BAB VI KONSISTENSI VI.1. Pengertian tentang konsistensi
|
|
- Widya Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB VI KONSISTENSI VI.1. Pengertian tentang konsistensi Awal perhatian terhadap berbagai cara tanah bereaksi melawan kakas-kakas dari luar telah mendorong fisika tanah modem mengembangkan sebuah konsep yang dikenal sebagai konsistensi tanah. Namun, sebagaimana yang dialami oleh istilah struktur tanah, istilah konsistensi tanah telah mengalami kendala dalam upaya-upayanya untuk mendefinisikan secara kuantitatif dan pasti. Dermisi khas yang telah diusulkan oleh Russell dan Russell (1950), bahwa konsistensi tanah "melukiskan perwujudan kakas-kakas fisik kohesi dan adhesi yang bekerja di dalam tanah pada berbagai kandungan lengas termasuk kelakuan kearah gravitasi, tekanan, dorongan dan tarikan kecenderungan untuk menempel benda-benda asing (dan) kepekaan seperti yang dibuktikan oleh perasaan dengan jari-jari tangan para pengamat". Dengan lain perkataan, gagasan tersebut mengandung makna mendefinisikan bagaimana "konsisten" nya suatu tanah dapat tetap bertahan terhadap tekanan, atau sampai seberapa jauh dia dapat mempertahankan bentuknya pada saat dikenai kakas-kakas yang cenderung mengubah bentuk. Tidak peduli betapa sulit mendefinisikannya, konsep konsistensi telah mondorong upaya-upaya konstruktif untuk menemukan paling sedikit kriteria semikuantitatif untuk mencirikan apa yang kits kenal dengan istilah watak reologi tanah. Walaupun dari sudut pandang yang mendasar bahwa kepentingan pokoknya berada dalam memberikan arah pada reologi tanah, kajian konsistensi sendiri telah menghasilkan manfaat yang sangat nyata. Dari segi praktek, konsistensi tanah telah bertahan melawan uji waktu dan kriterianya masih digunakan hampir secara universal, terutama oleh para pakar rekayasa keteknikan tanah (soil engineers). Faktor yang telah lama dikenal sebagai penentu pokok konsistensi tanah adalah tingkat kebasahan tanah, umumnya dinyatakan sebagai massa air yang ada per satuan massa padatan tanah. Kita ambil sebuah contoh agar dapat mendukung gambaran tersebut, yakni suatu tubuh tanah yang bertekstur geluh (loam). Pada saat kering, tanah ini akan relatih keras dan rapuh dan menunjukkan tingkat kekohesifan yang tinggi (atau sementasi dakhilnya kuat) dan ketahanannya terhadap pengolahan tinggi. Namun kalau diolah, tanah yang kering ini akan hancur menjadi gumpalan-gumpalan yang keras dan pejal, atau juga disebut bongkahan, dan bila diolah secara berlebihan bongkahan-bongkahan ini akan hancur dan mendebu. Bila lembab (tetapi tidak terlampau lembab) tanah Universitas Gadjah Mada 1
2 ini akan benjadi remah, yakni bila diolah akan cenderung untuk mudah hancur dan membentuk ikatan yang lepas-lepas (longgar) dari gumpalan-gumpalan kecil dan lunak. Pada keadaan ini, tanah berada pada atau dekat dengan kelembaban optimal untuk pengolahan, karena dia dapat dapat diolah dengan basil olehan terbaik dan dengan penggunaan energi paling kecil. Apabila tingkat kelembaban ditingkatkan, tanah ini akan kehilangan keremahannya dan berubah menjadi seperti pasta, atau menjadi bersifat liat (plastis). Bila ini diolah, selain dia akan hancur menjadi bongkahan-bongkahan, dia cenderung menjadi mudah dibentuk-bentuk (melumpur) dan bila kering akan menjadi sangat keras. Pada keadaan liat tanah ini terlampau basah jika diolah secara efektif, dan bila diolah tanah mungkin akan mengalami kerusakan struktur lewat perusakan meka'nik agregat-agregat alaminya. Jika lengas tanah ditingkatkan lagi dil atas kisaran liat, tanah jenuh ini akan menjadi lengket (lekat) dan jika dioalh akan menjadi pasta melumpur dan cenderung berwatak sebagai suatu zat alir yang kental (viscous liquid). Pada kondisi yang ekstrim, karena air terus ditambahkan dan campuran ini diaduk, maka tanah akan memasuki keadaan yang disebut seduhan (suspensi). - Angka-angka Atterberg Dalam perubahan yang berlanjut dari keaddan kering ke lembab, kemudian ke basah, kemudian jenuh, dan akhimya menjadi ke keadaan kelewat jenuh, tahan ini mengalami suatu rangkaian perubahan konsistensi yang dramatis, dari padat keras dan rapuh, menjadi padat lunak renah, menjadi semipadat liat dan dapat dibentuk-bentuk, dan kemudian menjadi suatu zat alir yang lengket dan kental. Perubahan-perubahan ini, kirakira sembilan puluh tahun yang lampau, oleh Atterberg seorang pakar tanah berkebangsaan Swedia, diupayakan untuk di ben nama, dengan melalui cara uji sederhana dan praktis, atau dengan prosedurprosedur pengujian khusus, yang kemudian dikenal secara global sebagai batasbatas (angka-angka) Atterberg (Atterberg Limits). Prosedurprosedur ini dirancang untuk menentukan nilai-nilai kelembaban massa yang pada keadaan tersebut suatu tanah nyata berubah dari satu konsistensi ke keadaan konsistensi yang lain. Prosedur ini merupakan prosedur yang sangat sederhana namun pemakaiannya sudah mendunia. Batas-batas konsistensi di sini memang dibatasi hanya pada contoh tanah yang telah diperlakukan secara khusus dengan cara pengerjaan analisis tertentu pula, sehingga sebenarnya sifat-sifat tanah tersebut tidak menggambarkan keadaan sesungguhnya di lapangan. Namun demikian, konsep yang mendasari angka-ngka Atterberg ini telah diakui sangat bermanfaat Universitas Gadjah Mada 2
3 dan telah diuji melawan zaman, dan bahkan cara ini masih merupakan porsedur baku di beberapa laboratorium. Secara garis besar pelukisan angka-angka Atterberg dapat dilukiskan seperti dalam Gambar 6.1 dan 6.2. dengan penjelasan singkat sebagai berikut : (1) Batas penjonjotan (flocculation limit) : Kelembaban massa yang pada saat itu suatu seduhan (suspensi) tanah diubah dari suatu kondisi zat alir menjadi suatu keadaan semi-zat alir (semiliquid) demgan peningkatan kekentalan yang nyata. (2) Batas cair (liquid limit) : Kelembaban massa yang saat itu sistem tanah-air berubah dari cairan kental ke benda yang liat atau lentur (plastis). Batas ini juga disebut batas liat (plastis) atas (upper plastic limit). Nilai ini diukur dengan suatu alat khusus seperti tampak pada Gambar 6.3. Mat ini diisfi dengan tanah pada kendungan lengas yng berbeda-beda. Suatu alat pembuat celah digunakan untuk membuat celah pada tanah tersebut. Cawan kemudian diketuk-ketukkan pada landasan dengan amplitudo jatuh tertentu sehingga celah tanah menutup kembali sepanjang kira-kira 12 mm. Jumlah ketukan dan kadar air contoh bersangkutan diplotkan, kemudian batas cair ditetapkan dan diinterpolasikan sebagai kandungan air pada saat celah tanah menutup pada ketukan ke 25. Gambar. 6.1 Batas-batas konsistensi Atterberg secara skema. Universitas Gadjah Mada 3
4 Gambar 6.2 Hubungan antara keadaan konsistensi tanah dengan kelebaban massa, secara skema. (3) Batas gulung (plastic limit) : Kelembaban massa yang saat itu tanah berubah dari keadaan liat (lentur) ke keadaan semikaku dan remah. Ini juga disebut batas plastis (liat) bawah. Pada prakteknya, batas gulung (hat) ini didefinisikan sebagai kandungan lengas khusus (berdasarkan massa) yang saat itu suatu contoh tanah tepat dapat digulung menjadi benang bergaristengah 3 mm tanpa menimbulkan retak (pecah). Sehingga ini merupakan batas bawah kisaran sehingga suatu tanah lempungan (clayey) berada dalam keadaan bersifat hat (plastis). Gambar Alat untuk menetapkan batas cair atau batas plastic atas Atterberg. (4) Batas kerut (shrinkage limit) : Kelembaban massa yang saat itu tanah berubah dari suatu keadaan semikaku menjadi padat kaku tanpa ada tambahan volume jenis akibat pengeringan yang masih berlanjut. Biasanya suatu contoh tanah berbentuk silinder yang Universitas Gadjah Mada 4
5 diperoleh saat keadaan hat, ditimbang dan perubahan volumenya mengikut proses kehilangan airnya diukur. Jika tidak ada perubahan volume lagi contoh tanah dikeringkan dan volume akhir serta berat keringnya ditetapkan. Watak dari pengkerutan tanah lempungan ini dilukiskan secara grafik pada Gambar 6.4. Gambar 6.4 Kelakuan pengkerutan tanah lempungan secara hipotetis (5) Batas lekat (sticky limit) : Ini jarang digunakan. Nilai minimum kelambaban massa yang scat itu suatu pasta tanah akan menempel pada sebuah spatula (colet) baja setelah ditarik dari dalam contoh tanah lembab tersebut. Diakui bahwa prosedur-prosedur ini tidak seluruhnya obyektif. Pada kenyataannya kemampuan untuk melakukan uji (test) ini keterulangannya sangat bergantung kepada kemampuan (ketrampilan) yang didukung oleh keahlian dari hasil pengalaman pelaku analisis, dan masih dapat dikatakan sebagai suatu seni ketimbang ilmu pasti. Analisis ini tidak berlaku bagi tanah-tanah yang bertekstur kasar yang tidak menunjukkan banyak keplastisan, sehingga hanya berarti bagi tanah-tanah yang mengandung cukup banyak lempung (clay). Diyakini bahwa batas-batas Atterberg ini cepat atau lambat akan digantikan oleh metode-metode lain yang lebih teliti dan obyektif. Suatu indeks yang berasal dari batas-batas konsistensi yang disebut indeks platisitas (plasticity index), didefinisikan sebagai perbedaan antara batas cair dan batas gulung (batas liat). Ini umumnya digunakan sebagai indikator kelempungan (clayeyness) atau plastisitas potensial suatu tanah dan digunakan misalnya dalam sistem klasifikasi perekayasaan keteknikan tanah. Namun. indeks plastisitas tidak hanya bergantung kepada kandungan lempung tetapi juga kepada sifat lempungnya, apakan tipe membengkak atau tidak, maupun pada kation-kation yang terjerap, kandungan bahan organik, dan perlakuan yang diberikan pada contoh tanah. Universitas Gadjah Mada 5
6 VI. 2. Shear strength Secara kualitatit kekuatan tanah (soil strength) adalah kemampuan suatu tanah untuk melawan kakas-kakas tanpa mengalami kerusakan (kahancuran), apakah oleh pematahan, pemecahan (fragmentasi), atau oleh aliran. Dalam istilah kauntitatif, kekuatan tanah didefinisikan sebagai tekanan maksimal yang dapat dikenakan kepada suatu tanah tertentu tanpa menyebabkan tubuh tanah tersebut rusak (hancur). Meskipun mudah didefinisikan namun ternyata sulit bagaimana menentukan kriteria ini. Pada tanah tak jenuh, kekuatan tanah dapat meningkat karena tanah menjadi lebih mampat (kompak), sedangkan pada keadaan jenuh atau mendekati jenuh tekanan-tekanan yang disertai getaran dapat kehilangan kekohesiannya dan bahkan dapat menjadi seperti Lumpur (suatu gejala yang disebut sebagai tiksotropi)(thixotrophy). Sehingga cara dan kecepatan penekanan dapat mempengaruhi baik pola perubahan bentuk maupun tingkat kerusakannya. Karena sebagian besar peristiwa rusaknya tanah akibat geseran, maka timbul istilah yang sering dijumpai, kekuatan geser (shearing strength). Gambar 6.6 menggambarkan dasar pengukuran kekuatan geser suatu benda. Dengan menggunakan hukum Coulomb dijelaskan bahwa kakas tangensial T diperlukan untuk mengimbangi hambatan yang disebabkan oleh gesekan dua benda datar yang saling menunpang. Kakas ini sebanding dengan kakas normal (tegak) yang bekerja pada bidang datar tersebut. T = u N, dan u adalah koefisien gesekan. Semakin kasar permukaan bidang datar yang sailing bersinggungan tersebut dan semakin berat bobot benda tang menumpang akan semakin besar tenaga (kekuatan) yang diperlukan untuk menggeser benda itu agar bergerak. Gambar 6.6 Pelukisan hukum Coulomb : kakas tangensial T yang diperluka untuk melawan hambatan gesekan antara kedua benda adalah sebanding dengan kakas normal N yang bekerja pada bidang datar tersebut. Universitas Gadjah Mada 6
7 Perlu diingat kembali bahwa hambatan tanah terhadap tekanan yang diberikan dapat dicirikan dengan dua parameter : kekohesifan yang mewakili menempelnya atau pengikatan zarah-zarah tanah yang harus dipatahkan jika tanah tersebut digeser dan sudut gesekan dakhilnya mewakili hambatan gesekan yang dialami tanah jika suatu tanah dip aksa untuk meluncur (menggeser) di atas suatu tanah. Tanah yang menunjukkan kekohesifan yang kuat, disebut tanah kohesif, umumnya mengandung sejumlah lempung yang memiliki pengaruh pengikatan atau perekatan tanah secara internal. Pasir yang kering, umumnya non-kohesif, sehingga hambatan terhadap geseran hanya disebabkan oleh gesekan antar zarah yang disebabkan olehluncuran dan bergulingnya zarah satu terhadap yang lain. Dalam hal pasir yang lembab, pengaruh tegangan muka pada meniskus air di antara butir-butir tanah menyebabkan kekohesifan senyatanya tanah tersebut, yang hilang akibat pengeringan atau penjenuhan. Inilah alasan mengapa pasir yang lembab di sepanjang pantai cukup kaku dan mampu menahan beban alat-alat transportasi yang lalulalang di atasnya, sementara itu pasir yang di dalam air maupun yang telah kering tidak mampu menahan beban tersebut. VI.3. Pemampatan (compaction) Jika dikenai tekanan, tanah cenderung menjadi mampat, atau dapat dikatakan, bahwa tanah tersebut meningkat kerapatan (jarak kedudukan) butirbutirnya. Perlu dibedakan dua istilah penting ini, yakni pemampatan (compaction) dan pemadatan (consolidation). Pemampatan telah digunakan untuk penekanan tubuh tanah talc jenuh yang menyebabkan penurunan volume bagian udaranya. Istilah konsolidasi telah digunakan untuk menyatakan penekanan tanah yang jenuh dengan cara memeras keluar airnya. Istilah kompresi (penekanan) dimaksudkan sebagai tindakan (proses) perapatan (butirbutir) tanah, termasuk baik pemampatan (compaction) maupun pemadatan (konsolidasixconsolidation). Ada kaitan erat antara pemampatan dan kelembaban optimal sehingga dengan usaha tertentu akan didapatkan hasil pemampatan tertentu pula. Uji Proctor merupakan salah satu cara untuk mancapai tujuan tersebut. Untuk sejumlah upaya pemampatan tertentu, berat volume (bulk density) tanah yang dihasilkan adalah sebagai fungsi kelembaban tanah. Gambar 6.7 menunjukkan ketergantungan fungsi tersebut. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pada keadaan kering berat volume yang dicapai pada mulanya meningkat dengan semakin meningkatnya kelembaban, kemudian mencapai suatu puncak yang disebut kerapatan maksimal yang dicapai pada nilai kelembaban optimum, dan diluar kelambaban ini kerapatannya menurun. Universitas Gadjah Mada 7
8 Gambar 6.7 Kurve hubungan khas lengas-kerapatan bagi suatu tanah bertekstur sedang yang menunjukkan kerapatan maksimal yang dapat dicapai denagn upaya pemempatan tertentu. Tanah yang kering sulit dimampatkan karena bahan padat (matrks)nya yang kasar dan kaku dan tingginya derajad ikatan zarah dan zarah, saling mengunci, dan atau hambatan gesekan untuk berubah bentuk. Setelah tanah meningkat kelembabannya, selaput lengas memperlemah ikatan antarzarahnya, menyebabkan membengkak, dan menurunkan gesekan internal dengan cara melumasi zarah-zarah tersebut, sehingga menyebabkan tanah lebih dapat diolah dan dapat dimampatkan. Ada pengaruh besarnya upaya (tenaga) pemampatan terhadap bentuk kurve. Semakin besar upaya pemampatan menyebabkan kurve tersebut digeser ke atas dan ke arah kiri, yang menunjukkan semakin meningkatnya berat volume yang lebih tinggi yang dapat dicapai pada nilainilai lengas optimal yang lebih rendah. Pengalaman menunjukkan bahwa garis lengkung yang menghubungkan puncakpuncak semua berat volume versus kurve kelembaban setara dengan garis tingkat kejenuhan 80%, dan bahwa bagian-bagian kurve yang menurun cenderung untuk melebar pada suatu garis lengkung yang mewakili tingkat kejenuhan sekitar 85-90%. Universitas Gadjah Mada 8
9 Gambar 6.8 Kelompok kurve lengas versus kerapatan untuk upaya pemempatan yang berbeda (E l > E2> E3 > E 4 ). Perhatikan bahwa garis kejenuhan 100%, mewakili porositas terisi udara nol, yang dihitung berdasarkan anggapan berat jenis tanah 2,65 g cm 3. Di dalam kaitannya dengan aspek agronomis, tanah atau lapisan tanah dianggap mampat jika porositas total, dan terutama porositas terisi udaranya begitu rendah, sehingga menghambat aerasi, maupun pada saat tanah dalam keadaan begitu mampat, dan poriporinya begitu halus, karena menghambat penembusan oleh akar serta drainase. Pemampatan juga mengundang masalah terutama dalam hal pengolahan tanah. Bentukbentuk pemampatan yang lain yang seringkali dijumpai. antara lain : kerak permukaan, lapisan subsoil, cadas curi (hardpan), fragipan, orstein. Universitas Gadjah Mada 9
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Lis Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh Email: lisayuwidari@gmail.com Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciBAB II TANAH SEBAGAI BAHAN DISPERS BERFASE TIGA
BAB II TANAH SEBAGAI BAHAN DISPERS BERFASE TIGA II.1. Tiga fase tanah Sistem di dalam alam dapat terdiri atas satu atau lebih bahan dan atas satu atau lebih fasa. Suatu sistem yang tersusun dari hanya
Lebih terperinciKOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I
KOMPOSISI TANAH 2 MEKANIKA TANAH I UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI NORMA PUSPITA, ST. MT. Komposisi Tanah Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara 1 Komposisi Tanah Sehingga
Lebih terperinci2. Kekuatan Geser Tanah ( Shear Strength of Soil ), parameternya dapat diperoleh dari pengujian : a. Geser Langsung ( Direct Shear Test ) b.
BAB I PENDAHULUAN Untuk lebih memahami Ilmu Mekanika Tanah, selain di pelajari melalui perkuliahan juga perlu dilakukan penyelidikan dilapangan maupun pengujian di laboratorium. Penyelidikan tanah dilapangan
Lebih terperincikelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Lapisan Tanah Dasar Tanah dasar atau suhgrade adalah permukaan tanah semula, tanah galian atau tanah timbiman yang dipadatkan dan merupakan permukaan dasar untuk perletakan bagian-bagian
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU TANAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH
PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH Abdul Jalil 1), Khairul Adi 2) Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Tanah berguna sebagai bahan bangunan pada
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH
III. SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH Sifat morfologi tanah adalah sifat sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Sebagian dari sifat morfologi tanah merupakan sifat fisik dari tanah
Lebih terperinciBAB IV STRUKTUR TANAH
BAB IV STRUKTUR TANAH IV. 1. Pengertian tentang istilah Di lapangan, zarah-zarah tanah primer tidak berada dalam keadaan terpisahpisah satu terhadap yang lain (bersifat individu), tetapi mereka kurang
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU TANAH
DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2011 SIFAT FISIK TANAH AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara =
Lebih terperinciModul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.
Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7. Konsistensi Warna merupakan petunjuk untuk beberapa sifat
Lebih terperinciDASAR-DASAR ILMU TANAH WIJAYA
DASAR-DASAR ILMU TANAH OLEH : WIJAYA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 2009 AIR UDARA PADATAN Massa Air = M A Volume Air = V A Massa Udara = 0 Volume Udara = V U Massa Padatan
Lebih terperinciUJI BATAS BATAS ATTERBERG ASTM D-4318-00
1. LINGKUP Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas Atterberg yang meliputi Batas Susut, Batas Plastis, dan Batas Cair. 2. DEFINISI a. Batas Susut (Shrinkage Limit), w S adalah batas kadar air dimana
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. (undisturb) dan sampel tanah terganggu (disturb), untuk sampel tanah tidak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Sampel tanah yang disiapkan adalah tanah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode yang dilakukan dengan mengadakan kegiatan percobaan untuk mendapatkan data.
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH ACARA III DERAJAT KERUT TANAH Semester : Genap 2011/2012 Disusun Oleh : Nama : Bagus Satrio Pinandito NIM : A1C011072 Rombongan : 12 Asisten : KEMENTERIAN PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MUHADI, 2013
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanah merupakan material yang selalu berhubungan dengan teknologi konstruksi sipil. Karena besarnya pengaruh tanah terhadap perencanaan seluruh konstruksi, maka tanah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Tanah merupakan pijakan terakhir untuk menerima pembebanan yang berkaitan dengan pembangunan jalan, jembatan, landasan, gedung, dan lain-lain. Tanah yang akan dijadikan
Lebih terperinciPENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT
PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT Shinta Pramudya Wardani 1), R. M. Rustamaji 2), Aprianto 2) Abstrak Perubahan cuaca mengakibatkan terjadinya siklus pembasahan
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO
PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO Arie Wahyu Aprilian, Yulvi Zaika, Arief Rachmansyah Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciSTUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH ABSTRAK
VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 STUDI PENGARUH PENAMBAHAN TANAH LEMPUNG PADA TANAH PASIR PANTAI TERHADAP KEKUATAN GESER TANAH Abdul Hakam 1, Rina Yuliet 2, Rahmat Donal 3 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pendahuluan Setelah dilakukan pengujian di laboratorium, hasil dan data yang diperoleh diolah dan dianalisis sedemikian rupa untuk didapatkan kesimpulan sesuai tujuan penelitian
Lebih terperinciMEKANIKA TANAH SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH MODUL 2. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224
MEKANIKA TANAH MODUL 2 SIFAT INDEKS PROPERTIS TANAH UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 PENDAHULUAN Sifat-sifat indeks (index properties) menunjukkan
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1.Tanah Lempung Tanah Lempung merupakan jenis tanah berbutir halus. Menurut Terzaghi (1987) tanah lempung merupakan tanah dengan ukuran mikrokopis sampai dengan sub mikrokopis
Lebih terperinciSIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2
SIFAT-SIFAT FISIK TANAH 2 KONSISTENSI TANAH Ketahanan tanah terhadap pengaruh luar yang akan merubah keadaannya. Gaya : 1. kohesi 2. adhesi Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Dalam dunia geoteknik tanah merupakansalah satu unsur penting yang yang pastinya akan selalu berhubungan dengan pekerjaan struktural dalam bidang teknik sipil baik sebagai bahan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Pada penelitian ini, bahan utama yang digunakan dalam pembuatan model tanggul adalah tanah jenis Gleisol yang berasal dari Kebon Duren, Depok, Jawa Barat.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan melaksanakan pembangunan suatu konstruksi. Pengujian sifat fisik tanah ini dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik
26 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penetilian 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari Kecamatan Yosomulyo, Kota Metro, Provinsi Lampung. 2.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek jalan tambang Kota Berau Kalimantan Timur, maka pada bab ini akan diuraikan hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di
BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian tanah asli dan tanah campuran dengan semen yang dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di laboratorium
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang terdapat di Kecamatan Kemiling,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tanggul, jalan raya, dan sebagainya. Tetapi, tidak semua tanah mampu mendukung
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah adalah pondasi pendukung suatu bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul, jalan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Lempung Ekspansif Petry dan Little (2002) menyebutkan bahwa tanah ekspansif (expansive soil) adalah tanah yang mempunyai potensi pengembangan atau penyusutan yang tinggi
Lebih terperinciCara uji kepadatan ringan untuk tanah
Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT Penelitian dilaksanakan mulai Agustus 2010 sampai Februari 2011 di Laboratorium Teknik Mesin dan Budidaya Pertanian Leuwikopo dan di Laboratorium Mekanika
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN Parea Russan Ranggan 1, Hendrianto Masiku 2, Marthen
Lebih terperinciPERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova
Jurnal Rancang Sipil Volume 1 Nomor 1, Desember 2012 57 PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Penelitian Tanah Asli Berdasarkan pengujian terhadap tanah yang diambil dari proyek Perumahan Elysium, maka pada bab ini akan diuraikan hasil penelitiannya.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau
39 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau anorganik atau berlempung yang terdapat yang terdapat di Perumahan Bhayangkara Kelurahan
Lebih terperinciBAB II TI JAUA PUSTAKA
BAB II TI JAUA PUSTAKA A. TA AH Istilah tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi oleh proses pembentukan tanah. Tanah dapat diartikan sebagai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah
III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah terjamah atau sudah tidak alami lagi yang telah terganggu oleh lingkungan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi, Lampung Timur. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung pipa paralon sebanyak
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Tanah Gleisol Sifat fisik tanah berhubungan dengan kondisi asli tanah dan dapat menentukan jenis tanah. Pada penelitian ini digunakan tanah gleisol di Kebon Duren,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sample Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mekanika Tanah Universitas Pendidikan Indonesia. Sampel penelitian terdiri dari tiga buah benda uji
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. saringan nomor 200. Selanjutnya, tanah diklasifikan dalam sejumlah kelompok
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Klasifikasi Tanah Pada sistem klasifikasi Unified, tanah diklasifikasikan kedalam tanah berbutir kasar (kerikil dan pasir) jika kurang dari 50 % lolos saringan nomor 200, dan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat
Lebih terperinciRevisi SNI Daftar isi
isi isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1 4 Ketentuan...2 4.1 Peralatan...2 5 Benda uji...3 6 Metode pengerjaan...4 7 Perhitungan dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa
III. METODE PENELITIAN A. Metode Pengambilan Sampel Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa Kampung Baru Bandar Lampung. Pengambilan sampel tanah menggunakan karung dan cangkul
Lebih terperinciTINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)
TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN) Qunik Wiqoyah 1, Anto Budi L, Lintang Bayu P 3 1,,3 Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Material Uji Model Pengujian karakteristik fisik dan mekanis tanah dilakukan untuk mengklasifikasi jenis tanah yang digunakan pada penelitian. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahapan Penelitian Penelitian ini dilakukan pada tanah ekspansif tanpa campuran bahan gypsum atau arang, serta tanah ekspansif yang telah diberi campuran bahan gypsum atau
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang berasal dari Desa Margakaya Kecamatan Jati Agung
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang akan digunakan adalah dari daerah Belimbing Sari,
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Parameter Tanah 3.1.1 Berat Jenis Berat jenis tanah merupakan nilai yang tidak bersatuan (Muntohar 29). Untuk menentukan tipikal tanah dapat dilihat dari Tabel 3.1. Tabel 3.1
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Sifat Fisik Tanah. 1. Tekstur Tanah
TINJAUAN PUSTAKA A. Sifat Fisik Tanah 1. Tekstur Tanah Menurut Haridjadja (1980) tekstur tanah adalah distribusi besar butir-butir tanah atau perbandingan secara relatif dari besar butir-butir tanah. Butir-butir
Lebih terperinciPengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S
Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S Indria Eklesia Pokaton Oscar Hans Kaseke, Lintong Elisabeth Universitas Sam Ratulangi Fakultas Teknik Jurusan Sipil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan material alami di permukaan bumi yang terbentuk dari berbagai bahan penyusun tanah seperti bahan organik dan bahan mineral lain. Tanah juga merupakan material
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini
III. METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini dilakukan sebuah perumahan yang berada di kelurahan Beringin Jaya Kecamatan Kemiling Kota
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanah. B. Sifat Fisik Dan Mekanik Tanah. 1. Tekstur Tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Tanah (soil) berasal dari kata latin solum yang berarti bagian teratas dari kerak bumi yang dipengaruhi proses pembentukan tanah (Kalsim 1989). Menurut Hakim et al (1986),
Lebih terperinciPENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI. OLEH I Wayan Narka
0 PENUNTUN PRAKTIKUM SIFAT SIFAT FISIK TANAH KELAS A PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI OLEH I Wayan Narka FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 1 I. PENDAHULUAN Tanah merupakan akumulasi tubuh
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Sumber Agung, Kecamatan Seputih Mataram, Lampung Tengah. Gambar 3. Denah Lokasi
Lebih terperinciTANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI. 1. Soal : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? Jawab : butiran tanah, air, dan udara.
TANYA JAWAB SOAL-SOAL MEKANIKA TANAH DAN TEKNIK PONDASI 1. : sebutkan 3 bagian yang ada dalam tanah.? : butiran tanah, air, dan udara. : Apa yang dimaksud dengan kadar air? : Apa yang dimaksud dengan kadar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah 1. Kadar Air Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan sebanyak dua puluh sampel dengan jenis tanah yang sama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Mengumpulkan literatur dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan sample tanah : Tanah dari Kecamatan Pamotan Jawa Tengah Kapur,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).
27 III. METODE PENELITIAN A. BAHAN BAHAN PENETILIAN 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung Selatan. 2. Air yang berasal
Lebih terperinciIV. SIFAT FISIKA TANAH
Company LOGO IV. SIFAT FISIKA TANAH Bagian 2 Dr. Ir. Mohammad Mahmudi, MS SIFAT SIFAT FISIKA TANAH A. Tekstur Tanah B. Struktur Tanah C. Konsistensi Tanah D. Porositas Tanah E. Tata Udara Tanah F. Suhu
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki lahan kering masam cukup luas yaitu sekitar 99,6 juta hektar dan tersebar di Kalimantan, Sumatera, Maluku, Papua, Sulawesi, Jawa dan Nusa Tenggara
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari
27 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar Lampung
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan. Gambar 5. Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung
Lebih terperinciCara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah
Standar Nasional Indonesia Cara uji penentuan batas plastis dan indeks plastisitas tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Diagram alir penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Mengumpulkan literature dan refrensi tentang stabilisasi tanah Pengambilan contoh tanah : Tanah lempung dari ruas jalan Berau Kalimantan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai
Bagan Alir Penelitian : BAB III METODOLOGI PENELITIAN Mulai Pengambilan sampel tanah dan abu vulkanik Persiapan bahan : 1. Tanah 2. Abu vulkanik Pengujian kadar material abu vulkanik Pengujian sifat dan
Lebih terperinciGambar 1. Tabung (ring) tembaga dengan tutup Tahapan-tahapan pengambilan contoh tanah tersebut dapat dilihat pada Gambar 2. =^
m. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, di mulai pada bulan Mei sampai Juli 2010, meliputi pelaksanaan survei di lapangan dan dilanjutkan dengan analisis tanah di
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di
III. METODE PENELITIAN Pekerjaan Lapangan Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di lapangan. Sampel tanah diambil pada beberapa titik di lokasi pengambilan sampel, hal ini dilakukan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung
` III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Belimbing Sari, Lampung Timur, dengan titik kordinat 105 o 30 o 10.74 o
Lebih terperinciANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF
bidang REKAYASA ANALISA KUAT LENTUR PADA BETON K-300 YANG DICAMPUR DENGAN TANAH KOHESIF YATNA SUPRIYATNA Jurusan Teknik Sipil Universitas Komputer Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mencari kuat
Lebih terperinciMorfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanah Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di lapang. Pengamatan sebaiknya dilakukan pada profil tanah yang baru dibuat. Pengamatan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian yang dilakukan di Laboratorium Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Negeri Gorontalo terdiri dari hasil pengujian agregat, pengujian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah
III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan Penelitian Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah lempung lunak
Lebih terperinciPEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH
PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH (Studi Kasus Tanah Lempung Tanon, Sragen) Disusun sebagai salah satu syarat
Lebih terperinciDASAR ILMU TA AH 0 5: : S
DASAR ILMU TA AH Materi 05: Sifat Fisik Tanah Tekstur Tanah Tekstur tanah adalah proporsi relatif dari partikel pasir, debu dan liat (jumlah ketiganya 100%). Bahan organik tanah bukan merupakan bagian
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).
III. METODE PENELITIAN A. Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah pengambilan sampel tanah. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil). Sampel tanah diambil
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa
III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa yosomulyo, Kota Metro Timur. Sampel tanah yang diambil adalah tanah terganggu (disturbed soil)
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang. diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro.
24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah berbutir halus yang diambil dari Desa Yoso Mulyo, Kecamatan Metro Timur, Metro. 2. Abu ampas tebu (baggase ash)
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Upaya stabilisasi yang dapat diambil salah satunya adalah dengan menstabilisasi tanah lempung dengan cara kimia sehingga kekuatan dan daya dukung tanah dapat
Lebih terperincigambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan
BAB HI LANDASAN TEORI 3.1 Konstruksi Perkerasan Konstruksi perkerasan lentur terdiri dan lapisan-lapisan yang diletakkan di atas tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang. diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro.
24 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang diambil dari Desa Yosomulyo, Kecamatan Metro Timur, Kota Metro. 2. Bahan campuran yang akan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada
III. METODE PENELITIAN A. Pengambilan Sampel Sampel tanah yang dipakai dalam penelitian ini adalah tanah lempung lunak yang berasal dari daerah Karang Anyar, Lampung Selatan yang berada pada kondisi tidak
Lebih terperinciHimpunan mineral, bahan organik, dan endapan-endapan yg relatif lepas (loose) yg terletak di atas batuan dasar (bedrock) Proses pelapukan batuan atau
Tanah didefinisikan sebagai material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik yang telah melapuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:
BAB III METODOLOGI 3.1 Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi secara langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi: 1. Pengambilan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing
III. METODE PENELITIAN A. Peralatan Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat untuk uji batasbatas konsistensi, uji proctor modified, uji CBR dan peralatan lainnya yang ada di Laboratorium
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA
BAB IV HASIL PENGUJIAN LABORATORIUM DAN ANALISA DATA IV.1 DATA INDEKS PROPERTIES Data indeks properties yang digunakan adalah data sekunder dari tanah gambut Desa Tampan Riau yang diperoleh pada penelitian
Lebih terperinciANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA
ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA Nurnilam Oemiati Staf Pengajar Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR
PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR Tugas Akhir untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S - 1 Teknik Sipil diajukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah memiliki peranan yang penting yaitu sebagai pondasi pendukung pada setiap pekerjaan konstruksi baik sebagai pondasi pendukung untuk konstruksi bangunan, jalan (subgrade),
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Lempung Ekspansif Tanah lempung merupakan tanah yang berukuran mikroskopis sampai dengan sub mikroskopis yang berasal dari pelapukan unsur-unsur kimiawi penyusun batuan.
Lebih terperinci2.8.5 Penurunan Kualitas Udara Penurunan Kualitas Air Kerusakan Permukaan Tanah Sumber dan Macam Bahan Pencemar
DAFTAR ISI SURAT PERNYATAAN... i LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR... ii ABSTRAK... iii UCAPAN TERIMA KASIH... iv DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR TABEL... ix BAB I PENDAHULAN... 1 1.1 Latar Belakang...
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISIS
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Hasil Uji Klasifikasi Tanah Sampel tanah yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Desa Jono, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen. Pengujian klasifikasi tanah meliputi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian dapat meneruskannya ke
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembangunan konstruksi sipil, tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas tanah yang
Lebih terperinci