Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di
|
|
- Ida Hermawan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 REFORMASI HUKUM YANG BERPIHAK KEPADA RAKYAT DAN KEADILAN 1 (Beberapa Catatan) Dr. Arif Gosita, SH 2 Mengusahakan dan mendukung reformasi hukum di Indonesia demi pengembangan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat, adalah tugas panggilan setiap warga negara Indonesia, sesuai dengan kemampuan pribadi masing-masing. Jadi tidak hanya mereka yang pernah mengalami pendidikan tinggi hukum saja yang harus bersikap kritis dan reformatif terhadap hukum yang berlaku. Sebab, penerapan hukum yang tertulis dan tidak tertulis dapat menimbulkan penderitaan mental, fisik, dan sosial pada orang. Maka lahirlah mereka yang disebut sebagai korban penerapan hukum dan menderita mental, fisik, sosial (korban viktimisasi struktural). Oleh karena itu perlu adanya pemenuhan persyaratan minimal bagi eksistensinya suatu peraturan perundang-undangan yang berpihak pada rakyat (terutama anak) dan keadilan sebagai perwujudan reformasi hukum yang rasional positif, dapat dipertanggung- jawabkan dan bermanfaat. Pengertian Hukum Sebagai titik tolak pembahasan dan pemahaman lebih baik mengenai reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan yang rumit, maka saya merumuskan hukum sebagai berikut: 1 Hukum adalah: suatu perwujudan kebijakan penguasa tertentu, pada masa tertentu, di tempat tertentu demi kepentingan tertentu. Yang dimaksud dengan hukum disiniialah, hukum dalam arti luas: yaitu yang tertulis dan tidak tertulis; dan hukum dalam arti sempit: yaitu, peraturan perundang-undangan ( ius constitutum dan ius consti-tuendum). Yang dimaksud dengan penguasa dalam arti luas: adalah siapa saja yang berfungsi sebagai penguasa, karena situasi dan kondisi tertentu dan dalam arti sempit: ialah pemerintah. Jadi, dalam masalah ikut serta mengembangkan supremasi hukum dan penegakan hukum, maka kita harus waspada dan terlebih dahulu bertanya, hukum siapa, hukum yang mana dan demi kepentingan siapa. 2 Hukum adalah: suatu hasil interaksi antar pihak-pihak tertentu, akibat adanya suatu interrelasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Jadi, hukum itu ada, akibat adanya pihak-pihak tertentu yang terlibat dalam adanya hukum tersebut sebagai komponen. hukum itu ada dan dibuat bersama oleh pihak-pihak tertentu yang berkepentingan dan yang mempunyai kewenangan dan kemampuan untuk ikut serta dalam pembuatan hukum tertentu; 3 Hukum adalah: keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang menjadi pedoman dan dasar mengatur hak dan kewajiban warga negara dan pemerintah dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Yaitu, kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, bernegara dan berbangsa dan penghidupan (mencari nafkah); 4 Hukum adalah suatu saran yang dapat menguntungkan atau merugikan orang atau kelompok tertentu. Oleh sebab itu, perlu adanya peraturan perundang-undangan yang dapat menjadi dasar dan pedoman orang mencegah dan menyelesaikan penyalahgunaan hukum, yang dapat berwujud penyalahgunaan kedudukan, kewenangan, kekuasaan dan kekuatan berdasarkan hukum tertentu. Jadi hukum sebagai sarana tidak dapat melindungi orang. Hukum hanya dapat menjadi dasar dan pedoman orang bertindak melindungi sesuatu 1 Sumbangan pemikiran untuk "Expert Meeting tentang Perubahan Paket Undang-undang Politik", yang di selenggarakan oleh CETRO, IPC,PSHK, LSPP, di Jakarta, tanggal Desember, Dosen Hukum Perlindungan Anak, Viktimologi,Kriminologi FH Untar, UL, Unpan, Usakti, UKI, UNIA
2 5 Hukum yang berkaitan dengan perlindungan rakyat adalah, keseluruhan ketentuan peraturan perundang-undangan, yang menjadi dasar dan pedoman orang melindungi pelaksanaan hak dan kewajiban rakyat. Tindakan Individu Pada hakikatnya pembuatan suatu PPU adalah suatu tindakan individu yang dipengaruhi oleh unsur-unsur struktur sosial tertentu masyarakat tertentu. Seperti: kepentingan (yang dapat menjadi motivasi), lembaga-lembaga sosial (keluarga, lembaga pendidikan, partai politik, DPR,pemerintah dsb.), nilai-nilai sosial, norma (hukum), status (sebagai warga negara), peran (sebagai warga negara) dsb. Jadi unsur-unsur ini juga harus dipahami dan dihayati, karena mempengaruhi orang mendukung atau menghambat adanya PPU yang dapat dipertanggung jawabkan, mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat. Reformasi Hukum Reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan meliputi pembangunan hukum yang berkaitan dengan hal-hal sebagai berikut: 1 Usaha-usaha yang terdiri atas kegiatan-kegiatan memperbaiki, mengurangi, menambah hukum yang berlaku atau mengantikannya dengan yang baru sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi di Indonesia; 2 Memenuhi persyaratan tertentu, yang menunjang pengembangan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan rakyat berdasarkan UUD'45 sebagai pengamalan Pancasila; Pengembangan landasan filosofis, etis, yuridis tertentu; 3 Pengembangan bahasa yang tepat dalam peraturan perundang-undangan, agar dapat dipahami dan dihayati oleh banyak orang sebagai obyek dan subyek hukum, sehingga mendukung penerapannya; 4 Pengadaan dan partisipasi personalia pelaksanaan, yang memahami dan menghayati makna hukum sebagai sarana dan dasar pembangunan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejah-teraan bangsa (rakyat, anak); 5 Pemahaman dan penghayatan reformasi hukum sebagai suatu bentuk perwujudan pelayanan kesjahteraan manusia. Oleh karena, mendukung pelayanan terhadap sesama manusia yang mempunyai permasalahan hukum dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan. Langkah-langkah Penerapan Hukum Reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan berkaitan juga dengan langkah-langkah penerapan hukum. Adapun langkah-langkah yang berkaitan adalah sebagai berikut: 1 Pengumpulan dan penentuan partisipan pelaksanaan yang profesional yang dapat memahami dan menghayati pelayanan hukum sebagai pelayanan kesejahteraan manusia (rakyat, anak); 2 Pembinaan obyek dan subyek hukum yang dapat mendukung pelaksanaan pembangunan hukum dengan usaha-usaha meningkatkan melek hukum dan meningkatkan kesadaran berhukum pada ybs.; 3 Penelitian hukum yang berlaku untuk mendukung, pemahaman dan penentuan sikap dan tindakan dalam pelaksanaan usaha-usaha pembangunan hukum; 4 Penentuan prioritas pembuatan PPU sesuai dengan situasi dan kondisi dalam berbagai bidang kehidupan dan penghidupan; 5 Berkomunikasi dengan dan memanfaatkan para ahli dan instansi yang bergerak dibidang pembangunan hukum; 6 Meningkatkan dengan berbagai cara kesediaan setiap warga negara untuk berpartisipasi menegakan hukum yang benar berdasarkan UUD'45 dan pengamalan Pancasila; 7 Penentuan persyaratan sebagai dasar dan pedoman dalam pembangunan hukum yang mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukuna dan kesejahteraan rakyat sesuai Firman Allah;
3 8 Penyadaran dengan berbagai cara anggota masyarakat akan pentingnya pembangunan dan penerapan hukum yang benar berdasarkan ajaran dalam Kitab Suci; 9 Penentuan mekanisme kerja pembangunan hukum yang efektif dan efisien; 10 Pengadaan dana untuk pelaksanaan usaha-usaha pembangunan hukum; 11 Menyempurnakan pendidikan hukum pada semua tingkat, sehingga tersedia sumber daya manusia yang dapat mendukung penegakan hukum dan upaya legislasi nasional yang rasional, dapat dipertanggungjawabkan dan bermanfaat. Upaya reformasi hukum nasional yang berpihak kepada rakyat dan keadilan dan langkah-langkah penerapan yang telah disebutkan diatas memerlukan kearifan yang diperoleh melalui pendidikan hukum di keluarga dan di semua lapisan masyarakat sedini mungkin. Sehubungan dengan ini, maka akan dikemukakan untuk dibahas beberapa pemikiran mengenai alat pengukur baik buruknya suatu peraturan perundang-undangan (PPU). Jadi, sebaiknya suatu PPU itu dikaji berdasarkan persyaratan yang dikemukakan di catatan ini. Adapun beberapa persyaratan yang harus dipenuhi tersebut adalah antara lain sebagai berikut. 1 Rasional positif Substansi suatu PPU harus dapat dilaksanakan secara konseptual, berprogram, profesional dan tidak emosional. Dengan demikian dapat dicegah penentuan sikap dan pengambilan tindakan yang dapat menimbulkan penderitaan mental, fisik dan sosial pada seseorang. 2 Dapat dipertanggungjawabkan Substansi suatu PPU harus dapat dipertanggung jawabkan. Horisontal, terhadap sesama manusia (manusia yang sama harkat dan martabat sebagai manusia, dan berada dengan kita) dan vertikal, terhadap Tuhan Allah (kebebasan beragama, beribadah). 3 Bermanfaat. PPU tsb harus bermanfaat untuk diri sendiri dan orang lain (masing-masing dapat melaksanakan hak dan kewajibannya secara bertanggungjawab) 4 Mengembangkan kebersamaan, kerukunan, kesatuan dan persatuan. Substansi suatu PPU harus merupakan dasar hukum dan pedoman mewujudkan kebersamaan, kerukunan, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Penerapannya tidak boleh diskriminatif, destruktif, monopolistis, menguntungkan golongan tertentu saja (anti sara, mendukung kebebasan beragama, pendidikan, pelayanan) 5 Mengembangkan kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat. Suatu PPU harus bertujuan mewujudkan kebenaran, keadilan dan kesejahteraan rakyat. Terutama, rakyat golongan lemah mental, fisik dan sosial (anak, perempuan, penyandang cacat dsb.). 6 Mengutamakan perspektif kepentingan yang diatur/dilayani, dan bukan perspektif kepentingan yang mengatur/melayani. Suatu PPU terutama harus dapat menjadi dasar hukum dan pedoman melindungi kepentingan (hak dan kewajiban) yang menjadi obyek pengaturan dan pelayanan, dan bukan kepentingan para penguasa atau para pelaksana tugas yang mengatur dan melayani. 7 Sebagai pengamalan Pancasila Substansi suatu PPU harus merupakan perwujudan terpadu pengamalan semua sila Pancasila. 8 Berlandaskan hukum secara integratif Substansi suatu PPU harus dapat dipahami dan dihayati oleh para obyek dan subyek hukum, sehingga dapat diterapkan secara terpadu dan harmonis dengan PPU yang lain. Akibatnya, perlu diusahakan adanya koreksi, penyesuaian, pembaharuan peraturan perundangundangan sesuai sitiuasi dan kondisi terakhir dan terbaik untuk anak.. 9 Berlandaskan etika Suatu PPU harus merupakan perwujudan suatu etika profesi, dan dapat dipertanggung jawabkan menurut bidang profesi masing-masing.
4 10 Mengembangkan hak asasi dan kewajiban asasi yang bersangkutan Suatu PPU tidak hanya dapat menjadi dasar hukum memperjoangkan hak asasi manusia, tetapi juga untuk mengusahakan pelaksanaan kewajiban asasi manusia sesuai kemampuan, situasi dan kondisi yang bersangkutan. Sebaiknya dikaitkan dengan Konvensi Hak-hak Anak PBB, yang telah diratifikasi dengan Kepres 36/ Tidak dapat dipakai sebagai dasar hukum untuk menyalahgunakan kedudukan, kewenangan, kekuasan dan kekuatan demi kepentingan pribadi atau kelompok Suatu PPU yang baik tidak dapat dimanfaatkan orang untuk menyalahgunakan kekuasaan, kekuatan yang diperoleh dari kedudukan dan kewenangannya untuk mencari keuntungan pribadi atau kelompok. 12 Mengembangkan respons keadilan yang memulihkan Suatu PPU harus dapat menjadi dasar hukum para obyek dan subyek hukum, berpartisipasi dalam usaha-usaha yang memulihkan (restoratif) terhadap para korban yang menderita (kerugian) mental, fisik, dan sosial dengan dengan memberikan asistensi (pelayanan, pendam-pingan), ganti kerugian (restitusi oleh pelaku, kompensasi oleh pemerintah) dsb.. 13 Tidak merupakan faktor viktimogen Substansi suatu PPU tidak boleh berakibat terjadinya suatu penimbulan korban (viktimisasi), sehingga yang bersangkutan menderita mental, fisik dan sosial. Baik memuat sanksi bagi para penimbul korban. 14 Tidak merupakan faktor kriminogen Substansi suatu PPU tidak boleh berakibat terjadinya suatu kejahatan (kekerasan, penipuan, penyuapan, korupsi dsb). Baik memuat sanksi bagi yang menimbulkan penderitaan. 15 Mendukung penerapan unsur-unsur menejemen kooperasi, koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi. Dalam pembuatan dan penerapan PPU diperlukan adanya pelaksanaan unsur-unsur menejemen. Seperti: kooperasi (antar instansi), koordinasi (antar instansi), integrasi (interdisipliner, intersektoral, interdepartemental), sinkronisasi (kesinambungan usaha), simplifikasi (perumusan sederhana, mudah dimengerti oleh hanyak orang untuk dilaksanakan). Sampai saat ini unsur-unsur ini masih diahaikan. Akibatnya, PPU tidak dapat diterapkan dengan semestinya dan menimbulkan berhagai macam permasalahan yuridis sehingga menimbulkan penderitaan mental, fisik, sosial pada yang bersangkutan. 16 Berdasarkan citra yang tepat mengenai obyek dan subyek hukum, sebagai: manusia sang sama harkat dan martabat sebagai manusia, dan sehagai manusia sesama kita yang ada dalam satu masyarakat. Citra yang tepat mengenai manusia ini dapat menjadi landasan mencegah merupikan rakyat dan mengembangkan respons yang restoratif terhadap rakyat yang menderita mental, fsik dan sosial penerapan hukiun yang negatif. 17 Mengembangkan 5 rasa : rasa memiliki sesuatu bersama, rasa bertanggungjawah (horisontal terhadap sesama mannusia dan vertikal: terhadap Tuhan Allah). rasa terikat pada sesuatu, rasa suka membagi terhadap sesama manusia, dan rasa melavanai terhadap sesama manusia. Dalam kenyataan persyaratan-persyaratan ini tidak mudah untuk dipenuhi dalam waktu dekat. karena situasi dan kondisi kehidupan berhukum pada saat ini, tetapi dapat dipercepat bersama. Demi kehidupan berhukum yang baik, maka pemenuhan persyaratan ini harus diperjuangkan bersama-sama sekuat tenaga. Hambatan Hambatan yang berkaitan dan perlu diatasi bersama adalah antara lain sebagai berikut: 1 Iklim berhukum dalam berbagai bidang kehidupan (berkeluarga, bermasyarakat, bernegara, berbangsa) dan penghidupan (mencari nafkah) yang tidak dapat dibertanggungjawabkan dan menyedihkan. 2 Kurang adanya kemauan potitik pihak pemerintah, anggota masyarakat dan keluarga untuk berhukum dengan konsisten dan konsekuen; secara bertanggung jawab dalam berbagai bidang penghidupan dan kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
5 3 Masih kurang baiknya dan meratanya pendidikan hukum di Indonesia pada semua tingkat pendidikan (dimulai dari keluarga, sekolah dasar sampai perguruan tinggi). 4 Tidak dianggap pentingya hukum sebagai pedoman dan dasar hukum orang bersikap dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari. Masih kuat adanya kecenderungan anggota masyarakat untuk tidak menghiraukan hukum dalam mencapai suatu tujuan, tetapi dengan mengunakan kekerasan, kekuasaan. 5 Tidak adanya citra yang tepat mengenai rakyat sebagai manusia sesama kita yang sama harkat dan martabat sebagai manusia; dan manusia sesama kita yang ada dalam satu masyarakat dengan kita. Citra yang tepat ini dapat mengembangkan rasa tanggungjawab kita terhadap rakyat. 6 Tidak ada atau kurungnya pendidikan budi perkiti di keluarga, di sekolah, dimasyarakat. Akibatnya kolusi, korupsi dan nepotisme meningkat di Indonesia. Kesimpulan Dari yang telah dikemukan sebelumnya dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: Pertama, pembuatan PPU bukanlah sesuatu yang mudah dan dapat diselesaikan dalam waktu singkat. Usaha pengumpulan data untuk menguatkan diperlukannya pembuatan PPU tersebut tidak dapat dihindari; Kedua, mengadakan studi banding mengenai undang-undang pelindungan anak negara-negara lain untuk penyempurnaan PPU yang telah dibuat merupakan suatu kemutlakan; Ketiga, mempelajari bersama PPU Indonesia yang berlaku yang berkaitan dengan bidang hukum perlindungan rakyat, untuk menguatkan perlu adanya undang-undang yang baru, sebagai pengganti yang lama yang bertentangan dengan hak dan kewajiban asasi warga negara Indonesia, termasuk program kerja reformasi PPU di Indonesia Keempat, mengikutsertakan para ahli dibidang perlindungan rakyat serta hukumnya untuk mengkaji ulang rancangan undang-undang (RUU) yang ada, merupakan suatu kemutlakan dalam rangka mencegah penimbulan korban penerapan PPU; Kelima, mengingat peliknya dan rumitnya pembuatan PPU yang baik, maka harus tersedia dana dan sarana, sumber daya manusia pengkajian RUU yang berkaitan; Keenam, mengembangkan pendidikan hukum perlindungan rakyat sebagai pendukung pelaksanaan pelindungan rakyat dibidang hukum privat dan hukum publik yang merupakan agenda kerja penting dalam upaya reformasi PPU di Indonesia. Saran-saran Saran-saran yang berkaitan dengan reformasi hukum yang berpihak pada rakyat (terutama anak) dan keadilan adalah sebagai berikut: 1 Pengumpulan data untuk menguatkan diperlukannya pembuatan undang-undang yang melindungi korban secepatnya. Para korban tidak boleh menderita lebih lama lagi; 2 Mengadakan studi banding mengenai undang-undang pelindungan rakyat negara-negara lain untuk penyempurnaan PPU yang telah dibuat; 3 Mempelajari PPU Indonesia yang berlaku yang berkaitan dengan bidang hukum perlindungan anak, untuk membenarkan perlu adanya atau tidaknya undang-undang yang baru, sebagai pengganti yang lama yang bertentangan dengan hak dan kewajihan asasi rakyat Indonesia; 4 Mengikutsertakan para ahli dibidang perlindungan rakyat serta hukumnya untuk mengkaji ulang PPU yang ada; 5 Pengadaan dana dan sarana pengkajian RUU dan PPU yang berkaitan; 6 Mengembangkan pendidikan hukum perlindungan rakyat sebagai pendukung pelaksanaan pelindungan rakyat dibidang hukum privat dan hukum publik. 7 Mengusahakan bersama citra yang tepat mengenai anak, sebagai sesama manusia kita yang sama harkat dan martabat dengan kita, dan ada dengan kita dalam satu masyarkat, dengan berbagai cara sedini mungkin.
6 Sebagai dasar dan pedoman pemahaman, penghayatan dan penanggulangan permasalahan ini, maka baik kita hayati bersama hukum kasih Tuhan yang berbunyi sebagai berikut: Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu, jiwamu, akal budimu dan kekuatanmu. Kasihilah sesama manusia seperti dirimu sendiri. Demikianlah beberapa sumbangan pemikiran serta permasalahan yang berkaitan, yang perlu dipahami, dihayati dan diatasi bersama lebih lanjut. Semoga catatan sederhana ini bermanfaat bagi upaya legislasi nasional yang berpihak kepada rakyat (anak) demi kebenaran, keadilan, kerukunan dan kesejahteraan rakyat di Indonesia..
Institute for Criminal Justice Reform
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2007 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang
Lebih terperinciANAK INDONESIA. Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan
ANAK INDONESIA ANAK Adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan Pasal 1 (1) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak Jumlah anak = 1/3 jumlah
Lebih terperinciBAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM
BAB 9 PEMBENAHAN SISTEM DAN POLITIK HUKUM Mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis merupakan upaya yang terus-menerus dilakukan, sampai seluruh bangsa Indonesia benar-benar merasakan keadilan dan
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN BARAT
PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciB. Tujuan C. Ruang Lingkup
27. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah (MA)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) A. Latar Belakang Pendidikan di diharapkan
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH
BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciPartisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban
Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban Nama Kelompok: 1. Rizeki Amalia 2. Setiawan Hartanto 3. Rizki Saputra 4. Sarah Julianti 5. Yessy Dwi Yulianti 6. Yuniar
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciPROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN
PROGRAM LEGISLASI NASIONAL TAHUN 2010 2014 A. PENDAHULUAN Program Legislasi Nasional (Prolegnas) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MADIUN
PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciAgenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur
IV Agenda dan Prioritas Pembangunan Jawa Timur IV.1 Agenda Pembangunan Berdasarkan visi, misi, dan strategi pembangunan, serta permasalahan pembangunan yang telah diuraikan sebelumnya, maka disusun sembilan
Lebih terperincidilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan.
dilibatkan, diminta pendapatnya sehingga materi konstitusi benar-benar mewakili masyarakat secara keseluruhan. 3. Afrika Selatan Di Afrika Selatan, proses pembuatan konstitusi perlu waktu 3 tahun dan rakyat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015
PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
Lebih terperinciRANCAANPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
NO.1 2010 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 1 2010 SERI. E RANCAANPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG KESETARAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa negara melindungi dan menjamin
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciHadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual. Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid November 2017
Hadirkan! Kebijakan Perlindungan Korban Kekerasan Seksual Pertemuan Nasional Masyarakat Sipil Untuk SDGs Infid 14-15 November 2017 Kondisi kekerasan seksual di Indonesia Kasus kekerasan terhadap perempuan
Lebih terperinciBADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciSTANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB
STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB Mata Pelajaran Pendidikan Kewargaan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan internasional, regional dan nasional. Sampai dengan saat ini, penyalahgunaan narkotika di seluruh
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2004 TENTANG PEMBINAAN JIWA KORPS DAN KODE ETIK PEGAWAI NEGRI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pegawai Negri Sipil yang kuat,
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 9
Modul ke: Fakultas TEKNIK MAKNA DAN AKTUALISASI SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK, EKONOMI, SOSIAL BUDAYA, HANKAM SERTA HUKUM DAN HAM ) SEMESTER GASAL TAHUN
Lebih terperinciBUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASER NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASER, Menimbang : Mengingat a. bahwa anak
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KESETARAAN DAN KEADILAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa negara melindungi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK
BAB 10 PENGHAPUSAN DISKRIMINASI DALAM BERBAGAI BENTUK Di dalam UUD 1945 Bab XA tentang Hak Asasi Manusia, pada dasarnya telah dicantumkan hak-hak yang dimiliki oleh setiap orang atau warga negara. Pada
Lebih terperinciPANCASILA. Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Modul ke: Fakultas MKCU
PANCASILA Modul ke: Pancasila dalam Kajian Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia (Lanjutan) Fakultas MKCU Poernomo A. Soelistyo, SH., MBA. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pancasila dalam Kajian
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO
PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO Salinan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOJONEGORO NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PELAYANAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DI KABUPATEN BOJONEGORO DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Salah satu dari keempat NSPK yang diterbitkan dalam bentuk pedoman ini adalah Pedoman Pelaksanaan Perlindungan Anak.
KEMENTERIAN NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA KATA PENGANTAR Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi,
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012
1 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PROVINSI SULAWESI SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1647, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DENGAN
Lebih terperinciPENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL
I. UMUM PENJELASAN A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG KESEJAHTERAAN SOSIAL Pembangunan kesejahteraan sosial merupakan perwujudan dari upaya mencapai tujuan bangsa yang
Lebih terperinciPEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciHAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA
HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima : 29 September 2014; disetujui : 13 Oktober 2014 Indonesia adalah negara yang berdasar
Lebih terperinciKode Etik Pegawai Negeri Sipil
Kode Etik Pegawai Negeri Sipil Norma Dasar Pribadi Setiap Pelayan Publik dan Penyelenggara Pelayanan Publik wajib menganut, membina, mengembangkan, dan menjunjung tinggi norma dasar pribadi sebagai berikut:
Lebih terperinciKODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciKode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.
Kode Etik PNS Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri Sipil memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1997 TENTANG PENYANDANG CACAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan pembangunan nasional
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PENGADILAN AGAMA TUAL TUAL, PEBRUARI 2012 Halaman 1 dari 14 halaman Renstra PA. Tual P a g e KATA PENGANTAR Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD NKRI) tahun 1945
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.
KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
Lebih terperinci- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan
Pendahuluan Kekerasan apapun bentuknya dan dimanapun dilakukan sangatlah ditentang oleh setiap orang, tidak dibenarkan oleh agama apapun dan dilarang oleh hukum Negara. Khusus kekerasan yang terjadi dalam
Lebih terperinci2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem
No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI
Lebih terperinciBAB III PEMBANGUNAN HUKUM
BAB III PEMBANGUNAN HUKUM A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kedua, yaitu mewujudkan supremasi
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2010 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG MEKANISME PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang BUPATI
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA. KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : Tahun 2011 TENTANG
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 800-376 Tahun 2011 TENTANG KODE ETIK KHUSUS PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN DITJEN KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
BERITA DAERAH KOTA BOGOR Nomor 8 Tahun 2015 Seri E Nomor 4 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BOGOR Diundangkan dalam
Lebih terperinciBAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN
BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA Salah satu agenda pembangunan nasional adalah menciptakan tata pemerintahan yang bersih, dan berwibawa. Agenda tersebut merupakan upaya untuk
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02
Lebih terperinci2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In
No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN
Lebih terperinciBAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN
BAB 11 PENGHORMATAN, PENGAKUAN, DAN PENEGAKAN ATAS HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA Hak asasi merupakan hak yang bersifat dasar dan pokok. Pemenuhan hak asasi manusia merupakan suatu keharusan agar warga negara
Lebih terperinciJAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciKEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA
KEKERASAN YANG DILAKUKAN OKNUM POLISI DALAM MENJALANKAN TUGAS SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HAK ASASI MANUSIA Oleh : Bernadus Ardian Ricky M (105010100111087) KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena korupsi yang terjadi di Indonesia selalu menjadi persoalan yang hangat untuk dibicarakan. Salah satu hal yang selalu menjadi topik utama sehubungan
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
SALINAN BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
-1- PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK BADAN PEMERIKSA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 116) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG PENANGANAN KONFLIK SOSIAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA. Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang
KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL ASOSIASI PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Nomor 002/Munas-I/APPI/08/2006 Tentang KODE ETIK PERENCANA PEMERINTAH INDONESIA Menimbang : a. bahwa profesi adalah pekerjaan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. boleh merampas hak hidup dan merdeka tersebut.
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan Mahluk sosial, sejak dalam kandungan sampai melahirkan mempunyai hak atas hidup dan merdeka saat serta mendapat perlindungan
Lebih terperinciKODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN
KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NO M.HH-01.PP TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN
PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NO M.HH-01.PP.01.01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK RANCANGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I NAMA / ISTILAH Naskah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA
PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG UTARA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN JEMBRANA
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERLINDUNGAN KORBAN PERDAGANGAN ANAK DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN JEMBRANA 2.1 Pengertian Perlindungan Hukum Ruang lingkup perlindungan hukum yang akan
Lebih terperinciKODE ETIK DOSEN AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH
KODE ETIK DOSEN KEPUTUSAN DIREKTUR AKADEMI KEPERAWATAN TENTANG KODE ETIK DOSEN AKPER HKBP BALIGE MUKADIMAH AKADEMI KEPERAWATAN HKBP BALIGE 2012 Akademi Keperawatan (AKPER) HKBP Balige adalah perguruan
Lebih terperinciBAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN
BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2011 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN
Lebih terperinciBahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional
Bahan Diskusi Sessi Kedua Implementasi Konvensi Hak Sipil Politik dalam Hukum Nasional Oleh Agung Putri Seminar Sehari Perlindungan HAM Melalui Hukum Pidana Hotel Nikko Jakarta, 5 Desember 2007 Implementasi
Lebih terperinciLampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum
Lampiran Usulan Masukan Terhadap Rancangan Undang-Undang Bantuan Hukum No. Draft RUU Bantuan Hukum Versi Baleg DPR RI 1. Mengingat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 27 ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 28H ayat
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang:
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SINGKAWANG
PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG PERATURAN DAERAH KOTA SINGKAWANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA SINGKAWANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SINGKAWANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan hidup manusia dan keberlangsungan bangsa dan negara. Dalam konstitusi Indonesia, anak memiliki peran strategis
Lebih terperinciPERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN Hasil PANJA 12 Juli 2006 Dokumentasi KOALISI PERLINDUNGAN SAKSI Hasil Tim perumus PANJA, santika 12 Juli
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA I. UMUM Hakikat pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
Lebih terperinci- 9 - No. Permasalahan Tujuan Tantangan Indikator Keberhasilan Fokus
- 9 - Strategi 1: Penguatan Institusi Pelaksana RANHAM Belum optimalnya institusi pelaksana RANHAM dalam melaksanakan RANHAM. Meningkatkan kapasitas institusi pelaksana RANHAM dalam rangka mendukung dan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang : a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciUndang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambaha
No.1775, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DJSN. Kode Etik. Majelis Kehormatan. PERATURAN DEWAN JAMINAN SOSIAL NASIONAL NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG KODE ETIK DAN MAJELIS KEHORMATAN DEWAN JAMINAN SOSIAL
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 11 2013 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK DAN PERILAKU APARATUR DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA DAN MEKANISME PELAYANAN TERPADU BAGI SAKSI DAN/ATAU KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG KERJASAMA PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN TINDAK KEKERASAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI KEBENARAN DAN REKONSILIASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelanggaran hak asasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya juga melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak merupakan potensi masa depan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di
16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tindak Pidana Tindak pidana atau delik berasal dari bahasa Latin delicta atau delictum yang di kenal dengan istilah strafbar feit dan dalam KUHP (Kitab Undang Undang Hukum Pidana)
Lebih terperinciPEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK
PEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Komponen Perilaku dan Kode Etik... 3 3.2 Pelaksanaan Penerapan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kemerdekaan berserikat, berkumpul,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciWALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR,
WALIKOTA DENPASAR PERATURAN WALIKOTA DENPASAR NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KOTA DENPASAR WALIKOTA DENPASAR, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 13 Peraturan
Lebih terperinci2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK
MAKALAH PENGANGKATAN ANAK SEBAGAI USAHA PERLINDUNGAN HAK ANAK Disusun oleh RIZKY ARGAMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK, NOVEMBER 2006 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penghargaan, penghormatan,
Lebih terperinci