PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 004/PER-M/PDT/III/2005

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 004/PER-M/PDT/III/2005"

Transkripsi

1 PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 004/PER-M/PDT/III/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL Menimbang Mengingat Memperhatikan : bahwa sebagai pelaksanaan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kantor Kementerian Negara Republik Indonesia dan Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia, dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal. : 1. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 187/M Tahun 2004; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8/M Tahun 2005; 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; 5. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia. : Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: B/504/M.PAN/3/2005 tanggal 18 Maret 2005 perihal Penataan Organisasi dan Tata Kerja Unit Eselon II Ke Bawah. 1

2 MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kementerian Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, selanjutnya dalam Peraturan ini disebut Meneg PDT, adalah unsur pelaksana pemerintah di bidang Pembangunan Daerah Tertinggal. (2) Kementerian Negara PDT dipimpin oleh Menteri Negara yang berada dibawah dan bertanggungjawab kepada Presiden. Pasal 2 Kementerian Negara PDT mempunyai tugas membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan dan koordinasi di bidang Pembangunan Daerah Tertinggal; Pasal 3 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Kementerian Negara PDT menyelenggarakan fungsi : a. perumusan kebijakan nasional di bidang Pembangunan Daerah Tertinggal; b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Pembangunan Daerah Tertinggal; c. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; d. pengawasan atas pelaksanaan tugasnya; e. penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada Presiden. BAB II SUSUNAN ORGANISASI Pasal 4 Kementerian Negara PDT terdiri dari: a. Sekretariat Kementerian Negara PDT, selanjutnya disebut Setmeneg PDT; b. Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya, selanjutnya disebut Deputi I; 2

3 c. Deputi Bidang Peningkatan Infrastruktur, selanjutnya disebut Deputi II; d. Deputi Bidang Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha, selanjutnya disebut Deputi III; e. Deputi Bidang Pembinaan Lembaga Sosial dan Budaya, selanjutnya disebut Deputi IV; f. Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus, selanjutnya disebut Deputi V. g. Staf Ahli Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal, selanjutnya disebut Staf Ahli Meneg PDT. 3

4 BAB III SEKRETARIAT KEMENTERIAN NEGARA PDT Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 5 (1) Sekretariat Kementerian Negara adalah unsur pembantu Meneg PDT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg PDT. (2) Sekretariat Kementerian Negara PDT dipimpin oleh Sekretaris Menteri Negara yang selanjutnya disebut Sesmeneg PDT. Pasal 6 Sekretariat Kementerian Negara mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan administrasi kepada Meneg PDT. Pasal 7 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Sekretariat Kementerian Negara PDT menyelenggarakan fungsi: a. koordinasi kegiatan Kementerian Negara PDT; b. penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Negara PDT; c. penyelenggaraan hubungan kerja di bidang administrasi dengan Kementerian Koordinator, Kementerian Negara lain, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen dan Lembaga lain yang terkait; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Meneg PDT. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 8 Sekretariat Kementerian Negara PDT terdiri dari : a. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri; b. Biro Umum. Pasal 9 4

5 Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyusunan rencana dan program, evaluasi dan pelaporan, penyusunan peraturan perundangundangan, bantuan hukum, informasi hukum dan perpustakaan, dan kerjasama luar negeri Kementerian Negara PDT. Pasal 10 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi: a. pengkoordinasian penyusunan rencana, program dan pengembangan sistem informasi; b. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan. c. pelaksanaan koordinasi penyusunan peraturan perundang-undangan, pemberian bantuan hukum, penyajian informasi hukum dan pengelolaan perpustakaan; d. pelaksanaan koordinasi administrasi kerjasama luar negeri.; Pasal 11 Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri terdiri dari : a. Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data; b. Bagian Program dan Pelaporan; c. Bagian Hukum dan Perundang-Undangan; d. Bagian Kerjasama Luar Negeri. Pasal 12 Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data, mempunyai tugas melaksanakan pengembangan sistem informasi, pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan informasi. Pasal 13 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12, Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan pengembangan sistem informasi, b. pengumpulan dan pengolahan data; c. penyajian data dan informasi Pasal 14 Bagian Sistem Informasi dan Pengolahan Data, terdiri dari : a. Sub Bagian Pengembangan Sistem Informasi; b. Sub Bagian Data; 5

6 c. Sub Bagian Penyajian Data; Pasal 15 (1) Sub Bagian Pengembangan Sistem Informasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pengembangan sistem informasi; (2) Sub Bagian Data, mempunyai tugas melakukan pengumpulan dan pengolahan data; (3) Sub Bagian Penyajian Data, mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyajian data dan informasi serta materi sidang kabinet. Pasal 16 Bagian Program dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyusunan program, anggaran, evaluasi dan laporan. Pasal 17 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Bagian Program dan Pelaporan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan program dan anggaran; b. penyiapan penyusunan evaluasi dan laporan; c. penyiapan laporan kinerja Kementerian Negara PDT. Bagian Program dan Pelaporan terdiri dari: a. Sub Bagian Penyusunan Program; b. Sub Bagian Penyusunan Anggaran; c. Sub Bagian Evaluasi dan Laporan. Pasal 18 Pasal 19 (1) Sub Bagian Penyusunan Program mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan program kegiatan di lingkungan Kementerian Negara PDT; (2) Sub Bagian Penyusunan Anggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan anggaran Kementerian Negara PDT; (3) Sub Bagian Evaluasi dan Pelaporan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi, laporan kegiatan dan laporan kinerja Kementerian Negara PDT. Pasal 20 6

7 Bagian Hukum dan Perundang-Undangan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan, pemberian bantuan hukum dan penyajian informasi hukum dan perpustakaan. Pasal 21 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, Bagian Hukum dan Perundang-Undangan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; b. pemberian bantuan hukum; c. penyajian informasi hukum dan penyelenggaraan perpustakaan. Pasal 22 Bagian Hukum dan Perundang-Undangan terdiri dari: a. Sub Bagian Penyiapan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan; b. Sub Bagian Bantuan Hukum; c. Sub Bagian Informasi Hukum dan Perpustakaan. Pasal 23 (1) Sub Bagian Penyiapan Rancangan Peraturan Perundang-Undangan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan; (2) Sub Bagian Bantuan Hukum mempunyai tugas mengkaji dan pemberian bantuan penyelesaian masalah-masalah hukum yang timbul dalam pelaksanaan Pembangunan Daerah Tertinggal; (3) Sub Bagian Informasi Hukum dan Perpustakaan mempunyai tugas melakukan penyajian informasi hukum, penomoran produk-produk hukum selain produk hukum bidang kepegawaian, dan penyelenggaraan perpustakaan. Pasal 24 Bagian Kerjasama Luar Negeri mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi kerjasama luar negeri. Pasal 25 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bagian Kerjasama Luar Negeri menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan kegiatan administrasi kerjasama bilateral; 7

8 b. pelaksanaan kegiatan administrasi kerjasama multilateral. c. pelaksanaan evaluasi kerjasama luar negeri. Pasal 26 Bagian Kerjasama Luar Negeri terdiri dari: a. Sub Bagian Administrasi Kerjasama Bilateral; b. Sub Bagian Pengembangan Kerjasama Multilateral; c. Sub Bagian Evaluasi Kerjasama Pasal 27 (1) Sub Bagian Administrasi Kerjasama Bilateral mempunyai tugas melakukan administrasi kerjasama luar negeri dalam lingkup bilateral; (2) Sub Bagian Administrasi Kerjasama Multirateral mempunyai tugas melakukan administrasi kerjasama luar negeri dalam lingkup multilateral; (3) Sub Bagian Evaluasi Kerjasama Luar negeri mempunyai tugas melakukan evaluasi kerjasama luar negeri dalam lingkup bilateral dan multilateral. Pasal 28 Biro Umum mempunyai tugas menyelenggarakan pelayanan administrasi, kepegawaian dan kerumahtanggaan kepada seluruh unsur di lingkungan Kementerian Negara PDT. Pasal 29 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Biro Umum menyelenggarakan fungsi: a. pengelolaan administrasi kepegawaian, pendidikan dan pelatihan pegawai, persuratan, kearsipan dan urusan ketatausahaan; b. pengelolaan kegiatan penyusunan program anggaran, kas, perbendaharaan dan pembukuan serta verifikasi; c. pengelolaan urusan perlengkapan, pemeliharaan, rumah tangga dan pengadaan; d. pelaksanaan kegiatan kehumasan, keprotokolan dan dokumentasi. Pasal 30 Biro Umum terdiri dari : a. Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha; b. Bagian Keuangan ; c. Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga; d. Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol. 8

9 Pasal 31 Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian, surat menyurat, kearsipan dan ketatausahaan. Pasal 32 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31, Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha menyelenggarakan fungsi : a. pelaksanaan urusan administrasi kepegawaian; b. pelaksanaan urusan kesejahteraan pegawai; c. pelaksanaan urusan surat menyurat dan kearsipan Kantor Meneg PDT; d. pelaksanaan kegiatan unit tata usaha pimpinan. Pasal 33 Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha terdiri dari: a. Sub Bagian Administrasi Kepegawaian; b. Sub Bagian Kesejahteraan Pegawai; c. Sub Bagian Persuratan dan Arsip; d. Unit Tata Usaha Pimpinan. Pasal 34 (1) Sub Bagian Administrasi Kepegawaian mempunyai tugas melakukan urusan administrasi kepegawaian; (2) Sub Bagian Kesejahteraan Pegawai mempunyai tugas melakukan urusan kesejahteraan pegawai; (3) Sub Bagian Persuratan dan Arsip mempunyai tugas melakukan urusan surat menyurat, ekspedisi dan kearsipan; (4) Unit Tata Usaha Pimpinan mempunyai tugas memberikan pelayanan administrasi kepada Meneg PDT, Sesmeneg PDT, para Deputi dan Staf Ahli Meneg PDT. Pasal 35 (1) Unit Tata Usaha Pimpinan adalah jabatan setingkat Sub Bagian yang meliputi: a. Sub Bagian Tata Usaha Meneg PDT; b. Sub Bagian Tata Usaha Sesmeneg PDT; c. Sub Bagian Tata Usaha Deputi I; d. Sub Bagian Tata Usaha Deputi II; e. Sub Bagian Tata Usaha Deputi III; f. Sub Bagian Tata Usaha Deputi IV; 9

10 g. Sub Bagian Tata Usaha Deputi V; h. Sub Bagian Tata Usaha Staf Ahli Menteri; (2) Sub Bagian Tata Usaha Pimpinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara administratif bertanggungjawab kepada Kepala Bagian Kepegawaian dan Tata Usaha. Pasal 36 Bagian Keuangan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan pelaksanaan anggaran, kas, perbendaharaan dan pembukuan serta verifikasi; Pasal 37 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36, Bagian Keuangan menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan anggaran; b. pengelolaan kas dan perbendaharaan; c. pelaksanaan verifikasi dan pembukuan. Bagian Keuangan terdiri dari: a. Sub Bagian Pelaksanaan Anggaran; b. Sub Bagian Kas dan Perbendaharaan; c. Sub Bagian Verifikasi dan Pembukuan. Pasal 38 Pasal 39 (1) Sub Bagian Pelaksanaan Anggaran mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pemantauan, evaluasi, revisi, realisasi dan pelaporan pelaksanaan anggaran; (2) Sub Bagian Kas dan Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan pengelolaan kas dan perbendaharaan, administrasi keuangan, penyiapan bahan laporan hasil pemeriksaan dan pengawasan; (3) Sub Bagian Verifikasi dan Pembukuan mempunyai tugas melakukan verifikasi dan pembukuan. Pasal 40 Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga mempunyai tugas melaksanakan urusan pengadaan, pemeliharaan dan kerumahtanggaan. 10

11 Pasal 41 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40, Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga menyelenggarakan fungsi: a. pengadaan alat tulis dan perlengkapan kantor; b. pemanfaatan dan pemeliharaan gedung serta perlengkapan dan kendaraan; c. pelaksanaan urusan kerumahtanggaan kantor dan urusan dalam; Pasal 42 Bagian Perlengkapan dan Rumah Tangga terdiri dari: a. Sub Bagian Pengadaan; b. Sub Bagian Pemeliharaan; c. Sub Bagian Rumah Tangga. Pasal 43 (1) Sub Bagian Pengadaan mempunyai tugas melakukan urusan pengadaan, pendistribusian peralatan dan perlengkapan kantor; (2) Sub Bagian Pemeliharaan mempunyai tugas melakukan urusan pemeliharaan gedung, peralatan dan kendaraan; (3) Sub Bagian Rumah Tangga mempunyai tugas melakukan urusan pelayanan kerumahtanggaan dan urusan dalam. Pasal 44 Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol mempunyai tugas melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat, pelayanan kegiatan keprotokolan dan pengelolaan dokumentasi. Pasal 45 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44, Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol menyelenggarakan fungsi: a. pelaksanaan kegiatan hubungan masyarakat; b. pelaksanaan kegiatan keprotokolan; c. pelaksanaan dokumentasi. Pasal 46 Bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol terdiri dari : a. Sub Bagian Hubungan Masyarakat; b. Sub Bagian Protokol; c. Sub Bagian Dokumentasi. 11

12 Pasal 47 (1) Sub Bagian Hubungan Masyarakat mempunyai tugas melakukan kegiatan hubungan masyarakat, penyiapan bahan sambutan/pidato Menteri, dan Press Release; (2) Sub Bagian Protokol mempunyai tugas melakukan kegiatan keprotokolan; (3) Sub Bagian Dokumentasi mempunyai tugas melakukan urusan dokumentasi kegiatan Kementerian Negara PDT. BAB IV DEPUTI I PENGEMBANGAN SUMBER DAYA Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 48 Deputi I adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi Meneg PDTyang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg PDT. Pasal 49 Deputi I mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang Pengembangan Sumber Daya. Pasal 50 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49, Deputi I menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang pengembangan sumber daya yang meliputi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Mineral dan Energi, Lingkungan Hidup dan Teknologi; b. koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sumber daya yang meliputi Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Mineral dan Energi, Lingkungan Hidup dan Teknologi; c. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan di bidang Sumber Daya Manusia, Sumber Daya Hayati, Sumber Daya Mineral dan Energi, Lingkungan Hidup dan Teknologi; d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang Pengembangan Sumber Daya dengan Departemen dan lembaga lainnya sesuai dengan petunjuk Meneg PDT; e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Meneg PDT sesuai dengan bidangnya. 12

13 Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 51 Deputi I terdiri dari : a. Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Manusia, selanjutnya disebut Asisten Deputi 1/I; b. Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Hayati, selanjutnya disebut Asisten Deputi 2/I; c. Asisten Deputi Urusan Sumber Daya Mineral dan Energi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 3/I; d. Asisten Deputi Urusan Lingkungan Hidup, selanjutnya disebut Asisten Deputi 4/I; e. Asisten Deputi Urusan Teknologi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 5/I. Pasal 52 Asisten Deputi 1/I mempunyai tugas melaksanakan koordinasi penyiapan dan perumusan, pemantauan, analisis, evaluasi, hubungan kerja dan penyusunan laporan di bidang pengembangan sumber daya manusia. Pasal 53 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, Asisten Deputi 1/I menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan di bidang sumber daya manusia; b. pemantauan dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan serta pemanfaatan bidang sumber daya manusia; c. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan program bidang sumber daya manusia; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi I sesuai dengan bidangnya. Pasal 54 Asisten Deputi 1/I terdiri dari: a. Bidang Analisis Pendidikan dan Pelatihan; b. Bidang Pemanfaatan. Pasal 55 Bidang Analisis Pendidikan dan Pelatihan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang analisis pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia. Pasal 56 13

14 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55, Bidang Analisis Pendidikan dan Pelatihan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan sumber daya manusia; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan pendidikan dan pelatihan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 1/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 57 Bidang Analisis Pendidikan dan Pelatihan terdiri dari: a. Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan; b. Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keahlian. Pasal 58 (1) Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Ketrampilan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan ketrampilan; (2) Sub Bidang Pendidikan dan Pelatihan Keahlian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pendidikan dan pelatihan keahlian. Pasal 59 Bidang Pemanfaatan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya manusia. Pasal 60 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59, Bidang Pemanfaatan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pemanfaatan sumber daya manusia; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang keahlian dan ketrampilan; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan keahlian dan ketrampilan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 1/I sesuai dengan bidangnya. Bidang Pemanfaatan terdiri dari: Pasal 61 14

15 a. Sub Bidang Pemanfaatan Ketrampilan; b. Sub Bidang Pemanfaatan Keahlian. Pasal 62 (1) Sub Bidang Pemanfaatan Ketrampilan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan ketrampilan; (2) Sub Bidang Pemanfaatan Keahlian mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan keahlian. Pasal 63 Asisten Deputi 2/I mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, penyiapan dan perumusan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, hubungan kerja dan penyusunan laporan di bidang sumber daya hayati. Pasal 64 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63, Asisten Deputi 2/I menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan di bidang sumber daya hayati; b. pemantauan dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan serta pemanfaatan bidang sumber daya hayati; c. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan program bidang sumber daya hayati; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi I sesuai dengan bidangnya. Pasal 65 Asisten Deputi 2/I terdiri dari: a. Bidang Analisis Potensi; b. Bidang Pengembangan ; c. Bidang Pemanfaatan. Pasal 66 Bidang Analisis Potensi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang analisis potensi sumber daya hayati. 15

16 Pasal 67 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 66, Bidang Analisis Potensi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan analisis potensi sumber daya hayati; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang analisis potensi sumber daya hayati; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang analisis potensi sumber daya hayati; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 2/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 68 Bidang Analisis Potensi terdiri dari: (1) Sub Bidang Analisis Potensi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; (2) Sub Bidang Analisis Potensi Kelautan dan Perikanan. Pasal 69 (1) Sub Bidang Analisis Potensi Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis potensi pertanian, perkebunan dan kehutanan; (2) Sub Bidang Analisis Potensi Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis potensi kelautan dan perikanan; Pasal 70 Bidang Pengembangan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pengembangan sumber daya hayati. Pasal 71 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, Bidang Pengembangan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan sumber daya hayati; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pengembangan sumber daya hayati; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pengembangan sumber daya hayati; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 2/I sesuai dengan bidangnya. 16

17 Pasal 72 Bidang Pengembangan terdiri dari: a. Sub Bidang Pengembangan hasil pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; b. Sub Bidang Pengembangan Kelautan dan Perikanan. Pasal 73 (1) Sub Bidang Pengembangan Hasil Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan pengembangan hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan; (2) Sub Bidang Pengembangan Hasil Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pengembangan hasil kelautan dan perikanan. Pasal 74 Bidang Pemanfaatan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya hayati. Pasal 75 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 74, Bidang Pemanfaatan menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pemanfaatan sumber daya hayati; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya hayati; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya hayati; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 2/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 76 Bidang Pemanfaatan terdiri dari: a. Sub Bidang Pemanfaatan Hasil Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan; b. Sub Bidang Pemanfaatan Hasil Kelautan dan Perikanan. Pasal 77 (1) Sub Bidang Pemanfaatan Hasil Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan 17

18 evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan pengembangan hasil pertanian, perkebunan dan kehutanan; (2) Sub Bidang Pemanfaatan Hasil Kelautan dan Perikanan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan hasil kelautan dan perikanan. Pasal 78 Asisten Deputi 3/I mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, penyiapan dan perumusan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, hubungan kerja dan penyusunan laporan di bidang sumber daya mineral dan energi. Pasal 79 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 78, Asisten Deputi 3/I menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan di bidang sumber daya mineral dan energi; b. pemantauan dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan serta pemanfaatan bidang sumber daya mineral dan energi; c. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan program bidang sumber daya mineral dan energi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi I sesuai dengan bidangnya. Asisten Deputi 3/I terdiri dari: a. Bidang Analisis Potensi; b. Bidang Pemanfaatan. Pasal 80 Pasal 81 Bidang Analisis Potensi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang analisis potensi sumber daya mineral dan energi. Pasal 82 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81, Bidang Analisis Potensi Sumber Daya Mineral dan Energi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan analisis potensi sumber daya mineral dan energi; 18

19 b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang analisis sumber daya mineral dan energi; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang analisis sumber daya mineral dan energi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 3/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 83 Bidang Analisis Potensi terdiri dari: a. Sub Bidang Analisis dan Potensi Sumber Daya Energi; b. Sub Bidang Analisis dan Potensi Sumber Daya Mineral. Pasal 84 (1) Sub Bidang Analisis dan Potensi Sumber Daya Energi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis dan potensi sumber daya energi; (2) Sub Bidang Analisis dan Potensi Sumber Daya Mineral mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis dan potensi sumber daya mineral. Pasal 85 Bidang Pemanfaatan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pemanfatan sumber daya mineral dan energi. Pasal 86 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85, Bidang Pemanfaatan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pemanfaatan sumber daya mineral dan energi; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya mineral dan energi; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan sumberdaya mineral dan energi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 3/I sesuai dengan bidangnya. Bidang Pemanfaatan terdiri dari: Pasal 87 19

20 a. Sub Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Energi; b. Sub Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Mineral. Pasal 88 (1) Sub Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Energi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya energi; (2) Sub Bidang Pemanfaatan Sumber Daya Mineral mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan sumber daya mineral. Pasal 89 Asisten Deputi 4/I mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, penyiapan dan perumusan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, hubungan kerja dan penyusunan laporan di bidang lingkungan hidup. Pasal 90 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89, Asisten Deputi 4/I menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan di bidang lingkungan hidup; b. pemantauan dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan serta pemanfaatan bidang lingkungan hidup; c. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan program bidang lingkungan hidup; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi I sesuai dengan bidangnya. Asisten Deputi 4/I terdiri dari: a. Bidang Pelestarian; b. Bidang Pemanfaatan. Pasal 91 Pasal 92 Bidang Pelestarian mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pelestariaan lingkungan hidup. Pasal 93 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92, Bidang Pelestarian menyelenggarakan fungsi: 20

21 a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pelestarian lingkungan hidup; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pelestarian lingkungan hidup; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 4/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 94 Bidang Pelestarian terdiri dari: a. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Alam; b. Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Sosial. Pasal 95 (1) Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Alam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pelestarian lingkungan alam; (2) Sub Bidang Pelestarian Lingkungan Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pelestarian lingkungan sosial. Pasal 96 Bidang Pemanfaatan mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pemanfatan lingkungan hidup. Pasal 97 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96, Bidang Pemanfaatan menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pemanfaatan lingkungan hidup; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pemanfaatan lingkungan hidup; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan lingkungan hidup; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 4/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 98 Bidang Pemanfaatan terdiri dari: a. Sub Bidang Pemanfaatan Lingkungan Alam; b. Sub Bidang Pemanfaatan Lingkungan Sosial. 21

22 Pasal 99 (1) Sub Bidang Pemanfaatan Lingkungan Alam mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan lingkungan alam; (2) Sub Bidang Lingkungan Sosial mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan lingkungan sosial. Pasal 100 Asisten Deputi 5/I mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, penyiapan dan perumusan kebijakan, pemantauan, analisis, evaluasi, hubungan kerja dan penyusunan laporan di bidang teknologi. Pasal 101 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 100, Asisten Deputi 5/I menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan koordinasi penyusunan kebijakan pengembangan dan pemanfaatan di bidang teknologi; b. pemantauan dan analisis pelaksanaan kebijakan dan program pengembangan serta pemanfaatan bidang teknologi; c. evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan dan program bidang teknologi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi I sesuai dengan bidangnya. Asisten Deputi 5/I terdiri dari: a. Bidang Analisis Kebutuhan Teknologi; b. Bidang Pemanfaatan Teknologi. Pasal 102 Pasal 103 Bidang Analisis Kebutuhan Teknologi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang analisis kebutuhan teknologi. Pasal 104 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103, Bidang Analisis Kebutuhan Teknologi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan analisis kebutuhan teknologi; 22

23 b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang analisis kebutuhan teknologi; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang analisis kebutuhan teknologi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 5/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 105 Bidang Analisis Kebutuhan Teknologi, terdiri dari: a. Sub Bidang Analisis Data Kebutuhan Teknologi; b. Sub Bidang Analisis Teknologi Tepat Guna. Pasal 106 (1) Sub Bidang Analisis Kebutuhan Teknologi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis data kebutuhan teknologi; (2) Sub Bidang Analisis Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang analisis teknologi tepat guna. Pasal 107 Bidang Pemanfaatan Teknologi mempunyai tugas menyiapkan koordinasi, penyusunan, pemantauan, evaluasi dan penyusunan laporan kebijakan di bidang pemanfaatan teknologi. Pasal 108 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107, Bidang Pemanfaatan Teknologi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan pemanfaatan teknologi; b. pengumpulan dan pengolahan data penyusunan kebijakan di bidang pemanfaatan teknologi; c. pemantauan, analisis dan penyiapan bahan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang pemanfaatan teknologi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 5/I sesuai dengan bidangnya. Pasal 109 Bidang Pemanfaatan Teknologi terdiri dari: a. Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna; b. Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tinggi. 23

24 Pasal 110 (1) Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tepat Guna mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan teknologi tepat guna; (2) Sub Bidang Pemanfaatan Teknologi Tinggi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan koordinasi penyusunan kebijakan, pemantauan, analisis dan evaluasi kebijakan di bidang pemanfaatan teknologi tinggi. BAB V DEPUTI II PENINGKATAN INFRASTRUKTUR Bagian Pertama Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pasal 111 Deputi II adalah unsur pelaksana Meneg PDT yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Meneg PDT. Pasal 112 Deputi II mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan dan koordinasi pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan infrastruktur. Pasal 113 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 112, Deputi II menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan infrastruktur yang meliputi transportasi, informasi dan telekomunikasi, sosial, ekonomi dan energi; b. koordinasi pelaksanaan kebijakan pembangunan di bidang peningkatan infrastruktur yang meliputi transportasi, informasi dan telekomunikasi, sosial, ekonomi dan energi; c. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan tentang masalah serta kegiatan di bidang peningkatan infrastruktur yang meliputi transportasi, informasi dan telekomunikasi, sosial, ekonomi dan energi; d. pelaksanaan hubungan kerja di bidang teknis dengan Kementerian Koordinator, Kementerian Negara lain, Departemen, LPND dan lembaga lain yang terkait di bidang peningkatan infrastruktur yang meliputi transportasi, informasi dan telekomunikasi, sosial, ekonomi dan energi; 24

25 e. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Meneg PDT sesuai dengan bidangnya. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 114 Deputi II terdiri dari : a. Asisten Deputi Urusan Infrastruktur Transportasi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 1/II; b. Asisten Deputi Urusan Infrastruktur Informasi dan Telekomunikasi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 2/II; c. Asisten Deputi Urusan Infrastruktur Sosial, selanjutnya disebut Asisten Deputi 3/II; d. Asisten Deputi Urusan Infrastruktur Ekonomi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 4/II; e. Asisten Deputi Urusan Infrastruktur Energi, selanjutnya disebut Asisten Deputi 5/II. Pasal 115 Asisten Deputi 1/II mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan kebijakan, koordinasi serta fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi. Pasal 116 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115, Asisten Deputi 1/II menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan dan penyiapan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat, laut dan udara; b. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat, laut dan udara; c. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat, laut dan udara; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi II sesuai dengan bidangnya. Pasal 117 Asisten Deputi 1/II terdiri dari: a. Bidang Infrastruktur Transportasi Darat; b. Bidang Infrastruktur Transportasi Laut dan Udara. Pasal 118 Bidang Infrastruktur Transportasi Darat mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat. 25

26 Pasal 119 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118, Bidang Infrastruktur Transportasi Darat menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat; c. pelaksanan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi darat; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 1/II sesuai dengan bidangnya. Pasal 120 Bidang Infrastruktur Transportasi Darat terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 121 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur transportasi darat; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur transportasi darat. Pasal 122 Bidang Infrastruktur Transportasi Laut dan Udara mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara. Pasal 123 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 122, Bidang Infrastruktur Transportasi Laut dan Udara menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 1/II sesuai dengan bidangnya. 26

27 Pasal 124 Bidang Infrastruktur Transportasi Laut dan Udara terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 125 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur transportasi laut dan udara. Pasal 126 Asisten Deputi 2/II mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan kebijakan, koordinasi serta fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur informasi dan telekomunikasi. Pasal 127 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126, Asisten Deputi 2/II menyelenggarakan fungsi: a. penyusunan dan penyiapan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi dan telekomunikasi; b. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi, dan telekomunikasi; c. pemantauan analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi, dan telekomunikasi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi II sesuai dengan bidangnya. Pasal 128 Asisten Deputi 2/II terdiri dari: a. Bidang Infrastruktur Pos dan Jaringan Informasi; b. Bidang Infrastruktur Telekomunikasi. Pasal 129 Bidang Infrastuktur Pos dan Jaringan Informasi mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi. Pasal 130 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 129, Bidang Infrastruktur Pos dan Jaringan Informasi menyelenggarakan fungsi: 27

28 a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 2/II sesuai dengan bidangnya. Pasal 131 Bidang Infrastruktur Pos dan Jaringan Informasi terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 132 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur pos dan jaringan informasi. Pasal 133 Bidang Infrastruktur Telekomunikasi mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur telekomunikasi. Pasal 134 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 133, Bidang Infrastruktur Telekomunikasi menyelenggarakan fungsi: a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur telekomunikasi; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur telekomunikasi; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur telekomunikasi; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 2/II sesuai dengan bidangnya. Pasal 135 Bidang Infrastruktur Telekomunikasi terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. 28

29 Pasal 136 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data kebijakan di bidang infrastruktur telekomunikasi; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur telekomunikasi. Pasal 137 Asisten Deputi 3/II mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan kebijakan, koordinasi serta fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur sosial. Pasal 138 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 137, Asisten Deputi 3/II menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan dan penyiapan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan, kesehatan dan permukiman; b. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan, kesehatan dan permukiman; c. pemantauan, analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan, kesehatan dan permukiman; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi II sesuai dengan bidangnya. Pasal 139 Asisten Deputi 3/II terdiri dari: a. Bidang Infrastruktur Pendidikan; b. Bidang Infrastruktur Kesehatan dan Permukiman. Pasal 140 Bidang Infrastruktur Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan. Pasal 141 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 140, Bidang Infrastruktur Pendidikan menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan; 29

30 c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pendidikan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 3/II sesuai dengan bidangnya. Bidang Infrastruktur Pendidikan terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 142 Pasal 143 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur pendidikan; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur pendidikan. Pasal 144 Bidang Infrastruktur Kesehatan dan Permukiman mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan pembangunan di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman. Pasal 145 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144, Bidang Infrastuktur Kesehatan dan Permukiman menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman; c. pelaksanan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 3/II sesuai dengan bidangnya. Pasal 146 Bidang Infrastruktur Kesehatan dan Permukiman terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 147 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman; 30

31 (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur kesehatan dan permukiman. Pasal 148 Asisten Deputi 4/II mempunyai tugas menyiapkan dan menyusun kebijakan, koordinasi serta fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur ekonomi. Pasal 149 Dalam melaksanakan tugas, sebagaimana dimaksud dalam pasal 148, Asisten Deputi 4/II menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan dan penyiapan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan, dan pertanian; b. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan, dan pertanian; c. pemantauan analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan, dan pertanian; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi II sesuai dengan bidangnya. Pasal 150 Asisten Deputi 4/II terdiri dari: a. Bidang Infrastruktur Industri dan Perdagangan; b. Bidang Infrastruktur Pertanian. Pasal 151 Bidang Infrastruktur Industri dan Perdagangan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang Infrastruktur Industri dan Perdagangan. Pasal 152 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 151, Bidang Infrastruktur Industri dan Perdagangan menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur industri dan perdagangan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 4/II sesuai dengan bidangnya. 31

32 Pasal 153 Bidang Infrastruktur Industri dan Perdagangan terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 154 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur industri dan perdagangan; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur industri dan perdagangan. Pasal 155 Bidang Infrastruktur Pertanian, mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pertanian. Pasal 156 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 155, Bidang Infrastruktur Pertanian menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pertanian; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pertanian; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur pertanian; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 4/II sesuai dengan bidangnya. Bidang Infrastruktur Pertanian terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. Pasal 157 Pasal 158 (1) Sub Bidang Identifikasi dan Analisis mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan identifikasi dan analisis data di bidang infrastruktur pertanian; (2) Sub Bidang Evaluasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan evaluasi dengan memanfaatkan data hasil analisis di bidang infrastruktur pertanian. Pasal

33 Asisten Deputi 5/II mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan kebijakan, koordinasi serta fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur energi. Pasal 160 Dalam melaksanakan tugas, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159, Asisten Deputi 5/II menyelenggarakan fungsi : a. penyusunan dan penyiapan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan, migas dan energi alternatif; b. koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan, migas dan energi alternatif; c. pemantauan analisis, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan, migas dan energi alternatif; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Deputi II sesuai dengan bidangnya. Pasal 161 Asisten Deputi 5/II terdiri dari : a. Bidang Infrastruktur Kelistrikan; b. Bidang Infrastruktur Migas dan Energi Alternatif. Pasal 162 Bidang Infrastruktur Kelistrikan mempunyai tugas menyiapkan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan. Pasal 163 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 162, Bidang Infrastruktur Kelistrikan menyelenggarakan fungsi : a. penyiapan penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan; b. pelaksanaan identifikasi dan analisis data untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan; c. pelaksanaan evaluasi hasil analisis untuk penyusunan kebijakan di bidang infrastruktur kelistrikan; d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Asisten Deputi 5/II sesuai dengan bidangnya. Pasal 164 Bidang Infrastruktur Kelistrikan terdiri dari : a. Sub Bidang Identifikasi dan Analisis; b. Sub Bidang Evaluasi. 33

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI

- 1 - PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI - 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PERATURAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA NOMOR 193 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA,

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL

DEWAN ENERGI NASIONAL KEPUTUSAN PRESIDEN SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-11/M.EKON/08/ 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Tugas Dan Fungsi. Sekretariat Jenderal. Dewan Energi Nasional.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Tugas Dan Fungsi. Sekretariat Jenderal. Dewan Energi Nasional. No.224, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Tugas Dan Fungsi. Sekretariat Jenderal. Dewan Energi Nasional. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL, KEPUTUSAN PRESIDEN SELAKU KETUA DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN. BAB I KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI Pasal 1 (1) Kemen LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintahan. Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR

MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR SALINAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOORDINATOR REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR PERATURAN MENTERI KOORDINATOR NOMOR: PER- 367/MENKO/POLHUKAM/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOORDINATOR Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik Tahun 2010

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4

DAFTAR ISI BAB I : KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI... 3 BAB II : SUSUNAN ORGANISASI... 4 i DAFTAR ISI Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor : 18 Tahun 2010 Tanggal : 22 November 2010 Tentang : Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral BAB I : KEDUDUKAN,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.76, 2015 ADMINISTRASI. Pemerintah. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Penyelenggaraan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN

Lebih terperinci

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 17 /PER/M.KOMINFO/10/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah ditetapkannya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN SALINAN PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERTIMBANGAN PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA.REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATIJ'R NEGARA NOMOR PER/ 01 /M.PAN/ 01 /2009 TENTANG ORGANTSASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN NONFORMAL DAN INFORMAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERDAGANGAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 13 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2000 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2000 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.1 Tahun 2000 Tentang : Organisasi Dan Tata Kerja Staf Menteri Negara Lingkungan Hidup MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

*) Perubahan Pertama **) Perubahan Kedua

*) Perubahan Pertama **) Perubahan Kedua SUSUNAN DALAM SATU NASKAH PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 2013 SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BARANG/JASA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 130 TAHUN 2003

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 130 TAHUN 2003 MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 130 TAHUN 2003 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA

Lebih terperinci

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8);

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); - 2-3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4746); 4. Undang-Undang Nomor 39 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 03/PERMEN/M/2006 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 02/PERMEN/M/2005

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PARIWISATA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PRESIDEN NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja pelaksanaan tugas perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KANTOR STAF PRESIDEN

PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KANTOR STAF PRESIDEN SALINAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KANTOR STAF PRESIDEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 07/M/PER/VII/2006 TENTANG

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 07/M/PER/VII/2006 TENTANG MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI NOMOR : 07/M/PER/VII/2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN RISET NASIONAL DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGEL No.79, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA ADMINISTRASI. Pemerintahan. BNPP. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 12

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1067, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Organisasi. Tata Kerja. Perubahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia

Menteri Perindustrian Republik Indonesia Menteri Perindustrian Republik Indonesia PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 107/M-IND/PER/11/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 58 TAHUN 2010

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 58 TAHUN 2010 PERATURAN PRESIDEN NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 60 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 15/PRT/M/2015 TANGGAL 21 APRIL 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. No.701, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BKPM. Jabatan. Kelas Jabatan. Tunjangan. Kinerja. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 92 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan telah

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT KERJA

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 68 TAHUN 2014 TENTANG TIM MANAJEMEN PERUBAHAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 58 TAHUN 2010 TENTANG KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET

STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET LAMPIRAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 4 TAHUN 2015 TANGGAL : 19 JUNI 2015 STRUKTUR ORGANISASI SEKRETARIAT KABINET Sekretaris Kabinet Wakil Sekretaris Kabinet Deputi Bidang Politik,

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH PROPINSI DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI LAMPUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2008

Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2008 Bupati Pandeglang PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 2 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 2 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR : 2 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN SUSUNAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.554, 2015 KEMENSETNEG. Kantor Staf Presiden. Organisasi. Tata Kerja. PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH PROVINSI SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI LAMPUNG DAN STAF AHLI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA, SALINAN RANCNGAN PERATURAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA, PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 10/PER/M.KOMINFO/03/2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI B (BPPT) A D A N P PERATURAN E N KEPALA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN G TEKNOLOGI K NOMOR 009 TAHUN 2015 A TENTANG J I ORGANISASI DAN TATA KERJAA N BADAN PENGKAJIAN

Lebih terperinci

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER. 14/MEN/VII/2005 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan telah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 39 TAHUN 2006 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT JENDERAL DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 136 TAHUN 1999 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DEPARTEMEN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka mendukung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, SUSUNAN ORGANISASI, DAN TATA KERJA KEMENTERIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dengan

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN TENTANG SALI NAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOORDINATOR

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2000 TENTANG SEKRETARIAT KABINET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka memberikan dukungan staf dan pelayanan administrasi kepada

Lebih terperinci

MENf ERl ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENf ERl ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENf ERl ENERGI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS DAN FUNGSl ORGANlSASl SEKRETARIAT JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL

Lebih terperinci

DIN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

DIN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG DIN PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH, SEKRETARIAT DPRD DAN DINAS DAERAH PROVINSI KEPULAUAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa dengan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA KUPANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu

2017, No serta Kinerja Pegawai di Lingkungan Badan Koordinasi Penanaman Modal; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hu BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1197, 2017 BKPM... Kinerja. Perubahan Kedua. PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT DAERAH DAN SEKRETARIAT DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT KOMISI PENYIARAN INDONESIA PUSAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEMENTERIAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 34 TAHUN 2010 TENTANG BADAN INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menghadapi tuntutan dan tantangan perkembangan lingkungan

Lebih terperinci