BAB I PENDAHULUAN II Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN II Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun Tujuan Pembangunan Milenium terdapat dalam Deklarasi Milenium yang diadopsi oleh 189 negara dan ditandatangi oleh 147 kepala Negara dan pemerintahan pada UN Millennium Summit yang diadakan di bulan September tahun Delapan butir MGDs terdiri dari 21 target kuantitatif dan dapat diukur oleh 60 indikator. Salah satu target MDGs adalah mengurangi hingga setengah jumlah penduduk yang tidak memiliki akses terhadap air minum yang aman dan sanitasi dasar, dengan indikator: Proporsi dari populasi yang menggunakan sumber air minum berkualitas Proporsi dari populasi yang menggunakan sarana sanitasi berkualitas MDGs mencanangkan pada 2015 sebanyak 77,2% persen penduduk Indonesia ditargetkan telah memiliki akses air minum yang layak dan minimal 59.1 persen penduduk Indonesia di Kota dan Desa sudah memperoleh pelayanan sanitasi yang memadai (Status Millenium Development Goals Indonesia 2009). Secara nasional, Indonesia telah mencapai target ini, tetapi cakupan ini belum merata dan belum menggambarkan kualitas fasilitas sanitasi yang sebenarnya. Ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat. Kondisi pelayanan air minum Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010 adalah sebesar 85,4% sedangkan pelayanan sanitasi khususnya kepemilikan jamban adalah sebesar 52,91% dari seluruh penduduk di Kabupaten Banjarnegara. Sesuai dengan target MDGs, maka pada Tahun 2015 target pelayanan air minum di Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 92,7% sedangkan target pelayanan sanitasi adalah sebesar 76,45% dari jumlah penduduk Kabupaten Banjarnegara. Salah satu upaya memperbaiki kondisi sanitasi adalah dengan menyiapkan sebuah perencanaan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan. Dalam hal ini, Pemerintah mendorong kota dan kabupaten di Indonesia untuk menyusun Strategi Sanitasi Perkotaan atau Kabupaten (SSK) yang memiliki prinsip: II - 1

2 - Berdasarkan data aktual - Berskala kota atau kabupaten - Disusun sendiri oleh kota atau kabupaten (dari, oleh, dan untuk kota atau kabupaten tersebut) - Menggabungkan pendekatan bottom-up dan top-down Untuk menghasilkan SSK yang demikian, maka kota atau kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila kota atau kabupaten mampu mendapatkan informasi lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam konteks ini Buku Putih merupakan prasyarat utama dan dasar bagi penyusunan SSK. Buku Putih Sanitasi merupakan pemetaan situasi sanitasi kota atau kabupaten berdasarkan kondisi aktual. Pemetaan tersebut mencakup aspek teknis dan aspek nonteknis, yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Buku Putih merupakan database sanitasi kota atau kabupaten yang paling lengkap, mutakhir, aktual, dan disepakati seluruh SKPD dan pemangku kepentingan terkait pembangunan sanitasi. Sesuai dengan maksud penyusunannya, maka Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara ini akan menggambarkan: 1) Status terkini situasi sanitasi di Kabupaten Banjarnegara 2) Kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang di Kabupaten Banjarnegara 3) Usulan atau rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi. 1.2 Pengertian Dasar Sanitasi Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk memastikan pembuangan kotoran manusia, cairan limbah dan sampah secara higienis (Manual B-Penilaian dan Pemetaan Sanitasi Kota). Sedangkan pengertian yang lebih teknis dari sanitasi adalah upaya pencegahan terjangkitnya dan penularan penyakit melalui penyediaan sarana sanitasi dasar (jamban), pengelolaan air limbah rumah tangga (termasuk sistem jaringan perpipaan air limbah), drainase dan sampah (Bappenas, 2003). Sehingga dengan definisi tersebut dapat dilihat 3 sektor yang terkait dengan sanitasi adalah sistem pengelolaan air limbah rumah tangga, pengelolaan persampahan dan drainase lingkungan. Air limbah rumah tangga adalah air sisa proses dari kegiatan rumah tangga. Berkaitan dengan pengelolaan air limbah rumah tangga, maka limbah yang muncul dari rumah tangga dikelompokkan dalam dua bagian. Bagian pertama adalah limbah yang berasal dari metabolisme tubuh manusia (excreta) berupa air kencing (urine) dan tinja. Kelompok pertama ini biasa disebut sebagai blackwater. Sedangkan kelompok kedua adalah air limbah yang berasal selain dari metabolisme tubuh manusia, antara lain berasal II - 2

3 dari sisa pencucian pakaian, dapur, dan sisa air mandi. Bagian kedua ini dikenal sebagai greywater. Sektor lain yang terkait dengan sanitasi adalah sektor persampahan. Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. (Undangundang No. 18/2008). Di dalam pengelolaan sampah dikenal istilah sampah spesifik dan sampah non spesifik. Yang termasuk didalam pengertian sampah non spesifik adalah sampah yang berasal dari rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga (kawasan komersial, kawasan industri, kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan fasilitas lainnya). Sedangkan yang termasuk di dalam sampah spesifik adalah: 1) sampah yang mengandung bahan berbahaya dan beracun; 2) sampah yang mengandung limbah bahan berbahaya dan beracun; 3) sampah yang timbul akibat bencana; 4) puing bongkaran bangunan; 5) sampah yang secara teknologi belum dapat diolah; dan/atau 6) sampah yang timbul secara tidak periodik. Sektor terakhir yang berhubungan dengan sanitasi adalah sektor drainase lingkungan. Drainase lingkungan adalah suatu sistem penanganan atau pengaliran air hujan. Secara konvensional, hujan yang turun pada suatu wilayah diusahakan secepat mungkin mengalir melalui saluran-saluran air hujan menuju badan air penerima. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya genangan di pemukiman atau jalan. Sistem ini sebagian besar berhasil digunakan untuk mengendalikan terjadinya genangan, tetapi menjadi tidak terkait dengan konservasi air. Konsep penanganan air hujan dengan memperhatikan konservasi air tanah biasa disebut sebagai konsep drainase berwawasan lingkungan atau ecodrainage. Dengan konsep ini maka air hujan yang turun diusahakan untuk semaksimal mungkin meresap ke dalam tanah atau ditampung untuk dimanfaatkan, sedangkan kelebihannya baru dialirkan melalui saluran air hujan. Peresapan air hujan dapat dilakukan dengan menggunakan kolam retensi atau embung, sumur resapan air hujan dan biopori. Walaupun sektor air besih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation (WATSAN) atau AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan). Sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih dilakukan penilaian kondisi sanitasi suatu daerah, yang dikenal dengan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA). EHRA adalah sebuah survai partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku yang terkait yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program termasuk advokasi di tingkat kota sampai ke kelurahan. Tujuan dari studi EHRA adalah untuk mendapatkan II - 3

4 gambaran fasilitas sanitasi dan perilaku yang berisiko terhadap kesehatan tingkat kota berdasarkan data primer. Studi lain yang dilakukan sebagai bahan penyusunan buku putih adalah survey partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non-Pemerintah (LNP) di dalam pengelolaan sanitasi perkotaan, atau biasa disebut sebagai Sanitation Supply Assessment (SSA). Tujuan studi SSA adalah: 1) Menilai dan memetakan pihak-pihak yang saat ini berperan dalam penyelenggaraan sanitasi kota, khususnya partisipasi sektor swasta dan Lembaga Non Pemerintah 2) Mengumpulkan data/ informasi untuk merumuskan bentuk sinergi antara: Pemerintah kota, Sektor swasta, baik yang lahan usahanya terkait maupun tidak terkait dengan pengelolaan sanitasi, dan Lembaga Non Pemerintah yang memfasilitasi masyarakat dalam pengelolaan sanitasi 3) Meningkatkan efektivitas program pengelolaan sanitasi dengan melibatkan semua unsur yang terkait. Hasil dari berbagai bahan yang masuk di dalam penyusunan buku putih akan digunakan untuk menentukan area berisiko. Area berisiko adalah area kelurahan/desa yang memiliki potensi risiko terhadap kesehatan. Apabila tidak segera dilakukan intervensi tertentu, akan memperbesar potensi terjadinya kasus kejadian penyakit. Hal ini perlu dibedakan dengan dampak yang dinyatakan dengan kasus kejadian penyakit. Oleh karenanya, angka kejadian penyakit seharusnya tidak dijadikan sebagai salah satu indikator untuk penentuan area berisiko tinggi, sebab hal ini akan mencampurkan antara risiko dengan dampak (Seri Manual Pengembangan Strategi Sanitasi Perkotaan Tahap B Penilaian dan Pemetaaan Situasi Sanitasi Kota). Tahap awal penentuan area berisiko, indikator yang umum digunakan adalah : a. Kepadatan penduduk. Makin padat penduduk, maka risiko penyebaran penyakit akan semakin besar. Informasi yang juga penting tetapi relatif sukar diperoleh adalah jumlah penduduk pendatang di masing-masing kelurahan, sebab informasi ini seringkali tidak terdata di tingkat kota. Bappeda memang memiliki sumber data tentang jumlah dan kepadatan penduduk. Tetapi informasi mengenai penduduk pendatang, bila dipandang perlu, harus dicari di instansi lain, atau harus dikumpulkan melalui Ketua RW/kelurahan. Apabila data tersebut sukar diperoleh maka dapat diabaikan lebih dulu. b. Jumlah KK miskin. Semakin banyak KK miskin, yang relatif lebih sulit untuk mendapatkan akses sanitasi, maka risikonya pun semakin tinggi. Ada beberapa data KK miskin, sehingga sering membingungkan data mana yang akan digunakan. Pemerintah Kabupaten biasanya memiliki data resmi yang berasal dari BPS. II - 4

5 c. Sambungan air bersih. Berupa sambungan langsung atau hidran umum. Makin banyak anggota masyarakat yang mendapatkan akses air bersih maka pengaruhnya positif, artinya risiko terhadap penyakit makin kecil. Data ini berasal dari PDAM, Dinas PU dan Dinas Kesehatan. d. Jumlah jamban. Dihitung berdasarkan jumlah KK yang memiliki jamban, artinya bila ada KK memiliki lebih dari satu jamban maka hanya dihitung satu. Semakin banyak KK yang memiliki jamban maka pengaruhnya positif, berarti risikonya semakin kecil. Data jumlah jamban biasanya diperoleh dari Dinas Kesehatan. e. Fasilitas jaringan sewerage atau sistem komunal (Sanimas atau lainnya). Jaringan sewerage atau sistem komunal membawa air limbah (terutama black water) keluar dari area permukiman. Adanya koneksi ke jaringan sewerage atau sistem komunal mengecilkan risiko. 1.3 Maksud dan Tujuan Maksud Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Banjarnegara pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi risiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Banjarnegara yang menangani secara langsung pembangunan dan pengelolaan sektor sanitasi di Kabupaten Banjarnegara Tujuan Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam proses penyusunan Buku Putih ini antara lain adalah pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Banjarnegara beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi Kabupaten. Di samping itu, pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat Kabupaten. 1.4 Pendekatan dan Metodologi Pendekatan yang digunakan di dalam penyususnan buku putih ini adalah pendekatan partisipatif yang melibatkan para pemangku kepentingan secara transparan dan akuntabel. Secara umum metode di dalam penyusunan Buku Putih ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu : II - 5

6 a. Pengumpulan Data Sekunder Data sekunder sektor sanitasi digunakan sebagai dasar untuk membuat pemetaan kondisi sanitasi secara aktual, serta memotret kebutuhan akan layanan sanitasi yang baik, sesuai standar kebutuhan minimal pembangunan sanitasi. Tidak hanya sekedar kompilasi, tetapi juga dilakukan proses seleksi dan verifikasi data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi dimasa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. Data sekunder diperoleh melalui desk study, antara lain dengan kajian literatur dan pencarian data di internet. b. Pendalaman data Sekunder yang telah diperoleh Dari data sekunder yang telah diperoleh, maka dilakukan verifikasi lanjutan, pengecekan silang data-data yang diperoleh dan pendalaman data tersebut dengan melaksanakan: pertemuan secara berkala antar anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kabupaten Banjarnegara selaku Ketua Pokja meninjau tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survei dan observasi) diskusi yang bersifat teknis Focus Group Discussion (FGD) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat di bidang sanitasi. Pengumpulan Data Primer melalui penelitian lapangan (observasi dan wawancara responden), FGD dan indepth interview. Data primer yang dikumpulkan meliputi : - Studi Kelembagaan dan Keuangan - Penilaian Sanitasi Berbasis Masyarakat (Community-based Sanitation Assessment) - Studi Penyedia Layanan Sanitasi (Sanitation Supply Assessment/SSA) - Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment/EHRA) - Studi Komunikasi dan Pemetaan Media Data-data yang telah diperoleh dianalisis secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Deskriptif kualitatif dilakukan dengan menganalisis kondisi dan permasalahan eksisting di bidang sanitasi secara kualitatif untuk dapat mengetahui sebab dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan permasalahan di Kabupaten Banjarnegara. Analisis kualitatif dilakukan dengan mengolah data-data yang bersifat kuantitatif baik dari data primer maupun data sekunder untuk mengetahui tingkat pelayanan di bidang sanitasi Kabupaten Banjarnegara. II - 6

7 Analisis baik deskriptif kualitatif maupun kuantitatif digunakan untuk merumuskan penyusunan skenario dan strategi dalam menyusun alternatif solusi atau penyelesaian masalah bidang sanitasi dan merencanakan target peningkatan pelayanan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara. 1.5 Posisi Buku Putih Buku Putih Sanitasi menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi, dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 ini, diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi Kabupaten Banjarnegara dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara Laporan Tahunan SKPD dan status program/kegiatan sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2011 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi. 1.6 Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam tahap ini sebagian besar berasal dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), baik berupa data umum maupun data khusus yang menyangkut teknis, keuangan, kebijakan daerah dan kelembagaan, peran serta swasta dalam layanan sanitasi, dan media. Sumber data lainnya adalah LSM atau universitas yang pernah melakukan penelitian di Kabupaten Banjarnegara. Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam Buku Putih Sanitasi Kabupaten adalah: 1. Umum dan Teknis: Diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh anggota Pokja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara. Data tersebut nantinya terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi. 2. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Selain diberikan daftar kebutuhan data yang perlu dikumpulkan oleh Pokja Sanitasi Kabupaten, maka akan dilakukan Focus Group Discussion (FGD) bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten. FGD dimaksudkan untuk membahas aspek tersebut lebih mendalam dan bersama anggota Pokja Sanitasi Kabupaten melakukan analisis terhadap aspek kelembagaan dan peraturan. Ini nantinya harus bisa dibagi ke dalam beberapa fungsi (di antaranya fungsi perencanaan, implementasi fisik maupun non-fisik, operasi, pengawasan, serta monitoring dan evaluasi). Termasuk juga keterkaitan kerja antar SKPD dalam menjalankan fungsifungsi tersebut. Berdasarkan pengalaman, diskusi ini sebaiknya dilakukan dengan dibantu oleh tenaga ahli sebagai nara sumber yang memahami kebijakan daerah dan kelembagaan, serta berpengalaman bekerja di bidang sanitasi. Data ini dibawa pada saat diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi. II - 7

8 3. Keuangan: Pokja Sanitasi Kabupaten perlu memilah anggaran yang terkait dengan sanitasi. Penting dipahami, Pokja Sanitasi Kabupaten harus memiliki kesamaan pemahaman dan kesepakatan bagaimana memilah data keuangan yang terkait dengan sanitasi. Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi, perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir. 4. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari pihak swasta yang memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah Kabupaten ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD terkait. Pada tahap ini, proses pengumpulan data dilakukan berdasarkan informasi lisan atau tertulis yang dimiliki SKPD atau jika diperlukan dilakukan pencarian data secara langsung di lapangan. 5. Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam bidang sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal. Isu jender sudah menjadi perhatian dalam program-program Pemerintah Kabupaten, hanya saja kaitannya dalam bidang sanitasi serta kedalaman dari isu tersebut masih bisa dipertanyakan lebih jauh. Tetapi informasi mengenai isu jender tersebut umumnya sudah tersedia. 6. Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dan jenis media yang digunakan oleh Pemerintah Kabupaten, melalui SKPD atau lembaga lainnya (misalnya PKK), untuk penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan sanitasi. 1.7 Peraturan Perundangan Kebijakan Umum Bidang Sanitasi dan Air Minum Penyusunan Program Strategi Pembangunan Sanitasi di Kabupaten Banjarnegara didasarkan pada aturan-aturan dan produk hukum yang meliputi Undang-undang, Peraturan Pemerntah, Keputusan Presiden, Peraturan dan Keputusan Menteri, Standar Nasional Indonesia, dan Peraturan Daerah di tingkat Provinsi maupun tingkat Kabupaten. Daftar peraturan-peraturan tersebut adalah sebagai berikut. a. Undang-undang 1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber Daya Alami Hayati dan Ekosistemnya; 2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman; 3) Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung; 4) Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air; 5) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah; 6) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah; 7) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan ; II - 8

9 8) Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang; 9) Undang-undang No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah ; 10) Undang-undang No 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik; 11) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 12) Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. b. Peraturan Pemerintah 1) Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air; 2) Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1985 Tentang Perlindungan Hutan; 3) Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai; 4) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1995 Tentang Perlindungan Tanaman; 5) Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 Tentang Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam; 6) Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan 7) Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air; 8) Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum; 9) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 Tentang Jalan; 10) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional c. Keputusan Presiden 1) Keputusan Presiden Nomor 53 Tahun 1989 Tentang Kawasan Industri; 2) Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung; 3) Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 1990 Tentang Penggunaan Tanah bagi kawasan Industri d. Peraturan dan Keputusan Menteri 1) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 21/PRT/2006 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP); 2) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No: 16/PRT/2008 tentang kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman (KSNP- SPALP); 3) Keputusan Menteri Kesehatan No : 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan; 4) Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 II - 9

10 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik; 5) Keputusan Menteri Kesehatan No : 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat; 6) Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No: 13 tahun 2010 tentang Upaya Pengelolaan lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Hidup (UKP-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL). e. Standar Nasional Indonesia 1) SNI Tata Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; 2) SNI Tata Cara Pengelolaan Sampah di Permukiman; 3) SNI Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan; 4) Standar Nasional Indonesia No : Spesifikasi sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan; 5) SNI Tata cara perencanaan umum drainase perkotaan; 6) SNI Tata cara perencanaan teknik sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan; 7) SNI Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan air limbah rumah tangga; 8) SNI Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum; 9) SNI Tata Cara Perencanaan Tangki Septik dengan Sistem Resapan.; f. Peraturan Daerah 1) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 27 tahun 2003 tentang Retribusi Persampahan dan Kebersihan; 2) Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banjarnegara (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2004 Nomor 6 Seri E); 3) Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Banjarnegara Tahun ; 4) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kabupaten Banjarnegara Tahun ; 5) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pendirian Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Kabupaten Banjarnegara; 6) Peraturan Daerah Kabupaten Banjarnegara Nomor 18 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011 (Lembaran Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 18 Seri A); 7) Peraturan Bupati Banjarnegara Nomor 789 Tahun 2010 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2011 (Berita Daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Nomor 41 Seri E); II - 10

11 8) Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 296 tahun 2011 tentang Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) Kabupaten Banjarnegara; 9) Keputusan Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 932 tahun 2011 tentang Pembentukan Tim Teknis Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kebijakan Daerah dalam Peran Pemangku Kepentingan Secara umum kebijakan umum di bidang sanitasi di Kabupaten Banjarnegara tidak terlepas dari Kebijakan Daerah (Propinsi) dan Pusat, meskipun dalam batas-batas tertentu belum seluruh kebijakan dapat diterapkan di daerah, oleh karena adanya berbagai kendala. Hal ini tercermin dari komitmen Pemerintah Kabupaten Banjarnegara dalam pembangunan sanitasi di dalam RPIJM Kabupaten Banjarnegara. Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Surat Bupati Banjarnegara Nomor : 050/ 340 tahun 2010 tanggal 17 Mei 2010 perihal Pernyataan Minat Mengikuti Program Nasional Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) menjadi bentuk komitmen terhadap pembangunan di bidang sanitasi dan mengalokasikan anggaran dalam APBD Tahun 2011 Kabupaten Banjarnegara untuk kegiatan PPSP. Sosialisasi program-program terkait sanitasi terutama dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, bekerjasama dengan SKPD terkait. Sosialisasi dilakukan terutama untuk memperjelas posisi pemerintah sebagai pendukung dan fasilitator, disamping sebagai regulator, kegiatan sanitasi yang dilakukan oleh swasta dan masyarakat Penegakan Hukum Penegakan hukum yang dilaksanakan berkaitan dengan masalah sanitasi di Banjarnegara bertujuan selain untuk membentuk ketertiban di masyarakat, juga sebagai sarana pendidikan dan sosialisasi kepada masyarakat. Tujuan kedua inilah yang lebih dominan di dalam penegakan hukum di dalam permasalahan sanitasi di Kabupaten Banjarnegara, sehingga di dalam penegakan hukum lebih bersifat pencegahan (preventif), salah satu contoh adalah dengan pemasangan tanda larangan untuk membuang sampah sembarangan. II - 11

12 II - 12

13 BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA 2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah Provinsi Jawa Tengah sebelah barat yang membujur dari arah barat ke timur. Batas wilayah administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara : Kab. Pekalongan dan Kab. Batang b. Sebelah Timur : Kab. Wonosobo c. Sebelah Selatan : Kab. Kebumen d. Sebelah Barat : Kab. Purbalingga dan Kab. Banyumas Wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki luas Km 2. Kabupaten Banjarnegara terbagi dalam 20 kecamatan yang terdiri dari 266 desa dan 12 kelurahan, serta terbagi dalam 953 dusun, Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Kecamatan hasil pemekaran dari Kecamatan Banjarnegara dan Kalibening yang terealisasi pada tanggal 1 Juni 2004, yaitu Kecamatan Pagedongan dan Kecamatan Pandanarum. Luas wilayah, banyaknya desa/kelurahan, RT dan RW dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2.1 Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No. Kecamatan Ibukota Banyaknya Kecamatan Desa Kelurahan Total Dusun 1. Susukan Susukan Purworejo Klampok Klampok Mandiraja Mandiraja Kulon Purwonegoro Purwonegoro Bawang Manktrianom Banjarnegara Kutabanjarnegara Pagedongan Pagedongan Sigaluh Gembongan Madukara Kutayasa Banjarmangu Banjarmangu Wanadadi Wanadadi Rakit Rakit Punggelan Punggelan II - 13

14 No. Kecamatan Ibukota Banyaknya Kecamatan Desa Kelurahan Total Dusun 14. Karangkobar Leksana Pagentan Pagentan Pejawaran Panusupan Batur Batur Wanayasa Wanayasa Kalibening Kalibening Pandanarum Beji Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Sedangkan luas wilayah Kabupaten Banjarnegara menurut kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.2 berikut: Tabel 2.2 Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Jumlah Desa/ Kelurahan Luas (Ha) Prosentase Terhadap Luas Kabupaten 1. Susukan ,67 4,92 % 2. Purworejo Klampok ,67 2,04 % 3. Mandiraja ,58 4,92 % 4. Purwonegoro ,53 6,90 % 5. Bawang ,64 5,16 % 6. Banjarnegara ,20 2,45 % 7. Pagedongan ,24 7,53 % 8. Sigaluh ,95 3,70 % 9. Madukara ,15 4,51 % 10. Banjarmangu ,61 4,33 % 11. Wanadadi ,41 2,64 % 12. Rakit ,62 3,03 % 13. Punggelan ,01 9,61 % 14. Karangkobar ,94 3,65 % 15. Pagentan ,98 4,32 % 16. Pejawaran ,97 4,88 % 17. Batur ,10 4,41 % 18. Wanayasa ,13 7,67 % 19. Kalibening ,56 7,83 % 20. Pandanarum ,05 5,47 % Jumlah ,00 % Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 14

15 PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA 1 II-3 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA PETA ORIENTASI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA DALAM PROVINSI JAWA TENGAH SUMBER : RTRW KAB. BANJARNEGARA, 2010

16 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 2 II-4 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

17 2.2 KONDISI FISIK WILAYAH Kondisi fisik wilayah Kabupaten Banjarnegara dapt diliat dari aspek bentukan alam dan topografi, kondisi geologi, kondisi hidrologi atau kondisi air tanah dan air permukaan serta kondisi klimatologi Bentukan Alam dan Topografi Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografis, maka Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu: a. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan Punggelan; b. Bagian tengah, terdiri wilayah dengan relief yang datar merupakan lembah sungai Serayu yang subur mencakup sebagian wilayah Kecamatan Banjarnegara, Madukara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja, Purworejo Klampok, Susukan, Rakit, Wanadadi dan Banjarmangu; c. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan. Kabupaten Banjarnegara mempunyai ketinggian yang bervariasi, meskipun kebanyakan berada pada ketinggian 100 m dpl karena letaknya yang berada pada jalur pegunungan; yang sebagian besar berada pada ketinggian mdpl (37,04%); mdpl (28,74%); dan >1.000 mdpl (24,4%); sedangkan wilayah dengan ketinggian kurang dari 100 mdpl hanya seluas 9,82% saja. Adapun ketinggian topografi setiap daerah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut : 1. Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro dan Bawang. 2. Antara mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan Madukara. 3. Antara mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian Banjarnegara. 4. Lebih dari mdpl, meliputi luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Karangkobar, Wanayasa, Kalibening, Pagentan, Pejawaran dan Batur. II - 17

18 Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kemiringan, yaitu: a. Antara 0 15 % meliputi luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan, Bawang dan Rakit. b. Diatas %, meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa dan Kalibening. c. Lebih dari 40 % meliputi luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur. Berikut merupakan tabel ketinggian wilayah Kabupaten Banjarnegara. Tabel 2.3 Ketinggian Wilayah Kabupaten Banjarnegara No. Ketinggian Kecamatan Keterangan 1. < 100 mdpl Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Susukan Mandiraja Purwonegoro Bawang mdpl Banjarmangu Banjarnegara Wanadadi Rakit Punggelan Madukara Banjarmangu mdpl Sigaluh Banjarnegara Pagedongan Karangkobar Wanayasa Wanayasa 4. > mdpl Kalibening Pagentan Pandanarum Pejawaran Batur Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara luas 37,04 % luas Banjarnegara wilayah Kabupaten luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara luas 24,4 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara Apabila ditinjau dari kemiringan lahan, wilayah Kabupaten Banjarnegara memiliki tiga jenis tingkat kemiringan. Berikut merupakan tingkat kemiringan di Banjarnegara. II - 18

19 Tabel 2.4 Kelerengan Wilayah Kabupaten Banjarnegara No. Kelerengan Kecamatan Keterangan 1. Antara 0 15 % Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwanegara Pagedongan Bawang Rakit Madukara Banjarmangu Wanadadi 2. Diatas % Punggelan Karangkobar Pagentan Wanayasa Kalibening Susukan Banjarnegara 3. Lebih dari 40 % Sigaluh Banjarmangu Pejawaran Batur Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara II - 19

20 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 3 II-8 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

21 2.2.2 Kondisi Geologi Kabupaten Banjarnegara memiliki kondisi geologi meliputi: jenis tanah, struktur geologi dan gerakan tanah yang sangat berpengaruh dalam kondisi lingkungan fisik di Kabupaten Banjarnegara Jenis Tanah Jenis tanah yang cenderung berbeda pada sebagian besar wilayah di Kabupaten Banjarnegara memerlukan penanganan yang berbeda. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banjarnegara adalah: a. Tanah aluvial : dengan asosiasinya, berwarna kelabu coklat dan hitam, sifatnya bera neka ragam. Produktivitas tanah rendah hingga tinggi sesuai untuk pertanian. terdapat pada Kecamatan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo Klampok, dan Wanadadi. b. Tanah latosol : berarsosiasi dengan andosol, sifatnya agak asam hingga netral, warnanya beraneka ragam yaitu kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan. Tingkat kesuburan tanah sedang sampai tinggi. Sesuai untuk usaha pertanian, kebun campuran, pertanian sayur-sayuran dan hutan. Terdapat pada Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum,dan Pegentan c. Tanah andosol : dengan asosiasi berwarna coklat, coklat kekuning-kuningan, bersifat netral sampai asam. Produktivitas tanah sedang hingga tinggi, cocok untuk tegalan, kebun campuran dan hutan. Terdapat di Kecamatan Wanayasa, Pejawaran, Pegentan, dan Batur. d. Tanah grumosol : asosiasinya dengan tanah mediteran, sifatnya agak netral, warna kelabu hingga hitam, merah kekuning-kuningan, merah hingga coklat. Produktivitasnya rendah sampai sedang, cocok dipergunakan untuk usaha-usaha persawahan dan tegalan. terdapat di Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu e. Tanah podsolik merah kuning : tanah bertekstur liat, struktur blok di lapisan bawah, konsistensi teguh, bersifat asam dengan ph kurang dari 5,5. Terbentuk pada daerah dengan curah hujan antara 2500 sampai 3000 mm tiap tahun serta biasanya berada pada ketinggian di atas 25 meter di atas permukaan laut. Terdapat di sekitar tegalan pada Kecamatan Pandarum, Kalibening, dan Punggelan. f. Tanah litosol : tanah yang beraneka sifat dan warnanya. Jenis tanah ini kurang baik untuk pertanian, terdapat di Kecamatan Banjarmangu. Berikut merupakan tabel jenis tanah dan pesebarannya di Kabupaten Banjarnegara II - 21

22 Tabel 2.5 Jenis Tanah Di Kabupaten Banjarnegara No. Jenis Tanah Persebaran Aluvial kelabu coklat dan Batur, Kalibening, Rakit, Punggelan, Susukan, Purworejo 1. hitam Klampok, dan Wanadadi 2. Latosol kelabu, coklat, hitam coklat kemerah-merahan Susukan, Purworejo Klampok, Purwonegoro, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran, Kalibening, Karangkobar, Banjarmangu, Pagedongan, Mandiraja, Punggelan, Pandanarum,dan Pegentan 3. Andosol coklat, coklat Wanayasa, Pejawaran, Pagentan, dan Batur. kekuning-kuningan 4. Grumosol kelabu hingga hitam, merah kekuningkuningan, Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Wanadadi, Wanayasa, Madukara, dan Banjarmangu merah hingga coklat 5. Podsolik Merah Kuning Pandanarum, Kalibening, dan Punggelan 6. litosol Banjarmangu Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Struktur Patahan Berdasarkan peta geologi Kabupaten Banjarnegara dapat dijelaskan mengenai kondisi geologi sebagai berikut : 1. Pembagian Formasi Endapan Berdasarkan hasil survey nasional tentang geologi regional, Kabupaten Banjarnegara termasuk wilayah jalur fisiografi pegunungan Serayu Selatan. Adapun Stratigrafi Daerah terdiri dari batuan yang tertua yaitu batuan molion (metamorf) yang terdiri dari : Sekis Kristalin, Sabak, Serpil Hitam, Filit, Kwarsit dan batuan batu Gamping. 2. Formasi Batuan Formasi batuan di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut: Batuan Grewake dan Lempung Hitam tersingkap di daerah Kalitengah sampai Merden Batuan Metasedimen tersingkap di daerah Kalitengah hingga daerah Kebutuhan Duwur Batuan Filit dan Sekis singkapannya banyak ditemukan di lereng selatan pegunungan Serayu Selatan Gerakan Tanah Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu wilayah di Provinsi Jawa Tengah yang rawan terhadap terjadinya gerakan tanah. Tingkat kerawanan tinggi gerakan tanah terjadi pada wilayah dengan kondisi topografi perbukitan dan pegunungan baik di wilayah bagian utara maupun wilayah bagian selatan Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan wilayah bagian tengah Kabupaten Banjarnegara yang relatif lebih datar memiliki tingkat kerawanan rendah sampai sedang. II - 22

23 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 4 II-11 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

24 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 5 II-12 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

25 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 6 II-13 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

26 2.2.3 Kondisi Hidrogeologi Sumberdaya air memiliki komponen berupa air tanah dan air permukaan. Sungai yang menjadi sumber air permukaan utama adalah Sungai Serayu, Pekacangan, Gintung, Merawu dan Sungai Tulis dengan anak-anak sungainya. Sifat sungai tersebut umumnya adalah prenial (mengalir sepanjang tahun) dan merupakan bagian DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu. Berikut jumlah mata air dan sungai di daerah resapan Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2.6 Jumlah Mata Air dan Sungai di Daerah Resapan Kabupaten Banjarnegara No. Kecamatan Mata Air Nama Sungai 1. Rakit 42 Serayu, Pekacangan 2. Punggelan. 6 Pekacangan Kedawun, Pandanaran, Wujil, Cacaban, Gintung 3. Wanadadi 4 Serayu, Pekacangan 4. Banjarmangu 9 Serayu, Merawu, Kandangwangi, Lumajang, Pekacangan 5. Madukara 20 Serayu, Merawu, Langkrang, Bangbang 6. Pagentan 9 Merawu, Bojong, Jawar 7. Pejawaran 13 Bojong, Penaraban, Putih, Dalak 8. Batur - Anget, Panaraban, Putih, Dalak 9. Wanayasa - Panaraban, Gondang, Sibebek, Merawu, Sigembol 10. Karangkobar - Urang, Pandanarum, Jrampang, Ragajaya 11. Kalibening - Gintung, tarsana, Bangbang Duwur, Brukah Sumber : Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2007 Mata air di Kabupaten Banjarnegara umumnya terdapat di daerah bawah (selatan), mata air terbanyak di Kecamatan Rakit (42 mata air), sedangkan daerah perbukitan terdapat di Kecamatan Pejawaran, Pagentan dan sebagian Banjarmangu. Air tanah merupakan potensi yag sangat penting selain air permukaan. Air tanah merupakan air yang menempati rongga-rongga dalam antar butir dalam batuan. Air tanah sangat terkait dengan lingkungan geologis suatu wilayah, sehingga dikenal dengan kondisi hidrogeologi. Tabel 2.7 Karakteristik hidrogeologi Kabupaten Banjarnegara Litologi Utama Satuan Hidrogeologi Karakteristik Hidrogeologi ENDAPAN ALLUVIAL Endapan Aluvial Holosen (Lempung, debu, kerakal dan pasir. Tersusun oleh endapan Sungai Serayu, endapan aluvial tengah bagian utara basin Serayu. Cakupan wilayah : Pungelan dan Wanadadi Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang hingga agak tinggi, maka featik dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas akuifer mencapai 150 meter, konduktivitas hidroulik mencapai 8 18 m/hari, debit sumur rerata lt/detik, dan specific yield 3-28% II - 26

27 Litologi Utama Satuan Hidrogeologi Karakteristik Hidrogeologi KOMPLEKS VULKANIK KUARTER BATUAN DASAR PREKUARTER Endapan Teras Pleistosen (Batu pasir tufaan, tuff, konglomerat dan breksi tuffan, endapan akibat pelapukan cukup dalam). Cakupan Wilayah : Rakit, Wanadadi, Banjarmangu dan Madukara Lereng Bawah Vulkan Kuarter (Breksi vulkan kasar tak termampatkan, lahar dingin dan aliran debris, tuff pasiran dan aliran lava). Cakupan wilayah: Kalibening, Madukara, Pejawaran Lereng Tengah Vulkan Kuarter (lahar aglomemerat dominan, Breksi vluvio vulkan dan tuff kasar, pada zona rendah ( m), aliran lava dan piroklastik dominan pada zona tinggi ( m). Cakupan wilayah: Batur, Wanayasa dan Karangkobar. Lereng Atas Vulkan Kuarter (Aliran lava andesit porus, aliran breksi dan breksi piroklastik). Cakupan wilayah: Batur dan Pejawaran Batuan Vulkanik Prekuarter (Andesit Aglomerat, endapan lahar dan aliran lava (ava bantal), batu pasir tuffan halus, batunapal dan marl) Cakupan Wilayah: Kalibening Batuan Marine Pre-Kuarter (batupasir halus kasar, batusabak, batu lempung dan marl, konglomerat dan breksi andesit). Cakupan wilayah : Pagentan, Wanayasa, Karangkobar dan Punggelan Akuifer luas dengan trasmisibilitas sedang, distribusi pelapisan air tidak teratur, muka featik dan peizometrik dekat permukaan, ketebalan akuifer mencapai 80 m, konduktivitas hidroulik mencapai 5-15m/hr, debit sumur rerata 10-20lt/detik, dan specific yield 21% Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi, muka freatik dan piezometrik dekat permukaan atau di atas permukaan (air tanah artetis), ketebalan akuifer mencapai 200 m, konduktivitas hidroulik mencapai m/hari, debit sumur arttis (rerata) dan specific yield 23-28%. Akuifer luas dan produktif dengan transmisibilitas tinggi pada beberapa satuan yang lebih rendah, muka freatik permukaan, sebagian sebagai daerah tangkapan, ketebalan bantuan bantuan permeabel paling sedikit 300 m, permeabilitas 20-50lt/detik, dan specific yield 23-28%. Akifer melayang secara lokal dengan kedalaman dangkal, muka air tanah umumnya sangat dalam dan tidak teratur, daerah tangkapan dan transmisibilitas sangat tinggi, debit sumur < 10lt/detik, serta dan specific yield sangat kecil Akuifer lokal dan kecil dengan trasmisibilitas rendah pada,kedalaman dangkal di dalam batuan hasil rombakan dan termampatkan, permeabilitas < 5m/hari, pada beberapa tempat terdapat akuifer dangkal setempat dalam endapan abu kuarter, Debit sumur <5 lt/detik dan specific yield berkisar % Akuifer bersifat lokal dan dangkal, transmisibilitas sangat rendah (hanya pada zona pelapukan intensif dan pada batuan berpasir dengan retakan-retakan) Batuan Marine Eosien dan Miosen (Batuanlempung marl dan marl dengan dasar tuff halus sedang dan lapisan tipis batulumpur serta konglomerat) Cakupan wilayah: Kalibening Akuifer tidak produktif (dangkal maupun kedalaman yang lebih luas). specific yield dan debit sumur sangat kecil Sumber : Hydrogeological Map of the Serayu River Basin, 1987 dalam Laporan Rencana Identifikasi Lokasi DPP-KTP2D Kab. Banjarnegara, 2008 II - 27

28 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 7 II-16 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

29 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 8 II-17 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

30 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 9 II-18 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

31 No 33 Berdasarkan kondisi hidrogeologi tersebut, wilayah pada bagian Selatan yaitu Wanadadi, Punggelan, Rakit, Banjarmangu dan Madukara memiliki potensi air tanah dan akuifer potensial. Dengan karakteristik air tanah akuifer luas dengan transmisibilitas sedang hingga tinggi. Cekungan Air Tanah Nama Purwokerto - Purbalingga Tabel 2.8 Potensi Air Tanah Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Luas (Km²) Wilayah Administrasi (Kabupaten) Banyumas Purbalingga Banjarnegara 40 Karangkobar 316 Banjarnegara 42 Wonosobo 666 Wonosobo Banjarnegara Litologi Akuifer Utama Endapan sungai: pasir dan kerakal: Batuan gunung api G. Slamet tak teruraikan: Breksi gunung api, lava, lapilli dan tuf; Lava G. Slamet: lava andesit berongga: Endapan lahar G. Slamet: lahar mengandung bongkah batuan beku. Bartuan gunung api Jembangan: lava, breksi dan lahar. Batuan gunung api G.Sindoro-G.Sumbing: lava, breksi piroklastik dan lahar; Batuan gunung api Jembangan: rombakan gunung api, lava, breksi piroklastik dan lahar. Peringkat Penyelidikan Jumlah Air Tanah (juta m³/tahun) Bebas (Q1) Ter-tekan (Q2) Diketahui Diketahui Diketahui Sumber : Kepmen ESDM No.716 K/40/MEM/2003 tentang Batas Horizontal Cekungan Air Tanah Di Pulau Jawa dan Pulau Madura, 2003 Mata air Kabupaten Banjarnegara dari segi hidrologi memiliki potensi cukup besar untuk dimanfaatkan sebagai kebutuhan rumah tangga, irigasi, industri dan lainnya yang bersumber dari Sungai Serayu, Pekacangan, Tulis, Merawu, Sapi dan sungai kecil lainnya. Banjarnegara memiliki beberapa telaga seperti Telaga Balaikambang, Telaga Sewiwi, dan Telaga Merdada. Waduk buatan yang dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan dan objek wisata yaitu PLTA Panglima Besar Sudirman dan PLTA Tulis Kondisi Klimatologi Kondisi klimatologi Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak daripada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20 26ºC, temperatur terdingin yaitu 3 18ºC dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng. Kelembaban udara berkisar antara 80% 85 % dengan curah hujan tertinggi rata-rata mm/tahun. II - 31

32 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 10 II-20 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

33 Jan. Feb. Mrt. Apr. Mei Jun. Jul. Agt. Sep. Okt. Nov. Des. Semakin tinggi tempat itu dari permukaan air laut, maka curah hujan dan frekuwensi hujannya semakin tinggi. Pada umumnya bulan basah terjadi antara bulan September Maret, sedangkan bulan kering berkisar antara April Agustus. Puncak musim hujan berada pada bulan Desember Januari. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah tengah maupun selatan. Tabel 2.9 Banyaknya Hari Hujan Dan Curah Hujan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 (mm hari) No Stasiun Lokasi Stasiun Pengamat 1 51B Susukan 2 36B Purworejo Klampok hari mm hari mm Purworejo hari Klampok mm Mandiraja hari mm B Purwonegoro hari mm D Bawang hari mm Banjarnegara hari mm C Sigaluh hari mm D Madukara hari mm C Banjarmangu hari mm Wanadadi hari mm A Rakit hari mm C Punggelan hari mm Karangkobar hari mm Pagentan hari mm Pejawaran hari mm Batur hari mm Wanayasa hari mm Kalibening hari mm Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 33

34 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 11 II-22 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

35 2.3 KEPENDUDUKAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam merencanakan suatu daerah tidak dapat terlepas dari masalah kependudukan yang ada di suatu wilayah. Kondisi kependudukan suatu wilayah yang perlu diperhatikan meliputi jumlah dan perkembangan penduduk; kepadatan penduduk; struktur perkembangan penduduk, serta mata pencaharian pendduduk. Adapun karakteristik kependudukan yang ada di Kabupaten Banjarnegara lebih lanjut akan dibahas berikut ini Jumlah dan Perkembangan Penduduk Jumlah Penduduk Kabupaten Banjarnegara dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk sebesar jiwa pada tahun 2006 menjadi sebesar jiwa pada tahun Secara umum pertambahan penduduk di Kabupaten Banjarnegara tidak mengalami peningkatan yang pesat. Dalam 5 tahun terakhir rata-rata tingkat pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara adalah sebesar 0,78%. Peningkatan jumlah penduduk juga terjadi pada tiap-tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Diperinci tiap kecamatan, jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Punggelan yaitu sebesar jiwa pada tahun 2006 dan jiwa pada tahun Sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar jiwa pada tahun 2006 dan jiwa pada tahun Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun di Kabupaten Banjarnegara dapat diketahui bahwa pertumbuhan penduduk terbesar adalah pada tahun 2008/2009 yaitu sebesar 0,88% dan pertumbuhan terkecil adalah pada tahun 2005/2006 yaitu 0,67%. Jika dirinci tiap kecamatan dalam 5 tahun terakhir, maka dapat diketahui bahwa rata-rata angka pertumbuhan penduduk tertinggi adalah berada di Kecamatan Sigaluh yaitu sebesar 1,63% dan pertumbuhan penduduk terendah adalah berada di Kecamatan Pagentan sebesar 0,25%. Untuk lebih lengkapnya jumlah dan pertumbuhan penduduk Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel berikut. Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun No. Kecamatan Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan II - 35

36 No. Kecamatan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah , Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Tabel 2.11 Angka Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Banjarnegara Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2005/ /2010 (dalam persen) No. Kecamatan 2005/ / / / / 2010 Rata-rata Pertumbuhan 1, Susukan 0,75 1,35 0,82 0,69 1,06 0,98 2, Purworejo Klampok 0,85 0,81 0,93 0,99 0,79 0,88 3, Mandiraja 0,32 0,22 0,15 0,39 0,32 0,27 4, Purwonegoro 0,61 1,05 0,72 1,14 0,65 0,89 5, Bawang 0,16 0,80 0,35 0,64 0,60 0,60 6, Banjarnegara 0,29 0,15 0,39 0,22 0,51 0,32 7, Pagedongan 0,19 0,90 1,28 1,61 1,42 1,30 8, Sigaluh 1,35 1,86 2,09 1,21 1,36 1,63 9, Madukara 0,98 0,55 1,04 0,89 0,62 0,77 10, Banjarmangu 0,63 0,98 0,54 1,02 0,61 0,79 11, Wanadadi 0,64 0,63 0,60 0,25 0,11 0,40 12, Rakit 0,38 0,97 1,15 1,09 1,22 1,11 13, Punggelan 0,60 0,85 0,89 0,73 0,61 0,77 14, Karangkobar 0,88 0,51 0,39 0,79 1,07 0,69 15, Pagentan 0,81 0,33 0,36 0,25 0,07 0,25 16, Pejawaran 0,88 1,12 0,81 1,12 1,03 1,02 17, Batur 0,92 0,70 0,97 0,97 0,60 0,81 18, Wanayasa 0,97 1,29 1,03 2,42 1,58 1,58 19, Kalibening 1,32 1,17 1,29 1,04 0,50 1,00 20, Pandanarum 0,68 0,32 0,39 0,11 0,92 0,43 Jumlah 0,67 0,83 0,78 0,88 0,76 0,78 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 36

37 Pertumbuhan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dipengaruhi oleh kondisi tingkat kelahiran, kematian dan migrasi dari penduduknya. Pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan kematian saja disebut pertumbuhan alami dan pertumbuhan penduduk yang dipengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian dan migrasi disebut pertumbuhan non alami. Secara umum jumlah kelahiran dan kematian di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 yaitu jumlah kelahiran sebesar jiwa dan jumlah kematian sebesar jiwa, sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah kelahiran di Kabupaten Banjarnegara jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kematian. Apabila diperinci tiap kecamatan, pada tahun tersebut 2010 jumlah kelahiran tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 533 jiwa sedangkan untuk jumlah kelahiran terendah terdapat di Kecamatan Pagentan sebesar 51 jiwa. Pada tahun yang sama, jumlah kematian tertinggi di Kecamatan Madukara sebesar 380 jiwa, sedangkan jumlah kematian terendah di Kecamatan Pagentan sebesar 18 jiwa. Migrasi di Kabupaten Banjarnegara pada Tahun 2010, penduduk yang datang berjumlah jiwa dan penduduk yang pindah berjumlah jiwa. Diperinci tiap kecamatan, migrasi datang tertinggi terdapat di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 408 jiwa dan terkecil di Kecamatan Pagentan yaitu sebesar 4 jiwa, sedangkan migrasi pindah yang terbesar di Kecamatan Madukara yaitu sebesar 404 jiwa dan terkecil di Kecamatan Wanayasa yaitu sebesar 5 jiwa, Untuk melihat kondisi kematian, kelahiran, migrasi datang, dan migrasi pergi secara lengkap dapat dilihat pada Tabel dibawah ini: Tabel 2.12 Banyaknya Kelahiran dan Kematian Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Penduduk Jumlah Jumlah Tengah Tahun Kelahiran Kematian Datang Pergi 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan II - 37

38 No, Kecamatan Penduduk Tengah Tahun Jumlah Kelahiran Jumlah Kematian Datang Pergi 14 Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Kepadatan Penduduk Jumlah rumah tangga tahun 2010 di Kabupaten Banjarnegara adalah KK dengan rata-rata per KK adalah 4 jiwa, sedangka angka kepadatan penduduk sebesar 872 jiwa/km 2. jumlah rumah tangga terbesar adalah di Kecamatan Purwonegoro yaitu keluarga, jumlah rumah tangga terkecil adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar keluarga. Kemudian jika dilihat berdasarkan jumlah kepadatan penduduknya maka, angka kepadatan penduduk tertinggi adalah di Kecamatan Banjarnegara yaitu sebesar jiwa/km 2, dan angka kepadatan penduduk terendah adalah di Kecamatan Pandanarum yaitu sebesar 378 jiwa/km 2. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah rumah tangga dan angka kepadatan penduduk di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No Tabel 2.13 Banyaknya Desa/Kelurahan, Luas, Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Kecamatan Jmlh Desa/ Kelurahan Luas (Km 2 ) Jmlh Penduduk (Jiwa) Jmlh Rmh Tangga (KK) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Rata-rata (Jiwa/KK) 1 Susukan 15 52, Purworejo Klampok 8 21, Mandiraja 16 52, Purwonegoro 13 73,86, Bawang 18 55, Banjarnegara 13 26, Pagedongan 9 80, Sigaluh 15 39, Madukara 20 48, , Banjarmangu 17 46, Wanadadi 11 28, Rakit 11 32, Punggelan , II - 38

39 No Kecamatan Jmlh Desa/ Kelurahan Luas (Km 2 ) Jmlh Penduduk (Jiwa) Jmlh Rmh Tangga (KK) Kepadatan (Jiwa/Km 2 ) Rata-rata (Jiwa/KK) 14 Karangkobar 13 39, Pagentan 16 46, Pejawaran 17 52, Batur 8 47, Wanayasa 17 82, Kalibening 16 83, Pandanarum 8 58, Jumlah , Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 39

40 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BANJARNEGARA 12 II-28 SUMBER : RTRW Kabupaten Banjarnegara Tahun

41 2.3.3 Struktur Penduduk Struktur penduduk di Kabupaten Banjarnegara ditinjau menurut umur, mata pencaharian dan tingkat pendidikan penduduk Struktur Penduduk Menurut Umur Struktur penduduk menurut umur dan jenis kelamin pada Kabupaten Banjarnegara dapat menggambarkan usia produktif, usia anak-anak dan usia tidak produktif. Usia anakanak meliputi usia di bawah 15 tahun sedangkan usia produktif antara 15 sampai dengan 59 tahun, sedangkan usia tidak produktif pada usia di atas 60 tahun, Dilihat dari kondisi tersebut maka Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 memiliki struktur umur dominan pada usia produktif, disusul usia sekolah dan usia belum dan tidak produktif. Kondisi penduduk menurut struktur umur ini dapat dilihat pada Tabel dibawah ini : Tabel 2.14 Penduduk Menurut Kelompok umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kelompok Umur Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Tabel 2.15 Penduduk Menurut Kelompok Usia Dewasa/Anak-anak dan Jenis Kelamin Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Dewasa Anak-anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro II - 41

42 No, Kecamatan Dewasa Anak-anak Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan Jumlah 5 Bawang Banjarnegara Pagedongan Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Struktur Penduduk Menurut Mata Pencaharian Struktur penduduk menurut mata pencaharian dapat menggambarkan kondisi perekonomian penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Jenis mata pencaharian penduduk yang Utama Kabupaten Banjarnegara mempunyai banyak ragamnya, dari pertanian, industri, perdagangan, angkutan dan komunikasi, keuangan dan jasa-jasa. Dari jumlah penduduk yang ada di Kabupaten Banjarnegara, yaitu sebanyak 1,073,187, jiwa, sesuai data banyaknya penduduk berumur 10 tahun keatas menurut lapangan usaha tahun 2008 yang memiliki mata pencaharian hanya sebanyak 422,317 jiwa, Mata pencaharian utama sebagian besar penduduk di Kabupaten Banjarnegara adalah di sektor pertanian, yaitu sebanyak 206,032 jiwa, sedangkan paling rendah adalah di sektor Listrik, Gas dan Air Minum, yaitu sebanyak 116 jiwa. Untuk jelasnya mengenai jumlah penduduk menurut mata pencaharian dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2.16 Penduduk Usia 10 tahun Keatas yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Lapangan Usaha Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 1. Pertanian 129,889 76, , Pertambangan dan Penggalian 3, , Industri 12,581 26,797 39, Listrik, Gas dan Air Minum Bangunan 28,829-28,829 II - 42

43 No, Lapangan Usaha Utama Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah 6. Perdagangan 31,879 38,571 70, Angkutan 12, , Bank Lemb, Keuangan Lainnya 2,852 1,487 4, Jasa-jasa 34,993 21,534 56,527 Jumlah 256, , ,317 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Jumlah penduduk berdasarkan jenjang pendidikan yang ditamatkan, khususnya mereka yang telah berumur 6 tahun ke atas, sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD), Tingkat partisipasi kasar SD sebesar 103,95% sedangkan tingkat partisipasi murni SD adalah 98,05%, Angka partisipasi kasar Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 95,81%, sedangkan angka partisipasi murni sebesar 88,29%, Pada angka partisipasi Kasar SMA di Kabupaten Banjarnegara sebesar 51,06% dan angka partisipasi murni sebesar 45,91%. Tabel 2.17 Angka Partisipasi Kasar Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Angka Partisipasi Kasar (%) SD SMP SMA 1 Susukan 102,90 82,33-2 Purworejo Klampok 176,87 153,68 234,71 3 Mandiraja 96,29 92,79 3,71 4 Purwonegoro 97,07 73,93 20,18 5 Bawang 93,30 97,48 144,03 6 Banjarnegara 94,90 153,43 373,08 7 Pagedongan 90,16 65,40 7,88 8 Sigaluh 103,17 72,68 64,27 9 Madukara 112,93 148,81 5,27 10 Banjarmangu 187,44 83,58 13,38 11 Wanadadi 89,04 144,44 64,97 12 Rakit 98,91 98,92 8,43 13 Punggelan 99,89 82,30 26,48 14 Karangkobar 104,62 119,23 71,67 15 Pagentan 91,18 80,53 5,10 16 Pejawaran 104,48 84,00 3,34 17 Batur 113,35 70,59 13,66 18 Wanayasa 99,77 82,95 11,40 19 Kalibening 114,73 81,58 32,05 20 Pandanarum 71,82 80,29 7,12 Jumlah 103,95 95,81 51,06 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 43

44 Tabel 2.18 Angka Partisipasi Murni Dirinci Menurut Kecamatan dan Tingkat Sekolah di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, Kecamatan Angka Partisipasi Murni (%) SD SLTP SLTA 1. Susukan 99,02 79,74-2. Purworejo Klampok 169,11 146,28 220,59 3. Mandiraja 91,86 86,92 1,84 4. Purwonegoro 94,14 70,38 16,85 5. Bawang 87,74 93,26 137,93 6. Banjarnegara 91,80 144,59 361,55 7. Pagedongan 81,98 53,57 7,03 8. Sigaluh 98,30 65,24 56,87 9. Madukara 105,42 136,54 3, Banjarmangu 175,13 74,31 5, Wanadadi 85,25 136,70 59, Rakit 89,74 91,44 4, Punggelan 93,37 75,06 21, Karangkobar 96,76 108,26 59, Pagentan 84,47 63,63 2, Pejawaran 97,20 70,34 1, Batur 105,01 61,90 9, Wanayasa 93,88 73,03 6, Kalibening 107,42 73,69 17, Pandanarum 69,01 72,57 4,44 Jumlah 98,05 88,29 45,91 Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah Kepala Keluarga (KK) dengan jumlah jiwa atau 28,78% dari jumlah penduduk sebesar jiwa. No. Tabel 2.19 Jumlah Kepala keluarga (KK) dan Jiwa Miskin Kabupaten Banjarnegara Tahun Kecamatan KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang II - 44

45 No. Kecamatan KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa 6 Banjarnegara Sigaluh Madukara Banjarmangu Wanadadi Rakit Punggelan Karang kobar Pagentan Pejawaran Batur Wanayasa Kalibening Pandanarum Pagedongan Jumlah Sumber : BPS Kab. Banjarnegara, PENDIDIKAN Fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara meliputi TK, SD, SMP, SMA dan politeknik, serta fasilitas pendidikan agama mulai dari Madrasah Diniyyah (MD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. Kondisi fasilitas pendidikan di Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut: a. Fasiilitas Pendidikan Umum Fasilitas pendidikan playgroup di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 sebanyak 352 unit, yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, Persebaran playgroup terbesar berada di Kecamatan Bawang sebanyak 28 unit, kemudian Kecamatan Banjarnegara 25 unit. Sedangkan fasilitas playgroup paling sedikit di kecamatan Pandanarum sebanyak 7 unit. Fasilitas pendidikan Taman Kanak-kanak di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2010 adalah 278 unit dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Rakit (33 TK) dan jumlah terkecil di Kecamatan Pagentan yang hanya memiliki 4 Taman Kanakkanak. Fasilitas SD baik negeri maupun swasta berjumlah 654 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Susukan (50 unit) dan terkecil pada Kecamatan Pandanarum (20 SD). II - 45

46 Fasilitas SMP berjumlah 107 unit pada Tahun 2010, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara (9 unit) dan terkecil pada Kecamatan Sigaluh, Rakit dan Pandanarum (3 unit). Fasilitas SMA di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 13 unit pada Tahun 2010 yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara (3 unit), Kecamatan Purworejo Klampok (2 unit), Kecamatan Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Sigaluh, Wanadadi, Karangkobar, Batur dan Kalibening masing-masing 1 unit. Fasilitas SMK tersedia di Kabupaten Banjarnegara sebanyak 17 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 6 unit; Purworejo Klampok (3 unit); Kecamatan Bawang (2 unit); Kecamatan Sigaluh, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar dan Wanayasa masing-masing 1 unit, Politeknik Banjarnegara terdapat di Kecamatan Madukara. STIE Taman Siswa dan STIMIK Tunas Bangsa terdapat di Kecamatan Banjarnegara. Fasilitas pendidikan formal umum Kabupaten Banjarnegara pada Tabel di bawah: Tabel 2.20 Banyaknya Sarana Pendidikan Umum dirinci Menurut Kecamatan Di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No Kecamatan Playgroup TK SD SMP SMA SMK Polteknik/ STIE 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro B a w a n g Banjarnegara Pagedongan S i g a l u h Madukara Banjarmangu Wanadadi R a k i t Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran B a t u r Wanayasa Kalibening Pandanarum J u m l a h Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 46

47 b. Fasilitas Pendidikan Agama Fasilitas MI pada tahun 2010 baik negeri maupun swasta berjumlah 198, yang tersebar di semua kecamatan di Kabupaten Banjarnegara dengan persebaran terbesar di Kecamatan Punggelan sebanyak 26 unit, sedangkan pesebaran terkecil berada di Kecamatan Pagentan dan Pandanarum dengan 3 unit. Fasilitas MTs baik negeri maupun swasta berjumlah 37 unit, dengan penyebaran terbesar pada Kecamatan Banjarnegara dan Rakit (masing-masing 4 unit). Fasilitas Madrasah Aliyah baik swasta maupun negeri di Kabupaten Banjarnegara adalah 14 unit yang terdapat di Kecamatan Banjarnegara, Kecamatan Pagedongan dan Bawang (2 unit); Kecamatan Purworejo Klampok, Sigaluh, Madukara, Wanadadi, Rakit, Karangkobar, Wanayasa dan Kalibening (masing-masing 1 unit), Selain ke-empat kelompok fasilitas pendidikan keagamaan yang ada di Kabupaten Banjarnegara juga terdapat fasilitas pendidikan informal berupa pondok pesantren yang tercatat pada tahun 2010 adalah 129 Ponpes. Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas pendidikan pada Kabupaten Banjarnegara seperti pada Tabel di bawah ini. Tabel 2.21 Banyaknya Sarana Pendidikan Formal Agama dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Fas Pend, Informal MI MTs MA Pesantren No Kecamatan Fas Pend. Formal Agama 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro B a w a n g Banjarnegara Pagedongan S i g a l u h Madukara Banjarmangu Wanadadi R a k i t Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran B a t u r Wanayasa Kalibening Pandanarum J u m l a h Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 47

48 2.5 KESEHATAN Fasilitas kesehatan pada wilayah ini mencakup jumlah Rumah Sakit Umum (RSU), rumah sakit bersalin, rumah bersalin, puskesmas, puskesmas pembantu, praktek dokter, apotik dan toko obat, Kecamatan Banjarnegara merupakan kecamatan terlengkap dalam penyediaan fasuilitas ini, Keberadaan fasilitas kesehatan pada wilayah Kabupaten Banjarnegara dapat didiskripsikan sebagai berikut: Rumah sakit terdapat 4 unit, yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, dan Purworejo Klampok masing-masing 1 unit, Balai Pengobatan terdapat 33 unit yang tersebar di 13 Kecamatan, antara lain: Banjarnegara sebanyak 7 unit; Madukara 5 unit; Purwonegoro dan Purworejo Klampok masing-masing 4 unit; Bawang 3 unit; Sigaluh dan Wanadadi masingmasing 2 unit; serta Pagedongan, Banjarmangu, Rakit, Wanayasa, Kalibening dan Pandanarum (masing-masing 1 unit), Rumah sakit bersalin terdapat 1 buah, yaitu di Kecamatan Banjarnegara, Puskesmas tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, ratarata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum masing-masing hanya memiliki 1 puskesmas, Puskesmas Pembantu tersebar merata di setiap kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Kecamatan memiliki 4 Puskesmas Pembantu yaitu Kecamatan Mandiraja; Kecamatan Purwonegoro, Bawang, Sigaluh, Punggelan, Pejawaran dan Wanayasa (masing-masing 3 unit); sedangkan yang memiliki jumlah Puskesmas Pembantu terkecil yaitu di Kecamatan Purworejo Klampok, Banjarmangu, Rakit, Batur, Kalibening dan Pandanarum (masing-masing 1 unit), Puskesmas Keliling tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara, Rata-rata setiap Kecamatan memiliki 2 Puskesmas Keliling, kecuali Kecamatan Pagedongan, Karangkobar, Pejawaran, Kalibening dan Pandanarum (memiliki 1 unit Puskesmas Keliling), Toko Obat di Kabupaten Banjarnegara berjumlah 7 unit, yang tersebar di Kecamatan Banjarnegara (3 unit); Karangkobar (2 unit); dan Purworejo Klampok dan Wanadadi masing-masing 1 unit, Laboratorium hanya terdapat di Kecamatan Banjarnegara, sebanyak 1 unit, Apotik di Kabupaten Banjarnegara tidak terdapat di seluruh kecamatan, namun hanya terdapat di kecamatan tertentu, Jumlah apotek terbanyak terdapat di Kecamatan Banjarnegara sebanyak 11 unit. Untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran fasilitas kesehatan pada wilayah ini dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. II - 48

49 Tabel 2.22 Banyaknya Sarana Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No Kecamatan RS BP RSB Puskesmas Puskes Pmbntu Puskes Ling Tk, Obat Lab. Apotik 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro B a w a n g Banjarnegara Pagedongan S i g a l u h Madukara Banjarmangu Wanadadi R a k i t Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran B a t u r Wanayasa Kalibening Pandanarum J u m l a h Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, SOSIAL MASYARAKAT Fasilitas Peribadatan Fasilitas peribadatan yang tersedia di wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi masjid, mushola/ langgar, gereja, pura dan wihara, Fasilitas peribadatan berupa Masjid dan Mushola/ langgar tersebar merata di seluruh kecamatan se Banjarnegara, namun fasilitas peribadatan lain, hanya terdapat pada kecamatan tertentu, Masjid sebagai tempat ibadah kaum Muslim tersedia sebanyak unit. Penyebaran terbanyak terdapat pada Kecamatan Punggelan sebanyak 127 unit, disusul kemudian pada Kecamatan Wanayasa, Sementara jumlah terendah terdapat pada Kecamatan Batur yaitu sebanyak 35 unit. Fasilitas mushola/langgar yang mempunyai jangkauan pelayanan lebih kecil daripada masjid tersedia sebanyak unit. Penyebaran terbesar terdapat pada wilayah Kecamatan Rakit, yaitu sebanyak 372, Sementara jumlah terendah pada Kecamatan Pandanarum sebanyak 30 unit. II - 49

50 Fasilitas gereja sebagai tempat ibadah pemeluk Katholik tersedia sebanyak 8 unit yang tersebar di Kecamatan Purworejo Klampok, Purwonegoro, Banjarnegara (masingmasing 2 unit), Kecamatan Madukara dan Kecamatan Mandiraja sebanyak 1 unit. Fasilitas gereja Protestan sebagai tempat ibadah pemeluk Protestan tersedia sebanyak 18 unit yang tersebar di Kecamatan Purwonegoro sebanyak 7 unit, Banjarnegara sebanyak 5 unit, Purworejo Klampok sebanyak 3 unit, sedangkan Kecamatan Susukan, Mandiraja dan Madukara masing-masing sebanyak 1 unit. Vihara (tempat ibadah pemeluk Budha) terdapat 10 unit yang tersebar di Kecamatan Pagentan sebanyak 3 unit, Kecamatan Mandiraja dan Purwonegoro sebanyak 2 unit, Kecamatan Susukan, Banjarnegara dan Madukara sebanyak 1 unit. Selengkapnya mengenai keberadaan fasilitas peribadatan pada Kabupaten Banjarnegara seperti pada Tabel berikut. Tabel 2.23 Banyaknya Sarana Tempat Ibadah Dirinci Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Langgar/ Gereja Gereja Vihara/ No Kecamatan Masjid Mushola Khatolik Protestan Pura 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro B a w a n g Banjarnegara Pagedongan S i g a l u h Madukara Banjarmangu Wanadadi R a k i t Punggelan Karangkobar Pagentan Pejawaran B a t u r Wanayasa Kalibening Pandanarum J u m l a h Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 50

51 2.6.2 Fasilitas Pelayanan Umum Fasilitas pelayanan umum yaitu pelayanan perkantoran dari pemerintah pemerintah yang mendukung pada kegiatan pelayanan umum yang meliputi pelayanan pemerintahan dan pelayanan kewarganegaraan yang meliputi hak dan kewajiban sebagai warga negara, Pelayanan umum dari perkantoran milik pemerintah meliputi keamanan, birokrasi, dan pelayanan umum lainnya, dengan bangunan gedung berupa 1 buah kantor Pemerintah Daerah Kabupaten, 20 kantor Kecamatan, dan 278 kantor Kepala Desa/Kelurahan, Perkantoran lainnya meliputi kantor-kantor Dinas dilingkungan Kabupaten Banjarnegara, kantor-kantor Dinas dan Departemen, Kantor Polisi dan Hankam, Fasilitas pelayanan umum ini telah tersebar sesuai dengan skala pelayanannya, untuk skala pelayanan kabupaten hampir semua fasilitas ada di Kecamatan Banjarnegara sebagai Ibukota Kabupaten, sedangkan untuk fasilitas pelayanan umum dengan skala kecamatan ada di Ibu Kota Kecamatan masing-masing Kebudayaan Masyarakat Dalam perang Diponegoro. R,Tumenggung Dipoyudo IV berjasa kepada pemerintah mataram, sehingga di usulkan oleh Sri Susuhunan Pakubuwono VII untuk di tetapkan menjadi bupati banjar berdasarkan Resolutie Governeor General Buitenzorg tanggal 22 agustus 1831 nomor I, untuk mengisi jabatan Bupati Banjar yang telah dihapus setatusnya yang berkedudukan di Banjarmangu dan dikenal dengan Banjarwatulembu dan usul tersebut disetujui. Persoalan meluapnya Sungai Serayu menjadi kendala yang menyulitkan komunikasi dengan Kasunanan Surakarta, Kesulitan ini menjadi sangat dirasakan menjadi beban bagi bupati ketika beliau harus menghadiri Pasewakan Agung pada saat-saat tertentu di Kasultanan Surakarta, Untuk mengatasi masalah ini diputuskan untuk memindahkan ibukota kabupaten ke selatan Sungai Serayu. Daerah Banjar (sekarang Kota Banjarnegara) menjadi pilihan untuk ditetapkan sebagai ibukota yang baru, Kondisi daerah yang baru ini merupakan persawahan yang luas dengan beberapa lereng yang curam, Di daerah persawahan (Banjar) inilah didirikan ibukota kabupaten (Negara) yang baru sehingga nama daerah ini menjadi Banjarnegara (Banjar : Sawah, Negara : Kota). 2.7 KONDISI PEREKONOMIAN Keuangan Daerah Kabupaten Banjarnegara merupakan daerah yang tumbuh relatif lebih lambat dibandingkan dengan kabupaten lain di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Walaupun demikian, perkembangan ekonomi Kabupaten Banjarnegara selama lima tahun terakhirmenunjukkan kinerja yang relatif baik dan stabil. Kemampuan daerah tercermin II - 51

52 dari indikator pertumbuhan pendapatan asli daerah yang kontinyu yaitu pendapatan pajak dan retribusi. Berikut adalah realisasi pendapatan daerah Kabupaten Banjarnegara Tahun No. Tabel 2.24 Realisasi Pendapatan Daerah Otonom Kabupaten Banjarnegara Menurut Jenis Penerimaan Tahun Anggaran 2010 Jenis Penerimaan Realisasi (Rp.) I. BAGIAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 1. Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah II. BAGIAN DANA PERIMBANGAN 1. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus III. LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 1. Pendapatan Hibah Dana bagi hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal dan Percepatan Pembangunan Daerah JUMLAH Sumber: DPPKAD Kab. Banjarnegara dalam Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 Jenis No. Penerimaa n 1 Pajak Daerah Tabel 2.25 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Sendiri Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran (dalam Juta Rp.) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 5.702, , , , , , , , ,19 2. Ret.Daerah , , , , , , , , ,95 3. Bag.laba 1.271, , , , , , , , ,72 BUMD 4. Lain , , , , , , , ,97 Pendapatan Jumlah , , , , , , , , ,83 Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, Perekonomian Daerah Kabupaten Banjarnegara sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah merupakan daerah dengan pola perekonomian agraris, dimana sebagian besar masyarakatnya bermata pencaharian pada sektor pertanian. Kondisi ini dapat dilihat dari tingginya kontribusi sektor pertanian terhadap Produk Domestik regional Bruto (PDRB) Kabupaten Banjarnegara. Gambaran PDRB Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun antara Tahun ditunjukkan dengan tabel-tabel di bawah ini: II - 52

53 Tabel 2.26 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN , , , , ,97 a. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,75 b. Tanaman Perkebunan , , , , ,26 c. Peternakan , , , , ,81 d. Kehutanan , , , , ,90 e. Perikanan , , , , ,24 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,09 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian , , , , ,09 3. INDUSTRI , , , , ,29 a. Industri Migas b. Industri Non Migas , , , , ,29 1. Mak. Min. & Tembakau , , , , ,10 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki , , , , ,19 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain , , , , ,86 4. Kertas & Brg Cetakan 1.301, , , , ,38 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 70,07 74,44 91,92 93,88 104,45 6. Semen & Brg lain Bkn logam , , , , ,88 7. Logam Dasar Besi & Baja 2.423, , , , ,41 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 1,25 1,44 1,77 1,84 2,02 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , , ,10 a. Listrik , , , , ,35 b. Air Bersih 3.875, , , , ,76 5. BANGUNAN , , , , ,39 6. PERDAGANGAN , , , , ,80 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,19 b. Hotel 2.773, , , , ,78 c. Restoran , , , , ,83 7. ANGKUTAN , , , , ,62 a. Pengangkutan , , , , ,25 1. Angkutan Jalan Raya , , , , ,17 2. Jasa Penunjang Angkutan 292,56 298,65 348,71 412,19 463,08 b. Komunikasi , , , , ,37 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,69 2. Jasa Telekomunikasi 2.023, , , , ,68 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA , , , , ,20 a. Bank , , , , ,70 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 9.916, , , , ,26 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,17 e. Jasa Perusahaan 6.347, , , , ,07 9. JASA-JASA , , , , ,26 a. Pemerintahan Umum , , , , ,73 b. Swasta , , , , ,53 1. Sosial Kemasyarakatan , , , , ,89 2. Hiburan dan Rekreasi 3.552, , , , ,30 3. Perorangan dan Rumah Tangga , , , , ,34 PDRB , , , , ,72 II - 53

54 LAPANGAN USAHA JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) Pendapatan Per Kapita (Rp) Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Tabel 2.27 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN , , , , ,72 f. Tanaman Bahan Makanan , , , , ,55 g. Tanaman Perkebunan , , , , ,83 h. Peternakan , , , , ,87 i. Kehutanan , , , , ,00 j. Perikanan , , , , ,19 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN , , , , ,96 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian , , , , ,96 3. INDUSTRI , , , , ,75 a. Industri Migas b. Industri Non Migas , , , , ,75 1. Mak. Min. & Tembakau , , , , ,88 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki , , , , ,02 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain , , , , ,94 4. Kertas & Brg Cetakan 819,17 860,06 894,77 913,42 921,69 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 45,99 47,37 48,80 49,23 49,67 6. Semen & Brg lain Bkn logam , , , , ,72 7. Logam Dasar Besi & Baja 1.020, , , , ,91 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 0,86 0,88 0,90 0,91 0,92 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH , , , , ,94 a. Listrik 8.632, , , , ,47 b. Air Bersih , , , ,47 5. BANGUNAN , , , , ,54 6. PERDAGANGAN , , , , ,84 a. Perdagangan Besar dan Eceran , , , , ,91 b. Hotel 1.219,31 970, , , ,72 c. Restoran , , , , ,62 7. ANGKUTAN , , , , ,23 a. Pengangkutan , , , , ,58 1. Angkutan Jalan Raya , , , , ,67 2. Jasa Penunjang Angkutan 149,91 147,17 165,26 187,87 201,91 b. Komunikasi , , , , ,65 1. Pos dan Telekomunikasi , , , , ,44 2. Jasa Telekomunikasi 1.545, , , , ,21 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA , , , , ,23 a. Bank , , , , ,98 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 5.830, , , , ,48 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan , , , , ,09 II - 54

55 LAPANGAN USAHA e. Jasa Perusahaan 3.601, , , , ,68 9. JASA-JASA , , , , ,91 a. Pemerintahan Umum , , , , ,93 b. Swasta , , , , ,98 1. Sosial Kemasyarakatan , , , , ,24 2. Hiburan dan Rekreasi 2.642, , , , ,13 3. Perorangan dan Rumah Tangga , , , , ,60 PDRB , , , , ,12 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) Pendapatan Per Kapita (Rp) Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Perkembangan perekonomian Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu lima tahun sampai dengan Tahun 2010 menunjukkan perbaikan dari waktuke waktu, dimana pertumbuhan selama kurun waktu tersebut secara umum masih berada pada sisi positif. Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara sebagai berikut: Tabel 2.28 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 12,80 17,25 14,60 8,60 8,00 k. Tanaman Bahan Makanan 12,98 17,75 15,07 8,43 7,68 l. Tanaman Perkebunan 6,13 7,56 10,40 12,43 7,20 m. Peternakan 16,40 21,81 17,90 9,94 8,31 n. Kehutanan 9,76 15,31 13,28 8,08 8,96 o. Perikanan 17,15 11,05 (2,18) 4,65 24,47 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 10,41 14,58 11,11 8,64 10,21 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 10,41 14,58 11,11 8,64 10,21 3. INDUSTRI 6,25 10,48 24,39 4,33 3,64 a. Industri Migas b. Industri Non Migas 6,25 10,48 24,39 4,33 3,64 1. Mak. Min. & Tembakau 9,88 8,29 22,39 4,65 3,49 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 2,76 10,29 19,68 2,27 10,14 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 4,07 9,68 25,94 3,74 3,02 4. Kertas & Brg Cetakan 4,88 8,17 25,94 3,35 1,98 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 2,88 6,23 23,48 2,14 11,25 6. Semen & Brg lain Bkn logam 4,07 12,53 25,94 4,32 3,54 7. Logam Dasar Besi & Baja 3,43 12,66 23,48 4,29 7,44 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 2,79 14,91 23,00 3,57 9,88 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 10,65 3,66 24,70 15,59 14,01 a. Listrik 6,23 5,93 23,47 14,31 16,80 b. Air Bersih 30,92 (4,79) 29,79 22,58 3,77 5. BANGUNAN 10,63 12,89 10,96 9,11 14,08 6. PERDAGANGAN 12,12 12,58 21,27 8,74 11,59 II - 55

56 LAPANGAN USAHA a. Perdagangan Besar dan Eceran 11,76 12,63 21,11 8,73 11,34 b. Hotel 23,38 3,02 (8,50) 30,36 13,33 c. Restoran 20,08 12,53 28,61 7,29 17,37 7. ANGKUTAN 9,10 10,95 13,09 11,87 19,43 a. Pengangkutan 9,09 10,88 13,30 11,93 20,46 1. Angkutan Jalan Raya 9,11 10,89 13,29 11,92 20,47 2. Jasa Penunjang Angkutan (1,05) 2,08 16,76 18,21 12,35 b. Komunikasi 9,14 11,49 11,49 11,37 11,49 1. Pos dan Telekomunikasi 9,70 11,26 9,36 11,35 11,49 2. Jasa Telekomunikasi 4,13 13,75 31,06 11,49 11,49 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 17,89 13,42 12,05 12,52 21,40 a. Bank 9,40 25,05 14,64 24,79 8,76 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 22,44 16,24 17,03 12,03 14,28 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 19,74 11,55 11,38 10,08 24,94 e. Jasa Perusahaan 6,07 3,06 8,08 11,15 14,55 9. JASA-JASA 13,19 6,93 21,87 12,29 18,49 a. Pemerintahan Umum 12,73 7,87 24,76 13,32 21,48 b. Swasta 15,04 3,18 9,91 7,46 3,68 1. Sosial Kemasyarakatan 15,92 (0,99) 12,85 10,04 3,17 2. Hiburan dan Rekreasi 6,46 (0,96) (22,53) 10,82 5,06 3. Perorangan dan Rumah Tangga 14,48 8,99 8,25 4,06 4,30 PDRB 11,76 13,20 17,43 9,00 11,25 Pendapatan Per Kapita (Rp) 10,97 12,42 16,44 8,07 10,41 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Tabel 2.29 Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Banjarnegara Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (persen) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 2,75 4,61 3,76 4,02 1,89 p. Tanaman Bahan Makanan 2, ,00 3,90 1,45 q. Tanaman Perkebunan 1,42 (2,34) 0,20 7,17 2,18 r. Peternakan 5,00 8,49 7,83 4,27 4,84 s. Kehutanan 7,51 7,16 6,68 4,57 1,73 t. Perikanan 5,23 6,67 (8,15) 1,33 12,94 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 6,64 4,91 5,28 4,64 4,27 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 6,64 4,91 5,28 4,64 4,27 3. INDUSTRI 2,61 4,39 3,74 2,11 1,51 a. Industri Migas b. Industri Non Migas 2,61 4,39 3,74 2,11 1,51 1. Mak. Min. & Tembakau 0,97 2,35 2,69 1,34 1,13 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki (1,21) 3,00 3,02 (1,90) 3,95 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 3,83 5,27 4,40 2,76 1,62 4. Kertas & Brg Cetakan 3,83 4,99 4,04 2,08 0,91 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 1,85 3,00 3,02 0,87 0,91 6. Semen & Brg lain Bkn logam 3,83 5,69 4,39 2,76 1,60 7. Logam Dasar Besi & Baja 1,85 3,64 3,35 (1,52) 1,53 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 1,54 2,69 2,82 1,23 0,99 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 6,39 3,04 3,07 9,28 8,45 a. Listrik 1,34 5,30 4,61 7,53 9,86 II - 56

57 LAPANGAN USAHA b. Air Bersih 30,55 (5,36) (3,31) 17,12 2,66 5. BANGUNAN 7,89 8,48 0,88 7,01 3,49 6. PERDAGANGAN 2,82 3,76 4,86 4,90 4,72 a. Perdagangan Besar dan Eceran 2,60 3,95 4,95 4,94 4,44 b. Hotel 23,37 (6,64) (14,71) 14,33 10,93 c. Restoran 6,74 0,02 4,22 2,93 11,86 7. ANGKUTAN 8,68 5,11 2,57 9,77 9,71 a. Pengangkutan 8,61 5,69 2,12 10,52 10,60 1. Angkutan Jalan Raya 8,63 5,70 2,10 10,51 10,60 2. Jasa Penunjang Angkutan (1,25) (1,83) 12,29 13,68 7,47 b. Komunikasi 9,03 2,17 4,98 5,98 4,98 1. Pos dan Telekomunikasi 9,64 6,75 2,98 6,11 4,98 2. Jasa Telekomunikasi 3,44 9,48 23,41 4,98 4,98 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 6,03 19,16 6,07 7,51 8,32 a. Bank 4,64 19,61 6,14 24,79 4,15 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 17,11 11,18 (0,83) 11,97 7,13 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 5,91 7,77 6,75 3,37 9,76 e. Jasa Perusahaan 1,45 (3,22) (2,70) 6,92 0,75 9. JASA-JASA 7,63 5,59 10,56 7,18 11,56 a. Pemerintahan Umum 7,10 6,79 12,31 8,58 13,39 b. Swasta 10,00 0,36 2,43 0,06 1,43 1. Sosial Kemasyarakatan 11,00 (1,86) 3,77 1,61 0,15 2. Hiburan dan Rekreasi 2,36 (2,96) (26,29) 9,83 2,54 3. Perorangan dan Rumah Tangga 9,49 3,13 3,03 (2,12) 2,81 PDRB 4,35 5,01 4,98 5,11 4,89 JUMLAH PENDUDUK PERTENGAHAN TAHUN (JIWA) PDRB PERKAPITA (Rp) Pendapatan Per Kapita (Rp) 3,61 4,29 4,10 4,21 4,10 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 Besarnya kontribusi sektor pertanian terlihat pada Tahun 2009 masih menyumbangkan 38,78 % dari keseluruhan PDRB Kabupaten Banjarnegara. Hal ini memberikan dasar yang kuat untuk menyatakan sebagai daerah dengan pola perekonomian agraris. Namun perkembangan pertumbuhan perekonomian tidak hanya terjadi pada sektor pertanian, kondisi ini juga didukung dengan perkembangan pertumbuhan dari sektor jasajasa serta sektor bank dan lembaga keuangan. Distribusi PDRB menurut lapangan usaha Kabupaten Banjarnegara: Tabel 2.30 Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 39,14 40,54 39,57 39,42 38,27 a. Tanaman Bahan Makanan 33,99 35,36 34,65 34,47 33,36 b. Tanaman Perkebunan 1,89 1,79 1,69 1,74 1,68 c. Peternakan 1,72 1,86 1,86 1,88 1,83 d. Kehutanan 0,67 0,69 0,66 0,66 0,64 II - 57

58 LAPANGAN USAHA e. Perikanan 0,86 0,85 0,71 0,68 0,76 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,53 0,53 0,50 0,50 0,50 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 0,53 0,53 0,50 0,50 0,50 3. INDUSTRI 13,80 13,47 14,27 13,66 12,73 a. Industri Migas b. Industri Non Migas 13,80 13,47 14,27 13,66 12,73 1. Mak. Min. & Tembakau 5,45 5,21 5,43 5,22 4,85 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 0,36 0,35 0,36 0,33 0,33 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 1,51 1,46 1,57 1,49 1,38 4. Kertas & Brg Cetakan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Semen & Brg lain Bkn logam 6,40 6,36 6,82 6,53 6,08 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,44 0,40 0,43 0,46 0,47 a. Listrik 0,35 0,32 0,34 0,36 0,38 b. Air Bersih 0,09 0,08 0,09 0,10 0,09 5. BANGUNAN 6,97 6,95 6,57 6,57 6,74 6. PERDAGANGAN 13,20 13,13 13,55 13,52 13,56 a. Perdagangan Besar dan Eceran 12,61 12,55 12,94 12,91 12,92 b. Hotel 0,07 0,06 0,05 0,06 0,06 c. Restoran 0,52 0,51 0,56 0,55 0,59 7. ANGKUTAN 4,34 4,25 4,09 4,20 4,51 a. Pengangkutan 3,83 3,75 3,62 3,72 4,02 1. Angkutan Jalan Raya 3,82 3,74 3,61 3,71 4,02 2. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 b. Komunikasi 0,51 0,50 0,47 0,48 0,49 1. Pos dan Telekomunikasi 0,46 0,45 0,42 0,43 0,43 2. Jasa Telekomunikasi 0,05 0,05 0,05 0,06 0,06 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 5,88 5,90 5,63 5,81 6,34 a. Bank 0,83 0,91 0,89 1,02 1,00 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,24 0,24 0,24 0,25 0,26 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 4,67 4,60 4,36 4,41 4,95 e. Jasa Perusahaan 0,15 0,14 0,13 0,13 0,13 9. JASA-JASA 15,70 14,83 15,39 15,86 16,89 a. Pemerintahan Umum 12,54 11,95 12,69 13,19 14,41 b. Swasta 3,17 2,89 2,70 2,66 2,48 1. Sosial Kemasyarakatan 1,76 1,54 1,48 1,49 1,38 2. Hiburan dan Rekreasi 0,09 0,07 0,05 0,05 0,05 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,32 1,27 1,17 1,12 1,05 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 II - 58

59 Tabel 2.31 Distribusi PDRB Kabupaten Banjarnegara Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun (persen) LAPANGAN USAHA (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. PERTANIAN 38,04 37,73 37,29 36,91 35,85 f. Tanaman Bahan Makanan 32,82 32,56 32,26 31,88 30,84 g. Tanaman Perkebunan 1,85 1,72 1,64 1,67 1,63 h. Peternakan 1,61 1,66 1,71 1,69 1,69 i. Kehutanan 0,84 0,85 0,87 0,86 0,84 j. Perikanan 0,92 0,94 0,82 0,79 0,85 2. PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 0,53 0,53 0,54 0,53 0,53 a. Minyak dan Gas Bumi b. Pertambangan Tanpa Migas c. Penggalian 0,53 0,53 0,54 0,53 0,53 3. INDUSTRI 14,24 14,16 13,99 13,59 13,15 a. Industri Migas b. Industri Non Migas 14,24 14,16 13,99 13,59 13,15 1. Mak. Min. & Tembakau 5,15 5,02 4,91 4,73 4,57 2. Tekstil, Brg Klt & Als Kaki 0,44 0,43 0,43 0,40 0,39 3. Brg. Kayu & Hsl Hut Lain 1,68 1,69 1,68 1,64 1,59 4. Kertas & Brg Cetakan 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 5. Pupuk, Kimia & Brg dr Karet 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 6. Semen & Brg lain Bkn logam 6,89 6,94 6,90 6,75 6,53 7. Logam Dasar Besi & Baja 0,04 0,04 0,04 0,04 0,04 8. Alat Angk. Mesin & Peralatan Barang lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 0,46 0,45 0,44 0,46 0,48 a. Listrik 0,36 0,36 0,36 0,37 0,39 b. Air Bersih 0,10 0,09 0,08 0,09 0,09 5. BANGUNAN 6,67 6,89 6,63 6,75 6,66 6. PERDAGANGAN 12,90 12,74 12,73 12,70 12,63 a. Perdagangan Besar dan Eceran 12,36 12,24 12,24 12,22 12,16 b. Hotel 0,05 0,05 0,04 0,04 0,04 c. Restoran 0,48 0,46 0,46 0,45 0,48 7. ANGKUTAN 4,22 4,23 4,13 4,31 4,51 a. Pengangkutan 3,53 3,55 3,46 3,63 3,83 1. Angkutan Jalan Raya 3,52 3,55 3,45 3,63 3,83 2. Jasa Penunjang Angkutan 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 b. Komunikasi 0,69 0,67 0,67 0,68 0,68 1. Pos dan Telekomunikasi 0,63 0,61 0,60 0,60 0,60 2. Jasa Telekomunikasi 0,07 0,07 0,08 0,08 0,08 8. BANK & LEMBAGA KEU LAINNYA 5,49 5,73 5,79 5,92 6,11 a. Bank 0,87 0,99 1,00 1,18 1,18 b. Lembaga Keuangan Bukan Bank 0,25 0,26 0,25 0,26 0,27 c. Jasa Penunjang Keuangan d. Sewa Bangunan 4,23 4,34 4,41 4,34 4,54 e. Jasa Perusahaan 0,15 0,14 0,13 0,13 0,13 9. JASA-JASA 17,44 17,53 18,47 18,83 20,03 a. Pemerintahan Umum 14,19 14,43 15,44 15,95 17,24 b. Swasta 3,25 3,10 3,03 2,88 2,79 1. Sosial Kemasyarakatan 1,66 1,56 1,54 1,49 1,42 2. Hiburan dan Rekreasi 0,11 0,10 0,07 0,08 0,07 3. Perorangan dan Rumah Tangga 1,47 1,43 1,42 1,32 1,29 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kabupaten Banjarnegara, 2010 II - 59

60 Kondisi Sektor Pertanian Tanaman Pangan Pertanian tanaman pangan merupakan salah satu sektor dimana produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan pokok hidup rakyat. Berdasarkan data BPS Kab. Banjarnegara tahun 2010, luas lahan Kabupaten Banjarnegara Ha atau 13,62% termasuk lahan sawah, sehingga Kabupaten Banjarnegara juga memproduksi tanaman pangan seperti padi sawah, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kacang hijau, dan kedelai. Kabupaten Banjarnegara memiliki lahan non pertanian lebih besar daripada lahan pertanian yaitu 86,38% atau Ha. Luas panen padi Kabupaten Banjarnegara sebesar Ha, terdiri dari Ha sawah basah dan Ha sawah kering (padi gogo). Jumlah produksi padi sawah di Kabupaten Banjarnegara tahun 2010 adalah ,54 ton yang tersebar pada seluruh kecamatan kecuali Batur, Jumlah produksi terbesar terdapat di Kecamatan Mandiraja sebesar ,97 ton dan jumlah produksi terkecil terdapat di Kecamatan Batur karena tidak memiliki lahan pertanian sawah, Sedangkan untuk padi gogo jumlah produksinya adalah 8.419,33 ton dan ada beberapa kecamatan yang tidak mengasilkan padi gogo. Tanaman palawija yang terdapat di Kabupaten Banjarnegara antara lain jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Jumlah produksi tanaman palawija antara lain jagung sebesar ,82 ton dari Ha luas panen yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Banjarnegara. Produksi tanaman Ubi Kayu sebesar ,95 ton dari Ha. Produksi tanaman Kacang Tanah sebesar 2.015,84 ton dari Ha. Sedangkan produksi tanaman Kedelai sebesar 393,03 ton dari 501 Ha. Tanaman Sayuran Kondisi tanaman sayur-sayuran di Kabupaten Banjarnegara terdiri atas bawang daun, kentang, kubis, petsai/sawi, wortel, kacang merah, kacang panjang, cabe, tomat, buncis, ketimun, labu siam, kangkung, bayam, petai, jengkol, mlinjo dan terong. Tanaman Buah-buahan Kabupaten Banjarnegara menghasilkan buah-buahan dalam jumlah yang cukup besar, Jenis buah-buahan yang ada di Kabupaten Banjarnegara dan produksinya dalam tahun 2010 adalah; Pisang ( Kg), Salak ( Kg), Nenas ( Kg), Jambu Biji ( Kg), Pepaya ( Kg), Durian ( Kg), Rambutan ( Kg), Duku ( Kg), Jeruk siam ( Kg), Mangga (3.485 Kg), Manggis (1.078 Kg), Alpukat ( Kg), Belimbing ( Kg), Jambu Air (1.974,95 Kg), Sawo ( Kg), Sirsak ( Kg), Melinjo ( Kg) dan Sukun ( Kg). II - 60

61 Kondisi Peternakan Kondisi peternakan di Kabupaten Banjarnegara dikelopokan menjadi 3 jenis, yaitu ternak besar (kuda, sapi potong, sapi perah dan kerbau), ternak kecil (kambing dan domba) dan ternak unggas dan kelinci (ayam, itik, puyuh, unggas lainnya dan kelinci), Ternak sapi potong kerbau, kuda, kambing dan domba tersebar di seluruh kecamatan, begitu juga dengan ternak unggas juga tersebar di seluruh kecamatan Sektor Industri Sektor industri di Kabupaten Banjarnegara didukung dengan keberadaan perusahaan maupun industri skala rumah tangga baik pengoalahan dari hasil pertanian, perkebunan, kehutanan dan aneka jenis industri kerajinan lainnya. No. Tabel 2.32 Jumlah Perusahaan, Jumlah Tenaga Kerja, Nilai Investasi dan Produksi Menurut Kelompok Jenis Industri di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (Juta Rp.) Nilai Investasi Produksi Satuan A. Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan 1 Tempe Kedelai , Kg 2 Tempe Gembus , Kg 3 Tahu , Kg 4 Gula Kelapa , Kg 5 Gula Aren , Kg 6 Susu Kedelai , Liter 7 Minyak , Kg Nilam/atsiri 8 Aneka Makanan , Kg ringan 9 Jenang , Kg 10 Emping Melinjo Kg 11 Tepung Tapioka , Kg 12 Tembakau , Kg garangan 13 Jamur Tiram , Kg 14 Kopra , Kg 15 Kerupuk singkong , Kg 16 Teh Rakyat , Kg 17 Madu 1 3 5, Kg 18 Pengolahan Gaber , Kg 19 Bioetanol , Kg 20 Pengolahan Kayu , M3 21 Gaplek 2 5 2, Kg 22 Kolang-Kaling , Kg 23 Minuman Carica , Btl 24 Minuman 1 5 2, Sachet Purwaceng 25 Tape/peyem , Kg 26 Kopi Bubuk , Kg 27 Saos Tomat 1 8 1, Btl II - 61

62 No. Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja (Juta Rp.) Nilai Investasi Produksi Satuan 28 Minyak Urut Btl 29 Mebelair/perabot , Buah 30 Kerajinan , Buah Bambu/Kayu 31 Penggilingan , Kg Padi/Tepung 32 Pakan ikan , Kg 33 Rokok , Batang 34 Pengolahan , Buah Tempurung 35 Kecap , btl Jumlah B Industri Aneka 1 Genteng , Lembar 2 Paving , Stel 3 Industri Tas , Pasang 4 Konveksi/penjahit , Buah 5 Batu Bata , Lembar 6 Alumunium , Lusin 7 Batako , Buah 8 Pelana kuda 1 3 1,0 84 Buah 9 Kaligrafi Bambu 1 1 1,0 36 Buah 10 Perbengkelan , Buah 11 Pupuk Organik , Buah 12 Sapu Ijuk , Buah 13 Pandai Besi , Buah 14 Gypsum , Buah 15 Bulu Mata , Buah 16 Batik Tulis , Buah 17 Kerajinan Kulit , Buah Kerang 18 Keramik , Batu Lempeng , Anyaman Jaring 1 2 1, Reparasi Elektronik , Kerajinan Batu , Kaki Guci , Wayang Kulit 1 1 0, Sablon , Kaos Kaki , Batu Split , Mainan anak 1 2 5, Jumlah Sumber: Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, KONDISI UTILITAS WILAYAH Jaringan Air Bersih Penyediaan air bersih perkotaan bertujuan untuk menunjang perkembangan pembangunan di Kabupaten Banjarnegara. Prasarana air bersih untuk Kabupaten Banjarnegara selama ini dilayani oleh sistem pelayanan air bersih perpipaan (PDAM) dan non perpipaan, Walaupun belum merata menjangkau seluruh penduduk, sistem penyediaan II - 62

63 air bersih PDAM saat ini telah dapat melayani setiap wilayah yang ada di Kabupaten Banjarnegara terutama yang dekat dengan jalan raya. A. Perpipaan (PDAM) PDAM adalah penyedia utama air bersih perkotaan di Kabupaten Banjarnegara, Akan tetapi karena keterbatasan investasi, kondisi PDAM belum dapat berkembang optimal sehingga cakupan pelayanannya juga tergolong masih sangat rendah, Sampai tahun 2010, pelayanan kebutuhan air bersih yang dapat dijangkau oleh sambungan air dari PDAM Kabupaten Banjarnegara baru 8,180 pelanggan/rumah tangga, atau hanya terlayani 3,39% dari 241,527 rumah tangga, Pelayanan PDAM masih sangat terbatas pada bagian pusat kota dan sekitarnya, Oleh karena itu, perlu penambahan jaringan pelayanan air bersih PDAM guna memenuhi kebutuhan masyarakat pada daerah yang belum terlayani. PDAM Kabupaten Banjarnegara dibagi ke dalam beberapa cabang pelayanan sesuai dengan area pelayanannya, PDAM Kabupaten Banjarnegara mengelola beberapa sumber air baku dengan memanfaatkan air permukaan dan air tanah, Tetapi alternatif sumber air baku yang lebih dioptimalkan pemanfaatannya berasal dari air permukaan, yaitu Sungai Serayu. Air tanah yang dimanfaatkan sebagai sumber air baku oleh PDAM adalah air tanah dangkal dan air tanah dalam, Namun sumber air tanah dangkal hanya dapat dimanfaatkan pada musim penghujan saja karena pada musim kemarau sumur biasanya mengalami kekeringan. Tabel 2.33 Banyaknya Pelanggan Air PDAM dan Jumlah Pemakaian Air (m 3 ) yang Dipakai Dirinci Menurut IKK di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No IKK Banyaknya Pelanggan Jumlah Pemakaian Air (m 3 ) 1 Susukan Purworejo Klampok Mandiraja Purwonegoro Bawang Banjarnegara Wanadadi Punggelan Kaeangkobar Pejawaran Wanayasa Kalibening Jumlah Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 II - 63

64 Tabel 2.34 Banyaknya Air Minum yang Disalurkan oleh PDAM Menurut Jenis Pelanggan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2010 No, I. Sosial II. III. IV, Jenis Jumlah Pelanggan Air Minum yang Disalurkan Jumlah (m 3 ) Nilai (Rp. 000) Sosial Umum Sosial Khusus Non Niaga Rumah Tangga A Rumah Tangga B Rumah Tangga C Rumah Tangga D Instansi Pemerintah Niaga Niaga Kecil Niaga Besar Industri Industri Kecil Industri Besar V, Khusus Pelabuhan Tangki Jumlah Tahun Sumber : Kabupaten Banjarnegara Dalam Angka, 2010 B. Non-perpipaan Sumber air bersih yang menggunakan non-perpipaan yaitu berasal langsung dari sungai dan sumur. Sebagian besar masyarakat di Kabupaten Banjarnegara juga memanfaatkan secara langsung aliran sungai Serayu dan anak sungai lainnya untuk keperluan mencuci dan mandi serta irigasi pertanian, Selain itu, ada pula yang menggunakan sumur artetis maupun sumur gali, Bagi pemukiman yang letaknya dekat dengan sungai, mereka langsung mengambil air dari sungai dengan pipa-pipa yang dialirkan dari sungai menuju kerumah masing-masing, sedangkan pemukiman yang jauh dari sungai, mereka menggunakan sumur artesis untuk keperluan MCK sehari-hari, II - 64

65 PETA 13 PENYEDIAAN SISTEM AIR MINUM PERPIPAAN (PDAM) KABUPATEN BANJARNEGARA KECAMATAN TERLAYANI KECAMATAN BELUM TERLAYANI Sumber: PDAM Banjarnegara, 2010

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target pencapaian pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA BAB 2 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANJARNEGARA 2.1 KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) mengandung delapan tujuan sebagai respon atas permasalahan perkembangan global, dengan target

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara terletak antara 7⁰12 7⁰31 Lintang Selatan dan 109⁰29 109⁰45 50 Bujur Timur. Berada pada jalur pegunungan di bagian tengah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara mempunyai luas wilayah 106.970,997 Ha terletak antara 7 o 12 sampai 7 o 31 Lintang Selatan dan 109 o 20 sampai 109 o 45

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN Disiapkan oleh: POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Bab - 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Berdasarkan pengalaman masa lalu pelaksanaan pembangunan sanitasi di Kab. Bima berjalan secara lamban, belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensipif dan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi didefinisikan sebagai upaya membuang limbah cair domestik dan sampah untuk menjamin kebersihan dan lingkungan hidup sehat, baik ditingkat rumah tangga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diharapkan dapat memberikan pengaruh terhadap kesehatan, meningkatkan produktifitas dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1 BAB I PENDAHULUAN 2.1 LATAR BELAKANG Rendahnya kepedulian masyarakat dan pemerintah terhadap peranan penyehatan lingkungan dalam mendukung kualitas lingkungan menyebabkan masih rendahnya cakupan layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia dalam kehidupan sehari-hari. Keadaan sanitasi suatu masyarakat, dapat menjadi gambaran tingkat kehidupannya. Bila sanitasinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan dan pertumbuhan perekonomian Kota Yogyakarta yang semakin baik menjadikan Kota Yogyakarta sebagai kota yang memiliki daya tarik bagi para pencari kerja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan sanitasi sampai saat ini masih belum menjadi prioritas dalam pembangunan daerah. Kecenderungan pembangunan lebih mengarah pada bidang ekonomi berupa pencarian

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat, Pemerintah Indonesia menetapkan sejumlah kebijakan yang mendukung percepatan kinerja pembangunan air minum dan sanitasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi merupakan salah satu pelayanan dasar yang kurang mendapatkan perhatian dan belum menjadi prioritas pembangunan di daerah. Dari berbagai kajian terungkap bahwa

Lebih terperinci

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1. Letak, Luas dan Batas Wilayah Secara Geografis Kota Depok terletak di antara 06 0 19 06 0 28 Lintang Selatan dan 106 0 43 BT-106 0 55 Bujur Timur. Pemerintah

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA

BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA BAB II KONDISI UMUM DAN POTENSI WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA Dalam bab II ini penulis akan memaparkan tentang kondisi umum Kabupaten Banjarnegara yang didalamnya akan membahas keadaan geografis, potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN BANJARNEGARA Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Banjarnegara Kabupaten Banjarnegara September 2011 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL...

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan sanitasi permukiman di Indonesia bertujuan meningkatkan kondisi dan kualitas pelayanan air limbah, pengelolaan persampahan, drainase, dan kesehatan. Targetnya adalah pada

Lebih terperinci

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok

KONDISI UMUM. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 12. Peta Adminstratif Kecamatan Beji, Kota Depok IV. KONDISI UMUM 4.1 Lokasi Administratif Kecamatan Beji Secara geografis Kecamatan Beji terletak pada koordinat 6 21 13-6 24 00 Lintang Selatan dan 106 47 40-106 50 30 Bujur Timur. Kecamatan Beji memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan urusan wajib Pemerintah Kabupaten/, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sanitasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hingga saat ini akses masyarakat terhadap layanan sanitasi permukiman (air limbah domestik, sampah rumah tangga dan drainase lingkungan) di Indonesia masih relatif

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Takdir geografis Kabupaten Sleman yang merupakan bagian dari ekologi gunung api aktif Gunung Merapi, dari puncak hingga dataran lereng kaki, menjadikan keseluruhan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perilaku hidup bersih dan sehat setiap masyarakat adalah cermin kualitas hidup manusia. Sudah merupakan keharusan dan tanggung jawab baik pemerintah maupun masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Kabupaten Kendal melalui Pokja AMPL Kabupaten Kendal berupaya untuk meningkatkan kondisi sanitasi yang lebih baik melalui program Percepatan Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buku Putih Sanitasi berisi tentang pengkajian dan pemetaan sanitasi awal kondisi sanitasi dari berbagai aspek, yaitu mengenai Persampahan, Limbah Domestik, Drainase

Lebih terperinci

ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI

ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI BAB II ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI Bagian ini akan menjelaskan secara singkat tentang gambaran umum situasi sanitasi Kabupaten Banjarnegara saat ini, visi dan misi sanitasi kabupaten yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masalah Sanitasi, khususnya sanitasi di perkotaan adalah isu yang sampai hari ini belum terselesaikan secara maksimal bahkan sehingga sangat memerlukan perhatian semua

Lebih terperinci

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG

STRATEGI SANITASI KOTA KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG BAB I PENDAHULUAN i BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka pencapaian target RPJMN 2010-2014 dan MDGs 2015 pemerintah memperbaiki kondisi sanitasi di Indonesia dengan mengarusutamakan percepatan

Lebih terperinci

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1

L a p o r a n S t u d i E H R A K a b. T T U Hal. 1 Bab I PENDAHULUAN Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai pentingnya Sanitasi

Lebih terperinci

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sanitasi merupakan salah satu sektor yang memiliki keterkaitan yang erat dengan kemiskinan, tingkat pendidikan, kepadatan penduduk, perilaku hidup bersih dan sehat,

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara Nasional Pemerintah Indonesia menaruh perhatian yang sangat serius dalam mencapai salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) khususnya yang terkait

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

I Pendahuluan

I Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Secara umum sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sedangkan pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kondisi umum sanitasi di Indonesia sampai dengan saat ini masih jauh dari kondisi faktual yang diharapkan untuk mampu mengakomodir kebutuhan dasar bagi masyarakat

Lebih terperinci

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan sanitasi sebagai suatu upaya pengendalian terhadap seluruh faktor-faktor fisik, kimia dan biologi yang menimbulkan

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1. LATAR BELAKANG Bab 1 Sektor sanitasi merupakan sektor yang termasuk tertinggal jika dibandingkan dengan sektor lain. Berdasarkan data yang dirilis oleh UNDP dan Asia Pacific MDGs Report 2010, disampaikan

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu tantangan Pemerintah Daerah yang paling signifikan karena berhubungan langsung dengan pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat

Lebih terperinci

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN

Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Profil Daerah 1. Letak Geografis Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Karanganyar ± 77.378,64 ha terletak antara

Lebih terperinci

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang

MPS Kabupaten Bantaeng Latar Belakang MPS Kabupaten Bantaeng 1.1. Latar Belakang Kondisi sanitasi di Indonesia memang tertinggal cukup jauh dari negara-negara tetangga, apalagi dibandingkan dengan Malaysia atau Singapura yang memiliki komitmen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI

BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI BAB II DESKRIPSI WILAYAH PERENCANAAN 2.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI Kabupaten Kendal terletak pada 109 40' - 110 18' Bujur Timur dan 6 32' - 7 24' Lintang Selatan. Batas wilayah administrasi Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pemerintah Republik Indonesia telah memberlakukan kebijakan pembangunan sanitasi sebagai bagian dari strategi nasional bidang sanitasi dan higienitas untuk diterapkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 33 TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 33 TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN BANJARNEGARA PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN LAMPIRAN VI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN - INDIKASI PROGRAM RTRW KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN - NO PROGRAM UTAMA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 50 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kondisi Fisik Kawasan Perkotaan Purwokerto Kawasan perkotaan Purwokerto terletak di kaki Gunung Slamet dan berada pada posisi geografis 109 11 22-109 15 55 BT dan 7 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Salah satu target MDGS adalah mengurangi separuh penduduk pada tahun 2015 yang tidak memiliki akses air minum yang sehat serta penanganan sanitasi dasar. Sehubungan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL UPL PADA PLTMh SIGEBANG KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA. Oleh: Atiyah Barkah

PENYUSUNAN DOKUMEN UKL UPL PADA PLTMh SIGEBANG KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA. Oleh: Atiyah Barkah PENYUSUNAN DOKUMEN UKL UPL PADA PLTMh SIGEBANG KECAMATAN WANADADI KABUPATEN BANJARNEGARA Oleh: Atiyah Barkah Abstraksi Salah satu solusi menghadapi masalah kelistrikan terutama di daerah perdesaan adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang Bab 1 1.1. Latar Belakang Penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, khususnya bagi masyarakat berpendapatan rendah dan bertempat tinggal di kawasan padat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Layanan yang tidak optimal dan buruknya kondisi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Gambaran Umum Kota Surakarta 3.1.1 Kondisi Geografis dan Administratif Wilayah Kota Surakarta secara geografis terletak antara 110 o 45 15 dan 110 o 45 35 Bujur Timur dan antara

Lebih terperinci

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan.

Rangkuman visi, misi, tujuan, sasaran, dan arah penahapan sesuai yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor sanitasi yang mencakupi bidang air limbah, persampahan dan drainase merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kependudukan di Kabupaten Pohuwato sampai saat ini menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan penduduk yang makin cepat, mendorong pertumbuhan aspek-aspek kehidupan

Lebih terperinci

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran

b. Kecamatan Padang Panjang Timur, terdiri dari : 1. Kelurahan Koto Panjang; Bagian C Lampiran Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan

Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pelalawan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL

SEKILAS BUKU PUTIH BEBERAPA PERTANYAAN YANG SERING MUNCUL SEKILAS BUKU PUTIH Penyebab utama buruknya kondisi sanitasi di Indonesia adalah lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi: tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak berkelanjutan,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang.

Gambar 2. Lokasi Penelitian Bekas TPA Pasir Impun Secara Administratif (http://www.asiamaya.com/peta/bandung/suka_miskin/karang_pamulang. BAB II KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Geografis dan Administrasi Secara geografis daerah penelitian bekas TPA Pasir Impun terletak di sebelah timur pusat kota bandung tepatnya pada koordinat 9236241

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 KABUPATEN SUMBAWA BARAT 2016 RINGKASAN EKSEKUTIF Dokumen Pemutakhiran Strategi Sanitasi Kota (SSK) Tahun 2016 ini merupakan satu rangkaian yang tidak terpisahkan dengan dokumen lainnya yang telah tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah. sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah. sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman () adalah sebuah roadmap pembangunan Sanitasi di Indonesia. Program ini digagas oleh Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TTPS)

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan Angkutan Bank & Lembaga Keuangan Lainnya Jasa-Jasa BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Millenium Development Goals (MDG s) atau tujuan pembangunan millennium adalah upaya untuk memenuhi hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui komitmen bersama antara 189

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab Latar Belakang

Pendahuluan. Bab Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang sebagai salah satu pusat pertumbuhan di wilayah metropolitan Jabodetabek, yang berada di wilayah barat DKI Jakarta, telah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang S anitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kondisi eksisting sanitasi di perkotaan masih sangat memprihatinkan karena secara pembangunan sanitasi tak mampu mengejar pertambahan jumlah penduduk yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memberikan arah bagi pengembangan sanitasi di Kabupaten Cilacap karena

Lebih terperinci

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan

IV.B.7. Urusan Wajib Perumahan 7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Inventarisasi Tahap inventarisasi merupakan tahap yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data yang mendukung dan dibutuhkan pada perencanaan jalur hijau jalan ini. Berdasarkan

Lebih terperinci

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di

Guna menghasilkan strategi sanitasi Kabupaten sebagaimana tersebut di PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Kabupaten Sukoharjo adalah suatu dokumen perencanaan yang berisi kebijakan dan strategi pembangunan sanitasi secara komprehensif pada tingkat

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK

1.1 Latar Belakang. 1.2 Wilayah cakupan SSK Bab 1: Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Sektor sanitasi merupakan salah satu sektor pelayanan publik yang mempunyai kaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Rendahnya kualitas sanitasi menjadi salah satu

Lebih terperinci

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT 2014 BAB V AREA BERESIKO SANITASI 5.1. Area Beresiko Sanitasi Resiko sanitasi adalah terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sektor

Lebih terperinci