Organisasi Kurikulum 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Organisasi Kurikulum 1"

Transkripsi

1 Organisasi Kurikulum 1

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Illahi Rabbi, yang mana atas kehendak-nyalah tugas ini dapat diselesaikan tepat waktu. Tidak lupa kami juga menyampaikan terimakasih yang sebesar besarnya kepada segenap pihak, yang telah membantu kami baik langsung maupun tidak langsung mulai dari materi hingga moril dalam proses penyelesaian tugas ini. Sebagai calon pendidik, kami menyadari bahwa penting bagi kami untuk memahami dan mengerti keseluruhan seluk beluk kurikulum. Sebab, ketika nanti kami telah menjadi guru maka kami akan sangat sering bergelut dengan system kurikulum. Pengembangan kurikulum merupakan aspek inti untuk terus menciptakan kurikulum yang sempurna, sesuai dengan perkembangan jaman, serta mampu mencetak generasi yang sesuai dengan kebutuhan bangsa. Oleh karena itu, untuk memenuhi tugas setengah semester ini, kami mengambil salah satu pokok bahasan yang kami rasa cukup penting dalam suatu proses pengembangan kurikulum. Akhirnya kami berharap, semoga makalah dengan judul Organisasi Kurikulum ini mampu menjadi titik tolak pemahaman kami selaku calon guru tentang isi dan komponen di dalam proses mengembangkan kurikulum. Aspek-aspek penting dalam organisasi kurikulum dan hal-hal yang perlu di garis bawahi agar bahan ajar dapat tersampaikan dengan baik kepada peserta didik. Besar harapan kami akan saran serta masukan dari pembaca terhadap isi dari tulisan ini, sehingga kami dapat mengevaluasi diri agar menjadi lebih baik lagi kelak. Jum at, 12 April 2013 TIM PENYUSUN Organisasi Kurikulum 1

3 PEMBAHASAN Sebagai suatu proses, maka kurikulum memiliki komponen komponen penting didalamnya yang berguna untuk menunjang serta mengembangka system yang telah ada. salah satu komponen pentingnya adalah isi dari kurikulum tersebut yang sering dikenal dengan organisasi kurikulum. Organisasi kurikulum merupakan komponen penting dalam penerapan sebuah kurikulum, sebab tanpa organisasi kurikulum, suatu rancangan kurikulum akan dianggap tak bernilai. Disini akan kita bahas bersama seluk beluk organisasi kurikulum mulai dari konsep hingga prosedur mereorganisasi kurikulum. Secara garis besar, alur pembahasan kita Nampak seperti bagan berikut: Konsep dan Dimensi Organisasi Kurikulum Organisasi Kurikulum adalah susunan pengetahuan yang harus disampaikan pada peserta didik untuk menguasai kompetensi yang ditetapkan Dimensi Organisasi Kurikulum terbagi menjadi 2 yaitu dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar Model Organisasi Kurikulum Subject-Centered Currriculum Correlated Curriculum Broad-Fild Curriculum Integrated Curriculum Core Curriculum Activity Curriculum Faktor-Faktor dalam Organisasi Kurikulum Ruang Lingkup (Scope) Urutan (Sequence) Kesinambungan (Continuity) Terpadu (Integrated) Keseimbangan (Balance) Waktu (Times) Prosedur Mereorganisasi Kurikulum Buku Pelajaran Tambal Sulam Analisis Kegiatan Fungsi Sosial Survey Pendapat Study Kesalahan Analisis Masalah Remaja Organisasi Kurikulum 2

4 A. Konsep dan Dimensi Organisasi Kurikulum Organisasi kurikulum merupakan susunan dari pengalaman dan pengetahuan yang harus disampaikan dan dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai tujuan atau kompentensi yang diingikan. Pengalaman yang dimaksud terbagi menjadi pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung yang didapat atau diterima peserta didik selama proses pembelajaran. Sedangkan pengetahuan yang dimaksud adalah pengetahuan baku yang mungkin untuk berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu reorganisasi kurikulum dianggap penting untuk menunjang penyempurnaan kurikulum. John D. McNeil (1977) berpendapat bahwa tidak ada organisasi kurikulum yang dapat dianggap memadai. Namun, tetap terdapat beberapa konsep dan prinsip yang bisa diterapkan dalampengorganisasian kurikulum. Salah satunya untuk mempermudah merumuskan organisasi kurikulum, Caswell dan Campbell memberikan criteria sebagai berikut: 1. Kegunaan isi kurikulum dalam menafsirkan, memahami dan menilai kehidupan yang kontemporer. 2. Kegunaan isi kurikulum dalam memuaskan minat dan kebutuhan para siswa. 3. Nilai isi kurikulum dalam mengembangkan kemampuan, sikap, dan sebagainya, yang di pandang bermanfaat dalam kehidupan orang dewasa. 4. Isi kurikulum hendaknya signifikan bagi bidang mata pelajaran tertentu. Organisasi kurikulum mempunyai setidaknya dua dimensi pokok yaitu: dimensi isi dan dimensi pengalaman belajar. Tidak adanya batasan yang tegas terhadap kedua dimensi tersebut terkadang membingungkan para pengembang kurikulum. Meskipun demikian tetap terdapat batasan untuk membedakan kedua dimensi tersebut. Misalnya,organisasi kurikulum yang bersifat logis mengutamakan dimensi isi dan melihat fakta apa adanya. Sedangkan organisasi kurikulum yang bersifat psikologis lebih mengutamakan dimensi pengalaman belajar dan kurang memperhatikan fakta atau isi setiap unsur yang bersifat logis. Ralph Tyler melihat dimensi kurikulum dari 2 bentuk hubungan kesempatan belajar yaitu: hubungan vertikal dan hubungan horizontal. Selain dimensi, organisasi kurikulum juga memiliki unsur-unsur di dalamnya anatara lain: a) Konsep,yaitu definisi singkat dari bebarapa fakta atau gejala. b) Generalisasi, yaitu kesimpulan-kesimpulan yang merupakan kristalisasi dari suatu analisis. c) Keterampilan, yaitu kemampuan dalam merencanakan organisasi kurikulum dan digunakan sebagai dasar untuk menyusun program yang berkesinambungan Organisasi Kurikulum 3

5 d) Nilai-nilai, yaitu norma atau kepercayaan yang diangungkan,untuk mengendalikan perilaku. B. Model Organisasi Kurikulum Menurut Zais dalam bukunya Curriculum: Principles and Foundation setidaknya ada 6 model kurikulum yang di kembangkan dari kategori desain kurikulum, yaitu: 1. Subject-Centered Curriculum Model ini terdiri atas berbagai mata pelajaran yang saling terpisah satu sama lain. Organisasi kurikulum ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (a)kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah dan tidak ada hubungan serta kaitan satu sama lain, (b)mata pelajaran tersebut berdiri sebagai suatu disiplin ilmu sendiri, (c)tujuan kurikulum adalah untuk menguasai pengetahuan, (d)mata pelajaran tidak disusun sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat, (e)pembelajarannya banyak mengguankan teknik penuangan. 2. Correlated Curriculum Model ini mengorelasikan antara mata pelajaran satu dengan mata pelajaran yang lain. Model ini dibuat guna menyempurnakan model organisasi kurikulum sebelumnya. Ciri-ciri organisasi kurikulum ini antara lain: (a)adanya korelasi dalam mata pelajaran, (b)adanya upaya menyesuaikan mata pelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari, (c)tujuannya untuk menguasai pengetahuan, (d)peran peserta didik mulai diaktifkan,(e)penilaian difokuskan pada domain kognitif. 3. Broad Fild Curriculum Model ini merupakan bentuk korelasi antar mata pelajaran yang lebih luas. Biasanya merupakan fusi antar beberapa mata pelajaran yang serumpun dan memiliki cirri-ciri yang sama.menurut Oemar Hamalik (1993) bentuk organisasi kurikulum ini terdiri atas 3 jenis pendekatan yaitu:pendekatan struktural,pendekatan fungsional,pendekatan daerah. 4. Integrated Curriculum Organisasi ini disusun berdasarkan analisis kehidupan atau kegiatan utama manusia. Integrasi ini dapat tercapai dengan memusatkan pelajaran pada permasalahan tertentu yang pemecahannya memerlukan berbagai disiplin ilmu atau mata pelajaran. 5. Core Curriculum Pada dasarnya kurikulum ini merupakan bagian dari kurikulum terpadu. Karena kurikulum ini menggunakan bahan dari segala disiplin ilmu atau mata pelajaran yang Organisasi Kurikulum 4

6 diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik. Tujuan kurikulum ini adalah membentuk pribadi yang terintegrasi baik secara fisik, mental maupun intelektual. 6. Activity Curriculum Kurikulum ini juga sering disebut sebagai kurikulum pengalaman karena tidak memiliki struktur informal dan tidak dirancang sebelumnya. Isi kurikulum berdasarkan kebutuhan dan minat peserta didik sehingga wajar kalau kurikulum ini lebih menonjolkan aktifitas atau kegiatan dan pengalaman peserta didik. C. Faktor-faktor dalam Organisasi Kurikulum Menurut Hilda Taba, ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam organisasi kurikulum yaitu: a) Ruang Lingkup Ruang lingkup kurikulum menunjukkan keseluruhan, keluasan, kedalam dan batasbatas bahan pelajaran yang disampaikan kepada peserta didik. Pemilihan dan penentuan ruang lingkup bahan pelajaran tentunya harus melibatkan para pakar kurikulum, pakar filsafat pendidikan, guru bidang studi, pakar psikologi dan sosiologi. perlu mendapat masukan dari berbagai pihak sebagai bahan pertimbangan, serta didukung oleh hasil penelitian yang relevan dan memadai b) Urutan Urutan bahan pelajaran menunjukkan keteraturan bahan yang akan disampaikan kepada peserta didik. kapan akan disampaikan, yang mana yang akan disampaikan terlebih dahulu dan yang mana bahan yang akan dipelajari kemudian. Nana Sy. Sukmadinata (2005) berpendapat bahwa ada beberapa cara untuk menyusun urutan bahan ajar, yaitu urutan kronologis, kausal, struktural, logis dan psikologis, spiral, rangkaian kebelkang, dan berdasarkan hirarki belajar. c) Kesinambungan Kesinambungan menunjukkan adanya peningkatan, pendalaman dan perluasan bahan pelajaran sehingga peserta didik dapat mempelajari bahan yang komplek. d) Terpadu Faktor ini berangkat dari asumsi bahwa bidang-bidang kehidupan memerlukan pemecahan secara multidisiplin. Untuk mencapai pemahaman yang utuh dan menyeluruh, maka keterpaduan ini juga harus dilakukan oleh peserta didik melalui pengetahuan dari berbagai sumber belajar yang saling berhubungan Organisasi Kurikulum 5

7 e) Keseimbangan Keseimbangan yang dimaksud adalah keseimbangan isi atau bahan pelajaran dengan keseimbangan proses pembelajaran. f) Waktu Distribusi waktu dapat ditentukan berdasarkan criteria, antara lain tradisi pengalaman, pertimbangan para pengembang kurikulum, nilai atau manfaat, tingkat kesulitan, dan standar kompetensi mata pelajaran. D. Prosedur Mereorganisasi Kurikulum Ada beberapa cara untuk mereorganisai kurikulum, diantaranya: a) Melalui Buku Pelajaran Buku belajar merupakan sumber belajar yang penting bagi peserta didik oleh karena itu buku belajar harus selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman sehingga guru dapat dengan mudah mereorganisasi kurikulum melalui buku pelajaran. b) Melalui Cara Tambal Sulam Dilakukan dengan mengambil model kurikulum sekolah atau daerah lain yang memiliki kuruikulum yang lebih baik jika sesuai dengan kondisi dan tujuan maka kurikulum tersebut dapat dipelajarai dan ditambahkan pada kurikulum yang ada. c) Melalui Analisis Kegiatan Dilakukan dengan menganalisis kegiatan kehidupan orang dewasa dan hasilnya dijadikan bahan pelajaran untuk peserta didik. d) Melalui Fungsi Sosial Dilakukan melalui 2 tahap yaitu:merumuskan strategi sosial dan merumuskan ruang lingkup fungsi kehidupan sosial berdasarkan criteria tertentu. e) Melalui Survey Pendapat Dilakukan melalui survey terhadap beberapa pihak f) Melalui Studi Kesalahan Dilakukan melalui analisis kesalahan dan kekurangan terhadap proses dan hasil kegiatan kurikuler g) Melalui Analisis Masalah Remaja Ross Moaney menganalisis 330 masalah kebutuhan remaja yang dibagi menjadi 11 kelompok yaitu: perkembangan jasmani dan kesehatan; biaya hidup dan pekerjaan; kegiatan sosial dan rekreasi; berkeluarga; hubungan secara psikologis; hubungan Organisasi Kurikulum 6

8 pribadi; moral dan keagamaan; rumah tangga dan kerabat;pendidikan dan kerjasama; pebyesuaian terhadap pekerjaan sekolah Organisasi Kurikulum 7

9 DAFTAR REFERENSI Arifin, Zainal.( 2012). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Hamalik, Oemar. (2009). Dasar-Dasar PENGEMBANGAN KURIKULUM. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Organisasi Kurikulum 8

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KURIKULUM Tugas Mingguan Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum PENGEMBANGAN KURIKULUM Penjelasan Umum seputar Pengembangan Kurikulum Akhmad Ari Wibowo (201110060311063) 2013 M i n g g u k e - 1 M i n g g u k e - 6

Lebih terperinci

6/18/2012. Model Ralph Tyler Model Administratif Model Grass Root Model Demonstrasi Model Miller-Seller Model Taba Model Beauchamp

6/18/2012. Model Ralph Tyler Model Administratif Model Grass Root Model Demonstrasi Model Miller-Seller Model Taba Model Beauchamp Model Ralph Tyler Model Administratif Model Grass Root Model Demonstrasi Model Miller-Seller Model Taba Model Beauchamp 1 Organisasi kurikulum susunan pengalaman dan pengetahuan yang harus disampaikan

Lebih terperinci

Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia 2010 MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM

Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia 2010 MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM Pendidikan Luar Biasa Universitas Pendidikan Indonesia 2010 HIMPUNAN MAHSISWA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM MODEL PENGEMBANGAN DAN ORGANISASI KURIKULUM Model

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SILABUS

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SILABUS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN SILABUS Mata Kuliah : Kurikulum dan Pembelajaran Kode Mata Kuliah : KD 303 SKS : 3 SKS Dosen : Dosen

Lebih terperinci

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS)

MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD SKS) MATA KULIAH PEMBELAJARAN TERPADU (PSD 321 4 SKS) TATAP MUKA 4 PENGORGANISASIAN MODEL KURIKULUM PEMBELAJARAN TERPADU IMPLEMENTASI SEQUENCE Dr. RATNAWATI SUSANTO., M.M., M.Pd KEMAMPUAN AKHIR : MAHASISWA

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM

PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM PERAN DAN FUNGSI KURIKULUM Istilah teknis 1. Peran kurikulum, berkenaan dengan tugas dan tanggung jawab kurikulum sebagai salah satu komponen dalam pendidikan yang memuat tentang arah dan tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

Landasan dan Prinsip PengembanganKurikulum

Landasan dan Prinsip PengembanganKurikulum Landasan dan Prinsip PengembanganKurikulum A. Landasan Pengembangan Kurikulum Penyusunan kurikulum membutuhkan landasan-landasan yang kuat, yang didasarkan atas hasil-hasil pemikiran dan penelitian yang

Lebih terperinci

DESAIN KURIKULUM BERBASIS BUDAYA. Disajikan dalam lokakarya kurikulum Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNP pada tanggal 10 November 2010

DESAIN KURIKULUM BERBASIS BUDAYA. Disajikan dalam lokakarya kurikulum Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNP pada tanggal 10 November 2010 DESAIN KURIKULUM BERBASIS BUDAYA Disajikan dalam lokakarya kurikulum Jurusan Pendidikan Sendratasik FBS UNP pada tanggal 10 November 2010 Oleh: Syeilendra JURUSAN PENDIDIKAN SENDRATASIK FAKULTAS BAHASA

Lebih terperinci

Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) isi/materi; (3) metode atau strategi pencapain tujuan pembelajaran; (4) organisasi kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji

BAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktif dan pendekatan keterampilan proses, guru berperan sebagai fasilitator dan 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kreativitas Belajar Belajar mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa secara bersama-sama. Dalam konsep pembelajaran dengan pendekatan cara belajar siswa

Lebih terperinci

Model dan Organisasi. Konsep Landasan Komponen Prinsip. Evaluasi. Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran

Model dan Organisasi. Konsep Landasan Komponen Prinsip. Evaluasi. Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Konsep Landasan Komponen Prinsip Model dan Organisasi Evaluasi Mata Kuliah Kurikulum dan Pembelajaran Lingkungan Pendidik Interaksi Isi Proses Evaluasi Tujuan Pendidikan Pendidikan Peserta Didik Alam-Sosial-Budaya-Politik-Ekonomi-Religi

Lebih terperinci

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum

Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum Prinsip Prinsip Pengembangan Kurikulum a. Berpusat Pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Peserta Didik dan Lingkungannya Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peserta didik sekolah dasar kelas awal, yaitu kelas I, II, dan III berada pada rentang usia dini. Masa usia dini merupakan masa yang pendek, tetapi sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

Materi Pembelajaran dan Pengembangan Materi

Materi Pembelajaran dan Pengembangan Materi Materi Pembelajaran dan Pengembangan Materi Abdur Rohim/50524053 http://durrohiem.blogs.uny.ac.id/ Materi pembelajaran menempati posisi yang sangat penting dari keseluruhan kurikulum, yang harus dipersiapkan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1

PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1 PENGEMBANGAN KURIKULUM (CURRICULUM DEVELOPMENT) I Gde Wawan Sudatha 1 A. Pendahuluan Pengembangan merupakan bagian yang esensial daripada program pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai tidak hanya pada

Lebih terperinci

PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM OLEH : DRS. I MADE

PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM OLEH : DRS. I MADE PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM OLEH : DRS. I MADE KARTIKA,M.Si FKIP UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR ============================================================== Pada awalnya istilah kurikulum

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM. Oleh : Nisa Muktiana/ nisamuktiana.blogs.uny.ac.id

MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM. Oleh : Nisa Muktiana/ nisamuktiana.blogs.uny.ac.id MODEL-MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM Oleh : Nisa Muktiana/15105241036 nisamuktiana.blogs.uny.ac.id Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka mendasain (designing), menerpakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGEMBANGAN KURIKULUM PEDOMAN PERKULIAHAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 3 SKS Semester: (Sesuai kurikulum) Hari Perkuliahan: (Sesuai Jadwal) Tempat: PPS UKRIDA Dosen : B. P. Sitepu NIP: 19480628 1976031 001 No. HP. 08176808487 e-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun

BAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan

BAB V PEMBAHASAN. Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan 138 BAB V PEMBAHASAN Setelah data dipaparkan dan menghasilkan temuan-temuan, maka kegiatan berikutnya adalah mengkaji hakikat dan makna temuan penelitian. Masing-masing temuan penelitian akan dibahas dengan

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs.

BAB II. TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. BAB II TINJAUAN FIKIH MTs, IMPLEMENTASI DAN PENGEMBANGANNYA A. Tinjauan Umum Fikih MTs. 1. Pengertian dan Ruang Lingkup fikih MTs. Mata pelajaran fikih dalam kurikulum MTs. adalah salah satu bagian mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kurikulum merupakan inti dari bidang pendidikan dan memiliki pengaruh terhadap seluruh kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya kurikulum dalam pendidikan dan

Lebih terperinci

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta

MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL. Oleh. Sudrajat. Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta MENDEFINISIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL Oleh Sudrajat Mahasiswa Prodi Pendidikan IPS PPS Universitas Negeri Yogyakarta A. Muqadimah Bagi kebanyakan siswa IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan. Mereka

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm

Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia, Vol. VIII. No. 2 Tahun 2010, Hlm. 33-40 PEMANFAATAN PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR AKUNTANSI Oleh Sukanti 1 Abstrak Hasil belajar dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia harus disertai dengan revolusi mental yang sedang gencar dibicarakan saat ini. Karena dengan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2

BAB I PENDAHULUAN. Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 17 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Rendahnya kemampuan menulis narasi menjadi permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas IV SDN Banyuhurip Kecamatan Lembang, hal ini dilatar belakangi

Lebih terperinci

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak

BAB II. mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik maupun sikap.12 Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka 1. Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar Belajar adalah suatu tingkah laku atau kegiatan dalam rangka mengembangkan diri, baik dalam aspek kognitif,

Lebih terperinci

52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 52. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunanetra (SMPLB A) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG Ciri-Ciri Kurikulum 2013 Disususn Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Dosen Pengampu : Dr.Purwati, M.S.,Kons Disusun Oleh Kelompok 17 : Dodo Prastyoko (12.0305.0170) Joni Pranata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah Mencerdaskan kehidupan bangsa. Strategi untuk mencerdaskan kualitas Sumber Daya Manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang dilakukan melalui aktivitas fisik sebagai media utama pembelajaran. Bentuk-bentuk aktivitas fisik yang sesuai dengan muatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian pustaka Pada bab II kajian pustaka ini terkait dengan variabel penelitian, variabel hasil belajar matematika sebagai variabel terikat, tahapan-tahapan belajar menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya adalah matematika selain sebagai fondasi bagi ilmu pengetahuan lain juga sebagai pembantu bagi ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417

BAB I PENDAHULUAN. Kompetensi dan Kompetensi Dasar Tingkat SD, MI, dan SDLB, hlm. 417 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pelajaran di Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

BAHAN PENYERTA (BP) MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN UNTUK PROGRAM S1 PGSD JARAK JAUH

BAHAN PENYERTA (BP) MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN UNTUK PROGRAM S1 PGSD JARAK JAUH BAHAN PENYERTA (BP) MEDIA AUDIO PEMBELAJARAN UNTUK PROGRAM S1 PGSD JARAK JAUH Mata kuliah Materi pokok : Kependidikan : Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum: 1. Prinsip berorientasi pada tujuan 2. Prinsip

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai Sekolah Menengah Pertama (SM P) / Madrasah Tsanawiyah (MTS).

BAB I PENDAHULUAN. sampai Sekolah Menengah Pertama (SM P) / Madrasah Tsanawiyah (MTS). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang di berikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) Madrasah Ibtidaiyah (MI) sampai Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Penelitian

A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum,dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS Pembahasan pada Bab II ini terdiri dari tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis penelitian. Sebelum membuat analisis

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal. tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015 tentang

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal. tambahan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 119 tahun 2015 tentang 25 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Laut di Terminal Standar pelayanan penumpang angkutan laut di terminal merupakan pedoman bagi penyelenggaraan terminal penumpang angkutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. 1

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan belajar yang dilakukan untuk mencapai tujuan belajar yang optimal. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar merupakan kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif yang mewarnai antara pendidik dengan pesertadidik, interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN MAKALAH HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan SD Disusun Oleh: -----CONTOH----- PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PROSES PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PROSES PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI Pedagogy Volume 1 Nomor 2 ISSN 2502-3802 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT DALAM PROSES PEMBELAJARAN TRIGONOMETRI Sukmawati 1 Program Studi Pendidikan Matematika 1, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. 2 Salah satu pendidikan formal yaitu sekolah, dimana lingkungan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010),

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan bagi setiap manusia untuk menghadapi perkembangan zaman. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 (Sudrajat, 2010), Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan di Sekolah Dasar Sebelum membahas pendidikan di sekolah dasar penulis akan memaparkan pengertian pendidikan terlebih dahulu, dalam dunia pendidikan sebagaimana dinyatakan

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KISI UJI KOMPETENSI 2014 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Kompetensi Utama Standar Kompetensi guru Standar Isi Indikator Esensial Kognitif Bloom Kompetensi Inti Kompetensi Guru Standar Kompetensi Mapel Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN Latarbelakang Masalah. Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Masalah Pembelajaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa di lingkungan sekolah untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Tujuan

Lebih terperinci

KURIKULUM. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB

KURIKULUM. Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB KURIKULUM Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, MAB Pengertian Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini, untuk mengetahui bagaimana upaya kepala madrasah dalam meningkatkan keprofesionalitas guru, melalui manajemen kinerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang harus ia lakukan. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia,berfikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang harus ia lakukan. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia,berfikir BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berpikir 1. Kemampuan Berpikir Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Seseorang dikatakan mampu apabila ia bisa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aktivitas Dalam kehidupan sehari-hari semua orang melakukan aktivitas. Lebih lanjut, Siddiq, dkk. (2008: 1-7) menyatakan aktivitas yang disebut belajar adalah aktivitas mental

Lebih terperinci

BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C Mohammad Saifur R, Mardianto, dan Saichudin Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Keolahragan

Lebih terperinci

Kurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut.

Kurikulum 1975 disusun sebagai pengganti kurikulum 1968, dimana perubahan yang dilakukan menggunakan pendekatan berikut. a. Kurikulum 1968 dan sebelumnya Kurikulum pertama diberi nama Rentjana Pelajaran 1947. Pada saat itu, kurikulum pendidikan Indonesia dipengaruhi sistem pendidikan Belanda dan Jepang. Rentjana Pelajaran

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan

BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN. kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan BAB IV PEMBAHASAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV akan membahas dari hasil penelitian tentang peran kompetensi profesional guru Pendidikan Agama Islam dalam menumbuhkan minat belajar siswa di SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan formal merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk SDM yang berkualitas, karena dengan pendidikan memungkinkan untuk mengmbangkan kemampuan akademis

Lebih terperinci

Pengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009

Pengembangan Pembelajaran PKN di SD. Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009 Pengembangan Pembelajaran PKN di SD Wuri Wuryandani, M.Pd. Universitas Negeri Yogyakarta 12 November 2009 PARADIGMA BARU PKn CIVIC KNOWLEDGE (Pengetahuan Kewarganegaraan) CIVIC SKILLS (Keterampilan Kewarganegaraan)

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Aktivitas Belajar Mulyono (2001: 26) aktivitas artinya kegiatan atau keaktifan. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 437 54. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial

55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial 55. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang disusun

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR PROFESIONALISME PROFESI GURU DAN MENJADI GURU PROFESIONAL Oleh : Andriane Jamrah,S,Pd,M.Pd Staf Pada Pemerintah Kabupaten Tanah Datar I. PENDAHULUAN Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM

MODEL-MODEL PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM MODEL-MODEL PENGORGANISASIAN ISI KURIKULUM BAHAN AJAR MATA KULIAH KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Oleh Cucu Eliyawati Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia 2009 Model-model Penggorganisasian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan secara mendalam tingkat kemampuan berpikir siswa berdasarkan teori Bruner

Lebih terperinci

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KISI UJI KOMPETENSI 2013 MATA PELAJARAN SOSIOLOGI Kompetensi Utama Standar Kompetensi guru Standar Isi Indikator Esensial Kompetensi Inti Kompetensi Guru Mapel Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menguasai

Lebih terperinci

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Novianti Dosen FKIP Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Almuslim email: novianti.idr@gmail.com Abstrak Dalam sejarah perkembangannya, psikologi

Lebih terperinci

Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS

Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS Paket 1 PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, DAN TUJUAN IPS Pendahuluan Paket ini difokuskan pada pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), ruang lingkup IPS, dan tujuan pembelajaran IPS. Paket ini merupakan paket

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana secara etis, sistematis, intensional dan kreatif dimana peserta didik mengembangkan potensi diri, kecerdasan, pengendalian

Lebih terperinci

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih. Abstrak

PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih. Abstrak PERAN GURU BIDANG STUDI SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) Sukanti dan Sumarsih Abstrak Kurikulum dalam dimensi kegiatan adalah sebagai manifestasi dari upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1

KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1 KOMPETENSI DAN KEPRIBADIAN KEPALA SEKOLAH Rita Eka Izzaty 1 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan dengan sadar untuk membuat manusia ke taraf yang lebih maju. Di dalam proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka diperlukan guru yang sangat

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas

STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas STRATEGI PEMBINAAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH ** Oleh : Nurhayati Djamas Latar Belakang 1. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan, bahwa pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13

BAB I PENDAHULUAN. Remaja Rosda Karya, 2013) hlm. 16. aplikasinya (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2009) hlm, 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi, serta efisiensi manajemen pendidikan. Pemerataan kesempatan

Lebih terperinci

sehat di dalam kelas. Apabila siswa memiliki nilai yang maksimal maka akan menimbulkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang siswa

sehat di dalam kelas. Apabila siswa memiliki nilai yang maksimal maka akan menimbulkan kepuasan dan kebanggaan tersendiri bagi seorang siswa HUBUNGAN ANTARA MINAT BELAJAR DAN KEIKUTSERTAAN DALAM KEGIATAN PRAMUKA DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 IKA HERMINA K8408005 Ika Hermina

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL Husnah Guru SDN 001 Pasar Inuman Kecamatan Inuman husnah683@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 100 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pada bab ini penulis mencoba menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan selama hampir dua bulan di Sekolah Dasar Negeri 2. Pada bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua

BAB I PENDAHULUAN. persiapan untuk kehidupan yang baik dikemudian hari, oleh karena itu banyak orang tua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karena itu manusia sangat memerlukan orang lain untuk berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya. Sekolah dipandang sebagai

Lebih terperinci

MODEL DISAIN KURIKULUM AKADEMIK SEBAGAI ALTERNATIF MENDISAIN KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA

MODEL DISAIN KURIKULUM AKADEMIK SEBAGAI ALTERNATIF MENDISAIN KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA MODEL DISAIN KURIKULUM AKADEMIK SEBAGAI ALTERNATIF MENDISAIN KURIKULUM PENDIDIKAN MATEMATIKA Oleh: Muhammad Win Afgani, S.Si., M.Pd. e-mail : m_win_afgani@yahoo.co.id ABSTRACT Curriculum was an important

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai,

BAB I PENDAHULUAN. adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan, dengan adanya pendidikan menjadikan kualitas hidup menjadi lebih baik dan bernilai, seperti rumusan nasional

Lebih terperinci

DESAIN KURIKULUM

DESAIN KURIKULUM Nama : Dhimas Aji Bayuari Kusuma NIM : 15105241019 Prodi : Teknologi Pendidikan B DESAIN KURIKULUM http://dhimasaji.blogs.uny.ac.id/ Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau komponen

Lebih terperinci

LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN

LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN LANDASAN PSIKOLOGIS DALAM PENDIDIKAN PENDAHULUAN Latar Belakang Makalah ini kami susun sebagai salah satu syarat dalam pelaksanaan tugas mata kuliah Landasan Pendidikan dengan pokok bahasan Landasan Psikologis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini dirasakan hampir di seluruh dunia. Perkembangan tersebut melibatkan seluruh bidang kehidupan lain untuk berkembang,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INTERAKTIF DALAM IPS SUMINAH Dosen KSDP Universitas Negeri Malang E-mail: suminahpp3@yahoo.co.id Abstrak: Model pembelajaran interaktif adalah suatu pendekatan pembelajaran

Lebih terperinci

DESKRIPSI CARA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL DI KELAS VIII SMPN 5 PAREPARE

DESKRIPSI CARA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL DI KELAS VIII SMPN 5 PAREPARE Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 DESKRIPSI CARA BELAJAR DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA YANG MEMILIKI ORANG TUA TUNGGAL DI KELAS VIII SMPN 5 PAREPARE Asrinan 1 Universitas

Lebih terperinci

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 Landasan Pengembangan Kurikulum Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 KURIKULUM: PENGERTIAN DASAR Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan

BAB IV PENUTUP. Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan 109 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari analisis mengenai; Kurikulum 2006 dalam Perspektif Pendidikan Holistik ; Kurikulum 2013 dalam Perspektif Pendidikan Holistik; Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 2006

Lebih terperinci

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing 1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI SMP NEGERI 1 TAPA KELAS VIII Estikawati Putri, Sarson W. Dj. Pomalato, Karim NakiI Jurusan

Lebih terperinci

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda tergantung pada usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang dilalui dan dilakukan oleh setiap manusia dalam rangka memahami sesuatu. Dalam belajar, setiap manusia akan melewati tahapan

Lebih terperinci