Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya"

Transkripsi

1 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata Pusat Perbelanjaan, Studi Kasus Sepuluh Pusat Perbelanjan di Kota Surabaya Mohammad Razif 1 & Edya Pitoyo 2 1,2) Jurusan Teknik Lingkungan, FTSP ITS Surabaya Indonesia 1) Pasca Sarjana Universitas Brawijaya Malang Indonesia razif@its.ac.id Abstrak Permasalahan yang akan dibahas adalah mencari metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjaan dengan melakukan studi kasus pada sepuluh pusat perbelanjaan di Kota Surabaya. Metode yang dipakai adalah dengan melakukan observasi kebutuhan air bersih rata rata selama 12 bulan dari setiap Pusat Perbelanjaan. Dari data obeservasi ini dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih ratarata bulanan dan kebutuhan air bersih rata-rata harian. Selain itu dari hasil observasi juga diperoleh luas lantai dari setiap Pusat Perbelanjan. Dari hasil observasi disimpulkan bahwa kebutuhan air bersih ratarata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m 3 sampai yang terbesar sebesar 922 m 3. Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih dari Pusat Perbelanjaan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan. Kata kunci : Kota Surabaya ; Pemakaian Air Bersih ; Pusat Perbelanjaan 1. Pendahuluan Pusat Perbelanjaan (mall) umumnya menampung beragam kegiatan tidak sematamata kegiatan pertokoan saja, melainkan ada kegiatan restoran, salon, bioskop, hypermart dll. Banyaknya kegiatan dalam pusat perbelanjan menyebabkan peningkatan pemakaian air bersih rata rata, yang selain untuk beragam aktivitas juga diperlukan untuk kegiatan toilet dan pembersihan gedung pusat perbelanjaan. Saat ini ada sebanyak 34 Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. Dalam kegiatan studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan ini umumnya diperlukan informasi pemakaian air bersih rata-rata setiap harinya. Karena studi Amdal disusun pada tahap perencanaan, maka perhitungan pemakaian air bersih rata rata di Pusat Perbelanjaan umumnya didasarkan atas perhitungan teoritik. Seringkali hasil perhitungan teoritik ini tidak sesuai dengan pemakaian air bersih rata rata saat Pusat Perbelanjaan dioperasikan, sehingga perlu pembuktian. Dengan studi kasus ini diharapkan dapat diperoleh pemakaian air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya, sekaligus dapat dibandingkan hasilnya dan dibuktikan kesesuaiannya dengan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata secara teoritik. 2. Tinjauan Pusataka 2.1 Perhitungan Kebutuhan Air Bersih Rata Rata secara Teoritik Menurut Morimura [1] dan Hadisoebroto [2] ada 4 metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata rata di sebuah gedung, secara teoritik adalah sebagai berikut: 1. Berdasarkan jumlah orang yang akan memakai air bersih : metoda ini berdasarkan pada kebutuhan air bersih rata-rata dari setiap orang dan perkiraan jumlah orang yang akan memakai air bersih. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari 2. Berdasarkan jenis dan jumlah alat plambing : metoda ini digunakan apabila kondisi pemakaian alat plambing, mencakup juga jumlah dan jenis alat plambing. Untuk setiap alat plambing ada 1

2 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 kebutuhan minimal yang harus dipenuhi. Dengan mengalikan jumlah alat plambing dan kebutuhan setiap alat plambing, maka diketahui kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari. 3. Berdasarkan unit beban alat plambing : metoda ini digunakan berdasarkan pertimbangan bahwa setiap alat plambing mempunyai besaran unit beban (fixture unit) yang berbeda, dan dengan menjumlahkan besarnya unit beban dari semua alat plambing akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m 3 /hari. 4. Berdasarkan luas lantai gedung : metoda ini digunakan jika diketahui luas lantai gedung dan dapat diperkirakan perbandingan luas lantai efektif terhadap luas lantai total. Dari luas lantai efektif ini bisa dihitung jumlah orang efektif yang mengisi lantai tersebut. Dengan mengalikan kebutuhan air bersih rata-rata perorang dengan jumlah orang pemakai air bersih perhari, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m 3 /hari. Khusus untuk tahap perencanaan Pusat Perbelanjaan, metoda 1 sangat sulit untuk dilaksanakan karena kesulitan untuk menaksir jumlah karyawan dan jumlah pengunjung di tahap operasional. Metoda 2 dan 3 juga sulit dilaksanakan jika kegiatan perencanaan Pusat Perbelanjaan belum menyelesaikan tahap DED, khususnya yang menyangkut perencanaan sistem plambing. Oleh sebab itu yang sangat mungkin dilakukan untuk Pusat Perbelanjaan adalah metode ketiga. Perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata ini sangat terkait erat dengan perencanaan penggunaan air harian dan jenis peralatan plambing tiap gedung [3]. 2.2 Persyaratan Air Bersih Perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih rata rata yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan gedung mengatasi kekurangan air [4] dan meningkatkan efisiensi penggunaan air [5]. Tentu saja faktor hygienis air untuk Pusat Perbelanjan perlu mendapat perhatian, minimal memenuhi persyaratan Menteri Kesehatan Republik Indonesia [5] dan khususnya terkait aspek mikrobiologi [6]. Air bersih yang aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan Penyusunan Studi Amdal Perhitungan kebutuhan air bersih ratarata ini umumnya juga diperlukan dalam penyusunan Studi Amdal untuk Pusat Perbelanjaan. Sesuai dengan ketentuan UU 32/29 [7] dan PP 27/212 [8] penyusunan Studi Amdal ini harus dilakukan pada tahap perencanaan. Oleh sebab itu menjadi penting pada tahap perencanaan sudah dapat melakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata dari rencana Pusat Perbelanjaan. Kebutuhan air bersih yang cukup besar untuk Pusat Perbelanjaan akan menimbulkan dampak gangguan distribusi air bersih bagi masyarakat yang berlokasi di sekitar Pusat Perbelanjaan sehingga diperlukan penyusunan upaya pengelolaan dampak ini sedini mungkin yang biasanya dicantumkan dalam dolumen RKL (Rencana Pengelolaan Lingkungan) dari Studi Amdal sesuai pedoman yang berlaku [9]. Sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 5/212 [1] kegiatan Pusat Perbelanjaan termasuk kegiatan yang wajib Amdal karena luas total lantainya lebih dari 1. m Perbedaan rencana dengan realisasi Adanya perbedaan antara konsep rencana yang disusun oleh perancang Pusat Perbelanjaan dengan realisasi yang diimplementasikan oleh pengelola Pusat Perbelanjan adalah salah satu penyebab tidak samanya perencanaan kebutuhan air bersih dengan pemakaian air bersih di tahap operasional. Masalah ini sangat sulit dipecahkan karena umumnya terjadi perbedaan yang cukup besar antara penyewa stand yang direncanakan mengisi Pusat Perbelanjaan dengan penyewa stand yang sesungguhnya mengisi Pusat Perbelanjan ditahap operasional. Sebagai contoh misalnya direncanakan 1 restoran penyewa yang akan beroperasi, tetapi faktanya ada 2 restoran penyewa yang berminat saat bangunan Pusat Perbelanjaan selesai dibangun, yang tentu saja akan mempengaruhi perubahan perhitungan rencana kebutuhan air bersih dengan perhitungan realisasi pemakaian air bersih. Masalah lain adalah terkait dengan ketepatan asumsi unit demand yang direncanakan seperti asumsi pemakaian liter/orang/hari 2

3 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 atau liter/aktifitas/hari. Tentu saja yang paling sulit adalah ketepatan prediksi jumlah pengunjung Pusat Perbelanjaan. 3. Metode Studi 3.1. Penentuan Luas Lantai Efektif Luas lantai efektif yang dimaksudkan untuk Pusat Perbelanjaan adalah luas lantai yang dipakai untuk aktifitas yang berisi aktivitas manusia. Tidak masuk dalam pengertian luas lantai efektif ini luas lantai yang dipakai untuk kegiatan parkir dan kegiatan utilitas seperti gardu listrik, pompa, genset, IPAL, dan Depo TPS. Dari gambar denah perencanaan, luas lahan efektif ini bisa dihitung. Berdasarkan observasi pada sepuluh Pusat Perbelanjaan, luas lantai efketif ini sangat bervariasi dan bisa diambil rata rata sebesar 5% dari luas lantai total Penentuan jumlah orang efektif perluas lantai Belum ada penelitian yang bisa dijadikan acuan untuk jumlah orang efektif perluas lantai. Umumnya untuk Pusat Perbelanjaan jumlah orang efektif perluas lantai lebih besar dari Perkantoran. Pada umumnya Pusat Perbelanjaan dirancang dengan luas lantai yang nyaman untuk pengunjung dan menghindari agar pengunjung tidak berdesakan. Jika tersedia data deret waktu tentang jumlah orang (pengunjung dan karyawan) dari setiap Pusat Perbelanjan, maka sebetulnya jumlah orang efektif perluas lantai bisa diteliti lebih detail. Dalam penelitian ini dilakukan asumsi dengan mengambil 1 m 2 luas lantai untuk tiap orang Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai gedung Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya diasumsi kebutuhan rata rata per orang per hari sebanyak 5 liter. Besaran 5 liter berasal dari pendekatan penjumlahan pemakaian air untuk restoran (3 liter), gedung bioskop (1 liter) dan untuk departement store, salon, clening service dll (1 liter). Dengan mengalikan kebutuhan air rata-rata perorang dengan jumlah orang efektif perluas lantai, maka akan diperoleh besarnya kebutuhan air bersih rata-rata dalam m3/hari Perhitungan kebutuhan air berdasarkan rekening air bulanan Untuk studi kasus sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini telah diperoleh catatan rekening kebutuhan air bersih setiap bulan selama tahun 213. Dari data ini dilakukan perhitungan rata-rata kebutuhan air bersih perbulan dan kebutuhan air bersih perhari. Hasil perhitungan ini kemudian dapat dibandingkan dengan perhitungan kebutuhan air bersih berdasrkan luas lantai. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1. Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan luas lantai Berdasarkan hasil observasi luas lantai dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya ini dapat dilakukan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari yang diperlihatkan di Tabel 1 Tabel 1. Perhitungan m 3 kebutuhan air ratarata perhari berdasarkan m 2 luas lantai PP Luas lantai total (m 2 ) Luas lantai efektif (m 2 ) orang m Perhitungan di Tabel 1 diatas berdasarkan asumsi : luas lantai efektif 5%, satu orang untuk tiap 1 m 2 luas lantai., dan kebutuhan air 5 l/orang/hari Hasil Perhitungan Kebutuhan Air Bersih berdasarkan rekening air bulanan Berdasarkan hasil observasi pada 1 Pusat Perbelanjaan diperoleh data rekening air bulanan selama tahun 213 yang diperlihatkan secara grafik pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 1. 3

4 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 PP 1 PP PP 1 5 PP 5 Tahun 213 Tahun 213 Gambar 1 Pemakaian air PP 1 Tahun 213 Gambar 5 Pemakaian air PP 5 Tahun 213 PP 2 PP Tahun 213 PP Tahun 213 PP 6 Gambar 2 Pemakaian air PP 2 Tahun 213 Gambar 6 Pemakaian air PP 6 Tahun 213 PP 3 PP Tahun 213 PP 3 5 Tahun 213 PP 7 Gambar 3 Pemakaian air PP 3 Tahun 213 Gambar 7 Pemakaian air PP 7 Tahun 213 PP 4 PP Tahun 213 PP Tahun 213 PP 8 Gambar 4 Pemakaian air PP 4 Tahun 213 Gambar 8 Pemakaian air PP 8 Tahun 213 4

5 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember Gambar 9 Pemakaian air PP 9 Tahun PP 9 Tahun 213 PP 1 Tahun 213 PP 9 PP 1 Gambar 1 Pemakaian air PP1 Tahun 213 Gambar 1 sampai 1 adalah data hasil observasi rekening air selama tahun 213 (Januari 213 sampai Desember 213) yang dihitung rata-rata perbulan dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya. Gambar 1 sampai 1 telah disusun dari pemakaian air bersih rata-rata terkecil untuk Pusat Perbelanjan 1 (PP 1) sampai untuk Pusat Perbelanjan dengan pemakaian air bersih rata rata terbesar (PP1) Perbandingan Kebutuhan Air dari Metoda Luas Lantai dan Metoda Pencatatan Rekening Air Bulanan Dari data rata-rata pemakaian air perbulan dalam m 3 dari rekening air dapat dihitung rata-rata pemakaian air perhari dalam m 3 untuk setiap Pusat Perbelanjaan. Hasil perhitungan ini kemudian dibandingkan dengan rata-rata pemakaian air perhari berdasarkan luas lantai dari Tabel 1 yang diperlihatkan di Tabel 2. Tabel 2 Perbandingan kebutuhan air bersih rata-rata perhari (m 3 ) dengan metoda luas lantai dan metoda rekening bulanan PP Dengan metoda luas lantai (m 3 ) Dengan metoda rekening bulanan (m 3 ) Untuk melihat apakah kedua metoda ini cenderung memberikan hasil yang sama maka dilakukan penggambaran garis kecenderungan untuk masing-masing metoda yang diperlihatkan di Gambar 11 dan Gambar 11 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode luas lantai y = x R² = y = 78.26x R² = Gambar 12 Garis kecenderungan dari perhitungan memakai metode rekening air bulanan 5

6 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 Meskipun kedua garis kecenderungannya tidak tepat sama, namun kecenderungan kemiringannya memang terlihat agak mirip. Dengan demikian metode perhitungan kebutuhan air bersih rata rata perhari memakai metode luas lahan masih dapat dipergunakan sebagai alternatif untuk memperkirakan kebutuhan air bersih rata rata di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi Amdal Metoda analogi Karena masih ada sedikit perbedaan hasil antara metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata antara yang dengan luas lantai dan yang dengan pencatatan rekening bulanan, maka jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih rata rata yang lebih mendekati kenyataan, upaya yang bisa dilakukan adalah dengan metode analogi. Metoda ini mendekatkan kebutuhan air bersih rata-rata dengan pemakaian air bersih rata rata dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan. Dengan analogi Pusat Perbelanjaan sejenis, maka kebutuhan air bersih juga dapat dianalogikan untuk yang direncanakan dengan yang sudah beroperasi. Tentu saja metoda analogi ini juga harus mempertimbangkan faktor kesamaan lokasi dan kesamaan kemudahan jangkauan pengunjung. 5. Kesimpulan 1. Kebutuhan air bersih rata-rata perhari dari sepuluh Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berkisar dari yang terkecil sebesar 26 m 3 sampai yang terbesar sebesar 922 m Metoda perhitungan kebutuhan air bersih rata-rata untuk Pusat Perbelanjaan di Kota Surabaya berdasarkan luas lantai masih dapat dipergunakan untuk perhitungan kebutuhan air bersih di tahap perencanaan, misalnya untuk keperluan studi amdal. 3. Jika diinginkan perhitungan kebutuhan air bersih yang lebih mendekati kenyataan, maka bisa dilakukan dengan metode analogi kebutuhan air dengan pemakaian air dari Pusat Perbelanjan yang sudah beroperasi berdasarkan kemiripan luas bangunan dan lantai, serta aktifitas yang ada di dalam Pusat Perbelanjaan 6. Pustaka 1. Morimura, T., Noerbambang, S.M. (1984). Perancangan dan Pemeliharaan Sistem Plambing. PT. Pradnya Paramita, Jakarta. 2. Hadisoebroto, R., Astono, W., dan Rizki, A.W.P. (27). Kajian Pola Pemakaian Air Bersih di Tiga Apartemen di Jakarta. hp/jtl/article/viewfile/17266/17212.html 3. Agudelo-Vera, C.M., Keesman, K.J., Mels, A.R., Riinaarts, H.H.M. (213). Evaluating The Potential of Improving Residential Water Balance at Building Scale. Water research Volume 47. pp : Pingale, S.M., Jat, M.K., Khare, D. (214). Integrated Urban Water Management Modelling Under Climate Change Scenarios. Resources, Conservation and Recycling Volume 83. pp : Anonim. (21) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.492/MENKES/PER/IV/21 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Jakarta. 6. Dwijosaputro, D. (1981). Dasar Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan. Jakarta. 7. Anonim. (29). Undang Undang No 32/29 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Lembaran Negara RI Tahun 29 No 14. Jakarta Anonim. (212a). Peraturan Pemerintah RI No 27/212 tentang Izin Lingkungan. Lembaran Negara RI Tahun 212 No 48. Jakarta Anonim. (212b). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 16/212 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Lingkungan. Berita Negara RI Tahun 212 No 99. Jakarta Anonim. (212c). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI No 5/212 tentang Jenis Rencana Usaha atau kegiatan yang wajib memiliki Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup. Berita Negara RI Tahun 212 No 48. Jakarta. 6

7 Seminar Nasional Teknologi Lingkungan XI ITS, Surabaya, 3 Desember 214 7

PENELITIAN FAKTOR JAM PUNCAK PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA 2 (DUA) PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA

PENELITIAN FAKTOR JAM PUNCAK PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA 2 (DUA) PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA PENELITIAN FAKTOR JAM PUNCAK PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA 2 (DUA) PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA RESEARCH ON PEAK HOUR FACTOR OF CLEAN WATER USAGE AT 2 (TWO) SHOPPING CENTER IN THE CITY OF SURABAYA Mohammad

Lebih terperinci

PENELITIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR LIMBAH PADA DUA PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA

PENELITIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR LIMBAH PADA DUA PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA PENELITIAN KUANTITAS DAN KUALITAS AIR LIMBAH PADA DUA PUSAT PERTOKOAN DI KOTA SURABAYA THE STUDY COMPARITY OF WASTEWATER QUANTITY AND QUALITY ON TWO SHOPPING CENTER IN SURABAYA Mohammad Razif 1) dan Firdaus

Lebih terperinci

KAJIAN POLA PEMAKAIAN AIR BERSIH DI TIGA APARTEMEN DI JAKARTA

KAJIAN POLA PEMAKAIAN AIR BERSIH DI TIGA APARTEMEN DI JAKARTA VOLUME NO., JUNI KAJIAN POLA PEMAKAIAN AIR BERSIH DI TIGA APARTEMEN DI JAKARTA Rositayanti Hadisoebroto, Widyo Astono, Rizki Aria Winanda Putra Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Arsitektur Lansekap dan

Lebih terperinci

Oleh : Della Rahma Sari Dosen Pembimbing : Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng

Oleh : Della Rahma Sari Dosen Pembimbing : Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng Oleh : Della Rahma Sari 07.100.014 Dosen Pembimbing : Ir. Bowo Djoko Marsono, M.Eng Jurusan Teknik Lingkungan FTSP Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Pemakaian air di suatu tempat tidak

Lebih terperinci

KAJIAN FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PERKANTORAN DI SURABAYA

KAJIAN FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PERKANTORAN DI SURABAYA KAJIAN FLUKTUASI PEMAKAIAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PERKANTORAN DI SURABAYA THE FLUCTUATION STUDY OF WATER CONSUMPTION AT THREE OFFICE BUILDINGS IN SURABAYA Della Rahma Sari Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

STUDI FLUKTUASI PENGGUNAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PENDIDIKAN DI SURABAYA THE FLUCTUATION STUDY OF WATER CONSUMPTION AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURABAYA

STUDI FLUKTUASI PENGGUNAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PENDIDIKAN DI SURABAYA THE FLUCTUATION STUDY OF WATER CONSUMPTION AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURABAYA STUDI FLUKTUASI PENGGUNAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG PENDIDIKAN DI SURABAYA THE FLUCTUATION STUDY OF WATER CONSUMPTION AT SENIOR HIGH SCHOOLS IN SURABAYA Tuslahul Barokah Jurusan Teknik Lingkungan e-mail:

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BAOBAB HOTEL RESORT AND CONVENTION TAMAN SAFARI INDONESIA II SKRIPSI

PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BAOBAB HOTEL RESORT AND CONVENTION TAMAN SAFARI INDONESIA II SKRIPSI PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DAN PEMBUANGAN AIR LIMBAH BAOBAB HOTEL RESORT AND CONVENTION TAMAN SAFARI INDONESIA II SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang Untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1

PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 PRAKTIK PLAMBING DAN SANITER NS1634 1 Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu dg tekanan cukup dan air panas bila diperlukan Menyalurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia pertokoan di Indonesia semakin berkembang dengan banyaknya pusat perbelanjaan di kotakota. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik

I. PENDAHULUAN. Kata kunci : IPAL Pusat pertokoan, proses aerobik, proses anaerobik, kombinasi proses aerobik dan anaerobik DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH PUSAT PERTOKOAN DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Ananta Praditya dan Mohammad Razif Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Analisa Luasan Area Parkir

Analisa Luasan Area Parkir Analisa Luasan Area Parkir Manajemen Pengelolaan Kehadiran dan keberadaan manajemen properti diperlukan baik oleh sektor privat maupun sektor publik yang memiliki dan/atau menggunakan properti, baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di tambah dengan kebutuhan hidup sehari hari yang harus terpenuhi. Suatu lahan kota akan mengalami perkembangan,

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : ARON KRISTOFORUS

DISUSUN OLEH : ARON KRISTOFORUS INSTALASI PENYEDIAAN AIR PANAS APARTEMEN METROPOLIS TOWER A DAN B SURABAYA DISUSUN OLEH : ARON KRISTOFORUS 3105 040 755 SURABAYA LATAR BELAKANG Apartemen adalah sebuah hunian yang praktis dan nyaman Bangunan

Lebih terperinci

RUANG SUMBER PERHITUNGAN UNIT LUAS. Sirkulasi 60% : 60% X 3622 RUANG SUMBER PERHITUNGAN UNIT LUAS 40 X 2 = 80 M M X 20 = 40 M M 2

RUANG SUMBER PERHITUNGAN UNIT LUAS. Sirkulasi 60% : 60% X 3622 RUANG SUMBER PERHITUNGAN UNIT LUAS 40 X 2 = 80 M M X 20 = 40 M M 2 RUANG UMUM Ruang informasi DA 2 X 4 = 8 M 2 1 Hall 1,5 X 1000 = 1500 M 2 2 Atm center 1,5 X 10 = 15 M 2 1 Toilet pria DA 1,5 X 10 = 15 M 2 2 Toilet wanita DA 1,5 X 10 = 15 M 2 2 Ruang satpam 2 X 3 = 6

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan perekonomian dan pembangunan di Indonesia yang didukung kegiatan di sektor industri sebagian besar terkonsentrasi di daerah perkotaan yang struktur dan infrastrukturnya

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR

BAB IV PERANCANGAN GAMBAR BAB IV PERANCANGAN GAMBAR 4.1. Definisi Gambar Sebelum masa pembangunan, sebuah bangunan gedung akan melalui tahap perencanaan. Sebagai alat komunikasinya digunakanlah gambar-gambar yang memberikan ilustrasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI 15 BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan Ruang Parkir (SRP) adalah ukuran luas efektif untuk meletakan kendaraan (mobil penumpang, bus / truk, sepeda motor), termasuk ruang bebas

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) A-222 Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Ground Tank Ground tank atau dalam bahasa Indonesia lebih sering disebut Tangki bawah tanah, merupakan salah satu bentuk bak penampungan air yang dibangun atau diletakkan

Lebih terperinci

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA

DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA DESAIN ALTERNATIF INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT DENGAN PROSES AEROBIK, ANAEROBIK DAN KOMBINASI ANAEROBIK DAN AEROBIK DI KOTA SURABAYA Afry Rakhmadany dan Mohammad Razif Jurusan Teknik Lingkungan,

Lebih terperinci

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 122 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DI PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL

BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL BAB 10 PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL ATAU SEMI KOMUNAL 189 10.1 Beban Air Limbah Domestik Rumah Tangga Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan suatu kebutuhan bagi pemilik kendaraan dan menginginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan pembangunan gedung masa kini harus di imbangi dengan adanya sarana dan prasarana gedung yang memadai agar menunjang aktivitas di tempat tersebut. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daerah yang memiliki daya tarik tersendiri yang mampu menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah yang terkenal dengan sebutan kota budaya dan kota pelajar. Sebagai kota budaya dan kota pelajar, Yogyakarta menjadi daerah yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan seperti yang telah diuraikan penulis dalam pembahasan tentang hubungan persepsi konsumen atas Retail Mix dengan preferensi

Lebih terperinci

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah

Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah Evaluasi Kelayakan Investasi The Safin Hotel di Kabupaten Pati, Jawa Tengah A222 Yudha Pramana dan I Putu Artama Wiguna Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya

Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-181 Analisa Highest And Best Use (HBU) pada Lahan Bekas SPBU Biliton Surabaya T. Defi Anysa Rasyid, Christiono Utomo Jurusan

Lebih terperinci

PERLUASAN GEDUNG LANTAI I PERPUSTAKAAN USU

PERLUASAN GEDUNG LANTAI I PERPUSTAKAAN USU PROPOSAL IMAJINER: PERLUASAN GEDUNG LANTAI I PERPUSTAKAAN USU Oleh : Fahrizal Halomoan, S.Sos. Pustakawan Penyelia pada Perpustakaan USU UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PERPUSTAKAAN DAN SISTEM INFORMASI 2008

Lebih terperinci

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA

EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA EVALUASI PENGANGKUTAN SAMPAH DAN PENGEMBANGAN SARANA PERSAMPAHAN DI KOTA PALANGKA RAYA Kristub Subur, Agustina Wilujeng, Harmin Sulistiyaning Titah Program Studi Magister Teknik Prasarana Lingkungan Pemukiman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Eksistensi Proyek. kota besar di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Eksistensi Proyek Meningkatnya kebutuhan akan rumah, terbatasnya lahan, serta tingginya nilai lahan menjadi fenomena umum yang terjadi hampir

Lebih terperinci

AIR HUJAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG

AIR HUJAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG AIR HUJAN SEBAGAI ALTERNATIF PEMENUHAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI KECAMATAN RANUYOSO KABUPATEN LUMAJANG Titiek Susianah 1 dan Ali Masduqi 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat,

BAB II PEMROGRAMAN. Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, BAB II PEMROGRAMAN Perkotaan di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat, khususnya kota Medan. Hal ini terkait dengan berbagai bidang yang juga mengalami perkembangan cukup pesat seperti bidang

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA RUANG DI PUSAT PERTOKOAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA RUANG DI PUSAT PERTOKOAN CONTOH SURAT PERJANJIAN SEWA RUANG DI PUSAT PERTOKOAN Pada hari ini ( ------------- ), tanggal [( ----- ) ( ------ tanggal dalam huruf ------ )] bulan ( ------------------- ) tahun [( ------ ) ( -----

Lebih terperinci

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja

MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS. e. Spesfifikasi Bahan Baku dan Hasil c. Tenaga Kerja MATERI 4 ASPEK TEKNIS DAN TEKNOLOGIS 1. Perencanaan Kapasitas Produksi Aspek-aspek yang berpengaruh dalam perencanaan kapasitas produksi yaitu : 1. Perencanaan & Pemilihan Proses Tidak berarti pemilihan

Lebih terperinci

KAJIAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA MALL GALAXY DI KOTA SURABAYA

KAJIAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA MALL GALAXY DI KOTA SURABAYA KAJIAN KEBUTUHAN RUANG PARKIR PADA MALL GALAXY DI KOTA SURABAYA Machsus, Mukafi Dosen Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS Mahasiswa Program Diploma IV Teknik Sipil FTSP ITS machsus@ce.its.ac.id, mukafi@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan perkotaan yang semakin pesat, khususnya pada daerah Kiara Condong kota bandung. Memiliki dampak yang membuat situasi menjadi padat, polusi, panas, dan macet.

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI iv DAFTAR TABEL, GAMBAR, DAN DIAGRAM vii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Tujuan dan Sasaran 1 1.3. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah pusat perbelanjaan, baik yang menawarkan fasilitas lengkap ataupun yang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebuah pusat perbelanjaan, baik yang menawarkan fasilitas lengkap ataupun yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis jual beli barang maupun jasa pada jaman sekarang tidak lepas dari adanya sebuah pusat perbelanjaan, baik yang menawarkan fasilitas lengkap ataupun yang menawarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN 19 BAB III METODE PENULISAN 3.1 Tempat dan Waktu Praktek Kerja Lapangan 3.1.1 Tempat Kerja Praktek Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan dilakukan dibagian Finance PT Cahaya Mitra Sarana (Simpur Center)

Lebih terperinci

STUDI PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT TUNJUNGAN PLASA VI KOTA SURABAYA

STUDI PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT TUNJUNGAN PLASA VI KOTA SURABAYA STUDI PERENCANAAN PENYEDIAAN AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT TUNJUNGAN PLASA VI KOTA SURABAYA Juniar Johansyah Susilo 1, Very Dermawan 2, Andre Primantyo Hendrawan. 2 1 Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Pengairan

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya

Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya D241 Perencanaan Sistem Penampung Air Hujan Sebagai Salah Satu Alternatif Sumber Air Bersih di Rusunawa Penjaringan Sari Surabaya Fairuz Nadia dan Mas Agus Mardyanto Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA

ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA 1 ANALISA HIGHEST AND BEST USE (HBU) PADA LAHAN BEKAS SPBU BILITON, SURABAYA T.Defi Anysa Rasyid dan Christiono Utomo Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... ii HALAMAN PENGESAHAN... iii ABSTRAKSI... iv HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v HALAMAN

Lebih terperinci

BAB III ANALISA 3.1 ANALISA TAPAK

BAB III ANALISA 3.1 ANALISA TAPAK BAB III ANALISA 3.1 ANALISA TAPAK Pada tapak terdapat beberapa jenis bangunan berdasarkan fungsi-fungsinya. Daerah ini merupakan daerah yang cukup ramai dengan aktiviitas perniagaan dan jasa. Hal ini mendukung

Lebih terperinci

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang Oleh : Dorry Jaya W (3306 100 053) Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL

Lebih terperinci

Tabel Hasil Proses Pelingkupan

Tabel Hasil Proses Pelingkupan Tabel 2.50. Hasil Proses No. menimbulkan A. Tahap Pra 1. Sosialisasi Permen 17 tahun 2012 tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam ProsesAMDAL dan Izin Lingkungan terkena Sosial Budaya Munculnya sikap Evaluasi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah.

BAB IV PEMBAHASAN. kekayaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan asli daerah lain-lain yang sah. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Pembahasan Pendapatan Asli Daerah Secara umum pendapatan asli daerah Kota Tangerang terdiri dari 4 (empat) jenis, yaitu: pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah

Lebih terperinci

PENGENALAN OBYEK RANCANG PENJELASAN

PENGENALAN OBYEK RANCANG PENJELASAN PENGENALAN OBYEK RANCANG PENJELASAN PUSAT KOMUNITAS GAME ONLINE adalah sebuah tempat tempat yang mewadahi segala kegiatan game online di surabaya, Fasilitas utama bangunan adalah tempat bermain (game center),

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun KATA PENGANTAR Modul dengan judul Menghitung Debit Aliran Air Bersih merupakan bahan ajar yang digunakan sebagai panduan praktikum peserta diklat (siswa) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk membentuk

Lebih terperinci

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi

Sampit. Desain Shopping Arcade ini juga merespon akan natural setting, Dalam aktivitas urban, desain Shopping Arcade dapat menjadi ZDhoppinq Arcade Mahendrata - 015 12131 X BAB IV LAPORAN PERANCANGAN 4.1 Perkembangan desain 4.1.1 Kriteria Desain Shopping Arcade Desain Shopping Arcade yang dirancang di kota Sampit ini merupakan suatu

Lebih terperinci

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve

Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve Usulan Perbaikan Sistem Distribusi Air Bersih dengan Menggunakan Pressure Reducing Valve untuk Mengatur Tekanan pada Bangunan Gedung X Tinggi 40 Lantai Miftahudin Teknik Mesin, Program Sarjana, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Tahapan Perancangan Sistem Air Bersih 3.1.1. Menentukan Fungsi Bangunan Sebelum memulai Perancangan sistem Plambing. Penulis sebagai perancang harus mengetahui di fungsi

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG REDESIGN PLUMBING SYSTEM AND WASTEWATER TREATMENT PLAN OF MX MALL MALANG NURINA AZYYATI RISKI dan Ir. DIDIK BAMBANG SUPRIYADI,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara-negara di dunia secara umum memberlakukan sistem kadaster konvensional dua dimensi hingga akhirnya muncul sistem kadaster modern yang dirintis pertama kali oleh

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA

PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Sidang Lisan PERENCANAAN SISTEM PLAMBING DAN FIRE HYDRANT DI TOWER B APARTEMEN BERSUBSIDI PUNCAK PERMAI SURABAYA Lia Wimayanti JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DI KM. MUSTHIKA KENCANA II

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DI KM. MUSTHIKA KENCANA II PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DI KM. MUSTHIKA KENCANA II RE-DESIGN OF PLUMBING SYSTEM IN MV. MUSTHIKA KENCANA II Oleh: Ardhana Wiranata (3306100017) Dosen Pembimbing: Ir. Didik Bambang S, MT. JURUSAN

Lebih terperinci

Fungsi dan jenis peralatan plambing

Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi dan jenis peralatan plambing Fungsi peralatan plambing Menyediakan air bersih ke tempat 2 tertentu yg dikehendaki dg tekanan yang cukup Menyalurkan air kotor dari tempat 2 tertentu tanpa mencemari

Lebih terperinci

1.4. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN 1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN DAFTAR ISI BAB IPENDAHULUAN1

1.4. BATASAN DAN LINGKUP PEMBAHASAN 1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN DAFTAR ISI BAB IPENDAHULUAN1 HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAKSI KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL IV vi x xii BAB IPENDAHULUAN1 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Kepraktisan Belanja di Jogjakarta 1.1.2. Pusat Perbelanjaan

Lebih terperinci

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS

PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 PENILAIAN KRITERIA GREEN BUILDING PADA GEDUNG REKTORAT ITS Dedy Darmanto, I Putu Artama Wiguna, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul

BAB I PENDAHULUAN Deskripsi Judul BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Deskripsi Judul Judul dalam laporan Studio Konsep Perancangan Arsitektur yang diangkat adalah Penataan Plaza dan Pusat Kuliner di Kawasan Simpang Lima Semarang (Pendekatan pada Konsep

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Satuan Ruang Parkir (SRP) Satuan ruang parkir disingkat SRP adalah ukuran luas efektif untuk meletakkan kendaraan dalam hal ini mobil penumpang, bus/truk, atau sepeda motor,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 PENGERTIAN PUSAT PERBELANJAAN Pusat perbelanjaan pada awalnya adalah suatu tempat yang berfungsi sebagai tempat perdagangan (tempat bertemunya calon pembeli dan penjual dan

Lebih terperinci

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik

Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Desain Alternatif Instalasi Pengolahan Air Limbah Pusat Pertokoan Dengan Proses Anaerobik, Aerobik Dan Kombinasi Aanaerobik Dan Aerobik Oleh : Ananta Praditya 3309100042 Pembimbing: Ir. M Razif, MM. NIP.

Lebih terperinci

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN

BAB 4 KONSEP PERANCANGAN BAB 4 KONSEP PERANCANGAN 4.1. Konsep Makro Perancangan pasar tradisional bantul menerapkan pendekatan analogi shopping mall. Yang dimaksud dengan pendekatan analogi shopping mall disini adalah dengan mengambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan

TINJAUAN PUSTAKA. Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Parkir Parkir merupakan tempat menempatkan dengan memberhentikan kendaraan angkutan / barang (bermotor maupun tidak bermotor) pada suatu tempat dalam jangka waktu tertentu (Taju,1996).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan modernisasi perdagangan. Kota-kota besar pada umumnya tidak luput dari

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi dan modernisasi perdagangan. Kota-kota besar pada umumnya tidak luput dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi sekarang ini mengalami perkembangan yang pesat dibidang industrialisasi dan modernisasi perdagangan. Kota-kota besar pada umumnya tidak luput dari kemajuan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBINAAN PASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I- BAB I PENDAHULUAN.. LATAR BELAKANG Seiring dengan adanya peningkatan pola kehidupan dan aktivitas manusia, kebutuhan akan sarana dan prasarana yang lebih baik semakin besar pula. Tuntutan-tuntutan akan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1. Metode Perancangan Dalam perancangan sistem instalasi penyediaan air bersih pada gedung Twin Building di UMY. Metode yang digunakan yaitu: a. Studi Literatur Studi Literatur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang membutuhkan informasi sebagai suatu hal yang hakiki. Karena tanpa

BAB I PENDAHULUAN. orang membutuhkan informasi sebagai suatu hal yang hakiki. Karena tanpa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perpustakaan merupakan salah satu pusat informasi sumber ilmu pengetahuan, penelitian dan rekreasi. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan perpustakaan dalam sejarah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN PASAR TRADISIONAL, DAN PENATAAN PASAR MODERN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERENCANAAN RETAIL SERVICE LAYOUT PADA SEBUAH SUPERMARKET DI SURABAYA

PERENCANAAN RETAIL SERVICE LAYOUT PADA SEBUAH SUPERMARKET DI SURABAYA PERENCANAAN RETAIL SERVICE LAYOUT PADA SEBUAH SUPERMARKET DI SURABAYA Pram Eliyah Yuliana Jurusan Teknik dan Manajemen Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya Email: prameliyah@yahoo.com, pram@stts.edu

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Yang menjadi dasar dari perencanaan dan perancangan Mesjid di Kebon Jeruk adalah : Jumlah kapasitas seluruh mesjid pada wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kesehariannya manusia tidak pernah lepas dari masalah kesehatan, baik itu menyangkut air bersih, air buangan atau sampah jika tidak dirancang atau dikelola dengan

Lebih terperinci

Kajian Kondisi Parkir Berdasarkan Kebutuhan Dan Karakteristik Kawasan Singosaren Kota Surakarta

Kajian Kondisi Parkir Berdasarkan Kebutuhan Dan Karakteristik Kawasan Singosaren Kota Surakarta TUGAS AKHIR Kajian Kondisi Parkir Berdasarkan Kebutuhan Dan Karakteristik Kawasan Singosaren Kota Surakarta Oleh: ANNISA NUR ULFA I 0608052 Diajukan Sebagain Syarat untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proyek Pertumbuhan penduduk dan meningkatnya taraf kehidupan kota menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan fasilitas perkotaan yang lebih terencana. Hal ini terjadi

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA

BAB III ANALISIS. Gambar 15. Peta lokasi stasiun Gedebage. Sumber : BAPPEDA BAB III ANALISIS 3.1 Analisis tapak Stasiun Gedebage terletak di Bandung Timur, di daerah pengembangan pusat primer baru Gedebage. Lahan ini terletak diantara terminal bis antar kota (terminal terpadu),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU) (Cecilia,

BAB I PENDAHULUAN. minum dalam kemasan (AMDK) maupun air minum isi ulang (AMIU) (Cecilia, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Air minum aman bagi kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan menjelaskan mengenai pengertian umum yang berhubungan dengan parkir, cara dan jenis parkir, pengaturan parkir, metode-metode parkir, kebijakan parkir, serta standar

Lebih terperinci

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO

EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO EVALUASI HARGA SEWA RUSUN PENJARINGANSARI DAN SIWALANKERTO Evi Varida Mega Utari, Farida Rachmawati Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Jl. Arief

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Proyek Saat ini kebutuhan akan tempat tinggal di Jakarta semakin meningkat. Seiring dengan berjalannya pembangunan, terjadi pula pengurangan lahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian kota Binjai dilihat dari struktur PDRB riil kota Binjai yang menunjukkan karakteristik sebagai berikut : 2 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi yang memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang semakin maju di Indonesia. Di provinsi Sumatera Utara terdapat beberapa kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Perngertian Judul 1. Sport : sport atau olahraga merupakan tarjemahan dari kata sport yang berasal dari bahasa latin, disportare, yang berarti menghibur diri. Selain itu pengertian

Lebih terperinci

IV. LOKASI PENELITIAN. Chandra Supermarket & Dept. Store berdiri pada tanggal 18 Maret 1984 yang

IV. LOKASI PENELITIAN. Chandra Supermarket & Dept. Store berdiri pada tanggal 18 Maret 1984 yang IV. LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Perusahaan Chandra Supermarket & Dept. Store berdiri pada tanggal 18 Maret 1984 yang didirikan oleh keluarga Bapak Alesius Bunawan, berawal dari Chandra Toserba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Yogyakarta memiliki beberapa kekhasan diantaranya, sebagai kota pariwisata, kota budaya dan kota pendidikan. Sebutan kota pendidikan ditandai dengan banyaknya

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Berdasarkan latar belakang dan masalah yang dihadapi oleh Green Park Mall ini, maka konsep Ramah Lingkungan digunakan sebagai dasar perancangannya. Seperti diketahui

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN V.1 Konsep Tapak dan Ruang Luar BAB V KONSEP PERANCANGAN mengaplikasikan konsep rumah panggung pada bangunan pengembangan, agar bagian bawah bangunan dapat dimanfaatkan untuk aktifitas mahasiswa, selain

Lebih terperinci

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU

PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU PERENCANAAN FASILITAS SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RIAU DAGANGANE ISIH MAS?? Aktifitas Perencanaan Produk Perencanaan Lokasi Usaha Perencanaan Tata Letak Perencanaan Sistem Material Handling Tujuan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian berlangsung ada beberapa tahapan yang dilakukan untuk mencari data untuk penelitian ini. dimulai dari kajian studi pustaka, dimana penulis mencari

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang

BAB VI HASIL PERANCANGAN. Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang BAB VI HASIL PERANCANGAN 6.1 Desaian Kawasan Konsep desain kawasan menggunakan konsep dasar transformasi yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, yaitu konsep perancangan yang mengambil dari sistem sirkulasi

Lebih terperinci

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java

3.1 Karakteristik Pusat Perbelanjaan Paris Van Java BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini membahas gambaran umum wilayah studi kawasan pusat perbelanjaan Paris Van Java yang mencakup karakteristik pusat perbelanjaan Paris Van Java, karakteristik ruas

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.85, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT. Dana Alokasi Khusus. Perumahan dan Kawasan Pemukiman. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Judul dan Pengertian Judul 1. Judul Jakarta Integrated Urban Farm 2. Pengertian Judul Jakarta merupakan ibu kota Indonesia, daerah ini dinamakan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta. Kota

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG

PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG PERENCANAAN ULANG SISTEM PLAMBING DAN PENGOLAHAN AIR BUANGAN DI MX MALL KOTA MALANG Oleh : Nurina Azyyati Riski 3306 100 006 Dosen Pembimbing : Ir. Didik Bambang S., MT. Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas

Lebih terperinci

I. Beberapa Istilah dalam Izin dan Pertimbangan Teknis terkait Izin Pemanfaatan Ruang ( IPPL, Rencana Tapak dan IMB )

I. Beberapa Istilah dalam Izin dan Pertimbangan Teknis terkait Izin Pemanfaatan Ruang ( IPPL, Rencana Tapak dan IMB ) I. Beberapa Istilah dalam Izin dan Pertimbangan Teknis terkait Izin Pemanfaatan Ruang ( IPPL, Rencana Tapak dan IMB ) a. Izin Prinsip Pemanfaatan Ruang adalah izin yang bertujuan untuk memberikan arahan

Lebih terperinci

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT

SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT SISTEM PENDISTRIBUSIAN DEBIT AIR BERSIH PADA GEDUNG BERTINGKAT Fadwah Maghfurah 1 Munzir Qadri 2 Sulis Yulianto 3 1 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta Jl Cempaka Putih

Lebih terperinci

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya

Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya D199 Perencanaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Rumah Susun Tanah Merah Surabaya Daneswari Mahayu Wisesa dan Agus Slamet Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan kendaraan tapi cukup dengan berjalan kaki saja. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Keterbatasan lahan sekarang ini adalah masalah besar jika kita mengingat populasi penduduk yang terus bertambah, terutama di ibukota kita ini DKI Jakarta. Semakin

Lebih terperinci