M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK
|
|
- Herman Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ANALISIS PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENINGKATAN LAPANGAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN (Analysis of Influence of Agricultural Development to Income Distribution and Increasing Work Opportunity in South Sumatra Province) M. Yamin (Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian FP. UNSRI) ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan, 2) menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time series selama 21 tahun, dimulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study). Hasil penelitian ini adalah:1) pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata. 2) PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan. ABSTRACT The objectives of this research are 1) to analyze influence of Agricultural PDRB (Gross Domestic Product) to income ditribution, and 2) to analyze influence of PDRB to increasing work opportunity. This research was conducted in South Sumatra Province by history study method. Data was collected in time series secondary data from 1985 until 2005 (21 years). The result shows that 1) income distribution was influenced by PDRB in every sub-sector (food crops, plantation, animal husbandry, forestry, and fishery) significantly, and 2) increasing work opportunity was not influenced by PDRB in every sub-sector significantly Key words: Agricultural development, Income distribution, work opportunity.. 60
2 PENDAHULUAN Latar belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencarian penduduknya, dengan demikian sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan hampir 50 persen dari total angkatan kerja masih menggantungkan kebutuhan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai basis atau landasan pembangunan ekonomi. Keadaan seperti ini menuntut kebijakan pemerintah pada sektor pertanian disesuaikan dengan keadaan dan perkembangan yang terjadi di lapangan dalam mengatasi berbagai persoalan yang menyangkut kesejahteraan bangsa (Tambunan dalam Setyabudi, 2005). Sejak tahun 1990 perhatian pemerintah mulai diarahkan pada sektor industri, dan jasa seiring dengan terjadinya transformasi ekonomi dari negara agraris menjadi negara industri sehingga peran sektor pertanian mulai menurun dalam menyebabkan struktur perekonomian, Produk Domestik Bruto (PDB), pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mengarah pada sektor industri dan jasa. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif capital. Namun pada tahun 1997/1998 krisis ekonomi menunjukkan bahwa sektor pertanian memiliki daya tahan yang cukup tinggi terhadap goncangan ekonomi dibandingkan sektor lain sehingga dapat menyelamatkan memerintahan dan negara dari kebangkrutan (Gerard and Ruf, 2001). Dari peristiwa tersebut membuktikan bahwa sektor pertanian harus tetap mendapatkan perhatian pemerintah karena memiliki dasar yang kuat sebagai penopang perekonomian nasional (Arifin, 2005; Ellis, 2000). Sumatera Selatan merupakan provinsi yang sekitar 65 persen dari Kabupaten/Kota ekonominya masih berbasis pertanian, disamping itu sektor ini masih terus dituntut untuk dapat berperan penting dalam 61
3 menyumbang Produk Domestik Regional Bruto (PRDB), perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, pengentasan kemiskinan, penciptaan kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Pembangunan pertanian di Sumatera Selatan memiliki peranan penting dan strategis dalam pembangunan nasional dan regional. Peranan sektor pertanian bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga memberikan andil yang cukup besar terhadap kesempatan kerja, sumber pendapatan, serta perekonomian regional. Berkaitan dengan hal tersebut, maka hasil pembanguan di sektor pertanian dapat diukur dari nilai PDRB yang dihasilkan oleh sektor tersebut (Dinas Perkebunan, 2005). Peningkatan PDRB terus terjadi akibat peningkatan output dari berbagai lapangan usaha. Salah satu lapangan usaha yang mengalami peningkatan berarti adalah sektor pertanian. Sektor pertanian, pada tahun 2005, memberikan kontribusi terhadap PDRB Sumatera Selatan sebesar 18 persen, berada di peringkat ketiga setelah sektor pertambangan dan sektor industri pengolahan. PDRB menunjukkan berapa besar output yang dihasilkan, dan biasanya dinyatakan dalam rupiah berdasarkan harga berlaku maupun harga konstan. Tingginya PDRB suatu daerah dapat mengidentikkan besarnya pendapatan pada wilayah tersebut, namun belum tentu terjadi pemerataan pada pendapatan masyarakatnya (Todaro, 2000). Revitalisasi sektor pertanian dalam arti luas, mulai dari sub-sektor tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan sampai pada basis sumber daya alam lainnya diharapkan dapat meniciptakan pemerataan pendapatan dan penyediakan lapangan pekerjaan. Dengan revitalisasi pertanian, pemerintah mentargetkan akan terjadi penurunan jumlah pengangguran, meningkatkan distribusi pendapatan dan mengurangi angka kemiskinan dari 16,6 persen pada tahun 2003 hingga 7,2 persen pada tahun Pertumbuhan ekonomi pertanian dapat tercapai bila kebutuhan sumber-sumber dana yang merupakan modal pembangunan dapat terpenuhi, baik yang bersumber dari daerah maupun yang 62
4 bersumber dari pemerintah (Arifin, 2005). Prospek pertumbuhan output di sektor pertanian, dapat berpengaruh kepada proyeksi kesempatan kerja untuk satu periode di masa yang akan datang pada sektor tersebut maupun sektor lain. Kondisi ini menyebabkan perlunya campur tangan dari pemerintah guna menitik beratkan program pembangunan daerah pada sektor pertanian yang berpotensi untuk dapat menyerap tenaga kerja lebih banyak. Prioritas tersebut diharapkan dapat memperluas kesempatan kerja untuk mengurangi jumlah pengangguran yang cenderung semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah angkatan kerja, serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya (Tambunan, dalam Setyabudi, 2005). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikemukakan suatu permasalahan yaitu apakah PDRB sektor pertanian dapat berpengaruh terhadap pemerataan pendapatan dan kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan masyarakat. 2. Menganalisis pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Sumatera Selatan. Data yang dikumpulkan dalam bentuk time series selama 21 tahun, dimulai dari tahun 1985 sampai dengan tahun Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah (history study), yaitu dengan cara melihat kembali catatan-catatan atau laporan-laporan yang berhubungan dengan PDRB sektor pertanian, distribusi pendapatan dan kesempatan kerja selama kurun waktu 21 tahun. 63
5 Metode Pengolahan Data dan Analisis Hubungan antara PDRB sektor pertanian dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja dapat dilihat dengan mencari nilai regresi antara sub-sektor pertanian yang diwakili oleh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga konstan dengan distribusi pendapatan dan kesempatan kerja sektor pertanian yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, model persamaan yang digunakan yaitu sebagai berikut : 1. Indikator yang digunakan untuk melihat pemerataan atau distribusi pendapatan adalah dengan menggunakan nilai Gini Ratio sebagai berikut: GN = α + βpdrb sub-sektor i + e i 2. Kesempatan kerja dari sektor pertanian diregresikan terhadap PDRB masing-masing sub-sektor pertanian, dengan model persamaan sebagai berikut : KK sub sektor i pertanian = α + βpdrb subsektor i + e i Dimana : KK = Kesempatan Kerja (orang) PDRB = Produk Domestik Regional Bruto (Rp) α = Intersep β = Koefisien regresi penduga e = Kesalahan pengganggu i = Subsektor (tanaman panga, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan) Pengujian statistik dilakukan dengan uji t-student dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh variabel penjelas secara parsial terhadap variabel terikat dalam persamaan regresi penduga (Supranto, 2000). HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Ekonomi Makro Bidang Pertanian Provinsi Sumatera Selatan 1. Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Perkembangan dan kemajuan ekonomi Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat dengan indikator ekonomi makro. Indikator ekonomi makro yang sering digunakan untuk melihat kemajuan ekonomi suatu wilayah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), pendapatan pemerintah, jumlah uang beredar, inflasi, keadaan ketenagakerjaan dan tingkat pengangguran serta aktivitas perdagangan internasional. PDRB 64
6 merupakan indikator yang digunakan dalam penelitian ini. Data dari BPS menunjukkan bahwa perkembangan Selatan dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005, dapat dilihat pada Gambar 1. PDRB sektoral Provinsi Sumatera PDRB (TRILIUN RUPIAH) TAHUN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN BANGUNAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA-JASA PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LITRIK, GAS DAN AIR BERSIH PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN Gambar 1. Grafik Perkembangan PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun PDRB Provinsi Sumatera Selatan cenderung meningkat setiap Sumatera Selatan, yaitu sebesar 28 persen. Pendapatan sektor ini tahunnya. PDRB terbentuk dari bersumber dari sub-sektor migas, kontribusi sembilan sektor yang ada di dalamnya. Empat sektor yang selalu memberikan kontribusi terbesar adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor pertanian, sub-sektor non migas dan sub-sektor penggalian. Kontribusi kedua terbesar diberikan oleh sektor industri pengolahan, yaitu sebesar 22 persen. Pembagian PDRB sektoral untuk sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Data tahun 2005 menunjukan bahwa sektor pertambangan dan penggalian memberikan kontribusi tertinggi terhadap PDRB Provinsi tahun 2005 Gambar 2. dapat dilihat pada 65
7 PERTANIAN 4% 3% 7% 18% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN 11% LISTRIK, GAS, DAN AIR BERSIH BANGUNAN 6% 1% 28% PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 22% KEUANGAN, PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN JASA-JASA Gambar 2. Grafik Persentase PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2005 Sektor industri pengolahan dari tahun 1996 sampai 2006 berkisar terdiri dari sub-sektor penggalian antara 0,25 sampai dengan 0,30. minyak bumi dan gas alam serta subsektor Nilai ini menunjukkan bahwa tidak gas alam cair. Sektor terjadi ketimpangan pendapatan yang pertanian dengan kelima subsektornya mengkhawatirkan pada provinsi ini. memberikan kontribusi Nilai gini ratio yang tinggi ditunjukkan sebesar 18 persen bagi PDRB, pada tahun 1996 dan 2005 (lihat sedangkan sisanya merupakan Lampiran 1). Nilai yang tinggi ini kontribusi dari sektor listrik, gas dan terjadi akibat adanya peningkatan air bersih, sektor bangunan, sektor jumlah penduduk yang perdagangan, hotel dan restoran, berpendapatan tinggi. Nilai indeks sektor pengangkutan dan gini ini masih jauh dari nilai satu, komunikasi, sektor keuangan, dengan kata lain distribusi persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. pendapatan di Provinsi Sumatera Selatan ini relatif baik. 2. Distribusi Pendapatan dan Kesempatan Kerja Menurut BPS perkembangan nilai indeks gini Sumatera Selatan 66
8 KESEMPATAN KERJA (ORANG) TAHUN PERTANIAN INDUSTRI PENGOLAHAN BANGUNAN DAN KONSTRUKSI ANGKUTAN DAN KOMUNIKASI JASA-JASA PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN LISTRIK, GAS DAN AIR MINUM PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN BANK,LEMB.KEU, SEWA DAN JASA PRSHN Gambar 3. Grafik Perkembangan Kesempatan Kerja di Provinsi Sumatera Selatan Tahun Penyerapan tenaga kerja dari berbagai sektor didominasi oleh sektor pertanian dari tahun 1985 sampai dengan tahun 2005 (lihat berasal dari sektor ini. Perubahan kesempatan kerja sektoral di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Gambar 3. Lampiran 2). Peranan sektor dari Perkembangan kesempatan kurun waktu tersebut menyerap tenaga kerja lebih dari 50 persen dari kesempatan kerja yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Sektor pertanian pada tahun 2005 dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 63 persen dari total kesempatan kerja kerja sektor pertanian jauh lebih tinggi dari sektor-sektor lainnya. Lima puluh persen lebih kesemptan kerja berada pada sektor pertanian sedangkan empat puluh persen sisanya terbagi ke delapan sektor yang ada. Kesempatan kerja dari 67
9 delapan sektor yang ada ternyata didominasi oleh dua sektor, yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran, dan sektor listrik, gas dan air minum. Kesempatan kerja dari tahun 1985 sampai tahun 2005 tidak mengalami perubahan yang berarti. Pengaruh PDRB Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Pengaruh PDRB terhadap distribusi pendapatan dapat dilihat melalui uji korelasi antara kedua variabel. Pengaruh PDRB dilihat dari sektor pertanian dapat dirumuskan dalam model berikut : GN SUMSEL = 0, E- 010 PDRB pertanian Se (0,13) (0, ) R 2 1,90 persen Hasil pengujian terhadap model yang digunakan menunjukkan bahwa pengaruh PDRB sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan tidak signifikan dengan taraf uji 30 persen. Nilai koefisien determinasinya (R 2 ) menunjukan bahwa pengaruh variabel bebas yaitu kesempatan kerja total terhadap PDRB memiliki nilai R square hanya sebesar 1,90 persen. Nilai ini berarti bahwa variasi yang terjadi pada pertumbuhan kesempatan kerja total hanya 1,90 persen yang dipengaruhi oleh variasi jumlah PDRB yang tercipta pada sektor pertanian, sedangkan sisanya dipengaruhi variabel lain yang terdapat di luar model. Pada model ini tidak terdapat autokorelasi dengan nilai Durbin Watson sebesar 1,978. Faktor lain di luar model yang mempengaruhi distribusi pendapatan adalah tingkat pendapatan itu sendiri dan banyaknya penduduk yang telah dikelompokan berdasarkan tingkat pendapatan. Pengaruh PDRB sub-sektor pertanian terhadap distribusi pendapatan dilihat dengan melakukan uji korelasi antara kedua variabel ini. Nilai indeks gini sebagai variabel terikat dan PDRB dari setiap sub-sektor sebagai variabel bebas. Hasil uji korelasi tersebut menghasilkan lima model persamaan yang nilainya dapat dilihat pada Tabel berikut ini : 68
10 Tabel 1. Hasil Uji Statistik PDRB Sub-Sektor Pertanian Terhadap Distribusi Pendapatan Hasil Uji Statistik Sub-Sektor R Square t hitung Coef. Regresi Keterangan Tanaman Pangan 0,028 0,381 0,719 Perkebunan 0,033 0,412 0,697 Peternakan 0,01 0,229 0,828 Kehutanan 0,041 0,463 0,663 Perikanan 0,006-0,172 0,870 Sumber : data sekunder telah diolah Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tidak signifikan Tabel hasil uji statistik di atas menunjukan nilai koefisien determinasi yang kecil, yaitu antara 0,6 persen sampai dengan 4,1 persen. Sama halnya dengan sektor pertanian secara keseluruhan, ternyata kelima sub-sektor tidak berpengaruh terhadap distribusi pendapatan pada taraf uji 30 persen, dan tidak terdapat autokorelasi pada model tersebut. PDRB masingmasing sub-sektor dalam sektor pertanian memiliki nilai yang cukup kecil dari total PDRB. Sedangkan nilai indeks gini yang digunakan adalah distribusi pendapatan seluruh masyarakat Provinsi Sumatera Selatan. Akibatnya variasi distribusi pendpatan tidak dipengaruhi atau tidak dapat dijelaskan secara signifikan oleh PDRB masing-masing sub-sektor dalam sektor pertanian, hal ini terlihat dari nilai koefisien regresi yang rendah. 69
11 Pengaruh PDRB Sektor Pertanian terhadap Kesempatan Kerja Model analisis pengaruh pertumbuhan PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan terhadap kesempatan kerja sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2. Hasil regresi pengaruh PDRB terhadap kesempatan kerja di Provinsi Sumatera Selatan. No. Sub-sektor Intercept Coef. Regresi Coef. Determinasi DW 1. Tanaman Pangan -0,107 1,047*** 0,956 1,453 (0,040) (0,052) 2. Perkebunan -0,208 1,024)*** 0,939 1,962 (0,047) (0,060) 3. Peternakan -0,149 1,166*** 0,981 1,895 (0,028) (0,030) 4. Kehutanan -0,128 1,089*** 0,931 1,870 (0,051) (0,068) 5. Perikanan -0,158 1,117*** 0,937 2,019 (0,049) (0,066) Sumber : data sekunder telah diolah Persamaan di atas menunjukan bahwa, koefisien determinasi (R 2 ) untuk masing-masing sub-sektor cukup besar, yaitu diatas 0,90. Ini berarti bahwa model pertumbuhan PDRB pada semua sub-sektor dalam sektor pertanian di daerah ini mampu menjelaskan kesempatan kerja sektor pertanian sebesar lebih dari 90 persen, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel yang terdapat di luar model ini. Permasalahan outokorelasi yang biasa terdapat pada data time series telah diatasi sehingga menghasilkan nilai uji Durbin Watson pada kondisi yang aman. 70
12 Koefisien penduga pada setiap sub-sektor menunjukkan nilai sebesar lebih kurang antara satu sampai dua, artinya adalah setiap kenaikan satu sampai dua juta rupiah PDRB, maka akan membuka kesempatan kerja sejumlah satu sampai dua orang pada sektor pertanian. Setelah dilakukan perhitungan uji t, ternyata t hitung masing-masing sub-sektor lebih besar dari t tabel dengan tingkat kepercayaan 99%. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa subsektor peternakan memiliki respon yang paling besar terhadap penambahan lapangan kerja terhadap kenaikan PDRB sektor pertanian, sedangkan paling kecil adalah subsektor perkebunan. Hal ini dapat dimengerti karena peternakan di Provinsi Sumatera Selatan sebagian besar di usahakan di tingkat rumahtangga dan usaha kecil sehingga menyerap tenaga kerja yang lebih banya. Sedangkan perkebunan banyak diusahakan oleh perusahaan besar, sehingga jumlah tenaga kerja yang dapat diserap lebih sedikit. Adapun kesimpulan yang dapat siambil dari hasil penelitian ini adalah: 1. Distribusi pendapatan masyarakat Provinsi Sumatera selatan relatif baik dengan indeks gini yang jauh lebih rendah dari satu. 2. Pengaruh PDRB masig-masing sub-sektor dalam sektor pertanian terhadap ditribusi pendapatan masyarakat tidak berpengaruh nyata. 3. PDRB sub-sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesempatan kerja pada sektor pertanian di Provinsi Sumatera Selatan. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA 71
13 Arifin, Bustanul Pembangunan Pertanian Paradigma Kebijakan dan Strategi Revitalisasi, PT. Grasindo Pustaka Utama. Jakarta. BPS Idikator Sosial Sumatera Selatan. BPS Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Perencanaan Bisnis dan Ekonomi. Rineka Cipta. Jakarta. Todaro, 2000, Pembangunan Ekonomi Dunia Ke Tiga, Erlangga. Jakarta. BPS Sumatera Selatan dalam Angka 2005/2006. BPS Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Ellis Frank Rural Livelihoods and Diversity in Developing Countries. Oxford University Press. New York. Garerd F. and Ruf F., Agriculture in Crisis: People, Commodities and Natural Resources in Indonesia, Curzon Press. Richmond. UK. Perkebunan Laporan Tahunan. Kantor Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan. Palembang. Setyabudi, Heru Pengaruh Pertumbuhan PDRB Terhadap Elastisitas Kesempatan Kerja di Sumatera Selatan. Tesis. Program Pascasarjana. UNSRI. Palembang. (Tidak dipublikasikan). Supranto, J Metode Peramalan Kuantitatif untuk 72
14 Lampiran 1. Perkembangan Nilai Gini Ratio Provinsi Sumatera Selatan Tahun (Per 3 Tahun) TAHUN GINI RATIO GRAFIK PERKEMBANGAN NILAI GINI RATIO PROVINSI SUMATERA SELATAN TAHUN (PER 3 TAHUN) NILAI GINI RATIO GINI RATIO TAHUN Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun (data diolah) 73 61
15 Lampiran 2. Keadaan Penduduk Provinsi Sumatera Selatan Tahun ,458,312 2,096,369 3,361,943 2,104,300 1,257, ,671,615 2,121,831 3,549,784 2,164,600 1,385, ,783,751 2,147,603 3,636,148 2,180,185 1,455, ,017,593 2,173,687 3,843,906 2,287,300 1,556, ,377,569 2,200,088 3,177,481 2,342, , ,501,482 2,221,167 3,280,315 2,346, , ,636,970 2,247,567 3,389,403 2,450, , ,792,992 2,258,375 3,534,617 2,585, , ,955,095 2,314,150 3,640,945 2,683, , ,117,198 2,369,925 3,747,273 2,681,057 1,066, ,280,190 2,336,353 3,943,837 2,735,310 1,208, ,394,902 2,396,658 3,998,244 2,765,290 1,232, ,510,014 2,403,253 4,106,761 2,776,144 1,330, ,511,400 2,454,733 5,056,667 2,810,529 2,246, ,633,800 2,334,984 5,298,816 3,044,639 2,254, ,757,300 2,441,193 5,316,107 3,036,601 2,279, ,343,100 2,567,267 3,775,833 3,243, , ,430,188 2,523,348 3,906,840 3,297, , ,518,791 2,589,454 3,929,337 3,386, , ,646,800 2,620,527 4,026,273 3,478, , ,755,900 2,651,974 4,103,926 3,572, , Keterangan : 1. Penduduk 2. Penduduk bukan usia kerja 3. Penduduk usia kerja 4. Angkatan kerja 5. Bukan angkatan kerja 6. Tingkat penyerapan angkatan kerja 7. Tingkat pengangguran Sumber : Badan Pusat Statistik Tahun (Data Diolah) 74 62
Keywords : GDRP, learning distribution, work opportunity
1 ANALISIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO SEKTOR PERTANIAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEMPATAN KERJA SERTA DISTRIBUSI PENDAPATAN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN Erlina Rufaidah 1, Dwi Wulan Sari 2 Program Studi
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka
Lebih terperinciTabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)
3.14. KECAMATAN NGADIREJO 3.14.1. PDRB Kecamatan Ngadirejo Besarnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Ngadirejo selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.14.1
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan
I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi
Lebih terperinciPENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA
PENGARUH PEMBANGUNAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KESEMPATAN KERJA DI INDONESIA Yasrizal 1, Ishak Hasan 2 1 Fakultas Ekonomi, Universitas Teuku Umar, Meulaboh 2 Fakultas Ilmu Keguruan
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006 4.1. Gambaran Umum inerja perekonomian Jawa Barat pada tahun ini nampaknya relatif semakin membaik, hal ini terlihat dari laju pertumbuhan ekonomi Jawa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Industri Pengolahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013
BPS KABUPATEN ASAHAN No. 01/05/1208/Th. XVII, 26 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI ASAHAN TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Asahan Tahun 2013 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan
Lebih terperinciAnalisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat
Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012
BPS KABUPATEN SIMALUNGUN No. 01/08/1209/Th. XII, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Simalungun tahun 2012 sebesar 6,06 persen mengalami percepatan
Lebih terperinciThe Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By
The Contribution Of Agricultural Sector in the Economy at Bone Bolango Regency By Irawati Puloli 1) Mahludin Baruwadi 2) Ria Indriani 3) DEPARTMENTAGRIBISNIS FACULTY OF AGRICULTURE STATE UNIVERSITYGORONTALO
Lebih terperinciI.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam
I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI UTARA No. 08/07/1205/Th. VI, 06 Oktober 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Tapanuli Utara yang diukur
Lebih terperinciPendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto
Kabupaten Penajam Paser Utara Dalam Angka 2011 258 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dalam bab ini disajikan data dalam bentuk tabel dan grafik dengan tujuan untuk mempermudah evaluasi terhadap data
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris dengan kekayaan hayati yang melimpah, hal ini memberikan keuntungan bagi Indonesia terhadap pembangunan perekonomian melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. atau regional khususnya di bidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO
BAB IV TINJAUAN PEREKONOMIAN KABUPATEN BUNGO 1. PERKEMBANGAN KABUPATEN BUNGO merupakan penghitungan atas nilai tambah yang timbul akibat adanya berbagai aktifitas ekonomi dalam suatu daerah/wilayah. Data
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah
35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2013
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 1/8/124/Th. XIII, 25 Agustus 214 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 213 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 213 sebesar 6,85 persen mengalami
Lebih terperinciPEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM
PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi
Lebih terperinci10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB )
10. PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ( PDRB ) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut Lapangan Usaha memberikan gambaran tentang nilai tambah yang dibentuk dalam suatu daerah sebagai akibat dari adanya
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013
BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013 4.1.Gambaran Umum Geliat pembangunan di Kabupaten Subang terus berkembang di semua sektor. Kemudahan investor dalam menanamkan modalnya di Kabupaten Subang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI RIAU
No. 19/05/14/Th.XI, 10 Mei PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU Ekonomi Riau Tanpa Migas y-on-y Triwulan I Tahun sebesar 5,93 persen Ekonomi Riau dengan migas pada triwulan I tahun mengalami kontraksi sebesar 1,19
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;
BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang
Lebih terperinciBPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012
BPS KABUPATEN TAPANULI TENGAH No. 01/07/1204/Th. XII, 5 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2012 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tapanuli Tengah tahun 2012 sebesar 6,35 persen mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian Indonesia hingga saat ini telah mengalami beberapa tahap perubahan. Salah satunya adalah ketika terjadi krisis moneter pada pertengahan tahun
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE
KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian
Lebih terperinciBAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007
BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007 4.1. Gambaran Umum awa Barat adalah provinsi dengan wilayah yang sangat luas dengan jumlah penduduk sangat besar yakni sekitar 40 Juta orang. Dengan posisi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan
Lebih terperinciAnalisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /
BAB IV TINJAUAN EKONOMI 2.1 STRUKTUR EKONOMI Produk domestik regional bruto atas dasar berlaku mencerminkan kemampuan sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Pada tahun 2013, kabupaten Lamandau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus
13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman
Lebih terperinciPerkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia
Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA TENGAH
BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.24/05/33/Th.IV, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2010 PDRB Jawa Tengah pada triwulan I tahun 2010 meningkat sebesar 6,5 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama bagi negara-negara berkembang hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi yang mengakibatkan lambatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 52/ V / 15 Nopember 2002 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA INDONESIA TRIWULAN III TAHUN 2002 TUMBUH 2,39 PERSEN Indonesia pada triwulan III tahun 2002 meningkat sebesar 2,39 persen terhadap triwulan II
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan rangkuman dari Indeks Perkembangan dari berbagai sektor ekonomi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan rangkuman
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN 2009
No. 09/02/15/Th. IV, 10 Februari 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI JAMBI TAHUN Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Jambi pada tahun meningkat sebesar 6,4 persen dibanding tahun 2008. Peningkatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan
Lebih terperinciBAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH
Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi
Lebih terperinciA. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk. Pertumbuhan Penduduk
Perspektif Kabupaten Berau selama 5 tahun ke depan didasarkan pada kondisi objektif saat ini dan masa lalu yang diprediksi menurut asumsi cetiris paribus. Prediksi dilakukan terhadap indikator-indikator
Lebih terperinciHalaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi)
Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) DAMPAK PERTUMBUHAN SEKTOR EKONOMI BASIS TERHADAP KEMISKINAN DI PROVINSI JAMBI Imelia, Hardiani ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor
Lebih terperinci2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD
143 2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN RKPD SAMPAI DENGAN TAHUN 2013 DAN REALISASI RPJMD 2.2.1 Evaluasi Indikator Kinerja Utama Pembangunan Daerah Kinerja pembangunan Jawa Timur tahun 2013 diukur
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
No. 06/08/72/Th. XIV, 5 Agustus 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH No.12/02/33/Th.VII, 5 Februari 2013 PERTUMBUHAN PDRB JAWA TENGAH TAHUN 2012 MENCAPAI 6,3 PERSEN Besaran PDRB Jawa Tengah pada tahun 2012 atas dasar harga berlaku mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012
BPS KABUPATEN DELI SERDANG No. 01/07/1212/Th. XIV, 8 Juli 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2012 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Deli Serdang tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional, terlebih dahulu kita harus menganalisa potensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan daerah merupakan implementasi serta bagian integral dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan lepas dari peran
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013
BPS KABUPATEN PAKPAK BHARAT No. 22/09/1216/Th. IX, 22 September 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PAKPAK BHARAT TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 2013 yaitu sebesar 5,86 persen dimana
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan
Lebih terperinciKONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU
Jurnal Dinamika Pertanian Volume XXX Nomor 3 Desember 2015 (215 222) ISSN 02152525 KONTRIBUSI SUBSEKTOR PERIKANAN DALAM PEMBENTUKAN PDRB DAN KESEMPATAN KERJA DI KABUPATEN KAMPAR, PROVINSI RIAU Contribution
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIV, 5 Mei 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2011 TUMBUH 6,5 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012
BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia memiliki tanah yang subur
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH
PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 06/05/72/Thn XIV, 25 Mei 2011 PEREKONOMIAN SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2011 MENGALAMI KONTRAKSI/TUMBUH MINUS 3,71 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pembangunan ekonomi selalu diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk dalam suatu daerah karena hal tersebut merupakan kejadian
Lebih terperinci8.1. Keuangan Daerah APBD
S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013
BADAN PUSAT STATISTIK No. 55/08/Th. XVI, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013 TUMBUH 5,81 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciBADAN PUSAT STATISTIK
BADAN PUSAT STATISTIK No. 50/08/Th.XII, 10 Agustus 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2009 Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) pada triwulan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. utama. Industrialisisasi dimasa sekarang tidak dapat terlepas dari usaha dalam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian dewasa ini masih sering dianggap sebagai penunjang sektor industri semata. Meskipun sesungguhnya sektoral pertanian bisa berkembang lebih dari hanya
Lebih terperinciBPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN
BPS PROVINSI MALUKU No. 01/05/81/Th.XV, 05 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN PDRB Maluku pada triwulan IV tahun 2013 bertumbuh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008
No.05/02/33/Th.III, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008 PDRB Jawa Tengah triwulan IV/2008 menurun 3,7 persen dibandingkan dengan triwulan III/2007 (q-to-q), dan bila dibandingkan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO
PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi
Lebih terperinciTabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81
TABEL-TABEL POKOK Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / 2014 81 Tabel 1. Tabel-Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Lamandau Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Berlakang. Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Berlakang Pembangunan daerah merupakan implementasi (pelaksaan) serta bagian integral (seluruhnya) dari pembangunan nasional. Dengan kata lain, pembangunan nasional tidak akan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010
BADAN PUSAT STATISTIK No. 31/05/Th. XIII, 10 Mei 2010 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 EKONOMI INDONESIA TRIWULAN I-2010 TUMBUH MENINGKAT 5,7 PERSEN Perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan
Lebih terperinciSTRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri
STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown
Lebih terperinciPERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014
No.22/05/36/Th.VIII, 5 Mei 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014 PDRB Banten triwulan I tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) tumbuh positif 0.87 persen, setelah triwulan sebelumnya
Lebih terperinciV. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa
72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk
Lebih terperinciESI TENGAH. sedangkan PDRB triliun. konstruksi minus. dan. relatif kecil yaitu. konsumsi rumah modal tetap. minus 5,62 persen.
No. N 28/05/72/Th. XVI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAW ESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2013 Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi sangat diperlukan oleh suatu negara dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi
Lebih terperinciProduk Domestik Regional Bruto
Tabel 9.1 : PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA ATAS DASAR HARGA BERLAKU TAHUN 2007 2010 (Rp. 000) 1. PERTANIAN 193.934.273 226.878.977 250.222.051 272176842 a. Tanaman bahan makanan 104.047.799 121.733.346 134.387.261
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membentuk kerja sama antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dam masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk kerja sama antara pemerintah
Lebih terperinciVII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN
102 VII. ANALISIS POTENSI PEREKONOMIAN LOKAL DI WILAYAH PEMBANGUNAN CIANJUR SELATAN Adanya otonomi daerah menuntut setiap daerah untuk dapat melaksanakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL
Lebih terperinci