MENGENAL FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DAN TINJAUAN SINGKAT DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MENGENAL FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DAN TINJAUAN SINGKAT DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN INDONESIA"

Transkripsi

1 MENGENAL FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DAN TINJAUAN SINGKAT DARI ASPEK HUKUM PERBANKAN INDONESIA Oleh : Fransiska Ari Indrawati, S.H, LLM 1 Abstrak Pada tahun 2010 pemerintah Amerika Serikat (AS) mengeluarkan ketentuan perpajakan yang dinamakan Foreign Account Tax Compliance Act atau disingkat dengan FATCA. Pengaturan FATCA ini dilatarbelakangi antara lain terjadinya krisis keuangan di AS di tahun 2008 yang salah satu faktor penyebabnya adalah penghindaran pajak dalam jumlah besar oleh warga negara Amerika Serikat yang memiliki pendapatan luar negeri. FATCA diharapkan dapat mencegah penghindaran pajak sehingga dapat menambah pendapatan pemerintah AS. FATCA mewajibkan lembaga keuangan asing untuk melaporkan kepada Internal Revenue Service, badan pemerintah AS yang menangani perpajakan, atas rekening finansial yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS atau yang dimiliki lembaga asing dimana Wajib Pajak AS tersebut memiliki kepemilikan yang substansial. FATCA akan diimplementasikan pada tanggal 1 Juli Pemerintah AS telah memberikan opsi kepada hampir seluruh negara dimana warga negara AS berada untuk menerapkan atau tidak menerapkan FATCA. Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax terhadap seluruh pendapatan Foreign Financial Institutions (FFI) yang berasal dari AS misalnya pendapatan dari dividen, bunga dan asuransi apabila FFI ataupun negara dimana FFI tersebut berada tidak menerapkan FATCA. Namun demikian, terdapat dua pilihan agar FFI tidak terkena penerapan withholding tax tersebut yaitu dengan: (i) menandatangani FFI Agreement, atau (ii) menandatangani Intergovernmental Agreement (IGA) yang terdiri atas Model 1 IGA dan Model 2 IGA. Penerapan FATCA telah mendapat dukungan dari forum G20. Indonesia sebagai salah satu anggota G20 diharapkan dapat mengimplementasikan ketentuan ini untuk mendukung terjadinya pencegahan penghindaran pajak yang sudah menjadi perhatian di forum internasional dan terutama untuk menghindari pengenaan withholding tax sebesar 30% yang akan dikenakan oleh pemerintah AS kepada FFI. A. Pendahuluan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA) merupakan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Amerika Serikat yang mewajibkan Foreign Financial 1 Penasehat Hukum Bank Indonesia Institutions (FFI) atau lembaga keuangan asing untuk melaporkan kepada Internal Revenue Service (IRS) atas aset finansial yang disimpan oleh wajib pajak Amerika Serikat (AS). FFI yang telah menandatangani perjanjian dengan IRS memiliki kewajiban untuk melaporkan kepemilikan rekening wajib pajak AS kepada IRS. 41

2 FATCA dikeluarkan oleh Pemerintah AS untuk menghindari penyembunyian pajak yang berasal dari pendapatan luar negeri (offshore tax evasion) dan kedepannya FATCA diharapkan dapat menjadi standard ketentuan yang digunakan seluruh dunia untuk mencegah penghindaran pajak yang terjadi 2. Forum G20 juga mendukung penuh upaya untuk mencegah penghindaran pajak di dunia internasional sebagaimana dikemukakan Communiqué of Finance Ministers and Central Bank Governors pada April Dalam G20 Leaders Declaration, forum G20 juga mengungkapkan bahwa transparansi pajak dan pertukaran data otomatis (automatic exchange of information) antar anggota diperlukan sebagai salah satu upaya penghindaran pajak 4. Forum G20 juga telah berkomitmen untuk memulai pertukaran data otomatis terkait pajak yang akan dilakukan pada akhir tahun Hal ini menunjukkan adanya komitmen dari forum internasional dalam mendukung transparansi pajak dan mencegah penghindaran pajak mengingat penghindaran pajak saat ini menjadi isu yang telah mendunia. Tentu Indonesia diharapkan dapat juga mendukung komitmen yang telah disepakati dalam forum internasional tersebut khususnya mengenai upaya mencegah terjadinya penghindaran pajak. Terkait dengan upaya pencegahan penghindaran pajak oleh Pemerintah AS, terhitung sejak tanggal 1 Juli 2014 Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax terhadap seluruh pembayaran kepada FFI yang berasal dari sumber pendapatan di AS seperti dividen, bunga dan asuransi apabila FFI tersebut tidak memiliki komitmen untuk melaporkan pajak kepada Pemerintah AS (cq. Internal Revenue Service). Namun 2 Stack, Robert, Myth vs. FATCA: The Truth About Treasury s Effort To Combat Offshore Tax Evasion, diakses melalui 3 Communiqué Meeting of Finance Ministers and Central Bank Governors, Washington, April 2013, diakses melalui 4 G20 Leaders Declaration, Russia, September 2013, diakses melalui demikian, terdapat dua pilihan agar FFI tidak terkena penerapan withholding tax tersebut yaitu dengan: (i) menandatangani FFI Agreement, atau (ii) menandatangani Intergovernmental Agreement (IGA). Kajian singkat ini akan membahas lebih lanjut mengenai ruang lingkup FATCA dan wacana penerapan FATCA ditinjau dari sudut pandang hukum perbankan di Indonesia. B. Pengertian dan Ruang Lingkup Pelaporan FATCA Berikut ini pengertian dan ruang lingkup FATCA berdasarkan Summary of FATCA Reporting for US Taxpayers yang disarikan dari situs resmi IRS Foreign Financial Institution/FFI sebagai subyek FATCA FFI yang merupakan subyek pelapor dalam FATCA adalah lembaga penyimpan (depository institutions), lembaga penjaminan (custodial institutions), lembaga investasi (investment entities), dan perusahaan asuransi tertentu (certain insurance companies). Sedangkan pihak yang dikecualikan dari pelaporan FATCA ini adalah lembaga pemerintah/badan yang dimiliki pemerintah, organisasi internasional, bank sentral yang tidak memiliki kegiatan perbankan komersial, dan dana pensiun. 2. Pengertian Wajib Pajak AS dan aset finansial Yang Dilaporkan Dalam situs IRS 6, IRS menginformasikan bahwa FATCA mewajibkan lembaga keuangan asing untuk melaporkan kepada IRS atas rekening finansial yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS atau yang dimiliki lembaga asing dimana Wajib Pajak AS memiliki kepemilikan yang substansial. Lembaga yang memiliki kewajiban pelaporan tidak hanya terbatas 5 Lihat Reporting-for-U.S.-Taxpayers. 6 Ibid. 42

3 pada bank, namun lembaga keuangan lainnya seperti lembaga investasi, broker, dan perusahaan asuransi tertentu. Berikut ini merupakan ruang lingkup Wajib Pajak AS dan batasan nilai aset finansial yang dikehendaki pelaporannya oleh FATCA. a. Wajib Pajak AS berdomisili di luar negeri Wajib Pajak AS dikategorikan sebagai Wajib Pajak yang berdomisili di luar negeri apabila pihak tersebut merupakan warga negara AS dimana memiliki kewajiban pajak pada negara asing tersebut dan telah tinggal di negara tersebut atau negara lain setidaknya selama 330 (tiga ratus tiga puluh) hari berturut-turut dari periode 12 (dua belas) bulan. Wajib Pajak tersebut harus menggunakan formulir 8938 untuk menyampaikan laporan pajak penghasilan dengan klasifikasi sebagai berikut: 1) menikah dan menyampaikan laporan pajak penghasilan gabungan serta memiliki total aset finansial di negara lain lebih dari USD400,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD600,000 pada setiap saat selama tahun pajak. Ketentuan ini tetap berlaku meskipun hanya pihak suami/istri yang berdomisili di luar negeri. 2) Bukan pihak yang menikah dan tidak menyampaikan laporan pajak penghasilan gabungan serta memiliki total aset finansial di negara lain lebih dari USD200,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD300,000 pada setiap saat selama tahun pajak. b. Wajib Pajak AS berdomisili di AS Wajib Pajak berikut ini harus menggunakan formulir 8938 untuk menyampaikan laporan pajak penghasilan dengan klasifikasi sebagai berikut: 1) Tidak menikah dan total aset finansial lebih dari USD50,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD75,000 pada setiap saat selama tahun pajak. 2) Menikah dan menyampaikan laporan pajak penghasilan gabungan serta memiliki total aset finansial di negara lain lebih dari USD100,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD150,000 pada setiap saat selama tahun pajak. 3) Menikah namun menyampaikan laporan pajak penghasilan terpisah serta memiliki total aset finansial di negara lain lebih dari USD50,000 pada hari terakhir di tahun pajak atau lebih dari USD75,000 pada setiap saat selama tahun pajak. Yang dimaksud dengan aset finansial di negara lain yang wajib dilaporkan sesuai FATCA adalah seluruh aset luar negeri baik berbentuk rekening ataupun non rekening yang ditujukan untuk investasi dan bukan digunakan untuk kegiatan perdagangan atau bisnis. Contoh investasi tersebut antara lain saham dan surat berharga asing, instrumen finansial asing, kontrak dengan pihak non US, dan interest di lembaga asing. Namun demikian, terdapat aset finansial yang dikecualikan dari pelaporan dalam FATCA yaitu aset berupa: 1) Rekening finansial yang di tatausahakan oleh lembaga AS yang meliputi lembaga keuangan asing cabang AS, kantor cabang luar negeri dari lembaga keuangan AS, dan kantor cabang luar negeri dari anak perusahaan dari perusahaan AS; 2) Beneficial interest atas trust dan properti di luar negeri; 3) Bunga/pendapatan dari jaminan sosial, asuransi sosial dan program serupa lainnya dari pemerintah asing. c. Opsi Penerapan FATCA Terkait dengan pelaporan sebagaimana diatur dalam FATCA, Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax, kepada FFI yang tidak memiliki kewajiban melaporkan Wajib Pajak AS, untuk setiap penerimaan yang berasal dari sumber pendapatan AS seperti 43

4 dividen, bunga dan asuransi terhadap institusi keuangan asing. Namun demikian, Pemerintah AS menawarkan opsi agar FFI tidak terkena penerapan withholding tax tersebut yaitu sebagai berikut: 1. FFI Menandatangani perjanjian dengan IRS (FFI Agreement) FFI menandatangani perjanjian dengan IRS yang dituangkan dalam FFI Agreement. Dalam perjanjian ini, FFI setuju untuk berpartisipasi dalam FATCA dengan menandatangani perjanjian langsung dengan IRS dimana FFI wajib melaksanakan kewajiban dalam FFI Agreement tersebut tanpa turut campur dari pemerintah negara dimana FFI tersebut berdomisili. Konsep FFI Agreement tersebut tersedia dalam situs resmi IRS yaitu gov/pub/irs-drop/n pdf, dimana konsep tersebut mengatur pokok-pokok perjanjian antara lain sebagai berikut: kewajiban untuk melakukan due diligence bagi FFI, persyaratan untuk memberikan deposit, kewajiban pelaporan informasi dan pengembalian pajak, prosedur kepatuhan yang wajib dilaksanakan oleh FFI, dst. Berdasarkan draft FFI Agreement tersebut, FFI dipersyaratkan antara lain untuk melakukan due diligence dalam rangka mengidentifikasi rekening yang dimiliki oleh warga negara AS dan secara tahunan melaporkan informasi terkait rekening tersebut kepada IRS. 2. Penandatanganan Intergovernmental Agreement (IGA) Pemerintah AS melalui US Treasury Department mengembangkan dua model IGA sebagai alternatif cara untuk penerapan FATCA yaitu: a) Model 1 IGA (pendekatan Pemerintah ke Pemerintah) Dalam Model 1 IGA ini, negara yang merupakan partner FATCA menandatangani perjanjian dengan Pemerintah AS untuk mengumpulkan informasi terkait rekening warga AS dari seluruh FFI yang masuk dalam wilayah jurisdiksi dan untuk selanjutnya secara otomatis bertukar informasi melalui IRS. Dalam hal ini, FFI tidak perlu menandatangani perjanjian dengan IRS karena pengumpulan informasi dari FFI akan dikoordinir oleh Pemerintah di negara yang bersangkutan. Perjanjian Model 1 IGA ini dituangkan dalam bentuk Agreement between the Government of the United States of America and the Government of [FATCA Partner] to Improve International Tax Compliance and to Implement FATCA, yang konsepnya tersedia dalam situs resmi Pemerintah AS yaitu treasury.gov/resource-center/tax-policy/ treaties/pages/fatca.aspx. b) Model 2 IGA Dalam Model 2 IGA, pemerintah negara setempat menandatangani perjanjian dengan IRS dan selanjutnya pemerintah negara setempat tersebut mewajibkan FFI untuk melakukan pendaftaran ke IRS untuk selanjutnya mengikuti ketentuan dalam FFI Agreement. Melalui model ini, FFI melaporkan langsung kepada IRS secara tahunan, tanpa melalui pemerintah negara setempat, atas seluruh informasi rekening wajib pajak AS termasuk ringkasan informasi rekening wajib pajak AS meskipun belum mendapatkan persetujuan dari pemilik rekening untuk 44

5 dilaporkan ke IRS (non-consenting account). Melalui kerjasama Model 2 ini, IRS dapat meminta pemerintah negara yang merupakan partner FATCA, informasi rekening individual yang mendasari ringkasan informasi yang dilaporkan oleh FFI terkait non consenting account. Perjanjian Model 2 IGA ini berupa Agreement between the Government of the United States of America and the Government of [FATCA Partner] for Cooperation to Facilitate the Implementation of FATCA, yang konsepnya tersedia dalam situs resmi Pemerintah AS yaitu aspx. C. Pro dan Kontra Wacana Penerapan FATCA Terkait dengan wacana penerapan FATCA, berikut ini pro dan kontra secara umum terkait dengan opsi yang dimiliki dalam wacana penerapan FATCA dari sisi perbankan yaitu: 1. Tidak menerapkan FATCA Dalam hal Indonesia memutuskan untuk tidak menerapkan FATCA maka Pemerintah AS akan mengenakan 30% withholding tax atas penerimaan pendapatan FFI yang berasal dari sumber pendapatan di AS seperti dividen, bunga dan asuransi. Berikut ini adalah pro dan kontra bagi Indonesia bila tidak menerapkan FATCA dimaksud. Pro Kontra Indonesia tidak memiliki ketentuan yang dapat memaksa Wajib Pajak AS sebagai Nasabah Penyimpan untuk memberikan permintaan, persetujuan atau kuasanya untuk menginformasikan rekening yang bersangkutan kepada pihak ketiga. Dengan tidak menerapkan FATCA maka Indonesia tidak mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan FATCA. Dengan tidak diterapkannya FATCA, Indonesia tidak mendukung komitmen forum Internasional untuk bersama-sama berupaya mencegah terjadinya penghindaran pajak. 30% Withholding Tax akan mengurangi pendapatan bank di Indonesia yang memiliki pendapatan di AS dari dividen, bunga dan asuransi. 2. Menerapkan FATCA melalui FFI Agreement Dalam hal bank-bank di Indonesia memutuskan untuk berpartisipasi dalam FFI Agreement, berikut ini adalah pro dan kontra bagi Indonesia atas hal dimaksud. 45

6 Pro Kontra Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana dimaksudkan dalam tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak. Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak. Bank Indonesia harus memahami FATCA dan mensosialisasikan wacana penerapan FATCA kepada bank-bank di Indonesia serta untuk selanjutnya menyerahkan keputusan kepada bank untuk ikut serta dalam FFI Agreement atau tidak. Pemerintah Indonesia tidak dapat memantau bankbank yang ikut/tidak ikut serta dalam FFI Agreement karena keinginan bank sendiri ikut serta dalam FFI Agreement. Jika bank tidak patuh dalam FFI Agreement yang telah disepakati maka IRS akan sulit untuk memberikan sanksi lain kepada bank kecuali sebagaimana tertera dalam FFI Agreement. Sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap FFI Agreement dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia sulit menjembatani permasalahan ini. Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud FFI Agreement menjadi tanggung jawab pihak bank dan IRS. Dalam hal ini, otoritas pengawas mencampuri penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam FFI Agreement karena otoritas pengawas bukan merupakan pihak yang menandatangani perjanjian tersebut. Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank yang merupakan Wajib Pajak AS. Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS, sebagaimana hal ini diatur dalam UU Perbankan. 46

7 Pro Kontra FFI Agreement antara lain mewajibkan FFI untuk menutup rekening Wajib Pajak AS apabila yang bersangkutan tidak patuh memiliki dampak hukum bagi bank yaitu potensi gugatan dari pemilik rekening yang telah ditutup oleh bank. 3. Menerapkan FATCA melalui Intergovernmental Agreement Dalam hal pemerintah Indonesia memutuskan untuk berpartisipasi dalam Intergovernmental Agreement, berikut ini adalah pro dan kontra bagi Indonesia atas hal dimaksud. Model 1 IGA Pro Kontra Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana menjadi tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak. Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak. Pemerintah Indonesia dapat memantau keikutsertaan bank-bank yang menyampaikan laporan terkait penerapan FATCA. Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank. Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS. Hal ini dapat menjadi kendala bagi bank dalam prakteknya. Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang memaksa Nasabah Penyimpan termasuk Wajib Pajak AS untuk memberikan persetujuan/kuasa kepada bank agar dapat menginformasikan rekening simpanannya tersebut kepada Pemerintah Indonesia untuk selanjutnya disampaikan kepada IRS. 47

8 Pro Kontra Jika bank tidak patuh dalam kewajiban pelaporan terkait FATCA yang telah disepakati maka otoritas pengawas bank dapat memberikan sanksi kepada bank dan sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap IGA dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia dapat menjembatani permasalahan ini. Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud IGA dapat dipantau oleh Pemerintah Indonesia/otoritas pengawas bank. Dalam hal ini, otoritas pengawas mengetahui pasti tentang penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam IGA. Pemerintah dapat menentukan sistem pelaporan kepada IRS yang akan digunakan namun Pemerintah harus tetap menentukan mekanisme pelaporan yang akan dilakukan dari bank kepada Pemerintah sebagai pihak yang mengkoordinir pelaporan tersebut. Model 2 IGA Pro Kontra Dengan menerapkan FATCA maka Indonesia mendukung program anti penghindaran pajak yang dilakukan oleh Wajib Pajak AS sebagaimana menjadi tujuan FATCA dan turut mendukung komitmen forum internasional terkait penghindaran pajak. Dengan adanya bank-bank di Indonesia yang memiliki kerjasama terkait anti penghindaran pajak, diharapkan Indonesia memiliki track record positif jika suatu saat Indonesia meminta kerjasama kepada AS terkait anti penghindaran pajak. Bank harus dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS yang wajib dilaporkan sesuai FATCA, hal ini dapat menjadi kendala bagi bank mengingat bank harus melakukan penelusuran ulang atas seluruh pemilik rekening bank. Setelah Bank dapat mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS maka bank harus dapat meminta persetujuan/kuasa dari pemilik rekening untuk menginformasikan rekening tersebut kepada IRS. Hal ini dapat menjadi kendala bagi bank dalam prakteknya. 48

9 Pro Kontra Pemerintah Indonesia yang memutuskan mengenai penerapan FATCA pada bank-bank sehingga bank wajib menaati keputusan tersebut dan untuk selanjutnya menaati ketentuan pelaporan sebagaimana diatur dalam FATCA. Pemerintah Indonesia dapat memantau keikutsertaan bank-bank yang menyampaikan laporan terkait penerapan FATCA. Indonesia belum memiliki perangkat hukum yang memaksa Nasabah Penyimpan termasuk Wajib Pajak AS untuk memberikan persetujuan/kuasa kepada bank agar dapat menginformasikan rekening simpanannya tersebut kepada bank untuk selanjutnya disampaikan kepada IRS. Mekanisme pelaporan langsung dari bank kepada IRS dapat menjadi kendala bagi bank khususnya terkait standarisasi sistem pelaporan diantara bankbank. Jika bank tidak patuh dalam kewajiban pelaporan terkait FATCA yang telah disepakati maka otoritas pengawas bank dapat memberikan sanksi kepada bank dan sebaliknya bila IRS merasa bank tidak patuh terhadap IGA dan akhirnya memutuskan untuk mengenakan 30% withholding tax maka pemerintah Indonesia dapat menjembatani permasalahan ini. Kerahasiaan informasi dalam pelaporan sebagaimana dimaksud IGA dapat dipantau oleh Pemerintah Indonesia/otoritas pengawas bank. Dalam hal ini, otoritas pengawas mengetahui pasti tentang penatausahaan kerahasiaan bank berikut mekanisme pelaporan yang diatur dalam IGA. D. Tinjauan Singkat Penerapan FATCA dari Aspek Hukum Perbankan 1. Ketentuan Rahasia Bank Dari aspek hukum perbankan, penerapan FATCA erat kaitannya dengan ketentuan mengenai rahasia bank yaitu ketentuan mengenai pemberian informasi oleh bank mengenai nasabah dan rekening simpanannya sebagaimana diatur dalam UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 (selanjutnya disebut UU Perbankan ). Seluruh bank di Indonesia terikat dengan ketentuan rahasia bank sebagaimana dimaksud dalam UU Perbankan sehingga pemberian informasi terkait nasabah bank termasuk nasabah bank yang merupakan Wajib Pajak AS wajib tunduk pada ketentuan rahasia bank tersebut. Ketentuan rahasia bank diatur dalam Pasal 40 UU Perbankan yang menyatakan bahwa bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya kecuali untuk halhal berikut ini: 49

10 a. kepentingan perpajakan (vide Pasal 41 UU Perbankan); b. penyelesaian piutang bank (vide Pasal 41A UU Perbankan); c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana (vide Pasal 42 UU Perbankan); d. perkara perdata antara bank dengan nasabahnya (vide Pasal 43 UU Perbankan); e. dalam rangka tukar menukar informasi antar bank (vide Pasal 44 UU Perbankan); dan f. atas permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis (vide Pasal 44A UU Perbankan). Ketentuan pelaksanaan dari UU Perbankan mengenai rahasia bank diatur lebih lanjut dalam PBI No. 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank (selanjutnya disebut PBI Rahasia Bank ) yang mengatur bahwa Bank wajib merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanan Nasabah (vide Pasal 2 PBI Rahasia Bank) kecuali untuk: a. kepentingan perpajakan; b. penyelesaian piutang Bank yang sudah diserahkan kepada Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Panitia Urusan Piutang Negara; c. kepentingan peradilan dalam perkara pidana; d. kepentingan peradilan dalam perkara perdata antara Bank dengan Nasabahnya; e. tukar menukar informasi antar Bank; f. permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis; dan g. permintaan ahli waris yang sah dari Nasabah Penyimpan yang telah meninggal dunia. Terkait dengan wacana penerapan FATCA di Indonesia, tentu perlu dipertimbangkan pelaksanaan penerapan FATCA agar tidak melanggar UU Perbankan ataupun ketentuan perundang-undangan lainnya yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut diatas, UU Perbankan secara jelas melarang bank untuk menginformasikan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan simpanannya kepada pihak lain kecuali kepada pihak sebagaimana diatur dalam Pasal 41 s.d Pasal 44 UU Perbankan yaitu pejabat pajak untuk kepentingan perpajakan, Kepala Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara/Ketua Panitia Urusan Piutang Negara, polisi, jaksa atau hakim untuk kepentingan peradilan, serta pihak lain yang disetujui oleh nasabah penyimpan. Pemberian informasi kepada pihak lain misalkan IRS dapat dilakukan sepanjang memenuhi Pasal 44A UU Perbankan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 44A UU Perbankan, penyampaian informasi kepada pihak tertentu diperbolehkan sepanjang telah terdapat permintaan, persetujuan atau kuasa dari Nasabah Penyimpan yang dibuat secara tertulis dan bank wajib memberikan keterangan mengenai simpanan Nasabah Penyimpan kepada pihak yang ditunjuk oleh Nasabah Penyimpan. Dengan demikian terkait dengan wacana penerapan FATCA, bank dapat menginformasikan kepada Pemerintah ataupun pihak ketiga atas rekening yang dimiliki Wajib Pajak AS sepanjang terdapat permintaan, persetujuan atau kuasa dari pemilik rekening terlepas dari opsi yang dipilih Pemerintah Indonesia nantinya dalam menerapkan FATCA. Namun demikian, telah disadari bahwa saat ini belum terdapat ketentuan yang memaksa nasabah penyimpan khususnya Wajib Pajak AS untuk memberikan persetujuannya kepada bank untuk memberikan keterangan mengenai dirinya dan simpanannya sebagaimana dalam Pasal 44A UU Perbankan. Hal ini dapat menjadi salah satu kendala dalam penerapan FATCA nantinya dari sisi hukum perbankan dan pemerintah perlu mencari solusi pengaturan atas hal tersebut. 50

11 Solusi pengaturan yang mungkin dapat ditelaah lebih lanjut pro dan kontra-nya antara lain sebagai berikut: a. Melakukan perubahan/amandemen UU Perbankan terkait pengaturan mengenai pemberian informasi nasabah penyimpan dan simpanannya agar dapat mengakomodir penerapan FATCA ataupun penerapan komitmen dalam forum internasional dalam rangka mencegah penghindaran pajak; b. Menerbitkan ketentuan yang mewajibkan bank untuk mengidentifikasi pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS dan meminta pemilik rekening yang bersangkutan untuk menandatangani persetujuan atau kuasa kepada Bank untuk menginformasikan rekeningnya kepada Pemerintah Indonesia. Bila pemilik rekening tidak bersedia untuk memberikan persetujuan tersebut, maka Bank dapat melakukan tindakan yang diperlukan terkait keberadaan rekening pemilik rekening yang merupakan Wajib Pajak AS tersebut antara lain dengan menutup rekening tersebut. 2. Ketentuan APU-PPT Wacana penerapan FATCA di Indonesia juga dapat dikaitkan dengan ketentuan APU-PPT sebagaimana diatur dalam PBI No.14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum (selanjutnya disebut PBI APU-PPT ) terutama ketentuan yang mengatur mengenai kewajiban bank untuk mengenal nasabah melalui Customer Due Diligence. Pasal 10 PBI APU-PPT mengatur bahwa bank wajib melakukan prosedur Customer Due Diligence (CDD) yang merupakan kegiatan identifikasi, verifikasi dan pemantauan yang dilakukan bank untuk memastikan bahwa transaksi sesuai dengan profil calon nasabah, Walk-in Customer atau nasabah. Dengan adanya CDD ini, Bank wajib mengetahui calon nasabahnya termasuk tentang kewarganegaraan calon nasabahnya tersebut. Lebih lanjut, ketika melakukan pembukaan rekening untuk pertama kali, Pasal 12 jo. Pasal 14 PBI APU-PPT mewajibkan Bank untuk meminta informasi untuk mengetahui profil calon nasabah, yang meliputi: a. Identitas, yang mencakup: 1) nama lengkap termasuk nama alias apabila ada; 2) nomor dokumen identitas; 3) alamat tempat tinggal sesuai dokumen identitas dan alamat tempat tinggal lain apabila ada; 4) tempat dan tanggal lahir; 5) kewarganegaraan; 6) pekerjaan; 7) jenis kelamin; 8) status perkawinan; dan b. Identitas Beneficial Owner (bila ada); c. Sumber dana; d. Perkiraan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun; e. Maksud dan tujuan hubungan usaha atau transaksi yang akan dilakukan calon nasabah dengan Bank; f. NPWP; dan g. Informasi lain untuk mengetahui profil calon nasabah lebih dalam, termasuk informasi yang diperintahkan oleh ketentuan dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait. Dalam ketentuan ini, khusus untuk calon nasabah maka bank wajib mengidentifikasi nasabah yang memiliki kewarganegaraan AS dan dapat memperkirakan apakah yang bersangkutan dapat dikategorikan sebagai wajib pajak AS yang tunduk dalam FATCA atau tidak, khususnya dengan memperhatikan nilai transaksi dalam 1 (satu) tahun yang akan dilakukan. Untuk kedepannya, sebagai syarat tambahan pembukaan rekening, Bank dapat meminta dokumen tambahan berupa persetujuan/kuasa untuk menginformasikan rekeningnya tersebut kepada IRS dalam rangka penerapan FATCA. 51

12 Untuk existing customer, dengan adanya kewajiban Bank untuk menatausahakan dokumen/informasi mengenai nasabah, maka bank perlu melakukan pengkinian data terhadap informasi dan dokumen tersebut. Cara pengkinian data tersebut diatur dalam Pasal 29 PBI APU-PPT yaitu: a. Melakukan pemantauan terhadap informasi dan dokumen Nasabah; b. Menyusun laporan rencana pengkinian data; dan c. Menyusun laporan realisasi pengkinian data. Dengan adanya pengkinian data tersebut, setidaknya Bank dapat mengetahui informasi terkini mengenai nasabah termasuk dapat menetapkan nasabah yang memiliki kewarganegaraan AS sebagai pihak yang diwajibkan untuk dilaporkan rekeningnya berdasarkan FATCA termasuk profil transaksi dari nasabah tersebut. Dalam hal FATCA diterapkan di Indonesia, maka ketentuan APU-PPT dapat mendukung pelaksanaan penerapan FATCA tersebut khususnya pelaksanaan due diligence dan pengkinian data oleh Bank. E. Kesimpulan Selanjutnya mengenai model perjanjian untuk menerapkan FATCA, Indonesia sebaiknya menerapkan FATCA dengan menggunakan Model 1 IGA yang nampaknya lebih sesuai untuk diterapkan di Indonesia sebagaimana tercermin dalam pro dan kontra sebagaimana disebutkan diatas. Penerapan FATCA dengan Model 1 - IGA tersebut wajib tetap mengikuti ketentuan pembukaan rahasia bank sebagaimana diatur dalam UU Perbankan dan berdasarkan Pasal 44A UU Perbankan, bank di Indonesia dapat memberikan informasi mengenai rekening Wajib Pajak AS kepada Pemerintah AS sesuai dengan permintaan, persetujuan atau kuasa Wajib Pajak AS sebagai pemilik rekening di bank tersebut. Sehubungan dengan pengaturan Pasal 44A UU Perbankan tersebut dan terkait dengan penerapan FATCA, maka bank di Indonesia perlu melakukan halhal sebagai berikut: a) Melakukan identifikasi rekening-rekening yang dimiliki oleh Wajib Pajak AS; b) Meminta persetujuan atau kuasa dari pemilik rekening agar Bank dapat menginformasikan rekening tersebut kepada IRS (vide Pasal 44A UU Perbankan). FATCA merupakan regulasi Pemerintah AS yang tidak dapat dihindarkan pemberlakuannya di Indonesia. Pilihan yang dihadapkan saat ini adalah ikut turut menerapkan FATCA atau pengenaan withholding tax sebesar 30% bagi seluruh bank ataupun FFI lainnya yang memiliki pendapatan di AS. Pemerintah Indonesia harus segera menentukan sikap sebelum diberlakukannya FATCA tersebut pada tanggal 1 Juli Kendala yang dapat dihadapi dalam penerapan FATCA dari sisi UU Perbankan tersebut antara lain pemilik rekening tidak mau memberikan persetujuan/kuasa kepada bank untuk menginformasikan keterangan nasabah penyimpan dan simpanannya untuk selanjutnya disampaikan kepada IRS, sehingga kedepannya pemerintah Indonesia perlu mencarikan solusi pengaturan yang tepat mengenai hal ini. Forum internasional, seperti G20 dan OECD, sangat mendukung adanya transparansi pajak dan mencegah upaya penghindaran pajak sehingga penerapan FATCA di Indonesia menjadi pilihan yang utama bagi Indonesia dalam rangka mendukung komitmen internasional tersebut. 52

13 DAFTAR PUSTAKA Communiqué Meeting of Finance Ministers and Central Bank Governors, Washington, April G20 Leaders Declaration, Russia, September Stack, Robert, Myth vs. FATCA: The Truth About Treasury s Effort To Combat Offshore Tax Evasion, diakses melalui Summary of FATCA Reporting for US Taxpayers, diakses melalui UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No. 10 tahun 1998 PBI No. 2/19/PBI/2000 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank PBI No. 14/27/PBI/2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum 53

14

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti.

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang. serta karakter dari masalah yang diteliti. BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1. Metoda Penelitian Berdasarkan karakterisitik masalah dalam penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan satu metode dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk

Lebih terperinci

FORMULIR SERTIFIKASI DIRI BADAN (FATCA DAN CRS)

FORMULIR SERTIFIKASI DIRI BADAN (FATCA DAN CRS) Manulife Indonesia Sampoerna Strategic Square, South Tower Jl. Jenderal Sudirman Kav. -6, Jakarta 90 T. +6 7777 F. +6 6 0-800--606060 (Bebas Pulsa & khusus wilayah di luar kode area Jakarta) ISI/LENGKAPI/CORET

Lebih terperinci

AKSES INFORMASI KEUANGAN

AKSES INFORMASI KEUANGAN AKSES INFORMASI KEUANGAN Untuk Kepentingan Perpajakan Dedie Sugiarta Global Krisis Global tahun 2008 > berdampak pada hampir semua negara di dunia > perlambatan & ketidakpastian ekonomi dunia Diperlukan

Lebih terperinci

Formulir Pembukaan Rekening Bisnis Ritel/UKM - Perorangan

Formulir Pembukaan Rekening Bisnis Ritel/UKM - Perorangan Formulir Pembukaan Rekening Bisnis Ritel/UKM - Perorangan Formulir Pembukaan Rekening Bisnis Ritel/UKM - Perorangan Harap lengkapi formulir ini menggunakan huruf cetak dan beri tanda di dalam kotak yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.03/2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS MENGENAI AKSES INFORMASI KEUANGAN

Lebih terperinci

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan

2017, No penguatan basis data perpajakan untuk memenuhi kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan No.190, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. Penetapan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6112). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan DAMPAK PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN TERHADAP PENGAWASAN MIKROPRUDENSIAL SEHUBUNGAN KERAHASIAAN BANK Disampaikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN LAMPIRAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG : PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG AKSES INFORMASI KEUANGAN UNTUK KEPENTINGAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi bank umum; 2. Direksi perusahaan efek; dan 3. Direksi perusahaan asuransi jiwa, yang melaksanakan kegiatan usahanya secara konvensional maupun berdasarkan prinsip syariah. SALINAN SURAT

Lebih terperinci

PETUNJUK Formulir Pernyataan CRS Perseorangan Mohon untuk membaca instruksi ini terlebih dahulu sebelum mengisi formulir ini

PETUNJUK Formulir Pernyataan CRS Perseorangan Mohon untuk membaca instruksi ini terlebih dahulu sebelum mengisi formulir ini PETUNJUK Formulir Pernyataan CRS Perseorangan Mohon untuk membaca instruksi ini terlebih dahulu sebelum mengisi formulir ini Mengapa kami meminta Anda untuk mengisi formulir ini? Untuk membantu melindungi

Lebih terperinci

GUBERNUR BANK INDONESIA,

GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) Peraturan Bank Indonesia No.12/3/PBI/2010 tanggal 1 Maret 2010 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Pada Pedagang Valuta Asing

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

01 INFORMASI PRIBADI (Harap diisi dengan huruf cetak atau diketik)

01 INFORMASI PRIBADI (Harap diisi dengan huruf cetak atau diketik) Manulife Indonesia Sampoerna Strategic Square, South Tower Jl. Jend Sudirman Kav. 4546 Jakarta 12930 T. (021) 2555 7777 F. (021) 2555 2226 Email: cs_dplkgs_id@manulife.com www.manulifeindonesia.com MyLifeManulife

Lebih terperinci

PERATURAN NOMOR V.D.10 : PRINSIP MENGENAL NASABAH. a. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam sebagai Kustodian.

PERATURAN NOMOR V.D.10 : PRINSIP MENGENAL NASABAH. a. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam sebagai Kustodian. PERATURAN NOMOR V.D.10 : PRINSIP MENGENAL NASABAH 1. Definisi dalam hubungannya dengan peraturan ini: a. Bank Kustodian adalah Bank Umum yang mendapat persetujuan dari Bapepam sebagai Kustodian. b. Nasabah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790]

UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790] UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG PERBANKAN [LN 1998/82, TLN 3790] 33. Ketentuan Pasal 46 ayat (1) diubah, sehingga Pasal 46 ayat (1) menjadi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.20, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Bank. Produk Keuangan Luar Negeri. Keagenan. Prinsip. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5844) PERATURAN OTORITAS

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS)

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQS) Surat Edaran Bank Indonesia No.12/10/DPM/2010 tanggal 30 Maret 2010 tentang Pedoman Standar Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 19 /PBI/2000 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBERIAN PERINTAH ATAU IZIN TERTULIS MEMBUKA RAHASIA BANK GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-undang

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 25 /POJK.03/2015 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA ATAU YURISDIKSI

Lebih terperinci

ANALISIS COST AND BENEFIT KEMUNGKINAN PENERAPAN FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DI INDONESIA

ANALISIS COST AND BENEFIT KEMUNGKINAN PENERAPAN FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DI INDONESIA ANALISIS COST AND BENEFIT KEMUNGKINAN PENERAPAN FOREIGN ACCOUNT TAX COMPLIANCE ACT (FATCA) DI INDONESIA Dyah Ayu Puspitasari Universitas Bina Nusantara Pondok Jurang Mangu Indah, Jalan Mawar 2 Blok A17

Lebih terperinci

FORMULIR PERUBAHAN INFORMASI PRIBADI MANULIFE KARYAWAN SEJAHTERA / MANULIFE KARYAWAN SEJAHTERA PLUS

FORMULIR PERUBAHAN INFORMASI PRIBADI MANULIFE KARYAWAN SEJAHTERA / MANULIFE KARYAWAN SEJAHTERA PLUS Manulife Indonesia Sampoerna Strategic Square, South Tower Jl. Jenderal Sudirman Kav. 45-46. Jakarta 12930. T. (021) 2555 7777 F. (021) 2555 2226 Customer Contact Center (021) 2555 7777, Toll Free 0-800-1-606060

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 20 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH DENGAN

Lebih terperinci

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 8 /POJK.03/2016 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI

Lebih terperinci

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta

No ke luar Indonesia. Dengan adanya pusat-pusat pelarian pajak/perlindungan dari pengenaan pajak (tax haven), dan belum adanya mekanisme serta TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6051 KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 95) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PIALANG BERJANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA PETUNJUK PENYUSUNAN PEDOMAN PELAKSANAAN PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA I. PENDAHULUAN Tujuan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan tentang Prinsip Mengenal Nasabah

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Liabilitas dan Modal. Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Rahasia Bank Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Perintah atau Izin Tertulis Membuka Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Liabilitas dan Modal Persyaratan dan

Lebih terperinci

FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU

FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU FORMULIR INFORMASI PERPAJAKAN NASABAH INDIVIDU Cabang :... Tanggal : - - Nomor Customer : (diisi oleh Bank) Nama Nasabah :... Negara Asal Sesuai Kartu Identitas :... Negara Tempat Lahir :... Mohon berikan

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /SEOJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA

DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA DEKLARASI DIRI (BADAN USAHA) TERKAIT PERPAJAKAN KEPADA NEGARA MITRA - Mohon mengisi dengan menggunakan tinta hitam, huruf cetak/huruf BESAR, jelas dan memberi tanda pada kotak jawaban yang sesuai. - Jika

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES) PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/ 23 /PBI/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER PRINCIPLES) BAGI BANK PERKREDITAN RAKYAT GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN)

P e d o m a n. Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) P e d o m a n Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Salah satu kewajiban yang harus dipenuhi oleh Perusahaan Perasuransian dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor

Lebih terperinci

2017, No kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan pajak; c. bahwa Indonesia telah mengikatkan diri

2017, No kebutuhan penerimaan pajak dan menjaga keberlanjutan efektivitas kebijakan pengampunan pajak; c. bahwa Indonesia telah mengikatkan diri No.95, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. Perpajakan. Informasi. Akses. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6051) PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

FORMULIR PERNYATAAN DIRI (SELF-CERTIFICATION FORM ) - FATCA & CRS PT ASURANSI BRI LIFE

FORMULIR PERNYATAAN DIRI (SELF-CERTIFICATION FORM ) - FATCA & CRS PT ASURANSI BRI LIFE Lampiran 2 (SE Nose: S.20/DIR/KEP/VII/2017) FORM FC-NASABAH ENTITAS FORMULIR PERNYATAAN DIRI (SELF-CERTIFICATION FORM ) - FATCA & CRS PT ASURANSI BRI LIFE Sesuai dengan UU No. 9 Tahun 2017 dan Peraturan

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 143 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank

No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N. Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank No. 18/42/DKSP Jakarta, 30 Desember 2016 S U R A T E D A R A N Perihal : Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 18/20/PBI/2016 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/27/PBI/2012 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA

2011, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENALI PENGGUNA No.920, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Kenali Pengguna Jasa. Pergadaian. Penerapan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.116, 2010 PERBANKAN. BANK INDONESIA. Bank Syariah. Bank Pengkreditan Rakyat. Program Anti Pencucian Uang. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melanggar hukum (Wheatcorft, 1955) dan seringkali dikaitkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang sangat penting untuk menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan. Oleh karena itu, tidak mengherankan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/22/PBI/2014 TENTANG PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DAN PELAPORAN KEGIATAN PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. ini diberlakukan. Analisis tersebut berdasarkan pada pertanyaan apakah

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. ini diberlakukan. Analisis tersebut berdasarkan pada pertanyaan apakah BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Penulis akan melakukan evaluasi terhadap penerapan ketentuan Foreign Account Tax Compliance Act (FATCA) di Indonesia pada bab ini. Evaluasi ini dilaksanakan untuk menganalisis

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 39/POJK.04/2014 TENTANG AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 9 /PBI/2010 TENTANG PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM MELAKSANAKAN AKTIVITAS KEAGENAN PRODUK KEUANGAN LUAR NEGERI OLEH BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negar No.396, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN. OJK. Reksa Dana. Penjual. Agen. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5653) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/3/PBI/2012 TENTANG PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN SELAIN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

FORMULIR PERUBAHAN PENERIMA MANFAAT DAN PERUBAHAN PEMEGANG POLIS NON SYARIAH/SYARIAH UNTUK PEMEGANG POLIS PERORANGAN

FORMULIR PERUBAHAN PENERIMA MANFAAT DAN PERUBAHAN PEMEGANG POLIS NON SYARIAH/SYARIAH UNTUK PEMEGANG POLIS PERORANGAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nomor Polis : Nama Pemegang Polis : setuju untuk mengajukan perubahan atas Polis Saya di atas sebagai berikut : Perubahan Penerima Manfaat menjadi : *14380102* FORMULIR

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.194, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5932) PERATURAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1999 TENTANG PENCABUTAN IZIN USAHA, PEMBUBARAN DAN LIKUIDASI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang

Lebih terperinci

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAMPIRAN II SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK

Lebih terperinci

2. Batasan saldo atau nilai rekening untuk Lower Value Account dan High Value Account adalah:

2. Batasan saldo atau nilai rekening untuk Lower Value Account dan High Value Account adalah: LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG : PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa Modul E-Learning 2 PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA Bagian Ketiga, Identifikasi, Verifikasi Dan Pemantauan Transaksi Pengguna Jasa 2.3 Identifikasi, Verifikasi

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No. 5773 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I KEUANGAN. OJK. Nasabah Asing. Perpajakan. Negara Mitra. Informasi Penyampaian. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 291). PENJELASAN

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 11/ 28 /PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5302 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERBANKAN BI. Program. Anti Pencucian Uang. Pendanaan. Terorisme. Penyelenggaraan Jasa. Selain Bank. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN SALINAN KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NOMOR KEP-313/BL/2007 TENTANG PRINSIP MENGENAL

Lebih terperinci

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017

SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 Yth. 1. Direksi Bank Umum Konvensional; dan 2. Direksi Bank Umum Syariah, di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 4 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO PADA BANK YANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/10/PBI/2017 TENTANG PENERAPAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI PENYELENGGARA JASA SISTEM PEMBAYARAN SELAIN BANK DAN PENYELENGGARA KEGIATAN USAHA

Lebih terperinci

REKSA DANA SYARIAH ABERDEEN SYARIAH ASIA PACIFIC EQUITY USD FUND

REKSA DANA SYARIAH ABERDEEN SYARIAH ASIA PACIFIC EQUITY USD FUND Tanggal Efektif : 23 Desember 2015 Tanggal Mulai Penawaran : 2016 OJK TIDAK MEMBERIKAN PERNYATAAN MENYETUJUI ATAU TIDAK MENYETUJUI EFEK INI. TIDAK JUGA MENYATAKAN KEBENARAN ATAU KECUKUPAN ISI PROSPEKTUS

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENAWARAN UMUM EFEK BERSIFAT UTANG DAN/ATAU SUKUK KEPADA PEMODAL PROFESIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.82, 2010 PERBANKAN. Bank Indonesia. Bank Umum. Kehati-hatian. Prinsip. Keagenan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5139) PERATURAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan)

RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan Pertanggungan Tambahan) Ilustrasi ini disiapkan khusus untuk: Nama Tertanggung: LILI Jenis Kelamin: Laki-laki Tanggal Lahir: 10/05/1975 Usia: 38 Status Merokok: Bukan Perokok RINGKASAN ILUSTRASI ANDA (Pertanggungan Dasar dan

Lebih terperinci

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat.

Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat. Yth. 1. Direksi Bank Umum Syariah; dan 2. Direksi Bank Umum Konvensional yang Memiliki Unit Usaha Syariah, di Tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 49 /SEOJK.03/2017 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: PP 68-1996 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 52, 1999 PERBANKAN. LIKUIDASI. IZIN USAHA. PEMBUBARAN. LEMBAGA KEUANGAN. (Penjelasan dalam

Lebih terperinci

MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN MENTEF.l!KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.03/2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 70/PMK.03/2017 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG PERUBAHAN

LATAR BELAKANG PERUBAHAN PERATURAN BANK INDONESIA NO. 11/28/PBI/2009 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME BAGI BANK UMUM DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGATURAN PERBANKAN LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10

MATRIKS PERUBAHAN PERATURAN V.D.10 PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR [ ] / POJK [ ] / [ ] (format peraturan secara keseluruhan akan disesuaikan dengan format Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) TENTANG PRINSIP MENGENAL NASABAH OLEH PENYEDIA

Lebih terperinci

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

II. PIHAK YANG WAJIB MELALUI PROSES PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN Yth. Direksi Perusahaan Efek Yang Melakukan Kegiatan Usaha Sebagai Penjamin Emisi Efek dan/atau Perantara Pedagang Efek di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG

Lebih terperinci

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232);

2017, No Berjangka Komoditi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 79, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5232); BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1453, 2017 BAPPEPTI. Direktur Kepatuhan. Tugas, Wewenang, dan Kewajiban. Pencabutan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PEMBERIAN SUMBANGAN OLEH ORGANISASI KEMASYARAKATAN DALAM PENCEGAHAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/ 3 /PBI/2010 TENTANG PENERAPAN PROGRAM ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENCEGAHAN PENDANAAN TERORISME PADA PEDAGANG VALUTA ASING BUKAN BANK I. UMUM Dengan semakin

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.07/2017 TENTANG LAYANAN PENGADUAN KONSUMEN DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 16 /SEOJK.03/2017 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI NASABAH ASING TERKAIT PERPAJAKAN DALAM RANGKA PERTUKARAN INFORMASI SECARA OTOMATIS ANTARNEGARA DENGAN

Lebih terperinci

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA. Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Modul E-Learning 2 PRINSIP MENGENALI PENGGUNA JASA DAN PELAPORAN BAGI PIHAK PELAPOR DAN PIHAK LAINNYA Bagian Kedua, Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa 2.2 Pengenalan Prinsip Mengenali Pengguna

Lebih terperinci

RAHASIA BANK THALIS NOOR CAHYADI, M.A., M.H., CLA

RAHASIA BANK THALIS NOOR CAHYADI, M.A., M.H., CLA RAHASIA BANK THALIS NOOR CAHYADI, M.A., M.H., CLA DEFINISI RAHASIA BANK Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai Nasabah Penyimpan dan Simpanannya. (Pasal 1 UU NO.10/1998)

Lebih terperinci

Syarat dan ketentuan penerimaan dan penguasaan informasi nasabah

Syarat dan ketentuan penerimaan dan penguasaan informasi nasabah Syarat dan ketentuan penerimaan dan penguasaan informasi nasabah Definisi Istilah-istilah berawalan huruf kapital dalam ketentuan-ketentuan ini akan memiliki arti sebagai berikut, kecuali konteks kalimatnya

Lebih terperinci

Instruksi untuk Formulir Formulir W-8BEN-E (Juni 2014)

Instruksi untuk Formulir Formulir W-8BEN-E (Juni 2014) Instruksi untuk Formulir Formulir W-8BEN-E (Juni 2014) Surat Keterangan Status Pemilik Asli untuk Pemotongan dan Pelaporan Pajak Amerika Serikat (Entitas) Department of the Treasury Internal Revenue Service

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi

Lebih terperinci

No. 3/29/DPNP Jakarta, 13 Desember 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

No. 3/29/DPNP Jakarta, 13 Desember 2001 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/29/DPNP Tanggal 13 Desember 2001 Pedoman Standar Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah No. 3/29/DPNP Jakarta, 13 Desember 2001 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA

Lebih terperinci

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Jasa Bank. Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip Kehati-hatian dalam Melaksanakan Aktivitas Keagenan Produk Keuangan Luar Negeri oleh Bank Umum Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Jasa Bank Prinsip

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, T No.1087, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Notaris. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA No. 6/43/DPNP Jakarta, 7 Oktober 2004 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Penerapan Manajemen Risiko pada Bank yang Melakukan Kerjasama Pemasaran dengan Perusahaan Asuransi

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 9/11/PBI/2007 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,

Lebih terperinci

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20

2017, No Indonesia Nomor 3608); 2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.36, 2017 KEUANGAN OJK. Investasi Kolektif. Multi Aset. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6024) PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.04/2013 TENTANG PERILAKU AGEN PENJUAL EFEK REKSA DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS

Lebih terperinci

KETENTUAN DAN PERSYARATAN KHUSUS PEMBUKAAN REKENING INVESTOR Ketentuan dan Persyaratan Khusus Pembukaan Rekening Investor ini (berikut semua lampiran, perubahan dan atau pembaharuannya selanjutnya disebut

Lebih terperinci

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)

(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) (Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) A. Pendahuluan Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. Bahkan di dunia perbankan dimana

Lebih terperinci

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia

Non Bank. Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia Non Bank Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme pada Pedagang Valuta Asing Bukan Bank dan bagi Penyelenggaraan Sistem Pembayaran selain

Lebih terperinci

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran

PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA. ANDA sebagai Anggota. dan. PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA sebagai Akseleran Pribadi dan Rahasia Hak cipta draft ini dipegang oleh PT Akseleran Keuangan Inklusif Indonesia PERJANJIAN KEANGGOTAAN AKSELERAN ANTARA ANDA sebagai Anggota dan PT AKSELERAN KEUANGAN INKLUSIF INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 12/22/PBI/2010 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 45 /KMK.06/2003 TENTANG PENERAPAN PRINSIP MENGENAL NASABAH BAGI LEMBAGA KEUANGAN NON BANK MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa prinsip mengenal nasabah dan pelaporan

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke

2017, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a sampai dengan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Ke LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.93, 2017 KEUANGAN OJK. Informasi Keuangan. Sistem Layanan. Debitur. Pelaporan. Permintaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF - 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23 /POJK.04/2016 TENTANG REKSA DANA BERBENTUK KONTRAK INVESTASI KOLEKTIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci