Pengaruh Spektrum Gelombang Terhadap Stabilitas Batu Pecah pada Permukaan Cellular Cofferdam Akibat Gelombang Overtopping

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengaruh Spektrum Gelombang Terhadap Stabilitas Batu Pecah pada Permukaan Cellular Cofferdam Akibat Gelombang Overtopping"

Transkripsi

1 JURNAL TEKNOLOGI KELAUTAN Vol. 9, No. 1, Januari 5: 9-17 Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap Stabilitas Batu Pecah pada Perukaan Cellular Cofferda Akibat Gelobang Overtopping Wahyudi 1, Sholihin 1 dan Fery Setiawan 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya Gedung WA, Kapus ITS Sukolilo, Surabaya 6111, Eail: wahyudictr@oe.its.ac.id ) Mahasiswa Jurusan Teknik Kelautan, FTK-ITS, Surabaya Abstrak: Cellular cofferda adalah salah satu jenis breakwater yang berfungsi elindungi kola labuh dari pengaruh gelobang, atau elindungi daerah pantai dari erosi dan sedientasi. Konstruksi cellular cofferda erupakan rangkaian sheet pile yang saling engunci, ebentuk sebuah cell yang di dalanya berisi aterial lepas dan batu lindung pada penutup atasnya. Makalah ini enyajikan hasil peodelan fisik pengaruh variasi spektru gelobang terhadap stabilitas batu pecah pada perukaan cellular cofferda. Gelobang yang dibangkitkan berupa gelobang irreguler dengan variasi spektru JONSWAP,,, serta, dengan tinggi gelobang (H) 3,,,4, dan 1,6, dengan periode gelobang (T) 5 detik, serta variasi kedalaan dari uka air (SWL) sapai bagian atas struktur (h) 1 di atas SWL, sejajar, 1, dan di bawah SWL. Model yang digunakan dengan kesebangunan geoetric undistorted skala 1:4. Diensi odel adalah lebar (B) = 73 c, tinggi (T) = 53 c, dan diaeter cell (D) = 5 c. Berdasarkan analisa hasil percobaan disipulkan bahwa spektru JONSWAP epunyai pengaruh yang terbesar terhadap stabilitas batu pecah pada perukaan cellular cofferda jika dibandingkan dengan spektru lainnya. Hasil percobaan ini dapat dipakai sebagai referensi untuk enentukan kedalaan dari bagian atas struktur terhadap SWL. Kata kunci: cellular cofferda, spektru gelobang, stabilitas batu pecah 1. PENDAHULUAN Pada awalnya pelabuhan hanya erupakan suatu tepian perairan tepat kapal erapat dan ebuang jangkar untuk elakukan kegiatan. Lokasi pelabuhan berada di tepi sungai, teluk a- tau pantai yang tenang, karena secara alai terlindung dari gelobang agar kapal dapat aan dan leluasa dala elakukan kegiatan. Seiring dengan perkebangan peradaban anusia, kapal yang seula berukuran kecil dan sederhana berkebang enjadi kapal yang besar dan kopleks. Sejalan dengan itu pula, pelabuhan tidak lagi harus berada di daerah terlindung secara alai, tetapi dapat berada di laut terbuka untuk endapatkan perairan yang luas dan dala. Ukuran pelabuhan ditentukan oleh julah dan ukuran kapal yang enggunakannya. Dala kegiatan pelayaran, kapal eerlukan kedalaan air yang saa dengan sarat (draft) kapal ditabah dengan suatu kedalaan supaya kapal aan baik pada waktu berlayar aupun berlabuh. Seakin besar sarat kapal aka seakin besar pula kedalaan perairan pelabuhan yang disyaratkan. Faktor penting yang lain dala perencanaan pelabuhan selain kedalaan adalah tinggi gelobang. Gelobang yang besar di dala kola labuh akan engganggu aktifitas kapal. Usaha untuk engurangi atau enghilangkan gangguan gelobang terhadap kapal yang berlabuh pada uunya dibuat bangunan peecah gelobang atau breakwater. Bangunan ini eisahkan daerah pelabuhan dari daerah laut bebas, sehingga perairan pelabuhan tidak banyak dipengaruhi oleh gelobang besar dari laut. Keberadaan breakwater ini enjadikan perairan pelabuhan tenang sehingga kapal dapat elakukan kegiatan bongkar uat barang dengan udah.

2 1 Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 9, No.1, Januari 5: 9-17 Ada beberapa tipe breakwater berdasarkan bentuk dan bahan yang digunakan. Menurut bentuknya dapat dibedakan enjadi peecah gelobang sisi iring, sisi tegak, dan capuran. Peilihan tipe breakwater yang digunakan pada uunya ditentukan oleh ketersediaan aterial, kondisi oseanografi seperti kondisi dasar laut, kedalaan air, dan lainnya. Salah satu tipe breakwater adalah tipe sisi tegak berbentuk cellular cofferda. Cellular cofferrda adalah suatu kontruksi yang enggunakan sheet pile yang saling enutup satu saa lain ebentuk sebuah cell. Bagian dala cell diisi dengan aterial lepas yaitu pasir di bagian bawah dan batu pecah sebagai pelindung dan penutup bagian atas. Isian pasir dan batu pecah ini berguna untuk enjaga stabilitas dari struktur akibat pengaruh gelobang. Struktur cellular cofferda didisain untuk gelobang overtopping, karena tipe struktur ini diperuntukkan di perairan dala dengan tinggi gelobang yang besar sehingga eungkinkan gelobang elipas di atas struktur. Besar kecilnya gelobang datang akan epengaruhi stabilitas struktur. Stabilitas cofferda dipengaruhi pula oleh kekuatan regang dari pile, diensi, bentuk lubang, pondasi tanah, serta aterial pengisinya yaitu pasir dan batu pecah. Dala erancang struktur breakwater tipe cellular cofferda, perlu diketahui secara pasti pengaruh gelobang terhadap struktur, terutaa terhadap stabilitas batu pecah sebagai pelindungnya. Dala akalah ini disapaikan hasil kajian eksperiental odel fisik pengaruh gelobang terhadap stabilitas batu pecah pada perukaan cellular cofferda.. TINJAUAN PUSTAKA Energi gelobang yang enuju pantai, apabila tanpa pengahalang keungkinan dapat enyebabkan kerusakan pantai. Selain itu juga enyebabkan tingginya gelobang di kola labuh yang engganggu aktifitas kapal. Besarnya e- nergi gelobang yang encapai pantai dapat direda dengan engurangi tinggi gelobang. Pengurangan tinggi gelobang dapat dilakukan dengan suatu kontruksi yang elintang terhadap arah gelobang datang yang elewatinya dengan cara eecahkan atau eantulkannya dengan struktur yang dikenal sebagai peecah gelobang atau breakwater (CERC, 1984). Breakwater biasanya dibuat untuk elindungi daerah pelabuhan aupun daerah wisata bahari. Bangunan ini dibedakan enjadi tiga tipe utaa yaitu, breakwater sisi iring, sisi tegak onolit, serta breakwater capuran. Sedangkan berdasarkan kondisi gelobang yang engenainya breakwater dibedakan enjadi dua, yaitu overtopping dan non overtopping. Breakwater jenis overtopping didisain dengan kondisi air yang elipas, yang ditujukan untuk daerah yang tidak begitu sensitif terhadap pengaruh gelobang yang terjadi, sedangkan non overtopping didisain dengan tidak engijinkan air elipas di atasnya dan ditujukan untuk daerah yang sensitif terhadap pengaruh gelobang. Model breakwater yang digunakan untuk percobaan dala studi ini adalah jenis sisi tegak onolit, terdiri dari beberapa eleen yang dihubungkan sehingga ebentuk satu kesatuan yang disebut sebagai cellular cofferda. Pada bagian paling atas atau paling luar dari cellular cofferda diisi dengan lapisan batu pelindung berukuran paling besar/berat, sedangkan seakin ke arah dala ukuran batu seakin kecil sapai berukuran pasir. Dasar perencanaan bangunan tipe ini adalah lapis luar akan eneria beban gelobang yang paling besar, sehingga harus berukuran lebih besar dan lebih berat sehingga cukup stabil. Bahan lapis lindung dari batu yang dipakai untuk breakwater enurut Nuryuwono (199) harus eenuhi syarat antara lain harus tahan terhadap keadaan lingkungan yaitu tidak udah lapuk, tahan terhadap gaya dinaik gelobang, serta tidak rusak oleh bahan kiia, harus cukup besar dan epunyai berat jenis yang cukup besar (>.6) sehingga apu enahan gaya yang disebabkan oleh gelobang, serta harga yang relatif urah. Salah satu beban yang diperhitungkan dala erencanakan bangunan pantai adalah beban a- kibat gelobang. Gelobang akan enibulkan tekanan lateral pada struktur, sehingga gaya dan oen yang ditibulkannya erupakan beban yang epengaruhi stabilitas dari struktur tersebut.

3 Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap...(Wahyudi) 11 Bila gelobang tidak pecah enghanta perukaan breakwater yang ipereable vertikal secara tegak lurus, aka gelobang akan dipantulkan lagi dan akan enibulkan standing wave atau gelobang klapotis yang tingginya dua kali tinggi gelobang datang. Dengan adanya viskositas air, faktor elastisitas air, dan pereabilitas dinding aka aplitudo dari standing wave tidak lagi tepat dua kali aplitudo gelobang datang elainkan lebih kecil, karena adanya energi yang diserap syste di sekitarnya (Adrianto, 1988) Dala enentukan detail struktur breakwater adalah penting untuk engetahui secara eksak pengaruh dari gaya gelobang terhadap struktur yang ada. Salah satu etode yang dapat digunakan untuk engetahui hal tersebut adalah dengan enggunakan test odel fisik dengan variasi dari energi atau spektru gelobang, tinggi, dan periode gelobang terhadap stabilitas dari batu lindung dala kondisi overtopping (Jenssen, 1984 dan Haryo, 1997). Secara garis besar ada tiga tipe odel hidrolika, yaitu odel ataatik, odel fisik, dan gabungan keduanya. Model ateatika adalah siulasi fenoena hidrolika yang diketahui persaaan ateatikanya yang diselesaikan secara nuerik, sedangkan peodelan fisik adalah suatu peodelan fenoena dengan ukuran sesungguhnya yang direproduksi dengan enerapkan suatu skala tertentu (Pratikto, dkk., 1996). Peodelan secara fisik diperlukan bila fenoena hidrolika yang diaati belu diketahui forulasi ateatikanya. Model fisik diharapkan dapat enjelaskan fenoena hidrolika yang ada dengan eforulasikan hasil yang telah diperoleh..1 Stabilitas Batu Pelindung Stabilitas batu pelindung dipengaruhi oleh berat batu, koefisien porositas, serta sifat bahan yang lain. Hudson, 1953 (dala Triatodjo, 1996) engebangkan forula untuk enghitung berat batu iniu, yaitu: W = K D dengan, 3 ρ a gh (1) 3 ( Sr 1) cotα W : berat iniu batu pelindung H : tinggi gelobang rencana g : percepatan gravitasi K D : koef jenis batu lindung Sr : rapat assa relatif, (= ρa/ρw) α : lereng bangunan ρa : rapat assa batu pelindung Selain berat batu, volue rongga antar batu juga epengaruhi stabilitas batu lapis lindung. Besarnya volue rongga ini direpresentasikan dala koefisien porositas yang enunjukkan rasio antara volue rongga dengan total volue. Koefisien ini dapat untuk enentukan julah batu yaitu dengan forula, ρa 3 [ ] g C = K ( 1 n) () Δ W dengan C adalah julah batu pelindung, n adalah porositas, dan erupakan julah lapisan pelindung perlayer. Properti bahan lapis lindung yang penting untuk perhitungan stabilitas konstruksi adalah rapat asa, koefisien batu lindung, koefisien lapisan, dan koefisien porositas. Rapat assa (ρa) seakin besar seakin kecil ukuran batu. Koefisien batu lindung (K D ) erupakan pencerinan dari sifat bahan seperti bentuk batu, kekasaran, tingkat interlocking, serta posisi batu dala struktur. Koefisien lapisan (KΔ) enunjukan tingkat bahan lapis lindung untuk bergabung bersaa dala suatu lapisan. Koefisien porositas (n) enunjukkan rasio antara volue rongga terhadap total volue. Beberapa aca batu lapis lindung yang dapat digunakan untuk struktur cellular cofferda a- dalah akon, kubus beton, dolos, batu ala (quarry stone), tetrapod, quadripod, dan tribar. Batu lindung yang digunakan dala studi ini adalah tipe batu ala. Karakteristik dari batu ini adalah kasar, bersudut dan bentuk tidak teratur. Peilihan tipe batu lindung ini dikarenakan epunyai harga yang relatif urah dan udah didapatkan.. Spektru Gelobang Sifat gelobang laut adalah acak, baik besar aupun arahnya, sehingga karena sifat inilah

4 1 Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 9, No.1, Januari 5: 9-17 besar energi gelobang acak sulit untuk diukur. Gelobang acak erupakan gabungan dari gelobang sinusoidal dengan panjang dan periode gelobang yang sangat bervariasi. Ukuran intensitas koponen gelobang acak pada u- unya dinyatakan dala bentuk spektru kepadatan aplitudo, kepadatan energi gelobang atau biasa disingkat dengan spektru e- nergi gelobang. Dala analisa spektru energi gelobang diperlukan data pencatatan gelobang selaa 15- enit. Prinsip analisa spektru gelobang adalah enguraikan suatu gelobang irreguler enjadi susunan dari gelobang teratur dari berbagai frekuensi dan tinggi gelobang (Nuryuwono, 199). Pada gelobang acak tidak dapat dikenali suatu pola yang spesifik, sehingga paraeter gelobang didefinisikan dengan eakai besaran-besaran statistik seperti H 1/3 dan T 1/3. H 1/3 adalah harga rata-rata dari 1/3 julah keseluruhan tinggi gelobang yang tertinggi atau tinggi signifikan, sedangkan T 1/3 harga rata-rata dari 1/3 julah keseluruhan periode gelobang yang tertinggi atau periode signifikan. Spektru paraeter tunggal yang paling sering digunakan adalah odel Pierson-Moskowitz, 1964 (dala Chakrabarti) yang berdasarkan pada tinggi gelobang signifikan atau kecepatan angin. Selain itu ada beberapa spektru paraeter ganda yang biasa digunakan. Beberapa yang sering digunakan adalah Bretschneider (1969), (1964), JONSWAP (Hasselen, 1973 dan 1976), dan (1966,1969, dan 197)...1 Spektru Pierson-Moskowitz Pierson dan Moskowitz (1964) engajukan sebuah forula baru untuk distribusi spektru peningkatan energi angin di bagian laut berdasarkan pada kesaaan teori dari Kitaigorodskii dan data rekaan yang lebih akurat. Model spektru Pierson-Moskowitz (P-M) enggabarkan laut secara keseluruhan dan ditentukan oleh satu paraeter, yaitu kecepatan angin. Pencapaian dan durasi dianggap infinit. Untuk aplikasi odel, angin harus berhebus di area yang luas pada kecepatan yang konstan untuk waktu yang laa. Berdasarkan asusi ini, aka odel P-M dapat digunakan dala epresentasikan beberapa gelobang badai pada perancangan struktur lepas pantai. Model spektru P-M dapat dituliskan seperti pers. (3). SH ( T ) gt ) ( g T e πu 4 8,1.1 = (3) (π ) Ekspresi yang saa untuk spektru P-M dala hubungannya dengan putaran frekuensi, f(= ω/π) dituliskan seperti pada pers. (4). S(f) = α g /(π) 4 f -5 exp [-1.5(f / f ) (4) Frekuensi zero-crossing didefinisikan sebagaiana pada pers. (5). z π ω = (5) dan frekuensi puncaknya ω =.71 ω z.. Spektru International Ship Structures Congress (1964) engusulkan odifikasi untuk bentuk spektru Bretschneider, yaitu: ω 4 4 ϖ.44( ) ω ( ω) =.117H ( 5 ) e S S (6) dengan ϖ = 1.96ω..3 Spektru JONSWAP ω Spektru ini erupakan penyepurnaan dari spektru P-M, karena Laut Utara eiliki kondisi lingkungan yang ekstri dan dibatasi oleh pulau dan benua yang engakibatkan fetch di daerah ini cukup pendek naun eiliki gelobang yang besar. Sehingga persaaan P-M diubah dala bentuk: ω 4 [ 1.5( ) ] ( ω ω) exp 5 ω S ( ω) = αg ω exp γ τ ω (7) dengan, γ (peakedness paraeter) = 3.3

5 Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap...(Wahyudi) 13 τ (shape paraeter) =.7, jika ω ω z =.9, jika ω > ω z α =.76 ( x ) -. =.819 (ketika x tidak diketahui) ω = π (g / Uω ) (x ).33 x = gx/uω ω =.161g/H S..4 Spektru International Towing Tank Conference (1966, 1969, dan 197) engusulkan odifikasi terhadap spektru P-M, dala hal ini tinggi gelobang signifikan dan frekuensi zero crossing. Frekuensi zero crossing rata-rata dapat dihitung dari: ω = Z (8) Spektru dapat ditulis sebagai: Sebangun geoetrik dipenuhi bila antara odel dengan prototipe epunyai bentuk yang saa tapi berbeda ukurannya. Sebangun geoetrik terdiri atas dua aca, yaitu sebangun geoetrik sepurna (tanpa distorsi) dan sebangun geoetrik tak sepurna atau terdestorsi. Dala sebangun geoetrik sepurna skala panjang arah horizontal (skala panjang) dan skala panjang arah vertikal (skala tinggi) adalah saa. Besarnya skala panjang adalah: (nl) = L L P Skala tinggi: (nh) = h h p Skala luas: na A Panjang. pada. prototipe = (11) panjang. pada odel Tinggi. pada. prototip = (1) Panjang. pada.od el ( panjang. x. lebar) p p = = = ( nl) (13) A ( panjang. x. lebar) Skala volue: ω 4 5 = 4αg S( ω ) αg ω exp (9) H S nv V 3 = p = (nl) (14) V dengan, α =.81/ k 4 dan.3 Model Fisik gσ k = (1) 3,54ω Peilihan odel fisik hidrolik dilakukan apabila fenoena fisik dari perasalahan yang ada pada prototipe dapat dibuat dengan skala yang lebih kecil dengan kesebangunan (siilaritas) yang cukup eadai (Widagdo, 1999). Kesebangunan dapat berupa sebangun geoetrik (panjang, lebar, dan tinggi), kineatik (kecepatan dan aliran), dan sebangun dinaik (gaya)..3.1 Sebangun Geoetrik Z.3. Sebangun Kineatik Sebangun kineatik terpenuhi bila antara odel dengan prototype adalah sebangun geoetrik serta kecepatan dan percepatan di dua titik tinjau adalah saa. Perbandingan kecepatan dan percepatan yang saa hanya berlaku untuk satu arah saja, yaitu pada arah horizontal atau vertikal saja. Skala kecepatan: U n n n. p L h U = = atau (15) U nt nt Skala percepatan: a p n n a = a n L. atau. T n n = (16) Skala debit: h T

6 14 Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 9, No.1, Januari 5: 9-17 n Q 3 p nl nl.. nh Q = =. atau. (17) Q nt nt dengan n a skala percepatan dan nq skala debit..3.3 Sebangun Dinaik Sebangun dinaik terpenuhi bila odel dan prototype sebangun geoetris dan kineatis, serta gaya yang bersangkutan pada odel dan prototype untuk seluruh pengaliran pada arah yang saa adalah saa. Gaya tersebut antara lain, gaya berat (Fw = ρl 3 g), gaya tekanan (Fp = pl ), dan gaya gesek (Fv = EL ).4 Analisa Diensi Dala pebuatan odel selalu dilakukan pengecilan dari berbagai variabel, yaitu dengan eberikan skala (n) pada asing-asing variabel tersebut. Sedangkan skala dari berbagai variabel tersebut dapat ditentukan hubungan antar paraeter yang diekspresikan dala bilangan tak berdiensi. Selain itu bilangan tak berdiensi dapat digunakan untuk enggabarkan output hasil percobaan (Widagdo, 1999). Ada beberapa cara dala entukan bilangan tak berdiensi, salah satu etode yang digunakan adalah stepwise procedure. Metode ini diterapkan dengan peniadaan diensi tahap dei tahap. Tahap pertaa adalah peniadaan diensi assa (M) dengan variabel yang engandung diensi assa ρ (M/L 3 ). Berikutnya adalah peniadaan diensi waktu (T) dengan variabel yang engandung diensi waktu (T) seperti periode, dan terakhir adalah peniadaan diensi panjang (L) dengan variable yang hanya engandung diensi panjang isalnya dengan tinggi gelobang (H). Berdasarkan etode ini dapat diperoleh bilangan tak berdiensi φ (WT /ρ W, h/h, gt /H) atau dala bentuk yang lain seperti φ (W/ρ W g, h/h, gt /H). 3. PROSES PERCOBAAN Model Cellular Cofferda dengan ukuran lebar (B) = 73c, tinggi (T) = 53c, dan diaeter cell (D) = 5c, dipasang pada kola yang dilengkapi dengan tupuan di bagian bawah odel untuk engatur variasi elevasi bagian atas struktur dengan uka air (SWL). Batu pecah yang digunakan diberi warna untuk eperudah penghitungan julah yang berpindah tepat (terjadi kegagalan) setelah eneria beban gelobang (Gabar 1-3). Model yang terpasang pada kola diberi beban gelobang dengan variasi tinggi (H) dan periode gelobang, variasi kedalaan air dari uka air sapai bagian atas struktur (h), serta dengan variasi dari spektru gelobang. Setelah proses pebebanan gelobang, keudian dilakukan penghitungan julah batu pecah yang engalai perpindahan tepat (engalai kegagalan). Percobaan dilakukan dengan julah data yang direka asing-asing sebanyak 1 gelobang. Gabar 1. Model pada tangki gelobang (wave tank) 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Percobaan Hasil percobaan yang diperoleh disajikan dala bentuk tabel dan grafik hubungan antara tinggi gelobang dengan prosentase kerusakan batu pecah, dengan variasi asing-asing spektru gelobang serta dibuat untuk setiap variasi posisi bagian atas struktur terhadap SWL atau nilai h (Tabel 1 sapai 4). Hubungan antara setiap spektru gelobang dengan kerusakan batu pecah pada setiap variasi nilai h disajikan pada Gabar 4 sapai 7, sedangkan hubungan rasio h/h dengan kerusakan batu pecah disajikan pada Gabar 8.

7 Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap...(Wahyudi) 15 Tabel 1. Pengaruh tinggi gelobang pada elevasi sejajar SWL Spektru H () Kerusakan batu pada elevasi sejajar dengan SWL (%) JSW Tabel. Pengaruh tinggi gelobang terhadap prosentase kerusakan batu pada elevasi di bawah SWL Spektru JSW H () Kerusakan batu pada elevasi di bawah SWL (%) Gabar. Proses percobaan pada wave tank Gabar 3. Model pada wave tank pada saat proses percobaan 4. Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap Kerusakan Batu Besarnya pengaruh perubahan tinggi gelobang (H) untuk tiap spektru gelobang irreguler terhadap nilai prosentase kegagalan batu pecah pada perukaan cellular cofferda dapat dibuat korelasi dengan enghubungkan antara bilangan nondiensional (gt )/H dengan prosentase kerusakan batu pecah. Notasi H adalah tinggi gelobang, T periode gelobang, dan g percepatan gravitasi. Tabel 3. Pengaruh tinggi gelobang terhadap prosentase kerusakan batu pada elevasi 1 di bawah SWL Spektru JSW H () Kerusakan batu pada elevasi 1 di bawah SWL (%) Tabel 4. Pengaruh tinggi gelobang terhadap prosentase kerusakan batu pada elevasi 1 di atas SWL Spektru JSW H () Kerusakan batu pada elevasi 1 di atas SWL (%) Grafik hubungan antara pengaruh tinggi gelobang pada spektru gelobang irreguler dengan prosentase kerusakan batu pecah pada perukaan Cellular Cofferda (Gabar 4-7) enunjukkan bahwa energi yang dihasilkan tiap spektru gelobang akan engalai peningkatan seiring dengan peningkatan tinggi gelobang (H). Spektru gelobang JONSWAP epunyai pengaruh terbesar terhadap keru-

8 16 Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 9, No.1, Januari 5: 9-17 sakan batuan pelindung pada perukaan Cellular Cofferda. Pengaruh ini terjadi pada setiap perubahan elevasi pada odel. % Kerusakan Batu (gt^) / H JONSWAP Gabar 4. Hubungan antara pengaruh spektru terhadap prosentase kegagalan batu pada elevasi 1 di atas SWL % Kerusakan Batu (gt^) / H JONSWAP Gabar 5. Hubungan antara pengaruh spektru terhadap prosentase kegagalan batu sejajar dengan SWL Apabila dibandingkan dengan spektru gelobang, aupun spektru gelobang JONSWAP enyebabkan prosentase kerusakan batu yang lebih besar, yaitu 9.8% pada elevasi 1 di atas SWL, 16% pada elevasi sejajar dengan SWL, 8.75% pada elevasi di bawah SWL, dan.3% pada elevasi 5 di bawah SWL. Hal ini disebabkan karena energi yang dihasilkan dari spektru gelobang JONSWAP lebih besar jika dibandingkan dengan spektru gelobang yang lainnya, yaitu sebesar 53.8 kg.dt/. Spektru gelobang yang enyebabkan kerusakan paling kecil adalah, yaitu 8.5% pada elevasi 1 di atas SWL, 14% pada elevasi sejajar SWL, 3.1% di bawah SWL, 1.8% di bawah SWL. Hal ini disebabkan karena energi yang dihasilkan sebesar.61 kg.dt/. % Kerusakan Batu (gt^) / H JONSWAP Gabar 7. Hubungan antara pengaruh spektru terhadap prosenatse kegagalan batu pada e- levasi di bawah SWL 4.3 Pengaruh Nilai h/h Terhadap Prosentase Kerusakan Batu % Kerusakan Batu (gt^) / H JONSWAP Korelasi antara rasio elevasi bagian atas struktur terhadap SWL dengan tinggi gelobang dari asing-asing spektru (h/h) dan prosentase kerusakan batu pecah ditunjukkan pada Gabar 8. Gabar 6. Hubungan antara pengaruh spektru terhadap prosenatse kegagalan batu pada e- levasi 1 di bawah SWL Gabar 8. Hubungan antara pengaruh nilai h/h terhadap prosentase kerusakan batu untuk berbagai spektru gelobang

9 Pengaruh Spektru Gelobang Terhadap...(Wahyudi) 17 Gabar 8 eunjukkan bahwa nilai h/h epunyai pengaruh yang besar terhadap prosentase kerusakan batu. Prosentase kerusakan terbesar terjadi pada nilai h/h nol, sedangkan prosentase kerusakan terkecil terjadi pada nilai h/h 1.8. Kerusakan batu pelindung pada breakwater tidak hanya disebabkan oleh besarnya tinggi gelobang, tetapi juga oleh posisi bagian atas struktur terhadap SWL (h), serta rasio antara h terhadap besarnya tinggi gelobang (H), atau nilai h/h (Gabar 8). Oleh karena itu dala aplikasi penggunaan cellular cofferda di perairan Indonesia, berdasarkan nilai h/h hasil percobaan ini dapat digunakan referensi dala hal penentuan posisi bagian atas struktur dengan SWL (h). 5. KESIMPULAN Berdasarkan hasil percobaan dan analisa yang dilakukan, aka dapat diabil beberapa kesipulan seperti berikut. Energi yang dihasilkan tiap spektru gelobang akan engalai peningkatan seiring dengan besarnya tinggi gelobang. Seakin besar tinggi gelobang, seakin besar pula energi yang dihasilkan dan sebaliknya Spektru gelobang JONSWAP epunyai pengaruh yang besar terhadap prosentase kerusakan batu pecah atau kegagalan dibandingkan dengan spektru gelobang P-M dan, sedangkan prosentase kerusakan batu terkecil diakibatkan oleh spektru gelobang. Perubahan elevasi struktur terhadap Sea Water Level (SWL) epunyai pengaruh yang cukup besar terhadap prosentase kerusakan batu pecah pada perukaan Cellular Cofferda, hubungan ini dapat dilihat pada nilai h/h pada posisi sejajar dengan SWL atau nilai h/h saa dengan nol prosentase kerusakan batu pecah akan encapai titik aksiu, dan akan eiliki nilai yang iniu pada nilai h/h sebesar 1.8. Sehingga pada nilai h/h 1.8 odel aan untuk digunakan. DAFTAR ACUAN Adrianto, P. (1988), Penelitian Beach Reflection Coefficient dari Wave Daper, Laboratoriu Hidrodinaika, FTK-ITS. Laporan Penelitian Puslit, ITS. Bhattacharya, R. (197), Dynaic of Marine Vehicles. John Willy and Sons. CERC. (1984), Shore Protection Manual, US Ary, Vol I & II, Missisippi. Chakrabarti, S.K. (1987), Hydrodinaic of Offshore Structure. Springer-Verlag. Dean, R.G.,and Dalryple, R.A. (1991), Water Wave Mechanic for Engineers and Scientist. Series on Ocean Engineering Vol., World Scientific, Singapore. Galvin, C.J. (1964), Wave-Height Prediction for Wave Generators in Shallow Water, Technical Meorandu No.4, US Ary Coastal Engineering Research Center, Washington, D.C. Haryo, D.A. (1997), Metode Karakteristik Untuk Peodelan Gelobang dan Arus di Selat Madura. Lebaga Penelitian ITS. Hughes, S.A. (1993), Physical Models and Labolatory Techniques in Coastal Engineering. Advanced Series on Ocean E- ngineering Vol 7, World Scientific, Singapore. Jenssen, T. (1984), Ocean Dynaic And Coastal Processes, CPC Niza (1987), Refleksi dan Transisi Gelobang Pada Peecah Gelobang Bawah Air. Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta. Nuryuwono (199), Perencanaan Bangunan Pantai Volue II. Pusat Antar Universitas Ilu Teknik, UGM, Yogyakarta. Nuryuwono (1996). Perencanaan Model Hidrolik. Laboratoriu Hidraulika dan Hidrologi Pusat Antar Universitas Ilu Teknik, UGM, Yoyakarta. Pratikto, W.A, Haryo, D.A. dan Suntoyo. (1996), Perencanaan Fasilitas Pantai dan Laut. BPFE, Yogyakarta. Triatodjo, B. (1996), Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta. Widagdo, A.B. (1999), Pengantar Model Hidrolik di Labolatoriu. Makalah Workshop Teknik Kelautan, LPTP-BPPT, Yogyakarta.

10 18 Jurnal Teknologi Kelautan Vol. 9, No.1, Januari 5: 9-17

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL

PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL PENGGUNAAN METODE HOMOTOPI PADA MASALAH PERAMBATAN GELOMBANG INTERFACIAL JAHARUDDIN Departeen Mateatika Fakultas Mateatika Ilu Pengetahuan Ala Institut Pertanian Bogor Jl Meranti, Kapus IPB Daraga, Bogor

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

Jurnal Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN REFLEKSI GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG TIPE MOORING. Abstract

Jurnal Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN REFLEKSI GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG TIPE MOORING. Abstract Jurnal Tugas Akhir STUDI EKSPERIMEN REFLEKSI GELOMBANG PADA PEMECAH GELOMBANG TERAPUNG TIPE MOORING Septhian Dwi Saputra (1),Sujantoko (2) dan Haryo Dwito Arono (3) 1 Mahasiswa Teknik Kelautan, 2,3 Staf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Solusi Treefy Tryout OSK 2018

Solusi Treefy Tryout OSK 2018 Solusi Treefy Tryout OSK 218 Bagian 1a Misalkan ketika kelereng encapai detektor bawah untuk pertaa kalinya, kecepatan subu vertikalnya adalah v 1y. Maka syarat agar kelereng encapai titik tertinggi (ketika

Lebih terperinci

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG

ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Mega Gusti Heka Student, Civil Engineering Departent, University of Sriwijaya, Palebang 30227,

Lebih terperinci

Trihanyndio Rendy Satrya (Mhs S2 Geoteknik FTSP ITS) DR. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M Eng (Dosen Pembimbing)

Trihanyndio Rendy Satrya (Mhs S2 Geoteknik FTSP ITS) DR. Ir. Ria Asih Aryani Soemitro, M Eng (Dosen Pembimbing) STUDI PENGARUH BEBERAPA VARIASI BATAS CAIR TANAH LEMPUNG PADA PONDASI DANGKAL DENGAN PEMBEBANAN DINAMIS ZONA GEMPA INDONESIA 4, 5, 6 (DENGAN MENGGUNAKAN UJI MODEL DI LABORATORIUM) Trihanyndio Rendy Satrya

Lebih terperinci

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb

Perbandingan Bilangan Dominasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Comb Perbandingan Bilangan Doinasi Jarak Satu dan Dua pada Graf Hasil Operasi Cob Reni Uilasari 1) 1) Jurusan Teknik Inforatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhaadiyah Jeber Eail : 1) reniuilasari@gailco ABSTRAK

Lebih terperinci

ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA

ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA ANALISA KELELAHAN RANTAI JANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ELEMEN HINGGA Muhaad Hizrian Hutaa, Hartono Yudo, Muhaad Iqbal 1) 1) Progra Studi S1 Teknik Perkapalan, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap pasir. buatan). Pemecah gelombang ini mempunyai beberapa keuntungan, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Bangunan tanggul pemecah gelombang secara umum dapat diartikan suatu bangunan yang bertujuan melindungi pantai, kolam pelabuhan, fasilitas pelabuhan atau untuk menangkap

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM

STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM Diah Hidayanti 1, Aryadi Suwono 1, Nathanael P. Tandian 1, Ari Darawan Pasek 1, dan Efrizon Uar 1 Progra Magister

Lebih terperinci

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT

SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT SEDIMENTASI AKIBAT PEMBANGUNAN SHEET PILE BREAKWATER TELUK BINTUNI, PAPUA BARAT Jundana Akhyar 1 dan Muslim Muin 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss,

I. PENDAHULUAN. Konsep teori graf diperkenalkan pertama kali oleh seorang matematikawan Swiss, I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Konsep teori graf diperkenalkan pertaa kali oleh seorang ateatikawan Swiss, Leonard Euler pada tahun 736, dala perasalahan jebatan Konigsberg. Teori graf erupakan salah satu

Lebih terperinci

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu

Simulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Smith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu 6 Siulasi dan Analisis Kinerja Prediktor Sith pada Kontrol Proses yang Disertai Tundaan Waktu Neilcy Tjahja Mooniarsih Progra Studi Teknik Elektro Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY

BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY BAB 3 ANALISIS DAN SIMULASI MODEL HODGKIN-HUXLEY 3.1 Analisis Dinaika Model Hodgkin Huxley Persaaan Hodgkin-Huxley berisi epat persaaan ODE terkopel dengan derajat nonlinear yang tinggi dan sangat sulit

Lebih terperinci

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK

BAB GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK BAB GLOMBANG LKTROMAGNTIK Contoh. Hubungan dan B dari gelobang bidang elektroagnetik Suatu gelobang bidang elektroagnetik sinusoidal dengan frekuensi 5 MHz berjalan di angkasa dala arah X, seperti ditunjukkan

Lebih terperinci

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG

ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Jurnal Iliah MEDIA ENGINEERING Vol. 3, No. 2, Juli 2013 ISSN 2087-9334 (94-98) ANALISA GELOMBANG KEJUT TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI JALAN WALANDA MARAMIS BITUNG Octaviani Litwina Ada Aluni

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU

ANALISIS PERUBAHAN LUASAN AREAL PERTANAMAN DAERAH IRIGASI UPT-1 SUNGAI PAKU BERDASARKAN DEBIT AIR PADA SALURAN PRIMER BENDUNGAN SUNGAI PAKU NLISIS PERUBHN LUSN REL PERTNMN DERH IRIGSI UPT- SUNGI PKU BERDSRKN DEBIT IR PD SLURN PRIMER BENDUNGN SUNGI PKU Virgo Trisep Haris, Lusi Dwi Putri, Universitas Lancang Kuning, Pekanbaru E-ail:lusidwiputri@unilak.ac.id

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester

Panel Akustik Ramah Lingkungan Berbahan Dasar Limbah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 Panel Akustik Raah Lingkungan Berbahan Dasar Libah Batu Apung Dengan Pengikat Poliester Ngakan Putu Gede Suardana

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011)

Soal Latihan Mekanika I. (3-11 November 2011) Soal Latihan (3-11 Noveber 2011) Kerjakan soal-soal berikut selaa 1 inggu untuk elatih keapuan Anda. Kerjakan 2-3 soal per hari. Sebelu engerjakan soal-soal tersebut, sebaiknya Anda engerjakan soalsoal

Lebih terperinci

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan...

2.6. Pengaruh Pemecah Gelombang Sejajar Pantai / Krib (Offshore Breakwater) terhadap Perubahan Bentuk Garis Pantai Pada Pantai Pasir Buatan... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... ii PERNYATAAN... iv PRAKATA... v DAFTAR ISI...viii DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiv DAFTAR

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro

JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Ilmiah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/naval JURNAL TEKNIK PERKAPALAN Jurnal Hasil Karya Iliah Lulusan S1 Teknik Perkapalan Universitas Diponegoro ISSN 2338-0322 Optiasi Bentuk Haluan Kapal Ferry Untuk

Lebih terperinci

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam

Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 jam Soal Seleksi Provinsi 2009 Bidang studi Fisika Waktu: 3 ja 1 (Nilai 15) Sebuah bola pada ketinggian h dari perukaan lantai, ditebakkan secara horizontal dengan kecepatan v 0. Bola engenai lantai dan eantul

Lebih terperinci

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo

Kecepatan atom gas dengan distribusi Maxwell-Boltzmann (1) Oleh: Purwadi Raharjo Kecepatan ato gas dengan distribusi Mawell-Boltzann () Oleh: Purwadi Raharjo Dala proses odifikasi perukaan bahan, kita ungkin sering endengar teknologi pelapisan tipis (thin fil). Selain pelapisan tipis,

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK

ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK ANALISIS ALGORITMA LOCALLY OPTIMAL HARD HANDOFF TERHADAP KECEPATAN DAN KORELASI JARAK Lucky T Sianjuntak, Maksu Pine Departeen Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Suatera Utara, Medan e-ail : LuckyTrasya@gail.co

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika dan Ilu Pengetahuan Ala Universitas Negeri Jakarta, Jl.

Lebih terperinci

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS

PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS Jurnal Mateatika UNAND Vol. 5 No. 3 Hal. 85 91 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND PENENTUAN BESAR CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERSAMA DWIGUNA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ILLINOIS FERDY NOVRI

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI

FISIKA. Sesi GELOMBANG CAHAYA A. INTERFERENSI FISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 03 Sesi NGAN GELOMBANG CAHAYA Cahaya erupakan energi radiasi berbentuk gelobang elektroagnetik yang dapat dideteksi oleh ata anusia serta bersifat sebagai gelobang

Lebih terperinci

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA

THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA THE CAUSALITY AVAILABILITY OF FOOD AND ECONOMIC GROWTH IN CENTRAL JAVA Juli Biantoro 1, Didit Purnoo 2 1,2 Fakultas Ekonoi dan Bisnis, Universitas Muhaadiyah Surakarta dp274@us.ac.id Abstrak Ketahanan

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis

Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Harmonis p-issn: 461-0933 e-issn: 461-1433 Halaan 59 Naskah diterbitkan: 30 Deseber 015 DOI: doi.org/10.1009/1.0110 Kajian Fisis pada Gerak Osilasi Haronis Esar Budi Progra Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L.

12 A 13 D 14 D. Dit. h maks =? h maks = h + y maks = 9,2 + 1,8 = 11 m 15 B. A = B P.C Q dimensinya L.T -2 = (L 2.T 1 ) P.(L. PEMBAHASAN PROBEM SET FISIKA SUPERINTENSIF 07 D 4 E keepatan perpindaha n s AB = 5 k v salan = 54 k/ja v uar = 36 k/ja Jika keepatan - sebuah benda saa dengan nol, aka perpindahan benda saa dengan nol.

Lebih terperinci

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE)

Estimasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algoritma Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) JUISI, Vol. 03, No. 02, Agustus 2017 1 Estiasi Sinyal Quantitative Ultrasound QUS dengan Algorita Space Alternate Generalized Expectation (SAGE) Musayyanah 1, Yosefine Triwidyastuti 2, Heri Pratikno 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang

Lebih terperinci

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp

Jl. Ir. Sutami 36A, Surakarta 57126; Telp SIMULASI PERILAKU PONDASI GABUNGAN TELAPAK DAN SUMURAN DENGAN VARIASI DIMENSI TELAPAK DAN DIAMETER SUMURAN PADA TANAH LEMPUNG BERLAPIS DITINJAU DARI NILAI PENURUNAN Habib Abduljabar Waskito 1), Niken Sili

Lebih terperinci

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04

Lampiran 1 - Prosedur pemodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol simpangan antar tingkat menggunakan program ETABS V9.04 50 Lapiran 1 - Prosedur peodelan struktur gedung (SRPMK) untuk kontrol sipangan antar tingkat enggunakan progra ETABS V9.04 Pada sub bab ini, analisis struktur akan dihitung serta ditunjukan dengan prosedur

Lebih terperinci

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA

ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA ANALISIS TRANSPOR SEDIMEN MENYUSUR PANTAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE GRAFIS PADA PELABUHAN PERIKANAN TANJUNG ADIKARTA Irnovia Berliana Pakpahan 1) 1) Staff Pengajar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. sumber untuk membiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upah bagi para pekerja erupakan faktor penting karena erupakan suber untuk ebiayai dirinya dan keluarganya, dan bagi tenaga kerja yang berpendidikan upah erupakan hasil

Lebih terperinci

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil

Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Vol. 2, 2017 Perbandingan Mean Squared Error (MSE) Metode Prasad-Rao dan Jiang-Lahiri-Wan Pada Pendugaan Area Kecil Widiarti 1*, Rifa Raha Pertiwi 2, & Agus Sutrisno 3 Jurusan Mateatika, Fakultas Mateatika

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis

Persamaan Schrödinger dalam Matriks dan Uraian Fungsi Basis Bab 2 Persaaan Schrödinger dala Matriks dan Uraian Fungsi Basis 2.1 Matriks Hailtonian dan Fungsi Basis Tingkat-tingkat energi yang diizinkan untuk sebuah elektron dala pengaruh operator Hailtonian Ĥ dapat

Lebih terperinci

III HASIL DAN PEMBAHASAN

III HASIL DAN PEMBAHASAN 7 III HASIL DAN PEMBAHASAN 3. Analisis Metode Dala penelitian ini akan digunakan etode hootopi untuk enyelesaikan persaaan Whitha-Broer-Koup (WBK), yaitu persaaan gerak bagi perabatan gelobang pada perairan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK

DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK 0 DISTRIBUSI DUA PEUBAH ACAK Dala hal ini akan dibahas aca-aca fungsi peluang atau fungsi densitas ang berkaitan dengan dua peubah acak, aitu distribusi gabungan, distribusi arginal, distribusi bersarat,

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN

Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya ABSTRAK PENDAHULUAN 1 Perencanaan Konstruksi Dinding Penahan Tanah pada Underpass PTC, Surabaya Ronald Adi Saputro, Suwarno, Musta in Arief Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi]

VIII. TORSI Definisi Torsi. (couples) yang menghasilkan perputaran terhadap sumbu longitudinalnya. [Torsi] [orsi] VIII. OSI 8.1. Definisi orsi orsi adah suatu peuntiran sebuah batang yang diakibatkan oleh kopelkopel (couples) yang enghasilkan perputaran terhadap subu longitudinnya. Kopel-kopel yang enghasilkan

Lebih terperinci

METHOD OF CALCULATIONS FOR THE DEFLECTIONS, MOMENTS AND SHEARS ON CAKAR AYAM SYSTEM TO DESIGN CONCRETE ROAD PAVEMENTS

METHOD OF CALCULATIONS FOR THE DEFLECTIONS, MOMENTS AND SHEARS ON CAKAR AYAM SYSTEM TO DESIGN CONCRETE ROAD PAVEMENTS METHOD OF CALCULATIONS FOR THE DEFLECTIONS, MOMENTS AND SHEARS ON CAKAR AYAM SYSTEM TO DESIGN CONCRETE ROAD PAVEMENTS METODE HITUNGAN LENDUTAN, MOMEN DAN GAYA LINTANG SISTEM CAKAR AYAM UNTUK PERANCANGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, VOLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN, OLUME DAN KEPADATAN LALU LINTAS RUAS JALAN SILIWANGI SEMARANG Eko Nugroho Julianto Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Searang (UNNES) Gedung E4, Kapus

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR

ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR ANALISIS HOMOTOPI DALAM PENYELESAIAN SUATU MASALAH TAKLINEAR JAHARUDDIN Departeen Mateatika, Fakultas Mateatika dan Iu Pengetahuan Ala, Institut Pertanian Bogor Jln. Meranti, Kapus IPB Draaga, Bogor 1668,

Lebih terperinci

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online

Jurnal Einstein 4 (1) (2016): 1-6. Jurnal Einstein. Available online Jurnal Einstein Available online http://jurnal.unied.ac.id/2012/index.php/einstein Aplikasi Citra Landsat 8 Oli Untuk Menganalisa Kerapatan Vegetasi Bill Cklinton Sianjuntak dan Rita Juliani* Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

Diketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK

Diketik ulang oleh : Copyright  Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Beberapa Defenisi Pada analisa keputusan, si pebuat keputusan selalu doinan terhadap penjabaran seluruh alternatif yang terbuka, eperkirakan konsequensi yang perlu dihadapi pada setiap

Lebih terperinci

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna

Implementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET BIAK

KARAKTERISTIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNET STASIUN PENGAMAT GEOMAGNET BIAK Prosiding Seinar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 211 KARAKERISIK VARIASI HARIAN KOMPONEN H GEOMAGNE SASIUN PENGAMA GEOMAGNE BIAK

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus

Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHAAP AREA PELAYANAN I KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alasyah 1, Sulwan Perana, Ida Farida Jurnal Air Baku Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syasu No. 1

Lebih terperinci

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL)

PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Media Elektrika, ol. 8, No. 1, Juni 015 ISSN 1979-7451 PENYEARAH TERKENDALI SATU FASA BERUMPAN BALIK DENGAN PERUBAHAN GAIN PENGENDALI PI (PROPORSIONAL INTEGRAL) Adhi Kusantoro, ST, MT [1] Ir.Agus Nuwolo,

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT

PENJUMLAHAN MOMENTUM SUDUT PENJUMAHAN MOMENTUM SUDUT A. Penjulahan Moentu Sudut = + Gabar.9. Penjulahan oentu angular secara klasik. Dua vektor oentu angular dan dijulahkan enghasilkan Jika oentu angular elektron pertaa adalah dan

Lebih terperinci

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra

Membelajarkan Geometri dengan Program GeoGebra Mebelajarkan Geoetri dengan Progra GeoGebra Oleh : Jurusan Pendidikan Mateatika FMIPA UNY Yogyakarta Eail: ali_uny73@yahoo.co ABSTRAK Peanfaatan teknologi koputer dengan berbagai progranya dala pebelajaran

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass

Lampiran 1. Rancangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass LAMPIRAN 60 Lapiran 1. Ranangan Pintu Air dari Bahan Fiberglass 61 Lapiran 1. (lanjutan) 62 Lapiran 2. Ranangan Pintu Air dari Bahan Beton Serat 63 Lapiran 2. (lanjutan) 64 Lapiran 3. Perhitungan Modulus

Lebih terperinci