BAB V TRANSFORMASI BIAYA SPESIFIK INVESTASI BIDANG PERSAMPAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V TRANSFORMASI BIAYA SPESIFIK INVESTASI BIDANG PERSAMPAHAN"

Transkripsi

1 BAB V TRANSFORMASI BIAYA SPESIFIK INVESTASI BIDANG PERSAMPAHAN 5.1 Umum Pada Bab ini akan diuraikan tentang strategi pembuatan program komputer yang telah direncanakan. Strategi pembuatan program komputer berfungsi sebagai cara agar dapat meminimalisasi kesalahan yang mungkin terjadi dalam pembuatan program, selain itu juga dapat mengefektifkan waktu pembuatan dari program komputer itu sendiri. Selain memaparkan tentang strategi pembuatan program komputer juga dijelaskan mengenai arsitektur program yang menguraikan tentang perencanaan dalam menyajikan informasi didalam suatu fasilitas tatap muka. Bahasa pemrograman yang digunakan dalam pembuatan program komputer ini adalah bahasa C++, untuk itu pula diuraikan dasar dari pemrograman dalam bahasa C++. Pada bagian akhir barulah diuraikan mengenai garis besar program komputer yang menjelaskan menu dan atribut pendukung dari program komputer disertai hasil tampilan dan pembahasan dari program yang telah dibuat. Untuk mendukung informasi tentang program yang telah dibuat diuraikan pula mengenai perolehan pengetahuan, pencarian pengetahuan, serta basis pengetahuan. 5.2 Strategi Pembuatan Program Strategi pembuatan program pendukung perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan dikembangkan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut : 1. Identifikasi domain program, 2. Representasi pengetahuan, 3. Pembuatan fasilitas tatap muka, 4. Pengujian Program, 5. Aplikasi Program. Strategi pembuatan program ini digambarkan pada Gambar 5.1. V-1

2 Identifikasi Domain Program - Teknis Persampahan Kota - Biaya Spesifik Investasi Representasi Pengetahuan - Reprentasi Diagram Alur - Basis Pengetahuan Pembuatan Fasilitas Tatap Muka Pengujian Program - Verifikasi Program - Validasi Solusi Program Aplikasi Program Gambar 5.1 Diagram Alir Strategi Pembuatan Program Langkah pertama dalam melaksanakan strategi pembuatan program yaitu penentuan domain dari pogram komputer yang akan dibuat. Hal tersebut bertujuan membatasi masalah yang akan dibuat dalam program komputer. Domain dari program berupa perhitungan biaya spesifik investasi sarana dan prasarana bidang persampahan. Sarana dan prasarana tersebut dibatasi pada alat berat dari setiap subsistem teknis operasional persampahan. Pada sistem pengumpulan dan pewadahan dapat diketahui biaya spesifik investasi dari transfer depo 1, transfer depo 2, dan transfer depo 3. Pada sistem pengangkutan dapat diketahui biaya spesifik investasi dari truk biasa, dump truk, armroll truk, serta compactor truk. Pada sistem pembuangan akhir dapat diketahui biaya spesifik investasi dari bulldozer. Selain itu dapat pula diketahui biaya spesifik investasi pengomposan dan waste to energy, serta biaya spesifik pengelolaan sampah di Indonesia. Selain itu dikembangkan pula program yang dapat melakukan penentuan biaya spesifik investasi 12 kota besar di Indonesia dan penentuan alternative biaya investasi alat berat. V-2

3 Untuk mendukung pengetahuan dan informasi di bidang persampahan, pada domain permasalahan ditambahkan menu mengenai Teknis Persampahan Kota. Domain dari teknis persampahan kota mencakup informasi yang meliputi : skala penanganan sampah, sumber sampah, teknis operasional pengelolaan sampah, sistem pengelolaan sampah terpadu, dan aspek pembiayaan pengelolaan sampah. Setelah menetukan domain program dilakukan representasi pengetahuan yang memaparkan domain program ke dalam suatu jaringan semantik. Representasi pengetahuan adalah proses pemindahan, pengurangan, pengubahan, dan penyederhanaan pengetahuan ke dalam bentuk basis data yang dimengerti oleh komputer (Buchanan dan Shortliffe, 1984). Jaringan semantik sendiri merupakan penggambaran logis dari alur komputer yang telah dibuat, dimana penyampaian informasi didasarkan dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. Untuk lebih memudahkan alur program yang telah dibuat, jaringan semantik tersebut dimodifikasi menjadi suatu diagram alur. Diagram tersebut menggambarkan hubungan antara objek-objek dari setiap domain permasalahan. Bentuk diagram alur tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.5 dan Gambar Setelah terlihat hubungan antara objek dari setiap domain permasalahan dibuat suatu basis data yang memuat objek informasi yang se-efisien mungkin sehingga eksekusi progam dapat berjalan efesien serta memudahkan pengguna untuk menyerap inti dari informasi yang tersedia. Pembuatan aturan dan basis data dilakukan dengan memperhatikan diagram alur yang telah dibangun. Masalah aturan dan basis data akan dijelaskan pada sub bab mengenai arsitektur program. Fasilitas tatap muka merupakan media untuk menyampaikan informasi yang dibuat dalam suatu program komputer kepada pengguna. Output yang dihasilkan diharapkan mempunyai tampilan menarik serta mudah dimengerti oleh pengguna. Pembuatan fasilitas tatap muka masih memiliki keterbatasan, sehingga diharapkan terjadi pengembangan program komputer lebih lanjut. Pengembangan program dapat terjadi pada desain fasilitas tatap muka. Diharapkan dengan desain fasilitas tatap muka dapat lebih menarik bagi pengguna. V-3

4 Pengujian program dilakukan untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi. Pengujian program dilakukan dengan memverifikasi jawaban yang dikeluarkan oleh program. Jawaban tersebut diuji apakah sesuai dengan keinginan knowledge engineer dan juga sesuai dengan pengetahuan saat ini. Aturan atau fakta dalam basis data memerlukan perbaikan jika terdapat perbedaan antara jawaban yang dikeluarkan program dengan jawaban yang seharusnya. Bila masih terjadi perbedaan perbaikan akan terus dilakukan sampai dengan program dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki pemrogram. Demikian seterusnya sampai didapatkan program yang mampu memberikan jawaban yang dapat dipercaya kebenarannya. Selain itu pada pengujian program dilakukan pula validasi alur program yang telah dibuat. Apabila terjadi Ketidaksesuian alur program maka dilakukan perbaikan. Perbaikan tersebut dilaksanakan dengan cara penyesuaian aturan perintah pada program komputer. Aplikasi program komputer ini diharapkan dapat membantu user untuk mendapatkan informasi yang mudah serta diharapkan dapat menjangkau berbagai pihak yang membutuhkannya. Program dapat terus disempurnakan yang berupa perbaikan basis pengetahuan dan basis data serta perbaikan tampilan fasilitas tatap muka. Selain itu dimungkinkan untuk melakukan pengembangan program lebih lanjut..5.3 Arsitektur Program Arsitektur program terdiri dari fasilitas tatap muka, mesin inferensi, basis pengetahuan dan basis data. Bagian-bagian penyusun program tersebut dapat digambarkan seperti pada Gambar 5.2. V-4

5 Gambar 5.2 Arsitektur Program Pengguna adalah orang yang menggunakan program komputer ini untuk mendapatkan informasi yang terdapat didalamnya, misalnya sebagai alat bantu perolehan informasi mengenai teknis persampahan kota ataupun memperkirakan jumlah biaya spesifik investasi yang dibutuhkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pada suatu sub sistem dari teknis operasional pengelolaan sampah. Fasilitas tatap muka berfungsi sebagai penghubung antara pengguna dengan program tersebut. Fasilitas ini dimaksudkan untuk memudahkan pengguna memahami informasi yang hendak disampaikan tanpa harus menguasai bahasa pemrograman. Fasilitas tatap muka dibuat lebih komunikatif agar lebih mudah dimengerti pengguna. Selain itu pengguna yang jarang menggunakan komputer akan lebih mudah memahaminya. Mesin inferensi akan memproses kumpulan fakta dan kumpulan kaidah sehingga dibangkitkan menjadi fakta-fakta baru. Mesin inferensi akan mengolah pengetahuan dalam basis pengetahuan dan basis data sesuai dengan masukan dari pengguna dan akhirnya akan memberikan suatu kesimpulan atau hasil yang V-5

6 diharapkan oleh pengguna. Kondisi berhenti mesin inferensi terjadi ketika fakta tertentu yang menjadi tujuan muncul ataupun tidak ada lagi aturan yang bisa dieksekusi berdasarkan fakta yang ada. Konsep dasar dari basis data adalah kumpulan dari catatan atau potongan pengetahuan. Sebuah basis data memiliki penjelasan terstruktur dari jenis fakta yang tersimpan di dalamnya. Penjelasan terstruktur ini disebut skema. Skema menggambarkan obyek yang diwakili suatu basis data dan hubungan di antara obyek tersebut. Ada banyak cara untuk mengorganisasi skema atau memodelkan struktur basis data. Cara tersebut dikenal sebagai model basis data atau model data. Basis pengetahuan merupakan tempat penyimpanan pengetahuan yang direpresentasikan dalam bentuk fakta dan aturan. Penulisan fakta dan aturan disesuaikan dengan diagram alur yang telah dibuat untuk masing-masing domain permasalahan. Pembuatan aturan juga harus memperhatikan bentuk penulisan data dalam basis data. Fakta selanjutnya dapat juga disimpan dalam bentuk basis data. 5.4 Konsep Dasar Dalam Pemrograman C++ Bahasa pemrograman C++, seperti juga bahasa pemrograman yang lainnya memiliki struktur program standar yang harus diikuti. C++ didukung oleh suatu preprosesor yang melakukan substitusi makro dan manipulasi teks lain pada program. Perintah preprosesor selalu diawali dengan karakter # dan diakhiri dengan akhir baris. Teks program sumber diproses sebagai berikut : V-6

7 Gambar 5.3 Pemrosesan Program Sumber Dalam Bahasa C++ Program C++ tidak akan pernah lepas dari suatu fungsi. Hal ini merupakan ciri dari pemrograman berorientasi objek. Sebuah program minimal memiliki satu fungsi yaitu main (). Fungsi ini merupakan awal program utama. Tulisan main dapat didefinisikan sebagai nama fungsi, sedangkan bagian yang diapait dengan { dan } di sebut sebagai blok atau tubuh fungsi. Dalam hal ini { merupakan tanda awal blok dan } tanda akhir dari suatu tubuh fungsi. Contoh struktur program tersebut adalah sebagai berikut : #include <iostream> // < > diisi oleh file header using namespace std; // memanggil namespace std sebagai contoh int main () {cout<<" Program Pendukung Perhitungan Biaya Spesifik Investasi \n"; //statement return 0;} Bentuk di atas adalah merupakan bentuk struktur program tanpa mendefinisikan variabel konstanta, fungsi, class, serta template. Bahasa C++ merupakan bahasa yang terstruktur. Demikian juga dengan variabel yang digunakan harus dideklarasikan terlebih dahulu. Dalam merepresentasikan V-7

8 jenis dari sebuah variabel yang terdapat dalam sebuah program maka diperlukan seuatu tipe data. Kesalahan dalam menyebutkan tipe data akan menyebabkan program yang dibuat tidak akan bisa dijalankan. Oleh karena itu dalam menentukan tipe data yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan program yang akan dibuat Salah satu permasalahan dalam pembuatan program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan adalah percabangan. Percabangan yang dimaksud disini tidak lain adalah suatu pemilihan statemen yang akan dieksekusi dimana pemilihan tersebut berdasarkan kondisi tertentu. Statemen-statemen yang terdapat dalam sebuah blok percabangan akan dieksekusi hanya jika kondisi yang didefinisikan terpenuhi (bernilai benar). Artinya jika kondisi tidak terpenuhi (bernilai salah), maka Statemen-statemen tersebut tidak dapat dieksekusi atau dengan kata lain akan diabaikan oleh kompiler. Contoh penulisan percabangan dalam bahasa C++ adalah sebagai berikut : #include using namespace std; int main ( ) { if (angka == 1) { cout<<"pengelolaan sampah skala individual : sistem penanganan sampah untuk kepentingan perseorangan "; cout<<'\n'; cout<<"komponen pelayanan skala individual meliputi :"; cout<<'\n'; cout<<"- Pewadahan individual (wadah sampah organik dan wadah sampah non organik);"; cout<<'\n'; cout<<"- Pemilahan sampah"; cout<<'\n'; cout<<"- Pengolahan setempat (komposter individual/rumah tangga, komposter komunal)"; cout<<'\n';} if (angka == 2) { cout<<"pengelolaan sampah skala lingkungan : sistem penanganan sampah yang melayani kepentingan suatu lingkungan atau kawasan tertentu "; cout<<'\n'; cout<<"komponen pelayanan skala lingkungan meliputi :"; cout<<'\n'; V-8

9 cout<<"- Pengumpulan (wadah komunal, gerobak sampah, becak sampah)"; cout<<'\n'; cout<<"- Pemindahan sampah (container, transfer depo)"; cout<<'\n'; cout<<"- Pengolahan sampah (Instalasi kompos, insenerator)"; cout<<'\n';} return 0; } Bentuk umum dari struktur percabangan tersebut adalah sebagai berikut If (kondisi1) { Statemen_jika_kondisi1_terpenuhi; } else if (kondisi2) Statemen_jika_kondisi2_terpenuhi; } Bentuk percabangan dari contoh sebelumnya menjelaskan pengguna program berhak menentukan informasi yang hendak diketahui. Ketika memilih nomor 1 : Pengguna program akan diberikan definisi dari pengelolaan sampah skala individual. Pengguna program akan diberikan informasi mengenai komponenkomponen pelayanan sampah skala individual. Ketika memilih nomor 2 : Pengguna program akan diberikan definisi dari pengelolaan sampah skala lingkungan. Pengguna program akan diberikan informasi mengenai komponenkomponen pelayanan sampah skala lingkungan. Selain percabangan permasalahan lainnya dalam pembuatan program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan adalah pengulangan.untuk melakukan pengulangan statemen, dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai aturan-aturan yang terdapat didalamnya sehingga dapat terhindar dari kesalahankesalahan yang tidak Adapun bentuk umum dari struktur pengulangan dalam V-9

10 program komputer perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan adalah sebagai berikut : While (kondisi) { Statemen-statemen yang akan diulang; } Seperti pada pembahasan pada bagian percabangan, bahwa pengulangan hanya akan dilakukan jika kondisi yang didefinisikan didalamnya terpenuhi (bernilai benar). Hal tersebut berarti jika kondisi yang didefinisikan tidak terpenuhi (bernilai salah) maka statemen-statemen yang terdapat dalam blok pengulangan pun tidak akan pernah dieksekusi oleh program. Contoh penulisan pengulangan dalam bahasa C++ adalah sebagai berikut : #include using namespace std; int main ( ) { while (choice == 'y') { cout<<"biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/Jiwa)"; cout<<'\n'; cout<<"*ket : Simulasi dilakukan Untuk Penduduk diantara 2000 s/d jiwa \n";cout<<'\n'; cout<<"jumlah Total manusia yang Ingin Dilayani = "; p = 13588*pow (jiwa, ); cout<<"transfer Depo 1 = Rp "<<p; cout<<" Rp/Jiwa\n"; q = 9319*pow(jiwa, ); cout<<"transfer Depo 2 = Rp "<<q; cout<<" Rp/Jiwa\n"; r = 24512*pow(jiwa, ); cout<<"transfer Depo 3 = Rp "<<r; cout<<" Rp/Jiwa\n";} cout<<"\n"; cout<<"ingin Melakukan Perhitungan kembali (y atau n)? "; cin>>choice; return 0; } V-10

11 Bentuk pengulangan diatas menjelaskan apabila pada akhir program, akan ditawarkan kepada pengguna untuk kembali ke menu awal. Pada meu awal ditawarkan untuk perhitungan biaya spesifik investasi pemindahan sampah untuk setiap orang terlayani. Pada contoh ini hanya memasukkan satu objek saja, yaitu menu pemindahan sampah. Pada objek-objek lainnya juga digunakan bentuk pengulangan yang memiliki struktur sama. 5.5 Garis Besar Haluan Program Program yang dibuat secara garis besar mencakup informasi sebagai berikut : 1. Informasi teknis persampahan kota 2. Perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan 3. Penentuan biaya spesifik investasi kota besar Indonesia 4. Penentuan alternatif biaya investasi alat berat Untuk lebih Jelas dapat dilihat pada Gambar 5.4. Gambar 5.4 Garis Besar Haluan Program Menu pertama berisi informasi tentang Teknis Persampahan kota yang meliputi : pengetahuan umum, skala penanganan sampah, sumber sampah, teknik operasional pengelolaan sampah, sistem pengelolaan sampah terpadu, aspek pembiayaan persampahan, serta biaya administrasi dan peningkatan institusi. Pada bagian sub menu pengetahuan umum berisi tentang informasi mengenai definisi sampah itu sendiri, jenis penanganan atau pengelolaan sampah untuk skala perkotaan, serta faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan. Pada sub menu skala penanganan sampah memberikan informasi V-11

12 mengenai komponen pelayanan skala individual, skala lingkungan, skala kota dan skala regional. Pada sub menu sumber sampah berisi informasi mengenai sumber sampah berdasarkan pedoman teknis pengelolaan sampah, sumber sampah berdasarkan sifat kimia dan fisik, serta faktor-faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Pada bagian sub menu teknis operasional pengelolaan sampah diberikan informasi yang mengacu pada SK SNI T F mengenai tata cara pengelolaan teknis sampah perkotaan. Informasi itu mencakup sistem pewadahan, sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah. Pada bagian pengolahan sampah diberikan informasi mengenai pemadatan, pengomposan, insenerator, dan waste to energy. Pada sub menu sistem pengelolaan sampah terpadu berisi tentang informasi mengenai definisi dari sistem pengelolaan sampah terpadu serta menjelaskan hirarki dari sistem pengelolaan sampah terpadu yang meliputi source reduction, recycling, waste transformation, dan landfilling. Pada sub menu aspek pembiayaan persampahan diberikan informasi mengenai penjelasan aspek pembiayaan dalam pengelolaan persampahan itu sendiri, komponen biaya pengelolaan persampahan, dan garis besar biaya pengelolaan persampahan. Komponen biaya pengelolaan persampahan mencakup biaya admistrasi dan peningkatan institusi, biaya pewadahan, biaya, pengumpulan, biaya pemindahan, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya transfer depo, serta biaya pembuangan akhir. Menu kedua berisi tentang informasi perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan yang meliputi perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem pengumpulan dan pemindahan, perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem pengangkutan, perhitungan biaya spesifik investasi pada pengolahan sampah, perhitungan biaya spesifik investasi pada sistem pembuangan akhir sampah, serta biaya spesifik pengelolaan sampah di Indonesia. Pada menu ini pengguna dapat memasukkan input data berupa jumlah penduduk ataupun berat dari sampah yang V-12

13 dihasilkan untuk dapat mengetahui besarnya biaya spesifik investasi alat berat dari setiap sub-sistem teknis operasional persampahan. Pada sub menu sistem pengumpulan dan pemindahan diberikan infomasi mengenai cakupan pelayan, harga perolehan, serta biaya spesifik investasi dari transfer depo I, transfer depo II, dan transfer depo III. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya spesifik sistem pengumpulan sampah di kota besar Indonesia. Pada sub menu sistem pengangkutan diberikan informasi mengenai cakupan pelayan, harga perolehan, serta biaya spesifik investasi dari truk biasa, dump truk, arm roll, serta compactor truk. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya spesifik sistem pengangkutan sampah di kota besar Indonesia Pada sub menu pengolahan sampah berisi tentang informasi mengenai biaya spesifik investasi dan operasi pengomposan sampah serta biaya spesifik investasi insenerator dan pengolahan sampah menjadi energi. Pada sub menu sistem pembuangan akhir sampah akan diperoleh informasi mengenai cakupan pelayan, harga perolehan, serta biaya spesifik investasi dari alat berat Tempat Pembuangan Akhir, yaitu Buldozer. Selain itu, diberikan pula informasi mengenai besar biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem TPA di kota besar Indonesia. Pada sub menu terakhir yaitu pengelolaan sampah di Indonesia akan diberikan informasi total biaya spesifik investasi dari sistem pengumpulan sampah hingga sistem pembuangan akhir sampah. Selain itu pula dapat diketahui informasi mengenai besar biaya spesifik operasi dan pemeliharaan di kota besar Indonesia. Pada menu ketiga diberikan program yang dapat menentukan biaya spesifik investasi kota besar Indonesia. Menu ini memberikan gambaran biaya spesifik investasi serta biaya operasi dan pemeliharaaan dari setiap sub sistem teknis operasional persampahan serta pengomposan dari 12 kota besar di Indonesia. Kota tersebut meliputi : Surabaya, Medan, Bandung, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta timur, Bogor, Yogyakarta, Samarinda, Makasar, dan Balikpapan. V-13

14 Pada menu akhir diberikan program yang dapat memberikan gambaran mengenai pemilihan alternatif alat berat dari setiap sub-sistem teknis operasional persampahan. Dari setiap alternatif pemilihan alat berat tersebut dapat ditentukan biaya spesifik investasi yang dikeluarkan. 5.6 Program Teknis Persampahan kota Pencarian Pengetahuan Program operasional pengelolaan sampah ini secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.5. Gambar tersebut menunjukkan alur pencarian pengetahuan yang dapat dilakukan. Menu utama program ini adalah teknis persampahan kota. Setelah itu pengguna ditawarkan pada sub-menu pengetahuan umum, skala penanganan sampah, teknis operasional pengelolaan sampah, sistem pengelolaan sampah terpadu, serta aspek pembiayaan sampah. Dari setiap sub-menu tersebut akan didapatkan informasi sesuai dengan tujuan dari pengetahuan atau informasi yang hendak didapatkan. Penyusunan Gambar 5.5 tersebut dilaksanakan berdasarkan sistem berorientasi objek. Sistem mengenai Teknis persampahan kota dijadikan program yang lebih modular karena suatu permasalahan akan dikumpulkan dalam satu objek kemudian terjadi penggabungan antara data-data dan fungsi-fungsi yang berkaitan ke dalam sebuah kelas. Pengelompokan objek kedalam bentuk diagram menjadi dasar untuk pengembangan basis data serta informasi yang akan dimasukkan. Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti alur dari diagram yang ada. Diawali dari menu utama, lalu dilanjutkan dengan pilihan-pilihan dari informasi yang hendak diketahui oleh pengguna. Pilihan akan terus berlanjut sehingga sampai dengan tujuan dari informasi yang ingin diketahui. Untuk mencari informasi lainnya dalam satu menu yang sama dapat dilakukan dengan kembali ke menu awal, dimana pilihan tersebut disajikan pada akhir dari setiap informasi mengenai teknis persampahan kota. V-14

15 Gambar 5.5 Diagram Alur Teknis Persampahan Kota V-15

16 5.6.2 Pengklasifikasian Atribut Teknis Persampahan kota Pengklasifikasian informasi teknis persampahan kota yang dibuat, secara garis besar terdiri dari pengetahuan yang bersifat umum, skala penanganan persampahan kota, sumber sampah, teknis operasional pengolahan sampah, sistem pengelolaan sampah terpadu, serta aspek pembiayaan pengelolaan sampah. Pada menu yang bersifat umum seperti pada Gambar 5.6 disampaikan informasi mengenai definisi sampah, macam pengelolaan sampah, serta faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah. Pada sub menu macam pengelolaan sampah untuk skala perkotaan dibagi menjadi dua bagian utama yaitu pengelolaan setempat dan pengelolaan terpusat. Sedangkan pada sub-menu faktor yang mempengaruhi pengelolaan sampah kota diuraikan penyebab-penyebabnya saja tanpa diberikan penjelasan. Gambar 5.6 Klasifikasi Atribut Penjelasan Umum Pada Gambar 5.7 klasifikasi atribut skala penanganan persampahan kota meliputi : pengelolaan sampah skala individual, pengelolaan sampah skala lingkungan, pengelolaan sampah skala kota, serta pengelolaan sampah skala regional. Masingmasing dari atribut tersebut mencakup pengertian serta komponen-komponen pelayanan yang mendukung pengelolaan sampah pada masing-masing skala pengelolaan. V-16

17 Gambar 5.7 Klasifikasi Atribut Teknis Persampahan Kota Pada Gambar 5.8 dapat dilihat klasifikasi sumber sampah berdasarkan pedoman teknis pengelolaan persampahan, Departemen Pekerjaan Umum (1989); sumber berdasarkan sifat kimianya; sumber sampah berdasarkan sifat fisiknya; serta Faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Sumber sampah dapat diklasifikasikan berasal dari sampah pemukiman, sampah komersial, sampah institusi, sampah jalan dan tempat-tempat terbuka, sampah industri, sampah dari pembangunan, pemugaran, dan pembongkaran, serta sampah rumah sakit dan balai pengobatan. Pada bagian sifat kimia sampah di bedakan berdasarkan sampah organik dan sampah anorganik. Sedangkan berdasarkan sifat fisik sampah digolongkan atas sampah basah, sampah kering, sampah lembut, sampah besar, dan sampah berbahaya. Gambar 5.8 Klasifikasi Atribut Sumber Sampah Pada Gambar 5.9 dapat dilihat klasifikasi teknis operasional pengelolaan sampah yang terdiri dari sistem pewadahan, sistem pengumpulan, pemindahan dan pengangkutan sampah, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah. Pada sub menu sistem pengumpulan dijelaskan tentang definisi serta penjelasan mengenai sistem pengumpulan langsung serta sistem pengumpulan tidak langsung. Untuk subsistem lainnya akan di jelaskan pada paragraf berikutnya. V-17

18 Gambar 5.9 Klasifikasi Atribut Teknis Operasional Pengelolaan Sampah. Klasifikasi sub menu sistem pewadahan dapat dilihat pada Gambar Pada sistem sub sistem pengelolaan persampahan ini didukung oleh beberapa atribut, yaitu karakteristik pewadahan sampah, pola pewadahan, serta kebaikan dan kekurangan jenis-jenis pewadahan. Bagian pola pewadahan menjelaskan tentang definisi dan jenis pola pewadahan individual dan komunal. Pada bagian karakteristik pewadahan sampah menjelaskan bahan, bentuk, volume, dan pengadaaan pada pewadahan invidual dan komunal. Pada bagian kebaikan dan kekurangan jenis-jenis pewadahan, dapat didapatkan informasi mengenai kelebihan serta kekurangan dari jenis-jenis pewadahan, yaitu : keranjang sampah, drum atau tong, kantong plastik atau karung, ban mobil bekas, tong Plastik, bak kayu, serta bak pasangan batu bata. Pada sub menu sistem pengumpulan sampah didukung oleh dua atribut yaitu definisi dari sistem pengumpulan serta tipe pengumpulan. Tipe pengumpulan terbagi dua tipe pengumpulan langsung dan tipe pengumpulan tidak langsung. Penjelasan dari tipe pengumpulan tersebut dapat dilihat pada program komputer yang telah dibuat. Gambar 5.10 Klasifikasi Atribut Sistem Pewadahan V-18

19 Klasifikasi sub menu sistem pemindahan dan pengangkutan sampah seperti yang terdapat dalam Gambar 5.11 terbagi menjadi 3 bagian, yaitu pemindahan sampah, pengangkutan sampah, dan Stasiun Peralihan Antara (SPA). Pada bagian pemindahan sampah disajikan informasi mengenai definisi dari pemindahan sampah serta jenis-jenis lokasi pemindahan. Jenis lokasi pemindahan terbagi tiga, yaitu : Transfer depo I, Transfer depo II, dan Transfer depo III. Pada bagian tersebut dijelaskan luas lahan yang dibutuhkan, fungsi serta daerah pemakaian untuk membangun suatu transfer depo. Pada sub menu pengangkutan sampah disajikan informasi mengenai definisi pengangkutan sampah serta jenis-jenis peralatan pengangkutan. Jenis peralatan pengangkutan yaitu : Arm roll truck, truck with chane, dum truck, multiloader, truck biasa terbuka, compactor truck, multiloader truck, dan street sweeper. Pada sub bagian bagian tersebut dijelaskan kontruksi atau bahan, kelebihan, dan kekurangan dari setiap peralatan pengangkutan. Pada bagian Stasiun Peralihan Antara disajikan informasi mengenai definisi, pengolahan yang dilakukan di SPA, serta peralatan dan perlengkapan yang digunakan di SPA. Gambar 5.11 Klasifikasi Atribut Pemindahan dan Pengangkutan Sampah Pada klasifikasi atribut pengolahan sampah, seperti pada Gambar 5.12, terbagi menjadi tujuan pengolahan sampah, jenis-jenis pengolahan, baling system, pengomposan, insinerator, waste to energy, serta perbandingan antara pengolahan V-19

20 pemadatan, pengomposan, dan insinerator. Pada sub menu awal dijelaskan mengenai tujuan serta jenis pengolahan sampah. Pada bagian baling system dijelaskan mengenai definisi, prinsip dasar, cara kerja dan keuntungan. Pada bagian pengomposan dijelaskan mengenai definisi, dasar pengklasifikasian pengomposan serta metode pengomposan yang terdiri dari open windrow, vermicomposting, UPDK (usaha Daur Ulang dan Produksi Komposting), dan individual composter. Selain itu juga dijelaskan klasifikasi dari pengomposan yang meliputi : reaksi pembentukannya, produk akhir, reduksi volume, waktu proses, tujuan utama, tujuan sampingan, dan estetika; serta kelebihan dan kekurangan dari pengomposan. Pada bagian insenerator dijelaskan mengenai definisi, prinsip dasar insenerasi, serta polutan yang dihasilkan oleh sisa pembakaran insenerator. Setelah itu dijelaskan mengenai prinsip dasar waste to energy, kapasitas dari setiap jenis WTE, serta kelebihan dan kekurangan dari WTE. Pada bagian akhir dijelaskan kelebihan serta kekurangan dari pengolahan pemadatan, pengomposan, serta insenerator. Gambar 5.12 Klasifikasi Atribut Pengolahan Sampah Gambar 5.13 menggambarkan klasifikasi atribut pembuangan akhir sampah. Pada sub menu ini akan dijelaskan mengenai prinsip dasar dari Tempat Pembuangan Akhir sampah. Pada bagian selanjutnya dijelaskan mengenai kelebihan serta kekurangan dari metode open dumping, controlled landfill, dan sanitary landfill. Gambar 5.13 Klasifikasi Atribut Pembuangan Akhir Sampah V-20

21 Pada Gambar 5.14 atribut sistem pengelolaan sampah terpadu terdiri dari definisi serta hirarki ISMW (Integrated Solid Waste Management). Pada bagian ISMW di berikan informasi mengenai definisi reduksi atau pengurangan di sumber (source reduction); pengertian, kelebihan, serta kekurangan metode recycling; penjelasan mengenai waste transformation; dan penjelasan landfilling. Gambar 5.14 Klasifikasi Atribut Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Gambar 5.15 menggambarkan klasifikasi atribut aspek pembiayaan persampahan yang terdiri dari definisi, komponen biaya pengelolaan persampahan, serta garis besar biaya pengelolaan sampah. Pada bagian garis besar biaya pengelolaan sampah diberikan contoh permasalahan berkaitan dengan biaya pengelolaan sarana/prasarana persampahan. Pada bagian selanjutnya diberikan informasi mengenai komponen pembiayaan pengelolaan persampahan yang mencakup biaya administrasi dan peningkatan institusi, biaya pewadahan, biaya pengumpulan, biaya pemindahan, biaya pengangkutan, biaya pengolahan, biaya transfer depo, serta biaya pembuangan akhir. Gambar 5.15 Klasifikasi Atribut Aspek Pembiayaan Persampahan V-21

22 5.6.3 Basis Pengetahuan Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan melakukan pembuatan aturan. Aturan tersebut dibuat berdasarkan alur yang dapat ditelusuri. Aturan yang menampilkan pencarian pengetahuan pada menu utama ditunjukan seperti dibawah ini. Informasi yang dapat diketahui mengenai Teknis Persampahan kota : 1. Penjelasan Umum 2. Skala Penanganan Sampah 3. Sumber Sampah 4. Teknis Operasional Persampahan 5. Sistem Pengelolaan Persampahan Terpadu 6. Aspek Pembiayaan Persampahan => Dipilih Nomor 4 ; Maka hasil adalah kode 1. Penelusuran lebih lanjut dapat dilakukan dengan pembuatan aturan-aturan berikutnya yang akan ditunjukkan diberikut ini. Kode 1 : Teknis Operasional Persampahan Terdiri dari : 1. Sistem Pewadahan 2. Sistem Pengumpulan 3. Pemindahan dan Pengangkutan sampah 4. Pengolahan sampah 5. Pembuangan Akhir Sampah => Dipilih Nomor 1 ; maka hasil adalah kode 2... Kode 2 : Informasi Mengenai Sistem Pewadahan Meliputi : 1. Pola Pewadahan 2. Karakteristik Pewadahan Sampah 3. Kebaikan dan Kekurangan Jenis-jenis Pewadahan => Dipilih Nomor 2 ; maka hasil adalah kode 3... Kode 3 : Karakteristik Pewadahan Sampah Meliputi : 1. Bahan 2. Bentuk 3. Volume 4. Pengadaan => Dipilih Nomor 3 ; maka hasil adalah kode 4... Kode 4 : Volume yang digunakan pada pewadahan : - Individual : permukiman dan pertokoan (10-40 L); kantor, hotel, rumah makan, tempat hiburan ( L). - Komunal : Tepi jalan, taman(30-40l); Permukiman dan pasar ( L). V-22

23 Basis pengetahuan dalam program yang telah dibuat berisi seluruh aturan untuk melakukan pencarian pengetahuan dalam domain teknis persampahan kota. Aturan-aturan tersebut dibuat dengan cara yang serupa dengan aturan-aturan yang disebutkan diatas. Bentuk aturan seperti dicontoh diatas memiliki bagian kondisi dan aksi. Penyusunan pengetahuan kedalam bentuk tersebut mengikuti salah satu cara representasi pengetahuan, yaitu aturan produksi. Bagian kondisi berisi sebuah seri elemen keadaan yang menggambarkan keadaan harus bernilai benar untuk membuat aturan dapat dijalankan. Sedangkan bagian aksi menggambarkan tindakan yang dilakukan bila aturan dijalankan. (D.W. Rostlon, 1998) Informasi Teknis Persampahan Kota Seperti penjelasan pada bagian sebelumnya, data dan informasi untuk program teknis persampahan kota tersusun berdasarkan hasil studi Departemen Pekerjaan umum. Pada penjelasan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa setiap basis data dikelompokkan untuk setiap informasi berdasarkan kelompok objek data. Penelusuran untuk mencari informasi yang diharapkan akan lebih mudah karena setiap informasi dapat dicari berdasarkan bagian yang bersifat umum ke bagian yang lebih khusus. Tabel 5.1 Sistem Informasi Teknis Persampahan Kota No. Sistem Informasi Penjelasan Memberikan penjelasan mengenai komponen 1 Penjelasan Umum definisi sampah, macam pengelolaan sampah, serta faktor yng mempengaruhi pengelolaan sampah tersebut. 2 Skala Penanganan Sampah Pada bagian ini diberikan informasi definisi dan komponen yang mendukung skala penanganan sampah, baik pada skala individual, lingkungan, kota, dan regional. 3 Sumber Sampah Menjelaskan klasifikasi dari sumber sampah, selain itu didukung pula oleh informasi mengenai faktor yang mempengaruhi timbulan sampah. Klasifikasi sampah berdasarkan sifat kimia dan fisik dijelaskan pula pada bagian ini. 4 Teknis Operasional Menggambarkan penjelasan dan keterkaitan pada Pengelolaan Sampah setiap subsistem teknis operasional persampahan. V-23

24 No. Sistem Informasi Penjelasan Dimana komponen-komponen tersebut memberikan informasi yang berhubungan dengan sistem pewadahan, sistem pengumpulan, sistem pemindahan dan pengangkutan, pengolahan sampah, serta pembuangan akhir sampah. 5 6 Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu Aspek Pembiayaan Persampahan Menggambarkan hirarki sistem pengelolaan sampah terpadu, yaitu : pengurangan disumber, daur ulang, waste transformation, dan landfilling. Pada setiap komponen tersebut disertai dengan informasi mengenai proses yang dilakukan pada setiap komponen tersebut. Memberikan uraian penjelasan mengenai komponen biaya pengelolaan persampahan dan garis besar biaya pengelolaan sampah Tampilan output Program Adapun hasil dari tampilan output program yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar Output yang dihasilkan diharapkan dapat memberikan informasi yang mudah dipahami bagi pengguna serta tidak menyulitkan pengguna untuk menggunakan program komputer itu sendiri. Gambar 5.16 Tampilan Output Program Teknis Persampahan Kota V-24

25 Pada Gambar 5.16 dapat dilihat alur pencarian informasi yang ditampilkan oleh fasilitas tatap muka. Pada menu utama ditawarkan menu mengenai teknis persampahan kota dan menu perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan. Pada Gambar 5.16 fasilitas tatap muka digunakan pengguna untuk mencari informasi mengenai pola pewadahan. Ketika pengguna memilih nomor 1 secara otomatis program menyajikan menu teknis persampahan kota. Teknik operasional pengelolaan persampahan dipilih pengguna pada langkah berikutnya, oleh karena itu ditulislah nomor 4 karena letak pola pewadahan berada didalam objek teknis operasional pengelolaan sampah. Sub menu teknik operasional pengelolaan persampahan menyajikan enam bagian yang dapat dipilih. Ketika pengguna memasukkan nomor 1, program menyajikan informasi pilihan yang dapat dipilih yaitu pola pewadahan, pola dan karakteristik sampah, serta kebaikan dan kekurangan jenis pewadahan. Ketika pengguna kembali memasukkan nomor 1, maka secara otomatis program komputer menyajikan informasi mengenai pola pewadahan. Untuk mengetahui informasi lainnya, pengguna akan ditawarkan untuk kembali menjalankan program tersebut. Apabila pengguna memasukkan y sebagai pilihan, maka secara otomatis program komputer akan kembali ke menu awal. 5.7 Program Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan Pencarian Pengetahuan Program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan ini secara garis besar dapat ditunjukkan pada Gambar Diagram tesebut menunjukan skema dari alur pencarian informasi yang tersedia. Program pada bagian ini dikelompokan berdasarkan sistem operasional pengelolaan sampah yaitu sistem pengumpulan dan pemindahan, sistem pengangkutan, pengolahan sampah, serta sistem pembuangan akhir sampah. Selain itu juga terdapat menu pengelolaan sampah yang merupakan hasil dari perhitungan biaya yang dibutuhkan dari mulai pewadahan hingga pembuangan akhir sampah. Pencarian pengetahuan dapat dilakukan dengan mengikuti skema dari Gambar Dimulai dengan menu utama berupa perhitungan biaya spesifik investasi V-25

26 bidang persampahan. Setelah itu pengguna dapat memilih besarnya biaya investasi yang dikeluarkan untuk salah satu sistem operasional pengelolaan. Selanjutnya program akan meminta input jumlah penduduk yang untuk di hitung biaya spesifik investasinya, selain itu untuk sistem pengumpulan dan pemindahan serta sistem pengangkutan dapat menampilkan output cakupan pelayanan dan harga perolehan bila pengguna membutuhkan informasi tersebut. Untuk mengetahui sistem pengelolaan lainnya dapat diketahui dengan menjalankan program sampai dengan alur dari program itu berakhir, Kemudian memilih kembali informasi yang ingin diketahui. Faktor yang membedakan sub program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan dengan sub program informasi teknis persampahan kota adalah pada program perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan pengguna dapat menentukan input populasi penduduk atau input kapasitas instalasi untuk mengetahui biaya spesifik investasi. Secara otomatis program akan melakukan perhitungan sesuai dengan input yang dimasukkan. Berbeda dengan program sebelumnya yang hanya memfasilitasi pengguna untuk mendapatkan informasi berdasarkan basis data sehingga lebih bersifat non-numerik. Maka pada menu ini selain ditampilkan basis data ditampilkan pula perhitungan numerik yang inputnya dilakukan sendiri oleh pengguna. V-26

27 Gambar 5.17 Diagram Alur Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan V-27

28 5.7.2 Pengklasifikasian Atribut Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan Pengklasifikasian atribut biaya spesifik investasi bidang persampahan yang dibuat, secara garis besar terdiri dari menu biaya spesifik investasi sistem pengumpulan dan pemindahan, biaya spesifik investasi sistem pengangkutan, biaya spesifik investasi pengolahan sampah, serta biaya spesifik investasi sistem pembuangan akhir sampah. Pada Gambar 5.18 dapat dilihat klasifikasi atribut biaya spesifik investasi sistem pengumpulan dan pemindahan. Menu ini terbagi menjadi dua, yaitu sub menu sistem biaya spesifik operasi dan pemeliharaan pada 15 kota di Indonesia serta sub menu mengenai transfer depo 1, transfer depo 2, dan transfer depo 3. Pada sub menu tersebut informasi mengenai kapasitas, cakupan pelayan, dan harga perolahan dari sebuah transfer depo. Selain itu pengguna dapat mengetahui biaya spesifik untuk setiap orang terlayani, biaya spesifik untuk setiap volume sampah terlayani, dan biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani dari suatu transfer depo dengan memasukkan input jumlah penduduk. Sistem Pemindahan dan Pengumpulan Biaya Spesifik Operasi dan pemeliharaan Transfer Depo I, II, dan III. Input Populasi Penduduk Spesifikasi Rp/orang terlayani Rp/m3 sampah Rp/ton sampah Cakupan Pelayan Harga peroleh Kapasitas Gambar 5.18 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengumpulan dan Pemindahan Pada Gambar 5.19 dapat dilihat klasifikasi atribut biaya spesifik investasi sistem pengangkutan. Pada menu ini diberikan pilihan informasi mengenai alat berat untuk mendukung pengangkutan sampah, yaitu : truk biasa, dump truk, arm roll, dan compactor truck. Dari setiap klasifikasi alat pengangkutan tersebut dapat V-28

29 diketahui informasi mengenai kapasitas, cakupan pelayan, dan harga perolahan. Selain itu pada sub menu ini dapat diketahui biaya spesifik untuk setiap orang terlayani, biaya spesifik untuk setiap volume sampah terlayani, dan biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani dengan memasukkan input jumlah penduduk. Selain itu juga diberikan menu mengenai biaya spesifik operasional dan pemeliharaan dari sistem pengangkutan pada 14 kota di Indonesia. Sistem Pengangkutan Biaya Spesifik Operasi dan pemeliharaan Truk Biasa Dump Truk Arm Roll Compactor Truck Spesifikasi Input Populasi Penduduk Harga peroleh Cakupan Pelayanan Kapasitas Rp/jiwa Rp/m3 sampah Rp/ton sampah Gambar 5.19 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pengangkutan Klasifikasi atribut biaya spesifik investasi pengelolaan sampah, seperti pada Gambar terbagi menjadi menu komposting dan waste to energy. Pada menu composting, dengan memasukkan input kapasitas instalasi maka akan diperoleh informasi mengenai biaya investasi (Rp) dan biaya spesifik (Rp) di Indonesia, serta biaya investasi di luar negeri. Pada menu waste to energy, akan diberikan informasi mengenai biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani dari WTE uap, WTE listrik, sera WTE uap dan listrik dengan memasukkan input kapasitas instalasi yang digunakan. V-29

30 Gambar 5.20 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Pengolahan Sampah Pada Gambar 5.21 ditampilkan atribut biaya spesifik investasi sistem pembuangan akhir sampah. Pada menu ini hanya terdapat sebuah sub menu utama yaitu alat berat TPA yang berupa buldozer. Dengan memasukkan input populasi penduduk maka dapat diketahui nilai biaya spesifik untuk setiap orang terlayani, biaya spesifik untuk setiap volume sampah terlayani, dan biaya spesifik untuk setiap berat sampah terlayani. Selain itu juga diberikan menu mengenai biaya spesifik operasional dan pemeliharaan dari sistem pembuangan akhir sampah pada 14 kota di Indonesia. Gambar 5.21 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Sistem Pembuangan Akhir Sampah V-30

31 Pada Gambar 5.22 ditampilkan atribut biaya spesifik pengelolaan sampah di- Indonesia. Pada menu ini hanya terdapat dua buah submenu yaitu biaya spesifik investasi alat berat yang harus dikeluarkan untuk pengelolaan sampah di Indonesia dengan memasukkan input jumlah penduduk serta informasi biaya spesifik operasi dan pemeliharaan pengelolaan sampah di 14 kota besar Indonesia. Gambar 5.22 Klasifikasi Atribut Biaya Spesifik Investasi Pengelolaan Sampah di- Indonesia Basis Pengetahuan Aturan dalam basis pengetahuan program ini akan diberikan melalui contohcontoh aturan yang dituliskan dibawah ini. Aturan mengenai menu utama seperti dalam kotak berikut ini : BIAYA SPESIFIK INVESTASI BIDANG PERSAMPAHAN 1. Sistem Pengumpulan dan Pemindahan 2. Sistem Pengangkutan 3. Pengolahan Sampah 4. Sistem Pembuangan Akhir Sampah 5. Biaya Spesifik Pegelolaan Sampah Di Indonesia => Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 1. Selanjutnya aturan-aturan untuk eksekusi program lebih lanjut diberikan berturutturut melalui kotak berikut ini. V-31

32 Kode 1 : Hal-hal Yang Dapat Diketahui : 1. Kapasitas Pelayanan Pengumpulan dan Pemindahan 2. Program Biaya Spesifik Investasi Pengumpulan dan Pemindahan Sampah => Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 2.. Kode 2 : Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah, Kriteria : 1. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/Jiwa) 2. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/m3 sampah) 3. Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/ton sampah) => Dipilih Nomor 2 ; Maka hasil adalah kode 3.. Kode 3 : Jumlah Total manusia yang Ingin Dilayani = (Pengguna Memasukkan Input): Misal = Biaya Spesifik Investasi Pemindahan Sampah (Rp/jiwa) : Output : Transfer Depo I = Rp 5515 / Jiwa Transfer Depo II = Rp 5907 / Jiwa Transfer Depo III = Rp 9633 / Jiwa Penyusunan aturan-aturan tersebut juga merupakan strategi pengendalian dalam pencarian. Dalam bagian program ini digunakan metode heuristic dalam strategi pencariannya untuk menemukan jalur pemecahan terbaik (D.W. Patterson, 1990). Dengan metode tersebut, luas ruang domain pencarian dapat dikendalikan sehingga pencarian menjadi lebih efisien. Jenis pencarian yang dipilih adalah pencarian kedepan, yaitu informasi digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan Informasi Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan Sistem informasi merupakan kumpulan informasi yang mengintegrasikan kumpulan data ataupun formula sehingga dapat memberikan informasi bagi pengguna program komputer. Pada menu perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan selain menyajikan data-data non-numerik yang berfungsi sebagai formula untuk mementukan nilai suatu biaya spesifik investasi persampahan. V-32

33 Tabel 5.2 Sistem Informasi Perhitungan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan No. Sistem Informasi Penjelasan 1 Sistem Pengumpulan dan pemindahan 2 Sistem Pengangkutan 3 Pengolahan sampah 4 5 Sistem Pembuangan Akhir Sampah Pengelolaan sampah di- Indonesia Memberikan informasi mengenai cakupan dan harga perolehan transfer depo. Selain itu memberikan gambaran biaya spesifik operasi dan pemeliharaan di kota besar Indonesia. Inti sistem basis data ini adalah formula yang dapat menghasilkan nilai biaya spesifik investasi persampahan dengan memasukkan input penduduk. Pada bagian ini diberikan informasi cakupan pelayanan dan harga perolehan dari alat pengangkutan, yaitu truk biasa, dump truk, arm roll truk, dan compactor truk. Biaya spesifik investasi investasi alat angkut tersebut dapat diketahui dengan memasukkan input jumlah penduduk. Untuk mendukung informasi yang ada diberikan pula gambaran besarnya biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pengangkutan sampah di kota besar Indonesia. Komponen meliputi biaya spesifik investasi untuk pengomposan dan waste to energy. Berbeda dengan sistem lainnya. Pada komponen pengolahan sampah, input data yang dimasukkan berupa berat sampah perhari yang hendak dilayani kapasitas instalasi tersebut. Memberikan informasi biaya spesifik investasi alat berat TPA Akhir yaitu buldozer. Selain itu diberikan informasi biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pembuangan akhir sampah. Mengambarkan biaya spesifik investasi pengelolaan sampah di Indonesia mulai dari pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah. Selain itu diberikan informasi biaya spesifik operasi dan pemeliharaan sistem pengelolaan sampah Tampilan Output Program Tampilan dari output program biaya spesifik investasi bidang persampahan dapat dilihat pada Gambar V-33

34 Gambar 5.23 Tampilan Output Program Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan Pada Gambar 5.23 dapat dilihat alur pencarian informasi yang ditampilkan oleh fasilitas tatap muka. Pada menu utama ditawarkan menu mengenai teknis persampahan kota dan menu perhitungan biaya spesifik investasi bidang persampahan. Ketika pengguna memilih nomor 2, secara otomatis masuk kedalam program biaya spesifik investasi bidang persampahan. Setelah itu pengguna memasukkan nomor 2, hal tersebut berarti menu masuk kedalam informasi mengenai sistem pengumpulan dan pemindahan. Langkah akhir untuk mengetahui informasi mengenai biaya spesifik investasi pemindahan untuk setiap orang terlayani dipilih pengguna. Dengan memasukkan input penduduk maka nilai biaya spesifik untuk setiap orang terlayani pemindahan sampah untuk transfer depo I, II, dan III dapat diketahui. V-34

35 5.8 Program Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar di Indonesia Pencarian Pengetahuan Program penentuan biaya spesifik investasi kota besar indonesia secara garis besar menggambarkan total biaya investasi yang harus dikeluarkan pada 12 kota besar Indonesia yang meliputi : Surabaya, Medan, Bandung, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Pusat, Jakarta timur, Bogor, Yogyakarta, Samarinda, Makasar, dan Balikpapan. Pada tahap awal program, pengguna ditawarkan menu untuk memilih salah satu kota besar tersebut. Setelah nama kota dipilih, pengguna memasukkan jumlah penduduk terlayani. Lalu menentukan persentase sampah yang akan diangkut ke pembuangan akhir serta persentase sampah yang akan dilakukan pengomposan. Setelah input dimasukkan, program akan menghasilkan besarnya biaya investasi, serta biaya operasi dan pemeliharaan yang dikelompokan berdasarkan subsistem operasional pengelolaan sampah yaitu subsistem pengumpulan dan pemindahan, subsistem pengangkutan, dan subsistem pembuangan akhir sampah. Selain itu ditampilkan pula biaya spesifik dari pengomposan. Biaya investasi tersebut meliputi alat berat dari setiap subsistem operasional persampahan yang telah dijelaskan pada sub bab sebelumnya serta biaya operasional dan pemeliharaan dari setiap subsistem teknis operasional persampahan yang besarannya disetiap kota berbeda Pengklasifikasian Atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar di Indonesia Pada Gambar 5.24 ditampilkan atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi di Kota Besar Indonesia. Pada menu ini terdapat sebuah menu utama yaitu penentuan biaya spesifik investasi. Dengan mengetahui jumlah penduduk terlayani serta persentase sampah yang diangkut ke pembuangan akhir dan dilakukan pengomposan. Biaya investasi dapat ditentukan pada 12 kota besar di Indonesia. V-35

36 Gambar 5.24 Klasifikasi Atribut Penentuan Biaya Spesifik Investasi di Kota Besar Indonesia Basis Pengetahuan Basis pengetahuan dalam program yang telah dibuat berisi seluruh aturan untuk melakukan pencarian pengetahuan. Aturan dalam basis pengetahuan program meliputi aturan kondisi-aksi. IF (kondisi), maka THEN (aksi) Dimana suatu aksi dapat terlaksana apabila kondisi dapat terlaksana. Suatu kondisi diartikan ekspresi Boolean terhadap suatu kebenaran dari suatu fakta. Sedangkan aksi dapat tereksekusi apabila kondisi terpenuhi Informasi Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar di Indoenesia Informasi yang digunakan pada program ini meliputi formula biaya spesifik investasi dari setiap alat berat pada setiap subsistem operasional persampahan yang digabungkan dengan besarnya biaya spesifik operasi dan pemeliharaan dari subsistem pemindahan dan pengumpulan, subsistem pengangkutan, subsistem pembuangan akhir, serta pengomposan. Biaya spesifik operasi dan pemeliharaan tersebut meliputi biaya spesifik pada 12 kota besar di Indonesia yang nilainya berbeda-beda. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Lampiran A. V-36

37 5.8.5 Tampilan Output Program Pada Gambar 5.25 dapat dilihat contoh tampilan program dari penentuan biaya spesifik investasi salah satu kota besar di Indonesia. Gambar 5.25 Tampilan Output Program Penentuan Biaya Spesifik Investasi Kota Besar Indonesia Pada langkah awal pengguna program diminta memasukkan jumlah penduduk. Lalu menentukan persentase sampah yang akan diangkut ke pembuangan akhir serta persentase sampah yang akan dilakukan pengomposan. Setelah input tersebut dimasukkan, program akan memberikan total biaya investasi, serta operasi dan pemeliharaan dari setiap sub sistem operasional persampahan. Selain itu, diberikan pula informasi biaya spesifik dari pengomposan. V-37

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI

BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI BAB IV INVENTARISASI STUDI PERSAMPAHAN MENGENAI BIAYA SPESIFIK INVESTASI 4.1 Umum Pada bab ini berisi uraian studi yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum (tahun 2006) mengenai penyusunan perhitungan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

LAMPIRAN A Rekapitulasi Model Persamaan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan

LAMPIRAN A Rekapitulasi Model Persamaan Biaya Spesifik Investasi Bidang Persampahan DAFTAR PUSTAKA Barlishen, K.D., Baetz, B.W. 1996. Development of a Decision Support Systems for Municipal Solid Waste Management Systems Planning. Waste Management and Research, 14(1), p.71-86. Basri,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KOMPOSISI DAN KARAKTERISTIK SAMPAH KOTA BOGOR 1. Sifat Fisik Sampah Sampah berbentuk padat dibagi menjadi sampah kota, sampah industri dan sampah pertanian. Komposisi dan jumlah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah

Kata Kunci : sampah, angkutan sampah, sistem angkut sampah ABSTRAK Transportasi sampah adalah sub-sistem persampahan yang bersasaran membawa sampah dari lokasi pemindahan atau dari sumber sampah secara langsung menuju Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pada Kecamatan

Lebih terperinci

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN WALIKOTA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pasir Sembung Cianjur merupakan satu-satunya TPA yang dimiliki oleh Kabupaten Cianjur.

Lebih terperinci

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO Oleh: Chrisna Pudyawardhana Abstraksi Pengelolaan sampah yang bertujuan untuk mewujudkan kebersihan dan kesehatan lingkungan serta menjaga keindahan

Lebih terperinci

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) Pengelolaan Sampah Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) perubahan populasi, 2) perubahan

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017 Gambaran Umum Pada Tugas Perencanaan Pengelolaan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN SAMPAH Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE Yohanes R. Maswari dan Sarwoko Mangkoedihardjo Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ryan@enviro.its.ac.id ABSTRAK Tingkat pelayanan persampahan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY )

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY ) PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY ) RECYCLING, REUSE, RECOVERY REDUCE PENENTUAN DAERAH PELAYANAN FUNGSI DAN NILAI KAWASAN Kawasan perumahan teratur dan tidak teratur

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Adapun bab ini berisi kesimpulan dan rekomendasi dari penelitian mengenai Kajian Pengelolaan Sampah yang Terintegrasi untuk Mendukung Pengelolaan Sampah yang Berkelanjutan.

Lebih terperinci

OPERASI PERNYATAAN KONDISI

OPERASI PERNYATAAN KONDISI OPERASI PERNYATAAN KONDISI A. Pernyataan IF pernyataan if mempunyai pengertian, jika kondisi bernilai benar, maka perintah dikerjakan dan jiak tidak memenuhi syarat maka diabaikan. Dapat dilihat dari diagram

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK Joko Widodo dan Yulinah Trihadiningrum Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya ABSTRAK Pembuangan akhir sampah yang

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DAN SAMPAH SEJENIS SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO 2.1. Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo Hingga pertengahan tahun 2005 pengelolaan lingkungan hidup di Kota Probolinggo dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK 6.1. Pewadahan Sampah Pewadahan individual Perumahan Cipinang Elok pada umumnya dibagi menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan

Lebih terperinci

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN 1 Sampah merupakan konsekuensi langsung dari kehidupan, sehingga dikatakan sampah timbul sejak adanya kehidupan manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr) LAMPIRAN V PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.53/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIPURA FORMULIR ISIAN SISTEM MANAJEMEN PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Perangkat Lunak Perangkat lunak adalah program komputer yang berfungsi sebagai sarana interaksi antara pengguna dan perangkat keras. Perangkat lunak dapat juga

Lebih terperinci

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG NANANG FAKHRURAZI 1,JONI HERMANA 2, IDAA WARMADEWANTHI 2 1 Program Magister Bidang Keahlian Manajemen Aset Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011

Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 Lampiran IA Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 12/SE/M/2011 Tanggal : 31 Oktober 2011 KATA PENGANTAR Bertambahnya produksi sampah diberbagai kota dewasa ini tidak lepas dari perubahan pola hidup

Lebih terperinci

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P

OLEH : SIGIT NUGROHO H.P OLEH : SIGIT NUGROHO H.P 3110040708 MENGAPA SAMPAH DOMESTIK Sampah Domestik (khususnya rumah tangga) merupakan Penyumbang terbesar ( menurut penelitian mencapai 80 % sampah dikediri berasal dari sampah

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK

BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI SSK BAB IV STRATEGI KEBERLANJUTAN LAYANAN SANITASI Bab ini merupakan inti dari Strategi Kabupaten Toba Samosir tahun 2011-2015 yang akan memaparkan tentang tujuan, sasaran dan tahapan pencapaian serta trategi

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM

BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM 99 BAB VI STRATEGI DAN PERANCANGAN PROGRAM 6.1 Perumusan Alternatif Strategi dan Program Untuk dapat merumuskan alternatif strategi dan program peningkatan pelayanan sampah perumahan pada kajian ini digunakan

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI

MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI MANAJEMEN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KECAMATAN BANGLI TUGAS AKHIR OLEH : I GEDE ARTAWAN 0219151040 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2011 ABSTRAK Meningkatnya pertumbuhan perekonomian

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016 PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016 Gambaran Umum Pada Tugas Perencanaan Pengelolaan

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK Fungsi Budhi Irawan, S.Si, M.T 10/27/2017 9:12:31 AM 1 PENDAHULUAN Fungsi merupakan kumpulan statemen yang dikelompokan menjadi satu bagian kode (blok program) untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN LOKASI Penelitian dimulai pada bulan Oktober sampai Desember 2008, bertempat di beberapa TPS pasar di Kota Bogor, Jawa Barat yaitu pasar Merdeka, pasar Jl. Dewi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH Suprapto Pusat Teknologi Lingkungan, Kedeputian TPSA Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl. M.H. Thamrin No. 8, Lantai 12, Jakarta 10340 e-mail: suprapto.bpptbas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditarik dari penjelasan pada bab-bab sebelumnya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan hasil analisa terhadap 22 Kelurahan di

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK I. UMUM Berbeda dengan jenis sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang

Lebih terperinci

BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH

BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH BAGIAN 7 PENGANGKUTAN SAMPAH Bagian ini menjelaskan secara teoritis metode pengangkutan sampah, pola dan operasional pengangkutan sampah, serta perhitungan optimasinya. Dijelaskan pula peralatan serta

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KONSEP DASAR PEMROGRAMAN

PERTEMUAN 2 KONSEP DASAR PEMROGRAMAN PERTEMUAN 2 KONSEP DASAR PEMROGRAMAN I. Algoritma Pemrograman Yang Baik Ciri-ciri algoritma pemrograman yang baik adalah: 1. Memiliki logika perhitungan/metode yang tepat dalam memecahkan masalah 2. Menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota Karanganyar yang terus meningkat disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitas kegiatan manusia sehari-hari

Lebih terperinci

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR

STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR STUDI KINERJA TEKNIK OPERASIONAL DALAM MANAJEMEN PERSAMPAHAN DI KOTA MARTAPURA KABUPATEN BANJAR KALIMANTAN SELATAN TUGAS AKHIR Oleh: ACHMAD YANI L2D 301 317 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 SERI E.3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang PERANSERTA MASYARAKAT DALAM USAHA MEMPERPANJANG MASA PAKAI TPA KEBON KONGOK KOTA MATARAM Imam Azhary, Ellina S. Pandebesie Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Email: imam_dpu@yahoo.com

Lebih terperinci

Konsep Dasar Pemrograman Dan Pengenalan C++

Konsep Dasar Pemrograman Dan Pengenalan C++ PRAKTIKUM 1 DAN 2 Konsep Dasar Pemrograman Dan Pengenalan C++ I. KONSEP DASAR PEMROGRAMAN Program adalah deretan instruksi yang digunakan untuk mengendalikan komputer, sehingga komputer dapat melakukan

Lebih terperinci

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1 Rencana Kegiatan Air Limbah Pengolahan air limbah permukiman secara umum di Kepulauan Aru ditangani melalui sistem setempat (Sistem Onsite). Secara umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH

EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH EVALUASI PELAYANAN PERSAMPAHAN DENGAN OPTIMASI SISTEM PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA MEMPAWAH Wike Yolanda, Endah Angreni, Adhi Yuniarto Program Pascasarjana Jurusan Teknik Lingkungan ITS Email: yolanda_1102@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 4 PERCABANGAN

PRAKTIKUM 4 PERCABANGAN PRAKTIKUM 4 PERCABANGAN Tujuan: Dapat menggunakan instruksi percabangan di dalam pemecahan masalah I. PERCABANGAN Salah satu permasalahan yang pasti akan dijumpai dalam pembuatan program adalah percabangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang harus dibuang yang umumnya berasal dari kegiatan yang dilakukan oleh manusia

Lebih terperinci

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL Rofihendra 1 dan Yulinah Trihadiningrum 2 1 Mahasiswa Program Magister Teknik Prasarana

Lebih terperinci

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT

PROPOSAL PROYEK AKHIR. Yayuk Tri Wahyuni NRP Dosen Pembimbing Endang Sri Sukaptini, ST. MT PROPOSAL PROYEK AKHIR STUDI PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA SANGATTA KABUPATEN KUTAI TIMUR STUDY ON SOLID WASTE COLLECTION AND TRANSPORT IN SANGATTA CITY,EAST KUTAI Yayuk Tri Wahyuni NRP 311

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG Maharyati Puji Lestari*), Syafrudin*) Irawan Wisnu Wardana *) ABSTRACT Municipal solid wastes are all the wastes arising from

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI Sampah?? semua material yang dibuang dari kegiatan rumah tangga, perdagangan, industri dan kegiatan pertanian. Sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR RP

TUGAS AKHIR RP TUGAS AKHIR RP09 1333 KONSEP PENANGANAN SAMPAH RUMAH TANGGA DENGAN PELIBATAN MASYARAKAT DI PERKOTAAN KABUPATEN JEMBER Moh Rizal Rizki (3610100043) Dosen Pembimbing : Rully Pratiwi Setiawan, ST., M.Sc Dosen

Lebih terperinci

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah

Kata kunci : manajemen sampah, sistem pengangkutan, Kecamatan Tabanan dan Kecamtan Kediri, kebutuhan armada pengangkut sampah ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Tabanan, khususnya Kecamatan Tabanan dan Kecamatan Kediri, diikuti oleh peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan yang menyebabkan penumpukan sampah di

Lebih terperinci

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI 19-3964-1994 (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS) Dina Pasa Lolo, Theresia Widi Asih Cahyanti e-mail : rdyn_qyuthabiez@yahoo.com ;

Lebih terperinci

Kurikulum Qt. Chapter 4 Function. Fungsi

Kurikulum Qt. Chapter 4 Function. Fungsi Chapter 4 Function Fungsi Fungsi (Function) adalah sekumpulan program yang diberi nama, sehingga dengan demikain jika program itu diperlukan dapat dipanggil kembali. Walaupun Pemrograman Berorientasi Objek

Lebih terperinci

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro

Kata kunci : Sampah, Reduksi, daur ulang, kawasan komersial dan Malioboro ANALISIS POTENSI REDUKSI SAMPAH DI KAWASAN KOMERSIAL MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA Cesaria Eka Yulianti Sri Hastuti dan Susi Agustina Wilujeng Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo Surabaya

Lebih terperinci

Metoda Pemindahan dan Pengangkutan

Metoda Pemindahan dan Pengangkutan Metoda Pemindahan dan Pengangkutan Sampah terpilah tidak diperkenankan dicampur kembali. Didasarkan jenis sampah terpilah, dilakukan: 1. Pengaturan jadwal pemindahan & pengangkutan, sesuai jenis sampah

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN KECAMATAN JEKULO-KUDUS

PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN KECAMATAN JEKULO-KUDUS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH KAWASAN KECAMATAN JEKULO-KUDUS Nurramadhani Widodo*), Wiharyanto Oktiawan*) Titik Istirokhatun *) Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H.Sudarto, SH Tembalang

Lebih terperinci

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN

OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN E-3-1 OPTIMALISASI MASA PAKAI TPA MANGGAR KOTA BALIKPAPAN Achmad Safei, Joni Hermana, Idaa Warmadewanthi Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Kampus ITS Sukolilo ABSTRAK Penyebab utama permasalahan sampah

Lebih terperinci

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang TUGAS AKHIR 108 Periode Agustus Desember 2009 Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang Oleh : PINGKAN DIAS L L2B00519O Dosen Pembimbing : Ir. Abdul Malik, MSA Jurusan Arsitektur Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan

BAB I PENDAHULUAN. diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan pembangunan wilayah perkotaan di Indonesia, diikuti oleh peningkatan perpindahan sebagian rakyat pedesaan ke kota dengan anggapan akan memperoleh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Kecerdasan Buatan Kecerdasan buatan adalah sebuah istilah yang berasal dari bahasa Inggris yaitu Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan, sedangkan

Lebih terperinci

Fungsi : Dasar Fungsi

Fungsi : Dasar Fungsi PRAKTIKUM 13 Fungsi : Dasar Fungsi A. TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memecah program dalam fungsi fungsi yang sederhana. 2. Menjelaskan tentang pemrograman terstruktur. B. DASAR TEORI Fungsi adalah suatu bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah pada dasarnya merupakan suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber hasil aktivitas manusia maupun proses-proses alam yang tidak mempunyai nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Hadiwiyoto (1983), mendefinisikan sampah adalah sisa-sisa bahan yang telah mengalami perlakuan-perlakuan baik karena telah diambil bagian utamanya atau karena pengolahan

Lebih terperinci

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010 PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010 SKPD DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KOTA SEMARANG Visi :

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **)

PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **) PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KECAMATAN GAJAH MUNGKUR KOTA SEMARANG Elysa Nur Cahyani *), Wiharyanto Oktiawan **), Syafrudin **) ABSTRACT Solid waste management has become an increasingly urgent

Lebih terperinci

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP

PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 36 PERINGATAN HARI LINGKUNGAN HIDUP 37 EKSPOSE P1 ADIPURA TAHUN 2017 / 2018 21 38 39 KOORDINASI PENYAMBUTAN PENGHARGAAN TENTANG LINGKUNGAN HIDUP Merupakan kegiatan untuk memberikan apresiasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN SAMPAH, PERIZINAN USAHA PENGELOLAAN SAMPAH, DAN KOMPENSASI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya

Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari, Surabaya Tugas Akhir 091324 Diajukan Oleh: Nurul Setiadewi 3310100017 Dosen Pembimbing: Welly Herumurti, S.T., M.Sc Pengaruh Stasiun Peralihan Antara Terhadap Pengelolaan Sampah Permukiman di Kecamatan Tambaksari,

Lebih terperinci

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA Kristub Subur, Agustina Wilujeng, Harmin Sulistiyaning Titah Program Studi Magister Teknik Prasarana Lingkungan Pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dewasa ini, sampah sudah menjadi masalah secara umum yang terjadi di kota-kota di Indonesia. Mulai dari pembuangan sampah yang tidak pada tempatnya, permasalahan pengangkutan,

Lebih terperinci

Spesifikasi komposter rumah tangga individual dan komunal

Spesifikasi komposter rumah tangga individual dan komunal Standar Nasional Indonesia Spesifikasi komposter rumah tangga individual dan komunal ICS 13.030.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas segala perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih. Depok, Desember Pt. Santika Kusuma Agung

KATA PENGANTAR. Atas segala perhatian dan kerjasama diucapkan terima kasih. Depok, Desember Pt. Santika Kusuma Agung KATA PENGANTAR Memenuhi Surat Perintah Kerja dari Satuan Kerja Badan Perencanaan Daerah (BAPEDA) Kota Depok Pemerintah Kota Depok, maka dengan ini kami PT. Santika Kusuma Agung menyelesaikan laporan Akhir

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA. Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM:

ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA. Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM: ANALISIS KEBUTUHAN TRUK SAMPAH DI KECAMATAN DENPASAR UTARA Oleh : I Ketut Gd Yoga Satria Wibawa NIM: 1104105124 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA 2016 ABSTRAK Pertumbuhan jumlah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN I. UMUM Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya

Lebih terperinci

Fungsi 1. Ekohariadi FT Unesa

Fungsi 1. Ekohariadi FT Unesa Fungsi 1 Ekohariadi FT Unesa Fungsi Pustaka Standar Pustaka C Standar merupakan kumpulan fungsi yang sudah ditentukan yang diases melalui file header. Fungsi matematika yang umum didefinisikan di header

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampah menurut SNI 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan didefinisikan sebagai limbah yang bersifat padat terdiri atas bahan

Lebih terperinci

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE II PERCABANGAN

PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE II PERCABANGAN PENGANTAR KOMPUTER & SOFTWARE II PERCABANGAN Tim Pengajar KU1202 - Institut Teknologi Sumatera tujuan perkuliahan Mahasiswa memahami pengertian dan percabangan Mahasiswa dapat menggunakan notasi percabangan

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA)

KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) KAJIAN MODEL PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (STUDI KASUS DI KECAMATAN WONOCOLO KOTA SURABAYA) Oleh : Shinta Dewi Astari 3308 202 006 Dosen Pembimbing : I.D.A.A Warmadewanthi, ST., MT., Ph.D. PROGRAM

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Model Pemodelan merupakan suatu aktivitas pembuatan model. Secara umum model memiliki pengertian sebagai suatu perwakilan atau abstraksi dari sebuah objek atau situasi aktual.

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KABUPATEN GIANYAR Dewa Nyoman Raka, Agus Slamet Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS Surabaya ABSTRAK Kabupaten Gianyar dipandang perlu memiliki rencana

Lebih terperinci

Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++)

Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++) Algoritma Pemrograman 2B (Pemrograman C++) Jurusan Sistem Komputer Dr. Lily Wulandari Materi 3 PERCABANGAN DAN PERULANGAN PADA C++ 1 Outline - If - if else. - Else if - Switch case - Statement for, while,

Lebih terperinci

PERCABANGAN P E N G E N A L A N P R O G R A M S T U D I T E K N I K I N F O R M AT I K A. Institut Teknologi Sumatera

PERCABANGAN P E N G E N A L A N P R O G R A M S T U D I T E K N I K I N F O R M AT I K A. Institut Teknologi Sumatera PERCABANGAN P E N G E N A L A N P R O G R A M S T U D I T E K N I K I N F O R M AT I K A Institut Teknologi Sumatera PRE TEST Apa itu tipe data? Apa itu variabel? Apa itu konstanta? Sebuah lingkaran memiliki

Lebih terperinci

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa memenuhi ketentuan pasal 18 ayat 1, 2 dan 3 Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK. Operator. Budhi Irawan, S.Si, M.T

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK. Operator. Budhi Irawan, S.Si, M.T PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK Operator Budhi Irawan, S.Si, M.T OPERATOR Operator adalah tanda yang digunakan untuk melakukan operasi operasi tertentu didalam program. Dengan adanya operator maka dapat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1

DAFTAR ISI. Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI maksud dan tujuan ruang lingkup pengertian... 1 DAFTAR ISI Halaman Daftar Isi... i BAB I DESKRIPSI..... maksud dan tujuan....2 ruang lingkup....3 pengertian... BAB II PERSYARATAN PERSYARATAN... 3 BAB III KETENTUAN KETENTUAN... 4 3. Umum... 4 3.2 perencanaan...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA.

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA. PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN MURUNG RAYA. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH

PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH PEWADAHAN, PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH A. PEWADAHAN SAMPAH 1. Pendahuluan Pewadahan sampah adalah suatu cara penampungan sampah sebelum dikumpulkan, dipindahkan, diangkut dan dibuang ke tempat

Lebih terperinci

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh : Dorry Jaya W (3306 100 053) Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK. Pengulangan. Budhi Irawan, S.Si, M.T

PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK. Pengulangan. Budhi Irawan, S.Si, M.T PEMROGRAMAN BERORIENTASI OBJEK Pengulangan Budhi Irawan, S.Si, M.T PENGULANGAN Pengulangan adalah suatu proses yang melakukan perulangan statement-statement dalam sebuah program secara terus-menerus sampai

Lebih terperinci

SOAL C++ Created by Yuli Astuti,S.Kom Copyright 2009

SOAL C++ Created by Yuli Astuti,S.Kom Copyright 2009 SOAL C++ 1. Penulisan Preprocessor yang benar di awali dengan tanda pound atau tanda : a. # c. @ b. & d. = 2. Contoh penulisan file header yang benar yaitu : a. &include c. =include

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA S1-TI ALGORITMA & PEMROGRAMAN MODUL V STRUKTUR KONTROL PERULANGAN SEM I WAKTU 100 MNT I. STRUKTUR PERULANGAN Salah satu kelebihan

Lebih terperinci