BAB II KAJIAN PUSTAKA. pola kehidupan yang baru. Seorang wanita mendapatkan peran baru sebagai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pola kehidupan yang baru. Seorang wanita mendapatkan peran baru sebagai"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Wanita Dewasa Usia dewasa merupakan periode awal untuk penyesuaian diri terhadap pola kehidupan yang baru. Seorang wanita mendapatkan peran baru sebagai seorang istri maupun ibu pada periode ini (Hutcheon, 2013). Wanita dewasa yang telah mengalami proses kehamilan dan melahirkan cenderung mengalami perubahan postur tulang belakang menjadi hiperlordosis. Perubahan ini tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu yang cukup lama sehingga tubuh melakukan proses adaptasi dengan perubahan tersebut (Sigelman dan Rider, 2012) Usia dewasa Usia adalah satuan yang mengukur waktu keberadaan suatu benda atau makhluk hidup maupun mati (Hardiwinoto, 2011). Hardiwinoto (2011), mengatakan jenis perhitungan usia adalah: 1. Usia kronologis Usia kronologis adalah perhitungan usia seseorang mulai dari kelahiran sampai dengan waktu penghitungan usia. 2. Usia mental Usia mental adalah perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang. Seorang anak dengan usia kronologis empat tahun tetapi belum bisa merangkak dan berbicara dengan kalimat 6

2 7 lengkap menunjukkan kemampuan usia mental yang setara dengan anak berusia satu tahun. 3. Usia biologis Usia biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang. Kategori Umur (Hardiwinoto, 2011) adalah : 1. Masa balita : 0-5 tahun 2. Masa kanak-kanak : 5-11 tahun 3. Masa remaja awal : tahun 4. Masa remaja akhir : tahun 5. Masa dewasa awal : tahun 6. Masa dewasa akhir : tahun 7. Masa lansia awal : tahun Anatomi dan fisiologi wanita dewasa Wanita memiliki tubuh yang kompleks. Wanita mengalami proses perkembangan anatomi, fisiologi dan reproduksi mulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Organ-organ tubuh wanita tumbuh dan berkembang sebagai wanita sempurna bersamaan dengan masa perkembangan (Kasdu, 2008). Pertumbuhan dan perkembangan anatomi tubuh wanita hampir sama dengan pria. Organ tubuh wanita berbeda dengan pria terutama yang berhubungan dengan fungsi reproduksi seperti organ genital, sistem endokrin dan tulang rangka. Fisik wanita mengalami perubahan tahap demi tahap yang membuatnya berbeda dengan pria. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh sistem endokrin wanita (Kasdu, 2008).

3 8 Sistem reproduksi wanita sangat istimewa dan terbentuk sejak wanita masih di dalam janin sampai dewasa. Fungsi reproduksi menjadi sempurna apabila wanita dapat hamil dan melahirkan generasi yang sehat dan sempurna. Awal kesempurnaan ditandai dengan datangnya menstruasi yang menunjukkan semua organ anatomi, fisik dan reproduksi saling bekerjasama untuk menyempurnakan fungsi reproduksi wanita. Proses ini berlangsung terus sampai berakhirnya masa produktif wanita (haid berhenti permanen / menapause) (Kasdu, 2008). Kehidupan reproduksi dan tubuh wanita dipengaruhi oleh hormon. Tiga hormon penting yang dimiliki wanita adalah estrogen, progesteron dan prolaktin. Estrogen berfungsi untuk perkembangan sifat seksual wanita. Progesteron berfungsi untuk persiapan kehamilan. Prolaktin merupakan hormon untuk persiapan menyusui. Wanita juga memiliki hormon androgen yang berperan seperti sifat seksual pria (Kasdu, 2008). Wanita dewasa yang telah mengalami proses kehamilan dan melahirkan cenderung mengalami perubahan postur tulang belakang menjadi hiperlordosis. Perubahan postur selama hamil tidak dapat kembali seperti semula dalam waktu yang lama sehingga tubuh melakukan proses adaptasi dengan perubahan tersebut. Perubahan sikap tubuh pada wanita dewasa juga diakibatkan oleh menurunnya kemampuan respon dari otot-otot postur. Penurunan ini mengakibatkan penurunan keseimbangan dan fleksibilitas (Sigelman dan Rider, 2012) Perubahan anatomi dan fisiologis pada wanita dewasa Manuaba (2001), menjelaskan perubahan fisiologis yang terjadi pada wanita setelah melahirkan terjadi pada :

4 Perubahan sistem reproduksi 1. Uterus a. Involusi Involusi adalah proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan. b. Kontraksi Kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intra uterin yang sangat besar. c. After pains (rasa sakit) Disebabkan karena kontraksi rahim, biasanya terjadi 2-4 hari pasca persalinan. d. Tempat plasenta Bekas implantasi uri akan mengecil karena kontraksi dan menonjol ke cavum uteri. e. Lochia Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas. 2. Servik Servik membuka seperti corong berwarna merah kehitaman setelah melahirkan. Konsistennya lunak kadang-kadang terdapat luka-luka kecil.

5 10 3. Vagina dan perineum Estrogen pasca persalinan yang menurun berperan dalam panampisan mukosa vagina dan hilangnya rugae, dimana vagina yang teregang dan akan kembali secara bertahap keukuran sebelum hamil selama 6 sampai 8 penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa. 4. Topangan dan otot panggul Struktur penopang uterus dan vagina bisa mengalami cedera pada saat persalinan. Ligamen, fasia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan dan setelah bayi lahir akan merapat dan akan pulih kembali Perubahan sistem endokrin Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endokrin. Hormon-hormon yang berperan pada proses tersebut, antara lain: 1. Hormon plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan hormon yang diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat pasca persalinan. Penurunan hormon plasenta (human placental lactogen) menyebabkan kadar gula darah menurun pada masa nifas. 2. Hormon pituitary Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH (follichel stimulating hormone) dan LH (Luteinizing hormone). Hormon prolaktin

6 11 darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi. 3. Hormon oksitosin Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. 4. Hormon estrogen dan progesteron Volume darah normal meningkat selama kehamilan. Hormon estrogen yang tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume darah. Hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar panggul, perineum dan vulva serta vagina Perubahan sistem urinarius 1. Komponen urin Penurunan kadar steroid fungi ginjal akan kembali normal dalam waktu satu bulan pasca persalinan. Komponen urin meliputi : a. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan normal.

7 12 b. BUN (Blood Urea Nitrogen) akibat otolisis uterus yang berinvolusi. c. Proteineria ringan (+1) akibat kelebihan protein dalam sel otot. 2. Diuresis pasca persalinan Disebabkan penurunan estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah dan hilangnya tingkatan volume darah. 3. Uretra dan kandung kemih Trauma dapat terjadi pada uretra dan kandung kemih pada saat melahirkan sehingga keinginan untuk berkemih menurun akibat pemberian obat anestesi, penurunan reflek berkemih akibat episiotomi Perubahan sistem pencernaan 1. Nafsu makan Ibu akan merasa lapar segera setelah melahirkan sehingga boleh mengkonsumsi makanan ringan dan setelah pulih dari efek analgesik, anestesi dan keletihan biasanya ibu sangat lapar. 2. Motilitas Penurunan otot tonus dan motalitas otot traktus pencernaan menetap setelah bayi lahir akibat kelebihan analgesia dan anestesia. 3. Defekasi Buang besar akan tertunda 2-3 hari pasca persalinan akibat tonus otot menurun.

8 13 4. Payudara Hormon yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil akan menurun dengan cepat setelah melahirkan. Waktu yang dibutuhkan hormon untuk kembali ke keadaan sebelum hamil ditentukan apakah ibu menyusui atau tidak Perubahan kardiovaskuler 1. Volume darah Perubahan volume darah ada beberapa faktor misalnya : kehilangan darah selama melahirkan, mobilisasi dan edema fisiologis. 2. Curah jantung Denyut jantung akan meningkat lebih tinggi menit karena darah yang biasanya melewati sirkulasi uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum Perubahan neurologis Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami ibu saat bersalin dan melahirkan Perubahan muskuloskeletal Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. Adaptasi sistem muskuloskeletal ibu yang terjadi selama hamil berlangsung secara terbalik pada masa pasca persalinan. Adaptasi ini mencakup hal hal yang membantu relaksasi dan hipermorbilitas sendi,

9 14 peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Sistem muskuloskeletal saat pasca persalinan akan berangsur-angsur pulih kembali. Ambulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan untuk mencegah komplikasi dan mempercepat involusi uteri. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke 6 sampai ke 8 setelah melahirkan akan tetapi semua sendi lain kembali keadaan normal sebelum hamil, kaki ibu tidak mengalami perubahan setelah melahirkan Perubahan integument Kloasma yang muncul pada masa hamil akan menghilang pada akhir kehamilan. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah bayi lahir Perubahan ligamen Ligamen-ligamen, diafragma pelvis dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan melahirkan berangsur-angsur menciut kembali setelah melahirkan. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain: ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi. Ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor Perubahan sistem metabolisme Zat toksin ginjal mengekskresi hasil akhir dari metabolisme protein yang mengandung nitrogen terutama urea, asam urat dan kreatinin. Pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil karena kadar hormon estrogen menurun, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya

10 15 peningkatan volume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. 2.2 Keseimbangan Pengertian Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan pusat gravitasi pada bidang tumpu terutama saat posisi tegak untuk mempertahankan posisi seimbang dalam keadaan statik maupun dinamik dengan menggunakan aktivitas otot minimal. Keseimbangan mempengaruhi setiap gerakan segmen tubuh yang melewati base of support (bidang tumpu) dan merupakan kemampuan untuk menyeimbangkan body of mass (massa tubuh) terhadap base of support (Cook dan Woollacott, 2007). Keseimbangan dibagi menjadi dua bagian (Ackland et al., 2009), yaitu : 1. Keseimbangan statik Kemampuan seimbang secara aktif dengan center of gravity (COG) yang tepat tanpa ada gerakan maupun bantuan. 2. Keseimbangan dinamis Kemampuan seimbang secara aktif dengan center of gravity (COG) yang tepat dengan gerakan (horizontal, vertikal dan diagonal) tanpa ada bantuan Fisiologi Keseimbangan Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dan kestabilan postur oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi yang berperan dalam pembentukan keseimbangan. Pusat

11 16 keseimbangan terletak di dekat telinga, sensasi kinestetik dan mata yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan. Tujuan tubuh mempertahankan keseimbangan adalah menyangga tubuh melawan gravitasi dari faktor eksternal untuk mempertahankan pusat massa tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi bagian tubuh ketika bagian tubuh lain bergerak (Ackland et al., 2009). Gambar 2.1 Komponen keseimbangan Sumber : Ganong (2013) Keseimbangan memerlukan tiga sistem koordinasi (Kisner dan Colby, 2012 ), yaitu: 1. Nervous system menyediakan proses sensori untuk persepsi tubuh melalui visual, vestibular dan somatosensoris. 2. Musculoskletal system meliputi postural alignment, fleksibilitas otot seperti range of motion, integritas sendi, dan muscle performance.

12 17 3. Contextual effects terbagi atas dua sistem yaitu sistem lingkungan terbuka atau tertutup, efek gravitasi, tekanan pada tubuh dan berbagai gerakan. Elemen-elemen di atas sangat penting untuk menjaga keseimbangan terutama saat berdiri. Sistem saraf pusat melalui informasi dari ketiga sistem tersebut berfungsi untuk menjaga pusat massa tubuh dalam keadaan stabil dengan batas bidang tumpu tidak berubah kecuali tubuh membentuk batas bidang tumpu lainnya (misalnya melangkah) (Kisner dan Colby, 2012 ). Pengontrol keseimbangan tubuh manusia terdiri dari 5 komponen (Danion dan Latash, 2010), yaitu: 1. Sistem informasi sensoris a. Visual Input visual merupakan hal penting dalam mengontrol keseimbangan dengan menyediakan informasi tentang lingkungan tempat kita berada dan untuk memprediksi gangguan yang akan datang. Visual memegang peran penting dalam sistem sensoris untuk mengidentifikasi dan mengatur jarak gerak sesuai lingkungan tempat kita berada (Scott, 2008). Penglihatan muncul ketika mata menerima sinar yang berasal dari objek sesuai jarak pandang. Informasi visual tubuh dapat menyesuaikan atau bereaksi terhadap perubahan bidang pada lingkungan aktivitas sehingga memberikan kerja otot yang sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Impulse afferent untuk

13 18 visual jika ditiadakan (misalnya saat mata tertutup) akan menampakkan ayunan tubuh (sway) yang berlebihan untuk mempertahankan stabilitas tubuh (Scott, 2008). b. Sistem vestibular Reseptor sensoris vestibular berada di dalam telinga dan berfungsi sebagai pemberi informasi gerakan dan posisi kepala ke susunan saraf pusat, untuk memberi respon sikap dan memberi keputusan tentang perbedaan gambaran visual dan gerak yang sebenarnya. Masukan (input) proprioseptor pada sendi, tendon, otot dari kulit di telapak kaki merupakan hal penting untuk mengatur keseimbangan saat berdiri statik maupun dinamik (Scott, 2008). Reseptor pada sistem vestibular meliputi kanalis semisirkularis, utrikulus dan sakulus. Reseptor dari sistem sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan posisi kepala dan percepatan perubahan sudut melalui refleks vestibulooccula untuk mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat objek yang bergerak. Reseptor meneruskan pesan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak. Stimulus menuju ke nukleus vestibular, cerebellum, formatio reticularis, thalamus dan cortex cerebri (Joel et al,. 2005). Keluaran (output) dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, kumparan otot pada leher dan otot-

14 19 otot punggung (otot-otot postural). Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural (Joel et al., 2005). c. Somatosensoris Sistem somatosensoris terdiri dari taktil atau proprioseptiv dan persepsi-kognitif. Informasi proprioseptiv disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan (input) proprioseptiv menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan talamus (Charles et al., 2005). Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Ujung-ujung saraf pada alat indera beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra dan dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain serta otot diproses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang (Charles et al., 2005). 2. Respon otot-otot postural yang sinergis Keseimbangan pada tubuh dalam berbagai posisi hanya akan dimungkinkan jika respon dari otot-otot postural bersinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, titik tumpu, gaya gravitasi, dan alignment tubuh (Dewey dan Tupper, 2004).

15 20 Kerja otot yang sinergi menunjukkan adanya respon yang tepat (kecepatan dan kekuatan) suatu otot terhadap otot yang lainnya dalam melakukan suatu fungsi dari gerak tertentu. Respon otot postural yang sinergis mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas kelompok otot yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan dan kontrol postur. Kelompok otot ekstremitas atas maupun bawah berfungsi mempertahankan postur saat berdiri tegak serta mengatur keseimbangan tubuh dalam berbagai gerakan (Dewey dan Tupper, 2004). 3. Kekuatan otot (muscle strength) Kekuatan otot diperlukan dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya peningkatan tegangan otot sebagai respon motorik. Kekuatan otot dapat digambarkan sebagai kemampuan otot menahan beban beban eksternal (eksternal force) maupun beban internal (internal force) (Griffin, 2014). Kekuatan otot sangat berhubungan dengan sistem neuromuskuler yaitu seberapa besar kemampuan sistem saraf mengaktivasi otot untuk melakukan kontraksi. Semakin banyak serabut otot yang teraktivasi, maka semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan otot tersebut (Griffin, 2014). 4. Adaptive systems Kemampuan adaptasi akan memodifikasi input sensoris dan keluaran motorik (output) ketika terjadi perubahan tempat sesuai dengan karakteristik lingkungan (Cook dan Woollacott, 2007).

16 21 5. Lingkup gerak sendi (joint range of motion) Kemampuan sendi untuk membantu gerak tubuh dan mengarahkan gerakan terutama saat gerakan memerlukan keseimbangan yang tinggi (Knudson, 2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan Faktor faktor yang mempengaruhi keseimbangan (Cook dan Woollacott, 2007), adalah: Base of support (bidang tumpu) Base of support merupakan bagian tubuh yang berhubungan dengan permukaan tumpuan. Tubuh dalam keadaan seimbang ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu. Stabilitas tubuh dapat dirubah bila terjadi perubahan pada bidang tumpu. Bidang tumpu yang luas mengakibatkan perubahan pusat gravitasi untuk menjaga keseimbangan sehingga tubuh semakin stabil (Knudson, 2007). Stabilisasi yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu semakin tinggi stabilitas, misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi maka stabilitas tubuh makin tinggi (Winter, 2009). Gambar 2.2 Base of Support Sumber: Anonim (2014)

17 22 Prinsip keseimbangan saat bergerak pada posisi berdiri statis maupun dinamis hampir sama. Bidang tumpu pada keseimbangan dinamis selalu berubah sesuai gerakan. Luas bidang tumpu sesuai dengan tumpuan kaki dan perubahan bidang tumpu akan lebih cepat saat bergerak (Winter, 2009) Center of gravity (pusat gravitasi) Pusat gravitasi adalah titik utama pada tubuh yang akan mendistribusikan massa tubuh secara merata. Tubuh dalam keadaan seimbang jika ditopang oleh titik ini (Brethaupt, 2000). Pusat gravitasi pada tubuh manusia dapat didefinisikan sebagai berikut (Knudson, 2007) : 1. Titik utama tubuh yang mendistribusikan massa tubuh saat bergerak bebas ke segala arah. 2. Titik utama yang berada pada salah satu bidang saat menumpu. 3. Pusat dari tiga bidang yaitu bidang sagital, frontal dan transversal. Gambar 2.3 Center of Gravity Sumber : Gagliardi (2013)

18 23 Pusat gravitasi pada manusia berpindah sesuai dengan arah gerakan. Pusat gravitasi manusia ketika berdiri tegak adalah di atas pinggang, diantara depan dan belakang vertebra sacrum ke dua. Derajat stabilisasi tubuh dipengaruhi oleh empat faktor yaitu ketinggian dari titik pusat gravitasi dengan bidang tumpu, ukuran bidang tumpu, lokasi gravitasi dengan bidang tumpu dan berat badan (Brethaupt, 2000). Pusat gravitasi pada tubuh sangat penting diperhatikan untuk meningkatkan stabilitas. Stabilisasi ini pun dapat diperkuat dengan adanya otot stabilitator utama (core stability) dan juga otot tungkai yang merupakan komponen penting untuk mempertahankan tubuh agar tetap seimbang pada saat berdiri (Higgins, 2011). Otot-otot bekerja sama membentuk kelompok otot untuk membentuk suatu gerakan. Kelompok otot untuk keseimbangan (Vella, 2008) adalah : 1. Otot-otot abdominal Otot-otot abdominal merupakan salah satu komponen penting yang membentuk keseimbangan. Otot-otot abdominal terdiri dari otot rectus abdominis, transfersus abdominis, oblique abdominis eksternal dan oblique abdominis internal (Slatter, 2003). Gambar 2.4 Anatomi Otot-otot Abdominal Sumber : Marieb ( 2011)

19 24 2. Otot-otot trunk Terdiri dari otot multifidus, erector spine, lattisimus dorsi, illiocostalis lumborum dan trapezius (Bogduk, 2005). Gambar 2.5 Anatomi Otot-otot Trunk Sumber : Marieb (2011) 3. Otot pelvic floor Otot lapisan dalam tersebut muscle of the perineum sangat berperan dalam mempertahankan fungsi vagina sewaktu berkontraksi saat aktivitas seksual. Otot ini terdiri dari otot ischio cavernosus, bulbocavernous, deep perineal muscle (urogenital diaphragm) dan sphincter ani eksternal (Carriere dan Feldt, 2011). Gambar 2.6 Otot-otot Pelvic Floor Sumber : Marieb (2011)

20 25 Otot lapisan luar disebut levator ani, otot dasar panggul dapat menjadi lemah (Marieb, 2011) Graund reaction force ( GRF ) Gravitasi atau daya tarik bumi merupakan daya untuk mempertahankan tubuh tetap kontak dengan tanah. Gaya reaksi yang diberikan oleh tanah secara khusus disebut dengan GRF. Gaya reaksi tanah merupakan kekuatan eksternal penting yang bekerja pada tubuh manusia saat bergerak. Gaya ini penting sebagai penggerak untuk memulai dan mengontrol gerakan (Delisa, 1998). 2.7 Ground Reaction Force Sumber : Jay s (2009) Kekuatan reaksi dari bidang tumpu yang sama besarnya dan berlawanan arah dengan kekuatan tekanan tubuh pada permukaan tumpuan melalui kaki pada saat berdiri. Perubahan yang terjadi pada GRF mengakibatkan otot-otot ekstensor mengalami kontraksi dan rileksasi (Feagin dan Steadman, 2008) Line of gravity ( garis gravitasi ) Line of gravity merupakan garis imajiner yang berada vertikal melalui pusat gravitasi dengan pusat bumi. Hubungan antara garis gravitasi, pusat

21 26 gravitasi dengan bidang tumpu menentukan derajat stabilisasi tubuh (Lester dan Pierre, 2007). Gambar 2.8 Line of Gravity Sumber: Anonim (2008) 2.3 Fleksibilitas Pengertian Fleksibilitas dapat diartikan sebagai suatu kelenturan. Fleksibilitas adalah jangkauan gerak terjauh yang mampu dilakukan suatu sendi atau sekumpulan sendi yang menunjukkan kemampuan otot dan tendon untuk memperpanjang diri dalam sendi tersebut (Aacland et al., 2009). Chandler dan Brown (2008), menjelaskan bahwa fleksibilitas atau kelenturan merupakan kemampuan untuk menggerakkan otot beserta persendian pada seluruh daerah pergerakan tanpa adanya pembatasan. Fleksibilitas merupakan salah satu komponen dalam kebugaran fisik.

22 27 Fleksibilitas yang baik akan mengurangi tenaga yang berlebihan saat melakukan gerakan. Fleksibilitas membantu menciptakan gerakan yang luwes dan tidak kaku sehingga memberikan kontribusi penting dalam suatu aktivitas, pekerjaan, dan olahraga (Aacland et al., 2009). Fleksibilitas bukan merupakan sesuatu hal yang secara otomatis bisa diperoleh. Penurunan fleksibilitas mengakibatkan penurunan fungsi normal dari suatu bagian tubuh tertentu. Fleksibilitas yang baik bisa mencegah terjadinya cedera dan gangguan pada persendian (Harrell, 2006). Menurut Kovacs (2009), ada tiga macam fleksibilitas, yaitu: 1) Fleksibilitas dinamis Fleksibilitas dinamis atau fleksibilitas kinetik merupakan kemampuan otot untuk melakukan gerak dinamis dalam membawa anggota gerak untuk bergerak hingga mencapai luas gerak sendi yang penuh. 2) Fleksibilitas statis-aktif. Fleksibilitas statis-aktif atau fleksibilitas aktif merupakan kemampuan untuk memulai dan mempertahankan posisi hanya menggunakan ketegangan dari grup otot agonis dan sinergis pada saat otot antagonis diulur. 3) Fleksibilitas statis-pasif Fleksibilitas statis-pasif atau fleksibilitas pasif merupakan kemampuan untuk memulai suatu gerakan dan mempertahankan

23 28 posisi dengan menggunakan berat badan, bantuan anggota gerak atau bantuan lain dari luar. Faktor-faktor yang mempengaruhi fleksibilitas (Reilly dan Williams, 2003), adalah: 1) Struktur sendi dan jaringan tubuh yang bersangkutan Terdiri dari tulang dan otot yang melewati sendi, ligamen, kapsul sendi dan diskus. 2) Keadaan psikis Seseorang yang tidak memiliki motivasi atau mengalami kelainan mental akan sulit untuk mendapatkan fleksibilitas yang sebenarnya ia miliki. 3) Usia Fleksibilitas akan mengalami penurunan pada proses degenerasi. 4) Jenis kelamin Fleksibilitas wanita lebih baik dibandingkan pria. Masalah fleksibilitas pada wanita terjadi akibat dari gaya hidup, daur hidup sebagai seorang wanita maupun akibat pertambahan usia. 5) Aktivitas olahraga Individu yang rutin berolahraga memiliki fleksibilitas lebih baik dibandingkan dengan individu yang tidak pernah melakukan olahraga. Partisipasi yang teratur dalam olahraga tertentu akan menghasilkan fleksibilitas yang spesifik.

24 29 Fleksibilitas menyangkut semua persendian termasuk sendi pada tulang belakang. Fleksibilitas pada tulang belakang lebih dikenal dengan sebutan fleksibilitas trunk atau fleksibilitas punggung. Fleksibilitas trunk yang dimaksud adalah fleksibilitas pada persendian tulang belakang atau vertebra segmen lumbal, yaitu kemampuan untuk menggerakkan ke depan seluas-luasnya dengan gerakan anteflexi (Charles dan Brown, 2008). Fleksibilitas wanita cenderung lebih baik dibandingkan pria tetapi wanita lebih banyak mengalami gangguan fleksibilitas (Karen et al., 2004). Wanita mengalami puncak fleksibilitas pada usia 12 tahun dan menurun pada usia 25 tahun. Latihan khusus perlu dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas agar seseorang mampu menunjukkan performa yang optimal (Reilly dan William, 2003) Anatomi lumbal Tulang vertebra terdiri dari 33 tulang, yaitu 7 ruas tulang cervical, 12 ruas tulang thoracal, 5 ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sacral, dan sisanya coxygeal. Columna vertebralis berfungsi untuk menopang tubuh dalam posisi tegak (Ross, 2006).

25 30 Gambar 2.9 Anatomi Lumbal Sumber : Walker (2011) Tulang vertebra lumbal terdiri dari beberapa bagian, yaitu corpus, proccesus transversus, proccesus spinosus, lamina dan pedicle. Corpus vertebrae merupakan struktur yang terbesar mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan. Proccesus transversus terletak pada kedua sisi corpus vertebrae sebagai tempat melekatnya otot-otot punggung. Proccesus spinosus terletak pada sisi posterior vertebra yang bila diraba terasa seperti tonjolan. Proccesus spinosus berfungsi sebagai tempat melekatnya otot-otot punggung. Lamina dan pedicle secara bersama membentuk arcus tulang vertebra yang berfungsi untuk melindungi foramen spinalis (Ross, 2006). Clark (2005), menjelaskan bahwa pada vertebra segmen lumbal terdapat banyak jaringan lunak non kontraktil maupun jaringan kontraktil. Jaringan non kontraktil yang berada di sekitar tulang adalah ligamen, kapsul sendi, discus, dan lapisan sinovial. Ligamen merupakan jaringan non kontraktil yang berfungsi untuk memberikan stabilitas vertebra. Ligamen yang melewati tulang vertebra adalah ligamen longitudinal anterior, ligamen longitudinal posterior, ligamen flavum, ligamen interspinosus, dan ligamen supraspinosus. Ligamen khusus yang

26 31 berada di vertebra segmen lumbal, yaitu ligamen iliolumbar dan thoracolumbar fascia. Kapsul sendi merupakan jaringan pembungkus sendi facet yang berfungsi untuk melindungi lapisan atau membran sinovial dan membatasi gerakan pada sendi agar tidak berlebihan. Kapsul sendi menahan 40% berat tubuh pada gerakan fleksi penuh lumbal (Ross, 2006). Discus merupakan suatu bantalan tulang yang berfungsi untuk meredam tekanan pada vertebra. Kapsul ini tersusun atas annulus fibrosus dan nucleus pulposus. Annulus fibrosus merupakan bagian luar dari discus yang terdiri atas 10 hingga 20 lapisan serat kolagen sedangkan nucleus pulposus merupakan bagian dalam dari discus yang berupa gel. Nucleus pulposus merupakan suatu substansi proteoglikan yang mengandung jaringan fibril kolagen tipe II yang tersusun acak (Ross, 2006). Jaringan kontraktil yang berada di sekitar lumbal adalah otot dan tendon. Otot yang berada pada sekitar lumbal adalah m. erector spine, m. multifidus, m. quadratus lumborum dan m. abdominalis. M. erector spine merupakan kumpulan otot yang terdiri dari m. illiocostalis, m. longisimus, m. spinalis, m. interspinalis, dan m. intertransversalis. M. multifidus merupakan otot yang berada di bagian dalam dan terletak di segmen lumbal dan cervical. Otot ini mempunyai origo di proccesus transversus dan insertio di proccesus spinosus. M. quadratus lumborum merupakan otot yang berperan sebagai dinding perut bagian belakang. Otot ini membentang mulai dari crista illiaca hingga tulang costa. Otot lain yang berada di sekitar lumbal adalah otot dinding perut. Otot ini terdiri atas m. rectus

27 32 abdominis, m. oblique externus dan m. internus abdominis, dan m. transversus abdominis (Olubummo, 2010). Sendi facet terletak pada bidang sagital yang memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi ke arah anterior dan posterior. Kedua facet saling mendekat pada posisi hiperekstensi lumbal sehingga gerakan lateral fleksi dan rotasi terhambat. Kedua facet saling menjauh pada posisi sedikit fleksi sehingga memungkinkan gerakan ke lateral dan rotasi. Pergerakan pada setiap segmen vertebra dikontrol secara aktif oleh otot dan secara pasif oleh ligamen (Ross, 2006). Gerak kompleks pada lumbal akan melibatkan berbagai komponen gerakan. Gerakan membungkuk tubuh tanpa fleksi lutut akan menimbulkan gerakan fleksi lumbal, rotasi pelvic dan sendi coxae. Gerak kompeks pada lumbal sering disebut lumbar-pelvic rhythm (Ross, 2006). Lingkup gerak sendi (LGS) lumbal terbesar terjadi pada segmen L5-S1. Fleksi 45 pada lumbal mengakibatkan meningkatnya tegangan pada ligamen dan menurunnya tegangan pada otot ekstensor trunk. Jika gerakan dilanjutkan akan terjadi rotasi pada pelvic diikuti rileksasi pada otot gluteus dan hamstring. Gerakan ekstensi mempunyai rentang sebesar 30 dan dibatasi oleh ligamen longitudinal anterior. Gerakan fleksi lateral segmen lumbal mempunyai LGS sebesar 20 hingga 30. Gerakan terbesar pada L3-L4 dan gerakan minimal pada L5-S1. Gerakan rotasi pada lumbal adalah 10 (Olubummo, 2010).

28 Tipe Serabut Otot Otot manusia dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu (Punkt, 2012) : a) Serabut otot cepat (fast-twitch fibers) b) Serabut otot lambat (slow-twicth fibers) Otot-otot yang berada dalam tubuh manusia tersusun atas ke dua jenis serabut otot tersebut walaupun beberapa otot dominan disusun oleh satu jenis serabut otot. Persentase jenis serabut sangat dipengaruhi oleh genetik, kadar hormon dalam darah, dan aktivitas latihan seseorang (Punkt, 2012) Tipe serabut otot 1. Tipe I / tipe lambat / Slow - twitch fibers / Tipe I fibers / Slow-Oxidati ve Ciri-ciri serabut otot tipe lambat adalah: a) Memiliki kandungan mioglobin yang banyak b) Dikelilingi oleh pembuluh darah yang banyak dan memiliki enzim oxidative c) Mitokondria yang banyak d) Memiliki serabut kontraktil yang lebih lambat dari tipe II e) Memiliki kemampuan menghasilkan tenaga yang lebih rendah f) Memiliki efisiensi yang lebih tinggi

29 34 2. Tipe II / tipe cepat / Fast - twicth fibers / Tipe IIx / Fast-glycolytic fibers Ciri-ciri serabut otot tipe II / cepat adalah: a) Memiliki kandungan enzim glikolitik yang banyak b) Jumlah mitokondria sedikit c) Kemampuan kontraksi lebih besar dari tipe I d) Kecepatan kontraksi lebih tinggi karena ATPase beraktivitas tinggi. 3. Tipe intermediate / intermediate fibers / TipeIia / Fast-oxidative glycolytic fibers Ciri-ciri serabut otot tipe intermediate adalah: a) Memiliki karakteristik biokimia dan kontraktil diantara kedua kelompok otot sebelumnya b) Memiliki karakteristik campuran kedua jenis otot lainnya c) Memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi Karakteristik Biokimia dan Kontraktil Otot Rangka Karakteristik biokimia dan kontraktil membedakan karakteristik serabut otot rangka manusia. Dua karakteristik biokimia yang penting dalam fungsi otot (Abernethy et al., 2013) adalah : 1.Kapasitas oksidatif Kapasitas oksidatif ditentukan oleh jumlah mitokondria, jumlah mioglobin dalam sel otot dan jumlah kapiler di sekitarnya. Mitokondria yang banyak akan memberikan kemampuan memproduksi ATP yang tinggi secara aerobik.

30 35 Pembuluh kapiler yang cukup akan memastikan pasokan oksigen selama kontraksi dan mioglobin berperan sebagai pembawa oksigen dari membran otot ke mitokondria. 2. Tipe isoform ATPase Isoform ATPase memiliki jenis aktivitas tinggi dan rendah. Otot dengan isoform ATPase beraktivitas memiliki kemampuan untuk memecah ATP dengan cepat Karakteristik kontraktil otot rangka yang penting ada 3 macam (Plowman dan Smith, 2007), yaitu: 1. Produksi kekuatan maksimal Kekuatan maksimal otot diperoleh dengan cara membandingkan gaya yang dihasilkan persatuan luas penampang otot. 2. Kecepatan kontraksi serabut otot Kecepatan kontraksi adalah kecepatan pemendekan serabut otot yang ditentukan oleh jenis isoform ATPase yang dikandung oleh serabut otot. 3. Efisiensi serabut otot Efisiensi menunjukkan tingkat pemakaian energi otot pada saat melakukan suatu kerja tertentu.

31 Prinsip Latihan Fisik Prinsip yang harus diterapkan dalam suatu latihan (Freeman, 2011), adalah: a) Prinsip individual Reaksi terhadap suatu rangsangan latihan terjadi dengan cara yang berbeda. Perbedaan latihan dibuat berdasarkan kemampuan, kebutuhan, dan potensi. b) Prinsip overload (beban berlebih) Beban latihan adalah suatu stimulus yang digunakan untuk menimbulkan respon dari tubuh seseorang. Beban latihan berlebihan (lebih berat dari beban normal) mengakibatkan tubuh mengalami kelelahan dan membutuhkan masa pemulihan. c) Prinsip beban bersifat progresif Stimulus yang diberikan secara optimal akan meningkatkan kebugaran dan kemampuan individu akan melalui proses adaptasi. Beban latihan harus senantiasa ditingkatkan seiring dengan peningkatan kemampuan dan kebugaran seseorang. d) Prinsip bervariasi Variasi bentuk latihan dalam suatu program sangat diperlukan. Variasi latihan berhubungan dengan tingkat kejenuhan. Kejenuhan mengakibatkan konsentrasi latihan dan hasil yang dicapai tidak optimal.

32 37 e) Prinsip reversibilitas Prinsip reversibilitas menjelaskan bahwa kebugaran dan kemampuan seseorang bersifat reversible. Kebugaran akan menurun apabila program latihan dihentikan. f) Prinsip periodisasi Pemberian latihan harus bertahap. Latihan dilanjutkan apabila sudah mencapai tujuan tertentu dan dikembangkan untuk mencapai tujuan yang lebih lanjut. g) Prinsip sistematik Prinsip ini menjelaskan perlunya suatu desain program yang disusun secara sistematik dan efisien. Mulai dari program jangka penjang hingga unit latihan yang dibutuhkan oleh setiap individu. Prinsip ini membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian. h) Prinsip spesifikasi Prinsip ini mempunyai arti bahwa latihan harus disusun dan mempunyai bentuk secara khusus untuk mendapatkan efek yang diinginkan. Metode latihan yang diterapkan harus sesuai dengan kebutuhan latihan. 2.4 Mc.Kenzie Exercise Pengertian Metode Mc.Kenzie exercise adalah sistem klasifikasi dan pengobatan untuk menguatkan otot-otot ekstensor punggung bawah. Sebuah akronim untuk metode Mc.Kenzie adalah diagnosis mekanik dan terapi (MTD). Metode

33 38 Mc.Kenzie dikembangkan pada tahun 1981 oleh Robin Mc.Kenzie, ahli terapi fisik dari Selandia Baru (Kenzie dan Kubey, 2014). Metode Mc.Kenzie dapat digunakan untuk pencegahan, pengobatan dan evalusi. Langkah pencegahan dilakukan dengan berolahraga secara teratur dan perawatan diri. Pilihan latihan didasarkan pada arah gerakan (fleksi, ekstensi dan pergeseran lateral tulang belakang). Latihan pada lumbal diulang beberapa kali untuk mengaktivasi kontraksi otot-otot trunk sehingga otot-otot tersebut menjadi kuat dan dapat meningkatkan keseimbangan trunk (Kenzie dan Kubey, 2014) Mekanisme Perubahan anatomi dan fisiologi tulang belakang dapat disebabkan oleh perubahan posisi discus, nucleus pulposus, dan annulus. Deformasi mekanik jaringan lunak disekitar tulang belakang yang mengalami pemendekan adaptif disebabkan oleh stres postural. Gerakan fleksi ke depan pada tulang belakang menyebabkan diskus bermigrasi lebih posterior sehingga menimbulkan nyeri. Latihan gerak dan instruksi postural akan mengembalikan atau mempertahankan lordosis lumbal (Kenzie dan Kubey, 2014) Tujuan Latihan Latihan ini digunakan untuk meningkatkan kekuatan otot ekstensor trunk, mengulur otot-otot yang kaku, menurunkan tekanan mekanik pada lumbal, meningkatkan stabilitas sendi, memperbaiki postur dan meningkatkan mobilitas sendi (Kenzie dan Kubey, 2014).

34 William Flexion Exercises Pengertian William flexion exercise adalah seperangkat atau sistem latihan fisik untuk meningkatkan fleksi lumbal, menghindari ekstensi lumbal, dan memperkuat perut dan glutealis dalam upaya menguatkan otot-otot punggung bawah. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr. Paul William pada tahun 1937 Wiliiam flexion exercise sudah sejak lama merupakan standar pengobatan non operasi pada kondisi nyeri punggung bawah (Knudson, 2007) Prosedur dan Mekanisme Latihan dilakukan di lantai pada posisi supine. Gerakan utama yang sering dilakukan adalah merangkul tungkai bawah dan menarik kedua lutut ke dada dan menahannya beberapa detik, rileks sebentar dan mengulanginya kembali. Gerakan ini untuk membuka foramen intervertebra, mengulur struktur ligamen dan distraction apophyseal joint. Latihan fleksi trunk ini dapat meningkatkan stabilitas lumbal karena secara aktif melatih m. abdominal, m. gluteus maksimus dan m. hamstring. Latihan fleksi akan meningkatkan tekanan intra abdominal yang mendorong columna vertebralis ke arah belakang sehingga mengurangi hiperlordosis lumbal dan mengurangi tekanan pada discus intervertebralis (Knudson, 2007) Tujuan Tujuan dari latihan fleksi ini adalah untuk mengurangi tekanan oleh beban tubuh pada sendi faset (articular weight bearing stress), meregangkan otot dan

35 40 fascia di daerah dorsolumbal, serta koreksi postur tubuh yang salah (Erhman et al., 2013). Latihan fleksi dapat membantu mengurangi nyeri dengan cara mengurangi gaya kompresi pada sendi faset dan meregangkan otot-otot fleksor hip dan ektensor lumbal. Metode latihan fleksi dapat digunakan untuk meningkatkan atau memulihkan mobilitas lumbal (Wyss dan Patel, 2012). 2.6 Pilates Exercise Pengertian Pilates exercise adalah suatu bentuk latihan yang diciptakan oleh Joseph Pilates, 1926 selama Perang Dunia I. Konsep dasar pilates adalah kontrologi, yaitu koordinasi yang utuh antara tubuh, pikiran, dan jiwa. Pelaksanaan pilates mencakup berbagai elemen tubuh pada tingkat saraf dan otot, menyatukan pikiran dan tubuh serta menggunakan kontrologi sehingga seseorang dapat mengendalikan otot (Herdman dan Wood, 2007). Pilates merupakan suatu latihan berpikir sederhana yang akan membantu pikiran dan tubuh menjadi selaras. Keselarasan ini menghasikan tubuh yang sehat, kencang, dan aktif serta mampu menciptakan pikiran yang rileks dan tenang. Pilates exercise disebut berpikir karena pada pilates exercise tidak hanya memanfaatkan otot-otot besar, tetapi juga memanfaatkan otot yang lebih kecil sehingga otot yang berukuran kecil akan semakin kuat dan otot besar menjadi langsing dan kencang (Herdman dan Wood, 2007).

36 Tujuan latihan Pilates exercise lebih memfokuskan pada otot-otot ekstensor punggung dan otot-otot perut. Pilates exercise sangat bermanfaat untuk meningkatkan fleksibilitas punggung dan kekuatan otot perut tanpa adanya cedera pada persendian. Pilates exercise juga dapat digunakan untuk memperbaiki postur dan keseimbangan tubuh (Segal et al., 2004) Prinsip latihan Delapan prinsip pilates exersice (Herdman dan Wood, 2007), yaitu: 1) Konsentrasi Gerakan pilates ecercise harus mengikuti petunjuk dengan seksama dan tidak boleh tergoda untuk mengambil jalan pintas. Arahkan seluruh perhatian pada gerakan yang lakukan karena setiap gerakan yang dipikir sederhana sebenarnya bisa lebih rumit. 2) Pemusatan Pemusatan pilates exercise tidak ada hubungannya dengan pemusatan spiritual. Salah satu tujuan pilates exercise adalah untuk memperkuat pusat otot yang lebih dalam. Pusat tubuh seseorang adalah serangkaian otot yang membentang di antara bagian dasar tulang rusuk hingga tulang panggul. Seseorang yang mempertahankan kelenturannya menghasilkan pinggang yang langsing, perut tetap datar, postur membaik, dan mampu mencegah sakit punggung dan kemungkinan cedera. Pusat ini merupakan stabilitas inti dari tubuh.

37 42 3) Pengendalian Pilates exercise merupakan suatu latihan yang berurutan. Setiap praktisi harus konsentrasi pada tubuh sehingga membantu mengendalikan setiap gerakan yang akan dilakukan mulai dari gerakan ringan hingga berat. Pilates exercise dilakukan melawan gravitasi sehingga tubuh secara perlahan akan semakin kuat. Semakin lambat gerakan yang dilakukan dengan pengendalian yang benar, maka tubuh akan semakin kuat dan koordinasi semakin bagus. 4) Pernapasan Pernapasan yang baik mampu memenuhi kebutuhan oksigen seluruh tubuh untuk proses metabolisme. Koordinasi yang baik antara pernapasan dan gerakan perlu dilakukan sehingga kebutuhan energi dapat terpenuhi. 5) Gerakan yang Mengalir Pilates exercise dilakukan dengan mengalir dan seimbang untuk mendapatkan manfaat yang maksimal. Setiap gerakan otot harus berhubungan dengan kerja otot lain dan gerakan yang dilakukan sinkron dengan gerakan lain. 6) Ketepatan. Gerakan yang dilakukan harus tepat dan disesuaikan dengan tujuan gerakan. Ketepatan yang dimaksud adalah tepat pada gerakan dan tempat yang bergerak.

38 43 7) Individualisasi Individualisasi dalam pilates exercise adalah setiap gerakan dalam latihan ini mempunyai tujuan yang berbeda sehingga perlu melakukan gerakan yang tepat saat latihan untuk mendapat hasil yang sesuai dengan tujuan. 8) Rutinitas Pilates exercise perlu dilakukan secara teratur. Pilates exercise akan lebih baik jika menjadi suatu kebiasaan, bahkan dalam kegiatan sehari-hari bisa dilakukan dengan kombinasi gerakan pilates. Penerapan prinsip dalam melakukan pilates exercise penting dilakukan sehingga manfaat yang diperoleh menjadi optimal (Herdman dan Wood, 2007) Mekanisme latihan Peningkatan kekuatan otot diperoleh dari kontraksi konsentrik (memendek) dan eksentrik (memendek). Peregangan otot adalah bagian penting untuk memperoleh keseimbangan otot. Otot yang memanjang dan bekerja pada saat sama diperlukan untuk menstabilkan otot-otot dalam dan pusat tubuh (Petty, 2011). Lawrence (2014), metode pilates exercise memiliki tiga efek utama untuk keseimbangan dan fleksibilitas yaitu : 1. Pilates exercise mempengaruhi postur panggul untuk menghasilkan perubahan postural pada tulang belakang lumbal.

39 44 2. Pilates exercise bekerja langsung pada struktur muskuloskeletal dari tulang belakang (tulang belakang lumbal khususnya) dengan memperkuat, meregangkan dan memperpanjang tulang. 3. Pilates exercise mempengaruhi integritas struktural atau rongga abdomino-panggul sebagai suatu kesatuan. Postur panggul sangat menentukan postur tulang belakang dan tulang duduk pada dasar sakrum. Setiap perubahan dalam postur sagital panggul akan mengubah tingkat dasar sakrum. Tingkat dasar sakrum mempengaruhi kurva tulang belakang lumbal. Dasar sakrum tidak merata untuk setiap derajat, tulang belakang harus memiliki kurva di dalamnya untuk mengkompensasi. Kurva ini diperlukan untuk menciptakan basis tingkat untuk kepala untuk duduk di atas. Mekanisme meluruskan ini untuk membuat tingkat dasar untuk kepala diperlukan untuk menempatkan mata dan reseptor labirin dari telinga bagian dalam pada tingkat pesawat, ini menjadi penting untuk proprioseptiv dan keseimbangan statis dan dinamis tubuh. Pilates meningkatkan keseimbangan dengan peregangan dan penguatan otot-otot punggung bawah sehingga pilates exercise bertujuan untuk membuat panggul netral, sehingga lordosis lumbal menjadi normal (Ungaro, 2011).

40 Alat Ukur Functional reach test Pengertian Functional reach test adalah jarak maksimum yang dapat dicapai seseorang ketika berdiri tanpa adanya perubahan letak based of support. Functional reach test digunakan untuk mengukur keseimbangan statis. Metode pengukuran ini dapat dilakukan di klinik terapi fisik atau di rumah dengan pengawasan karena dapat menyebabkan kehilangan keseimbangan saat melakukan pengukuran (Fruth, 2013) Teknik pelaksanaan Pelaksanaan functional reach test sangat mudah. Sebelum pelaksanaan pemeriksa menandai garis di lantai. Subjek diinstruksikan untuk berdiri di samping dinding, tetapi tidak menyentuh dinding. Posisi bahu yang lebih dekat ke dinding fleksi 90 sedangkan posisi tungkai kanan dan kiri sejajar dengan bahu, pandangan lurus ke depan. Tempatkan garis horizontal berupa kayu atau mid-line di dinding dengan aman dan tepat. Satu orang pendamping mengamati pergerakan tangan dan 1 (satu) orang pendamping bertugas mencatat posisi awal di kepala metacarpal ke-3 pada garis horizontal tersebut. Minta subjek untuk meraih / mencapai ke depan sejauh mungkin tanpa mengambil langkah dan tangan pasien. Lokasi metacarpal ke-3 ditandai dan dicatat dengan satuan centimeter (cm). Seorang pendamping berdiri di samping subjek untuk memastikan tidak terjadi kehilangan keseimbangan dan pendamping yang lain mengamati tumit untuk memastikan bahwa tumit tidak terangkat (Fruth, 2013).

41 46 Gambar 2.10 Functional Reach Test Sumber : Hasman et al., (2014) Tabel 2.1 Nilai Normal Functional Reach Test Usia ( tahun ) Pria (cm) Wanita (cm) ,64 ± 2,54 35,56 ± 5, ,56 ± 5,08 33,02 ± 5, ,02 ± 2,54 25,4 ± 7, Sit and reach test Pengertian Sumber : Fruth (2013) Metode sit and reach test merupakan alat ukur untuk mengukur extensibilitas dari otot ekstensor trunk dan hamstring. Sit and reach test adalah standar pemeriksaan untuk memeriksa fleksibilitas dan otot ekstensor trunk dan hamstring (Heyward et al., 2014) Metode pelaksanaan Quinn (2014), menyatakan sit and reach test merupakan metode pengukuran untuk mengukur fleksibilitas dari otot ekstensor trunk dan hamstring dengan meggunakan media berupa kotak terbuat dari papan atau metal yang

42 47 tingginya 30 cm. Diatas kotak tersebut diletakan mistar ukur yang panjangnya 26 cm keluar dari kotak dan -26 cm sampai ke ujung dari kotak tersebut. Gambar 2.11 Sit and Reach Test Box Scale Sumber : Quinn (2014) Heyward et al., 2014, menyatakan metode pengukuran sit and reach test terbagi menjadi beberapa klasifikasi normal berdasarkan kriteria usia. Tabel 2.2 Nilai Normal Sit and Reach Test pada Wanita UMUR Sangat Baik Lebih Baik Baik Kurang Buruk Sumber : Heyward et al., (2014) Teknik pengukuran Teknik pengukuran sit and reach test sangat mudah dan efisien. Pemeriksa meminta subjek duduk dengan kaki lurus (straight leg) tanpa alas kaki (sepatu dan sandal). Subjek menaruh telapak tangannya di atas telapak tangan yang satunya

43 48 sehingga ujung-ujung jari tangan terlihat seperti bertingkat. Perlahan tangan subjek maju ke arah depan sejauh mungkin sambil mempertahankan posisi lutut dalam posisi lurus dan menyentuh permukaan alat ukur. Pemeriksa perlu memastikan gerakan subjek tidak tersendat-sendat ( Heyward et al., 2014). Pemeriksa sebaiknya menyarankan untuk membuang nafas saat gerakan membungkuk ke depan dan menurunkan kepala sejajar dengan lengan untuk mendapatkan gerakan yang baik. Lakukan tiga kali pengulangan dan pemeriksa mengambil satu dari hasil yang terbaik setelah pemeriksaan berlangsung (Heyward et al., 2014). Gambar 2.12 Sit and Reach Test menggunakan Box Scale Sumber : Chernacka (2010)

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita dewasa adalah wanita yang telah menyelesaikan masa pertumbuhan dan siap menerima peran baru sebagai seorang istri maupun ibu. Perubahan peran ini secara

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk

BAB VI PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk BAB VI PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental bertujuan untuk mengetahui perbedaan kombinasi Mc.Kenzie dan William flexion exercise dengan pilates exercise dalam meningkatkan keseimbangan

Lebih terperinci

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG

ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG ANATOMI FISIOLOGI TULANG BELAKANG Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang membentuk punggung yang mudah digerakkan. Terdapat 33 tulang punggung pada manusia, 5 di antaranya bergabung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia,

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara global angka pertumbuhan lansia semakin hari semakin meningkat dan sangat cepat. Setiap detik terdapat dua orang yang berulang tahun ke-60 di dunia, atau 58 juta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan dari bayi sampai lanjut usia (lansia). Lanjut usia (lansia) merupakan kejadian yang pasti akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain

BAB I PENDAHULUAN. termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu. mereka tidak segan- segan melakukan banyak kegiatan ekstra selain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh ideal merupakan impian semua orang di dunia ini, tidak termasuk pula kebanyakan orang indonesia. Remaja pun juga begitu mereka tidak segan- segan melakukan banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. yang lama dan berulang, akan menimbulkan keluhan pada pinggang bawah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada perkembangan jaman sekarang ini, kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting. Sehat adalah suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia, maka tuntutan masyarakat akan peningkatan derajat kesehatan mereka juga meningkat. Pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia setiap hari melakukan gerakan untuk melakukan suatu tujuan atau aktivitas sehari-hari dalam kehidupannya. Salah satu contoh aktivitas seharihari adalah bersekolah,kuliah,bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi

BAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (peurperiurn) berasal dari bahasa latin yaitu peur yang

BAB I PENDAHULUAN. Masa nifas (peurperiurn) berasal dari bahasa latin yaitu peur yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa nifas (peurperiurn) berasal dari bahasa latin yaitu peur yang artinya bayi dan parous yang artinya melahirkan atau masa sesudah melahirkan masa nifas berangsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna

BAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas perkuliahan yang begitu padat membuat mahasiswa kekurangan waktu untuk melakukan olahraga. Waktu istirahat tidak lagi digunakan untuk aktifitas olahraga tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga

Lebih terperinci

Referat Fisiologi Nifas

Referat Fisiologi Nifas Referat Fisiologi Nifas A P R I A D I Definisi Masa Nifas ialah masa 2 jam setelah plasenta lahir (akhir kala IV) sampai 42 hari/ 6 bulan setelah itu. Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa merupakan periode di mana tidak terjadi lagi perubahan karena faktor pertumbuhan setelah masa adolesensi yang mengalami pertumbuhan cepat. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1Rancangan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian Randomized Pre and Post Test Control Group Design yaitu membandingkan antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Dengan tingkat kesehatan yang optimal maka akan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu kesehatan, semakin maju juga tingkat kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal ini dibuktikan dengan semakin tingginya tingkat kesadaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi 2.1.1. Pengertian Ergonomi Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau menyeimbangkan antara segala fasilitas yang digunakan baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional

BAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak akan terlepas dari masa remaja. Masa remaja merupakan saah satu periode dari perkembangan manusia, masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma sehat merupakan modal pembangunan kesehatan, yang dalam jangka panjang mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan melalui upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu dari negara dengan jumlah penduduk terbesar didunia, sangat berkepentingan terhadap masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Hal ini disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak dan berpindah tempat dalam melakukan aktivitas kegiatan sehari-hari. Pergerakan tersebut dilakukan baik secara volunter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke.

BAB I PENDAHULUAN. rutinitas yang padat dan sangat jarang melakukan aktifitas olahraga akan. penyakit termasuk salah satunya adalah penyakit stroke. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bertambahnya usia, kondisi lingkungan yang tidak sehat, baik karena polusi udara serta pola konsumsi yang serba instan ditambah lagi dengan pola rutinitas yang padat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dengan segala tuntutan belajarnya dewasa ini semakin rendah kesadaran akan bergerak dan berolahraga. Badan Kesehatan Dunia (World Health Organitation/WHO)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pribadi secara harmonis. Senam terdiri dari gerakan-gerakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Senam adalah latihan tubuh yang diciptakan dengan sengaja, disusun secara sistematika dan dilakukan secara sadar dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh tugas, kepribadian, dan lingkungan, seperti bekerja, olahraga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Semakin banyak kemajuan dan terobosan-terobosan baru di segala bidang salah satunya dalam bidang kesehatan. Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar tubuh. Proses menua terjadi secara terus menerus secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lanjut usia bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam mengahadapi rangsangan dari dalam maupun luar tubuh. Proses menua terjadi

Lebih terperinci

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007).

1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007). 1.1 Konsep Dasar Nifas Masa nifas (puerperium) merupakan masa 2 jam setelah persalinan sampai 42 hari paska partum (6 minggu) (Manuaba, 2007). Menurut Bobak (2005) periode post partum merupakan jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. lanjut yang dilalui dalam proses kehidupan pada setiap manusia yang. kebanyakan orang awam yang umum bahwa secara fisik dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makhluk hidup tumbuh dan berkembang sesuai dengan fase tumbuh dan kembang setiap makhluk tersebut. Demikian pula dengan manusia sebagai makhluk hidup. Manusia tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kondisi kebugaran jasmani dan rohani. Dengan. sakit atau cidera pada saat beraktifitas. Maka dari itu untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Indonesia di masa yang modern dan berkembang seperti saat ini banyak memiliki aktivitas yang beragam dan berbeda-beda, tentunya harus memiliki energi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat

Lebih terperinci

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety

PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN. R. Nety PROSES PERSALINAN & KELAHIRAN R. Nety Rustikayanti @2018 Tujuan Menjelaskan 5 faktor yang mempengaruhi proses persalinan Mendeskripsikan struktur anatomi tulang panggul Mengenali ukuran normal diameter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian kesehatan menurut UU Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 bab 1 pasal 1 yaitu Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laptop dan bekerja sambil duduk di depan komputer dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. laptop dan bekerja sambil duduk di depan komputer dapat mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktifitas duduk lama seperti saat kegiatan perkuliahan, bermain laptop dan bekerja sambil duduk di depan komputer dapat mengakibatkan imbalance muscle. Posisi duduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada even olahraga kompetisi, power merupakan salah satu unsur penting untuk mencapai suatu prestasi maksimal. Power adalah kemampuan mengatasi hambatan dalam kecepatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai mahluk hidup sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan.setiap manusia memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri

BAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. gerak: nyeri cukup berat, sedangkan pada terapi ke-6 didapatkan hasil bahwa BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Nyeri Hasil evaluasi nyeri dengan menggunakan VDS didapatkan hasil bahwa pada terapi ke-0 nyeri diam: tidak nyeri, nyeri tekan: nyeri ringan, nyeri gerak: nyeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagian yakni salah satunya bagian leher yang mempunyai peranan sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk

BAB I PENDAHULUAN. hingga orang tua menyukai olahraga ini, cabang olahraga yang berbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas olahraga sudah dikenal sejak jaman dulu kala. Olahraga memiliki sekumpulan peraturan, kebiasaan, sampai aktifitas tubuh yang sudah diatur sedemikian rupa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kompres 1. Kompres hangat Adalah memberikan rasa hangat pada daerah tertentu dengan menggunakan kantung berisi air hangat yang menimbulkan rasa hangat pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) merupakan indikator keberhasilan pencapain pembangunan di Indonesia. Peningkatan UHH ditentukan oleh penurunan angka kematian serta

Lebih terperinci

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2

Anatomi Vertebra. Gambar 1. Anatomi vertebra servikalis. 2 Anatomi Vertebra Tulang belakang (vertebra) dibagi dalam dua bagian. Di bagian ventral terdiri atas korpus vertebra yang dibatasi satu sama lain oleh discus intervebra dan ditahan satu sama lain oleh ligamen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingginya kemajuan dibidang teknologi dan komunikasi menyebabkan perubahan gaya hidup manusia, dampak besar yang terjadi terlihat jelas pada status kesehatan masyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak terpisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan kondisi yang optimal untuk dapat berinteraksi atau beradaptasi dengan lingkungan. Hal ini merupakan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia antara lain taekwondo, karate, kempo, yudho, dan sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai jenis olahraga prestasi, beladiri merupakan salah satu cabang olahraga yang berkembang di Indonesia. Olahraga beladiri yang ada di Indonesia antara lain

Lebih terperinci

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS

KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS KEBUTUHAN DASAR IBU MASA NIFAS Tambahan kalori yg dibutuhan oleh bufas yaitu 500 kalori/hari Diet berimbang utk mendapatkan sumber tenaga, protein, mineral, vit, dan mineral yg ckp Minum sedikitnya 3 lt/hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Senam Nifas 1. Defenisi Senam Nifas Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang berrtujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu tujuan dari bangsa Indonesia yang tercantum pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada dewasa ini tingkat partisipasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang. merokok dan minum-minuman keras. Mereka lebih memilih sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hal yang sangat penting bagi manusia. kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa stroke adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stroke adalah penyebab cacat nomor satu dan penyebab kematian nomor dua di dunia. Penyakit ini telah menjadi masalah kesehatan yang mendunia dan semakin penting, dengan

Lebih terperinci

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns Masa nifas dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. punggung antara lain aktifitas sehari-hari seperti, berolahraga, bekerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Punggung merupakan salah satu dari bagian tubuh manusia yang sering digunakan untuk beraktifitas. Banyak aktifitas yang melibatkan pergerakan punggung antara lain aktifitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebiasaan duduk dapat menimbulkan nyeri pinggang apabila duduk terlalu lama dengan sikap yang salah, hal ini dapat menyebabkan otot punggung akan menjadi tegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelincahan merupakan salah satu komponen fisik yang banyak dipergunakan dalam olahraga. Kelincahan pada umumnya didefinisikan sebagai kemampuan mengubah arah secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari, peran yang sangat kompleks, anatomi dan fisiologi (fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wanita merupakan makhluk istimewa yang perlu mendapatkan perhatian lebih. Hal ini dipengaruhi oleh banyaknya aktivitas keseharian, problematika sehari-hari, peran yang

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok BAB V PEMBAHASAN A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa rerata tinggi fundus uteri awal pada kelompok eksperimen sebesar 14,47

Lebih terperinci

Bab IV Memahami Tubuh Kita

Bab IV Memahami Tubuh Kita Bab IV Memahami Tubuh Kita Pubertas Usia reproduktif Menopause Setiap perempuan pasti berubah dari anak-anak menjadi dewasa dan perubahan dari dewasa menjadi dewasa yang lebih tua Sistem Reproduksi Perempuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Fleksibilitas 2.1.1. Definisi fleksibilitas Fleksibilitas mengacu pada kemampuan ruang gerak sendi atau persendian tubuh. Kemampuan gerak sendi ini berbeda di setiap persendian

Lebih terperinci

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari

BAB I. sama dengan mahluk hidup lainnya, pasti bergerak, karena tidak ada. kehidupan di dunia ini tanpa adanya gerakan. Gerak tergantung dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ciri dari makhluk hidup adalah bergerak. Secara umum gerak dapat diartikan berpindah tempat atau perubahan posisi sebagian atau seluruh bagian dari tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional yang kini digalakan salah satunya adalah di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup penduduk Indonesia yang hakikatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mahasiswa memiliki beranekaragam aktivitas sehingga dituntut memiliki gerak fungsi yang baik dalam hal seperti mengikuti perkuliahan, melaksanakan tugas-tugas kuliah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah

BAB I PENDAHULUAN. melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan sangat penting bagi manusia untuk hidup dan untuk melakukan segala aktifitas dalam kehidupan sehari-hari nya. Sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS

PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS PERUBAHAN FISIOLOGI MASA NIFAS PERUBAHAN SISTEM REPRODUKSI Involusi uterus 1. Proses involusi uterus karena adanya retraksi dan kontraksi pd otot uterus setelah plasenta lahir, masing-masing sel mjd kecil

Lebih terperinci

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita Skeletal: Struktur jaringan tulang Klasifikasi tulang Tulang tengkorak, rangka dada, tulang belakang, panggul, ekstremitas atas dan bawah Sendi: Klasifikasi berdasarkan gerakan Klasifikasi berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa pun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu (HR. ath-

BAB I PENDAHULUAN. apa pun yang engkau ambil darinya pasti bermanfaat bagimu (HR. ath- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diibaratkan seperti pohon, hal ini sesuai dengan Hadist yang berbunyi, Perumpamaan seorang mukmin itu seperti pohon kurma, apa pun yang engkau ambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai mahluk yang dapat berdiri tegak di atas kedua kakinya. Penganut teori revolusi Darwin harus menerima kenyataan bahwa sudah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. 9 Secara garis besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedinamisan postur tubuh untuk mencegah seseorang terjatuh. 9 Secara garis besar 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Definisi Keseimbangan Keseimbangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia agar dapat hidup mandiri. Keseimbangan adalah istilah umum yang menjelaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN dan sejak itu menjadi olahraga dalam ruangan yang popular diseluruh dunia. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Futsal adalah variasi sepakbola yang dimainkan di dalam ruangan di lapangan yang lebih kecil. Futsal mulai dimainkan di Amerika Selatan pada tahun 1930 dan sejak itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan gerak tubuh yang benar maka akan terus menerus dipertahankan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingkat pertumbuhan pada manusia ada empat fase, yaitu fase anak-anak, remaja, dewasa dan lansia. Remaja adalah fase yang sangat penting yang menjadi kunci pertumbuhan

Lebih terperinci

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG

PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS. Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PERUBAHAN FISIOLOGIS MASA NIFAS Dr.Subandi Reksohusodo,SpOG PENGERTIAN Masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu Masa pulih kembali mulai dari

Lebih terperinci

ANATOMI DAN FISIOLOGI

ANATOMI DAN FISIOLOGI ANATOMI DAN FISIOLOGI Yoedhi S Fakar ANATOMI Ilmu yang mempelajari Susunan dan Bentuk Tubuh FISIOLOGI Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) dari alat atau jaringan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Dalam studi kasus ini, seorang pasien perempuan dengan inisial Ny. NF berusia 52 tahun dengan keluhan nyeri pinggang bawah dan menjalar sampai kaki kiri akibat Hernia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU

BAB I PENDAHULUAN. Reguler PS D-IV, Fisioterapi UEU 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang sangat digemari di segala lapisan masyarakat Indonesia, dari anak-anak sampai dewasa terutama laki-laki. Banyak

Lebih terperinci

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak :

SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta. Abstrak : SENAM HAMIL BANTU MELAHIRKAN TANPA KECEMASAN Oleh : Sulastri, S.Kep., Ns. Dosen Akper PKU Muhammadiyah Surakarta Abstrak : Saat ini, wanita yang tengah hamil tidak menjadi halangan untuk tetap berolahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan tumpuan masa depan dan generasi selanjutnya bagi kehidupan dunia dimasa yang akan datang. Dalam hal ini kesehatan bagi anak merupakan hal yang sangat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH

BAHAN AJAR 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH BAHAN AJAR 10 10 SAKIT PINGGANG BAGIAN BAWAH Slipped Disc Salah satu lokasi rasa sakit yang sering membuat para atlet, khususnya pemainpemain bulutangkis, tenis lapangan dan atlet selancar angin mengeluh

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keseimbangan 2.1.1 Pengertian Keseimbangan Keseimbangan adalah kemampuan untuk mempertahankan keseimbangan tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Dellito, 2003). Keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap

BAB I PENDAHULUAN. seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kehamilan dan persalinan adalah peristiwa alamiah yang dialami oleh seorang ibu, tetapi bagi seorang ibu yang hamil anak pertama sering dianggap sebagai peristiwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor

BAB I PENDAHULUAN. Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tumbuh kembang anak merupakan masa yang penting. Banyak faktor baik internal maupun eksternal yang dapat mempengaruhi keberhasilan tumbuh kembang anak. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan yang terjadi dalam bidang kesehatan, meningkatnya kondisi sosial dan perekonomian masyarakat, semakin meningkatknya wawasan masyarakat yang bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes

BAB I PENDHULUAN. tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes 1 BAB I PENDHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keseimbangan merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh ketika ditempatkan dalam berbagai posisi (Delito, 2003). Menurut Depkes (2009) keseimbangan

Lebih terperinci