Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara"

Transkripsi

1 BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN 2012 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Aspek Geografis dan Demografi A. Letak Geografis dan Batas Wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terletak di jazirah Tenggara Pulau Sulawesi. Secara geografis terletak di bagian Selatan Garis Khatulistiwa, memanjang dari Utara ke Selatan di antara 02 45'-06 15' Lintang Selatan dan membentang dari Barat ke Timur di antara ' ' Bujur Timur. Provinsi Sulawesi Tenggara di sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Tengah, sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi NTT di Laut Flores, sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Maluku di Laut Banda dan sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Selatan di Teluk Bone. Gambar 1. Wilayah Administrasi Provinsi Sulawesi Tenggara Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 11

2 B. Luas Wilayah Sebagian besar wilayah Sulawesi Tenggara (75 persen atau km²) merupakan perairan (laut). Sedangkan wilayah daratan, mencakup jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan beberapa pulau kecil, adalah seluas km² (25 persen). Secara administrasi, Provinsi Sulawesi Tenggara pada Tahun 2013 terdiri atas 11 (sebelas) wilayah Kabupaten dengan terbentuknya Kabupaten Kolaka Timur yaitu (Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka, Konawe Selatan, Wakatobi, Bombana, Kolaka Utara, Buton Utara, Konawe Utara dan Kolaka Timur) dan 2 (dua) wilayah kota, (Kota Kendari serta Kota Bau-Bau). Persentase dan luas masing-masing wilayah tersebut bisa dilihat pada Gambar 2 di bawah ini Gambar 2. Persentase Luas Wilayah Sulawesi Tenggara Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2013 C. Penggunaan Tanah Peta topografi menunjukkan bahwa Sulawesi Tenggara umumnya memiliki permukaan tanah yang bergunung, bergelombang berbukit- Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 12

3 bukit. Diantara gunung dan bukit-bukit, terbentang dataran-dataran yang merupakan daerah potensial untuk pengembangan sektor pertanian. keadaan permukaan tanah wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Permukaan tanah pegunungan seluas ha telah digunakan untuk usaha. Tanah ini sebagian besar berada pada ketinggian meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan tanah yang mencapai 40 derajat. Kondisi batuan di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara ditinjau dari sudut geologis, terdiri atas batuan sedimen, batuan metamorfosis, dan batuan beku. Dari ketiga jenis batuan tersebut, yang terluas adalah batuan sedimen seluas 2.579,79 ha (67,64 persen). Dari jenis tanah, Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki sedikitnya enam jenis tanah, yaitu tanah podsolik seluas ha atau 60,30 persen dari luas tanah Sulawesi Tenggara, tanah mediteran seluas ha (23,57 persen), tanah latosol seluas ha (9,17 persen), tanah organosol seluas ha (3,04 persen), jenis tanah alluvial seluas ha (3,40 persen) dan tanah grumosol seluas ha (0,52 persen). D. Perairan (Sungai dan Laut) Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki beberapa sungai yang melintasi hampir seluruh kabupaten/kota. Sungai-sungai tersebut pada umumnya potensial untuk dijadikan sebagai sumber energi, untuk kebutuhan industri, rumah tangga dan irigasi. Daerah aliran sungai, seperti Daerah Aliran Sungai (DAS) Konaweha, melintasi Kabupaten Kolaka, dan Konawe. DAS tersebut seluas 7.150,68 km² dengan debit air rata-rata 200 m³/detik. Bendungan Wawotobi yang menampung aliran sungai tersebut, mampu mengairi persawahan di daerah Konawe seluas ha. Selain itu, masih dapat dijumpai banyak aliran sungai di Provinsi Sulawesi Tenggara dengan debit air yang besar sehingga berpotensi untuk pembangunan dan pengembangan irigasi seperti: Sungai Lasolo di Kabupaten Konawe, Sungai Roraya di Kabupaten Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 13

4 Bombana (Kecamatan Rumbia, dan Poleang), Sungai Wandasa dan Sungai Kabangka Balano di Kabupaten Muna, Sungai Laeya di Kabupaten Kolaka, dan Sungai Sampolawa di Kabupaten Buton. Provinsi Sulawesi Tenggara memiliki perairan (laut) yang sangat luas. Luas perairan Sulawesi Tenggara diperkirakan mencapai km². Perairan tersebut, sangat potensial untuk pengembangan usaha perikanan dan pengembangan wisata bahari, karena disamping memiliki bermacam-macam jenis ikan dan berbagai varietas biota, juga memiliki panorama laut yang sangat indah. Berbagai spesies ikan yang banyak ditangkap nelayan dari perairan laut Sulawesi Tenggara adalah: Cakalang, Teri, Layang, Kembung, Udang dan masih banyak lagi jenis ikan yang lain. Di samping ikan, juga terdapat hasil laut lainnya seperti: Teripang, Agar-agar, Japing-Japing (kerang mutiara), Kerang Lola (Trochusniloticus), Mutiara dan sebagainya. Sulawesi Tenggara merupakan daerah wisata bahari. Di sebelah Tenggara terdapat Taman Nasional Wakatobi yang memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai dari pulaupulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A.hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta,merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp. E. Tipe Iklim Sulawesi Tenggara memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim Kemarau terjadi antara Bulan Juni dan September, dimana angin Timur yang bertiup dari Australia tidak banyak mengandung uap air, sehingga mengakibatkan musim kemarau. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 14

5 Sebaliknya Musim Hujan terjadi antara Bulan Desember dan Maret, dimana angin Barat yang bertiup dari Benua Asia dan Samudera Pasifik banyak mengandung uap air sehingga terjadi musim hujan. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah Tahun setelah melewati masa peralihan pada bulan April - Mei dan Oktober - November. Curah hujan dipengaruhi oleh perbedaan iklim, orografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hal ini menimbulkan adanya perbedaan curah hujan menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Di wilayah Sulawesi Tengara, curah hujan yang lebih dari mm pertahun, meliputi wilayah sebelah Utara garis lurus Kendari-Kolaka dan bagian Utara Pulau Buton dan Pulau Wawonii. Sedangkan wilayah dengan curah hujan kurang dari mm pertahun, meliputi wilayah sebelah Selatan garis lurus Kendari-Kolaka dan wilayah kepulauan di sebelah Selatan dan Tenggara jazirah Sulawesi Tenggara. Tinggi rendahnya suhu udara dipengaruhi oleh letak geografis wilayah dan ketinggian dari permukaan laut. Sulawesi Tenggara yang terletak di daerah khatulistiwa dengan ketinggian pada umumnya di bawah meter, sehingga beriklim tropis. Pada Tahun 2009, suhu udara maksimum rata-rata berkisar antara 30ºC - 35ºC, dan suhu minimum rata-rata berkisar antara 22ºC -25ºC. F. Demografi Hasil Sensus Penduduk 2011, jumlah penduduk Sulawesi Tenggara adalah sebesar Jiwa, yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Kolaka, Kendari dan Muna adalah 3 Kabupaten/Kota yang berpenduduk terbanyak, yaitu masing-masing berjumlah Jiwa, Jiwa, dan Jiwa. Distribusi penduduk Sulawesi Tenggara, untuk wilayah daratan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Kolaka yaitu sebesar 14,11 persen dan terkecil di Kabupaten Konawe Utara yaitu sebesar 2,31 persen. Sedangkan di wilayah kepulauan paling banyak terkonsentrasi di Kabupaten Muna Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 15

6 yaitu sebesar 12,02 persen dan terkecil di Kabupaten Buton Utara yaitu sebesar 2,46 persen. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 1. Jumlah Penduduk Sulawesi Tenggara Menurut Kabupaten/Kota Tahun No Kabupaten Tahun Buton 275, , , , ,801 2 Muna 243, , , , ,616 3 Konawe 224, , , , ,798 4 Kolaka 278, , , , ,506 5 Konawe Selatan 237, , , , ,853 6 Bombana 108, , , , ,006 7 Wakatobi 99, , ,423 92,995 94,846 8 Kolaka Utara 94, , , , ,755 9 Buton Utara 48,184 45,760 46,635 51,533 52, Konawe Utara 44,887 45,760 46,635 51,533 52, Kota Kendari 251, , , , , Kota BauBau 124, , , , ,717 Jumlah 2,031,514 2,072,034 2,115,749 2,229,383 2,273,755 Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dengan luas wilayah Sulawesi Tenggara sekitar kilo meter persegi yang didiami oleh Jiwa, maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk Sulawesi Tenggara adalah sebesar 58,48 Jiwa per kilometer persegi. Daerah yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Kendari sebesar 978,30 Jiwa per kilometer persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Konawe Utara yakni sebesar 10,55 Jiwa per kilometer persegi. Pertumbuhan Penduduk Sulawesi Tenggara selama sepuluh Tahun terakhir, Tahun sebesar 2,07 persen per Tahun, Lebih besar jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan Penduduk Nasional sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan Penduduk Kota Kendari merupakan yang tertinggi di Sulawesi Tenggara yakni sebesar 3,52 persen, diikuti Kabupaten Bombana sebesar 3,29 persen dan Kabupaten Kolaka Utara sebesar 2,88 persen. Sedangkan yang terendah di Kabupaten Wakatobi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 16

7 yakni sebesar 0,33 persen, lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini: Gambar 3. Persentase Distribusi Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah A. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan PDRB Pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara Tahun yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menunjukkan peningkatan yang cukup menggembirakan dari Tahun ke Tahun di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata nasional. Tahun 2008 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 7,27 persen, kemudian pada Tahun 2009 pertumbuhan ekonomi meningkat mencapai 7,57 persen.. Selanjutnya pada Tahun 2010 mencapai 8,19 persen dan pada Tahun 2011 pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tenggara mencapai 8,68 persen. Untuk Tahun 2012 pertumbuhan ekonomi sudah mencapai 10,41 persen masih di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 17

8 mencapai posisi kedua dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi di Indonesia. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada berikut ini : Tabel 2. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Sulawesi Tenggara Tahun NO SEKTOR EKONOMI TAHUN Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi/Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 b. Laju Inflasi Inflasi yang tinggi merupakan salah satu fenomena dalam perekonomian yang dapat menekan daya beli masyarakat dan menurunkan pendapatan rill masyarakat. Inflasi dapat dilihat dari perubahan Indeks Harga Konsumen (IHK). Dalam beberapa Tahun terakhir inflasi Sulawesi Tenggara cenderung berada diatas rata-rata inflasi nasional. Hal ini tentu saja berdampak negatif pada jalannya roda perekonomian. Laju inflasi dalam kurun waktu Tahun cenderung mengalami ketidakstabilan yang ditunjukkan dengan fluktuasi laju inflasi pada tingkat satu hingga dua digit. Inflasi tertinggi terjadi pada Tahun 2008, yakni sebesar 15,88 persen (per November 2008) dan lebih tinggi dibandingkan laju inflasi nasional yang mencapai 11,06 persen. Namun pada Tahun 2009 inflasi cukup terkendali hingga mencapai 4,60 persen dan mencapai 4,29 persen Tahun 2010 dan pada Tahun 2011 inflasi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 18

9 mencapai 5,09 persen dan pada Tahun 2012 tingkat inflasi mencapai 4,03 persen. Tingkat inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada gambar 4 berikut ini: Gambar 4. Laju Inflasi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 c. PDRB Per Kapita PDRB per kapita merupakan ukuran kemakmuran suatu wilayah. PDRB per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan atas Dasar Harga Berlaku maupun Harga Konstan (2000), terus mengalami peningkatan. Pada Tahun 2008 pendapatan per kapita Provinsi Sulawesi Tenggara mencapai 4,65 Juta, kemudian pada Tahun 2009 mencapai 4,91 Juta. Pada Tahun 2010 dan Tahun 2011 pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan mencapai 5,15 Juta dan 5,49 Juta dan pada Tahun 2012 meningkat mencapai 6,04 Juta. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini pendapatan perkapita masyarakat Sulawesi Tenggara atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 19

10 Tabel 3. Pendapatan Perkapita Masyarakat Sulawesi Tenggara Atas Dasar Harga Konstan dan Harga Berlaku Tahun No Uraian Tahun PRDB Perkapita ADH Berlaku 10,335,160 11,704,610 12,548,270 13,905,820 15,526,330 2 PRDB Perkapita ADH Konstan 4,659,810 4,912,780 5,153,420 5,498,630 6,046,900 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 d. Jumlah Penduduk Miskin Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tenggara periode cenderung mengalami penurunan. Pada Tahun 2008 jumlah penduduk miskin mencapai orang, Tahun 2009 turun menjadi orang (18,93%), kemudian pada Tahun 2010 turun menjadi orang (17,05%). Selanjutnya jumlah penduduk miskin semakin berkurang pada Tahun 2012 sebesar orang (13,06%) bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai orang (14,61%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 4. Total dan Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun No Uraian Tahun Tingkat Penduduk Miskin (%) Total Penduduk Miskin (Orang) 435, , , ,280 30,425 3 Jumlah Penduduk Miskin Perkotaan (Orang) 27,200 26,190 22,180 28,330 29,560 4 Jumlah Penduduk Miskin Perdesaan (Orang) 408, , , ,950 27,470 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 20

11 2. Kesejahteraan Sosial a. Pendidikan a) Angka Melek Huruf (AMH) Prosentase Angka Melek Huruf (AMH) di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan sejak usia 45 Tahun. Provinsi Sulawesi Tenggara menempati fase tertinggi dibanding dengan provinsi lain di wilayah sulawesi dalam hal kesenjangan AMH antara laiki-laki dan perempuan. Pada kelompok usia 45 hingga 60 Tahun ke atas. Jumlah AMH di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data berbasis profil pendidikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun , menunjukkan bahwa AMH 15 Tahun ke atas mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Pada Tahun 2004, AMH sebesar 90,70 persen, dan pada Tahun 2011 AMH sudah mencapai 92,50 persen. AMH penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun ditunjukan pada gambar 5 berikut. Gambar 5. Angka Melek Huruf Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 21

12 b) Indeks Rata-Rata Lama Sekolah Angka rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara relatif lebih baik dari angka nasional. Selain diatas rata-rata nasional, angka rata-rata lama sekolah Sulawesi Tenggara perkembangannya seiring dengan perkembangan tingkat nasional. Pada tahun 2010, rata-rata lama sekolah di Sulawesi Tenggara adalah 8,1 tahun atau berada pada peringkat ke-16 tertinggi, atau ke-2 tertinggi di Pulau Sulawesi setelah Sulawesi Utara. Angka rata-rata lama sekolah di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami kemajuan dari Tahun ke Tahun, dimana pada Tahun 2005 mencapai 7,6 Tahun dan meningkat pada Tahun 2008 mencapai 7,74 Tahun. Kemudian pada Tahun 2009 mencapai 7,90 Tahun dan Tahun 2010 mencapai 8,11 Tahun. Hal ini menunjukan penduduk hanya tamat sekolah dasar dan berpendidikan lanjutan tingkat pertama di kelas 1 (satu). Oleh karena itu kebijakan yang tepat perlu dilakukan untuk mengajak penduduk usia sekolah agar bersekolah. Strategi yang dapat dilakukan dapat melalui pembangunan sekolah-sekolah di darah terpencil, penyuluhan dan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya sekolah dan melalui pembebasan biaya sekolah untuk masyarakat miskin. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini: Gambar 6. Angka Rata-Rata Lama Sekolah Sulawesi Tenggara Tahun Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 22

13 c) Angka Partisipasi Murni (APM) Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI mengalami peningkatan dari Tahun ke Tahun. Indikator penting keberhasilan pendidikan ditunjukkan oleh semakin membaiknya angka partisipasi murni (APM) dan angka partisipasi kasar (APK). Perkembangan APM dan APK mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas menunjukkan peningkatan yang signifikan. Salah satu faktor keberhasilannya adalah kebijakan pembebasan Biaya Operasional Pendidikan (BOP) mulai dari Taman Kanak-Kanak hingga Sekolah Menengah Atas, meliputi sekolah negeri, swasta dan keagamaan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 5. Capaian APM Sekolah Dasar hingga Menengah Atas di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Indikator APM SD/MI (%) 93,07 93,81 95,52 96,24 97,20 APM SMP/MTs 69,40 71,13 76,78 81,02 85,72 APM SM/MA 44,26 47,66 50,96 51,00 53,81 Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Peningkatan APK dan APM ditunjang dengan pembangunan infrastruktur pendidikan seperti pembangunan gedung sekolah yang dilengkapi dengan laboratorium dan perpustakaan. Selama Tahun 2008 hingga Tahun 2011 telah terbangun unit gedung sekolah mulai dari SD hingga SMA dan sederajat. d) Angka Partisipasi Kasar (APK) Angka partisipasi kasar SD/MI, SMP/MTS dan SMA/MA mengalami peningkatan setiap Tahunnya, hal ini menandakan semakin membaiknya sektor pendidikan di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal partisipasi dalam mengikuti pendidikan wajib belajar maupun pendidikan lanjutan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 7 berikut ini: Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 23

14 Gambar 7. Angka Partisipasi Kasar SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2012 b. Kesehatan Derajat kesehatan merupakan indikator utama pembangunan sumberdaya manusia. Selama kurun waktu lima tahun , pelayanan kesehatan adalah merupakan salah satu kegiatan unggulan yang termasuk dalam program pokok BAHTERAMAS. Pelaksanaan pembebasan biaya pelayanan kesehatan rawat jalan dan rawat inap ting pertama di puskesmas sampai dengan rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjut dengan fasilitas kelas III di RSUD Kabupaten/Kota, dengan rujukan tertinggi di RSUD provinsi. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 24

15 Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang ditandai dengan meningkatnya umur harapan hidup dari 67,2 tahun pada tahun 2007 menjadi 70,1 tahun pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian ibu dari 92 kasus pada tahun 2007 menjadi 69 kasus pada tahun 2011, menurunnya kasus kematian bayi+neonatal dari 518 kasus pada tahun 2007 menjadi 429 kasus pada tahun 2011, dan menurunnya kasus gizi buruk dari kasus pada tahun 2007 menjadi 508 kasus pada tahun Adapun kecenderungan pencapaian indikator aspek kesejahteraan disajikan seperti pada Tabel berikut. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun Angka kelangsungan Hidup Bayi memberikan gambaran kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi juga memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 25

16 2011. Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Berbagai kegiatan telah dilaksanakan untuk menunjang pelaksanaan pelayanan kesehatan anak diantaranya peningkatan kapasitas tenaga, kunjungan neonatal, pelayanan kesehatan bayi, pelayanan kesehatan balita penanganan komplikasi neonatal, deteksi dini tumbuh kembang bayi serta kegiatan yang sifatnya dukungan manajemen. Umur harapan hidup waktu lahir sangat berpengaruh pada penurunan kematian bayi. Oleh karena itu umur harapan hidup sangat peka terhadap perubahan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga perbaikan derajat kesehatan tercermin kenaikan angka harapan hidup pada waktu lahir dan penurunan AKB. Meningkatnya umur harapan hidup secara tidak langsung juga memberi gambaran tentang adanya peningkatan kualitas hidup dan derajat kesehatan masyarakat. Usia Harapan Hidup di proyeksikan meningkat dari 69,29 tahun 2007 menjadi 70,01 tahun Angka kelangsungan Hidup Bayi memberikan gambaran kemampuan seorang anak dalam periode usia dibawah 12 bulan. Angka kelansgungan hidup merupakan indikator yang memberikan gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Angka ini selain memberikan gambaran kondisi ekonomi juga memberikan gambaran tentang kemampuan masyarakat mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas khususnya pada ibu hamil. Hasil estimasi yang dilakukan berdasarkan SDKI tahun 2007 dan laporan kematian bayi menunjukan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 26

17 bahwa AKHB di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan yakni dari 959 per 1000 KH menjadi 965 per 1000 KH. Jumlah kasus gizi buruk yang dilaporkan menunjukan penurunan drastis yakni dari 2662 kasus tahun 2007 turun menjadi 508 kasus tahun Semua kasus yang ditemukan telah diintervensi dan beberapa diantaranya dirujuk ke Rumah Sakit dan Puskesmas Perawatan. Jumlah kasus kematian ibu dalam 5 tahun terakhir menunjukan penurunan yakni dari 92 kasus tahun 2007 menjadi 69 kasus tahun Kasus kematian bayi dan anak balita menunjukan penurunan pada tahun 2011 bila dibandingkan dengan tahun pada awal RPJMD ini (Tahun 2007). Kasus kematian Bayi turun dari 518 kasus menjadi 429 kasus. Begitu pula kasus kematian anak balita turun dari 151 kasus menjadi 126 kasus. Lebih jelasnya capaian indikator bidang kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 6. Capaian Indikator Bidang Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Indikator Angka Harapan Hidup (thn) Angka Kelangsungan Hidup Bayi Jumlah Kasus Kematian Ibu Jumlah Kasus Kematian Bayi 69,29 69,46 69,63 69,80 70, ,2 961,4 962,6 963, Jumlah kematian balita Jumlah Kasus Gizi Buruk Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 27

18 c. Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Agustus 2012 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk 15 Tahun ke atas yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Tahun 2012, jumlah penduduk yang bekerja mencapai orang, mengalami penurunan bila dibandingkan Tahun 2011 yang mencapai orang. Struktur penduduk yang bekerja menurut lapangan pekerjaan utama, di mana pada Tahun 2012 jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dan sektor lainnya (bangunan, angkutan, pertambangan dan penggalian, listrik, gas dan air minum dan lembaga keuangan) mengalami penurunan. Sedangkan sektor industri, perdagangan, RM dan sektor jasa mengalami peningkatan. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam penyerapan tenaga kerja. Pekerja yang berstatus buruh/karyawan dan pekerja keluarga/tidak dibayar memiliki jumlah tertinggi dibandingkan dengan status pekerjaan yang lain yaitu sebesar orang (52,19 %). Selama periode Februari 2012 sampai dengan Agustus 2012 terjadi pergeseran status pekerjaan dimana terjadi penurunan jumlah pekerja yang berstatus berusaha sendiri sebesar orang (3,46%), berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar orang (5,41%) dan pekerja keluarga/tidak dibayar sebesar orang (5,31 %). Sementara status pekerjaan yang mengalami peningkatan yaitu berusaha dibantu buruh tetap sebesar 72 orang (0,23 %), buruh/karyawan sebesar orang (10,53%), pekerja bebas pertanian sebesar orang (59,29%), dan pekerja bebas non pertanian sebesar orang (26,34%). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 28

19 Tabel 7. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama dan Menurut Status Pekerjaan Prov. Sultra Tahun No Uraian Tahun (Capaian) Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan: a Pertanian 512, , , , , ,425 b Industri Pengolahan 54,233 58,067 56,482 51,163 51,782 63,469 c Konstruksi/Bangunan 33,675 30,741 42,103 32,385 d Perdagangan, Hotel & Restoran 127, , , , , ,974 e Pengangkutan & Komunikasi 48,663 47,686 55,252 48,921 f Jasa-Jasa 102,412 98, , , , ,526 g Lain-Lain* 11,010 10,724 60,459 29, , ,485 2 Penduduk yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan: a Sektor Formal (Agustus) 202, , , , , ,220 Berusaha dibantu buruh tetap 26,488 24,834 22,335 31,074 30,799 33,501 Buruh/karyawan 175, , , , , ,719 b Sektor Informal (Agustus) 692, , , , , ,659 Berusaha sendiri 172, , , , , ,429 Berusaha dibantu buruh tidak dibayar 255, , , , , ,647 Pekerja bebas dipertanian 10,854 22,344 12,402 12,845 17,385 55,903 Pekerja bebas di non pertanian 11,831 21,361 22,433 18,572 31,271 Pekerja tidak dibayar 241, , , , , ,680 Sumber: BPS Prov. Sultra Tahun 2013 Dari tujuh kategori status pekerjaan, dapat diidentifikasi 2 kelompok utama terkait kegiatan ekonomi formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan, yang menunjukan perkembangan yang meningkat hal ini menunjukan semakin terbukanya lapangan kerja. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu, yang menunjukan penurunan setiap tahunnya. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 29

20 B. Aspek Pelayanan Umum 1. Fokus Layanan Urusan Wajib a. Pendidikan a) Angka Partisipasi Sekolah (APS) APS jenjang usia pendidikan dasar di Sulawesi Tenggara tergolong cukup tinggi dibandingkan dengan provinsi lain kecuali Provinsi Sulawesi Utara, baik pada jenjang pendidikan SD/MI maupun SMP/MTs. Berdasarkan persentase APS tersebut belum dapat dikatakan bahwa upaya pemerintah provinsi Sulawesi Tenggara dalam pencapaian target wajib belajar 9 tahun telah tercapai karena sebagian besar antar kabupaten masih mempunyai kesenjangan yang relatif tinggi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 8. APS SD/MI dan APS SMP/MTs di Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 Persentase angka melanjutkan berfluktuasi dan angka dropout pada tingkat pendidikan dasar cenderung menurun pada seluruh provinsi di Sulawesi dan umumnya kedua rasio tersebut berada di atas rata-rata nasional. Angka melanjutkan pada tingkat SD dan SMP Provinsi Sulawesi Tenggara tidak pernah mencapai 100 persen tetapi angka dropout paling Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 30

21 tinggi mencapai 4 persen pada jenjang pendidikan dasar. Secara umum Provinsi Sulawesi Tenggara tingkat dropout berada di bawah rata-rata nasional. b) Rasio Murid dan Guru Sama dengan Propinsi lainnya di Sulawesi, ratio siswa per kelas pada kisaran stabil kurang dari 30 siswa. Di Sulawesi Tenggara ratio tersebut belum mengarah pada perkembangan peningkatan atau penurunan tetapi cenderung berfluktuasi baik SD/MI, SMP/MTS maupun SMA/MA dan selaras dengan ratio secara nasional. Tabel 8. Ratio Murid dan Guru SD, SMP, MPS di Sulawesi Tenggara Tahun No Jenjang Pendidikan SD/MI a. Jumlah Guru b. Jumlah Murid c. Rasio SMP/MTs a. Jumlah Guru ,062 b. Jumlah Murid c. Rasio SMTA/SMK a. Jumlah Guru b. Jumlah Murid c. Rasio Sumber: Dinas Pendidikan Prov. Sultra, 2013 c) Angka Putus sekolah Angka putus sekolah (DO) di Sulawesi Tenggara masih tinggi pada tingkat SMA dan Angka Melanjutkan dari SMP ke SMA/SMK Masih paling rendah diantara provinsi di Sulawesi. Angka putus sekolah pada tingkat SMA di Sulawesi Tenggara masih diatas rata-rata nasional. Sementara pada jenjang pendidikan SD dan SMP, angka putus sekolah sudah dibawah 2 persen, dan masih dibawah rata-rata nasional. Sementara itu, untuk angka melanjutkan sekolah dari SD ke SMP, provinsi Sulawesi Tenggara adalah provinsi dengan angka melanjutkan paling Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 31

22 tinggi diantara provinsi di Sulawesi, namun angka melanjutkan sekolah dari SMP ke Sekolah Menengah (SMA/SMK) terhitung terendah di Sulawesi. Gambar 9. Angka Putus Sekolah Antar Provinsi di Sulawesi dan Nasional Tahun Anggaran 2009/2010 Sumber: Laporan PEA-World Bank, 2012 b. Kesehatan a) Jumlah Fasilitas dan Tenaga Kesehatan Pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu Tahun 2007 hingga Tahun 2011 meningkat pesat, terutama yang terkait langsung dengan pelayanan kesehatan kepada masyarakat seperti Puskesmas Keliling mencapa133 unit (184,7%) dari 72 Unit tahun 2007 menjadi 205 unit tahun 2011, Polindes/Poskesdes 450 unit dari 536 Unit tahun 2007 menjadi 986 Unit Tahun 2011 (84,0%) dan Posyandu 628 unit dari 2241 unit tahun 2007 menjadi unit tahun Pembangunan sarana kesehatan tersebut signifikan dengan peningkatan derajat kesehatan masyarakat seperti dikemukakan terdahulu.secara rinci pembangunan fasilitas kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 32

23 Tabel 9. Perkembangan Pembangunan Fasilitas Kesehatan di Sulawesi Tenggara Tahun Sarana Kesehatan RS Umum (Pemerintah+ swasta) Rumah Sakit Jiwa Rumah Bersalin Puskesmas Perawatan Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Keliling Puskesmas Pembantu Polindes dan poskesdes Posyandu Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Indikator yang digunakan untuk menilai ketersediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan meliputi ratio posyandu persatuan balita, ratio Puskesmas, poliklinik dan Pustu persatuan penduduk dan ratio Rumah Sakit Persatuan Penduduk. Hal ini dijelaskan pada tabel berikut Tabel 10. Ketersediaan sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan Per Satuan Penduduk Sarana Kesehatan Jumlah Puskesmas Rasio Puskesmas per ,5 2,99 3,16 3,2 3,34 Penduduk Jumlah Puskesmas Pembantu Raio Pustu per penduduk 2,32 2,8 2,7 2,2 1,9 Jumlah Posyandu Rasio Posyandu dalam 1000 balita 11,6 11,6 11,9 11,4 12,9 Jumlah RS Rasio RS penduduk 1,6 1,5 1,5 1,7 1,7 Jumlah TT Rasio TT terhadap ,8 0,9 1 1,1 1,2 penduduk Jumlah TT Kelas III Rasio terhadap 1500 penduduk sasaran jamkesmas +Bahteramas 0,7 0,7 0,8 0,9 1 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 33

24 Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (4per ), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, ratio bidan meningkat dari 32,6 per penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan ratio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan tenaga-tenaga sanitasi, farmasi dan perawat yang belummemenuhi standar kebutuhan. Di Provinsi Sulawesi Tenggara rasio Posyandu terhadap Desa adalah 1,36, yang artinya terdapat Desa yang memiliki 2 Posyandu. Bila di bandingkan dengan jumlah Balita dapat dijelaskan bahwa rata-rata setiap Posyandu memiliki balita atau dengan kata bahwa sampai dengan tahun 2012 Rasio Posyandu per 1000 balita 12. Pencapaian ini sudah cukup baik, karena dalam satu Posyandu idealnya 100 orang balita. Dengan demikian indeks rasio capaian kinerja sudah diatas >100. Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas per penduduk yang cenderung semakin baik yakni dari setiap satu Puskesmas menjadi orang setiap Puskesmas. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 34

25 Berdasarkan hasil evaluasi, kinerja Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan kinerja yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat Rasio Puskesmas Pembantu per penduduk yang cenderung semakin baik yakni rata-rata setiap Pustu memiliki sasaran penduduk orang. Begitu pula bila dibandingkan dengan standar menurut Kementerian Kesehatan RI (1 : penduduk) dapat dijelaskan bahwa ketersediaan Puskesmas Pembantu bukan merupakan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan. Ketersediaan Rumah Sakit diukur dengan Rasio terhadap penduduk atau per penduduk. Berdasarkan hasil evaluasi, dari aspek kuantitatif ketersesediaan sarana pelayanan kesehatan rujukan bukan masalah. Hal ini dijelaskan bahwa Rasio rumah sakit terhadap penduduk (per penduduk) memiliki nilai >1,0, yang artinya keberadaan rumah sakit sudah diatas ambang batas minimal menurut Kementerian Kesehatan. Namun demikian, permasalahan yang sedang dihadapi saat ini adalah kualitas pelayanan kesehatan. Begitu pula ketersedia TT Kelas III, menunjukan perbaikan yakni dari 0,8 per 1500 penduduk menjadi 1,2 per 1500 penduduk. Kondisi ini menunjukan bahwa permasalahan ketersediaan tempat tidur, secara kuantitif sudah dapat ditanggulangi. b) Cakupan Penyediaan Tenaga Kesehatan Jumlah tenaga yang bekerja di pelayanan kesehatan terus bertambah dari tahun ke tahun. Pada Tahun 2007 jumlah tenaga kesehatan sebanyak orang menjadi tahun 2011, terjadi penambahan sebanyak 3129 orang (81,3%). Persentase Penambahan yang paling besar adalah tenaga farmasi sebesar 193,6%, Bidan sebesar 124,3% dan dokter umum sebesar 119,8%. Perkembangan jumlah Tenaga Kesehatan di Sulawesi Tenggara disajikan pada Tabel berikut Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 35

26 Tabel 11. Jumlah Tenaga Kesehatan di Provinsi Sulawesi Tenggara, Tahun Tenaga Kesehatan Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Tenaga Farmasi dan Apoteker Ahli Gizi Tenaga Sanitasi Total Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Sehubungan dengan ketersediaan tenaga kesehatan dapat dijelaksan melalui indikator seperti berikut pada Tabel Berikut Tabel 12. Rasio Keadaan Tenaga per penduduk di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun No Tenaga Kesehatan Jumlah Dokter Spesialis Rasio Dokter Spesialis (4 Per ,31 2,4 2,55 2,69 3,07 Pddk) 2. Jumlah Dokter Umum Rasio Dokter (25 Per Pddk) 9,94 14,4 14,12 15,77 19,5 Jumlah Dokter Gigi Rasio Dokter Gigi (6 Per ,31 3,75 3,63 3,81 5,75 Pddk) 4. Jumlah Perawat Rasio Perawat (158 Per , ,6 141, Jumlah Bidan Rasio Bidan (75 Per Pddk) 32,6 55,4 58,7 67,2 78,1 6. Rasio Tenaga Farmasi dan Apoteker Rasio Tenaga Kefarmasian (28 Per Pddk) 2,7 2,6 4,1 6,1 20,9 7. Jumlah Ahli Gizi Rasio Ahli Gizi (25 Per Pddk) 19 21,3 23,9 25,8 25,5 8. Jumlah Tenaga Sanitasi Rasio Tenaga Sanitarian (30 Per Pddk) 15,9 29,3 23,2 21,9 20,4 Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 36

27 Pada tabel dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rasio dokter spesialis dari 2,31 padat tahun 2007 menjadi 3,07 tahun 2011 (per ), begitu pula dokter umum meningkat dari 9,94 menjadi 19,5 (standar 25 per penduduk). Kondisi ini memberikan gambaran bahwa Provinsi Sulawesi Tenggara masih memhutuhkan tenaga medis, dan bila hal ini tidak segera dipenuhi maka implikasinya adalah kualitas pelayanan kesehatan masyarakat tidak terjamin. Ketersediaan tenaga kesehatan di luar dokter juga menunjukan perbaikan, Rasio bidan meningkat dari 32,6 per penduduk menjadi 78,1 (standar 75 per penduduk). Begitu pula tenaga kesehatan lainnya juga menunjukan peningkatan. Berdasarkan Rasio tersebut, Provinsi Sulawesi Tenggara, perlu memberikan perhatian terhadap keberadaan tenaga-tenaga sanitasi, farmasi dan perawat yang belummemenuhi standar kebutuhan. c) Cakupan Pelayanan Kesehatan Dalam rangka mengurukur keberhasilan capaian pelayanan kesehatan ada beberapa indikator yang digunakan yang meliputi indikator pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pebaikan gizi, Pengendalian Penyakit, Pelayanan kesehatan masyarakat miskin, dan pemberdayaan masyarakat. Cakupan pelayanan ibu hamil berkualitas (K4) meningkat dari 70,75% tahun 2007 menjadi 82,09% tahun Begitu pula cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, pelayananibu nifas, penanganan komplikasi dan peserta KB aktif juga menunjukan peningkatan. Kunjungan neonatal lengkap menunjukan peningkatan yakni 74,89% tahun 2007 menjadi 87,71% tahun Begitu pula cakupa penanganan komplikasi walaupun belum mencapai target, tetapi capaiannya cenderung meningkat. Sedangkan cakupan Balita gizi buruk yang dirawat, Rasio capaian kinerjanya sangat baik yaitu 100. Hal ini Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 37

28 menunjukan bahwa penderita gizi buruk yang ditemukan semuanya dirawat. Cakupan desa/kelurahan UCI di Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukan peningkatan dari 75 tahun 2007 menjadi 80,2% tahun Cakupan penemuan kasus TB BTA+ befluktuasi. Pada tahun 2009 terjadi penurunan dari 79% tahun 2007 menjadi 49%, kemudian menunjukan peningkatan menjadi 79% tahun Capaian program Rumah Tangga Ber-PHBS pada tahun 2008 sebesar 21,9 % dan pada tahun 2011 sebesar menjadi 38,72%, dengan sasaran target 70 % ditahun Sedangkan cakupan rumah tangga yang memiliki akses terhadap airminum berlualitas menunjukan peningkatan yakni dari 44,77 tahun 2007 menjadi 54,62% tahun Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 13. Pencapaian Pelaksanaan pelayanan Kesehatan Tahun Provinsi Sulawesi Tenggara No Indikator Cakupan Kunjungan neonatal lengkap 74,89 75,33 75,85 83,91 87,71 2 Penanganan kasus gizi buruk Cakupan kunjungan ibu hamil K4 70,75 75,76 84,32 85,87 82,09 4 Cakupan pertolongan persalinan tenaga kesehatan kompeten 71,45 80,38 84,32 85,87 89,03 5 Cakupan desa UCI ,2 80,2 6 Cakupan masyarakat miskin yg mendapat yankes dasar 7 Cakupan masyarakat miskin yang mendapat yankes rujukan 8 Cakupan Ketersediaan Obat dan Vaksin 9 Cakup Penemuan dan Penanganan BTA Positif 10 Cakupan Rumah Tangga dengan PHBS 11 Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Sumber: Dinas Kesehatan Prov. Sultra, , ,3 86, , ,73 21,9 26,4 38,54 38,72 44,77 65,56 62,6 62,6 54,62 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 38

29 c. Pekerjaan Umum Dalam rangka menunjang pembangunan ekonomi di Sulawesi Tenggara, maka ketersedian sarana infrastruktur sangat penting, sebab dengan ketersediaan infratsruktur jalan yang baik akan memberikan efek positif terhadap perkembangan investasi disuatu daerah. Ketersedian jalan yang baik akan memperlancar distribusi baik untuk kebutuhan konsumsi masyarakat maupun untuk kelancaran pergerakan supply input dari suatu daerah ke daerah lain. Di Sulawesi Tenggara penyedian perbaikan infrastrutur jalan juga menjadi perhatian pemerintah dalam pembangunannya terutama jalan jalan penghubung dengan provinsi lain dan jalan penghubungan antar kabupaten. Baiknya jalan yang menghubungkan antara provinsi Sulawesi Tenggara dengan provinsi Sulawesi Selatan maupun Sulawesi Tengah, akan sangat membantu dalam pertukaran barang dan jasa di daerah ini. Sesuai dengan Kepmen PU No. 480/KPTS/1996, komponen jalan dalam jaringan primer di Propinsi Sulawesi Tenggara terdiri atas : 1. Jalan Arteri yaitu jalan yang melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang utama, pelabuhan utama atau Bandar udara kelas utama. 2. Jalan Kolektor 1 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota propinsi. 3. Jalan Kolektor 2 yaitu jalan yang menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota Kabupaten / Kota. 4. Jalan Kolektor 3 yaitu jalan yang menghubungkan antar ibukota Kabupaten / Kota Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan yang telah terbangun di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 1,398, Km, yang terdiri dari 1,397,051 Km jalan nasional, Km jalan provinsi, dan Km jalan strategis provinsi. Kondisi Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 39

30 jalan provinsi terdiri dari 1, Km jalan beraspal, Km jalan non aspal. Secara umum, walaupun aspek ketersediaan jalan sudah mencukupi, akan tetapi di sisi lain terdapat beberapa aspek yang masih harus terus ditingkatkan pencapaiannya. Beberapa aspek tersebut antara lain belum terintegrasinya secara menyeluruh antara pusat pusat kegiatan/produksi ke daerah pemasaran, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara. Hal ini akan berdampak pada terhambatnya arus barang dan jasa anatar wilayah tersebut. Tingginya tingat kerusakan jalan, baik rusak ringan, sedang, maupun berat. Hal ini berdampak pada rendahnya tingkat keselamatan penggguna jalan yang ditandai dengan meningkatnya tingkat kecelakaan lalu lintas. Selain itu kerusakan jalan juga berdampak pada bertambahnya waktu tempuh yang diperlukan untuk mencapai suatu wilayah tertentu, sehingga biaya operasional kendaraan akan meningkat. Di bidang pembangunan infrastruktur jalan, panjang jalan berstatus yang ada di Provinsi Sulawesi Tenggara sampai tahun 2012 mencapai 7.515,85 Km, yang terdiri dari 1.397,05 Km jalan nasional, 906,09 Km jalan provinsi, dan 5.212,71 Km jalan Kabupaten/Kota dimana 286,09 Km diantaranya sebagai jalan strategis provinsi. Jalan dalam kondisi mantap yaitu jalan dengan kondisi baik dan sedang di provinsi provinsi Sulawesi Tenggara yang terdiri dari jalan nasional dan jalan provinsi mencapai 62,95%. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 14. Status dan Kondisi Jalan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2012 No Status Panjang Konstruksi (Km) Kondisi (Km) (km) Aspal Non Baik Sedang Rusak Aspal 1 Nasional 1.397, ,41 179,64 570,29 387,30 439,46 2 Provinsi Startegis Provinsi Sumber : Dinas PU Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 40

31 Di bidang infrastruktur pengairan, pembangunan diarahkan kepada upaya pemenuhan ketersediaan air baku masyarakat untuk kebutuhan sehari hari, pemenuhan ketersediaan air irigasi untuk pertanian serta upaya penanggulangan bahaya banjir dan abrasi kawasan pantai. Beberapa program dan kegiatan yang telah dilaksanakan untuk tujuan tersebut di atas, diantaranya melalui pembangunan sarana pengelolaan air minum, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi, rehabilitasi/normalisasi sungai serta pembangunan/rehabilitasi bangunan penahan gelombang laut. Sampai dengan tahun 2012, di wilayah Provinsi Sulawesi Tenggara terdapat 7 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan pusat dengan luas area Ha, dimana 63,167 % kondisi baik; 24,545 % rusak ringan; dan 12,288 rusak berat. Selain itu, terdapat 15 Daerah Irigasi (DI) yang merupakan kewenangan Provinsi dengan luas area Ha, dimana 79,76 % kondisi baik; 8,53 % rusak ringan; 10,96 % rusak berat. d. Perumahan a) Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air bersih Ketersediaan air bersih yang akan digunakan untuk mandi cuci dan konsumsi sangat penting bagi masyarakat. Ketersediaan air bersih bagi penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 15. Presentase Rumah Tangga yang Menggunakan Air Bersih Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Jumlah Pelanggan Jumlah Rumah Rasio air bersih Tangga (%) , , , , , ,66 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 41

32 Jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih di Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami fluktuasi namun cenderung meningkat setiap Tahunnya. Tahun 2006 jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih sebesar 9,78 persen, meningkat menjadi 10,29 persen pada Tahun Namun pada Tahun 2011 mengalami penurunan mencapai 8,66 persen. b) Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Saat ini listrik telah menjadi salah satu kebutuhan vital bagi masyarakat. Ketersediaan listrik bagi rumah tangga menjadi salah satu indikator penting pembangunan. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun dapat terlihat pada Tabel berikut : Tabel 16. Persentase Rumah Tangga Yang Menggunakan Listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Jumlah Jumlah Rumah Rasio Pelanggan Tangga (%) , , , , , ,56 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Berdasarkan tabel tersebut diatas, persentase rumah tangga yang menggunakan listrik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun mengalami fluktuatif, dimana pada Tahun 2006 jumlah pelanggan sebanyak dengan jumlah rumah tangga atau sekitar 40,71 persen persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik. Namun pada Tahun 2011 jumlah pelanggan sebanyak dengan jumlah rumah tangga atau sekitar 38,56 persen atau jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 42

33 e. Perhubungan Jumlah arus penumpang dan barang baik yang datang maupun yang berangkat melalui transportasi darat, laut dan udara menunjukan frekwensi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, artinya bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu 4 (empat) tahun tersebut menunjukan perkembangan yang semakin baik. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini Tabel 17. Arus Penumpang dan Barang yang Datang dan Berangkat Melalui Transportasi Darat, Laut, Penyeberangan dan Udara No Arus Penumpang dan Barang Jumlah Penumpang Angkutan Umum 195,202, ,589, ,424, ,356, Arus Kedatangan Dengan Penyeberangan Laut (org) 834, , , , Arus Kedatangan Dengan Transportasi Darat (org) 21,320,410 21,654,520 23,996,472 25,321, Arus Keberangkatan Dengan Penyeberangan Laut (org) 725, , , , Arus Keberangkatan Dengan Transportasi darat 172,322, ,421, ,838, ,425, Jumlah Barang Yang Terangkut Melalui Angkutan Umum 583, , , , Jumlah Barang Masuk Melalui Penyeberangan Laut (ton) 121, , , , Jumlah Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Darat (ton) 163, , , , Jumlah Barang Keluar Melalui Penyeberangan Laut 101, , , , Jumlah Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Daarat 197, , , , Arus Angkutan Udara 7,932,184 8,453,046 8,021,731 8,061, Arus Kedatangan Dengan Transportasi Udara (Orang) 207, , , , Arus Keberangkatan Dengan Transportasi Udara (orang) 210, , , , Arus Barang Masuk Melalui Moda Transportasi Udara (kg) 4,314,135 4,279,936 3,972,181 4,349, Arus Barang Keluar Melalui Moda Transportasi Udara (kg) 3,199,702 3,621,302 3,541,844 3,112,469 Sumber: Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2013 f. Ketenagakerjaan Keadaan ketenagakerjaan di Sulawesi Tenggara pada Februari 2013 menunjukkan adanya perbaikan yang digambarkan dengan adanya Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 43

34 peningkatan kelompok penduduk yang bekerja, serta penurunan tingkat pengangguran. Pada bulan Februari 2013, jumlah angkatan kerja mencapai orang dan bertambah orang (4,27 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar orang dan berkurang orang (3,09 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar orang. Penduduk yang bekerja pada Februari 2013 mencapai orang dan bertambah orang (4,88 persen) dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar orang, dan berkurang sebesar orang (3,46 persen) dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar orang. Jumlah pengangguran terbuka pada Februari 2013 sebesar orang, mengalami penurunan sekitar orang (10,44 persen) jika dibanding keadaan Agustus 2012 yaitu sebesar orang, dan mengalami kenaikan orang (8,51 persen) jika dibanding keadaan Februari 2012 yaitu sebesar orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengalami penurunan sebesar 3,52 poin selama periode satu tahun terakhir (Februari 2012-Februari 2013) dan mengalami peningkatan sebesar 2,23 poin dibanding TPAK bulan Agustus Lebih jelasnya dapat lihat pada tabel berikut ini menjelaskan jumlah penduduk yang bekerja dan tingkat pengangguran Tabel 18. Penduduk Menurut Kegiatan Utama di Sulawesi Tenggara Tahun Tahun No Kegiatan Utama Februari Agustus Februari Agustus Agustus Angkatan Kerja 1,064,366 1,058,999 1,094, ,957 1,060,340 a. Bekerja 1,018,134 1,026,548 1,060, ,879 1,023,549 b. Pengangguran Terbuka 46,232 32,451 33,906 41,078 36,791 2 Bukan Angkatan Kerja 405, , , , ,484 3 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 72,42 71,42 73,1 67,35 69,58 Tingkat Pengangguran Terbuka Pekerja Tidak Penuh 394, , , , ,520 Setengah Penganggur 213, , , , ,711 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 44

35 2. Fokus Layanan Urusan Pilihan Analisis kinerja atas layanan urusan pilihan dilakukan terhadap indikator-indikator kinerja penyelengaraan urusan pilihan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota, yaitu bidang urusan pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya mineral, pariwisata, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri dan ketransmigrasian. a. Bidang Pertanian Sektor Pertanian di Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan sektor strategis namun mengalami perlambatan pertumbuhan dalam dua tahun terakhir. Selain merupakan penyerap tenaga kerja terbesar, sektor pertanian juga merupakan sektor dengan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian Sulawesi Tenggara. Dalam rangka meningkatkan kinerja sektor pertanian, Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah menetapkan 4 komoditi unggulan dalam RPJMD Keempat komoditi tersebut adalah: tanaman kakao di sub-sektor perkebunan, padi di sub-sektor tanaman pangan, sapi di sub-sektor peternakan, dan rumput laut di sub-sektor perikanan dan kelautan. Keempat komoditi tersebut merupakan kontributor terbesar di sub-sektor masing-masing. Dari keempat komoditi unggulan, tanaman kakao merupakan komoditi yang berhasil menjadi komoditi ekspor. Tantangan sektor pertanian di Sulawesi Tenggara dalam dua tahun terakhir adalah semakin melambatnya pertumbuhan di sektor pertanian, dan semakin berkurangnya belanja langsung sektor pertanian di tingkat provinsi dan kabupaten/kota. 1. Sub Sektor Tanaman Pangan Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan Sultra sejak tahun rata-rata melebihi target capaian pemerintah daerah Provinsi Sultra walaupun masih berfluktuatif. Capain kinerja Aspek Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2008 sebesar 91,4%, sedangkan pada tahun 2009 meningkat sebesar 101,6%, pada tahun 2010 sebesar Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 45

36 meningkat 109,93%. Namun capain kinerja pada tahun 2011 menurun sebesar 87,3%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor hortikultura secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun cenderung berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja sub sektor hortikultura pada tahun 2008 sebesar 125,7%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 134,9%. Capain kinerja pada tahun 2010 justru menurun menjadi 96,7%, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 103,4%. Untuk capaian kinerja Sub Sektor perkebunan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Perkebunan pada tahun 2008 sebesar 107,32%, namun pada tahun 2009 menurun menjadi 85,6 %. Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 122,9 %, dan pada tahun 2011meningkat menjadi 127,1%. Capaian kinerja Sub Sektor Peternakan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun. Capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2008 sebesar 92,6%, dan pada tahun 2009 meningkat sebesar 106,1%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 107,47 %, dan capain kinerja pada tahun 2011 justru menurun menjadi 87,0%. Capain kinerja Sub Sektor Perikanan secara umum berada diatas target pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara, walaupun masih berfuktuasi dari tahun ketahun sejak tahun kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2008 sebesar 123,9%, dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 124,0%. Namun pada tahun 2010 kembali menurun menjadi 91,8%, dan kinerja pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 108,2%. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 46

37 Gambar 10. Tingkat Capain Kinerja Dinas Pertanian Setiap Sub Sektor Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Sedangkan Trend capain kinerja NTP Sultra masih berfluktuatif. Trend capain kinerja NTP Sultra pada tahun 2008 meningkat sebesar 6,64%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -2,43%, dan pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 0,14%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun Trend capain kinerja Sub Sektor Tanaman Pangan pada tahun 2009 menurun sebesar -0,18%, pada tahun 2010 kembali menurun sebesar - 2,01%, namun pada tahun 2011 meningkat sebesar 1,67%. Trend capaian kinerja Sub Sektor Hortikultura masih berfluktuasi sejak tahun Trend capain kinerja Sub Sektor Hortikultura pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,01%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -2,20 %, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 0,77%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun Trend capain kinerja Sub Sektor Perkebunan pada tahun 2009 meningkat sebesar Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 47

38 15,54%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -6,09 %, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -2,54%. Untuk Trend capaian kinerja Sub Sektor peternakan menunjukkan trend negative walaupun meningkat pada tahun Trend capain kinerja Sub Sektor Peternakan pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,50%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,46%, dan pada tahun 2011 terus menurun sebesar -0,84%. Untuk Trend capain kinerja Sub Sektor perkebunan menunjukkan trend positif, sejak tahun Trend capain kinerja Sub Sektor Perikanan pada tahun 2009 meningkat sebesar 1,76%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 2,50%, dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar 2,01%. 2. Produkstivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Produksitas Padi Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum meningkat dari tahun , walaupun menurun pada tahun Produksitas Padi Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 39,53(Ku/Ha), pada tahun 2009 meningkat menjadi 41,51(Ku/Ha), dan pada tahun 2010 terus meningkat menjadi 42,19 (Ku/Ha). Namun pada tahun 2011 menurun menjadi 41,34(Ku/Ha). Untuk Produktivitas Jagung Per Hektar sejak tahun masih berfluktuatif dan menunjukkan penurunan pada dua tahun terakhir. Produktivitas Jagung Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 24,98 (Ku/Ha) dan tahun 2009 meningkat menjadi 26,33(Ku/Ha). Namun pada tahun 2010 menurun sebesar 25,28(Ku/Ha) dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 23,53(Ku/Ha). Produktivitas Kedelai Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun Produktivitas Kedelai Per Hektar pada tahun 2008 sebesar 9,3(Ku/Ha) dan pada tahun 2009 menurun menjadi 8,36(Ku/Ha). Pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 12,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha). Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 48

39 Produksitas Kacang Tanah Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun , walaupun meningkat pada tahun Produktivitas Kacang Tanah Per Hektar (Ku/Ha), pada tahun 2008 sebesar 8,92(Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 8,48(Ku/Ha), pada tahun 2010 menurun sebesar 7,14(Ku/Ha), pada tahun 2011 meningkat sedikit menjadi sebesar 7,7 (Ku/Ha), dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar 10,51(Ku/Ha). Produksitas Kacang hijau Per Hektar Provinsi Sulawesi Tenggara secara umum menurun dari tahun Produktivitas Kacang Hijau Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 8,37 (Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 8,35 (Ku/Ha), serta tahun 2010 menurun menjadi 8,04(Ku/Ha), dan pada tahun 2011 lebih statis yaitu 8,04(Ku/Ha). Begitupun Produktivitas Ubi jalar Per Hektar masih berfluktuatif sejak tahun Produktivitas Ubi Jalar Per Hektar (Ku/Ha) pada tahun 2008 sebesar 86,12(Ku/Ha), pada tahun 2009 menurun sebesar 80,36(Ku/Ha),pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi 83,57(Ku/Ha), pada tahun 2011 menurun sebesar 81,36(Ku/Ha). Untuk melihat Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal Lainnya dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 11. Produktifitas Padi dan Tanaman Pangan di Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data Sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 49

40 Sedangkan untuk Trend capain kinerja produktivitas Padi menunjukkan trend positif tahun , walaupun sempat negative pada tahun Trend capaian kinerja produktivitas Padi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,8%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 1,6%, pada tahun 2011 justru menurun sebesar -2,1%. Untuk Trend capaian kinerja produktivitas jagung menunjukkan trend negatif tahun Trend capain kinerja produktivitas Jagung pada tahun 2009 meningkat sebesar 5,1%, namun pada tahun 2010 menurun sebesar -4,2%, dan pada tahun 2011 menurun sebesar -7,4%. Trend capaian kinerja produktivitas kedelai menunjukkan trend yang fluktuatif dari tahun Trend capaian kinerja produktivitas Kedelai, pada tahun 2009 menurun sebesar -11,2%, tapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 30,6%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -14,6% Untuk Trend capain kinerja produktivitas Kacang Tanah menunjukkan trend negatif dari tahun dan menjadi posisif pada tahun Pada tahun 2009 Trend capain kinerja menurun sebesar -5,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -18,8%, dan pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 7,4% Sedangkan untuk Trend capain kinerja produktivitas Kacang hijau menunjukkan trend negatif tahun Trend capain kinerja produktivitas Kacang Hijau, pada tahun 2009 menurun sebesar -0,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -3,9 %, serta pada tahun 2011 tidak mengalami peningkatan atau sebesar 0,0% Trend capain kinerja produktivitas ubi kayu menunjukkan trend positif tahun , walaupun sempat negative pada tahun Trend capain kinerja produktivitas Ubi Kayu, meningkat pada tahun 2009 meningkat sebesar 2,8%, pada tahun 2010 menurun sebesar -7,5%, pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 5,3% Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 50

41 Trend capain kinerja produktivitas ubi jalar menunjukkan trend negative tahun , walaupun sempat meningkat pesentasenya pada tahun Trend capain kinerja produktivitas Ubi Jalar, pada tahun 2009 menurun sebesar -7,2%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 3,8%, pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -2,7% Untuk melihat trend perkembangan kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 12. Trend Capain Kinerja Produktivitas Padi atau Bahan Pangan Utama Lokal di Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB sejak tahun menunjukan angka presentase yang semakin menurun setiap tahunnya. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Tahun pada tahun 2008 sebesar 36,44%, pada tahun 2009 menurun menjadi sebesar 35,02%, dan pada tahun 2010 menurun sebesar 33,2%, serta pada tahun 2011 konstribusi sektor pertanian menjadi 31,71%. Untuk melihat trend perkembangan Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 51

42 Gambar 13. Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB di Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Luas Lahan Produktif Pertanian Luas Lahan Produktif Pertanian setiap tahun sejak tahun menunjukkan keluasan yang semakin bertambah. Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) semakin meningkat sejak tahun Hal ini dapat dilihat dari Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2008 sebesar Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi Ha, pada tahun 2010 kembali meningkat menjadi Ha, dan pada tahun 2009 kembali meningkat menjadi Ha. Sedangkan Luas Lahan Sawah semakin meningkat sejak tahun walaupun terjadi penurunan luas pada tahun Pada tahun 2008 luas lahan sawah sebesar Ha, pada tahun 2009 menurun menjadi Ha, pada tahun 2010 luas lahan sawah kembali meningkat menjadi Ha, pada tahun 2011 luas lahan sawah meningkat menjadi Ha Untuk melihat perkembangan Luas Lahan Produktif Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 52

43 Gambar 14. Luas Lahan Produktif Pertanian di Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Untuk Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) meningkat sejak tahun , walaupun negative pada tahun Trend perkembangan Luas Lahan Bukan Sawah (Lahan Kering) pada tahun 2009 menurun sebesar -54,59%, namun pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar 1,91% pada tahun 2011 meningkat sebesar 7,63%. Sedangkan Trend perkembangan Luas Lahan Sawah meningkat sejak tahun , walaupun negative pada tahun Trend perkembangan Luas Lahan Sawah pada tahun 2009 menurun sebesar - 19,42 % pada tahun 2010 meningkat sebesar 8,52% pada tahun 2011 kembali meningkat sebesar 2,42%. 5. Pertumbuhan Hasil Produksi Tanaman Pangan Pertumbuhan hasil produksi Tanaman Pangan Provinsi sulawesi Tenggara sejak tahun masih berfluktuasi setiap tahunnya. Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi menunjukkan peningkatan walaupun menurun pada tahun Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Padi pada tahun 2008 menurun sebesar -4,3%, namun pada tahun 2009 meningkat sebesar 0,5%, pada tahun 2010 meningkat sebesar 11,6%, serta pada tahun 2011 meningkat sebesar 8,1%. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 53

44 Untuk persentase pertumbuhan hasil Produksi jagung menunjukkan penurunan walaupun meningkat pada tahun Persentase Pertumbuhan Hasil Produksi Jagung pada tahun 2008 sebesar menurun -4,1%, dan pada tahun 2009 menurun sebesar, -23,0%. Tetapi pada tahun 2010 meningkat sebesar 4,4%, dan pada tahun 2011 kembali menurun sebesar -9,1%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kedelai menunjukkan peningkatan sejak tahun , walaupun terjadi kontraktif pada tahun Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kedelai pada tahun 2008 meningkat sebesar 13,0%, dan pada tahun 2009 terus meningkat sebesar 47,3%. Namun pada tahun 2010 justru menurun sebesar -42,9%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 90,8%. Persentase pertumbuhan hasil produksi kacang tanah menunjukkan menunjukkan sejak tahun Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Tanah pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -26,7%, pada tahun 2010 sebesar menurun -2,9%, pada tahun 2011 menurun sebesar -8,1%. Persentase pertumbuhan hasil Produksi kacang hijau menunjukkan penurunan sejak tahun , walaupun terjadi peningkatan pada tahun Persentase pertumbuhan hasil Produksi Kacang Hijau pada tahun 2008 menurun sebesar -10,5%, pada tahun 2009 kembali menurun sebesar -31,0%, pada tahun 2010 menurun sebesar -20,4%, tetapi pada tahun 2011 meningkat sebesar 69,7% Persentase pertumbuhan hasil Produksi ubi kayu menunjukkan presentase yag fluktuatif sejak tahun Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Kayu, pada tahun 2008 menurun sebesar -9,0%, tetapi pada tahun 2009 meningkat sebesar 4,2%. Sedangkan pada tahun 2010 kembali menurun sebesar -28,0%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 0,9%. Sedangkan pertumbuhan hasil Produksi ubi jalar berfluktuatif sejak tahun Persentase pertumbuhan hasil Produksi Ubi Jalar, pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 54

45 tahun 2008 meningkat sebesar 12,0%, namun pada tahun 2009 menurun sebesar -17,2%, pada tahun 2010 menurun sebesar -1,1%, dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 4,6%. Perkembangan presentase hasil produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara dapat ditujukan pada gambar berikut. Gambar 15. Presentase Hasil Produksi Tanaman Pangan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Bidang Kelautan dan Perikanan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah Sulawesi Tenggara dan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. Sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 140 Tanggal 15 April 2001 disebutkan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mempunyai tugas membantu Gubernur dalam melaksanakan kewenangan desentralisasi dan dekonsentrasi di bidang kelautan dan perikanan. Kepala Dinas dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Sekretaris dan uraian tugas jabatan struktural dan non struktural di lingkungan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara dilaksanakan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi Sulawesi Tenggara Nomor 50 Tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 55

46 1. Produksi Perikanan Tangkap Target Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi tenggara ton setiap tahunnya sebagaiman yang tercantum dalam RPJMD. Pada umumnya produksi perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sampai tahun 2011, namun capain produksi pada tahun 2007 dan 2008 masih dibawah target produksi perikanan. Produksi Perikanan Tangkap Prov Sultra pada tahun 2007 sebesar Ton atau dengan tingkat capaian target sebesar 97,23 %. Pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar Ton atau dengan tingkat capaian target sebesar 99,21 %. pada tahun 2009 meningkat sebesar Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 103,86 %. pada tahun 2010 sebesar Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah sebesar 105,69 %. pada tahun 2011 sebesar Ton, atau dengan tingkat capaian berada diatas target pemerintah yaitu sebesar 105,71 % Jumlah target produksi, capain kinerja dan presentase capaian produksi perikanan tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukan pada gambar berikut. Gambar 16. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja dan Presentase Capaian Produksi Perikanan Tangkap Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 56

47 2. Produksi Perikanan Budidaya Untuk target produksi perikanan budidaya pemerintah Provinsi Sultra dalam RPJMD sebesar ,30 ton setiap tahunnya. Dengan merujuk pada target tersebut, maka capain produksi perikanan budidaya pada umumnya berada diatas rata-rata target dan sasaran pemerintah sejak tahun Begitu pula trend perkembangan produksi dari tahun ke tahun menunjukkan peningkatan. Produksi perikanan budidaya provinsi Sultra pada tahun 2007 sebesar ,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 352,6%. Pada tahun 2008 produksi perikanan budidaya meningkat menjadi ,20 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 436,2%. Pada tahun 2009 produksi perikanan budidaya meningkat sebesar ,00 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 435,1%. Pada tahun 2010 meningkat sebesar ,35 ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 479,4%. Dan pada tahun 2011 terus meningkat sebesar ton, atau dengan tingkat capaian target sebesar 544,3 %. Jumlah target produksi, capain kinerja dan presentase capaian produksi perikanan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 17. Jumlah Target Produksi, Capain Kinerja dan Presentase Capaian Produksi Perikanan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 57

48 Sedangkan Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya semakin didominasi oleh perikanan budidaya sejak tahun Proporsi rasio perikanan tangkap setiap tahunnya semakin menurun. Pada tahun 2007 Perikanan Tangkap 33,3%, Pada tahun 2008 Perikanan Tangkap menurun 29,1%. Pada tahun 2009 proposri Perikanan Tangkap semakin menurun menjadi 30,1%. Pada tahun 2010 proporsi Perikanan Tangkap menurun menjadi 28,5%. Pada tahun 2011 Perikanan Tangkap menjadi 26,0%. Padan sisi lain Proporsi rasio perikanan budidaya setiap tahunnya semakin meningkat. Pada tahun 2007 Proporasi produksi Perikanan Budidaya sebesar 66,7%. Pada tahun 2008 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 70,9%. Pada tahun 2009 Proporasi produksi Perikanan Budidaya terus menurun 69,9%. Pada tahun 2010 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menurun menjadi 71,5%. Pada tahun 2011 Proporasi produksi Perikanan Budidaya menjadi 74,0%. Jumlah Proporsi rasio perikanan tangkap dan budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 18. Jumlah Proporsi Rasio Perikanan Tangkap dan Budidaya Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 58

49 3. Produksi Hasil Laut Produksi hasil laut Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun ketahun sejak tahun mengalami peningkatan. Jumlah Produksi hasil laut pada tahun 2007 sebesar Ton, untuk Produksi hasil laut pada tahun 2008 meningkat sebesar Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 0,53%. Pada tahun 2009 sebesar Ton atau trend pertumbuhan produksi positif sebesar 4,42 %. Jumlah Produksi Hasil Laut pada tahun 2010 sebesar Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 1,79%. Jumlah produksi hasil laut pada tahun 2011 sebesar Ton atau trend pertumbuhan produksi positif meningkat sebesar 0,01% Jumlah dan ternd pertumbuhan produksi hasil laut Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 19. Jumlah dan Trend Pertumbuhan Produksi Hasil Laut Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Industri Kecil Perikanan a) Industri Kecil Perikanan Kolam Jumlah Industri Kecil perikanan kolam Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun sejak tahun Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 59

50 Jumlah Unit usaha Kolam pada tahun 2007 sebesar 1741 unit, Jumlah Unit usaha Kolam meningkat pada tahun 2008 sebesar 2329 Unit Usaha atau meningkat sebesar 33,77%. Pada tahun 2009 meningkat menjadi 2724 Unit usaha atau meningkat sebesar 16,96 %. Pada tahun 2010 terus mengalami peningkatan menjadi 2824 Unit usaha atau meningkat sebesar 3,67%. dan pada tahun 2011menjadi 2854 Unit usaha atau meningkat sebesar 1,06%. b) Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Sedangkan Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau Provinsi Sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2007 berjumlah 6444 unit. Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau pada tahun 2008 sebesar 6692 unit, atau meningkat sebesar 3,85%. Pada tahun 2009 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar 6574 unit, atau menurun sebesar -1,76 %. pada tahun 2010 kembali meningkat sebesar unit, atau meningkat sebesar 68,24%. Sedangkan pada tahun 2007 Jumlah unit usaha Tambak/ Air Payau sebesar unit, atau meningkat sebesar 3,91%. Jumlah dan trend pertumbuhan Industri Kecil perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 20. Jumlah dan Trend Industri Kecil Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 60

51 c) Unit Pengolahan Ikan Jumlah Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah Unit Pengolahan Ikan pada tahun 2007 sebesar 297 unit, pada tahun 2008 mengkat menjadi 323 unit, atau meningkat sebesar 8,75% dari athun sebelumnnya. Pada tahun 2009 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 358 unit atau meningkat sebesar 10, 84%. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 566 unit atau meningkat sebesar 58,10%. Jumlah dan trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 21. Jumlah dan Trend Unit Pengolahan Ikan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Konsumsi Ikan penduduk Konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi sulawesi Tenggara menunjukkan peningkatan dari tahun ketahun. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2007 sebesar 36,5 Kg/kapita. Pada tahun 2008 Konsumsi ikan setiap penduduk meningkat sebesar 38,9 Kg/kapita, atau meningkat sebesar 6,58%. Konsumsi ikan setiap penduduk tahun 2009 sebesar 39,1 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 61

52 Kg, atau meningkat sebesar 0,51 %. Dan pada tahun 2011 konsumsi ikan setiap penduduk sebesar 45,8 Kg, atau meningkat sebesar 17,14 %. Jumlah dan trend perkembangan konsumsi ikan setiap penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 22. Presentase dan Trend Perkembangan Konsumsi Ikan Setiap Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Nilai Tukar Nelayan Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara meningkat dari tahun ke tahun sejak tahun Nilai Tukar Nelayan pada tahun 2007 sebesar 102,74 %, pada tahun 2008 meningkat menjadi 103,24 %, atau meningkat sebesar 0,49 %, dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2009 jumlah pengelolaan ikan meningkat menjadi 106,2 % atau meningkat sebesar 2,87 %. Pada tahun 2010 jumlah pegelolaan ikan meningkat menjadi 5107,19 % atau meningkat sebesar 0,93 %. Jumlah dan trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 62

53 Gambar 23. Presentase dan Trend Nilai Tukar Nelayan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah Bidang Urusan Energi Dan Sumberdaya Mineral Bidang Energi dan Sumberdaya Mineral mempunyai kontribusi cukup besar dalam mendukung perekonomian Sulawesi Tenggara. Aktivitas pertambangan merupakan sektor yang paling besar dalam menyumbangkan pendapatan daerah dan mendongkrak perekonomian daerah. Selain itu, komitmen pemerintah daerah pada bidang energi dan sumber daya mineral dengan berupaya untuk mengatasi defisit daya listrik di Sulawesi Tenggara. Pada tahun 2009 diwujudkan dengan cara merelokasi genset melalui dukungan APBD, tahun 2011 PT. PLN (Persero) telah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) kapasitas terpasang 2x10 MW, PLTM Rongi 2x0,4 MW, PLTM Sabilambo kapasitas 2x1 MW. Dalam mengatasi krisis listrik skala kecil pada daerahdaerah terpencil telah dikembangkan Listrik Tenaga Surya dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Pada tahun 2008 s.d 2012 telah dikembangkan PLTS sebanyak unit dan pada tahun 2009 pemerintah daerah telah membangun Pembakit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) kapasitas 40 kw di Desa Tekonea Kab. Konawe. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 63

54 Tabel 19. Capaian Kinerja Pelayanan Umum Bidang Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Sulawesi Tenggara Tahun No. 1. Uraian Tahun Penerimaan daerah dari sektor pertambangan 110,123,538,948 41,485,060,034 60,855,129, ,115,397,967 91,383,706,647 - Royalti 6,661,181,653 5,022,253,169 14,518,085,420 17,033,581,830 31,051,523,134 - Iuran Tetap 462,357, ,986, ,267,287 1,023,969,736 1,543,551,661 - Sumbangan Pihak Ketiga 103,000,000,000 36,162,820,028 45,444,776,620 85,057,846,401 58,788,631, Rasio Elektrifikasi (%) Rasio Desa Berlistrik (%) Daya Terpasang (MW) 93, , , , ,300 Sumber: Dinas Pertambangan dan ESDM Prov. Sultra, Bidang Perdagangan dan Industri a. Perkembangan Sektor Industri Kecil Perkembangan sektor industri kecil baik jumlah perusahaan, tenaga kerja yang digunakan maupun nilai investasi menunjukan peningkatan yang cukup signifikan pada Tahun 2012, baik industri kimia, logam dan mesin, hasil pertanian dan kehutanan maupun industri kecil. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 20. Banyaknya Industri, Nilai Produksi dan Tenaga Kerja MenurutJenis Industri Tahun 2012 Kelompok / Jenis Industri Jumlah Perusahaan Jumlah Tenaga Kerja Investasi (Rp.000) Nilai (Rp.000) Industri Kimia Industri Logam dan Mesin Industri Aneka Industri Hasil Pertanian dan Kehutanan Industri Kecil : - IK Hasil Pertanian dan Kehutanan - IK Kimia - IK Logam dan Mesin - IK Aneka Jumlah Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 64

55 b. Perkembangan Sektor Perdagangan Luar Negeri Perkembangan sektor perdagangan luar negeri menunjukan kinerja yang signifikan baik volume maupun nilai perdagangan, pada Tahun 2008 volume perdagangan mencapai 2,3 juta ton meningkat menjadi 14,05 juta ton pada Tahun 2012 dengan nilai perdagangan mencapai 463,19 juta USD pada Tahun 2008 meningkat menjadi 703,33 juta USD. Hal ini menunjukan bahwa perekonomian Sulawesi Tenggara menunjukan perkembangan yang semakin baik dari tahun ke tahun. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 21. Ekspor Berdasarkan Volume dan Nilai Sulawewi Tenggara Tahun Uraian TAHUN Volume (Ton) Nilai (USD) Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Demikian pula jumlah eksportir semakin meningkat setiap tahunnya dan jenis komoditi yang diperdagangan mencakup hasil tambang, hasil laut dan hasil perkebunan. Namun pada Tahun 2010 semakin bertambah jumlah komoditi yang diperdagangkan yaitu hasil hutan (kayu jati). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini dengan jumlah volume dan nilai yang dperdagangkan. Tahun 2008 terdapat 7 perusahaan berupa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel), hasil laut (bambu laut), hasil perkebunan (kakao), tahun Pada Tahun 2010 sebanyak 22 perusahaan beruapa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid), hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran), hasil hutan (kayu jati), hasil perkebunan (kakao) kemudia tahun 2012 sebanyak 38 perusahaan berupa hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal), hasil laut (gurita beku, cakalang, rumput laut). Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 65

56 Tabel 22. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawewi Tenggara Tahun Tahun Jumlah Eksportir perusahaan perusahaan perusahaan perusahaan perusahaan Jenis Komoditi hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) hasil laut (bambu laut hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel) hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, batu cromid) hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran) hasil hutan (kayu jati) hasil perkebunan (kakao) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel,aspal) hasil laut (gurita beku, cakalang, ikan, udang, campuran, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) hasil tambang (bijih nikel, fero nikel, aspal) hasil laut (gurita beku, cakalang, rumput laut) hasil hutan (kayu jati) Nilai (USD) Volume (Ton) , , , , , , , , ,44 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, ,9 7 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 66

57 Komoditi hasil tambang, hasil laut, hasil perkebunan dan hasil hutan tersebut dipasarkan pada beberapa Negara tujuan antara epang, Taiwan, Cina, USA, Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Itali, Yunani, Malaysia, Meksiko dan Swis, baik dalam bentuk gelondongan maupun barang setengah jadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 23. Ekspor Berdasarkan Jumlah Eksportir Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Negara Tujuan Nilai (USD) Jepang, Cina, 2008 Malaysia, India, Korea Selatan, Swis, Belgia Jepang, Cina, USA, Malaysia, 2009 Belanda,Korea Selatan, Swis Jepang, Cina, USA, Hongkong, 2010 Malaysia, Belanda, Korea Selatan, Swis, Australia, Italia Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2011 Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Itali, dan Yunani Jepang, Taiwan, Cina, USA, 2012 Hongkong, Belanda, Korea Selatan, Tailand, Meksiko, Ukraina Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Sultra, 2013 Volume (Ton) , , , , , , , , , ,97 5. Bidang Ketransmigrasian Perkembangan jumlah transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara dalam kurun waktu Tahun menunjukan perkembangan yang berfluktuatif baik transmigrasi umum maupun transmigrasi swakarsa mandiri, dimana Tahun 2007 jumlah KK mencapai 480 dan jiwa, kemudian mengalami penurunan pada Tahun 2009 menjadi 228 KK dan 919 jiwa dan naik kembali pada Tahun 2011 menjadi 828 KK dan jiwa. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 67

58 Tabel 24. Jumlah Transmigrasi di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Umum Transmigrasi Swakarsa Mandiri Total KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa Jumlah Sumber: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Prov. Sultra, 2013 C. Aspek Daya Saing Daerah 1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah Faktor utama yang berperan dalam menciptakan kemajuan ekonomi daerah adalah adanya kejelasan sasaran dan kebijakan pembangunan daerah yang berorientasi pada hasil, manfaat dan dampaknya bagi peningkatan produktivitas daerah. Hal ini ditandai dengan semakin mantapnya stabilitas makro ekonomi daerah sebagaimana disajikan pada tabel berikut. Tabel 25. Kondisi Makro Ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Indikator Ekonomi Pertumbuhan Ekonomi (%) (Harga Konstan) 7,27 7,57 8,19 8,68 10,41 Inflasi (%) 15,88 4,60 4,29 5,09 4,03 Penduduk miskin 19,53 18,93 17,05 14,61 13,71 Pengangguran Terbuka 6,05 5,38 4,77 3,06 3,10 Rasio Investasi Terhadap PDRB 24,15 30,54 29,54 32,77 30,47 PDRB/Kapita (ADHK) (Juta) 4,65 4,91 5,21 5,56 5,90 PDRB/Kapita (ADHB) (Juta) 10,33 11,70 12,70 14,06 15,56 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 68

59 a. PDRB Perkapita Salah satu tolok ukur untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah dapat dilihat dari besarnya PDRB per kapita. Berdasarkan harga berlaku, PDRB per kapita penduduk Sulawesi Tenggara tahun 2012 adalah ,33 ribu rupiah. Nilai tersebut telah meningkat 11,65 persen dari keadaan tahun Pertumbuhan PDRB per kapita itu sangat dipengaruhi oleh kenaikan harga produksi. Hal itu dapat ditunjukkan dengan peningkatan indeks implicit yang bergerak dari 256,61 tahun 2011 menjadi 263,80 pada tahun Tabel 26. PDRB Per Kapita Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Atas Dasar Harga Berlaku Atas Dasar Harga Konstan 2000 (1) (2) (3) , , , , , , , , * , , ** , ,90 Sumber: BPS Prov. Sultra, 2013 ** Angka sangat sementara, * Angka Sementara b. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup berbagai pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga atas barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan individu ataupun kelompok secara langsung. Pengeluaran rumah tangga di sini mencakup pembelian untuk makanan dan bukan makanan (barang dan jasa) di dalam negeri maupun di luar negeri. Termasuk pula di sini pengeluaran lembaga nirlaba yang tujuan usahanya adalah untuk melayani keperluan rumah tangga. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun dapat terlihat pada Tabel berikut : Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 69

60 Tabel 27. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga dan Konsumsi Rumah Tangga Perkapita Di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun (Juta Rupiah) Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga* , , , , , ,33 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2012 Ket : *) Berdasarkan PDRB atas harga berlaku Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa pengeluaran konsumsi rumah tangga di Provinsi Sulawesi Tenggara setiap Tahunnya mengalami peningkatan, di mana pada Tahun 2007 mencapai Rp. 8,57 juta dan pada Tahun 2012 meningkat hingga mencapai Rp. 15,52 juta. Hal ini menunjukan tingkat kesejahteraan masyarakat yang signifikan. Secara agregat, pengeluaran konsumsi untuk rumah tangga mengalami kenaikan yang cukup signifikan dari Tahun tingginya pengeluaran konsumsi merupakan salah satu indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat mulai meningkat sehingga berdampak pada semakin banyaknya pengeluaran untuk konsumsi. c. Nilai Tukar Petani Pada Desember 2012, NTP masing-masing subsektor di Sulawesi Tenggara tercatat sebagai berikut: Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) 85,51; Subsektor Hortikultura (NTP-H) 118,65; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-R) 123,40; Subsektor Peternakan (NTP-Pt) 89,89 dan Subsektor Perikanan (NTP-Pi) 108,74. Dimana NTP Sulawesi Tenggara tercatat 106,23 atau mengalami penurunan 0,04 persen dibanding bulan sebelumnya, atau berada pada urutan ke delapan belas penurunan NTP secara nasional. Sedangkan NTP Nasional sebesar 105,87 atau naik sebesar 0,14 persen. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 70

61 Pada Desember 2012, perubahan indeks harga konsumen perdesaan di Sulawesi Tenggara naik sebesar 0,70 persen. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan perubahan indeks harga pada semua kelompok konsumsi yaitu kelompok bahan makanan 1,05 persen; makanan jadi 0,31 persen; perumahan 0,38 persen; sandang 0,12 persen; kesehatan 0,53 persen; pendidikan, rekreasi dan olah raga 0,10 persen; dan transportasi dan komunikasi 0,01 persen. Jika dilihat dari Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember Tiga subsector mengalami kenaikan, satu subsektor tidak menagalami perubahan dan satu subsektor lainnya mengalami penuruan. Subsektor yang mengalami kenaikan terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,03 persen; subsektor peternakan sebesar 0,22 persen; dan subsektor perikanan 0,82 persen. Sub sektor yang tidak mengalami kenaikan adalah subsektor tanaman pangan ( 0,00 persen); Sedangkan subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor hortikultura turun sebesar 0,08 persen. Pada Desember 2012, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Sulawesi Tenggara dilaporkan mengalami kenaikan bila dibandingkan November 2012, yaitu sebesar 0,57 persen dari 133,64 menjadi 134,41. Jika dilihat untuk masing-masing subsektor, terjadi kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) pada semua subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan naik sebesar 0,43 persen; subsector hortikultura 0,60 persen; subsektor tanaman perkebunan rakyat 0,69 persen; subsektor peternakan 0,49 persen; dan subsektor perikanan 0,60 persen. Naiknya semua subsektor tersebut menyebabkan terjadinya Ib gabungan mengalami kenaikan. d. Produktivitas Total Daerah Tingkat produktivitas daerah menunjukan kinerja perekonomian berdasarkan peranan sektor ekonomi terhadap PDRB atas dasar harga Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 71

62 berlaku maupun atas dasar harga konstan, sebagaimana yang ditunjukan pada tabel berikut ini: Tabel 28. Peranan Sektor Ekonomi terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Prov. Sultra Tahun Sumber: BPS Prov. Sultra, 2010 Berdasarkan tabel tersebut di atas bahwa sektor pertanian masih memberikan konstribusi yang besar terhadap PDRB dari total nilai PDRB, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor jasa-jasa. Sedangkan sektor Listrik, Gas dan Air memberikan kontribusi yang kecil terhadap PDRB dari total nilai PDRB 2. Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur a. Aksesibilitas Daerah Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun dapat terlihat pada Tabel 18 berikut : Tabel 29. Rasio Panjang Jalan Perjumlah Kendaraan Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Panjang Jalan (KM) Jumlah Rasio Kendaraan* (%) , , , , , , , , , ,23 Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 72

63 Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2005 sebesar 0,049. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2006 sebesar 0,045. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2007 sebesar 0,041. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2008 sebesar 0,040. Rasio panjang jalan terhadap kendaraan di Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2009 sebesar 0,031 dan rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan Tahun 2010 sebesar 0,031. Rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan cenderung menurun selama 5 Tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena penambahan panjang jalan tidak sebanding dengan pertambahan jumlah kendaraan baik motor maupun mobil. Namun hal ini masih belum menjadi permasalahan yang mendesak karena belum terlihat kemacetan baik dipedesaan maupun di perkotaan. Tabel 30. Jumlah Orang Melalui Bandara Haluoleo Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Penumpang Datang Penumpang Berangkat Sumber : Dinas Perhubungan Prov. Sultra, 2012 Jumlah penumpang datang dan berangkat dari Tahun 2007 sampai dengan Tahun 2011 cenderung mengalamim peningkatan dari Tahun ke Tahun. Jika pada Tahun 2007 jumlah penumpang datang sebesar orang dan jumlah penumpang berangkat sebesar orang. Kondisi ini meningkat pada Tahun 2011 dimana jumlah penumpang datang sebesar orang dan penumpang berangkat sebesar orang, pertambahan jumlah penumpang datang dan pergi disebabkan geliat Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 73

64 ekonomi diwilayah ini serta adanya penambahan frekuensi penerbangan di Bandara Haluoleo. b. Fasilitas Bank dan Non Bank Sektor perbankan diharapkan dapat mendukung perkembangan perekonomian Provinsi Sulawesi Tenggara, khususnya pada sektor rill. Bank milik pemerintah yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BRI, BNI 46, Bank Mandiri, Bank BTN dan BPD. Sedangkan Bank swasta nasional yang membuka cabang di Provinsi Sulawesi Tenggara adalah Bank BII, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Panin, Bank Mega, Bank NISP, Bank Artha Graha, Bank Sinar Mas dan beberapa Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan jenis dan jumlah bank beserta cabang-cabangnya dapat terlihat pada Tabel 20 berikut : Tabel 31. Jenis dan Jumlah Bank beserta Cabangnya di Sulawesi Tenggara Tahun Tahun Bank Bank Bank Indonesia Pemerintah Swasta BPR Total Sumber : BPS Prov. Sultra, 2013 Perkembangan lembaga keuangan cukup meningkat dari Tahun ke Tahun terutama Bank Pemerintah mencapai 100 unit dan Bank Swasta mencapai 68 dan BPR mencapai 12 unit pada Tahun 2011, meningkat bila dibandingkan dengan Tahun Pertambahan jumlah bank, baik milik pemerintah dan swasta serta bank skala kecil seperti BPR Bahteramas menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik di wilayah ini sehingga menarik sektor perbankan untuk melakukan ekspansi. Sektor perbankan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 74

65 diharapkan melakukan pernannya untuk mendorong sektor rill melalui fungsi intermediasi perbankannya sehingga dapat mendorong produksi dan produktifitas masyarakat. Namun untuk melayani masyarakat kecil dan UMKM dikembangakan BPR Bahteramas yang diharapkan membuka akses masyarakat dipedesaan utnuk mendapatkan sumber-sumber pendanaan. 3. Iklim Berinvestasi a. Angka kriminalitas Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun relative berfluktuatif. Angka kriminalitas pada tahun 2009 sebanyak kasus. Pada tahun 2010 meningkat sebanyak kasus kiriminaliats atau meningkat sebesar 0,13%. Pada tahun 2011 Angka kriminalitas sebanyak atau menurun sebesar -45,97%. Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 24. Jumlah dan Trend Angka kriminalitas Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 b. Kegiatan Pembinaan Politik Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah provinsi Sultra tahu relative menurun. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah pada tahun 2008 sebanyak 200 0rang. Pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 75

66 tahun 2010 sebanyak 200 orang atau tidak meningkat (0,0%). Pada tahun 2010 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 159 orang atau menurun sebanyak -25% dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2011 peserta dalam kegiatan pembinaan politik daerah sebanyak 100 orang atau meningkat sebanyak -33,3%. Jumlah peserta dalam kegiatan pembinaan politik Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Gambar 25. Jumlah dan Trend Jumlah Peserta dalam Kegiatan Pembinaan Politik Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2012 c. Linmas Jumlah Linmas per jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahu relative meningkat sejak tahun Jumlah Linmas per jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 107 petugas, pada tahun 2009 bertambah menjadi 109 petugas atau meningkat sebesar 1,87%. pada tahun 2010 bertambah menjadi 118 petugas atau meningkat sebesar 8,26 %. pada tahun 2011 bertambah menjadi 120 petugas atau meningkat sebesar 1,69%. Jumlah Linmas per jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara tahun dapat ditunjukkan pada gambar berikut. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 76

67 Gambar 26. Trend dan Jumlah Linmas per jumlah penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2013 Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara tahu relative meningkat. Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat ( Linmas ) di Sultra pada tahun 2008 sebanyak petugas. Pada tahun 2009 meningkat menjadi petugas atau meningkat sebesar 1,41%. Pada tahun 2009 meningkat menjadi petugas atau meningkat sebesar 7,96%. Pada tahun 2011 tidak terjadi penambahan atau peningkatan Gambar 27. Trend dan Penambahan Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun Sumber : Data sekunder diolah 2013 Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2014 Page 77

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 20 BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 3.1. SITUASI GEOGRAFIS Secara geografis, Kota Bogor berada pada posisi diantara 106 derajat 43 30 BT-106 derajat 51 00 BT dan 30 30 LS-6 derajat 41 00 LS, atau kurang

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN

BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN BAB IV PRIORITAS INTERVENSI KEBIJAKAN Prioritas intervensi kebijakan ditentukan dengan menganalisis determinan kemiskinan atau masalah pokok kemiskinan dalam bidang-bidang yang berhubungan dengan kondisi

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Kondisi Geografis Daerah Kota Bengkulu merupakan ibukota dari Provinsi Bengkulu dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum Dasar hukum penyusunan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2016, adalah sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16

Ditulis oleh Administrator Minggu, 25 Desember :15 - Terakhir Diperbaharui Senin, 09 Januari :16 Letak Geografis Kabupaten Buton terletak di jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan bila ditinjau dari peta Provinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak di bagian selatan garis khatulistiwa, memanjang

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infrastruktur Infrastruktur merujuk pada system phisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT 1.1. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) beserta Komponennya Angka Partisipasi Kasar (APK) SLTP meningkat di tahun 2013 sebesar 1.30 persen dibandingkan pada tahun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA

IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MUNA 4.1 Letak Geografis dan Kondisi Alam Kabupaten Muna merupakan daerah kepulauan yang terletak diwilayah Sulawesi Tenggara. Luas wilayah Kabupaten Muna adalah 488.700 hektar

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2016 NO INDIKATOR KINERJA Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya Aksesibilitas dan

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2015 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada

BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI. Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada 4.1. Profil Wilayah BAB IV GAMBARAN UMUM KOTA SUKABUMI Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 49 29 Lintang Selatan dan 6 0 50 44

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat

NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Lampiran 1. Perjanjian Kinerja Tahun 2015 NO INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET TAHUN 2015 Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis pada hak-hak dasar masyarakat Sasaran 1 : Meningkatnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Geografis Secara astronomis Kabupaten Bolaang Mongondow terletak antara Lintang Utara dan antara Bujur Timur. Berdasarkan posisi geografisnya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015

BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 BLORA SELAYANG PANDANG TAHUN 2015 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60 528 s/d 70 248 Lintang Selatan 1. Letak Geografis : antara 1110 16 s/d 1110 338 Bujur Timur dan 60

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SEKUPANG 2015 No Publikasi : 2171.15.27 Katalog BPS : 1102001.2171.060 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 14 hal. Naskah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA

Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA 1 Lampiran Perjanjian Kinerja Tahun 2014 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GOWA NO INDIKATOR SASARAN INDIKATOR KINERJA TARGET SATUAN BESARAN Misi 1 : Meningkatnya kualitas sumber daya manusia dengan berbasis

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 69 mengamanatkan Kepala Daerah untuk menyampaikan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang

Tabel 2.6 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Aceh Tamiang 2.1. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.1.1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 2.2.1.1. Pertumbuhan PDRB Perekonomian Kabupaten Aceh Tamiang beberapa tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang cukup

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak k G 1 Pi ( Qi 1) i 1 Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE

IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE IV. KONDISI UMUM KABUPATEN SIMEULUE 4.1 Kondisi Wilayah Pulau Simeulue merupakan salah satu pulau terluar dari propinsi Nanggroe Aceh Darussalam Ο Ο Ο Ο berada pada posisi 0 0 03-03 0 04 lintang Utara

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, GUBERNUR KALIMANTAN BARAT KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR : 678/ OR / 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 396/OR/2014 TENTANG PENETAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan 494 Penghitungan Indeks Indonesia 2012-2014 Sulawesi Tenggara Tugu Persatuan Tugu Persatuan dibangun di atas lahan yang dulu dipakai Musabaqoh Tilawatir Quran (MTQ) Nasional ke- 21 tahun 2006. Karena itu,

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis

BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta Kondisi Geografis BAB III Data Lokasi 3.1. Tinjauan Umum DKI Jakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Mengacu kepada Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Akhir Masa Jabatan 2007 2012 PemProv DKI Jakarta. Provinsi DKI Jakarta

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

Daftar Tabel. Halaman

Daftar Tabel. Halaman Daftar Tabel Halaman Tabel 3.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kab. Sumedang Tahun 2008... 34 Tabel 3.2 Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang Tahun 2008... 36 Tabel 3.3 Curah Hujan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Administrasi Kabupaten Majalengka GAMBAR 4.1. Peta Kabupaten Majalengka Kota angin dikenal sebagai julukan dari Kabupaten Majalengka, secara geografis terletak

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyampaian laporan keterangan pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD merupakan amanah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI

Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI Rencana Kerja P emerintah Daerah Kabupaten Barru Tahun 2015 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen Perencanaan... 5 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN Pada bab IV ini Penulis akan menyajikan Gambaran Umum Obyek/Subyek yang meliputi kondisi Geografis, kondisi ekonomi, kondisi ketenagakerjaan, kondisi penanaman modal

Lebih terperinci

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD)

FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) FORMULIR RENCANA KINERJA TAHUNAN TINGKAT UNIT OEGANISASI ESELON I KL DAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAAH (SKPD) Lampiran III Unit Eselon I Kementrian/Lembaga/SKPD : Dinas Kesehatan Tahun : 2016 SASARAN

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN

PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN 1 PROFIL PEMBANGUNAN BANTEN A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis Provinsi Banten terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" - 115 42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada 104 35-105

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan Dan Sasaran C. Lingkup Kajian/Studi KETERANGAN HAL BAB I PENDAHULUAN... 1-1 A. Latar Belakang... 1-1 B. Tujuan Dan Sasaran... 1-3 C. Lingkup Kajian/Studi... 1-4 D. Lokasi Studi/Kajian... 1-5 E. Keluaran Yang Dihasilkan... 1-5 F. Metodelogi...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP 27 November 2014 KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 12 IndikatorKesejahteraanRakyat,2013 INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014 No. ISSN : 0854-9494 No. Publikasi : 53522.1002 No. Katalog : 4102004 Ukuran Buku Jumlah Halaman N a s k a

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Kabupaten Bone merupakan salah satu kabupaten di pesisir timur Propinsi Sulawesi Selatan yang berjarak sekitar 174 km dari Kota Makassar. Mempunyai garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan transportasi sangat diperlukan dalam pembangunan suatu negara ataupun daerah. Dikatakan bahwa transportasi sebagai urat nadi pembangunan kehidupan politik,

Lebih terperinci

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 No. 08/11/Th.X, 4 Mei 2016 KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2016 FEBRUARI 2016: TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 3,78 PERSEN Jumlah angkatan kerja di Sulawesi Tenggara pada Februari 2016 mencapai 1.212.040

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA

PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA 1 PROFIL PEMBANGUNAN SULAWESI TENGGARA A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Provinsi Sulawesi Tenggara terdiri dari jazirah tenggara Pulau Sulawesi dan kepulauan yang terdiri dari beberapa pulau besar

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 No. 63/11/Th. XI, 6 November 2017 BERITA RESMI STATISTIK Provinsi Sulawesi Tenggara Keadaan Ketenagakerjaan Sulawesi Tenggara Agustus 2017 Agustus

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Kondisi Kinerja pada awal Kondisi Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja

Lebih terperinci

PROFIL PEMBANGUNAN BALI

PROFIL PEMBANGUNAN BALI 1 PROFIL PEMBANGUNAN BALI A. GEOGRAFIS DAN ADMINISTRASI WILAYAH Secara geografis Provinsi Bali terletak pada 8 3'40" - 8 50'48" Lintang Selatan dan 114 25'53" - 115 42'40" Bujur Timur. Relief dan topografi

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BINTAN TIMUR 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1418 Katalog BPS : 1101001.2102.060 Ukuran Buku

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci