemen j dan sub-elemen j mendukung n dsebut drected graph (dgraph). merupakan orang yang mempunya memberkan pendapatnya melalu keberadaan sub-elemen k, maka Setelah transtvtas dhlangkan, pengalaman dalam bsns manggs. pengsan kuesoner dengan smbol sub-elemen seharusnya mendukung dgraph dkonverskan ke dalam model Metode pemlhan pakar sebaga sebaga berkut: sub-elemen k) untuk memperoleh berdasarkan ISM. responden pada peneltan n adalah purposve samplng. Pakar yang dplh merupakan wakl dar setap anggota ranta pasok. Pada langkah V: sub-elemen mendukung keberadaan sub-elemen j, tetap tdak sebalknya A: sub-elemen j mendukung matrks reachablty akhr. Pada matrks akhr tersebut, kekuatan penggerak sub-elemen dtunjukkan melalu penjumlahan sub-elemen (,j) pada tap HASIL DAN PEMBAHASAN Ranta Pasok Buah Manggs yang Terbentuk d Kabupaten Bogor n, keterkatan antar kebutuhan ranta keberadaan sub-elemen, tetap tdak bars dan keterkatan antar sub-elemen Suatu ranta pasok terdr dar berbaga pasok danalss dengan menggunakan sebalknya dtunjukkan melalu penjumlahan sub- phak, bak terlbat secara langsung maupun metode ISM X: sub-elemen dan sub-elemen j salng elemen (j,) pada tap kolom secara tdak langsung. Ranta pasok bersfat. Analss struktur kelembagaan ranta mendukung keberadaannya dnams dan memlk alran nformas, pasok berdasarkan keterkatan O: sub-elemen dan sub-elemen j tdak 4. Kelompok reachablty kelompok produk, dan uang. Struktur ranta pasok kebutuhan ranta pasok yang telah salng behubungan antecedent untuk setap sub-elemen menjelaskan mengena phak yang terlbat terdentfkas Structural Self Interacton Matrx dperoleh dar matrks reachablty akhr. dan perannya serta alran nformas, produk (SSIM) kemudan dbuat berdasarkan Kelompok reachablty mencakup satu dan uang pada ranta pasok. Struktur ranta Data struktur kelembagaan ranta pasok hubungan kontekstual yang dperoleh sub-elemen dan sub-elemen lan yang pasok buah manggs d Kabupaten Bogor juga dperoleh melalu pendapat para pakar dar para pakar tersebut. mungkn keberadaannya ddukung dtunjukkan pada Gambar. 0 0

4 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) Peran masng-masng phak yang terlbat pemelharaan pohon manggs dan dalam ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor adalah sebaga berkut: pemanenan buah manggs, msal: hasl panen para petan dcatat oleh petugas kelompok tan kemudan dkumpulkan Petan dan dbawa ke gudang KBU Al-Ihsan, Petan manggs merupakan pelaku dalam penjadualan panen, penjadualan ranta pasok yang berperan melakukan pemupukan serta pemangkasan, dan kegatan buddaya manggs, mula dar pembbtan pohon manggs, pemelharaan, sebaganya. dan pemanenan. Koperas Bna Usaha (KBU) Al-Ihsan KBU Al-Ihsan merupakan lembaga yang Kelompok Tan mernts terbentuknya ranta pasok buah Kelompok tan berperan dalam mencatat manggs d Kabupaten Bogor. Tujuan seluruh kegatan petan anggota dar awal KBU Al-Ihsan mernts terbentuknya kelompok tan tersebut, mula dar ranta pasok buah manggs adalah untuk pembbtan pohon manggs, pemelharaan, menngkatkan pendapatan petan dan dan pemanenan. Kelompok tan juga menngkatkan ketramplan petan dalam berperan dalam melakukan koordnas buddaya manggs sehngga kualtas dan terhadap anggotanya, terutama dalam kuanttas buah manggs dapat menngkat. Gambar. Struktur ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor Petan PKBT IPB Kelompok Tan HPSP KBU Al-Ihsan Dperta Exportr Alran Manggs Alran Uang Informas Teknolog, pengetahuan, dan ketramplan Dalam ranta pasok buah manggs n, KBU Al-Ihsan berperan sebaga penghubung antara petan dan kelompok tan dengan pelaku lan yang terlbat dalam ranta pasok, yatu eksportr, Pusat Kajan Buah Trops Insttut Pertanan Bogor (PKBT IPB), dan Hortcultural Partnershp Supportng Program (HPSP). KBU Al-Ihsan melakukan sortng pada buah manggs yang dkrm oleh kelompok tan kemudan menjual buah manggs kualtas ekspor kepada eksportr secara langsung. Buah manggs hasl sortng dan gradng yang tdak memenuh persyaratan kualtas ekspor djual oleh KBU Al-Ihsan ke para pemasok swalayan / pemasok pedagang pengecer atau djual langsung ke pedagang pengecer. Berdasarkan permntaan buah manggs dar eksportr, KBU Al-Ihsan mengatur jadwal panen tap kelompok tan. Koordnas pemelharaan pohon manggs juga dlakukan oleh KBU Al-Ihsan, msal: pembagan pupuk bantuan eksportr, penentuan jadwal pemupukan, dan penentuan jadwal pemangkasan pohon manggs. Untuk menngkatkan ketramplan petan anggotanya dalam buddaya dan usaha manggs, KBU Al-Ihsan member fasltas kepada para petan anggotanya berupa pelathan. Pelathan tersebut dlakukan bekerja sama dengan Dnas Pertanan (Dperta) Kabupaten Bogor, PKBT IPB, dan HPSP. Eksportr Eksportr merupakan phak yang terlbat dalam ranta pasok buah manggs sebaga penghubung dengan konsumen d luar neger. Pada saat n, eksportr yang terlbat dalam ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor dengan perjanjan secara tertuls adalah PT. Agung Mustka Selaras. Eksportr membel buah manggs secara langsung dar KBU Al-Ihsan dan membayarnya secara kontan. Harga bel buah manggs dsesuakan dengan harga jual buah manggs d negara konsumen serta berdasarkan kualtas buah manggs tersebut. Kualtas buah manggs yang djual oleh KBU Al-Ihsan dtentukan setelah dlakukan sortng dan gradng oleh phak eksportr. Sebelum dkrm ke negara konsumen, buah manggs dkemas agar kerusakan buah selama pengrman dapat dmnmumkan. Pelaku Pendukung Pusat Kajan Buah Trops Insttut Pertanan Bogor (PKBT IPB) PKBT IPB merupakan lembaga pengelola Rset Unggulan Strategs Nasonal (RUSNAS) dengan melakukan peneltan untuk menghaslkan teknolog yang bercrkan keunggulan akademk, mempunya nla ekonom, dan memberkan dampak sosal. Dalam ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor, PKBT IPB berperan dalam pembnaan kegatan buddaya manggs melalu penerapan teknolog, pembnaan kemtraan usaha untuk menngkatkan daya sang usaha manggs, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggs segar untuk pasar ekspor. a. Hortcultural Partnershp Supportng Program (HPSP) HPSP merupakan salah satu program dar Indonesa-Benelux Chamber of Commerce (organsas kamar dagang nrlaba d Jakarta yang memberkan layanan bag pelaku usaha Indonesa, Belanda, Belga, dan Luxemburg). Dalam 04 05

5 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) ranta pasok buah manggs d Bogor, HPSP berperan sebaga organsas yang membantu dalam hal sarana dan prasarana, pembnaan kegatan usaha tan, pelathan ketramplan pasca panen, dan penguatan peran kelembagaan dalam pemasaran buah manggs segar untuk pasar ekspor. b. Dnas Pertanan (Dperta) Dperta Kabupaten Bogor merupakan perwaklan dar phak pemerntah yang memlk kepentngan terhadap keberlangsungan sektor pertanan d Kabupaten Bogor. Dalam ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor, Dperta berperan dalam pembnaan dan penyuluhan buddaya dan usaha manggs. Kebutuhan Ranta Pasok Kebutuhan ranta pasok dperoleh dar hasl dentfkas ranta pasok buah manggs, yatu: () Jamnan kualtas dan kuanttas buah manggs yang sap dpasarkan ke pasar ekspor, () Jamnan kualtas dan kuanttas pasokan buah manggs yang merupakan hasl panen petan manggs d Kabupaten Bogor, () Sumberdaya manusa yang berkualtas, (4) Ketersedaan modal, (5) Ketersedaan teknolog, serta (6) Penngkatan pendapatan pelaku dalam ranta pasok. Tabel. SSIM Awal untuk Kebutuhan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten A A A A V A A V V O O V 4 O V 5 V 6 Hubungan antar kebutuhan pada ranta pasok n dperoleh dar kumpulan pendapat para ahl. SSIM awal (Tabel ) kemudan dsusun berdasarkan hubungan antar kebutuhan pada ranta pasok tersebut. Reachablty Matrx yang dperoleh berdasarkan SSIM kemudan drevs menurut aturan transtvty. Intepretas Reachablty Matrx akhr untuk kebutuhan ranta pasok buah manggs, dtunjukkan pada Tabel, sedangkan dagram model struktural kebutuhan ranta d Kabupaten Bogor dtunjukkan pada Gambar. Matrks DP-D kebutuhan ranta d Kabupaten Bogor kemudan dapat dbuat berdasarkan Drver Power (DP) dan Dependence (D). Matrks tersebut dtunjukkan pada Gambar. Dagram struktural kebutuhan ranta d Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa dukungan ketersedaan modal dan ketersedaan teknolog dbutuhkan oleh ranta pasok buah manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Bogor. Ketersedaan modal dan ketersedaan teknolog akan salng mendukung untuk memenuh kebutuhan sumberdaya manusa yang berkualtas dalam ranta pasok tersebut. Tabel. Reachablty Matrx untuk Kebutuhan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten Bogor A Tabel. Intepretas Reachablty Matrx Akhr untuk Kebutuhan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten Bogor DP R A D R Keterangan: DP: Drver Power, D: Dependence, R: Rank Gambar. Dagram model struktural kebutuhan ranta pasok buah manggs 6. Penngkatan pendapatan pelaku dalam ranta pasok. Jamnan kualtas dan kuanttas buah manggs yang sap dpasarkan ke pasar ekspor. Jamnan kualtas dan kuanttas pasokan buah manggs yang merupakan hasl panen petan. Sumberdaya manusa yang berkualtas 4. Ketersedaan modal 5. Ketersedaan teknolog Ketersedaan modal, ketersedaan teknolog, dan sumberdaya manusa yang berkualtas mempunya daya gerak yang besar untuk memenuh kebutuhan lan dalam ranta d Kabupaten Bogor. Ketga kebutuhan tersebut mempunya ketergantungan yang lemah terhadap kebutuhan lan dalam ranta pasok n. Hal n dtunjukkan pada matrks DP-D kebutuhan ranta pasok buah manggs. Dengan daya gerak yang besar dan ketergantungan terhadap sstem yang lemah, maka ketersedaan modal, ketersedaan teknolog, dan sumberdaya manusa yang berkualtas merupakan kebutuhan yang dutamakan untuk dpenuh dalam ranta pasok n. Tga kebutuhan n dapat terpenuh jka dalam ranta pasok tersebut melbatkan lembaga yang mempunya daya gerak yang besar untuk menyedakan modal, menyedakan teknolog dan mnngkatkan kualtas sumberdaya manusa. Keterlbatan lembaga perbankan/keuangan, lembaga peneltan/unverstas, LSM/fasltator, pemerntah, dan nvestor dapat mendukung pemenuhan kebutuhan utama ranta pasok n. Pada saat n, KBU Al-Ihsan sebaga penggerak ranta pasok buah manggs n mash mengalam kesultan untuk memberkan kemudahan dalam hal akses permodalan usaha manggs kepada petan manggs anggotanya. KBU Al-Ihsan harus mampu bersang dengan para tengkulak yang memlk kemampuan memberkan modal atau dana talangan pemasaran yang lebh besar. Petan mash lebh memlh menjual buah manggsnya kepada pembel yang sudah menjamn kepastan pendapatannya dengan cara membayar pembelannya d muka walaupun harga pembelannya rendah. Jka petan tdak menjual buah manggsnya ke KBU Al-Ihsan, maka kuanttas pasokan buah manggs ke eksportr akan berkurang. Oleh karena tu, KBU Al-Ihsan membayar d muka sebagan 06 07

6 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) Gambar. Matrks DP-D kebutuhan ranta d Kabupaten Bogor Drver Power 6 IV III 5 4, I Dependence II Keterangan: I : Autonomous, II : Dependent, III : Lnkage, IV : Independent pembelan buah manggs dar petan. Hal n menyebabkan KBU Al-Ihsan membutuhkan modal untuk sstem transaks pembelan n. Selan ketersedaan modal, ranta pasok buah manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Bogor n juga membutuhkan ketersedaan teknolog. Petan anggota KBU secara berkesnambungan karena mutu haslnya mash perlu dperbak agar dapat dterma oleh konsumen. Sarana teknolog nformas juga belum dperhatkan secara serus oleh semua phak yang terlbat dalam ranta pasok buah manggs d Kabupaten Bogor. Teknolog Al-Ihsan telah mendapatkan bmbngan dan nformas yang dapat dmanfaatkan pengarahan dar PKBT IPB dalam teknolog pasca panen teknolog pengolahan buah untuk mengetahu harga dan permntaan buah manggs secara onlne dar waktu manggs, tetap teknolog tersebut belum ke waktu belum dmlk oleh semua dmanfaatkan secara optmal. Para petan tersebut telah mencoba mengolah buah manggs yang tdak memenuh standar kualtas ekspor menjad produk olahan yang memlk nla tambah. Pengolahan yang dlakukan antara lan pembuatan jus pelaku yang terlbat dalam ranta pasok n. Kelancaran arus nformas sebenarnya sangat dbutuhkan untuk mencptakan transparans yang lebh bak antara phak yang terlbat dalam ranta buah pasok manggs d Kabupaten Bogor. manggs dan bubur manggs yang dapat dawetkan d dalam freezer hngga beberapa bulan lamanya untuk dmanfaatkan sarnya, Kebutuhan jamnan kualtas dan kuanttas pasokan buah manggs yang merupakan tetap kegatan n belum dlaksanakan hasl panen petan dapat terpenuh jka sumber daya manusa yang terlbat dalam ranta pasok tersebut berkualtas. Sumber daya manusa yang berkualtas dapat dperoleh melalu penngkatan ketramplan dan pengetahuan petan dalam buddaya dan bsns manggs. Kebutuhan jamnan kualtas dan kuanttas pasokan buah manggs yang merupakan hasl panen petan merupakan kebutuhan yang mempunya penggerak dan ketergantungan yang besar. Perubahan kebutuhan tersebut dapat mempengaruh perubahan kebutuhan lan. Dengan jamnan kualtas dan kuanttas pasokan buah manggs yang merupakan hasl panen petan, maka kebutuhan jamnan kualtas dan kuanttas buah manggs yang sap dpasarkan ke pasar ekspor dharapkan dapat terpenuh. Jka kualtas dan kuanttas pasar ekspor dapat terpenuh, maka buah manggs akan dbel dengan harga yang tngg sehngga kebutuhan penngkatan pendapatan pelaku dalam ranta pasok tersebut dapat terpenuh. Kebutuhan penngkatan pendapatan pelaku dalam ranta pasok buah manggs serta jamnan kualtas dan kuanttas buah manggs yang sap dpasarkan ke pasar ekspor merupakan kebutuhan yang tergantung pada kebutuhan lan dan mempunya kekuatan penggerak yang lemah. Hal tersebut dtunjukkan pada matrks DP-D kebutuhan ranta pasok buah manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Bogor, yatu kedua kebutuhan tersebut terletak pada kuadran II. Struktur Kelembagaan Ranta Pasok Struktur kelembagaan ranta pasok dperoleh dar hasl dentfkas ranta pasok buah dar beberapa pustaka dan pendapat pakar, yatu: () Petan, () Kelompok tan, () Pengumpul, (4) Industr pengemas/ pengolah, (5) Pedagang pengecer, (6) Asosas Pelaku Usaha Manggs (ASPUMA), (7) Eksportr, (8) Perusahaan transportas, (9) Pemasok bbt, (0) Lembaga perbankan/ fnansal, () Koperas, () Lembaga peneltan / unverstas, () LSM / fasltator, (4) Pemerntah, dan (5) Investor Hubungan antar kelembagaan dalam ranta pasok n dperoleh dar stud pustaka dan kumpulan pendapat para ahl. SSIM awal (Tabel 4) kemudan dsusun berdasarkan hubungan antar kelembagaan dalam ranta pasok tersebut. Reachablty Matrx yang dperoleh berdasarkan SSIM (Tabel 5) kemudan drevs menurut aturan transtvty. Intepretas Reachablty Matrx akhr untuk kelembagaan ranta pasok buah manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Bogor, dtunjukkan pada Tabel 6, sedangkan dagram model struktural kelembagaan ranta pasok buah manggs dtunjukkan pada Gambar 4. Matrks DP-D kelembagaan ranta pasok buah manggs kemudan dapat dbuat berdasarkan Drver Power (DP) dan Dependence (D). Matrks tersebut dtunjukkan pada Gambar 5. IMPLIKASI MANAJERIAL Dagram struktural kelembagaan ranta d Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa KBU Al-Ihsan, ASPUMA, eksportr, lembaga perbankan/keuangan, lembaga peneltan/ unverstas, LSM/fasltator, pemerntah, dan nvestor mempunya daya gerak yang kuat dalam proses bsns ranta pasok buah manggs yang baru terbentuk d Kabupaten Bogor. Kesemblan lembaga tersebut 08 09

7 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) Tabel 4 SSIM Awal untuk Kelembagaan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten Bogor X X X X A X X A A A A A A X X X A X X A A A A A A X X A X X A A A A A A 4 X A X X A A A A A A 5 A X X A A A A A A 6 V V X V X X X X 7 X A A A A A A 8 A A A A A A 9 V X X X X 0 A A A A X X X X X X 4 Tabel 5 Reachablty Matrx untuk Kelembagaan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten Bogor Gambar 4. Dagram model struktural kelembagaan ranta d Kabupaten Bogor Petan Eksportr Kelompok Tan Lembaga Perbankan / Fnansal Pengumpul Lembaga Peneltan / Unverstas Industr Pengemas / Pengolah KBU Al-Ihsan LSM / Fasltator Pedagang Asosas Pelaku Usaha Manggs Investor Perusahaan Transportas Pemerntah Pemasok Bbt Tabel 6 Intepretas Reachablty Matrx Akhr untuk Kelembagaan Ranta Pasok Buah Manggs yang Baru Terbentuk d Kabupaten Bogor DP R D R Keterangan: DP: Drver Power, D: Dependence, R: Rank Gambar 5. Matrks DP-D kebutuhan ranta d Kabupaten Bogor Drver Power Keterangan: I : Autonomous, II : Dependent, III : Lnkage, IV : Independent mempunya ketergantungan yang lemah terhadap lembaga lan dalam ranta pasok n. Hal n dtunjukkan pada matrks DP-D kelembagaan ranta pasok buah manggs. KBU Al-Ihsan dan ASPUMA dapat melakukan perannya dalam ranta pasok buah manggs 6, 9,,,, 4 0,,, 4, 5, 7, Dependence karena () Kebutuhan eksportr untuk mengekspor buah manggs dengan kualtas dan kuanttas serta waktu pengrman yang sesua dengan permntaan konsumen. () Pnjaman modal dar lembaga perbankan/ fnansal dengan pengembalan yang dapat terjangkau oleh KBU Al-Ihsan serta 0

8 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) asosas petan dan pengusaha manggs. () merupakan pengurus ASPUMA sehngga dtanggung oleh phak pemasok dan yang berkualtas dalam ranta pasok yang Dukungan peneltan dan pengembangan peran ASPUMA sebaga lembaga nasonal eksportr dapat dmnmumkan. baru terbentuk d Kabupaten Bogor. teknolog dan ketramplan dalam belum optmal. Ketersedaan modal, ketersedaan teknolog, melakukan bsns manggs dar lembaga Perusahaan transportas dan pemasok bbt dan sumberdaya manusa yang berkualtas peneltan/unverstas, LSM/fasltator. (4) Penngkatan peran ASPUMA akan salng manggs juga dapat dlbatkan dalam ranta mempunya daya gerak yang besar untuk Dukungan kebjakan pemerntah terkat mendukung dengan KBU Al-Ihsan untuk memenuh kebutuhan lan dalam ranta dengan pnjaman modal serta akses menggerakkan petan, kelompok tan, d Kabupaten Bogor n. Perusahaan pasok tersebut. Dengan daya gerak yang nformas dan teknolog. (5) Tambahan pengumpul, ndustr pengemas/pengolah, transportas yang djadkan mtra adalah besar dan ketergantungan terhadap sstem modal dar nvestor. Pada ranta pasok pedagang, perusahaan transportas, dan perusahaan transportas yang berseda yang lemah, maka ketersedaan modal, buah manggs yang baru terbentuk d pemasok bbt. Pada saat n, lembaga yang terkat kontrak untuk menjamn kualtas ketersedaan teknolog, dan sumberdaya Kabupaten Bogor n, belum tampak peran dapat dgerakkan secara lebh ntensf oleh buah manggs selama dalam pengangkutan manusa yang berkualtas merupakan dar lembaga perbankan/fnansal dan KBU Al-Ihsan adalah petan dan kelompok sehngga resko kerusakan yang dtanggung kebutuhan yang dutamakan untuk nvestor. Dukungan kebjakan pemerntah tan. KBU Al-Ihsan akan mula menggerakkan oleh pemasok dapat dmnmumkan. dpenuh dalam ranta pasok n. Kebutuhan yang terkat dengan pnjaman modal serta pengumpul untuk membantu KBU Al-Ihsan Kualtas buah manggs yang dpasok kepada lan yang mempunya daya gerak yang akses nformas dan teknolog juga belum mengumpulkan buah manggs dar daerah eksportr juga akan lebh bak jka buah besar adalah kebutuhan jamnan kualtas ntensf dsosalsaskan kepada para pelaku lan jka KBU Al-Ihsan kekurangan buah manggs tersebut berasal dar pohon yang dan kuanttas pasokan buah manggs yang usaha manggs sehngga mereka belum manggs untuk memenuh permntaan bbtnya telah tersertfkas. Oleh karena tu, merupakan hasl panen petan. Kebutuhan dapat memanfaatkan dukungan tersebut eksportr. pemasok bbt manggs dapat dlbatkan n mempunya ketergantungan yang untuk menngkatkan knerja usahanya. dalam ranta pasok n agar kualtas buah besar dengan kebutuhan lan sehngga Oleh karena tu, perlu dtngkatkan KBU Al-Ihsan pada saat n sedang manggs lebh terjamn karena berasal dar perubahannya dapat mempengaruh keterlbatan lembaga perbankan/fnansal, merencanakan pendran ndustr pengolah bbt yang telah tersertfkas yang dpasok perubahan kebutuhan lan. nvestor, dan pemerntah sebaga lembaga buah manggs untuk mengolah buah oleh pemasok bbt manggs tertentu. yang mempunya daya gerak yang kuat dalam ranta pasok n. manggs yang tdak memenuh persyaratan untuk dekspor. Industr pengolah n KESIMPULAN Hasl analss struktur kelembagaan menunjukkan bahwa KBU Al-Ihsan dan tdak harus ddrkan oleh KBU Al-Ihsan, Sebaga ranta pasok yang baru terbentuk, ASPUMA akan menggerakkan petan, Dengan dukungan dar eksportr, lembaga tetap ndustr pengolah n dapat menjad knerja ranta pasok buah manggs d kelompok tan, pengumpul, ndustr perbankan/keuangan, lembaga peneltan/ anggota ranta pasok dengan cara bermtra Kabupaten Bogor perlu dtngkatkan agar pengemas/pengolah, pedagang, unverstas, LSM/fasltator, pemerntah, dan dengan ndustr pengolah buah manggs dapat menjalankan proses bsnsnya secara perusahaan transportas, dan pemasok nvestor, maka KBU Al-Ihsan dan ASPUMA yang sudah beroperas. Selan ndustr efektf dan efsen. Identfkas kebutuhan bbt dengan dukungan dar eksportr, akan menggerakkan petan, kelompok tan, pengolah, ndustr pengemas dapat terlbat dan struktur kelembagaan pada ranta lembaga perbankan/keuangan, lembaga pengumpul, ndustr pengemas/pengolah, dalam ranta pasok buah manggs yang baru peneltan/unverstas, LSM/fasltator, pe- pedagang, perusahaan transportas, dan terbentuk d Kabupaten Bogor n Sortng d Kabupaten Bogor perlu dlakukan untuk merntah, dan nvestor. Peran ASPUMA, pemasok bbt. ASPUMA merupakan dan gradng sekalgus dapat dlakukan menngkatkan efsens dan efektvtas lembaga perbankan/fnansal, nvestor, sebuah organsas yang baru ddrkan d ndustr pengemas n. Keterlbatan ranta pasok tersebut mencapa tujuannya. dan pemerntah perlu dtngkatkan dalam pada tahun 008 dengan tujuan untuk ndustr pengemas buah manggs Pemahaman hubungan antar kebutuhan ranta pasok n. Lembaga yang belum memberkan nformas secara umum yang akan dekspor dapat mengurang dan antar lembaga pada ranta pasok terlbat dalam ranta pasok n, tetap kepada pelaku ranta pasok serta phak kerusakan buah manggs selama dalam tersebut dlakukan dengan menggunakan perlu dlbatkan adalah ndustr pengolah/ lan yang tertark dengan bsns manggs transportas. Industr pengemas n dapat metode Intepretve Structural Modelng (ISM). pengemas, perusahaan transportas, dan d Indonesa. Pada saat n, peran ASPUMA ddrkan oleh eksportr d tempat yang perusahaan bbt. dalam ranta pasok buah manggs yang merupakan pertengahan antar daerah Hasl analss menunjukkan bahwa baru terbentuk d Kabupaten Bogor mash pemasok buah manggs dengan tempat ketersedaan modal dan ketersedaan Pembentukan ranta pasok dapat rancu dengan peran KBU Al-Ihsan karena eksportr memberangkatkan buah manggs teknolog akan salng mendukung untuk menngkatkan keunggulan bersang buah sebagan besar pengelola KBU Al-Ihsan untuk dekspor sehngga kerusakan yang memenuh kebutuhan sumberdaya manusa manggs dar Kabupaten Bogor untuk

9 Integrtas - Jurnal Manajemen Bsns Vol. No. Aprl - Jul 00 (99-5) pasar eksport karena proses bsnsnya dapat dlakukan dengan lebh efektf dan efsen. Dalam melakukan proses bsnsnya, seluruh lembaga yang terlbat dalam ranta d Kabupaten Bogor akan salng terkat satu dengan yang lan sehngga pemlhan lembaga dalam ranta pasok dperlukan untuk keberlanjutannya. Lembaga yang berperan pada keberlanjutan ranta pasok hendaknya dpertmbangkan untuk dlbatkan dalam proses bsns ranta pasok tersebut. Kegatan antar satu lembaga dengan lembaga lannya juga harus salng mendukung untuk memenuh kebutuhan ranta pasok secara bersama. Oleh karena tu, para pengelola d setap lembaga harus dapat mengelola hubungan antar lembaga dalam ranta pasok agar proses bsns yang dlakukan dapat tetap terkendal sesua dengan tujuan ranta pasok tersebut. Interpretatve Structural Modellng and Analytc Herarchy Process. Internatonal Journal of Management and Decson Makng, Vol. 9, No., 6-8 Marmn, 008, Country Report: Supply Chans for Pershable Hortculture Products n Indonesa. Tokyo: Asan Productvty Organzaton (APO) Research on Supply Chans n Agrbusness. Saptana, Agustan, A., Mayrowan, H., dan Sunarsh. (006). Analss Kelembagaan Kemtraan Ranta Pasok Komodtas Hortkultura. Jakarta: Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan, Badan Peneltan dan Pengembangan Pertanan, Departemen Pertanan. Unggulan Tropka untuk Ekspor. Dunduh dar php?opton=com_content&task=vew& d=40&itemd=. Dakses 6 Jul 009 Referens Drektorat Jendral Hortkultura. (008). Upaya Pengembangan Kawasan Buah Eaton, D., Bjman, J., dan Mejernk, G. (008). The role of the nsttutonal envronment n promotng the fresh frut and vegetable sector: A comparson between Tanzana, Ethopa, Kenya and Uganda. Markets, Chans, and Sustanable Developments, Strategy and Polcy Bref, Paper No.. Eryatno. (00). Ilmu Sstem, Menngkatkan Mutu dan Efektvtas Manajemen. Bogor: IPB Press Fasal, M.N. (00). Analysng the Barrers to Corporate Socal Responsblty n Supply Chans: An Interpretve Structural Modellng Approach. Internatonal Journal of Logstcs Research and Applcatons. Vol., No., Fasal, M. N., Banwet, D.K., dan Shankar, R.. (006). Supply Chan Rsk Mtgaton: Modelng the Enablers. Busness Process Management Journal, Vol, No. 4, Gorvett, R. dan Lu, N. (006). Interpretve Structural Modelng of Interactve Rsks, Enterprse Rsk Management Symposum, Socety of Actuares. Chcago, IL Aprl - 6, 006. Indranngsh, K. S., Ashar, dan Fryatno, S. (007). Strateg Pengembangan Model Kelembagaan Kemtraan Agrbsns Hortkultura d Bal. Bogor: Pusat Analss Sosal Ekonom dan Kebjakan Pertanan. Kannan, G., Haq, A.N., Saskumar, P., dan Arunachalam, S.(008). Analyss and Selecton of Green Supplers Usng 4 5

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Analisis Pengaruh Kupedes Terhadap Performance BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan mengena Analss Pengaruh Kupedes Terhadap Performance Busness Debtur dalam Sektor Perdagangan, Industr dan Pertanan dlaksanakan d Bank Rakyat

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan adalah ketersedaan pangan dan kemampuan seseorang untuk mengaksesnya. Sebuah rumah tangga dkatakan memlk ketahanan pangan jka penghunnya tdak berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Semakin tinggi penerimaan Pajak di Indonesia, semakin tinggi pula kualitas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penermaan terpentng d Indonesa. Oleh karena tu Pemerntah selalu mengupayakan bagamana cara menngkatkan penermaan Pajak. Semakn tngg penermaan

Lebih terperinci

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN

MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN MANAJEMEN LOGISTIK & SUPPLY CHAIN MANAGEMENT KULIAH 3: MERANCANG JARINGAN SUPPLY CHAIN By: Rn Halla Nasuton, ST, MT MERANCANG JARINGAN SC Perancangan jarngan SC merupakan satu kegatan pentng yang harus

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara

lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung dalam pelaksanaan otonomi daerah belum dapat dilaksanakan secara optimal, antara BAB V KESMPULAN, MPLKAS DAN REKOMENDAS A. Kesmpulan Berdasarkan hasl peneltan yang telah durakan sebelumnya kesmpulan yang dsajkan d bawah n dtark dar pembahasan hasl peneltan yang memjuk pada tujuan peneltan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kendaraan bermotor merupakan alat yang palng dbutuhkan sebaga meda transportas. Kendaraan dbag menjad dua macam, yatu kendaraan umum dan prbad. Kendaraan umum

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) pada materi Geometri dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan yang bertujuan untuk menghaslkan Lembar Kegatan Sswa (LKS) pada mater Geometr dengan pendekatan pembelajaran berbass

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat

BABl PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dengan tingkat BABl PENDAHULUAN 1.1. LAT AR BELAKANG PERMASALAHAN ndonesa merupakan negara yang sedang berkembang dengan tngkat populas yang cukup besar. Dengan jumlah penduduk dewasa n mencapa lebh dar 180 juta jwa

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT HUBUNGAN KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT ABSTRAK STEVANY HANALYNA DETHAN Fakultas Ekonom Unv. Mahasaraswat Mataram e-mal : stevany.hanalyna.dethan@gmal.com

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Januari Plh. Kepala Dinas, IR. FATHURRAHMAN NIP KATA PENGANTAR Berdasarkan Surat Gubernur Kalmantan Selatan Nomor : 065/01140/ORG tanggal Desember 2013 perhal Penyampaan LAKIP Satuan Kerja Perangkat Daerah Provns Kalmantan Selatan Tahun 2013. Maka Dnas

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM

VI. PEMODELAN SISTEM VI. PEMODELN SISTEM 6. Konfguras Model Model strateg pengembangan klaster agrondustr unggulan daerah drancang dalam bentuk perangkat lunak Sstem P enunjang Keputusan (SPK berbass komputer yang dber nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. menghimpun dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian Pengaruh Captal Structure terhadap Proftabltas pada Industr Perbankan d Indonesa Mutara Artkel n d-dgtalsas oleh Perpustakaan Fakultas Ekonom-Unverstas Trsakt, 2016. 021-5663232 ext.8335 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BABY. S!MPULAN DA:"i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan

BABY. S!MPULAN DA:i SARAN. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pengelolaan jasa pelayanan BABY S!MPULAN DA:" SARAN A. Smpulan Rumah sakt adalah bentuk organsas pengelolaan jasa pelayanan kesehatan ndvdual secara menyeluruh oleh karena tu dperlukan penerapan vs. ms. dan strateg seara tepat oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran

METODE PENELITIAN. dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 2 Tahun Pelajaran III. METODE PENELITIAN A. Settng Peneltan Peneltan n menggunakan data kuanttatf dengan jens Peneltan Tndakan Kelas (PTK). Peneltan n dlaksanakan d SMAN 1 Bandar Lampung yang beralamat d jalan Jend. Sudrman

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen.

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian. variable independen dengan variabel dependen. BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Bentuk Peneltan Jens peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan deskrptf dengan analsa kuanttatf, dengan maksud untuk mencar pengaruh antara varable ndependen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and III. METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Peneltan n merupakan peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan pengembangan yang dlakukan adalah untuk mengembangkan penuntun praktkum menjad LKS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam sektor energi wajib dilaksanakan secara sebaik-baiknya. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Energ sangat berperan pentng bag masyarakat dalam menjalan kehdupan seharhar dan sangat berperan dalam proses pembangunan. Oleh sebab tu penngkatan serta pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab n membahas tentang prosedur pengembangan pembelajaran dan mplementas model Problem Based Learnng dalam pembelajaran Konsep Dasar Matematka, Subjek Peneltan, Teknk dan Instrumen

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing

BAB I PENDAHULUAN. konsep strategi yang cocok untuk menghadapi persaingan baik itu mengikuti marketing BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konds persangan dalam berbaga bdang ndustr saat n dapat dkatakan sudah sedemkan ketatnya. Persangan dalam merebut pasar, adanya novas produk, mencptakan kepuasan pelanggan

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DAN PEMILIHAN MITRA BADAN PUSAT STATISTIK (BPS) KABUPATEN GUNUNGKIDUL MENGGUNAKAN METODE SAW BERBASIS WEB Putr Har Ikhtarn ), Bety Nurltasar 2), Hafdz Alda

Lebih terperinci

Potensi dan Pengembangan Kawasan Wisata Desa Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Studi Kasus Obyek Wisata Rawa Jombor Dan Bukit Sidagora

Potensi dan Pengembangan Kawasan Wisata Desa Krakitan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Studi Kasus Obyek Wisata Rawa Jombor Dan Bukit Sidagora Potens dan Pengembangan Kawasan Wsata Desa Kraktan Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten Stud Kasus Obyek Wsata Rawa Jombor Dan Bukt Sdagora LAPORAN TUGAS AKHIR Dajukan untuk memenuh sebagan persyaratan memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan

BAB III METODE PENELITIAN. problems. Cresswell (2012: 533) beranggapan bahwa dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan kombnas atau mxed methods. Cresswell (2012: 533) A mxed methods research desgn s a procedure for collectng, analyzng and mxng

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini

BAB III METODE PENELITIAN. pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbasis masalah ini BAB III METODE PENELITIAN A. Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam pengembangan perangkat pembelajaran berupa RPP dan LKS dengan pendekatan berbass masalah n adalah metode pengembangan atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tnjauan Pustaka Dar peneltan yang dlakukan Her Sulstyo (2010) telah dbuat suatu sstem perangkat lunak untuk mendukung dalam pengamblan keputusan menggunakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemkran Untuk mencapa tujuan peneltan sebagamana durakan pada BAB 1, maka secara sstemats pendekatan masalah peneltan mengkut alur pkr kerangka pendekatan sstem yang

Lebih terperinci

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur

Kritikan Terhadap Varians Sebagai Alat Ukur Krtkan Terhadap Varans Sebaga Alat Ukur Varans mengukur penympangan pengembalan aktva d sektar nla yang dharapkan, maka varans mempertmbangkan juga pengembalan d atas atau d bawah nla pengembalan yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

Untuk memperoleh buku ini hubungi:

Untuk memperoleh buku ini hubungi: 2004 Badan Perencanaan Pembangunan Nasonal Untuk memperoleh buku n hubung: Pusat Data dan Informas Perencanaan Pembangunan Jl. Taman Suropat No. 2, Jakarta Pusat 10310 Telepon/Fax: 021-31934973 atau Webste:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan n adalah peneltan quas expermental dengan one group pretest posttest desgn. Peneltan n tdak menggunakan kelas pembandng namun sudah menggunakan

Lebih terperinci

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting

Peramalan Produksi Sayuran Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcasting Peramalan Produks Sayuran D Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Forcastng Esrska 1 dan M. M. Nzam 2 1,2 Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, UIN Sultan Syarf Kasm Rau Jl. HR. Soebrantas No. 155

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan pengembangan yang bertujuan membuat suatu produk dan duj kelayakannya. B. Metode Pengembangan Peneltan n menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta,

BAB III METODE PENELITIAN. Karangkajen, Madrasah Tsanawiyah Mu'allimaat Muhammadiyah Yogyakarta, BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan pada 6 (enam) MTs d Kota Yogyakarta, yang melput: Madrasah Tsanawyah Neger Yogyakarta II, Madrasah Tsanawyah Muhammadyah Gedongtengen,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk

METODE PENELITIAN. Penentuan lokasi dilakukan secara tertuju (purposive) karena sungai ini termasuk IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Peneltan Peneltan n dlakukan d Sunga Sak, Kota Pekanbaru, Provns Rau. Penentuan lokas dlakukan secara tertuju (purposve) karena sunga n termasuk dalam 13 sunga

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. SMK Negeri I Gorontalo. Penetapan lokasi tersebut berdasarkan pada 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Peneltan yang dlakukan oleh penelt berlokas d Kelas Ak 6, SMK Neger I Gorontalo. Penetapan lokas tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014

LAKIN. Laporan Kinerja BPS Provinsi Maluku Tahun 2014 LAKIN Laporan Knerja BPS Provns Maluku Tahun 2014 Jl. WolterMongnsd-Passo, Ambon 97232 Telep. (0911) 361329, Fax. (0911) 361319 E-mal : maluku@bps.go.d Kata Pengantar Akuntabltas knerja BPS Provns Maluku

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Peneltan n merupakan peneltan yang bertujuan untuk mendeskrpskan langkah-langkah pengembangan perangkat pembelajaran matematka berbass teor varas berupa Rencana

Lebih terperinci

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN :

Jurnal Bakti Saraswati Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : Jurnal Bakt Saraswat Vol.04 No.01. Maret 2015 ISSN : 2088-2149 PEMANFAATAN PROGRAM APLIKASI MAPLE SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR KALKULUS I MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian kuantitatif, dengan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jens Peneltan Jens peneltan yang dpaka adalah peneltan kuanttatf, dengan menggunakan metode analss deskrptf dengan analss statstka nferensal artnya penuls dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER) INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM (NATURAL RUBBER INDONESIA DI PASAR INTERNASIONAL EXPORT COMPETITIVENESS ANALYSIS OF NATURAL RUBBER INDONESIA IN THE INTERNATIONAL MARKET Yog Rahmad Syahputra 1, Suard

Lebih terperinci

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah

Model Potensial Gravitasi Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populasi Daerah Performa (2004) Vol. 3, No.1: 28-32 Model Potensal Gravtas Hansen untuk Menentukan Pertumbuhan Populas Daerah Bambang Suhard Jurusan Teknk Industr, Unverstas Sebelas Maret, Surakarta Abstract Gravtaton

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen sebagai variabel 4 BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Peneltan Obyek dalam peneltan n adalah kebjakan dvden sebaga varabel ndependen (X) dan harga saham sebaga varabel dependen (Y). Peneltan n dlakukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini

III. METODE PENELITIAN. Metode dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Penggunaan metode eksperimen ini III. METODE PENELITIAN A. Metode Peneltan Metode dalam peneltan n adalah metode ekspermen. Penggunaan metode ekspermen n bertujuan untuk mengetahu apakah suatu metode, prosedur, sstem, proses, alat, bahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Al-Azhar 1 Wayhalim Bandar Lampung. Populasi 3 III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SD Al-Azhar Wayhalm Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas V yang terdr dar 5 kelas yatu V A, V B, V

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODELOGI PENELITIAN. metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Metode peneltan mengungkapkan dengan jelas bagamana cara memperoleh data yang dperlukan, oleh karena tu metode peneltan lebh menekankan pada strateg, proses

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN t PEMERNTAH KABUPATEN PACTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACTAN NOMOR 17 TAHUN 2001 [ TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang : bahwa untuk meaksanakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA

PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA PENGARUH PENGUMUMAN DIVIDEN TERHADAP FLUKTUASI HARGA SAHAM DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Dajukan Sebaga Salah Satu Syarat Untuk menyelesakan Program Sarjana ( S1) Pada Sekolah Tngg Ilmu Ekonom Nahdlatul

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo.

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah siswa MAN Model Gorontalo. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Adapun yang menjad objek peneltan adalah sswa MAN Model Gorontalo. Penetapan lokas n ddasarkan pada beberapa pertmbangan yakn,

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM

PERBANDINGAN METODE SAW DAN TOPSIS PADA KASUS UMKM PERBANINGAN METOE SAW AN TOPSIS PAA KASUS UMKM Muh. Alyazd Mude al.mude@yahoo.com Teknk Informatka Unverstas Muslm Indonesa Abstrak alam pengamblan keputusan terhadap masalah berdasarkan sebuah analsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam diri sendiri ataupun yang ditimbulkan dari luar. karyawan. Masalah stress kerja di dalam organisasi menjadi gejala yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pekerjaan merupakan suatu aspek kehdupan yang sagat pentng. Bag masyarakat modern bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, bak dalam rangka memperoleh

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan.

MEMUTUSKAN. Pasal II. Ditetapkan di Pacitan ; Pada tanggal :i3 - JR, BUPATI PACITAN. i Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal diietapkan. BUPAT PACTAN. PERATUEAN BUPAT PACTAN : NOMOR 3 5 TAHUN 2008! TENTANG PERUBAHAN KEDUA PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR 33 TAHUN 2007 TENTANG KEBJAKAN AKUNTANS TAUN 2008 DAN SSTEM DAN PROSEDUR AKUNTANS! DENGAN

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe

Sistem Informasi Pendapatan Asli Daerah Pada Dinas Pendapatan Kabupaten Sangihe Jurnal Sstem Informas Bsns 0(011) On-lne : http://ejournal.undp.ac.d/ndex.php/jsnbs 59 Sstem Informas Pendapatan Asl Daerah Pada Dnas Pendapatan Kabupaten Sanghe Alfranus Papuas a,*, Mustafd b, Eko Ad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anema adalah keadaan saat jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobn (HB) atau proten pembawa oksgen dalam sel darah merah berada d bawah normal,anema dalam kehamlan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam upayanya memperoleh pendapatan akan melakukan penjualan. Sebelum penjualan dlakukan basanya akan dsepakat terlebh dahulu bagamana cara pembayaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity

METODE PENELITIAN. digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel X (celebrity 37 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens peneltan yang dgunakan adalah peneltan deskrptf, yang mana dgunakan untuk mengetahu bagamana pengaruh varabel X (celebrty endorser) terhadap varabel

Lebih terperinci

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO

PENJADWALAN PRODUKSI di PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Prosdng Semnar Nasonal Manajemen Teknolog III Program Stud MMTITS, Surabaya 4 Pebruar 2006 PENJADWALAN PRODUKSI d PT MEUBEL JEPARA PROBOLINGGO Mohammad Khusnu Mlad, Bobby Oedy P. Soepangkat, Nurhad Sswanto

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN

TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA KABUPATEN PACITAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN 1 BUPAT PACTAN PERATURAN BUPAT PACTAN NOMOR S TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKAS DANA DESA KABUPATEN PACTAN ( DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPAT PACTAN Menmbang Bahwa dalam rangka tertb

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.. KERANGKA ANALISIS Kerangka analss merupakan urutan dar tahapan pekerjaan sebaga acuan untuk mendapatkan hasl yang dharapkan sesua tujuan akhr dar kajan n, berkut kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR ANALISIS SALURAN PEMASARAN DAN TRANSMISI HARGA PADA PETANI BOKAR DI DESA SEI TONANG KECAMATAN KAMPAR UTARA KABUPATEN KAMPAR Ftra Nngsh, Erm Tety, Evy Maharan Fakultas Pertanan Unverstas Rau Ftra_Iskam@yahoo.com

Lebih terperinci

Oleh : Fifi Fisiana

Oleh : Fifi Fisiana Optmas Baya Produks menggunakan Metode Revsed Mult Choce Goal programmng dengan Tahap Persedaan Terkontrol Supply Chan Model stud kasus : PT.Gunungarta Manunggal, Gempol Oleh : Ff Fsana 1207100018 Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang

METODE PENELITIAN. pelajaran 2011/ Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n telah dlaksanakan d SMA Neger 1 Bandar Lampung pada tahun pelajaran 011/ 01. Populas peneltan n adalah seluruh sswa kelas X yang terdr dar

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011

BUPATI PACITAN. j PERATURAN BUPATI PACITAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 BUPAT PACTAN j PERATURAN BUPAT PACTAN ; NOMOR 32 TAHUN 2011 f! TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN STANDAR PELAYANAN PUBLK DAN STANDAR OPERASONAL PROSEDUR PADA PEMERNTAH DAERAH ; KABUPATEN PACTAN DENGAN RAMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peneltan Berdasarkan masalah yang akan dtelt dengan melhat tujuan dan ruang lngkup dserta dengan pengolahan data, penafsran serta pengamblan kesmpulan, maka metode

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Menggugat Kinerja Profesor

Menggugat Kinerja Profesor Haran Kompas, 11 November 2015 Menggugat Knerja Profesor Jumlah profesor d negara kta terlalu sedkt. Itu pun sebagan dnla kurang berkualtas dan tdak produktf. Hal n terkuak dalam Semnar Nasonal Keprofesoran

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL

MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL DAN OPERASIONAL PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I UROLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2015 MANUAL PROSEDUR PENGELOLAAN FUNGSIONAL & OPERASIONAL

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

OVERVIEW 1/40

OVERVIEW 1/40 http://www..deden08m.wordpress.com OVERVIEW 1/40 Konsep-konsep dasar dalam pembentukan portofolo optmal. Perbedaan tentang aset bersko dan aset bebas rsko. Perbedaan preferens nvestor dalam memlh portofolo

Lebih terperinci