Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) peni di kecamatan Gembong

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) peni di kecamatan Gembong"

Transkripsi

1 Hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) peni di kecamatan Gembong kabupaten Pati tahun OLEH Yunita Purwaningsih K BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia mempunyai tiga sektor kekuatan ekonomi yang melaksanakan berbagai kegiatan usaha dalam tata kehidupan perekonomian. Ketiga sektor kekuatan ekonomi tersebut adalah perusahaan Negara (BUMN), perusahaan swasta (BUMS), dan koperasi. Lebih lanjut dalam Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Pasal 1, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Koperasi sering dipandang sebelah mata bahkan tidak jarang menjadi alternatif nomor sekian dari bentuk usaha ekonomi yang lainnya. Namun buktibukti kemudian menunjukkan betapa koperasi mampu muncul sebagai yang baik dan pilihan utama bahkan menjadi soko guru perekonomian nasional yang membuat iklim asas ekonomi kekeluargaan mampu berjalan sebagaimana mestinya. Fungsi, peran, dan prinsip koperasi yang sangat penting dalam membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya serta berperan secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat.

2 2 Koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan usaha, untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal 33 UUD 1945, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 tidak lain adalah koperasi. Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) PENI Gembong adalah suatu badan usaha koperasi yang bertujuan 1 untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup anggotanya. KPRI ini beranggotakan pegawai negeri di Kecamatan Gembong sebagai koperasi yang telah berbadan hukum. Koperasi pegawai negeri adalah koperasi golongan konsumen. Dalam perkembangannya, koperasi konsumen untuk memelihara kepentingan dan memenuhi kebutuhan para anggotanya. Modal merupakan faktor utama dalam menunjang kegiataan operasional KPRI. Tujuan utama KPRI adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan Pancasila dan UUD Seperti diuraikan dalam Undang-undang koperasi, bahwa sumber modal koperasi terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa simpanansimpanan baik pokok, wajib maupun sukarela dan cadangan yang dikumpulkan dari Sisa Hasil Usaha yang merupakan kekayaan koperasi. Selain sumber modal tersebut, yang disebut juga sebagai sumber modal intern, koperasi dapat pula menambah modalnya yang berasal dari sumber ekstern yang berasal dari pinjaman dan atau simpanan-simpanan/deposito dari luar keanggotaan koperasi termasuk pula dalam sumber ekstern ini misalnya berbagai fasilitas yang berasal dari pemerintah. Penyelenggaraan usaha koperasi tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan akan modal kerja, sebagaimana bentuk-bentuk perusahaan lainnya. Modal kerja adalah aktiva lancar yang digunakan dalam kegiatan operasional dan selalu

3 3 berputar dalam periode tertentu. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Periode perputaran modal kerja adalah tergantung pada berapa lama periode perputaran dari masing-masing komponen dari modal kerja tersebut. Elemen modal kerja adalah semua aktiva lancar. Yang dimaksud dengan aktiva lancar adalah seluruh aktiva yang diharapkan dapat kembali menjadi bentuk asalnya dalam waktu setelah tahun atau siklus kegiatan normal usaha. Dengan demikian yang diperhitungkan sebagai modal kerja adalah kas dan piutang. Makin tinggi tingkat perputaran modal kerja maka makin cepat waktu pengembalian atas modal yang telah diinvestasikan. Kas dan piutang sebagai modal kerja selalu berputar untuk kegiatan operasional. Tingkat perputaran kas dan piutang digunakan untuk menilai kemampuan KPRI dalam mengelola kas dan piutang secara efisien. Tingkat perputaran kas menunjukkan kecepatan perubahan kembali aktiva lancar menjadi kas melalui penjualan. Sedangkan tingkat perputaran piutang menunjukkan kecepatan pelunasan piutang menjadi kas kembali. Dengan demikian makin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang menunjukkan tingginya volume penjualan maka potensi Sisa Hasil Usaha yang diterima juga semakin besar. Program-program KPRI dapat terealisasi secara baik dengan diperolehnya Sisa Hasil Usaha yang besar. Sisa Hasil Usaha akan dialokasikan pada penambahan modal sendiri, cadangan dana sosial, alokasi dana lain serta dibagikan kepada anggota. Mengingat pentingnya SHU ini, maka pengurus KPRI dituntut untuk mampu meningkatkan kemampuan KPRI dalam memperoleh SHU yang tinggi. Kemampuan KPRI untuk menghasilkan Sisa Hasil Usaha ini disebut rentabilitas. Oleh karena itu, hal yang lebih penting adalah bagaimana usahausaha untuk meningkatkan rentabilitas, karena rentabilitas bagi suatu badan usaha merupakan ukuran kesuksesan dan kemampuan menggunakan aktiva secara produktif. Rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Rentabilitas yang digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan modal yang

4 4 digunakan dalam operasi, oleh karena itu keuntungan yang besar tidak menjamin bahwa perusahaan rendabel. Suatu perusahaan dikatakan rendabel bila perusahaan tersebut mampu beroperasi secara stabil. KPRI PENI tidak terlepas dari adanya peran kas dan piutang sebagai modal kerja dalam menjalankan usahanya. Modal kerja berputar dengan tingkat perputaran yang tinggi dan menghasilkan laba. Rentabilitas sering digunakan sebagai ukuran prestasi keberhasilan pengelolaan badan usaha. Keberhasilan tersebut diukur dengan asumsi bagaimana kemampuan KPRI Peni dalam menggunakan modal yang dimilikinya dalam memperoleh laba. Posisi keuangan KPRI PENI tiap periode mengalami fluktuasi baik menurun maupun meningkat, demikian pula khususnya perputaran kas dan piutang akan mengalami pasang surut sehingga mempengaruhi kinerja KPRI PENI dalam peningkatan SHU dan tingkat rentabilitas ekonomi. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi pada Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) PENI di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati Tahun B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti dapat mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Periode perputaran modal kerja dimulai dari saat dimana kas diinvestasikan dalam komponen-komponen modal kerja sampai saat dimana kembali lagi menjadi kas. Semakin lama periode perputaran modal kerja berarti semakin lambat atau semakin rendah tingkat perputarannya. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja. Apakah kelebihan modal kerja ini disebabkan oleh rendahnya perputaran piutang atau adanya saldo kas yang terlalu besar? 2. Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar. Besarnya kas ini akan menaikkan tingkat likuiditas perusahaan, dengan demikian perusahaan akan

5 5 mengalami kerugian karena uang yang menganggur dalam perusahaan semakin besar. Apakah dengan semakin besarnya uang yang menganggur dalam perusahaan akan menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas perusahaan? 3. Bagi perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba karena laba yang besar belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba tetapi yang lebih penting ialah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Maka bagiperusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Apakah perolehan laba yang besar akan mempengaruhi besarnya rentabilitas dalam perusahaan? 4. Pada tingkat perputaran kas yang tinggi, di satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima ini akan mempengaruhi besarnya rentabilitas ekonomi. Apakah perputaran kas mempengaruhi rentabilitas ekonomi? 5. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi yang lain adalah meminimalkan biaya. Semakin tinggi laba yang diterima akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Apakah perputaran piutang mempengaruhi rentabilitas ekonomi? 6. Posisi keuangan KPRI PENI setiap periode yang mengalami fluktuasi baik menaik maupun menurun, khususnya perputaran kas dan piutang akan mengalami pasang surut. Apakah periode perputaran kas dan piutang akan mempengaruhi kinerja KPRI dalam meningkatkan SHU dan tingkat Rentabilitas Ekonomi?

6 6 C. Pembatasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah maka peneliti membatasi ruang lingkup masalah yang diteliti pada perputaran kas, perputaran piutang, dan rentabilitas ekonomi. 1. Perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Perputaran kas adalah ratio antara penjualan bersih dengan rata-rata kas. 2. Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam piutang dan berputar dalam suatu periode tertentu. Perputaran piutang merupakan tolok ukur dari penggunaan aktiva yang ditentukan dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. 3. Rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. D. Perumusan Masalah Masalah merupakan setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkan masalah. Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas, maka masalah dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun ? 2. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun ?

7 7 3. Apakah ada hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun ? E. Tujuan Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian mengenai hubungan tingkat perputaran kas dan piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI di Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun adalah : 1. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun Untuk mengetahui hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Bagi IPTEK, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan sumbangan pemikiran secara ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang akuntansi yang berhubungan dengan tingkat perputaran kas dan piutang serta hubungannya dengan rentabilitas ekonomi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan mengenai hubungan antara tingkat perputaran kas dan piutang dengan tingkat rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Gembong tahun

8 8 b. Bagi penulis penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemahaman tentang penerapan teori-teori manajemen keuangan serta analisa laporan keuangan yang telah diterima oleh penulis sewaktu di bangku kuliah dalam situasi dan kondisi yang berbeda di lapangan. c. Bagi KPRI PENI, penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat perputaran kas dan piutang dan hubungannya dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Kecamatan Gembong Kabupaten Pati tahun sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas setiap periode akuntansi. BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Kas a. Pengertian Kas Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No. 33, kas adalah mata uang kertas dan logam, baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah. Munawir (2001:14) mengemukakan Kas adalah uang tunai yang dapat dipergunakan untuk membiayai operasi perusahaan. Kas merupakan aktiva yang paling likuid atau merupakan salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Menurut Indriyo Gitosudarmo dan Basri (1995: 61) mengemukakan bahwa, Kas dapat diartikan sebagai nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan beserta pos-pos lain yang dalam jangka waktu dekat dapat diuangkan sebagai alat pembayaran kebutuhan finansial, yang mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Sedangkan Zaki Baridwan (2004:83) berpendapat bahwa Kas merupakan alat pertukaran dan juga digunakan sebagai ukuran dalam akuntansi. Termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang

9 9 dan dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank yang sewaktu-waktu dapat diambil. Kas merupakan aktiva yang paling lancar di dalam neraca, dalam arti paling sering berubah. Hampir pada setiap transaksi dengan pihak luar selalu mempengaruhi kas. Kas adalah aktiva yang tidak produktif, oleh karena itu harus dijaga supaya jumlah kas tidak terlalu besar. Daya beli uang bisa berubah-ubah mungkin naik atau turun tetapi kenaikan atau penurunan daya beli ini tidak akan mengakibatkan penilaian kembali tehadap kas. b. Ciri-ciri Kas 8 Suyoto et al (1999: 1) menyatakan, Ciri-ciri kas adalah dapat digunakan segera sebesar nilai nominalnya sehingga yang tidak dapat digunakan segera sebagai alat pembayaran dan tidak sesuai dengan nilai nominalnya tidak dapat digolongkan sebagai kas. Kas mempunyai sifat aktif namun tidak produktif dan kas khususnya uang tunai tidak mempunyai identitas kepemilikan dan mempunyai sifat mudah untuk dipindahtangankan. Agar kas yang dimiliki perusahaan produktif dan akhirnya menghasilkan pendapatan, maka hendaknya kas jangan dibiarkan menganggur. Untuk itu, manajemen perlu merancang jumlah kas dalam perusahaan yang ideal dengan mempertimbangkan unsur produktivitas dan rentabilitas dari kas itu sendiri. Namun harus disadari bahwa perusahaan pun perlu memiliki kas ditangan sejumlah tertentu untuk menjaga likuiditas perusahaan, yaitu untuk menyelesaikan kewajiban-kewajiban perusahaan dalam jangka pendek. Dengan demikian, perusahaan harus menjaga keseimbangan persediaan kas, yaitu menentukan besarnya kas ditangan di dalam perusahaan yang dapat menjamin posisi likuiditas perusahaan, sekaligus juga memperhatikan unsur produktivitas dan rentabilitas. c. Komposisi Kas Zaki Baridwan (2004: 84) berpendapat, termasuk dalam kas menurut pengertian akuntansi adalah alat pertukaran yang dapat diterima untuk pelunasan utang, dapat diterima sebagai suatu setoran ke bank dengan jumlah

10 10 sebesar nominalnya, juga simpanan dalam bank atau tempat-tempat lain yang dapat diambil sewaktu-waktu. Kas terdiri dari uang kertas, uang logam, cek yang belum disetorkan, simpanan dalam bentuk giro atau bilyet, traveller s checks, chashier s checks, bank draft dan money order. Dapat digolongkan sebagai kas biasanya dibatasi dengan diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal, sehingga elemen-elemen yang tidak diterima sebagai setoran oleh bank dengan nilai nominal tidak dapat dikelompokkan dalam kas. Kas kecil dan kas yang ada di cabang-cabang tetap termasuk dalam kas karena memenuhi batasan-batasan sebagai kas. Cek-cek yang sudah ditulis tetapi belum diserahkan kepada orang yang dibayar tidak dikeluarkan dari kas. Kas kecil adalah uang yang disediakan untuk membayar pengeluaranpengeluaran yang jumlahnya relatif kecil, dan tidak ekonomis bila dibayar dengan cek. Dana kas kecil diserahkan kepada seorang kasir kas kecil, yang akan mempertanggung jawabkan setiap pengeluaran. Pengisian dana kas kecil dapat dilakukan berdasarkan permintaan pemegang kas kecil jika dana kas kecil sudah menipis, atau dapat pula dilakukan secara periodik. Pengawasan kas dalam perusahaan perlu diterapkan prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas. Prosedur penerimaan kas dan pengeluaran kas yaitu setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan langsung disetor ke bank. Untuk pengeluaran kas harus dengan cek terkecuali pengeluaran yang jumlahnya kecil dibiayai dengan dana kas kecil. Dari prosedur penerimaan dan pengeluaran kas dapat disimpulkan bahwa perusahaan harus memiliki rekening giro. Rekening giro adalah uang yang disimpan di bank yang dapat diambil sewaktu-waktu. Penerimaan dan pengeluaran melalui bank dicatat dalam perkiraan nama kas bank. Dokumen-dokumen transaksi yang berkaitan dengan kas bank antara lain adalah slip setoran dan cek. d. Sumber dan Penggunaan Kas Kas merupakan aktiva yang paling tinggi tingkat likuiditasnya, berarti bahwa semakin besar jumlah kas yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan semakin tinggi pula tingkat likuiditasnya. Suatu perusahaan yang mempunyai

11 tingkat likuiditas yang tinggi karena adanya kas dalam jumlah yang besar berarti tingkat perputaran kas tersebut rendah dan mencerminkan adanya overinvestment kas dan berarti pula perusahaan kurang efektif dalam pengelolaan kas. Menurut Munawir (1992: 158) mengemukakan bahwa: Jumlah kas yang relatif kecil akan diperoleh tingkat perputaran kas yang tinggi dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar, tetapi suatu perusahaan yang hanya mengejar keuntungan tanpa memperhatikan likuiditas akhirnya perusahaan itu akan dalam keadaan illikuid apabila sewaktu-waktu ada tagihan. 11 Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa kas sangat berperan penting dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan, oleh karena itu kas harus direncanakan dan diawasi dengan baik, baik penerimaannnya (sumber-sumbernya) maupun penggunaannya (pengeluarannya). Penerimaan dan pengeluaran kas suatu perusahaan ada yang bersifat rutin atau terusmenerus dan ada pula yang bersifat insidentil. Munawir (1992: 159) berpendapat bahwa sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya berasal dari : 1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud; atau adanya penurunan aktiva tidak lancar yang diimbangi dengan penambahan kas. 2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk kas. 3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka panjang serta bertambahnya hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas. 4. Adanya penurunan atau berkurangnya aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas misalnya adanya penurunan piutang karena adanya penerimaan pembayaran, berkurangnya persediaan barang dagangan karena adanya penjualan secara tunai. 5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga, atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya. Penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksitransaksi antara lain pembelian saham atau obligasi, penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan, adanya pelunasan atau pembayaran hutang baik hutang jangka

12 12 panjang maupun jangka pendek, dan pembelian barang dagangan secara tunai. Selain itu pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak, dan denda-denda lainnya juga merupakan transaksi penggunaan dan pengeluaran kas. e. Pengawasan Kas Kas sangat mudah untuk dipindahtangankan, sehingga kas mudah digelapkan. Oleh karena itu perlu diadakan pengawasan yang ketat terhadap kas. Pada umumnya suatu sistem pengawasan intern terhadap kas akan memisahkan fungsi-fungsi penyimpanan, pelaksana dan pencatatan. Tanpa adanya pemisahan fungsi seperti diatas, kas akan mudah digelapkan. Perencanaan dan pengawasan terhadap kas harus menjadi perhatian serius manajemen perusahaan. Hal ini ditujukan untuk menjamin setiap pengeluaran kas telah sesuai dengan tujuan, semua uang yang seharusnya diterima benar-benar diterima, dan tidak ada penyalahgunaan terhadap uang milik perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004: 85), Penerimaan uang dalam suatu perusahaan bisa berasal dari beberapa sumber antara lain dari penjualan tunai, pelunasan piutang atau dari pinjaman. Prosedur-prosedur pengawasan yang dapat digunakan antara lain : 1. Harus ditunjukkan dengan jelas fungsi-fungsi dalam penerimaan kas dan setiap penerimaan kas harus segera dicatat dan disetor ke bank. 2. Diadakan pemisahan fungsi antara pengurusan kas dengan fungsi pencatatan. 3. Diadakan pengawasan yan ketat terhadap fungsi penerimaan dan pencatatan. Selain itu setiap hari harus dibuat laporan kas. Pengeluaran uang dalam suatu perusahaan itu adalah untuk membayar bermacam-macam transaksi. Apabila pengawasan tidak dijalankan dengan ketat, seringkali jumlah pengeluaran diperbesar dan selisihnya digelapkan. Beberapa prosedur pengawasan yang penting menurut Zaki Baridwan (2004: 85) adalah sebagai berikut : 1. Semua pengeluaran uang menggunakan cek, kecuali untuk pengeluaranpengeluaran kecil dibayar dengan kas kecil. 2. Dibentuk kas kecil yang diawasi dengan ketat.

13 3. Penulisan cek hanya dilakukan apabila didukung bukti-bukti (dokumendokumen) yang lengkap atau dengan kata lain digunakan system voucher. 4. Dipisahkan antara orang-orang yang mengumpulkan bukti-bukti pengeluaran, yang menulis cek, yang menandatangani cek dan yang mencatat pengeluaran kas, 5. Diadakan pemeriksaan intern dengan jangka waktu yang tidak tentu. 6. Diharuskan membuat laporan kas harian. 13 f. Aliran Kas dalam Perusahaan Aliran kas diperlukan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Dalam setiap entitas usaha, kas merupakan komponen utama aktiva lancar. Kas digunakan untuk membiayai pembelanjaan kontinyu maupun incidental serta investasi pada aktiva tetap. Hal ini berarti terjadi aliran kas keluar (cash outflow). Disamping terjadi aliran kas keluar juga terjadi aliran kas masuk baik yang bersifat kontinyu maupun incidental. Aliran kas masuk dan aliran kas keluar inilah yang mempengaruhi besar kecilnya kas yang tersedia pada suatu entitas tersebut. Kelebihan dari aliran kas masuk terhadap aliran kas keluar merupakan saldo kas yang akan tertahan di dalam perusahaan. Besarnya saldo kas ini akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu karena berbagai faktor. Besarnya saldo kas yang ada dalam perusahaan akan meningkat apabila aliran masuk kas yang berasal dari penjualan tunai dan piutang yang terkumpul lebih besar daripada aliran kas keluar. Apabila aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas keluar maka kas yang tersedia pada perusahaan akan menjadi besar atau terjadi overinvestment dalam kas. Besarnya kas ini akan menaikkan tingkat likuiditas pada perusahaan. Meskipun demikian perusahaan akan mengalami kerugian karena makin besar uang yang menganggur dalam perusahaan sehingga tingkat profitabilitas perusahaan akan menurun. Demikian pula sebaliknya apabila aliran kas masuk lebih kecil daripada aliran kas keluar yang disebabkan oleh perusahaan yang

14 14 hanya mengejar profitabilitas saja, maka kas yang tersedia dalam perusahaan akan menjadi kecil atau terjadi underinvestment pada kas. Tindakan demikian ini akan menempatkan perusahaan dalam keadaan illikuid apabila sewaktuwaktu terjadi tagihan utang. g. Perputaran Kas Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan periode perputaran yang relatif pendek. Perputaran kas (cash turnover) adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan. Dikatakan sebagai ukuran efisiensi karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Dalam mengukur tingkat perputaran kas, sumber masuknya kas yang telah tertanam dalam modal kerja adalah berasal dari aktivitas operasional perusahaan. Menurut Kamaruddin Ahmad (1997: 13) untuk mengetahui tingkat perputaran kas dapat diukur dengan menggunakan rumus : Perputaran kas = nilai penjualan rata - rata kas Kas adalah salah satu unsur modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya. Semakin besar jumlah kas yang ada dalam perusahaan berarti makin tinggi tingkat likuiditas perusahaan dan perputaran kas yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kas terlalu kecil dan keuntungan yang diperoleh akan lebih besar. Hal ini justru berakibat pada kesulitan perusahaan dalam pemenuhan kewajiban finansiilnya. Sebaliknya jika perputaran kas rendah maka bisa menyebabkan kas terlalu besar dan laba yang diperoleh relatif kecil pula. Besarnya perputaran kas sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 35 kali. a. Pengertian Piutang 2. Piutang

15 15 Kebanyakan perusahaan menjual hasil produksinya dengan cara kredit dalam usaha untuk mempertahankan dan meningkatkan volume penjualannya. Piutang merupakan aktiva atau kekayaan perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya penjualan kredit dan akan berubah menjadi kas pada hari jatuh temponya. Menurut Sarwoko dan Abdul Halim (1994: 119), Piutang adalah aktiva yang menunjukkan jumlah tagihan yang dimiliki oleh perusahaan sebagai hasil dari penjualan barang dan atau jasa di dalam kegiatan usahanya. Piutang dagang menunjukkan piutang yang timbul dari penjualan barang-barang atau jasa-jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan perusahaan yang normal, biasanya piutang dagang akan dilunasi dalam jangka waktu kurang dari satu tahun, sehingga dikelompokkan dalam aktiva lancar. Termasuk dalam piutang hanya tagihan-tagihan yang akan dilunasi dengan uang, oleh karena itu pengiriman barang untuk dititipkan tidak dicatat sebagai piutang sampai saat dimana barang-barang tadi sudah dijual. Piutang yang timbul bukan dari penjualan barang-barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan tidak termasuk dalam kelompok piutang dagang tetapi dikelompokkan tersendiri dengan judul piutang bukan dagang. Politik penjualan kredit dilakukan oleh perusahaan dalam rangka merangsang minat para pelanggan. Politik ini merupakan kesengajaan perusahaan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang langganan dan pada hari jatuhnya terjadi aliran kas masuk yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Sehingga bisa dikatakan bahwa manajemen piutang menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang dan evaluasi terhadap politik kredit yang dijalankan perusahaan. b. Macam-macam Piutang Piutang merupakan klaim uang pada perusahaan maupun individu. Klaim tersebut biasanya didapatkan dari penjualan barang atau jasa ataupun dari peminjaman uang.

16 16 Charles T. Horngren et al (1997: 402) mengemukakan bahwa Ada dua jenis piutang yaitu piutang dagang dan wesel tagih. Piutang dagang perusahaan adalah jumlah yang terhutang dari pelanggan. Piutang ini termasuk dalam kategori aktiva lancar. Piutang dagang harus dibedakan dari harta perusahaan yang lain, karena piutang dagang timbul dari kegiatan penjualan yang memang menjadi usaha pokok perusahaan. Tambahan lagi, piutang dagang harus dapat ditagih sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan perusahaan. Menurut Zaki Baridwan (2004:124), piutang dapat timbul dari berbagai macam sumber, tetapi jumlah yang terbesar biasanya timbul dari penjualan barang atau jasa. Piutang-piutang yang dimiliki perusahaan dapat dibagi dalam dua kelompok yaitu piutang yang tidak didukung dengan janji tertulis disebut piutang, dan piutang-piutang yang didukung dengan janji tertulis disebut piutang wesel. Piutang diklasifikasikan lagi dalam beberapa judul yaitu piutang dagang, piutang bukan dagang, dan piutang penghasilan. Kadangkadang piutang bukan dagang dan piutang penghasilan digabung menjadi satu dan dinamakan piutang lain-lain. Wesel tagih merupakan piutang dagang dalam bentuk yang lebih formal. Orang yang berpiutang akan membuat suatu perjanjian tertulis, bahwa ia akan membayarkan sejumlah uang tertentu kepada kreditur pada saat yang telah ditetapkan. Biasanya jangka waktu dari wesel tagih ini tidak lebih dari enampuluh hari. Terkadang wesel tagih juga mengharuskan debitur untuk memberikan suatu jaminan tertentu terhadap hutang yang dimilikinya. Apabila dikemudian hari, debitur tersebut tidak dapat membayar hutangnya maka kreditur berhak untuk mengklaim harta debitur yang dijadikan jaminan tersebut. Piutang lain-lain terdiri dari bermacam ragam, biasanya merupakan pinjaman yang diberikan kepada pegawai ataupun cabang dari perusahaan. Biasanya piutang ini bersifat jangka panjang, tetapi piutang tersebut dapat dikategorikan sebagai aktiva lancar apabila piutang tersebut akan jatuh tempo dalam waktu satu atau kurang dari satu tahun.

17 17 c. Besar Kecilnya Piutang dalam Perusahaan Dalam keadaan yang normal dan dimana penjualan pada umumnya dilakukan secara kredit, piutang mempunyai tingkat likuiditas yang lebih tinggi daripada persediaan, karena perputaran piutang ke kas membutuhkan satu langkah saja yaitu penagihan. Penentuan besar kecilnya jumlah piutang serta kebijakan penjualan secara kredit merupakan hal yang sangat penting dalam merencanakan dan mengendalikan jumlah piutang. Munawir (1992: 75) mengemukakan bahwa penurunan ratio penjualan kredit dengan rata-rata piutang dapat disebabkan oleh faktor : 1. Turunnya penjualan dan naiknya piutang 2. Turunnya piutang dan diikuti turunnya penjualan dalam jumlah lebih besar 3. Naiknya penjualan diikuti naiknya piutang dalam jumlah yang lebih besar 4. Turunnya penjualan dengan piutang yang tepat 5. Naiknya piutang sedangkan penjualan tidak berubah. Menurut Bambang Riyanto (2001: 85) Faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya investasi dalam piutang adalah volume penjualan kredit, syarat pembayaran penjualan kredit, ketentuan tentang pembatasan kredit, dan kebijaksanaan dalam mengumpulkan piutang serta kebiasaan membayar dari para langganan. d. Biaya atas Piutang Perusahaan yang melaksanakan penjualan secara kredit akan menimbulkan terjadinya piutang, maka perusahaan sebenarnya menanggung resiko akibat piutang tersebut. Resiko akibat piutang adalah berupa biayabiaya yang tentu saja akan mengurangi besarnya laba yang diperoleh perusahaan. Biaya-biaya tersebut adalah berupa biaya penghapusan piutang, biaya pengumpulan piutang, biaya administrasi, dan biaya sumber dana. Dengan adanya biaya yang ditimbulkan tersebut, maka piutang harus dikelola dengan baik sehingga biaya-biaya yang ditimbulkan oleh piutang tersebut

18 dapat diminimalkan. Beberapa kebijakan yang perlu diambil adalah penyaringan para pelanggan dan menaikkan tingkat perputaran piutang. Bambang Riyanto (2001: 88) mengemukakan langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil resiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan, antara lain: 1. Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan 2. Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya 3. Mengadakan klasifikasi dari para langganan berdasarkan resiko pembayarannya 4. Mengadakan seleksi dari para langganan 18 e. Perputaran Piutang Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang diinvestasikan dalam piutang, berputar dalam suatu periode tertentu. Piutang sebagai elemen dari modal kerja selalu dalam keadaan berputar. Periode perputaran atau periode terikatnya modal dalam piutang adalah tergantung pada syarat pembayarannya. Makin lunak syarat pembayarannya berarti makin lama modal terikat pada piutang, yang berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah makin rendah. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Menurut Suad Husnan (1997: 566) perputaran piutang dapat dihitung dengan menggunakan rumus : Perputaran piutang = PenjualanKredit Rata - Rata Piutang Makin tinggi tingkat perputaran piutang maka makin cepat pula piutang menjadi kas yang berarti modal kerja yang ditanam dalam perusahaan makin rendah. Selain itu cepatnya piutang menjadi kas berarti kas akan dapat digunakan kembali serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan. Sebaliknya tingkat perputaran yang rendah maka makin rendah pula piutang menjadi kas dan akan terjadi over investment dalam piutang. Besarnya

19 perputaran piutang sesuai dengan standar pada koperasi (Kepmenneg Koperasi dan UKM No. 129/KEP/M.KUKM/XI/2002) sebesar 4 kali. 19 f. Langkah-langkah Mempercepat Perputaran Piutang Kebanyakan perusahaan yang menjual produknya secara kredit telah menetapkan jangka waktu pelunasan (term of credit), karena untuk menghindari atau memperkecil adanya resiko piutang yang tidak tertagih dan agar pelunasan piutang tersebut diterima tepat pada waktunya, sehingga sesuai dengan budget pengumpulan piutang. Keterlambatan yang sering terjadi dalam pelunasan piutang akan mengganggu aktivitas perusahaan, sehingga harus dicari suatu cara guna mempercepat pelunasan piutang tersebut. Menurut Syafaruddin Alwi (1991: 64), Kecepatan perputaran piutang dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan oleh perusahaan agar periode kredit yang telah ditetapkan dapat dipakai oleh pelanggan. Untuk mempercepat perputaran harus diusahakan agar pelanggan membayar sebelum periode kredit yang telah ditetapkan berakhir. Cara-cara mempercepat pelunasan piutang untuk perusahaan jasa adalah sebagai berikut : a. Perusahaan memberi sanksi apabila terlambat membayar Walaupun jangka waktu pelunasan piutang ditentukan tetapi pada kenyataannya sering terjadi keterlambatan dalam pengumpulan piutangnya. Untuk menghindari hal ini perlu diambil suatu tindakan pencegahan yaitu berupa pemberian denda kepada para pelanggan yang terlambat membayar. b. Mengaktifkan pengumpulan piutang dengan cara yang tegas dan lebih disiplin. Kebijakan perusahaan untuk menghindari masalah keterlambatan pengumpulan piutang dapat dilakukan dengan cara mengaktifkan kembali pengumpulan piutang perusahaan, sehingga dapat diharapkan akan menguntungkan kedua belah pihak sehingga dapat diharapkan akan

20 menguntungkan kedua belah pihak serta menjamin hubungan yang baik antara perusahaan dengan pelanggan. 20 a. Pengertian Rentabilitas 3. Rentabilitas Rentabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang menghasilkan laba tersebut. Dengan kata lain, rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Pada umumnya rentabilitas dapat dirumuskan : Rentabilitas = Laba usaha Modal x 100% Menurut Revrisond Baswir (1997: 173) Rentabilitas adalah kemampuan dalam menghasilkan keuntungan, baik dengan menggunakan data eksternal maupun dengan menggunakan data internal. Dari kedua pernyataan tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu yang dinyatakan dalam persentase. b. Macam-macam Rentabilitas Menurut Bambang Riyanto (2001:36) rentabilitas dapat dibedakan menjadi dua, yaitu rentabilitas ekonomi dan rentabilitas modal sendiri. Rentabilitas ekonomi adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase. Oleh karena pengertian rentabilitas sering dipergunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan laba. Modal yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah modal yang bekerja di dalam perusahaan (operating capital/assets). Dengan demikian maka modal yang ditanamkan dalam perusahaan lain atau modal yang ditanamkan dalam efek

21 (kecuali perusahaan-perusahaan kredit) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Rentabilitas Ekonomi = Laba usaha (SHU) Modal x 100% Laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas ekonomi hanyalah laba yang berasal dari operasi perusahaan, yaitu yang disebut laba usaha (net operating income). Dengan demikian maka yang diperoleh dari usaha-usaha di luar perusahaan atau dari efek (misalnya dividen, coupon dan lain-lain) tidak diperhitungkan dalam menghitung rentabilitas ekonomi. Pada perusahaan pada umumnya masalah rentabilitas adalah lebih penting daripada masalah laba, karena laba yang besar saja belumlah merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah dapat bekerja dengan efisien. Efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh itu dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut, atau dengan kata lain ialah menghitung rentabilitasnya. Dengan demikian maka yang harus diperhatikan oleh perusahaan ialah tidak hanya bagaimana usaha untuk memperbesar laba, tetapi yang lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. Oleh karena itu maka bagi perusahaan pada umumnya usahanya lebih diarahkan untuk mendapatkan titik rentabilitas maksimal daripada laba maksimal. Dalam literatur Anglosaxon pada umumnya digunakan istilah earning power untuk pengertian rentabilitas ekonomi. Tingkat rentabilitas ekonomi dapat dipertingi dengan mengetahui faktor-faktor yang menentukan tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi. Tinggi rendahnya rentabilitas ekonomi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu profit margin dan turnover of operating assets (tingkat perputaran aktiva usaha). Profit margin adalah perbandingan antara net operating income atau laba usaha dengan net sales atau penjualan bersih yang dinyatakan dengan persentase. Profit Margin = laba usaha Penjualan bersih x 100% 21

22 Tingkat perputaran aktiva usaha adalah kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode tertentu. Turnover tersebut dapat ditentukan dengan membagi penjualan bersih dengan modal usaha. Turnover of Operating Assets = Penjualan bersih Modal usaha x 100% Dengan demikian dapat dikatakan bahwa profit margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat besar kecilnya laba usaha dalam hubungannya dengan penjualan. Sedangkan operating assets turnover dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat pada kecepatan perputaran perputaran operating assets dalam suatu periode tertentu. Hasil akhir dari percampuran kedua efisiensi profit margin dan operating assets turnover menentukan tinggi rendahnya earning power. Oleh karena itu makin tinggi tingkat profit margin atau operating assets turnover, masing-masing atau keduanya akan mengakibatkan naiknya earning power. Hubungan antara profit margin dan operating assets turnover dapat digambarkan sebagai berikut: Rentabilitas = Profit margin x Operating assets turnover = = laba usaha penjualan bersih laba usaha modal usaha x penjualan bersih modal usaha Rentabilitas modal sendiri atau sering juga dinamakan rentabilitas usaha adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan.laba yang diperhitungkan untuk menghitung rentabilitas modal sendiri adalah laba usaha setelah dikurangi dengan bunga modal asing dan pajak perseroan atau income 22

23 tax (EAT = Earning After Tax). Rentabilitas modal sendiri dapat dihitung dengan rumus : 23 Rentabilitas modal sendiri = Laba Usaha (SHU) Modal Sendiri x 100% Penambahan modal asing hanya akan memberikan efek yang menguntungkan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal (modal asing) tersebut lebih besar daripada biaya modal atau bunganya. Dengan kata lain bahwa tambahan modal asing itu hanya dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih besar daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Sebaliknya penambahan modal asing akan memberikan efek finansiil yang merugikan terhadap modal sendiri apabila rate of return dari tambahan modal asing tersebut lebih kecil daripada bunganya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa tambahan modal asing tidak dibenarkan apabila rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal asing lebih kecil daripada rentabilitas modal sendiri dengan tambahan modal sendiri. Pengaruh dari perubahan rentabilitas ekonomi terhadap rentabilitas modal sendiri pada berbagai tingkat penggunaan modal asing, secara teoritis dapat dikatakan bahwa makin tingginya rentabilitas ekonomi (dengan tingkat bunga tetap), penggunaan modal asing yang lebih besar akan mengakibatkan kenaikan rentabilitas modal sendiri. Dalam keadaan yang demikian, suatu perusahaan yang menggunakan modal asing lebih besar akan memperoleh kenaikan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing lebih kecil. Sebaliknya dalam situasi ekonomi yang memburuk dimana rentabilitas ekonomi perusahaan pada umumnya menurun, perusahaan yang mempunyai modal asing yang besar akanmengalami penurunan rentabilitas modal sendiri yang lebih besar daripada perusahaan lain yang mempunyai jumlah modal asing yang lebih sedikit. c. Hubungan Modal Kerja Dengan Rentabilitas

24 24 Modal kerja merupakan bagian modal secara keseluruhan dalam perusahaan. Modal kerja beserta elemen-elemennya yaitu kas dan piutang perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi kelancaran dan kelangsungan hidup perusahaan. Keseimbangan kebutuhan perusahaan akan modal kerja perlu diperhitungkan dan penetapan besarnya modal kerja berkaitan erat dengan keuntungan yang akan dicapai. Kerugian akibat dana yang menganggur terjadi jika modal kerja yang tersedia lebih besar dari kebutuhan, keuntungan akan kecil jika modal tidak dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Jadi perusahaan akan mampu menjalankan kegiatan perusahaan dengan baik apabila perusahaan mempunyai modal kerja yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan dan disertai dengan pengelolaan modal kerja secara efisien. Pada umumnya tujuan perusahaan adalah memperoleh laba yang sebesar-besarnya. Namun masalah rentabilitas pada perusahaan pada umunya lebih penting daripada masalah laba. Karena laba yang besar bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan itu telah bekerja secara efisien. Dengan demikian yang harus diperhatikan oeh perusahaan bukan hanya untuk memperbesar laba, tetapi lebih penting adalah usaha untuk mempertinggi rentabilitasnya. B. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, maka disusunlah kerangka berpikir sebagai berikut : 1. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dengan Rentabilitas Ekonomi Perputaran kas adalah perbandingan antara penjualan dengan jumlah kas rata-rata. Standar normal tingkat perputaran kas adalah 35 kali setiap tahunnya, sedangkan standar besarnya rentabilitas adalah 10%. Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang dilakukan oleh perusahaan karena tingkat perputaran kas menggambarkan kecepatan arus kembalinya kas yang telah ditanamkan di dalam modal kerja. Kas merupakan komponen modal kerja yang mengalami perputaran dengan periode perputaran yang relative pendek. Pada tingkat perputaran kas yang

25 25 tinggi, pada satu sisi volume penjualan menjadi tinggi sedangkan pada sisi lain biaya atau resiko yang ditanggung perusahaan dapat diminimalkan sehingga laba yang diterima perusahaan menjadi besar. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan membuat tingkat rentabilitas ekonomi menjadi tinggi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran kas maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonominya. 2. Hubungan Tingkat Perputaran Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi Piutang merupakan aktiva perusahaan yang timbul akibat dilaksanakannya penjualan secara kredit. Perputaran piutang adalah tolok ukur dari penggunaan aktiva yang ditentukan dengan membagi total penjualan kredit dengan piutang rata-rata. Standar normal tingkat perputaran piutang minimal empat kali (4x). Tinggi rendahnya tingkat perputaran piutang mempunyai efek yang langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan dalam piutang. Tingkat perputaran piutang yang tinggi menunjukkan cepatnya dana terikat dalam piutang atau dengan kata lain cepatnya piutang dilunasi oleh debitur. Pada tingkat perputaran piutang yang tinggi, di satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Dengan demikian laba bersih yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima perusahaan akan mempertinggi tingkat rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula rentabilitas ekonomi. 3. Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang Secara Bersama-sama dengan Rentabilitas Ekonomi Tingkat perputaran kas dan piutang dapat mempengaruhi panjang pendeknya waktu terikatnya dana dalam elemen modal kerja. Dengan demikian, semakin cepat perputaran kas dan piutang maka semakin efisien

26 26 dana tersebut. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti makin cepat dilunasinya penjualan kredit/pinjaman yang diberikan dan makin cepat piutang menjadi kas. Cepatnya piutang menjadi kas berarti kas dapat digunakan kembali untuk mendanai kegiatan operasional perusahaan selanjutnya serta resiko kerugian piutang dapat diminimalkan, sehingga laba yang dihasilkan akan semakin banyak. Besarnya laba yang diterima perusahaan akan mempengaruhi rentabilitas ekonomi. Sehingga dapat diduga bahwa semakin tinggi tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama akan mempertinggi rentabilitas ekonomi. Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dituliskan dalam bentuk skema sederhana sebagai berikut : Perputaran Kas Perputaran Piutang Tinggi Rendah Tinggi Rendah Kas relatif kecil Kas relatif besar Piutang cepat dilunasi Piutang sulit dilunasi Laba tinggi Laba Rendah Rentabilitas tinggi Rentabilitas rendah Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Perputaran Kas dan Piutang dengan Rentabilitas Ekonomi C. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban yang bersifat sementara dan perlu dibuktikan kebenarannya berdasarkan pada tinjauan pustaka dan kerangka

27 27 pemikiran yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Gembong tahun Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran piutang dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Gembong tahun Ada hubungan yang positif antara tingkat perputaran kas dan piutang secara bersama dengan rentabilitas ekonomi pada KPRI PENI Gembong tahun BAB III METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) PENI Kecamatan Gembong Kabupaten Pati. Alasan dipilihnya lokasi tersebut menjadi tempat penelitian: a. Di KPRI PENI Gembong tersedia data yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. b. Di KPRI PENI tersebut belum pernah dilakukan penelitian dengan tema seperti itu sehingga diharapkan penelitian ini akan memberikan informasi mengenai tingkat perputaran kas dan piutang serta hubungannya terhadap rentabilitas ekonomi sebagai masukan dalam rangka meningkatkan profitabilitas setiap periode akuntansi. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2007 sampai dengan Juni 2007 dengan rencana skedul waktu sebagai berikut : Tabel 1. Jadwal Penelitian

28 28 No Kegiatan Taksiran Waktu 1 Pengajuan judul Januari Penyusunan proposal Februari Pengurusan perizinan April Penyusunan kajian teori April 2007 s/d Mei Pengumpulan data dan analisis Mei Penyusunan laporan penelitian Mei 2007 s/d Juni Presentasi hasil laporan Juli 2007 B. Metode 27 Penelitian Metode penelitian adalah suatu kegiatan yang sistematis, terencana dan teratur untuk menemukan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan mengunakan metode-metode ilmiah. Menurut Hadari Nawawi (1995: 62) metode penelitian ada 4 yaitu : 1. Metode filosofi Adalah prosedur pemecahan masalah melalui pemikiran yang terarah, mendalam dan mendasar dengan menggunakan pola berfikir aliran filosofi tertentu. 2. Metode deskriptif Adalah prosedur pemecahan masalah yang disediakan dengan menggambargkan keadaan pada saat sekarang berdasarkan fakta- fakta yang tampak. 3. Metode historis Adalah prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan data masa lalu. 4. Metode eksperimen Adalah prosedur penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih, dengan mengendalikan pengaruh variabel lainnya melalui percobaan. Penelitian ini termasuk dalam kelompok penelitian deskriptif. Menurut Moh. Nazir (1999: 105), penelitian deskriptif adalah studi untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif berusaha untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena, kelompok atau individu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Piutang 2.1.1 Pengertian Piutang Secara umum piutang merupakan hak atas uang, barang dan jasa kepada orang lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rentabilitas Menurut Munawir (2004:86), rentabilitas atau profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Keadaan dunia usaha yang berkembang pesat mempunyai dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Keadaan dunia usaha yang berkembang pesat mempunyai dampak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan dunia usaha yang berkembang pesat mempunyai dampak yang luas bagi perusahaan. Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu ingin berkembang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu yang membahas masalah yang hampir sama dilakukan oleh Mohammad Wisnu Prabowo (2010) meneliti tentang Analisis Sumber dan Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Modal Kerja 2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk membeli uang muka pada pembelian bahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Prosedur Pengertian prosedur menurut Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Sistem Akuntansi menyatakan bahwa: Prosedur adalah suatu kegiatan yang melibatkan beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rentabilitas 2.1.1 Pengertian Rentabilitas Koperasi tiap tahun diharuskan oleh undang-undang hukum dagang membuat laporan keuangan yang harus selesai dalam waktu 6 (enam) bulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Kas Pada umumnya kas dikenal juga dengan uang tunai yang didalam neraca kas masuk dalam golongan aktiva lancar yang sering mengalami perubahan akibat transaksi keuangan

Lebih terperinci

BAB 3 KAS. A. Pendahuluan. B. Pengertian Kas

BAB 3 KAS. A. Pendahuluan. B. Pengertian Kas BAB 3 KAS A. Pendahuluan Aset merupakan sumberdaya penting yang diperlukan oleh perusahaan untuk menjalankan aktivitas usahanya. Kas merupakan jenis aset yang paling cepat dapat dikonversi menjadi aset

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304)

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Rentabilitas yaitu: Pengertian rentabilitas menurut Sofyan Syafri Harahap (2007: 304) Rasio Rentabilitas atau disebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Rentabilitas 2.1.1.1 Pengertian Rentabilitas Tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi pada perusahaan akan meningkatkan daya saing antar perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian Pengelolaan Dan Modal Kerja 2.1.1. Pengertian pengelolaan Dalam suatu perusahaan, pengelolaan mempunyai arti penting karena perkembangan perusahaan tergantung dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melaksanakan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Bank Pengertian Bank berdasarkan pasal 1 UU No.10 tahun 1998 tentang Perbankan menyatakan bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses kegiatan pencatatan akuntansi yang memberikan informasi mengenai perkembangan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasi sehari-harinya, misalnya untuk membayar gaji pegawai, di mana uang atau dana yang telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian Koperasi bahwa, Undang Undang No.17 tahun 2012 tentang Perkoperasian menyatakan Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibtat adanya penjualan secara kredit. Pada sebagian besar perusahaan penjualan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Prinsip manajemen perusahaan mengharuskan agar dalam proses memperoleh maupun menggunakan dana harus didasarkan pada pertimbangan efisiensi dan efektivitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Modal Kerja Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga selalu memerlukan dana. Perusahaan yang merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi menjanjikan peluang dan harapan bagi kesejahteraan warga dunia. Semua negara ingin mengambil keuntungan semaksimal mungkin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Menurut Warren (2005 : 392) Piutang (receivables) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kas Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2007:21) : Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoretis 1. Sumber Daya Perusahaan a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan Sumber daya perusahaan merupakan alat yang digunakan perusahaan dalam mencapai tujuannya (Amirullah,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem

BAB III LANDASAN TEORI. mereka sendiri, dan disebut sistem lingkaran tertutup (closed-loop system). Sistem BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan Laporan Kerja Praktek. Landasan teori yang akan dibahas ini meliputi permasalahan- permasalahan

Lebih terperinci

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek

Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 73 Bab 5 Manajemen Kas dan Surat Berharga Jangka Pendek Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang motif memegang kas, aliran kas dalam perusahaan,

Lebih terperinci

Pengertian Kas PENGERTIAN KAS

Pengertian Kas PENGERTIAN KAS Pengertian Kas Menurut Munawir (1983:14), pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas merupakan uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan, termasuk dalam pengertian kas adalah cek

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 31 BAB III LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PRAKTIK PROSEDUR PENYUSUNAN ANGGARAN KAS DAN PERENCANAAN ARUS KAS PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH 3.1 Landasan Teori 3.1.1 Anggaran Kas 3.1.1.1 Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Resimen IndukV/Brawijaya Malang tahun Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi Resimen IndukV/Brawijaya Malang tahun Tujuan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tinjauan Penelitian Terdahulu Dikutip dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ulfa (2011) dengan judul Analisis Sumber dan Penggunaan Dana pada Primer

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pusataka 2.1.1 Rasio Profitabilitas Rasio menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor yang mendukung keberhasilan suatu perusahaan. Oleh sebab itu masalah modal merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi yang diterapkan secara memadai sangat membantu manajemen dalam menghadapi masalah yang muncul. Berikut ini akan diuraikan beberapa definisi tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Pada tinjauan teoritis di Bab II ini akan menjelaskan lebih dalam mengenai defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan. 2.1.1 Modal Kerja Pada bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu : 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 22 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2012:5) laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan yan dilakukan secara bersama-sama sebenarnya dapat dikatakan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Koperasi 2.1.1. Definisi Koperasi Dilihat asal kata, istilah koperasi berasal dari bahasa Inggris coorperation yang berarti usaha bersama. Dengan arti lain segala bentuk

Lebih terperinci

PERSEDIAAN MINIMUM KAS SEBAGAI ALAT UNTUK MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS & PROFITABILITAS

PERSEDIAAN MINIMUM KAS SEBAGAI ALAT UNTUK MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS & PROFITABILITAS PERSEDIAAN MINIMUM KAS SEBAGAI ALAT UNTUK MENJAGA TINGKAT LIKUIDITAS & PROFITABILITAS Oleh : Dyah Kusumawati*) Abstraksi Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi adalah badan usaha yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori dan Penelitian Terdahulu 2.1.1 Landasan Teori Dalam undang-undang perkoperasian No. 25 tahun 1992 pada Bab I ayat 1 UU 25/1992, yang dimaksud dengan koperasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang 2.1.1 Definisi Piutang Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009) adalah: Menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan dalam dua kategori

Lebih terperinci

BAB II BAB II KAJIAN PUSTAKA. biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih,

BAB II BAB II KAJIAN PUSTAKA. biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement atau lebih, BAB II BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Prosedur Menurut Mulyadi (2010:5) prosedur adalah suatu kegiatan klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departement

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya. Untuk menjalankan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya. Untuk menjalankan BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Aktivitas Perusahaan Aktivitas perusahaan dapat mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya. A. Tinjauan Teoritis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Setiap perusahaan perlu menyediakan modal kerja untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan dagang, jasa, maupun industri mempunyai dana dan membutuhkan modal kerja, karena itulah masalah modal kerja sangat erat kaitannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang Piutang juga merupakan komponen aktiva lancar yang penting dalam aktivitas ekonomi suatu perusahaan karena merupakan aktiva lancar perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kas 1. Pengertian Kas Menurut Martono dan Harjito (2002 : 116) Kas merupakan salah satu bagian dari aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati (2012) dengan judul Analisis Optimalisasi Modal Kerja pada CV. Dharma Utama Batu. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS

BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS BAB III ANALISIS SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS 1. Sifat Laporan Sumber Dan Penggunan Kas Sifat laporan perubahan modal kerja adalah memberikan ringkasan transaksi keuangan selama satu periode dengan menunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Denta Umar Aminudin (2007) dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada Perusahaan Shuttlecock

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover

BAB II URAIAN TEORITIS. judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover 18 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Yuliafitri, Koesmawan, dan Amilin (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Efektivitas Modal Kerja dan Operating Assets Turnover Terhadap

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS 10 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Lubis (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Modal Kerja Sebagai Dasar Penilaian Posisi Keuangan Perusahaan pada PT. Indofarma Global Medika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Profitabilitas adalah rasio yang mengukur efektifitas manajemen yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. benar. Ini merupakan konsep matematika atau merupakan perhitungan ratio

BAB III METODE PENELITIAN. benar. Ini merupakan konsep matematika atau merupakan perhitungan ratio BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Definisi operasional variabel a. Efisiensi penggunaan modal kerja Efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan sesuatu pekerjaan dengan benar. Ini merupakan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Wicaksono (2013) yaitu studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca,

BAB II LANDASAN TEORI. Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Laporan Keuangan Pada Umumnya Laporan Keuangan terdiri dari 4 laporan penting, yaitu: neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Utang Utang atau kewajiban merupakan salah satu komponen yang penting dari suatu neraca karena utang merupakan salah satu faktor penentu untuk menjalankan suatu perusahaan agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Piutang a. Pengertian Piutang Salah satu cara untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada serta menarik pelanggan baru adalah dengan melakukan penjualan

Lebih terperinci

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR

B. MASALAH YANG DIHADAPI DALAM PENENTUAN RASIO STANDAR ANALISIS RASIO A. RASIO STANDAR Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. modal kerja di KPRI Kota Semarang. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Peneliti Terdahulu Fitria 2007 melakukan penelitian dengan tujuan mengetahui ada tidaknya hubungan antara efisiensi modal kerja dengan rentabilitas KPRI di Semarang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Peneliti yang mengkaji tentang modal kerja sebelumnya pernah dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja Pada Perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Analisis Pengertian analisis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Yuniarsih dan Suwatno (2008:98) adalah: Analisis adalah penguraian suatu pokok atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Pengertian Modal Kerja Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Piutang Menurut Niswonger et al (1999) piutang merujuk pada claims (tagihan) dalam bentuk uang terhadap entitas lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat Bab Pendahuluan BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan perkembangan ekonomi yang mulai tumbuh dan teknologi yang pesat pada dewasa ini, maka setiap perusahaan membutuhkan laporan keuangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan

BAB I PENDAHULUAN. utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembangunan dewasa ini bidang ekonomi merupakan penggerak utama perekonomian nasional karena melalui pembangunan dapat dihasilkan sumber daya dan peluang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan

BAB II BAHAN RUJUKAN. Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang terdiri atas neraca,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - teori 1. Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Tujuan akhir yang ingin dicapai perusahaan yang terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Kontruksi, dan Variabel Penelitian Secara umum pengertian likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo. Sedangkan menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis 13 BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Modal Kerja Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis dewasa ini, semakin memacu dunia usaha untuk meningkatkan daya saingnya melalui peningkatan efisiensi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. Sebagian besar perusahaan menjual secara kredit agar dapat menjual lebih banyak 8 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Pengertian Piutang Piutang usaha (account receivable) timbul akibat adanya penjualan kredit. Sebagian besar perusahaan menjual

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Tinjauan Umum Koperasi Undang-Undang Dasar 1945 khususnya pasal 33 ayat 1 menyatakan bahwa perekonomian Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Lebih terperinci

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG TERHADAP PROFITABILITAS PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya setiap perusahaan baik yang bergerak di bidang dagang, jasa maupun manufaktur memiliki tujuan yang sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA) BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Return on Assets (ROA) a. Pengertian Return on Assets (ROA) Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam analisis laporan keuangan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak manajemen perusahaan yang 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan dibuat dengan maksud untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan yang secara periodik dilakukan pihak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan tentu bertujuan untuk memperoleh laba atau keuntungan yang dapat dipergunakan untuk kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua

BAB II KAJIAN TEORI. merupakan bentuk analisis untuk membuat data-data tersebut mudah diatur. Semua BAB II KAJIAN TEORI 1.1 Pengertian 1.1.1 Analisis Salah satu bentuk analisis adalah merangkum sejumlah data besar data yang masih mentah menjadi informasi yang dapat diinterpretasikan. Kategorisasi atau

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Krisna Susani NIM

SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Akuntansi Pada Universitas Negeri Semarang. Oleh Krisna Susani NIM PENGARUH TINGKAT PERPUTARAN KAS, PIUTANG DAN PERSEDIAAN TERHADAP RENTABILITAS PADA KOPERASI PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA (KPRI) DI KABUPATEN JEPARA TAHUN 2002-2004 SKRIPSI Untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS Teori Stakeholder Teori Stakeholder digagas oleh R. Edward Freeman menyatakan bahwa :

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS Teori Stakeholder Teori Stakeholder digagas oleh R. Edward Freeman menyatakan bahwa : 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN dan HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Teori Stakeholder Teori Stakeholder digagas oleh R. Edward Freeman menyatakan bahwa : The stakeholder theory is a theory

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan Munawir (2010; 96) menjelaskan bahwa salah satu ciri dari kegiatan perusahaan yaitu adanya transaksi-transaksi. Transaksi- transaksi tersebut dapat mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Piutang 1. Piutang Piutang adalah tagihan kepada pihak lain dimasa yang akan datang karena terjadinya transaksi dimasa lalu. Piutang digolongkan menjadi dua yaitu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Profitabilitas 2.1.1 Pengertian Profitabilitas Tujuan utama suatu usaha adalah untuk memaksimalkan nilai usaha dan menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 1. Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan Sebagai Obyek Penelitian 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan keuangan yang bertujuan untuk menyediakan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang hasil akhirnya sangat dibutuhkan baik bagi manajemen untuk menyusun rencana yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.2.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Teori tentang Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan tujuan (hasil akhir) dari suatu proses dan prosedur akuntansi, sebagai ringkasan informasi

Lebih terperinci