PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS"

Transkripsi

1 Nama :..... NIM :.... PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA KAMPUS : Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi, Cengkareng Jakarta Barat Telp ext 1306

2 PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS Oleh : 1. Aas Wasri Hasanah, S.Si, MT. Tony Koerniawan, ST, MT 3. Oktaria Handayani, ST, MT 4. Septianissa Azzahra, ST LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

3 Tata Tertib Praktikum Fisika STT-PLN 1. Datang 15 menit sebelum praktikum.. Pada saat praktikum memakai pakaian rapih (pakaian berkerah, bersepatu dan menggunakan jas laboratorium). 3. Cover tugas rumah & laporan diketik komputer (berwarna). 4. Membawa kartu praktikum. 5. Mengerjakan tugas rumah. 6. Kartu praktikum hilang, lapor ke koordinator asisten (koordas) masing-masing. 7. Membawa alat tulis, milimeterblock, penggaris dan steples. 8. Nilai tes awal < 40 tidak dapat mengikuti praktikum. 9. Apabila ada alat praktikum yang rusak selama praktikum berlangsung tanggung jawab praktikan. 10. Selama praktikum tidak boleh keluar ruangan. 11. HP di silent. 1. Menjaga kebersihan dan ketertiban. 13. Tidak ada praktikum susulan. Apabila praktikan melanggar salah satu peraturan di atas maka asisten, koordinator asisten (koordas) dan instruktur Laboratorium Fisika berhak mengeluarkan praktikan. Kepala Laboratorium Fisika Aas Wasri Hasanah, S.Si., MT

4 Contoh format cover tugas rumah & laporan diketik komputer (berwarna) di kertas A4 : Tugas Rumah Modul 1 Mekanika, Fluida dan Panas ( Pengukuran Dasar ) Logo Berwarna Laporan Praktikum Modul 1 Mekanika, Fluida dan Panas ( Pengukuran Dasar ) Nama : NIM : Kelas : Kelompok : Jurusan : Tgl Praktikum : Laboratorium Fisika STT-PLN Jakarta 014 Nama : NIM : Kelas : Kelompok : Jurusan : Tgl Praktikum : Asisten : Laboratorium Fisika STT-PLN Jakarta 014 Contoh Lembar Tugas Rumah dan Laporan : cm cm Sarah Elvira ,5 cm Format Laporan : 1. Judul. Tujuan 3. Alat-alat dan Perlengkapan 4. Teori 5. Cara Kerja 6. Data Pengamatan 7. Tugas Akhir 8. Analisa 9. Kesimpulan cm Laboratorium Fisika STT-PLN

5 MODUL I PENGUKURAN DASAR ( ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT ) LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

6 MODUL I PENGUKURAN DASAR ( ISI DAN MASSA JENIS ZAT PADAT ) I. TUJUAN 1. Mempelajari penggunaan alat-alat ukur dasar.. Menuliskan dengan benar bilangan-bilangan berarti hasil pengukuran atau perhitungan. 3. Menghitung besaran lain berdasarkan besaran yang terukur langsung. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Jangka sorong.. Mikrometer sekrup. 3. Neraca Ohaus. 4. Termometer. 5. Balok yang diukur ( 3 buah ). 6. Bejana gelas. 7. Tali. III. TEORI Setiap pengukuran besaran fisis selalu dihinggapi oleh batas ketelitian dan kesalahan pengukuran. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam pembuatan alat maupun keterbatasan dalam kemampuan membaca dan cara membacanya. Karena itu setiap hasil pengukuran harus dilaporkan secara benar yang memperlihatkan ketelitian pengukuran tersebut. Untuk hal itu maka pemakaian alat ukur perlu memperhatikan hal-hal berikut : a. Titik nol alat yaitu angka yang ditunjukkan alat sebelum digunakan. b. Nilai skala terkecil alat yaitu skala terkecil yang diperlihatkan alat. c. Batas ukur alat yaitu batas maksimum yang dapat diukur alat tersebut. d. Cara pemakaian alat. Demikian banyak hal yang harus diatur dan dikuasai, sehingga pengamat mudah sekali melakukan suatu kesalahan. Sehingga nilai benar x o tidak mungkin kita ketahui secara tepat melalui suatu eksperimen, yang diperoleh adalah nilai x yang tidak tepat sama dengan x o. Cara pelaporan yang baik dituliskan sebagai x = x o x Dimana : x : besaran yang dicari x o : nilai besaran sebenarnya x : simpangannya

7 A. Pengenalan Alat 1. Jangka Sorong Perhatikan gambar 1, jangka sorong mempunyai dua rahang dan satu penduga. Rahang dalam ( C-D ) untuk mengukur diameter bagian dalam, rahang luar ( A-B ) untuk mengukur diameter bagian luar sedangkan penduga ( E-F ) untuk mengukur kedalaman. K adalah roda penggerak rahang dan N adalah pengunci rahang setelah besaran yang diukur terukur. C D U inch cm E F K N A B Gambar 1. Jangka sorong Skala jangka sorong diperhalus dengan nonius, skala utamanya ada dalam satuan cm atau inch. Adapun noniusnya ada yang 9 skala utama jadi 10 skala nonius dan ada yang 49 skala utama jadi 50 skala nonius. Gambar memperlihatkan 9 skala utama jadi 10 skala nonius. 0 1 Skala utama 5 10 Skala nonius 0 Gambar. Skala utama dan nonius. Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup hanya dapat digunakan untuk mengukur bagian luar saja. Caranya putarkan roda bagian pemutar kasar, jika sudah dekat putarkan bagian pemutar halus C, jika sudah pas

8 dikunci oleh penguat S. Skala besarnya adalah bagian yang horizontal sedangkan skala penghalusnya adalah bagian yang vertikal N ( lihat gambar 3 ). Biasanya bagian vertikal terdiri dari 50 skala, satu putaran bagian vertikal akan merubah skala horizontal sebesar ½ mm. A B S N C F Gambar 3. Mikrometer sekrup 3. Neraca Ohaus Alat ukur massa yang sering digunakan dalam laboratorium fisika adalah neraca Ohaus. Tingkat ketelitian alat ini lebih baik daripada neraca pasar yang sering dijumpai di toko-toko atau di warung. Neraca Ohaus adalah alat ukur massa benda dengan ketelitian 0.01 gram. Prinsip kerja neraca ini adalah sekedar membanding massa benda yang akan dikur dengan anak timbangan. Anak timbangan neraca Ohaus berada pada neraca itu sendiri. Kemampuan pengukuran neraca ini dapat diubah dengan menggeser posisi anak timbangan sepanjang lengan. Anak timbangan dapat digeser menjauh atau mendekati poros neraca. Massa benda dapat diketahui dari penjumlahan masing-masing posisi anak timbangan sepanjang lengan setelah neraca dalam keadaan setimbang. Ada juga yang mengatakan prinsip kerja massa seperti prinsip kerja tuas. Gambar 4. Neraca Ohaus

9 B. Ketidakpastian Pada Pengukuran Tunggal Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dilakukan hanya satu kali saja. Keterbatasan skala alat antara lain merupakan sebab mengapa setiap pengukuran dihinggapi ketidakpastian ( ktp ). 1. Besaran Langsung Terukur x = x o x Dimana ; xo : yang terbaca pada alat ukur x : ½ skala nilai terkecil ( nst ) alat nst alat = nst utama jika tanpa nonius = 1/n x nst utama jika ada nonius n : jumlah skala nonius. Besaran Turunan x = f ( a, b, c ) dimana a, b, c adalah besaran terukur langsung dengan : a = a o a b = b o b c = c o c x o = f ( a o, b o, c o ) f f f x ao, bo, co a ao, bo, co b ao, bo, co c ( 1 ) a b c C. Ketidakpastian Pada Pengukuran Berulang Pengulangan pada pengukuran ini diharapkan akan memberikan informasi lebih banyak tentang x o, sehingga makin yakin akan benarnya nilai tersebut. 1. Besaran yang langsung terukur x o adalah rata-rata dari hasil pengukuran. xo xi n Keridak pastiannya adalah deviasi standar nilai rata-rata sampel. 1 x Sxo n n xi ( xi )... ( ) n 1. Besaran turunannya. x = f ( a, b, c ) a = a o a b = b o b c = c o c x o = f ( a o, b o, c o ) f x ( ) a a Nilai kepercayaannya 68 %. f f ( ) b ( ) c b c.. ( 3 )

10 D. Ketidakpastian Pada Pengukuran Campuran z = f ( x, y ), dengan : x = x o x : merupakan hasil satu kali pengukuran y = y o y : merupakan hasil pengukuran berulang Maka : z o = f ( x o, y o ) Karena x merupakan nst ( berarti diukur sekali saja ) sedangkan y berupa deviasi standar ( diukur berulang ), maka makna statistik kedua ktp itu tidak sama, harus disamakan dahulu. Misalnya dengan membuat jaminan pada x dari jaminan 100 % menjadi jaminan 68 % seperti halnya jaminan pada y. Jadi kita pakai : x baru = 3 xlama Karena 68 % = 3 x 100 %, sehingga diperoleh : z Szo z z ( ) ( xo ) ( ) yo x 3 y ( 4 ) Nilai kepercayaannya 68 %. E. Jumlah Angka Berarti Yang Dilaporkan x disebut sebagai ketidakpastian mutlak ( ktp mutlak ). x x disebut sebagai ketidakpastian relatif ( ktp relatif ). x Rumus perhitungan angka berarti = 1 log ( x ) Sehingga jika : Ktp relatif 10 %, maka hanya Angka Berarti ( AB ). Ktp relatif 1 %, maka hanya 3 AB. Ktp relatif 0,1 %, maka hanya 4 AB. Contoh soal : 1. Sebuah balok diukur berulang kali dengan hasil P = ( 4,00 0,0 ) cm, L = ( 3,00 0,0 ) cm dan T = (,00 0,0 ) cm. Tentukan V V! V = ( 4,00 ) ( 3,00 ) (,00 ) = 4,0 cm 3

11 Jawab : Mencari V dengan persamaan ( 3 ) : V (3,00) (,00) (0,0) (4,00) (,00) (0,0) (4,00) (3,00) (0,0) 0,314...cm 3 V 0,314 1,3%, hanya 3 AB. V 4 Jadi V = ( 4,0 0,31 ) cm 3. Misalkan suatu besaran z ingin diketahui dengan mengukur besaran x dan y, sedangkan x z. y Misalkan x diukur satu kali dengan hasil x = ( 5,0 0,05 ), sedangkan y diukur berulang kali dengan hasil y = ( 1,00 0,0 ). Berapakah z z menurut eksperimen ini! Jawab : Dengan persamaan ( 4 ) : x baru x 3 lama 0,05 3 0,03 z ( ) xo, yo x 1 yo z ( ) xo, yo x xo yo 5,0 (1,00) 5,00 z (1,00) (0,03) ( 5,00) (0,0) 0,1044 xo 5,00 Sedangkan zo 5, y 1,00 o Ketelitian pada pengukuran x : x 0, % 1 % x 5,0 Ketelitian pada pengukuran y : y y 0,0 100 % % 1,00 Dari hasil : z x y ( ) ( ) (1 %) (%) z x y 5 %,% Sehingga jawaban ditulis dengan 3 AB :

12 z = ( 5,00 0,10 ) IV. DAFTAR PUSTAKA B. Darmawan Djonoputro, Teori Ketidakpastian, 1984 V. TUGAS RUMAH 1. Apa yang dimaksud dengan pengukuran?. Jelaskan fungsi mikrometer dan jangka sorong! 3. Tulis hasil bacaan alat ukur ini secara lengkap! Gambarkan kedudukan mikrometer sekrup yang menunjukkan hasil pengukuran,458 cm? 5. Jelaskan perbedaan benda dalam air jika keadaan : a. Mengapung; b. Melayang; c. Tenggelam. 6. Tuliskan prinsip Archimedes dan hukum Archimedes! 7. Sebutkan literatur massa jenis ( ) dalam SI (Sistem Internasional) dari bahan berikut : a. Besi; b. Tembaga; c. Alumunium; d. Air. 8. Pada pengukuran rapat massa m/v suatu bahan panjang ( p ) dan lebar ( l ) diukur berulang dengan jangka sorong yang 9 skala utama jadi 10 skala nonius, sedangkan tebal diukur dengan mikrometer sekrup juga berulang, sedangkan massa hanya satu kali dengan skala terkecil 0,01 gr. Tentukan m dengan m = 4,75 gr! v

13 No p ( mm ) l ( mm ) t ( mm ) 1 4,4 8,7 8,45 4,3 8,6 8,58 3 4,5 8,6 8,48 4 4,5 8,5 8,46 5 4,3 8,5 8,46 6 4,6 8,7 8,45 7 4,4 8,6 8,48 8 4,6 8,7 8,48 VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Ambil balok, ukur masing-masing balok secara berulang-ulang ( 5 kali ) panjang dan lebarnya dengan menggunakan jangka sorong, sedangkan tebalnya dengan menggunakan mikrometer sekrup. Catat pada tabel pengamatan. 3. Timbang masing-masing balok tersebut satu kali dengan menggunakan neraca Ohaus. 4. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung. Catat hasilnya. 5. Timbang masing-masing balok dengan cara digantung tetapi terendam di air. Cata hasilnya.

14 VII. DATA PENGAMATAN TABEL MODUL I (PENGUKURAN DASAR) KELOMPOK : P awal : P akhir : JURUSAN : T awal : T akhir : BALOK I BALOK II Jenis Balok : Jenis Balok : Massa : Massa : No. p(mm) l(mm) t(mm) No. p(mm) l(mm) t(mm) Jumlah : Jumlah : Rata-rata : Rata-rata : Massa di udara : Massa di udara : Massa di air : Massa di air : Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten : VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Dari ketiga alat yaitu jangka sorong, mikrometer sekrup dan termometer tentukan mana yang ada noniusnya!. Berapa volume dan rapat massa balok pada pengukuran biasa, hitung dengan kesalahannya secara benar! 3. Hitung volume balok berdasarkan pengukuran yang digantung dan terendam dalam air! 4. Bandingkan kedua hasil volume tersebut, mana yang lebih tepat dan berikan alasannya!

15 MODUL II MENENTUKAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

16 MODUL II MENENTUKAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR I. TUJUAN Menentukan tegangan permukaan zat cair ( ) dengan pertolongan pipa kapiler. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Pipa kapiler ( 3 buah, dengan diameter yang berbeda ).. Bejana dengan isinya ( air ). 3. Lup. 4. Mistar. 5. Statip. III. TEORI Bila suatu pipa kapiler dengan kedua ujung terbuka salah satu ujungnya dimasukkan ke dalam zat cair, maka zat cair akan naik ke dalam pipa kapiler. Hal ini disebabkan karena adanya tegangan permukaan zat cair tersebut. Tegangan permukaan zat cair ( ) dapat dicari dengan persamaan : ghr..( 1 ) h Gambar 1 Dimana ; : tegangan permukaan zat cair ( kg/s atau N/m ) : massa jenis air ( kg/m 3 ) g : gaya gravitasi ( m/s ) h : kenaikan zat cair dalam kapiler ( m ) r : jari-jari bagian dalam pipa kapiler ( m )

17 Tegangan permukaan ( ) dapat pula dicari dengan jalan meniup ujung atas pipa apakah sudah sampai pada ujung bawah pipa, maka tegangan permukaan ( ) : pr..( ) Dimana p adalah tekanan relatif udara dalam pipa. Gambar IV. DAFTAR PUSTAKA Sears F, Mechanics, Heat and Sound, Addison Wesley V. TUGAS RUMAH 1. Apa yang dimaksud dengan tegangan permukaan?. Apakah tegangan permukaan suatu zat cair itu konstan? Jelaskan dan sebutkan faktor-faktor yang mempengaruhinya! 3. Sebutkan contoh peristiwa keseharian yang mengilustrasikan bahwa pada zat cair terdapat tegangan permukaan cair! 4. Apa yang dimaksud dengan gaya adhesi? 5. Apa yang dimaksud dengan gaya kohesi? 6. Apa akibatnya bila gaya adhesi gaya kohesi? Berikan contoh kasusnya! 7. Apa akibatnya bila gaya adhesi gaya kohesi? Berikan contoh kasusnya! 8. Apa yang dimaksud meniskus dan meniskus cembung? 9. Apa yang dimaksud dengan efek kapiler? 10. Buktikan persamaan ( 1 ) dan ( )! 11. Carilah bentuk persamaan ( ) untuk menghitung, bila pada peniupan permukaan zat cair dalam pipa kapiler tidak mencapai ujung bawah pipa ( misalkan tinggi permukaan ini h dari permukaan zat cair di luar pipa kapiler )! 1. Pada persamaan-persaman ( rumus ) di atas, faktor apakah yang diabaikan?

18 VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN Gambar 3 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Masukkan pipa kapiler ke dalam zat cair ( tegak lurus permukaan zat cair ). 3. Tunggu beberapa saat sampai ketinggian zat cair dalam pipa kapiler tetap. 4. Ukur tinggi h ( panjang kolom zat cair di dalam pipa kapiler ) pada masing-masing pipa kapiler. 5. Ulangi langkah percobaan 3 s/d 4 beberapa kali di tempat yang berbeda, dengan memutar letak bejana. VII. DATA PENGAMATAN TABEL MODUL II (MENENTUKAN TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR) KELOMPOK : P awal : P akhir : JURUSAN : T awal : T akhir : Posisi Pipa 1 Pipa Pipa 3 d = d = d =

19 Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten : VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Berapa besar jari-jari pipa kapiler yang digunakan pada percobaan ini!. Apakah panjang pipa yang tercelup zat cair berpengaruh terhadap kenaikan zat cair ke dalam pipa? Jelaskan! 3. Hitung tegangan permukaan ( ) untuk masing-masing pipa kapiler pada tiap-tiap pengukuran! 4. Hitung tegangan permukaan ( ) rata-rata untuk masing-masing pipa kapiler! 5. Mengapa tidak dipakai cara permukaan zat cair di dalam pipa kapiler yang lebih rendah dari pada di luar? Jelaskan! 6. Sebutkan semua sumber kesalahan yang mungkin terjadi!

20 SUB MODUL II SIMULASI MEJA GAYA LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

21 SUB MODUL II SIMULASI MEJA GAYA I. TUJUAN Mempelajari keseimbangan gaya-gaya. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Meja gaya.. Beban-beban. 3. Tali. 4. Cincin logam. III. TEORI Beberapa gaya yang bekerja pada suatu benda dapat kita uraikan menjadi komponen gaya-gaya yang berada pada sumbu koordinat x dan y. R y y R A y A B B y B x R x A x x Gambar 1 Resultan gaya pada sumbu x, R x = A x B x Resultan gaya pada sumbu y, R y = A y + B y Besarnya resultan gaya R, R R x Ry Berada pada sudut, = arc tg ( R R y x )

22 Sehingga gaya penyeimbangnya adalah sebesar R dengan sudut yang berlawanan 180 dengan. IV. TUGAS RUMAH 1. Apakah definisi dari gaya? Apakah pula satuannya?. Apakah gaya merupakan besaran vektor? Jelaskan? 3. Apakah satuan untuk gaya SI dalam MKS dan CGS? 4. Apakah definisi dari resultan gaya? 5. Jika ada gaya F1 dan gaya F searah, tentukan resultan dari kedua gaya tersebut dan jelaskan dengan gambar vektornya! V. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN Gambar. Meja gaya 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Ada tiga buah gaya F 1 = N berada pada sudut 30, F = 3 N berada pada 85 dan F 3 = 5 N berada pada sudut 150. a. Hitung terlebih dahulu berapa besarnya resultan ketiga gaya dan sudutnya. b. Kemudian simulasikan pada meja gaya untuk mencari keseimbangan gaya-gaya tersebut. c. Gaya-gaya tersebut dikatakan seimbang jika cincin logam tepat berada ditengah-tengah meja. 3. Buat sembarang gaya ( gaya ) pada meja gaya dengan mencoba-coba cari gaya penyeimbangnya. Kemudian cocokkan dengan perhitungan.

23 VI. DATA PENGAMATAN SUB MODUL II SIMULASI MEJA GAYA KELOMPOK : JURUSAN : P awal : P akhir : T awal : T akhir : * Percobaan 1 F1 : N Sudut : F : N Sudut : F3 : N Sudut : * Percobaan F1 : N Sudut : F : N Sudut : F3 : N Sudut : Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten : VII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Tulislah semua hasil perhitungan resultan gaya dan sudutnya mulai dari langkah percobaan s/d percobaan 3!. Adakah perbedaan hasil perhitungan anda dengan percobaan yang anda lakukan? Jika ada perbedaan, jelaskan!

24 MODUL III MOMEN KELEMBAMAN ( MOMEN INERSIA ) LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

25 MODUL III MOMEN KELEMBAMAN ( MOMEN INERSIA ) I. TUJUAN 1. Menentukan momen kelembaman benda tegar secara statis dengan mengukur massa serta ukuranukuran geometrisnya.. Menentukan momen kelembaman benda tegar secara dinamis dengan mengukur waktu getar ayunan torsi. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Keping-keping logam ( berbentuk keping persegi panjang dan silinder tipis ).. Statip dilengkapi dengan kawat ayunan torsi. 3. Neraca Ohaus. 4. Jangka sorong. 5. Mikrometer sekrup. 6. Stopwatch. III. TEORI A. Momen Kelembaman 1. Benda Titik Poros h r m Momen kelembaman ( momen inersia ) sebuah benda titik terhadap suatu poros tertentu adalah hasil kali massa benda titik tersebut dengan pangkat dua dari jarak benda ke poros putar. I = mr..( 1 ) Gambar 1. Benda Tegar ( Benda Kaku ) Poros h Dengan menganggap benda tegar sebagai jumlah dari massamassa kecil m i, maka : r i?m i M mi.. ( ) i Gambar

26 Jadi momen kelembaman ( momen inersia ) benda tegar terhadap suatu poros tertentu adalah jumlah dari hasil kali tiap elemen m i dengan kuadrat jarak elemen tersebut ke poros. I ri mi....( 3 ) i Atau dalam bentuk analitis dapat ditulis : I r dm...( 4 ) B. Momen Kelembaman Keping Persegi Panjang Secara Statis Momen kelembaman benda berbentuk keping persegi panjang dengan sisi-sisinya a, b dan c dan massanya m ( lihat gambar 3 ), adalah : 1. Bila porosnya melalui titik berat dan yang sejajar sisi a : Ia m ( b c ). ( 5 ) 1. Bila porosnya melalui titik berat dan yang sejajar sisi b : Ib m ( a c ). ( 6 ) 1 3. Bila porosnya melalui titik berat dan yang sejajar sisi c : Ic m ( a b ). ( 7 ) 1

27 I c I a c b a I b Gambar 3 C. Momen Kelembaman Silinder Secara Statis Momen kelembaman benda berbentuk silinder yang massanya m, jari-jarinya R dan panjang sisinya d ( lihat gambar 4 ) adalah : 1. Bila porosnya melalui titik berat dan sejajar poros silinder ( sisi d ) : mr Id. ( 8 ). Bila porosnya melalui titik berat dan sejajar diameter silinder ( sisi R ) : IR d R m ( ) ( 9 ) I d R d I R Gambar 4

28 D. Rotasi Dan Momen Kelembaman Secara Dinamis Jika sebuah benda digantung pada seutas kawat ( tali torsi ) maka waktu getar ayunan torsi ( ayunan putar ) benda tersebut adalah : M I T...( 10 ) Dimana ; I = I kawat + I beban M : momen yang diperlukan untuk memutar kawat sebesar sudut 1 radian Apabila dua buah benda dengan momen kelembaman masing-masing I 1 dan I digantungkan berturut-turut pada suatu kawat penggantung dengan momen kelembaman I k maka : M I I T 1 k 1...( 11 ) M I I T k..( 1 ) Dari persamaan ( 11 ) dan ( 1 ) dapat diketahui I k dan M : k T T I T I T I....( 13 ) 1 1 k T ) I ( I 4 M...( 14 ) Atau : k T ) I I ( 4 M....( 15 )

29 Jika I k dan M telah diketahui maka dapat digunakan untuk menentukan momen kelembaman benda lain secara dinamis dengan mengukur perioda dan gerak harmonik anguler, yaitu dengan persamaan : T M I Ik....( 16 ) 4 IV. DAFTAR PUSTAKA Sears-Zemansky, College Physics V. TUGAS RUMAH 1. Apa yang dimaksud dengan momen kelembaman ( momen inersia )?. Apa saja yang mempengaruhi momen inersia? 3. Buktikan persamaan ( 5 ), ( 6 ) dan ( 7 )! 4. Buktikan persamaan ( 8 ) dan ( 9 )! 5. Buktikan persamaan ( 13 )! 6. Buktikan persamaan ( 14 ) dan ( 15 )! 7. Buktikan persamaan ( 16 )! VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN * Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ). A. Secara Statis 1. Ukur panjang, lebar dan tebal persegi panjang sebanyak x kali ( ditentukan oleh asisten ).. Ukur diameter dan panjang silinder sebanyak x kali ( ditentukan oleh asisten ). 3. Timbang keping persegi panjang dan silinder dengan neraca teknis. B. Secara Dinamis 1. Gantung keping persegi panjang dengan sisi panjangnya sejajar kawat poros putar.. Beri simpangan ( putar sedikit ) kemudian lepaskan. Ukur waktu getar ayunan putarnya ( T 1 ) sebanyak y kali ( ditentukan oleh asisten ). Setiap pengukuran T 1 terdiri dari z buah ayunan putar. 3. Ubah kedudukan gantung keping persegi panjang sehingga tergantung dengan sisi tebalnya sejajar kawat poros putar. 4. Beri simpangan dan ukur T, seperti langkah percobaan. 5. Ubah kedudukan gantung keping persegi panjang sehingga tergantung dengan sisi lebarnya sejajar kawat poros putar. 6. Beri simpangan dan ukur T 3, seperti langkah percobaan.

30 7. Ganti keping persegi panjang dengan keping silinder dan buat kedudukan gantung keping silinder sehingga tergantung dengan sisi tebalnya sejajar dengan kawat poros putar. 8. Beri simpangan dan ukur T 4, seperti langkah percobaan. 9. Ubah kedudukan gantung keping silinder sehingga tergantung dengan sisi diameternya sejajar dengan kawat poros putar. 10. Beri simpangan dan ukur T 5, seperti langkah percobaan. Keping persegi panjang Keping silinder Keping persegi Stopwatch Gambar 5 Perhatian : 1. Dalam melakukan percobaan ini anda dianggap sudah mahir menggunakan dan membaca nonius pada jangka sorong, mikrometer sekrup dan mistar.. Dalam percobaan ini kawat penggantung harus tetap, baik panjang maupun keadaannya. 3. Bentuk gerak adalah putaran bolak-balik, bukan ayunan! 4. Jumlah x, y dan z ditentukan oleh asisten, yaitu antara 5 10.

31 VII. DATA PENGAMATAN MODUL III (MOMEN KELEMBAMAN) KELOMPOK : P awal : P akhir : JURUSAN : T awal : T akhir : Hasil Pengukuran Dimensi (cm) 1. (panjang) I (Persegi Panjang). (lebar) 3. (tebal) II (Silinder) 4. (tebal) 5. (jari-jari) Hasil Penimbangan (gr) Massa I = Massa II = Waktu 10 getaran (detik) I (Persegi Panjang) T1 T T3 II (Silinder) T4 T5 Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten : VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Hitung harga I a, I b dan I c dengan cara statis, sesuai bahasan pada bagian III. B persamaan ( 5 ), ( 6 ) dan ( 7 )!. Hitung harga I d dan I R dengan cara statis, sesuai bahasan pada bagian III. C persamaan ( 8 ) dan ( 9 )!

32 3. Hitung harga M dan I k sesuai bahasan pada bagian III. D persamaan ( 13 ) dan ( 14 ) atau ( 15 ), dengan menggunakan harga I 1 = I a dan I = I d dari hasil perhitungan pertanyaan no. 1 dan, serta T 1 = T 1 dan T = T 4 dari data pengamatan! 4. Hitung I b, I d dan I R dengan cara dinamis, sesuai bahasan pada bagian III. D persamaan ( 16 ) dengan harga M dan I k dari hasil perhitungan pertanyaan no. 3! 5. Dapatkah I k diabaikan ditinjau dari ketelitian percobaan ini! 6. Bandingkan harga I b, I d dan I R dari hasil perhitungan pertanyaan no. 1 dan ( secara statis ) dengan hasil perhitungan pertanyaan no. 4 ( secara dinamis ). Manakah yang lebih baik? Jelaskan!

33 MODUL IV BANDUL FISIS LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

34 MODUL IV BANDUL FISIS I. TUJUAN 1. Mengenal sifat bandul fisis.. Menentukan percepatan gravitasi. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Bandul fisis, terdiri dari batang logam tegar dan badul.. Penggantung. 3. Stopwatch. 4. Mistar gulung. III. TEORI Bandul fisis merupakan bandul yang bentuknya sembarang. Untuk menganalisa geraknya dapat digunakan konsep pusat massa, sehingga kita kembali lagi pada konsep gerak benda titik. Suatu bandul fisis jika diberi simpangan sudut dari titik kesetimbangan kemudian dilepaskan maka akan melakukan gerak ayunan. Jika sudut kecil, maka ayunan ini dikenal dengan gerak anguler sederhana. A P AO CP Batang AB C Stop watch O Keping logam Perhatikan gambar bandul fisis yang tergantung di P, titik C merupakan titik pusat massa yang letaknya dari A adalah : B

35 X C 1 AO ms AB mb... ( 1 ) m m s b Dimana ; m s : massa keping logam m b : massa batang Dengan konsep pusat massa maka sistem bandul ini dapat kita pandang sebagai bandul matematis dengan poros melalui P. Jika bandul ini diberikan simpangan kecil kemudian dilepas sehingga seolaholah bergerak lurus akibat gaya pemulih maka sistem akan bergerak harmonis sederhana dengan periode T, sedangkan untuk bandul fisis sebenarnya massa diganti momen inersia I dimana : T m k T I k I adalah momen inersia terhadap P. I P = I o + ( m s + m b ) ( CP ) = I o + ml I o adalah momen inersia terhadap C sedangkan k = mgl, sehingga : Io ml T ( ) mgl Dengan melakukan percobaan mengayunkan bandul fisis pada dua titik gantung yang berbeda, maka kita dapat menentukan percepatan gtavitasi bumi ( g ). Jika untuk titik gantung pertama l 1 kita dapat periode T 1 dan untuk titik gantung kedua l kita dapat periode T, maka besarnya g adalah : (l l ) g. ( 3 ) T l T l IV. DAFTAR PUSTAKA Tyler, Edward Arnold, A Laboratory Manual of Physics

36 V. TUGAS RUMAH 1. Apakah perbedaan bandul fisis dan bandul matematis?. Sebaiknya simpangan yang diberikan besar atau kecil? Jelaskan! 3. Sebutkan nilai percepatan gravitasi bumi beserta satuannya! 4. Buktikan persamaan ( ) dan ( 3 )! VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Ukur panjang batang. 3. Timbang massa batang dan massa keping logam beserta sekrupnya. 4. Pasang keping logam. 5. Ukur jarak keping logam dari salah satu ujung ( A ). 6. Pilih sebuah titik penggantung ( P ), ukur jarak P dari ujung ( A ). 7. Amati waktu ayunan penuh untuk n ayunan ( ditentukan oleh asisten ). 8. Amati waktu ayunan N penuh, sekitar 5 menit ( bisa kurang atau lebih ). 9. Ulangi langkah percobaan Pilih titik penggantung P yang lain ( misal Q ). 11. Ulangi langkah percobaan 7 s/d 9. Catatan : Cara menghitung T dengan teliti,misal n = 50. Pengamatan : 81,3 detik Pengamatan 3 : 300,9 detik Pengamatan 4 : 8,0 detik Maka : T sementara 81,3 8,0 1,663 detik Jadi dalam 300,9 detik ada 300,9 184 ayunan ( bilangan bulat ). 1,663 T teliti 300,9 1,663 detik 184 Jangan membuat simpangan terlalu besar. Batang logam dan bandul pemberat dianggap homogen ( seragam ).

37 VII. DATA PENGAMATAN MODUL IV (BANDUL FISIS) KELOMPOK : P awal : P akhir : JURUSAN : T awal : T akhir : Hasil Pengukuran Dimensi (cm) Panjang Batang = Panjang AO = Panjang AP1 = Panjang AP = Hasil Penimbangan (gr) (telah diketahui) Massa Batang = Massa Keping+Skrup = Setelah dilakukan perhitungan panjang Xc (panjang AC), maka dapat ditentukan : L1 = Xc - AP = L = Xc - AP = Banyaknya Getaran = 50 getaran Posisi P1 = detik ; detik Posisi P = detik ; detik Waktu detik Posisi P1 = Getaran Posisi P = Getaran Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten :

38 VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Apakah akibat jika simpangan besar!. Hitung l 1 dan l! 3. Hitung T 1 dan T! 4. Hitung percepatan gravitasi! 5. Berilah sedikit ulasan mengenai sebab-sebab kesalahan yang mungkin terjadi!

39 MODUL V PANAS JENIS ZAT DAN KALORIMETER LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

40 MODUL V PANAS JENIS ZAT DAN KALORIMETER I. TUJUAN 1. Menentukan panas jenis tembaga dan gelas dengan mempergunakan kalorimeter.. Menentukan kapasitas panas kalorimeter. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Kalorimeter dan pengaduk.. Termometer ( buah ). 3. Keping-keping ( tembaga, besi, alumunium, gelas ). 4. Gelas ukur (untuk mengukur volume termometer ). 5. Ketel uap tabung pemanas. 6. Kompor listrik. 7. Neraca Ohaus. 8. Stopwatch. 9. Kaca pembesar ( lup ). III. TEORI Energi merupakan besaran yang bersifat kekal artinya tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan. Namun salah satu sifat energi yang dapat digunakan oleh manusia adalah dapat dipindahkan dari salah satu sistem ke sistem lainnya. Energi panas / kalor dapat dipindahkan dari satu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur / suhu. Ungkapan kekekalan energi untuk kalor dikenal dengan Azas Black. Salah satu pemakaian Azas Black ini adalah penentuan sifat termal bahan yaitu kapasitas kalor suatu bahan dengan menggunakan kalorimeter. Kalorimeter berbentuk tabung yang idealnya harus bersifat adiabat artinya temperatur / kalornya tidak dipengaruhi lingkungan. Kalorimeter yang akan digunakan dapat dilihat pada gambar 1 yang dilengkapi dengan pengaduk dan termometer. Kalorimeter yang terbuat dari logam ( Cu atau Al ) seperti pada gambar 1 diisi dengan air, dengan temperatur mula-mula T m. Ke dalamnya dimasukkan keping-keping tembaga ( atau keping-keping gelas ) yang sudah dipanaskan umpamanya dengan temperatur T setelah tercapai keseimbangan maka dicapai temperatur akhir umpamanya T a, dengan T T a T m. Panas / kalor yang diterima kalorimeter adalah :

41 Q 1 = H ( T a T m )..( 1 ) Dimana ; T m : temperatur / suhu mula-mula T a : temperatur / suhu akhir Dengan H adalah kapasitas panas total dari kalorimeter beserta isinya, yaitu : H = M a C a + K + M k C k + M p C p.....( ) Dimana ; M a : massa air M k : massa kalorimeter kosong M p : massa pengaduk C a : panas jenis air C k : panas jenis kalorimeter C p : panas jenis pengaduk Termometer Pengaduk Kalorimeter lengkap Penampang kalorimeter Harga kapasitas panas termometer K : Gambar 1 Stop watch K = Panas jenis termometer x n ( ml ).( 3 ) Dimana ; Panas jenis termometer = 0,46 kal/ml C = 0,4 J/mL C n : volume termometer yang tercelup dalam kalorimeter Sedangkan panas yang diberikan keping ( tembaga / gelas ) : Q = MC ( T T a ).....( 4 ) Dimana ; M : massa keping

42 C : panas jenis keping Dengan menggunakan Azas Black maka panas jenis keping tembaga dapat ditentukan, jika kapasitas panas kalorimeter H dapat dihitung. Demikian juga panas jenis zat lain, misalnya keping gelas. IV. DAFTAR PUSTAKA 1. Tyler F, A Laboratory Manual of Physics. Sears-Zemansky, College Physics V. TUGAS RUMAH 1. Ada berapa proses perpindahan panas, berikan contohnya? Jelaskan!. Tuliskan bunyi Azas Black yang digunakan pada percobaan ini? 3. Berikan definisi kapasitas panas kalorimeter? Sebutkan satuannya dalam SI! 4. Berikan definisi panas jenis suatu zat? Sebutkan satuannya dalam SI! 5. Misalkan kalorimeter dan pengaduknya terbuat dari Cu, keping-keping yang dimasukkan juga terbuat dari Cu. Dari persamaan ( 1 ), ( ), ( 3 ) dan ( 4 ) serta Azas Black, tentukan panas jenis Cu ( C Cu )! 6. Andaikan kalorimeter terbuat dari aluminium ( Al ), pengaduk terbuat dari Cu, keping-keping yang dimasukkan juga terbuat dari Cu. Tuliskan bentuk persamaan untuk menentukan C Cu! 7. Seperti pertanyaan no. 5, tetapi keping-keping yang dimasukkan terbuat dari gelas. Tuliskan bentuk persamaan untuk menentukan C gelas! VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN Termometer Selang karet Ketel Tabung pemanas Kompor listrik Gambar 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Isi ketel uap dengan air sampai ¾ dari volumenya ( kira-kira 1000 cc ) terisi.

43 3. Timbang keping-keping tembaga ( Cu ), lalu masukkan ke dalam tabung pemanas. 4. Pasang pipa penghubung ( selang ) dengan tabung pemanas dan nyalakan kompor, ketel dipanaskan. 5. Timbang kalorimeter kosong ( M k ) dan pengaduknya ( M p ). 6. Isi kalorimeter dengan air ( setengahnya saja ), lalu timbang. Dari sini dapat dicari massa air ( M a ). 7. Amati temperatur keping tembaga dalam tabung pemanas dengan memakai kaca pembesar agar lebih teliti. 8. Amati temperatur kalorimeter mula-mula setiap ½ menit ( 30 detik ) selama 5 menit. 9. Bila temperatur keping tembaga sudah sama dengan temperatur uap air mendidih, masukkan keping tembaga ke dalam kalorimeter dengan cepat dan hati-hati. Amati dan catat temperaturnya. 10. Catat terus kenaikan temperatur setiap ¼ menit ( 15 detik ) hingga mencapai suhu maksimum. Aduk sesekali dengan pelan. 11. Catat terus penurunan temperatur kalorimeter setiap ½ menit ( 30 detik ) selama 5 menit. 1. Ukur volume termometer yang tercelup dalam air di kalorimeter dengan menggunakan gelas ukur. 13. Sambil mengadakan pengamatan ( pada langkah percobaan 10 ), timbang keping gelas dan masukkan ke dalam tabung pemanas. 14. Tambahkan air dalam ketel ( volume mencapai ¾-nya ) supaya tidak habis. 15. Ulangi langkah percobaan 4 dan seterusnya untuk keping gelas. Air dalam kalorimeter diganti dengan air yang baru ( temperatur kamar ). 16. Catat barometer, temperatur ruang, lihat titik didih air dalam tabel. Lihat panas jenis zat padat / cair.

44 VII. DATA PENGAMATAN TABEL MODUL V (PANAS JENIS ZAT DAN KALORIMETER) KELOMPOK : JURUSAN : Massa Keping (Cu/Fe/Al/Gelas) : P awal : P akhir : Massa Kalorimeter Kosong : T awal : T akhir : Massa Pengaduk : Massa Kalorimeter dan Air : Massa Air : T mula-mula, setiap 30 detik : T Cu dipanaskan : T kenaikkan kalorimeter tiap 15 detik : T penurunan kalorimeter tiap 30 detik : Massa Keping (Cu/Fe/Al/Gelas) : Massa Kalorimeter Kosong : Massa Pengaduk : Massa Kalorimeter dan Air : Massa Air : T mula-mula, setiap 30 detik : T Cu dipanaskan : T kenaikkan kalorimeter tiap 15 detik : T penurunan kalorimeter tiap 30 detik : Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten :

45 VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN 1. Gambarkan penampang tegak kalorimeter serta isinya lengkap dan sebutkan alat-alat tersebut!. Peristiwa perpindahan panas apa saja yang terjadi pada percobaan ini? Jelaskan! 3. Hitung panas jenis tembaga! 4. Hitung panas jenis gelas! 5. Bandingkan panas jenis zat-zat tersebut di atas dengan tabel. Jika hasil perhitungan berbeda dengan hasil dari tabel, berikan pembahasannya mengapa hasil perhitungan berbeda? Sebutkan sebab sumber kesalahannya! 6. Bagaimana dapat mengetahui bahwa temperatur keping sudah sama dengan uap air mendidih? Apakah perlu diadakan koreksi titik didih air ini! Ingat keadaan barometer dalam ruang, berapa titik didih dalam tabel? 7. Buat grafik ( dengan kertas millimeter block ) antara temperatur ( T ) vs waktu ( t ) untuk setiap pengamatan ( seperti pada tabel ) dalam satu grafik!

46 MODUL VI HUKUM BOYLE GAY LUSSAC LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA

47 MODUL VI HUKUM BOYLE GAY LUSSAC I. TUJUAN Melihat kebenaran hukum Boyle dan Gay Lussac. II. ALAT DAN PERLENGKAPAN 1. Alat hukum Boyle Gay Lussac.. Ketel uap air dengan pipa-pipa ( selang ) karet penghubung. 3. Kompor pembakar bunsen. 4. Waterpass. 5. Termometer. 6. Gelas. III. TEORI Salah satu wujud zat adalah gas. Hukum gerak gas tercakup dalam teori fluida statik dan fluida dinamik. Tetapi untuk gas ada pendekatan lain yaitu dengan permodelan gas sejati sebagai gas ideal yang tidak lain adalah gas sejati pada kondisi tekanan rendah. Dengan permodelan gas ideal ini maka kita mengenal teori kinetik gas ideal dan hukum energi dan pemindahan energi. Dalam modul ini kita akan melihat hukum yang berhubungan dengan besaran makroskopis gas ideal yaitu p ( tekanan ), V ( volume ), T ( temperatur ). F. Hukum Boyle Gas yang jumlahnya tertentu dan dijaga suhunya tetap, apabila volumenya berubah tekanannya akan berubah juga atau sebaliknya. Ternyata hasil kali tekanan dan volume akan tetap. Secara matematik ditulis : PV = konstan.....( 1 ) Persamaan ( 1 ) ini adalah hukum Boyle. Dalam kenyataannya hukum ini tidak berlaku untuk semua keadaan. Selanjutnya dipostulatkan suatu gas khayal yang disebut gas ideal yang mengikuti hukum Boyle secara eksak pada segala macam keadaan. Hanya gas riil dengan tekanan rendahlah yang mendekati gas ideal ini. Harga PV yang konstan ini bergantung pada suhu, makin tinggi suhu makin tinggi juga harganya.

48 G. Hukum Gay Lussac Pertama-tama Gay lussac memberi pernyataan sehubungan dengan perubahan volume dari suatu gas karena berubahnya suhu. Ia telah mengukur koefisien muai ruang dari berbagai macam gas pada tekanan tetap. Hasil percobaannya dinyatakan dalam bentuk matematik : V = V o { 1 + ( t t o ) }....( ) Dimana ; V : volume pada suhu t C V o : volume pada suhu t o C : koefisien muai ruang gas pada tekanan tetap Persamaan ( ) adalah hukum Gay Lussac. Harga numerik bergantung pada skala suhu yang diambil dan suhu acuan t o. Jika suhu acuan t o diambil 0 C maka persamaan ( ) menjadi : V = V o ( 1 + o t )...( 3 ) o adalah untuk suhu acuan t o = 0 C. Hasil eksperimen menunjukkan bahwa o ini hampir sama untuk semua gas, yaitu : o = 0, / C atau 73 1 / C Jadi gas yang jumlahnya tertentu, tekanannya tetap, volumenya akan bertambah sebesar 73 1 dari V o tiap kenaikan suhu 1 C. H. Hukum Boyle Gay Lussac Dari kedua hukum tersebut dapat dibuktikan bentuk persamaan : PV = nrt... ( 4 ) Dimana ; n : jumlah mol gas R = 0,0807 liter atmosfir/mol C T K = t C + 73 Persamaan ( 4 ) ini disebut persamaan gas ideal. Bentuk lain dari persamaan ini adalah :

49 PV nr.. ( 5 ) T Sehingga dapat diartikan bahwa untuk gas ideal yang jumlahnya tertentu berlaku : PV konstan..( 6 ) T Prinsip Percobaan Untuk membuktikan berlakunya hukum Boyle Gay Lussac di laboratorium dapat dilakukan dengan mengukur tekanan, volume dan suhu gas ( udara ) dalam pipa kapiler pada berbagai keadaan. A B C D Gambar 1 Udara yang tekanan, volume dan suhunya akan diukur berada di dalam pipa kapiler yang ujungnya tertutup ( A ). Di bagian lain dari pipa kapiler berisi air raksa ( BC ) dan kolom udara yang akan diamati berada antara A dan B, ujung lain dari pipa kapiler terbuka. Pipa kapiler terbuat dari kaca sehingga panjang kolom udara dan panjang kolom air raksa dapat dilihat dari luar. Percobaan dilakukan pada dua macam suhu. Pertama pada suhu ruangan, kedua pada suhu uap air mendidih. Suhu uap air mendidih didapat dengan cara memasukkan pipa kapiler pada tabung kaca yang lebih besar dan ke dalam tabung kaca ini dialirkan uap air mendidih yang berasal dari pembangkit uap ( air mendidih dalam ketel pemanas ). IV. DAFTAR PUSTAKA 1. Sears-Zemansky, University Physics, Bab 18. Tyler F, A Laboratory Manual of Physics, 1967 V. TUGAS RUMAH 1. Jelaskan bunyi Hukum Boyle!. Jelaskan bunyi Hukum Gay Lussac!

50 3. Berilah penjelasan tentang hukum Boyle Gay Lussac ( syarat-syarat, harga-harga konstanta, satuansatuan dsb )! 4. Dari persamaan ( 1 ) dan ( ) buktikan persamaan ( 4 ) melalui proses temperatur konstan lalu tekanan konstan? VI. PERCOBAAN YANG HARUS DILAKUKAN Termometer Mistar Pipa gelas Pipa kapiler Air raksa Selang karet Ketel Kompor listrik Waterpass Gambar. Alat hukum Boyle Gay Lussac 1. Catatlah suhu ruang dan tekanan ruang ( sebelum dan sesudah percobaan ).. Dengan pertolongan penyipat datar ( waterpass ), buatlah kedudukan pipa : a. Mendatar b. Tegak dengan ujung terbuka ke atas c. Tegak dengan ujung terbuka ke bawah Hitung untuk masing-masing keadaan tersebut panjang AB dan BC. 3. Isi ketel dengan air kira-kira sepertiganya ( jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit ). Pasang selang karet pada ketel dan pipa berskala. 4. Nyalakan kompor dan rebuslah air dalam ketel sampai mendidih dan uap masuk ke dalam pipa berskala sampai cukup lama, hingga dapat dipastikan pipa kapiler sudah mencapai suhu uap air. Hal

51 ini dapat dilihat kalau uap air sudah cukup lama mengalir dan tidak lagi terlihat bintik-bintik air dalam tabung kaca. Selain itu hal ini dapat juga dilihat dengan cara memasang termometer di dalam bagian ujung tabung kaca yang terbuka. a. Putar tabung kaca hingga pipa kapiler kedudukan mendatar, uap air harus tetap mengalir. Baca panjang AB dan BC. b. Putar tabung kaca hingga pipa kapiler berkedudukan tegak dengan ujung terbuka ke atas. Baca panjang AB dan BC. c. Putar tabung kaca hingga pipa kapiler berkedudukan tegak dengan ujung terbuka ke bawah. Baca panjang AB dan BC. 5. Amati dan catat sekali lagi suhu ruang dan tekanan barometer. Catatan : 1. Jika pada saat / selama pengamatan ternyata kolom air raksa pecah ( terdapat kolom udara di dalam kolom air raksa ), teruskan percobaan dengan pipa yang sama. A B B C C D Gambar 3 Hanya harus dilakukan koreksi terhadap tekanan. Amati kedudukan A, B, B, C dan C.. Hati-hati dalam keadaan ini, jangan sampai kolom air raksa meloncat ke luar. Apabila percobaan pengamatan telah selesai, segera singkirkan api ( matikan kompor ) dari ketel. Jangan sampai air habis, ketel masih di atas api.

52 VII. DATA PENGAMATAN TABEL MODUL VI (HUKUM BOYLE GAY LUSSAC) KELOMPOK : P awal : P akhir : JURUSAN : T awal : T akhir : No. AB BC Volume (V) Tekanan (p) Suhu (T) pv pv/t Tanggal Pengambilan Data : Nama Asisten : Tanda Tangan Asisten : VIII. TUGAS AKHIR DAN PERTANYAAN Volume kolom udara sama dengan AB x r, dengan r adalah jari-jari lubang pipa kapiler. Jadi volume kolom udara sebanding dengan panjang AB. Tekanan kolom udara sama dengan tekanan barometer, kalau pipa kapiler berkedudukan mendatar. Tekanan kolom udara sama dengan tekanan barometer ditambah tekanan raksa sepanjang BC, kalau pipa kapiler berkedudukan tegak dengan lubang terbuka ke atas. Tekanan kolom udara sama dengan tekanan barometer dikurangi tekanan raksa sepanjang BC, kalau pipa kapiler berkedudukan tegak dengan lubang terbuka ke bawah. Suhu kolom udara pada percobaan sama dengan suhu ruang, sedangkan suhu kolom udara pada percobaan 4 tidak diambil dari pengukuran tetapi diturunkan ( melihat tabel ) titik didih air pada tekanan barometer rata-rata. 1. Tuliskan suhu ruang rata-rata ( percobaan 1 dan 5 ) dalam skala Kelvin ( T 1 )!. Tuliskan tekanan ruang rata-rata ( percobaan 1 dan 5 ) dalam satuan mmhg! 3. Cari dalam tabel suhu didih air pada tekanan barometer rata-rata dan tuliskan hasil ini pada lembar kerja ( T )!

53 4. Tuliskan volume ( dalam bentuk panjang AB x r mm 3 ), tekanan ( mmhg ) dan suhu Kelvin-nya! Suhu untuk percobaan a, b dan c sama yaitu T 1, sedangkan suhu untuk percobaan 4 a, b dan c sama yaitu T. Volume dan tekanan untuk percobaan a, b dan c masing-masing diberi notasi V ( 1a ), P ( 1a ); V ( 1b ), P ( 1b ); V ( 1c ), P ( 1c ). Sedangkan untuk percobaan 4 a, b dan c masing-masing diberi notasi V( a ), P ( a ); V ( b ), P ( b ); V ( c ), P ( c ). 5. Tuliskan nilai-nilai ini pada kolom yang telah disediakan dan lengkapi perhitungan selanjutnya! 6. Setelah melihat hasil perhitungan tekanan kali volume ( PV ), tuliskan pendapat saudara! PV 7. Bagaimana pendapat saudara setelah melihat hasil perhitungan tekanan kali volume bagi suhu ( T )! 8. Hitung koefisien muai ruang udara dan bandingkan harga koefisien muai ruang hasil perhitungan dengan koefisien muai kubik udara menurut literatur! 9. Jika jari-jari lubang pipa kapiler adalah 0, mm, hitung berapa mol udara yang digunakan pada percobaan ini!

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS Nama :..... NIM :.... PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS SEMESTER GANJIL 015/016 LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN 015 KAMPUS : Menara PLN, Jl. Lingkar Luar Barat, Duri Kosambi,

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS Nama..... NIM.... PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA MEKANIKA, FLUIDA DAN PANAS LABORATORIUM FISIKA SEKOLAH TINGGI TEKNIK-PLN JAKARTA KAMPUS Menara PLN, Jl.

Lebih terperinci

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168)

MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) MODUL MATA KULIAH PRAKTIKUM FISIKA (ESA 168) UNIVERSITAS ESA UNGGUL 2018 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-nya sehingga buku Modul

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran

FISIKA. Kelas X PENGUKURAN K-13. A. BESARAN, SATUAN, DAN DIMENSI a. Besaran K-13 Kelas X FISIKA PENGUKURAN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan. 1. Memahami definisi besaran dan jenisnya. 2. Memahami sistem satuan dan dimensi besaran.

Lebih terperinci

I. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mengenal sifat bandul fisis 2. Menentukan percepatan gravitasi

I. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mengenal sifat bandul fisis 2. Menentukan percepatan gravitasi I. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Mengenal sifat bandul fisis 2. Menentukan percepatan gravitasi II. DASAR TEORI Bandul fisis adalah sebuah benda tegar yang ukurannya tidak boleh dianggap kecil dan dapat berayun

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR

SILABUS MATA KULIAH FISIKA DASAR LAMPIRAN TUGAS Mata Kuliah Progran Studi Dosen Pengasuh : Fisika Dasar : Teknik Komputer (TK) : Fandi Susanto, S. Si Tugas ke Pertemuan Kompetensi Dasar / Indikator Soal Tugas 1 1-6 1. Menggunakan konsep

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat

Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat Laporan Praktikum Fisika Dasar 1 Pengukuran Pada Benda Padat LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT Tanggal Percobaan : 02 November 2012 1. Angela Maryam, S.Si 2. Nasrudin,

Lebih terperinci

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik

SMP. Satuan SI / MKS. 1 Panjang meter m centimeter cm 2 Massa kilogram kg gram g 3 Waktu detik s detik s 4 Suhu kelvin K Kelvin K 5 Kuat arus listrik JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VII (TUJUH) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) BESARAN DAN PENGUKURAN Fisika merupakan ilmu pengetahuan yang mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan ilmu

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT)

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT) LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL 1 MEKANIKA (PENGUKURAN DASAR PADA BENDA PADAT) Nama : Nova Nurfauziawati NPM : 240210100003 Tanggal / jam : 7 Oktober 2010 / 13.00-15.00 Asisten : Dicky Maulana JURUSAN

Lebih terperinci

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA UNIVERSITAS SRIWIJAYA DASAR PERCOBAAN-PERCOBAAN PENYUSUN TIM DOSEN PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN FISIKA

DASAR PENGUKURAN FISIKA DASAR PENGUKURAN FISIKA M1 TUJUAN 1. Mampu melakukan pengukuran dan membedakan penggunaan berbagai alat ukur 2. Mampu menghitung densitas zat padat dan zat cair TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I

PRAKTIKUM FISIKA DASAR I PRAKTIKUM FISIKA DASAR I MOMEN INERSIA Kelompok 4B Anggota : A. Ronny Yanssen 10.0400 Dede Nurhuda 13.0655 Hamim Haerullah 13.1230 UNIVERSITAS PROKLAMASI 45 YOGYAKARTA 2014 ABSTRAK Momen inerssia dapat

Lebih terperinci

MODUL 5 BANDUL MATEMATIS DAN FISIS

MODUL 5 BANDUL MATEMATIS DAN FISIS MODUL 5 BANDUL MAEMAIS DAN FISIS I. BANDUL MAEMAIS UJUAN PRAKIKUM:. Dapat mengukur waktu ayun bandul sederhana dengan teliti.. Dapat menentukan nilai percepatan grafitasi. ALA-ALA YANG DIGUNAKAN:. Stopwatch..

Lebih terperinci

Pengukuran Besaran Fisika

Pengukuran Besaran Fisika Pengukuran Besaran Fisika Seseorang melakukan pengukuran artinya orang itu membandingkan sesuatu dengan suatu acuan. Sehingga mengukur didefinisikan sebagai kegiatan membandingkan sesuatu yang diukur dengan

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Fisika K3 Revisi Antiremed Kelas Fisika Persiapan Penilaian Akhir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARFIS0PAS Version: 206- halaman 0. Perhatikan gambar! 5kg F Berapakah besar gaya F agar papan tersebut setimbang?

Lebih terperinci

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS

1/Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS /Eksperimen Fisika Dasar I/LFD PENGUKURAN DASAR MEKANIS A. TUJUAN. Mampu menggunakan alat-alat ukur dasar mekanis. Mampu menentukan ketidakpastian pada pengukuran tunggal dan berulang B. PENGANTAR Pengukuran

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA

DASAR PENGUKURAN MEKANIKA DASAR PENGUKURAN MEKANIKA 1. Jelaskan pengertian beberapa istilah alat ukur berikut dan berikan contoh! a. Kemampuan bacaan b. Cacah terkecil 2. Jelaskan tentang proses kalibrasi alat ukur! 3. Tunjukkan

Lebih terperinci

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PEREMPAT FINAL OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 100 menit 1. Jika cepat rambat gelombang longitudinal dalam zat padat adalah = y/ dengan y modulus

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap 1 Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika terdiri dari dua (2) bagian yaitu : soal isian singkat (24 soal) dan soal pilihan

Lebih terperinci

FISIKA XI SMA 3

FISIKA XI SMA 3 FISIKA XI SMA 3 Magelang @iammovic Standar Kompetensi: Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar: Merumuskan hubungan antara konsep torsi,

Lebih terperinci

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL

MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL MATERI PENGAYAAN FISIKA PERSIAPAN UJIAN NASIONAL Standar Kompetensi Lulusan : 1. Memahami prinsip-pri nsip pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung dengan cermat, teliti dan objektif.

Lebih terperinci

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B

KALOR SEBAGAI ENERGI B A B B A B Kalor sebagai Energi 143 B A B B A B 7 KALOR SEBAGAI ENERGI Sumber : penerbit cv adi perkasa Perhatikan gambar di atas. Seseorang sedang memasak air dengan menggunakan kompor listrik. Kompor listrik itu

Lebih terperinci

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab:

1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: TUGAS INDIVIDU 1. Hasil pengukuran yang ditunjukkan oleh jangka sorong berikut adalah... Jawab: 2. Panjang sebuah pensil ditunjukkan oleh nonius sebuah jangka sorong seperti gambar samping. Panjang pensil

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN DASAR

BAB II PENGUKURAN DASAR Laporan Praktikum Fisika Dasar 3 BAB II PENGUKURAN DASAR 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN 1. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran dasar : panjang, massa, waktu. 2. Dapat melakukan pengukuran terhadap besaran

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SATUAN

BAB I BESARAN DAN SATUAN BAB I BESARAN DAN SATUAN A. STANDAR KOMPETENSI :. Menerapkan konsep besaran fisika, menuliskan dan menyatakannya dalam satuan dengan baik dan benar (meliputi lambang, nilai dan satuan). B. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dinamika Rotasi, Statika dan Titik Berat 1 MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA Dalam gerak translasi gaya dikaitkan dengan percepatan linier benda, dalam gerak rotasi besaran yang dikaitkan dengan percepatan

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan

DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG SMA NEGERI 10 PADANG Besaran dan Satuan Panjang benda yang diukur dengan jangka sorong (ketelitian 0,1 mm) diperlihatkan seperti gambar di bawah ini : 3 cm 4 cm 0 5 10 Dari gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa panjang benda adalah... A 33,00

Lebih terperinci

MODUL FISIKA SMA Kelas 10

MODUL FISIKA SMA Kelas 10 SMA Kelas 10 A. Fluida Statis Fluida statis membahas tentang gaya dan tekanan pada zat alir yang tidak bergerak. Zat yang termasuk zat alir adalah zat cair dan gas. Setiap zat baik padat, cair maupun gas

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2007 1. Suatu segi empat setelah diukur dengan menggunakan alat yang berbeda panjang 0,42 cm, lebar 0,5 cm. Maka luas segi empat tersebut dengan penulisan angka penting 2. adalah... A. 0,41 B. 0,21 C. 0,20

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

2/Fisika Dasar/LFD KALOR JENIS ZAT PADAT

2/Fisika Dasar/LFD KALOR JENIS ZAT PADAT 2/Fisika Dasar/LFD KALOR JENIS ZAT PADAT 1 TUJUAN 1 Menentukan kapasitas kalor kalorimeter 2 Menentukan kalor jenis zat padat 2 PENGANTAR Ketika anda membuat minuman kopi panas atau susu panas dalam cangkir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan kesetaraan kalor lebur es. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulai dari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat, energi yang

Lebih terperinci

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O

5. Tentukanlah besar dan arah momen gaya yang bekerja pada batang AC dan batang AB berikut ini, jika poros putar terletak di titik A, B, C dan O 1 1. Empat buah partikel dihubungkan dengan batang kaku yang ringan dan massanya dapat diabaikan seperti pada gambar berikut: Jika jarak antar partikel sama yaitu 40 cm, hitunglah momen inersia sistem

Lebih terperinci

2/FISIKA DASAR/LFD KALORIMETRI

2/FISIKA DASAR/LFD KALORIMETRI 2/FISIKA DASAR/LFD KALORIMETRI I. TUJUAN 1. Menentukan kapasitas kalor kalorimeter 2. Menentukan kalor jenis zat padat II. PENGANTAR Ketika anda membuat minuman kopi panas atau susu panas dalam cangkir

Lebih terperinci

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi

BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi BAB 1 Keseimban gan dan Dinamika Rotasi titik berat, dan momentum sudut pada benda tegar (statis dan dinamis) dalam kehidupan sehari-hari.benda tegar (statis dan Indikator Pencapaian Kompetensi: 3.1.1

Lebih terperinci

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR

KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR KEGIATAN BELAJAR 6 SUHU DAN KALOR A. Pengertian Suhu Suhu atau temperature adalah besaran yang menunjukkan derajat panas atau dinginnya suatu benda. Pengukuran suhu didasarkan pada keadaan fisis zat (

Lebih terperinci

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR

DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Fisika Kelas XI SCI Semester I Oleh: M. Kholid, M.Pd. 43 P a g e 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBANGAN BENDA TEGAR Kompetensi Inti : Memahami, menerapkan, dan

Lebih terperinci

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis

BAB FLUIDA. 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis 1 BAB FLUIDA 7.1 Massa Jenis, Tekanan, dan Tekanan Hidrostatis Massa Jenis Fluida adalah zat yang dapat mengalir dan memberikan sedikit hambatan terhadap perubahan bentuk ketika ditekan. Yang termasuk

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA KELAS 1

PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA KELAS 1 PETUNJUK PRAKTIKUM FISIKA KELAS 1 Materi : 1. Pengukuran Dasar 2. Ayunan Sederhana 3. Getaran Pegas (GHS) 4. Dinamika Gerak 5. Koeffisien Gesekan 6. Resonansi Bunyi 7. Interferensi Gelombang 8. Momen Inersia

Lebih terperinci

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI

TUJUAN PERCOBAAN II. DASAR TEORI I. TUJUAN PERCOBAAN 1. Menentukan momen inersia batang. 2. Mempelajari sifat sifat osilasi pada batang. 3. Mempelajari sistem osilasi. 4. Menentukan periode osilasi dengan panjang tali dan jarak antara

Lebih terperinci

KOMANG SUARDIKA; ;JURUSAN P. FISIKA; UNDIKSHA

KOMANG SUARDIKA; ;JURUSAN P. FISIKA; UNDIKSHA PERCOBAAN HUKUM HUKUM GAS I. ujuan Percobaan ujuan dari dari percobaan ini adalah sebagai berikut. 1. Memahami prinsip persamaan gas ideal. 2. Mempelajari persamaan gas ideal. 3. Membuktikan kebenaran

Lebih terperinci

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR

Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Suhu dan kalor 1 SUHU DAN KALOR Pengertian Sifat Termal Zat. Sifat termal zat ialah bahwa setiap zat yang menerima ataupun melepaskan kalor, maka zat tersebut akan mengalami : - Perubahan suhu / temperatur

Lebih terperinci

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya

Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Standar Kompetensi 1. Menerapkan Konsep besaran fisika dan pengukurannya Kompetensi Dasar 1.1. Mengukur besaran fisika (massa, panjang dan waktu) 1.2. Menganalisis besaran - besaran fisika serta satuannya

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1

FMIPA FISIKA UNIVERSITAS TANJUNGPURA Page 1 A. Latar Belakang dan Tujuan Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berbasis pada pengamatan terhadap gejala alam. Inti dari pengamatan adalah pengukuran. Dengan demikian, fisika adalah ilmu pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN

BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN 1.1. Pendahuluan BAB I BESARAN DAN SISTEM SATUAN Fisika berasal dari bahasa Yunani yang berarti Alam. Karena itu Fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan dasar yang mempelajari gejala-gejala alam dan interaksinya

Lebih terperinci

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B.

KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. KALORIMETER PF. 8 A. Tujuan Percobaan 1. Mempelajari cara kerja kalorimeter 2. Menentukan kalor lebur es 3. Menentukan panas jenis berbagai logam B. Alat dan Bahan 1. Kalorimeter 2. Termometer 3. Gelas

Lebih terperinci

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini?

Antiremed Fisika. Persiapan UAS 1 Fisika Kelas Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini? Antiremed Fisika Persiapan UAS 1 Fisika Kelas 7 Doc. Name: AR07FIS01UAS Version: 2015-04 halaman 1 01. Berapakah volume batu yang ditunjukan pada gambar di bawah ini? (A) 20 ml (B) 40 ml (C) 40 ml (D)

Lebih terperinci

1. Menentukan momen kelembaman benda dengan mengukur massa serta. 2. Menghitung momen kelembaman dengan mencari waktu getar ayunan torsi.

1. Menentukan momen kelembaman benda dengan mengukur massa serta. 2. Menghitung momen kelembaman dengan mencari waktu getar ayunan torsi. A.Tujuan Percobaan 1. Menentukan momen kelembaman benda dengan mengukur massa serta ukuran geometrinya.. Menghitung momen kelembaman dengan mencari waktu getar ayunan torsi. B. Teori Dasar Definisi momen

Lebih terperinci

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi

C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi C. Momen Inersia dan Tenaga Kinetik Rotasi 1. Sistem Diskrit Tinjaulah sistem yang terdiri atas 2 benda. Benda A dan benda B dihubungkan dengan batang ringan yang tegar dengan sebuah batang tegak yang

Lebih terperinci

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN

BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN BAGIAN 1 BESARAN, SATUAN DAN PENGUKURAN A. RINGKASAN MATERI Besaran didefinisikan dengan dua cara, yaitu definisi besaran secara umum dan secara fisika. Definisi besaran secara umum adalah segala sesuatu

Lebih terperinci

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran

Kelas 10 Fisika BAB 1 Pengkuran dan Besaran BAB 1 Pengkuran dan Besaran Ringkasan Materi A. Besaran Besaran adalah suatu pernyataan yang mempunyai ukuran dan satuan. Secara garis besar, besaran dalam fisika dibagi menjadi dua bagian, yaitu: besaran

Lebih terperinci

Uji Kompetensi Semester 1

Uji Kompetensi Semester 1 A. Pilihlah jawaban yang paling tepat! Uji Kompetensi Semester 1 1. Sebuah benda bergerak lurus sepanjang sumbu x dengan persamaan posisi r = (2t 2 + 6t + 8)i m. Kecepatan benda tersebut adalah. a. (-4t

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI D I N A S P E N D I D I K A N Alamat : Komplek perkantoran Pemda Muaro Jambi Bukit Cinto Kenang, Sengeti UJIAN SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida

FIsika KTSP & K-13 FLUIDA STATIS. K e l a s. A. Fluida KTSP & K-13 FIsika K e l a s XI FLUID STTIS Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi fluida statis.. Memahami sifat-sifat fluida

Lebih terperinci

Lembar Kegiatan Siswa

Lembar Kegiatan Siswa Lembar Kegiatan Siswa Tingkat Satuan Pendidikan : SMA Negeri Jakarta Kelas : X -. Kelompok : Anggota :.......... 6.. Waktu praktikum :.,.. A. Judul Praktikum : Pengukuran panjang B. Tujuan Praktikum :.

Lebih terperinci

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN

- - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - WUJUD ZAT DAN PEMUAIAN - - Modul ini singkron dengan Aplikasi Android, Download melalui Play Store di HP Kamu, ketik di pencarian Tujuh2wujud Jika Kamu kesulitan, Tanyakan ke tentor bagaimana cara

Lebih terperinci

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan

Paket 2 PENGUKURAN. Pendahuluan Paket 2 PENGUKURAN Pendahuluan Fokus pada paket ini adalah pengukuran. Pembahasan tentang pengukuran ini merupakan bahasan kelanjutan dari paket sebelumnya yaitu besaran dan satuan. Paket ini akan menguraikan

Lebih terperinci

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR

BAB DINAMIKA ROTASI DAN KESEIMBANGAN BENDA TEGAR BAB DNAMKA OTAS DAN KESEMBANGAN BENDA TEGA. SOA PHAN GANDA. Dengan menetapkan arah keluar bidang kertas, sebagai arah Z positif dengan vektor satuan k, maka torsi total yang bekerja pada batang terhadap

Lebih terperinci

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang

Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang Latihan Soal UAS Fisika Panas dan Gelombang 1. Grafik antara tekanan gas y yang massanya tertentu pada volume tetap sebagai fungsi dari suhu mutlak x adalah... a. d. b. e. c. Menurut Hukum Gay Lussac menyatakan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN IPA BAB I SATUAN DAN PENGUKURAN Dr. RAMLAWATI, M.Si. Drs. H. HAMKA L., M.S. SITTI SAENAB, S.Pd., M.Pd. SITTI RAHMA YUNUS, S.Pd., M.Pd. KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA Koefisien Gesek dan Resultan Gaya Sejajar Disusun Oleh : Hermy Yuanita Jefferson Syaputra Nur Fitria Ramadhani Salma Nur Amalina XII IPA 7 KATA PENGANTAR Puji Syukur tim penulis

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA

Mata Pelajaran : FISIKA Mata Pelajaran : FISIKA Kelas/ Program : XII IPA Waktu : 90 menit Petunjuk Pilihlah jawaban yang dianggap paling benar pada lembar jawaban yang tersedia (LJK)! 1. Hasil pengukuran tebal meja menggunakan

Lebih terperinci

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005

SOAL UN FISIKA DAN PENYELESAIANNYA 2005 2. 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan

D. 30 newton E. 70 newton. D. momentum E. percepatan 1. Sebuah benda dengan massa 5 kg yang diikat dengan tali, berputar dalam suatu bidang vertikal. Lintasan dalam bidang itu adalah suatu lingkaran dengan jari-jari 1,5 m Jika kecepatan sudut tetap 2 rad/s,

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida

MEKANIKA FLUIDA A. Statika Fluida MEKANIKA FLUIDA Fluida atau zat alir adalah zat yang dapat mengalir. Zat cair dan gas adalah fluida, jelas bahwa bukan benda tegar, sebab jarak antara dua partikel di dalam fluida tidaklah tetap. Molekul-molekul

Lebih terperinci

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.

DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. DINAMIKA (HKM GRK NEWTON) Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. HUKUM-HUKUM GERAK NEWTON Beberapa Definisi dan pengertian yang berkaitan dgn hukum gerak newton

Lebih terperinci

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m.

Contoh Soal dan Pembahasan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. Pembahasan. a) percepatan gerak turunnya benda m. Contoh Soal dan Dinamika Rotasi, Materi Fisika kelas 2 SMA. a) percepatan gerak turunnya benda m Tinjau katrol : Penekanan pada kasus dengan penggunaan persamaan Σ τ = Iα dan Σ F = ma, momen inersia (silinder

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan seharihari. Misalnya, pada saat memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama

Lebih terperinci

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd

TEMPERATUR. Air dingin. Air hangat. Fisdas1_Temperatur, Sabar Nurohman, M.Pd TEMPERATUR A. TEMPERATUR; Sebuah Kuantitas Makroskopis Secara kualitatif, temperatur dari sebuah objek (benda) dapat diketahui dengan merasakan sensasii panas atau dinginnya benda tersebut pada saat disentuh.

Lebih terperinci

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut.

Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. Pilih satu jawaban yang paling benar dari dengan cara memberikan tanda silang (X) pada huruf di depan pilihan jawaban tersebut. 1. Seseorang sedang mencoba menyeberangi sungai yang airnya mengalir dengan

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu :

A. Pendahuluan. Dalam cabang ilmu fisika kita mengenal MEKANIKA. Mekanika ini dibagi dalam 3 cabang ilmu yaitu : BAB VI KESEIMBANGAN BENDA TEGAR Standar Kompetensi 2. Menerapkan konsep dan prinsip mekanika klasik sistem kontinu dalam menyelesaikan masalah Kompetensi Dasar 2.1 Menformulasikan hubungan antara konsep

Lebih terperinci

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR

BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR BAB 5: DINAMIKA: HUKUM-HUKUM DASAR Dinamika mempelajari pengaruh lingkungan terhadap keadaan gerak suatu sistem. Pada dasarya persoalan dinamika dapat dirumuskan sebagai berikut: Bila sebuah sistem dengan

Lebih terperinci

D. 80,28 cm² E. 80,80cm²

D. 80,28 cm² E. 80,80cm² 1. Seorang siswa melakukan percobaan di laboratorium, melakukan pengukuran pelat tipis dengan menggunakan jangka sorong. Dari hasil pengukuran diperoleh panjang 2,23 cm dan lebar 36 cm, maka luas pelat

Lebih terperinci

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI

BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI BESARAN DAN SATUAN DISUSUN OLEH : STEVANUS ARIANTO PENDAHULUAN PENGUKURAN JANGKA SORONG MIKROMETER SEKRUP CONTOH SOAL CONTOH SOAL CARA ANALITIS BESARAN DASAR FAKTOR SI SATUAN DIMENSI ANGKA PENTING KEGIATAN

Lebih terperinci

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006

Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 Evaluasi Belajar Tahap Akhir F I S I K A Tahun 2006 EBTA-SMK-06-01 Sebatang kawat baja mempunyai luas penampang 2,20 mm 2, dan panjangnya 37,55 mm. Besarnya volume kawat baja tersebut A. 80,875 mm 3 B.

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B

1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B Paket 1 1. Pada gambar dibawah ini, tekanan hidrostatis yang paling besar berada pada titik. a. A b. B A C c. C E d. D B e. E D 2. A 1 F 1 F 2 A 2 A 2 Perhatikan gambar, jika A1: A2 = 1: 10, dan gaya F1=

Lebih terperinci

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI

PESAWAT ATWOOD. Kegiatan Belajar 1 A. LANDASAN TEORI odul Gerak Kegiatan Belajar A. LANDASAN TEOI PESAWAT ATWOOD Dalam gerak translasi murni, sifat benda tegar mempertahankan keadaan geraknya disebut sebagai sifat kelembaman atau inersial. Sifat kelembaman

Lebih terperinci

Bab III Elastisitas. Sumber : Fisika SMA/MA XI

Bab III Elastisitas. Sumber :  Fisika SMA/MA XI Bab III Elastisitas Sumber : www.lib.ui.ac Baja yang digunakan dalam jembatan mempunyai elastisitas agar tidak patah apabila dilewati kendaraan. Agar tidak melebihi kemampuan elastisitas, harus ada pembatasan

Lebih terperinci

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version:

Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: SBMPTN 2015 Fisika Kode Soal Doc. Name: SBMPTN2015FIS999 Version: 2015-09 halaman 1 16. Posisi benda yang bergerak sebagai fungsi parabolik ditunjukkan pada gambar. Pada saat t 1 benda. (A) bergerak dengan

Lebih terperinci

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD

BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD BAB XII KALOR DAN PERUBAHAN WUJUD 1. Apa yang dimaksud dengan kalor? 2. Bagaimana pengaruh kalor pada benda? 3. Berapa jumlah kalor yang diperlukan untuk perubahan suhu benda? 4. Apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari

MGMP Fisika Kabupaten Klaten Media Belajar Mandiri Siswa 1. Berbagai Macam Alat Ukur dalam Kehidupan Sehari - hari Kompetensi Dasar 1.1. Bertambah keimanannya dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagat raya terhadap keberan Tuhan yang menciptakannya 1.2. Menyadari Kebesaran Tuhan yang mengatur

Lebih terperinci

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014

PHYSICS SUMMIT 2 nd 2014 KETENTUAN UMUM 1. Periksa terlebih dahulu bahwa jumlah soal Saudara terdiri dari 8 (tujuh) buah soal 2. Waktu total untuk mengerjakan tes ini adalah 3 jam atau 180 menit 3. Peserta diperbolehkan menggunakan

Lebih terperinci

BIDANG STUDI : FISIKA

BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 013 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan.. Tuliskan

Lebih terperinci

Mata Diklat : Fisika Kelas : 1 MM Hari/Tanggal : Waktu :

Mata Diklat : Fisika Kelas : 1 MM Hari/Tanggal : Waktu : PEMERINTAH PROPINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA DINAS PENDIDIKAN MENENGAH DAN TINGGI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) NEGERI 6 JAKARTA Kelompok Bisnis dan Manajemen Jln. Prof. Jokosutono, SH. No.2A Kebayoran

Lebih terperinci

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu.

itu menunjukan keadaan obyek sebagaimana adanya, tidak dipengaruhi oleh perasaan pengukur atau suasana sekitar tempat mengukur pada saat itu. PENGUKURAN Sifat-sifat fisis suatu benda dapat dipelajari secara kualitatif dan kuantitatif. Untuk mempelajari sifat dan keadaan benda secara kuantitatif diperlukan pengukuran. Perhatikan gambar berikut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Tanpa kita sadari di sekitar kita ternyata banyak sekali benda yang menerapkan prinsip gerak harmonik sederhana. Sebagai contoh adalah pegas yang digunakan pada tempat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI

BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI BAHAN AJAR FISIKA KELAS XI IPA SEMESTER GENAP MATERI : DINAMIKA ROTASI Momen gaya : Simbol : τ Momen gaya atau torsi merupakan penyebab benda berputar pada porosnya. Momen gaya terhadap suatu poros tertentu

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

PENGUMUMAN PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SENIN, 23 FEBRUARI 2015

PENGUMUMAN PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SENIN, 23 FEBRUARI 2015 PENGUMUMAN PELAKSANAAN UJIAN PRAKTIKUM FISIKA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SENIN, 23 FEBRUARI 2015 ATURAN PELAKSANAAN : 1. Siswa/siswi melihat daftar ujian praktikum. 2. Siswa/siswi wajib mengenakan pakaian

Lebih terperinci

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA

BERKAS SOAL BIDANG STUDI : FISIKA BERKAS SOAL BIDANG STUDI : MADRASAH ALIYAH SELEKSI TINGKAT PROVINSI KOMPETISI SAINS MADRASAH NASIONAL 2014 Petunjuk Umum 1. Silakan berdoa sebelum mengerjakan soal, semua alat komunikasi dimatikan. 2.

Lebih terperinci

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω =

v adalah kecepatan bola A: v = ωr. Dengan menggunakan I = 2 5 mr2, dan menyelesaikan persamaanpersamaan di atas, kita akan peroleh: ω = v adalah kecepatan bola A: v = ωr. ω adalah kecepatan sudut bola A terhadap sumbunya (sebenarnya v dapat juga ditulis sebagai v = d θ dt ( + r), tetapi hubungan ini tidak akan kita gunakan). Hukum kekekalan

Lebih terperinci

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J

D. I, U, X E. X, I, U. D. 5,59 x J E. 6,21 x J 1. Bila sinar ultra ungu, sinar inframerah, dan sinar X berturut-turut ditandai dengan U, I, dan X, maka urutan yang menunjukkan paket (kuantum) energi makin besar ialah : A. U, I, X B. U, X, I C. I, X,

Lebih terperinci

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer

T P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan

Lebih terperinci

BESARAN DAN PENGUKURAN

BESARAN DAN PENGUKURAN A. BESARAN DAN SATUAN adalah sesuatu yang dapat diukur dan dapat dinyatakan dengan bilangan dan satuan. Satuan adalah sesuatu yang menyatakan ukuran suatu besaran yang diikuti bilangan. dalam fisika terbagi

Lebih terperinci

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN.

Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Besaran dan Satuan 1 BESARAN DAN SATUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari dan menyelidiki komponen-komponen materi dan interaksi antar komponen tersebut. Contoh : - Bagaimana energi mempengaruhi

Lebih terperinci