BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN"

Transkripsi

1 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2 KATA PENGANTAR Penyusunan LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) sebagai salah satu instansi pemerintah merupakan pertanggungjawaban terhadap akuntabilitas kinerjanya sesuai dengan tugas pokok, fungsi, dan kewenangan pengelolaan sumberdaya yang ditetapkan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan Inpres No. 7 Tahun 1999 yang mengamanatkan setiap instansi pemerintah wajib menyusun LAKIP setiap akhir tahun anggaran.sesuai keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian mengemban mandat untuk membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan Balai/Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (B/LPTP). Oleh karena itu, BB Pengkajian juga berkewajiban untuk melaporkan akuntabilitas kinerja BPTP secara keseluruhan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan berkontribusi dalam penyusunan laporan ini disampaikan terima kasih. Harapan kami, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi BB Pengkajian dan BPTP dalam perbaikan kinerja ke depan. Kepala Balai Besar, Dr.Ir. Abdul Basit, MS Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR IKHTISAR EKSEKUTIF I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 I.2. Tugas, Fungsi, dan Organisasi Balai Besar Pengkajian 3 I.3. Tujuan 5 II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II.1. Visi dan Misi 7 II.2. Tujuan dan Saran 7 II.3. Dinamika Lingkungan Strategis dalam Pencapaian Tujuan dan Sasaran 8 II.4. Perencanaan Kinerja 10 II.5. Perjanjian Kinerja 12 III. AKUNTABILITAS KINERJA III.1. Akuntabilitas Kinerja BB PENGKAJIAN 20 III.2. Pengukuran Capaian Kinerja Tahun III.3. Analisis Capaian Kinerja 25 IV. AKUNTABILITAS KEUANGAN 95 V. PENUTUP 101 LAMPIRAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 118

4 IKHTISAR EKSEKUTIF Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB Pengkajian) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada dibawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 301/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, BB PENGKAJIAN memiliki tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian. Sebagai bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan, BB PENGKAJIAN diwajibkan untuk melakukan evaluasi terhadap kinerjanya yang dituangkan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) BB PENGKAJIAN TA Sesuai dengan rencana stratejik BB Pengkajian tahun , pada tahun 2014 mengimplementasikan satu kegiatan prioritas Program Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing untuk mencapai lima sasaran strategis yang akan dicapai yaitu 1) Tercapainya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, 2) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, 3) Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, 4) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi, dan 5) Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional dibidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian. Berdasarkan pengukuran capaian kinerja, rata-rata capaian realisasi sebesar 100 persen. Secara keseluruhan realisasi capaian ini menunjukkan bahwa seluruh kegiatan BB PENGKAJIAN telah dilakukan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. Dari aspek pengelolaan anggaran, pada tahun 2014 BB PENGKAJIAN berdasarkan revisi anggaran terakhir, mengelola anggaran sebesar Rp , terdiri dari pagu belanja pegawai sebesar Rp ; pagu belanja barang operasional sebesar Rp ,- ; pagu belanja barang non operasional Rp ,-; serta pagu belanja modal sebesar Rp ,-. Adapun realisasi keuangan atas dasar SP2D sampai dengan akhir TA sebesar Rp ,- (93,54%). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

5 Keberhasilan capaian kinerja pada tahun 2014 antara lain disebabkan oleh: (1) kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu, (2) intensifnya kegiatan pertemuan masing-masing tim penanggung jawab, serta (3) sumbangsih substansi teknis dari para narasumber dalam forum seminar proposal dan pertemuan lainnya. Namun demikian, dalam pencapaian indikator kinerja pada tahun 2014 masih dijumpai beberapa kendala yang secara aktif telah diupayakan untuk diperbaiki oleh seluruh jajaran BB PENGKAJIAN dengan mengoptimalkan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi serta sosialisasi peningkatan kapabilitas dan pembinaan program. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

6 I.PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi pada Tahun Anggaran 2014 dan alat kendali serta alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan pemerintahan. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) BB PENGKAJIAN Tahun 2014 merupakan LAKIP tahun keempat pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun , yang merupakan tahun akhir penuntasan kinerja periode LAKIP BB PENGKAJIAN yang disusun mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, serta Rencana Strategis Badan Litbang Pertanian. Fungsi LAKIP antara lain adalah sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi BB PENGKAJIAN menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat, Inpres No. 7 Tahun 1999 pada dasarnya mengamanatkan setiap instansi pemerintah sebagai unsur penyelenggara manajeman pemerintahan wajib untuk membuat laporan LAKIP pada setiap akhir tahun anggaran. Inpres ini diperbaharui dengan Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara No. 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan PERMENPAN dan RB No. 29 Tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Petunjuk Teknis dari inpres tersebut adalah Surat Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 239 Tahun 2003 tentang Tata Cara Penyusunan Laporan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Dalam pelaksanaannya kinerja instansi suatu pemerintahan juga perlu dilakukan evaluasi. Evaluasi merupakan suatu aplikasi penilaian yang sistematis terhadap konsep, desain, implementasi, dan manfaat aktivitas dan program dari suatu instansi pemerintah. Evaluasi juga dilakukan untuk menilai dan meningkatkan cara-cara dan kemampuan berinteraksi instansi pemerintah yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerjanya. Evaluasi yang dilakukan untuk mengukur kinerja dari instansi pemerintah adalah Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Evaluasi ini merupakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1

7 perkembangan dari suatu riviu atas kinerja organisasi dengan dukungan informasi dan pengumpulan data melalui riset terapan (applied research) sehingga hasil evaluasi akan lebih komprehensif untuk melihat organisasi dan kontribusinya pada peningkatan kinerja pemerintahan secara keseluruhan. Pola pendekatan yang demikian akan mendukung simpulan hasil evaluasi yang lebih menyeluruh (makro) sehingga dapat menghindari resiko bias yang besar. Di dalam penyusunan LAKIP mengacu pada Pengukuran Kinerja. Dalam pengukuran kinerja dilakukan pembandingan antara kinerja yang sesungguhnya pada suatu periode atau pada saat pengukuran dilakukan dengan suatu pembanding tertentu, misalnya, dibandingkan dengan rencana, standar, atau benchmark tertentu. Sedangkan evaluasi berupaya lebih jauh untuk menemukan penjelasan-penjelasan atas outcome yang diobservasi dan memahami logikalogika di dalam intervensi publik. Sistem pengukuran kinerja yang didesain dengan baik, sering diidentifikasikan sebagai salah satu bentuk dari evaluasi. Menurut Rider Dale (2004), Evaluasi dari kinerja suatu pekerjaan dapat dilaksanakan selama pelaksanaan program atau setelah program itu selesai dilaksanakan, tergantung dari tujuan evaluasi. Secara keseluruhan, evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi formatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja program yang dievaluasi melalui pembelajaran dari pengalaman yang diperoleh. Sementara itu evaluasi sumatif dilaksanakan setelah pekerjaan selesai dilaksanakan atau evaluasi dari sesuatu program secara keseluruhan. Adapun LAKIP adalah suatu kegiatan evaluasi untuk menilai konsep dari suatu program serta desain dan manajemen. Dalam pelaksanaannya dilakukan evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan penerapan manajemen kinerja pada sektor publik yang sejalan dan konsisten dengan penerapan reformasi birokrasi dan berorientasi pada pencapaian outcomes dan upaya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Menurut Azwar Abubakar, bahwa SAKIP merupakan integrasi dari sistem perencanaan, sistem penganggaran dan sistem pelaporan kinerja, yang selaras dengan pelaksanaan sistem akuntabilitas keuangan. Output akhir dari SAKIP adalah LAKIP, yang menggambarkan kinerja yang dicapai oleh suatu instansi pemerintah atas pelaksanaan program dan kegiatan yang dibiayai APBN/APBD. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2

8 Gambar 1 : Mekanisme Evaluasi Kinerja Evaluasi untuk penilaian LAKIP meliputi 5 komponen yaitu adalah perencanaan kinerja yang terdiri dari renstra, rencana kinerja tahunan, dan penetapan kinerja (bobot 35), pengukuran kinerja, yang meliputi pemenuhan pengukuran, kualitas pengukuran, dan implementasi pengukuran (bobot 20), pelaporan kinerja yang merupakan komponen ketiga, terdiri dari pemenuhan laporan, penyajian informasi knerja, serta pemanfaatan informasi kinerja (bobot 15), evaluasi kinerja yang terdiri dari pemenuhan evaluasi, kualitas evaluasi, dan pemanfaatan hasil evaluasi (bobot 10), dan pencapaian kinerja terdiri dari kinerja yang dilaporkan (output dan outcome), dan kinerja lainnya (bobot 20). Nilai tertinggi dari evaluasi LAKIP adalah AA (memuaskan) skor , sedangkan A (sangat baik) skor 75-85, B (baik) skor 65-75, CC (cukup baik) skor 50 65, C (agak kurang) skor 30 50, dan nilai D (kurang) skor I.2 Tugas, Fungsi, dan Organisasi Balai Besar Pengkajian Tugas utama BB Pengkajian adalah melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian. Dalam melaksanakan tugas pokoknya BB Pengkajian memiliki fungsi sebagai berikut : (a) Pelaksanaan penyusunan program, rencana kerja, anggaran, evaluasi dan laporan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian (b) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan norma dan standar metodologi pengkajian dan pengembangan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 3

9 pertanian (c) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan paket teknologi unggulan (d) Pelaksanaan pengkajian dan pengembangan model teknologi pertanian regional dan nasional (e) Pelaksanaan analisis kebijakan teknologi pertanian (f) Pelaksanaan kerjasama dan pendayagunaan hasil pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian (g) Pelaksanaan pengembangan sistim informasi hasil pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian (h) Pengelolaan urusan kepegawaian, keuangan, rumah tangga dan perlengkapan. Guna menyinergikan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian yang mempunyai keunggulan di tingkat nasional, maka BB Pengkajian mengoordinasikan kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian yang bersifat spesifik lokasi. Disamping melaksanakan tugas pokoknya, sesuai dengan keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 161/2006, BB Pengkajian diberi mandat untuk membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan pengkajian, pengembangan, dan perakitan teknologi spesifik lokasi yang dilakukan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian (LPTP), serta mempercepat pemasyarakatan inovasi teknologi yang telah dihasilkan oleh Unit Kerja/Unit Pelaksana Teknis (UK/UPT) lingkup Badan Litbang Pertanian. Pemberian mandat BB Pengkajian untuk melakukan koordinasi dan pembinaan terhadap BPTP/LPTP terkait erat dengan tekad Badan Litbang Pertanian untuk mengakselerasi pemasyarakatan inovasi teknologi pertanian yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian maupun lembaga penelitian dan pengembangan lain yang ada di Indonesia. Fungsi koordinasi dan pembinaan terhadap BPTP/LPTP dilaksanakan BB Pengkajian dengan memanfaatkan jaringan penelitian dan pengembangan lingkup Badan Litbang Pertanian dan lembaga litbang lainnya. Struktur organisasi BB Pengkajian diatur berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Pimpinan tertinggi adalah Kepala Balai Besar Pengkajian, membawahi Kabag Tata Usaha (TU), Kabid Program dan Evaluasi, Kabid Kerjasama dan Pendayagunaan Hasil Pengkajian (KSPHP). Kabag TU membawahi Kasubbag Rumah Tangga, Kasubbag Kepegawaian, dan Kasubbag Keuangan dan Perlengkapan. Kabid PE membawahi Kasie Program dan Kasie Monev. Sedangkan Kabid KSPHP membawahi Kasie Kerjasama Pengkajian dan Kasie Pendayagunaan Hasil Pengkajian. Sementara itu Kelompok Jabatan Fungsional berada langsung di bawah Kepala Balai Besar Pengkajian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 4

10 Pengelolaan sumberdaya penelitian merupakan prasyarat utama untuk mendukung kinerja Balai Besar Pengkajian. Pada tahun 2014 tercatat sebanyak pegawai lingkup BB Pengkajian yang tersebar di 31 BPTP dan 2 Loka Pengkajian. Sebanyak 823 orang merupakan fungsional peneliti, 337 orang penyuluh, dan 131 orang adalah perekayasa. Jumlah Pegawai BBP2TP Tahun Jumlah Peneliti, Penyuluh Pertanian dan Teknisi Litkayasa Tahun Jumlah Pegawai Jumlah Pegawai Peneli Penyuluh Litkayasa Gambar 2. Sebaran SDM per BPTP I.3 Tujuan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BB PENGKAJIAN) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang berada di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Kementerian Pertanian. Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian No. 301/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, BB PENGKAJIAN memiliki tugas melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian. Sebagai salah satu unit kerja mandiri yang berada dibawah Badan Litbang Pertanian, maka BB Pengkajian memiliki kewajiban utnuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja yang telah dilaksanakan atas pelaksanaan DIPA Tahun Dengan demikian tujuan penyusunan LAKIP BB Pengkajian adalah sebagai berikut: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 5

11 a. Mendeskripsikan pencapaian sasaran kinerja pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi b. Menganalisis senjang (gap) pencapaian kinerja dengan rencana kinerja pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi c. Menganalisis langkah-langkah operasional peningkatan kinerja pengkajian dan diseminasi inovasi pertanian spesifik lokasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 6

12 II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA II.1 Visi dan Misi Visi BB PENGKAJIAN merupakan bagian integral dari visi pertanian dan perdesaan 2020; ruh, visi, dan misi pembangunan pertanian ; serta visi dan misi Badan Litbang Pertanian yang dirumuskan untuk menggali dan menyampaikan persepsi yang sama mengenai masa depan pembangunan pertanian dan perdesaan. Persepsi tersebut diwujudkan dalam bentuk komitmen jajaran BB PENGKAJIAN dalam merealisasikan tujuannya. Oleh karena itu, visi BB PENGKAJIAN harus mengakomodir situasi dan perkembangan di masa depan sesuai dengan dinamika lingkungan strategis dan harus mampu menjadi salah satu akselerator pembangunan pertanian dan perdesaan. Berdasarkan hal tersebut, BB PENGKAJIAN menetapkan Visi yaitu Pada tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi bertaraf internasional Sedangkan misi BB PENGKAJIAN merupakan pernyataan mengenai garis besar kiprah utama BB PENGKAJIAN dalam mewujudkan visi di tersebut. Untuk itu, BB PENGKAJIAN menetapkan Misi sebagai berikut: 1. Menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian spesifik lokasi. 2. Menghasilkan rekomendasi kebijakan percepatan pembangunan pertanian melalui inovasi pertanian spesifik lokasi. 3. Mengembangkan komunikasi program dan kebijakan pembangunan pertanian wilayah. 4. Mengembangkan jejaring pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi dengan lembaga penelitian/pengkajian di tingkat nasional dan internasional. II.2 Tujuan dan Sasaran Tujuan : Sesuai mandat Badan Litbang Pertanian kepada BB PENGKAJIAN untuk melakukan pengkajian dan pengembangan teknologi pertanian, mengkoordinasikan dan membina BPTP/LPTP, maka tujuan BB PENGKAJIAN adalah: 1. Meningkatkan ketersediaan inovasi pertanian spesifik lokasi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 7

13 2. Meningkatkan penyebarluasan, adopsi, dan komunikasi inovasi pertanian spesifik lokasi. 3. Meningkatkan sinergi operasional dan manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. 4. Meningkatkan rekomendasi kebijakan pembangunan pertanian yang berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi. 5. Meningkatkan kapasitas kelembagaan, kompetensi pengkajian, dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. Sasaran : a) Tersedianya inovasi pertanian spesifik lokasi. b) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian spesifik lokasi. c) Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian spesifik lokasi. d) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi. e) Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian. II.3 Dinamika Lingkungan Strategis dalam Pencapaian Tujuan dan Sasaran Perubahan lingkungan strategis terkait dengan kebijakan di bidang pertanian baik global maupun domestik secara langsung maupun tidak langsung telah dan akan berpengaruh terhadap perkembangan sektor pertanian di Indonesia, sehingga menjadi perlu untuk mengidentifikasi berbagai perubahan lingkungan strategis tersebut, untuk dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan dan program pembangunan pertanian domestik, khususnya dalam kegiatan penelitian dan pengembangan pertanian. Beberapa perubahan lingkungan strategis yang mempengarudi program dan kegiatan khusunya Lingkup Balai Besar Pengkajian antara lain Pertemuan Bukittinggi yang membahas kebijakan pendampingan padi, jagung, kedelai, sapi dalam skala pendampingan Laboratorum Lapang, kegiatan pendampingan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 8

14 kawasan hortikultura dengan fokus pada pengembangan bawang merah dan cabai merah untuk mengantisipasi kekurangan stok komoditas tersebut. Aspek lain yang mempengaruhi kebijakan program dan kegiatan di Balai Besar Pengkajian khususnya kegiatan pengkajian adalah Sistem Inovasi Nasional, yang dicanangkan oleh Kemeterian Riset dan Teknologi. Dari aspek kegiatan pengkajian di daerah khususnya yang menghasilkan kegiatan pengkajian spesifik lokasi, arah kegiatan pengkajian dan pengembangan inovasi tersebut hendaknya bersinergi dengan Sistem Inovasi Daerah yang dicanangkan di masing-masing Provinsi. Dari aspek kebijakan global yang berpengaruh kepada program dan kegiatan bidang pertanian yaitu Penerapan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada tahun 2015, menuntut komoditas pertanian untuk lebih memiliki daya saing di pasar global, khususnya pasar ASEAN. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan yang diciptakan dari kegiatan pengkajian dan pengembangan inovasi harus mendukung kearah penciptaan Good Agricultural Practises (GAP). Kegiatan pengkajian dan pengembangan teknologi spesifik lokasi akan lebih diarahkan pada perakitan inovasi pertanian spesifik agroekosistem yang menghasilkan komoditas berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun pasar internasional dalam rangka mengakselerasi pembangunan pertanian wilayah. Isu sentral yang berkaitan dengan peran BPTP adalah lambannya diseminasi inovasi pertanian dan belum intensifnya pemanfaatan inovasi yang dihasilkan oleh Balai Penelitian Nasional. Untuk mempercepat proses diseminasi, maka kinerja BPTP yang diharapkan antara lain melakukan pengkajian dan pengembangan inovasi yang mudah dilihat oleh petani dan masyarakat luas, termasuk pemerintah daerah. Beberapa kinerja kegiatan yang diharapkan dapat dilaksanakan ke depan, diantaranya: 1. Kinerja pendampingan teknologi dalam upaya pencapaian target swasembada beras nasional yang didukung melalui kegiatan pendampingan SLPTT di 32 Provinsi serta sinergi pelaksanaan kegiatan KRPL dengan Badan Ketahanan Pangan Kemetrian Pertanian. 2. Diseminasi hasil-hasil pengkajian dan kebijakan lingkup BBP2TP melalui implementasi konsep SDMC (Sistem Diseminasi Multi Channel) melalui kegiatan model-model pengembangan inovasi pertanian antara lain m-p3mi dan m-ap2rl serta Laboratorium Lapang, lebih merupakan implementasi inovasi dalam skala ekonomis/skala luas. Keterkaitan antara BPTP sebagai Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 9

15 penghasil teknologi spesifik lokasi perlu disebarluaskan melalui saluran diseminasi dalam bentuk media dan teknologi, serta Pemda/Penyuluh daerah diharapkan akan tercipta sinergisme kerja. Perumusan visi dan misi BB Pengkajian yang tertuang dalam Rencana Strategis lima tahun ke depan mengacu pada Renstra Badan Litbang Pertanian yang juga mendukung Renstra Kementerian Pertanian. BB Pengkajian juga berkomitmen untuk melakukan kontrol kualitas secara intensif pada setiap level manajemen yang mencakup perencanaan, pelaksanaan penelitian dan pelaporan. II.4 Perencanaan Kinerja BB Pengkajian sebagai institusi pemerintah yang bersentuhan langsung dengan pengguna dan pemangku kepentingan di berbagai level terutama di daerah, dituntut untuk berperan secara nyata apa, bagaimana, serta dimana kegiatan tersebut telah dilaksanakan, termasuk hasil-hasil kegiatan pengkajian dan diseminasi lingkup BB Pengkajian. Berbagai program yang dilakukan oleh BB Pengkajian untuk mendukung empat sukses Kementerian Pertanian yaitu: a) Pencapaian swasembada dan swasembada berkelanjutan, b) Peningkatan diversifikasi pangan, c) Peningkatan nilai tambah dan daya saing ekspor, dan d) Peningkatan kesejahteraan petani. Sejalan dengan mekanisme perencanaan seperti tertuang dalam Undangundang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka Rencana Kinerja Tahun 2013 merupakan penjabaran dari rencana kerja (Renja). Renja merupakan rencana kerja tahunan di tingkat kementerian atau lembaga yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Sementara RKP merupakan rencana kerja pemerintah tahunan (annual plan) yang merupakan bagian integral dari perencanaan pembangunan Kementerian jangka menengah (RPJM Kementerian), yang terdokumentasikan dalam Renstra. Program Badan Litbang periode adalah Penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing. Sejalan dengan hal tersebut, sesuai dengan anggaran yang telah dialokasikan dalam Rencana Kinerja Anggaran Kementerian dan Lembaga (RKA-KL) pada tahun 2014, lingkup BB PENGKAJIAN telah mengimplementasikan Kegiatan Prioritas Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian melalui beberapa kegiatan utama dan indikator kinerja, yang berdasarkan RKA-KL dan POK (Petunjuk Operasional Kinerja) lingkup BB PENGKAJIAN Tahun 2014, telah disusun Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Penyusunan Rencana kinerja kegiatan tersebut diselaraskan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 10

16 dengan sasaran Renstra Balai Besar Pengkajian Rencana Kinerja tersebut memuat Sasaran strategis kegiatan yang akan dilaksanakan; Indikator Kinerja berupa hasil yang akan dicapai secara terukur, efektif, efisien, dan akuntabel; serta target yang akan dihasilkan. Selanjutnya RKT yang telah disusun ditetapkan menjadi Penetapan Kinerja (PK) guna mendorong pengembangan menuju Good Governance. Adapun matriks RKT kegiatan Balai Besar Pengkajian disajikan pada tabel berikut. Tabel 1. Rencana Kinerja Tahunan BB Pengkajian Tahun 2014 No Sasaran Strategis 1 Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi 2 Terdisiminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi 3 Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Indikator Outcome/Indikator Target Kegiatan Jumlah teknologi spesifik lokasi 125 Teknologi Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna Jumlah kegiatan pendampingan model diseminasi spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah 1. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis 2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana 3. Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 4. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001: Jumlah Laboratorium yang terfungsikan secara produktif 6. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif 7. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang diberdayakan 8. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional 9. Jumlah website yang ter-update secara berkelanjutan 320 Teknologi 130 Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 11

17 No Sasaran Strategis 4 Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi 5 Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian Indikator Outcome/Indikator Kegiatan Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian. Jumlah kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian. Target 68 Rekomendasi 34 Dokumen II.5 Perjanjian Kinerja Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel, Balai Besar Pengkajian terus berupaya meningkatkan akuntabilitas kinerja yang meliputi efisiensi masukan (input), kualitas perencanaan dan pelaksanaan (proses), keluaran (output), dan outcome. Sejalan dengan dinamika kebijakan perencanaan yang ditetapkan dengan melihat kebutuhan stakeholder (bottom up) serta program di level pusat (top down), maka umpan balik (feedback) yang diperoleh dari proses perencanaan dan operasionalisasi program/kegiatan di BB Pengkajian disesuaikan dengan tuntutan dan dinamika yang ada serta alokasi penganggaran yang tertuang dalam DIPA. Dengan demikian, Rencana Kinerja yang telah ditetapkan kemudian disahkan menjadi kontrak Kinerja BB Pengkajian untuk Tahun 2014 melalui Penetapan Kinerja Tahunan, yang merupakan wujud komitmen perjanjian kinerja sebagai tolok ukur keberhasilan dan dasar evaluasi akuntabilitas kinerja Balai Besar Pengkajian (tabel 2). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 12

18 Tabel 2. Penetapan Kinerja BB Pengkajian Tahun 2014 No Sasaran Strategis 1 Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi 2 Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi 3 Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Indikator Outcome/Indikator Target Kegiatan Jumlah teknologi spesifik lokasi 250 Teknologi Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran 1. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis 2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana 3. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001: Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 5. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional 6. Jumlah Laboratorium yang terfungsikan secara produktif 7. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif 8. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang terfungsikan secara produktif 9. Jumlah website yang terupdate secara berkelanjutan 10. Jumlah juklak/juknis 330 Teknologi 216 Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 13

19 No Sasaran Strategis 4 Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan) 5 Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Indikator Outcome/Indikator Kegiatan Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional. Target 32 laporan 52 Rekomendasi Mencermati Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja Tahunan (PKT) Tahun 2014, terdapat senjang target Indikator Kinerja jumlah teknologi spesifik lokasi sebesar 125 teknologi (50%). Hal ini disebabkan karena adanya dinamisasi kebijakan penganggaran sebagai respon terhadap kebutuhan stakeholder di daerah untuk penciptaan teknologi spesifik lokasi serta mendukung pembangunan pertanian wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya yang tersedia. Demikian pula untuk Indikator Kinerja Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan Kepada Pengguna/Stakeholder, terjadi senjang target sebesar 10 teknologi yang didiseminasikan (3,125%). Adapun faktor yang menyebabkan peningkatan target dimaksud antara lain ketersediaan teknologi di balai-balai penelitian nasional lingkup Badan Litbang Pertanian maupun inovasi pertanian spesifik lokasi di BPTP mengalami penderasan diseminasi, terutama sejak implementasi Spektrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Demikian pula untuk indikator lainnya juga mengalami senjang target pencapaian output, mengingat besarnya harapan pengguna dan stakeholder lainnya terhadap inovasi teknologi spesifik lokasi. Alokasi anggaran untuk melaksanakan Perjanjian Kinerja pada tahun 2014 sebesar Rp ,- yang dialokasikan untuk 34 Unit Kerja, termasuk Satker BBP2TP. Adapun rincian pagu anggarn per Output kegiatan lingkup Balia Besar Pengkajian selama Periode sebagaimana pada Tabel 3 berikut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 14

20 Tabel 3. Pagu Anggaran berdasarkan Output Kegiatan Lingkup BB Pengkajian TA KODE OUTPUT KEGIATAN PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian , , , , , Laporan Pengelolaan Satker ,4 6, ,4 6, ,4 6, ,4 6, ,2 7, Peningkatan Kapasitas SDM 403,3 0,08 403,3 0,08 403,3 0,08 403,3 0,08 0, Laporan kerjasama, pengkajian, pengembangan, dan pemanfaatan inovasi pertanian 4.173,1 0, ,1 0, ,1 0, ,1 0, ,0 0, Laporan koordinasi dan sinkronisasi kegiatan satker 6.637,1 1, ,1 1, ,1 1, ,1 1, ,5 1, Pengelolaan Website/Database/Kepustakaan 0,00 0,00 0,00 0,00 0, Teknologi Spesifik Lokasi ,2 6, ,2 6, ,2 6, ,2 6, ,6 6, Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian 2.894,2 0, ,2 0, ,2 0, ,2 0, ,3 0, Pengelolaan Instalasi Pengkajian 3.502,0 0, ,0 0, ,0 0, ,0 0, ,3 0, Peningkatan Mutu Manajemen Satker 67,0 0,01 67,0 0,01 67,0 0,01 67,0 0,01 0, Teknologi yang terdiseminasikan ke pengguna ,2 13, ,2 13, ,2 13, ,2 13, ,04 3,71 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 15

21 KODE OUTPUT KEGIATAN PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % PAGU (RP. Juta) % Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional ,9 4, ,9 4, ,9 4, ,9 4, ,3 11, Bangunan 1.784,4 0, ,4 0, ,4 0, ,4 0,34 0, Peralatan 2.387,4 0, ,4 0, ,4 0, ,4 0,45 0, Kendaraan 1.890,9 0, ,9 0, ,9 0, ,9 0,36 0, Pengadaan Buku 684,1 0,13 684,1 0,13 684,1 0,13 684,1 0, , Produksi benih ,2 2, ,2 2, ,2 2, ,2 2, ,1 6, Layanan Perkantoran ,5 44, ,5 44, ,5 44, ,5 44, ,8 51, Kendaraan bermotor 6.078,6 1, ,6 1, ,6 1, ,6 1, ,2 0, Perangkat Pengolah data dan komunikasi 9.471,8 1, ,8 1, ,8 1, ,8 1, ,1 0, Peralatan dan fasilitas kantor ,4 3, ,4 3, ,4 3, ,4 3, ,1 2, Gedung dan Bangunan ,3 10, ,3 10, ,3 10, ,3 10, ,5 5,48 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 16

22 Adapun masing-masing kegiatan utama tersebut dijabarkan kedalam rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Balai besar pengkajian beserta alokasi anggaran per output kegiatan utama sebagai berikut: 1) Teknologi Spesifik Lokasi, dengan input anggaran sebesar Rp ,- atau 7% dari total pagu anggaran. - Pengkajian Inhouse/Kompetitif. Target output: paket teknologi spesifik lokasi sesuai dengan judul kegiatan pengkajian inhouse/kompetitif - Pengelolaan Sumberdaya Genetik. Target output kegiatan: karakterisasi Sumberdaya Genetik Lokal - Agro-ecological zone (AEZ) skala 1: Target output: Peta Agro- Ecological Zone Digital skala 1: pada luasan lahan ha. - Kegiatan Model Akselerasi Percepatan Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (m-ap2rl). Target Output: rekomendasi teknologi ramah lingkungan - Kegiatan Laboratorium Lapang. Target output: teknologi spesifik lokasi yang diimplementasikan di skala ekonomi 2) Teknologi yang didiseminasikan ke Pengguna, dengan input anggaran sebesar ,- atau 3,71% dari total pagu anggaran. - Model Pengembangan Pertanian Perdesaan. Target output: a) peningkatan kinerja kelompok tani, pemda, dan kelembagaan pendukung usaha tani; b) perintisan jaringan kerjasama antar kelembagaan agribisnis di lokasi kajian. - Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Target output: a) Penerapan model pemanfaatan pekarangan spesifik lokasi; b) Kebun bibit desa sesuai kebutuhan rumah tangga - Pengembangan Informasi, Diseminasi, dan Penjaringan Umpan Balik. Target output: a) Tersusun dan tersebarluaskan media publikasi tercetak buletin dan media elektronik; b) Terlaksananya fasilitasi pameran (Nasional, Provinsi, dan Kab/Kota; c) Terpeliharanya dan berkembangnya kegiatan Visitor Plot - Diseminasi paket teknologi pendukung kegiatan pendampingan program strategis Kementrian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 17

23 3) Laporan pelaksanaan kegiatan Pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional, dengan input anggaran sebesar ,- atau 11,60% dari total pagu anggaran. - Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan SL-PTT Padi, Jagung, Kedelai. Target output: a) tersedianya benih untuk display varietas atau uji adaptasi varietas, b) terdampingi penerapan teknologi spesifik lokasi dan penerapan kalender pola tanam terpadu, c) Tersampaikan materi PTT, d) Terdistribusikan publikasi, bahan cetakan dan elektronik untuk bahan penyuluhan kepada petugas di dinas pertanian dan badan pelaksana penyuluhan pada lokasi pendampingan teknologi - Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura. Target output: a) Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi mendukung pengembangan kawasan hortikultura, b) Peningkatan aplikasi inovasi teknologi para petani, penyuluh/petugas lapang - Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Swasembada Sapi. Target output: a) Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi dalam pelaksanaan pada kelompok di kabupaten; b) Peningkatan aplikasi inovasi teknologi para peternak, penyuluh/petugas lapang - Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan Swasembada Tebu (P2T3). Target output: a) Terlaksananya diseminasi dan pendampingan teknologi mendukung pelaksanaan P2T3 secara optimal, b) Terlaksananya teknologi introduksi varietas unggul tebu - Pendampingan Kalender Tanam mendukung SL-PTT. Target output: Tersosialisasikannya informasi dalam Kalender Tanam - Denfarm Kedelai. Target Output : a) Tersebarnya informasi teknologi VUB kedelai, b) Diterapkannya komponen teknologi PTT kedelai oleh petani - Koordinasi Pendampingan PUAP. Target Output : a) Terdistribusinya dana PUAP untuk pemberdayaan kelembagaan ekonomi pedesaan, b) meningkatnya fungsi kelembagaan ekonomi petani menjadi mitra lembaga keuangan dalam akses permodalan 4) Laporan Kerjasama, Pengkajian, Pengembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang, dengan input anggaran sebesar ,- atau 0,69% dari total pagu anggaran. Target output: a) Termanfaatkannya paket Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 18

24 teknologi pertanian tepat guna spesifik lokasi BPTP, b) Terwujudnya kerjasama pengkajian dengan stakeholder daerah 5) Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian, dengan input anggaran sebesar ,- atau 0,72% dari total pagu anggaran. Target output: rekomendasi kebijakan antisipatif dan responsif terkait isu di daerah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 19

25 III. AKUNTABILITAS KINERJA III.1 Akuntabilitas Kinerja BB PENGKAJIAN Dalam tahun anggaran 2014, BB PENGKAJIAN telah menetapkan lima sasaran strategis yang akan dicapai yaitu: (1) Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, (2) Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi, (3) Adanya sinergi operasional serta terciptanya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Unggul spesifik lokasi, (4) Dihasilkannya rumusan rekomendasi kebijakan mendukung percepatan pembangunan pertanian wilayah berbasis inovasi pertanian spesifik lokasi, (5) Terjalinnya kerjasama nasional dan internasional di bidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan inovasi pertanian. Kelima sasaran tersebut dicapai melalui satu kegiatan prioritas, yaitu Pengkajian dan Percepatan Diseminasi Inovasi Teknologi Pertanian, untuk mendukung Program Badan Litbang yaitu Penciptaan Teknologi dan Varietas Unggul Berdaya Saing. Selanjutnya, Kelima sasaran tersebut selanjutnya diukur dengan 13 indikator kinerja output berupa: 1) jumlah teknologi spesifik lokasi; 2) Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna; 3) Jumlah kegiatan pendampingan model diseminasi spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah; 4) Jumlah rekomendasi kebijakan mendukung empat sukses Kementerian Pertanian; 5) Jumlah kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan inovasi pertanian. Jumlah Teknologi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BB Pengkajian selama tahun 2014 tersebut mendukung terciptanya Scientific Base Badan Litbang. Demikian pula halnya untuk output teknologi yang didiseminasikan kepada stakeholder merupakan Impact Base dari hasil kegiatan pengkajian yang telah dilakukan. Dengan demikian capaian kinerja yang telah dihasilkan oleh BB Pengkajin selama Tahun 2014 tersebut mengarah kepada spirit Badan Litbang yaitu Science.Innovation.Network. Disamping itu, keberhasilan pencapaian sasaran kegiatan tidak terlepas dari telah diterapkannya Sistem Pengendalian Interen Pemerintah (SPIP) lingkup BB Pengkajian. Mekanisme monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan melalui rapat mingguan penanggung jawab kegiatan, pelaporan bulanan masing-masing kegiatan, seminar tengah tahun/evaluasi tengah tahun dan uji petik kegiatan ke lokasi, serta seminar akhir tahun. Sedangkan realisasi keuangan dipantau menggunakan program i-monev berbasis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 20

26 web yang diupdate setiap minggu serta penerapan Permenkeu No.249/2011 setiap bulannya untuk seluruh Satker lingkup Balai Besar Pengkajian. III.2 Pengukuran Capaian Kinerja Tahun 2014 Pengukuran kinerja terhadap keberhasilan Instansi Pemerintah dapat dilakukan dengan cara membandingkan antara hasil aktual yang dicapai dengan sasaran dan tujuan strategis. Pengukuran kinerja juga didifinisikan sebagai suatu metode untuk menilai kemajuan yang selalu dicapai dibandingkan dengan tujuan yang selalu ditetapkan. Pengukuran keberhasilan kinerja suatu Instansi Pemerintah diperlukan indikator sebagai tolok ukur pengukuran. Pengertian indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Sesuatu yang dapat dijadikan indikator kinerja yang berlaku untuk semua kelompok kinerja harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : (1) Spesifik dan jelas, (2) dapat diukur secara objektif baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif, (3) harus relevan, (4) dapat dicapai, penting dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat dan dampak, (5) harus fleksibel dan sensitif dan (6) efektif, data/informasi yang berkaitan dengan indikator dapat dikumpulkan, diolah dan dianalisis. Secara umum indikator kinerja memiliki beberapa fungsi yaitu (1) dapat memperjelas tentang apa, berapa dan kapan suatu kegiatan dilaksanakan (2) membangun dasar bagi pengukuran, analisis dan evaluasi kinerja unit kerja. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BB Pengkajian diawali dengan perencanaan dengan menyusun penggunaan sarana, sumber daya manusia, melalui suatu proses, menghasilkan suatu teknologi dan memberikan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat. Oleh karena itu faktor yang dapat dinilai dari tahapan ini adalah dalam bentuk kesesuaian antara rencana yang telah ditetapkan sampai dengan dampaknya bagi pengguna. Adapun kriteria keberhasilannya dilihat dari realisasi terhadap target, sasaran kegiatan yang dilaksanakan, serta permasalahan dan upaya yang telah dilakukan. Untuk mengukur keberhasilan kinerja ditetapkan 4 (empat) kategori keberhasilan, yaitu (1) sangat berhasil: capaian >100 persen; (2) berhasil: capaian persen; (3) cukup berhasil: capaian persen; dan (4) tidak berhasil: capaian 0-59 persen. Pengukuran tingkat capaian kinerja Balai Besar Pengkajian dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja sasaran pada Tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 21

27 2014 dengan realisasinya melalui survey yang dilakukan di akhir tahun. Realisasi yang dibandingkan terhadap target indikator kinerja sasaran sampai akhir tahun 2014 menunjukkan bahwa target sasaran kegiatan tahun 2014 telah dapat dicapai dengan hasil baik. Hasil ini diperkuat oleh adanya dokumen pendukung yang disampaikan Satker BPTP ke BBP2TP terkait perkembangan capaian IKU disertai hasil monitoring dan evaluasi tim Monev BBP2TP di beberapa BPTP secara selektif untuk memastikan seberapa jauh tercapainya target setiap kegiatan. Metode yang dilakukan untuk memantau capaian output adalah melalui pelaporan berkala capaian kinerja setiap bulan ataupun triwulanan beserta kendala yang dihadapi. Sehingga dengan demikian diharapkan bila tidak tercapainya target suatu indikator dapat diantisipasi sejak awal. Rincian tingkat capaian kinerja masingmasing indikator sasaran tersebut terangkum sebagaimana tabel berikut: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 22

28 Tabel 4. Sasaran, Indikator Kinerja, Target dan Capaian Lingkup BB Pengkajian, NO SASARAN INDIKATOR KINERJA URAIAN Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % Target Capaian % 1 Tersedianya inovasi Jumlah teknologi spesifik pertanian unggul spesifik lokasi (teknologi) lokasi , % Terdiseminasinya inovasi Jumlah teknologi yang pertanian spesifik lokasi didiseminasikan ke yang unggul serta pengguna (teknologi) terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi , , *) Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian 4 Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan) Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran (laporan/lokasi) Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian , , , % , , Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional (rekomendasi) , *) *Hasil revisi PK Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 23

29 Tabel diatas menunjukkan bahwa kinerja BB PENGKAJIAN selama periode Renstra secara umum menunjukkan hasil yang relatif telah mencapai keberhasilan dari sasaran yang ditargetkan pada tahun tersebut. Hal ini dapat dicapai karena kegiatan yang dilaksanakan berjalan secara bersinergi dan didukung oleh anggaran yang dialokasikan untuk kegiatan tersebut. Demikian pula halnya untuk kegiatan penyediaan teknologi spesifik lokasi yang target serta realisasinya lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya, hal ini didukung oleh makin meningkatnya kebutuhan teknologi spesifik lokasi dalam rangka mendukung kebutuhan pembangunan di daerah. Selain itu, kesiapan dan kelengkapan dokumen perencanaan yang tepat waktu, intensifnya kegiatan pertemuan Tim Penanggung Jawab Kegiatan di masing-masing Unit Pelaksana Teknis (UPT) untuk memantau capaian pelaksanaan kegiatan, Input substansi teknis dari para narasumber dalam pertemuan yang relevan dengan sifat dan jenis kegiatan, Kesiapan dan kerjasama yang sinergis antara sumberdaya manusia (peneliti, penyuluh, litkayasa, dan tenaga administrasi), dan dukungan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai turut mendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Jika dibandingkan dengan capaian dalam tahun , Khusus untuk capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2010 yang tidak tercapai 100% yaitu Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna serta Jumlah Rekomendasi Kebijakan disebaban karena tidak semua BPTP mendapatkan alokasi anggaran pendampingan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian, yang pada saat itu dilaksanakan melalui kegiatan FEATI. Sedangkan untuk capaian IKU diatas 100% khususnya pada Jumlah kegiatan pendampingan model diseminasi spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah, disebabkan karena target tersebut ditetapkan dalam satuan laporan, sedangkan realisasinya dihitung dari jumlah lokasi yang dilakukan pendampingan program strategis Kementan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 24

30 III.3 Analisis Capaian Kinerja Analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2014 BB PENGKAJIAN dapat dijelaskan sebagai berikut: Sasaran 1 : Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja sebagai berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi spesifik lokasi 250 Teknologi 250 Teknologi 100 Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2014 telah tercapai sebesar 100 persen, atau terealisasi 250 teknologi dari target 250 teknologi. Sehingga dapat dikatakan berhasil. Adapun rincian output serta outcome yang telah dicapai dari kegiatan ini diuraikan sebagai berikut: Tabel 5. Rekapitulasi Teknologi Spesifik Lokasi lingkup BB Pengkajian No Kategori Jumlah Teknologi 1 Paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi 55 2 Paket Teknologi Budidaya Perkebunan Spesifik Lokasi 15 3 Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi 15 4 Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi 8 5 Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi 30 6 Teknologi Kelembagaan Spesifik Lokasi 5 7 Paket Teknologi Sumberdaya Lahan 7 8 Paket Teknologi AEZ Spesifik Lokasi 33 9 Paket Teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi 4 11 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari Laboratorium Lapang 12 Total 250 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 25

31 Paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi Pada tahun 2014, BBP2TP menghasilkan teknologi budidaya tanaman pangan padi, jagung, kedelai, umbi-umbian spesifik lokasi sebagai berikut: a) Teknolologi speklok padi: uji adaptasi padi gogo, uji adaptasi pad toleran genangan lahan gambut, uji adaptasi VUB speklok, teknologi budidaya padi, teknologi peningkatan produktsi dan produktivitas padi tadah hujan, teknologi padi sawah di lahan bukaan baru, teknologi surya untuk pertanaman padi, teknologi SUT lahan kering dan padi sawah, teknologi efisiensi pemupukan NPK padi hibrida, teknologi pengendalian penyakit potong leher padi, teknologi peningkatan IP padi sawah tadah hujan dan lahan kering, teknologi SUT padi di Pantura, teknologi budidaya padi gogo, teknologi pemupukan padi speklok, teknologi optimalisasi lahan irigasi non fungsional untuk padi, teknologi IP Padi 300 di lahan sawah tadah hujan, teknologi SUT padi gogo, teknologi pengendalian kresek. b) Teknologi speklok jagung: teknologi budidaya jagung, teknologi tumpangsari kacang tanah-jagung di lahan kering masam, teknologi pemupukan menggunakan Mdec, teknolgoi tumpangsari kacangtanah-jagung di lahan suboptimal c) Teknologi speklok kedelai: teknologi jabalsim kedelai, teknologi invigorasi benih kedelai, uji adaptasi kedelai lahan kering, SUT kedelai lahan kering, teknologi budidaya kedelai pasang surut, teknologi budidaya kedelai Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcome sebagai berikut: 1) Teknologi pemanfaatan lahan kering masam dengan tumpangsari (kacang tanah-jagung) dilaksanakan di Desa Pasar Pedati Kecamatan Pondok Kelapa Kabupaten Bengkulu Tengah dengan jumlah petani kooperator sebanyak 5 orang. Teknologi yang diintroduksikan adalah varietas, amelioran, pemupukan, sistem tanam tumpangsari, dan pengendalian OPT. Teknologi tersebut telah diadopsi oleh 75 orang petani di Desa Pasar Pedati Kabupaten Bengkulu Tengah. Stakeholders yang terlibat diantaranya adalah Dinas Pertanian Kabupaten serta Badan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 26

32 Gambar 3. Teknologi Lahan Kering Masam Tumpangsari 2) Teknologi produksi benih padi di Banten, telah dilaksanakan mulai tahun 2013 hingga Sampai saat ini, teknologi ini telah diadopsi di 6 ha di Desa Tambakbaya Kec. Cibadak dan Desa Kalanganyar Kec. Kalanganyar Kab. Lebak, pada dua kelompok tani. Selain itu, apresiasi juga datang dari Dinas Pertanian Kab. Lebak, BP4K Kab Lebak, BPP Cibadak, BBI, BBU, Asbenten, PPL dan Poktan setempat. 3) Teknologi budidaya dan perbenihan jagung hibrida di DIY, dilaksanakan mulai tahun 2013 sampai Dampak dari introduksi ini yaitu telah diadopsi secara luas (13 ha) di Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul dengan jumlah petani kooperator sekitar 100 orang. Teknologi ini mendapat dukungan dari BBI Gading, Dipertahut Kulon Progo, KP4K Kulon Progo, Dinas TPH Gunungkidul, BKPP Gunungkidul, BPSB DIY. 4) Teknologi peningkatan produksi padi di lahan kering intensif dari IP100 menjadi IP200 dan di lahan sawah tadah hujan dari IP200 menjadi IP300 yang dilaksanakan di Jawa Timur, dilakukan melalui perbaikan sistem tanam, pengolahan tanah dan penggunaan varietas unggul berumur genjah dan sangat genjah. Hal ini merupakan tindakan efisiensi waktu tanam dengan mengurangi resiko kegagalan panen akibat kekurangan air pada pertanaman Musim Kemarau I dan II. Sistem tanam gogo rancah mampu mempercepat waktu tanam 28 hari karena waktu tanam lebih awal 10 hari dibanding sistem tanam pindah, sehingga memberi peluang tumbuh lebih baik pada pertanaman berikutnya. Hasil pengamatan pada MT III dengan menggunakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 27

33 varietas Inpari 7 dan Inpari 30 menunjukkan bahwa perlakuan PTT dapat meningkatkan jumlah anakan dibandingkan teknolgi eksisiting yang berkisar antara 23,5 sampai 25,7 anakan/rumpun tanaman. Hasil panen belum dapat dilaporkan, menunggu hasil panen yang diperkirakan pada minggu ketiga bulan Maret Pengkajian peningkatan IP padi gogo dapat dilakukan dengan menanam dalam 2 musim tanam secara berurutan. Pengamatan hasil panen pada MT I menunjukkan bahwa teknologi PTT dapat meningkatkan hasil panen dibanding teknologi petani. Varietas Inpago 4 dan Inpagi 8 memberikan hasil yang lebih tinggi yakni 3,1 dan 3,5 kg dibanding teknologi petani yakni 2,7 kg. Sementara pada MT II yakni dengan varietas Inpago 4 dan Batutegi menunjukkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang cukup baik sampai masa bunting. 5) Teknologi Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi pada Tanaman Padi di Kalimantan Tengah, telah Digunakan oleh Pemda setempat sebagai dasar rekomendasi pemupukan padi di wilayah yang sudah di lakukan analisis antara lain di Kab. Kotim, Seruyan, Lamandau, Kobar dan Sukamara Gambar 4. Gogo rancah (kiri = cara petani; kanan = perbaikan) Pengkajian di lahan sawah tadah hujan Gambar 5. Pengkajian padi gogo Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 28

34 6) Teknologi Pengendalian Penyakit Potong Leher yang disebabkan oleh jamur P. grisea di Jawa Timur dilaksanakan melalui Penerapan PTT. Teknologi ini secara nyata menurunkan intensitas penyakit potong leher, meningkatkan jumlah anakan produktif dan meningkatkan hasil panen tanaman padi. Intensitas penyakit potong leher di demplot rata-rata 0,15% (lokasi Pasuruan) dan 0,25% (lokasi Jombang), nyata lebih rendah dibanding di luar demplot yang rata-rata 2,8% (lokasi Pasuruan) dan 4,2% (lokasi Jombang). Jumlah anakan produktif di demplot rata-rata 15,5 anakan (lokasi Pasuruan) dan 11,7 anakan (lokasi Jombang), nyata lebih tinggi dibanding di luar demplot yang rata-rata 10,1 anakan (lokasi Pasuruan dan 8 anakan (lokasi Jombang). Demikian juga dengan hasil panen, tanaman padi di demplot berproduksi 3,35 ton/ha (lokasi Pasuruan) dan 3,05 ton/ha (lokasi Jombang), nyata lebih tinggi dibanding di luar demplot yang hanya 2,1 ton/ha (lokasi Pasuruan) dan 2,6 ton/ha (lokasi Jombang). Komponen PTT yang diduga potensial menurunkan intensitas penyakit potong leher, meningkatkan jumlah anakan produktif dan meningkatkan hasil panen tanaman padi adalah varietas, cara tanam jajar legowo dan pemupukan NPK berimbang. Terdapat perbedaan respon petani terhadap masing-masing komponen PTT yang dikenalkan di demplot, dan komponen PTT yang mendapat respon petani cukup tinggi adalah varietas (75% petani di lokasi Pasuruan dan 71% petani di lokasi Jombang), cara jajar legowo (54% petani di lokasi Pasuruan dan 58% petani di lokasi Jombang), dan pemupukan NPK berimbang sesuai Permentan no. 40/OT.140/4/2007 (62% petani di lokasi Pasuruan dan 58% petani di lokasi Jombang). 7) Teknologi Usahatani menggunakan sistem Surjan di Lahan Rawa Lebak, dilaksanakan di Jambi pada komoditas padi dan sayuran. Tujuan penerapan teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas lahan dan tanaman di lahan rawa lebak. Hasil pengkajian optimalisasi lahan rawa lebak dengan penerapan sistem surjan melalui pendekatan PTT padi meliputi komponen teknologi diantaramya pengolahan tanah, varietas unggul Inpara 3, sistem tanam jajar legowo 4:1, pemupukan, pemberian pupuk organik/dolomit, dan PHT menunjukkan bahwa penerapan teknologi penataan lahan sistem surjan untuk usahatani berbasis padi diperoleh hasil 4,5 t/0,87 ha, dan tanaman sayuran di antaranya kacang panjang 249 kg/0,04 ha, terong 105 kg/0,03 ha dan cabai 85 kg/0,06 ha. Pendapatan yang diperoleh dari komoditas padi adalah Rp , tanaman sayuran masing-masing adalah kacang panjang Rp , terong Rp dan cabai Rp Pendapatan usahatani sistem surjan dengan luas 1 ha adalah Rp /ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 29

35 8) Teknologi berupa varietas lokal dan VUB padi gogo yang beradaptasi di lahan rawa, dihasilkan di Provinsi Jambi. Hasil uji adaptasi tersebut menghasilkan Varietas Unggul Baru (VUB) padi gogo produksi tinggi, tahan kekeringan dan penyakit blas pada lahan kering. Variatas yang diuji meliputi 4 VUB (Inpago 4, Inpago 5, Inpago 7 dan Inpago 8) dan 8 varietas lokal (Tunggung, Seni Bungin Putih, Perak, Rejang, Kasah, Silang dan Air Mas). 9) Teknologi berupa model pembangunan pertanian berbasis inovasi pada lahan rawa pasang surut, dilaksanakan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur pada luasan 100ha. Teknologi budidaya yang diintroduksikan adalah pengelolaan tanaman secara terpadu (PTT) dengan komponen teknologi varietas Inpara 3, penyiapan lahan dengan baik, pupuk Urea 150 kg/ha, SP36 50 kg/ha, rock fosfat 100 kg/ha, KCl 50 kg/ha, pupuk organik 25 kg/ha (bantuan Dinas Pertanian setempat), jerami dikembalikan ke tanah, pengendalian gulma, hama dan penyakit tanaman sesuai kebutuhan. Sebagai pembanding dilakukan pengamatan pada petani dengan cara budidaya yang biasa mereka lakukan. Hasil kajian menunjukkan bahwa dengan menerapkan pengelolaan tanaman padi rawa pasang surut secara terpadu (PTT) pada MT II (MK I) Tahun 2014 memberikan produktivitas rata-rata 4,7 t/ha dengan nilai R/C 3,5 dan keuntungan Rp , sedangkan dengan cara budidaya petani memberikan produktivitas rata-rata 2,9 t/ha dengan nilai R/C 2,6 dan keuntungan Rp ,-. 10) Teknologi pupuk organik pada padi di BPTP Jawa Tengah, diaplikasikan di lahan petani seluas 1,8ha. Teknologi ini juga direspon oleh Dinas Pertanian Kabupaten dan petani setempat. Gambar 6. Teknologi Pupuk Organik Pada Padi di BPTP Jateng Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 30

36 11) Teknologi pemanfaatan lahan kering masam di Bengkulu dilakukan melalui sistem tumpang sari. Hasil pengkajian menunjukkan varietas Lokal memiliki jumlah biji paling banyak denga jumlah biji/rumpun dibandingkan varietas lainnya namun untuk berat 1000 butir didominasi oleh varieta Talam dengan berat gram/rumpun. Untuk komponen hasil berat kering polong terbesar didominasi oleh varietas Tuban dengan jumlah hasil polong kering 2.53 t/ha diikuti oleh varietas Talam (2.24 t/ha), Kancil (2.07 t/ha) dan Varietas Lokal 1.92 t/ha. Untuk indeks panen terbesar terdapat pada varietas kancil sebesar persen diikuti oleh varietas Tuban, Talam dan Lokal. Analisis keunggulan komparatif menunjukkan bahwa produktivitas kacang tanah 0.78 ton/ha polong kering sudah memperoleh keuntungan. Pada awal fase pertumbuhan (28-42 HST) semua tanaman jagung yang ditumpangsarikan dengan keempat varietas kacang tanah mempunyai persen pertumbuhan dan tinggi tanaman yang hampir sama. Keuntungan dalam usahatani dengan sistem monokultur kacang tanah adalah sebesar Rp dan keuntungan usahatani dengan sistem tumpangsari kacang tanah dan jagung adalah sebesar Rp Adapun Revenue Cost Rasio (R/C Ratio) untuk monokultur sebesar adalah 2,4; sedangkan untuk tumpangsari kacang tanah dan jagung Revenue Cost Rasio (R/C Ratio) adalah 6,0. Gambar 7. Penanaman kacang tanah dan jagung pada lokasi pengkajian Bengkulu 12) Teknologi pengelolaan ubi banggai terpadu di Sulawesi Tengah. Dampak teknologi ini telah diadopsi oleh petani kooperator dan dikerjasamakan dengan Pemda Kabupaten Banggai setempat. 13) Teknologi kedelai ramah lingkungan di Jawa Tengah, dilaksanakan melalui pemberian pupuk organik, pestisida nabati, dan pemberian agen hayati. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31

37 Teknologi ini diimplementasikan pada 30 petani koperator pada luasan 5 ha. Hasil penerapan teknologi ini diperoleh nilai RC antara 1,24-1,69. Gambar 9. Teknologi kedelai ramah lingkungan di Jawa Tengah Paket Teknologi Budidaya Tanaman Perkebunan Spesifik Lokasi Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 sebagai berikut: a) Teknologi pengendalian penyakit busuk kakao, teknologi SUT kakao, teknologi integrasi jagung-kakao, teknologi pemanfaatan limbah kakao, teknologi pemupukan kakao, teknologi pemanfaatan pupuk hayati dan pestisida nabati, teknologi pemanfaatan limbah kakao, teknologi pengendalian hama, teknologi produksi, teknologi fermentasi kakao b) Teknologi pengendalian hama penggerek buah kopi c) Teknologi ameliorasi pada kelapa sawit d) Teknologi pemanfaatan tegakan kelapa dengan introduksi varietas kedelai e) Teknologi pengendalian PHT pala dan Teknologi Peningkatan produktivitas lada. Antara lain diimlementasikan di Bangka Belitung. Teknologi ini diiimplementasikan melalui pengelolaan hara dan jumlah bibit per rumpun. Dampak dari teknolologi ini telah terjadi peningkatan produktivitas komoditas lada di wilayah kajian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 32

38 Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: a) Teknologi budidaya sayuran: teknologi budidaya jamur tiram, teknologi budidaya kentang, teknolgoi SUT bawang merah dan bawang putih, teknologi budidaya cabai, teknologi pengembangan VUB bawang merah, teknologi pengendalian busuk daun kentang, teknologi pemanfaatan biofertilizer pada sayuran b) Teknologi budidaya tanaman pekarangan spesifik perkotaan c) Teknologi bididaya buah: teknologi pemupukan organik dan penjarangan salak gula pasir, Teknologi budidaya pisang ambon, teknologi agroproduksi pepaya Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcome sebagai berikut: 1) Teknologi vertiminaponik versi 2, yang diintruksikan di BPTP DKI. Teknologi ini telah diadopsi di 5 wilayah propinsi DKI Jakarta (reproduksi buah, BPP), meliputi 4 Kelompok Tani. 2) Teknologi Adaptasi Perubahan klim pada Tanaman Kentang melalui Perakitan Model Simulasi dalam Menentukan Hasil Umbi, dilaksanakan di Provinsi Jambi. Penelitian dilakukan untuk penyusunan model simulasi pertumbuhan, perkembangan, dan neraca air tanaman kentang. Hasil pengujian dengan uji t berpasangan antara prediksi model dengan observasi di Kerinci untuk varietas Granola (G2) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > 0,05) pada peubah umur tanaman, biomassa akar, batang, dan umbi, LAI serta kadar air tanah. Berdasarkan validasi model tersebut, model simulasi tanaman kentang mampu menduga umur tanaman, produksi biomassa dari masing-masing organ tanaman berupa akar, batang, daun, dan umbi, serta LAI dan kadar air tanah sesuai dengan pengukuran lapang di pertanaman kentang. 3) Teknologi agroproduksi pepaya di Kalimantan Barat, dilaksanakan melalui uji pertumbuhan pepaya varietas Hawaii dan pepaya madu. Pertumbuhan pepaya hawai lebih cepat dibanding varietas madu, serta waktu tanamnya lebih awal dari pada pepaya madu. Adapun tingkat kemurnian tanaman pepaya hawaii dan pepaya madu pada siklus kempat (S-4) ini masing-masing dan 95.33%. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 33

39 4) Teknologi budidaya bawang merah berwawasan lingkungan, dilaksanakan di BPTP Jawa Tengah. Teknologi ini menggunakan agen hayati, feromon exi, dan yellow trap. Dampak yang dirasakan yaitu peningkatan hasil bawang merah 10,5 ton/ha dan dilaksanakan oleh 16 petani kooperator. Teknologi ini juga diadopsi oleh Dinas Pertanian Kabupaten, penangkar benih, dan petani. 5) Teknologi budidaya bawang putih ramah lingkungan, diperkenalkan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Teknolologi yang dihasilkan berupa pemurnian bawang putih varietas tawangmangu Baru dan Lumbu HIjau dengan menggunakan agen hayati dan mulsa jerami. Dampak diperkenalkannya teknologi ini, telah dimanfaatakn untuk pengembangan bawang putih di Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Temanggung. Gambar 9. Hasil Budidaya Bawang Putih Ramah LIngkungan (varietas Tawangmangu Baru) dan Bawang Merah non TSS (Varietas Bima) 6) Teknologi penggunaan trichoderma pada tanaman hortikultura di Jawa Timur, telah berkembang di 21 Kabupaten di Jatim dan juga di Maluku, Sultra. Adapun luasan trichoderman yang telah berkembang dan digunakan sebanyak 989,8 kg. 7) Teknologi Pengembangan Varietas Unggul Baru Kentang di Jawa Timur. Bersama dengan mitra kerjanya di daerah, yaitu Dinas Pertanian Provinsi Jawa Timur dan Dinas Peranian Kabupaten Pasuruan, sukses menerapkan sistem kepenangkaran pengembangan perbenihan kentang Granola Kembang. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 34

40 Benih inti Granola Kembang berupa planlet bebas penyakit diproduksi oleh BPTP Jawa Timur, di tanam di Pusat Perbenihan Kentang Tosari (PPTK) menghasilkan umbi benih penjenis (G0), kemudian diperbanyak oleh BBI Tosari di Kabupaten Pasuruan, BBI Sumber di Kabupaten Probilinggo, BBI Sarangan di Magetan dan BBI Argosari di Kabupaten Lumajang menghasilkan benih dasar G1 dan G2, selanjutnya G2 tersebar ke petani penangkar. Kapasitas terpakai 2000 planlet benih inti yang diproduksi oleh Laboratorium Kultur Biak BPTP Jawa Timur, menghasilkan benih sebar yang diproduksi oleh petani-penangkar hingga kelas berikutnya menghasilkan 945 ton umbi benih G4. Jika jumlah benih 1,5 ton/ha, maka 968 ton G4 dapat memenuhi luasan kentang 645 ha.ketika itu harga benih G4 Rp /kg,-makaLaboratorium Kultur Biak BPTP Jawa Timur mempunyai kontribusi sekitar Rp selama empat tahun terakhir ini. Penggunaan benih bermutu yang dimulai dari benih inti berupa plantlet dari Laboratorium Kultur Biak BPTP Jawa Timurtelah mensuplai benih sebar kepada petani meningkatkan produktivitas tanaman dari 12,5 ton/ha menjadi 22,5 ton/ha (2 kali lipat jika dibandingkan dengan varietas lama). Dalam kaitan meningkatnya produktivitas, maka BPTP Jawa Timur telah memberikan kontribusi 8.062,5 ton/tahun. Distribusi benih Granola Kembang ini juga terjadi difusi ke luar Provinsi Jawa Timur, yaitu ke Kelompok tani Makmur, Pangalengan, Jawa Barat, dan ke luar pulau Jawa yaitu NTB, NTT dan Papua. 8) Teknologi pengembangan VUB Bawang Merah di Jawa Timur merupakan salah satu hasil pengkajian bermitra dengan pemerintah daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang berkontribusi besar terhadap perkembangan agribisnis bawang merah. Varietas tersebut adalah Super Philip, Bauji, Batu Ijo, BiruLancordanRubaru. Lima varietas tersebut telah mendominasi wilayah di sentra-sentra produksibawang merah di Nganjuk, Probolinggo, Kediri, Malang, Sumenep, Bojonegoro, Magetan dan Batu. Pada awal pelepasan varietas dari setiap varietas,bptp JawaTimur selalu menyiapkan benih sumber sejumlah kg/varietas, selanjutnya distribusikanke UPT Perbenihan Hortikultura JawaTimur (BBI) dan penangkar binaan BPTP JawaTimur. Dari benih BS tersebut diregulasikan ke penangkar menjadi benih FS, SS, ES yang hingga saat berkembang memenuhi areal tanamseluas ha tersebar di 8 kabupaten. Maknanya BPTP JawaTimur secara tidak langsung telah berkontribusi x 1 ton benih x Rp = Rp ,- melalui pemenuhan benih sebar yang dikelola oleh 60 penangkar. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 35

41 Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi Teknologi budidaya tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: a) Teknologi pengolahan tanaman perkebunan: teknologi pengolahan kopi b) Teknologi pengolahan tanaman hortikultura: teknologi pengolahan jeruk menjadi tepung dan sari buah, teknologi pascapanen pisang, teknologi pascapanen biji pala, teknologi pascapanen limbah skala perkotaan, teknologi olahan hasil pekarangan c) Teknologi pengolahan tanaman pangan: teknologi identifikasi pangan non beras, teknologi pangan lokal berbasis jagung putih, teknologi pengolahan kedelai, teknologi pascapanen ubi kayu dan sagu Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcome sebagai berikut: 1) Teknologi pengolahan hasil Jeruk Gerga Lebong dilaksanakan pada tahun 2014 di Kabupaten Lebong, Bengkulu. Teknologi yang dihasilkan berupa paket teknologi pembuatan sari buah jeruk gerga lebong dengan petani kooperator masing-masing sebanyak 30 orang. Teknologi pembuatan selai/marmalade jeruk gerga lebong telah diadopsi oleh 5 kelompok tani atau sebanyak 150 orang petani sedangkan teknologi pembuatan sari buah jeruk gerga lebong diadopsi oleh 3 kelompok tani atau sebanyak 90 orang petani. Stakeholders yang terlibat diantaranya adalah Dinas Pertanian Kabupaten serta Badan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan. Adapun dampak secara ekonomi untuk komoditas jeruk RGL yang diolah sebanyak 50 kg dapat menghasilkan 125 liter sari buah jeruk dan meningkatkan nilai tambah jeruk RLG sebesar Rp /kg. Gambar10. Teknologi Pengolahan Jeruk Gerga Lebong menjadi Selai (Marmalade) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 36

42 2) Teknologi pengolahan tepung mocaf dilaksanakan pada tahun 2014 di Desa Pasar Pedati Kabupaten Bengkulu Tengah. Jumlah petani kooperator sebanyak 30 orang petani dengan stakeholders yang terlibat adalah Badan Ketahanan Pangan Kabupaten, Dinas Pertanian Kabupaten, serta Badan Pelaksanaan Penyuluhan Kabupaten dan Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan. Keluaran yang dihasilkan dari kegiatan teknologi pengolahan tepung mocaf adalah: (1) Paket teknologi pembuatan tepung mocaf; (2) Peningkatan nilai tambah yang dihasilkan dari proses pembuatan tepung ubi kayu; dan (3) Terdiseminasinya hasil pengkajian ke stakeholders dan pengguna. Teknologi yang diintroduksikan diadopsi di 5 desa di Kabupaten Bengkulu Tengah. Dampak lain yaitu peningkatan nilai tambah komoditas ubikayu yang diolah sebanyak 150 kg dapat menghasilkan 50 kg tepung mocaf dengan peningkatan nilai tambah ubikayu sebesar Rp.2.106,67/kg Gambar 11. Teknologi Pengolahan Tepung Mocaf 3) Teknologi pengolahan tortila jagung dan emping jagung di Jawa Timur, telah diimplementasi oleh 5-20 pengrajin, yang meiiputi petani dan KWT. Sampai dengan saat ini Kelompok Wanita Tani Arumanis mampu memproduksi ratarata emping jagung mencapai 300 kg/bulan (krecek/emping mentah) dan tortila 400 kg/bulan (krecek/emping mentah) dengan harga Rp ,00 per kg. Pendapatan kotor KWT Arumnis dari usaha emping jagung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 37

43 Rp ,00/tahun atau penghasilan kotor setiap bulan Rp ,00. Sedangkan pendapatan kotor dari usaha totila Rp ,00/tahun atau penghasilan kotor setiap bulan Rp ,00. Pendapatan bersih yang diperoleh dari usaha tortila adalah sebesar Rp ,00/bulan. Sedangkan pendapatan bersih dari usaha emping jagung sebesar Rp ,00 per bulan. KWT Arumanis Desa Klampok membutuhkan bahan baku jagung pipilan kering setiap tahun untuk olahan emping jagung sebanyak 4,5 ton dan untuk olahan tortila sebanyak 6,86 ton. Sehingga lebih dari 10 ton per tahun dibutuhkan jagung pipilan kering di Desa Klampok untuk usaha olahan berbahan baku jagung. 4) Teknologi pengolahan tepung sagu di Maluku Utara, telah diadopsi di Desa Halmahera Barat dan Ternate. Dampak lainnya yaitu teknologi ini telah diapresiasi oleh Dinas Pertanian, BPK4K dan Universitas setempat. 5) Teknologi poduksi minyak atsiiri dari daun pala, cengkeh, dan kayu manis di Maluku utara. Teknologi ini diaplikasikan di salah satu desa di Halmahera Timur dengan petani 15 orang. Dampak teknologi ini telah mendapat dukungan dari Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Timur dan BPP setempat. 6) Teknologi pembuatan tepung dan mie berbahan baku lokal di Sulawesi Utara. Dampak dari teknologi ini yaitu telah diadopsi pada dua kelompok tani di dua wilayah serta mendapat dukungan pengembangan dari Pemda setempat. Gambar 12. Pelatihan Pemanfaatan Umbi Lokal di Sulawesi Utara Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 38

44 Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi Teknologi budidaya peternakan yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: a) Teknologi integrasi peternakan: teknologi integrasi tanaman perkebunanternak, teknologi integrasi sapi-sawit, teknologi integrasi sapi potong-jagung, teknologi integrasi sapi potong-tebu, teknologi integrasi sapi-kedelai. b) Teknologi produksi dan reproduksi: teknologi peningkatan produksi daging sapi, teknologi optimalisasi reproduksi kambing boerka, teknologi reproduksi sapi, teknologi produksi sapi perah c) Teknologi budidaya ayam KUB, teknologi pemeliharaan itik lokal, teknologi pengembangan itik pedaging, teknologi pemurnian ayam merawang d) Teknologi pakan: teknologi budidaya pakan dari limbah, teknologi alternatif pakan sapi potong, teknologi ransum, teknologi optimalisasi pakan lokal dan formulasi pakan sapi potong, teknologi Mikroorganisme lokal (MOL), teknologi suplementasi wafer pakan komplit sapi pedet, teknologi formulasi pakan lokal ayam kampung, teknologi pakan multi nutrisi untuk kambing, teknologi multinutrisi untuk ternak kambing e) Teknologi pengolahan limbah: teknologi budidaya pakan dari limbah, teknologi pengolahan limbah sapi, teknologi efisiensi penggunaan pupuk organik dari limbah ternak dan sayuran Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcome sebagai berikut: 1) Teknologi sistem usaha tani itik di Banten, dilaksanakan di Desa Sukatani Kabupaten Serang. Dampak dari introduksi teknologi ini telah diikuti oleh dua kelompok tani sekitar, serta telah diapresiasi oleh Dinas Pertanian, B2KP Kabupaten Serang, serta PPL setempat. Teknologi budidaya itik petelur, itik master dan itik lokal telah dikembangkan khususnya di Kecamatan Tanara Kab. Serang dengan R/C rasio masing-masing komoditas adalah 1,01; 1,02; 1,07. 2) Teknologi integrasi kakao-kambing di DIY, telah dilaksanakan mulai tahun Teknologi ini telah diadopsi meliputi satu dusun di Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo. Jumlah petani adopter sekitar 30 orang dan didukung Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 39

45 oleh Diperta DIY, Dipertahut Kulon Progo, Dinas Kelautan, Perikanan dan Peternakan Kulon Progo, KP4K Kulon Progo, Balitnak 3) Teknologi Pengembangan Agribisnis Sapi Perah di Bengkulu, telah dilaksanakan di Kabupaten Rejang Lebong dan Kepahiang. Pemasaran produksi peternak sapi perah di daerah sentra pengembangan di Provinsi Bengkulu baru meliputi wilayah setempat. Dampak usaha sapi perah memberikan kontribusi sebesar 30,89% terhadap total pendapatan peternak, selebihnya pendapatan peternak berasal dari penjualan pedet, penjualan dari olahan susu segar dan memiliki berbagai macam usaha tani. Analisis B/C yang dilakukan peternak sapi perah memperoleh B/C kurang dari satu, yang artinya usaha tersebut belum menguntungkan karena kurang dari 1. Hal ini disebabkan rata-rata jumlah produksi 9,37 liter/ekor/hari dimana jenis pakan dan masa laktasi dari responden berbeda-beda dan manajemen pemeliharaan sapi perah yang diiterapkan peternak dari hasil pengamatan masih belum begitu baik. 4) Teknologi perbaikan pakan dan inovasi kandang perkawinan model Balitbangtan, dilaksanakan di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Dampak yang dirasakan yaitu telah diimplementasikan di 6 Kecamatan di Kabupaten Kebumen. Selain itu, telah dilakukan MoU dengan Asosiasi Pembibitan setempat. 5) Teknologi pemanfaatan limbah padat dan cair tapioka sebagai pakan ternak dan pupuk organic dihasilkan di Lampung. Dampak dari teknologi ini yaitu telah diimplementasikan oleh Peternak di Negeri Katon, Pesawaran (satu poktan), serta didukung oleh Penyuluh/BP3K, Dinas Peternakan 6) Teknologi Pembuatan Pupuk Organik dengan meode (CFI) ConFerm Innvovation, dilaksanakan di luasan lahan 20 ha, dengan petani sebanyak satu gapoktan. Dampak dari teknologi ini yaitu adanya dukungan dari Pemda setempat untuk pengembangannya antara lain dari BI, Distan, dan Kabupaten setempat. 7) Teknologi peningkatan produktivitas pembibitan dan pembesaran ternak kambing di Sulawesi Tenggara, telah diaplikasikan di dua desa. Teknologi yang diperkenalkan meliputi teknologi peningkatan keragaman mutu genetik ternak kambing lokal dan inseminasi buatan. Dampak dari teknologi ini yaitu adanya dukungan dari Pemda (Distan dan BP4K) setempat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 40

46 Inovasi Kelembagaan/Sosial Ekonomi Spesifik Lokasi Inovasi kelembagaan/sosial ekonomi yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: rekomendasi/model penguatan kelembagaan peternakan, rekomendasi/model pengembangan agribisnis sapi perah, rekomendasi/model optimalisasi sistem produksi tepung umbi-umbian, rekomendasi/model manajemen budidaya SDG ternak, rekomendasi/model kelembagaan agribisnis padi melalui corporate farming, rekomendasi metode diseminasi dalam proses teknologi transfer, rekomendasi/model sistem pertanian terpadu lahan kering, rekomendasi preferensi petani pada VUB padi dan jagung, rekomendasi/model profitabilitas penerapan PTT padi dan jagung, rekomendasi VUB dan efisiensi usaha tani, model kelembagaan usaha penangkaran benih kentang, rekomendasi dampak gernas kakao, rekomendasi preferensi karakteristik padi, rekomendasi/model pola pengembangan olahan ubi kayu, rekomendasi/model peningkatan produksi beras. Paket Teknologi sumberdaya lahan spesifik lokasi Teknologi sumberdaya lahan spesifik spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: teknologi untuk mengurangi cemaran pestisida, teknologi bahan pembenahan tanah, teknologi pengelolaan tata air, teknologi reklamasi lahan eks tambang, teknologi optimalisasi lahan sub optimal tadah hujan, teknologi optimalisasi lahan pasang surut, teknologi optimalisasi lahan rawa non pasang surut. Penjelasan capaian output untuk teknologi tersebut beserta potensi outcomenya sebagai berikut: a) Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu yang dihasilkan di BPTP DIY merupakan teknologi yang diimplementasikan di lahan kering. b) Teknologi antisipasi produksi padi dan hortikultura, melalui rekomendasi antisipasi resiko penurunan produksi padi dan melon di Jawa Tengah. c) Teknologi Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat, dilaksanakan melalui perbaikan status bahan organik tanah dan pengelolaan air yang efisien. Untuk saat ini, telah ada jaringan irigasi dengan pipanisasi (D=6 inch) bantuan dari Dinas PU Provinsi NTB. Air tersebut ditampung pada bak penampung berukuran 4,5 x 4,5 x 1,7m sebanyak 5 buah yang tersebar di lahan petani, yang diharapkan dapat mencukupi kebutuhan usahatani non padi sawah seluas 150 ha dan ternak. Sistem pengarian yang diintrooduksi dilahan petani untuk tanaman cabe adalah irigasi tetes, sprinkler dan tampungan mini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 41

47 renteng. Dengan demikian pola tanam yang diintroduksi di lahan petani adalah jagung-cabe atau sayur-sayur. Pada musim hujan (MT1), produksi jagung komposit untuk petani kooperator tidak berbeda nyata dengan produksi jagung hibrida yang ditanam oleh non koperator pada hamparan yang sama. Dengan demikian keuntungan petani koopertaor yang menanam jagung komposit lebih tinggi dibandingkan dengan nonkoperator dari segi harga benih. Pada MT2 petani kooperator menanam cabe di dengan sistem pengairan oirigasi tetes dan tampungan mini renteng, sedangkan petani nonkoperator lahannya dibiarkan bero. Pada kedua sistem pengairan tersebut, petani mampu mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp untuk lahan seluas 22.5 untuk tanaman cabe, kacang panjang dan tomat. Secara umum dapat dirangkum bahwa kegiatan pengkajian SPTLKIK dengan subsistem terdiri dari teknologi tata lahan, sistem irigasi, budidaya jagung, pembibitan sapi, dan prosesing kompos telah telah berjalan dengan baik. Gambar 13. Teknologi Sistem Pertanian Terpadu di Lahan Kering di Nusa Tenggara Barat d) Teknologi pengelolaan air di lahan sub optimal di Sulawesi Tengah menghasilkan pertumbuhan optimum untuk tanaman jagung, kacang tanah, maupun kedelai. Varietas kacang tanah yang paling adaptif adalah Tuban, jagung Srikandi Kuning dan kedelai pada musim hujan Grobongan dan pada musim kering Argomulio. Pola tanam terbaik diperoleh pada pola tanam Kacang Tanah Jagung dengan nilai B/C ratio 3,85 dan 3,08 disusul pola tanam Kedelai Jagung dengan nilai B/C ratio 2,92 dan 1,78 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 42

48 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 43 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

49 Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi Teknologi mekanisasi spesifik lokasi yang dihasilkan oleh BBP2TP pada tahun 2014 meliputi: rekayasa alsin sederhana dan tepat guna, teknologi alsin padi/alsin speklok, teknologi pengering kakao. Penjelasan capaian output sebagai berikut: 1) Teknologi pemasyarakatan mesin transplanter di lokasi SL, Demplot, dan kegiatan Temu Lapang, dilaksanakan di Jawa Tengah. Dampak dari kegiatan ini adalah diterapkannya mekanisasi tersebut di Kabupaten Sragen, serta menjadi program Dinas. Jumlah petani adopter berkisar antara 6-16 orang pada luasan 3-7 hektar. Gambar 14. Teknologi pembibitan padi dengan dapog 2) Teknologi Alat dan Mesin Pertanian Spesifik Lokasi Mendukung Surplus Beras Nasional 10 Juta Ton Di Kalimantan Tengah, telah diadposi pada luaan 25ha dengan jumlah petani kooperator sebanyak 20 orang serta didukung oleh Pemda Kabupaten Pulang Pisau, Kapuas, Barito Timur, Seruyan, Kotawaringin Barat, dan Kotawaringin Timur Paket Teknologi dan rekomendasi m-ap2rl2 Kegiatan m-ap2rl menghasilkan output 33 rekomendasi kebijakan mendukung pembangunan pertanian di daerah yang terintegrasi serta ramah lingkungan. Output yang menonjol antara lain rekomendasi kebijakan pengurangan konsumsi beras di Provinsi Bali, kebijakan peningkatan produksi padi 1 juta ton di Provinsi Bengkulu, kebijakan peningkatan produksi kedelai di Provinsi Sumatera Utara, serta rekomendasi kebijakan pengelolaan lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah. Adapun rincian paket teknologi dan rekomendasi kegiatan m- AP2RLL sebagaimana pada tabel 6 berikut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 44

50 Tabel 6. Rekapitulasi Output Menonjol dari kegiatan m-ap2rl NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN 1 Bali Beras Rekomendasi kebijakan pengurangan konsumsi beras 2 Bengkulu Padi Validasi lapang model budidaya padi ramah lingkungan dapat menghasilkan produk sehat dengan proses yang ramah lingkungan bebas residu pestisida. Model budidaya padi inpara 2 pada lahan sub optimal memberikan keuntungan usahatani. 3 Sumut Kedelai Kebijakan peningkatan produksi kedelai. Sumsel Padi Satu paket teknologi Peningkatan produksi padi 4 Jambi Padi Model akselerasi pembangunan pertanian ramah lingkungan di Provinsi Jambi diimplementasikan dengan kegiatan validasi lapang demplot pertanaman padi dengan penggunaan VUB Inpari 28 Kerinci pada lahan sawah dengan teknologi sistem tanam jajar legowo 2:1. 5 Kepri Sayuran rekomendasi kebijakan peningkatan sayuran dataran rendah di Provinsi Kepulauan Riau 6 Jabar Padi Model dinamik rencana aksi peningkatan produksi padi ramah lingkungan yang siap dikembangkan di Jawa Barat 7 Jateng Bawang bawang merah ramah lingkungan melalui efisiensi penggunaan lahan dan air serta pengendalian OPT dengan agens hayati dan prinsip PHT hingga panen di Kab. Brebes. Bawang putih : - Panen, temu lapang, pembuatan video portal 8 Jatim Tebu Paket teknologi bongkar ratoon/penggunaan budchip paling sesuai untuk program swasembada. Paket teknologi untuk kepentingan petani dan program swasembada adalah : Kepras1 rawat ratoon/budchip dan Kepras2 rawat ratoon/budchip, karena selain dapat meningkatkan pendapatan juga meningkatkan produksi. Rekomendasi penyempurnaan kebijakan (kedaulatan gula): (1) Terus berupaya meningkatkan rendemen dan pemberian jaminan rendemen oeh pemerintah, sehingga petani tertarik untuk berusahatani tebu. Dampak dari kebijakan ini, PG akan mudah untuk mendapatkan tambahan areal, petani mau mengikuti SOP budidaya/tebang angkut, sehingga produksi gula meningkat dan pendapatan petani lebih terjamin, (2) Budidaya bongkar ratoon harus diprogramkan oleh pemerintah minimal 30% areal per tahun (dikelola bersama), setelah itu budidaya selanjutnya diserahkan petani, (3) Jumlah keprasan dibatasi maksimal 4 kali, (4) Introduksi varietas tebu berumur pendek dengan produktifitas yang lebih tinggi serta toleran keprasan, (5) Revitalisasi kelembagaan petani tebu untuk mengatasi angkutan dan tenaga tebangan yang sulit di musim giling, (6) Melakukan pengujian agar biaya pembuatan Budchip lebih murah, (7) Penyempurnaan mesin tebang tebu, agar lebih operasional dan (6) Stabilisasi harga lelang, agar tidak terlalu jatuh. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 45

51 NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN 9 NTB Padi dan kedelai Penelitian on farm validasi model peningkatan produktivitas padi (MK-1) dan kedelai (MK-2) 10 Banten Padi - ternak Panen kegiatan penerapan pupuk organik di 2 lokasi, pelatiha petani tentang pembuatan biourine menjadi pupuk cair, temu lapang hasil panen padi dengan penggunaan pupuk organik 11 Kalbar Padi Sapi 12 Kalteng Lahan gambut Kegiatan ini dilakukan di lahan pasang surut tepatnya Desa Sungai Kakap, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya dengan luas kawasan 200 ha tanamn padi dan ternak 150 ekor. Prinsip dalam kegiatan ini adalah melakukan optimasi kegiatan integrasi padi-ternak dengan meminimumkan limbah yang dihasilkan dan didukung kelembagaan Gapoktan yang kuat dan berwatak ekonomi (koperasi). Kegiatan yang telah dilaksanakan yakni: 1. Denfarm PTT Padi; 2. Pengolahan limbah sekam menjadi dedak; 3. Pengembangan lantai jemur mendukung produksi beras premium; 4. Perbaikan Sistem Perkandangan Sapi; 5. Pengolahan limbah padat ternak sapi; 6. Pengolahan Limbah Cair; 7. Pemanfaatan Bio-Gas; dan 8. Pemberdayaan Lembaga Gapoktan Menjadi Lembaga Ekonomi Bagi Petani; Kebijakan pengelolaan lahan gambut di Provinsi Kalimantan Tengah. 13 Kalsel Padi Rekomendasi kebijakan padi 14 Kaltim Padi Kegiatan pengembangan padi di lahan pasang surut dan tadah hujan 15 Sulsel Beras Rekomendasi kebijakan peningkatan produksi beras ramah lingkungan di Sulawesi Selatan. Rekomendasi dalam pengambilan kebijakan peningkatan produksi beras (DAP) ramah lingkungan berdasarkan potensi sumberdaya pertanian spesifik lokasi. 16 Sulteng Padi 1. data agronomi pertumbuhan tanaman hortikultura dari implementasi pupuk organik padat (condec), pupuk organik cair (conferm) dan biopestisida; 2. perekaman data hasil produksi tanaman hortikultura dari implementasi pupuk organik padat (condec), pupuk organik cair (conferm) dan biopestisida; 3. membuat Formulasi pakan kosentrat hasil inovasi berbasis pakan lokal yang ramah lingkungan dan efisisen; 4. Uji Coba pemberian pakan konsentrat hasil inovasi berbasis pakan lokal yang tamah lingkungan dan efisien; 5. Membuat poster dan leaflet tentang inovasi teknologi berbasis sumberdaya lokal ( coferm codec dan biopestisida serta poster ). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 46

52 NO SATKER KOMODITAS CAPAIAN 17 Sulut Padi Peragaan teknologi usahatani padi sawah ramah lingkungan 18 Gorontalo Ternak Pembuatan pakan ternak dan instalasi biogas 19 Malut Padi-ternak Panen penanaman padi dengan sistem ramah lingkungan Pembuatan kandang dan Pembuatan instalasi biogas 20 Papua Barat Kedelai Skenario kebijakan peningkatan produksi kedelai di Papua Barat untuk ujicoba skala kecil dibatasi untuk skenario peningkatan produktivitas dan penurunan kehilangan hasil saja. Penggunaan varietas unggul dan benih berlabel mampu meningkatkan produktivitas 14% sampai dengan 36% dari produktivitas varietas lokal dengan benih yang sudah tidak berlabel. Penggunaan varietas unggul dengan karakteristik batang yang tahan rebah, polong yang tidak mudah rontok dan pecah dapat menurunkan tingkat kehilangan hasil dari 2,5% menjadi 1,77%. Rekomendasi pengembangan Varietas Anjasmoro dan Kaba karena memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, memiliki ukuran biji yang lebih besar sehingga lebih disenangi oleh produsen olahan kedelai dan tingkat biji tercecer yang lebih rendah karena polongnya tidak mudah rontok dan pecah. Paket Teknologi pada Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian(LLIP) Laboratorium Lapang merupakan upaya implementasi paradigma baru yaitu penelitian untuk pembangunan (research for development). Inovasi yang diterapkan dan dikembangkan perlu mempertimbangkan kebutuhan di daerah. Pendampingan dalam penerapan teknologi dilaksanakan dalam bentuk demonstrasi plot atau area percontohan, penyuluhan, pelatihan kepada petani maupun pemangku kepentingan di daerah sehingga inovasi teknologi dapat dengan mudah diadopsi. Lokasi LLIP tahun 2014 berjumlah 14 lokasi, yakni Aceh, Sumut, Kepri, Jambi, Lampung, Banten, Kalbar, Kalsel, Kaltim, NTB, NTT dan Papua Barat. Adapun lokasi dan komoditas yang diusahakan di setiap lokasi adalah sebagaimana pada tabel 7. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 47

53 Tabel 7. Lokasi dan Komoditas pada Laboratorium Lapang Inovasi Pertanian 2014 NO LOKASI KOMODITAS 1 ACEH (Aceh Timur) Kedelai 2 SUMUT (Phakpak Barat) Gambir, ayam kampung 3 KEPRI (P. Bintan) Sayuran 4 JAMBI (Tj.Jabung Timur) Padi 5 LAMPUNG (Liwa) Kopi 6 BANTEN (Juhut) Kambing 7 KALBAR (Sambas) Padi 8 KALSEL (Hulu Sungai Utara) Padi 9 KALTIM (Nunukan) Padi, Kakao, Pisang, Nanas 10 NTB (Bima) Padi 11 NTT (Belu) Jagung 12 PAPUA BARAT (Fakfak) Sapi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 48

54 LLIP Banten. Laboratorium Lapang Badan Litbang Pertanian, lokasi Kel. Juhut sudah berfungsi sebagai percontohan inovasi teknologi pembibitan dan pembesaran ternak domba, budidaya aneka sayuran, serta pembibitan, budidaya dan pengolahan talas beneng. Selain itu, lokasi ini juga dijadikan sebagai tempat pelatihan, magang, penelitian, studi banding dan pelaksanaan acara-acara tertentu dari pememerintah daerah dan pusat, dan bahkan internasional. Beberapa kunjungan di kampung ternak domba Juhut, antara lain : kelompoktani yang sebagian besar kelompoktani di wilayah Kabupaten Pandeglang dan Serang; mahasiswa Untirta, instansi swasta (Permata Banten, Hibar Bandung, Heinz ABC Indo, Trubus Depok, PCO Jakarta); Instansi pemerintah yaitu Dinas Pertanian dan Dinas Pariwisata di Provinsi Banten, Jakarta, Bogor, Medan, Kalimantan Selatan, Lampung, Jawa Timur; BI Kab. Serang dan Jakarta; SIKIB (Solidaritas Istri Kabinet Bersatu); kunjungan sekolah dari Taman Kanak-kanak sampai SMA; Yayasan Harfa; Jambore Internasional; POLRI dan TNI; Liputan dari Trans 7, Net TV dan Radar Banten. Usaha ternak domba, aneka sayuran, serta pembibitan dan budidaya talas beneng dilakukan oleh sejumlah poktan dan KWT, dimana secara teknis dibantu oleh BPTP dan instansi terkait di Kabupaten dan Provinsi. Secara kelembagaan, di Kel. Juhut terdapat satu gapoktan (Juhut Mandiri dan 11 poktan/kwt dengan jumlah anggota sebanyak 219 orang, sedangkan lahan garapan berupa lahan kering seluas 223 ha dan lahan sawah 30 ha. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 49

55 LLIP Aceh Timur. Pada tahun 2014 BPTP NAD melakukan kegiatan pengembangan berupa demplot Ayam KUB di desa Dama Pulo Kabupaten Aceh Timur sebanyak 350 ekor. Induk ayam berasal dari KP Paya Gajah dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang lebih baik. Dari kegiatan tersebut diharapkan nantinya akan terjadi sentral breeding di beberapa tempat dalam wilayah Aceh Timur. Petani dan Peternak pada kegiatan LL ini sebelumnya belum memahami budidaya penanaman pisang, pemangkasan kakao maupun betarnak Ayam KUB serta ternak kambing dan penanaman hijauan makanan ternak. Dengan adanya kegiatan LL yang ada di beberapa lokasi di Kabupaten Aceh Timur berdampak positif. Masyarakat akhirnya lebih memahami tentang pemanfaatan lahan untuk tanaman maupun pemeliharaan ayam KUB dan ternak kambing. Kegiatan Laboratorium Lapang ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi para petani di Kabupaten Aceh Timur karena laboratorium lapang merupakan suatu media yang efektif dalam merubah perilaku dan kualitas sumber daya penyuluh dan petani dalam meningkatkan usaha tani ke arah agribisnis.meningkatkan pendapatan para petani sebagai akibat dari teradopsinya inovasi teknologi badan litbang di Kabupaten Aceh Timur.Terjalinnya komunikasi antara Badan Litbang dengan stake holder di daerah. Peningkatan kapasitas KP Paya Gajah terus dilakukan untuk memperbaiki kinerja kebun. Kegiatan ini dilakukan dengan memperbaiki kebun percobaan yang telah ada. Melalui kegiatan ini diharapkan peran kebun percobaan Paya Gajah mendukung perkembangan peningkatan pertanian khususnya komoditas perkebunan di Kabupaten Aceh Timur. LLIP NTT dilaksanakan di desa Tohe, Kec, Raihat, Kab Belu dengan komoditas padi, jagung dan ternak. Adapun inovasi teknologi yang diintroduksikan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 50

56 yakni teknologi penangkaran benih, teknologi perawatan kesehatan ternak, teknologi pengembangan hijauan pakan ternak, teknologi penggemukan ternak, dan pemanfaatan limbah ternak menjadi biogas. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan telah membeli seluruh benih padi yang diproduksi oleh Penangkar dari kegiatan LLIP dan menyebarkan benih tersebut pada desa-desa lain di daerah Perbatasan. Diharapkan benih tersebut dapat memperbaiki benih lokal dan menganti benih padi ciherang yang tidak murni lagi. Perbaikan varietas tersebut perlu diikuti dengan pendampingan teknis budidaya yang baik agar petani sekitar bisa bisa meningkatkan produksi padi. Manajemen pemeliharaan ternak sapi masih menekankan pada penyediaan pakan bermutu dan menekan kematian pedet pada musim kemarau. Memperhatikan pola pemeliharaan existing maka diperlukan upaya yang lebih serius untuk secara perlahan bisa menggeser ke arah pola pemeliharaan semiintensif dan intensif. Pakan yang berasal dari limbah produk pertanian yang semakin besar perlu dimanfaatkan dan sebaliknya mendorong petani untuk memanfaatkan kotoran ternak untuk mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. LLIP Kaltim dilaksanakan di Eks Kawasan Tambang batubara PT Kitadin dengan kegiatan peningkatan produktivitas lahan bekas penambangan batubara untuk pengembangan pertanian melalui sistem integrasi tanaman-ternak. Tanaman yang dibudidayakan antara lain pisang, padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi jalar, nenas, singkong. Model yang dilakukan adalah melalui konsep yang disebut Integrated Crops land Management (ICLM), lahan dan tanaman dikelola untuk dapat tumbuh dan berproduksi sesuai yang diharapkan. Selain pupuk kandang dan pupuk kimia, juga digunakan pupuk hayati serta penggunaan insektisida ramah lingkungan. Pada awal tahun (tahun I) kegiatan ini dilaksanakan, ternyata membuktikan bahwa pada lahan bekas penambangan batubara (lokasi terpilih) dapat digunakan untuk budidaya tanaman pangan dan hasilnya relatif cukup baik. Demikian juga pada tahun ke II kegiatan ini dilaksanakan, hasilnya juga cukup baik untuk semua komoditas yang dikembangkan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 51

57 Berbagai materi diseminasi telah dibuat untuk menyebarluaskan model ini ke berbagai pihak terkait. Antara lain dengan membuat brosur, leaflet, dan juga siaran TV. Selain itu di berbagai kegiatan penting seperti pameran di daerah juga diikuti untuk menyebarluaskan model pengelolaan lahan bekas penambangan batubara untuk pertanian. Dengan keberhasilan model yang telah dibuat ini, telah banyak kunjungan dari para anggota dewan Kalimantan Timur, Gubernur dan Wakil Gubernur Kalimantan Timur, Bupati dan Wakil Bupati Kutai Kartanegara, perguruan tinggi, tamu luar negeri dan juga untuk praktek mahasiswa dan siswa. Untuk keberlanjutan program, telah dilaksananakan penandatanganan MOU/Perjanjian Kerjasama antara PT Kitadin dengan BPTP Kalimantan Timur selama 3 tahun untuk pengelolaan lahan bekas tambang tersebut. Atas keberhasilan model ini, beberapa perusahaan tambang juga sudah berkomitmen untuk bisa menjalin kerjasama dengan BPTP Kaltim untuk mengelola lahan bekas tambang untuk pertanian antara lain dari Perusahaan Tambang di Kabupaten Kutai Barat Peta AEZ-II Skala 1: Spesifik Lokasi Teknologi yang terkait dengan sumberdaya lahan adalah telah disusunnya peta AEZ skala 1: yang terdiri dari peta kesesuaian lahan untuk komoditas tanaman pangan dan peta pewilayahan komoditas pertanian yaitu kelapa sawit, karet,padi gogo, jagung, umbi-umbian yang berdasar lahan sawah, lahan kering dan lahan pantai. Dengan mempertimbangkan faktor biofisik seperti iklim dan lahan, peta agroekologi memberikan alternatif-alternatif komoditas yang dapat menjamin kelestarian lingkungan. Selain itu, diperlukan informasi sosial dan ekonomi antara lain Penduduk; yang diperlukan sebagai tenaga kerja dan pasar domentik. Prasarana; seperti jalan, pelabuhan serta unit pengolahan panen yang selalu ada maupun yang masih perlu dibangun. Jaringan prasarana; lokal, nasional maupun global. Kelembagaan; lembaga penyuluhan, perangkat desa serta peraturan-peraturan yang menumbuhkan investasi. Berdasarkan karakteristik sumberdaya lahan dan iklim diperoleh 7 zona agroekologi yang terdiri dari 3 zona sebagai wilayah pengembangan komoditas tanaman pangan dan hortikultura, 4 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 52

58 zona sebagai wilayah kehutanan, perkebunan, perikanan pantai dan pastura (padang penggembalaan). Masing-masing zona dan tipe pemanfaat lahan tersebut adalah sebagai berikut: Zona I lereng >40%, tipe pemanfaatan lahan adalah Kehutanan (hutan produksi dan hutan lindung). Zona II dengan lereng 15-40%, tipe pemanfaatan lahan adalah perkebunan/tanaman tahunan. Zona III Zona IV Zona V Zona VI Zona VII lereng 8 - <15% tipe pemanfaatan lahan untuk wanatani lereng <8% tipe pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan lereng <3% dengan jenis tanah gambut dengan ketebalan <1,5 m tipe pemanfaatan lahan untuk hortikultura, dan ketebalan gambut >1,5 m tipe pemanfaatan lahan untuk kehutanan lereng <3% dengan jenis tanah yang mempunyai kandungan sulfat sangat tinggi (sulfat masam) tipe pemanfaatan lahannya kehutanan (mangrove) dan perikanan pantai. lereng < 8% dengan jenis tanah yang berkembang dari pasir kuarsa (Spodosols dan Quartzipsamments), tipe pemanfaatan lahan adalah kehutanan dan pastura. Dampak/Manfaat yang dihasilkan dari kegiatan ini yaitu pemetaan potensi sumberdaya lahan di masing-masing wilayah dapat diidentifikasi dengan baik sehingga pemanfaatan lahan yang ada dapat dilakukan secara optimal sesuai dengan kesesuaian sumberdaya lahan yang ada. Paket teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi Kegiatan koordinasi lingkup BBP2TP dalam pengumpulan data dan informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman sangat diperlukan sebagai dasar penyusunan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG pertanian untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Data dan informasi SDG dapat diperoleh melalui serangkaian kegiatan inventarisasi dan karakterisasi SDG tanaman, baik secara in-situ di lokasi aslinya maupun ex-situ melalui koleksi tanaman di kebunkebun koleksi. Untuk mewujudkannya diperlukan upaya pembentukan Komda SDG di tiap provinsi dan beberapa kegiatan pendukung, antara lain dalam upaya mendokumentasikan data keanekaragaman dan status keberadaan SDG yang telah dikumpulkan oleh BPTP seluruh Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk: (a) Melaksanakan koordinasi dalam pengumpulan data dan informasi keanekaragaman Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 53

59 serta status keberadaan SDG tanaman di Indonesia, dan (b) Melaksanakan koordinasi beberapa kegiatan SDG lingkup BBP2TP. Keluaran kegiatan ini adalah (a) Data dan informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman dan di Indonesia, serta (b) Data dan informasi beberapa kegiatan SDG lingkup BBP2TP. Data dan informasi keanekaragaman serta status keberadaan SDG tanaman yang akurat dan cepat diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perumusan kebijakan pengelolaan dan pemanfaatan SDG dalam bidang pertanian, dan berdampak bagi terbentuknya sistem pengelolaan dan pemanfaatan SDG nasional. Hasil penitng pelaksanaan kegiatan Koordinasi SDG Tahun 2014 sebagai berikut: a. Jumlah kebun koleksi (KK) di setiap BPTP bervariasi, 13 BPTP tidak memiliki KK, 8 BPTP menggunakan halaman kantor untuk KK. Optimalisasi pengelolaan KK perlu ditingkatkan, terutama untuk konservasi ex situ. b. Komda SDG berperan penting dalam mendukung kegiatan pengelolaan SDG di daerah. Ada 25 komda yang sudah dibentuk, sedangkan sisanya (8 Komda) belum terbentuk; 13 Komda dinyatakan aktif dan 8 Komda dinyatakan tidak aktif. BPTP berperan dalam menginisiasi pembentukan Komda dan mendorong optimalisasi Komda. Outcome dari kegiatan database SDG ini adalah teridentifikasinya sumberdaya lokal yang ada di setiap provinsi. Dengan adanya identifikasi SDG tersebut maka akan memudahkan dilakukan koleksi dan monitoring serta database sumberdaya genetik lokasl yang ada di masing-masing lokasi. Tabel 8. Paket Teknologi Sumberdaya Genetik No. BPTP Inventarisasi ( aksesi) Karakterisasi ( aksesi) Kebun Koleksi; milik BPTP + Umum 1) = total Status Komda SDG 2) 1. Babel = 3 A 2. Bali Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A 3. Banten = 3 A 4. Bengkulu 530 Belum lapor 1+4= 5 A 5. DIY Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B 6. DKI Jakarta Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C 7. Gorontalo Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 C 8. Jabar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A 9. Jambi = 8 A Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 54

60 No. BPTP Inventarisasi ( aksesi) Karakterisasi ( aksesi) Kebun Koleksi; milik BPTP + Umum 1) = total Status Komda SDG 2) 10. Jateng 224 Belum lapor 3+2= 5 A 11. Jatim 45 Belum lapor 0+0= 0 B 12. Kalbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B 13. Kalsel 28 Belum lapor 2+0= 2 B 14. Kalteng = 4 A 15. Kaltim Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A 16. Kepri Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C 17. Lampung Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B 18. Maluku Belum lapor Belum lapor 2+0= 2 B 19. Malut Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 B 20. NAD Belum lapor Belum lapor 2+0= 2 C 21. NTB 266 Belum lapor 2+3= 5 A 22. NTT Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B 23. Papua Belum lapor Belum lapor 1+0= 1 C 24. Papua Barat 39 Belum lapor 2+3= 5 C 25. Riau 18 Belum lapor 1+0= 1 B 26. Sulbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C 27. Sulsel 36 Belum lapor 0+0= 0 B 28. Sultara 48 Belum lapor 1+0= 1 B 29. Sulteng Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 C 30. Sulut 10 Belum lapor 1+0= 1 A 31. Sumbar Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 A 32. Sumsel Belum lapor Belum lapor 0+0= 0 B 33. Sumut 46 Belum lapor 4+2= 6 A Keterangan: Kebun koleksi milik umum: petani, swasta, pemda. Status Komda: A. Sudah terbentuk dan aktif; B. Sudah terbentuk dan belum aktif; C. Belum terbentuk. Capaian Kinerja Teknologi Spesifik Lokasi Capaian kinerja Teknologi Spesifik Lokasi tahun 2014 masuk dalam kategori berhasil (mencapai 100%), sementara tahun capaian kinerja masuk kategori sangat berhasil (Capaian >100%) namun perbedaan persentase capaian tidak berbeda secara signifikan setiap tahunnya. Target jumlah teknologi yang ditetapkan pada tahun 2014 lebih tinggi daripada tahun sebelumnya sehingga capaian yang dihasilkan lebih tinggi daripada tahun sebelumnya meskipun secara persentase belum masuk kategori sangat berhasil. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 55

61 SASARAN Tersedianya inovasi pertanian unggul spesifik lokasi INDIKATOR KINERJA Jumlah teknologi spesifik lokasi (teknologi) REALISASI (%) , Jika dihitung sejak telah dihasilkan sebanyak 889 teknologi spesifik lokasi terdiri dari : 293 paket Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Spesifik Lokasi, 70 Paket Teknologi Budidaya Hortikultura Spesifik Lokasi, 66 Paket Teknologi Budidaya Perkebunan Spesifik Lokasi, 59 Paket Teknologi Pascapanen Spesifik Lokasi, 136 Paket Teknologi Peternakan Spesifik Lokasi, 61 Teknologi Kelembagaan Spesifik Lokasi, 18 Paket Teknologi Sumberdaya Lahan, 69 Paket Teknologi AEZ Spesifik Lokasi, 66 Paket Teknologi Plasma Nutfah dan Sumberdaya Genetik Spesifik Lokasi, 6 Paket Teknologi Mekanisasi Spesifik Lokasi, 33 Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan Lestari, dan 12 Laboratorium Lapang (Gambar 15). Gambar 15. Capaian Teknologi Spesifik Lokasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 56

62 Faktor keberhasilan dalam pencapaian indikator kinerja ini yakni adanya pengawalan kegiatan melalui kegiatan monitoring dan evaluasi kegiatan pengkajian mulai dari awal hingga tahap akhir kegiatan dan dukungan intensif dari manajemen. Hal ini dapat mengatasi berbagai permasalahan yang terjadi dalam pencapaian output teknologi spesifik lokasi seperti kekurangan SDM di Kepri dapat diatasi dengan pendistribusian kerja yang lebih baik dan efektif. Serangan penyakit busuk umbi, mati pucuk dan ulat bawang yang tinggi (75%-95%) pada kegiatan Pengkajian pengembangan VUB Bawang Merah di NTB dapat diatasi dengan pengamatan secara berkala dan pengendalian dengan pestisida sesuai anjuran, sementara kelangkaan pupuk KCL 60% dan K2O diganti dengan NPK Phonska. Cuaca ekstrim tak dapat diprediksi, serangan OPT tinggi seperti di Sumsel dapat diatasi dengan menunda pelaksanaan pertanaman, penanggulangan H/P. Sedangkan BPTP Sumut membina petani sebagai penangkar di tingkat kelompok tani guna mengaasi permasalahan ketersediaan bnih bermutu yang terbatas. Sasaran 2 : Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur melalui jumlah teknologi yang didiseminasikan kepada pengguna. Adapun pencapaian indikator kinerja adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna Indikator kinerja sasaran yang telah ditargetkan dalam Tahun 2014 telah tercapai sebesar 100 persen, atau terealisasi 329 teknologi yang didiseminasikan dari target 329 teknologi, sehingga masuk dalam kategori berhasil. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 57

63 Tabel 9. Rekapitulasi Output Teknologi yang Didiseminasikan No Kategori Jumlah Teknologi 1 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Padi 48 2 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Jagung 13 3 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan PTT Kedelai 16 4 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH) 48 5 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Swasembada Daging Sapi/Kerbau (PSDSK) 37 6 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Program P2T Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan Kakao 7 8 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan m-krpl 33 9 Diseminasi Paket Teknologi dalam Pendampingan m-p3mi Pengembangan Model Inovasi Laboratorium Lapang Diseminasi Teknologi Kalender Tanam Teknologi Pascapanen Teknologi Perkebunan 3 20 Diseminasi Teknologi Ayam KUB 7 Total 329 Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan PTT Padi, Jagung, Kedelai BPTP sebagai ujung tombak pelaksanaan kegiatan Badan Litbang di daerah, mendampingi kawasan PTT 1000 hektar. Adapun bentuk pendampingan yang dilakukan meliputi display VUB, pelatihan PL1 (tingkat provinsi) dan PL2 (tingkat Kabupaten), penyiapan dan penyebaran materi diseminasi, temu lapang, dan rekomendasi teknologi. Pendampingan Kawasan 1000 ha dapat meliputi satu desa/hamparan, atau beberapa desa dalam satu kecamatan, atau beberapa desa pada beberapa kecamatan. Diseminasi teknologi dalam kegiatan PTT tersebut meliputi komponen dasar PTT meliputi VUB, benih bermutu/berlabel, bahan organik, pola tanam jarwo, pemupukan sesuai kebutuhan, pengendalian OPT. Sedangkan komponen pilihan penerapan PTT berupa pengolahan lahan sesuai musim tanam, penggunaan bibit muda, tanam bibit per rumpun, pengairan intermitten, penyiangan mekanis, serta panen tepat waktu. Outcome dari kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 58

64 ini yaitu telah diterapkannya teknologi PTT tersebut di lokasi PTT dengan luasan penerapan antara 40-80% sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 10. Luasan Penerapan Komponen Teknologi PTT Padi Penerapan Teknologi PTT pada komoditas padi Komponen dasar Unit SL Menerap % kan Varietas unggul baru ,2 Benih bermutu dan berlabel ,6 Pemberian bahan organik ,2 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo ,7 Pemupukan berdasarkan kebutuhan ,2 tanaman dan status hara tanah Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT ,4 Komponen pilihan Pengolahan lahan sesuai musim dan pola ,2 tanam Penggunaan bibit muda (< 21 hari) ,2 Tanam bibit 1 3 batang per rumpun ,3 Pengairan secara efektif dan efisien ,4 (intermitten) Penyiangan mekanis (bisa dgn bantuan alat) ,4 Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok dan dikeringkan ,5 Tabel 11. VUB Padi yang didiseminasikan di beberapa lokasi PTT No BPTP VUB Padi 1. NAD Inpari 28, 30, dan Ciherang 2. DIY Inpari 23, 10, 19 dan Situbagendit 3. NTB Inpari 19 dan Kalbar Inpari 1, 2, 3, 10, 30 dan Cibogo 5. Kalsel Inpari 10, 16, 17, 20, 30 dan Ciherang 6. Sultra Inpari 15 Diseminasi Teknologi PTT Jagung meliputi penerapan Varietas Unggul Baru, penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman,e pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, pengendalian OPT, pengelolaan lahan, pembubunan, pembuatan saluran irigasi, pengendalian gulma, serta panen tepat waktu. VUB yang didiseminasikan antara lain Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning 1, Srikandi Putih 1, P12, Bisma, Bima (3,4,6,9,19), dan Hibrida. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 59

65 Tabel 12. VUB Jagung yang didiseminasikan di lokasi PTT No BPTP VUB Jagung 1. NAD Lamuru, Sukmaraga, Srikandi Kuning 1, Srikandi Putih 1 2. Jabar P12 dan Bisma 4. Jatim Hibrida, Bima 3, 6, 9 dan NTB Bima 3, 4, 6 6. Kalbar Lamuru, Bima 3 Outcome dari diseminasi ini yaitu penerapan komponen teknologi anjuran antara 28-72% persen. Adapun rincian penerapan per komponen teknologi sebagaimana tabel berikut. Adapun rincian penerapan Komponen Teknologi PTT Jagung sebagaimana tabel berikut. Tabel 13. Penerapan Teknologi PTT pada Komoditas Jagung Penerapan Teknologi PTT pada komoditas jagung Unit SL Menerap % kan Varietas unggul baru ,91 Benih bermutu dan berlabel ,37 Pemberian bahan organik ,55 Pengaturan populasi tanaman ,99 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman ,60 Pengendalian OPT ,17 Pengolahan lahan ,32 Pembubunan ,96 Pembuatan saluran irigasi ,07 Pengendalian gulma ,62 Panen tepat waktu dan ,91 Diseminasi Teknologi PTT Kedelai meliputi penerapan Varietas Unggul Baru, penggunaan benih bermutu, pemberian bahan organik, pengaturan populasi tanaman,e pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman, pengendalian OPT, pengelolaan lahan, penggunaan pupuk organik, penggunaan amelioran, pengairan pada periode tertentu, serta panen tepat waktu. VUB yang didiseminasikan antara meliputi varietas Anjasmoro, Agromulyo, Grobogan, Panderman, Kaba, Burangrang, Ijen, Gema, dan Mahameru. Tabel 14. Beberapa VUB Kedelai yang didiseminasikan di lokasi PTT No BPTP VUB Kedelai 1. NAD Anjasmoro, Agromulyo, Grobogan dan Panderman 2. Jatim Argomulyo, Kaba, Anjasmoro 3. Kalbar Burangrang, Anjasmoro, Argomulyo, Ijen dan Gema 4. Kaltim Anjasmoro, Mahameru Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 60

66 Tabel 15. Luasan Penerapan Komponen Teknologi PTT Kedelai Penerapan Teknologi PTT pada komoditas kedelai Unit SL Menerap % kan Varietas unggul baru ,44 Benih bermutu dan berlabel ,50 Saluran drainase ,41 Pengaturan populasi tanaman ,27 Pemupukan berdasarkan kebutuhan ,42 Pengendalian OPT ,10 Penyiapan lahan ,46 Penggunaan pupuk organik ,67 Penggunaan amelioran ,02 Pengairan pada periode tertentu ,56 Panen tepat waktu dan pengeringan ,38 Untuk penerapan teknologi Jarwo, telah diimplementasikan di 1,7 juta ha atau sekitar 23% dari total luas tanam 7,4 juta hektar. Penggunaan jarwo transplanter dapat meningkatkan provitas sebesar 27% dibandingkan dengan penanaman tanpa menggunakan jarwo. Tabel 16. Luas Tanam Jarwo dan Produktivitasnya Tabel luas tanam jajar legowo dan produktivitasnya, 2014 No Provinsi Total Luas tanam (ha) Luas tanam Jarwo 2014 (ha) Luas Jarwo (%) Provitas non jarwo Provitas jarwo Kenaikan provitas (%) 1 NAD 317, ,844 58, SUMUT 295, ,579 60, RIAU 39,000 5, SUMBAR 319,750 30, SUMSEL 354,581 51, BABEL 5,872 2, BENGKULU 61,135 22,801 37,30 4,49 5,74 27,84 8 JAMBI 176,423 66, LAMPUNG 164,500 40, BANTEN JABAR 923, , JATENG 609, , DIY 75,000 60, JATIM 2,144, , BALI 28,550 15, NTB 238, , NTT 13,000 2, KALTIM 94,585 45, KALBAR 165,000 1, KALTENG 74,000 6, KALSEL 496,279 2, SULUT 29,784 7, SULTENG 253, , SULTRA 78,200 2, SULSEL 369,850 26, SULBAR 67,887 25,500 37,56 4,74 5,80 22,36 27 GORONTALO MALUT 5, MALUKU 1, PAPUA 17, PAPUA BARAT 3,696 1, Total 7,423,171 1,752, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 61

67 Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan kawasan agribisnis hortikultura (PKAH) Pada tahun 2014, BBP2TP melaksanakan kegiatan pendampingan PKAH di 22 Provinsi, yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Jambi, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Sulawesi Utara, Sumatera Selatan. Dari aspek komoditas yang diusahakan antara lain meliputi komoditas jeruk, kentang, manggis, bawang merah, cabai merah, krisan, strawberry, dan buah naga. Dari aspek pendampingan teknologi, telah dilakukan antara lain melalui narasumber pada pelatihan pemupukan ramah lingkungan, budidaya dan pengendalian OPT Cabai di Jawa Timur. Pelatihan juga dilaksanakan dnegan materi pengendalian OPT, penanganan buah, pasca panen, dan pemasaran. Upaya untuk meningkatkan produksi komoditas Hortikultura di lakukan melalui pendampingan PKAH melalui: 1) demplot teknologi budidaya, teknologi pembibitan, serta teknologi pengendalian HPT; 2) Pascapanen, pengembangan produk dan pemasaran: penyimpanan benih, penanganan buah segar; pengemasan dan pengolahan; 3) Sebagai narasumber pada kegiatan ToT dengan materi budidaya, pengolahan hasil, pupuk organik dan pertanian ramah lingkungan; 4) Sosialisasi teknologi inovatif meliputi teknologi off-season, teknologi supergenol, penggunaan pupuk organik plus. Pendampingan yang dilakukan dari aspek penyediaan bahan dan materi penyuluhan, dilaksanakan melalui penyiapan juknis, leaflet, dan buku saku. Sebagai contoh di Sumatra Utara, dibuat juknis budidaya kentang granola menggunakan benih bermutu. Leaflet yang diterbitkan antara lain teknologi produksi krisan potong. Sedangkan buku saku yang dicetak antara lain teknologi pembuatan pestisida nabati dan mikroorganisme lokal. Pada tahun 2014, kegiatan PKAH melakukan Pendampingan Rencana Aksi Perbenihan Bawang Merah di 9 BPTP yaitu di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, dan NTB. Pendampingan dilaksanakan melalui diseminasi jenis varietas bawang merah meliputi Katumi, Pikatan, Mentes, Sembrani, Maja, dan Bima serta varietas cabai merah meliputi Chiko, Kencana, Kopay, dan Patra. BPTP Sumut menggunakan bawang merah varietas katumi dan maja. BPTP Jateng memilih bawang merah Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 62

68 varietas Bima, BPTP Sumbar menggunakan varietas Brebes dan Katumi, BPTP Riau menggunakan Pikatan, BPTP DIY menggunakan Katumi, dan BPTP Kalteng menggunakan Bima dan Pikatan. Sedangkan BPTP Sulsel menggunakan Mentes dan Pikatan. Lokasi Sumut tanaman bawang merah sudah panen, namun belum berhasil sertifikasi karena alasan non teknis, perbanyakan benih dilakukan di lahan petani calon penangkar. Menurut Tim Balitsa, Sumut dapat dibina menjadi salah satu sumber benih bawang merah di wilayah Sumatera. Sedangkan di Jateng pendampingan LL-PAH dan SL-PAH dilaksanakan dalam bentuk keterlibatan sebagai narasumber penelitian dan pembinaan kelembagaan pada kelompok tani. Disamping itu juga dibuat Demplot perbenihan seluas ± 2000 m2 yang sekaligus merupakan inisiasi Kebun Benih Induk (KBI) bawang merah di lahan penangkar yang terdapat di area LL-PAH. Dilakukan dua kali tanam, bulan Mei 2014 dengan menggunakan sumber benih dari Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) dan penangkar lokal Jawa Tengah dan bulan September Kegiatan bekerjasama dengan BPSB setempat (rogouing dan sertifikasi benih). Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan Tebu (P2T3) Peningkatan produktivitas tebu dan rendemen gula dilakukan melalui: (a) bongkar ratoon, dengan komponen inovasi penggunaan varietas unggul, bongkar tanaman keprasan (Ratoon Cane) lebih dari 6 kali dan penyediaan teknologi budidaya; (b) rawat ratoon dengan komponen teknologi pedot oyot, penggunaan pupuk organik, kletek, dan pengairan. Disamping upaya instensifikasi tanaman diupayakan juga untuk melakukan upaya ekstensifikasi. Puslitbangbun menghasilkan 6 (enam) varietas tebu hasil kultur jaringan yaitu PS851, PS 862, PS 864, PS 881, PS 888, dan PSJT dan ditambah beberapa varietas yang belum direlease. Takaran pupuk yang direkomendasikan disesuaikan berdasarkan hasil analisis tanah dari BB.Tanah dan Agroklimat. Sementara BB.Mektan memdukung dalam penyediaan alat mesin pertanian (Alsintan). Untuk mempercepat proses adopsi teknologi, teknologi baru tersebut akan digelar dalam bentuk Demarea di sebelas Provinsi pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 63

69 Gambar 17. Teknologi rawat ratoon dengan varietas campuran TLH 1 dan TLH 2 Kegiatan Demarea di setiap lokasi direncanakan mencapai luas 4 (empat) ha, dilaksanakan di lahan irigasi dan lahan kering/tegalan, dan teknologi introduksi berupa: (a) penanaman dengan sistem bongkar ratoon (Plant Cane) meliputi single dan double row, dan (b) keprasan (Ratoon Cane) meliputi teknologi introduksi (teknologi baru) dan teknologi petani (existing technology) sebagai pembanding. Kegiatan P2T3 dilakukan di 11 (sebelas) provinsi dan ditempuh melalui kegiatan perluasan areal dan perbaikan teknologi bongkar ratun, rawat ratun, dan pembangunan Kebun Bibit Datar (KBD). Perluasan areal ditargetkan sebanyak ha tersebar di 66 kabupaten lokasi pengembangan, bongkar ratun seluas ha tersebar di 70 kabupaten, rawat ratun seluas ha di 73 kabupaten, dan pembangunan KBD ha tersebar di 65 kabupaten. Dari rencana Lokasi dan Volume Kegiatan tersebut, kegiatan yang akan dilaksanakan tahun 2013 baru Kegiatan Percepatan Penerapaan Teknologi Tebu Terpadu (P2T3) melalui Demarea di sebelas provinsi sementara perluasan areal dan Kebun Bibit Datar belum akan dilaksanakan. Sehingga dalam pendampingan P2T3 lebih difokuskan pada pelaksanaan Demarea P2T3 di sebelas provinsi. Fokus kegiatan pendampingan tebu meliputi pelatihan, temu teknologi, serta diseminasi varietas unggul baru tebu hasil litbangtan. Secara umum, introduksi teknologi PC juring ganda, PC juring tunggal, dan RC intensif yang dikembangkan di 11 provinsi, mampu meningkatkan produktivitas tebu sekitar 36-37% lebih tinggi dibandingkan dengan pola petani. Sedangkan produksi yang dihasilkan untuk ketiga jenis teknologi tersebut antara Ton, lebih tinggi dibandingkan pola petani yang hanya menghasilkan 56 Ton. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 64

70 Prosentase Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014 Tabel 17. Produktivitas Rata-rata Demplot P2T3 No Jenis Teknologi Produksi tebu (ton) Kenaikan (%) Kenaikan terhadap kontrol (%) 1 PC Juring Ganda 82,5 6,45 47,05 2 PC Juring Tunggal 77,5 0,91 38,14 3 RC Intensif 76,8 36,89 36,89 4 RC Petani (control) 56,1 - - Diseminasi paket teknologi dalam pendampingan PSDSK Tahun 2014 jumlah Laboratorium Lapang PSDSK sebanyak 45 LL, terdiri dari 20 LL Pembibitan Sapi, 9 LL Penggemukan Sapi, 13 LL Pembibitan dan Penggemukan Sapi, serta 3 LL Pembibitan dan Penggemukan Kerbau. Jumlah LL ini melebihi jumlah LL yang direncanakan dalam rencana aksi pendampingan PSDSK (24 LL) dan melebihi jumlah LL tahun 2013 (29 LL) Introduksi Inovasi Teknologi Tahun Inov. pakan Inov. Reprod./breeding Inov. kesehatan hewan Inov. pengolahan limbah Inov. kelembagaan Inov. pemasaran Tahun , Inovasi pakan paling banyak diintroduksi oleh BPTP sedangkan yang paling sedikit adalah inovasi pemasaran Inov. pakan Persentase Inovasi Teknologi yang di Introduksi dan Inovasi Teknologi yang diadopsi (Tahun ) Inov. pengolahan limbah Inov. Tekn. yang diintroduksi dan yang diadopsi Inov. Reprod./ breeding Inov. kesehatan hewan Inov. kelembagaan Inov. pemasaran Introduksi Inovasi pakan lebih nggi untuk introduksi (95,83%) dan adopsi (87,5%), sedangkan inovasi reproduksi persentasenya hampir sama antara yang diintroduksi dan yang diadopsi (60%). Adopsi Bentuk kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh BPTP meliputi pelatihan kepada penyuluh pendamping/sarjana Membangun Desa, Kelompok Tani; penyediaan bahan informasi inovasi rekomendasi teknologi, pembuatan demplot inovasi di lokasi Laboratorium Lapang, Penyelenggaraan Gelar Teknologi. Secara operasional kegiatan PSDSK yang didampingi meliputi kegiatan pembibitan sapi potong, penyelamatan sapi betina produktif, serta permodalan. Adapun teknologi yang didiseminasikan dalam kegiatan pendampingan PSDSK meliputi teknologi pembibitan, formulasi pakan, 6 penggemukan, dan kesehatan hewan. Pendampingan PSDSK sudah banyak dilakukan dan teknologi yang diterapkan pada kegiatan ini adalah dengan 4 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 65

71 melakukan paket teknologi pemeliharaan sapi potong spesifik lokasi yang meliputi teknologi (1) intensifikasi perkandangan, (2) penerapan pakan konsentrat berbasis bahan baku lokal, (3) pelatihan pembuatan pakan komplit. Selama kurun waktu , inovasi teknologi yang paling banyak diintroduksi dan diadopsi yakni inovasi pakan dengan persentase introduksi sebesar 95,83% dan adopsi 87,5%. Sedangkan inovasi reproduksi persenatasenya hampir sama antara yang diintroduksi dan diadopsi yakni 60%. Sementara yang paling sedikit diintroduksi adalah pemasaran. Pemberian pakan tambahan terhadap induk sapi potong pra dan post partus/flushing untuk menghasilkan bobot lahir pedet sebesar 29 kg, pbbh 0,52 kg/ekor/hari, dan epp 60 hari. Optimalisasi pemberian pakan pada pedet pasca sapih diperoleh rata-rata pertambahan bobot badan harian sebesar 0,47 kg/ekor/hari. Teknologi yang didiseminasikan melalui demplot ternak sapi menggunakan inovasi teknologi budidaya sapi bali, inovasi teknologi pengolahan limbah ternak kompos, dan inovasi teknologi pakan. Secara rinci hasil kinerja pendampingan PSDSK dapat dilihat pada tabel berikut Tabel 18. Kinerja Hasil Kegiatan Pendampingan PSDSK No Parameter Eksisting Pendampingan 1 Calving Rate (%) Mortalitas Pedet (%) Calf Crop (%) Mortalitas Induk (%) 2-3 <1 5 Nilai S/C padaib 1,5-2,5 <1,5 6 Calving Interval (bulan) Gambar 18. Kegiatan temu lapang bersama peternak dan pemerintah daerah etempat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 66

72 Gambar 19. Teknologi pembibitan, formulasi pakan, penggemukan dan kesehatan hewan Gambar 20. Beberapa kegiatan pembiakan dan penggemukan sapi Diseminasi paket teknologi dalam kegiatan m-krpl Dalam upaya pemberdayaan rumah tangga secara lestari dalam satu kawasan, untuk dapat menyediakan pangan keluarga yang beragam, gizi seimbang dan aman, melalui pemanfaatan teknologi inovatif, yang diikuti multi-aktivitas dan terintegrasi dengan berbagai kegiatan ekonomi kreatif. Melalui kegiatan ini diwujudkan kemandirian pangan keluarga dan kelestarian lingkungan. Pada tahun 2013, model Kawasan Rumah Pangan Lestari dikembangkan di 2 kabupaten di setiap provinsi. Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) selama tahun 2013 antara lain dilakukan dengan mcengoptimalkan lahan pekarangan dan memberikan kontribusi serta manfaat pada peserta program melalui peningkatan fungsi pekarangan, memperbaiki skor PPH, dan mengurangi pengeluaran biaya rumah tangga, dan menambah pendapatan keluarga. Teknologi Kebun Bibit Induk dan kebun Bibit Desa/Kelurahan sudah menjadi sumber bibit/benih untuk kebutuhan masing-masing wilayah. Kegiatan m-krpl selain mewujudkan kemandirian pangan masyarakat melalui diversifikasi pola konsumsi berbasis Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 67

73 potensi pangan lokal, penurunan biaya kebutuhan pangan harian, dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Pada tahun 2014, kegiatan KRPL tidak lagi dilakukan dengan membuat model di setiap BPTP. Fokus dari kegiatan KRPL pada tahun 2014 adalah penguatan KBI di setiap Provinsi dan KBD di setiap lokasi m-krpl. Kegiatan penguatan KBI dilakukan melalui pembaharuan benih, pelatihan kepada pengelola KBI/KBD, serta perbaikan infrastruktur KBI/KBD. Sedangkan kegiatan pendampingan baik itu pelatihan maupun penyebaran materi diseminasi difokuskan kepada pendampingan di lokasi KRPL Badan Ketahanan Pangan di setiap Provinsi. Teknologi optimasi lahan pekarangan ini telah diadopsi di 33 provinsi oleh masyarakat maupun stakeholder. Dampak dari inovasi teknologi ini yaitu peningkatan gizi masyarakat dari beragam jenis pangan; diversifikasi pangan yang dicerminkan dengan kenaikan PPH rata-rata 6,7 ton; penghematan anggaran belanja rumah tangga antara Rp 125 ribu-825 ribu. Gambar 21. Sebaran Implementasi m-krpl Diseminasi paket teknologi dalam kegiatan m-p3mi Badan Litbang Pertanian mulai tahun 2011 melakukan terobosan diseminasi dengan menginisiasi model Spectrum Diseminasi Multi Channel (SDMC). Pendekatan SDMC, memanfaatkan berbagai saluran komunikasi dan pemangku Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 68

74 kepentingan (stakeholders) yang terkait. Penyebaran teknologi tidak lagi dilakukan hanya pada satu pola diseminasi, tetapi dilakukan secara multi channel. SDMC dibangun untuk memperkuat sistem diseminasi inovasi pertanian dan sekaligus mendukung eksistensi kelembagaan penyuluhan. SDMC bertujuan untuk meningkatkan adopsi inovasi pertanian oleh pengguna. Pengguna teknologi Badan Litbang Pertanian terdiri dari Gapoktan/Poktan/KTNA/Petani, Pemda, BUMN, Pengambil keputusan nasional/daerah, penyuluh, Pengusaha/ swasta/ industri, Peneliti/Ilmuwan. Model Pengembangan Pertanian Perdesaan melalui Inovasi (m- P3MI) yang merupakan implementasi konsep SDMC, mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian, sehingga tercapai kondisi sosial ekonomi yang lebih baik yang ditunjukkan oleh pemerataan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di perdesaan. Dukungan inovasi untuk pengembangan pertanian di perdesaan telah tersedia melalui jasa penelitian maupun pengkajian yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Sebagian teknologi tersebut telah tersebar ditingkat pengguna dan pemangku kepentingan (stakeholder), namun pengembangannya ke target area yang lebih luas perlu percepatan. Tujuan m-p3mi adalah untuk mempercepat arus diseminasi teknologi, Memperluas spektrum atau jangkauan sasaran penggunaan teknologi berbasis kebutuhan pengguna, Meningkatkan kadar adopsi teknologi inovatif Badan Litbang Pertanian, dan Untuk memperoleh umpan balik yang akan digunakan untuk menyempurnakan model pengembangan. Keluaran akhir dari m-p3mi adalah Model Pembangunan Pertanian Perdesaan yang efektip dengan mengoptimalkan penggunaan sumberdaya pertanian di perdesaan. Teknologi yang telah didiseminasikan melalui kegiatan M-P3MI dilakukan di setiap propinsi masing-masing terdiri dari 2 kabupaten. Tabel 19. Teknologi yang telah berkembang di lapang pada kegiatan m-p3mi Teknologi yang telah berkembang dilapang No Komoditas Teknologi 1. Tanaman Pangan Teknologi padi di beberapa tempat telah dibina petani penangkar benih yang mampu menyediakan benih bermutu bagi anggotanya, serta petani disekelilingnya. 2. Tanaman Perkebunan 3. Integrasi Ternak Sapi dengan Tanaman Teknologi kakao telah berkembang teknik sambung samping. Telah berkembang pembuatan pupuk cair dari urine dan pupuk kandang dari kotoran sapi dan telah digunakan untuk tanaman sebagai pupuk dan pestisida nabati. 4. Teknologi diatas telah terdiseminasi secara gradual ke petani dan stakeholders Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 69

75 Fungsi BB Pengkajian dalam pendampingan MP3MI adalah mengkoordinir kegiatan m-p3mi yang dilakukan BPTP agar sesuai dengan Pandum m-p3mi sehingga secara bertahap ke sembilan indikator yg telah ditetapkan dapat tercapai, dan model pembangunan pertanian berbasis perdesaan terwujud dan bisa dicontoh oleh pihak pemangku kebijakan untuk direplikasi kedesa lain yang sejenis (bio-fisik dan sosek). Komoditas dan inovasi teknologi yang dilaksanakan di lokasi m-p3mi meliputi komoditas dan teknologi hortikultura, tanaman pangan, tanaman perkebunan, tanaman hias bunga potong, peternakan, serta integrasi tanaman ternak. Teknologi yang telah berkembang di masyarakat antara lain teknologi padi yang telah dibina di beberapa tempat oleh petani penangkar; teknologi kakao melalui kegiatan sambung samping; teknologi pembuatan pupuk cair dan pupuk kandang dari kotoran sapi. Teknologi yang telah diperkenalkan tersebut telah didiseminasikan secara gradual ke petani dan stakeholder. Dampak dari inovasi teknologi yang diperkenalkan tersebut, telah meningkatkan produktivitas antara 21-80%, dengan peningkatan pendapatan antara persen. Pasang Surut 8,33% Kering 63,89% Sawah 27,78% Ternak 29,79% Perkebuna n 10,64% Off Farm 2,13% Pangan 40,43% Sebaran MP3MI Menurut Agro ekosistem di 33 Provinsi Horti 17,02% Sebaran MP3MI Menurut Komoditas/Aktivitas di 33 Provinsi Gambar 21. Sebaran MP3MI menurut Agroekosistem dan Komoditas di 33 Propinsi Gambar 22. Benih yang akan di kembangkan Gambar 23. Proses penanaman padi sistim jarwo Gambar 24. Sekolah lapang bagi petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 70

76 Diseminasi paket teknologi melalui aplikasi Kalender Tanam (KATAM) Teknologi kegiatan pendampingan Kalender Tanam dilakukan dengan melalui sosialisasi pendampingan Katam dan telah terjadi penerapan inovasi teknologi model percepatan tanam baik di lokasi pengkajian maupun di wilayah luar lokasi pengkajian. Telah diperoleh peningkatan penyediaan benih, peningkatan kinerja kelompok tani, Pemerintah Daerah, dan kelembagaan pendukung usahatani dan telah dilakukan rintisan jaringan kerjasama antar kelembagaan agribisnis di lokasi pengkajian. Pendampingan Katam dilakukan dengan menginventarisasi varietas, kebutuhan benih unggul padi, luas dan potensi lahan, rekomendasi kebutuhan pupuk, data iklim, serta organisme pengganggu tanaman (OPT) per kecamatan di setiap kabupaten/kota. Sosialisasi Katam Terpadu baik MT , MT , maupun MT /2015 untuk seluruh kabupaten/kota dalam bentuk hardcopy dan CD disebarkan kepada seluruh kabupaten/kota. Tabel 20. Sosialisasi Katam Terpadu di BPTP 2014 Musim Tanam Jumlah sosialisasi Jumlah lokasi yang memperoleh sosialisasi Kehadiran (Jml orang) Jumlah BPP yang hadir (unit BPP) Kab Kec Penyuluh Dinas Petani MT II III Pelaksanaan Katam dilakukan melalui pelaksanaan koordinasi intern dan antar instansi telah dilakukan dan perlu lebih ditingkatkan. Kendala dari pelaksanaan Katam yakni: 1) rendahnya pemahaman petani terhadap perubahan iklim, 2) ketidaksesuaian informasi jadwal tanam dengan eksisting dan cakupannya hanya sampai tingkat kecamatan, 3) ketersediaan air dan alsintan pada saat jadwal tanam yang direkomendasikan tidak sesuai, 4) koneksi internet di beberapa daerah sangat kurang memadai sementara informasi terkait iklim sebagian besar berbasis IT, 5) kurangnya kemampuan penyuluh lapangan dalam memahami informasi iklim, 6) minimnya data pendukung dari instansi terkait, 7) belum adanya tim gugus tugas Katam yang berasal dari Instansi terkait, dan 8) data katam perlu dilakukan perbaikan agar lebih akurat. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 71

77 Gambar 25. Bagan Koordinasi Pendampingan KATAM Terpadu Capaian Kinerja Teknologi yang Didiseminasikan Capaian kinerja indikator jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna sejak sebesar 100% dan masuk dalam kategori berhasil. Hanya tahun 2010 yang capaiannya kurang dari 100% yakni 73,8% dan masuk dalam kategori cukup berhasil. Sedangkan tahun 2011 capaiannya lebih dari 100% (sangat berhasil) namun tidak terlalu signifikan perbedaannya dengan capaian tahun Tabel 21. Capaian Jumlah Teknologi yang didiseminasikan SASARAN Terdiseminasinya inovasi pertanian spesifik lokasi yang unggul serta terhimpunnya umpan balik dari implementasi program dan inovasi pertanian unggul spesifik lokasi INDIKATOR KINERJA Jumlah teknologi yang didiseminasikan ke pengguna (teknologi) REALISASI (%) ,8 108, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 72

78 Gambar 26. Capaian Teknologi yang didiseminasikan Indikator kinerja teknologi yang didiseminasikan ke pengguna pada tahun 2010 dihasilkan sebanyak 236 teknologi melalui kegiatan FEATI dan PUAP. Tahun 2011 terjadi peningkatan jumlah teknologi menjadi 347 teknologi (103%) dan masuk pada kategori sangat berhasil. Teknologi yang didiseminasikan yakni 124 teknologi tanaman pangan, 66 teknologi tanaman hortikultura, 50 teknologi peternakan, 22 teknologi perkebunan, 67 teknologi pascapanen, dan 18 inovasi kelembagaan. Tahun 2012 kembali terjadi peningkatan jumlah diseminasi teknologi menjadi 382 teknologi (100%) dan kembali masuk pada kategori sangat berhasil. Adapun teknologi yang didiseminasikan yaitu 131 teknologi tanaman pangan, 58 teknologi tanaman hortikultura, 17 teknologi perkebunan, 73 teknologi peternakan, 29 teknologi pascapanen, 33 teknologi iklim, 7 teknologi sumberdaya lahan, dan 34 inovasi kelembagaan. Tahun 2013 tercapai besar 100 persen, atau terealisasi 330 teknologi yang didiseminasikan dari target 330 teknologi, sehingga masuk dalam kategori berhasil. Sedangkan tahun 2014 juga masuk kategori berhasil dengan mendiseminasikan sebanyak 329 teknologi melalui diseminasi paket teknologi pada kegiatan lingkup BBP2TP. Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa indikator kinerja teknologi yang didiseminasikan sejak telah mencapai target kategori berhasil. Sejumlah teknologi tersebut di antaranya telah digunakan secara luas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 73

79 dan terbukti menjadi pendorong utama perkembangan usaha dan sistem agribisnis berbagai komoditas pertanian. BPTP memiliki mandat untuk melakukan pendampingan teknologi PTT Padi, Jagung, Kedelai, Pengembangan Kawasan Agribisnis Hortikultura, program Swasembada Daging Sapi/Kerbau, Kakao, serta Percepatan Produksi Tebu serta program strategis Kementan lainnya. Sasaran 3 : Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan dan pengembangan inovasi pertanian Sasaran ini diukur dengan indikator kinerja, yaitu: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran 216 laporan 216 laporan Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis 2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana 3. Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001: Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 5. Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional 6. Jumlah laboratorium yang terfungsikan secara produktif 7. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif 8. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang terfungsikan secara produktif 9. Jumlah website yang terupdate secara berkelanjutan 10. Jumlah juklak/juknis Indikator Kinerja jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran pada tahun 2014 tercapai sebanyak 216 laporan (100%) dan masuk dalam kategori berhasil. Adapun sub indikator yang tercapai dapat dilihat pada tabel berikut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 74

80 Tabel 22. Capaian Kegiatan Pendampingan lingkup BBP2TP Indikator Kinerja Target Realisasi % 1. Jumlah laporan kegiatan pendampingan model diseminasi SDMC dan program strategis 2. Jumlah dokumen perencanaan dan evaluasi kegiatan serta administrasi keuangan, kepegawaian, dan sarana prasarana 195 laporan 195 laporan laporan 3 laporan Jumlah BPTP yang menerapkan ISO 9001: laporan 1 laporan Jumlah SDM yang meningkat kompetensinya 1 laporan 1 laporan Jumlah publikasi bertaraf nasional/internasional 1 laporan 1 laporan Jumlah laboratorium yang terfungsikan secara produktif 7. Jumlah kebun percobaan yang terfungsikan secara produktif 8. Jumlah unit usaha penangkaran benih sumber yang terfungsikan secara produktif 9. Jumlah website yang terupdate secara berkelanjutan 1 laporan 1 laporan laporan 1 laporan laporan 1 laporan laporan 1 laporan Jumlah juklak/juknis 1 laporan 1 laporan 100 Kegiatan Pendampingan Pada tahun 2014, target laporan yang diperoleh dari kegiatan pendampingan terdiri dari 216 laporan. Adapun kegiatan pendampingan yang dilakukan di BPTP meliputi pendampingan PTT padi, jagung, kedelai di 32 provinsi; pendampingan KRPL BKP di 33 provinsi; laporan PUAP di 33 provinsi, kegiatan Percepatan Penerapan Tebu Terpadu di 11 provinsi, diseminasi KATAM di 32 Provinsi, diseminasi PKAH di 21 Provinsi, serta kegiatan Model Pengembangan Pertanian Perdesaan Melalui Inovasi (M-P3MI) di 33 provinsi. Tugas pendampingan SLPTT diatur dalam Permentan 45 Tahun 2011 dan dikuatkan oleh Keputusan Kepala Badan Litbang Pertanian No. 509 tahun Program pendampingan SL-PTT Padi, Jagung dan Kedelai dikelompokkan dalam tiga wilayah, yakni wilayah pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan. Luasan untuk masing-masing wilayah adalah yaitu: (1) Wilayah pertumbuhan PTT Padi ( ha), Jagung ( ha) dan kedelai ( ha), (2) Wilayah pengembangan PTT Padi ( ha), Jagung ( ha), dan kedelai ( ha), dan (3) Wilayah Pemantapan PTT Padi ( ha), Jagung ( ha), dan kedelai ha). Program SL-PTT Padi dilaksanakan di 32 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 75

81 propinsi, sedangkan PTT Jagung dan PTT Kedelai dilaksanakan di 24 propinsi. Adapun kinerja pendampingan SLPTT oleh BPTP meliputi/diukur dari : (a) penyediaan rekomendasi teknologi spesifik lokasi sesuai usulan dinas terkait, (b) kalender tanam dan tingkat pemanfaatannya, (c) display uji adaptasi varietas padi dan rekomendasi VUB, (d) publikasi sebagai bahan materi penyuluhan, (e) supervisi penerapan teknologi, dan (f) kendala dalam melakukan pendampingan. Adapun realisasi jumlah display varietas sebesar 98,5% dari rencana 1320 display; gelar teknologi terealisasi 97,5% dari 240 unit; penyediaan materi penyuluhan terealisasi 89,2% dari 130 judul; perbanyakan materi penyuluhan terealisasi 83,1% dari rencana examplar; dari jumlah tersebut telah didistribusikan sebanyak examplar. BPTP juga telah membuat rekomendasi beberapa teknologi spesifik lokasi berupa buku, leaflet dan poster untuk mendukung percepatan adopsi teknologi dalam pelaksanaan SLPTT padi, jagung dan kedelai yaitu: rekomendasi teknologi budidaya padi jagung dan kedelai melalui pendekatan PTT, rekomendasi varietas unggul baru (VUB) padi, jagung dan kedelai, rekomendasi teknologi pemupukan berdasarkan PUTS/PUTK, rekomendasi teknologi pengendalian hama dan penyakit, serta rekomendasi jadwal tanam berdasarkan Kalender Tanam (KATAM). Benih yang akan di kembangkan Proses penanaman padi sistim jarwo Sekolah lapang bagi petani Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 76

82 Peningkatan kompetensi SDM Dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM yang mendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi BB Pengkajian, telah dilaksanakan beberapa kegiatan sebagaimana ditampilkan pada Tabel. Secara keseluruhan jumlah peserta kegiatan pembinaan SDM lingkup BB Pengkajian pada tahun 2014 berjumlah 394 orang lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 (468 orang), dan 2012 (461 orang), hal ini terjadi karena terdapat kegiatan pembinaan SDM yang belum terealisasi di akhir tahun Pelatihan jangka panjang diperuntukkan bagi pegawai yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang D3, S1, S2 dan S3. Pada tahun 2014 terjadi peningkatan jumlah petugas belajar S2, namun terjadi penurunan jumlah di S1 dan S3 namun tidak signifikan. Petugas belajar luar negeri meningkat dibandingkan tahun sebelumnya terutama untuk S2. Jumlah petugas belajar tersebut sebenarnya masih kurang dibandingkan dengan tingginya minat pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan, hal ini disebabkan karena terbatasnya sumber dana APBN yang tersedia. Namun demikian, bagi pegawai yang mampu secara finansial dan memenuhi persyaratan, maka dapat mengajukan permohonan ijin belajar dengan biaya sendiri dan mencari sumber dana (beasiswa) dari luar Badan Litbang. Pelatihan jangka pendek diimplementasikan dalam bentuk pendidikan dan pelatihan di luar maupun di dalam negeri. Selama tahun 2014 jumlah pegawai yang mengikuti diklat fungsional peneliti menurun dibandingkan tahun Bahkan untuk diklat analis kepegawaian belum ada yang mengikuti. Namun terjadi peningkatan dalam diklat teknisi litkayasa yang siginifikan di tahun 2014 sebanyak 58 0rang dibandingkan tahun 2013 yang hanya 5 orang. Jumlah pegawai yang mengikuti training jangka pendek luar negeri menurun dan dalam negeri menurun dibandingkan tahun 2013, namun penurunannya tidak signifikan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 77

83 Tabel 23. Kegiatan pembinaan dan pengembangan SDM lingkup BB pengkajian tahun Jumlah (orang No. Jenis Peningkatan Kompetensi Pegawai I Pelatihan Jangka Panjang 1 Tugas Belajar Dalam Negeri - Program S Program S Program S Tugas Belajar Luar Negeri - Program S Program S II Pelatihan Jangka Pendek 3 Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Pertama Diklat Fungsional Peneliti Tingkat Lanjut Diklat Dasar Penyuluh Tingkat Ahli Diklat Analis Kepegawaian - Tingkat Ahli Tingkat terampil Diklat Teknisi Litkayasa Diklatpim - Tingkat III Tingkat IV 4 8 Diklat Prajabatan Training Jangka Pendek Luar Negeri Training Jangka Pendek Dalam Negeri Total Implementasi ISO 9001: Pengembangan, evaluasi, penyempurnaan dan implementasi SOP Prosedur operasional standar/standard Operating Procedure (SOP) yang dibuat, disusun dan digunakan oleh UPT lingkup BBP2TP adalah untuk memberi jejak arsip dan keseragaman dalam tindakan operasionalnya. Penyusunan dan jenis SOP yang dihasilkan tentu sangat beragam dan berbeda di masing-masing BPTP/LPTP. Di dalam pelaksanaannya, diketahui tidak semua SOP yang sudah dibuat dapat diterapkan dalam kegiatan operasional, bahkan ada kecenderungan SOP hanya sekadar dokumen yang diletakkan di rak atau lemari karena ia tidak dapat difungsikan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 78

84 secara rutin sehingga standar operasional prosedur (SOP) yang sudah dibuat tersebut dapat selalu menjadi acuan/petunjuk yang operasional dalam pelaksanaan kegiatan dan sifatnya selalu terkini. Secara periodik dilakukan koordinasi bahwa dokumen SOP yang sudah dibuat, disarankan bahkan diharuskan untuk diperbarui, khususnya apabila adanya alur kerja yang berubah sehingga harus adanya pembaruan berdasarkan keputusan auditor jaminan mutu. Dengan adanya audit jaminan mutu berkala secara internal dan eksternal sebagai penilaian, perbaikan-perbaikan untuk penyempurnaan harus dilakukan. Agar efektif maka SOP diharapkan agar disusun dan dirumuskan oleh tim yang dibentuk dimasing-masing UPT dengan pelaksana yang berkompeten, sehingga SOP yang dibuat sesuai dengan kebutuhan dan keadaan atau kebutuhan yang sebenarnya. Tentunya SOP tersebut hendaknya disosialisasikan untuk memastikan bahwa ketika implementasi memang sudah siap dan sesuai dengan runtutan pelaksanaan uraian tugas. Selanjutnya perlu dilakukan pemantauan berkala untuk menilai apakah ada kendala, kriteria yang salah, tidak efektif, dll. Selanjutnya seluruh dokumen SOP yang telah direviu tersebut didokumentasikan dengan baik karena berperan terhadap implementasi penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 dimasing-masing UPT. 2. Pengembangan, evaluasi, penyempurnaan dan implementasi Standar mutu ISO 9001:2008 Dokumen ISO 9001:2008 adalah merupakan acuan untuk pelaksanaan standar mutu untuk mendapatkan sertifikasi mutu atau maintenance lebih lanjut, yang sekaligus juga sebagai bahan/standar penilaian dalam rangka audit resertifikasi dan maintenance sertifikasi ISO tersebut. Berdasarkan hasil audit terakhir diidentifikasi perlu adanya penyempurnaan Dokumen Mutu tersebut. Untuk itu, Tim Implementasi ISO 9001:2008 BBP2TP telah mengundang narasumber untuk membantu penyempurnaan Dokumen tersebut. Dokumen hasil penyempurnaan seperti dalam Lampian. Perubahan atau revisi dokumen terutama dilakukan dalam penetapan standar mutu dan prosedur agar dapat lebih operasional dan dikaitkan dengan SOP dan terintegrasi dengan kegiatan Satlak PI. Untuk selanjutnya Dokumen tesebut akan disosialisasikan kepada seluruh Staf melalui Bidang, Bagian, Seksi, Sub Bagian dan Kelji secara keseluruhan untuk diimplementasikan pada kegiatan selanjutnya di BBP2TP. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 79

85 3. Informasi indek kepuasan pelanggan Dalam upaya mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan atas kinerja pelayanan BBP2TP telah disebar dan dikompulasi berupa kuesioner yang disebarkan kepada Instansi Eselon II dan III di Lingkup Balitbangtan. Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh nilai rata-rata sebesar 4,4 yang masuk ke dalam kategori baik dilihat dari skala 1-5 (buruk-baik). Hal ini mengalami peningkatan sebesar 0,1 bila dibandingkan dengan hasil survai pelanggan pada tahun 2013, yaitu dengan nilai 4,3. Responden memberikan nilai beragam yaitu berkisar nilai terkecil 3 dan terbesar 5, hal ini menunjukan bahwa kepuasan pelanggan sudah cukup puas dengan pelayanan BBP2TP. Namun demikian, dari beberapa catatan yang diperoleh perlu adanya perbaikan teutama dalam pelaksanaan kerjasama baik dalam hal pelaksanaan kegiatan, pengkajian, maupun diseminasi hasil pengkajian.nsebagian besar responden tidak memberikan komentar tambahan, hanya terdapat dua masukan yang isinya hampir serupa, yaitu saran mengenai peningkatan kerjasama dibidang informasi dan komunikasi. 4. Koordinasi, pembinaan dan pendampingan SOP, Standar Mutu dan ISO 9001:2008 di BPTP/LPTP Dalam rangka efisiensi dan karena berbagai hal kegiatan ini pelaksanaannya disatukan dalam kegiatan Forum SPI Lingkup BBP2TP. Materi ini merupakan salah satu bagian dari materi forum SPI BBP2TP. Dalam rangka pelaksanaannya pembinaan ini dilakukan melalui penyampaian standar langkah operasional yang diharapkan dapat dijadikan acuan dalam pelaksanaan standa mutu untuk mencapai setifikasi ISO 9001:2008 di Lingkup BBP2TP yang di dalamnya termasuk BPTP/LPTP di seluruh Indonesia. Sistem Manajemen Mutu merupakan sistem manajemen yang berkualitas yang digunakan sebagai pedoman dalam rangka pemantapan kelembagaan dan manajemen sehingga mampu memberikan dukungan dan kontribusi positif untuk menciptakan kinerja yang lebih baik, terutama dalam mencapai pengembangan kelembagaan dan manajemen yang bermuara pada tercapainya Visi dan Misi. Dengan adanya Implementasi ISO 9001 : 2008 akan membantu Kepala Unit Kerja untuk pemantapan kelembagaan dan manajemen pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, sehingga mampu memberikan dukungan dan kontribusi positif untuk menciptakan kinerja yang lebih baik terutama dalam mencapai pengembangan kelembagaan dan manajemen balai besar yang bermuara pada tecapainya kesejahteraan pegawai. Dalam implementasinya perlu Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 80

86 dibuat dan dievaluasi SOP (Standar Operasional Prosedur) masing-masing tupoksi pegawai sesuai dengan jam kerja pelayanan publik. Sehingga dengan dibuatnya SOP diharapkan dapat membantu kelembagaan dan manajemen dapat meningkatkan pelayanan terhadap publik dan menjadi tolok ukur dalam mengevaluasi mutu dan kualitas dari suatu lembaga manajemen. Peningkatan Kapasitas Kebun Percobaan Untuk indikator jumlah Kebun Percobaan yang terfungsikan secara produktif, data KP yang teridentifikasi sebanyak 58 KP yang tersebar di 24 BPTP. Luas KP bervariasi dari yang terkecil seluas 0.12 Ha (KP Wamena-Papua) dan yang terbesar seluas 307 Ha (KP Makariki). Luas KP seluruh BPTP adalah Ha. Data ini mengalami penurunan dibandingkan pada data yang tercantum pada laporan tengah tahun yaitu Ha. Lokasi KP tersebar pada beberapa agroekosistem. Sebanyak 39 KP berada di lahan kering baik lahan kering di dataran rendah, dataran tinggi maupun berbukit, sedangkan sisanya 19 KP berada di lahan sawah dan lahan pasang surut.dengan demikian, komoditas yang ditanam pun bervariasi. KP yang berada di lahan kering pada umumnya menanam buah-buahan, tanaman perkebunan, sedangkan KP di lahan sawah digunakan untuk menanam padi dan palawija. Fungsi atau Pendayagunaan KP antara lain: (1) Penelitian dan Pengkajian, (2) Produksi Benih Sumber/UPBS, (3) Kebun Koleksi Sumber Daya Genetik (SDG), (4) Show Window Inovasi Teknologi, (5) Kebun Produksi dan Model Agribisnis, (6) Pendukung Ketahanan Pangan, (7) Pelatihan/Agrowidyawisata. Berdasarkan Gambar, kegiatan penelitian dan pengkajian merupakan kegiatan pendayagunaan KP yang paling banyak dilakukan oleh BPTP dan juga digunakan untuk produksi benih sumber (UPBS). BPTP tersebut antara lain: BPTP Sumsel, BPTP Babel, BPTP Banten, BPTP Jateng, BPTP Jatim, BPTP Kalbar, BPTP Kalsel, BPTP Kalteng, BPTP Kaltim, BPTP NTB, BPTP NTT, BPTP Sulut, BPTP Sulteng, BPTP Sultra, BPTP Sulsel. Optimalisasi pemanfaatan lahan KP berdasarkan luas area lahan terdapat pada Tabel.KP yang memiliki luas area > 250 Ha hanya terdapat di KP Bacan Maluku Utara dan KP Makariki di Maluku.Namun demikian lahan tersebut belum dikelola secara optimal (optimalisasi lahan <5%). Lahan yang terlalu luas dan belum diberi pagar menjadi hambatan dalam pengelolaan dan keamanan KP tersebut. Hambatan lainnya adalah lokasi KP yang jauh sehingga membutuhkan waktu tempuh yang lama, kurang tersedianya sarana prasarana, juga keterbatasan SDM pengelola KP. Pada Tabel juga dapat dilihat bahwa area lahan yang < 100 Ha, telah dikelola dengan optimal untuk beragam kegiatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 81

87 pemanfaatan maupun pendayagunaan KP. KP lingkup BB Pengkajian mayoritas memiliki luas lahan KP 50 Ha. Dari jumlah Kebun Percobaan yang ada, jumlah yang dimanfaatkan secara optimal dan yang kurang optimal tidak berbeda jauh. Jumlah KP yang optimal sebanyak 27 sedangkan jumlah KP yang kurang optimal/idle sebanyak 29. Pemanfaatan kebun percobaan diarahkan pada kerja sama BPTP dengan pihak lain (mitra kerja sama). Pemanfaatan KP ini dapat dilakukan pada KP yang arealnya luas dan tidak bisa lagi dikelola secara efisien oleh BPTP. Tata cara pemanfaatan barang milik negara dalam hal ini kebun percobaan BPTP harus mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara. Ada beberapa opsi atau bentuk kerja sama yang dapat dilakukan, antara lain: a. Kerja sama dengan koperasi, bisa dilakukan dalam bentuk kegiatan perbenihan/perbibitan tanaman/ternak, produksi dengan sistem bagi hasil, atau disewakan. b. Kerja sama dengan Pemda c. Kerja sama dengan swasta. Jenis kegiatan bisa dalam bentuk penelitian/pengkajian, perbenihan/perbibitan, agrowisata, arena outbond, kegiatan produksi dengan sistem bagi hasil atau disewakan. d. Kerja sama dengan Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian Lainnya. Jenis kegiatan bisa dalam bentuk penelitian/pengkajian, pemanfaatan sumber daya genetik Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 82

88 Tabel 24. Persentase Optimalisasi Lahan KP Berdasarkan Luas Lahan Luas Lahan (Ha) Frekuensi Rata-rata % Optimalisasi Lahan , , , , , ,8 Unit Penangkaran Benih Sumber Pengelolaan data UPBS lingkup BBP2TP tahun 2014 menggunakan sistem informasi berbasis web. Data yang tersedia pada sekretariat UPBS antara lain: (a) Produksi benih padi BPTP/LPTP 2014 (Desember, 2014), (b) Kebutuhan benih beberapa komoditas tanaman pangan 2015, (c) Distribusi varietas padi d) Data logistik benih per Desember Hingga awal bulan Desember tahun 2014, sebanyak 66 varietas benih padi telah diproduksi dari 33 UPBS BPTP/LPTP. Sama seperti tahun 2013, Inpari 13 merupakan varietas yang paling banyak diproduksi oleh UPBS BPTP/LPTP yaitu kg kelas FS, kg kelas SS, kg kelas ES. Lima UPBS BPTP/LPTP yang paling banyak memproduksi benih padi di tahun 2014 adalah Aceh, Bali, Jateng, Sumatra Utara, Kalteng. Berdasarkan data rekapitulasi pada SI UPBS 2014, distribusi varietas benih padi dapat dikelompokkan ke dalam 5 kategori mitra, diantaranya petani perseorangan, penangkar, swasta, pemerintah daerah dan kegiatan Badan Litbang. Petani perseorangan adalah petani yang berada di kabupaten/kota yang umumnya memperoleh benih kelas ES, sedangkan petani penangkar umumnya memperoleh benih kelas SS. Pemerintah daerah yang memperoleh benih dari UPBS BPTP/LPTP sebagai contoh BPSB, BPTP/LPTPH, Dinas Pertanian. Distribusi benih padi terbesar terjadi pada bulan Desember. Data ketersediaan/stok benih padi UPBS BPTP/LPTP yang dipublikasi secara online bermanfaat untuk kegiatan promosi terutama untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 83

89 menginformasikan mengenai ketersediaan benih di UPBS BPTP/LPTP. Pada 4 Desember 2014, UPBS BPTP Sulawesi Tengah memiliki stok benih tertinggi yaitu kg (FS), kg SS di UPBS Papua. Stok benih tertinggi terdapat pada bulan Desember. Pada Gambar perubahan data stok tidak terlihat besar, sejumlah benih padi cukup besar didistribusikan seiring dengan peningkatan produksi pada setiap bulannya. Dengan demikian jumlah stok benih terlihat kecil perubahannya. Gambar 27. Perkembangan UPBS tahun 2014 Target produksi benih sumber kedelai di 14 BPTP (Aceh, Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Banten, Jabar, Jateng, DIY, Jatim, NTB, Sulsel, Sultra dan Kalsel) sebanyak 89,34 ton FS dan 1.384,3 ton SS dengan anggaran sebesar Rp ,-. Hasil koordinasi peningkatan produksi benih sumber kedelai di 14 BPTP dari 5,9 ton BS menjadi 92 ton FS dan menghasilkan 798 ton SS. Dari 798 ton SS sebanyak 201 ton didistribusikan, 489 ton dijadikan stok sedangkan sisanya 108 ton sedang dalam proses uji lab. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 84

90 6. HASIL KOORDINASI PENINGKATAN PRODUKSI BENIH SUMBER KEDELAI DI 14 BPTP 5,9 Ton BS 92 Ton FS 798 Ton SS Distribusi: 201 Ton Stok: 489 Ton Sedang Proses/Uji Lab.: 108 Ton Pendokumentasian terkait kegiatan UPBS mencakup dokumen logistik per bulan, sarpras, sebaran varietas tahun 2013, laporan hasil kunjungan lapang. Sebagian UPBS telah memiliki sarpras yang memadai, dimana mayoritas UPBS dalam kondisi lebih dari 50% sarpras tersedia. 11 BPTP/LPTP lainnya perlu dibina untuk mendorong kelengkapan sarpras di UPBS masing-masing. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 85

91 Tabel 25. Persentase Pengelompokan Sarpras di 31 UPBS BPTP/LPTP No Kondisi Jumlah Kelengkapan BPTP/LPTP BPTP/LPTP Sarpras UPBS (%) % DKI, Sulbar, Sulut, Maluku, % Sumbar, Jambi, Bengkulu, DIY, Kaltim, Malut, Papua 7 Barat % Sumsel, Babel, Jabar, Kalbar, Gorontalo, Papua 6 4 >60% Aceh, Sumut, Riau, Lampung, Banten, Jateng, Jatim, 14 Kalteng, Kalsel, NTB, NTT, Sulteng, Sultra, Sulsel Total 31 Sumber: BPTP/LPTP, 2014 (diolah) Pemutakhiran data logistik benih telah dilaksanakan secara berkala pada setiap bulan dengan menggunakan Sistem Informasi UPBS berdasarkan input dari UPBS BPTP/LPTP dan telah dilengkapi dengan penyediaan field untuk komoditas hortikultura. Dalam rangka mendukung terwujudnya revitalisasi UPBS telah dilaksanakan kegiatan koordinasi dengan penanggung jawab kegiatan UPBS dan instansi terkait kegiatan UPBS lingkup Badan Litbang Pertanian. Publikasi Bertaraf Nasional/Internasional Kualitas kegiatan pengkajian salah satunya tercermin dari jumlah karya tulis ilmiah yang dihasilkan oleh Peneliti/Penyuluh. Selama kurun waktu , jumlah Karya Tulis Ilmiah yang dihasilkan BPTP/LPTP sepanjang periode seluruhnya berjumlah 7.098, meliputi prosing, 719 Jurnal Nasioal, 85 Jurnal Internasional, 261 Buku dan lainnya, serta 110 KT yang belum dipublikasikan (Tabel). Adapun jika dihitung per tahun, Indeks KTI masing-masing BPTP, berkisar antara 0,25 4,53. Bentuk media informasi tercetak yang diterbitkan pada Tahun Anggaran 2014 meliputi Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Tekknologi Pertanian; Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi, sebagai wadah untuk menginformasikan inovasi teknologi hasil Penelitian dan pengkajian terapan, maupun opini/gagasan, serta informasi perkembangan terkini; Prosiding Seminar; dan buku inovasi pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 86

92 Tabel 26. Jumlah Karya Tulis Ilmiah Lingkup BB Pengkajian 2014 No Media Tercetak Jumlah Tulisan 1 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 1 tahun judul 2 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 2 8 judul 3 Jurnal Pengkajian Volume 17 Nomor 3 8 judul 4 Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi Volume 1 Nomor 1 tahun judul Updating Website Terkait dengan jumlah website yang ter-update secara berkelanjutan di 33 BPTP, sebagai contoh yang telah dilakukan di BBP2TP, Pengembangan website diawali dengan perancangan desain web yang mengakomodir dan di organisir sedemikian rupa sehingga memudahkan bagi pengguna untuk menelusuri informasi yang dibutuhkan. Setelah itu dilanjutkan dengan pengumpulan dan pengemasan data dan informasi ke dalam situs web. Pembaharuan informasi yang disajikan menjadi sangat penting di dalam penyajian situs tersebut. Oleh karena itu pembaharuan atau update informasi harus dilakukan sesering mungkin, sehingga para pengguna informasi dapat mendapatkan informasi sesuai yang dibutuhkan. Tahun 2014 ini Website BBP2TP yang dirancang lebih menarik dan dinamis dengan menggunakan Software Jomla format CMS dan mengacu pada standar baku website yang ditetapkan Badan Litbang Pertanian. Upload menggunakan software WinSCP. Situs BBP2TP untuk dapat dinikmati oleh pengguna internet, selama ini menggunakan Hosting Badan Litbang Departemen Pertanian dengan alamat deptan.go.id Situs BBP2TP menampilkan publikasi-publikasi yang ada pada BBP2TP. Menu yang di tampilkan pada Situs BBP2TP adalah: (1) Home: Berisi Berita terkini yang dapat menarik perhatian orang yang mengunjungi web BBP2TP; (2) Inovasi Pertanian: Berisi informasi inovasi pertanian hasil-hasil kegiatan pengkajian yang dilakukan BPTP; (3) Tentang Kami: Terdiri dari sub-sub menu : Sejarah, Visi & Misi, Tugas & Fungsi, Struktur Organisasi; (4) SDM: Berisi SDM yang ada pada BBP2TP; (5) Publikasi: Menampilkan publikasi-publikasi yang ada di BBP2TP seperti : Rekomendasi Teknologi, Juknis, Prosiding, dan lain sebagainya; (6) Kirim Berita: Melalui fitur ini user dapat secara on line mengirimkan berita/informasi memalui website ini, untuk selanjutnya setelah melalui verifikasi oleh redaksi, artikel tersebut akan tampil di website; (7) Hubungi Kami: Berisi tentang alamat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 87

93 yang dapat di hubungi apabila kurang jelas dengan apa yang ada di situs dan apabila membutuhkan keterangan yang lebih lanjut tentang BBP2TP. Saat ini website BBP2TP dilengkapi dengan fasilitas forum diskusi yang memungkinkan pengguna dapat berinteraksi dengan BBP2TP melalui fasilitas website tersebut. Selain itu website ini dimanfaatkan sebagai media penyampaian informasi/pengumuman penting terkait berbagai kegiatan di BBP2TP dan BPTP. Adapun Sebaran Akses Bulanan terhadap Website BBP2TP untuk periode Januari Desember tahun 2014 sebagaimana disajikan pada Tabel 25. Tabel 27. Akses bulanan terhadap website BB Pengkajian Month Unique visitors Number of visits Pages Hits Bandwidth Jan GB Feb GB Mar GB Apr GB May GB Jun GB Jul GB Aug GB Sep GB Oct GB Nov GB Dec GB Total GB Kinerja Pendampingan Kegiatan pendampingan memiliki capaian IKU diatas 100% (sangat berhasil), hal ini disebabkan target tersebut ditetapkan dalam satuan laporan, namun realisasinya dihitung dalam jumlah lokasi yang dilakukan pendampingan program strategis kementan. Hanya tahun 2010 capaiannya masih rendah, yakni 79,2% (cukup berhasil). Tahun 2014 capaian IKU sebesar 100% dan masuk dalam kategori berhasil. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 88

94 Tabel 28. Realisasi Output Pendampingan lingkup BBP2TP SASARAN Meningkatnya manajemen pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian INDIKATOR KINERJA Jumlah laporan strategis nasional/daerah yang memperoleh pendampingan inovasi oleh BPTP dan mencapai target sasaran (laporan/lokasi) REALISASI (%) ,2 364,6 397, Faktor pendukung keberhasilan kegiatan pendampingan lingkup BBP2TP tahun 2014 adalah intensifnya kegiatan koordinasi kegiatan pendampingan dengan adanya kebijakan dari Kepala Balai Besar Pengkajian bahwa setiap kegiatan pendampingan yang ada di BPTP harus memiliki Koordinator di Satker BBP2TP. Hal ini menyebabkan intensifnya monitoring dan evaluasi kegiatan pendampingan oleh Koordinator Kegiatan pendampingan di BPTP sehingga upaya pencapaian target output senantiasa terpantau dan bila ada permasalahan di lapang dapat segera ditindaklanjuti Sasaran 4 : Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi, dan pendayagunaan) Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja dengan pencapaian targetnya adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian 32 laporan 32 laporan 290 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 89

95 Kerja sama dalam negeri lingkup BBP2TP meliputi kerja sama dengan Pemda, Swasta, Perguruan Tinggi, Litbang, dan lembaga penelitian nasional lainnya yang ditandai dengan adanya MOU, kerja sama operasional dan kerja sama lintas UK/UPT Badan Litbang. Kerja sama pada tahun 2011 lingkup BBP2TP berjumlah 21 kegiatan, 87 kegiatan pada tahun 2012, 148 kerja sama tahun 2013 sedangkan pada tahun 2014 berjumlah 93 kerjasama. Berdasarkan hasil rekap diketahui bahwa sebanyak 34% BPTP memiliki 1 dokumen kerjasama (NAd, Sumsel, Banten, DIY, Kalbar, Bali, NTB, Sulut, Sulsel, dan Papua), 17,2% memiliki 2 kerjasama (Riau, Babel, Kalsel, Kaltim, Papua Barat), 27,6% memiliki 3 kerjasama (Bengkulu, Lampung, DKI, Jabar, Jatim, NTT, Sultra, Malut), 6,9% memiliki 4-5 kerjasama (Sumut, Gorontalo,Sumbar, Maluku), sedangkan yang memiliki kerjasama >5 sebesar yakni 3,4% (Jambi, 11 kerjasama) dan 3,4% (jateng, 12 kerjasama). Kerjasama dalam negeri yang dimaksud dalam hal ini adalah kegiatan kerjasama BPTP dengan lembaga pemerintah atau non pemerintah yang ditandai dengan MoU dan kontrak kerjasama. Jumlah kerjasama dapat dilihat pada Gambar berikut. Jumlah Kegiatan Kerjasama Lingkup BBP2TP Tahun Jumlah Kegiatan Kerjasama Tahun KDN 384 KLN 77 Jumlah Kegiatan Kerjasama Gambar 28. Jumlah Kegiatan KerjasamaTahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 90

96 Tabel 29. Mitra Kerjasama Dalam Negeri lingkup BBP2TP Tahun Mitra Kerjasama Dalam Negeri Lingkup BBP2TP Pemda Swasta Perguruan Tinggi Kerjasama Litbang Lembaga Penelitian Nasional Lainnya Jumlah Kerjasama per Tahun Kinerja Kerjasama Capaian indikator jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembanga dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian sejak diatas 100% (kategori sangat berhasil), Tahun sebesar 100% (kategori berhasil), sedangkan capaian yang tidak mencapai 100% terjadi pada tahun 2010 (kategori cukup berhasil). Tahun 2011 capaian meningkat menjadi 91 dokumen kerjasama, terdiri dari 79 dokumen kerjasama dalam negeri dan 12 dokumen kerjasama luar negeri. Tahun 2012 capaian lebih rendah daripada tahun 2011 namun berdasarkan target yang ditetapkan di 2012 capaian masih di atas 100%, output yang dihasilkan yakni 30 dokumen kerjasama dalam negeri (tercatat hampir 80% kegiatan dilakukan oleh BPTP bekerjasama dengan Pemda), dan 23 dokumen kerjasama luar negeri (bentuk hibah dengan berbagai lembaga asing, baik kerjasama yang bersifat bilateral maupun multilateral). Tahun 2013 tercapai sebanyak 34 laporan dari target 34 laporan kerjasama, dengan jumlah mitra sebanyak 148 mitra kerjasama berasal dari Pemda (47), Swasta (21), Perguruan Tinggi (11), litbang (57), dan lembaga penelitian nasional lainnya (12). Tahun 2014 jumlah kerjasama yang dihasilkan sebanyak 32 dokumen kerjasama dari target 32 kerjasama (100%) dan melibatkan 93 mitra kerjasama terdiri dari Pemda (33 mitra), Swasta (11 mitra), Perguruan Tinggi (3 mitra), litbang (39 mitra), lembaga penelitian nasional lainnya (7 mitra). Hal ini Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 91

97 dipengaruhi oleh aktifnya BBP2TP dan BPTP menjalin kerjasama dengan pihak dalam negeri maupun luar negeri. Tabel 30. Realisasi Jumlah Kerjasama lingkup BBP2TP (%) SASARAN Meningkatnya kerjasama nasional dan internasional (di bidang pengkajian, diseminasi dan pendayagunaan) INDIKATOR KINERJA Jumlah laporan kerjasama pengkajian, pengembangan dan pemanfaatan hasil penelitian dan pengembangan pertanian REALISASI (%) , , Sasaran 5 : Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian Untuk mencapai sasaran tersebut, diukur dengan satu indikator kinerja dengan pencapaian target dari indikator kinerja adalah sebagai berikut: Indikator Kinerja Target Realisasi % Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional rekomendasi rekomendasi Tabel 31. Rekomendasi Kebijakan lingkup BBP2TP 2014 No Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Jumlah Rekomendasi 1 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Responsif dan Antisipatif 44 2 Pengembangan Pertanian Perkotaan 1 3 Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan 1 4 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi 1 5 Rekomendasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah 1 6 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kedelai 1 7 Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ternak Sapi 1 8 Rekomendasi Strategi Peningkatan Produksi Kakao 1 Total 51 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 92

98 Pada tahun anggaran 2014 telah dihasilkan sejumlah 51 rekomendasi kebijakan atau telah tercapai 100% dari target yang telah ditetapkan. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan berupa Rumusan kebijakan antisipatif dan responsif spesifik wilayah, regional dan nasional yang sebagian besar terkait dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian, Rekomendasi Peningkatan Produksi dan Produktivitas Padi Sawah, Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kedelai, Pengembangan Pertanian Perkotaan, Rekomendasi Kebijakan Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan, Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Kopi, Rekomendasi Strategi Peningkatan Produksi Kakao, dan Rekomendasi Kebijakan Pengembangan Ternak Sapi. Capaian jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional tahun masuk dalam kategori berhasil karena mencapai 100% dari target yang telah di tetapkan, hanya tahun 2010 yang tidak memenuhi target karena pada tahun tersebut tidak semua BPTP mendapatkan alokasi dana untuk melakukan kegiatan utama koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian. Tabel 32. Capaian Jumlah Rekomendasi Kebijakan lingkup BBP2TP SASARAN Meningkatnya sinergi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian INDIKATOR KINERJA Jumlah rekomendasi kebijakan pembangunan nasional (rekomendasi) REALISASI (%) , Tahun rekomendasi kebijakan yang dihasilkan lebih banyak terkait dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian. Sebagai gambaran adalah dari aspek ekonomi telah dihasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yaitu pengembangan M-KRPL, ketahanan dan diversifikasi pangan, peningkatan kinerja lembaga penyuluhan, pengembangan pertanian organik, kelembagaan, permodalan, pendampingan PUAP, pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan pertanian wilayah, strategi percepatan diseminasi inovasi pertanian melalui SDMC, serta pemetaan AEZ. Sedangkan rekomendasi pada komoditas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 93

99 tanaman pangan yang telah dihasilkan diantaranya adalah PTT, pengembangan lahan kering padi gogo, pengembangan atau peningkatan produksi padi, kedelai, dan jagung. Disamping itu juga telah dihasilkan tujuh rekomendasi kebijakan mengenai komoditas peternakan dan enam rekomendasi kebijakan perbenihan. Sedangkan tahun anggaran 2013 telah dihasilkan sejumlah 66 rekomendasi kebijakan atau telah tercapai 100% dari target yang telah ditetapkan. Rekomendasi kebijakan yang dihasilkan berupa Rumusan kebijakan antisipatif dan responsif spesifik wilayah, regional dan nasional yang sebagian besar terkait dengan aspek sosial ekonomi dan komoditas pertanian. Sebagai gambaran adalah dari aspek ekonomi telah dihasilkan berbagai rekomendasi kebijakan yaitu pengembangan M-KRPL, ketahanan dan diversifikasi pangan, peningkatan kinerja lembaga penyuluhan, pengembangan pertanian organik, kelembagaan, permodalan, pendampingan PUAP, pengembangan kawasan perbatasan, pembangunan pertanian wilayah, strategi percepatan diseminasi inovasi pertanian melalui SDMC, serta pemetaan AEZ. Sedangkan rekomendasi pada komoditas tanaman pangan yang telah dihasilkan diantaranya adalah PTT, pengembangan lahan kering padi gogo, pengembangan atau peningkatan produksi padi, kedelai, dan jagung. Hingga tahun 2014, banyak keberhasilan pembangunan sudah dirasakan masyarakat di perdesaan dan di perkotaan dan di perkotaan. Perubahan tampak dalam berbagai aspek, baik berupa pembangunan fisik maupun non fisik. Namun demikian tuntutan pembangunan terus berlanjut seiring dinamika yang terjadi, sehingga tidak terhindar dari isu-isu yang memerlukan solusi. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 94

100 IV. Akuntabilitas Keuangan Lingkup BB PENGKAJIAN Pagu anggaran Satker BB Pengkajian 2014 dengan Nomor DIPA SP DIPA /2014 tanggal 5 Desember 2013 sebesar Rp ,-. Selama kurun waktu tersebut, revisi anggaran DIPA telah dilakukan sebanyak 4 kali revisi menjadi Rp Pagu awal lingkup BBP2TP tahun 2014 sebesar Rp ,-, setelah direvisi pagu akhir menjadi Rp ,- terdiri dari pagu belanja pegawai sebesar Rp ; pagu belanja barang operasional sebesar Rp ,- ; pagu belanja barang non operasional Rp ,-; serta pagu belanja modal sebesar Rp ,- No. ANGGARAN LINGKUP BBP2TP TA PER JENIS BELANJA JENIS BELANJA Anggaran (Rp. M) Belanja Gaji 149,34 163,58 182,99 201,53 214,42 2. Operasional Perkantoran 20,49 23,01 29,72 32,69 38, Belanja Modal 28,73 23,03 37,53 124,89 43,20 4. Penelitian/Pengkajian 36,15 47,06 65,64 56,33 33,82 5. Kegiatan Strategis Litbang Pendampingan Program Strategis Kemtan 32,34 37,53 50,19 76,85 78,26 24,39 28,31 37,87 57,97 58,79 6. Manajemen 27,30 28,52 46,82 49,60 50,93 T O T A L 318,74 351,05 450,76 599,87 518, Realisasi Anggaran Total realisasi anggaran lingkup BB Pengkajian hingga 31 Desember 2014 berdasarkan data i-monev sebesar Rp ,- (94,92%%) dari total anggaran yang dialokasikan dalam DIPA TA 2014, sedangkan total sisa anggaran adalah sebesar Rp ,- (5,08%) dari pagu anggaran. Secara lebih rinci dapat diuraikan bahwa realisasi dan sisa anggaran terdiri dari: (1) Realisasi belanja pegawai sebesar Rp ,- atau 95,68% dari pagu sebesar Rp ; (2) Realisasi belanja barang operasional sebesar Rp ,- atau 96,64% dari pagu sebesar Rp ; (3) Realisasi belanja barang non operasional sebesar Rp ,- atau 93,29% dari pagu sebesar Rp ,- dan (4) Realisasi belanja modal adalah sebesar Rp ,- (96,75%) dari pagu sebesar Rp ,-. Sedangkan berdasarkan data PMK 249, realisasi per 31 Desember 2014 sebesar Rp ,-. Data realisasi PMK249 berbeda dengan data i-monev, karena data PMK249 berdasarkan data SP2D sedangkan 21 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 95

101 data imonev berdasarkan data SPM sehingga data realisasi i-monev lebih besar daripada data realisasi PMK 249 (Tabel 31 dan 32). Beberapa hambatan dalam merealisasikan DIPA unit kerja antara lain disebabkan oleh kendala eksternal dan internal. Beberapa kendala eksternal antara lain: (a) Adanya perubahan akun perjalanan yang menyebabkan penambahan waku revisi POK/DIPA; (b) Tidak optimalnya sosialisasi tentang perubahan akun, terutama akun perjalanan dinas, menyebabkan timbulnya banyak keraguan di hampir sebagian besar Satker dalam mengimplementasikan akun-akun perjalanan; (c) Sebagian kegiatan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian, tergantung dari kebijakan sub sektor lain terutama dalam hal penentuan lokasi dan calon petani koperator, sehingga diperlukan penyesuaian waktu pelaksanaan kegiatan di lapangan. Hal ini tercermin dalam kegiatankegiatan pendampingan seperti PTT, PKAH, PSDSK, dan lainnya; (d) Beberapa kegiatan pengadaan bangunan gedung kantor dan sarana prasarana lainnya terkendala oleh resistensi masyarakat terhadap pelaksanaan pembangunan gedung (Kasus BPTP Kepri); (e) Komitmen sebagian dari pihak ketiga pelaksana kegiatan pembangunan gedung dan sarana prasarana lainnya relatif kurang sehingga tidak dapat menuntaskan pelaksanaan kegiatannya. Seluruh Satker sudah menindaklanjuti hal dimaksud sesuai dengan peraturan yang berlaku. Belanja modal ada kendala dalam pekerjaan konstruksi, gedung tidak selesai dan kontrak dengan rekanan sudah diputus. Sedangkan kendala internal lebih disebabkan pada kinerja BPTP dalam melaksanakan kegiatannya yaitu: (a) Kendala administrasi keuangan merupakan hal yang berpengaruh dalam merealisasikan kegiatan, terutama kurangnya tenaga, dan kurang optimalnya para pengelola keuangan dalam memfasilitasi kegiatan pengkajian dan diseminasi; (b) Sebagian kegiatan lapangan seperti display VUB, m-krpl, m- P3MI, sangat tergantung dinamika iklim sehingga diperlukan beberapa penyesuaian jadwal kegiatan terutama waktu tanam; (c) Beberapa BPTP yang sudah diperiksa Inspektorat menemukan ketidakefisienan dalam alokasi anggaran belanja barang sehingga tidak direalisasikan. Sebagai contoh adanya kendala administrasi dan situasi di lapangan (adanya perubahan akun sehingga terhambat pencairan dari KPPN, musim tanam, dll), ada alasan saran Itjen untuk pembelian kebutuhan UPBS agar tidak diadakan karena tak punya gudang dan kendaraan khusus UPBS, Ada barang yang harganya kemahalan, Ada barang yang mestinya dapat difasilitasi di kegiatan. Rincian realisasi anggaran per BPTP sebagaimana pada Tabel berikut. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 96

102 Tabel 33. Realisasi Anggaran Lingkup BB Pengkajian berdasarkan data i-monev 2014 No. Satker Pagu Anggaran Pagu Per Belanja Realisasi Per Belanja Pegawai Barang Ops Barang Non Modal Pegawai % Barang Ops % Barang Non % Modal % Total % 1 BBP2TP 27,721,706,000 7,872,141,000 2,173,780,000 13,695,085,000 3,980,700,000 7,615,315, % 2,142,264, % 12,011,440, % 3,897,089, % 25,666,109, % 2 BPTP Aceh 14,468,873,000 5,917,696,000 1,004,960,000 6,144,417,000 1,401,800,000 5,688,741, % 962,008, % 6,046,602, % 1,247,644, % 13,944,995, % 3 BPTP Sumut 16,467,220,000 7,304,234,000 1,374,200,000 7,038,804, ,982,000 7,155,819, % 1,367,257, % 7,027,001, % 748,190, % 16,298,268, % 4 BPTP Sumbar 23,378,273,000 13,704,458,000 2,081,630,000 6,542,186,000 1,049,999,000 12,629,910, % 2,027,020, % 6,512,338, % 976,587, % 22,145,855, % 5 BPTP Bengkulu 9,737,331,000 4,627,915,000 1,066,330,000 3,513,086, ,000,000 4,589,209, % 1,024,208, % 3,414,388, % 517,124, % 9,544,930, % 6 BPTP Riau 10,099,542,000 4,518,612,000 1,073,630,000 4,057,300, ,000,000 4,977,472, % 1,274,972, % 3,144,467, % 422,912, % 9,819,825, % 7 BPTP Jambi 12,671,485,000 5,312,859, ,400,000 4,984,776,000 1,400,450,000 5,176,669, % 873,432, % 4,730,056, % 1,373,529, % 12,153,688, % 8 BPTP Sumsel 11,208,483,000 5,025,038, ,650,000 4,623,795, ,000,000 4,901,502, % 791,231, % 4,189,607, % 629,207, % 10,511,548, % 9 BPTP Lampung 15,470,558,000 7,051,159,000 1,463,365,000 6,050,509, ,525,000 7,022,725, % 1,530,231, % 5,718,641, % 902,735, % 15,174,333, % 10 BPTP Jabar 22,761,085,000 9,356,142,000 1,438,340,000 11,432,528, ,075,000 8,941,805, % 1,361,977, % 10,359,239, % 532,143, % 21,195,165, % 11 BPTP Jakarta 6,551,142,000 3,505,509, ,500,000 1,953,583, ,550,000 3,429,433, % 749,236, % 1,911,910, % 339,612, % 6,430,192, % 12 BPTP Jateng 29,777,800,000 13,940,058,000 1,524,040,000 9,956,202,000 4,357,500,000 13,821,032, % 1,498,545, % 9,350,475, % 4,340,948, % 29,011,001, % 13 BPTP DIY 17,601,206,000 8,273,696,000 1,069,580,000 5,468,337,000 2,789,593,000 7,983,311, % 1,057,210, % 5,438,187, % 2,512,489, % 16,991,198, % 14 BPTP Jatim 31,087,209,000 13,846,475,000 1,733,300,000 12,885,655,000 2,621,779,000 12,905,081, % 1,597,427, % 11,803,556, % 2,501,260, % 28,807,325, % 15 BPTP Bali 11,977,492,000 5,585,518, ,100,000 4,805,874, ,000,000 5,581,815, % 747,755, % 4,714,111, % 786,790, % 11,830,473, % 16 BPTP NTB 16,226,587,000 7,162,451,000 1,113,420,000 7,753,716, ,000,000 7,009,449, % 1,114,425, % 6,960,757, % 191,805, % 15,276,437, % 17 BPTP NTT 17,395,965,000 9,657,095,000 1,484,290,000 4,640,456,000 1,614,124,000 9,330,902, % 1,429,505, % 4,156,953, % 1,603,312, % 16,520,675, % 18 BPTP Sulut 12,563,726,000 6,612,864, ,100,000 4,546,742, ,020,000 6,048,992, % 1,076,569, % 4,114,256, % 466,508, % 11,706,325, % 19 BPTP Sulteng 10,494,736,000 4,925,299,000 1,408,610,000 3,393,827, ,000,000 4,717,604, % 1,408,609, % 3,384,881, % 758,942, % 10,270,038, % 20 BPTP Sulsel 25,975,136,000 13,728,466,000 2,736,000,000 8,576,270, ,400,000 13,122,851, % 2,699,111, % 8,572,246, % 933,022, % 25,327,233, % 21 BPTP Sultra 12,761,646,000 5,796,820,000 1,189,680,000 4,307,646,000 1,467,500,000 5,815,993, % 787,963, % 4,280,779, % 1,461,041, % 12,345,778, % 22 BPTP Kalteng 8,873,410,000 3,519,917, ,630,000 4,053,113, ,750,000 3,229,771, % 903,585, % 3,985,198, % 381,690, % 8,500,245, % 23 BPTP Kalbar 11,506,716,000 4,992,219, ,130,000 4,786,367, ,000,000 4,753,559, % 842,753, % 4,356,022, % 787,106, % 10,739,442, % 24 BPTP Kaltim 9,336,635,000 3,892,860, ,820,000 4,224,455, ,500,000 3,642,159, % 821,316, % 3,655,843, % 370,550, % 8,489,869, % 25 BPTP Kalsel 14,106,712,000 6,262,559,000 1,099,440,000 5,717,223,000 1,027,490,000 5,686,621, % 1,039,433, % 5,375,732, % 876,428, % 12,978,216, % 26 BPTP Maluku 11,661,869,000 5,842,705,000 1,051,034,000 4,205,250, ,880,000 5,458,331, % 1,050,004, % 3,882,781, % 562,680, % 10,953,796, % 27 BPTP Papua 13,065,686,000 4,414,834,000 1,096,580,000 6,947,346, ,926,000 3,453,367, % 687,686, % 6,818,851, % 549,317, % 11,509,222, % 28 BPTP Banten 9,334,212,000 3,520,909, ,375,000 3,973,649, ,279,000 3,366,001, % 846,629, % 3,172,055, % 905,568, % 8,290,255, % 29 BPTP Babel 11,160,080,000 2,465,358,000 1,261,390,000 3,864,380,000 3,568,952,000 2,237,017, % 1,261,061, % 3,747,445, % 3,561,135, % 10,806,659, % 30 BPTP Malut 9,538,831,000 2,181,785, ,720,000 3,946,066,000 2,614,260,000 1,975,347, % 726,117, % 3,774,425, % 2,413,647, % 8,889,537, % 31 BPTP Gorontalo 6,650,007,000 2,303,293, ,590,000 3,470,874, ,250,000 1,984,132, % 589,209, % 3,346,909, % 274,150, % 6,194,402, % 32 BPTP Papua Barat 6,779,269,000 1,758,652, ,725,000 4,251,892,000-1,717,031, % 907,818, % 3,590,103, % - 6,214,953, % 33 LPTP Sulbar 7,108,554,000 1,317,067, ,800,000 2,713,677,000 2,628,010,000 1,296,476, % 461,920, % 2,451,382, % 2,591,269, % 6,801,049, % 34 LPTP Kepri 5,324,952, ,946, ,080,000 1,841,926,000 2,289,000, ,122, % 381,102, % 1,612,801, % 2,269,001, % 5,061,028, % 480,844,134, ,995,609,000 39,363,219, ,367,012,000 44,118,294, ,063,583, % 38,039,603, % 177,611,453, % 42,685,440, % 456,400,080, % Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 97

103 Tabel 34. Realisasi Anggaran berdasarkan Output kegiatan (Data PMK 249) KODE OUTPUT ANGGARAN PAGU REALISASI % Laporan Pengelolaan satker (unit) 35,859,200,000 33,972,654,347 94,74% Laporan Kerjasama, Pengkajian, Penembangan dan Pemanfaatan Hasil Litbang (laporan) 3,311,000,000 3,158,560,506 95,40% Laporan Koordinasi dan Sinkronisasi Kegiatan Satker (Laporan) 6,753,500,000 6,154,154,613 91,13% Teknologi Spesifik Lokasi 33,650,600,000 31,881,395,916 94,74% Rekomendasi kebijakan Pembangunan 3,477,300,000 3,053,408,977 87,81% Pengelolaan instalasi pengkajian (unit) 3,415,300,000 3,220,844,120 94,31% Teknologi yang terdiseminasi ke pengguna 17,836,040,000 17,185,167,311 96,35% Laporan pelaksanaan kegiatan pendampingan inovasi pertanian dan program strategis nasional 55,792,300,000 52,040,906,112 93,28% Pengadaan buku (buah) 95,000,000 94,908,025 99,90% Produksi benih (ton) 30,292,100,000 27,785,736,796 91,73% Layanan perkantoran (bulan) 246,358,800, ,560,107,761 92,78% Kendaraan bermotor (unit) 2,690,200,000 2,656,866,500 98,76% Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi 2,817,200,000 2,793,049,184 99,14% Peralatan dan Fasilitas Perkantoran (unit) 12,123,100,000 11,771,486,150 97,10% Gedung/Bangunan (m2) 26,372,500,000 25,450,646,211 96,50% TOTAL ,54% Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 98

104 4.2. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Penerimaan Negara terdiri dari penerimaan perpajakan dan penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Pada tahun anggaran 2014 realisasi pendapatan Negara BB Pengkajian sampai dengan Desember 2014 adalah sebagai berikut : Penerimaan Perpajakan Penerimaan Perpajakan pada BB Pengkajian sampai dengan Desember 2014 tidak ada dikarenakan Penerimaan Perpajakan khusus Kementerian Keuangan. Penerimaan Negara Bukan pajak Dalam melaksanakan tugasnya Balai Besar Pengkajian memerlukan dukungan sumber dana yang memadai, baik dari pemerintah, mitra kerjasama dan dari kegiatan yang menghasilkan penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Dana tersebut sangat diperlukan untuk mendukung biaya pemeliharaan fasilitas dan sarana, memperbaiki tenaga penunjang lainnya. Penggalian dana juga sedang dirintis dengan menjalin kemitraan dengan pihak lain, komersialisasi hasil litbang dan intensifikasi penerimaan negara bukan pajak terutama penerimaan fungsional dan akan terus ditingkatkan sehingga kedepan diharapkan sumber dana yang diperlukan tidak hanya tergantung dari ketersediaan APBN. Target Penerimaan Negara Bukan Pajak Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,-. Realisasi penerimaan Negara Bukan Pajak BBP2TP Bogor sampai bulan Desember 2014 sebesar Rp ,- dari target penerimaan atau 378,73%. Penerimaan PNBP tersebut terdiri dari Penerimaan Umum sebesar Rp ,- dan Penerimaan Fungsional sebesar Rp ,-. Adapun Penerimaan Umum yaitu Penerimaan PNBP yang tidak bisa digunakan kembali, Penerimaan Umum berasal dari Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL (Kode ) dan Pendapatan Pelunasan Ganti Rugi atas Kerugian yang diderita oleh Negara (TP/TGR) (Kode ) Sedangkan Penerimaan Fungsional yaitu Penerimaan PNBP yang bisa digunakan kembali, dan Penerimaan Fungsional hanya berasal dari Pendapatan Jasa Lainnya yaitu Sewa Mess (Kode ). Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 69/KMK.02/2009, penggunaan kembali PNBP rata-rata Satuan Kerja sebesar 94,02% dari penerimaan fungsional yang diharapkan dapat menjadi pendorong upaya intensifikasi dan ekstensifikasi PNBP di BBP2TP. Adapun dasar pemungutan tarif PNBP diatur dalam PP 48 tahun Target Penerimaan dan Realisasi PNBP tahun 2014 mengalami peningkatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 99

105 hal ini dikarenakan adanya kenaikan / revisi tarif yang baru dan semakin tingginya tingkat penyewaan mess di BBP2TP Bogor oleh instansi Kementerian Pertanian dan instansi lainnya sehingga pendapatan sewa mess yang merupakan penerimaan fungsional ikut mengalami peningkatan. Tabel 35. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) per Desember 2014 BELANJA Uraian Pendapatan dan Penjualan lainnya Pendapatan dari Pemindahtanganan BMN Lainnya Pendapatan Sewa Tanah, Gedung dan Bangunan Pendapatan Sewa Bendabenda Bergerak Pendapatan Jasa Lembaga Keuangan (Jasa Giro) Estimasi Pendapatan Realisasi Pendapatan s/d Desember (Rp.) Fungsional Umum Pendapatan Jasa Lainnya Penerimaan Umum berasal dari Penerimaan Kembali Belanja Pegawai Pusat TAYL Pendapatan Pelunasan Ganto Rugi atas Kerugian yang Diderita Oleh Negara (TP/TGR) Pendapatan Anggaran Lainnya Jumlah Pendapatan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 100

106 V. PENUTUP Secara umum hasil analisis evaluasi kinerja dan capaian kinerja menunjukkan bahwa kinerja kegiatan penelitian dan pengkajian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian dan sasaran kumulatif tahun 2014 telah dicapai dengan baik. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa hal antara lain : 1. Capaian indikator kinerja kegiatan penelitian BPTP tahun 2014 umumnya telah terealisasi sesuai dengan target atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan kata lain kegiatan yang direncanakan telah dapat dilaksanakan dengan cukup baik. Demikian pula, dengan capaian lima sasaran kumulatif BB Pengkajian dalam tahun 2014, baik yang mencakup keluaran kegiatan penelitian maupun kegiatan diseminasi teknologi dan kerjasama penelitian juga menunjukkan kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari realisasi capaian dan target yang telah ditetapkan (100%). 2. Jika dibandingkan dengan capaian dalam tahun , Khusus untuk capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Tahun 2010 yang tidak tercapai 100% yaitu Jumlah Teknologi yang Didiseminasikan ke Pengguna serta Jumlah Rekomendasi Kebijakan disebabkan karena tidak semua BPTP mendapatkan alokasi anggaran pendampingan untuk melakukan kegiatan koordinasi dan sinkronisasi operasional pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian, yang pada saat itu dilaksanakan melalui kegiatan FEATI. Sedangkan untuk capaian IKU diatas 100% khususnya pada Jumlah kegiatan pendampingan model diseminasi spektrum multi channel dan program strategis nasional/daerah, disebabkan karena target tersebut ditetapkan dalam satuan laporan, sedangkan realisasinya dihitung dari jumlah lokasi yang dilakukan pendampingan program strategis Kementan. 3. Senjang gap antara RKT dan PKT tahun 2014 untuk teknologi pertanian unggulan spesifik lokasi sebesar 6,48% atau sekitar 7 teknologi, sementara untuk teknologi yang didiseminasikan kepada pengguna/stakeholder adalah 3,125% atau sebesar 10 teknologi. Senjang (gap) peningkatan kinerja tersebut khususnya pada peningkatan kualitas sumber daya manusia serta kerja sama yang baik dengan instansi terkait sehingga diharapkan kualitas pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna baik bagi pengambil kebijakan di daerah maupun petani pengguna rakitan teknologi. Dalam hal sinergi kerjasama dengan Daerah, maka pada masa yang akan datang agar diupayakan untuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 101

107 meningkatkan frekuensi sosialisasi kerjasama dengan stakeholder untuk menjalin kerjasama dalam bentuk MoU sehingga didapatkan persamaan persepsi masalah pendanaan dan pengadministrasian kerjasama secara legal. 4. Langkah-langkah untuk memperbaiki kinerja kegiatan pengkajian dan diseminasi adalah : a. Melakukan pola kerjasama Balit Komoditas dengan BPTP agar terjadi transfer pengetahuan dari tenaga peneliti Balit ke peneliti yang ada di BPTP dan secara bertahap mengatasi permasalahan SDM yang belum memadai. b. Perlunya inventarisasi teknologi atau komponen teknologi yang telah dihasilkan Balit Komoditas secara berkala untuk mendapatkan inovasi baru dan merakit teknologi yang mengikuti berkembangnya usahatani yang berwawasan agribisnis, bernilai tambah, serta berwawasan lingkungan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 102

108 LAMPIRAN Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 103

109 Struktur organisasi berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 39/Permentan/OT.140/3/2013 tanggal 11 Maret 2013, tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian KEPALA BALAI BESAR BAGIAN TATA USAHA SUBBAGIAN SUBBAGIAN KEPEGAWAIAN SUBBAGIAN KEUANGAN RUMAH TANGGA DAN PERLENGKAPAN BIDANG PROGRAM DAN EVALUASI BIDANG KERJA SAMA DAN PENDAYAGUNAAN HASIL PENGKAJIAN SEKSI EVALUASI SEKSI KERJASAMA SEKSI PROGRAM SEKSI PENDAYAGUNAAN HASIL PENGKAJIAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Struktur Organisasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 104

110 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 105 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

111 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 106 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

112 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 107 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

113 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 108 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

114 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 109 Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian 2014

115 Realisasi Anggaran Lingkup BB Pengkajian berdasarkan data i-monev 2014 No. Satker Pagu Anggaran Pagu Per Belanja Realisasi Per Belanja Pegawai Barang Ops Barang Non Modal Pegawai % Barang Ops % Barang Non % Modal % Total % 1 BBP2TP 27,721,706,000 7,872,141,000 2,173,780,000 13,695,085,000 3,980,700,000 7,615,315, % 2,142,264, % 12,011,440, % 3,897,089, % 25,666,109, % 2 BPTP Aceh 14,468,873,000 5,917,696,000 1,004,960,000 6,144,417,000 1,401,800,000 5,688,741, % 962,008, % 6,046,602, % 1,247,644, % 13,944,995, % 3 BPTP Sumut 16,467,220,000 7,304,234,000 1,374,200,000 7,038,804, ,982,000 7,155,819, % 1,367,257, % 7,027,001, % 748,190, % 16,298,268, % 4 BPTP Sumbar 23,378,273,000 13,704,458,000 2,081,630,000 6,542,186,000 1,049,999,000 12,629,910, % 2,027,020, % 6,512,338, % 976,587, % 22,145,855, % 5 BPTP Bengkulu 9,737,331,000 4,627,915,000 1,066,330,000 3,513,086, ,000,000 4,589,209, % 1,024,208, % 3,414,388, % 517,124, % 9,544,930, % 6 BPTP Riau 10,099,542,000 4,518,612,000 1,073,630,000 4,057,300, ,000,000 4,977,472, % 1,274,972, % 3,144,467, % 422,912, % 9,819,825, % 7 BPTP Jambi 12,671,485,000 5,312,859, ,400,000 4,984,776,000 1,400,450,000 5,176,669, % 873,432, % 4,730,056, % 1,373,529, % 12,153,688, % 8 BPTP Sumsel 11,208,483,000 5,025,038, ,650,000 4,623,795, ,000,000 4,901,502, % 791,231, % 4,189,607, % 629,207, % 10,511,548, % 9 BPTP Lampung 15,470,558,000 7,051,159,000 1,463,365,000 6,050,509, ,525,000 7,022,725, % 1,530,231, % 5,718,641, % 902,735, % 15,174,333, % 10 BPTP Jabar 22,761,085,000 9,356,142,000 1,438,340,000 11,432,528, ,075,000 8,941,805, % 1,361,977, % 10,359,239, % 532,143, % 21,195,165, % 11 BPTP Jakarta 6,551,142,000 3,505,509, ,500,000 1,953,583, ,550,000 3,429,433, % 749,236, % 1,911,910, % 339,612, % 6,430,192, % 12 BPTP Jateng 29,777,800,000 13,940,058,000 1,524,040,000 9,956,202,000 4,357,500,000 13,821,032, % 1,498,545, % 9,350,475, % 4,340,948, % 29,011,001, % 13 BPTP DIY 17,601,206,000 8,273,696,000 1,069,580,000 5,468,337,000 2,789,593,000 7,983,311, % 1,057,210, % 5,438,187, % 2,512,489, % 16,991,198, % 14 BPTP Jatim 31,087,209,000 13,846,475,000 1,733,300,000 12,885,655,000 2,621,779,000 12,905,081, % 1,597,427, % 11,803,556, % 2,501,260, % 28,807,325, % 15 BPTP Bali 11,977,492,000 5,585,518, ,100,000 4,805,874, ,000,000 5,581,815, % 747,755, % 4,714,111, % 786,790, % 11,830,473, % 16 BPTP NTB 16,226,587,000 7,162,451,000 1,113,420,000 7,753,716, ,000,000 7,009,449, % 1,114,425, % 6,960,757, % 191,805, % 15,276,437, % 17 BPTP NTT 17,395,965,000 9,657,095,000 1,484,290,000 4,640,456,000 1,614,124,000 9,330,902, % 1,429,505, % 4,156,953, % 1,603,312, % 16,520,675, % 18 BPTP Sulut 12,563,726,000 6,612,864, ,100,000 4,546,742, ,020,000 6,048,992, % 1,076,569, % 4,114,256, % 466,508, % 11,706,325, % 19 BPTP Sulteng 10,494,736,000 4,925,299,000 1,408,610,000 3,393,827, ,000,000 4,717,604, % 1,408,609, % 3,384,881, % 758,942, % 10,270,038, % 20 BPTP Sulsel 25,975,136,000 13,728,466,000 2,736,000,000 8,576,270, ,400,000 13,122,851, % 2,699,111, % 8,572,246, % 933,022, % 25,327,233, % 21 BPTP Sultra 12,761,646,000 5,796,820,000 1,189,680,000 4,307,646,000 1,467,500,000 5,815,993, % 787,963, % 4,280,779, % 1,461,041, % 12,345,778, % 22 BPTP Kalteng 8,873,410,000 3,519,917, ,630,000 4,053,113, ,750,000 3,229,771, % 903,585, % 3,985,198, % 381,690, % 8,500,245, % 23 BPTP Kalbar 11,506,716,000 4,992,219, ,130,000 4,786,367, ,000,000 4,753,559, % 842,753, % 4,356,022, % 787,106, % 10,739,442, % 24 BPTP Kaltim 9,336,635,000 3,892,860, ,820,000 4,224,455, ,500,000 3,642,159, % 821,316, % 3,655,843, % 370,550, % 8,489,869, % 25 BPTP Kalsel 14,106,712,000 6,262,559,000 1,099,440,000 5,717,223,000 1,027,490,000 5,686,621, % 1,039,433, % 5,375,732, % 876,428, % 12,978,216, % 26 BPTP Maluku 11,661,869,000 5,842,705,000 1,051,034,000 4,205,250, ,880,000 5,458,331, % 1,050,004, % 3,882,781, % 562,680, % 10,953,796, % 27 BPTP Papua 13,065,686,000 4,414,834,000 1,096,580,000 6,947,346, ,926,000 3,453,367, % 687,686, % 6,818,851, % 549,317, % 11,509,222, % 28 BPTP Banten 9,334,212,000 3,520,909, ,375,000 3,973,649, ,279,000 3,366,001, % 846,629, % 3,172,055, % 905,568, % 8,290,255, % 29 BPTP Babel 11,160,080,000 2,465,358,000 1,261,390,000 3,864,380,000 3,568,952,000 2,237,017, % 1,261,061, % 3,747,445, % 3,561,135, % 10,806,659, % 30 BPTP Malut 9,538,831,000 2,181,785, ,720,000 3,946,066,000 2,614,260,000 1,975,347, % 726,117, % 3,774,425, % 2,413,647, % 8,889,537, % 31 BPTP Gorontalo 6,650,007,000 2,303,293, ,590,000 3,470,874, ,250,000 1,984,132, % 589,209, % 3,346,909, % 274,150, % 6,194,402, % 32 BPTP Papua Barat 6,779,269,000 1,758,652, ,725,000 4,251,892,000-1,717,031, % 907,818, % 3,590,103, % - 6,214,953, % 33 LPTP Sulbar 7,108,554,000 1,317,067, ,800,000 2,713,677,000 2,628,010,000 1,296,476, % 461,920, % 2,451,382, % 2,591,269, % 6,801,049, % 34 LPTP Kepri 5,324,952, ,946, ,080,000 1,841,926,000 2,289,000, ,122, % 381,102, % 1,612,801, % 2,269,001, % 5,061,028, % 480,844,134, ,995,609,000 39,363,219, ,367,012,000 44,118,294, ,063,583, % 38,039,603, % 177,611,453, % 42,685,440, % 456,400,080, % Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 110

116 BBP2TP BPTP Aceh BPTP Sumut BPTP Sumbar BPTP Bengkulu BPTP Riau BPTP Jambi BPTP Sumsel BPTP Lampung BPTP Jabar BPTP Jakarta BPTP Jateng BPTP DIY BPTP Jatim BPTP Bali BPTP NTB BPTP NTT BPTP Sulut BPTP Sulteng BPTP Sulsel BPTP Sultra BPTP Kalteng BPTP Kalbar BPTP Kaltim BPTP Kalsel BPTP Maluku BPTP Papua BPTP Banten BPTP Babel BPTP Malut BPTP Gorontalo BPTP Papua Barat LPTP Sulbar LPTP Kepri Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian ,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 6,000,000,000 4,000,000,000 2,000,000,000 Pagu Per Belanja Pegawai Realisasi Per Belanja Pegawai Realisasi Per Belanja % - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 111

117 3,000,000,000 2,500,000,000 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000, ,000,000 Pagu Barang Ops Realisasi Barang Ops Realisasi % - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 112

118 16,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 6,000,000,000 4,000,000,000 Pagu belanja barang non operasional Realisasi belanja barang non operasional % 2,000,000,000 - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 113

119 BBP2TP BPTP Aceh BPTP Sumut BPTP Sumbar BPTP Bengkulu BPTP Riau BPTP Jambi BPTP Sumsel BPTP Lampung BPTP Jabar BPTP Jakarta BPTP Jateng BPTP DIY BPTP Jatim BPTP Bali BPTP NTB BPTP NTT BPTP Sulut BPTP Sulteng BPTP Sulsel BPTP Sultra BPTP Kalteng BPTP Kalbar BPTP Kaltim BPTP Kalsel BPTP Maluku BPTP Papua BPTP Banten BPTP Babel BPTP Malut BPTP Gorontalo BPTP Papua Barat LPTP Sulbar LPTP Kepri Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian ,500,000,000 4,000,000,000 3,500,000,000 3,000,000,000 2,500,000,000 2,000,000,000 1,500,000,000 1,000,000,000 Pagu belanja Modal Realisasi Belanja Modal % 500,000,000 - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 114

120 BBP2TP BPTP Aceh BPTP Sumut BPTP Sumbar BPTP Bengkulu BPTP Riau BPTP Jambi BPTP Sumsel BPTP Lampung BPTP Jabar BPTP Jakarta BPTP Jateng BPTP DIY BPTP Jatim BPTP Bali BPTP NTB BPTP NTT BPTP Sulut BPTP Sulteng BPTP Sulsel BPTP Sultra BPTP Kalteng BPTP Kalbar BPTP Kaltim BPTP Kalsel BPTP Maluku BPTP Papua BPTP Banten BPTP Babel BPTP Malut BPTP Gorontalo BPTP Papua Barat LPTP Sulbar LPTP Kepri Laporan Akuntabilitas Kinerja BB Pengkajian ,000,000,000 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 Pagu Total Realisasi Total % 5,000,000,000 - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 115

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2011

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 211 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEP. BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2010 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2013 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN

RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN RENCANA STRATEGIS BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2010 2014 BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2012 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN TAHUN 2014 BALAI BESAR LITBANG SUMBERDAYA LAHAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013

dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 Sarana dan Kegiatan Prasarana Penelitian KKegiatan Badan Litbang Pertanian saat ini didukung oleh sumber daya manusia dalam merefleksikan penelitian dan pengembangan pertanian pada TA. 2013 jumlah relatif

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2011 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS INSTANSI PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 20 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian BALAI BESAR

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2016 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL TAHUN 2016 SEKRETARIAT INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN JAKARTA, JANUARI 2017 Laporan Akuntabilitas Kinerja Sekretariat Inspektorat

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2014 Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian

Lebih terperinci

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) YOGYAKARTA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA JALAN PROF. MUH. YAMIN NO. 89 KENDARI 93114 KOTAK POS 55 TELEPON : (0401)325871

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Surabaya Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Puji dan syukur

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP

KATA PENGANTAR. Semoga laporan ini bermanfaat. Jakarta, 30 Januari Plt. Kepala Biro Perencanaan. Suharyono NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA

LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA LAPORAN KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALITBANGTAN YOGYAKARTA BADAN LITBANG PERTANIAN 2017 KATA PENGANTAR Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 RKT PSP TA. 2012 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIN) TAHUN 2016 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan/sasaran strategis instansi.

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA UTARA TAHUN 2014 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT ALAT DAN MESIN PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2015 BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN (BBPPTP) MEDAN KATA PENGANTAR Perencanaan kinerja merupakan proses penetapan target kinerja berikut kegiatan-kegiatan

Lebih terperinci

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian

Kegiatan Penelitian. Kegiatan Penelitian Kegiatan Penelitian Dalam memasuki periode Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap ke-2 yaitu tahun 2010 2014 setelah periode RPJMN tahap ke-1 tahun 2005 2009 berakhir, pembangunan pertanian

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Bambang Santosa, M.Sc NIP KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2013

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PUPUK DAN PESTISIDA TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii BAB

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari 2015 Direktur Alat dan Mesin Pertanian, Ir. Suprapti NIP Laporan Kinerja Tahun 2014 KATA PENGANTAR Direktorat Alat dan Mesin Pertanian merupakan salah satu unit kerja Eselon II di Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya, pada tahun 2014

Lebih terperinci

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR

Sekretariat Jenderal KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT JENDERAL 2014 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah yang mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) TA DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN LAPORAN KINERJA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN TAHUN 2015 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 103/Permentan/OT.140/10/2013 tanggal 9 Oktober Tahun 2013 sebagai penyempurnaan Permentan Nomor : 17/Permentan/OT.140/02/2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. LAKIP tersebut BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG S etiap instansi Pemerintah mempunyai kewajiban menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) atau Laporan Kinerja pada akhir periode anggaran.

Lebih terperinci

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN LAPORAN AKUNTABIILIITAS KIINERJJA IINSTANSII PEMERIINTAH TAHUN 203 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA BARAT BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR TAHUN 2015 DIREKTORAT TANAMAN REMPAH DAN PENYEGAR DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN Jakarta, Maret 2014 BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya mendorong penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, Majelis Permusyawaratan Rakyat telah menetapkan Tap MPR RI Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian

RENCANA STRATEGIS. Perekayasaan Mekanisasi Pertanian RENCANA STRATEGIS Perekayasaan Mekanisasi Pertanian 2015-2019 BALAI BESAR PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 15 RENCANA STRATEGIS PENELITIAN

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 204 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 204 KATA PENGANTAR Balai

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2010

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2010 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2010 BPTP KEP. BANGKA BELITUNG BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember 2016 Kepala BPTP Aceh. Ir. Basri AB, M.Si NIP

KATA PENGANTAR. Banda Aceh, Desember 2016 Kepala BPTP Aceh. Ir. Basri AB, M.Si NIP KATA PENGANTAR Perwujudan dan upaya meningkatkan manajemen pemerintah dan pembangunan yang berdayaguna, bertanggung jawab dan bebas KKN dapat dicapai dengan menerapkan suatu sistem pertanggung-jawaban

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PASCAPANEN PERTANIAN 2015 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian 2014 KATA PENGANTAR Dokumen Rencana Kinerja Tahunan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENENELITIAN (RODHP) MODEL PENGEMBANGAN PERTANIAN PERDESAAN BERBASIS INOVASI (m-p3bi) INTEGRASI KOPI-SAPI POTONG Oleh : Ir. Ruswendi, MP BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014

SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 SIMPUL KRITIS KEGIATAN BALAI BESAR MEKANISASI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TAHUN 2014 INSPEKTORAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN Menjadi lembaga penelitian dan pengembangan mekanisasi

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 207 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dedi Sugandi

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012

RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 RENCANA KINERJA TAHUNAN SEKRETARIAT JENDERAL TAHUN 2012 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2011 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR

Biro Perencanaan KATA PENGANTAR RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) BIRO PERENCANAAN 2014 BIRO PERENCANAAN SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilits Kinerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum...

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... ii. I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran... 2 D. Dasar Hukum... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii Halaman I. Pendahuluan. 1 A. Latar Belakang. 1 B. Maksud dan Tujuan. 2 C. Sasaran...... 2 D. Dasar Hukum... 2 II. Arah Kebijakan Pembangunan 3 A. Visi dan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2014 (LAKIP 2014) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2014

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2014 (LAKIP 2014) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2014 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2014 (LAKIP 2014) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SULAWESI TENGGARA TAHUN 2014 BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015

RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 RENCANA KINERJA BALAI BESAR PULP DAN KERTAS TAHUN ANGGARAN 2015 KATA PENGANTAR R encana Kinerja merupakan dokumen yang berisi target kinerja yang diharapkan oleh suatu unit kerja pada satu tahun tertentu

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba

2 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tamba BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.491, 2015 KEMENKOMINFO. Akuntabilitas Kinerja. Pemerintah. Sistem. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Kedudukan, Tugas, Fungsi dan Kewenangan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi aneka kacang (kacang tanah dan kacang hijau) memiliki peran yang cukup besar terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Peluang pengembangan aneka kacang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 1.1. Latar Belakang Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) 2016 BAB I PENDAHULUAN Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Instansi Pemerintah (LKJiP) Satuan Kerja Perangkat Daerah Dinas Pemberdayaan Masyarakat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Februari 2013 Direktur Tanaman Rempah dan Penyegar. IR. H. AZWAR AB, MSi. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) merupakan laporan kinerja tahunan yang berisi pertanggungjawaban kinerja suatu instansi dalam mencapai tujuan atau strategis instansi.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah, KATA PENGANTAR Alhamdulillaah, Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan petunjuk- Nya kami telah menyusun dokumen Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel.

RINGKASAN EKSEKUTIF menjadi unit kerja yang mampu mewujudkan pelayanan administrasi dan manajemen yang tertib, cepat, transparan dan akuntabel. RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 61/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Pada penyusunan Laporan Akuntabilias Kinerja Tahun 2013 ini, mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya.

BAB. I PENDAHULUAN. untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. BAB. I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Laporan Kinerja Instansi Pemerintah ini merupakan salah satu alat instrument untuk menilai Kinerja Dinas Pertanian dan Perkebunan beserta perangkat-perangkatnya. Pendekatan

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU

INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN SPESIFIK LOKASI HASIL LITKAJIBANGRAP BADAN LITBANG PERTANIAN DI PROVINSI BENGKULU 2011-2014 LATAR BELAKANG Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Bengkulu merupakan unit

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013

RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 RENCANA KERJA TAHUNAN (RKT) TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN KETINDAN 2012 KATA PENGANTAR Sesuai Instruksi

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN 2015 DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN KATA PENGANTAR Sesuai dengan INPRES

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA (LAKIN)

LAPORAN KINERJA (LAKIN) LAPORAN KINERJA (LAKIN) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) MALUKU UTARA TAHUN 2016 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU UTARA BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp)

BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN Target. Realisasi Persentase URAIAN (Rp) BAB III KEBIJAKAN PEMBANGUNAN TAHUN 2009 3.1. Program dan Kegiatan Dinas Pertanian Tahun 2008 Program yang akan dilaksanakan Dinas Pertanian Tahun 2008 berdasarkan Prioritas Pembangunan Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TIMUR

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TIMUR LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KALIMANTAN TIMUR TIM PENYUSUN Penanggungjawab : Dr. Ir. M. Hidayanto, MP. Kepala BPTP Kaltim Ketua : Dr. Noor

Lebih terperinci

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT KATA SAMBUTAN GUBERNUR PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT Assalamu alaikum Wr. Wb. Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu wilayah yang sebagian besar lahan pertaniannya terdiri atas lahan kering.

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP)

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LKjIP) DINAS PERTANIAN, PERIKANAN DAN PETERNAKAN KOTA BLITAR TAHUN 2016 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas tersusunnya Laporan Kinerja

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015

RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 Dok L.11/19/03/2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN BALAI BESAR PERBENIHAN DAN PROTEKSI TANAMAN PERKEBUNAN AMBON Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG

Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Bab I Pendahuluan A. LATAR BELAKANG Penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan yang tepat, jelas, terukur dan akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) BAGIAN HUMAS SETDA KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KUDUS 2013 Kata Pengantar Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan

Lebih terperinci

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) , bahwa tahun

Berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) , bahwa tahun BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Evaluasi 1. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat RI nomor XI/MPR/1998 tentang penyelenggaraaan negara yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. 2. Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU

RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU RENCANA OPERASIONAL DISEMINASI HASIL PENELITIAN (RODHP) GUGUS TUGAS KALENDER TANAM TERPADU DI PROVINSI BENGKULU BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN II Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review

Lebih terperinci

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR

Perwakilan BPKP Provinsi Jawa Tengah KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Rencana Kerja (Renja) adalah dokumen perencanaan tahunan yang merupakan penjabaran dari Rencana Strategis (Renstra) serta disusun mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Rencana Kerja

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintahan yang akuntabel merupakan sebuah keharusan yang perlu dilaksanakan dalam usaha mewujudkan aspirasi serta cita-cita masyarakat dalam mencapai masa depan yang

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi

LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi LAPORAN KINERJA TRIWULAN I Pusat Penelitian Geoteknologi Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Bandung, 2016 CATATAN/REVIEW PEJABAT ESELON 1 Bagian ini diisi catatan/review pejabat

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 014 Asisten Deputi Bidang Pendidikan, Agama, Kesehatan, dan Kependudukan Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 Kata Pengantar Dengan

Lebih terperinci

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013

LAKIP. (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 Dok L. 01 28/01/2014 LAKIP (Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Ambon Tahun 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF

RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF RINGKASAN EKSEKUTIF disusun untuk menyajikan informasi tentang capaian komitmen kinerja yang telah diperjanjikan Sekretariat Kabinet kepada kepada pimpinan dan stakeholders selama tahun 2015. Laporan Kinerja

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat bagi setiap pemerintahan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA INSPEKTORAT 2015 SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KINERJA INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET TAHUN 2014 Nomor : LAP-3/IPT/2/2015 Tanggal :

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP)

LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) LAPORAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) ASISTEN DEPUTI BIDANG MATERI PERSIDANGAN 2014 KATA PENGANTAR Dalam rangka melaksanakan amanah Inpres Nomor 7 Tahun 1999, Asisten Deputi Bidang Materi

Lebih terperinci

LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014

LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 LAPORAN TRIWULAN I CAPAIAN PENETAPAN KINERJA ( P K ) SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN PERTANIAN TAHUN 2014 I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kesulitan dalam mengukur keberhasilan atau kegagalan kinerja

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN RENCANA KERJA BADAN PELAYANAN PERIZINAN TERPADU DAN PENANAMAN MODAL KOTA SALATIGA TAHUN 2017 1 PERENCANAAN KINERJA 2.1. PERENCANAAN STRATEGIS

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN MALUKU Jln. Chr. Soplanit, Rumah Tiga

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN 3.1 Telaahan Terhadap Kebijakan Nasional Berdasarkan Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010 2014 (Edisi Revisi Tahun 2011), Kementerian Pertanian mencanangkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun

Renja BP4K Kabupaten Blitar Tahun 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana kerja (RENJA) SKPD Tahun 2015 berfungsi sebagai dokumen perencanaan tahunan, yang penyusunan dengan memperhatikan seluruh aspirasi pemangku kepentingan pembangunan

Lebih terperinci

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN B A B I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penilaian dan pelaporan kinerja pemerintah daerah menjadi salah satu kunci untuk menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang demokratis, transparan, akuntabel, efisien

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 206 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target. Tersedianya teknologi pertanian spesifik 2. Dihasilkannya rumusan rekomendasi

Lebih terperinci

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses

PROGRAM DAN KEGIATAN. implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan proses PROGRAM DAN KEGIATAN. A. Program Kegiatan Lokalitas Kewenangan SKPD. Program kerja operasional pada dasarnya merupakan upaya untuk implementasi strategi organisasi. Program kerja operasional merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR IRIGASI TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT D!T. PAI TA. 201 3 KAT A PEN GANT AR Untuk melaksanakan

Lebih terperinci