ANALISA SISTEM PERAWATAN KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A (DI PT DANLIRIS SURAKARTA)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA SISTEM PERAWATAN KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A (DI PT DANLIRIS SURAKARTA)"

Transkripsi

1 ANALISA SISTEM PERAWATAN KOMPONEN BEARING BOTTOM ROLLER DAN V BELT MESIN RING FRAME RY-5 PADA DEPARTEMEN SPINNING II A (DI PT DANLIRIS SURAKARTA) Darmint Pujtm, Rama Kartha S Prgram Studi Teknik Industri Universitas Dipnegr Jl. Prf. Sudhart, SH., Kampus UNDIP Tembalang, Semarang Telp/Fax Abstrak PT Danliris Surakarta merupakan perusahaan textil dengan salah satu prduk yang dihasilkan adalah benang, yang diprduksi melalui mesin-mesin Blwing, Carding, Drawing, Lap Frm, Cmbing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. Makalah ini mendeskripsikan pemilihan kebijakan repair dan preventive maintenance untuk mesin Ring Spinning (Ring Frame RY-5) pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt, dimana pada kmpnen ini frekuensi kerusakan tinggi. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa kebijakan repair dan preventive maintenance yang telah diterapkan kurang terrganisir, sehingga teknisi dan peratr mengalami kesulitan dalam melakukan kegiatan perawatan mesin. Berdasarkan hal tersebut perlu dilakukan suatu penelitian untuk memilih kebijakan repair dan preventive maintenance plicy yang efektif dan efisien dengan mempertimbangkan faktr biaya, frekuensi breakdwn dan waktu dwn time. Tahapan yang digunakan dalam penyelesaian masalah dengan menentukan distribusi frekuensi breakdwn, menghitung biaya kebijakan perawatan, memilih alternatif kebijakan berdasarkan besarnya biaya perawatan untuk mesin Ring Spinning (Ring Frame RY-5) pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt. Dari hasil penglahan dan analisa data, diperleh alternatif kebijakan repair dan preventive maintenance sebagai alternatif yang dapat menurunkan biaya perawatan dan frekuensi breakdwn. Kata Kunci : PT Danliris, preventive maintenance plicy, repair plicy, breakdwn. I. PENDAHULUAN PT. Danliris berdiri tanggal 25 April 1974 bergerak dalarn bidang : pemintalan, pertenunan, perajutan, pencelupan, finishing dan perdagangan. Salah satu bagian prduksi PT Danliris, adalah Spinning II A yang berfungsi sebagai prses pemintalan untuk memprduksi benang. Prses pemintalan pada bagian ini menghasilkan 2 (dua) jenis benang, yaitu Cttn dan benang campuran Plyester- Cttn. Dalam prses prduksi untuk mengubah bahan baku berupa serat Cttn dan Plyester menjadi benang digunakan berbagai macam mesin yang mempunyai fungsi yang berbeda. Mesin-mesin tersebut diantaranya mesin Blwing, Carding, Drawing, Lap Frm, Cmbing, Flyer, Ring Spinning dan Winder. Dalam prses prduksi ini prses yang sangat mempengaruhi kualitas akhir benang adalah pada mesin Ring Spinning. Mesin Ring Spinning yang digunakan berjumlah 126 unit. Dengan jumlah mesin yang cukup banyak tentu saja perawatan mesin menjadi priritas tersendiri yang harus diperhatikan. Jika terjadi kerusakan tentu saja mempengaruhi perusahan dalam kegiatan prduksi. Dalam rangka mempertahankan mutu dan meningkatkan prduktivitas, salah satu faktr penting yang harus diperhatikan adalah masalah perawatan mesin (maintenance) dan fasilitas prduksi. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pihak yang menangani masalah perawatan harus mampu menemukan sistem perawatan yang paling baik untuk dapat meminimasi jumlah breakdwn mesin dan biaya perbaikan atau perawatan mesin yang dikeluarkan. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

2 Berdasarkan hal tersebut di atas, maka lebih lanjut penelitian ini bertujuan, antara lain : untuk (1) Memberikan gambaran mengenai distribusi frekuensi breakdwn dari mesin Ring Frame RY-5 pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt pada kurun waktu Januari Agustus, (2) Memberikan usulan dalam rangka pemilihan mdel kebijakan perawatan dari dua alternatif II. Tinjauan Pustaka a. Variabel Keputusan Sistem Perawatan Ada empat variabel keputusan dalam kebijakan sistem perawatan, yaitu: 1. Apa yang harus dirawat? Suatu sistem prduksi biasanya terdiri dari banyak kmpnen dalam bentuk fasilitas kerja, prses prduksi dan sistem manusia-mesin. Untuk tujuan dilakukannya perawatan, maka kmpnen sistem prduksi dapat dikelmpkkan dengan menggunakan analisis ABC, yang berdasarkan pada reliability secara keseluruhan dan akibatnya pada biaya perasi ttal. 2. Bagaimana perawatan tersebut dilaksanakan? Setelah ditentukannya kmpnen yang akan di maintenance, maka perlu juga untuk menentukan bagaimana perawatan tersebut dilakukan. Dalam menentukannya perlu diperhatikan alternatif yang dapat dilakukan untuk merawat kmpnen agar kndisi perasinya memuaskan dan juga dengan biaya yang minimum. 3. Oleh siapa perawatan tersebut dilaksanakan? Tergantung dari teknlgi prses prduksi yang digunakan dan permintaan dari pelayanan maintenance, prgram maintenance dapat dilakukan leh pihak internal maupun external perusahaan/ rganisasi. Untuk sistem prduksi dengan teknlgi yang sederhana, sebaiknya dilakukan perawatan leh pihak internal perusahaan saja. Pertimbangan yang utama dalam menentukan pihak mana yang akan melakukan perawatan adalah tentunya yang membutuhkan biaya yang terendah. 4. Dimana perawatan dilaksanakan? Kegiatan perawatan yang dilakukan sebaiknya ditentukan tempatnya, apakah akan dilakukan secara sentralisasi ataupun mdel kebijakan, yaitu repair maintenance plicy dan preventif maintenance plicy, dan (3) Memberikan usulan dalam rangka penentuan peride waktu perawatan yang paling eknmis, apabila kebijakan terpilih adalah preventive maintenance plicy. desentralisasi. Keputusan tersebut tergantung dari banyaknya permintaan perawatan, kemampuan peratr perawatan yang dibutuhkan, tingkat keparahan breakdwn, jarak supplier spare parts, dll. b. Input, Output dan Pembatas Sistem Perawatan Dalam menentukan jadwal yang ptimal dalam pelaksanaan maintenance, dibutuhkan infrmasi mengenai : 1. Data tentang peralatan itu sendiri mengenai perating time dan repair yang dilakukan. 2. Biaya untuk spare parts dan jumlah kru yang dibutuhkan. 3. Akibat dari dwntime terhadap kerugian prduksi. Output dari sistem perawatan adalah sebagai berikut: 1. Jadwal dari kebijakan yang telah dipilih 2. Lapran Semua altenatif yang ada memiliki beberapa cnstraint, yaitu 1. Desain dari sistem prduksi yang ada, hal ini merupakan cnstraint bagi pertanyaan apa, siapa, dimana, bagaimana. 2. Aggregate planning dan capital budgeting, memberikan batasan bagi pertanyaan bagainama. Hal ini berhubungan dengan persediaan spare parts dan jumlah kru. c. Pemilihan Kebijakan Sistem Perawatan Dalam memilih antara Kebijakan Repair dan Kebijakan Preventive Maintenance, dapat dilakukan perhitungan dengan J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

3 menggunakan metde-metde yang telah ada dengan tujuan untuk mencari Biaya Ttal Maintenance (Ttal Maintenance Cst, TMC) yang terendah. Metde tersebut antara lain: Metde Repair Plicy (Kebijakan Repair) Metde kebijakan repair (repair plicy) dapat dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini. TMC (repair plicy) = TCr TCr = B x Cr N B = Tb Tb = n piti 1 dimana: TCr = expected cst f repair (biaya perbaikan yang diperkirakan) per minggu B = Jumlah rata-rata breakdwn / minggu untuk N mesin Cr = Biaya perbaikan Tb = Rata rata run time per mesin sebelum rusak N = Jumlah mesin Metde Preventive Maintenance Plicy (Kebijakan Preventive Maintenance) Metde kebijakan preventive maintenance dapat dicari dengan menggunakan rumus di bawah ini TMC (n) = TCr (n) + TCM (n) dimana : TMC (n) = biaya ttal perawatan per peride TCr(n) = biaya repair per peride TCm(n) = biaya preventive maintenance per peride n = jumlah peride Langkah langkah yang digunakan dalam menentukan kebijakan preventive maintenance antara lain: 1. Hitung jumlah breakdwn kumulatif yang diharapkan dari kerusakan (Bn) untuk semua mesin selama peride preventive maintenance (n). 2. Tentukan jumlah rata-rata breakdwns per minggu (B) dengan memnentukan perbandingan jumlah breakdwn kumulatif (Bn) dengan peride preventive maintenance (n). 3. Perkiraan biaya repair per peride Bn TCr (n) = Cr n 4. Perkiraan biaya preventive maintenance per peride N. Cm TCm (n) = n 5. Biaya ttal perawatan TMC (n) = TCr (n) + TCm (n) III. TINJAUAN SISTEM a. Tinjauan Umum PT. Danliris berdiri tanggal 25 April 1974 bergerak dalarn bidang : Pemintalan, Pertenunan, Perajutan, Pencelupan, Finishing dan Perdagangan. PT Danliris pada awalnya didirikan sebagai pemask bahan baku untuk PT Batik Keris yang bergerak dibidang pertekstilan. Sekarang, PT Danliris selain memask bahan baku untuk PT Batik Keris juga menjual sendiri prduknya keperusahaaan lain, baik berupa benang hasil prduksi departemen Spinning (pemintalan), kain gray (1/2 masak) hasil prduksi departemen Weaving (tenun), kain jadi hasil prduksi departemen Finishing dan Printing, maupun baju jadi hasil dari departemen Knveksi/ Garmen. Hasil prduksi PT Danliris saat ini hampir sebagian besar untuk keperluan ekspr yaitu mencapai 60-80%. Pemintalan adalah prses penglahan bahan baku serat menjadi benang melalui prses pembukaan serat, pembersihan serat, penguraian serat, pemisahan serat pendek dan serat panjang, drafting (peregangan), pensejajaran serat serta pemberian twist (puntiran) pada benang, sehingga menghasilkan benang yang berkualitas sesuai dengan yang diinginkan. Untuk menghasilkan benang yang berkualitas ini serat-serat mengalami beberapa tahap perlakuan pada beberapa mesin prses prduksi, yaitu: Prses prduksi di mesin Blwing J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

4 Prses prduksi di mesin Carding Prses prduksi di mesin Cmbing (khusus untuk benang halus) Prses prduksi di mesin Drawing I, II, dan III Prses prduksi di mesin Lap Frmer Prses prduksi di mesin Flyer Prses prduksi di mesin Ring Spinning Prses prduksi di mesin Cne Winder Prses Packing Untuk memperlancar prses diatas, mesin-mesin pemintalan telah diusahakan dengan sistem tmatisasi dengan tujuan untuk meningkatkan prduksi. Tujuan dasar dari prses pemintalan adalah mengahasilkan benang dengan kualitas baik sesuai dengan standard yang telah ditentukan. Untuk menghasilkan kualitas benang yang yang mempengaruhi, antara lain : a. bahan baku b. kndisi mesin pemintalan c. kndisi lingkungan d. karyawan e. metde kerja standard ada beberapa faktr b. Tinjauan Sistem Spesifik Mesin Ring Spinning Merupakan mesin utama yang memprduksi benang dimana prduk yang dihasilkan sudah berupa benang dengan nmr (berat persatuan panjang) tertentu. Pada mesin ini terjadi prses: - Peregangan (drafting) yang sangat tinggi. - Pemberian puntiran (twisting) - Penggulungan pada Cps Departemen Maintenance Maintenance di PT Danliris, khususnya Departemen Spinning II A dibagi dalam 2 bagian, yaitu maintenace mesin, dan maintenance kelistrikan. Untuk maintenance mesin tugasnya melakukan maintenance untuk hal-hal teknis mengnai mesin. Sedangkan pada maintenance kelistrikan tugasnya melakukan maintenance electricity pada mesin. Maintenance mesin dilakukan dalam 3 tahap, yaitu perawatan harian, mingguan dan perawatan bulanan. Untuk pelaksanaan perawatan harian/daily preventive maintenance terhadap mesin-mesin yang ada di lantai prduksi dilakukan secara langsung leh peratr masing-masing mesin. Terutama untuk pelumasan serta pengecekan bagian yang terpenting pada mesin. Sedangkan perawatan mesin secara mingguan dan bulanan dilakukan leh petugas khusus bagian maintenance. Untuk mnthly preventive maintenance dilakukan beberapa bulan sekali tergantung jenis mesinnya. Pada sistem preventive ini dilakukan pengecekan bagian-bagian mesin, cleaning dan identifikasi kerusakan yang ada serta dilakukan pengisian li. IV. PEMBAHASAN a. Penglahan Data Kmpnen/mesin yang diamati atau diteliti dalam kerja praktek ini adalah bearing bttm rller dan V Belt pada mesin Ring Frame RY-5. Jumlah mesin yang diamati pada PT Danliris Surakarta berjumlah 126 unit. Pada masingmasing mesin tersebut terdapat 1 bearing bttm rller dan 1 V Belt. Dimana kmpnen (sparepart) tersebut merupakan kmpnen yang paling sering rusak dibanding kmpnen lain. Setiap hari mesin berperasi 24 jam. Tabel 1. Breakdwn kmpnen bearing bttm rller Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan 1 Januari 2 24 jam 2 Februari 4 70,5 jam 3 Maret 1 2,5 jam 4 Apr ,5 jam J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

5 5 Mei 0 0 jam 6 Juni 0 0 jam 7 Juli 1 3,5 jam Tabel 2 Breakdwn kmpnen V Belt Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Lama Perbaikan 1 Januari 2 1 jam 2 Februari 5 4 jam 3 Maret 1 2 jam 4 Apr ,5 jam 5 Mei 1 1 jam 6 Juni Juli 0 0 Berikut adalah data sparepart yang digunakan: Tabel 3 Biaya sparepart untuk kmpnen bearing bttm rller dan V Belt Jenis Sparepart Harga Jumlah Bearing bttm rller 500,000 1 V Belt Distribusi Frekuensi Breakdwn Nilai prbabilitas breakdwn mesin diperleh dengan membandingkan antara jumlah cacat peride t dengan jumlah seluruh breakdwn. Tabel 4 dan 5 menampilkan nilai prbabilitas kerusakan untuk kmpnen bearing bttm rller dan V Belt. Tabel 4 Distribusi frekuensi breakdwn kmpnen bearing bttm rller Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Prbabilitas 1 Januari Februari Maret Apr Mei Juni Juli Tabel 5 Distribusi frekuensi breakdwn kmpnen V Belt Peride Kurun Waktu Jumlah kerusakan Prbabilitas 1 Januari Februari Maret Apr Mei Juni Juli Biaya Repair (Cr) Biaya perbaikan atau repair cst (Cr) diperleh dari biaya tenaga kerja ditambah biaya kmpnen, seperti persamaan dibawah ini. Cr Biaya TK Waktu Kerja Jumlah (Biaya Kmpnen) Biaya repair yang diperleh untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp ,- /breakdwn dan untuk V Belt sebesar Rp ,00 /breakdwn Biaya Perawatan Preventif (Cm) Biaya perawatan preventif (Cm) adalah biaya yang dikeluarkan setiap perawatan rutin mesin, meliputi biaya tenaga kerja dan biaya perawatan. TK J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

6 Sehingga biaya perawatan preventif untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp /Mesin dan untuk V Belt sebesar Rp /Mesin. Biaya Repair yang diperkirakan (TMC(r)) Biaya yang timbul dalam kebijakan repair (repair plicy) ini adalah biaya repair dan biaya dwntime, dimana persamaan matematisnya dapat dilihat dibawah ini. TMC(r) TCr TCd Oleh karena dalam penentuan biaya prduksi sebuah prduk memerlukan prses bahwa cst f dwntime dapat diabaikan (TCd = 0). Sehingga biaya repair untuk kmpnen bearing bttm rller sebesar Rp ,- per bulan dan untuk V Belt sebesar Rp ,- per bulan. Biaya Preventive Maintenance Plicy yang Diperkirakan Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan terdiri dari biaya perbaikan (TCr(n)) dan biaya perawatan (TCm(r)). Hasil Perhitungan lengkapnya disajikan pada Tabel 6 dan 7, yang cukup panjang, maka dapat diasumsikan Tabel 6 Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan untuk kmpnen bearing bttm rller N n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC Bearing bttm rller/n(bulan) Bearing bttm rller/bulan (Rp/bulan) (Rp/ bulan) (Rp/ bulan) (Rp/bulan) Tabel 7 Biaya preventive maintenance plicy yang diperkirakan untuk kmpnen V Belt RY-5 N n Bn B TCr(n) TCm(n) TCd(n) TMC V Belt / n(bulan) V Belt/ bulan (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) (Rp/bulan) b. Analisa Analisa yang dilakukan terhadap hasil pengamatan sistem perawatan pada lapran kerja praktek ini mencakup analisa kmpnen, analisa distribusi frekuensi breakdwn, dan analisa jenis kebijakan serta jadwal perawatan. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

7 Januari Februari Maret Apr-06 Mei Juni Juli Januari Februari Maret Apr-06 Mei Juni Juli Analisa Kmpnen Bearing bttm rller dan V belt merupakan kmpnen dalam mesin Ring Frame yang dapat dikategrikan sebagai kmpnen kritis. Sehingga bila terjadi kerusakan pada kmpnen ini maka akan langsung diadakan perbaikan atau penggantian kmpnen baru. Perbaikan untuk kmpnen ini bisa dilakukan leh staf maintenance Ring Frame. Penggantian dilakukan langsung pada mesin, yaitu dengan melepas bearing bttm rller dan V Belt yang rusak dari mesin kemudian menggantinya dengan yang baru. Karena bearing bttm rller dan V Belt merupakan kmpnen kritis maka penggantian kmpnen dilakukan langsung pada saat terjadi kerusakan. Distribusi Frekuensi Breakdwn Grafik prbabilitas breakdwn kmpnen Bearing bttm rller dan V belt yang disajikan pada Gambar 1 dan gambar 2 menunjukkan bahwa tipe distribusi frekuensi breakdwn pada kmpnen Bearing bttm rller dan V belt mengikuti distribusi frekuensi breakdwn pada case 2, yaitu waktu breakdwnnya sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu mesin tersebut harus diberikan perawatan dan perlakuan yang baik agar kerusakan satu kmpnen tidak mempengaruhi kmpnen lain, sehingga run time mesin menjadi lebih lama dan prduktivitas mesin tidak terganggu Breakdwn Bearing Mesin Ring Frame Prbabilitas Gambar 1 Grafik distribusi Frekuensi Breakdwn Bearing bttm rller Breakdwn Belt Mesin Ring Frame Gambar 2 Grafik distribusi Frekuensi Breakdwn V Belt Analisa Jadwal Repair Plicy dibandingkan dengan Preventive Maintenance Plicy Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada tabel 8 untuk kmpnen bearing bttm rller, diperleh kesimpulan bahwa kebijakan preventive maintenance lebih murah dibandingkan kebijakan repair nly. Biaya perawatan untuk kebijakan repair nly mencapai Rp ,91/bln. Perawatan dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan untuk kebijakan preventive maintenance membutuhkan biaya Rp ,00/bln atau hanya 67,03% dari biaya perbaikan menggunakan repair plicy. Sehingga kebijakan yang diambil adalah kebijakan dengan ttal biaya terkecil yaitu preventive maintenance. Kebijakan perusahaan selama ini untuk kmpnen bearing bttm rller adalah preventive maintenance yaitu perawatan secara rutin. Sehingga kebijakan perusahaan selama ini sudah sesuai dengan hasil analisa. Dari hasil perhitungan untuk kmpnen V Belt, diperleh kesimpulan bahwa kebijakan repair nly lebih murah dibandingkan kebijakan preventive maintenance. Biaya perawatan untuk kebijakan preventive maintenance mencapai Rp ,00/bulan. Perawatan dilakukan setiap 7 bulan. Sedangkan untuk kebijakan repair nly membutuhkan biaya Rp ,- /bln atau minus 20,56% dari biaya awal yang Prbabilitas J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

8 menggunakan preventive maintenance. Sehingga kebijakan yang diambil adalah kebijakan dengan ttal biaya terkecil yaitu repair nly. Kebijakan perusahaan selama ini untuk kmpnen V Belt adalah mengadakan preventive maintenance 3 bulan sekali yaitu langsung mengadakan inspeksi, service, atau mengganti kmpnen baru ketika kmpnen yang rusak mengalami kerusakan selama 3 bulan sekali. Namun dari hasil perhitungan, kebijakan ini membutuhkan biaya lebih banyak dibandingkan dengan kebijakan repair nly. Sehingga perusahaan perlu untuk mengganti kebijakan yang lama yaitu preventive maintenance 3 bulan sekali menjadi repair nly untuk kmpnen V Belt. Tabel 8 Implikasi Dari Pilihan Repair Plicy Dan Preventive Maintenance Plicy untuk Masing-Masing Kmpnen Repair plicy Preventive Selisih biaya maintenance plicy (%) Kmpnen Rata-rata run-time mesin (bulan) Biaya perbaikan (Rp /bln) Bulan dilaksanakan perawatan Biaya perawatan (Rp /bln) Bearing bttm rller 2, , , 00 67,03 V Belt 2, , ,0 0-20,56 V. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan Dari pembahasan dan analisa yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : a. Pada kmpnen Bearing Bttm Rller dan V Belt mesin Ring Frame mengikuti distribusi frekuensi breakdwn case 2, dimana waktu breakdwnnya sulit untuk diprediksi. Oleh karena itu, harus diberikan perawatan dan perlakuan yang baik agar kerusakan satu kmpnen tidak mempengaruhi kmpnen lain, sehingga run time mesin menjadi lebih lama dan prduktivitas mesin tidak terganggu. b. Kebijakan preventive maintenance yang selama ini diterapkan leh perusahaan pada kmpnen V belt kurang efisien efisien dari pada kebijakan repair. Biaya untuk repair plicy yang dilakukan untuk V belt tersebut ternyata lebih kecil jika dibandingkan kebijakan preventive maintenance. Hal ini disebabkan karena mahalnya sparepart yang harus diganti, sehingga akan lebih murah apabila menggunakan repair plicy. Sedangkan pada kmpnen bearing bttm rller telah sesuai dengan kebijakan maintenance yang telah dilakukan perusahaan selama ini. Biaya preventive maintenance yang di lakukan lebih murah daripada biaya repair plicy. Perbandingan biaya dari kedua kebijakan perawatan dapat dilihat pada Tabel 8. c. Pada kmpnen bearing biaya maintenance yang lebih murah menggunakan preventive maintenance plicy sesuai degan kebijakan perusahaan. Tetapi pada perusahaan penggantian kmpnen dilakukan setiap 3 bulan sekali sedangkan dari hasil perhitungan yang dilakukan terlihat bahwa biaya termurah dengan melakukan perawatan 7 bulan sekali. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

9 b. Saran Untuk mengptimalkan run-time, kinerja dan prduktivitas mesin, berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan dapat direkmendasikan hal-hal sebagai berikut: 1. Hendaknya melakukan pelatihan mengenai pengperasian mesin dan perawatan mesin kepada peratr dan teknisi sehingga dapat menangani gangguan mesin dengan cepat dan tepat. 2. Menjaga kebersihan lingkungan kerja, sehingga kmpnen-kmpnen mesin tidak cepat ktr yaag menyebabkan mesin lebih cepat rusak. 3. Melakukan pencatatan data histris terhadap kinerja mesin meliputi data perasi, data kerusakan, data penggantian kmpnen dan jadwal perawatan sehingga dapat dilakukan perbandingan terhadap kebijakan yang akan diterapkan. 4. Menyediakan cadangan kmpnen, sehingga bia ada kmpnen yang rusak dapat segera dilakukan perbaikan. DAFTAR PUSTAKA 1. Barry, Jay Prinsip prinsip Manajemen Operasi. Edisi 1. Jakarta : Salemba Empat. 2. Crder, Antny Teknik Manajemen Pemeliharaan. Jakarta : Penerbit Erlangga. 3. Edwrd, Rakesh Manajemen Operasi. Edisi ke-8. Jakarta : Binarupa Aksara. 4. Kstas, Dervitsitis Operatin Management. 2 nd editin. New Yrk : Mc Graw Hill Internatinal Bk Cmpany. J@TI Undip, Vl II, N 2, Mei

MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY

MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY MINIMASI BIAYA PERAWATAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PREVENTIVE MAINTENANCE POLICY Much Djunaidi 1, Eko Bakdiyono 2 Abstrak: PT. Primatexco Indonesia merupakan perusahaan tekstil dengan produk benang tenun,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP

ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP ANALISIS PENERAPAN PERBAIKAN JADWAL PERAWATAN POMPA PRODUK DI PT PERTAMINA TERMINAL BAHAN BAKAR MINYAK SEMARANG GROUP Dinar Ratna Widhia, Rani Rumita Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN PENDEKATAN MODEL SQC (STATISTICAL QUALITY CONTROL) (APLIKASI MODEL PADA PERUSAHAAN FURNITURE)

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN PENDEKATAN MODEL SQC (STATISTICAL QUALITY CONTROL) (APLIKASI MODEL PADA PERUSAHAAN FURNITURE) PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN PENDEKATAN MODEL SQC (STATISTICAL QUALITY CONTROL) (APLIKASI MODEL PADA PERUSAHAAN FURNITURE) Sutrisn Badri, Rmadhn Prgram Studi Manajemen Fakultas Eknmi-Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN DAN PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG ROLL KARET YANG OPTIMAL DI PT. MASSCOM GRAPHY SEMARANG

ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN DAN PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG ROLL KARET YANG OPTIMAL DI PT. MASSCOM GRAPHY SEMARANG ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN DAN PENENTUAN JUMLAH PERSEDIAAN SUKU CADANG ROLL KARET YANG OPTIMAL DI PT. MASSCOM GRAPHY SEMARANG Buyung Widiatama 1), Rudi Tjahyono 2), Dwi Nurul Izzhati 3) Program Studi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. manufaktur bersaing dengan ketat dalam memproduksi barang, konsumen menjadi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa persaingan bebas pada era Glbalisasi ini, dimana perusahaan manufaktur bersaing dengan ketat dalam memprduksi barang, knsumen menjadi sangat menyadari

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang

Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang Petunjuk Sitasi: Mustikasari, A., & Pangestuti, D. E. (2017). Analisis Kebijakan Maintenance pada Transformator di PT. PLN (Persero) Area Semarang. Prosiding SNTI dan SATELIt 2017 (pp. C8-13). Malang:

Lebih terperinci

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros

Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros Analisis Repair Policy dan Preventive Maintenance pada Mesin KDS 800 PT. Phapros 1, Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, Tembalang, Semarang 39 Tel/Faks.

Lebih terperinci

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus

Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus Analisis Kebijakan Maintenance dengan Mempertimbangkan Biaya Maintenance Teroptimal pada Sub Bagian Forklift PT Pura Barutama PM 5/6/9 Kudus Aprilia Dian Tresnaningrum 1), Diana Puspitasari 2) Program

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL

PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL E.8 PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL DAN ANALISIS PENGADAAN MESIN STANDBY PADA MESIN HOIST CURING UTARA DAN SELATAN PLANT I-8 (STUDI KASUS PT. WIJAYA KARYA BETON BOGOR) Susatyo Nugroho W P *, Rani Rumita,

Lebih terperinci

Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro

Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro ANALISIS KEBIJAKAN CORRECTIVE DAN PREVENTIVE MAINTENANCE PADA MESIN RAPIER, SHUTLE, WATER JET PADA PROSES WEAVING di PT. TIGA MANUNGGAL SYNTHETIC INDUSTRIES Mustofa Muthi Said Susilo. *), Hery Suliantoro

Lebih terperinci

Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2

Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2 ANALISIS PERHITUNGAN BIAYA PERAWATAN SEBAGAI DASAR EVALUASI PENGGANTIAN MESIN CTCM (CONTINUOUS TANDEM COLD MILL) PADA DIVISI COLD ROLLING MILL PT. KRAKATAU STEEL Afina Fauziyyah 1, Sriyanto 2 1,2 Program

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN

BAB 4. ANALISIS dan PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS dan PEMBAHASAN 4.1 Prfil Perusahaan PT. Megah Lestar Packind adalah perusahaan yang bergerak di bidang Percetakan kardus yang mulai berdiri sejak 9 Maret 1988 dengan lkasi yang bertempat

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI SIKLUS COMBINE CYCLE POWER PLANT (CCPP) GAS TURBINE GENERATOR TERHADAP BEBAN OPERASI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK

ANALISIS EFISIENSI SIKLUS COMBINE CYCLE POWER PLANT (CCPP) GAS TURBINE GENERATOR TERHADAP BEBAN OPERASI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK ANALISIS EFISIENSI SIKLUS COMBINE CYCLE POWER PLANT (CCPP) GAS TURBINE GENERATOR TERHADAP BEBAN OPERASI PT KRAKATAU DAYA LISTRIK * Dr. Ir. Eflita Yhana, MT a, Rig Muhammad Herriza b a,b Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk, kehandalan dan kelancaran suatu proses serta biaya. Hal ini memicu para

BAB I PENDAHULUAN. produk, kehandalan dan kelancaran suatu proses serta biaya. Hal ini memicu para BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sistem manajemen perawatan merupakan hal yang sangat penting untuk diterapkan di sektor industri manufaktur karena proses perawatan sendiri merupakan aspek

Lebih terperinci

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan

Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan Target dan Rencana Kerja, pasangan yang tidak bisa di pisahkan Dalam beberapa kesempatan training, saya sering menanyakan, apa yang lebih penting: target atau activity plan? Hampir 90% peserta training

Lebih terperinci

*

* PERENCANAAN KEBIJAKAN OVERHAUL DAN ANALISIS PENGADAAN MESIN STANDBY PADA MESIN HOIST CURING UTARA DAN SELATAN PLANT I-8 (STUDI KASUS PT. WIJAYA KARYA BETON BOGOR) Aditya Wiratama Putra, Susatyo Nugroho

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. (pemintalan), pertenunan, rajutan, dan produk akhir. intermediate dari industri tekstil dituntut untuk meningkatkan kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Sebab, Indonesia memiliki industri yang terintegrasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERBANDINGAN KEBIJAKAN PREVENTIVE MAINTENANCE DENGAN CORRECTIVE MAINTENANCE PADA MESIN MANUGRAPH PT. MASSCOM GRAPHY Nia Budi Puspitasari 1, Adinda Putri Prihapsari 2 1,2 Jurusan Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Berdasarkan System Development Life Cycle (SDLC) metode waterfall yang BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Berdasarkan System Develpment Life Cycle (SDLC) metde waterfall yang digunakan dalam pembuatan aplikasi penentuan harga jual, terdapat beberapa tahapan yang terdiri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. produk, yaitu Kain Grey dan Kain Cambric. Pada 1999, PC GKBI dapat memproduksi BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Perusahaan Perjalanan lahirnya Pabrik Cambric Gabungan Koperasi Batik Indonesia (PC GKBI) tidak terlepas dari sejarah kesenian ukir dan gambar yang mulai memasuki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemeliharaan (maintenance) merupakan salah satu faktor penting yang menunjang berjalannya suatu aktivitas. Jika suatu sistem memiliki pemeliharaan yang baik,

Lebih terperinci

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E.

JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL. Yang dibimbing oleh Roro Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. JURNAL MANAJEMEN OPERASIONAL Disusun dan diajukkan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Operasinal (Praktikum) Yang dibimbing leh Rr Arinda Reswanti Julian Pratama, S.E. Disusun Oleh :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yang terdiri dari material, mesin,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sering disebut sebagai faktor-faktor produksi, yang terdiri dari material, mesin, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan kegiatan prduksi, ada berbagai faktr yang harus dikella yang sering disebut sebagai faktr-faktr prduksi, yang terdiri dari material, mesin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Dasar Penjadwalan Prduksi Lading dan Scheduling merupakan salah satu pin dalan fungsi dan kegiatan pengawasan prduksi. Pemuatan (Lading) mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor strategis bagi kegiatan ekspor Indonesia merupakan industri tekstil dan produk tekstil (TPT) karena menyumbang devisa yang cukup besar dan mampu menyerap banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada saat ini dengan adanya ASEAN Economic Community (AEC) 2015 negaranegara ASEAN akan memiliki jangkauan pasar yang lebih luas. Keterbukaan pasar ini akan membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap industri manufaktur berusaha untuk efektif, dan dapat berproduksi dengan biaya produksi yang rendah untuk meningkatkan produktivitas. Usaha ini diperlukan untuk

Lebih terperinci

Menggunakan P-Chart dan Diagram Ishikawa pada PT. Ungaran Multi. Engineering, Ungaran". Penelitian tersebut dilakukan di PT.

Menggunakan P-Chart dan Diagram Ishikawa pada PT. Ungaran Multi. Engineering, Ungaran. Penelitian tersebut dilakukan di PT. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Almunir Yudha Putra Raharja, mahasiswa Universitas Islam Indnesia pada tahun 2004 dengan judul "Evaluasi Pengendalian Kualitas Prduk Menggunakan

Lebih terperinci

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk.

tahapan DMAIC (Define, Measure, Analysis, Improve, dan Control) untuk dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan cacat pada suatu produk. BAB I LATAR BELAKANG 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di Indonesia sedang mengalami perkembangan yang baik, kondisi ini mendorong suatu industri di Indonesia mulai tumbuh. Seiring dengan ketatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tekologi modern memberikan hasil yang positif dan juga memberikan efek yang negatif yaitu berupa gangguan kesehatan dan keselamatan bagi tenaga kerja maupun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Identifikasi Masalah, Peluang dan Tujuan Tahap pertama yaitu melakukan identifikasi masalah dan melakukan pengumpulan data dengan cara wawancara pemilik perusahaan

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CONTINOUS SHIP UNLOADER 1 PT PETROKIMIA GRESIK

Seminar Nasional IENACO ISSN: ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CONTINOUS SHIP UNLOADER 1 PT PETROKIMIA GRESIK ANALISIS KEBIJAKAN PERAWATAN MESIN CONTINOUS SHIP UNLOADER 1 PT PETROKIMIA GRESIK Tiara Ima Khota*, Ratna Purwaningsih Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB III METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi Pemecahan masalah adalah suatu proses berpikir yang mencakup tahapan-tahapan yang dimulai dari menentukan masalah, melakukan pengumpulan data melalui studi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ABSTRAK Perusahaan X adalah perusahaan tekstil yang berada di kota Bandung. Perusahaan ini memiliki 3 departemen utama, yaitu departemen benang, departemen weaving dan departemen produksi. Saat ini perusahaan

Lebih terperinci

PREVENTIVE MAINTENANCE

PREVENTIVE MAINTENANCE PREVENTIVE MAINTENANCE ABSTRAK Gangguan yang terjadi selama proses produksi atau aktivitas rutin lain akibat dari terjadinya kerusakan pada mesin atau fasilitas kerja lainnya, harus dicegah sedini mungkin.

Lebih terperinci

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN

AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN AKTIFITAS UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI KEGIATAN PERAWATAN Menekan Input 1.03-Planning & Budgeting-R0 1/18 MAINTENANCE PLANNING Maintenance Plan diperlukan untuk melakukan penyesuaian dengan Production

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini terlebih dahulu akan dibahas tentang identifikasi permasalahan, analisis permasalahan, slusi permasalahan dan perancangan sistem dalam rancang bangun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENGERTIAN DASAR MAINTENANCE (PERAWATAN) Beberapa pengertian maintenance (perawatan) dapat di uraikan sebagai berikut : 1. Menurut Drs.Sudjoko dalam bukunya yang berjudul Administrasi

Lebih terperinci

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA

OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA OPTIMASI JADWAL PERAWATAN PENCEGAHAN PADA MESIN TENUN UNIT SATU DI PT KSM, YOGYAKARTA Fransiskus Tatas Dwi Atmaji Program Studi Teknik Industri, Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University franstatas@telkomuniversity.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. bisa memenuhi permintaan sandang yang semakin meningkat tersebut, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri lagi seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk kebutuhan akan sandang kian hari juga terus meningkat, sehingga pabrik-pabrik industri tekstil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah PT Dan Liris merupakan industri yang bergerak di bidang textile yang memproduksi benang, kain dan juga pakaian jadi. Pada bagian textile khususnya divisi Weaving

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER

LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER L1 LAMPIRAN 1 DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA TERSTRUKTUR MODEL LIMA KEKUATAN PORTER Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri A. Gambaran Umum Situasi Perusahaan dan Industri 1. Pada lingkup industri

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 49 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG SEDANG BERJALAN 3.1. Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1. Sejarah Perusahaan PT. Praja Puri Lestari didirikan pada tahun 1984 leh Bapak Ir. Deddy Kusuma. PT. Praja Puri Lestari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DIAGRAM ALIR METODOLOGI PENELITIAN Dalam proses penyusunan laporan tugas akhir mengenai penerapan sistem Preventive Maintenance di departemen 440/441 men summer shoes pada

Lebih terperinci

cukup lama berkembang di Indonesia Industri tersebut mulai berkembang dengan

cukup lama berkembang di Indonesia Industri tersebut mulai berkembang dengan 1.1. Latar Belakang Industri Tekstil dan Produk Tekstii (TPT) merupakan industri yang sudah cukup lama berkembang di Indonesia Industri tersebut mulai berkembang dengan pesat pada awal tahun 1970 setelah

Lebih terperinci

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka, penulis menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pada Departemen

Lebih terperinci

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun

Dalam menentukan harga setiap usaha mungkin memiliki strategi yang berbeda-beda. Namun CHAPTER V Harga menurut Philip Ktler (2001 : 439) ialah sebagai berikut, charged fr a prduct r service. Mre bradly, price is the sum f all the value that cnsumer exchange fr the benefits f having r using.

Lebih terperinci

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN

PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN PERATURAN & TATA TERTIB PRAKTIKUM ANALISIS DAN PERANCANGAN PERUSAHAAN a. Penilaian Praktikum: 1. Penilaian praktikum terdiri dari 2 kelmpk nilai: tugas kelmpk dinilai leh pembimbing asistensi yang bersangkutan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk

ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI MESIN RING FRAME DENGAN TOTAL PRODUCTIVE MAINTENANCE DI PT INDORAMA SYNTHETICS Tbk Disusun Oleh : Nama : Gabriella Aningtyas Varianggi NPM : 33412072 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME

USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME USULAN INTERVAL PERAWATAN KOMPONEN KRITIS PADA MESIN PENCETAK BOTOL (MOULD GEAR) BERDASARKAN KRITERIA MINIMASI DOWNTIME Much. Djunaidi dan Mila Faila Sufa Laboratorium Sistem Produksi, Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 68 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Flowchart Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Berikut ini flowchart diagaram alir metodologi penelitian untuk menganalisa terjadinya breakdown dan cara meminimasinya

Lebih terperinci

di CV. NEC, Surabaya

di CV. NEC, Surabaya Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari )

EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan Pelaihari ) Prsiding Seminar Nasinal Manajemen Teknlgi III Prgram Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2006 EVALUASI TEKNIK OPERASIONAL PENGUMPULAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DI KABUPATEN TANAH LAUT ( Studi Kasus : Kecamatan

Lebih terperinci

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT.

Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya Minimum Menggunakan Metode Smith dan Dekker (Studi Kasus di PT. Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas No.02 Vol. 02 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Juli 2014 Usulan Selang Waktu Perawatan dan Jumlah Komponen Cadangan Optimal dengan Biaya

Lebih terperinci

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi

Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi 2015 Antoni Yohanes 28 Setting Parameter Mesin Ring Spinning Untuk Meningkatkan Kekuatan Tarik Benang PE 30/1 Dengan Menggunaka Metode Taguchi Antoni Yohanes Dosen Program Studi Teknik Industri Fakultas

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfomansinya agar dapat unggul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknlgi yang semakin maju dan semakin pesat membuat perusahaan harus dapat meningkatkan kinerja dan perfmansinya agar dapat unggul dalam persaingan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan berdampak pada semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan berdampak pada semakin BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin meningkatnya kebutuhan hidup manusia akan berdampak pada semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknlgi. Dengan semakin majunya perkembangan manusia

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I

MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I MEMPELAJARI PENGENDALIAN KUALITAS PADA DIVISI PROCESSING DI PT BHINEKA KARYA MANUNGGAL I Nama : Dewi Wilianti NPM : 31412968 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Rossi Septy Wahyuni, ST., MT. LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN ALAT MESIN PERTANIAN BAB IX PERENCANAAN, PENGELOLAAN, DAN EVALUASI USAHA JASA ALAT MESIN PERTANIAN Drs. Kadirman, MS. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR

ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR ANALISA REWORK PADA KEGIATAN KONSTRUKSI PROYEK LOW RISE BUILDING DI PAKUWON CITY, SURABAYA TIMUR Handaru Witjaksana dan Tri Jk Wahyu Adi Prgram Studi Magister Manajemen Teknlgi Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil, dan elektrikal

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Yang menjadi dasar evaluasi untuk menjadikan sistem ptimal di prduksi tekstil pada PT. ISTEM adalah dengan menggunakan metde DMAIC. Define

Lebih terperinci

Manajemen Montir dalam Perbaikan Mesin berdasarkan Simulasi Discrete-Event (Studi Kasus: PT. ISTW Semarang)

Manajemen Montir dalam Perbaikan Mesin berdasarkan Simulasi Discrete-Event (Studi Kasus: PT. ISTW Semarang) Manajemen Montir dalam Perbaikan Mesin berdasarkan Simulasi Discrete-Event (Studi Kasus: PT. ISTW Semarang) Singgih Saptadi, Zainal Fanani, Bambang Kurniawan Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang menggunakan berbagai jenis barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dan tentu saja barangbarang dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. X merupakan perusahaan yang bergerak di bidang tekstil benang jahit. Saat ini perusahaan memiliki permasalahan kualitas benang jahit pada bagian twisting, di mana diketahui terjadi cacat benang.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. menggunakan model waterfall. Pada model waterfall terdapat tahapan analisis

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. menggunakan model waterfall. Pada model waterfall terdapat tahapan analisis BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Sistem Pada tahapan ini dilakukan beberapa prses yang berhubungan dengan tahapan awal metde penelitian. Pada metde penelitian yang diambil menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan alat pengukur kemiringan kendaraan terhadap media yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan alat pengukur kemiringan kendaraan terhadap media yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kendaraan bermtr ataupun tak bermtr, khususnya kendaraan rda dua sangat membutuhkan alat pengukur kemiringan kendaraan terhadap media yang dilaluinya. Karena

Lebih terperinci

Bab 6. Kesimpulan dan Saran

Bab 6. Kesimpulan dan Saran Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat diuraikan dari hasil penelitian quality control yang telah dilakukan di PT. Sejahtera Bintang Abadi Textile:

Lebih terperinci

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X

Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X Ardyanto, et al. / Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X/ Jurnal Titra, Vol. 3, No. 2, Juli 2015, pp. 383-390 Upaya Penurunan Downtime pada Mesin Moulding di PT. X Marvin 1, Felecia 2 Abstract:

Lebih terperinci

OPTIMALISASI SISTEM PERAWATAN POMPA SENTRIFUGAL DI UNIT UTILITY PT.ABC

OPTIMALISASI SISTEM PERAWATAN POMPA SENTRIFUGAL DI UNIT UTILITY PT.ABC Jurnal Ilmiah Slusi Vl. 1 N.1 Januari Maret 2014: 77-86 OPTIMALISASI SISTEM PERAWATAN POMPA SENTRIFUGAL DI UNIT UTILITY PT.ABC Iwan Nugraha Gusniar Fakultas Teknik, Prgram Studi Teknik Mesin S1,Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggota dihargai sebesar Rp1,00 per yard. Adapun simpanan anggota-anggota. dimulai dengan kemampuan kapasitas :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. anggota dihargai sebesar Rp1,00 per yard. Adapun simpanan anggota-anggota. dimulai dengan kemampuan kapasitas : BAB III METODOLOGI PENELITIAN H. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Perusahaan PT GKBI berdiri pada tanggal 1 Juli 1957 dengan modal pembangunan diperoleh dari simpanan wajib anggota Gabungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Diagram 3.1 Flowchart Metodologi Pemecahan Masalah 67 3.1 Penelitian Pendahuluan Sebagai langkah awal penelitian, maka dilakukan penelitian pendahuluan untuk mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan memiliki berbagai tantangan dalam menghadapi perkembangan ekonomi. Tantangan itu antara lain kualitas, pelayanan, harga, variasi produk dan

Lebih terperinci

Modul MM (Material Management)

Modul MM (Material Management) KAMPUS IBI KWIK KIAN GIE JAKARTA, MEI 2017 KISI-KISI UAS dan QUIZ SAP SAP Materials Management (SAP-MM) adalah salah satu mdul di SAP ERP yang mendukung prses manajemen/pengellaan material di perusahaan,

Lebih terperinci

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015

Disusun Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 ) JAKARTA 2015 USULAN PERBAIKAN KUALITAS PERCETAKAN BUKU YASIN DENGAN MENGGUNAKAN METODE DMAIC Nama : Andi Putra Pratama NPM : 30411742 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing 1 : Dr. Ir. Sudaryanto, MSc. Pembimbing 2 :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha, persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH

PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH PENGEMBANGAN MODEL QUALITY MANAGEMENT SYSTEM (QMS) PADA INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Tit Mau Pelu Benjamin*, Yudha Prasetyawan, Ahmad Rusdiansyah Prgram Pasca Sarjana, Bidang Keahlian Manajemen Kualitas

Lebih terperinci

Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma. Disusun Oleh : Fazri Akbar ( )

Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma. Disusun Oleh : Fazri Akbar ( ) Mempelajari Manajemen Pemeliharaan Mesin Filling Betadine Pada PT Mahakam Beta Farma Disusun Oleh : Fazri Akbar (32411755) Latar Belakang Kelancaran Proses Produksi Mesin Manajemen Pemeliharaan Perumusan

Lebih terperinci

Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC

Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC Perencanaan Produksi Yarn Divisi Spinning 2 PT ABC Wakhid Ahmad Jauhari *1) dan Namrotul Uela Fatakunul Imamah *2) 1) Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas Maret, Ir Sutami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih

BAB I PENDAHULUAN. PLN, di ganti menjadi kwh meter digital yang dapat memberikan nilai lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknlgi selalu berkembang setiap saat, ada saja yang dilakukan manusia untuk memberikan kemudahan pada kehidupan sehari-hari. Salah satu cnth kemudahan

Lebih terperinci

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI

Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Pertemuan 1 PENGERTIAN MANAJEMEN KONSTRUKSI Halaman 1 dari Pertemuan 1 1.1 Pengertian Manajemen Pengertian Manajemen menurut Kntz, H. adalah: prses merencanakan, mengrganisir, memimpin dan mengendalikan

Lebih terperinci

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN

AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Pertemuan 6 AKURASI DAN MACAM ANGGARAN Halaman 1 dari Pertemuan 6 6.1 Ciri ciri dan Penyebab Perkiraan Biaya yang Kurang Akurat Anggaran pryek dihasilkan dari perkiraan biaya kmpnen-kmpnennya dengan memperhatikan

Lebih terperinci

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI

RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Seminar Nasinal Peternakan clan Vetermer 1000 RESPON PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING TERHADAP KONDISI KRISIS EKONOMI Kats kunch Respn, ayam ras pedaging, pendapatan ELAN MAssutAN', A. PRIYANTO, dan U. KusNAD12

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Maintenance

Sistem Manajemen Maintenance Sistem Manajemen Maintenance Pembukaan Yang dimaksud dengan manajemen maintenance modern bukan memperbaiki mesin rusak secara cepat. Manajemen maintenance modern bertujuan untuk menjaga mesin berjalan

Lebih terperinci

Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran Berbasis Kinerja Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metde penganggaran yang digunakan adalah metda tradisinal atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di kota-kota industri seperti Bandung memiliki berbagai jenis industri seperti industri garmen, textil, bahan makanan dan masih banyak industri lainnya. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Human error dalam research, desain, konstruksi, instalasi, operasi, perawatan, manufaktur, inspeksi, manajemen dan lain sebagainya seringkali menjadi penyebab sebagian

Lebih terperinci

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci: CNC Waldrich Siegen, preventif maintenance, repair policy

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci: CNC Waldrich Siegen, preventif maintenance, repair policy Usulan Penjadwalan Kebijakan Maintenance Mesin CNC Waldrich Siegen pada Departemen Permesinan Divisi Mijas PT.X (Persero) Fuzie Priatamphatie, Dyah Ika Rinawati* Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik yang kami laksanakan di PT. Indoberka Investama pada

BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN. Kerja praktik yang kami laksanakan di PT. Indoberka Investama pada BAB IV DESKRIPSI PEKERJAAN Kerja praktik yang kami laksanakan di PT. Indberka Investama pada tanggal 11 Juli 2016 s.d 11 Agustus 2016. PT. Indberka Investama merupakan perusahaan nasinal yang bergerak

Lebih terperinci

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR

SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR SIDANG PROPOSAL TUGAS AKHIR JUDUL : RISK AND HAZARD ANALYSIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) PADA MESIN PRODUKSI DI DEPARTEMEN SPINNING

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pengendalian kualitas yang dilakukan pada CV. X bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk dan menjaga agar kepuasan konsumen telah tercapai. Setelah melakukan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN DIKTAT KULIAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2007 DIKTAT KULIAH MANAJEMEN PEMELIHARAAN MESIN Disusun : ASYARI DARYUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

permintaan. Sedangkan untuk faktor - faktor lain dianggap tetap (tidak diteliti). Penelitian

permintaan. Sedangkan untuk faktor - faktor lain dianggap tetap (tidak diteliti). Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Materi Penelitian Pada penelitian ini akan membahas bagaimana menentukan atau memperkirakan vlume prduksi berdasarkan variabel bahan baku, jam kerja, biaya prduksi dan

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PT. SOELYSTYOWATY KUSUMA TEXTILE SRAGEN

ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PT. SOELYSTYOWATY KUSUMA TEXTILE SRAGEN ANALISIS EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADA PT. SOELYSTYOWATY KUSUMA TEXTILE SRAGEN TUGAS AKHIR Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Sebutan Ahli Madya Manajemen Industri Oleh

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pemeliharaan (Maintenance) 3.1.1 Pengertian Pemeliharaan Pemeliharaan (maintenance) adalah suatu kombinasi dari setiap tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang dalam,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 40 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah Perusahaan National Garment merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri pembuatan barang fashion seperti kaos,kemeja,celana,jaket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi saat ini pertumbuhan industri telah memberikan dampak yang sangat besar bagi seluruh Negara yang memiliki lahan industri, dimana tidak ada lagi penghalang

Lebih terperinci