BAB III PENDEKATAN LAPANG. adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan
|
|
- Adi Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif sebagai metode utama dengan menggunakan metode penelitian survey. Kegiatan dilaksanakan dengan survey tahap I, sosialisasi program dan kemudian kembali dilaksanakan survey tahap II. Data didapatkan melalui data eksperimental. Metode penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (Singarimbun, 1989). Data-data penelitian kemudian ditunjang dengan metode kualitatif yang diperoleh dari observasi lapang secara langsung dan wawancara mendalam. Wawancara mendalam dilakukan kepada informan untuk mendapatkan informasi lebih banyak. Informan yang diwawancara adalah pihak-pihak yang dianggap mengetahui keadaan seperti pihak Badan Karantina Pertanian. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, yang dibantu oleh Kantor Pusat Badan Karantina Pertanian dan Unit Pelaksana Teknis (UPT). Rangkaian Program Barantan dilaksanakan pada Desember 2007 hingga Agustus Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa Bandara Soekarno-Hatta merupakan salah satu tempat lalulintas yang padat bagi para traveler. Hal ini memungkinkan peneliti dapat
2 mengetahui tingkat pengetahuan traveler mengenai Badan Karantina Pertanian baik fungsi maupun tugas-tugasnya, serta pengetahuan responden mengenai penyakit flu burung. Hal ini juga memungkinkan peneliti dapat mengetahui apakah kampanye berpengaruh terhadap perubahan perilaku responden (traveler). 3.3 Penentuan Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini akan dibedakan menjadi responden dan informan. Kriteria populasi sasaran yang dijadikan unit analisis adalah orang yang melakukan perjalanan (traveler) dan bersedia dijadikan responden. Adapun responden dari penelitian ini adalah traveler masyarakat Jakarta. Traveler yang dimaksud adalah traveler domestik. Jumlah responden yang diwawancarai sebanyak 800 orang yang dibagi menjadi 400 responden pada survey kuesioner tahap I dan 400 responden pada survey melalui kuesioner tahap II. Informan yang diwawancarai adalah pihak Karantina yaitu Kepala sub-bagian Humas Bapak Suwardi Suryaningrat, M.Sc. Subyek Penelitian dipilih secara purposive incidental. 3.4 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Nazir, 1999). Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data-data dilakukan dengan metode triangulasi data (kombinasi dari berbagai sumber data). Data-data tersebut dapat dikumpulkan melalui beberapa cara, yaitu:
3 1. Wawancara langsung. Cara ini dimaksud untuk memperoleh data primer dengan menggunakan instrumen pengumpulan data, yaitu kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner yang diberikan kepada responden berisi sejumlah pertanyaan tertutup (closed ended questions), yaitu berupa pertanyaan yang pilihan jawabannya telah tersedia sehingga responden hanya memilih salah satu pilihan jawaban yang dianggap paling sesuai dan sejumlah pertanyaan terbuka berupa pertanyaan tanpa ada pilihan jawaban sehingga responden dapat menjawab sesuai dengan keadaan pribadi mereka. 2. Studi literatur. 3.5 Teknik Analisis Data Penelitian ini diuji dengan menggunakan alat uji statistik yaitu Chi-square untuk melihat hubungan masing-masing variabel dan tabulasi silang untuk memudahkan dalam menganalisis data. Karakteristik demografi berupa tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, dan jenis pekerjaan responden, serta media massa yang dihubungkan dengan kesadaran masyarakat. Data kuantitatif yang telah terkumpul melalui kuesioner kemudian diolah dengan menggunakan program SPSS.
4 BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Sejarah Badan Karantina Pertanian 17 Terminologi Karantina berasal dari bahasa Latin Quaranta yang berarti Empat Puluh. Istilah tersebut lahir sekitar abad ke XIV di Venesia yang menetapkan batas waktu yang diberlakukan untuk menolak masuk dan merapat, kapal yang datang dari luar negeri untuk menghindari terjangkitnya penyakit menular. Sejarah berulangkali telah membuktikan bahwa hama penyakit hewan dan tumbuhan dapat menyebar dari negara ke negara lain, atau area satu ke area lainnya di suatu negara, melalui lalu lintas manusia atau benda yang dapat menjadi media pembawa. Institusi Karantina dibentuk dengan tujuan mencegah masuk hama dan penyakit hewan karantina dan organisme pengganggu tumbuhan karantina dari luar negeri, dan mencegah penyebarannya antar area di dalam negeri, serta melaksanakan pengawasan keamanan hayati. Karantina Indonesia diawali sejak Jaman Hindia Belanda, manakala terjadi wabah penyakit karat daun kopi di Srilanka, pada saat itu pemerintah berjuang keras untuk mencegah penyakit tersebut agar tidak masuk ke Hindia Belanda. Bertitik tolak dari kecemasan Hindia Belanda terhadap penyakit kopi, lahirlah Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad No.262) yang melarang pemasukan 17 Isnadi Menuju Terbentuknya Badan Karantina Pertanian Nasional Menghadapi Era Globalisasi. Jakarta: Pusat Karantina Pertanian Departemen Pertanian.
5 tanaman kopi dan biji kopi dari Srilanka. Ordonansi tersebut merupakan pertama kali yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda dalam bidang perkarantinaan tumbuhan di Indonesia. Selanjutnya pada Tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan ordonansi 13 Agustus 1912 (Staatsblad No.432) yang mengatur kehewanan, dan ketentuan tersebut merupakan dasar kegiatan perkarantinaan hewan pertama kali di Indonesia. Sejarah karantina di suatu negara diawali oleh terbitnya peraturan perundangan yang pertama kali dikeluarkan, dan ordonansi 1877 termasuk salah satu ordonansi tertua dalam dunia perkarantinaan. Pendirian kantor karantina dimulai sejak 1925 oleh pemerintah Hindia Belanda dengan membangun kantor karantina tumbuhan di Pelabuhan Tanjung Priok. Tahun 1940 dibangun kantor karantina di Belawan, Tanjung Perak serta Makassar. Salah satu ciri bangunan kantor karantina di Pelabuhan masa itu adalah terdapatnya bangunan pelengkap berupa Sel Fumigasi dan Alat pemusnahan (incenerator). Dinas Karantina Tumbuhan (Plantenquarantine Dienst) eksis pada tahun 1939, dan selanjutnya pada masa pasca kemerdekaan tahun 1957 dari sebuah Seksi ditingkatkan status menjadi Bagian dari Balai Penyidikan Hama Tumbuhan, dan dengan Keputusan Menteri Pertanian tahun 1961 berubah menjadi salah satu Bagian dari Lembaga Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman (LPHT). Selanjutnya reorganisasi Dinas Karantina Tumbuhan berkembang mulai 1966 keluar dari LPHT. Berikutnya tahun 1969 menjadi Direktorat Karantina Tumbuhtumbuhan, yang secara operasional dibawah Menteri Pertanian dan secara administratif di bawah Sekretariat Jenderal Departemen Pertanian, sehingga status organisasi karantina menjadi unit Eselon II. Ketika penyerahan kedaulatan ke
6 pemerintah RI, petugas karantina tumbuhan dari Pusat ditugaskan melakukan penataaan organisasi perkarantinaan di wilayah tersebut yang kemudian sepenuhnya menjadi wilayah negara RI. Tahun 1971, dengan Keputusan Menteri Pertanian, No.171/1971 Direktorat Karantina Tumbuhan memiliki 24 kantor cabang di daerah. Lima tahun berikutnya tahun 1974, dengan Keppres No.45/1974 terbentuk Pusat Karantina Pertanian di bawah Badan Litbang Pertanian. Suatu hal yang perlu dicatat bahwa, sejak tahun 1974 terminologi karantina pertanian mulai muncul dengan mengintegrasikan karantina tumbuhan dan hewan dalam satu wadah. Sebelumnya, penyelenggaraan pengawasan, pemeriksaan lalu lintas hewan atau ternak serta pengasingan hewan di suatu lokasi tertentu akibat penyakit menular, dilaksanakan oleh dokter hewan pemerintah. Tahun 1995 sampai dengan 1996 reorganisasi lingkup Departemen Pertanian, Pusat Karantina Pertanian kembali dipindah ke Eselon I lain yaitu Badan Agribisnis. Setelah melalui masa reformasi yang sulit dan transisi yang terus berlanjut, masa tersebut diakhiri dengan terbitnya Keputusan Presiden No.58 tahun 2001 menyatakan lahirnya Badan Karantina Pertanian unit Eselon Ia di Departemen Pertanian. Selanjutnya pada tanggal 27 September 2001 Karantina Ikan diserahterimakan ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Dengan demikian tahun 2001 merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan organisasi Karantina Pertanian di Indonesia. Bidang peraturan perundangan tanggal 8 Juni 1992 adalah monumental yang tidak terlupakan, karena Presiden Republik Indonesia menandatangani Undang-Undang No.16 tahun 1992 Tentang Karantina Hewan, Ikan dan
7 Tumbuhan. Perkembangan dibidang legislasi terus berlanjut dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 82 tahun 2000 tentang Karantina Hewan dan kemudian lahir PP No. 14 tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan. Merupakan hal yang penting bahwa produk pertanian dan pangan Indonesia yang akan memasuki perdagangan internasional harus sesuai dengan standar Sanitary and Phytosanitary Measures (SPS) dan persyaratan keamanan pangan yang diminta oleh pasar dunia. Studi menyimpulkan bahwa bagi negaranegara yang kurang atau belum menerapkan standar SPS, memberikan risiko akan akses pasar, sehingga akan menyulitkan persaingan dan potensi pengembangan perekonomian yang didasarkan pada ekspor produk pertanian terutama pangan. Pelaksanaan ketentuan karantina pertanian pada tempat-tempat pemasukan dan pengeluaran di Indonesia, akan menyumbangkan peningkatan rasa percaya diri dari konsumen baik di dalam maupun di luar negeri. Penyempurnaan organisasi Badan Karantina Pertanian dilakukan berdasar Peraturan Menteri Pertanian No. 299 pada tahun 2005 dengan penambahan Pusat Informasi dan Keamanan Hayati sebagai salah satu unit eselon II. Sejak keluarnya Keputusan Menteri Pertanian No. 22 tahun 2008 Badan Karantina Pertanian melalui reorganisasi melakukan fusi karantina hewan dan tumbuhan menjadi Karantina Pertanian, yang dilanjutkan dengan Keputusan Menteri Pertanian No.808/Kpts/KP.330/6/2008 tentang pengangkatan dalam jabatan struktural Unit Pelayanan Teknis dari Balai Besar, Balai, Stasiun Karantian Pertanian mewujudkan integrasi penggabungan karantina hewan dan tumbuhan dalam kerangka operasional di lapangan.
8 Penyelenggaraan karantina saat ini berbeda dengan sebelumnya, yang tidak hanya mencakup pencegahan penyebaran Hama Penyakit Hewan Karantina (HPHK) dan Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK), tetapi juga menyangkut Keamanan Pangan, Lingkungan dimana didalamnya terdapat komponen Keanekaragaman Hayati. Berdirinya Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization) pada tahun 1995 dengan aturan-aturannya yang diterapkan pada perdagangan komoditas pertanian, kesehatan tanaman telah menjadi isu kebijakan pokok dalam perdagangan. Fungsi Karantina dilaksanakan dengan melakukan tindakan karantina, yaitu melakukan pemeriksaan, pengasingan, pengamatan, perlakuan, penolakan, pemusnahan dan pembebasan terhadap komoditas sebagai media pembawa HPHK dan OPTK. Dari sisi operasional yang juga berdasarkan hukum internasional, karantina pertanian sebagai salah satu sistim operasional Custom, Immigration, and Quarantine (CIQ) di setiap pintu masuk dan keluar termasuk pos perbatasan sebagai pelaksana law enforcement terhadap pengawasan lalu lintas komoditas dengan berdasar peraturan baik nasional maupun internasional Visi dan Misi dan Tugas Pokok Badan Karantina Pertanian Visi Badan Karantina Pertanian adalah: Karantina Pertanian yang Tangguh, Modern dan Terpercaya. Sedangkan Misi dari Badan Karantina Pertanian adalah: 1. Melindungi kelestarian sumber daya alam hayati, hewan dan tumbuhan. 2. Mendukung keberhasilan program pengembangan agribisnis dan peningkatan ketahanan pangan nasional.
9 3. Memfasilitasi kelancaran perdagangan atau pemasaran produk agribisnis. 4. Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat. 5. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan perkarantinaan. Tugas pokok Badan Karantina Pertanian adalah melaksanakan perkarantinaan tumbuhan tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan serta hewan dan pengawasan keamanan hayati terhadap hewan, produk hewan, tumbuhan dan produk tumbuhan yang diimpor, diekspor dan diantar-areakan Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Ruang Lingkup Badan Karantina Pertanian mencakup: 1. Kepala Badan Karantina Pertanian (Eselon I Departemen Pertanian), 2. Sekretaris Badan (Eselon II), Terdiri dari 4 Kepala Bagian (Eselon III) dimana masing-masing bagian terdiri dari 3 Kepala Sub Bagian (Eselon IV) yaitu : Kepala Bagian Perencanaan, Kepala bagian Keuangan dan perlengkapan, dan Kepala Bagian Kerjasama dan Humas yang masing-masing bidang terdiri dari 3 Sub Bagian, serta Jabatan Fungsional. 3. Kepala Pusat Karantina Hewan (Eselon II), Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV) dan Jabatan Fungsional yang terdiri dari Medik dan Paramedik.
10 4. Kepala Pusat Karantina Tumbuhan (Eselon II), Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV) dan Jabatan Fungsional yang terdiri dari Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) Ahli dan Terampil. 5. Pusat Informasi dan Keamanan Hayati (Eselon II) Meliputi 3 Kepala Bidang (Eselon III) dan setiap bidang terdiri dari 2 Sub Bidang (Eselon IV).
11
12 4.4. Program Badan Karantina Pertanian Karantina Pertanian adalah tempat pengasingan dan atau tindakan sebagai upaya pencegahan masuk serta tersebarnya hama dan penyakit atau organisme pengganggu tumbuhan serta hewan dari luar negeri, dan dari suatu area ke area lain didalam negeri atau keluarnya dari dalam wilayah negara Republik Indonesia. Tugas pokok badan Karantina Pertanian ialah untuk melaksanakan perkarantinaan tumbuhan, tanaman pangan, hortikultura dan tanaman perkebunan serta hewan, produk hewan, tumbuhan dan produk tumbuhan yang diimpor, diekspor dan di antar areakan. Namun seiring dengan perkembangan zaman, selain yang telah dipaparkan diatas fungsi Karantina berkembang sebagai salah satu instrumen perdagangan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Adapun Program Badan Karantina Pertanian adalah: 1. Public Awareness Program Revitalisasi Karantina Pertanian tidak akan mampu menghasilkan kinerja yang maksimal, jika tidak ada dukungan dan keterlibatan dari masyarakat. Badan Karantina Pertanian mengelompokkan masyarakat dalam lima strata, yakni: a. Masyarakat pemegang kebijakan: eksekutif, legislatif dan yudikatif baik di tingkat pusat maupun daerah, b. Masyarakat pendidikan, c. Masyarakat media (press), d. Masyarakat pengusaha, meliputi: eksportir, importir dan jasa pendukung perkarantinaan, e. Masyarakat umum.
13 Strategi kampanye Public Awareness Karantina Pertanian akan terus digalang dan ditingkatkan bagi kelima kelompok masyarakat tersebut untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya tindakan dan pelaksanaan Karantina dalam rangka perlindungan kehidupan dan perekonomian bangsa. Atas dasar tersebut, tim humas Karantina Pertanian yang bekerjasama dengan Karantina Australia (Indonesian Quarantine Strengthening Program atau IQSP) merancang suatu program Public Awareness flu burung melalui metode kampanye di Jakarta.
BAB 3 SEJARAH PERUSAHAAN. dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad
BAB 3 SEJARAH PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Singkat Karantina Pertanian Pada tahun 1877 sudah dicetuskan peraturan perundang undangan yang berkait dengan karantina (tumbuhan), yakni Ordonansi 19 Desember 1877
Lebih terperinciPERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS
tangguhterpercaya Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok PERAN KARANTINA PERTANIAN DI KANTOR POS BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN TANJUNG PRIOK Disampaikan dalam acara Sosialisasi di wilker Kantor
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) :
BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person
Lebih terperinciPUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN
RKT (Rencana Kinerja Tahunan) TA 2015 PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan
Lebih terperinciPEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER BAB I PENDAHULUAN
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 43/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciERA BARU KARANTINA PERTANIAN. Oleh : Pupung Purnawan, A.Md. (calon POPT Terampil di BKP Kelas II Palu)
ERA BARU KARANTINA PERTANIAN Oleh : Pupung Purnawan, A.Md (calon POPT Terampil di BKP Kelas II Palu) Karantina Pertanian berada pada kondisi dan era baru dalam sistem perkarantinaan. Kalau menilik ke zaman
Lebih terperinciRKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN
RKT (Rencana Kinerja Tahunan) PUSAT KEPATUHAN, KERJASAMA DAN INFORMASI PERKARANTINAAN BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam hal peningkatan daya
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya. Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031)
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Identitas Perusahaan Nama Perusahaan : Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya Alamat : Jl. Ir. H. Juanda, Sidoarjo (61253) No Telp : (031) 8673997 Email Contact Person
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 83/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL MEDIK VETERINER DAN PARAMEDIK VETERINER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang
Lebih terperinciPROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN
PROFIL BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BANJARMASIN Motto BKP Kelas I Banjarmasin Bersama Anda melindungi negeri... Kata Pengantar Kilas Balik Visi & Misi Tugas Pokok & Fungsi Tujuan Karantina Struktur
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 618/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN,
285 SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 618/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA TUMBUHAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan daya
Lebih terperinciRKT. Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015
RKT Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani TA 2015 Badan Karantina Pertanian 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan program dan kegiatan
Lebih terperinciRencana Kerja Tahunan TA KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin menyusun Rencana Kerja Tahunan untuk Tahun Anggaran 2018. Rencana Kerja Tahunan Balai Karantina
Lebih terperinciBAB V PELAKSANAAN PROGRAM KAMPANYE. Indonesian Quarantine Strengthening Program (IQSP) adalah upaya kemitraan
BAB V PELAKSANAAN PROGRAM KAMPANYE 5.1. Kegiatan Survey Program Public Awareness Indonesian Quarantine Strengthening Program (IQSP) adalah upaya kemitraan antara Badan Karantina Pertanian dan Australian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 18/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PELAYANAN DOKUMEN KARANTINA PERTANIAN DALAM SISTEM ELEKTRONIK INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW (INSW) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci2017, No Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perubahan atas Peratur
No.788, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Sayuran Umbi Lapis Segar. Pemasukan. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20/PERMENTAN/KR.040/6/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS
Lebih terperinciRENSTRA BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM
RENSTRA 2015-2019 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM \ BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS I BATAM BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Rencana Strategis 2015 2019 KATA PENGANTAR Rencana Strategis
Lebih terperinciStandar Pelayanan Publik Balai Karantina Pertanian Kelas I Pertanian
Standar Pelayanan Publik Balai Karantina Pertanian Kelas I Pertanian Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
Lebih terperinciLAPORAN KINERJA 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 07/Permentan/OT.140/1/2008 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PEMASUKAN DAN PENGELUARAN BENIH, BIBIT TERNAK, DAN TERNAK POTONG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciSURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 619/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA HEWAN MENTERI PERTANIAN,
285 SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 619/Kpts/PD.140/12/2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI BESAR KARANTINA HEWAN MENTERI PERTANIAN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan daya guna
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014
/ LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) Tahun 2014 BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA TAHUN 2015 Gedung Karantina Pertanian Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta Telepon
Lebih terperinciPENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA
PENINGKATAN DAN PENGEMBANGAN PENGAWASAN PEMASUKAN DAN DISTRIBUSI IKAN IMPOR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA Oleh : Pandapotan Sianipar Kepala Seksi Pengawasan Usaha P3 Wilayah Timur Direktorat
Lebih terperinciRencana Kinerja Tahunan
Rencana Kinerja Tahunan PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan adanya perubahan paradigma dalam penyusunan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 43/Permentan/OT.140/9/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA STANDAR BALAI BESAR UJI STANDAR KARANTINA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Untuk menumbuh kembangkan semangat dan etos kerja aparatur yang bertanggungjawab, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif dan dalam rangka mewujudkan kepemerintahan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, Kepala Pusat KKIP, ARIFIN TASRIF
KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-nya, Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Kepatuhan, Kerjasama dan Informasi Perkarantinaan (Pusat KKIP) TA. 2014 telah diselesaikan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/10/2006 TENTANG PERSYARATAN TAMBAHAN KARANTINA TUMBUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 42/Permentan/OT.140/6/2012 TENTANG TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH SEGAR DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA
RENCANA STRATEGIS STASIUN KARANTINA PERTANIAN KELAS I SAMARINDA 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan berbagai sumber daya alam hayati hewani dan sumberdaya alam nabati dengan
Lebih terperinciOUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN
OUTLINE RENCANA STRATEGIS OPERASIONAl TAHUN 2015 2019 BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II TERNATE BADAN KARANTINA PERTANIAN 1) Pendahuluan Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate adalah salah satu Unit
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 18/Permentan/OT.140/2/2008 TENTANG PERSYARATAN DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN HASIL TUMBUHAN HIDUP BERUPA SAYURAN UMBI LAPIS SEGAR KE DALAM WILAYAH
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.946, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor. Produk Hortikultura. Perubahan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60/M-DAG/PER/9/2012 TENTANG PERUBAHAN
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah air Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa berbagai jenis sumberdaya alam hayati berupa anekaragam jenis hewan, ikan, dan tumbuhan yang perlu dijaga dan dilindungi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area.
No.36, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Syarat. Tata Cara. Karantina. Media. Organisme. Area. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN
Lebih terperinciASPEK KARANTINA TUMBUHAN
ASPEK KARANTINA TUMBUHAN ASPEK BIOLOGI ASPEK SOSIAL EKONOMI KARANTINA TUMBUHAN ASPEK HUKUM ASPEK ADMINISTRASI ASPEK MASA DEPAN Aspek Biologi Pemahaman Ilmu Hama dalam arti luas (OPT ) sangat dibutuhkan
Lebih terperinciPENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN BAB I PENDAHULUAN
5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/PERMENTAN/OT.140/12/2012 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENGENDALI
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN
PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 26/M-DAG/PER/6/2010 NOMOR : PB.01/MEN/2010 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Agribisnis buah-buahan Indonesia saat ini dan masa mendatang akan banyak menghadapi tantangan dan peluang terutama dipacu oleh proses globalisasi, proses yang ditandai
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Jakarta, 2013 Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani, drh. Sujarwanto, MM NIP
KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani (PKH Kehani) 2014 merupakan salah satu keharusan unit kerja Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai salah
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 58/2001, PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 177 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TUGAS DEPARTEMEN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65/Permentan/PD.410/5/2014 TENTANG TINDAKAN KARANTINA HEWAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN HASIL BAHAN ASAL HEWAN KONSUMSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI TAHUN ANGGARAN 2014 PUSAT KARANTINA TUMBUHAN DAN KEAMANAN HAYATI NABATI BADAN KARANTINA PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Dalam rangka
Lebih terperinciBALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN RENSTRA
BALAI KARANTINA PERTANIAN KELAS II MEDAN RENSTRA 2015-2019 Tahun 2016 KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian target pembangunan pertanian dan sesuai peraturan Menteri Pertanian Nomor 15/Permentan/RC.110//1/2010
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 09/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PERSYARATAN DAN TATACARA TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA ORGANISME
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2000 TENTANG KARANTINA HEWAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perkarantinaan hewan
Lebih terperinciLAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA 2013
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi
Lebih terperinciWALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG
WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN KOTA SURAKARTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,
Lebih terperinciTIM PENYUSUN. Bagian Perancanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian
i PEDOMAN PELAPORAN BADAN KARANTINA PERTANIAN Bagian Perencanaan Sekretariat Badan Karantina Pertanian BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2017 i TIM PENYUSUN Bagian Perancanaan Sekretariat
Lebih terperinciRenstra BKP5K Tahun
1 BAB I PENDAHULUAN Revitalisasi Bidang Ketahanan Pangan, Pertanian, Perikanan dan Kehutanan merupakan bagian dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.276, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Persyaratan. Karantina. Tumbuhan. Perubahan PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/Permentan/OT.140/3/2012 TENTANG
Lebih terperinciPROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI
PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN HAYATI Para Pihak pada Protokol ini, Menjadi Para Pihak pada Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati, selanjutnya disebut
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN
1 KEPUTUSAN NOMOR : 265/MENKES/SK/III/2004 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR KESEHATAN PELABUHAN Menimbang : a. bahwa peningkatan dan perkembangan peran pelabuhan laut, bandar udara dan pos lintas
Lebih terperinciMENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: KEP. 08/MEN/2004 TENTANG TATA CARA PEMASUKAN IKAN JENIS ATAU VARIETAS BARU KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.844, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ekspor. Barang Dilarang. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/M-DAG/PER/7/2012 TENTANG BARANG DILARANG EKSPOR
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
No.148, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Dokumen. Karantina Ikan. Jenis. Penerbitan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTENTANG LARANGAN IMPOR UDANG SPESIES TERTENTU KE WILAYAH REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 52/M-DAG/PER/12/2010 NOMOR: PB. 02/MEN/2010 TENTANG LARANGAN IMPOR UDANG SPESIES TERTENTU
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya Kelas I
1 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Kesehatan Pelabuhan Surabaya Kelas I Istilah karantina dan quarantine berasal dari bahasa latin QUADRAGINTA atau bahasa perancis QUARANTA yang berarti
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN
RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT BADAN KARANTINA PERTANIAN TA. 2015 BADAN KARANTINA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2014 KATA PENGANTAR Perencanaan Kinerja Tahunan merupakan proses penyusunan rencana
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.148,2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Rekomendasi. Impor. Produk. Hortikultura. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/OT.140/1/2012 TENTANG REKOMENDASI
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Organisasi membutuhkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar. Kondisi umum saat ini menunjukkan bahwa perusahaan
Lebih terperinciMemperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dalam surat Nomor B/2795-7/M.PAN/9/2008, tanggal 26 September 2008;
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 21/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS KARANTINA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 56/Permentan/OT.140/9/2010 TENTANG PELAKSANAAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN DI LUAR TEMPAT PEMASUKAN DAN PENGELUARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1
- 2 - Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Lebih terperinciBAB. I PENDAHULUAN Kondisi Umum
BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Kondisi Umum Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan lima tahunan yang berisi visi, misi, nilai-nilai, tujuan dan strategi yang disusun sesuai sistematika paket
Lebih terperinciMEMUTUSKAN: KETIGA : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciRENCANA STRATEGIS
RENCANA STRATEGIS 2015-2019 B A L A I K A R A N T I N A P E R T A N I A N K E L A S I I Y O G Y A K A R T A RENSTRA 2015-2019 Rencana Strategis Balai Karantina Pertanian Kelas II Yoggyakarta Rencana Strategis
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.15/MEN/2011 TENTANG PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN YANG MASUK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 62/Permentan/OT./140/12/2006 TENTANG PENGAWASAN DAN TINDAKAN KARANTINA TERHADAP PEMASUKAN BAHAN PATOGEN DAN/ATAU OBAT HEWAN GOLONGAN SEDIAAN BIOLOGIK DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/OT.140/1/2007 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PENGENDALI PENYAKIT AVIAN INFLUENZA REGIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI PERTANIAN Menimbang : a.
Lebih terperinciRENCANA KERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) BALAI BESAR KARANTINA PERTANIAN SOEKARNO HATTA 2017 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI 1. PENDAHULUAN 1.1 Kondisi Umum 1 2. TUJUAN 1 3. INFORMASI KINERJA 3.1 Karakteristik
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2008 TENTANG KEWENANGAN PENERBITAN, FORMAT, DAN PEMERIKSAAN SERTIFIKAT KESEHATAN DI BIDANG KARANTINA IKAN DAN SERTIFIKAT KESEHATAN
Lebih terperinciBUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI WONOSOBO NOMOR 43 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PANGAN, PERTANIAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinci2 menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Pedoman Uji Kompetensi Pejabat Fungsional Medik Veteriner; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahu
No.1928, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTAN. Uji Kompetensi. Fungsional. Medik Veteriner. Pedoman PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 132/Permentan/OT.140/12/2014 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN, PENGENDALIAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN NOMOR 251/KEP-BKIPM/2013 TENTANG PROSEDUR OPERASIONAL STANDAR DAN SERVICE LEVEL ARRANGEMENT UNTUK IMPOR KOMODITAS IKAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.395, 2012 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Ketentuan Umum. Bidang Ekspor. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13/M-DAG/PER/3/2012 TENTANG KETENTUAN UMUM DI
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 60/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG REKOMENDASI IMPOR PRODUK HORTIKULTURA Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, bahwa sebagai tindak lanjut
Lebih terperinciFaktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Program Public Awareness :
ISSN : 1978-4333, Vol. 02, No. 03 5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Program Public Awareness : Studi Kasus Kampanye Flu Burung Oleh Badan Karantina Pertanian Di Jakarta Ghea Gatya Ezaputri
Lebih terperinciRencana Strategis. Badan Karantina Pertanian. Tahun
Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian Tahun 2015-2019 Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian 2015 Rencana Strategis Barantan Tahun 2015-2019 1 Rencana Strategis Barantan Tahun 2015-2019
Lebih terperinciRencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun
Rencana Strategis PUSAT KARANTINA HEWAN DAN KEAMANAN HAYATI HEWANI Tahun 2015-2019 Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani Kementerian Pertanian 2015 Rencana Strategis PKHKEHANI Tahun 2015-2019
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/PERMENTAN/KR.100/3/2017 TENTANG TATA CARA TINDAKAN KARANTINA HEWAN DAN TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN DAN PENGELUARAN MEDIA PEMBAWA DI PUSAT LOGISTIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK
Lebih terperinciKEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis
KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan
Lebih terperinciBAB I. Pendahuluan. A. Latar Belakang Masalah
BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Fenomena internasional yang menjadi tren perdagangan dewasa ini adalah perdagangan bebas yang meliputi ekspor-impor barang dari suatu negara ke negara lain.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 358/Kpts/OT.140/9/2005 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS DAN TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN UNTUK PEMASUKAN BUAH-BUAHAN DAN SAYURAN BUAH SEGAR KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/5/2009 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR HEWAN BABI DAN PRODUK TURUNANNYA
Nomor : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 16/M-DAG/PER/5/2009 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR HEWAN BABI DAN PRODUK TURUNANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERDAGANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perdagangan global, tidak dapat dipungkiri bahwa lalu lintas barang semakin terbuka, sehingga memungkinkan tidak adanya batasan negara dalam lalu lintas
Lebih terperinciMENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN
MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.15/MEN/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK
Lebih terperinciRENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT)
RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2014 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) SURABAYA Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian KATA PENGANTAR Rencana Kinerja Tahun
Lebih terperinciTENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR: PER.03/MEN/2005 TENTANG TINDAKAN KARANTINA IKAN OLEH PIHAK KETIGA Menimbang : a. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 23/M-DAG/PER/9/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN NOMOR 44/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG PENGADAAN, DISTRIBUSI, DAN PENGAWASAN
Lebih terperinciPERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN
PERATURAN BERSAMA MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA DAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 54/M-DAG/PER/12/2008 NOMOR: PB.02/MEN/2008 TENTANG LARANGAN SEMENTARA IMPOR UDANG SPESIES
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.910, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Pala. SNI. Pascapanen. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PEDOMAN PENANGANAN
Lebih terperinciRencana Kerja Tahunan 2013 KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah dan Peraturan
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG PENGESAHAN CARTAGENA PROTOCOL ON BIOSAFETY TO THE CONVENTION ON BIOLOGICAL DIVERSITY (PROTOKOL CARTAGENA TENTANG KEAMANAN HAYATI ATAS KONVENSI TENTANG KEANEKARAGAMAN
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PANGAN SEGAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci