RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019"

Transkripsi

1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) Oleh: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Medan, 24 Januari 2015

2 OUTLINE PAPARAN I. PENGANTAR II. ARAH DAN STRATEGI PEMBANGUNAN III. SASARAN DAN ARAH KEBIJAKAN Slide - 2

3 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL I. PENGANTAR Slide - 3

4 DASAR HUKUM PENYUSUNAN RPJMN 1. UU 25/2004 (Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional), Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan; Presiden sebagai penanggungjawab Perencanaan Pembangunan Nasional 2. UU No. 17/2007 (RPJPN ), dibagi dalam 4 tahap RPJMN, yaitu: RPJMN I RPJMN II RPJMN III RPJMN IV PP 40 tahun 2006 (Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional): Pasal 17: (1) Presiden menetapkan Rancangan Akhir RPJM Nasional menjadi RPJM Nasional dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik. (2) RPJM Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berfungsi sebagai: a. pedoman penyesuaian dalam rangka penetapan Renstra-KL; dan b. bahan penyusunan dan perbaikan RPJM Daerah dengan memperhatikan tugas pemerintah daerah dalam mencapai sasaran nasional yang termuat dalam RPJM Nasional Slide - 4

5 RANCANGAN AKHIR RPJMN Rancangan Akhir RPJMN terdiri dari: Buku I : Agenda Pembangunan Nasional Buku II : Agenda Pembangunan Bidang Buku III : Agenda Pembangunan Wilayah Dalam masing-masing buku telah disusun indikator-indikator pembangunan beserta sasarannya (berdasarkan exercise Pagu Indikatif Jangka Menengah ) Telah dibahas oleh berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan, yaitu kementerian/lembaga, pemerintahan daerah, perguruan tinggi, partai politik, organisasi profesi, para ahli di berbagai bidang, dan organisasi masyarakat sipil, antara lain dalam forum: Musrenbang Regional Musrenbang Nasional (18 Desember 2014) Trilateral Meeting Bappenas-K/L-Kemenkeu (23-31 Desember 2014) Persetujuan Presiden dalam Sidang Kabinet ditindaklanjuti dengan penetapan RPJMN melalui Peraturan Presiden (Perpres) Slide - 5

6 TRISAKTI DAN NAWACITA VISI: TERWUJUDNYA INDONESIA YG BERDAULAT, MANDIRI DAN BERKERIBADIAN BERLANDASKAN GOTONG ROYONG 7 MISI Keamanan nasional yg mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dg mengamankan SD maritim, dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan. Masyarakat maju, berkeimbangan dan demokratis berlandaskan negara hukum. Politik LN bebas aktif dan memperkuat jati diri sebagai negara maritim Kualitas hidup manusian Indonesia yg tinggi, maju dan sejahtera Bangsa berdaya saing Indonesia menjadi negara maritim yg mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional Masyarakat yg berkepribadian dalam kebudayaan. NAWACITA 9 agenda prioritas Akan menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberi rasa aman pada seluruh WN Akan membuat Pemerintah tidak absen dg memba-ngun tata kelola Pem. yg bersih, efektif, demokratis dan terpercaya Akan membangun Indonesia dari pinggiran dg memperkuat daerah-daerah dan desa dlm kerangka Negara Kesatuan Akan menolak Negara lemah dengan melalukan reformasi sistem penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. Akan mening-katkan kuali-tas hidup manusia Indonesia melalui: Indonesia Pintar, Indonesia Sehat, Indonesia Kerja dan Indonesia Sejahtera Akan meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional Akan mewujudkan kemandirian ekonomi dg menggerak-kan sektor-sektor strategis ekonomi domestik Akan melakuka n revolusi karakter bangsa Akan memperteguh Kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial. BERDAULAT DALAM BIDANG POLITIK (12 program aksi-115 prioritas utama) BERDIKARI DALAM BIDANG EKONOMI (16 program aksi) BERKEPRIBADIAN DALAM BIDANG KEBUDAYAAN (3 program aksi) 1.Membangun wibawa politik LN dan mereposisi peran Indonesia dalam isu-isu global (4) 2.Menguatkan sistem pertahanan negara (4) 3.Membangun politik keamanan dan ketertiban masyarakat (8) 4.Mewujudkan profesionalitas intelijen negara (7) 5. Membangun keterbukaan informasi dan komunikasi publik (7) 6.Mereformasi sistem dan kelembagaan demokrasi (6) 7.Memperkuat politik desentralisasi dan otda (11) 8.Mendedikasikan diri untuk memberdayakan desa (8) 9. Melindungi dan memajukan hakhak masyarakat adat (6) 10. Pemberdayaan Perempuan dalam politik dan pembangunan (7) 11. Mewujudkan sistem dan penegakan hukum yang berkeadilan (42) 12. Menjalankan reformasi birokrasi dan pelayanan publik (5) 1.Dedikasikan pembangunan kualitas SDM 2.Membangun kedaulatan pangan berbasis agribisnis kerakyatan 3.Mendedikasikan program u/ membangun daulat energi berbasis kepentingan nas. 4.Untuk pengua-saan SDA melalui 7 langkah & mem-bangun regulasi mewajibkan CSR &/atau saham u/ masyarakat lokal/ sekitar tambang, penguatan kapa-sitas pengusaha nasional (trmsuk penambang rakyat) dlm pengelolaan tambang berkelanjutan. 5. Membangun pemberdayaa n buruh 6.Membangun sektor keuangan berbasis nasional 7.Penguatan investasi domestik 8.Membangun penguatan kapasitas fiskal negara 9.Membangun infrastruktur 10. Membangun ekonomi maritim 11. Penguatan sektor kehutanan 12. Membangun tata ruang dan lingkungan berkelanjutan 13.Membangun perimbangan pembangunan kawasan 14.Membangun karakter dan potensi wisata 15.Mengembangk an kapasitas perdagangan nasional 16.Pengembanga n industri manufaktur 1. Berkomitmen mewujudkan pendidikan sbg pembentuk karakter bangsa 2. Akan memperteguh kebhinekaan Indonesia dan memperkuat restorasi sosial 3. Akan memban gun jiwa bangsa melalui pemberd ayaan pemuda dan olah raga Slide - 6

7 MENUJU INDONESIA YANG JAUH LEBIH BAIK 1. Mengejar peningkatan daya saing 2. Meningkatkan kualitas manusia, termasuk melalui pembangunan mental 3. Memanfaatkan dan mengembalikan potensi yang hilang di sektor maritim dan kelautan 4. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 5. Mengurangi ketimpangan antarwilayah 6. Memulihkan kerusakan lingkungan 7. Memajukan kehidupan bermasyarakat Slide - 7

8 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL II. STRATEGI PEMBANGUNAN Slide - 8

9 STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat; 2) Upaya peningkatan kesejahteran, kemakmuran, produktivitas tidak boleh menciptakan ketimpangan yang makin melebar; 3) Perhatian khusus diberikan kepada peningkatan produktivitas rakyat lapisan menengahbawah, tanpa menghalangi, menghambat, mengecilkan dan mengurangi keleluasaan pelaku-pelaku besar untuk terus menjadi agen pertumbuhan. 4) Aktivitas pembangunan tidak boleh merusak, menurunkan daya dukung lingkungan dan keseimbangan ekosistem 3 DIMENSI PEMBANGUNAN DIMENSI PEMBANGUNAN MANUSIA Pendidikan Kesehatan Perumahan Mental / Karakter DIMENSI PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan Kedaulatan Energi & Ketenagalistrikan Kemaritiman dan Kelautan Pariwisata dan Industri DIMENSI PEMERATAAN & KEWILAYAHAN Antarkelompok Pendapatan Antarwilayah: (1) Desa, (2) Pinggiran, (3) Luar Jawa, (4) Kawasan Timur KONDISI PERLU Kepastian dan Penegakan Hukum Keamanan dan Ketertiban Politik & Demokrasi Tata Kelola & RB QUICK WINS DAN PROGRAM LANJUTAN LAINNYA Slide - 9

10 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL III. SASARAN PEMBANGUNAN Slide - 10

11 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN MAKRO Slide - 11

12 1. SASARAN MAKRO(1) Indikator 2014* (Baseline) Pembangunan Manusia dan Masyarakat 2019 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 73,83 76,3 Indeks Pembangunan Masyarakat 1 0,55 Meningkat Indeks Gini 0,41 0,36 Meningkatnya presentase penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan melalui SJSN Bidang Kesehatan Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan Pekerja formal Pekerja informal 51,8% (Oktober 2014) 29,5 juta 1,3 juta Min. 95% 62,4 juta 3,5 juta 1 Indeks pembangunan masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur sifat kegotongroyongan, toleransi, dan rasa aman masyarakat *Perkiraan Slide - 12

13 1. SASARAN MAKRO(2) Indikator 2014* (Baseline) 2019 Ekonomi Makro Pertumbuhan ekonomi 5,1% 8,0 % PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar 2010 PDB per Kapita (Rp ribu) tahun dasar Inflasi 8,4% 3,5% Tingkat Kemiskinan 10,96 % *) 7,0-8,0% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 5,94% 4,0-5,0% *) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan November 2014 *Perkiraan Slide - 13

14 SASARAN EKONOMI MAKRO (1) Perkiraan 2014 Proyeksi Jangka Menengah Perkiraan Besaran-besaran Pokok Pertumbuhan PDB (%) PDB per Kapita (ribu Rp) Laju Inflasi, Indeks Harga Konsumen (%) Nilai Tukar Nominal (Rp/US$) 5,1 5,8 6,6 7,1 7,5 8, ,4 5,0 4,0 4,0 3,5 3, Pengangguran dan Kemiskinan (%) Tingkat Pengangguran 5,9 5,5-5,8 5,2-5,5 5,0-5,3 4,6-5,1 4,0-5,0 Tingkat Kemiskinan 10,96**) 9,5-10,5 9,0-10,0 8,5-9,5 7,5-8,5 7,0-8,0 *)Tahun 2015 menggunakan Angka RAPBN-P 2015 **) Tingkat kemiskinan Bulan September 2014, sebelum adanya kebijakan pengurangan subsidi BBM pada Bulan November 2014.

15 SASARAN EKONOMI MAKRO (2) SEKTOR-SEKTOR PRODUKSI Perkiraan 2014 Proyeksi Jangka Menengah Rata-Rata Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 3,9 4,1 4,3 4,5 4,7 4,9 4,5 Pertambangan dan Penggalian 1,7 1,8 1,9 2,0 2,1 2,2 2,0 Industri Pengolahan 4,7 6,1 6,9 7,4 8,1 8,6 7,4 Pengadaan Listrik dan Gas, dan air bersih 5,0 5,6 6,3 7,2 7,9 8,7 7,1 Pengadaan Air 4,2 5,3 6,2 6,7 7,2 7,7 6,6 Konstruksi 6,0 6,4 6,8 7,3 7,5 7,8 7,2 Perdagangan besar dan eceran, dan Reparasi 4,5 4,9 7,3 7,9 8,0 8,4 7,3 Transportasi dan Pergudangan 6,9 8,1 8,7 9,3 9,7 10,3 9,2 Penyedia Akomodasi dan Makan Minum 5,1 5,7 6,3 7,2 7,8 8,6 7,1 Informasi dan Komunikasi 9,1 9,7 10,6 11,6 12,3 13,4 11,5 Jasa Keuangan 8,2 8,8 9,2 9,6 10,0 10,4 9,6 Real Estate 6,3 6,8 7,4 7,9 8,5 9,0 7,9 Jasa Perusahaan 8,7 9,1 9,2 9,4 9,5 9,6 9,4 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 0,6 1,4 2,6 3,7 4,8 6,0 3,7 Jasa Pendidikan 7,3 8,8 9,4 10,1 10,7 11,4 10,1 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 5,6 6,9 8,1 9,0 10,0 11,0 9,0 Jasa lainnya 6,1 6,7 7,0 7,3 7,7 7,9 7,3

16 Peta IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Slide - 16

17 TINGKAT KEMISKINAN DAN JUMLAH PENDUDUK MISKIN TAHUN 2014 Slide - 17

18 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Slide - 18

19 2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Kependudukan & KB Indikator Kependudukan dan Keluarga Berencana Rata-rata Laju Pertumbuhan Penduduk Angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) Angka prevalensi Pemakaian kontrasepsi (CPR) suatu cara (all methods) 2014 (Baseline) ,49%/tahun 1,19%/tahun ( ) ( ) 2,6 (2012) 2,3 62% (2012) 66% Arah Kebijakan Kependudukan 1.Penguatan dan pemaduan kebijakan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi 2.Peningkatan jumlah dan penguatan kapasitas tenaga lapangan KB, tenaga kesehatan pelayanan KB, dan penguatan lembaga di tingkat masyarakat 3.Peningkatan pelayanan KB dengan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang Slide - 19

20 2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Pendidikan Pendidikan Indikator Rata-rata lama sekolah penduduk usia diatas 15 tahun Rata-rata angka melek aksara penduduk usia di atas 15 tahun Prodi perguruan tinggi minimal berakreditasi B Persentase SD/MI berakreditasi minimal B Persentase SMP/MTs berakreditasi minimal B Persentase SMA/MA berakreditasi minimal B Pesentase Kompetensi Keahlian SMK berakreditasi minimal B Rasio APK SMP/MTs antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya Rasio APK SMA/SMK/MA antara 20% penduduk termiskin dan 20% penduduk terkaya 2014 (Baseline) ,1 (tahun) 8,8 (tahun) 94,1% 96,1 (%) 50,4% 68,4 (%) 68,7% 84,2% 62,5% 81,0% 73,5% 84,6% 48,2% 65,0% 0,85 (2012) 0,53 (2012) 0,90 0,60 Arah Kebijakan Pendidikan 1.Melanjutkan upaya untuk memenuhi hak seluruh penduduk mendapatkan layanan pendidikan dasar berkualitas 2.Meningkatkan akses Pendidikan Menengah yang berkualitas 3.Memperkuat peran swasta dalam menyediakan layanan pendidikan menengah yang berkualitas 4.Meningkatkan relevansi pendidikan kejuruan dengan kebutuhan dunia kerja 5.Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan 6.Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Slide - 20

21 2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Pembangunan Kesehatan No Indikator 2014 (Baseline) Meningkatnya Status Kesehatan dan Gizi Masyarakat 1. Angka kematian ibu per kelahiran (SDKI 2012) 2. Angka kematian bayi per kelahiran hidup 32 (2012/2013) Prevalensi kekurangan gizi (underweight) pada anak balita (persen) 4. Prevalensi stunting (pendek dan sangat pendek) anak baduta (persen) 19,6 (2013) 17 32,9 (2013) 28 2 Meningkatnya Pengendalian Penyakit Menular dan Tidak Menular 1. Prevalensi Tuberkulosis (TB) per penduduk 297 (2013) Prevalensi HIV (persen) 0,46 (2013) <0,5 3. Prevalensi tekanan darah tinggi (persen) 25,8 (2013) 23,4 4. Prevalensi obesitas pada penduduk usia 18+ tahun (persen) 15,4(2013) 15,4 5. Persentase merokok penduduk usia tahun 7,2 (2013) 5,4 3 Meningkatnya Pemerataan dan Mutu Pelayanan Kesehatan 1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 puskesmas terakreditasi Persentase kabupaten/kota yang mencapai 80 persen imunisasi dasar lengkap pada bayi 3. Jumlah puskesmas yang minimal memiliki lima jenis tenaga kesehatan Arah Kebijakan 1. Akselerasi Pemenuhan Akses Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak, Remaja, dan Lanjut Usia yang Berkualitas 2. Mempercepat Perbaikan Gizi Masyarakat 3. Meningkatkan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 4. Memantapkan Pelaksanaan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan 5. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar yang Berkualitas 6. Meningkatan Akses Pelayanan Kesehatan Rujukan yang Berkualitas 7. Meningkatkan Ketersediaan, Penyebaran, dan Mutu Sumber Daya Manusia Kesehatan 8. Meningkatkan Ketersediaan, Keterjangkauan, Pemerataan, dan Kualitas Farmasi dan Alat Kesehatan 9. Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan Slide - 21

22 2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Kesetaraan Gender, Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak 2014 No Indikator 2019 (Baseline) 1 Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Indeks Pembangunan Gender (IPG) 69,6 (2013) Meningkat Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) 70,5 (2013) Meningkat 2 Perlindungan Anak Prevalensi Kekerasan terhadap Anak Anak lakilaki: 38,62 persen; Anak perempuan: 20,48 persen (2013) Menurun Arah Kebijakan 1. Memperkuat sistem perlindungan anak dan perempuan dari berbagai tindak kekerasan, termasuk tindak pidana perdagangan orang (TPPO), dengan melakukan berbagai upaya pencegahan dan penindakan; 2. Meningkatkan kapasitas kelembagaan perlindungan anak dan perempuan dari berbagai tindak kekerasan dan perlakuan salah lainnya Slide - 22

23 2. SASARAN PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Pembangunan Masyarakat No Indikator 2014 (Baseline) 2019 Indeks gotong royong (mengukur keperca-yaan kepada lingkungan tempat tinggal, ke-mudahan mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, serta jejaring sosial) 0,55 (2012) Meningkat Indeks toleransi (mengukur nilai toleransi 0,49 (2012) Meningkat masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain di lingkungan tempat tinggal) Indeks rasa aman (mengukur rasa aman 0,61 (2012) Meningkat yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal) Jumlah konflik sosial (per tahun) 164 (2013) Menurun Arah Kebijakan 1. Memperkuat pendidikan kebhinekaan dan menciptakan ruang-ruang dialog antar warga 2. Membangun kembali modal sosial dalam rangka memperkukuh karakter dan jati diri bangsa 3. Meningkatkan Peran Kelembagaan Sosial 4. Meningkatkan kepatuhan terhadap hukum dan penghormatan terhadap lembaga penegakan hukum 5. Meningkatkan pemahaman, penghayatan, pengamalan dan pengembangan nilai-nilai keagamaan, 6. Meningkatkan kerukunan umat beragama 7. Meningkatkan pembudayaan kesetiakawanan sosial dalam penyelenggaraan perlindungan sosial Slide - 23

24 PEMBANGUNAN MANUSIA DAN MASYARAKAT Slide - 24

25 REVOLUSI MENTAL Slide - 25

26 Papua NTT Maluku Papua Barat Kepulauan Riau Sulawesi Barat Sumatera Barat Aceh Sulawesi Selatan Sumatera Utara Maluku Utara Sulawesi Tenggara DKI Jakarta Riau NTB DI Yogyakarta Kalimantan Timur Sulawesi Tengah Banten Bali Jawa Tengah Jawa Timur Jawa Barat Gorontalo Sumatera Selatan Bangka Belitung Lampung Jambi Sulawesi Utara Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Bengkulu Kalimantan Tengah Pertumbuhan Penduduk (%) Jumlah Penduduk (juta jiwa) 2.13 KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA Laju Pertumbuhan dan Jumlah Penduduk Indonesia, SP 1971 SP 1980 SP 1990 SP 2000 SP 2010 Jumlah Penduduk (juta jiwa) Pertumbuhan Penduduk (%) Jumlah penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan secara signifikan, dengan laju yang meningkat dalam 10 tahun terakhir Piramida Penduduk Indonesia, 2010 Laki-laki (dalam juta) Perempuan Rasio jenis kelamin: 101,4 Rasio ketergantungan: 50,4 Penduduk perdesaan: 50,2% Papua Kepulauan Riau Kalimantan Timur Papua Barat Riau Bangka Belitung Maluku Banten Sulawesi Barat Jambi Maluku Utara Aceh Gorontalo Bali Sulawesi Tenggara NTT Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Jawa Barat Sumatera Selatan Kalimantan Tengah Bengkulu INDONESIA DKI Jakarta Sumatera Barat Sulawesi Utara Lampung Sulawesi Selatan NTB Sumatera Utara DI Yogyakarta Kalimantan Barat Jawa Timur Jawa Tengah Laju Pertumbuhan Penduduk Kesenjangan CPR antardaerah, 2012 Laju pertumbuhan penduduk di beberapa daerah masih sangat tinggi Angka prevalensi pemakaian kontrasepsi (CPR) di berbagai daerah masing sangat rendah Kab/Kota terendah Rata-rata Provinsi Kab/Kota Tertinggi Jumlah Penduduk Slide - 26

27 Kematian Ibu Per Kelahiran Hidup KESEHATAN IBU DAN ANAK Kematian Bayi Per Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi walaupun dalam beberapa dekade terakhir AKI dan AKB telah mengalami penurunan AKI Tahun dan Target RPJMN SDKI Target RPJMN 2019 Pada pelayanan kesehatan rujukan, banyak rumah sakit yang belum memenuhi standar ketenagaan Persentase RSU Pemerintah Menurut Ketersediaan Dokter Spesialis pada RSU Tipe C dan Tipe D, Sp. Penyakit Dalam Sp. Bedah Sp. Anak Sp. Obstetrik Ginekologi Kelas C Kelas D Sumber: Risfaskes, AKB Tahun dan Target RPJMN SDKI Target RPJMN 2019 Kesinambungan pelayanan belum terjaga: Sebagian pelayanan kesehatan ibu dan anak cakupannya masih rendah 61,9 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (%) 37,1 83,5 70,4 58,9 38,0 71,3 DISPARITAS MASIH LEBAR Tertinggi Nasional Persalinan di Fasilitas Kesehatan (%) DIY Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (%) DIY Pemakaian Anemia ibu Kontrasepsi* hamil WUS PemeriksaanPersalinan di Kehamilan Faskes (K4) 10,2 Bayi berat badan lahir rendah Imunisasi dasar lengkap ASI Esklusif 6 bulan Kunjungan Neonatus (KN1) Sumber: Riskesdas, 2013 Terendah MALUKU PAPUA Sumber: Riskesdas 2013 dan *) SDKI 2012 Slide - 27

28 Penguatan Pelayanan Kesehatan Rujukan Untuk Mendukung Percepatan Penurunan AKI dan AKB serta Pemenuhan Supply Side JKN, RS Pratama: 13 RS Rujukan Regional: 51 RSUD: 119 RS Rujukan Regional: 21 RSUD: 46 RS Rujukan Regional: 29 RSUD: 68 RS Rujukan Regional: 22 RSUD: 53 RS Pratama: 55 RS Rujukan Nasional RS Rujukan Regional: 47 RSUD: 111 RS Rujukan Regional: 14 RSUD: 33 Strategi : 1. Penguatan sistem rumah sakit rujukan nasional (14 RS) 2. Penguatan sistem rumah sakit rujukan regional (184 RS) 3. Penguatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) (430 RS) 4. Pembangunan RS Pratama di DTPK (68 RS) Slide - 28

29 Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu kondisi penyakit menular masih muncul sedangkan penyakit tidak menular semakin meningkat Jumlah Kasus HIV-AIDS (kumulatif) 2013 Ranking Beban Penyakit Penyakit Menular Penyakit Tidak Menular Penyakit Beban Penyakit Penyakit Beban Penyakit Tuberculose (2) 7,6% Stroke (1) 8,0% Diare (3) 4,0% Jantung Iskemik (4) 3,8% Infeksi Pernapasan (5) 3,7% Diabetes (6) 3,5 Prevalensi HIV dan AIDS di Indonesia hingga tahun 2013 adalah 0,43 persen dengan sebaran seperti grafis diatas Penduduk Kurang Aktivitas Fisik (26,1 % penduduk) Merokok pada penduduk - usia < 18 tahun (7,2 %) - usia > 15 tahun (36,3%) Faktor Resiko Perilaku PTM TB DBD Malaria Prevalensi 297 per penduduk Jumlah penderita kasus (2013) Angka kesakitan 45,85 per penduduk Jumlah penderita sebanyak penduduk (2013) Angka kesakitan 1,14 per penduduk Jumlah kasus sebanyak kasus (2013) Penduduk > 10 tahun Kurang Konsumsi Buah dan Sayur (93,5%) Filariasis Jumlah kasus sebanyak kasus (2013) Slide - 29

30 STATUS GIZI DI INDONESIA Indonesia mengalami beban ganda masalah gizi : masalah gizi kurang dan gizi lebih masih tinggi STATUS GIZI BALITA STATUS GIZI BALITA Gemuk Kurus Pendek Gizi Kurang 11,9 12,1 19,6 37,2 STUNTING MENURUT PENGELUARAN 48,4 42,4 38,5 32,3 29 DEWASA OBESE (GEMUK) 19,7 32,9 BALITA OVERWEIGHT (GEMUK) 12, ,9 Q1 Q2 Q3 Q4 Q5 BAYI DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) Laki-laki Perempuan Disparitas Prevalensi Tertinggi Sulteng : 16,9% Terendah Sumut : 7,2% Nasional 10,2% ASI EKSKLUSIF 38% bayi usia kurang dari 6 bulan mendapat ASI eksklusif ANEMIA PADA IBU HAMIL 37,1% Sebanyak Ibu hamil mengalami anemia Sumber : Riskesdas, 2013 Slide - 30

31 STATUS GIZI DI INDONESIA BALITA STUNTING (PENDEK): Terjadi pada hampir seluruh wilayah < >40 Sumber: Riskesdas 2013 Slide - 31

32 Papua NTB Kalbar NTT Sulbar Jatim Jateng Gorontalo Babel Kalsel Lampung Sumsel Jambi Sulsel Kalteng Sulteng Jabar Sultra Bali Bengkulu Banten Malut Sumbar Riau Aceh Kaltim Sumut Sulut Maluku Yogyaka Pabar Kepri Jakarta Rata-rata Lama Sekolah dan Angka Melek Huruf Rata-rata Buta Huruf Penduduk Berusia 15 tahun ke atas di Kabupaten/Kota Setiap Provinsi, 2011 Proporsi buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke atas mengalami penurunan signifikan, dari 5,3% (2009) menjadi 4,4% (2011) 2 0 Terendah Rata-rata Tertinggi Akan tetapi, kesenjangan masih terlihat di beberapa provinsi Variasi rata-rata lama sekolah penduduk usia 15 tahun ke atas masih cukup lebar. Masih cukup banyak daerah yang rata-rata lama sekolahnya masih dibawah 6 tahun Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Berusia 15 Tahun Keatas Per Provinsi, 2012 Maximum Mean Minimum Slide - 32

33 Papua Sulawesi Barat Gorontalo Kepulauan Bangka Sulawesi Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Selat Kalimantan Tenga Riau Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggar Jawa Barat Sulawesi Utara Sumatera Selatan Nusa Tenggara Ti Jawa Tengah Lampung Sumatera Barat Jambi Sumatera Utara Maluku Utara Banten Nusa Tenggara Ba Papua Barat Jawa Timur Bengkulu DKI Jakarta Aceh Maluku Kepulauan Riau Bali Kalimantan Timur DI Yogyakarta Kesenjangan Partisipasi Pendidikan APS tahun antar provinsi dan kab/kota Angka terendah tk kab/kota Rata-rata tk provinsi Angka tertinggi tk kab/kota APS penduduk usia 7-15tahun menurut kelompok pengeluaran keluarga, Tahun Tahun Kuintil-1 (termiskin) Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 (terkaya) DKI Jakarta DIY Bali Sumbar Kep. Riau Aceh Jatim Riau Sumut NTB Sultra Maluku Sulut Jambi Bengkulu Jateng INDONESIA Sulsel Kaltim Malut Kep. Babel Lampung Jabar Banten Sumsel Sulbar Sulteng Gorontalo Kalsel Kalbar Kalteng NTT Papua Papua Barat APM SMP/MTs per Provinsi, 2011 Disparitas akses pendidikan dasar sudah semakin kecil baik antar daerah maupun antar kelompok sosialekonomi. Namun masih perlu upaya besar untuk menjamin semua anak usia 7-15 tahun untuk mengikuti pendidikan yang berkualitas Slide - 33

34 JAKARTA RIAU BALI BANTEN YOGYAKARTA NTB JATIM SUMSEL MALUKU LAMPUNG KALTIM ACEH JAMBI JABAR JATENG MALUT SUMUT BABEL KALB KALTENG KALSEL SULTRA SULSEL SULBAR GORONTALO SULTENG KEPRI SULUT SUMBAR BENGKULU NTT PABAR PAPUA Kesenjangan Partisipasi Pendidikan 2 Perkembangan APS Penduduk Usia tahun menurut pengeluaran keluarga Kesenjangan partisipasi pendidikan menengah semakin mengecil, tetapi masih membutuhkan perhatian besar untuk terus diturunkan Kuintil-1 Kuintil-2 Kuintil-3 Kuintil-4 Kuintil-5 Persentase Kecamatan yang Memiliki SMP/MTs atau SMA/SMK/MA (negeri dan/atau swasta) Ada SMP/MTs Ada SMA/SMK/MA Bali DI Yogyakarta DKI Jakarta Maluku Utara Aceh Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Utara Bengkulu Riau Sulawesi Barat Kepulauan Bangka Belitung Kalimantan Timur Sumatera Utara Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Sumatera Barat Indonesia Sumatera Selatan Jambi Kepulauan Riau Kalimantan Tengah Banten Gorontalo Jawa Tengah Jawa Barat Papua Sulawesi Tengah Kalimantan Selatan Lampung Nusa Tenggara Timur Papua Barat Kalimantan Barat APK SM per Provinsi, ,68 78,50 108,45 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 Tahun 2011: dari kecamatan: kec. belum memiliki satuan pendidikan menengah negeri 935 kec. tidak memiliki satuan pendidikan baik negeri maupun swasta. Slide - 34

35 Kualitas Guru N T T MALUKU MALUT KALBAR PAPUA JAMBI BABEL SULTENG SULTRA SULUT IRJABAR N A D LAMPUNG GORONTALO SUMSEL KALSEL KALTENG SULBAR KEPRI RIAU SUMUT KALTIM SUMBAR N T B BENGKULU JATENG SULSEL BANTEN JABAR YOGYA JATIM BALI DKI Kualifikasi Guru per Provinsi, ,71 65,05 58,46 54,79 54,69 52,51 51,63 51,24 50,89 50,89 50,16 49,89 47,99 47,09 46,41 44,03 43,93 43,73 43,60 43,25 42,59 39,83 39,72 38,95 36,76 34,40 31,63 31,48 29,03 26,92 26,39 25,64 21,15 0% 20% 40% 60% 80% 100% <S1 S1 Sumber: NUPTK 2012 Sumber: Kemdikbud Tren Sertifikasi Guru Masih banyak guru yang belum memenuhi persyaratan kualifikasi akademik minimal sebagaimana diamanatkan UU Guru dan Dosen 1,5 juta guru yang tersertifikasi (55% dari seluruh jumlah guru) Slide - 35

36 Indeks Pembangunan Masyarakat Sulawesi Utara Maluku Utara NTT Kalimantan Tengah DI Yogyakarta Sulawesi Tengah Maluku Kalimantan Barat Bali Papua Barat Sulawesi Tenggara Lampung Riau Sumatera Utara Sulawesi Barat Gorontalo Bengkulu Jawa Timur INDONESIA Jambi Sumatera Selatan Bangka belitung Sulawesi Selatan NTB Kepulauan Riau Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Papua NAD Jawa Tengah Sumatera Barat DKI Jakarta Banten Jawa Barat Indeks Pembangunan Masyarakat, Dimensi Indeks Pembangunan Masyarakat, 2012 Indeks Rasa Aman Indeks Toleransi Indeks Gotong Royong Indeks Jejaring Sosial Indeks Aksi Kolektif Indeks Tolong Menolong Indeks Tingkat Kepercayaan Dimensi Indeks Gotong Royong, Indeks Pembangunan Masyarakat merupakan indeks komposit yang mengukur: 1. Indeks gotong-royong (mengukur modal sosial kepercayaan kepada lingkungan tempat tinggal, kemudahan mendapatkan pertolongan, aksi kolektif masyarakat dalam membantu masyarakat yang membutuhkan dan kegiatan bakti sosial, serta jejaring sosial) 2. Indeks toleransi (mengukur kohesi sosial toleransi masyarakat dalam menerima kegiatan agama dan suku lain di lingkungan tempat tinggal) 3. Indeks rasa aman (mengukur rasa aman yang dirasakan masyarakat di lingkungan tempat tinggal) Indeks Toleransi, Toleransi antar-suku 0.46 Toleransi antar-pemeluk agama Sumber: dihitung menggunakan data Susenas Modul Sosial Budaya 2012 Slide - 36

37 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Slide - 37

38 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Pangan INDIKATOR Produksi DN untuk Kedaulatan Pangan 2014 (baseline) Padi (Juta Ton) 70,6 82,0 - Jagung (Juta Ton) 19,13 24,1 - Kedelai (Juta Ton) 0,92 2,6 - Gula (Juta Ton) 2,6 3,8 - Daging Sapi (Ribu Ton) 452,7 755,1 - Produksi perikanan (juta ton) 12,4 18,8 Pembangunan, Peningkatan dan Rehabilitasi Irigasi: - Pembangunan dan Peningkatan Jaringan irigasi air permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Rehabililtasi jariangan irigasi permukaan, air tanah dan rawa (juta ha) - Pembangunan dan Peningkatan irigasi tambak (ribu ha) 8,9 9,89 2,71 3,01 189,75 304,75 - Pembangunan waduk)* CACATAN: Untuk 3 tahun pertama: fokus pada swasembada padi. Untuk kedele fokus pada konsumsi DN utamanya untuk tahu dan tempe; Gula, daging sapi dan garam fokus pada pemenuhan konsumsi rumah tangga. ARAH KEBIJAKAN: 1.Peningkatan ketersediaan pangan melalui penguatan kapasitas produksi DN: Padi: (i) penyelesaian pengamanan lahan berkelanjutan (menahan konversi sawah) dan perluasan sawah baru 1 juta ha dan jaringan irigasi; (ii) revitalisasi penyuluhan dan sistem perbenihan desa berdaulat benih dan desa pertanian organik; (iv) bank untuk pertanian-ukm-koperasi; Produk perikanan: 40 juta ton (ikan dll)** 2.Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap pangan: (i) pembangunan gudang dg fasilitas pasca panen; pengendalian impor melalui pemberantasan mafia impor; (ii) penguatan cadangan pangan dan stabilisasi harga pangan; (iii) pengembangan sistem logistik ikan. 3.Meningkatkan perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat: (i) konsumsi protein: telur, ikan, dan daging, sayur dan buah; (ii) penggunaan pangan lokal non beras. 4.Mitigasi gangguan terhadap kedaulatan pangan: (i) benih adaptif perubahan iklim, sekolah iklim dan asuransi pertanian. * Kumulatif 5 tahun Slide - 38

39 KEDAULATAN PANGAN Kemen Pertanian; Kemen Kehutanan & LH; Kemen Agraria & TTR; Kemen PU; Pemda Kemendag; Kemen Pertanian Pengendalian impor pangan Pembukaan 1 juta lahan sawah baru Reforma agraria 9 juta Ha Perbaikan dan pemb. Jaringan irigasi, bendungan, pasar, dan sarpras transportasi Kemen PU; Kementan Kemendag; Pemda Kemen Pertanian; Kemen Perindustrian; Pemda Peningkatan kemampuan petani Pemb. Agribisnis kerakyatan BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN KEDAULATAN PANGAN Stop konversi lahan produktif Pemda; Kemen Agraria & TTR Bank Indonesia; Kemen Koperasi Pendirian bank pertanian & UMKM Gudang dgn fasilitas pengolahan pasca panen di sentra produksi; Pemulihan kualitas kesuburan lahan; 1000 Desa Mandiri Benih Kemen Pertanian; Kemen BUMN; Pemda Kemen Pertanian; KLH/BPLH Pemda (BUMDes- Dana Desa) Slide - 39

40 SEBARAN PRODUKSI BAHAN PANGAN POKOK Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula - Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Komoditi Target 2019 Padi Jagung Kedelai Daging Gula - Gula Slide - 40

41 TARGET PEMBERIAN HAK KELOLA HUTAN KEPADA MASYARAKAT TAHUN Indikator Luas hutan yang dikelola masyarakat*) Jumlah DAS yang akan ditangani Catatan: * Dalam bentuk Hutan Kemasyarakatan (HKm), Hutan Desa (HD), Hutan Tanaman Rakyat (HTR), Hutan Rakyat (HR), Hutan Adat dan Kemitraan (Ha) Sumber: Trilateral Meeting, (BAPPENAS, Kemenkeu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan) Desember 2014 Slide - 41

42 DAS yang akan dipulihkan dalam tahun DAS Asahan Toba 2. DAS Siak 3. DAS Musi 4. DAS Way Sekampung 5. DAS Way Seputih DAS Kapuas 1. DAS Jeneberang 2. DAS Saddang 1. DAS Citarum 2. DAS Ciliwung 3. DAS Cisadane 4. DAS Serayu 5. DAS Solo 6. DAS Brantas DAS Moyo Slide - 42

43 WADUK KEUREUTO, RUKOH, TIRO, JAMBO AYE (NAD) ESTUARI SEI GONG, DOMPAK, BUSUNG (KEPRI) WADUK LAUSIMEME (SUMUT) LOKASI PEMBANGUNAN 49 WADUK WADUK LOMPATAN HARIMAU (RIAU) WADUK CIAWI, SUKAMAHI, CIPANAS, LEUWIKERIS, SADAWARNA, SANTOSA, SUKAHURIP (JABAR) WADUK TAPIN (KALSEL) WADUK LOLAK, KUWIL (SULUT) WADUK SEPAKU SEMOI, MARANGKAYU, TERITIP (KALTIM) WADUK KARALOE, PASELORENG, PAMUKULU, JENELATA, NIPA-NIPA (SULSEL) WADUK SUKOHARJO, SEGALAMINDER, WAY SEKAMPUNG, SUKARAJA III (LAMPUNG) WADUK TELAGAWAJA, LAMBUK (BALI) WADUK LASONGI (SULTRA) WADUK KARIAN, SINDANGHEULA (BANTEN) WADUK BENER, KARANGTALUN (DIY) WADUK LOGUNG, JLANTAH, MATENGGENG (JATENG) WADUK SEMANTOK, WADUK BAGONG, WADUK LESTI, WADUK WONODADI (JATIM) WADUK RAKNAMO, KOLHUA, ROTIKLOD, NAPUNGGETE (NTT) WADUK BINTANG BANO, TANJU DAN MILA, MUJUR (NTB) Slide - 43

44 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Kedaulatan Energi INDIKATOR Peningkatan Produksi SD Energi: 2014 (baseline) 2019* - Minyak Bumi (ribu BM/hari) Gas Bumi (ribu SBM/hari) Batubara (Juta Ton) Penggunaan DN (DMO): - Gas bumi DN 53% 64% - Batubara DN 24% 60% Regasifikasi onshore (unit) - 6 Pembangunan FSRU (unit) 2 3 Jaringan pipa gas (km) Pembangunan SPBG (unit) Jaringan gas kota (sambungan rumah) 200 ribu 1 jt Pembangunan kilang baru (unit) - 1 ARAH KEBIJAKAN: 1. Meningkatkan produksi energi primer (minyak, gas dan batubara): lapangan baru, IOR/EOR, pengembangan gas non konvensional (shale gas dan CBM). 2. Meningkatkan Cadangan Penyangga dan Operasional Energi: (i) cadangan energi pemerintah; (ii) pengadaan kontrak jangka menengah dan panjang untuk SD energi. 3. Meningkatkan peranan energi baru terbarukan dalam bauran energi: (i) insentif dan harga yang tepat; (ii) pemanfaatan bahan bakar nabati. 4. Meningkatkan Aksesibilitas: (i) mendorong penggunaan SD energi utk penggunaan setempat; (ii) pemanfaatan gas kota; (iii) konversi BBM ke BBG. 5. Peningkatan efisiensi dalam penggunaan energi: (i) pengembangan insentif dan mekanisme pendanaan utk teknologi hemat/efisiensi energi; (ii) audit energi; (iii) peningkatan peran perusahaan layanan energi (ESCO). 6. Meningkatkan pengelolaan subsidi BBM yang lebih transparan dan tepat sasaran 7. Memanfaatkan potensi Sumber Daya Air untuk PLTA (kelistrikan) * Dengan badan usaha Slide - 44

45 KEDAULATAN ENERGI Kemen Keuangan; Kemen ESDM; Kemen BUMN Kemen ESDM; Kemen Perhubungan Kemen Perindustrian Kemen ESDM; Kemen BUMN; Kemendag; Pertamina Sistem fiskal yg flexibel Pengalihan Transportasi berbasis BBM ke gas (percepatan Pembangunan SPBG) Peningkatan produksi minyak bumi memperpanjangu sia sumur2 tua dan Pengendalian impor minyak Pembangunan kilang migas BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN KEDAULATAN ENERGI Kemen ESDM; Kemen BUMN Tata kelola yg efektif & efisien industri migas dan energi (a.l kontrak pembelian minyak jangka menengah) Kemen ESDM; Kemen BUMN; SKK Migas Pertamina, PLN, PGN Percepatan Pembangunan Pembangkit listrik dan peningkatan Penggunaan Batu bara dan Gas utk produksi Listrik Realokasi subsidi BBM ke biofuel Kemen ESDM; Kemen BUMN; PLN; PGN Kemen ESDM; Kemen Keuangan Kemen BUMN Kementan Kemen ESDM; Kemen Keuangan; Pemda Iklim investasi migas yg kondusif Pengembangan energi baru & terbarukan Peningkatan kapasitas tangki/minyak mentah, BBM, dan LPG Kemen ESDM; Pertamina Kemen ESDM; Kemen BUMN; Kemen Ristek Slide - 45

46 Rencana Pembangunan Infrastruktur Migas Jaringan Pipa Gas Arun Belawan KIM KEK Medan (480 Km) Jaringan Pipa Gas Pemping Batam (13,5 Km) Receiving Terminal Arun Kilang Minyak Bontang Jaringan Pipa Gas Duri Dumai (132,4 Km) Jaringan Pipa Gas Muara Karang Muara Tawar Tegal Gede (70 Km) Jaringan Pipa Gas Kalija I Kepodang Tambak Lorok (207 Km) LNG Donggi Senoro dan LNG South Sulawesi LNG Masela LNG Tangguh Train - 3 Receiving Terminal Banten Jaringan Pipa Gas Muara Bekasi Muara Tawar Muara Karang (44 Km) FSRU Jawa Tengah Jaringan Pipa Gas Gresik Semarang (267 Km) Jaringan Pipa Gas Porong Grati (56 Km) Jaringan Pipa Gas Gundih Semarang (140 Km) Sumber : BPH Migas dan KESDM, diolah oleh Bappenas 2014 Slide - 46

47 RASIO ELEKTRIFIKASI DAN ENERGI YANG DIKONSUMSI PER KAPITA TAHUN 2013 WILAYAH Sumber: Statistik Listrik, 2013 (BPS) Penduduk (1.000) Rumah Tangga (1.000) RT (1.000) Pelanggan Persen terhadap Indonesia KWh (1.000) KWh Jual Persen terhadap Indonesia Rasio Elektrifkasi (%) kwh jual/kapita SUMATERA , , , ,95 75,95 480,75 JAWA , , , ,28 82,88 965,09 BALI & NUSA TENGGARA , , , ,08 63,30 414,49 KALIMANTAN , , , ,79 71,23 473,74 SULAWESI , , , ,94 70,83 398,85 MALUKU & PAPUA 6.604, , , ,96 47,72 268,46 LUAR JAWA , , , ,81 70,97 463,00 JAWA , , , ,85 82,88 972,50 INDONESIA , , , ,00 78,10 741,44 Slide - 47

48 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Maritim dan Kelautan INDIKATOR Memperkuat Jatidiri sebagai negara Maritim Penyelesaian pencatatan/deposit pulau-pulau kecil ke PBB Penyelesaian batas maritim antar negara Pemberantasan Tindakan Perikanan Liar Meningkatnya ketaatan pelaku perikanan Membangun Konektivitas Nasional: Pengembangan pelabuhan untuk menunjang tol laut Pengembangan pelabuhan penyeberangan 2014 (BASELINE) (Selesai th 2017) 1 negara 9 negara 52% 87% Pembangunan kapal perintis 50 unit 104 unit Pengembangan Ekonomi Maritim dan Kelautan Produksi hasil perikanan (juta ton ) 22, Pengembangan pelabuhan perikanan 21 unit 24 unit Peningkatan luas kawasan konservasi laut 15,7 juta ha 20 juta ha ARAH KEBIJAKAN: 1. Penyelesaian tata batas dan batas landas kontinen di luar 200 mil laut, serta penamaan pulau2 dan pendaftarannya; 2. Pengaturan dan pengendalian ALKI; 3. Penguatan lembaga pengawasan laut; 4. Peningkatan Koordinasi Dalam Penanganan Pelanggaran Tindak Pidana; 5. Meningkatkan pembangunan sistem transportasi multimoda; 6. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan; 7. Percepatan pengembangan ekonomi kelautan; 8. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas, daya dukung dan kelestarian fungsi lingkungan laut; 9. Meningkatkan wawasan dan budaya bahari serta penguatan SDM dan Iptek kelautan; 10. Meningkatkan harkat dan taraf hidup nelayan serta masyarakat pesisir Slide - 48

49 PEMBANGUNAN KEMARITIMAN Kemen KP Peningkatan produksi perikanan dua kali lipat (40-50 juta ton per tahun pada thn 2019 Peningkatan kapasitas dan pemberian akses terhadap sumber modal, sarana produksi, infrastruktur, teknologi dan pasar Kemen KP; Kemen Koperasi UKM; Kemen PU; Kemen Hub; Kemen Ristek DIKTI; Kemen Perdagangan; Perbankan; Pemda Pembangunan 100 sentra perikanan sbg tempat pelelangan ikan terpadu dan pembangunan 24 pelabuhan strategis Kemen KP; Kemen Hub Kemen BUMN; Pemda Kemen KP; Kemen Agraria & TTR; Pemda Mendesain tata ruang wilayah pesisir dan lautan yg mendukung kinerja pembangunan maritim dan perikanan BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN Pemberantasan illegal, unregulated dan unreported fishing (IIU) Kemen KP; POLRI; Kemen Hukum HAM; Pemda Kemen KP; Kemen Ristek DIKTI Penerapan best aqua-culture practices untuk komoditaskomoditas unggulan PEMBANGUNAN KEMARITIMAN Mengurangi intensitas penangkapan di kawasan underfishing sesuai batas kelestarian Kemen KP; Pemda Kemen KP; Kemen LH & Hut; Pemda Peningkatan luas kawasan konservasi perairan berkelanjutan (17 juta ha) dan penambahan kawasan konservasi 700 ha dan rehab. Kerusakan lingkungan pesisir & laut Penguatan keamanan laut, daerah perbatasan dan pengamanan SDA dan ZEE Kemen Han Kemen KP; Kemen Dagri; KemenLu. Slide - 49

50 WILAYAH LAUT INDONESIA Luas Laut Indonesia No Perairan Luas (km 2 ) 1 Perairan Kepulauan 2,95 juta 2 Territorial 0,3 juta 3 ZEE Indonesia 2,55 juta Total 5,8 juta Slide - 50

51 WILAYAH PENANGKAPAN DAN POTENSI PERIKANAN DI INDONESIA (satuan dalam ton/tahun) WPP Selat Malaka dan Laut Andaman 276,1 WPP Samudera Hindia A (Barat Sumatera dan Selat Sunda) 565,1 WPP Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut Cina Selatan WPP Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut Halmahera, Laut Seram, dan Teluk Berau; 595,5 WPP Laut Sulawesi dan Utara Pulau Halmahera 333,7 WPP Teluk Cenderawasih dan Samudera Pasifik 299,2 WPP Laut Jawa 836,6 WPP Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali 929,7 WPP Teluk Tolo dan Laut Banda WPP Laut Aru, Laut Arafura dan Timur Laut Timor 855,6 278,0 WPP Samudera Hindia B (Selatan Jawa - Laut Timor Barat) 491,7 Slide - 51

52 Sumber: Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 45/2011 tentang Estimasi Potensi SDI di WPP (total sebesar 6,52 juta ton/tahun) Slide - 52

53 SEBARAN PELABUHAN PERIKANAN (total) NAD PPI:170 Kaltara PPI:3 Sumut PPS:1 PPN:2 PPI:34 Riau PPI:17 Kepri PPI:19 Kalsel PPI:9 Kaltim PPI:13 Sulteng PPI:43 Gorontalo PPN:1 PPI:24 Sulut PPS:1 PPI:28 Malut PPN:2 PPI:16 Papua Barat PPI:12 Sumbar PPS:1 PPI:27 Kalbar PPN:2 PPI:63 Jambi PPI:8 Bengkulu PPI:41 Babel PPN:2 PPI:16 Kalteng PPI:9 Bali PPN:2 PPI:11 Sulbar PPI:10 Sulsel PPN:0 PPI:52 Sultra PPS:1 PPI:29 Sumsel PPI:7 Lampung PPI:20 Banten PPN:2 PPI:38 DKI PPS:1 PPI:6 Jabar PPN:3 PPI:73 DIY PPI:23 Jateng PPI:86 Jatim PPN:4 PPI:99 NTB PPI:31 NTT PPI:24 Maluku PPN:3 PPI:23 Papua PPI:14 Ket: PPS : Pelabuhan Perikanan Samudra PPN : Pelabuhan Perikanan Nusantara PPI: Pangkalan Pendaratan Ikan Slide - 53

54 SEBARAN SEKOLAH PERIKANAN NAD SUPM Ladong Sulut AP Bitung Sumbar SUPM Pariaman Kalbar SUPM Pontianak Papua Barat AP Sorong; SUPM Sorong Sulsel SUPM Bone Lampung SUPM kota Agung DKI STP Jakarta Jateng SUPM Tegal Jatim AP Sidoarjo NTT SUPM Kupang Maluku SUPM Waiheru Ket: STP : Sekolah Tinggi Perikanan (PUSAT) AP : Akademi Perikanan (PUSAT) SUPM : Sekolah Usaha Perikanan Menengah (PEMDA) Slide - 54

55 SEBARAN BALAI DAN LOKA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KELAUTAN DAN PERIKANAN (UPT PUSAT) Sumbar LPSDKP Bungus (KerentananPesisir) Sultra LPTK Wakatobi (Teknologi Kelautan) Sumsel BRPPU Palembang (Perairan Umum) DKI P3SDLP (SD laut & pesisir); BBRP2B Jakarta (bioteknologi perikanan); BBRSE (sosial ekonomi perikanan) Sulsel BPPAP Maros (budidaya air payau) JABAR BBAT Bogor (budidaya air tawar); BPPIH Depok (ikan Hias); BPPI Sukamandi (pemuliaan Ikan); BP2KSI Jatiluhur (konservasi SD ikan) BALI BBPPBL Gondol (Budidaya Laut); BPOL Perancak (Observasi Laut) Slide - 55

56 PETA SEBARAN BALAI/UPT PERIKANAN BUDIDAYA Slide - 56

57 TOL LAUT DALAM MENDUKUNG POROS MARITIM DUNIA Keterangan Program Nilai (Rp.Milyar) Keterangan 24 Pelabuhan Strategis 243,696 Termasuk pengerukan, pengembangan terminal kontainer, serta lahannya Short sea shipping 7,500 Kapal, pelabuhan Panjang, sumur, Bojanegara, Kendal, Pacitan, Cirebon Fasilitas kargo umum dan bulk 40,615 Rencana induk pelabuhan nasional Pengembangan pelabuhan nonkomersil 198, pelabuhan Pengembangan pelabuhan komersil lainnya 41, pelabuhan Transportasi multimoda untuk mencapai pelabuhan 50,000 Jalan akses, kereta pelabuhan, kereta pesisir. Revitalisasi industri galangan kapal 10, galangan kapal Kapal untuk 5 tahun ke depan 101,740 Kapal container, barang perintis, bulk carrier, tug & barge, tanker, dan kapal rakyat Kapal patroli 6,048 Kapal patrol dari Kelas IA s/d V Total 699,999 Slide - 57

58 Pengembangan Transportasi Penyeberangan (Komplemen Konsep Tol Laut) Arah kebijakan pengembangan transportasi penyeberangan : Penyelesaian dan penguatan jalur lintas Sabuk Utara, Sabuk Tengah dan Sabuk Selatan serta poros penghubung. Terobosan regulasi termasuk kebijakan pengadaan kapal oleh pemerintah dan pembentukan Otorita Pelabuhan Penyeberangan. Koridor Penyebe rangan Kondisi Saat ini dan Rencana Pembangunan Keb. Biaya Program Strategis dan Target: Sabuk Utara Sabuk Tengah Sabuk Selatan Terdapat lintas yang belum terhubung yaitu: Tj. Pinang Sintete, akan diselesaikan pada Terdapat lintas yang belum terhubung: Wahai Fak Fak, akan diselesaikan pada akhir tahun Akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal) Telah terhubung sejak tahun 2013, akan dilakukan peningkatan layanan (pelabuhan dan kapal) Rp. 40 T Pembangunan pelabuhan penyeberangan di 60 lokasi Pembangunan kapal penyeberangan (terutama perintis) 50 unit Pemisahan operator dan regulator (pembentukan Otorita Pelabuhan) Pembangunan kapal untuk mengatasi bottleneck pada lintas utama termasuk lintas Merak -Bakauheni (melalui PMN pada BUMN) Slide - 58

59 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Pariwisata dan Industri INDIKATOR Pariwisata Kontribusi terhadap PDB Nasional Wisatawan Mancanegara (Orang) Wisatawan Nusantara (Kunjungan) 2014 (Baseline) ,2% 8 % 9 juta 20 juta 250 juta 275 juta Devisa (triliun rupiah) Industri Sasaran Pertumbuhan: Industri (%) 4,7 8.6 Kontribusi dalam PDB 20,7% 21,6% Penambahan jumlah Industri skala menengah dan besar * Kumulatif 5 tahun unit* ARAH KEBIJAKAN: 1. Pemasaran Pariwisata Nasional: mendatangkan sebanyak mungkin wisatawan manca negara dan mendorong peningkatan wisatawan nusantara 2. Pembangunan Destinasi Pariwisata: meningkatkan daya tarik daerah tujuan wisata sehingga berdayasaing di dalam negeri dan di luar negeri 3. Pembangunan Industri Pariwisata: meningkatkan partisipasi usaha lokal dalam industri pariwisata nasional serta meningkatkan keragaman dan daya saing produk / jasa pariwisata nasional di setiap destinasi periwisata yang menjdai fokus pemasaran 4. Pembangunan Kelembagaan Pariwisata: membangun sumber daya manusia pariwisata serta organisasi kepariwisataan nasional 5. Pengembangan Perwilayahan Industri di luar Pulau Jawa 6. Penumbuhan Populasi Industri dengan menambah paling tidak sekitar 9 ribu usaha 7. Peningkatan Daya Saing dan Produktivitas (Nilai Ekspor dan Nilai Tambah Per Tenaga Kerja) Slide - 59

60 PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA Kemen Pariwisata; Pemda Peningkatan Jumlah Investor Nasional Percepatan Pembangunan Akses Transportasi Kemen Pariwisata; Kemen PU; Kemen Perhubungan; Kemen BUMN; Pemda Percepatan Pembangunan Akses Informasi dan Komunikasi Kemen Pariwisata; Kemen Kominfo; Pemda Kemen Pariwisata; Kemen Keuangan; Pemda Kemen Pariwisata; Pemda Kebijakan Anggaran Pembangunan Pariwisata Keterlibatan Masyarakat Lokal dalam Pengelolaan Lokasi Pariwisata BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA Peningkatan Infrastruktur Pengembangan Budaya Lokal Percepatan Pengembangan dan Pengelolaan Kawasan Pariwisata (intersullar tourism) Kemen Pariwisata; Kemen Budaya Dikdasmen; Pemda Kemen Pariwisata; Kemen BUMN; Pemda Kemen Koperasi &UKM; Kemen Pariwisata; Badan Pengembangan Ekonomi Kreatif; Pemda; Pengembangan Ekonomi Kreatif Berbasis pada Eco-tourism Peningkatan Kualitas SDM Masyarakat Lokal /Sekitar Objek Wisata Kemen Pariwisata; Kemen Budaya Dikdasmen; Pemda Slide - 60

61 POTENSI WISATA ALAM Slide - 61

62 POTENSI WISATA MICE (Meeting, Incentives, Conference, Exhibition) Hasil Pemetaan 16 Destinasi MICE - Ditjen PDP, Kemenparekraf, 2013 Slide - 62

63 POTENSI WISATA BAHARI Slide - 63

64 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Ketahanan Air Ketahanan Air Indikator 2014 (Baseline) 2019 Kapasitas air baku nasional 51,44 m 3 /det 118,6 m 3 /det Pembangunan Waduk* 21 waduk 49 waduk Ketersedian air irigasi yang bersumber dari waduk 11% 20% Terselesaikannya status DAS lintas 0 19 DAS (kumulatif) negara Berkurangnya luasan lahan kritis melalui rehabilitasi dalam KPH ha 5,5 juta ha (kumulatif) Pulihnya kesehatan 5 DAS Prioritas (DAS 0 15 DAS Ciliwung, DAS Citarum, DAS Serayu, DAS Bengawan Solo, dan DAS Brantas) dan 10 DAS prioritas lainnya sampai dengan tahun 2019 Terjaganya / meningkatnya jumlah mata 0 15 DAS air di 5 DAS prioritas dan 10 DAS prioritas lainnya sampai dengan 2019 melalui konser-vasi sumber daya air Kapasitas/Daya tampung 15,8 miliar m3 19 miliar m3 Pengembangan dan pengelolaan Jaringan Irigasi (permukaan, air tanah, pompa, rawa, dan tambak) Rata-rata kapasitas Desain Pengendalian Struktural dan Non Struktural Banjir 9,136 Juta Ha 10 Juta Ha 5-25 tahun tahun ARAH KEBIJAKAN: 1. Pemeliharaan dan pemulihan sumberdaya air dan ekosistemnya. 2. Pemenuhan kebutuhan dan jaminan kualitas air untuk kehidupan sehari-hari bagi masyarakat 3. Pemenuhan kebutuhan air untuk kebutuhan sosial dan ekonomi produktif 4. Peningkatan ketangguhan masyarakat dalam mengurangi risiko daya rusak air termasuk perubahan iklim 5. Peningkatan kapasitas kelembagaan, ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air yang terpadu, efektif, efisien dan berkelanjutan, termasuk peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses terhadap data dan informasi *) Kumulatif 5 Tahun Slide - 64

65 3. SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR UNGGULAN Infrastuktur Dasar dan Konektivitas Indikator Infrastruktur Dasar dan Konektivitas 2014 (Baseline) 2019 Rasio elektrifikasi 81,5% 96,6% Konsumsi Listrik Perkapita 843KWh 1.200KWh Kawasan permukiman kumuh perkotaan Ha 0 ha Kekurangan tempat tinggal (backlog) 7,6 juta 5 juta berdasarkan perspektif menghuni Akses Air Minum Layak 70 % 100% Akses Sanitasi Layak 60,9 % 100% Kondisi mantap jalan nasional 94 % 98 % Pengembangan jalan nasional km km Pembangunan jalan baru * km km Pengembangan jalan tol * 807 km km panjang jalur kereta api km km Pengembangan pelabuhan Dwelling Time Pelabuhan 6-7 hari 3-4 hari Jumlah bandara On-time Performance penerbangan 75% 95 % Kab/Kota yang dijangkau Broadband 82% 100% Jumlah Dermaga Penyeberangan Pangsa Pasar Angkutan Umum 23% 32% Perkotaan Lingkungan Emisi Gas Rumah Kaca 15,5% ~ 26% Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) 63,0-64,0 66,5-68,5 Tambahan Rehabilitasi Hutan 2 juta ha ** 750 ribu ha *** ARAH KEBIJAKAN: 1. Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi yang dilakukan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan masyarakat 2. Mempercepat pembangunan transportasi dengan penguatan industri nasional untuk mendukung Sistem Logistik Nasional dan penguatan konektivitas nasional dalam kerangka mendukung kerjasama regional dan global. 3. Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota. 4. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas. 5. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband termasuk di daerah perbatasan negara. 6. Mendorong tingkat literasi dan inovasi TIK. 7. Meningkatkan peranan Energi Baru Terbarukan dalam Bauran Energi 8. Meningkatkan Aksesibilitas Energi *) Kumulatif 5 Tahun **) Dalam dan luar kawasan ***) Dalam kawasan Slide - 65

66 RENCANA BESAR PERCEPATAN PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK MW Kapasitas Pembangkit 2014 adalah 50,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 81,5 Persen 2019 Kapasitas pembangkit sekitar 85,7 GW dan Rasio Elektrifikasi 96,6 persen Kebutuhan Investasi : Pertumbuhan Ekonomi 6-7 persen Oleh PLN: Pembangkit: 16,4 GW ( berikut Transmisi 50 ribu kms; Jaringan Distribusi 150 ribu kms) Oleh Swasta: Pembangkit 18,7 GW (berikut transmisi 360 kms) PT. PLN 545 triliun dan Swasta Rp 435 triliun Konsumsi Listrik per kapita (kwh) Kemampuan Investasi PT. PLN adalah Rp 250 triliun dalam 5 tahun Investasi yang paling mendesak untuk mengatasi krisis listrik/potensi krisis listrik Diperlukan program penyehatan kondisi keuangan PT. PLN melalui : Penyesuaian tarif dasar listrik mencapai nilai keekonomiannya pada tahun 2017, dengan tarif yang mencerminkan kemampuan investasi PT. PLN secara mandiri (memperhitungkan beban investasi sesuai kondisi demografi dan geografi yang ada serta beban sasaran bauran energi) Peningkatan injeksi PMN Subsidi yang semakin tepat sasaran (hanya untuk pengguna dibawah 60 KWh) per bulan Fasilitasi pemerintah dalam mengatasi hambatan (bottleneck) investasi, berupa: (a) penjaminan pemerintah untuk investasi; (b) Percepatan persetujuan PKLN; (c) fasilitasi pembebasan lahan; (d) mempermudah perijinan (e) penyesuaian harga jual beli listrik IPP yang lebih menarik terutama energi terbarukan; (f) fasilitasi penyediaan gas untuk pembangkit listrik: serta (g) perlindungan hukum bagi pelaksana proyek. Slide - 66

67 RENCANA PEMBANGUNAN HYDRO POWER Hydro Power Potential Map (Potential: MW, Plan to developed 12,900 MW up to 2027) RUPTL : Hydro : 9,1 GW ACEH: MW KALSELTENGTIM: MW SUMUT: MW SUMBAR & RIAU: MW KALBAR: MW SULUTTENG: MW MALUKU: 430 MW PAPUA: MW SUMSEL, JAMBI, BENGKULU & LAMPUNG: MW JATENG: 813 MW SULSELRA: MW JABAR: MW Sumber : RUPTL dan Musrenbangnas 2014 JATIM: 525 MW BALI NUSRA: 624 MW 3 Slide - 67

68 LOKASI RENCANA PLTU MULUT TAMBANG DI INDONESIA TAHUN (HANYA DI SUMATERA) Sumber : Data diolah dari PT. PLN (Persero), KESDM dan Musrenbangnas 2014 Slide - 68

69 Rencana Pembangunan PLTA dan PLTM ( ) Sumber : diolah dari PT. PLN (Persero), KESDM, dan Musrenbangnas 2014 Slide - 69

70 LOKASI 33 PEMBANGUNAN PLTA DALAM PEMBANGUNAN 49 WADUK Peusangan 1 2, 88 Mw, Peusangan-4, 400 Mw (NAD) Wampu, 45 Mw,-Asahan III (FTP 2), 174 Mw, Hasang (FTP 2, 40 Mw, Simonggo-2, 86 MW, Batang Toru (Tapsel), 510 Mw, Masang-2, 55 Mw (Sumut) Bontobatu (FTP2), 110 Mw, Malea, 90 Mw (Sulsel) Karama Peaking (Unsolicited) 150 Mw, Karama Baseload (Unsolicited), 300 Mw (Sulbar) Duminanga, 1 Mw,Sawangan, 12 Mw (Sulut) PLTA Tersebar Maluku Utara, 4.5 Mw, (Malut) Isal 3, 4 Mw, Nua (Masohi), 6 Mw, Wai Tala 13.5 Mw, Wai Tala 40.5 Mw, Isal, 6 Mw, PLTA Tersebar Maluku, 18.5 Mw(Maluku) Simpang Aur (FTP2), 23 Mw, Ketahun-3, 61 Mw (Bengkulu) Warsamson, 46,5 Mw(Papua Barat) Merangin, 350 Mw(Jambi) Semangka (FTP2), 56 Mw(Lampung) Kusan, 65 Mw(Kalsel) Brang Beh 1, 8 Mw, Brang Beh 2, 4.1 Mw NTB) Konawe, 50 Mw, Watunohu 1, 20 Mw (Sultra) Maubesi,1 Mw, Kudungawa, 2 Mw, Ubungawu III, 0.2 Mw (NTT) Orya 2, 10 Mw, Kalibumi-2, 5 Mw, Mariarotu II 1.3 Mw, Baliem, 10 Mw, Kalibumi III Cascade, 5 Mw, Baliem, 40 Mw, Tatui, 4 Mw, Amai, 1.4 Mw (Papua) Slide - 70

71 RENCANA PENGUSAHAAN PENGUSAHAAN JALAN TOL JALAN SELANJUTNYA TOL *) dalam proses tender **) proyek prakarsa No. Nama Ruas Medan- Kualanamu-Lubuk Pakam-Tebing Tinggi *) Medan-Binjai Pekanbaru- Kandis-Dumai Palembang- Indralaya Kayuagung- Palembang- Betung **) Bakauheni- Terbanggi Besar Serpong-Balaraja *) Pasirkoja- Cileunyi- JALAN TOL PRIORITAS Soreang Sumedang- Dawuan Pandaan- Malang 11 Manado- Bitung Panjang (km) 61,8 15,80 135,00 22,00 111,65 150,00 30,00 10,57 58,50 37,62 39,00 Biaya Investasi (Rp. Milyar) Biaya Tanah (Rp. Milyar) 6,277 2,295 17,347 2, , , Status Pengadaan tanah (81,36%) & tahap pelelangan Persiapan pengadaan tanah Pengadaan tanah (7,72%) Pengadaan Tanah (13,89%) Persiapan Pengadaan tanah Persiapan pengadaan tanah Pengadaan tanah (Seksi I Serpong- Legok 10 km sudah bebas)& persiapan Pengadaan tanah (38,11%) Pengadaan tanah (28,58%) & konstruksi Pengadaan tanah (14,90%) Pengadaan tanah oleh Pemda (33%) Slide - 71

72 RENCANA PENGEMBANGAN PERKERETAAPIAN Sumber: Kementerian Perhubungan, 2014 Slide - 72

73 RENCANA PEMBANGUNAN 15 BANDARA BARU DAN PENGEMBANGAN 9 BANDARA KARGO Sumber: Hasil Koordinasi Kementerian PPN dan Kemenhub, 2014 Slide - 73

74 TARGET PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR TIK Slide - 74

75 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG KAWASAN EKONOMI KHUSUS Slide - 75

76 PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR MENDUKUNG 14 KAWASAN INDUSTRI DI LUAR JAWA Kebutuhan penanganan infrastruktur untuk mendukung 13 Kawasan Industri sebesar Rp.55,444.8 Triliun SEKTOR INVESTASI Bandara 8, Jalan 8, Kereta Api 10,085,00 Ketenagalistrikan 10, Pelabuhan 17, Sumber Daya AIR Total 55,444,80 PROYEK STRATEGIS Pelabuhan: Pembangunan Pel.Kualatanjung, Tanjung Perak, Pontianak, Bitung, Makassar, Banjarmasin, Kupang dan Halmahera Tol: Pembangunan Jalan Tol Manado Bitung Jalan: Pembangunan Jalan Lingkar Batulicin, Palu-Parigi, Lingkar Kupang, Jalan Susumuk-Bintuni Kereta Api: Pembangunan jalur KA antara Manado Bitung, Sei Mangke Bandar Tinggi - Kuala Tanjung, Pasoso Tanjung Priok, DDT dan Elektrifikasi Manggarai Bekasi -Cikarang, Lingkar Luar Kereta Api. Listrik: Pembangunan pembangkit listrik (PLTU Kualatanjung, Asahan 3, Pangkalan Susu, PLTU Palu, PLTA Poso, PLTMG Morowali, PLTU NTT-2 Kupang, PLTU Ketapang (FTP2), PLTG/MG Pontianak Peaker, PLTU Bengkayang, Parit Baru, Pulau Pisau, PLTA Konawe, PLTA/MH Morowali, Bantaeng dan PLTGU Tangguh. Bandara: Pengembangan Bandara Mutiara Palu, Eltari Kupang, Pengembangan, Halu Oleo Kendari. Sam Ratulangi Manado dan Bandara Syamsuddin Noor- Banjarmasin SUMATERA 1. Kuala Tanjung - Sumut 2. Seimangke Sumut 3. Tanggamus - Lampung KALIMANTAN 4. Batulicin Kalsel 5. Ketapang - Kalbar 6. Landak - Kalbar; 7. Jorong - Kalsel MALUKU 12. Buli, Halmahera Timur-MaluT PAPUA 13. Teluk Bintuni, Papua Barat SULAWESI 7. Palu Sulteng 8. Morowali - Sulteng 9. Bantaeng - Sulsel 10. Bitung Sulut 11. Konawe Sultra Slide - 76

77 PELAKSANAAN TERPADU MELALUI BADAN USAHA STRATEGIS SektorPotensial ketenagalistrikan, air minum/sanitasi, jalan tol Restrukturisasi Sektor Peningkatan Economic of Scale misalnya: regionalisasi PDAM Peningkatan Economic of Scope misalnya: regionalisasi PLN Penugasan BUMN atau Badan Usaha Stratejik untuk pembangunan infrastruktur yang bersifat kritis atau strategis Penerapan tariff/subsidi yang costreflective Penegasan Peran Institusi Penegasan peran pembuat kebijakan, regulator, operator, dan PJPK (badan pelaksana) termasuk kemungkinan untuk desentralisasi fungsi contracting agency Slide - 77

78 Perkiraan Kebutuhan Tanah Pembangunan Infrastruktur No Jenis Kegiatan Luas Kebutuhan Tanah (Ha) Pemerintah KPS Total 1. Persampahan dan Air Limbah Air Minum Energi dan Kelistrikan Kereta Api Jalan Tol Bandara Pelabuhan Bendungan Kota Baru Publik Total Sumber : Bappenas 2014 Catatan: KPS = Kerjasama Pemerintah Swasta Slide - 78

79 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN Slide - 79

80 4. SASARAN PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN INDIKATOR 2014 (Baseline) Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi 2019 Tingkat Kemiskinan (%) 10,96%*) 7,0% - 8,0% Tingkat Pengangguran Terbuka 5,94% 4,0 % - 5,0 % Meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu Cakupan pada 40% penduduk miskin o Kepesertaan Jaminan Kesehatan o Akses Pangan Bernutrisi o Akses Terhadap Layanan Keuangan o Kepemilikan akte lahir (2013) 86% 100% 60% 100% 4,12% *) 25% 64,6% 77,4% o Akses air bersih 55,7% 100% o Akses sanitasi layak 20,24% 100% o Akses penerangan 52,3% 100% ARAH KEBIJAKAN: 1. Mengembangkan sistem perlindungan sosial yang komprehensif; 2. Meningkatkan pelayanan dasar bagi masyarakat kurang mampu dan rentan; 3. Mengembangkan penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat miskin melalui penyaluran tenaga kerja dan pengembangan kewirausahaan. Agenda ini perlu didukung oleh basis data perencanaan yang handal dalam satu sistem informasi yang terpadu yang menjadi forum pertukaran data dan informasi bagi seluruh pelaku, baik di tingkat pusat maupun daerah, serta penguatan kapasitas aparat pemerintah di tingkat pusat dan daerah dalam hal perencanaan dan penganggaran yang lebih berpihak pada masyarakat miskin. Slide - 80

81 4. SASARAN PEMBANGUNAN DIMENSI PEMERATAAN INDIKATOR Peningkatan daya saing tenaga kerja Penyediaan lapangan kerja ( ) 2014 (Baseline) juta (rata-rata 2 juta per tahun) Persentase tenaga kerja formal 40,5% 51,0% Kepesertaan Program SJSN Ketenagakerjaan Pekerja formal 29,5 juta 62,4 juta Pekerja Informal 1,3 juta 3,5 juta Meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja Jumlah pelatihan Jumlah sertifikasi Jumlah tenaga kerja keahlian menengah yang kompeten Kinerja lembaga pelatihan milik negara menjadi berbasis kompetensi * * ** ** 30,0% 42,0% 5,0% 25,0% ARAH KEBIJAKAN: 1. Meningkatkan kualitas SDM; 2. Meningkatkan akses pembiayaan dan perluasan skema pembiayaan; 3. Meningkatkan nilai tambah produk dan jangkauan pemasaran; 4. Mempercepat penguatan kelembagaan usaha; 5. Mendorong terwujudnya kemudahan, kepastian, dan perlindungan usaha; 6. Memperbaiki iklim ketenagakerjaan dan menciptakan hubungan industrial yang harmonis; 7. Meningkatkan akses terhadap layanan pendidikan dan pelatihan keterampilan. * ** Slide - 81

82 SEBARAN 100 KABUPATEN/KOTA DENGAN INDEKS KESEJAHTERAAN WILAYAH (IKW) TERENDAH Slide - 82

83 PENINGKATAN KAPASITAS TENAGA KERJA MELALUI REVITALISASI BALAI LATIHAN KERJA Slide - 83

84 PENINGKATAN JANGKAUAN PROGRAM KELUARGA PRODUKTIF & SEJAHTERA TARGET NASIONAL Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan SUMATERA : KSM : Jiwa : KK : 9250 KK Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan JAWA Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan : KSM : Jiwa : KK : KK KALIMANTAN Keterangan: KSM: Keluarga Sangat Miskin; KK: Kepala Keluarga : KSM : Jiwa : KK : KK Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan : KSM : Jiwa : KK : KK Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan SULAWESI : KSM : Jiwa : KK : KK BALI - NUSA TENGGARA : KSM : Jiwa : KK : KK Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan MALUKU 84 : KSM : 384 Jiwa : KK : 300 KK PAPUA Bantuan Tunai Bersyarat Asistensi Disabilitas Berat Kelompok Usaha Bersama Perdesaan Kelompok Usaha Bersama Perkotaan : KSM : 232 Jiwa : 600 KK : 500 KK 84 dari 2 Slide - 84

85 PENINGKATAN DAYA SAING UMKM & KOPERASI MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS & NILAI TAMBAH Sebaran UMKM manufaktur (2012): Sebagian besar di Jawa Perlu percepatan penumbuhan dan penguatan UMKM industri pendukung di luar Jawa Struktur pelaku usaha nasional masih didominasi oleh usaha mikro yang memiliki aset dan produktivitas rendah. Jumlah usaha kecil dan menengah yang rendah menyebabkan kurangnya industri pendukung sehingga mempengaruhi kapasitas perekonomian untuk tumbuh lebih tinggi. Perlu akselerasi peningkatan produktivitas UMKM dan peningkatan nilai tambah, khusus di sektor-sektor yang didominasi UMKM (pertanian, perikanan dan perdagangan) dan di luar Jawa. Dukungan lainnya: peningkatan akses ke pembiayaan, penerapan teknologi dan standar produk, fasilitasi pemasaran, penguatan koperasi dan kemitraan berbasis rantai nilai/pasok, serta peningkatan kemudahan, kepastian dan perlindungan usaha. Slide - 85

86 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH Slide - 86

87 5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (1) Sasaran Pokok Pemerataan Pembangunan Antar Wilayah Baseline 2014 Sasaran 2019 Peran Wilayah dalam Pembentukan PDB Nasional 2013 Proyeksi 2019 o Sumatera 23,8 24,6 o Jawa 58,0 55,1 o Bali Nusa Tenggara 2,5 2,6 o Kalimantan 8,7 9,6 o Sulawesi 4,8 5,2 o Maluku - Papua 2,2 2,9 Keterangan : Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 8% di tahun 2019 Perhitungan proyeksi masih menggunakan atas dasar harga konstan tahun Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahun dasar Slide - 87

88 STATUS RTRW PROVINSI, KABUPATEN DAN KOTA Status Prov Kab Kota Perda sudah ditetapkan Belum Selesai Jumlah total Status penyelesaian (%) 76.5% 79.6% 87.1% Slide - 88

89 PROVINSI YANG BELUM MENETAPKAN PERDA RTRWP Pulau Sumatera No Prov 1 Sumatera Utara 2 Riau 3 Sumatera Selatan Pulau Kalimantan No Prov 4 Kalimantan Barat 5 Kalimantan Tengah 6 Kalimantan Selatan 7 Kalimantan Timur 8 Kalimantan Utara Slide - 89

90 SASARAN PEMBANGUNAN WILAYAH Wilayah PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN 2013 PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN 2019 SUMATERA 23,8 24,6 JAWA 58 55,1 KALIMANTAN 8,7 9,6 SULAWESI 4,8 5,2 BALI NUSTRA 2,5 2,6 MALUKU PAPUA 2,2 2,9 Wilayah Jawa-Bali Sasaran Pertumbuhan ekonomi 5,7 6,5 7,1 7,4 7,8 Kemiskinan 9 8,5 7,6 6,7 5,2 Pengangguran 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 Wilayah Kalimantan Sasaran Pertumbuhan ekonomi 5 5,9 6,1 6,9 7,6 Kemiskinan 5,7 5,4 4,8 4,2 3,3 Pengangguran 4,5 4,4 4,2 4 3,8 Wilayah Sulawesi Sasaran Pertumbuhan ekonomi 7,4 7,6 8,2 8,9 9,1 Kemiskinan 9,6 9,1 8,1 7,1 5,6 Pengangguran 4,9 4,7 4,5 4,3 4 Wilayah Maluku Sasaran Pertumbuhan ekonomi 6,5 6,9 7,8 8 8,2 Kemiskinan 12,8 12,1 10,7 9,3 7,3 Pengangguran 5,9 5,7 5,4 5,2 4,9 Wilayah Jawa-Bali Sasaran Pertumbuhan ekonomi 5,7 6,5 7,1 7,4 7,8 Kemiskinan 9 8,5 7,6 6,7 5,2 Pengangguran 6,3 6,1 5,9 5,7 5,5 Sumber : Perhitungan Bappenas, 2014 Wilayah Nusa Tenggara Sasaran Pertumbuhan ekonomi 4,6 7,3 7,6 8,2 9,2 Kemiskinan 16 15,1 13,4 11,7 9,2 Pengangguran 3,8 3,6 3,4 3,3 3,1 Wilayah Papua Sasaran Pertumbuhan ekonomi 11,7 13, ,2 17,3 Kemiskinan 26,9 25,3 22,3 19,4 15,1 Pengangguran 3,7 3,5 3,4 3,2 3 Slide - 90

91 Pertumbuhan Ekonomi (%) SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI WILAYAH ,5 SASARAN PERTUMBUHAN EKONOMI PER WILAYAH TAHUN ,5 14,5 Sumatera Jawa-Bali 12,5 10,5 8,5 6,5 Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku Papua 4,5 2, Slide - 91

92 Kemiskinan (%) SASARAN TINGKAT KEMISKINAN WILAYAH SASARAN TINGKAT KEMISKINAN PER WILAYAH TAHUN Sumatera Jawa-Bali Nusa Tenggara 15 Kalimantan 10 Sulawesi Maluku Papua Slide - 92

93 Pengangguran (%) SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN WILAYAH ,5 SASARAN TINGKAT PENGANGGURAN PER WILAYAH TAHUN ,5 5 4,5 Sumatera Jawa-Bali Nusa Tenggara Kalimantan 4 3,5 3 Sulawesi Maluku Papua 2, Slide - 93

94 PEMBANGUNAN TECHNO PARK DAN SCIENCE PARK SASARAN : Terbangunnya 100 Techno Park di daerah-daerah kabupaten/kota, dan Science Park di setiap provinsi. ARAH KEBIJAKAN : Pembangunan Tecno Park diarahkan berfungsi sebagai: pusat penerapan teknologi di bidang pertanian, peternakan, perikanan, dan pengolahan hasil (pasca panen) yang telah dikaji oleh lembaga penelitian, swasta, perguruan tinggi untuk diterapkan dalam skala ekonomi; tempat pelatihan, pemagangan, pusat disseminasi teknologi, dan pusat advokasi bisnis ke masyarakat luas; Pembangunan Science Park diarahkan berfungsi sebagai: penyedia pengetahuan terkini oleh dosen universitas setempat, peneliti dari lembaga litbang pemerintah, dan pakar teknologi yang siap diterapkan untuk kegiatan ekonomi; penyedia solusi-solusi teknologi yang tidak terselesaikan di Techno Park; sebagai pusat pengembangan aplikasi teknologi lanjut bagi perekonomian lokal. Slide - 94

95 PEMBANGUNAN SCIENCE AND TECHNO PARK Menuju Bangsa Berdaya Saing PRESIDEN BPPT TIM PENGARAH: Menteri PPN/Bappenas; Menteri Ristek dan Dikti; Menteri Pertanian; Menteri Kelautan dan Perikanan; Menteri Perindustrian; dsb National Science and Techno Park Puspitek Serpong (BPPT, LIPI, BATAN) PROVINSI/ KELOMPOK PROVINSI Science Park Science Park Science Park KABUPATEN/ KOTA Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Techno Park Slide - 95

96 GERAKAN SADAR PENGOLAHAN Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu Slide - 96

97 GERAKAN SADAR PENGOLAHAN Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu Slide - 97

98 GERAKAN SADAR PENGOLAHAN Pondok Pusaka Techno Park, Kabupaten Kaur, Bengkulu Slide - 98

99 PERAN WILAYAH/PULAU DALAM PEMBENTUKAN PDB NASIONAL (persen) (Atas dasar Harga Berlaku) PULAU Sumatera 27,6 28,7 24,9 22,8 22,0 22,4 22,9 23,8 Jawa 50,6 53,8 57,4 58,6 58,0 60,0 57,9 58,0 Kalimantan 10,2 8,7 8,9 9,2 9,9 8,9 10,4 8,7 Sulawesi 5,5 4,2 4,1 4,1 4,6 4,0 4,3 4,8 Bali dan Nusa Tenggara 3,1 2,8 3,0 3,3 2,9 2,8 2,5 2,5 Maluku dan Papua 2,9 1,8 1,7 2,0 2,5 1,8 2,0 2,2 Total 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber: BPS Pergeseran peran wilayah/pulau dalam pembentukan PDB Nasional masih relatif kecil atau bahkan tidak ada perubahan (stagnant) Slide - 99

100 PERAN PDRB WILAYAH 2013 DAN PERKIRAAN 2019 PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN ,7 4,8 2,5 2,2 23,8 SUMATERA JAWA KALIMANTAN SULAWESI 58 BALI NUSTRA MALUKU PAPUA PERAN PDRB WILAYAH (%) TAHUN ,6 5,2 2,6 2,9 24,6 SUMATERA JAWA KALIMANTAN 55,1 SULAWESI BALI NUSTRA Keterangan: Asumsi target pertumbuhan PDB Nasional 5,8-8 % tahun Perhitungan proyeksi masih menggunakan Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2000 Perhitungan proyeksi dapat berubah dengan adanya perubahan harga konstan tahunn dasar 2010 MALUKU PAPUA Slide - 100

101 PDRB MENURUT PROVINSI (2011) Slide - 101

102 POTRET KESENJANGAN ANTARWILAYAH Slide - 102

103 PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO) MENURUT WILAYAH/PULAU TAHUN Provinsi Sumatera Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32 0,34 Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33 0,35 Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36 0,36 Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40 0,37 Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35 0,36 Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34 0,35 Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40 0,38 Kep. Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29 0,31 Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35 0,39 Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,36 Jawa-Bali DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42 0,43 Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41 0,41 Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39 0,40 Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39 DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43 0,44 Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36 0,36 Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43 0,40 Provinsi Nusa Tenggara Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35 0,36 Nusa Tenggara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36 0,35 Kalimantan Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38 0,40 Kalimantan Tengah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33 0,35 Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38 0,36 Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36 0,37 Sulawesi Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43 0,42 Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44 0,44 Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40 0,41 Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41 0,43 Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31 0,35 Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40 0,43 Maluku Papua Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38 0,37 Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 0,32 Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44 0,44 Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43 0,43 INDONESIA 0,35 0,37 0,38 0,41 0,41 0,41 Sumber : Indikator Kesejahteraan Rakyat, BPS Catatan : Berdasarkan Susenas Maret (1 : Hanya Dilakukan pengumpulan data KOR di Ibukota Propinsi (2 : Tidak digunakan untuk estimasi angka Indonesia Slide - 103

104 PERKEMBANGAN GOLONGAN PENDAPATAN (GINI RATIO) PROVINSI MENURUT KELOMPOK GINI RATIO TAHUN RATIO GINI PROVINSI Kep. Bangka Belitung 0,26 0,29 0,30 0,30 0,29 0,31 < 0,35 Maluku Utara 0,33 0,33 0,34 0,33 0,34 0,32 Aceh 0,27 0,29 0,30 0,33 0,32 0,34 Sumatera Utara 0,31 0,32 0,35 0,35 0,33 0,35 Jambi 0,28 0,27 0,30 0,34 0,34 0,35 Nusa Tenggara Timur 0,34 0,36 0,38 0,36 0,36 0,35 Kalimantan Tengah 0,29 0,29 0,30 0,34 0,33 0,35 Sulawesi Barat 0,31 0,30 0,36 0,34 0,31 0,35 Sumatera Barat 0,29 0,30 0,33 0,35 0,36 0,36 Kepulauan Riau 0,30 0,29 0,29 0,32 0,35 0,36 Lampung 0,35 0,35 0,36 0,37 0,36 0,36 Jawa Timur 0,33 0,33 0,34 0,37 0,36 0,36 0,35-0,40 Nusa Tenggara Barat 0,33 0,35 0,40 0,36 0,35 0,36 Kalimantan Selatan 0,33 0,35 0,37 0,37 0,38 0,36 Riau 0,31 0,33 0,33 0,36 0,40 0,37 Kalimantan Timur 0,34 0,38 0,37 0,38 0,36 0,37 Maluku 0,31 0,31 0,33 0,41 0,38 0,37 Sumatera Selatan 0,30 0,31 0,34 0,34 0,40 0,38 Bengkulu 0,33 0,30 0,37 0,36 0,35 0,39 Jawa Tengah 0,31 0,32 0,34 0,38 0,38 0,39 Banten 0,34 0,37 0,42 0,40 0,39 0,40 Bali 0,30 0,31 0,37 0,41 0,43 0,40 Kalimantan Barat 0,31 0,32 0,37 0,40 0,38 0,40 Jawa Barat 0,35 0,36 0,36 0,41 0,41 0,41 Sulawesi Tengah 0,33 0,34 0,37 0,38 0,40 0,41 Sulawesi Utara 0,28 0,31 0,37 0,39 0,43 0,42 DKI Jakarta 0,33 0,36 0,36 0,44 0,42 0,43 > 0,40 Sulawesi Selatan 0,36 0,39 0,40 0,41 0,41 0,43 Sulawesi Tenggara 0,33 0,36 0,42 0,41 0,40 0,43 Papua Barat 0,31 0,35 0,38 0,40 0,43 0,43 DI Yogyakarta 0,36 0,38 0,41 0,40 0,43 0,44 Gorontalo 0,34 0,35 0,43 0,46 0,44 0,44 Papua 0,40 0,38 0,41 0,42 0,44 0,44 Slide - 104

105 5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (2) Indikator Pembangunan Perdesaan Penurunan desa tertinggal (sampai dengan 5,000 desa) Peningkatan desa mandiri (paling sedikit 2,000 desa) Pengembangan Kawasan Perbatasan o Pengembangan Pusat Ekonomi Perbatasan (Pusat Kegiatan Strategis Nasional/PKSN) 2014 (Baseline) 3 (111 lokasi prioritas) Sampai dengan desa tertingal -- Sampai dengan desa mandiri 10 (187 lokasi priorias) Pembangunan Perdesaan ARAH KEBIJAKAN: 1. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimum sesuai dengan kondisi geografis Desa 2. Penanggulangan kemiskinan dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat Desa 3. Pembangunan Sumber Daya Manusia, peningkatan Keberdayaan, dan pembentukan Modal Sosial Budaya Masyarakat Desa 4. Penguatan Pemerintahan Desa 5. Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Berkelanjutan, serta Penataan Ruang Kawasan Perdesaan 6. Pengembangan ekonomi kawasan perdesaan untuk mendorong keterkaitan desa-kota. Pengembangan Kawasan Perbatasan o Peningkatan keamanan dan kesejahteraan masyarakat perbatasan 12 pulau-pulau kecil terluar berpenduduk 92 pulau kecil terluar/terdepan 1. Penguatan pelayanan imigrasi dan Penegasan batas wilayah negara 2. Peningkatan Kesejahteraan masyarakat Slide - 105

106 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN PAPUA Slide - 106

107 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN MALUKU Slide - 107

108 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN NUSA TENGGARA Slide - 108

109 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN SULAWESI Slide - 109

110 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN KALIMANTAN Slide - 110

111 PETA RENCANA PERCEPATAN PEMBANGUNAN PERBATASAN SUMATERA Slide - 111

112 5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (3) 2014 Indikator 2019 (Baseline) Jumlah Daerah Tertinggal 122 (termasuk 9 42 DOB) o Kabupaten terentaskan o Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal o Persentase penduduk miskin di daerah tertinggal o Indeks Pembangunan Manuasia (IPM) di daerah tertinggal 7,1% * 7,35% 16,64% 12,5% 68,46 71,5 Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa o Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Luar Jawa 7 14 o Kawasan Industri n.a. 13 o Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) 4 4 ARAH KEBIJAKAN: Pengembangan Daerah Tertinggal 1. Pengembangan perekonomian masyarakat lokal 2. Pemenuhan standar pelayanan minimal untuk pelayanan publik dasar 3. Peningkatan aksesibilitas daerah 4. Pembangunan Tekno Park Pembangunan Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa 1. Percepatan Industrialisasi/hilirisasi pengolahan SDA (a) menciptakan nilai tambah; (b) menciptakan kesempatan kerja baru, terutama industri manufaktur, industri pangan, industri maritim, dan pariwisa. 2. Percepatan pembangunan konektivitas/infrastruktur 3. Pengembangan SDM dan Iptek 4. Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) 5. Pemberian insentif fiskal dan non fiskal * rata-rata Slide - 112

113 MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemendagri; Kemen PU & Pera; BNPP Pemda Pembangunan Kawasan Perbatasan Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemendagri; Kemen PU & Pera; Pemda Pembangunan Daerah Tertinggal dan Pulau-Pulau Terpencil BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan Kemen Desa, PDT & Transmigrasi; Kemen Keuangan; Kemendagri; Pemda; Desa Kemen Keuangan; Kemendagri; Kementerian Sektor & Lembaga Pemda Pengurangan overhead cost (biaya rutin) untuk dialokasikan bagi pelayanan publik MEMBANGUN INDONESIA DARI PINGGIRAN DENGAN MEMPERKUAT DAERAH-DAERAH DAN DESA Pengembangan Tata Kelola Pemerintahan Daerah dan Otonomi Daerah Kemen Keuangan; Kemendagri; Pemda Penataan Daerah Otonomi Baru Kemen Keuangan; Kemendagri; DPR & DPRD; Pemda Slide - 113

114 5. SASARAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN DAN ANTARWILAYAH (4) Indikator 2014 (Baseline) 2019 ARAH KEBIJAKAN: Pembangunan Kawasan Perkotaan o Pembangunan Metropolitan di Luar Jawa sebagai PKN dan Pusat Investasi (usulan baru) 1. Pembangunan metropolitan di Luar Jawa sebagai PKN dan pusat investasi; 2. Optimalisasi 20 kota otonomi berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan penyangga urbanisasi di Luar Jawa; o Optimalisasi 20 kota otonomi berukuran sedang di Luar Jawa sebagai PKN/PKW dan penyangga urbanisasi di Luar Jawa 43 kota belum optimal perannya 20 dioptimalkan perannya 3. Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai pusat kegiatan lokal atau pusat kegiatan wilayah dari 132 pusat pertumbuhan berstatus PKW. o Penguatan 39 pusat pertumbuhan sebagai Pusat Kegiatan Lokal (PKL) atau Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) pusat pertumbuhan yang diperkuat o Pembangunan 10 Kota Baru Publik Kota Baru Slide - 114

115 PEMBANGUNAN PUSAT-PUSAT PERTUMBUHAN EKONOMI DI LUAR JAWA Kemen Perindustrian Kemen Agraria dan TTR Pemerintah Daerah * Penyediaan lahan kawasan industri * SDA Kemen Ristek-Dikti Kemen Pertanian Kemen Perikanan BPPT Pemda Science dan Techno Park BAPPENAS : KOORDINASI PERENCANAAN MENKO : KOORDINASI PELAKSANAAN konektivitas Kemen PU/Pera Kemen Perhubungan Kemen ESDM Kemen Dik-Nas Kemen Tenaga Kerja Penyediaan Tenaga Terampil (BLK, SMK, Politeknik) Mensosialisasikan mental Kewirausahaan Industrialiasi di luar jawa Insentif fiskal dan non fiskal Kemen Keuangan Kemen Perindustrian BKPM BKPD Pemda Kemendagri ikim investasi PTSP * Perda bermasalah Slide - 115

116 SEBARAN 14 KAWASAN INDUSTRI PRIORITAS WILAYAH LUAR JAWA Kawasan Industri Kuala Tanjung Industri Aluminium, CPO Kawasan Industri Landak Industri Karet, CPO Kawasan Industri Palu Industri Rotan, Karet, Kakao (agro) dan Smelter Kawasan Industri Teluk Bitung Industri Agro dan Logistik Kawasan Industri Buli Industri Smelter Ferronikel, Stainless steel, dan downstream stainless steel Kawasan Industri Ketapang Industri Alumina Kawasan Industri Batu Licin Industri Besi Baja Kawasan Industri Teluk Bintuni Industri Migas dan Pupuk Kawasan Industri Sei Mangkei Industri Pengolahan CPO Kawasan Industri Tanggamus Industri Maritim dan Logistik Kawasan Industri Morowali Industri Smelter Ferronikel, Stainless steel, dan downstream stainless steel Kawasan Industri Jorong Hilirisasi Sumber Daya Mineral (Bauksit), Kelapa Sawit Kawasan Industri Bantaeng Industri Smelter Ferronikel, Stainless steel, dan downstream stainless steel Kawasan Industri Konawe Industri Smelter Ferronikel, Stainless steel, dan downstream stainless steel Slide - 116

117 SEBARAN KAWASAN EKONOMI KHUSUS (KEK) YANG SUDAH ADA KEK SEI MANGKEI Kabupaten Simalungun, Sumut Industri pengolahan Kelapa Sawit Industri pengolahan karet Pupuk & aneka industri Logistik Pariwisata KEK Maloy Batuta Trans Kalmantan (MBTK) Kabupaten Kutai Timur, Kaltim Industri Kelapa Sawit Logistik KEK PALU Kota Palu, Sulawesi Tengah Industri Manufaktur Industri Agro berbasis kakao, karet, rumput laut, rotan Industri pengolahan Nikel, Biji Besi, Emas Logistik KEK MOROTAI Kab. Pulau Morotai, Maluku Utara Pariwisata Industri pengolahan perikanan Bisnis & logistik KEK TANJUNG API-API Kab. Banyuasin, Sumatera Selatan Industri Pengolahan Karet Industri Pengolahan Sawit Industri Petrokimia Sumber: Kemenko Perekonomian (2014) KEK TANJUNG LESUNG Kab. Pandeglang, Banten Pariwisata KEK MANDALIKA Kab. Lombok Tengah, NTB Pariwisata KEK BITUNG Kota Bitung, Sulawesi Utara Industri Pengolahan Perikanan Industri agro berbasis kelapa dan tanaman obat Aneka industri Logistik Slide - 117

118 SEBARAN LOKASI KEK DAN INDIKASI LOKASI KEK Slide - 118

119 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SASARAN PEMBANGUNAN SEKTOR POLHUHANKAM Slide - 119

120 6. SASARAN POLHUKHANKAM POLITIK & DEMOKRASI Indikator 2014 (Baseline) 2019 Tingkat Partisipasi Politik Pemilu 73,21% 77,5% Indeks Demokrasi Indonesia 63,7 75 PENEGAKAN HUKUM Indeks Penegakan Hukum n.a. 75% Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indeks Perilaku Anti Korupsi 3,63 4 TATA KELOLA DAN REFORMASI BIROKRASI Kualitas Pelayanan Publik - Integritas Pelayanan Publik (Pusat) 7, Integritas Pelayanan Publik (Daerah) 6,82 8,5 Persentase Instansi Pemerintah dengan Nilai Indeks Reformasi Birokrasi Baik (Kategori B) - Kementerian/Lembaga 67% 75% - Provinsi NA 60% - Kabupaten/Kota NA 45% Opini WTP atas Laporan Keuangan K/L 74 % 95 % Persentase Instansi Pemerintah yang Akuntabilitas Kinerjanya Baik (Skor B) - Kementerian/Lembaga 60,24% 85% - Provinsi 30,30% 75% - Kabupaten/Kota 2,38% 50% Slide - 120

121 6. SASARAN POLHUKHANKAM Indikator PENGUATAN TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH Kinerja Kuangan Daerah 2014 (Baseline) Rata-rata presentase belanja pegawai Kab/Kota 42 persen 35 persen - Rata-rata pajak retribusi Kab/Kota terhadap total 5,89 persen 11 persen pendapatan - Rata-rata pajak retribusi Prov terhadap total 33,60 persen 40 persen pendapatan - Rata-rata belanja modal Kab/Kota 19,87 persen 30 persen - Rata-rata belanja modal Prov 16,22 persen 30 persen - Rata-rata presentase belanja pegawai Kab/Kota 42 persen 35 persen - Rata-rata presentase belanja pegawai Prov 15 persen 13 persen - Rata-rata ketergantungan dana transfer Kab/Kota 72,20 persen 70 persen - Rata-rata ketergantungan dana transfer Prov 53,85 persen 50 persen - Rata-rata nasional WTP Pemda Prov 52 persen 85 persen - Rata-rata nasional WTP Pemda Kabupaten 18 persen 60 persen - Rata-rata nasional WTP Pemda Kota 33 persen 65 persen Slide - 121

122 6. SASARAN POLHUKHANKAM Indikator 2014 (Baseline) Kinerja Kelembagaan - PTSP Kondisi Mantap 35,50 persen 55 persen - Perda bermasalah 350 perda 50 perda - Rata-rata kinerja Daerah Otonomi Baru Rata-rata kinerja maksimal Rata-rata kinerja minimal 52,85 persen 23,83 persen 70 persen 48 persen - Kelembagaan Organisasi Perangkat Daerah yg ideal 45 persen 70 persen (sesuai PP 41) sampel 299 daerah - Penerapan SPM di daerah (Prov/Kab/Kota) 75 persen 90 persen Kinerja Aparatur - Tingkat pendidikan aparatur Pemda S1, S2 dan S3 43,30 persen 50 persen PERTAHANAN DAN KEAMANAN - Tingkat Pemenuhan MEF (Tiga Tahap) Tahap I Tahap II - Kontribusi industri pertahanan DN terhadap MEF 10% 20% - Laju Peningkatan Prefalensi Penyalahgunaan Narkoba 0,08% 0,05% 2019 Slide - 122

123 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL TERIMA KASIH Slide - 123

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Disampaikan dalam Acara: Musrenbang RKPD Provinsi Kepulauan Riau 2015 Tanjung

Lebih terperinci

RPJMN dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

RPJMN dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS RPJMN 2015 2019 dan Strategi Pembangunan Kesehatan dan Gizi Masyarakat MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS Rakersenas Regional Tengah tahun 2015 Bali, 16 Februari 2015 ARTI PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan

PRA-MUSRENBANGNAS RKP 2016 Kelompok Pembahasan: Kesehatan PRA-MUSRENBANGNAS RKP Kelompok Pembahasan: Kesehatan Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan Jakarta, 16-24 April 2015 Buku I: STRATEGI PEMBANGUNAN NORMA PEMBANGUNAN 1) Membangun untuk manusia dan masyarakat;

Lebih terperinci

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN

KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEDAULATAN PANGAN DAN KEMARITIMAN DEPUTI

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi

Lebih terperinci

RPJMN dan RENSTRA BPOM

RPJMN dan RENSTRA BPOM RPJMN 2015-2019 dan RENSTRA BPOM 2015-2019 Kepala Bagian Renstra dan Organisasi Biro Perencanaan dan Keuangan Jakarta, 18 Juli 2017 1 SISTEMATIKA PENYAJIAN RPJMN 2015-2019 RENCANA STRATEGIS BPOM 2015-2019

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH

KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH 2015-2019 Oleh: Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Jakarta, 18 Februari 2016 1

Lebih terperinci

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral #Energi Berkeadilan Disampaikan pada Pekan Pertambangan Jakarta, 26 September 2017 1 #EnergiBerkeadilan Untuk Kesejahteraan Rakyat, Iklim Usaha dan Pertumbuhan

Lebih terperinci

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN

GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN GRAFIK KECENDERUNGAN CAKUPAN IBU HAMIL MENDAPAT 90 TABLET TAMBAH DARAH (Fe3) DI INDONESIA TAHUN 2005-2014 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 83.3 85.0 82.0 85.1 60.0 64.5 68.7 71.2 57.5 48.1 2005 2006 2007

Lebih terperinci

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t

JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t JAKARTA INVESTOR DAILY (18/11/2014) : Pemerintah dalam lima t ahun mendatang (2015-2019) mencanangkan pembangunan jalan tol sepanjang 1.000 km, jalan baru 2.650 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km. Pembangunan

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN

PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PROGRAM PRIORITAS PEMBANGUNAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN Disampaikan pada Rapat Koordinasi Teknis Tahun 2017 Makassar, 28 Februari 2017 PENGUATAN PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH DI WILAYAH

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH )

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2008 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 65.095.787.348 29.550.471.790 13.569.606.845 2.844.103.829 111.059.969.812 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 64.772.302.460

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.583.925.475 29.611.683.617 8.624.554.612 766.706.038 105.586.869.742 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.571.946.166

Lebih terperinci

oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas

oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas oleh: Nina Sardjunani Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan, Bappenas Jakarta, 23 April 2015 OUTLINE I. Pendahuluan II. III. IV. Kondisi Umum Kesehatan Kondisi Umum SDM Kesehatan Tantangan Pembangunan SDM Kesehatan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan

4 GAMBARAN UMUM. No Jenis Penerimaan 4 GAMBARAN UMUM 4.1 Kinerja Fiskal Daerah Kinerja fiskal yang dibahas dalam penelitian ini adalah tentang penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah, yang digambarkan dalam APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH MALUKU PRIORITAS NASIONAL MATRIKS ARAH KEBIJAKAN BUKU III RKP 2012 WILAYAH MALUKU 1 Reformasi Birokrasi dan Tata Kelola Peningkatan kapasitas pemerintah Meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN)

RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RINGKASAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

RPJMD KABUPATEN LINGGA BAB 5 VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I BAB 5 I VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Pengertian visi secara umum adalah gambaran masa depan atau proyeksi terhadap seluruh hasil yang anda nanti akan lakukan selama waktu yang ditentukan.

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROGRAM LISTRIK PERDESAAN DI INDONESIA: KEBIJAKAN, RENCANA DAN PENDANAAN Jakarta, 20 Juni 2013 DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KONDISI SAAT INI Kondisi

Lebih terperinci

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017

PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN. 23 Oktober 2017 PEMBERDAYAAN DAN KEBERPIHAKAN UNTUK MENGATASI KETIMPANGAN 23 Oktober 2017 1 Minyak Solar 48 (Gas oil) Bensin (Gasoline) min.ron 88 Rp.7 Ribu Rp.100 Ribu 59 2 Progress dan Roadmap BBM Satu Harga Kronologis

Lebih terperinci

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE

TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA BOGOR SEBAGAI KOTA YANG CERDAS, BERDAYA SAING DAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI MELALUI SMART GOVERMENT DAN SMART PEOPLE C. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2015-2019 MISI 1. MEWUJUDKAN BOGOR KOTA YANG CERDAS DAN BERWAWASAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TUJUAN 1. TERWUJUDNYA KOTA

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014

Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN. Jakarta, 3 September 2014 Oleh: DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Jakarta, 3 September 2014 1 1. Sesuai dengan UU 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Perencanaan Pembangunan Nasional menghasilkan: rencana

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL DIREKTORAT JENDERAL KETENAGALISTRIKAN KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK Insider Forum Series Indonesia Energy Roadmap 2017 2025 Jakarta, 25 Januari 2017 I Kondisi

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. dr. Pattiselanno Roberth Johan, MARS NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA

PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA PADA MUSRENBANG RKPD KABUPATEN BANGKA Sungailiat, 14 Maret 2017 Oleh: Dr. YAN MEGAWANDI, SH., M.Si. Sekretaris Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung OUTLINE PERIODESASI DOKUMEN PERENCANAAN CAPAIAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN

REPUBLIK INDONESIA 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN 1 REPUBLIK 2. PRIORITAS NASIONAL KESEHATAN Kesehatan Ibu dan Anak: Angka Kematian Ibu (AKI), Stunting Balita, & Anemia Ibu Hamil Masih Tinggi Imunisasi Belum Merata Angka Kematian Ibu (AKI) Masih Tinggi

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS GIZI: Magnitude dalam Membanguan Manusia dan Masyarakat Permasalahan gizi merupakan permasalahan sangat mendasar bagi manusia Bagi Indonesia, permasalahan ini sangat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Oleh: MOHAMAD RAHMAT MULIANDA DIREKTORAT KELAUTAN DAN PERIKANAN Batam, 22 Agustus 2014 1 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014

IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 IPM KABUPATEN BANGKA: CAPAIAN DAN TANTANGAN PAN BUDI MARWOTO BAPPEDA BANGKA 2014 LATAR BELAKANG Sebelum tahun 1970-an, pembangunan semata-mata dipandang sebagai fenomena ekonomi saja. (Todaro dan Smith)

Lebih terperinci

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017

DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS. April 2017 DATA SOSIAL EKONOMI STRATEGIS April 2017 2 Data Sosial Ekonomi Strategis April 2017 Ringkasan Indikator Strategis Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perdagangan Internasional Kemiskinan & Rasio Gini Ketenagakerjaan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA

PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA Pembangunan sarana dan prasarana dititikberatkan pada: (1) Penyediaan pelayanan dasar termasuk penyediaan air minum, sanitasi, listrik,

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010

LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 2010 LAPORAN SINGKAT PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOALS INDONESIA 21 DEPUTI BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Tujuan dan Target Millennium Development Goals (MDGs)

Lebih terperinci

dadang-solihin.blogspot.com 2

dadang-solihin.blogspot.com 2 dadang-solihin.blogspot.com 2 dadang-solihin.blogspot.com 3 Materi Siklus Manajemen Pembangunan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional UU 25/2004 RPJMN 2015-2019 Peran Strategis Bappenas dadang-solihin.blogspot.com

Lebih terperinci

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN

BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN BAB 2. VISI DAN MISI PRESIDEN, SERTA SASARAN 2.1 VISI DAN MISI PRESIDEN Presiden Joko Widodo menetapkan Visi dan Misi pembangunan Tahun 2015-2019 yang secara politik menjadi bagian dari tujuan tercapainya

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1

RINCIAN ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2009 MENURUT FUNGSI, SUBFUNGSI, PROGRAM DAN JENIS BELANJA ( DALAM RIBUAN RUPIAH ) Halaman : 1 Halaman : 1 01 PELAYANAN UMUM 66.396.506.021 27.495.554.957 7.892.014.873 639.818.161 102.423.894.012 01.01 LEMBAGA EKSEKUTIF DAN LEGISLATIF, MASALAH KEUANGAN DAN FISKAL, SERTA URUSAN LUAR NEGERI 66.384.518.779

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011

PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 PENGUATAN KEBIJAKAN SOSIAL DALAM RENCANA KERJA PEMERINTAH (RKP) 2011 ARAHAN WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN TINGKAT NASIONAL (MUSRENBANGNAS) 28 APRIL 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan menjadi persoalan serius yang di hadapi oleh banyak negara di dunia, karena dalam negara maju pun terdapat penduduk miskin. Kemiskinan identik dengan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 PERJANJIAN KINERJA KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA 6 BAB II PERENCANAAN KINERJA Laporan Kinerja Kabupaten Purbalingga Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi

Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi Rencana Strategis Perindustrian di Bidang Energi disampaikan pada Forum Sinkronisasi Perencanaan Strategis 2015-2019 Dalam Rangka Pencapaian Sasaran Kebijakan Energi Nasional Yogyakarta, 13 Agustus 2015

Lebih terperinci

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil

HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D Prof. Dr. Rizal Djalil HASIL PEMERIKSAAN BPK RI TERKAIT INFRASTRUKTUR KELISTRIKAN TAHUN 2009 S.D. 2014 Prof. Dr. Rizal Djalil DEPOK, 30 MARET 2015 LANDASAN HUKUM PERENCANAAN BIDANG ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN UU 30/2007 (Energi)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata

Oleh : Iman Sugema. Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Oleh : Iman Sugema Membangun Ekonomi Mandiri & Merata Pertumbuhan melambat, ketimpangan melebar, & kalah dagang GDP Growth 7.00 6.81 6.50 6.00 5.99 6.29 5.81 6.44 6.58 6.49 6.44 6.33 6.34 6.21 6.18 6.03

Lebih terperinci

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL 1 PERAN GEOLOGI DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara PPN/Bappenas Workshop Sinkronisasi Program Pembangunan Bidang Geologi: Optimalisasi Peran

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada

Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Laksono Trisnantoro Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada 1 Pembahasan 1. Makna Ekonomi Politik 2. Makna Pemerataan 3. Makna Mutu 4. Implikasi terhadap

Lebih terperinci

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015

SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL SOSIALISASI FORUM PRA MUSRENBANGNAS TAHUN 2015 Direktur Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal Jakarta, 10 April 2015 AGENDA

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2015 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam Pembukaan Acara:

Lebih terperinci

C UN MURNI Tahun

C UN MURNI Tahun C UN MURNI Tahun 2014 1 Nilai UN Murni SMP/MTs Tahun 2014 Nasional 0,23 Prov. Sulbar 1,07 0,84 PETA SEBARAN SEKOLAH HASIL UN MURNI, MENURUT KWADRAN Kwadran 2 Kwadran 3 Kwadran 1 Kwadran 4 PETA SEBARAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro)

POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) POTRET PENDIDIKAN PROVINSI JAWA TENGAH (Indikator Makro) Pusat Data dan Statistik Pendidikan - Kebudayaan Setjen, Kemendikbud Jakarta, 2015 DAFTAR ISI A. Dua Konsep Pembahasan B. Potret IPM 2013 1. Nasional

Lebih terperinci

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019

RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN TEKNOKRATIK RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2015-2019 Oleh: Menteri PPN/Kepala Bappenas

Lebih terperinci

IKU Pemerintah Provinsi Jambi

IKU Pemerintah Provinsi Jambi Pemerintah Provinsi Jambi dalam menjalankan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan senantiasa memperhatikan visi, misi, strategi dan arah kebijakan pembangunan. Untuk itu, dalam mewujudkan capaian keberhasilan

Lebih terperinci

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL Konferensi Informasi Pengawasan Oleh : Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 12

Lebih terperinci

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014)

EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) EVIDENCE KAMPANYE GIZI SEIMBANG MEMASUKI 1000 HPK ( SDT- SKMI 2014) P R A W I D Y A K A R Y A P A N G A N D A N G I Z I B I D A N G 1 : P E N I N G K A T A N G I Z I M A S Y A R A K A T R I S E T P E N

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017

Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 Mekanisme Pelaksanaan Musrenbangnas 2017 - Direktur Otonomi Daerah Bappenas - Temu Triwulanan II 11 April 2017 1 11 April 11-21 April (7 hari kerja) 26 April 27-28 April 2-3 Mei 4-5 Mei 8-9 Mei Rakorbangpus

Lebih terperinci

HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN

HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN KEMENTERIAN PERENCANAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL HASIL PRA MUSRENBANGNAS 2015 PERKUATAN KEDAULATAN PANGAN DEPUTI BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Jakarta,

Lebih terperinci

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB)

KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) KERANGKA PELAKSANAAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (TPB) Deputi Kemaritiman dan SDA Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Rapat Pedoman Teknis Perumusan RAN TPB Jakarta, 23 Juni 2016 OUTLINE 1.

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 Oleh : Menteri PPN/Kepala Bappenas Disampaikan dalam acara Musyawarah

Lebih terperinci

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010

RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 RANCANGAN AWAL RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2010 Oleh: H. Paskah Suzetta Menteri Negara PPN/Kepala Bappenas Disampaikan pada Rapat Koordinasi Pembangunan Tingkat Pusat (Rakorbangpus) untuk RKP 2010 Jakarta,

Lebih terperinci

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016

SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 MENTERI DALAM NEGERI SAMBUTAN/PENGARAHAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RKPD PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 Disampaikan oleh : MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Jambi, 7 April

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE

Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE Keselarasan antara RPJMD dengan RPJMN 2015-2019 DISAMPAIKAN PADA MUSRENBANG RPJMD KABUPATEN KAMPAR PERIODE 2017-2022 OUTLINE 1. Sistem Manajemen Pembangunan Nasional 2. Strategi Pembangunan Nasional Periode

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2019 1. PENDAHULUAN Penyusunan RKT 2019 mengacu kepada Dokumen Renstra Kemenko PMK 2015-2019, 100 Program Prioritas Presiden, serta Isu Strategis Bidang PMK dalam

Lebih terperinci

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017 Prioritas Misi Prioritas Meningkatkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan wilayah 2 1 jalan dan jembatan Kondisi jalan provinsi mantap

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP KATA PENGANTAR Keberhasilan pembangunan kesehatan membutuhkan perencanaan yang baik yang didasarkan pada data dan informasi kesehatan yang tepat dan akurat serta berkualitas, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

KESEHATAN ANAK. Website:

KESEHATAN ANAK. Website: KESEHATAN ANAK Jumlah Sampel dan Indikator Kesehatan Anak Status Kesehatan Anak Proporsi Berat Badan Lahir, 2010 dan 2013 *) *) Berdasarkan 52,6% sampel balita yang punya catatan Proporsi BBLR Menurut

Lebih terperinci

DUKUNGAN SEKTOR KESEHATAN DALAM MENGATASI DISPARITAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

DUKUNGAN SEKTOR KESEHATAN DALAM MENGATASI DISPARITAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DUKUNGAN SEKTOR KESEHATAN DALAM MENGATASI DISPARITAS PROGRAM KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI Direktorat Kesehatan Keluarga, Ditjen Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan RI Seminar Ketidaksetaraan

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN TRIWULAN III TAHUN 2017 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN OKTOBER 2017 2017 Laporan Kinerja Triwulan III DAFTAR ISI KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional

UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN. UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional UNIT PELAKSANA TEKNIS DITJEN KP3K UPT-BPSPL Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut DAN UPT-BKKPN Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional Sekretariat Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan

Lebih terperinci