ANALISIS SEKTOR INDUSTRI ANDALAN (LEADING SECTOR) BERBASIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEKTOR INDUSTRI ANDALAN (LEADING SECTOR) BERBASIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI"

Transkripsi

1 UPPM POLITEKNIK NEGERI MEDAN LAPORAN HASIL PENELITIAN ANALISIS SEKTOR INDUSTRI ANDALAN (LEADING SECTOR) BERBASIS PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) PADA KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Peneliti : DARWIN SH. DAMANIK, SE. N I P : Dibiayai oleh : DIPA 009Politeknik Negeri Medan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional No. Kontrak : 59K./PL/009 Tanggal : Juli 009 M E D A N 0 0 9

2 ABSTRAK Darwin SH. Damanik. Dalam pembangunan ekonomi sebagai upaya mewujudkan masyarakat sejahtera, ada dua argumen yang kontradiktif sehubungan dengan pertanyaan tentang sektor ekonomi mana yang harus dikembangkan? Argumen pertama menyarankan supaya dilakukan prioritas pembangunan pada sektor industri (manufaktur) karena sektor ini menawarkan kesempatan kerja yang luas, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia di daerah. Argumen kedua menyarankan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas utama mengingat peranannya yang masih cukup signifikan dalam pembentukan PDRB sampai saat ini. Sektor pertanian terbukti mampu bertahan dan masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif pada saat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Persoalannya bukanlah kepada argumen mana kita akan berpihak, melainkan bagaimana kita membuktikan argumen mana yang paling tepat untuk diimplementasikan karena masing-masing daerah mempunyai karakteristik ekonomi yang barangkali berbeda satu dengan yang lain. Keputusan untuk menetapkan sektor ekonomi yang merupakan prioritas pembangunan harus dilakukan dengan cermat. Diperlukan suatu kajian ilmiah yang kompleks untuk menentukan secara tepat arah pembangunan yang akan dilaksanakan untuk bisa mempercepat akselerasi pembangunan guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu model kajian ilmiah yang populer yang digunakan untuk menentukan sektor atau sub-sektor ekonomi andalan suatu daerah adalah analisis keterkaitan fungsional antar sektor atau antar subsektor ekonomi suatu daerah dan antar daerah. Analisis ini dikenal dengan analisis input-output. iii

3 Penelitian ini berisikan kajian sederhana tentang keterkaitan antar sektor ekonomi atau sub-sektor ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai. Pengkajian dilakukan dengan analisis input-output berdasarkan data input-output tahun 005. Berdasarkan data publikasi Pemerintah Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai mengklasifikasikan sektor ekonominya atas 3 sub-sektor. Analisis sederhana ini dilakukan untuk mengidentifikasi sub-sektor ekonomi andalan (seharusnya menjadi andalan) bagi Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan diketahuinya sektor atau sub-sektor andalan maka otoritas daerah bisa membuat kebijakan arah pembangunan regional yang berdaya guna dan berhasil guna di masa akan datang. Supaya kebijakan pembangunan dan pengembangan ekonomi regional Kabupaten Serdang Bedagai memberikan hasil yang optimal, maka perlu diidentifikasi secara tepat sektor atau sub-sektor industri apa yang menjadi (dijadikan) sektor andalan (sektor inti) pembangunan daerah. iv

4 KATA PENGANTAR Terlebih dahulu peneliti mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-nya mengiringi peneliti dalam menyusun laporan penelitian ini. Penyusunan laporan penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk pertanggungjawaban atas penelitian yang dilakukan oleh dosen di Politeknik Negeri Medan. Laporan penelitian ini telah disusun dengan segala usaha, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, namun mungkin masih memiliki kelemahan dan kekurangan, Untuk itu kritik dan saran yang sehat sangat diharapkan dan diterima dengan senang hati. Laporan penelitian ini dapat diselesaikan juga berkat bantuan dari berbagai pihak, baik bantuan yang bersifat moril maupun yang bersifat materil. Untuk itu pada kesempatan ini ucapan terima kasih disampaikan kepada :. Direktur Politeknik Negeri Medan.. Kepala UPPM Politeknik Negeri Medan. 3. Ketua Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Medan. 4. Pemeriksa dan penilai penelitian dosen Jurusan Akuntansi. 5. Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai beserta segenap jajarannya. Ucapan terima kasih khusus disampaikan kepada keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dorongan dan cinta kasih yang tulus kepada peneliti. Semoga Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan dan bantuan yang telah diberikan. Medan, Oktober 009 Peneliti, DARWIN SH. DAMANIK NIP. : v

5 DAFTAR ISI Halaman J U D U L.. i LEMBAR PENGESAHAN ii ABSTRAKSI... iii KATA PENGANTAR iv DAFTAR ISI v DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR. vii DAFTAR LAMPIRAN.. viii BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... B. Perumusan Masalah. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Input-Output... 3 B. Pertumbuhan Ekonomi... 9 C. Kerangka Pemikiran... D. Review Penelitian Terdahulu... BAB III : TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian 4 B. Manfaat Penelitian... 4 C. Keterbatasan Penelitian. 4 BAB IV : METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Daerah Penelitian... 6 B. Metode Pengumpulan Data 6 C. Metode Analisis Data... 7 BAB V : HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Dengan Analisis Input-Output.. 9 B. Pembahasan Hasil Pengolahan Data. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 5 B. Saran... 5 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN vi

6 DAFTAR TABEL Halaman Tabel Ekspor non migas sektor pertanian (juta US 3 Tabel Produksi kakao dunia 994/995 4 Tabel 3 Perkembangan produksi kakao dunia menurut negara, 999/00 003/04 (000 5 Tabel 4 Luas areal, produksi dan produktivitas kakao Indonesia Tabel 5 Perkembangan volume ekspor produk kakao dunia, tahun 999/00 00/03 8 Tabel 6 Volume dan nilai ekspor dan impor kakao Indonesia, Tabel 7 Perkembangan harga bulanan kakao biji kering di pasar dunia (New York), dalam US 0 Tabel 8 Perkembangan harga bulanan kakao biji kering di pasar dalam negeri, dalam Tabel 9 Data volume ekspor kakao dan nilai tukar tahun Tabel 0 Hasil pendugaan model penawaran ekspor kakao 4 vii

7 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dipandang dari sudut pendapatan masyarakat sebagai indikator kesejahteraan dan struktur perekonomiannya, Provinsi Sumatera Utara termasuk daerah sedang berkembang. Demikian pula daerah administratif pemerintahan yang berada di bawah provinsi ini, yang meliputi pemerintahan kabupaten dan kota. Sebagai negara agraris, sektor pertanian masih mempunyai peranan yang dominan dalam komposisi pembentukan pendapatan daerah yang bisa dilihat pada komposisi pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) daerah Sumatera Utara. Salah satu pemerintahan tingkat II di bawah Provinsi Sumatera Utara adalah Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai). Pembangunan sudah, sedang dan akan terus dilaksanakan di seluruh sektor perekonomian yang diharapkan bisa mempercepat tercapainya masyarakat yang sejahtera. Otonomi daerah yang diberlakukan mulai Januari 000 merupakan pelimpahan kewenangan bagi daerah-daerah untuk lebih mandiri dalam melaksanakan pembangunan di daerah masing-masing. Otonomi daerah adalah momentum berharga bagi daerah-daerah di Indonesia umumnya, dan khususnya di Sumatera Utara. Dengan otonomi daerah, masyarakat dan sumber daya yang ada di suatu daerah bisa lebih diberdayakan mengingat wilayah pembangunan yang sudah lebih terjangkau dan terkonsentrasi. Dalam pembangunan ekonomi sebagai upaya mewujudkan masyarakat sejahtera, ada dua argumen yang kontradiktif sehubungan dengan pertanyaan tentang sektor ekonomi mana yang harus dikembangkan? Argumen pertama menyarankan supaya dilakukan prioritas pembangunan pada sektor industri (manufaktur) karena sektor ini menawarkan kesempatan kerja yang luas, memeratakan kesempatan berusaha, meningkatkan ekspor, menghemat devisa, menunjang pembangunan daerah dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber alam dan energi serta sumber daya manusia di daerah. Argumen kedua menyarankan pembangunan sektor pertanian sebagai prioritas utama mengingat peranannya yang masih cukup signifikan dalam pembentukan PDRB sampai saat ini. Sektor pertanian terbukti mampu bertahan dan masih memperlihatkan pertumbuhan yang positif pada saat Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi. Persoalannya bukanlah kepada argumen mana kita akan berpihak, melainkan bagaimana kita membuktikan argumen mana yang paling tepat untuk diimplementasikan

8 karena masing-masing daerah mempunyai karakteristik ekonomi yang barangkali berbeda satu dengan yang lain. Keputusan untuk menetapkan sektor ekonomi yang merupakan prioritas pembangunan harus dilakukan dengan cermat. Diperlukan suatu kajian ilmiah yang kompleks untuk menentukan secara tepat arah pembangunan yang akan dilaksanakan untuk bisa mempercepat akselerasi pembangunan guna mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat. Salah satu model kajian ilmiah yang populer yang digunakan untuk menentukan sektor atau sub-sektor ekonomi andalan suatu daerah adalah analisis keterkaitan fungsional antar sektor atau antar subsektor ekonomi suatu daerah dan antar daerah. Analisis ini dikenal dengan analisis input-output. Penelitian ini berisikan kajian sederhana tentang keterkaitan antar sektor ekonomi atau sub-sektor ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai. Pengkajian dilakukan dengan analisis input-output berdasarkan data input-output tahun 005. Berdasarkan data publikasi Pemerintah Daerah, Kabupaten Serdang Bedagai mengklasifikasikan sektor ekonominya atas 3 sub-sektor. Analisis sederhana ini dilakukan untuk mengidentifikasi sub-sektor ekonomi andalan (seharusnya menjadi andalan) bagi Kabupaten Serdang Bedagai. Dengan diketahuinya sektor atau sub-sektor andalan maka otoritas daerah bisa membuat kebijakan arah pembangunan regional yang berdaya guna dan berhasil guna di masa akan datang. B. Perumusan Masalah Apa yang diharapkan masyarakat di negara berkembang termasuk Indonesia adalah perbaikan taraf hidup ke arah yang lebih sejahtera. Harapan-harapan seperti ini masih dirasakan sampai saat ini dan meluas menjadi kesatuan harapan masyarakat sampai ke daerah-daerah di seluruh Indonesia termasuk daerah Provinsi Sumatera Utara umumnya dan Kabupaten Serdang Bedagai khususnya. Keinginan untuk hidup lebih sejahtera menuntut usaha melakukan pembangunan di semua sektor kehidupan, salah satunya investasi di sektor ekonomi yang mampu menciptakan pertumbuhan atau peningkatan pendapatan masyarakat melalui adanya efek multiplier terhadap sektor hulu maupun ke sektor hilir suatu investasi. Supaya kebijakan pembangunan dan pengembangan ekonomi regional Kabupaten Serdang Bedagai memberikan hasil yang optimal, maka perlu diidentifikasi secara tepat sektor atau sub-sektor industri apa yang menjadi (dijadikan) sektor andalan (sektor inti) pembangunan daerah.

9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TEORI INPUT-OUTPUT Alat analisis input-output pertama kali dikembangkan oleh Wassily Leontief pada tahun 930-an. Idenya sangat sederhana namun mampu menjadi salah satu alat analisis yang ampuh dalam melihat hubungan antar sektor dalam suatu perekonomian. Perencanaan pembangunan utamanya dilakukan dengan menggunakan konsep keseimbangan. Dari sisi lingkupnya, keseimbangan tersebut dapat dilihat baik dalam konteks keseimbangan parsial maupun dalam konteks keseimbangan umum. Keseimbangan parsial biasanya memperhatikan keseimbangan di satu sektor saja. Analisis keseimbangan parsial untuk suatu sektor tertentu biasanya dilakukan dengan asumsi ceteris paribus, yaitu kondisional pada hal-hal lain yang konstan. Dengan demikian analisis parsial tersebut tidak mengikut-sertakan kemungkinan terjadinya interaksi antar sektor produksi sebagai bagian keseimbangan itu sendiri. Interaksi antar sektor ini, salah satunya yang menjadi perhatian dalam analisis keseimbangan umum. Dalam keseimbangan umum, seluruh sektor dalam perekonomian adalah satu kesatuan sistem dengan keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di satu sektor berpengaruh terhadap keseimbangan (atau ketidakseimbangan) di sektor lain. Baumol (97) menyatakan analisis input-output sebagai usaha untuk memasukkan fenomena keseimbangan umum dalam analisis empiris sisi produksi. Analisis input-output merupakan suatu peralatan analisis keseimbangan umum. Keseimbangan dalam analisis input-output didasarkan arus transaksi antar pelaku perekonomian. Penekanan utama dalam analisis input-output adalah pada sisi produksi. Teknologi produksi yang digunakan oleh perekonomian memegang peranan penting dalam analisis ini. Lebih spesifik lagi, teknologi yang memegang peranan besar adalah teknologi dalam kaitannya dengan penggunaan input antara. Sampai tahap tertentu, input primer dianggap sebagai variabel eksogen, seperti halnya sisi permintaan akhir yang selalu dianggap sebagai variabel endogen. Analisis input-output merupakan suatu model matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang saling berkaitan antar sektor atau kegiatan ekonomi secara komprehensif. Tabel analisis input-output mampu menyatukan segala informasi ekonomi yang masih terpisah-pisah dan menunjukkan hubungan saling keterkaitannya dalam sistem produksi. Analisis input-output bertolak dari anggapan bahwa suatu sistem 3

10 perekonomian terdiri atas sektor-sektor yang berkaitan dimana masing-masing sektor tersebut menggunakan output dari sektor lain sebagai input untuk memproses serta memproduksi dan akan menghasilkan output di sektor tersebut. Pada akhirnya keterkaitan antar sektor tersebut akan menyebabkan terjadinya keseimbangan antara penawaran dan permintaan di dalam perekonomian. Output yang diproduksi oleh suatu sektor, katakan sektor i, didistribusikan ke dua pemakai. Pertama, pemakai yang menggunakan output tersebut untuk proses produksi lebih lanjut, dan kedua, pemakai yang menggunakan output tersebut untuk pemakaian akhir. Pemakai pertama adalah sektor produksi, sedang pemakai kedua tentunya adalah pemakai akhir. Bagi pemakai pertama, output sektor i tersebut merupakan bahan baku atau input antara (intermediate inputs), sedangkan bagi pemakai kedua, output sektor i merupakan permintaan akhir (final demand). Dalam konteks input antara, terjadi arus atau perpindahan barang antar sektor, katakan dari sektor i ke sektor j. Tentu saja bisa terjadi pula perpindahan didalam sektor itu sendiri, atau dari sektor i ke sektor i itu sendiri, atau yang juga disebut perpindahan intrasektor. Dengan kata lain, kita katakan bahwa terjadi perpindahan dari sektor i ke sektor j dimana i = j. Katakan bahwa nilai uang arus barang dari sektor i ke sektor j diberi notasi z ij, total output sektor i diberi notasi i dan total permintaan akhir sektor i tersebut diberi notasi Y i. Dengan begitu, dapat dituliskan bahwa : = z + z +. + z + Y i i i in i...) Persamaan ) menunjukkan distribusi output sektor i. Output sektor i tersebut didistribusikan ke sektor-sektor produksi lain, dan juga dialokasikan ke pemakai akhir. Pemakai akhir tidak lain adalah pelaku-pelaku ekonomi yang secara agregat bisa diklasifikasikan kedalam rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan pihak luar negeri. Permintaan akhir rumah tangga adalah konsumsi rumah tangga, permintaan akhir perusahaan ialah investasi, permintaan akhir pemerintah adalah pengeluaran pemerintah dan permintaan akhir dari luar negeri adalah ekspor. Pada persamaan ) terlihat bahwa terdapat n sektor di dalam perekonomian. Dengan demikian, akan terdapat n persamaan untuk seluruh perekonomian, yaitu : n + = z + z + z z Y n + = z + z + z3 + + z Y... = z + z + z + + z + Y n n n n3 nn n..) 4

11 Untuk setiap kolom, dapat dituliskan satu vektor kolom yang berisikan unsur-unsur sebagai berikut : z z z... 3 z n.3) Koefisien z mencerminkan jumlah input yang diperlukan oleh sektor yang berasal dari sektor itu sendiri. Begitu pula, z adalah jumlah input sektor yang berasal dari sektor. Dengan begitu, vektor kolom di atas tidak lain menunjukkan struktur input sektor tersebut. Vektor tersebut menunjukkan besarnya input sektor dari sektor-sektor produksi lainnya dan juga dari sektor itu sendiri. Input seperti ini disebut dengan input antara, karena input ini berasal dari sektor produksi lain, dan digunakan dalam proses produksi lebih lanjut. Namun begitu, input yang dibutuhkan dalam proses produksi sektor i bukan hanya input antara tersebut. Sektor produksi juga memerlukan input lain yang disebut input primer. Input primer adalah faktor produksi seperti tenaga kerja, modal, tanah dan sebagainya. Penggunaan faktor-faktor produksi tersebut menimbulkan balas jasa terhadap faktor-faktor produksi tersebut. Misalnya, balas jasa faktor produksi tenaga kerja adalah upah atau gaji, balas jasa faktor produksi tanah adalah sewa tanah. Balas jasa atas faktorfaktor produksi inilah yang disebut sebagai nilai tambah dari proses produksi tersebut. Faktor-faktor produksi yang ada didalam perekonomian tersebut tidak semuanya terpakai di sektor-sektor produksi. Adapula faktor-faktor produksi yang dipakai sebagai permintaan akhir. Oleh karenanya, faktor-faktor produksi tersebut adapula yang digunakan oleh rumah tangga, perusahaan, pemerintah dan luar negeri. Selain dari input antara yang dibeli dari sektor-sektor lain didalam perekonomian, dan input primer yang berupa faktor-faktor produksi, proses produksi sektor tertentu juga dapat membeli inputnya dari luar negeri dalam bentuk impor. Seluruh uraian di atas bisa dirangkum dalam satu tabel yang menunjukkan transaksi antar komponen-komponen suatu perekonomian pada satu titik waktu. Tabel seperti ini disebut dengan tabel transaksi input-output. Misalnya, diasumsikan bahwa dalam perekonomian terdapat hanya dua sektor produksi, yaitu sektor dan sektor ; terdapat empat komponen permintaan akhir, yaitu konsumsi rumah tangga ( C ), investasi perusahaan ( I ), pengeluaran pemerintah ( G ) dan ekspor luar negeri ( E ); dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dengan balas 5

12 jasa upah ( L ) dan kapital dengan balas jasa sewa ( N ). Disamping itu, sektor-sektor produksi maupun pengguna akhir juga dapat membeli barang dari luar negeri dalam bentuk impor ( M ). Sesuai dengan defenisi, total input harus sama dengan total output. Kemudian, sesuai sifatnya yang linier, maka dapat dituliskan bahwa : + + L + N + M = = + + C + I + G + E atau : L + N = C + I + G + E M..4) Identitas di atas tidak lain adalah identitas pendapatan nasional yang secara teoritis dapat dihitung melalui tiga cara. Dua dari tiga cara tersebut ialah yang ditunjukkan oleh persamaan 4 di atas. Tabel Bentuk umum tabel transaksi input-output Sektor Produksi Permintaan Akhir Total Output C I G E Sektor Produksi z z C I G E z z C I G E Nilai Tambah L L L L C L I L G L E L N N N N C N I N G N E N Impor M M M M C M I M G M E M Total Input C I G E Cara pertama ditunjukkan oleh sisi kiri persamaan 4, yaitu pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari balas jasa faktor-faktor produksi di perekonomian tersebut. Dalam perekonomian ini, hanya ada dua faktor produksi, yaitu tenaga kerja dan kapital, yang balas jasanya adalah upah atau gaji ( L ) dan bunga modal ( N ), berturut-turut. Cara kedua, ditunjukkan oleh sisi kanan persamaan 4, yaitu pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi di dalam perekonomian tersebut. Pada contoh ini, terdapat konsumsi rumah tangga, investasi perusahaan, pengeluaran pemerintah, serta ekspor dan impor. Sedangkan cara ketiga adalah pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari nilai tambah yang dihasilkan oleh masing-masing sektor di dalam perekonomian. Dalam contoh ini, terdapat dua sektor, 6

13 yaitu sektor dan sektor dan dua komponen nilai tambah, yaitu balas jasa tenaga kerja ( L ) dan balas jasa kapital ( N ). Oleh karena itu, dengan cara ketiga ini, pendapatan Q = VA + VA nasional adalah : Q = ( L + N ) + ( L = ( L + L ) + ( N + N ) + N ) = L + N 5) yang mana Q adalah pendapatan nasional, dan ternyata sama besar nilainya dengan sisi kiri kondisi persamaan 4. Didalam tabel terdapat tiga daerah yang diarsir. Masing-masing kelompok tersebut dapat dijadikan satu matriks tersendiri. Matriks dengan elemen kelompok di kiri atas disebut dengan matriks input antara, sehingga dapat dibuat suatu matriks input antara, Z, yang isinya : z Z = z z z Matriks dengan elemen kelompok di kiri bawah disebut dengan matriks input primer. Isi matriks ini adalah balas jasa faktor produksi dari masing-masing sektor di dalam perekonomian, sehingga dapat dibuat suatu matriks input primer, W, yang isinya : L W = N L N Sedangkan matriks dengan elemen kelompok di kanan atas disebut dengan matriks permintaan akhir. Isi matriks ini adalah permintaan akhir untuk masing-masing sektor di dalam perekonomian. Dalam pembahasan, biasanya matriks ini dijadikan sebuah vektor kolom, yang setiap elemennya adalah total permintaan akhir dari masing-masing sektor di dalam perekonomian. Bentuk matriks permintaan akhir ini adalah : C Y = C + I + I + G + G + E + E Y = Y Dengan mengetahui z ij dan j, dapat dihitung suatu koefisien teknologi a ij sebagai berikut : j zij a ij = 6) yang disebut koefisien input-output atau koefisien input langsung. Koefisien ini diterjemahkan sebagai jumlah input sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j. Jika terdapat n sektor didalam perekonomian, maka akan ada 7

14 sebanyak n n koefisien a ij tersebut. Seluruh koefisien tersebut dinyatakan dalam sebuah matriks, A, yang berbentuk : a a A = a n a a a n a a a n n nn Matriks A ini sering juga disebut dengan matriks teknologi. Setiap kolom matriks A menunjukkan komposisi penggunaan input dalam proses produksi sektor i, yang mencerminkan teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor produksi tersebut. Manipulasi aljabar dari kondisi persamaan 6 di atas menghasilkan persamaan baru sebagai berikut : z = a....7) ij ij j Persamaan 7 menegaskan lagi bahwa seluruh koefisien a ij tersebut tidak lain mencerminkan hubungan antara output sektor j dengan inputnya dari sektor i. Didalam analisis input-output, hubungan ini tetap sifatnya. Besaran hubungan ini tidak berubah walaupun terdapat peningkatan-peningkatan output didalam perekonomian. Setelah diperoleh koefisien teknologi a ij, maka sistem persamaan dapat dituliskan sebagai berikut : = a + a + + a n n + Y = a + a + + an n + Y = a + a + + a + Y n n n nn n n 8) Dengan menggeser seluruh elemen ke kiri, kecuali Y i, didapatkan bentuk : a a a n n = Y a a an n = Y a a a = Y n n n nn n n 9) dengan menyatukan i yang sama dapat disederhanakan menjadi : ( a a Y a ) a + a ) n n = ( a Y n n = a a + ( a ) = Y n n nn n n 0) 8

15 Sistem persamaan 0 dapat dituliskan dalam notasi matriks yang lebih sederhana sebagai berikut : ( I A) = Y..) dimana I adalah matriks identitas berukuran n n, A adalah matriks koefisien input, sedangkan dan Y adalah vektor kolom yang berbentuk : = n dan Y Y Y = Y n Jika terdapat perubahan dalam permintaan akhir, maka akan ada pula perubahan pola pendapatan nasional. Dari kondisi persamaan dapat dituliskan bahwa : = ( I A) Y...) Permintaan akhir tersebut adalah variabel yang eksogen sifatnya. Salah satu komponennya adalah pengeluaran pemerintah yang besarnya sepenuhnya diatur oleh pemerintah itu sendiri. Sementara itu, komponen-komponen lainnya dari permintaan akhir tersebut (konsumsi rumah tangga, investasi ataupun ekspor) adalah variabel-variabel yang besarnya dapat dipengaruhi oleh pemerintah dengan berbagai kebijakan. Dalam konteks inilah maka permintaan akhir dapat menjadi alat kebijakan pemerintah. Seyogyanya pemerintah memiliki target tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu, maka pemerintah dapat memilih instrumen mana yang akan digunakan untuk mendorong permintaan akhir tersebut, dan sekaligus juga melihat dampak dari tingkat pertumbuhan tersebut pada output sektor-sektor tertentu didalam perekonomian. Matriks ( I A ) - sering disebut dengan nama matriks kebalikan Leontief (Leontief inverse matrix). Elemen matriks ini dinotasikan dengan α ij dan mencerminkan efek langsung dan efek tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output sektorsektor didalam perekonomian. B. PERTUMBUHAN EKONOMI Dalam penggunaan umum pertumbuhan ekonomi biasanya diartikan sebagai pertumbuhan dari pendapatan nasional yang terjadi di suatu negara dari satu tahun ke tahun lainnya. Mengadopsi pengertian tersebut maka pertumbuhan ekonomi regional merupakan pertumbuhan pendapatan regional yang terjadi di suatu wilayah dari satu tahun ke tahun lainnya. Oleh karena pertambahan dalam pendapatan juga diikuti oleh 9

16 pertambahan jumlah penduduk, maka ukuran pertumbuhan ekonomi yang lebih logis diukur dengan tingkat pertambahan dari pendapatan perkapita masyarakat. Sasaran analisis pertumbuhan ekonomi regional adalah untuk menjelaskan mengapa suatu daerah ada yang dapat berkembang pesat, tetapi ada pula daerah yang tumbuh dengan lambat. Didalam teori pertumbuhan ekonomi regional terdapat dua model pertumbuhan ekonomi regional, yaitu :. Model Basis Ekspor (Export Base Model) Model ini diperkenalkan oleh Doughlas C. North (956) yang mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh keuntungan kompetitif yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan. Daerah diharapkan dapat mendorong pertumbuhan sektor yang mempunyai keuntungan kompetitif sebagai sektor basis untuk ekspor, maka pertumbuhan daerah akan dapat ditingkatkan. Peningkatan ekspor akan memberikan dampak berganda (multiplier effect) kepada perekonomian daerah. Model basis ekspor dapat pula diformulasikan dengan model basis ekonomi dengan hasil yang bersamaan. Dalam hal ini, perekonomian daerah dibagi atas dua kelompok sektor utama yaitu sektor basis dan sektor nonbasis. Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif yang cukup tinggi, sedang sektor nonbasis adalah sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis.. Model Neo-Klasik Model ini dipelopori oleh George H. Bort (960). Menurut model ini, pertumbuhan ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh kemampuan daerah tersebut untuk meningkatkan kegiatan produksinya. Kegiatan produksi ditentukan oleh mobilitas tenaga kerja dan modal antar daerah. Menurut model ini pula, pertumbuhan ekonomi suatu daerah ditentukan oleh tiga faktor, yaitu kemajuan teknologi, penambahan modal/investasi dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kerja. Peningkatan jumlah tenaga kerja tidak saja disebabkan oleh pertambahan penduduk daerah yang bersangkutan, tetapi juga karena arus perpindahan penduduk masuk ke daerah yang bersangkutan. Begitu juga dengan faktor modal. Modal di suatu daerah tidak hanya bersumber dari daerah itu saja, tetapi juga berasal dari modal yang masuk dari luar daerah yang bersangkutan Pada awal proses pembangunan, mobilitas faktor modal dan tenaga kerja kurang lancar. Akibatnya faktor produksi cenderung terkonsentrasi di daerah yang lebih maju, sehingga ketimpangan pembangunan regional cenderung melebar 0

17 (divergence). Akan tetapi, bila proses pembangunan dilakukan terus menerus, maka mobilitas faktor produksi akan semakin lancar, maka ketimpangan pembangunan regional akan berkurang (convergence). Kesimpulan dari model neo-klasik, adalah : pertama, kemajuan teknologi, peningkatan investasi, dan peningkatan jumlah dan kualitas tenaga kerja suatu daerah berhubungan positif dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan; kedua, pada permulaan proses pembangunan, ketimpangan regional cenderung meningkat, tetapi setelah titik maksimum, bila pembangunan terus dilanjutkan ketimpangan pembangunan antar daerah akan berkurang. C. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan kesejahteraan masyarakat suatu daerah mempunyai konsekuensi bahwa pembangunan dan pertumbuhan ekonomi harus dilakukan pada sektor-sektor atau subsektor yang bisa meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat secara signifikan. Untuk itu perlu identifikasi terhadap semua sektor ekonomi yang ada sehingga diketahui sektor atau sub-sektor ekonomi yang mempunyai dampak positif paling besar sehubungan dengan pembangunan dan pengembangannya. Dampak positif pengembangan suatu sektor atau sub-sektor ekonomi diartikan sebagai kemampuan suatu sektor atau sub-sektor ekonomi untuk menggerakkan produksi sektor atau sub-sektor ekonomi lainnya. Hal ini bisa dikaji melalui keterkaitan sektor atau sub-sektor tersebut terhadap sektor atau subsektor lainnya baik ke hulu maupun ke hilir proses produksinya. Analisis keterkaitan antar sektor atau sub-sektor bisa dilakukan dengan, salah satunya, model analisis input-output. Melalui analisis ini akan bisa diketahu sektor atau sub-sektor ekonomi yang merupakan sektor andalan (sektor inti). Dengan diketahuinya sektor andalan dalam suatu perekonomian daerah maka otoritas daerah bisa menetapkan kebijakan pembangunan yang lebih tepat sasaran sehingga tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bisa lebih cepat tercapai. Secara diagram, kerangka pemikiran yang digunakan untuk membangun penelitian ini digambarkan pada diagram berikut ini :

18 Gambar Diagram kerangka pemikiran penelitian SEKTOR/ SUBSEKTOR EKONOMI P R O D U K S SEKTOR/SUB SEKTOR HULU SEKTOR/SUB SEKTOR HILIR ANALISIS I / O SEKTOR/ SUBSEKTOR ANDALAN PRIORITAS PEMBANGUNAN I PDRB KESEJAHTERAAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN D. REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Penelitian ini diharapkan bisa mengidentifikasi sektor/sub-sektor industri (manufaktur) apa yang menjadi andalan bagi pembangunan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan dan/atau pembanding terhadap penelitian ini diuraikan sebagai berikut :. Rachmat Hendayana (003) dalam Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) Dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Dalam penelitian ini, Rachmat Hendayana mengidentifikasi komoditi unggulan dari sub-sektor tanaman pangan, sub-sektor hortikultura, sub-sektor perkebunan dan sub-sektor peternakan. Alat analisis yang digunakan adalah formula Location Quotient yang ditulis sebagai : pi t LQ = dimana P p it adalah share areal panen komoditas i / share populasi ternak i pada tingkat wilayah pada periode t, dan P it adalah share areal panen komoditas i / share populasi ternak i pada tingkat nasional pada periode t. Rachmat Hendayana menyimpulkan bahwa metode LQ sebagai salah satu pendekatan model ekonomi basis, relevan dan dapat digunakan sebagai salah satu teknik untuk mengidentifikasi penyebaran komoditas pertanian. Dalam hal ini komoditas yang memiliki nilai LQ > dianggap memiliki keunggulan komparatif karena tergolong basis. Komoditas pertanian yang i t

19 tergolong basis dan memiliki sebaran wilayah paling luas menjadi salah satu indikator komoditas unggulan nasional.. Euphrasia Susy Suhendra (004) dalam Analisis Struktur Sektor Pertanian Indonesia : Analisis Model Input-Output. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi subsektor pertanian apa yang menjadi unggulan berdasarkan koefisien daya penyebaran (keterkaitan ke belakang) dan koefisien derajat kepekaan (keterkaitan ke depan). Penelitian ini menggunakan pendekatan Input-Output dengan alat analisis backward linkages dan forward linkages. Euphrasia Susy Suhendra menemukan bahwa dilihat dari kaitan ke belakangnya (daya penyebarannya) yang tinggi sekaligus kaitan ke depannya (derajat kepekaan) yang tinggi, maka sub-sektor sub-sektor peternakan, kopi, kelapa sawit, karet, tebu dan tanaman lainnya merupakan sub-sektor yang menempati posisi terdepan sedangkan sub-sektor perikanan, kelapa, hasil hutan, jagung, kacang-kacangan, tanaman serat, ubi-ubian, sayuran dan buah-buahan menempati posisi terendah. 3. Hidayat Amir dan Suahasil Nazara (005) dalam Analisis Perubahan Struktur Ekonomi (Economic Landscape) Dan Kebijakan Strategi Pembangunan Jawa Timur Tahun 994 dan 000 : Analisis Input-Output. Penelitian ini memiliki dua tujuan, yaitu menganalisis berbagai sektor unggulan (key sector) dalam perekonomian Provinsi Jawa Timur antara tahun 994 dan 000, dan mengidentifikasi perubahan struktur perekonomian Jawa Timur pada periode yang sama. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Input-Output dan Multiplier Product Matrix. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi pergeseran dalam beberapa sektor unggulan dan angka pengganda sektoral. Peranan sektor industri lainnya dan sektor industri makanan, minuman dan tembakau sangat dominan dari sisi besaran outputnya, juga memiliki angka pengganda yang cukup tinggi. Selain itu, berdasarkan analisis MPM terlihat pula perubahan struktur ekonomi Jawa Timur selama periode 994 sampai 000 walaupun tidak drastis. Ketiga penelitian tersebut di atas merupakan inspirasi yang membangun penelitian ini, yang terlihat dari adanya persamaan dalam alat analisis yang digunakan yaitu analisis input-output. Namun demikian terdapat pula perbedaannya yaitu, penelitian ini dibangun untuk mengindentifikasi khusus sub-sektor industri (manufaktur) yang menjadi andalan dalam pembangunan di Kabupaten Serdang Bedagai. 3

20 BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Dalam setiap kegiatan atau usaha, suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya dari awal hingga akhir dalam suatu proses adalah tujuan atau sasaran. Penelitian ini mempunyai tujuan dipandang dari sudut dimensi kepentingannya, yaitu : mengetahui sektor atau sub-sektor industri andalan di Kabupaten Serdang Bedagai dan untuk mengetahui secara spesifik keterkaitan antar sektor atau sub-sektor ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai. B. Manfaat Penelitian Suatu penelitian dilakukan karena adanya masalah. Masalah bisa diartikan sebagai sesuatu yang terjadi yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya terjadi. Secara teoritis, manfaat dari sebuah penelitian antara lain adalah untuk memecahkan masalah dan untuk pengembangan ilmu dan pengetahuan. Khusus untuk penelitian ini, sesuai dengan judul penelitian yang dipilih, hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :. Hasil analisis Input-Output (I/O) bermanfaat untuk mengetahui sektor/sub-sektor industri yang merupakan sektor/sub-sektor.industri andalan di Kabupaten Serdang Bedagai.. Hasil analisis Input-Output (I/O) memberikan bukti empiris sebagai landasan bagi program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan sektor/subsektor industri di Kabupaten Serdang Bedagai.` 3. Sebagai bahan pertimbangan untuk mengarahkan investasi baik investasi domestik maupun investasi asing kepada sektor/sub-sektor industri andalan di Kabupaten Serdang Bedagai.. 4. Sebagai dorongan bagi pemerintah daerah untuk mempersiapkan/menyempurnakan semua faktor yang berkaitan dengan strategi pengembangan sektor/sub-sektor industri andalan tersebut seperti kebijaksanaan, infrastruktur dan birokrasi administrasi di Kabupaten Serdang Bedagai.. C. Keterbatasan Penelitian Penelitian ini dirancang untuk memberikan bukti empiris terhadap sektor atau subsektor ekonomi mana yang merupakan sektor andalan bagi prioritas pembangunan di 4

21 Kabupaten Serdang Bedagai. Tetapi analisis sederhana yang dilakukan di dalam penelitian ini, mempunyai keterbatasan sebagai berikut :. Analisis input-output yang dilakukan di dalam penelitian ini hanya dilakukan terhadap sektor industri/manufaktur yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai.. Analisis dilakukan dengan menggunakan data sekunder hasil publikasi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai, karenanya keakuratan hasil analisis sangat tergantung kepada kualitas data yang ada. 3. Penelitian ini bersandar kepada data Input-Output Kabupaten Serdang Bedagai tahun 005. Karenanya hasil penelitian ini didasarkan kepada asumsi bahwa tidak ada pertambahan sektor ekonomi mulai tahun 005 dan tidak terdapat kemajuan teknologi yang segnifikan besar mulai tahun 005 pada sektor industri/manufaktur di Kabupaten Serdang Bedagai. 5

22 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. LOKASI/DAERAH PENELITIAN Yang menjadi objek analisis dalam tulisan ini adalah perekonomian daerah Kabupaten Serdang Bedagai. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu kabupaten/kota yang terletak di Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 0 57 Lintang Utara, Lintang Selatan, Bujur Timur dan Bujur Timur dengan ketinggian berkisar meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki area seluas.900, Km dengan jumlah penduduk mencapai jiwa dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 35 jiwa/km tahun 005. Pada waktu dimekarkan jumlah kecamatan sebanyak kecamatan. Berdasarkan Perda No. 6 Tahun 006 dan Perda No. 0 Tahun 006 tanggal 7 Oktober 006 bertambah 6 kecamatan sehingga seluruhnya berjumlah 7 kecamatan. Kabupaten Serdang Bedagai dimekarkan dari Kabupaten Deli Serdang berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Serdang Bedagai di Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan pemekaran daerah ini didasarkan pada luasnya wilayah dan jumlah penduduk yang cukup besar. Disamping itu berdasarkan kajian dan analisa data bahwa pemekaran akan mendorong proses percepatan dan pemerataan pembangunan di daerah. B. METODE PENGUMPULAN DATA Analisis input-output merupakan suatu model matematis untuk menelaah struktur perekonomian yang saling berkaitan antar sektor atau kegiatan ekonomi secara komprehensif. Tabel analisis input-output mampu menyatukan segala informasi ekonomi yang masih terpisah-pisah dan menunjukkan hubungan saling keterkaitannya dalam sistem produksi. Analisis keterkaitan antar sektor perekonomian dalam tulisan ini menggunakan data sekunder, yaitu data input-output sektor perekonomian yang dipublikasi oleh Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai. Berdasarkan data tersebut, kemudian data diolah dengan metode analisis input-output menggunakan aplikasi komputer. Analisis dibatasi hanya terhadap sektor industri yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai yang berdasarkan publikasi Pemerintah Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai kode, 3, 4, 5 dan 6. 6

23 Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi secara lebih spesifik peranan masing-masing sub-sektor industri dalam hubungannya dengan sektor industri andalan Kabupaten Serdang Bedagai. Sektor industri yang mempunyai kode adalah sektor industri makanan, industri minuman dan industri tembakau. Sektor industri dengan kode 3 adalah sektor industri barang dari kayu dan industri hasil hutan lainnya. Sektor industri dengan kode 4 adalah sektor industri pupuk, industri kimia dan industri barang dari karet. Sektor industri dengan kode 5 adalah sektor industri semen dan industri barang galian bukan logam. Sedangkan sektor industri dengan kode 6 adalah semua sektor industri yang tidak termasuk kedalam industri dengan kode, 3, 4 dan 5. Analisis input-output yang dilakukan terhadap kelima sektor industri ini, walau bagaimanapun juga, hasilnya sudah barang tentu ditentukan oleh data yang tersedia untuk diolah. C. METODE ANALISIS DATA Metode analisis dilakukan, tahap pertama adalah membentuk matriks koefisien input langsung dari kelima sektor yang menjadi objek analisis yang dinotasikan sebagai matriks A. Setelah matriks koefisien input terbentuk, kemudian menentukan matriks identitas yang dinotasikan sebagai matriks I. Kemudian menentukan matriks selisih antara matriks identitas ( I ) dengan matriks koefisien input ( A ) yang dikenal sebagai matriks (I A). Selanjutnya menentukan matriks inverse Leontief dengan cara menentukan matriks balikan dari matriks ( I A ). Tahap kedua, adalah menentukan koefisien keterkaitan ke belakang dan keterkaitan ke depan dari masing-masing sektor industri yang dianalisis untuk mengetahui kemampuan masing-masing sektor mempengaruhi perkembangan sektor ekonomi lainnya termasuk sektor itu sendiri. Tahap ketiga adalah menentukan koefisien daya penyebaran dan daya kepekaan masing-masing sektor industri yang menjadi objek analisis untuk mengetahui sektor industri mana yang merupakan sektor andalan (sektor inti) yang kemudian diharapkan akan menjadi sektor prioritas utama dalam kebijakan pengembangan dan pembangunan ekonomi di Kabupaten Serdang Bedagai. Secara diagram, analisis dalam penelitian ini disusun sebagai kerangka analisis sebagai berikut : 7

24 Gambar Diagram alur analisis penelitian TABEL I/O MATRIKS IDENTITAS 5 SEKTOR INDUSTRI ( I ) MATRIKS KOEFISIEN INPUT 5 SEKTOR INDUSTRI (A) MATRIKS ( I A ) MATRIKS INVERSE LEONTIEF ( I A) - INDEKS DAYA PENARIK INDEKS DAYA PENDORONG SEKTOR INDUSTRI ANDALAN 8

25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGOLAHAN DATA DENGAN ANALISIS INPUT-OUTPUT Tabel input-output Kabupaten Serdang Bedagai 005 disusun berdasarkan 3 sektor. Pembagian sektor sebanyak ini dianggap cukup memadai untuk kepentingan berbagai perencanaan dan analisis sektoral. Uraian secara lengkap klasifikasi 3 sektor tabel inputoutput Kabupaten Serdang Bedagai 005 adalah sebagai berikut : Tabel Klasifikasi sektor ekonomi Kabupaten Serdang Bedagai 005 No./ Kode Klasifikasi Sektor No./ Kode Padi Palawija lain 3 3 Sayuran 4 4 Buah-buahan 5 Klasifikasi Sektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau Industri Barang Dari Kayu dan Hasil Hutan Lainnya Industri Pupuk, Kimia dan Barang dari Karet Industri dari Semen dan Barang Galian Bukan Logam No./ Kode 3 Klasifikasi Sektor Jasa Penunjang Angkutan 4 Komunikasi 5 6 Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya Sewa Bangunan dan Tanah 5 Kelapa sawit 6 Industri Barang Lainnya 7 Jasa Perusahaan 6 Karet 7 Listrik, Air Minum 8 Pemerintah dan Pertahanan 7 Perkebunan lainnya 8 Bangunan 9 Sosial Kemasyarakatan 8 Peternakan 9 Perdagangan 30 Hiburan dan Rekreasi 9 Kehutanan 0 Restoran, Hotel 3 Perorangan dan Rumah Tangga 0 Perikanan Angkutan Rel Penggalian Angkutan Jalan Raya Tulisan ini menganalisis keterkaitan antar sektor industri yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai. Data yang digunakan adalah data lima sektor industri dengan kode, 3, 4, 5 dan 6 yang terdapat dalam tabel input-output Kabupaten Serdang Bedagai. Berikut disajikan lembar pengolahan data komputer terhadap data input-output sektor industri yang menjadi objek analisis : Tabel 3 adalah tabel yang berisi data keterkaitan antar sektor industri yang ada pada perekonomian Kabupaten Serdang Bedagai. Pada tabel terlihat bahwa terjadi transaksi ekonomi antar sektor industri, dimana setiap sel pada baris dan kolom tidak ada nilai 0. 9

26 Hal ini menandakan bahwa, kelima sektor yang ada merupakan industri yang terintegrasi satu dengan lainnya. Tabel 3 Nilai transaksi antar sektor industri Sektor Total Total Dari tabel nilai transaksi antar sektor industri ( tabel 3 ) disusun matriks koefisien input langsung sebagai berikut : Matriks koefisien input sektor industri (A) Koefisien input masing-masing sektor industri diperoleh dengan rasio antara nilai transaksi tiap sektor (nilai sel) terhadap nilai transaksi total yang terjadi dalam perekonomian. Untuk memperoleh matriks kebalikan Leontief, maka disusun matriks identitas ( I ) berorde 5 5 sebagai berikut : Matriks Identitas 5 sektor ( I ) Kemudian dibentuk matriks yang elemennya adalah selisih elemen matriks identitas dengan elemen matriks koefisien input langsung yang bersesuaian ( I A). Matriks dimaksud adalah sebagai berikut : 0

27 Matriks ( I - A ) Setelah matriks ( I A ) diperoleh, maka matriks kebalikan Leontief dapat disusun. Dengan aplikasi komputer, matriks inverse Leontief ditunjukkan sebagai berikut : Matriks Inverse Leontief ( I - A ) Dari matriks inverse Leontief, kemudian ditentukan koefisien keterkaitan antar sektor industri dalam hubungannya dengan distribusi output dan alokasi input serta total keterkaitan masing-masing sektor ke belakang (sektor hulu) dan ke depan (sektor hilir). Tabelnya adalah sebagai berikut : Tabel 4 Koefisien keterkaitan antar sektor industri Sektor Total Total Total koefisien keterkaitan ke belakang = 8,995 Total koefisien keterkaitan ke depan = 8,995 Rata-rata koefisien keterkaitan =,6599 Setelah diperoleh koefisien keterkaitan antar sektor industri, maka kemudian dapat ditentukan koefisien daya penyebaran (daya penarik) dan koefisien derajat kepekaan (daya pendorong) masing-masing sektor industri. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :

28 Koefisien daya penarik sektor industri : Daya penarik sektor = Daya penarik sektor 3 = Daya penarik sektor 4 = Daya penarik sektor 5 = Daya penarik sektor 6 = Koefisien daya pendorong sektor industri : Daya pendorong sektor = Daya pendorong sektor 3 = Daya pendorong sektor 4 =.307 Daya pendorong sektor 5 = Daya pendorong sektor 6 =.0840 Rekapitulasi indeks daya penarik dan daya pendorong kelima sektor industri yang dianalisis disajikan pada tabel 5 berikut : Tabel 5 Indeks Daya Penarik dan Daya Pendorong Sektor Industri Sektor Daya Penarik Daya Pendorong B. PEMBAHASAN Dari hasil pengolahan data dapat diuraikan keterkaitan antar sektor industri dalam hubungannya dengan distribusi output dan alokasi input seperti di bawah ini : Distribusi output :. Sektor menghasilkan total output sebesar Distribusi output sektor adalah sebagai berikut : a. Ke-sektor sebesar : b. Ke-sektor 3 sebesar : c. Ke-sektor 4 sebesar : d. Ke-sektor 5 sebesar : e. Ke-sektor 6 sebesar : Sektor 3 menghasilkan total output sebesar Distribusi output sektor 3 adalah sebagai berikut : a. Ke-sektor sebesar : 0,006 b. Ke-sektor 3 sebesar : c. Ke-sektor 4 sebesar :

29 d. Ke-sektor 5 sebesar : e. Ke-sektor 6 sebesar : Sektor 4 menghasilkan total output sebesar Distribusi output sektor 4 adalah sebagai berikut : a. Ke-sektor sebesar : b. Ke-sektor 3 sebesar : c. Ke-sektor 4 sebesar : d. Ke-sektor 5 sebesar : e. Ke-sektor 6 sebesar : Sektor 5 menghasilkan total output sebesar Distribusi output sektor 5 adalah sebagai berikut : a. Ke-sektor sebesar : b. Ke-sektor 3 sebesar : c. Ke-sektor 4 sebesar : d. Ke-sektor 5 sebesar :.5704 e. Ke-sektor 6 sebesar : Sektor 6 menghasilkan total output sebesar Distribusi output sektor 6 adalah sebagai berikut : a. Ke-sektor sebesar : b. Ke-sektor 3 sebesar : c. Ke-sektor 4 sebesar : d. Ke-sektor 5 sebesar : 0.00 e. Ke-sektor 6 sebesar : Alokasi input :. Sektor membutuhkan total nilai input sebesar.099. Alokasi nilai input sektor adalah sebagai berikut : a. Dari sektor sebesar :, b. Dari sektor 3 sebesar : c. Dari sektor 4 sebesar : d. Dari sektor 5 sebesar : e. Dari sektor 6 sebesar : Sektor 3 membutuhkan total nilai input sebesar Alokasi nilai input sektor 3 adalah sebagai berikut : a. Dari sektor sebesar : b. Dari sektor 3 sebesar : c. Dari sektor 4 sebesar : d. Dari sektor 5 sebesar : e. Dari sektor 6 sebesar : Sektor 4 membutuhkan total nilai input sebesar Alokasi nilai input sektor 4 adalah sebagai berikut : a. Dari sektor sebesar : b. Dari sektor 3 sebesar : c. Dari sektor 4 sebesar : d. Dari sektor 5 sebesar :

30 e. Dari sektor 6 sebesar : Sektor 5 membutuhkan total nilai input sebesar Alokasi nilai input sektor 5 adalah sebagai berikut : a. Dari sektor sebesar : b. Dari sektor 3 sebesar : c. Dari sektor 4 sebesar : d. Dari sektor 5 sebesar :.5704 e. Dari sektor 6 sebesar : Sektor 6 membutuhkan total nilai input sebesar Alokasi nilai input sektor 6 adalah sebagai berikut : a. Dari sektor sebesar : b. Dari sektor 3 sebesar : c. Dari sektor 4 sebesar : d. Dari sektor 5 sebesar : e. Dari sektor 6 sebesar : Dari hasil rekapitulasi indeks daya penarik dan daya pendorong (Tabel 5) dapat ditentukan sektor industri unggulan (key sector). Menurut Rasmussen, sektor unggulan adalah sektor yang memiliki indeks daya penarik dan indeks daya pendorong yang tertinggi diantara semua sektor yang ada. Informasi pada Tabel 5, bisa dijabarkan sebagai berikut :. Sektor 6 merupakan sektor yang memiliki daya penarik paling tinggi diantara sektor lainnya dengan indeks, Artinya dibandingkan dengan sektor industri lainnya, keberadaan sektor ini berpengaruh signifikan dalam menumbuhkan industri hulu yang terkait dengan aktivitas produksinya.. Sektor 4 merupakan sektor yang memiliki daya pendorong paling tinggi diantara sektor lainnya dengan indeks,307. Artinya, dibandingkan dengan sektor industri lainnya, keberadaan sektor ini berpengaruh signifikan dalam mendorong pertumbuhan industri hilir yang terkait dengan aktivitas produksinya. 3. Analisis menyeluruh terhadap kedua aspek, yaitu daya penarik dan daya pendorong berdasarkan Tabel 5 memberikan hasil bahwa sektor 6 merupakan sektor kunci (key sector) yang ditunjukkan oleh indeks daya penarik dan indeks daya pendorong yang tinggi yaitu masing-masing sebesar,80937 dan,

31 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada BAB V, dapat dibuat beberapa kesimpulan, yaitu :. Sektor industri barang lainnya di Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai prospek pengembangan yang potensial, karena kemampuannya untuk menggerakkan sektor industri hulu yang berkaitan dengan aktivitas produksinya. Dengan kata lain, investasi di sektor ini secara langsung atau tidak langsung akan mempunyai dampak tumbuhnya industri-industri penopang sebagai pemasok input antara bagi sektor tersebut.. Industri pupuk, industri kimia dan industri barang dari karet di Kabupaten Serdang Bedagai merupakan sektor industri yang mempunyai potensi besar untuk menggerakkan industri hilir sebagai pengguna outputnya. Artinya, investasi di sektor ini secara langsung maupun tak langsung akan menumbuhkan industri-industri lain sebagai industri hilir yang menggunakan output sektor ini sebagai input antara. Jadi, sektor ini merupakan penyangga bagi aktivitas produksi sektor industri lainnya. 3. Sektor industri barang lainnya di Kabupaten Serdang Bedagai merupakan sektor kunci (key sector) atau sektor andalan (leading sector) dalam industrialisasi perekonomian wilayah. Sektor ini mempunyai kemampuan yang besar untuk secara serentak menggerakkan pertumbuhan industri-industri di sektor hulu dan hilirnya. Konsekwensinya adalah, investasi di sektor ini akan mampu membuka kesempatan kerja yang luas dengan dimensi pendidikan dan keterampilan yang mencakup berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristik tenaga kerja yang ada di pasar tenaga kerja. B. SARAN Setelah data diolah dan dianalisis maka dapat disimpulkan sektor industri yang menjadi harapan bagi upaya mempercepat pencapaian kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serdang Bedagai. Keputusan berada pada otorita pemerintahan daerah untuk membuat kebijakan pembangunan yang sedapat mungkin merupakan realita dari analisis ilmiah yang sudah dilakukan. Dalam upaya merealisasikan percepatan pencapaian 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Distribusi Input dan Output Produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar 2.1.1 Distribusi Input dan Output Produksi Proses produksi adalah suatu proses yang dilakukan oleh dunia usaha untuk mengubah input menjadi output. Dunia usaha

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN WILAYAH KEPULAUAN PROVINSI MALUKU 6.1. Sektor-Sektor Ekonomi Unggulan Provinsi Maluku Aktivitas atau kegiatan ekonomi suatu wilayah dikatakan mengalami kemajuan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan

III. METODE PENELITIAN. deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Penelitian ini tidak menguji hipotesis atau tidak menggunakan hipotesis, melainkan hanya mendeskripsikan

Lebih terperinci

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007

Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 Boks 1. TABEL INPUT OUTPUT PROVINSI JAMBI TAHUN 2007 TABEL INPUT OUTPUT Tabel Input-Output (Tabel I-O) merupakan uraian statistik dalam bentuk matriks yang menyajikan informasi tentang transaksi barang

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT

ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT ANALISA KETERKAITAN SEKTOR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN TABEL INPUT - OUTPUT Pertumbuhan ekonomi NTT yang tercermin dari angka PDRB cenderung menunjukkan tren melambat. Memasuki awal tahun 2008 ekspansi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 27 III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Kerangka Pemikiran Kebutuhan untuk menggunakan I-O Regional dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi NTT semakin terasa penting jika dikaitkan dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Banjarnegara Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai peranan ekonomi sektoral ditinjau dari struktur permintaan, penerimaan

Lebih terperinci

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK

VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK VI. PERANAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN KABUPATEN SIAK 6.1. Struktur Perekonomian Kabupaten Siak 6.1.1. Struktur PDB dan Jumlah Tenaga Kerja Dengan menggunakan tabel SAM Siak 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Kewenangan Pemerintah Daerah menjadi sangat luas dan strategis setelah pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

Analisis Input-Output (I-O)

Analisis Input-Output (I-O) Analisis Input-Output (I-O) Di Susun Oleh: 1. Wa Ode Mellyawanty (20100430042) 2. Opissen Yudisyus (20100430019) 3. Murdiono (20100430033) 4. Muhammad Samsul (20100430008) 5. Kurniawan Yuda (20100430004)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR GAMBARAN UMUM SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI (SNSE) KABUPATEN INDRAGIRI HILIR Pada bab ini dijelaskan mengenai gambaran umum SNSE Kabupaten Indragiri Hilir yang meliputi klasifikasi SNSE Kabupaten Indragiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era reformasi saat ini telah banyak perubahan dalam berbagai bidang pembangunan dan pemerintahan. Perubahan dalam pemerintahan adalah mulai diberlakukannya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang terpadu merupakan segala bentuk upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi yang ditunjang oleh kegiatan non ekonomi.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. tujuan penelitian. Wilayah yang akan dibandingkan dalam penelitian ini III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah

Sumber : Tabel I-O Kota Tarakan Updating 2007, Data diolah 48 V. DUKUNGAN ANGGARAN DALAM OPTIMALISASI KINERJA PEMBANGUNAN BERBASIS SEKTOR UNGGULAN 5.1. Unggulan Kota Tarakan 5.1.1. Struktur Total Output Output merupakan nilai produksi barang maupun jasa yang dihasilkan

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang masih memegang peranan dalam peningkatan perekonomian nasional. Selain itu, sebagian besar penduduk Indonesia masih menggantungkan

Lebih terperinci

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA TENGAH (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DIPONEGORO JOURNAL OF ECONOMICS Volume 2, Nomor 3, Tahun 2013, Halaman 1-9 http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jme DAMPAK INVESTASI SWASTA YANG TERCATAT DI SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PEREKONOMIAN JAWA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Perwitasari, H. dkk., Analisis Input-Output... ANALISIS INPUT-OUTPUT KOMODITAS KELAPA SAWIT DI INDONESIA Hani Perwitasari dan Pinjung Nawang Sari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Usaha ini ditujukkan melalui memperluas

Lebih terperinci

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA

VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA VI. SEKTOR UNGGULAN DALAM STRUKTUR PEREKONOMIAN MALUKU UTARA 6.1. Perkembangan Peranan dan Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Maluku Utara Kemajuan perekonomian daerah antara lain diukur dengan: pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup perekonomian nasional dengan obyek yang diteliti adalah peranan sektor kehutanan dalam perekonomian nasional dan perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian yang digunakan Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitatif, yaitu penelitian yang sifatnya memberikan gambaran secara umum bahasan yang diteliti

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Struktur Perekonomian Provinsi Jambi 5.1.1 Struktur Permintaan Berdasarkan tabel Input-Output Provinsi Jambi tahun 2007 klasifikasi 70 sektor, total permintaan Provinsi Jambi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan permasalahan pembangunan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Konseptual Kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membuka ruang bagi penyelenggara pemerintah Kota Bandung untuk berkreasi dalam meningkatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi ialah untuk mengembangkan kegiatan ekonomi dan 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pemerataan pembangunan ekonomi merupakan hasil yang diharapkan oleh seluruh masyarakat bagi sebuah negara. Hal ini mengingat bahwa tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT

ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT PELATIHAN UNTUK STAF PENELITI Puslitbang Penyelenggaraan Pos dan Telekomunikasi ANALISIS MODEL INPUT-OUTPUT Oleh Dr. Uka Wikarya Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universtas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sektor perikanan merupakan bagian dari pembangunan perekonomian nasional yang selama ini mengalami pasang surut pada saat tertentu sektor perikanan merupakan

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 38 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan memilih lokasi Kota Cirebon. Hal tersebut karena Kota Cirebon merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Selain berperan penting dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, sektor

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu. 1. Sektor industri pengolahan memiliki peranan penting terhadap perekonomian Jawa Barat periode

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR

KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR KETERKAITAN ANTARSEKTOR PADA PEREKONOMIAN JAWA TIMUR Keterkaitan Sektor Hulu dan Sektor Hilir Hasil dari analisis dengan menggunakan PCA menunjukkan sektor-sektor perekonomian pada bagian hulu dan sektor-sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya struktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional dan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Subsidi Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000), subsidi adalah cadangan keuangan dan sumber-sumber daya lainnya untuk mendukung

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Provinsi Jawa Barat. Provinsi Jawa Barat memiliki 25 kabupaten/kota. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 10.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. daya yang dimiliki daerah, baik sumber daya alam maupun sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang ditujukan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan sektor pertanian dalam pembangunan Indonesia sudah tidak perlu diragukan lagi. Peran penting sektor pertanian tersebut sudah tergambar dalam fakta empiris yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan 60 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam

I.PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan sebagai perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Kuncoro (2010: 4) menyebutkan bahwa pembangunan di Negara Sedang Berkembang (NSB) pada awalnya identik dengan strategi pertumbuhan ekonomi, yaitu usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yaitu upaya peningkatan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju. kepada tercapainya kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai upaya untuk membangun seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, yaitu memajukan kesejahteraan umum,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal, prasarana dan

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA

V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA V. STRUKTUR PEREKONOMIAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN PENGELUARAN RUMAHTANGGA 5.1. Struktur Perkonomian Sektoral Struktur perekonomian merupakan suatu analisis yang dilakukan terhadap struktur Produk Domestik

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki peran penting bagi perekonomian nasional. Berdasarkan sisi perekonomian secara makro, Jawa Barat memiliki

Lebih terperinci

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri

STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA. M. Zainuri STRUKTUR EKONOMI DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN JEPARA Universitas Muria Kudus, Gondangmanis Bae, Po Box 53, Kudus 59352 Email: zainuri.umk@gmail.com Abstract The economic structure of Jepara regency shown

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Analisis regresi menjadi salah satu bagian statistika yang paling banyak aplikasinya. Analisis regresi memberikan keleluasaan untuk menyusun model hubungan atau pengaruh

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN

BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN 164 BAB 4 ANALISIS PENENTUAN SEKTOR EKONOMI UNGGULAN KABUPATEN KUNINGAN Adanya keterbatasan dalam pembangunan baik keterbatasan sumber daya maupun dana merupakan alasan pentingnya dalam penentuan sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH No. 11/02/72/Th. XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH Ekonomi Sulawesi Tengah pada tahun 2013 yang diukur dari persentase kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional merupakan cerminan keberhasilan pembangunan. perlu dilaksanakan demi kehidupan manusia yang layak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya pembangunan adalah suatu proses perubahan yang direncanakan dan merupakan rangkaian kegiatan yang berkesinambungan, berkelanjutan dan bertahap menuju tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini adalah wilayah penelitian Kota Bandar Lampung dengan wilayah. arah tersedianya pemenuhan kebutuhan masyarakat. 43 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep dasar dan Defenisi Operasional Konsep dasar dan defenisi operasional dalam penelitian ini mencakup semua pengertian yang digunakan dalam memperoleh dan menganalisa

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hal-hal yang akan diuraikan dalam pembahasan dibagi dalam tiga bagian yakni bagian (1) penelaahan terhadap perekonomian Kabupaten Karo secara makro, yang dibahas adalah mengenai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan suatu daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Kerangka kebijakan pembangunan suatu daerah sangat tergantung pada permasalahan dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan perkapita penduduk yang diikuti oleh perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan masyarakat. Sektor pertanian di Indonesia terdiri dari beberapa sub BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam pembangunan perekonomian nasional. Peranannya sebagai menyumbang pembentukan PDB penyediaan sumber devisa

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK

ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR. Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK ANALISIS DATA/INFORMASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN KAMPAR Lapeti Sari Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah menghitung berbagai indikator pokok yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas

I. PENDAHULUAN. itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta. yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk maju dan berkembang atas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya produksi total suatu daerah. Selain itu pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan pendapatan perkapita serta meningkatnya kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Banyuwangi memiliki peran strategis dalam pembangunan daerah di Jawa Timur baik dari sisi ekonomi maupun letak geografis. Dari sisi geografis, Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand

V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO 5.1. Struktur Industri Agro Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand diawali dengan meneliti persentase

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85

D a f t a r I s i. iii DAFTAR ISI. 2.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.9 Sektor Jasa-Jasa 85 D a f t a r I s i Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel DAFTAR ISI Daftar Tabel Pokok Produk Domestik Regional Bruto Kota Samarinda Tahun 2009-2011 BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Umum 1 1.2. Konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun (juta rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Timur merupakan salah satu provinsi yang memiliki pertumbuhan ekonomi cukup tinggi. Selain Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur menempati posisi tertinggi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya pembangunan ekonomi jangka panjang yang terencana dan dilaksanakan secara bertahap. Pembangunan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Definisi dan Ruang Lingkup Sektor Pertanian Dalam penelitian ini, sektor-sektor perekonomian diklasifikasikan ke dalam 9 sektor perekonomian. Sembilan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan indikator ekonomi makro yang dapat digunakan untuk melihat tingkat keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah. Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Majalengka

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Upaya pencapaian pertumbuhan ekonomi dengan memfokuskan peningkatan investasi pemerintah dan swasta pada sektor unggulan (prime sector) yaitu sektor pertanian, selama ini belum

Lebih terperinci