PROFIL TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROFIL TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO"

Transkripsi

1 PROFIL TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMK NEGERI 1 BATUDAA KABUPATEN GORONTALO Nurhayati Jurusan Bimbingan Dan Konseling. Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing 1: Dra. Tuti Wantu, M.Pd. Kons Pembimbing II: Meiske Puluhulawa, M.Pd ABSTRAK Permasalahan yang menjadi fokus penelitian disini adalah kurangnya pemahaman tentang kecerdasan emosional, pengembangan diri, dan ilmu pengetahuan. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Profil Tugas-tugas Perkembangan Remaja Di SMK Negeri I Batudaa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif untuk membahas tentang profil tugas perkembangan remaja, dengan anggota populasi seluruh siswa dan sampel kelas XI yang berjumlah 175 siswa. Teknik pengumpulan data utama menggunakan instrumen BK (ITP), wawancara, observasi sebagai pelengkap dalam pengumpulan data. data di analisis dengan menggunakan analisis tugas perkembangan remaja. Dari hasil penelitian yang dimiliki oleh kelas XI dari ke-11 aspek analisis inventori tugas perkembangan SMK Negeri 1 Batudaa yang di berikan pada siswa. Jumlah siswa 175 yang terdapat di kelas XI secara umum yang memiliki rata-rata konsistensi 3.15/11, rata-rata tingkat perkembangan 4.53, simpangan baku 0,06, koevisien variansi 2.40%. Maka hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa siswa SMK Negeri I Batudaa Kelas XI memiliki tingkat perkembangan tertinggi yang berada pada tahap dengan ciri-ciri mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri, peduli akan hubungan mutualistik dan terendah tingkat perkembangannya berada pada tahap sadar diri dengan ciri-ciri mampu berpikir alternative, melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, pemecahan masalah. Kata kunci :Tugas Perkembangan Remaja

2 Globalisasi sekarang ini menemukan kemajuan di segala bidang. Baik kemajuan ilmu teknologi dan keterampilan atau aktualisasi diri. Dalam mengaktualisasi diri itu, individu dituntut untuk mengerahkan segala potensi baik itu kemampuan maupun keterampilan yang dimiliki agar dapat berkembang. Perkembangan untuk mengaktualisasi diri dimulai pada masa remaja. Masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa. Masa remaja sendiri terbagi atas 2 masa yaitu masa remaja awal dan masa remaja akhir. Masa remaja juga merupakan masa bermasalah. Setiap periode dalam perkembangan mempunyai masalah, namun masalah yang terjadi pada masa remaja berbeda. Baik itu dalam hal kualitas maupun kompleksitasnya. Menurut Hurlock (1999) remaja yang gagal melewati masa ini tak jarang terjebak dalam perkembangan psikis yang tidak sehat. Bahkan seringkali menimbulkan masalah baru, salah satunya adalah kenakalan remaja. Melihat penjelasan diatas mengenai masa remaja, tentu bukan hal mudah bagi anak untuk melewati masa remaja secara optimal. Dukungan orang-orang terdekat utamanya orang tua dan guru pembimbing turut mempengaruhi tingkat kedewasaan anak. Kenyataan yang terjadi dilapangan yaitu banyak siswa yang terhambat dalam proses perkembangannya. Terutama dalam sikap dan perilaku mereka sehari-hari. Misalnya : kurangnya pemahaman tentang kecerdasan emosional, pengembangan diri, dan ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan implikasi dari berkurangnya peran serta tanggung jawab guru BK yang tidak lain disebabkan oleh kelalaian dan krisis kinerja seorang guru serta merosotnya minat siswa dalam mengikuti minat siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Oleh sebab itu guru BK harus serius menghadapi masalah siswa sekarang karena kenyataannya siswa yang di bimbing hanyalah mendengar saja tapi tidak melakukan apa yang dikatakan oleh gurunya, hanya mendengar sepintas dan tidak memperdulikan bahwa guru yang membantu 2

3 masalah siswa demi masa depan dan kariernya, guru BK harus lebih meningkatkan profesionalisasi untuk menghadapi siswa atau masalah siswa yang lebih menantang dan lebih canggih dibandingkan masalah zaman dulu. Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian ini dengan judul: Profil Tugas Perkembangan Remaja Di SMK Negeri 1 Batudaa. Berdasarkan penjelasan diatas permasalahan yang timbul dapat di identifikasikan sebagai berikut : pengenalan masalah-masalah remaja kepada siswa diperkirakan mempunyai sebab dari tugas perkembangan remaja yaitu : (a) sebagian siswa belum memahami tugas perkembangan remaja, (b) sebagian siswa memperlihatkan prilaku yang tidak sesuai dengan usianya. Berdasarkan identifikasi diatas permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut : untuk mengetahui profil tugas perkembangan remaja di SMK Negeri 1 Batudaa?. Berdasarkan dari permasalahan diatas maka tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah : bagaimana profil tugas-tugas perkembangan remaja di SMK Negeri 1 Batudaa. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut : (a) bagi siswa, dapat mengetahui dan memahami tugas-tugas perkembangan remaja, (b) bagi sekolah, dapat dijadikan acuan atau pedoman untuk memberikan rekomendasi kepada guru-guru yang lain, (c) memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam bimbingan dan konseling, (d) dapat dijadikan sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya pada kajian yang sama tetapi pada ruang lingkup yang lebih luas dalam bimbingan dan konseling. KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: Pengertian tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam kehidupan seseorang, yang kesuksesan penyelesaiannya akan mengantarkan orang tersebut kedalam bahagia, dan 3

4 kegagalan penyelesaiannya akan menyebabkan orang tersebut tidak bahagia, tidak diterima oleh masyarakat, dan mengalami kesulitan dalam menjalani tugas-tugas berikutnya. Tugas-tugas Perkembangan Remaja Perkembangan merupakan suatu proses yang menggambarkan perilaku kehidupan sosial psikologi manusia pada posisi yang harmonis di dalam lingkungan masyarakat yang lebih luar dan kompleks. Menurut Havighurst (dalam Sunarto dan Hartono,1995: 43) perkembangan tersebut dinyatakan sebagai tugas yang harus dipelajari, dijalani, dan dikuasai oleh setiap individu dalam perjalanan hidupnya, atau dengan perkataan lain perjalanan hidup manusia di tandai dengan berbagai tugas perkembangan yang harus di tempuh. Tugas-tugas perkembangan tersebut oleh Havighurst dikaitkan dengan fungsi belajar, karena pada hakikatnya perkembangan kehidupan manusia dipandang sebagai upaya mempelajari norma kehidupan dan budaya masyarakat agar mereka mampu melakukan penyesuain diri dengan baik di dalam kehidupan nyata. Aspek-aspek Tugas Perkembangan Remaja Menurut Yusuf dkk, 2009: 7-9 menyatakan bahwa: terdapat 11 aspek perkembangan remaja pada siswa SMA/SMK yaitu : landasan hidup religious, (2) landasan prilaku, (3) kematangan emosional, (4) kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab, (6) Peran sosial sebagai pria atau wanita, (7) penerimaan diri dan pengembangannya, (8) kemandirian prilaku ekonomis, (9) wawasan persiapan karir, (10) kematangan hubungan dengan teman sebaya, (11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. Karateristik Umum Perkembangan Remaja Menurut Erickson (dalam Hartinah 2009: 66) masa remaja sering kali dikenal dengan masa mencari diri disebut dengan identitas ego (ego identity). Hal tersebut terjadi karena masa remaja merupakan peralihan antara masa kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa. Ditinjau dari segi fisiknya mereka sudah bukan anak-anak lagi melainkan seperti orang dewasa, tetapi jika mereka di 4

5 perlukan sebagai orang dewasa ternyata belum dapat menunjukan sikap dewasa. Oleh karena itu, terdapat sejumlah sikap yang sering di tunjukan oleh remaja, yaitu: 1. Kegelisahan Sesuai dengan fase perkembangannya, remaja mempunyai banyak idealisme angan-angan atau keinginan yang hendak di wujudkan di masa depan.akan tetapi, sesungguhnya remaja belum memiliki banyak kemampuan yang memadai untuk mewujudkan semua itu. Seringkali angan-angan dan keinginannya jauh lebih besar dibandingkan dengan kemampuannya. 2. Pertentangan Sebagai individu yang mencari jati diri, remaja berada pada situasi psikologis antara ingin melepas diri dari orang tua dan perasaan masih belum mampu untuk mandiri. Oleh karena itu, pada umumnya, remaja seringkali mengalami kebingungan karena sering pertentangan pendapat antara mereka dengan orang tua. Pertentangan yang sering terjadi tersebut menimbulkan keinginan remaja untuk melepaskan diri dari orang tua, kemudian ditentangnya sendiri karena dalam diri remaja ada keinginan untuk memperoleh masalah. Remaja sesungguhnya belum begitu berani mengambil resiko dari tindakan meninggalkan lingkungan keluarganya yang jelas aman bagi dirinya. Selain itu, keinginan melepaskan diri tersebut di sertai dengan kesanggupan untuk berdiri sendiri tanpa bantuan orang tua dalam soal keuangan. Akibatnya, pertentangan yang sering terjadi akan menimbulkan kebingungan dalam diri remaja itu sendiri pada orang lain. 3. Mengkhayal Keinginan untuk menjelajah dan bertualang tidak semuanya tersalurkan.biasanya hambatannya dari segi keuangan atau biaya. Oleh karena itu, menjelajah lingkungan sekitar yang luas akan menimbulkan biaya yang 5

6 banyak, padahal kebanyakan remaja hanya memperoleh uang dari pemberian orang tuanya. Akibatnya, mereka lalu mengkhayal mencari kepuasan, bahkan menyalurkan khayalannya melalui dunia fantasi. Khayalan remaja putra biasanya berkisar pada soal prestasi dan jenjang karir sedangkan remaja putrid lebih mengkhayalkan romantika hidup. 4. Aktifitas kelompok Menurut Singgih DS (dalam Hartinah 2009: 68) berbagai macam keinginan para remaja seringkali tidak dapat terpenuhi karena bermacam-macam kendala. Hal yang sering terjadi adalah tidak tersedianya biaya. Adanya bermacam-macam larangan dari orang tua seringkali melemahkan atau bahkan mematahkan semangat para remaja. Kebanyakan remaja menemukan jalan keluar dari kesulitannya setelah mereka berkumpul dengan rekan sebaya untuk melakukan kegiatan bersama. Mereka melakukan suatu kegiatan secara berkelompok sehingga berbagai kendala dapat di atasi bersama-sama. 5. Keinginan mencoba segala sesuatu Pada umumnya, remaja memiliki ras ingin tahu yang tinggi (high curiosity). Karena di dorong ras ingin tahu yang tinggi, remaj cenderung ingin bertualang, menjelajah segala sesuatu dan mencoba segala sesuatu yang belum pernah di alaminya. Implikasi Tugas Perkembangan Remaja Bagi Pendidikan Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor-faktor tersebut. Sekalipun dalam penyelenggaraan pendidikan diakui bahwa tidak mungkin memenuhi tuntutan dan harapan seluruh faktor yang berlaku tersebut. 6

7 1. Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang di selenggarakan di dalam sekolah maupun di luar sekolah, pada diselenggarakan dalam bentuk klasikal. Penyelenggaraan pendidikan klasikal ini berarti memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang bergabung di dalam kelas, sekalipun masingmasing diantara mereka sangat berbeda-beda. Pengakuan terhadap kamampuan setiap pribadi yang beraneka ragan itu menjadi kurang. Oleh karena itu, yang harus mendapatkan perhatian di dalam penyelenggaraan pendidikan adalah sifat-sifat dan kebutuhan umum remaja, seperti pengakuan akan kemampuannya, ingin untuk mendapatkan kepercayaan, kebebasan, dan semacamnya. 2. Beberapa usaha yang perlu dilakukan di dalam penyelenggaraan pendidikan, sehubungan dengan minat dan kemampuan remaja yang dikaitkan terhadap cita-cita kehidupannya antara lain adalah: 1) bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan sesuai dengan kemampuannya, 2) memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan berorientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungan, 3) penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kurikulum muatan lokal. 3. Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya. Untuk mengembangkan model keluarga yang ideal maka perlu dilakukan: 1) bimbingan tentang cara pergaulan dengan mengajarkan etika pergaulan lewat pendidikan budi pekerti dan pendidikan keluarga, 2) bimbingan siswa untuk memahami normal yang berlaku baik di dalam keluarga, sekolah, maupun di dalam masyarakat. Untuk kepentingan ini di perlukan arahan untuk kebebasan emosional dari orang tua. 4. Pendidikan tentang nilai kehidupan untuk mengenalkan norma kehidupan sosial kemasyarakatan perlu dilakukan. Dalam hal ini perlu dilakukan pendidikan praktis melalui organisasi pemuda, pertemuan dengan orang 7

8 tua secara periodik, dan pemantapan pendidikan agama baik di dalam maupun di luar sekolah. METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode yang di anggap relevan dengan permasalahan yang ada, yakni metode deskriptif. Metode ini digunakan dengan maksud untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang tugas perkembangan remaja. Metode ini menggunakan dengan teknik pengumpulan data Inventori tugas perkembangan (ITP) adalah intrumen yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. Inventori tugas perkembangan siswa SMA/SMK, Jumlah soal 77 masing-masing terdiri atas 4 butir pernyataan. Yang diskor 66 soal, yang 11 soal digunakan untuk menghitung konsistensi jawaban siswa. Observasi yaitu mengadakan penelitian dengan cara melihat secara langsung terhadap objek-objek yang akan penulis teliti, yaitu tugas perkembangan remaja. Wawancara yaitu penulis akan melakukan wawancara langsung dengan konselor sekolah (guru BK) dan siswa, sehingga terkumpul data-data yang objektif untuk kajian tulisan ini. Data yang terkumpul dengan menggunakan teknik wawancara maka untuk menganalisis data, diperlukan data-data sebagai berikut: (1) mengklasifikasikan profil tugas perkembangan remaja pada siswa di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo, (2) menganalisis profil tugas perkembangan remaja pada siswa di SMK Negeri 1 Batudaa Kabupaten Gorontalo. HASIL PENELITIAN Hasil dari analisis inventori tugas perkembangan SMK Negeri 1 Batudaa yang di berikan pada siswa. Jumlah siswa 175 yang terdapat di kelas XI secara umum yang memiliki rata-rata konsistensi 3.15/11, rata-rata tingkat perkembangan 4.53, simpangan baku 0,06, koevisian variansi 2.40%. Dengan penjelasan dari hasil analisis inventori tugas perkembangan siswa yang secara umum mempunyai aspek tugas perkembangan yang digambarkan dalam tabel sebagai berikut: 8

9 Tabel 1.1: Aspek-aspek profil kelompok SMK Negeri 1 Batudaa kelas XI. No Aspek tugas perkembangan Jumlah rata-rata 1 Landasan religius Landasan perilaku etis Kematangan emosional Kematangan intelektual Kesadaran tanggung jawab Peran sosial sebagai pria atau wanita Penerimaan diri dan pengembangannya Kemandirian perilaku ekonomis Wawasan persiapan karir Kematangan hubungan teman sebaya Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga Berdasarkan tabel diatas bahwa profil kelompok ini mempunyai hasil dari 8 butir tertinggi yang terdapat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 1.2: Aspek tugas perkembangan dari 8 butir tertinggi kelas XI. No Aspek tugas perkembangan Butir Tingkat perkemb angan 1 Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga 2 Persiapan diri dan hidup berkeluarga Landasan hidup religius Kematangan emosional Landasan perilaku etis Kesadaran tanggung jawab Kematangan hubungan dengan teman sebaya Kematangan emosional Dari penjelasan yang terdapat dalam 8 butir tertinggi, ternyata aspek tugas perkembangan juga memiliki 8 butir terendah yang terdapat dalam tabel sebagai berikut: 9

10 Tabel 1.3: Aspek tugas perkembangan dari 8 butir terendah kelas XI. No Aspek tugas perkembangan Butir Tingkat perkemb angan 1 Penerimaan diri dan pengembangannya Kemandirian perilaku ekonomis Wawasan dan persiapan karir Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga. 5 Landasan perilaku etis Landasan perilaku etis Kematangan intelektual Kematangan emosional Pembahasan Dari hasil penelitian inventori tugas perkembangan pada siswa SMK Negeri 1 Batudaa yang berdasarkan dari sebelas aspek yang dimana siswa di kelas XI TSM bahwa tingkat perkembangan pada profil kelompok dengan nilai rata-rata 4.57 yang tertinggi adalah sebagai berikut: Data hasil analisis ITP dari 8 butir tertinggi dengan aspek yaitu: 1. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berbahagia dengan tingkat perkembangannya 5.67 di butir 11-2 yaitu: (a) saya mempertimbangkan kesiapan diri memasuki pernikahan, (b) saya berkeinginan mengetahui peranan suami atau istri, (c) saya telah memahami peranan anak dalam keluarga, (d) saya meyakini bahwa pernikahan dapat memelihara diri dari perbuatan-perbuatan zina. 2. Kesadaran tanggung jawab dengan tingkat perkembangannya 5.30 di butir 5-4 yaitu: (a) saya membuat prioritas dalam memilih tindakan, (b) saya merasa puas jika orang lain mengakui hasil kerja yang di capai, (c) saya melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh, (d) saya senang bersahabat dengan siapapun. 3. Landasan hidup religuis dengan tingkat perkembangannya 5.27 di butir 1-4 yaitu: (a) saya menilai kegiatan sehari-hari yang sesuai dan yang 10

11 bertentangan denagn ajaran agama, (b) saya mengikuti orang lain berbuat kebajikan, (c) saya aktif dalam kegiatan keagamaan di sekolah, (d) saya merasa senang menolong orang lain. 4. Kematangan hubungan dengan teman sebaya dengan tingkat perkembangannya 5.15 di butir 10-1 yaitu: (a) saya menghargai pendapat teman dengan tulus ikhlas, (b) saya membantu teman jika diminta, (c) saya melaksanakan tugas yang diberikan oleh kelompok, (d) saya menjaga hubungan baik dengan teman meskipun berbeda pendapat. 5. Landasan prilaku etis dengan tingkat perkembangannya 5.12 dibutir 2-1 yaitu: (a) saya berprilaku sopan kepada semua orang, (b) saya belum terbiasa membuang sampah pada tempatnya, (c) saya tidak menyontek karena merugikan diri sendiri, (d) saya mengembalikan uang yang bukan milik sendiri. 6. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga dengan tingkat perkembangannya 5.12 di butir 11-6 yaitu: (a) saya kira pria maupun wanita mempunyai hak yang sama dalm hubungan pernikahan, (b) saya mengetahui bahwa laki-laki maupun perempuan sebaiknya manikah, (c) saya memahami bahwa menikah baik bagi kesehatan jasmani maupun rohani, (d) saya berpikir perlu berhati-hati dalam memilih pasangan hidup. 7. Penerimaan diri dan pengembangannya dengan tingkat perkembangannya 5.12 dibutir 7-2 yaitu: (a) saya menghindar diri dari perbuatan yang merusak kesehatan (seperti minuman keras, dan obat-obat terlarang), (b) saya mengenal keadaan fisik sendiri, (c) saya melakukan kegiatan yang sesuai dengan kemampuan fisik maupun mental, (d) saya memahami bahwa prestasi yang diperoleh sekarang sudah sesuai dengan kemauan sendiri. 8. Landasan prilaku etis dengan tingkat perkembangannya 4.97 dibutir 2-2 yaitu: (a) saya mengikuti kebiasaan menghormati orang lain, (b) saya menyayangi orang lain secara tulus, (c) saya menghargai orang lain walaupun berbeda pendapat, (d) saya menjawab panggilan orang tua dan segera menemuinya. 11

12 Data hasil analisis ITP dari 8 butir terendah dengan aspek yaitu: 1. Kematangan hubungan dengan teman sebaya dengan tingkat perkembangannya 3.79 dibutir 10-2 yaitu: (a) saya memelihara kerja sama dengan orang lain, (b) saya berusahauntuk berperan aktif dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok, (c) saya bergaul secara wajar dengan siapapun baik pria maupun wanita, (d) saya memperlakukan teman sesuai dengan sifat dan wataknya. 2. Landasan hidup relijius dengan tingkat perkembangannya 3.82 dibutir 1-1 yaitu: (a) saya bersyukur kepada tuhan bila memperoleh nikmat kesenangan, (b) saya membaca kitab suci dan mempelajari isinya, (c) saya memperoleh ketentraman dalam berdoa, (d) saya berdoa sebelum memulai kegiatan. 3. Wawasan dalam persiapan karir dengan tingkat perkembangannya 3.88 dibutir 9-3 yaitu: (a) saya merencanakan karir di masa depan sejak sekarang, (b) saya memperhitungkan tuntutan lingkungan kerja dalam memilih pekerjaan, (c) saya merencanakan karir dengan cermat untuk mencapai tujuan kariryang jelas, (d) saya belajar bahasa inggris, kumputer atau lainnya sebagai bekal tambahan diluar bidang studi. 4. Landasan perilaku etis dengan tingkat perkembangannya 4.09 dibutir 2-4 yaitu: (a) saya berusaha menjadi tamu yang baik, (b) saya menghindarkan diri dari perbuatan yang melanggar agama, (c) saya senang bila dapat menghindarkan diri dari perbuatanyang melanggar aturan, (d) saya berusaha sopan di depan orang banyak. 5. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga dengan tingkat perkembangannya 4.12 dibutir 11-1 yaitu: (a) saya telah mengetahui menfaat pernikahan, (b) saya memperhatikan batas norma antara laki-laki dan perempuan dalam pergaulan, (c) saya menjaga batas hubungan dengan lawan jenis sebelum terikat pernikahan, (d) saya menganal batas-batas pergaulan dengan lawan jenis. 12

13 6. Kematangan intelektual dengan tingkat perkembangannya 4.12 dibutir 4-5 yaitu: (a) saya siap menghadapi akibat dati keputusan yang saya buat, (b) saya menyadari banyak pilihan dalam pemecahan masalah, (c) saya belajar mengambil keputusan yang diterima orang lain, (d) saya menyadari mengambil keputusan perlu banayak pertimbangan. 7. Kematangan emosional dengan tingkat perkembangannya 4.12 dibutir 3-5 yaitu: (a) saya pikir stress dialamioleh semua orang, (b) saya dapat mengatasi stress, (c) saya menghibur diri apabila mendapat musibah, (d) saya mengikuti keinginan orang tua untuk menyenangkan mereka. 8. Kemandirian perilaku okonomis dengan tingkat perkembangannya 4.18 dibutir 8-5 yaitu: (a) saya biasa berhemat walaupun dapat kritikan dari teman, (b) saya mau menabung karena mengerti manfaat menabung, (c) saya berusaha hidup hemat seperti yang dilakukan banyak orang, (d) saya pikir hidup sederhana menyebabkan kita tidak boros. Berdasarkan dari 11 aspek tersebut dengan tingkat perkembangan tetinggi maka siswa kelas TSM ini berada pada tahap tahap Seksama (Conscientious/Ska) dengan ciri-ciri: bertindak atas dasar nilai internal, mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri, peduli akan hubungan mutualistik, memiliki tujuan jangka panjang, cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial, dan berpikir lebih kompleks yang atas dasar analisis. Sedangkan tingkat perkembangan yang terendah yang dilihat dari 11 aspek tersebut yang dimana siswa kelas XI TSM berada pad tahap tingkat sadar diri (Sdi) dengan ciri-ciri: mampu berpikir alternative, melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, pemecahan masalah, memikirkan cara hidup, penyesuaian terhadap situasi dan peranan. 13

14 PENUTUP Kesimpulan Dari penjelasan di atas dapat mengambil kesimpulan bahwa siswa yang berada di SMK Negeri 1 Batudaa, masih banyak yang belum dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya. Jadi, di SMK Negeri 1 Batudaa yang berjumlah 700 siswa yang dimana peneliti mengambil sampel 175 siswa. Jumlah siswa yang 175 dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu mulai dari kelompok 1 sampai dengan kelompok 6. Setelah dilihat dari 11 aspek yang dimana siswa SMK Negeri 1 Batudaa memiliki tingkat perkembangan tertinggi dan terendah yang sama hasilnya. Dari ke-6 kelas tersebut, memiliki tingkat perkembangan yang sama yang yaitu tingkat perkembangan tertinggi pada tahap Seksama (Conscientious/Ska) dengan ciri-ciri: bertindak atas dasar nilai internal, mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri, peduli akan hubungan mutualistik, memiliki tujuan jangka panjang, cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial, berpikir lebih kompleks dan atas dasar analisis. Sedangkan tingkat perkembanan yang terendah terdapat pada tahap tingkat Sadar Diri (Sdi) dengan ciri-ciri: mampu berpikir alternative, melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi, peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada, pemecahan masalah, memikirkan cara hidup, penyesuaian terhadap situasi dan peranan. Saran a. Bagi Sekolah, hendaknya pihak sekolah menyarankan kepada guru BK untuk membantu siswa agar dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan remaja dengan cara memberikan bimbingan layanan. b. Bagi Siswa, kepada siswa disarankan agar mampu menyelesaikan tugastugas perkembangan. Terutama yang terdapat dalam aspek yang pertama yaitu landasan hidup religius ( shalat dan berdoa, belajar agama, keimanan, dan sabar). Karena ini hal yang paling penting untuk diselesaikan dalam tugas-tugas perkembangan remaja. 14

15 c. Bagi penulis, mempunyai wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. d. Bagi peneliti lebih lanjut, dapat mempergunakan hasil penelitian ini sebagai kajian untuk diadakannya penelitian lebih lanjut tentang tugastugas perkembangan. DAFTAR PUSTAKA Ali Mohammad, Asrori Mohammad Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Bumi Aksara Dariyo Agoes Psikologi Perkembangan Remaja. Jakarta: Ghalia Indonesia Hartinah Sitti perkembangan peserta didik. Tegal: Refika Aditama Imran Hambali Penulisan Proposal Penelitian Skripsi (Kuantitatif). Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo Monks, Rahayu Siti Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada Universitas Press Surmini Sri, Sundari Siti Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: Rineka Cipta. Sunarto, dkk perkembangan peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta Syaodih Sukmadinata Nana Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Cetakan Kelima. Bandung: Rosda Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta Yusup Syamsu,dkk Analisis Tugas Perkembangan. Thailand dan Malaysia: UPI 15

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa:

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja. Menurut Havighurst (dalam Syaodih : 161) mengatakan bahwa: BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Pengertian Tugas-tugas Perkembangan Remaja Menurut Havighurst (dalam Syaodih. 2009.: 161) mengatakan bahwa: Definisi tugas perkembangan adalah suatu tugas yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan. remaja merupakan pengembangan dan perluasan kemampuan-kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak dengan dewasa. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SMK Insan Global Jakarta

Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SMK Insan Global Jakarta 36 Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SMK Insan Global Jakarta Gambaran Pencapaian Tugas Perkembangan Siswa SMK Insan Global Jakarta Oleh: Eka Noviri Wijayanti 1) Dra. Wirda Hanim, M. Psi. 2)

Lebih terperinci

PROFIL PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DI SMP NEGERI 8 TELUK KUANTAN

PROFIL PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DI SMP NEGERI 8 TELUK KUANTAN PROFIL PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN SISWA DI SMP NEGERI 8 TELUK KUANTAN DARLIANIS Guru SD Negeri 009 Seberang Taluk darlianisidar@gmail.com ABSTRAK Penelitian tentang Profil Pencapaian Tugas Perkembangan

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Laboratorium Percontohan UPI Bandung. Alasan pemilihan lokasi penelitian yakni belum tersedianya suatu

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK)

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) MATA KULIAH DASAR-DASAR BK STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) Oleh : Sugiyatno, M.Pd sugiyatno@uny.ac.id PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Standar Kompetensi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah.

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK. Mengenal tujuan dan arti ibadah. STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan 1 : Landasan Hidup Religius INTERNALISASI SD SLTP SLTA PT 1. Pengenalan Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari. Mengenal

Lebih terperinci

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata;

Sahabat. Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Assalamu alaikum Wr. Wb Orang bijak berkata; Barang siapa yang tidak mau merasakan sakitnya belajar, maka dia tidak akan merasakan nikmatnya ilmu. Sahabat Waktu hanya memberikan kita kesempatan satu kali,

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) :

POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : POKOK BAHASAN MATA - KULIAH BK PRIBADI SOSIAL (2 SKS) : 1. Konsep dasar bimbingan dan konseling pribadi - sosial : a. Keterkaitan diri dengan lingkungan sosial b. Pengertian BK pribadi- sosial c. Urgensi

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN PESERTA DIDIK Aspek Perkembangan : Landasan Hidup Religius bentuk-benuk tata cara ibadah seharihari. 2. Akomodasi Tertarik pada kegiatan ibadah seharihari. 3. Tindakan Melakukan

Lebih terperinci

ASPEK KEMATANGAN BERFIKIR (INTELEKTUAL) ANAK SD DI WILAYAH KEBUMEN

ASPEK KEMATANGAN BERFIKIR (INTELEKTUAL) ANAK SD DI WILAYAH KEBUMEN ASPEK KEMATANGAN BERFIKIR (INTELEKTUAL) ANAK SD DI WILAYAH KEBUMEN Maulida Ajeng Priyatnomo, Nurhasanah, Muhamad Chamdani Universitas Sebelas Maret e-mail:maulidaajeng1@gmail.com Abstrak Aspek kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional dan metode penelitian. A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi karir merupakan salah satu bagian penting dalam upaya untuk membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Orientasi karir merupakan salah satu bagian penting dalam upaya untuk membantu siswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Orientasi karir merupakan salah satu bagian penting dalam upaya untuk membantu siswa dalam mengidentifikasi dan menemukan karir yang sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja dipandang sebagai masa permasalahan, frustrasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta, dan perasaan tersisihkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kesempatan yang ada. Tujuan pendidikan yaitu untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang penting bagi kemajuan dan kelangsungan hidup individu. Dengan pendidikan, individu memperoleh informasi dan pengetahuan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut, manusia harus dapat melakukan penyesuaian

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL FAKTOR PENYEBAB KURANG LANCARNYA REMAJA AWAL DALAM MELAKSANAKAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN DI SMP NEGERI 25 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Peranan bimbingan dan konseling dalam dunia pendidikan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

Lebih terperinci

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI

cxü~xåutçztç exåt}t Setiawati PPB FIP UPI cxü~xåutçztç exåt}t Oleh : Setiawati PPB FIP UPI Tugas Perkembangan Tugas perkembangan merupakan suatu tugas yang muncul pada periode tertentu dalam rentang kehidupan individu, yang apabila tugas itu dapat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan manusia terbagi menjadi beberapa fase selama rentang kehidupan. Beberapa fase tersebut diantaranya fase bayi, anak-anak, remaja hingga dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan ke dunia dengan misi menjalankan kehidupan sesuai dengan kodrat ilahi yakni tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, setiap orang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai proses pembinaan dan bimbingan yang dilakukan seseorang secara terus-menerus kepada anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING

TUGAS PERKEMBANGAN SISWA VISI DAN MISI BIMBINGAN KONSELING TUGAS PERKEMBANGAN SISWA 1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Mencapai kematangan pertumbuhan jasmani dan rohani yang sehat 3. Mencapai kematangan dalam hubungan

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #4 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id diperuntukkan bagi semua konseli sebagai proses individuasi. Setiap konseli bersifat unik (berbeda satu sama lainnya) menekankan hal yang positif merupakan usaha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa kelas IV, V dan VI di BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Tujuan akhir penelitian ini adalah merencanakan program bimbingan dan konseling berdasarkan analisis tugas perkembangan siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pemenuhan tugas perkembangan tersebut, banyak remaja yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase perkembangan dari kehidupan individu. Pada fase ini terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dilalui, untuk menjadi

Lebih terperinci

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta

Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta Setelah akhir dari perkuliahan ini, mahasiswa mampu mengembangkan lingkungan pendidikan yang dapat merangsang perkembangan potensi-potensi peserta didik atas dasar pemahaman yang baik dan benar terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kemandirian merupakan masalah penting sepanjang rentang kehidupan manusia. Perkembangan kemandirian sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan 70 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini disajikan uraian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Metode yang dimaksud adalah berkaitan dengan pendekatan lokasi dan subjek penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Nikah, menikah, dan pernikahan, tiga kata ini akan selalu menjadi bahasan paling menarik sepanjang masa. Apalagi bagi mereka yang berstatus mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurul Khoeriyah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia, pria dan wanita, dengan sifat fitrah yang khas. Manusia memiliki naluri, perasaan, dan akal. Adanya rasa cinta kasih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil )

Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / Layanan : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Silabus Bimbingan Konseling (01) Sekolah : SMA... Kelas : XI (Sebelas) Mata Pelajaran / : Bimbingan dan Konseling Semester : 1 ( Ganjil ) Standar Kompetensi / Tugas Perkembangan - Mencapai kematangan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran identitas gender yang merupakan salah satu aspek tugas perkembangan siswa sekolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Best (dalam Sukardi, 2008) yaitu metode penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU. Nenden Ineu H.

MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU. Nenden Ineu H. MENGEMBANGKAN PROGRAM LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK MENINGKATKAN TUGAS PERKEMBANGAN MAHASISWA UPI KAMPUS CIBIRU Nenden Ineu H. 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi pentingnya layanan bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. masa depan. Hal tersebut diamanatkan dalam Pasal 27 Peraturan Pemerintah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya menemukan pribadi, mengenal lingkungan dan merencanakan masa depan. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)

BAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang

Lebih terperinci

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SATUAN KEGIATAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A Tema/Topik : Kedisiplinan B Judul : Tata tertib C Bidang Bimbingan : Belajar D Kompetensi Perkembangan : Landasan perilaku etis E Sub Kompetensi : Bertindak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan suatu periode yang disebut sebagai masa strum and drang, yaitu suatu periode yang berada dalam dua situasi antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya teori-teori perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Panti Sosial Asuhan Anak adalah suatu lembaga usaha kesejahteraan sosial yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan sosial pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rumusan Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya, mengenal lingkungannya, dan mengenal masyarakat di sekitarnya. Remaja mulai memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma

BAB I PENDAHULUAN. metode penelitian dan lokasi serta sampel penelitian. Adapun uraiannya sebagai. mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini penulis menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi penelitian, hipotesis penelitian, metode penelitian dan lokasi serta sampel

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA 95 PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA Nur Asri Fitriani 1 Dra. Dharma Setiawaty 2 Drs. Djunaedi, M. Pd 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk melihat profil penyesuaian

Lebih terperinci

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh SKRIPSI IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP PGRI 4 KOTA JAMBI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pendidikan Pada Program Ekstensi Bimbingan dan Konseling

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita serta mencapai peran sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Masalah kenakalan remaja dewasa ini semakin dirasa meresahkan masyarakat, baik di negara-negara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang. Permasalahannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berakhirnya suatu pendidikan formal, diharapkan seseorang dapat memasuki dunia kerja, demikian halnya dengan pendidikan di SMA. Kurikulum SMA dirancang untuk

Lebih terperinci

Masa Kanak-Kanak Akhir. Siti Rohmah Nurhayati

Masa Kanak-Kanak Akhir. Siti Rohmah Nurhayati Masa Kanak-Kanak Akhir Siti Rohmah Nurhayati MASA KANAK-KANAK AKHIR Masa kanak-kanak akhir sering disebut sebagai masa usia sekolah atau masa sekolah dasar. Masa ini dialami anak pada usia 6 tahun sampai

Lebih terperinci

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan menjadikan individu lebih baik karena secara aktif mengembangkan potensi peserta didik. Pendidikan mendorong peserta didik untuk memiliki kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk mengerjakan sesuatu sendiri, melainkan orang tua harus menemani dan memberi bimbingan sampai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual Pranikah 1. Pengertian Perilaku Seksual Pranikah Menurut Sarwono (2005) perilaku seksual pranikah adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja

BAB I PENDAHULUAN. pertama dalam berpacaran. Dalam menjalin hubungan dengan lawan jenis remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu periode perubahan dalam hubungan sosial, yang ditandai dengan perkembangan minat terhadap lawan jenis atau pengalaman pertama dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan, yang ditempuh oleh seseorang dari kanak-kanak menuju dewasa. Atau dapat dikatakan bahwa masa remaja adalah perpanjangan masa

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA

BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA BIMBINGAN BELAJAR BAGI MAHASISWA Dra. Gantina Komalasari, M.Psi Email : gantina_komalasari@yahoo.com Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta I. Pendahaluan Meskipun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba,

BAB I PENDAHULUAN. yakni tingginya angka korupsi, semakin bertambahnya jumlah pemakai narkoba, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini bukan hanya mengenai ekonomi, keamanan dan kesehatan, tetapi juga menurunnya kualitas sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan tahap perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang ditandai oleh perubahan fisik umum serta perkembangan kognitif dan sosial. Masa remaja

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI Dwi Wulan Sari, Drs. Suparjo Herlambang, M.Pd, Drs. Asradi, MM Program Studi Bimbingan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu

BAB I PENDAHULUAN. maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siswa adalah individu yang sedang tumbuh dan berkembang, baik fisik maupun mentalnya. Dalam hal ini dia membutuhkan sekali orang yan mampu membimbinng dan

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN Menurut Havighurst, tugas perkembangan adalah tugas-tugas yang harus diselesaikan individu pada fase-fase atau periode kehidupan tertentu; dan apabila berhasil mencapainya mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta

Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta Sebuah Rekonseptualisasi Yang Dilatarbelakangi Oleh Sebuah Fakta 1. BK Komprehensif muncul berdasar evaluasi thp sistem sebelumnya 2. Sistem yang lama berorientasi tradisional/konselor 3. Sistim yang lama

Lebih terperinci

Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan)

Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan) Langkah I : Need Assessment (Analisis Kebutuhan) 1 2 3 PERMASALAHAN/KEBUTUHAN TUJUAN PENYELESAIAN ALTERNATIF KEGIATAN JENIS 1 2 3 4 5 ASPEK LANDASAN HIDUP RELIGIUS a. Minimnya siswa ibadah minat mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks. Banyak hal yang terjadi pada masa remaja mulai dari perubahan fisik, peningkatan intelegensi maupun pola

Lebih terperinci