BAB II KAJIAN TEORITIS. Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti mencerca, yaitu sesuatu yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN TEORITIS. Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti mencerca, yaitu sesuatu yang"

Transkripsi

1 2.1 Hakekat Perkembangan Emosi Anak Pengertian Perkembangan Emosi Anak BAB II KAJIAN TEORITIS Emosi berasal dari kata emetus atau emovere yang berarti mencerca, yaitu sesuatu yang mendorong terhadap sesuatu. Menurut Crow & Crow (Sunarti, 2001: 1) emosi merupakan suatu keadaan yang bergejolak dalam diri individu yang berfungsi atau berperan sebagai inner adjustment terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu. Emosi merupakan perasaan atau gejala psikis yang bersifat subjectif yang umumnya berhubungan dengan gejala-gejala mengenai dan dialami dalam kualitas senang atau tidak senang dalam berbagai taraf. Emosi anak berbeda dengan emosi dengan anak yang lebih tua atau orang dewasa karena adanya faktor maturasi dan belajar. Ciri khas emosi anak yang membuatnya berbeda dari emosi dewasa menurut Sunarti (2001: 11), yaitu : (1) Emosi yang kuat ; anak kecil bereaksi dengan intensitas yang sama baik terhadap situasi remeh maupun serius. (2) Emosi sering kali tampak, anak sering kali memperlihatkan emosi mereka meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional sering kali mengakibatkan hukuman, mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima. (3) Emosi bersifat sementara, peralihan yang cepat pada anak-anak kecil dari tertawa kemudian menangis atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang. (4) Emosi adalah perasaan yang ada pada dalam diri kita dapat berupa perasaan yang kuat. Perasaan benci, takut, marah senang, cinta senang dan kesedihan. Macam-macam perasaan tersebut adalah gambaran dari emosi.

2 Karena emosi anak-anak dipusatkan pada dampak emosi terhadap penyesuaian pribadi dan sosial anak-anak. Elizabeth (1978:210) penelitian tersebut telah membuktikan bahwa semua emosi, tidak hanya emosi yang menyenangkan, memainkan peran penting dalam kehidupan anak dan bahwa setiap macam emosi mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial yang dilakukan anak. Manfaat ataupun kerugian yang ditimbulkannya bagi penyesuaian pribadi dan sosial anak dapat bersifat fisik atau psikologis atau bahkan keduanya. Dampak yang paling penting dari emosi anak terhadap penyesuaian mereka (Erlangga. 1978;210) : a) Emosi menambah rasa nikmat bagi pengalaman sehari-hari adalah emosi seperti kemarahan dan ketakutan juga menambah rasa nikmat bagi kehidupan dengan memberikan suatu kegembiraan. b) Emosi menyiapkan tubuh untuk melakukan tindakan, emosi yang semakin kuat akan semakin mengguncangkan keseimbangan tubuh untuk persiapan bertindak. Jika persiapan ini ternyata tidak berguna, anak akan gelisah dan tidak tenang. c) Ketegangan emosi mengganggu keterampilan motorik, persiapan tubuh untuk bertindak ternyata menimbulkan gangguan pada keterampilan motorik sehingga anak menjadi canggung dan dapat menyebabkan timbulnya gangguan bicara seperti bicara yang tidak jelas dan menggagap. d) Emosi merupakan suatu bentuk komunikasi, melalui perubahan mimik wajah dan fisik yang menyertai emosi, anak-anak dapat mengkomunikasikan perasaan mereka kepada orang lain dan mengenal berbagai jenis perasaan orang lain. e) Emosi mengganggu aktivitas mental, karena kegiatan mental seperti konsentrasi, pengingatan, penalaran, dan lain-lain, sangat mudah dipengaruhi oleh emosi yang kuat, anak-anak

3 menghasilkan prestasi dibawah kemampuan intelektual mereka apabila emosi mereka terganggu. f) Emosi merupakan sumber penilaian diri dan sosial, orang dewasa menilai anak dari cara anak mengekspresikan emosi dan emosi apa saja yang dominan. Perlakuan orang dewasa yang didasarkan atas penilaian tersebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan penilaian diri. g) Emosi mewarnai pandangan anak terhadap kehidupan, bagaimana anak-anak memandang peran mereka dalam kehidupan dan posisi mereka dalam kelompok sosial dipengaruhi oleh emosi yang ada pada mereka seperti malu, takut, agresif, ingin tahu, atau bahagia. h) Emosi mempengaruhi interaksi sosial, semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, mendorong interaksi sosial. Melalui emosi anak belajar cara mengubah perilaku agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan dan ukuran sosial. i) Emosi memperlihatkan kesannya pada ekspresi wajah, emosi yang menyenangkan akan mempercantik wajah anak-anak, sedangkan emosi yang tidak menyenangkan akan menyuramkan wajah dan menyebabkan anak-anak jadi kurang menarik. Karena umumnya orang tertarik atau tidak, tergantung pada ekspresi wajah, emosi memainkan peran penting bagi penerimaan sosial. j) Emosi mempengaruhi suasana psikologis, bai k dirumah, sekolah, tetangga ataupun pada kelompok bermain, emosi anak mempengaruhi suasana psikologis yang terjadi, demikian juga sebaliknya. Anak yang tempertantrum menjengkelkan dan mempermalu orang lain, sehingga mengubah suasana psikologis kepada kemarahan dan kebencian. Hal ini membuat anak merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan. k) Reaksi emosional apabila diulang-ulang akan berkembang menjadi kebiasaan, setiap ekspresi emosi yang memuaskan anak akan diulang-ulang, dan pada suatu saat yang tertentu akan

4 berkembang menjadi kebiasaan. Dengan tubuhnya anak, jika mereka menjumpai reaksi sosial yang tidak menyenangkan, mereka akan mendapatkan kesukaan untuk mengubah kebiasaan. Makna emosi banyak dikaji oleh para psikolog dan banyak mendapatkan tempat dari pengkajian mereka, karena dianggap sebagai bagian yang penting dan menarik dalam kehidupan manusia ini. Sukmadinata (2003:80) memberikan definisi emosi sebagai perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi dan menimbulkan suatu gejolak suasana batin. Seperti halnya perasaan, emosi juga membentuk suatu kontinum, bergerak dari emosi positif hingga yang bersifat negatif. Sementara Crow & Crow (dalam Sunarto & Hartono, 2002 : 149), memberikan pengertian emosi sebagai pengalaman afektif yang disertai penyesuaian diri dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik, dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa emosi adalah perasaan batin seseorang, baik berupa pergolakan pikiran, nafsu, keadaan mental dan fisik yang dapat muncul atau termanifestasi kedalam bentuk-bentuk atau gejala-gejala seperti takut, cemas, marah, murung, kesal, iri, cemburu, senang, kasih sayang, dan ingin tahu Karakteristik Perkembangan Emosi Anak Usia 5-6 Tahun Karakteristik perkembangan emosi pada masa awal anak adalah fase dimana saat Dalam kaitannya dengan proses sosial, emosi dapat muncul sebagai akibat adanya hubungan atau interaksi sosial antara individu, kelompok, dan masyarakat. Emosi dapat muncul sebagai reaksi fisiologis, perasaan, dan perubahan perilaku yang tampak. Emosi pada anak usia dini lebih kompleks dan real, karena anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Secara umum emosi mempunyai fungsi untuk mencapai suatu pemuasan, pemenuhan, atau perlindungan diri, atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat keadaan tidak nyaman dengan lingkungan atau objek tertentu.

5 ketidakseimbangan dimana anak mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sehingga sulit untuk diarahkan. Menurut (Hurlock, 2002) perkembangan emosi usia 5-6 tahun. Ciri utama reaksi emosi pada anak : 1. Reaksi emosi anak sangat kuat. Dalam hal kekuatan, makin bertambahnya usia anak, dan semakin bertambahnya matangnya emosi anak maka anak akan semakin terampil dalam memilih kadar keterlibatan emosionalnya. 2. Reaksi emosi anak mudah berubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Emosi bersifat sementara. Peralihan yang cepat pada anak-anak dari tertawa kemudian menangis, atau dari marah ke tersenyum, atau dari cemburu ke rasa sayang. 3. Emosi dapat diketahui melalui gejala perilaku. Anak-anak mungkin tidak memperlihatkan reaksi emosional mereka secara langsung, tetapi mereka memperlihatkannya secara tidak langsung melalui kegelisahan, melamun, menangis, kesukaran berbicara, dan tingkah yang gugup, seperti menggigit kuku dan mengisap jempol. 4. Emosi seringkali tampak. Anak-anak seringkali memperlihatkan emosi yang meningkat dan mereka menjumpai bahwa ledakan emosional seringkali mengakibatkan hukuman, sehingga mereka belajar untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang membangkitkan emosi. Kemudian mereka akan berusaha mengekang ledakan emosi mereka atau bereaksi dengan cara yang lebih dapat diterima. a. Masa Kanak-Kanak Awal Seorang anak yang masih belia dalam kehidupan sehari-harinya juga mengalami berbagai macam emosi, sama seperti orang dewasa. Pada saat itu mereka juga belajar memahami perasaan dan reaksi emosional orang lain.

6 Ekspresi dari emosi-emosi ini menunjukkan bahwa anak sudah mulai memahami dan menggunakan peraturan dan norma sosial untuk menilai perilaku mereka. Rasa bangga muncul ketika anak merasakan kesenangan setelah sukses melakukan perilaku tertentu (Lewis, 2002). Rasa bangga sering kali diasosiasikan dengan pencapaian suatu tujuan tertentu. Rasa malu muncul ketika anak menganggap dirinya tidak mampu memenuhi standar atau target tertentu (Lewis, 2002). Anak yang sedang malu sering kali berharap mereka bisa bersembunyi atau menghilang dari situasi tersebut. Rasa malu biasanya berhubungan dengan serangan terhadap self dan dapat mengakibatkan kebingungan dan membuat anak tidak mampu berkata-kata. Tubuh anak yang mengalami rasa malu ini biasanya akan terlihat seperti mengerut seolah-olah ingin menghindar dari tatapan orang lain. Rasa malu bukan merupakan hasil dari situasi tetapi lebih disebabkan oleh interpretasi individu terhadap kejadian tertentu. Rasa bersalah biasanya muncul ketika anak menilai perilakunya sebagai sebuah kegagalan. (Lewis, 2002). Perasaan malu dan bersalah memiliki karakteristik fisik yang berbeda. Ketika seorang anak menunjukkan rasa malu, mereka seolah-olah mengecilkan tubuh meraka seperti ingin bersembunyi, sedangkan ketika mereka mengalami perasaan bersalah, mereka biasanya melakukan gerakan-gerakan tertentu seakan berusaha memperbaiki kegagalan mereka. b. Masa Kanak-Kanak Madya dan Kanak-Kanak Akhir Berikut ini adalah beberapa perubahan yang penting dalam perkembangan emosi pada masa kanak-kanak madya dan akhir. (Kuebli, 1994; Wintre & Vallance, 1994). 1) Peningkatan kemampuan untuk memahami emosi kompleks, misalnya kebanggaan dan rasa malu (Kuebli, 1994). Emosi-emosi ini menjadi lebih terinternalisasi (self-generated) dan terintegrasi dengan tanggung jawab personal.

7 2) Peningkatan pemahaman bahwa mungkin saja seseorang mengalami lebih dari satu emosi dalam situasi tertentu. 3) Peningkatan kecenderungan untuk lebih mempertimbangkan kejadian-kejadian yang menyebabkan reaksi emosi tertentu. 4) Peningkatan kemampuan untuk menekan atau menutupi reaksi emosional yang negatif. 5) Penggunaan strategi personal untuk mengalihkan perasaan tertentu, seperti mangalihkan atensi atau pikiran ketika mengalami emosi tertentu. Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia ini. Iri hati pada anak usia dini sering terjadi. Mereka sering memperebutkan perhatian guru. Emosi yang tinggi pada umumnya disebabkan oleh masalah psikologis dibanding masalah fisiologis. Orang tua hanya memperbolehkan anak melakukan beberapa hal, padahal anak merasa mampu melakukan lebih banyak lagi. Di samping itu, anak menjadi marah bila tidak dapat melakukan sesuatu yang dianggap dapat dilakukannya dengan mudah. Amarah, penyebab amarah yang paling umum ialah pertengkaran mengenai permainan, tidak tercapainya keinginan, dan serangan yang hebat dari anak lain. Anak mengungkapkan rasa marah dengan ledakan amarah yang ditandai dengan menangis, berteriak, menggeretak, menendang, melompat-lompat atau memukul sedangkan iri hati, anak-anak sering iri hati mengenai kemampuan atau barang yang dimilki orang lain. Iri hati ini diungkapkan dalam bermacam-macam cara, yang paling umum ialah dengan mengeluh tentang barangnya sendiri, dengan mengungkapkan keinginan untuk memiliki barang seperti yang dimiliki orang lain Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik Individu

8 Dalam pengertian diatas, dikemukakan bahwa emosi ini merupakan warna afektif yang menyertai sikap keadaan atau perilaku individu, yang dimaksud warna afektif ini adalah perasaan-perasaan tertentu yang dialami pada saat menghadapi (menghayati) suatu situasi tertentu. Contohnya : gembira, bahagia, putus asa, terkejut, benci (tidak senang), dan sebagainya. Di bawah ini ada beberapa contoh tentang perilaku individu diantaranya sebagai berikut (Syamsu Yusuf 2011;115) : a. Memperkuat semangat, apabila orang merasa senang atau puas atau hasil yang telah dicapai. b. Melemahkan semangat, apabila timbul rasa kecewa karena kegagalan dan sebagai puncak dari keadaan ini ialah timbulnya rasa putus asa (frustasi). c. Menghambat atau mengganggu konsentrasi belajar, apabila sedang mengalami ketegangan emosi dan bisa juga menimbulkan sikap gugup (nervous) dan gagap dalam bercerita. d. Terganggu penyesuaian sosial, apabila terjadi rasa cemburu dari iri hati. e. Suasana emosional yang diterima dan dialami individu semasa kecilnya akan mempengaruhi sikapnya dikemudian hari, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain. Adapun yang dimaksud perilaku emosional ialah reaksi yang terorganisasi dan muncul terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan, tujuan, ketertarikan, dan minat individu. Perilaku emosional ini tampak sebagai akibat dari emosi seseorang. Emosi oleh Juntika (2007:153), didefinisikan sebagai suatu suasana yang kompleks dan getaran jiwa yang menyertai atau muncul sebelum/sesudah terjadinya perilaku. Lebih lengkap (Daniel Goleman, 2005), menambahkan bahwa emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran-pikiran khasnya suatu keadaan biologis dan psikologis serta serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Dengan demikian, emosi terlihat dari reaksi fisiologis, perasaan dan perubahan perilaku yang tampak. Aspek emosional dari suatu perilaku pada umumnya selalu melibatkan tiga aspek

9 ini. Dimana dari ketiga aspek emosional (reaksi fisiologis, perasaan, dan perubahan perilaku yang tampak), tidak mungkin dapat diubah atau dipengaruhi atau diperbaiki oleh aspek fisiologis, karena proses fisiologis yang terjadi pada organisme secara mekanis. Emosi pada tahap anak usia dini lebih terperinci dan terdiferensiasi dan anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka. Karakteristik emosi pada anak usia dini ditandai dengan berbagai ciri, misalnya emosi anak bersifat sementara dan lekas berubah. Jika anak bertengkar dan saling mencaci maki pada pagi atau siang hari, maka pada sore hari terhalang beberapa jam mereka sudah baikan dan main bersama lagi. Berbeda dengan orang dewasa, sekali berseteru akan melekat lama bisa berharihari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan sampai meninggal dunia belum berubah masih tetap bersitegang. Ciri lainnya dari perilaku emosional anak ialah reaksi yang kuat dan spontan terhadap situasi yang menimbulkan rasa senang atau tidak senang. Anak akan mengutarakan perasaan, keadaan, dan informasi yang mereka terima apa adanya, tidak ditutup-tutupi. Anak pada usia ini dapat mengekspresikan perasaannya secara langsung, tentang perasaan senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, tanpa ada perasaan bersalah atau takut menyinggung perasaan orang lain. Kita biasanya menyebut kondisi ini dengan sebutan masih polos. Anak selalu jujur mengemukakan sesuatu keadaan, perasaan dan kondisi yang sebenarnya, tanpa ragu-ragu dan pandang bulu. Serta masih banyak ciri emosional lainnya yang merupakan karakteristik anak usia dini, misalnya reaksi emosinya masih bersifat individual, egois, berubah-ubah pendiriannya, tergantung pada situasi dan kondisi, bahkan dapat dipengaruhi oleh teman, saudara, atau keluarga dan guru.

10 Perkembangan emosi pada anak usia dini mengikuti pola tertentu sesuai pola yang berkembang dalam kelompok sosial dan kehidupannya. Pola perilaku emosional anak masa ini, meliputi marah, takut, gembira, sedih, cemburu, dan kasih sayang. Ada kemungkinan anak usia 5-6 tahun menunjukkan sejumlah perilaku agresif. Hal ini normal dan dapat terjadi karena ia masih belajar membedakan antara bersikap tegas (dengan meminta secara jelas apa yang ia inginkan) dan bersikap agresif (dengan cara mengambil apapun yang ia inginkan tanpa mengindahkan perasaan orang lain). Ia juga akan menyadari bahwa perasaan frustasi sulit ditangani sehingga cenderung bereaksi secara fisik, seperti memukul atau merusak Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak A. Pengaruh Keadaan Individu Sendiri Menurut Hurlock (dalam Nugraha, 2007: 4.5) keadaan diri individu seperti usia, keadaan fisik, inteligensi, peran seks dapat dipengaruhi perkembangan emosi. Hal yang cukup menonjol terutama berupa cacat tubuh ataupun yang dianggap oleh diri anak sebagai sesuatu kekurangan pada dirinya dan akan sangat mempengaruhi perkembangan emosinya. Kadang-kadang juga berdampak lebih jauh pada kepribadian anak. Dalam kondisi ini perilaku-perilaku umum yang biasanya muncul adalah mudah tersinggung, merasa rendah diri atau menarik diri dari lingkungannya dan lain-lain. Dampak yang muncul pada anak akibat keadaan dirinya tersebut, pada tingkatan tertentu akan menjadi sangat membahayakan, terutama pada saat anak mengidentifikasi diri dan menemukan bahwa hal tersebut merupakan faktor nyata yang dianggap dapat merendahkan

11 dirinya dalam lingkungannya. Hal tersebut akan semakin mempengaruhi jika lingkungan secara nyata menghindari dirinya dan memberikan reaksi penolakan. Tindakan preventif yang utama adalah membangun kesadaran bahwa kekurangan yang utama adalah suatu kewajaran, dan semua anak atau orang yang pasti memiliki kekurangan, hanya yang berbeda adalah letak dan bagian mana kekurangan itu berada. Jika kesadaran terbangun maka harus diikuti dengan membangkitkan semangat anak untuk berperan kembali di dalam lingkungannya, bahkan diarahkan untuk dapat berpartisipasi serta berkompetisi sesuai dengan kemampuan dan keberadaan dirinya. Dengan berbekal kesabaran dan tanggung jawab, seorang guru ataupun orang tua sebagai pihak yang harus membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, haruslah menjalani treatment tersebut dengan penuh kesadaran. Seringkali guru atau orang tua merasa terlambat melakukan pencegahan terhadap perilaku emosi yang negatif, maka hal yang perlu dilakukan adalah mengenali secara teliti perbuatan yang menyimpang, serta melakukan pencatatan dan rekaman tertulis yang menandai. Jika guru atau orang tua mengenali gejalanya dan memiliki kesanggupan untuk menanganinya maka lakukanlah segera sebelum penyimpangan emosi melekat pada anak menjadi jauh lebih parah. B. Konflik-Konflik dalam Proses Perkembangan Di dalam menjalani fase-fase perkembangan, tiap anak harus melalui beberapa macam konflik yang pada umumnya dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga anak yang mengalami gangguan atau hambatan dalam mengahadapi konflik-konflik ini. Anak yang tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut biasanya mengalami gangguan-gangguan emosi. Konflik ini dapat timbul dari diri anak sendiri atau dari orang terdekat dengan anak.

12 Menurut Piaget perkembangan merupakan suatu proses yang bersifat kumulatif. Artinya, perkembargan terdahulu akan menjadi dasar bagi perkembangan selanjutnya. Dengan demikian, apabila teriadi hambatan pada perkembangan terdahulu maka perkembangan selaniutnya akan memperoleh hambatan. Piaget membagi perkembangan ke dalam dua fase, yaitu fase sensorimotor, fase praoperasional (Piaget, 1972 : 49-91). 1. Fase Sensorimotor (usia 3-4 tahun) Pada masa dua tahun kehidupannya, anak berinteraksi dengan dunia di sekitarnya, terutama melalui aktivitas sensoris (melihat, meraba, merasa, mencium, dan mendengar) dan persepsinya terhadap gerakan fisik, dan aktivitas yang berkaitan dengan sensoris tersebut. Koordinasi aktivitas ini disebut dengan istilah sensorimotor. Fase sensorimotor dimulai dengan gerakan-gerakan refleks yang dimiliki anak sejak ia dilahirkan. Fase ini berakhir pada usia 2 tahun. Pada masa ini, anak mulai membangun pemahamannya tentang lingkungannya melalui kegiatan sensorimotor, seperti menggenggam, mengisap, melihat, melempar, dan secara perlahan ia mulai menyadari bahwa suatu benda tidak menyatu dengan lingkungannya, atau dapat dipisahkan dari lingkungan di mana benda itu berada. Selanjutnya, ia mulai belajar bahwa benda-benda itu memiliki sifat-sifat khusus. Keadaan ini mengandung arti, bahwa anak telah mulai membangun pemahamannya terhadap aspek-aspek yang berkaitan dengan hubungan kausalitas, bentuk, dan ukuran, sebagai hasil pemaharmannya terhadap aktivitas sensorimotor yang dilakukannya. Pada akhir usia 3 tahun, anak sudah menguasai pola-pola sensorimotor yang bersifat kompleks, seperti bagaimana cara mendapatkan benda yang diinginkannya (menarik, menggenggam atau meminta), menggunakan satu benda dengan tujuan yang berbeda. Dengan benda yang ada di tangannya, ia melakukan apa yang diinginkannya. Kemampuan ini merupakan

13 awal kemampuan berpilar secara simbolis, yaitu kemampuan untuk memikirkan suatu objek tanpa kehadiran objek tersebut secara empiris. 2. Fase Praoperasional (usia 5-6 tahun) Pada fase praoperasional, anak mulai menyadari bahwa pemahamannya tentang bendabenda di sekitarnya tidak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan sensorimotor, akan tetapi juga dapat dilakukan melalui kegiatan yang bersifat simbolis. Kegiatan simbolis ini dapat berbentuk melakukan percakapan melalui telepon mainan atau berpura-pura menjadi bapak atau ibu, dan kegiatan simbolis lainnya. Fase ini rnemberikan adil yang besar bagi perkembangan kognitif anak. Pada fase praoperasional, anak tidak berpikir secara operasional yaitu suatu proses berpikir yang dilakukan dengan jalan menginternalisasi suatu aktivitas yang memungkinkan anak mengaitkannya dengan kegiatan yang telah dilakukannya sebelumnya. Fase ini merupakan rasa permulaan bagi anak untuk membangun kemampuannya dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak pada fase ini belum stabil dan tidak terorganisasi secara baik. Fase praoperasional dapat dibagi ke dalam tiga subfase, yaitu subfase fungsi simbolis, subfase berpikir secara egosentris dan subfase berpikir secara intuitif. Subfase fungsi simbolis terjadi pada usia 5 6 tahun. Pada masa ini, anak telah memiliki kemampuan untuk menggarnbarkan suatu objek yang secara fisik tidak hadir. Kemampuan ini membuat anak dapat rnenggunakan balok-balok kecil untuk membangun rumah-rumahan, menyusun puzzle, dan kegiatan lainnya. Pada masa ini, anak sudah dapat menggambar manusia secara sederhana. Subfase berpikir secara egosentris terjadi pada usia 2-4 tahun. Berpikir secara egosentris ditandai oleh ketidakmampuan anak untuk memahami perspektif atau cara berpikir orang lain. Benar atau tidak benar, bagi anak pada fase ini, ditentukan oleh cara pandangnya sendiri yang disebut dengan istilah egosentris.

14 C. Sebab-Sebab yang Bersumber dari Lingkungan Anak-anak hidup dalam 3 macam lingkungan yang mempengaruhi perkembangan emosi dan kepribadiannya. Apabila pengaruh dari lingkungan ini tidak baik maka perkembangan kepribadiannya akan terpengaruh juga. Menurut Setiawan (dalam Nugraha, 2007: 4.7) ketiga faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut adalah sebagai berikut : a. Lingkungan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan emosi anakanak usia prasekolah. Bahkan secara lebih khusus, keluarga dapat menjadi emotional security (pengendali emosi) pada tahap awal perkembangan anak. Jika secara umum ekspresi emosi anak cenderung ditolak oleh lingkungannya maka hal-hal tersebut memberi isyarat bahwa emotional security yang anak dapatkan dari keluarganya kurang memadai. Jika emosi anak tumbuh dengan baik melalui pembelajaran yang baik dalam keluargannya maka di lingkungan berikutnya anak akan tumbuh dengan baik pula, anak dapat belajar dengan cara-cara yang dapat diterima oleh lingkungan barunya itu. Namun, jika pertumbuhan dan belajar anak dalam keluarga tidak memadai maka penyesuaian emosi berikutnya juga akan terhambat bahkan mungkin mendapat beberapa gangguan. b. Lingkungan Sekitar Kondisi lingkungan di sekitar anak akan sangat berpengaruh terhadap tingkah laku serta perkembangan emosi dan pribadi anak. Berbagai stimulus yang bersumber dari lingkungan sekitarnya akan dapat memicu anak dalam berekspresi. Frekuensi dan intensitas ekspresi anak akan sangat ditentukan oleh kadar stimulus yang diterimannya. Kondisi lingkungan yang dapat

15 mempengaruhi emosi pada anak bahkan mungkin mengganggunya adalah sebagai berikut: 1) daerah yang terlalu padat, 2) daerah yang memiliki angka kejahatan tinggi, 3) kurangnya fasilitas rekreasi, 4) tidak adanya aktivitas-aktivitas yang diorganisasi dengan baik untuk anak. c. Lingkungan Sekolah Sekolah mempunyai tugas membantu anak-anak dalam perkembangan emosi dan kepribadiannya dalam suatu kesatuan, tetapi sekolah sering juga menjadi penyebab timbulnya gangguan emosi pada anak. Kegagalan di sekolah sangatlah berpengaruh terhadap kehidupan emosi anak. Lingkungan sekolah yang dapat menimbulkan gangguan emosi yang menyebabkan terjadinya gangguan tingkah laku pada anak adalah sebagai berikut: (1) hubungan yang kurang harmonis antara guru dan anak, (2) hubungan yang kurang harmonis dengan teman-temannya. Orang terdekat anak di lingkungan sekolah adalah guru dan teman. Pada umumnya banyak anak yang mengidolakan dan mencontoh apa yang dilakukan gurunya. Anak lebih menurut dan mau melaksanakan tugas yang diberikan gurunya daripada mengikuti hal-hal yang dianjurkan orang tuanya. Sedangkan teman bagi anak adalah tempat saling berbagi tugas, saling berbagi peran, dan saling berbagi kesibukan. Apabila hubungan anak dengan guru dan teman kurang harmonis, maka ini akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak kecewa karena guru idolanya memperhatikan anak yang lain, sedangkan hubungannya dengan teman mulanya baik karena terjadi permusuhan rasa yang tadinya senang berubah jadi benci. 2.2 Kajian Penelitian yang Relevan Pada dasarnya suatu penelitian yang akan dibuat dapat memperhatikan penelitian lain yang dapat dijadikan rujukan dalam mengadakan penelitian. Adapun penelitian terdahulu yang hampir sama diantaranya sebagai berikut :

16 Siti Ulfatuz Yahro (2009) dalam skripsinya yang berjudul : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak Usia Dini dengan Pendekatan Beyond Centers And Circle Times di TK Islam Modern Al-Furqon Yogyakarta. Bahwa idealnya pada usia pra sekolah, potensi emosi anak dikembangkan secara maksimal. Pergaulan mereka tidak hanya sebatas pada keluarga dan teman sebayanya dirumah, tetapi juga teman-teman sebaya yang secara geografis maupun sosiologis berada dari mereka. Oleh karena itu, anak usia dini hendaknya dibimbing untuk memperoleh keterampilan sosial, yang tentu berhubungan dengan kecakapan emosional. Tahun 2006 Depdiknas merilis model pembelajaran baru bagi anak usia dini, yaitu beyond centers and circle times. Dwi Hastuti (2011) dalam skripsinya yang berjudul : Faktor-Faktor Perkembangan Emosi Anak Usia Balita di Daerah Rawan Pangan di TK Sabila Amanda Medan. Dalam penelitiannya adalah untuk menganalisis alokasi sumber daya keluarga, kualitas lingkungan perkembangan emosi anak usia 2-5 tahun di daerah rawan pangan. Perkembangan emosi anak berhubungan dengan tingkat pendidikan ibu, usia anak dan pengeluaran keluarga. Dari hasil pengamatan yang dilakukan sebagian besar keluarga adalah faktor utama dalam perkembangan emosi anak sebab anak paling banyak berada dalam lingkungan keluarga. Oleh karena itu, orang tua sangatlah di utamakan dalam mendidik dan membimbing anak-anak. Dari hasil penelitian di atas terdapat persamaan penelitian yaitu oleh Siti Ulfatuz Yahro dan Dwi Hastuti. Maka sebagai orang tua harus mempunyai pengetahuan yang cukup dan sangat baik dalam mengasuh dan membimbing anak dan orang tua juga harus intensif melakukan perilaku-perilaku positif agar anak bisa meneladaninya. Dengan demikian, penelitian yang telah dilakukan itu masih ada kaitannya dan sangat mendukung peneltian ini.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan

Lebih terperinci

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih

Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Perkembangan Anak Usia Dini Ernawulan Syaodih Karakteristik Anak Batasan tentang masa anak cukup bervariasi, istilah anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Namun bila dilihat dari

Lebih terperinci

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR Laelasari 1 1. Dosen FKIP Unswagati Cirebon Abstrak Pendidikan merupakan kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pola Asuh orang tua 1. Pengertian Pola asuh orang tua Menurut Ahmad Tafsir (Djamarah 2014:51) Menyatakan bahwa pola asuh berarti pendidikan. Dengan demikian, pola asuh orang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AFEKTIF

PERKEMBANGAN AFEKTIF PERKEMBANGAN AFEKTIF PTIK PENGERTIAN AFEKTIF Afektif menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah berkenaan dengan rasa takut atau cinta, mempengaruhi keadaan, perasaan dan emosi, mempunyai gaya atau makna yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan merupakan perubahan ke arah kemajuan menuju terwujudnya hakekat manusia yang bermartabat atau berkualitas. Usia lahir sampai dengan pra sekolah

Lebih terperinci

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY

Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Permasalahan Anak Usia Taman Kanak-Kanak Oleh: Nur Hayati, S.Pd PGTK FIP UNY Pendahuluan Setiap anak memiliki karakteristik perkembangan yang berbeda-beda. Proses utama perkembangan anak merupakan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress (santrock, 2007 : 200). Masa remaja adalah masa pergolakan yang dipenuhi oleh konflik dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai pengertian perkembangan, pengertian emosi, dan pengertian pendidikan anak usia dini. A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Lingkungan yang mendukung perkembangan individu adalah lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tidak ada seorang individu pun yang sama persis satu sama lain didunia ini sekalipun mereka kembar pasti memiliki perbedaan. Individu terlahir dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini berjudul Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen,

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir ini berjudul Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir ini berjudul Terjemahan cerita anak Churiippu Hoikuen, Kujiratori, Chikochan dalam buku Iyaiyaen. Menurut Hunt (via Ampera, 2010:10), sastra anak adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI

BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI BIMBING SI KECIL UNGKAPKAN EMOSI Di usia batita, anak sudah bisa dilatih memahami rasa takut, sedih, marah, cemburu, iri, gembira, dan sayang. Di usia batita, umumnya emosi anak menjadi sangat kuat. Biasanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya manusia pasti mengalami proses perkembangan baik dari segi fisik maupun psikologis. Manusia mengalami perkembangan sejak bayi, masa kanak- kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam

BAB I PENDAHULUAN. awal yaitu berkisar antara tahun. Santrock (2005) (dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usia sekolah menengah pertama pada umumnya berada pada usia remaja awal yaitu berkisar antara 12-15 tahun. Santrock (2005) (dalam http:// renika.bolgspot.com/perkembangan-remaja.html,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emosi adalah respon yang dirasakan setiap individu dikarenakan rangsangan baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti melewati tahap-tahap perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Namun ada suatu masa dimana individu

Lebih terperinci

Y. Joko Dwi Nugroho, S.Psi,M.Psi,Psi

Y. Joko Dwi Nugroho, S.Psi,M.Psi,Psi Y. Joko Dwi Nugroho, S.Psi,M.Psi,Psi Aspek Fisik dan Motorik Perkembangan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan jasmani melalui pusat syaraf,urat syaraf dan otot yang terkoordinasi. 5 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Maslah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. resiko (secara psikologis), over energy dan sebagainya. Hal tersebut dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ada stereotif yang umum berkembang di masyarakat yang menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa yang penuh masalah, penuh gejolak, penuh resiko (secara psikologis),

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penanganan untuk anak berkebutuhan khusus menjadi suatu tantangan tersendiri bagi penyelenggara pendidikan luar biasa mengingat karakteristik dan kebutuhan anak yang

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR. Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERILAKU PEMALU PADA ANAK SEKOLAH DASAR Suriaty Nursin Guru SDN Pembina Luwuk Abstrak Bahwa faktor-faktor yang menyebabkan perilaku pemalu pada anak diantaranya adalah karena anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak usia 0-3 tahun merupakan masa untuk berkenalan dan belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak dapat terpenuhi. Rasa kecewa, marah, sedih dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Orang tua mendambakan anaknya dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Tetapi pada kenyataaanya ada anak yang tidak dapat mengendalikan emosinya dengan baik.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang tua menginginkan dan mengharapkan anak yang dilahirkan akan tumbuh menjadi anak yang menyenangkan, terampil dan pintar. Anak-anak yang patuh, mudah diarahkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk hidup senantiasa barada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan berakhir ketika individu memasuki masa dewasa awal, tetapi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA

PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA PERMASALAHAN ANAK DAN UPAYA PENANGANANNYA Oleh: Dra. Aas Saomah, MSi A. Pengantar Setiap anak yang lahir ke dunia, sangat rentan dengan berbagai masalah. Masalah yang dihadapi anak, terutama anak usia

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY A. Pendahuluan Masa pra sekolah merupakan masa keemasan sekaligus masa kritis dalam tahapan

Lebih terperinci

Perkembangan Kognitif, Emosi, dan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir. Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd.

Perkembangan Kognitif, Emosi, dan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir. Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd. Perkembangan Kognitif, Emosi, dan Bahasa pada Masa Kanak-Kanak Akhir Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu : Dra. Nadlifah, M.Pd. Oleh: Kartika Dwi Astuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja sebagai sebuah tahapan dalam kehidupan seseorang yang berada di antara tahap kanak-kanak dengan tahap dewasa. Periode ini adalah ketika seorang anak muda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi. dengan pedang panjang dan juga melempar batu. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tawuran terjadi dikalangan pelajar sudah menjadi suatu hal yang biasa, sebagai contoh kasus tawuran (metro.sindonews.com, 25/11/2016) yang terjadi di tangerang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usia 4-6 tahun merupakan waktu paling efektif dalam kehidupan manusia untuk mengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak. Usia 4-6 tahun adalah suatu tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan

Lebih terperinci

CHAPTER EIGHT Emotional Determinants. (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock)

CHAPTER EIGHT Emotional Determinants. (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) CHAPTER EIGHT Emotional Determinants (Personality Development, Elizabeth B. Hurlock) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Dari Bapak Dr. H. A. Juntika Nurihsan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Anak merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa harus dijaga dan dipelihara karena dalam dirinya melekat harkat, martabat, dan hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah lakunya dengan situasi orang lain. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan pergaulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pola Asuh Orangtua a. Pengertian Dalam Kamus Bahasa Indonesia pola memiliki arti cara kerja, sistem dan model, dan asuh memiliki arti menjaga atau merawat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa. Di masa ini, remaja mulai mengenal dan tertarik dengan lawan jenis sehingga remaja

Lebih terperinci

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini 1 `BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siswa sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18/19 tahun, yang dilihat dari periode perkembangannya sedang mengalami masa remaja. Salzman (dalam

Lebih terperinci

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN

Oleh: Deasy Wulandari K BAB I PENDAHULUAN Kontribusi kecerdasan emosional dan sikap ilmiah terhadap prestasi belajar kimia dalam metode pembelajaran GI (group investigation) dan STAD (student teams achievement division) materi pokok laju reaksi

Lebih terperinci

Oom S Homdijah PLB FIP UPI

Oom S Homdijah PLB FIP UPI Oom S Homdijah PLB FIP UPI 0856 210 5958 oomshomdijah@yahoo.com Motivasi= dorongan=drives suatu keadaan yang kompleks(a complex state) dan kesiapsediaan(preparatory set) dalam diri individu(organisme)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan tempat utama dimana seorang anak tumbuh dan berkembang pertama kalinya. Selain itu, keluarga juga merupakan sekumpulan orang yang tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : NITALIA CIPUK SULISTIARI F 100 040

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pola Asuh Orang Tua 2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua Menurut Hurlock (1999) orang tua adalah orang dewasa yang membawa anak ke dewasa, terutama dalam masa perkembangan. Tugas

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan, teknologi, politik, ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang

BAB I PENDAHULUAN. emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupan, seseorang tidak pernah lepas dari kehidupan emosi yang bervariatif dari waktu ke waktu, khususnya pada masa remaja yang dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal yang telah di pelajari dapat membantunya dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7

EMOSI & PERASAAN. PERTEMUAN KE- 7 EMOSI & PERASAAN PERTEMUAN KE- 7 aprilia_tinalidyasari@yahoo.com Pengertian Emosi Suatu kondisi biologis, psikologis an fisiologi dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak Emosi bersifat lebih intens

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh : Refti Yusminunita F 100 050

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan kehadiran orang lain untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peneliti menganggap bahwa penelitian tentang kecerdasan emosional pada mahasiswa yang bekerja sangat penting, karena siapa pun dapat mengalami emosi, tak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu memiliki berbagai macam masalah didalam hidupnya, masalah dalam diri individu hadir bila apa yang telah manusia usahakan jauh atau tidak sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada masa kanak-kanak, anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun mental yang sangat pesat. Hurlock (1997) mengatakan bahwa masa golden age atau masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa sekolah bagi anak adalah masa yang paling dinantikan. Anak bisa mendapatkan teman baru selain teman di rumahnya. Anak juga dapat bermain dan berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia dalam kehidupannya. Kemajuan zaman memiliki nilai yang positif dalam kehidupan manusia, dimana pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung pendidikan sepanjang hayat adalah diakuinya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). PAUD adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL

ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL ASPEK PERKEMBANGAN SOSIAL I. PENGERTIAN DAN PROSES SOSIALISASI Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial (Hurlock, 1990). Tuntutan sosial pada perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan luar. Perubahan-perubahan tersebut menjadi tantangan besar bagi BAB I PENDAHULUAN Masa remaja merupakan masa peralihan atau masa transisi dari masa anakanak ke masa dewasa yang disertai dengan perubahan (Gunarsa, 2003). Remaja akan mengalami berbagai perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia hidup selalu dipenuhi oleh kebutuhan dan keinginan. Seringkali kebutuhan dan keinginan tersebut tidak dapat terpenuhi dengan segera. Selain itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan keadaan dimana fungsi fisik, emosional, intelektual, sosial dan perkembangan atau spiritual seseorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Memaafkan. adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Memaafkan 1. Defenisi Memaafkan Secara terminologis, kata dasar memaafkan adalah maaf dan kata maaf adalah kata yang berasal dari bahasa Arab, al afw. Kata ini dalam al-qur an

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 2.1 Pengertian Perilaku BAB II KAJIAN TEORITIS Perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus dari luar oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya interaksi antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika

BAB I PENDAHULUAN. dengan baik di lingkungan tempat mereka berada. Demikian halnya ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi serta membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Sebagai makhluk sosial, manusia hanya dapat berkembang dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Locus Of Control 1. Pengertian Locus of Control Konsep locus of control pertama kali dirumuskan oleh Rotter berdasarkan teori belajar sosial (Effi, 1993). Di dalam teori belajar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

EMOSI DAN SUASANA HATI

EMOSI DAN SUASANA HATI EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999).

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Kematangan Emosional. hati ke dalam suasana hati yang lain (Hurlock, 1999). BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kematangan Emosional 2.1.1. Pengertian Kematangan Emosional Kematangan emosional dapat dikatakan sebagai suatu kondisi perasaan atau reaksi perasaan yang stabil terhadap suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar terhadap kehidupan remaja baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat merupakan budaya dan seni beladiri warisan bangsa yang mempunyai nilai luhur. Dalam perkembanganya hingga saat ini pencak silat sudah dipertandingkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak

TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak 7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. (Stanley Hall dalam Panuju, 2005). Stres yang dialami remaja berkaitan dengan proses perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, terdapat beberapa hasil penelitian yang dapat dijadikan acuan dalam penelitian ini. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang

Lebih terperinci