kerja dalam perkembangan pembangunan nasional dj dan semakin meningkatnya kerja, selain memberi[an ketenangan kerja juga

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "kerja dalam perkembangan pembangunan nasional dj dan semakin meningkatnya kerja, selain memberi[an ketenangan kerja juga"

Transkripsi

1 UNDANO-UNDANG REPUBLIK INDONESIA t{ohor 3 TAHUil 1992 TENTANO JAHINAN SOSIAL TENAOA KERJA DENGAN RAHI{AT TUHAN YANG T.IAHA ESA lrleninbang :4. b. c. d. e. PRESTDEN REPUBLIK rndoi{esia, bahwa pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya, untuk mewujudkan suatu masyarakat yang sejahtera, adil, makmur, dan merata baik materiil naupun spiritual; bahwa dengan semakin meningkatnya peranan tenaga kerja dalam perkembangan pembangunan nasional dj dan semakin meningkatnya seluruh tanah air penggunaah teknologi di berbagai sektor kegiatan usaha dapat mengakibatkan semakin tinggi risiko yang mengancam keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja, sehingga perlu upaya peningkatan perl indungan tenaga kerja; bahwa perlindungan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan baik dalam hubungan kerja maupun di luar hubungan kerja melalui program jaminan sosial tenaga kerja, selain memberi[an ketenangan kerja juga mempunyai dampak positif terhadap usaha-usaha peningkatan disiplin dan produktivitas tenaga kerja; bahwa Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Republik Indonesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 3) dan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977 tentang Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1977 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3112) Oelum mengatur secara lengkap jaminan sosial tenaga kerja serta tidak sesuai lagi dengan kebutuhan; bahwa untuk mencapai maksud tersebut perlu ditetapkan undang-undang yang mengatur penyelenggaraan jaminan sosia'l tenaga kerja. a

2 lileng i ngat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasa] 2O ayat (1), dan Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dari Republik Indonesia untuk se'luruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 4); 3. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja (Lembaran Negara Tahun 1969 Nomor 55, Tambahan, Lembaran Negara Nomor 1912); 4. Undang-undang Nomor I Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja (Lembaran Negara Tahun 197O Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2918); 5. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1981 tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Nomor 32Ol). Dengan Persetujuan DEI{AN PERYIAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDq{ESIA ile}.iutuskan : l,lenetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG JAilINAN SOSIAL TENAOA KERJA. BAB I KETENTUAN UHUII r' Paeal I Qalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : Jaminan Sosial Tenaga Kerja adalah suatu per'l indungan bagi.tenaga kerja dalam bentuk santunan berupa uang sebaga'i pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal duni a. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja, guna menghasilkan jasa atau barang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pengusaha adalah : a. Orang, persekutuan atau badan hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik sendiri ; 25

3 b. Orang, persekutuan atau badan hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan perusahaan bukan mi I iknya; c. Orang, persekutuan atau badan hukum yang berada di Indonesia, mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia. 4. Perusahaan adalah setiap bentuk badan usaha yang mempekerjakan tenaga kerja dengan tujuan mencari untung atau tidak, baik milik swasta maupun milik negara. S. Upah ada'lah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada tenaga kerja untuk sesuatu- pekeriaan yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang ditetapkan menurut suatu perjanjian, atau peraturan perundang-undangan dan dibdyarkan atas dasar suatu perjanj'ian kerja antara pengusaha dengan tenaga kerja, termasuk tunjangan, baik untuk tenaga kerja sendiri maupun keluarganya. 6. Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuiu tempat karja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. 7'. Cacad adalah keadaan hilang atau berkurangnya fungsi anggota badan yang secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan h'iiang atau berkurangnya kemampuan untuk menjalankan pekeriaan. 8. Sakit adalah setiap gangguan kesehatan yang pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan. memerl ukan 9. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan termasuk kehami'lan dan persa'l inan. 10. Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan adalah pegawai teknis berkdahlian khusus dari Departemen Tenaga Kerja yang ditunjuk oleh Menteri Badan Penyelenggara adalah badan hukum yang bidang usahanya menyelenggarakan program iaminan sosial tenaga kerja. 12. Menteri adalah Menteri ketenagakerjaan. yang bertanggung jawab dalam bidang Pasal 2 Usaha sosial dan usaha-usaha lain yang tidak berbentuk perusahaan d'iperlakukan sama dengan perusahaan, apabila mempunyai pengurus dan mempekerjakan orang lain sebagaimana layaknya perusahaan mempekerjakan tenaga kerja. 26

4 BAB II PENYELENGGARAAN JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA Pasal 3 (1) Untuk memberikan perlindungan kepada tenaga kerja diselenggarakan program jami nan sosi al tenaga kerja yang pengel o'laannya dapat di iaksanakan dengan mekanisme asuransi. (2) Setiap tenaga kerja berhak atas jaminan sosial tenaga keria. Pasal 4 ( 1 ) program jam'inan sosi al tenaga kerja sebagaimana dimaksud dal am pasal 3 wajib dilakukan oleh setiap perusahaan bagi tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di dalam hubungan kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang ini. (z) Program jami nan sosi a'l tenaga kerja bagi tenaga keria yang melakukan pekerjaan di luar hubungan kerja akan diatur 'lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (3) Persyaratan dan tata cara penyelenggaraan program jaminan sosia'l tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 5 Kebijaksanaan dan pengawasan umum program jaminan soslal tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 6 BAB III PRoGRAM ro"#lt":t:iijenaga KERJA Ruang Lingkup Pasal 6 (t) Ruang lingkup program jaminan sosial tenaga kerja dalam Undangundang 'ini me'l i puti : a. Jaminan Kecelakaan Keria; b. Jaminan Kematian; c. Jaminan Hari Tua; d. Jaminan Pemel iharaan Kesehatan. (2) Pengembangan program jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud da1am ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. 27

5 Paeal 7 ( 1) Jaminan sos'ia1 tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal diperuntukkan bagi tenaga kerja. (Z) Jaminan sosial tenaga kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal huruf d berlaku pula untuk keluarga tenaga kerja. Bagian Kedua Jaminan Kecelakaan Kerja Pasal 8 ( 1 ) Tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan kerja berhak menerima Jaminan Kecelakaan Kerja. (2) Termasuk tenaga keria dalam Jaminan Kecelakaan Kerja ialah : a. magang dan murid yang bekerja pada perusahaan baik yang menerima upah maupun tidak; b. mereka yang memborong pekerjaan kecuali jika yang memborong ada'lah perusahaan; c. narapidana yang dipekeriakan di perusahaan. Pasal 9 Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal I ( 1 ) mel iputi : a. biaya pengangkutan; b. biaya pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan; c. biaya rehabi I itasi ; d. santunan berupa uang yang meliputi.: I ayat 1. santunan sementara tidak mampu bekeria; 2. santunan cacad sebagian untuk selama-lamanya; 3. santunan cacad tota'l untuk selama-lamanya baik fisik maupun mental ; 4. santunan kematian. Paeal lo (1) pengusaha waj'ib melaporkan kecelakaan kerja yang menimpa tenaga kerja kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak 'lebih dari 2 kali 24 iam. (2) Pengusaha wajib melaporkan kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara dalam waktu tidak lebih dari 2 kaf i 24 iam setelah tenaga kerja yang tertimpa kecelakaan oleh dokter yang merawatnya dinyatakan sembuh, cacad atau meninggal dunia. 28

6 (3) Pengusaha wajib mengurus hak tenaga kerja yang tertimph kecelakaan kerja kepada Badan Penyelenggara sampai memperoleh hak-haknya, (4) Tata cara dan bentuk laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) dan ayat (2) ditetapkan oleh Menteri. Pasal 1 I Daftar jenis penyakit yang timbul karena hubungan kerja perubahannya ditetapkan dengan Keputusan Presiden. serta Bagian. Ketiga Jaminan Kematlan Paeal 12 (1) Tenaga kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja, keluarganya berhak atas Jaminan Kematian. (2) Jaminan Kematl'an sebaga'imana dimaksud dalam ayat ( ) mel iputi : a. biaya pemakaman; b. santunan berupa uang. Paeal 13 Urutan penerima yang diutamakan dalam pembayaran santunan kematian dan Jaminan Kematian sebaga'imana dimaksud dalam Pasal t huruf d butir 4 dan Pasal 12 ialah : a. janda atau duda; b. anak; I c. orang tua; d. cucu; e. kakek atau nenek; f. saudara kandungi g. mertua. Bagian Keempat Jamlnan Harl Tua Paeal 14 (1) Jaminan Hari Tua dibayarkan secara sekaligus, atau berkala atau sebagian dan berkala, kepada tenaga kerja karena : a. telah mencapai usia 55 (lima pu'luh 'lima) tahun, atau b. cacad total tetap setelah ditetapkan oleh dokter (2) Dalam hal tenaga kerja meninggal dunia, Jaminan Hari Tua dibayarkan kepada janda atau duda atau anak yatim piatu. 29

7 Pasal 15 Jaminan Hari Tua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dapat d'ibayarkan sebelum tenaga kerja mencapai usia 55 (tima puluh lima) tahun, setelah mencapai masa kepesertaan tertentu, y rhg diatur dengan Peraturan Pemerintah. Bagian Kelima Jaminan Pem l iharaan Kesehatan Pasal 16 ( 1) Tenaga kerja, suami atau is'teri, dan anak berhak memperoleh Jaminan Pemel iharaan Kesehatan. (2) Jami nan Peme'l i haraan Kesehatan mel i puti : a. rawat jalan tingkat pertama; b. rawat jalan tingkat lanjutan; c. rawat i nap.; d. pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan; e. penunjang di agnost'ik ; f. pelayanan khusus; g. pelayanan gawat darurat. BAB IV KEPESERTAAN Pasa-l 17 Pengusaha dan tenaga kerja waiib ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja. Pasal 18 (1) Pengusaha wajib memilifi daftar tenaga kerja beserta keluargahyd, daftar upah beserta perubahan-perubahan, dan daftar kece'lakaan kerja di perusahaan atau bagian perusahaan yang berdiri sendiri. (2) Se'lain kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ),.pengusaha wajib menyampaikan data ketenagakerjaan dan data perusahaan yang berhubungan dengan penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja kepada Badan Penyelenggara, (3) Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti tidak benar, sehingga mengak'ibatkan ada tenaga kerja yang tidak terdaftar sebagai peserta program jaminan sosial tenaga kerja, maka pengusaha wajib memberikan hak-hak tenaga kerja sesuai dengan ketentuan Undang-undang 'ini. 30

8 (4) Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terbukti tidak benar, sehingga mengakibatkan kekurangan pembayaran'iaminan kepada tenaga kerja, maka pengusaha wajib memenuhi kekurangan iaminan tersebut (5) Apabila pengusaha dalam menyampaikan data sebagaimana dimaksud dalam ayat \2) terbukti tidak benar, sehingga mengakibatkan kelebihan pembayaran iaminan, maka pengusaha wajib mengembaf ikan kelebihan tersebut kepadq Badan Penyelenggara. (6) Bentuk daftar tenaga keria, daftar upah, daftar kecelakaan kerja yang d i nruat da I am buku, dan tatacara penyanpa i an data ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2\ d'itetapkan o'leh Menteri. t Paeal 19 ( 1 ) Pentahapan kepesertaan program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (2) Dalam hal perusahaan belum ikut serta dalam program jaminan sosial tenaga kerja disebabkan adanya pentahapan kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), maka pengusaha wajib memberikan Jaminan Kecelakaan Kerja kepada tenaga kerjanya sesuai dengan Undangundang ini. (3) Tata cara pelaksanaan hak tenaga kerja sebagaimana dimaksud da]am ayat (2) ditetapkan oleh Menteri. BAB IURAN, BESARNYA JA,], INAN, DAN TATACARA PEI,IBAYARAN Pasal 20 (1) Iuran Jaminan Kecelakaan Kerja, iuran Jaminan Kematian, Jaminan Pemel iharaan Kesehatan ditanggung oleh pengusaha. 1 Uran (2) Iuran Jaminan Hari Tua ditanggung oleh pengusaha dan tenaga kerja. Pasal 21 Besarnya iuran, tatacara, syarat pembayaran, besarnya denda, dan bentuk iuran program jaminan sosial tenaga kerja ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. 31

9 Pasal 22 (1) Pengusaha wajib membayar iuran dan me]akukan pemungutan iuran yang 'menjadi kewajiban tenaga kerja melalui pemotongan upah tenaga kerja serta membayarkan kepada Badan Penyelenggara dalam waktu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. (2) DaIam hal keterlambatan pembayaran iuran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 23 Besarnya dan tatacara pembayaran Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kemat'ian, Jami nan Hari Tua, dan tatacara pel ayanan Jami nan Pemel iharaan Kesehatan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 24 ( 1 ) Perh'itungan besarnya Jaminan Kecelakaan Kerja yang harus dibayarkan kepada tenaga kerja dilakukan oleh Badan Penyelenggara sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (2') Da]am hal perhi tungan besarnya Jami nan Kecel akaan Kerja t'idak sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ), maka Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan menghitung kembali dan menetapkan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Menteri menetapkan kecelakaan kerja, dan besarnya jaminan yang be'lum tercantum da1am peraturan pelaksanaan Undang- un.dang.ini. (4) Perbedaan pendapat dan perhitungan besarnya jumlah Jaminan Kecelakaan Kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (21 penyelesaiannya ditetapkan oleh Menteri. BAB VI BADAN PENYELENGGARA Pasal 25 ( 1) Penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja di'lakukan oleh Badan Penyelenggara. 32

10 (2) Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), adalah Badan Usaha Mi 'l i k Negara yang di bentuk dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (3) Badan Usaha Mi'lik Negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (Z), dalam melaksanakan fungsi dan tugasnya mengutamakan pelayanan kepada peserta dalam rangka peningkatan perl indungan dan kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya. Pasal 26 Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud dalam Pasanl 25 ayat (2), wajib membayar jaminan sosial tenaga kerja da]am waj<tu tidak leb'ih dari 1 (satu) bulan. Pasal 27 Pengendalian terhadap penyelenggaraan program jaminan sosia] tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara sebagaimana dimaksud da]am Pasal Zs di lakukan oleh Pemerintah, sedangkan dalam pengawasan mengikutsertakan unsur pengusaha dan unsur tenaga kerja, dalam wadah yang menjalankan fungsi pengawasan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ber 1 aku. Pasal 28 Penempatan investasi dan pengelolaan dana program jaminan sosial tenaga kerja oleh Badan Penyelenggara diatur dengan Peraturan Pemerintah. BAB VII KETENTUAN PIDANA Pasal 29 (1) Barang siapa tidak rnemenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1); Pasal 10 ayat (1), ayat (2), dan ayat (3); Pasal 18 ayat (1), ayat (2), alat (3), ayat (4), dan ayat (5); Pasal t9 ayat (2); Pasal 22 ayat (1); dan Pasal 26, diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya 6 (enam) bulan atau denda setinggiti ngg'inya Rp O0, - ( 1 i mapul uh juta rupi ah ). (2) Da'lam ha'l pengu'langan tindak pidana sebagaimana dimaksud da'lam ayat ( 1 ) untuk kedua kal inya atau 'lebih, setelah putusan akhi r te'lah mempero'leh kekuatan hukum tetap, maka pelanggaran tersebut dip'idana kurungan selama-lamanya 8 (delapan) bulan. (3) Tindak p'idana sebagaimana dimaksud da]am ayat ( t ) pe 1 anggaran. ada'lah 33

11 Pasal 30 Dengan tidak mengurang'i ketentuan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dan ayat (2) terhadap pengusaha, tenaga kerja, dan Badan Penye'lenggara yang tidak memenuhi ketentuan Undang-undang ini dan peraturan pelaksanaannya dikenakan sanksi administratif, ganti rug'i, atau denda yang akan diatur lebih 'lanjut dengan Peraturan Pemeri ntah. BAB VIII PENYIDIKAN Pasal 31 ( 1) Se'lain penyidik pejabat Pol isi Negara Repub'l ik Indonesia, juga kepada pejabat Pegawa'i Negeri Sipi'l tertentu di Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya mel iputi ketenagakerjaan, diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Repub'lik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Repub'lik Indonesia Nomor 320g) untuk melakukan penyid'ikan tindak pidana sebaga'imana diatur dalam Undang-undang ini. (2) Penyidik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), berwenang : a. me'l akukan pene I i t i an atas kebenaran 'l aporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana di bidang jaminan sosial tenaga kerj a; b. me'lakukan pene'l 'itian terhadap orang atau badan yang diduga melakukan tindak pidana di bidang jaminan sosial tenaga kerja; c. mem'inta keterangan dan barang bukti dari orang aleu badan sehubungan dengan peristiwa tindak pidana di btciang jaminan sosia'l tenaga kerja; d. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang diduga terdapat barang bukti dan melakukan penyitaan terhadap barang yang dapat dijadikan barang bukti dalam perkara.tindak pidana di bidang jaminarr sosial tenaga keria; e. me r akukan ti ndakan pertama pada saat di tempat kejad'ian sehubungan dengan tindak pidana di bidang jaminan sosial tenaga kerja. 34

12 BAB IX KETENTUAN LAIN-LAIN Paeal 32 Ke'lebihan pembayaran jaminan yang telah diterima oleh yang berhak tidak dapat diminta kembali. BAB KETENTUAN PERALIHAN Pasal 33 (1) Selama peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undangundang i ni be'lum di ke'luarkan, maka semua peraturan perundangundangan yang mengatur program asuransi sosial tenaga kerja, dan penyelenggaraannya yang ada pada waktu Undang-undang ini mula'i berlaku, tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-undang ini. (2) Se'lama peraturan perundang-undangan sebagai pelaksanaan Undangundang 'ini belum dikeluarkan, maka perusahaan yang telah menye'lenggarakan program asurans'i sosial tenaga kerja dan jaminan sosial tenaga kerja lainnya tetap melaksanakannya. (3) Tenaga kerja yang telah menjadi tertanggung atau peserta da1am program asuransi sosial tenaga kerja dan jbminan sosial tenaga kerja lainnya dengan berlakunya Undang-undang ini tidak.boleh d i rug'i kan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 34 Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, maka Undang-undang Nomor 2 Tahun 1951 tentang Pernyataan Ber'lakunya Undang-undang Kecelakaan Tahun 1947 Nomor 33 dari Repub'l ik Indonesia untuk seluruh Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 3) dinyatakan tidak berlaku lagi. 35

13 Paeal 35 Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undangundang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Repubf ik Indones i a. Disahkan di:jakarta pada tanggal : 17 Pdbruari t992 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA ffid. SOEHARTO Diundangkan di : J a k a r t a pada tanggal : 17 Pebruari 1992 MENTERI /SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, ttd. MOERDIONO LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAI{UN 1992 NOI.IOR

14 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1992 TENTANG JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA UMUM. Pembangunan sektor ketenagakerjaan sebagai bagi n dari upaya pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dengan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasi 1a, dan pe'laksanaan Undang-Undang Dasar 1945, diarahkan pada peningkatan harkat, martabat dan kemampuan manusia, serta kepercayaan pada diri sendi ri da'lam rangka mewujudkan masyarakat sejahtera, adi 1, dan makmur baik materi i I maupun spi ritual. Peranserta tenaga kerja dalam pembangunan nasional semakin meningkat dengan d'isertai berbagai tantangan dan ri si ko yang di hadapi nya. Oleh karena itu kepada tenaga kerja perlu diberikan perlindungan, pemel iharaan dan peningkatan kesejahteraanhye, sehingga pada gi 1i rannya akan dapat meningkatkan produktivitas nasiona'l. Bentuk perl indungan, peme'l iharaan, dan peningkatan kesejahteraan dimaksud diselenggarakan dalam bentuk program jaminan sosial tenaga kerja yang bersifat dasar, dengan berasaskan usaha bersama, kekeluargaan, dan gotong-royong sebaga'imana terkandung dalam' jiwa dan semangat Pancasila dan Undang-Undang Dasar Pada dasarnya program ini menekankan pada perl'indungan bagi tenaga kerja yang relatif mempunyai kedudukan yang'lebih lemah. Oleh karena itu pengusaha memikul tanggung jawab utama, dan secara moral pengusaha mempunyai kewajiban untuk pen'ingkatkan perl indungan dan kesejahteraan tenaga kerja. Disamping itu, sudah sewajarnya apabila tenaga kerja juga berperan aktif dan 'ikut bertanggung jawab atas pelaksanaan program jaminan sosial tenaga kerja demi terwujudnya perlindungan tenaga kerja dan keluarganya dengan baik. Sudah menjadi kodrat, bahwa manusia itu berkeluarga dan berkewaj'iban menanggung kebutuhan keluarganya. Oleh karenanya, kesejahteraan yang perlu dikembangkan bukan hanya bagi tenaga kerja sendiri, tetapi juga bag'i keluarganya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti 1uas, yang harus tetap terpelihara termasuk pada saat tenaga kerja kehilangan sebagian atau seluruh penghasilannya sebagai akibat terjadinya risiko-risiko sosial antara lain kecelakaan kerja, sakit, meninggal dunia, dan hari tua. 37

15 Dalam rangka menciptakan landasan untuk meningkatkan kesejahteraan dan perl indungan tenaga kerja, Undang-undang ini mengatur penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja sebaga'i perwujudan pertanggungan sosial sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenal Tenaga Keria. pada hakekatnya program jaminan sosial tenaga kerja ini memberikan kepastian berlangsungnya arus penerimaan penghasi lan keluarga sebaga'i pengganti sebagian atau seluruh penghasilan yang hilang. Jaminan sosial tenaga kerja mempunyai beberapa aspek, antara lain : a. memberikan perlindungan dasar untuk memenuhif kebutuhan hidup minimal bagi tenaga keria beserta keluarganya; b. merupakan penghargaan kepada tenaga kerja yang telah menyumbangkan tenaga dan pikirannya kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Penyelenggaraan jaminan sosial tenaga kerja dimaksudkan dalam Undangundang ini sebaga'i pelaksanaan Pasal 10 dan Pasal 15 Undang-undang Nomor 14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja yang mel iputi Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Kemat'ian, Jaminan Hari Tua, dan Jaminan Pemel iharaan Kesehatan. Akan tetapi mengingat objek yang mendapat jaminan sosial tenaga kerja yang diatur da'lam Undang- undang ini diprioritaskan bagi tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan, perorangan dengan menerima upah maka kepada tenaga kerja di luar hubungan kerja atau dengan kata lain tidak bekerja pada perusahaan, pengaturan tentang ia.minan sosial tenaga kerj.anya akan diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah. Adapun ruang lingkup yang diatur di dalam Undang-undang ini meliputi : 1. Jaminan Kecelakaan Kerja : Kece'lakaan kerja maupun penyakit akibat kerja merupakan risiko yang dihadap'i oleh tenaga kerja yang melakukan pekerjaan. Untuk menanggulangi hi'langnya sebagian atau seluruh penghasilannya yang diakibatkan oleh kematian atau cacad karena kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka perlu adanya Jaminan Kecelakaan Kerja. Mengingat gangguan mental akibat kecelakaan kerja sifatnya sangat relatif sehingga sulit d'itetapkan derajat cacadnya maka jaminan atau santunan hanya diberikan dalam hal terjadi cacad mental tetap yang mengakibatkan tenaga kerja yang bersangkutan tidak bisa bekerja lagi. 38

16 2. Jaminan Kematian : Tenaga Kerja yang meninggal dunia bukan akibat kecelakaan kerja akan mengak'i batkan terputusnya penghas'i 1 an, dan sangat berpengaruh pada kehidupan sosia'l ekonomi bagi keluarga yang d'it'ingga'lkan. Oleh karena itu, diperlukan Jaminan Kematian dalam upaya meringankan beban keluarga ba'ik dalam bentuk biaya pemakaman maupun santunan berupa uang, 3. Jaminan Hari Tua : Hari tua dapat mengakibatkan terputusnya upah karena tidak 'lagi mampu bekerja. Aki bat, terputusnya upah tersebut dapat men'imbu'lkan kerisauan bagi tenaga kerja dan mempengaruhi ketenangan kerja sewaktu mereka mas i h beker j a, terutama bag'i mereka yang penghasilannya rendah. Jaminan Hari Tua memberikan kepast'ian penerimaan penghas"i lan yang dibayarkan sekal igus dan atau berka'la pada saat tenaga kerja mencapai usia 55 (lima puluh lima) tahun atau memenuh'i persyaratan tertentu. 4. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan : Pemel iharaan kesehatan dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja sehingga dapat melaksanakan tugas sebaik-baiknya dan merupakan upaya kesehatan di bidang penyembuhan (kuratif). Oleh karena, upaya penyembuhan memerlukan dana yang tidak sedikit dan memberatkan j i ka di bebankan kepada perorangan, maka sudah se 1 ayaknya d'i upayakan penanggu 1 angan kemampuan masyarakat me'l a 1 u i program jaminan sosia'l tenaga kerja. Disamping itu pengusaha tetap berkewajiban mengadakan pemeliharaan kesehatan tenaga kerja' yang mel iputi upaya peningkatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif ), dan pemulihan (rehabil itatif ). Dengan dem'ikian diharapkan tercapa'inya derajat kesehatan tenaga kerja yang optimal sebagai potensi yang produktif bagi pembangunan. Jaminan Pemel iharaan Kesehatan selain untuk tenaga kerja yang bersangkutan juga untuk keluarganya. Meng'i ngat j ami nan sos i al tenaga ker j a merupakan program 'l i ntas sektoral yang sal ing mempengaruhi dengan usaha peningkatan kesejahteraan sosial lainnya, maka program jaminan sosia'l tenaga kerja di laksanakan secara bertahap dan sa'l ing menunjang dengan usaha-usaha pe1 ayanan masyarakat dal am bi dang kesehatan, kesempatan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja. 39

17 Pengawasan terhadap Undang-undang'ini, dan peraturan pelaksanaannya di lakukan o'leh Pegawa'i Pengawas Ketenaga kerjaan sebagaimana dimaksud dalam Undang- undang Nomor 3 Tahun 1951 tentang Pernyataan Berlakunya Undang-undang Pengawasan Perburuhan Tahun 1948 Nomor 23 dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 197O tentang Kese'lamatan Kerja. PASAL DEMI PASAL : Pasal I Cukup i e'l as. Pasal 2 Pasal 3 Yang dimaksud dengan usaha sosial dan usaha-usaha lain yang diperlakukan sama dengan perusahaan ada'lah yayasan, badanbadan, I embaga- l embaga i I mi ah serta badan usaha 'lai nnya dengan nama apapun yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan tenaga keria. Ayat (1) Da'lam penyelenggaraan program jaminan sosial tenaga kerja ini dapat digunakan mekanisme asuransi untuk menjamin solvabilitas dan kecukupan dana guna memenuhi hak-hak peserta dan kewaj i ban lain dari Badan Penyelenggara dengan tidak meninggalkan watak sos i al nya. Ayat (2) Cukup jelas Pasal 4 Ayat (1) Yang dimaksud dengan tenaga kerja yang melakukan pekerjaan di da'lam hubungan kerja adal ah orang yang bekerja pada seti ap bentuk usaha (perusahaan) atau perorangan dengan menerima upah termasuk tenaga harian'lepas, borongan, dan kontrak. Mengingat jaminan sosia'l tenaga kerja merupakan hak dari tenaga kerja maka ketentuan ini menegaskan bahwa setiap perusahaan atau perorangan wajib menyeienggarakannya. 40

18 Ayat (2) Ayat (3) Cukup jelae. Paeal 5 Paeal 0 Ayat (1) Lihat Penjelasan Umum Ayat (2) Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengatur jaminan sosial tenaga keria lainnya yang dapat diberikan kepada tenaga kerja dalim rangka meningkatkan perlindungan dan kesejahteraan teniga kerja i tu sendi ri, beserta kel uarganya antara 'lai n Program Jami nan Pesangon sebagai akibat pemutusan hubungan kerja. Paeal 7 Ayat (1) Tenaga kerja yang melakukan pekerjaan, setiap saat menghadapi risiko sosial berupa peristiwa yang dapat mengakibatt an berkurangnya atau hilangnya penghasilan. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan perl indungan tenaga kerja da'lam program jaminan sosial tenaga kerja yang bertujuan untuk mem-berikan ketenangan bekerja dan menjamin kesejahteraan tenaga kerja beserta keluarganya. Ayat (2) Paaal I Ayat (t) 4l

19 Ayat (2) Huruf a Magang merupakan tenaga kerja yang secara nyata belum penuh menjadi tenaga kerja atau karyawan suatu perusahaan, tetapi telah melakukan pekerjaan di perusahaan. Demikian pu'la murid atau siewa yang melakukan pekerjaan dalam rangka kerja praktek, berhak atas Jaminan Kecelakaan Kerja apabi la tertimpa kecelakaan kerja Huruf b Pemborong yang bukan pengusaha dianggap bekerja pada pengusaha yang memborongkan pekerjaan. Huruf c Narapidana yang dipekerjakan pada perusahaan perlu di beri perlindungan berupa Jaminan Kecelakaan Kerja jika tertimpa kecelakaan kerja. Pasal 9 Huruf a Huruf b Huruf c Cukup jelas Huruf d Santunan berupa uang diberikan kepada tenaga kerja atau kel uarganya. Pembayaran santunan i ni pada pri ns'ipnya di beri kan secara berkala dengan maksud agar lenaga kerja atau keluarganya dapat memenuhi sebagian kebutuhan hidupnya secara terus menerus. Selain pembayaran santunan secara berkala dapat juga diberikan eekal igus. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong kearah kegiatan yang bersifat produktif dalam upaya meningkatkan kesejahteraannya. 42

20 Paaal 10 Ayat (1 ) DiEamping pengusaha wajib melaporkan kejadian kecelakaan, maka keluarga, Serikat Pekerja, kawan-kawan sekerja serta masyarakat dibenarkan memberitahukan kejadian kecelakaan tersebut kepada Kantor Departemen Tenaga Kerja dan Badan Penyelenggara. Ayat (2) Cukup ielas Ayat, (3) Cukup jclae. Ayat (4) Pasal I 1 Pasal 12 ' Ayat (1). Yang dimaksud dengan keluarga yang ditingga'lkan ada'lah isteri atau suami, keturunan sedarah dari tenaga kerja menurut garis lurus ke bawah, dan garis lurus ke atas, dih'itung bampai derajat kedua termasuk anak yang disahkan. Apabila garis lurus ke atas dan ke bawah tidak ada, diambil garis ke samping dan mertua. Bagi tenaga kerja yang tidak mempunyai keluarga, hak atas Jaminan Kematian dibayarkan kepada pihak yang mendapat surat wasiat dari tenaga kerja yang bersangkutan atau perusahaan untuk pengurusan pemakamam. Dalam hal magang atau murid, mereka yang memborong pekerjaan, dan narapidana men'inggal dunia bukan karena akibat kece]akaan kerja, maka keluarga yang ditinggalkan tidak berhak atas Jaminan Kematian, 43

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup

Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang : Pengelolaan Lingkungan Hidup Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 23 TAHUN 1997 (23/1997) Tanggal : 19 SEPTEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber : LN 1997/68; TLN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA,

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA, MENTERI TENAGA KERJA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA R.I NOMOR: PER.04/MEN/1993 TENTANG JAMINAN KECELAKAAN KERJA MENTERI TENAGA KERJA, Menimbang : a. bahwa sebagai pelaksana pasal 19

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2004 TENTANG PENEMPATAN DAN PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 16 TAHUN 1985 (16/1985) Tanggal : 31 DESEMBER 1985 (JAKARTA) Sumber : LN 1985/75; TLN NO. 3318 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBUK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pembangunan bidang ekonomi khususnya

Lebih terperinci

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

UU PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1986 TENTANG PERADILAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa negara Republik Indonesia, sebagai negara hukum

Lebih terperinci

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hakikat

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

- 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK - 1 - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG RUMAH SUSUN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 1999 TENTANG HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a b c d e bahwa manusia, sebagai makhluk ciptaan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG KETERBUKAAN INFORMASI PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa informasi merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menunjang terwujudnya perekonomian

Lebih terperinci

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Badan Usaha Milik Negara merupakan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRATIF KEPADA PEMBERI KERJA SELAIN PENYELENGGARA NEGARA DAN SETIAP ORANG, SELAIN PEMBERI KERJA, PEKERJA,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER 12/MEN/VI/2007

PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER 12/MEN/VI/2007 PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: PER 12/MEN/VI/2007 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENDAFTARAN KEPESERTAAN, PEMBAYARAN IURAN, PEMBAYARAN SANTUNAN DAN PELAYANAN JAMINAN

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah

Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 1996 Tentang : Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Pakai Atas Tanah Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 40 TAHUN 1996 (40/1996) Tanggal : 17 JUNI 1996 (JAKARTA)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.207, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Hak Guna Air. Hak Guna Pakai. Hak Guna Usaha. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5578) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH ANGGARAN DASAR KOPERASI KARYAWAN BISNIS INDONESIA MUKADIMAH Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Karyawan PT Jurnalindo Aksara Grafika, dengan penuh kesadaran, ikhlas serta didorong oleh semangat berkoperasi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur yang merata materiil

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci