Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT)"

Transkripsi

1 Dokumen ID INDONESIA Pola Acu (Template) Laporan Penilaian Nilai- Nilai Konservasi Tinggi (NKT) Petunjuk Pola acu laporan ini wajib digunakan oleh semua penilai yang memiliki lisensi. Hanya dalam keadaan yang luar biasa, dengan tentunya mendapatkan izin sebelumnya dari Jejaring Sumberdaya NKT (HCVRN), format laporan non-standar dapat digunakan dengan tetap menggunakan lembar sampul yang tepat 1. Pola acu laporan standar ini harus digunakan bersama dengan Pedoman Penilai NKT dan diselaraskan dengan daftar periksa yang digunakan oleh Panel Mutu ALS dan Penilai Sejawat (Peer Reviewers) untuk mengevaluasi laporan penilaian NKT. Penggunaan pola acu ini sangat penting untuk meningkatkan konsistensi dan menjamin mutu laporan penilaian NKT, yang menjadi tujuan utama Skema Lisensi Penilai (Assessor Licensing Scheme atau ALS). Mungkin ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyajikan informasi dalam laporan penilaian NKT, namun dalam rangka mendorong laporan yang singkat dan padat yang menjawab semua topik yang diwajibkan serta memfasilitasi evaluasi laporan tersebut, semua penilai yang memiliki lisensi diwajibkan untuk menggunakan pola acu ini. Penilai harus memasukkan rincian yang memadai mengenai identifikasi NKT serta rekomendasi pengelolaan dan pemantauannya, sekaligus harus berupaya menyajikan informasi tersebut seringkas mungkin. Bagian tubuh laporan penilaian NKT tidak boleh lebih dari 45 halaman, tidak termasuk halaman sampul, daftar isi peta, gambar dan tabel, daftar pustaka dan lampiran. Panduan yang diberikan di sini untuk nomor halaman per bagiannya hanya sekedar saran saja dan penilai dapat mengalokasikan kembali nomor halaman dari satu bagian ke bagian yang lainnya menurut pertimbangan mereka sendiri, selama seluruh aspek penting diulas dalam urutan yang ditetapkan. Ukuran huruf yang harus digunakan adalah 10 poin atau lebih besar. Semua informasi tambahan lainnya akan disajikan di dalam lampiran. Laporan akhir harus disampaikan dalam format PDF dan ukurannya tidak boleh lebih dari 20 MB. Jika penilai tidak bisa memasukkan seluruh peta dan informasi lainnya yang diperlukan dalam batas ukuran dokumen, tautan harus disisipkan untuk mengarahkan Panel Mutu ke platform yang digunakan untuk berbagi berkas atau dokumen (misalnya, Dropbox). Jika menggunakan tautan tersebut, Panel Mutu akan mengunduh dan menyimpan salinan laporan dalam basis data HCVRN. Salinan tersebut akan dianggap sebagai versi resmi yang digunakan untuk evaluasi oleh Panel Mutu. Penilai yang memiliki lisensi boleh menggunakan pola acu yang dibuat oleh perusahaan atau organisasi mereka terkait dengan logo, jenis huruf dan rancangan. Namun, struktur laporan harus secara baku mengikuti urutan (misalnya, sub-judul) dan isi yang disajikan di bawah ini: Halaman sampul Daftar isi Daftar istilah dan singkatan 1 Silakan hubungi secretariat@hcvnetwork.org untuk informasi lebih lanjut 1

2 Dokumen ID 2 Daftar gambar, tabel dan peta Pendahuluan dan latar belakang Tujuan penilaian NKT Tinjauan NKT dan pustaka yang digunakan Paparan atau penjelasan mengenai wilayah penilaian Paparan tentang lokasi Konteks lanskap Konteks nasional dan/atau regional Tim penilaian NKT Metode Temuan penilaian / Identifikasi NKT Hasil-hasil NKT (misalnya, kehadiran, ketidakhadiran) dan justifikasi (alasan pendukung) Konsultasi dengan pemangku kepentingan Pengelolaan dan pemantauan NKT Penilaian terhadap ancaman Rekomendasi pengelolaan dan pemantauan Sintesis Ringkasan temuan dan rekomendasi Peta lengkap NKT dan wilayah pengelolaan NKT termasuk observasi yang berhubungan dengan pengelolaan terpadu di seluruh NKT Daftar Pustaka Lampiran Jika Anda memiliki pertanyaan tentang pola acu ini, silakan hubungi secretariat@hcvnetwork.org Daftar Isi Halaman sampul Tanggal laporan Nama penilai kepala Informasi yang berkaitan dengan kontak atau alamat, penilai kepala (organisasi, alamat) Lisensi ALS Jenis: (sementara atau penuh) Organisasi yang meminta dilakukan penilaian NKT (nama & rincian kontak atau alamat) Lokasi penilaian (misalnya, negara, wilayah/provinsi, kabupaten/kota, kota terdekat 2 (jika berlaku) Tanggal penilaian (bulan/tahun) Luas wilayah penilaian (ha) 2 Jika ada lebih dari satu kota di sekitar unit pengelolaan, penggunaan koordinat UTM untuk centroid (titik tengah) mungkin akan lebih tepat

3 Dokumen ID Rencana tata guna lahan atau penggunaan saat ini yang termasuk dalam wilayah penilaian (misalnya, kehutanan, perkebunan kelapa sawit, kedelai, tebu) Skema sertifikasi (terangkan skema sertifikasi atau N/A jika dilakukan bukan termasuk di dalam skema yang diakui secara luas; jika tidak termasuk skema yang diakui secara luas, apa motivasi atau yang mendorong penilaian NKT ini?) 1. Pendahuluan dan latar belakang (< 4 halaman) Pendahuluan harus memberikan gambaran atau tinjauan umum mengenai tujuan penilaian, dan latar belakang yang mencakup: Tujuan umum penilaian NKT, misalnya: untuk mengidentifikasi NKT di wilayah penilaian menyediakan rekomendasi pengelolaan dan pemantauan untuk memastikan kegiatan produksi tidak berdampak negatif terhadap NKT mematuhi persyaratan skema sertifikasi; Ringkasan pendahuluan mengenai enam definisi NKT 3 serta rujukan nasional dan global yang digunakan untuk menafsirkan definisi NKT (perangkat nasional, panduan HCVRN). NKT 1: Konsentrasi keanekaragaman hayati termasuk spesies endemik, serta spesies langka, terancam punah atau genting (RTE) yang signifikan di tingkat global, regional atau nasional. NKT 2: Mosaik ekosistem dan ekosistem dengan tingkat lanskap yang luas yang signifikan secara global, regional atau nasional, dan berisi mayoritas populasi spesies yang timbul secara alami dan mampu bertahan hidup dalam pola persebaran dan kelimpahan alami. NKT 3: Ekosistem, habitat atau refugia yang langka, terancam punah, atau genting. NKT 4: Jasa ekosistem dasar dalam kondisi kritis, termasuk perlindungan tangkapan air serta pengendalian erosi tanah dan lereng yang rentan. NKT 5: Tempat dan sumberdaya yang mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar penduduk setempat atau masyarakat adat (misalnya untuk mata pencaharian, kesehatan, gizi, air), yang teridentifikasi melalui keterlibatan dengan penduduk atau masyarakat adat tersebut. NKT 6: Tempat, sumberdaya, habitat dan lanskap yang memiliki nilai penting budaya, arkeologis, atau historis secara global atau nasional, atau nilai budaya, ekonomi atau religi/suci yang sangat penting bagi penduduk setempat atau masyarakat adat, yang teridentifikasi melalui keterlibatan dengan penduduk atau masyarakat adat tersebut. Kotak 1 Definisi NKT, FSC P&C v dan Jejaring Sumberdaya NKT Memasukkan tabel ringkasan definisi NKT saat ini (lihat lampiran 1 templat ini) 3

4 Dokumen ID Status proyek atau pembangunan (misalnya, kehutanan, pertanian terangkan apakah termasuk greenfield ekspansi baru (pembangunan dari awal), brownfield ekspansi atau rehabilitasi lahan pertanian, kebun atau lahan pertanian yang saat ini beroperasi), tanggal dimulainya kegiatan produksi, luas dan tanggal pembukaan lahan (jika berlaku). Informasi mengenai latar belakang yang berkaitan dengan Organisasi yang meminta dilakukannya penilaian NKT termasuk: Apakah Organisasi tersebut sudah memiliki proyek yang serupa di negara atau wilayah tersebut. Kebijakan yang berkaitan dengan atau keanggotaan dalam skema sertifikasi. Sponsor pendanaan terhadap proyek/pembangunan dan penilaian NKT. 2. Paparan/penjelasan mengenai wilayah penilaian (<6 halaman) Paparan tentang lokasi Paparan mengenai wilayah penilaian (nama, lokasi, luas, sifat pembangunan (misalnya, konsesi kehutanan, HGU/perkebunan kelapa sawit)), skala dan intensitas operasi dari pembanguan tersebut; Peta yang menunjukkan lokasi wilayah penilaian NKT (unit pengelolaan, perkebunan, konsesi, dsb) di negara tersebut. Catatan pada Peta Peta merupakan salah satu hasil utama penilaian NKT dan karenanya sangat penting untuk disajikan dengan jelas. Peta harus memiliki skala yang tepat, jelas dan dapat dibaca. Harus dinyatakan dengan jelas apakah peta tersebut merupakan versi final (yakni, siap dipakai untuk dimulainya pengelolaan NKT yang aktif) atau versi draf (misalnya, peta wilayah yang masih memerlukan lebih banyak kajian ekologi dan biologi sebelum kemudian memutuskan batas wilayah NKT atau wilayah yang digunakan oleh masyarakat yang dapat berubah setelah proses negosiasi dengan penduduk setempat). Selain itu harus dinyatakan dengan jelas pula peta mana yang digunakan selama proses konsultasi. Pada kasus yang berkaitan dengan pembuatan skala peta yang mencakup wilayah yang sangat luas (misalnya, >1 juta ha), penilai dapat menyisipkan tautan dalam laporan mereka untuk menunjukkan peta-peta yang dapat digunakan atau dibaca secara lebih mudah dan tersedia secara online. Konteks lanskap yang lebih luas Ciri sosial dan biologis utama dari lanskap yang lebih luas 4 harus diterangkan dengan jelas, termasuk namun tidak terbatas, kepada informasi yang berkaitan dengan: Batas lanskap penilaian Tata guna lahan di sekitar wilayah penilaian (misalnya, permukiman, kehutanan, pertanian, infrastruktur) Konteks demografis dan sosial ekonomi Keberadaan dan kondisi kawasan lindung di lanskap tersebut (apakah wilayah penilaian memberikan fungsi pendukung yang vital terhadap kawasan lindung?) 4 Lanskap yang lebih luas mengacu pada kawasan yang langsung mengelilingi wilayah penilaian (misalnya, unit pengelolaan atau perkebunan), ukurannya tidak selalu pasti, namun penilai harus menetapkan aspek yang relevan untuk menjadi bahan pertimbangan. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai pentingnya konteks lanskap ini bisa dilihat di Panduan Umum tentang Identifikasi Nilai-Nilai Konservasi Tinggi resources/folder /2013_commonguidancev5 4

5 Dokumen ID Wilayah Keanekaragaman Hayati Utama 5 yang termasuk di dalam lanskap Rencana tata guna lahan nasional atau regional yang terkait Bentuk lahan utama, DAS (daerah aliran sungai) dan sungai Riwayat tata guna lahan dan kecenderungan pembangunan, termasuk rencana di masa depan 6 (misalnya, peta rencana tata ruang dari unit pengelolaan dan lanskap di sekitarnya, inisiatif pembangunan serta izin produksi dan eksploitasi komersial yang sudah ada/sedang diajukan) Ciri-ciri fisik (misalnya, geologi, iklim (curah hujan, suhu), jenis tanah, topografi) Karakteristik keanekaragaman hayati (misalnya, zona bio-geografis, ciri-ciri yang diketahui tentang keanekaragaman hayati yang penting, ekosistem utama, penutupan lahan, data biofisika, dsb) Kemunculan populasi spesies yang dikenal dan menjadi perhatian global serta koridor migrasi satwa di lanskap Jasa-jasa ekosistem (misalnya, hidrologi, risiko erosi, dsb) Nilai sosial dan budaya (nama dan lokasi pemukiman, populasi dan etnis, konteks sosial ekonomi, infrastruktur, kecenderungan migrasi, dsb) Konteks nasional dan/atau regional Akan sangat berguna bila tinjauan mengenai konteks nasional atau regional lainnya yang berkaitan dengan wilayah penilaian dipaparkan. Suatu wilayah yang disebut regional dapat mengacu pada wilayah di tingkat sub-nasional atau internasional. Sebagai contoh, ketika membahas tingkatan regional mungkin berguna untuk mempertimbangkan dan mengaitkannya ke tingkat sub-nasional di negara yang sangat luas, atau berguna untuk mengacu pada wilayah lebih luas lagi yang mencakup berbagai negara (misalnya, Kawasan Hutan Tropis dan Daerah Aliran Sungai Kongo). Kesemuanya ini sangat tergantung pada skala yang dianggap paling relevan dan membantu untuk memahami nilai penting NKT yang teridentifikasi. 3. Tim Penilaian NKT (<1 halaman) Penjelasan mengenai tim penilaian perlu disajikan dengan ringkas, termasuk informasi kontak dari kepala tim penilaian NKT (nama, lembaga, alamat ). Untuk masing-masing anggota tim penilaian, silakan disebutkan: Nama, kualifikasi yang terkait (misalnya, mohon diterangkan jika memiliki lisensi ALS), lembaga sekarang (jika berkaitan), peran (misalnya, Kepala Tim, pakar sosial ekonomi, pakar survei lapangan) dan keahlian (misalnya, taksonomi tumbuhan, hidrologi dsb). Untuk keahlian, anggota tim dapat menyertakan biodata singkat (4-5 baris) pada bagian ini. Sertakan CV (masing-masing tidak lebih dari 2 halaman) dalam lampiran Nama Lisensi ALS Lembaga Peran Keahlian Margaret Smith Sementara (nomor lisensi) EcoConsulting Ltd. Kepala Tim Bob Jones N/A EcoConsulting Ltd. Pakar Sosial Tabel 1 Contoh cara menyajikan anggota tim NKT Taksonomi tumbuhan tropis, NKT umum Ilmu sosial, pemetaan masyarakat Informasi ringkas akan berasal dari laporan atau wawancara, namun informasi rinci mengenai kepemilikan dan pengalihan tanah (dalam pengertian hukum) tidak diperlukan. 5

6 Dokumen ID 4. Jangka waktu dan metode (< 6 halaman) Tinjauan mengenai jangka waktu penilaian (kalender) dan metodenya harus turut disajikan. Dalam pembuatan jangka waktu, penilai perlu mencakup berbagai langkah yang berbeda dari tahapan pra-penilaian ke tahapan penilaian sebagaimana yang dipandu oleh Gambar 1 di dalam Pedoman Penilaian NKT. Disarankan agar metode yang disusun secara terperinci dijadikan lampiran dan tidak dimasukkan di dalam laporan utama. Yang penting untuk diingat adalah agar metode terperinci tersebut tetap dapat diakses, agar dapat menjami mutu penilaian dan untuk memverifikasi atau memahami temuan lebih lanjut bila ingin diterapkan di tempat lain. Di dalam bagian ini ada beberapa hal yang perlu dijelaskan (bila dianggap terkait) seperti: Tanggal peristiwa-peristiwa besar dalam kronologi penilaian (mulai dari dari tahapan prapenilaian hingga penilaian lihat Gambar 1 dari Pedoman Penilaian NKT untuk langkahlangkah kuncinya, misalnya, pemeriksaan, kerja lapangan, analisis, konsultasi dengan pemangku kepentingan, penilaian sejawat jika berlaku, finalisasi laporan) Metode yang digunakan untuk menilai konteks lingkungan dan sosial Survei lapangan dan rancangan pengambilan sampel Referensi utama dan sumber informasi (tinjauan mengenai jenis sumber data dengan daftar lengkap dari bibliografi) 5. Temuan/hasil (< 20 halaman) Bagian ini harus menyajikan dengan jelas hasil-hasil penilaian NKT, yang didukung oleh argumen yang kuat dan bukti yang memadai. Jika buktinya lemah, penilai harus menunjukkan bahwa penilai telah menggunakan pendekatan pencegahan (precautionary approach) yang tepat (lihat Pedoman Penilai NKT). Untuk semua keputusan NKT, penilai harus memberikan komentar mengenai batasan pengetahuan yang ada saat itu dan hal-hal yang tidak pasti terkait dengan temuan. Hasil-hasil yang diperoleh dapat disajikan secara lebih mudah dengan menggunakan format ringkasan, yang diletakkan di awal bagian temuan ini, sebelum kemudian berlanjut ke penjelasan yang lebih terperinci dan didukung dengan argumen yang kuat untuk masing-masing NKT, seperti dicontohkan dalam teks di bawah. Paparan singkat dan argumen pendukung NKT Definisi/pengertian Ada Potensi Tidak Ada Tabel 2 Ringkasan temuan penilaian NKT 6

7 Dokumen ID Hasil dan justifikasi (alasan pendukung) NKT Untuk masing-masing NKT, laporan harus menyertakan: Paparan yang jelas untuk keenam kategori NKT termasuk keputusan mengenai keberadaan, potensi keberadaan atau ketidakberadaan NKT. Alasan yang mendukung keputusan mengenai mengapa NKT dianggap ada, berpotensi ada atau tidak ada. Alasan tersebut harus menyertakan rujukan kepada data primer dan sekunder yang mendukung, atau berdasarkan konsultasi dengan pemangku kepentingan, dsb. Alasan akan dianggap tidak cukup kuat bila hanya menyatakan bahwa NKT berpotensi ada tanpa menyediakan evaluasi kemungkinan keberadaan NKT dan batasan pengetahuan yang ada pada saat itu. Jika sebuah nilai dianggap berpotensi ada, pengelolaan pencegahan (precautionary management) harus diterapkan di awal, jika tidak, diperlukan uraian terperinci tentang apa yang perlu dilakukan untuk memastikan identifikasi NKT bisa dilakukan. Peta lokasi NKT. Peta dapat ditempatkan pada bagian hasil atau pada bagian rekomendasi pengelolaan. Hal ini tergantung, karena beberapa peta dapat sama-sama menunjukkan lokasi NKT dan wilayah pengelolaan sehingga peta bisa ditempatkan di kedua bagian tersebut. Akan juga berguna untuk menempatkan tautan yang merujuk kepada peta di dalam dokumen yang digunakan untuk mempermudah pencarian peta. Penting untuk dicatat agar peta bisa menunjukkan luas masing-masing NKT baik di dalam maupun di luar wilayah penilaian, terlebih jika NKT juga tersebar ke wilayah di sekitarnya. Konsultasi dengan pemangku kepentingan Laporan penilaian harus dapat menerangkan pendekatan (metode) yang digunakan pada konsultasi dengan pemangku kepentingan, jika konsultasi dilakukan selama jalannya penilaian, dan menyediakan ringkasan hasil-hasil konsultasi tersebut, termasuk menggabungkan (jika bisa dilakukan) masukan-masukan yang didapat selama konsultasi ke dalam laporan akhir. Dokumentasi terperinci tentang seluruh konsultasi yang telah dilakukan harus disampaikan kepada Organisasi yang meminta dilakukannya penilaian, Panel Mutu ALS-HCVRN dan Penilai Sejawat (sebagai lampiran). Di dalam dokumentasi terperinci ini, tabel ringkasan mengenai hasil-hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan harus disajikan pada bagian laporan tersebut dengan menyertakan hal-hal sebagai berikut: Rincian pemangku kepentingan Jabatan atau peran Organisasi atau kelompok sosial (misalnya, petani, tokoh, perusahaan, pemerintah, pamong desa, dsb) Ringkasan dari hal-hal atau isu utama yang diangkat/rekomendasi Tanggapan tim penilaian Sebelum memasukkan nama pemangku kepentingan serta hal-hal atau isu-isu yang diangkat atau rekomendasi mereka dalam laporan akhir, perlu ditegaskan bahwa penilai telah secara penuh memahami isu-isu tersebut dan rekomendasi yang disampaikan pemangku kepentingan serta penilai telah mendapatkan izin untuk menuliskan nama mereka; hal ini bisa dilakukan sebagai contoh dengan meminta mereka menyetujui catatan tertulis yang dikirim oleh penilai melalui . Hanya saja, apabila ada pihak-pihak yang menolak untuk disebutkan namanya, hal tersebut haruslah dihormati. Penilai tetap dapat memasukkan pendapat, isu-isu yang disampaikan dan rekomendasi dari pemangku 7

8 Dokumen ID kepentingan walau tidak mencantumkan nama mereka dan menghormati kerahasiaan tersebut. Akan juga berguna untuk memasukkan paparan singkat mengenai tanggapan dari tim penilaian atau keterangan mengenai langkah atau jawaban yang disampaikan terhadap isu-isu yang diangkat oleh pemangku kepentingan. Paparan tersebut berguna untuk dimasukkan ke dalam hasil dan rekomendasi final NKT. Nama Jabatan /peran Organisasi / kelompok sosial Hal atau isu utama & rekomendasi / tanggapan tim penilaian Jane Smith Pakar biologi Universitas ABC Bagaimana manajer proyek bisa memastikan bahwa habitat burung dalam kategori genting tidak akan terfragmentasi oleh kegiatan operasi proyek tersebut? Pertama, dengan memastikan lokasi sarang yang penting dimasukkan ke dalam wilayah konservasi selama perencanaan tata ruang. Kedua, hal ini telah dimasukkan juga ke dalam rekomendasi pengelolaan. Tabel 3 Contoh cara menyajikan tabel ringkasan dari konsultasi dengan pemangku kepentingan serta hal-hal atau isu utama yang diangkat oleh mereka beserta rekomendasi yang diajukan. 6. Pengelolaan dan pemantauan NKT (< 6 halaman) Penilaian terhadap ancaman Laporan harus menyertakan paparan mengenai metodologi yang digunakan untuk penilaian terhadap ancaman. HCVRN tidak menyarankan sebuah metode tertentu, namun merekomendasikan untuk mengadaptasi perangkat yang telah dianggap berguna seperti yang tercantum di dalam Pedoman Penilaian NKT. Ancaman terhadap masing-masing NKT harus diidentifikasi, diterangkan dan dijawab melalui rekomendasi pengelolaan. NKT 1 Paparan singkat mengenai keberadaan nilai di wilayah penilaian Ancaman utama Tabel 4 Contoh menyajikan paparan mengenai ancaman dan rekomendasi pengelolaan yang diperlukan dalam satu ringkasan format Rekomendasi pengelolaan dan pemantauan Untuk masing-masing NKT, rekomendasi pengelolaan perlu disajikan. Hal ini ditujukan untuk mempertahankan atau meningkatkan nilai. Rekomendasi pengelolaan harus dikaitkan dengan peta dan paparan mengenai Wilayah Pengelolaan NKT. Peta harus disajikan dengan mengikuti panduan yang diberikan oleh HCVRN. Tujuan umum dari pemantauan NKT adalah untuk menetapkan apakah NKT tersebut tetap dipertahankan seiring dengan berjalannya waktu. Pada saat penilaian, pilihan-pilihan pemantauan, yang bersifat umum sekalipun, perlu disajikan untuk masing-masing NKT. NKT Ancaman Rekomendasi pengelolaan Rekomendasi pemantauan Tabel 5 Contoh penyajian rekomendasi pengelolaan dan pemantauan NKT di dalam satu tabel ringkasan 8

9 Dokumen ID 7. Sintesis (<2 halaman) Sintesis harus singkat, dengan membuat ringkasan dari seluruh wilayah pengelolaan NKT yang dijabarkan ke dalam satu peta, sekaligus memberikan perhatian utama kepada rekomendasi pengelolaan terpadu dan yang melingkupi seluruh wilayah pengelolaan NKT tersebut. 8. Daftar Pustaka Daftar pustaka (dari dokumen yang dipublikasikan maupun tidak). Daftar pustaka harus menyertakan rujukan yang tepat pada sumber-sumber informasi yang digunakan di dalam laporan penilaian NKT. Sertakan pula tautan laman web sebagai tambahan rujukan, jika memungkinkan. 9. Lampiran Lampiran harus menyertakan semua materi yang diperlukan oleh Panel Mutu dan/atau penilai sejawat untuk memverifikasi kredibilitas dan keandalan keputusan yang diambil seperti yang tertuang dalam laporan utama, namun bila ditempatkan di bagian utama laporan, bahan dan materi tersebut akan mengurangi daya baca laporan. Lampiran yang diperlukan: CV (<2 halaman) dari anggota tim penilaian (termasuk rincian yang berkaitan dengan spesialisasi anggota tim (misalnya, pengetahuan tentang burung, mamalia, taksonomi tumbuhan, jika dianggap berkaitan) dan pengalaman sebelumnya secara umum mengenai NKT atau wilayah yang dikaji. Bukti yang menunjukkan konsultasi dengan pemangku kepentingan: Daftar pertemuan, bukti keikutsertaan dalam pertemuan, daftar orang yang diwawancarai. Dokumen yang berkaitan lainnya (misalnya, korespondensi dari masyarakat, pernyataan dari pemangku kepentingan dsb). Contoh lampiran lain yang mungkin berkaitan: Peta Sistem Informasi Geografis (GIS), citra satelit, foto udara dsb. Peta terperinci ukuran A4 Metodologi terperinci Daftar yang dianggap lengkap mengenai spesies, analisis tanah, data hidrologis atau informasi teknis lainnya Jangka waktu penilaian secara terperinci (menunjukkan dengan jelas waktu dipakai di lapangan, termasuk tanggal, waktu yang diperlukan, dan lokasi). Daftar, dan peta, serta lokasi yang dikunjungi Foto (resolusi rendah atau tautan ke platform untuk berbagi berkas atau dokumen secara online) HCV Resource Network tel: +44 (0) ext c/o The Proforest Initiative South Suite Frewin Chambers Frewin Court Oxford OX1 3HZ United Kingdom 9

Templat Laporan Penilaian NKT

Templat Laporan Penilaian NKT ID Dokumen BAHASA INDONESIA Templat Laporan Penilaian NKT Petunjuk Templat laporan ini wajib digunakan oleh semua penilai yang berlisensi. Dalam keadaan yang luar biasa, dengan izin sebelumnya dari Jaringan

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Evaluasi Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi HCV Resource Network (HCVRN), Skema Lisensi Penilai, Panel Mutu 1 Prosedur dan daftar periksa

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian NKT

Pedoman Penilaian NKT Dokumen ID INDONESIA Pedoman Penilaian NKT www.hcvnetwork.org Dokumen ID Pedoman Penilaian NKT ini disusun oleh Proforest untuk Skema Lisensi Penilai HCV Resource Network. Untuk pertanyaan dan masukan

Lebih terperinci

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT ID Dokumen BAHASA INDONESIA Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Panduan untuk Organisasi Pelatihan Pendahuluan Skema Lisensi Penilai (ALS) HCVRN (High Conservation Value Resource Network)disusun untuk

Lebih terperinci

Proses Penyelesaian Perselisihan

Proses Penyelesaian Perselisihan Dokumen ID INDONESIA Proses Penyelesaian Perselisihan Latar Belakang ALS adalah skema yang bertujuan untuk mempromosikan penerapan pendekatan NKT secara lebih bermutu dan konsisten melalui a) penyediaan

Lebih terperinci

Panduan Pendaftaran. Sebelum mendaftar. Siapa yang harus mendaftar? Cara mendaftar

Panduan Pendaftaran. Sebelum mendaftar. Siapa yang harus mendaftar? Cara mendaftar ID Dokumen BAHASA INDONESIA Panduan Pendaftaran Dokumen ini menyediakan panduan bagi para pihak yang ingin melamar sebagai penilai NKT yang berlisensi Sebelum mendaftar Seluruh pelamar harus membaca dengan

Lebih terperinci

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT

Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Silabus Kursus Pelatihan Penilai NKT Panduan untuk Organisasi Pelatihan Pendahuluan Skema Lisensi Penilai (ALS) HCVRN (High Conservation Value Resource Network)disusun untuk meningkatkan kompetensi penilai

Lebih terperinci

Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi

Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi Panduan pendaftaran untuk calon penilai berlisensi Dokumen ini menyediakan panduan bagi mereka yang ingin melamar sebagai Penilai Berlisensi di bawah Assessor Licensing Scheme (ALS) HCV Resource Network.

Lebih terperinci

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN

SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN SKEMA LISENSI PENILAI NKT: KEMAJUAN SELAMA DUA TAHUN Skema Lisensi Penilai: HASIL-HASIL SELAMA DUA TAHUN Oktober 01 - Desember 01 Pengantar Skema Lisensi Penilai (ALS) NKT diluncurkan pada tanggal 31 Oktober

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT

PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT ID Dokumen ALS_02_N BAHASA Tanggal 08/11/2017 INDONESIA PEDOMAN PENILAIAN NKT SKT Untuk dipakai pada saat penilaian NKT-SKT terpadu Pedoman Penilaian NKT-SKT ini disusun oleh Proforest dan Daemeter untuk

Lebih terperinci

Bagian 1: Tentang minat anda

Bagian 1: Tentang minat anda Konsultasi 1: Penilaian Kebutuhan dan Pandangan dari Pengguna 1 Konsultasi 1: Penilaian Kebutuhan dan Pandangan dari Pengguna May 2006 Bantu kami membangun jaringan kerja sumberdaya HCVF anda Kami ingin

Lebih terperinci

Inisiatif Accountability Framework

Inisiatif Accountability Framework Inisiatif Accountability Framework Menyampaikan komitmen rantai pasokan yang etis Pengantar untuk periode konsultasi publik 10 Oktober 11 Desember, 2017 Selamat Datang! Terimakasih untuk perhatian anda

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO RSPO NPP (NPP 2015) PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Disahkan oleh Dewan Gubernur pada tanggal 20 November 2015 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Kode referensi dokumen: Cakupan geografis: Internasional

Lebih terperinci

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO

Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO Konsultasi Publik Prosedur Remediasi & Kompensasi RSPO 14 th Sept 2015 Sari Pan Pacific Hotel, Jakarta PREPARED BY: kompensasi Task Force Prosedur Remediasi and Kompensasi RSPO terkait Pembukaan Lahan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Ringkasan Eksekutif Bismart Ferry Ibie Nina Yulianti Oktober 2016 Nyahu Rumbang Evaphilo Ibie RINGKASAN EKSEKUTIF Kalimantan Tengah berada di saat

Lebih terperinci

Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015

Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015 PEDOMAN RSPO BAGI PETANI MANDIRI DALAM MENGELOLA Nilai Konservasi Tinggi (NKT) DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT YANG TELAH BERDIRI (Kriteria 5.2) Pedoman bagi Manajer Kelompok Versi 2.4, 09 Desember 2015 RSPO-GUI-T06-007

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF

PELAKSANAAN PARTICIPATORY MAPPING (PM) ATAU PEMETAAN PARTISIPATIF Halaman: 1 dari 7 MAPPING (PM) ATAU Dibuat Oleh Direview Oleh Disahkan Oleh 1 Halaman: 2 dari 7 Riwayat Perubahan Dokumen Revisi Tanggal Revisi Uraian Oleh 2 Halaman: 3 dari 7 Daftar Isi 1. Tujuan... 4

Lebih terperinci

PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia

PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia. Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi di Indonesia Oleh: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia Diterbitkan oleh: Tropenbos International Indonesia Programme PANDUAN IDENTIFIKASI Kawasan

Lebih terperinci

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF

PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF PENILAIAN NILAI KONSERVASI TINGGI RINGKASAN EKSEKUTIF PT Inhutani II adalah BUMN Holding Kehutahan di luar Jawa, dengan aktivitas bisnis utama meliputi pengusahaan hutan alam, pengusahaan hutan tanaman,

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

PANDUAN SMART WIDYA ARTHA 2013

PANDUAN SMART WIDYA ARTHA 2013 PANDUAN SMART WIDYA ARTHA 2013 KETENTUAN UMUM a) SMART Widya Artha SMART Widya Artha merupakan program dana bantuan penelitian tugas akhir/skripsi untuk mahasiswa S1, yang diberikan oleh PT SMART Tbk (merupakan

Lebih terperinci

Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit. 8, 9 dan 10 Agustus

Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit. 8, 9 dan 10 Agustus Skema Penilai berlisensi (ALS): Introduksi untuk pengusaha (grower) Kelapa Sawit 8, 9 dan 10 Agustus Agenda Sejarah ALS, Tujuan dan Strategi Pemberian Lisensi Review Laporan penilaian High Conservation

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 41 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

Pengenalan High Conservation Value (HCV)

Pengenalan High Conservation Value (HCV) Pengenalan High Conservation Value (HCV) Regulasi Terkait HCV 1. Undang-undang No. 41 Tahun 1999, tentang Kehutanan 2. Undang-undang No. 5 Tahun 1990, tentang Konservasi SDAH dan Ekosistem 3. Undang-undang

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG TAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI

LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Laporan ini berisi Kata Pengantar dan Ringkasan Eksekutif. Terjemahan lengkap laporan dalam Bahasa Indonesia akan diterbitkan pada waktunya. LAPORAN PENELITIAN HUTAN BER-STOK KARBON TINGGI Pendefinisian

Lebih terperinci

6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai

6. PERSIAPAN KERJA. 6.1 Penyiapan / Penentuan Tim Penilai 6. PERSIAPAN KERJA Penilaian NKT harus dipersiapkan secara terencana dan hati-hati, karena hal ini nantinya akan menentukan keberhasilan dan kemudahan pelaksanaan kegiatan di lapangan serta kelengkapan,

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35/PERMEN-KP/2013 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Untuk Knowledge Sector Initiative Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal Nomor Permintaan Aplikasi: 01/KSI/SG-S/Des/2014 Tanggal Mulai dan Penutupan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 33 TAHUN 2014 T E N T A N G PENGELOLAAN KAWASAN BERNILAI KONSERVASI TINGGI DALAM USAHA PERKEBUNAN DI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL

TAHAPAN PENILAIAN AMDAL LAMPIRAN VI PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG TATA LAKSANA PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP SERTA PENERBITAN IZIN LINGKUNGAN A. UMUM TAHAPAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM PERATURAN DIREKTUR JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM NOMOR : P. 11/KSDAE/SET/KSA.0/9/2016

Lebih terperinci

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28

2.8 Kerangka Pemikiran Penelitian Hipotesis.. 28 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN PRAKATA DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN.. ix INTISARI... x ABSTRACK... xi I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional

HELP A B C. PRINSIP CRITERIA INDIKATOR Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional 1 2 5 6 Prinsip 1. Kepatuhan hukum dan konsistensi dengan program kehutanan nasional mengikuti peraturan pemerintah dan konvensi/persetujuan internasional yang diratifikasi secara nasional mengikuti, dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2.

DAFTAR ISI TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR SUBSTANSI DALAM PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. 2. DAFTAR ISI Halaman: Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III LAMPIRAN IV...... TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR 1. Umum 2. Lampiran 1a: Wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.14/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2017 TENTANG TATA CARA INVENTARISASI DAN PENETAPAN FUNGSI EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI)

KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) 1 KERUSAKAN MANGROVE SERTA KORELASINYA TERHADAP TINGKAT INTRUSI AIR LAUT (STUDI KASUS DI DESA PANTAI BAHAGIA KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI) Tesis Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

Tinjauan Perkebunan FSC

Tinjauan Perkebunan FSC Tinjauan Perkebunan FSC - ringkasan dari Tahap Kebijakan Anders Lindhe Process co-ordinator Latar Belakang Keprihatinan Di dalam FSC : - standard mendukung perkebunan daripada hutan alam - standard tidak

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1

PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS. Agustus 2017 Versi 1 PROSEDUR PENANAMAN BARU RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi Kelompok RSPO untuk Produksi TBS Agustus 2017 Versi 1 1 Nama dokumen: Prosedur Penanaman Baru RSPO Panduan bagi Petani dalam Sertifikasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru

Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru Prosedur Penilaian GHG untuk Penanaman Baru RSPO secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada: i. Para Anggota dari Kelompok Kerja Pengurangan Emisi RSPO ii. Perusahaan anggota RSPO yang ikut serta

Lebih terperinci

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN:

(APP) (5 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL DIKELUARKAN: Evaluasi Independen terhadap Perkembangan Pemenuhan Komitmen Asia Pulp and Paper (APP) sesuai Kebijakan Konservasi Hutan (Forest Conservation Policy/FCP) Perusahaan (5 Februari 2013) RENCANA EVALUASI TANGGAL

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah:

Rangkuman dari isu isu yang dijabarkan dalam laporan studi tersebut dalam kaitannya dengan komitmen kebijakan FCP APP adalah: Laporan Verifikasi Keluhan melalui Laporan yang dibuat oleh FPP, Scale UP & Walhi Jambi berjudul Pelajaran dari Konflik, Negosiasi dan Kesepakatan antara Masyarakat Senyerang dengan PT Wirakarya Sakti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun keberadaan tanaman ini telah masuk hampir ke semua sektor kehidupan. Kondisi ini telah mendorong semakin meluasnya

Lebih terperinci

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 49/Menhut-II/2008 TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat di dalam dan sekitar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

2 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembar

2 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan (Lembar No.1442, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Inventasrisasi Potensi. Kawasan Suaka Alam. Kawasan Pelestarian Alam. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.81/Menhut-II/2014

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR

FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN BAGIAN A DATA PELAPOR FORMULIR PENGAJUAN KELUHAN Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) adalah organisasi nirlaba yang didirikan dengan visi mentransformasi pasar untuk menjadikan minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) Lampiran I Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 08 Tahun 2006 Tanggal : 30 Agustus 2006 PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 267, 2000 LINGKUNGAN HIDUP.TANAH.Pengendalian Biomasa. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5794. KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 326). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Habitat merupakan lingkungan tempat tumbuhan atau satwa dapat hidup dan berkembang biak secara alami. Kondisi kualitas dan kuantitas habitat akan menentukan komposisi,

Lebih terperinci

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP

PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP PERUNDANG-UNDANGAN LINGKUNGAN HIDUP Yang pertama muncul di Indonesia: UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO. 4 TAHUN 1982 (UULH) Tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Sekarang disempurnakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.29/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN PERIKANAN DI BIDANG PENANGKAPAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian.

III METODOLOGI. Gambar 2. Peta lokasi penelitian. III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kawasan Gunung Kapur Cibadak Ciampea Bogor, Propinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian terlihat pada Gambar 2. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012

Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Penjelasan Teknis Penyusunan Naskah Konsep Bandar Lampung 2012 Supriyanto (MercyCorps), Erwin Nugraha (MercyCorps) Kamis, 9 Agustus 2012 di ruang rapat BAPPEDA Kota Bandar Lampung 1 1. Pendahuluan: skema

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu kawasan hutan hujan tropis dengan tingkat keanekaragaman yang tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan kawasan pelestarian alam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Ekosistem gambut. Perlindungan. Pengelolaan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 10/PRT/M/2015 TANGGAL : 6 APRIL 2015 TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR BAB I TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA

Lebih terperinci

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan

1. Membangun kemitraan dengan masyarakat dan pemangku kepentingan KODE UNIT : O.842340.003.01 JUDUL UNIT : Menjalin Hubungan yang Positif dengan Pemangku Kepentingan DESKRIPSI UNIT : Unit ini menjelaskan keterampilan, pengetahuan, dan Sikap kerja yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai 17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 o LU - 11 o LS, dan 97 o BT - 141 o BT. Secara geografis

Lebih terperinci

Pertanyaan Umum (FAQ):

Pertanyaan Umum (FAQ): Pertanyaan Umum (FAQ): Persyaratan dan Panduan Sistem Manajemen RSPO untuk Kelompok Produksi TBS (Versi AKHIR, Maret 2016) Untuk diperhatikan: dokumen FAQ ini akan diperbaharui secara berkala setelah menerima

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.209, 2014 LINGKUNGAN HIDUP. Ekosistem gambut. Perlindungan. Pengelolaan.(Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN EKOSISTEM GAMBUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.7/MENLHK/SETJEN/KUM.1/2/2018 TENTANG PEDOMAN KAJIAN KERENTANAN, RISIKO, DAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi I. Keanekaragaman hayati UU No. 5, 1990 Pasal 21 PP No. 68, 1998 UU No. 41, 1999 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengawetan keanekaragaman hayati serta ekosistemnya melalui Cagar Alam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P. 36/Menhut-II/2010 TENTANG TIM TERPADU DALAM RANGKA PENELITIAN PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL

Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Komite Penasihat Pemangku Kepentingan (SAC) terhadap Kebijakan Pengelolaan Hutan Keberlanjutan (SFMP 2.0) APRIL Rapat SAC ke-10 di Pangkalan Kerinci, Riau - Indonesia, 23-25 Mei 2017 ANGGOTA SAC TURUT

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan hasil kajian Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) tahun 2001 mengenai perubahan iklim, yaitu perubahan nilai dari unsur-unsur iklim dunia sejak tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.79/Menhut-II/2014 TENTANG PEMASUKAN SATWA LIAR KE TAMAN BURU DAN KEBUN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.79/Menhut-II/2014 TENTANG PEMASUKAN SATWA LIAR KE TAMAN BURU DAN KEBUN BURU PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.79/Menhut-II/2014 TENTANG PEMASUKAN SATWA LIAR KE TAMAN BURU DAN KEBUN BURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2013 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka Konservasi Rawa, Pengembangan Rawa,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci