Menggunakan Pengetahuan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Menggunakan Pengetahuan"

Transkripsi

1 Menggunakan Pengetahuan Menggunakan Informasi Di tahun 1929, filsuf Alfred North Whitehead menciptakan bentuk pengetahuan yang lembam untuk menjelaskan pengumpulan fakta yang tidak bermakna tanpa tujuan. David Perkins (1995) menjelaskan pengetahuan yang lembam sebagai pengetahuan yang setara dengan bermalas-malasan (p.22). Hanya duduk menghabiskan ruang. Tujuan dari mengetahui berbagai hal adalah, pada akhirnya, untuk melakukan sesuatu dengan apa yang kita ketahui. Sudut pandang ini secara khusus penting dalam pelajaran berbasis proyek. Hal ini juga penting dalam penggabungan teknologi saat siswa menggunakan teknologi untuk belajar dan menunjukkan apa yang telah mereka pelajari. Komponen Penggunaan Pengetahuan dari proses kognitif Marzano mencakup empat cara menggunakan pengetahuan: Pengambilan Keputusan, Pemecahan Masalah, pertanyaan percobaan dan investigasi. Sumber Pengambilan Keputusan Pemecahan Masalah Pertanyaan Percobaan dan Investigasi Kreatifitas Meskipun para guru sering khawatir bahwa penekanan pada penggunaan pengetahuan lebih dari berbagai kecakapan dasar akan menghasilkan nilai tes yang lebih rendah, sintesis studi penelitian yang diadakan oleh George Lucas Foundation (2001) menemukan bahwa di banyak kasus, kebalikan dari hal itu adalah benar. Siswa yang mempelajari matematika melalui berbagai proyek dinilai baik, atau, di berbagai kasus, bahkan lebih baik, daripada rekan-rekannya yang berpartisipasi dalam berbagai aktifitas belajar yang lebih tradisional. Pengambilan Keputusan > Proses Pengambilan Keputusan digunakan saat seseorang harus memutuskan diantara dua atau lebih pilihan. Dalam sebuah aktifitas proyek para siswa akan diminta untuk menggunakan proses ini secara berkala saat mereka memilih berbagai topic, sumber dan metode presentasi. Pemecahan Masalah > Pemecahan Masalah terjadi saat para siswa menemukan tantangan atau hambatan untuk mencapai sebuah tujuan. Sehubungan dengan kerumitan alami sebagian besar proyek, para siswa dari kelas dengan pelajaran berbasis proyek harus menjadi ahli penyelesai masalah. Pertanyaan Percobaan > Pertanyaan Percobaan adalah tipe tertentu dari menggunakan pengetahuan karena hal ini diatur dengan berbagai peraturan dari metode dan bukti yang telah diterima. Tipe pertanyaan percobaan yang paling dikenal luas adalah metode ilmiah. Tipe lain dari pertanyaan percobaan adalah eksperimen dimana beberapa jenis tindakan (seperti misalnya metode pengajaran) diberikan kepada sekelompok anak dan ditutupi dari yang lainnya. Tipe penggunaan pengetahuan ini memiliki panduan yang jelas menyangkut jenis bukti yang diterima, bagaimana bukti ini dikumpulkan, dan bagaimana berbagai kesimpulan tercapai.

2 Investigasi > Investigasi adalah proses dari membuat dan menguji berbagai hipotesis mengenai kejadian-kejadian masa lalu, masa sekarang dan masa depan (Marzano 2000, 47). Investigasi mirip dengan pertanyaan percobaan dalam beberapa hal, tetapi berbeda metode dan jenis buktinya. Orang-orang tidak secara langsung mengamati dan mengumpulkan data dalam sebuah investigasi. Mereka mendapatkan informasi dari berbagai tulisan dan pengalaman orang lain. Berbagai kesimpulan dari sebuah investigasi ditentukan berdasar pada kekuatan dan logika argument mereka. Penting untuk mengingat bahwa kecakapan kognitif dari Pengambilan Keputusan, Pemecahan Masalah, pertanyaan percobaan, dan investigasi, tidak dikomunikasikan secara langsung kepada proyek tertentu. Sebuah proyek, misalnya dimana siswa sekolah dasar mempelajari perbedaan berbagai spesies beruang dan menggunakan apa yang mereka pelajari untuk memandu anak-anak di area beruang pada kebun binatang menggunakan Pemecahan Masalah, Pengambilan Keputusan, dan kecakapan investigasi kognitif. Praktek dari berbagai strategi berpikir kompleks ini berdasar pada berbagai kecakapan di tingkat yang lebih rendah seperti analisis, pemahaman, dan menarik. Referensi George Lucas Educational Foundation. (2001). Project-based learning research. Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press. Perkins, D. (1995). Smart schools: Better thinking and learning for every child. New York: The Free Press.

3 Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pengambilan Keputusan Membuat Pilihan yang Baik Pengambilan Keputusan adalah kemampuan yang penting dalam hidup. Kita membuat ratusan keputusan dalam sehari. Kebanyakan tidak terlalu penting dan tidak memiliki dampak yang lama pada kehidupan kita di mana yang lainnya dapat merubah kehidupan. Semua pengajar berusaha untuk membantu siswa menjadi pembuat keputusan yang baik. Marzano (2005) menggambarkan langkah-langkah dari Pengambilan Keputusan yang baik: 1. Pikirkan tentang alternatif sebanyak kau bisa. 2. Pikirkan tentang poin baik dan buruk setiap alternatif. 3. Pikirkan tentang kemungkinan dan kesuksesan dari alternatif yang terbaik. 4. Pilih alternatif terbaik yang berdasarkan pada nilainya dan kemungkinan untuk sukses. Mungkin, tahap paling penting dalam Pengambilan Keputusan adalah yang pertama, diikuti oleh respon alternatif. Orang sering sekali gagal dalam mempertimbangkan semua alternatif yang memungkinkan saat memikirkan keputusan. Mereka pikir, Saya dapat melakukan x atau melakukan y, tidak pernah berpikir bahwa ada kemungkinan z atau a, atau b atau bahkan a 1a atau a sb (Swartz 2000). Keputusan penting jarang sekali sederhana, dan alternatif terbaik mungkin hanya datang setelah pemikiran yang penuh kehati-hatian. Brainstorming adalah satu tehnik untuk menghasilkan jumlah respon alternatif yang besar untuk keputusan. Saat kelompok alternatif yang masuk akal telah terkumpul, pembuat keputusan yang baik harus menimbang keuntungan dan kerugian masing-masing alternatif dalam rangka untuk membuat pilihan suara. Pengetahuan memainkan peran penting dalam tahap ini dalam membuat keputusan. Memiliki informasi lengkap sangatlah penting dalam Pengambilan Keputusan yang baik. Siswa yang tidak dewasa seringkali berfokus pada konsekuensi jangka pendek dan mungkin akal gagal untuk mempertimbangkan efek dari pilihan mereka akan menggunakan milik yang lainnya. Hal itu juga merupakan karakter dari sifat manusia saat kita mendapatkan keputusan yang kita pikir masuk akal, kita biasanya mempertimbangkan hal yang lain dengan serius yang mungkin tidak mendukung keputusan kita, walaupun hal itu dapat dipercaya (Langer, 1989). Komitmen kognitif dini terlihat seperti foto yang berarti daripada pergerakan yang membeku (Swartz, h. 55). Mengajarkan Pengambilan Keputusan Secara tradisional, banyak guru mengakui bahwa mereka mengajarkan siswa mereka Pengambilan Keputusan dengan memberikan memberikan mereka jenis masalah keputusan untuk diselesaikan. Metode ini telah ditemukan untuk menjadi yang paling tidak efektif dalam menolong siswa mempelajari kemampuan untuk membuat keputusan yang baik (Swartz).

4 Pengarahan yang efektif dalam membuat keputusan termasuk mengidentifikasi kemampuan untuk menekankan dalam kegiatan belajar, atau tahap dalam proyek. Banyak kemampuan berbeda mungkin cocok, tetapi mengajarkan satu kemampuan dalam satu waktu akan memproduksi hasil yang leih baik. Swartz merekomendasikan menanyakan pertanyaan lisan saat siswa sedang menentukan pilihan, meminta mereka bekerja dalam kelompok kecil, membuat grafik organiser untuk membimbing mereka dalam proses, dan menanyakan mereka untuk menggambarkan dan mencerminkan pada strategi mereka selama dan setelah membuat keputusan. Kemampuan diajarkan dalam cara ini paling mungkin di pindahkan ke situasi baru jika siswa siswa diingatkan tentang strategi yang telah mereka pelajari di masa yang lalu saat mereka menghadapi keputusan yang baru. Contoh Mengajarkan Pengambilan Keputusan Dalam Teacher s Pet* anak-anak mempelajari hewan yang berbeda dan habitat mereka untuk memilih peliharaan baru untuk guru. Unit ini memberikan banyak kesempatan bagi guru untuk mendiskusikan aspek dari Pengambilan Keputusan yang baik. Saat siswa menawarkan peliharaan yang memungkinkan, mereka dapat ditegaskan untuk berpikir mengenai konsekuensi jangka panjang dalam memilih peliharaan yang berbeda. Seberapa besar hewan peliharaan akan bertumbuh dan seberapa besar hewan peliharaan yang guru dapat miliki? Habitat seperti apa yang dibutuhkan oleh hewan peliharaan? Dapatkah guru menyediakan habitat yang benar? Apa yang akan terjadi jika hewan hidup di habitat yang salah dalam waktu yang lama? Perlakuan macam apa yang dibutuhkan oleh hewan? Dapatkah guru memberikan perlakuan yang benar? Apa yang akan terjadi pada hewan jika ia hidup pada waktu yang lama tanpa perlakuan yang benar? Siswa sekolah menengah berpikir mengenai apa yang membuat seseorang menjadi pahlawan dalam unit Enduring Heroes*. Unit ini memberikan siswa kesempatan untuk berpikir mengenai nilai dan cita-cita dalam kondisi dari pahlawan modern. Unit ini dapat menunjukkan seberapa berbeda orang-orang membuat keputusan berbeda yang berdasarkan pada nilai dan keyakinan mereka. Guru dapat meminta siswa untuk berpikir mengenai nilai apa yang diartikan oleh pahlawan modern mereka dan memberikan mereka pengarahan terbuka dalam bagaimana untuk mencocokkan nilai tersebut dengan nilai yang mereka miliki. Siswa senior bahasa asing memilih sebuah negara untuk dikunjungi dalam unit Vamonos!* Saat siswa bekerja pada proyek ini, guru dapat menekankan aspek berbeda dalam pilihan mereka untuk memilih sebuah negara, menekankan Pengambilan Keputusan yang menyangkut pertimbangan dari sistem kompleks, seperti iklim, rekreasi, dialek bahasa, kesukaan pribadi, dan yang lainnya. Membantu siswa untuk mengingat area yang luas dari factor dan konsekuansi jangka pendek dan panjang dari pilihan mereka adalah kemampuan yang dapat dipindahkan ke proyek lainnya dalam sekolah dan kehidupan. Kata yang mengingatkan para guru yang menginginkan siswanya untuk menjadi pembuat keputusan yang lebih baik. Beberapa program memberi siswa sebuah daftar akan langkah-langkah tertentu untuk dijalani saat membuat keputusan. Hal ini mungkin bukan cara yang terbaik untuk mengajarkan suatu keahlian. Keputusan tidak selalu linear, dan beberapa siswa, bergantung pada kepribadian atau gaya berpikir mereka, akan menolak proses yang kaku, yang mungkin akan menyebabkan mereka untuk tidak memikirkan keputusan mereka sama sekali. Membantu siswa menemukan jalan yang masuk akal bagi mereka dan membantu mereka meberima segala informasi yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang baik. Cara dalam melakukan hal ini dapat berbeda tergantung dengan gaya belajar dan berpikir masing-masing siswa. Membantu siswa merencanakan metode yang fleksibel dan praktis membuat kemungkinan menjadi lebih besar bahwa siswa akan menggunakannya sendir.

5 Referensi Langer, E. J. (1989). Mindfulness. New York: Merloyd Lawrence. Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press. Swartz, R. J. (2000).Thinking about decisions. In A. L. Costa (Ed). Developing minds: A resource book for teaching thinking, (pp ). Alexandria, VA: ASCD.

6 Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Menciptakan Solusi Menyelesaikan masalah mengambil tempat di mana pun kita dihadapi oleh halangan atau tantangan untuk mencapai sebuah cita-cita. Masalah dapat diselesaikan dengan mudah, sepati meraut pensil saat ujungnya patah, atau dapat menghabiskan bertahun-tahun dan kontribusi dari ratusan ahli, seperti mengatasi permasalahan pemanasan global. Permasalahan dapat memiliki dimensi sosial, budaya, dan politik dan pribadi. Beberapa memiliki banyak penyelesaian, dan beberapa mungkin hanya memiliki satu solusi yang tidak seburuk kemungkinan lainnya. Apa yang menjadi masalah serius bagi satu orang mungkin bukanlah masalah sama sekali bagi yang lainnya. Dalam semua kasus, memecahkan permasalahan adalah bagian dari pembelajaran dan bagian dari kehidupan. Pengetahuan sangatlah penting untuk menyelesaikan permasalahan, karena informasi adalah bahan bakar yang mengarahkan kita pada kesuksesan. Semua orang dapat merasa mati langkah dengan sebuah masalah, seperti wastafel dapur yang mampet, seorang anak yang berteriak, atau mobil yang dicuri, mengetahui bahwa permasalahan tersebut dapat diselesaikan, tetapi hanya tidak memiliki informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikannya. Facione (1999) menggambarkan sebuah daftar karakteristik dari pemecah masalah yang baik dikembangkan oleh ahli dalam pemikiran kritis. Orang-orang ini menunjukkan: Kejelasan dalam menyatakan pertanyaan atau kekhawatiran Urutan dalam bekerja dengan hal yang rumit Rajin dalam mencari informasi yang relevan Beralasan dalam memilih dan melakukan suatu kriteria Peduli dalam memusatkan perhatian pada suatu kekhawatiran Ketekunan dalam melalui kesulitan Keakuratan pada tingkat yang diperbolehkan dalam subyek dan situasi Wilson, Fernandez, dan Hadaway (1993) menambahkan bahwa orang-orang yang ahli dalam memecahkan permasalahan matematika biasanya waspada pada berbagai macam proses yang dapat mereka gunakan dan juga memiliki kemampuan dalam menemukan strategi baru saat mereka menghadapi situasi yang tak terduga. Proses Pemecahan Masalah Pemecahan Masalah dimulai dengan identifikasi masalah. Mengindikasi dan menggambarkan suatu masalah adalah proses yang lebih kreatif daripada proses analitis, karena tahap ini membutuhkan kemampuan untuk melihat bagaimana sesuatu dapat menjadi berbeda. Sebagai contoh, Teri Pall, penemu telepon tanpa kabel pada tahun 1965, berpikir bahwa berbicara memakai telepon saat sedang keluar rumah adalah hal yang mungkin. Hal ini membutuhkan imajinasi sebanyak saat menggunakan panduan manual teknis. Proses kognitif juga penting dalam Pemecahan Masalah. Anderson dan koleganya ( 1999) menjelaskan bagaimana kemampuan berpikir yang berbeda memberikan kontribusi dari Pemecahan Masalah.

7 Pemahaman membantu pelajar membuat representasi visual dari permasalahan. Mengingat membantu mereka mengorganisasi pengetahuan yang telah mereka kumpulkan ke dalam struktur yang akan menjadi sangat berguna dan efisien. Evaluasi digunakan untuk menentukan metode mana yang digunakan dan metode manakah yang berhasil. Strategi metakognitif membantu pemecah masalah menentukan cita-cita, membuat perencanaan, mengubah strategi dalam aliran sedang jika diinginkan, dan membuat keputusan mengenai kesuksesan solusi. Teknologi dan Pemecahan Masalah Penggunaan teknologi komputer sebagai alat dalam Pemecahan Masalah telah menjadi lebih meluas saat komputer telah menjadi lebih kompleks dan mudah diakses. Macam dari jenis software membantu pengguna menggunakan permasalahan secara grafik. Komunikasi berbasis computer dapat menyediakan pelajar akses pada informasi yang mereka butuhkan untuk menghasilkan solusi. Hal ini juga dapat menempatkan siswa dalam koneksi dengan ahli yang dapat menawarkan mereka strategi dan dukungan. Beberapa jenis dari permainan di komputer dapat memberikan latihan untuk siswa dalam memahami sebuah masalah, menemukan dan mengatur informasi yang diperlukan, mengembangkan sebuah rencana tindakan, mempertimbangkan, tes-hipotesa dan Spesifikasi keputusan, dan membangun kewaspadaan pada jenis alat pemnyelesaian masalah yang berbeda (Wegerif, 2000, h. 28). Wegerif (2002) menggambarkan peran secara ekspresif bahwa teknologi dapat bermain dalam Pemecahan Masalah: Sebelum kedatangan komputer dalam sejarah manusia terlihat sangat alami bagi banyak orang untuk menggambarkan pemikiran yang lebih tinggi, atau rasionalitas, dalam bentuk alasan abstrak dengan model logika formal atau matematika. Pemikiran semacam ini sangat sulit, secara potensial sangat berguna dan hanya beberapa orang yang dapat melakukannya dengan baik. Komputer, bagaimana pun, menemukan bahwa pertimbangan formal sangat mudah. Apa yang mereka rasakan sulit adalah beberapa hal yang kebanyakan orang lakukan dengan satu tujuan seperti mengeluarkan secara kreatif cara-cara baru ke depan dalam suatu hal yang kompleks; konteks yang cepat berubah dan terbuka di mana tidak ada kepastian dalam menjadi benar. Satu cara di mana kemampuan berpikir berkaitan dengan perkembangan teknologi sederhananya bahwa kemampuan manusia yang paling kita nilai, dan sangat kita hargai, adalah kemampuan yang belum dapat ditiru oleh komputer. Mengajarkan Penyelesain Masalah Dalam rangka mengembangkan siswa untuk menjadi ahli pemecah masalah, pertama-tama mereka harus menghadapi masalah yang menghubungkan mereka dan memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan kemampuan yang mereka butuhkan untuk belajar. Melalui pelajaran berbasis proyek, siswa mendapatkan pengalaman langsung mengenai Pemecahan Masalah. Jenis permasalahan yang paling menguntungkan siswa adalah yang paling membingungkan mereka. Permasalahan yang paling menguntungkan bagi siswa haruslah menantang untuk memenuhi peraturan dari strategi kognitif dan metakognitif. Satu cara di mana guru dapat memajukan kemampuan pemecahan masalah siswa adalah dengan membuat mereka fokus pada proses daripada hasilnya. Ellen Langer menunjukkan bahwa pemikiran tentang hasil seringkali menahan siswa dalam Pemecahan Masalah. Orientasi proses, berpikir Bagaimana saya melakukannya? dan bukannya Dapatkah saya melakukannya? membantu mereka berpikir secara aktif mengenai cara-cara yang berbeda di mana suatu permasalahan dapat diselesaikan dan bukannya berfokus pada banyak kemungkinan untuk kegagalan (Langer, 1989, h. 34)

8 Kelompok peneliti dalam pendidikan matematika menekankan pentingnya pencerminan saat melakukan tindakan pemecahan masalah. Apa yang kau pelajari setelah kau menyelesaikan permasalahan adalah hal yang paling penting, mereka menjelaskan (Wilson, Fernandez, & Hadaway, 1993). Biarpun begitu, mereka memperingatkan bahwa mengembangkan keinginan untuk melihat kembali kepada siswa sangat sulit. Hal ini dimiliki, dalam bagian, oleh budaya tertentu dari banyak kelas matematika yang di mana tujuan dari Pemecahan Masalah adalah hanya untuk mencari jawaban, bukan untuk mempelajari kemampuan menyelesaikan masalah. Pencerminan dapat dilakukan di dalam kelas dengan cara formal dan informal. Menyediakan waktu hanya untuk menulis atau membicarakan tentang proses yang mereka gunakan untuk menyelesaikan permasalahan dapat membantu siswa menyempurnakan proses mereka sendiri. Ada juga penelitian yang dipertimbangkan untuk mendukung ide yang dikembangkan memajukan permasalahan Pemecahan Masalah dengan bekerja di dalam kelompok (Wegerif, 2002). Situasi sosial ini menyediakan mereka cara yang alami dari mendiskusikan bagaimana perkembangan kerja dalam sebuah proyek. Sangat menarik untuk membekali siswa dengan sebuah heuristik, atau hokum ibu jari, saat menyelesaikan masalah. Bagi banyak guru dan siswa, proses otak kiri seperti mengikuti rangkaian langkah saat menghadapi suatu tantangan terlihat seperti cara yang logis untuk melakukan pendekatan pada sebuah masalah. Guru harus menerima dalam pikirannya, bagaimanapun, banyak cara yang digunakan setiap siswa mungkin berbeda. Ada bukti yang dapat dipertimbangkan bahwa otak kanan memainkan peran yang penting dalam menyelesaikan permasalahan dengan membayangkan alternatif, melihat keseluruhan dari gambaran, dan mentransfer nilai pada solusi alternatif. Huitt (1998) menyarankan bahwa, bersamaan dengan proses kritikal dan evaluatif sangat penting dalam pemecahan masalah, ada kelompok kemampuan kedua yang cenderung lebih holistic dan paralel, lebih emosional dan intuitif, lebih kreatif, lebih visual, dan lebih taktual/kinestetik. Ia berargumen bahwa pemecah masalah yang sukses adalah pemecah masalah yang kreatif dan logis. Kedua cara pemikiran itu sangat penting untuk kesuksesan. Nyatanya, kreativitas sering dianggap sebagai cara yang spesial dalam proses Pemecahan Masalah. Ada beberapa kemampuan yang sama pentingnya bagi untuk belajar dengan kemampuan Pemecahan Masalah. Anak muda yang dapat mengenali permasalahan yang dapat diselesaikan, menyelidiki pilihan untuk solusi, menggunakan strategi berpikir yang cocok, dan mengatur keseluruhan proses secara metakognitif, dilengkapi untuk kesuksesan di sekolah, di tempat kerja, dan dalam kehidupan. Contoh dari Pemecahan Masalah Menyelesaikan masalah adalah kemampuan penting dan sangat sulit untuk membayangkan situasi asli di mana siswa mungkin tidak akan mempraktekannnya. Menyelesaikan argumen di taman bermain, bekerja dengan ketidaksetujuan teman, berargumen dengan guru mengenai nilai atau dengan orang tua mengenai jam malam, adalah jenis permasalahan yang harus siswa selesaikan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dalam segala jenis kegiatan atau proyek yang kompleks, juga terdapat permasalahan yang harus diselesaikan yang tak terhitung jumlahnya, seperti permasalahan dengan teknologi, anggota kelompok yang tidak bertanggung jawab, materi yang tidak memadai, dan yang lainnya. Beberapa proyek, bagaimana pun, dibangun di sekitar penyelesaian dari permasalahan besar dan penting, sering dihubungkan dalam beberapa cara pada komunitas. Dalam Unit Plan, Go Go Gadget: Menciptakan Sebuah Mesin, siswa mengidentifikasi karya yang ingin mereka tampilkan, dan menemukan mesin hemat-kerja untuk melakukan pekerjaan. Untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan memecahkan masalah mereka selama unit ini, guru dapat menawarkan pelajaran singkat pada brainstorming, menggunakan software menggambar untuk merepresentasi masalah, atau membuat contoh model bagaimana untuk menjelaskan proses berpikir pada yang lainnya.

9 Dalam Unit Plan, Jangan Kotori Bumi*, siswa sekolah menengah mengubah sampah menjadi harta karun saat mereka mengalihkan materi dari sungai pembuangan dan mengubahnya menjadi produk menarik yang mereka jual di sebuah pameran bisnis hari libur. Menyelesaikan masalah ini membutuhkan kumpulan dan analisa data juga pemikiran kreatif. Guru dapat menyediakan siswa dengan pengarahan terbuka dalam penggunaan database, generasi dari banyak alternatif, dan berpikir secara kreatif mengenai penggunaan yang tidak umum dari materi pembuangan biasa. Dalam Unit Plan, Membuat Kompos: Mengapa Harus Terganggu?*, siswa junior sekolah menengah atas juga berbicara mengenai topik tentang lingkungan saat mereka terkait dengan proses pembuatan material baru dari sampah, saat mereka mengubah sampah ekologi menjadi emas hitam atau kompos yang subur milik petani. Dalam unit ini, siswa memiliki kesempatan untuk mempraktekkan Pemecahan Masalah saat mereka berkompetisi untuk mendapatkan materi organik untuk dibuat menjadi kompos dan bukannya membusuk. Mereka menjual kompos untuk penggalang dana kelas. Dengan membuat siswa berhenti satu waktu, dan mencerminkan permasalahan yang mereka hadapi dan bagaimana mereka mengatasinya, guru dapat mendukung pemindahan dari kemampuan yang digunakan dalam satu konteks ke situasi yang mirip lainnya. Referensi ERIC Development Team. (1999). Reflective thought, critical thinking. ED Washington, DC: USDE. Facione, P. A. (1998). Critical thinking: What it is and why it counts. Santa Clara, CA; OERI, (PDF; 22 pages) Huitt, W. (1998). Critical thinking: An overview. Valdosta, GA: Valdosta State University. Langer, E. J. (1989). Mindfulness. New York: Merloyd Lawrence. Wegerif, R. (2002). Literature review in thinking skills, technology, and learning. Bristol, England: NESTA, Wilson, J. W.; M. L. Fernandez,; & N. Hadaway. (1993). Research ideas for the classroom: High school mathematics. New York: MacMillan.

10 Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pertanyaan Percobaan dan Investigasi Menciptakan Pengetahuan Pertanyaan percobaan adalah jenis pemecahan masalah yang spesial hal itu diatur oleh peraturan proses dan bukti. Marzano (2000) menggambarkan pertanyaan percobaan sebagai sebuah proses Generalisasi dan pemeriksaan hipotesa untuk tujuan dari pemahaman beberapa fenomena fisik atau psikologis (h. 57). Jenis pertanyaan percobaan yang paling terkenal adalah metode ilmiah, cara untuk menjawab pertanyaan mengenai alam. Terdapat enam langkah dalam metode ilmiah. 1. Menyatakan pertanyaan atau permasalahan 2. Mengumpulkan beberapa informasi yang penting mengenai permasalahan 3. Membuat hipotesis yang menjelaskan permasalahan 4. Menguji hipotesis dengan mengadakan percobaan atau mengumpulkan informasi lebih banyak 5. Mengacuhkan atau menyesuaikan hipotesis agar sesuai dengan hasil dari penelitian 6. Jika hipotesis diketahui benar atau tidak benar, bangun, dukung, atau meragukan peran pada teori ilmiah (Shafersman, 1997). Investigasi adalah cara untuk menggunakan pengetahuan yang mirip dengan pertanyaan percobaan. Hal ini merupakan proses Generalisasi dan pengujian hipotesis tentang peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan (Marzano, 2000, h. 47). Pengertian dari dua proses ini mungkin terdengan seperti pengertian jenis pemikiran yang sama, tetapi ada perbedaan yang signifikan. Pertanyaan percobaan dibangun dari bukti empiris. Bukti ini dapat diperiksa dengan memakai indera. Secara teori, seharusnya tidak ada ketidaksetujuan mengenai apa yang bukti empiris katakan karena hal ini terlihat sama bagi semua orang. Fakta bahwa matahari terbit dari Timur, tetapi beberapa akan membendung dengan fakta yang membenarkannya. Anak-anak mengukur tanaman kacang di Unit Plan, The Great Bean, mengumpulkan bukti empiris dengan mengukur tanaman kacang mereka. Pemikiran ilmiah membutuhkan orang-orang mencari tahu jenis bukti empiris apa yang butuh mereka buktikan atau hipotesa mereka salah. Siswa psikologi sekolah menengah atas dapat membuat hipotesa bahwa siswa yang memulai sekolah di hari nanti mendapatkan nilai yang lebih baik daripada yang memulai di awal. Ia dapat mengumpulkan bukti empiris siswa mana yang mengambil kelas awal, siapa yang mengambil kelas larut, dan kelas berapa sajakah mereka. Hal ini adalah fakta, dan tidak ada satu orang pun yang merasa tidak setuju dengan apa yang ia cari tahu. Seperti siswa yang mengukur bayangan pada waktu yang berbeda dalam satu hari, angka yang ia dapatkan adalah bukti empiris. Sekarang, tentu saja, hal lain akan dibutuhkan untuk diketahui dalam percobaan. Mungkin dalam pelajaran sekolah menengah atas, semua anak-anak yang cerdas mengambil kelas pagi, atau mungkin secara kebetulan pada semester ini banyak siswa yang cerdas memulai sekolah larut hari. Mungkin anak yang mengukur bayangan itu mengukur pada saat

11 hari yang berawan di mana ia tidak terlalu dapat melihat tepinya dengan jelas atau mungkin alat yang ia gunakan untuk mengukur memiliki tanda yang kurang jelas. Semua jenis faktor harus dipertimbangkan dalam pertanyaan percobaan, dan ilmuwan dan yang lainnya yang melakukan pertanyaan semacam ini mengetahui apa saja peraturannya. Mereka mengetahui adanya cara yang benar untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti. Dan apa yang membuat apa yang mereka lakukan sebagai pertanyaan percobaan. Investigasi Dalam sebuah investigasi, bagaimana pun, siswa tidak mengamati alam secara langsung atau mengumpulkan bukti mereka sendiri. Mereka mewawancarai orang-orang, memeriksa dokumen, dan membaca apa yang orang lain katakana mengenai topik. Lalu mereka menggambar beberapa kesimpulan yang berdasar pada apa yang telah mereka pelajari. Hanya karena mereka tidak mengumpulkan bukti asli tidak berarti bahwa kualitas dari bukti tersebut tidak penting bagi mereka. Mereka harus lebih berhati-hati untuk menggunakan sumber yang dapat dipercaya dan informasi yang sebenarnya. Apa yang siswa miliki setelah menampilkan proses ini bukanlah teori ilmiah. Tetapi lebih merupakan argumen. Contohnya, siswa kelas enam melacak Battle of Little Big Horn. Ia membaca beberapa penjelasan oleh orang Amerika Asli dan prajurit. Ia juga membaca biografi dari Jenderal Custer dan Sitting Bull. Setelah ia mengumpulkan semua informasi ini, ia membuat beberapa kesimpulan mengenai apa yang terjadi di cerita itu. Kesimpulannya harus mengikuti peraturan, bukan mengenai metode ilmiah, tetapi argumen yang bagus. Pendapatnya mengenai Battle of Little Big Horn harus didukung oleh bukti yang meyakinkan dan mengikuti standar untuk alasan yang baik. Alat Bantu Menunjukkan Bukti dapat membantu siswa membentuk argumen yag baik. Kedua jenis pertanyaan sangat penting di dalam kelas, tetapi beberapa lebih cocok untuk area subyek dan topik yang berbeda. Contohnya, siswa tidak memiliki akses bagi kebutuhan perlengkapan untuk banyak jenis percobaan ilmiah, tetapi mereka dapat merencanakan percobaan menggunakan materi alami yang mereka temukan di sekitar mereka. Di sisi lain, banyak topik sejarah, sosial, dan politik dapat dimengerti dengan sangat baik melalui pelacakan, juga dengan menanamkan dalam pikiran tentang adanya peraturan tentang menggambar kesimpulan dalam area ini. Referensi Marzano, R. J. (2000). Designing a new taxonomy of educational objectives. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.

12 Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Kreativitas Inovasi dan Kepandaian Kebanyakan pengajar akan setuju bahwa pada umumnya kreativitas adalah hal yang baik. Walaupun beberapa guru mempunya pikiran yang jelas mengenai seperti apa hasil karya siswa yang kreatif terlihat atau apa yang dapat mereka lakukan untuk memajukan kreativitas siswa. Untungnya, terdapat penelitian untuk membantu di bidang ini. Kreativitas adalah sesuatu yang kita semua miliki dalam beberapa banyak, dan ada guru tehnik yang dapat digunakan untuk membantu siswa menjadi lebih kreatif. Menurut Robert Sternberg, peneliti yang dihormati secara nasional pada subyek tersebut, Kreativitas adalah kemampuan untuk menghasilkan karya yang asli dan sesuai (dituturkan di Armstrong, 1998, h. 3). Orang yang sangat kreatif seperti Pablo Picasso dan Albert Einstein telah mengubah tampilan dari bidang tempat mereka bekerja dengan perspektif yang segar dan ide asli mereka. Bagi sebgaian dari kita, bagaimana pun, sebuah pemikiran akan diperhitungkan sebagai sesuatu yang kreatif jika hal itu asli bagi orang yang membuatnya, tidak dimiliki oleh banyak orang akan menyenangkan bagi pemikiran hal itu (Nickerson, 2000, h. 394). Anak-anak dapat menjadi kreatif dalam banyak cara, dengan melihat hubungan baru yang mengejutkan teman kelas mereka dan memperdalam sebuah diskusi. Dengan memberikan contoh, memberikan lawan dari contoh tersebut, mempertanyakan, mengajukan sebuah solusi, membuat hubungan baru, menyediakan konteks, menemukan masalah siswa akan menggunakan kreativitas mereka untuk memperkaya pembelajaran mereka dan pembelajaran bagi yang lainnya (Daniel, Lafortune dan Pallascio, 2003, h. 18). Kreativitas memiliki banyak bentuk dalam anak-anak penutupan cerita seorang siswa kelas satu mengenai boneka binatang miliknya, rencana seorang siswa kelas lima untuk berbagi permainan di taman bermain secara adil, robot milik seorang siswa sekolah menengah atas, dan siswa kelas biologi untuk membangun kembali habitat untuk burung lokal. Kreativitas mengusahakan keuntungan baik untuk individu yang menampilkan mereka dan masyarakat yang memelihara mereka. Membantu siswa mengembangkan kreativitas mereka adalah cita-cita yang berharga jika tidak ada alasan lainnya seperti pengembangan pribadi. Sebuah puisi yang hanya dibaca oleh seorang pujangga, ide untuk membuat pekerjaan rumah menjadi lebih efisien, pendekatan ke dalam dunia di sekitar kita, mungkin tidak dikenali bagi sebagian orang, tetapi tetap memiliki kekuatan untuk membuat kehidupan lebih berarti dan lebih menyenangkan. Teresa Amabile (1983) mengatakan bahwa siapapun dengan kecerdasan normal dapat menjadi kreatif dalam beberapa bidang, dan dan semau orang mendapat keuntungan dari kesenangan dan warna (Nickerson, 1999, h. 400) yang pencapaian kreativitas seperti ini tambahkna dalam hidup kita. Saat memiliki kesenangan dan warna dalam hidup kita adalah cita-cita yang berharga, kebanyakan dari kita hidup di dunia nyata, di mana kita berada di bawah tanggung jawab untuk banyak hasil yang berbeda dengan siswa kita. Kita khawatir akan mengembangkan kreativitas siswa saat kesuksesan dinilai atas dasar pembelajaran akademis dan nilai tes?

13 Sternberg dan Lubart (1999) memiliki berita baik. Mereka mengakui bahwa penelitian menunjukkan saat siswa yang kreatif diajarkan dan dinilai dengan cara yang menghargai kreativitas mereka, pembelajaran akademis mereka juga berkembang, jadi pengajaran untuk mengembangkan kreativitas dapat melakukan lebih dari sekedar membuat seseorang bahagia dan lebih produktif dalam masyarakat. Tetapi juga dapat membantu siswa meningkatkan nilai tes mereka. Komponen Kreativitas Orang-orang sering berpikir mengenai kreativitas sebagai sesuatu yang magis dan misterius. Tentunya ada sesuatu yang aneh dan menakjubkan mengenai hasil ciptaan dari karya seni atau sebuah ide yang menggemparkan dunia. Mereka yamng mempelajari kreativitas, bagaimana pun, percaya bahwa produk yang luar biasa dibuat melalui proses berpikir biasa, yang berarti bahwa kita semua dapat mengembangkan kreativitas kita pada beberapa tingkat. Individu yang kreatif memiliki kombinasi dari kemampuan intelektual, karakter kepribadian, dan pengetahuan bidang. Mereka memiliki kemampuan kognitif untuk berurusan dengan situasi kompleks, memiliki alat yang mereka gunakan untuk menghasilkan banyak ide, dan mamu untuk berkonsentrasi sepenuhnya pada tugas (Amabile, 1983). Menurut Sternberg dan Lubart (1999), individu yang kreatif memiliki apa yang mereka sebut sebuah kemampuan sintetis untuk melihat permasalahan dalam cara yang asli, kemampuan sintetis untuk menentukan ide mana yang pantas untuk diikuti dan mana yang tidak, dan kemampuan untuk meyakinkan yang lainnya bahwa ide mereka berharga. Kreativitas lebih dari sekedar otak, bagaimana pun. Orang yang sangat kreatif juga memiliki kepribadian dan karakter yang berkontribusi untuk menghasilkan solusi yang tidak biasa dan sesuai untuk permasalahan. Dua karakteristik yang paling penting adalah kecondongan untuk mengambil resiko yang rasional dan kemampuan untuk mentoleransi kebingungan dan kegandaan arti pada tingkat yang tinggi. Adanya kesepakatan yang baik dari diskusi mengenai hubungan antara keingintahuan dan fleksibilitas. Menjadi orang yang kreatif membutuhkan kemampuan untuk melihat sesuatu hal dari perspektif berbeda dan mengubah sudut pandang saat situasi membutuhkannya. Orang yang kreatif juga memiliki rasa efisiensi diri, dan memercayai kemampuan mereka untuk menyelesaikan tugas yang sulit dan tekun dalam menangani masalah. Orang yang sangat kreatif sering kali disamakan dengan kecerdasan yang sangat tinggi. Walaupun hal ini terkadang benar, bukti menunjukkan bahwa hubungan antara kecerdasan dan kreativitas tidaklah sederhana. Sternberg dan O Hara (1999) menemukan bahwa orang dengan IQ yang rendah tidak dapat menjadi sangat kreatif seperti yang memiliki IQ di atas 120, tidak ada korelasi di antara kecerdasan biasa dan kreativitas. Mereka bahkan menyarankan bahwa individu dengan IQ yang sangat tinggi mungkin dapat diberikan penghargaan untuk pemekiran analitik mereka bahwa mereka tidak mencapai potensi kreatif mereka. Teknologi dan Kreativitas Pada tinjauan literature di tahun 2002 mengenai kreativitas dan teknologi, Avril Loveless menjelaskan hubungan yang rumit antara kreativitas dan teknologi. Alat seperti audio digital, perangkat video, dan komputer dapat berkontribusi untuk proses kreatif dalam berbagai macam cara. Ia menjelaskan bahwa fitur teknologi seperti kondisional, keinteraktifan, kapasitas, varietas, kecepatan, dan fungsi otomatis, membuat siswa melakukan sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan, atau paling tidak sesuatu yang tidak dapat mereka lakukan secara efisien, tanpa teknologi. Karena komputer mengizinkan siswa untuk membuat perubahan dan percobaan alternatif dan memantau seberapa baik mereka bekerja, mereka berguna untuk merevisi dan mengedit. Interaktif yang terdapat pada komputer mengizinkan pengguna untuk menerima dan memberi tanggapan dari proses atau individual lainnya. Teknologi memberi siswa akses ke dalam informasi dengan jumlah yang tak terkira dan tidak dapat dibayangkan beberapa tahun lalu. Karena komputer

14 dapat menampilkan operasi yang kompleks dengan mudah dan cepat, pengguna dapat menggunakan usaha mereka ke dalam proses tingkat-tinggi seperti analisis, interpretasi, dan sintesis dari informasi. Di dalam kelas, guru dapat menggunakan teknologi untuk membantu siswa mengevaluasi dan melakukan brainstorm tentang ide mereka, membuat hubungan, berkolaborasi, dan berkomunikasi. Mereka harus mengingat, bahwa biar bagaimana pun, bukanlah akses untuk teknolohi yang mendukung kreativitas, tetapi hasil karya dari lingkungan di mana teknologi dapat digunakan untuk mencapai cita-cita dalam cara yang kreatif. Mengajarkan Kreativitas Beberapa orang mungkin bersikeras bahwa mengajarkan kreativitas adalah hal yang tidak mungkin, bahwa hal itu adlaha kualitas natural seperti bakat musik. Bagaimanapun, seperti bakat, orang dapat berlatih untuk membuat diri mereka menjadi lebih kreatif, dan guru dapat membantu siswa mereka mengembangkan kreativitas mereka. Lingkungan kelas memiliki dampak yang besar dalam pengembangan kreativitas pada siswa. Beberapa menyarankan lingkungan yang mendukung kreativitas dalam kelas berbasis proyek biasanya: Memiliki keragaman materi dan perlengkapan yang mudah didapat Mengurang konsekuensi negative dari pengambilan resiko Merepresentasikan siswa ke bidang produk kreatif yang luas Membuat sumber yang tersedia pada bidang yang luas sehingga siswa dapat mencari sesuatu yang menarik bagi mereka dan memunculkan imajinasi mereka Mengizinkan fleksibilitas waktu dan pengaturan kelas Mendukung siswa untuk berkolaborasi dalam proyek Memastikan bahwa siswa memiliki beberapa waktu yang sepi sewaktu mengerjakan proyek karena kebisingan dapat menghambat kreativitas Menghubungkan siswa dengan individu yang kreatif dalam komunitas Membuat contoh dengan Anda berpikir secara kreatif dan berbagi mengenai produk, proses, dan kesenangan Anda dalam mencapai tujuan. Sukses dalam segala aspek pendidikan terhubung dengan motivasi siswa. Penelitian mengindikasi bahwa motivasi intrinsik mengembangkan sementara motivasi ekstrinsik biasanya memperlemahnya (Amabile, 1983). Kompetisi untuk penghargaan untuk produk yang terbaik memiliki efek yang dapat merusak kreativitas, kemungkinan karena energi dan komitmen yang dibutuhkan untuk menghasilkan ide asli memerlukan usaha yang besar, di mana motivasi ekstrinsik kemungkinan tidak akan digunakan (Collins dan Amabile, 1999). Biar pun begitu, masalahnya bukanlah hitam dan putih. Jenis motivasi yang berbeda mungkin efektif pada tahap-tahap yang berbeda dari proses kreatif. Saat siswa mengeksplor suata masalah dan mencoba untuk memikirkan ide, mereka mungkin termotivasi secara intrinsik. Di sisi lain, penghargaan ekstrinsik mungkin mendorong siswa untuk mempelajari kemampuan baru yang mereka butuhkan untuk menyelesaikan tugas atau untuk melanjutkan rasa antusias inisial (Collins dan Amabile, 1999). Penelitian menunjukkan bahwa pengarahan terbuka dalam strategi yang menghasilkan produk kreatif dapat membantu siswa menjadi lebih kreatif (Runco dan Sakamoto, 1999). Strategi seperti brainstorming, mengeksplor beberapa pilihan, dan mengevaluasi kekuatan, dapat diajarkan dan dinilai dalam cara dan konteks yang beragam. Meminta siswa untuk membandingkan konsep yang tidak disukai juga dapat mengeluarkan tanggapan yang kreatif.

15 Guru harus memperhatikan kegunaan dari produk yang telah selesai. Walaupun menyediakan contoh bagi siswa umumnya diperhitungkan dapat membantu, pengikut dalam studi penelitian membuat produk yang mengandung fitur dari contoh bahkan saat mereka diberitahukan secara khusus untuk membuat sesuatu yang berbeda sama sekali dengan contoh (Ward, Smith dan Finke, 1999). Mungkin akan lebih mudah untuk menyediakan contoh proses bagi siswa yang digunakan para ahli daripada contoh dari produk yang mungkin. Seluruh siswa memiliki potensi kreatif dalam diri mereka. Entah mereka menyadari potensi itu hanya sebagian tergantung pada motivasi dan kemampuan mereka. Dengan menggunakan bahasa yang mendorong kreativitas dan menciptakan sebuah lingkungan yang menantang dan mendukung siswa dalam usaha kreatif mereka, guru dapat membantu siswa berpikir dan bertindak lebih kreatif. Referensi Amabile, T.M. (1983). The social psychology of creativity. New York:Springer-Verlag Incorporated. Amstrong, T. (1989). Awakening genius in the classroom. Alexandria, VA: ASCD. Daniel, M. F.; L. Lafortune & R. Pallascio. (2003). The development of dialogical critical thinking. ED Loveless, A. L. (2002). Literature review in creativity, new technologies, and learning. Brighton: NESTA. Nickerson, R. S. (1999). Enhancing creativity. In R. J. Sternberg, Creativity handbook, (pp ). New York: Cambridge University Press. Sternberg, R. J. and O Hara, L. (1999). Creativity and intelligence ( ). In R. J. Sternberg, Creativity handbook, (pp ). New York: Cambridge University Press. Sternberg, R. J. and Lubart, T. I. (1999). The concept of creativity: Prospects and paradigms. In R. J. Sternberg, Creativity handbook, (pp. 3-15). New York: Cambridge University Press.

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah

Desain Proyek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Desain Pryek Efektif: Menggunakan Pengetahuan Pemecahan Masalah Menciptakan Slusi Menyelesaikan masalah mengambil tempat di mana pun kita dihadapi leh halangan atau tantangan untuk mencapai sebuah cita-cita.

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Kebiasaan Berpikir

Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Kebiasaan Berpikir Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Kebiasaan Berpikir Karakteristik Orang dengan Kebiasaan Berpikir Di luar pernyataan dari banyak program komersial mengenai memajukan pemikiran, banyak ahli di

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Mengajarkan Berbagai Keyakinan dan Sikap

Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Mengajarkan Berbagai Keyakinan dan Sikap Desain Proyek Efektif: Keyakinan dan Sikap Mengajarkan Berbagai Keyakinan dan Sikap Berbagai Keyakinan dan Sikap di dalam Kelas Meskipun beberapa guru akan berdebat dengan dasar pemikiran bahwa ada berbagai

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Mempelajari Energi di Sekolah Menengah Mr. Hirano mengajar enam bagian dari fisika tingkat delapan, dengan jumlah siswa di kelas berkisar antara 26 sampai 33 siswa. Karena sekolahnya mengimplementasi program

Lebih terperinci

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR

MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR MYERSS BRIGGS TYPE INDICATOR Personality Questionaire PANDUAN PENGISIAN MBTI NO. A 1. Isilah dengan jujur & refleksikan setiap pernyataan yang ada ke dalam keseharian Anda 2. JANGAN terlalu banyak berpikir,

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Kiasan dalam Kelas Senior Bahasa Inggris Senior sekolah menengah atas dalam kelas Bahasa Inggris Cleo Barnes akan memulai unit 3-minggu pada kiasan, menjawab Pertanyaan Penting, Mengapa orang tidak langsung

Lebih terperinci

Pencarian Bilangan Pecahan

Pencarian Bilangan Pecahan Pencarian Bilangan Pecahan Ringkasan Unit Siswa ditugaskan sebuah profesi yang menggunakan pecahan bilangan dalam pekerjaannya. Mereka meneliti, meringkas, menarik kesimpulan, dan mempresentasikan penemuan

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Lingkungan yang Mendorong Pemikiran

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Lingkungan yang Mendorong Pemikiran Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Lingkungan yang Mendorong Pemikiran Menciptakan Kelas Berpikir Para siswa belajar untuk berpikir di dalam kelas penuh pemikiran, tempat dimana para siswa secara

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Pelajaran tentang Katak di Kelas Dua Siswa kelas dua Mr. Grant sedang memulai sebuah unit dalam siklus kehidupan katak. Ia menginginkan siswanya untuk memahami siklus alam dan habitat hewan. Ia juga menginginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran

Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Desain Proyek Efektif: Mengajar Berpikir Menilai Pemikiran Metode-Metode Penilaian Nah, anda telah merencanakan dengan hati-hati berbagai proyek yang meminta para siswa untuk melatih berbagai macam kecakapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam

BAB I PENDAHULUAN. penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi komputer yang demikian cepat serta penerapannya yang semakin luas ke berbagai bidang tak terkecuali dalam pengajaran, menjadikan komputer

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA

PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP. Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Kode Makalah PM-1 PENGEMBANGAN MODEL PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK) PADA MATEMATIKA MATERI KESEBANGUNAN UNTUK SISWA SMP Oleh: Endah Budi Rahaju UNESA Abstrak Dalam KBK telah dimasukkan tujuan-tujuan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi. Gulo menyatakan strategi inkuiri berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi sekarang ini, setiap orang dihadapkan pada berbagai macam tantangan dalam berbagai bidang. Untuk menghadapi tantangan tersebut maka setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan mengembangkan daya pikir manusia.

Lebih terperinci

BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS

BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS BAB II PENGEMBANGAN KREATIVITAS 2.1 Definisi Kreativitas Kreativitas merupakan kemampuan seseorang dalam membuat sesuatu menjadi baru dalam keberadaannya. Kreativitas juga berhubungan dengan adanya perubahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kreativitas Kreativitas menurut para ahli psikologi penjelasannya masih berbeda-beda sesuai sudut pandang masing-masing. Menurut Semiawan kreativitas adalah suatu kemampuan untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) Model adalah prosedur yang sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman bagi pengajar

Lebih terperinci

Metakognisi. Lihat beberapa cara dimana lakukan untuk memulai. guru menggabungkan Saya dapat membuat sebuah daftar hal yang harus saya lakukan.

Metakognisi. Lihat beberapa cara dimana lakukan untuk memulai. guru menggabungkan Saya dapat membuat sebuah daftar hal yang harus saya lakukan. Metakognisi Berpikir Mengenai Pemikiran Jason diberi tugas proyek ilmiah, tetapi ia tidak memiliki ide bagaimana memulainya. Ia duduk dan menatap keluar jendela sejenak lalu mengangkat tangannya, dan berkata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, tiap individu senantiasa menghadapi masalah, dalam skala sempit maupun luas, sederhana maupun kompleks. Kesuksesan individu sangat ditentukan

Lebih terperinci

Intel Teach Program Assessing Projects

Intel Teach Program Assessing Projects Menilai Proyek Pelajaran berbasis proyek menuntut penilaian yang lebih progresif dimana siswa dapat melihat pelajaran sebagai proses dan strategi penyelesaian masalah untuk memenuhi harapan-harapan proyek.

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1)

PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) KARAKTERISTIK SISWA PP No 19 Tahun 2005 (PASAL 19, AYAT 1) proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sebagai modal bagi proses pembangunan. Siswa sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori. 2.1.1. Prestasi Belajar Sehubungan dengan prestasi belajar, Poerwanto (1986:2) memberikan pengertian prestasi belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak dunia pendidikan terutama pendidikan tinggi untuk mulai secara sungguhsungguh dan berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi. BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bab ini akan dibahas mengenai kesimpulan dan rekomendasi. Berdasarkan hasil analisis data dan temuan peneliti diperoleh kesimpulan sebagai berikut: A. Kesimpulan 1.

Lebih terperinci

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN

KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN KETERAMPILAN KONSELING : KLARIFIKASI, MEMBUKA DIRI, MEMBERIKAN DORONGAN, MEMBERIKAN DUKUNGAN, PEMECAHAN MASALAH DAN MENUTUP PERCAKAPAN oleh Rosita E.K., M.Si Konsep dasar dari konseling adalah mengerti

Lebih terperinci

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah

Kuisioner Kompetensi Kepribadian. Skor Diskripsi Selalu Seringkali Kadang-kadang Jarang Tidak pernah Kuisioner Kompetensi Kepribadian Dalam rangka untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran berbasis kompetensi di Jurusan Biologi-UB, maka kami mohon kesediaan saudara unuk mengisi kuisioner ini. Petunjuk:

Lebih terperinci

2

2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 MODUL 3 MEMPENGARUHI & MEMBANGUN TEAM A. SUB POKOK BAHASAN Komunikasi Efektif untuk Mempengaruhi dan Membangun Team B. TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari modul ini peserta pelatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pembelajaran matematika, idealnya siswa dibiasakan memperoleh pemahaman melalui pengalaman dan pengetahuan yang dikembangkan oleh siswa sesuai perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di. Perkembangan IPTEK yang sangat pesat dapat berimbas pada tantangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah memasuki abad ke-21. Abad 21 merupakan abad dimana berbagai informasi mudah didapatkan oleh semua orang di penjuru dunia tanpa terkecuali. Batasan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER

BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER BAB III TINJAUAN PEDAGOGIK PEMBELAJARAN BERBASIS KOMPUTER Saat ini penggunaan ICT untuk kegiatan belajar dan mengajar menjadi salah satu ciri perkembangan masyarakat modern. ICT dapat dimaknakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran matematika tentu tidak akan terlepas dari masalah matematika. Pemecahan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan sangat berperan penting dalam kemajuan teknologi dan informasi di era globalisasi ini. Setiap negara berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Herman S. Wattimena,2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pembelajaran dalam pendidikan sains seperti yang diungkapkan Millar (2004b) yaitu untuk membantu peserta didik mengembangkan pemahamannya tentang pengetahuan

Lebih terperinci

MEMBELAJARKAN SISWA TENTANG NILAI TEMPAT SECARA KREATIF

MEMBELAJARKAN SISWA TENTANG NILAI TEMPAT SECARA KREATIF MEMBELAJARKAN SISWA TENTANG NILAI TEMPAT SECARA KREATIF Sri Hariyani, Nurul Firdaus Universitas Kanjuruhan Malang, Universitas Kanjuruhan Malang sri79hariyani@yahoo.com, firdaus25.nurul@ymail.com ABSTRAK.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak rintangan dalam masalah kualitas pendidikan, salah satunya dalam program pendidikan di Indonesia atau kurikulum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia yang cerdas, kreatif, dan kritis menjadi faktor dominan yang sangat dibutuhkan dalam menghadapi era persaingan global. Sementara itu proses pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembelajaran Biologi Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti kehidupan dan logos yang berarti ilmu. Jadi biologi adalah cabang ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning atau PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam

I. PENDAHULUAN. belajar mengajar di sekolah. Oleh karena itu kompetensi guru dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu pranata sosial yang menyelenggarakan pendidikan untuk mengembangkan potensi siswa. Keberhasilan pendidikan ini didukung dengan adanya

Lebih terperinci

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu :

Menurut Wina Sanjaya (2007 : ) mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dari metode inkuiri, yaitu : A. Pengertian Metode Inkuiri Inquiri berasal dari bahasa inggris inquiry, yang secara harafiah berarti penyelidikan. Piaget, dalam (E. Mulyasa, 2007 : 108) mengemukakan bahwa metode inkuiri merupakan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran identik dengan internalisasi konsep-konsep ilmu pengetahuan ke dalam diri siswa yang melibatkan serangkaian aktivitas berpikir dari fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. lambang yang formal, sebab matematika bersangkut paut dengan sifat-sifat struktural 7 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Penguasaan Matematika Menurut Mazhab (dalam Uno, 2011 : 126) matematika adalah sebagai sistem lambang yang formal, sebab matematika bersangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia 0-6 tahun. Pendidikan ini dapat dilaksanakan oleh beberapa lembaga pendidikan antara lain pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk kemajuan pembangunan. Salah satu lembaga pendidikan yang penting adalah perguruan tinggi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pembangunan nasional Indonesia menyatakan perlunya masyarakat melaksanakan program pembangunan nasional dalam upaya terciptanya kualitas manusia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam mata pelajaran matematika sejauh ini telah mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Penelitian Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam perkembangan suatu negara. Dengan pendidikan yang lebih baik akan mengarah pada perkembangan suatu negara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015

PENDAHULUAN. Leli Nurlathifah, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman menuntut disiapkannya penerus bangsa yang siap menghadapi berbagai tantangan. Individu yang siap adalah individu yang sukses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan paradigma pembelajaran matematika di adaptasi dalam kurikulum di Indonesia terutama mulai dalam Kurikulum 2004 (KBK) dan Kurikulum 2006 serta pada kurikulum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Hasil Kesesuaian antar Panelis Kehandalan data dari masing-masing panelis diuji menggunakan uji kehandalan data menurut Krippendorf dengan menghitung koefisien alpha

Lebih terperinci

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A

PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA. Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A PANDUAN PENJURIAN DEBAT BAHASA INDONESIA Disusun oleh: Rachmat Nurcahyo, M.A DAFTAR ISI Pengantar: Lomba Debat Nasional Indonesia 1. Lembar Penilaian hal.4 a. Isi hal. 4 b. Gaya hal.5 c. Strategi hal.5

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka 6 BAB II Tinjauan Pustaka A. Keyakinan Keyakinan merupakan suatu bentuk kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang dimilikinya. Goldin (2002) mengungkapkan bahwa keyakinan matematika seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Teknik NHT Dalam penerapannya pembelajaran kooperatif memiliki beberapa teknik pembelajaran, salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan penting terutama dalam kehidupan manusia karena ilmu pengetahuan ini telah memberikan kontribusi yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan ISSN 2252-6676 Volume 4, No. 1, April 2016 http://www.jurnalpedagogika.org - email: jurnalpedagogika@yahoo.com KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF ARGUMENTASI DENGAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang harus dikembangkan dalam upaya meningkatkan kualitas individu. Untuk meningkatkan kualitas tersebut, maka

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X

PENGARUH PEMBELAJARAN EKOSISTEM BERBASIS MASALAH GLOBAL TERHADAP PENGUASAAN KONSEP, KEMAMPUAN PENALARAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN SISWA KELAS X 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu permasalahan mengenai lingkungan merupakan topik yang tidak pernah lepas dari pemberitaan sampai saat ini, mulai dari tingkat lokal, regional, nasional, maupun

Lebih terperinci

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut: Nama : Hana Meidawati NIM : 702011109 1. Metode Ceramah Penerapan metode ceramah merupakan cara mengajar yang paling tradisional dan tidak asing lagi dan telah lama dijalankan dalam sejarah pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Vita Rosmiati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan landasan utama dalam menciptakan generasi bangsa yang cerdas, bermoral, mampu mengikuti perkembangan teknologi dunia, dan memiliki kecakapan individu

Lebih terperinci

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis.

berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kemampuan membaca pemahaman dan berpikir analitis diperlukan dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dan memberikan solusi terhadap permasalahan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan 6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Berpikir Kritis Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan tertentu dapat dikatakan berpikir dimana dapat dikatakan berpikir

Lebih terperinci

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis

Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Menggunakan Metode Peta Pikiran (mind mapping) dalam Menulis Oleh Susana Widyastuti, M.A. Disampaikan pada Seminar Metode Belajar yang Efektif Yang diselenggarakan pada Sabtu, 25 September 2010 Oleh Pusat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Belajar (Learning Styles) Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan) dan faktor lingkungan. Jadi ada hal-hal tertentu yang tidak dapat diubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Undang-undang No.20 Tahun 2003: 1). Pendidikan erat kaitannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan kondisi belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi-potensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut

BAB I PENDAHULUAN. metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berpikir merupakan aktivitas yang selalu dilakukan otak untuk metransfer informasi ke seluruh tubuh. Berawal dari proses berpikir tersebut manusia dapat melakukan kegiatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan...

DAFTAR ISI. II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis Pembelajaran Pengayaan... DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... B. ujuan...... C. Ruang Lingkup... II. PEMBELAJARAN PENGAYAAN A. Pembelajaran Menurut SNP... B. Hakikat Pembelajaran Pengayaan... C. Jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan pendidikan yang menjadi prioritas untuk segera dicari pemecahannya adalah masalah kualitas pendidikan, khususnya kualitas pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. perlu untuk ditingkatkan dan digali sebesar-besarnya karena hal tersebut 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, kita memasuki dunia yang berkembang serba cepat sehingga memaksa setiap individu untuk dapat mengikuti perkembangan tersebut. Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam

BAB I PENDAHULUAN. emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini sangat berperan dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dengan adanya peningkatan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut. (Herman Hudojo, 2003: 123)

Peserta didik diberikan drill untuk memperkuat konsep tersebut. (Herman Hudojo, 2003: 123) A. Pemahaman Konsep Menurut Jerome Bruner dalam teori-teorinya yaitu teori konstruksi, notasi, kekontrasan dan variasi, serta konektivitas menyatakan bahwa belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, bangsa dan Negara (UUSPN No.20 tahun 2003). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Kemampuan Komunikasi Matematis Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti berpartisipasi atau memberitahukan. Menurut Toda (Liliweri, 1997) komunikasi sebagai

Lebih terperinci

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS

STAYING TRUE TO YOUR MORAL COMPASS MORAL INTELLIGENCE Nilai, filosofi, dan kumpulan kecerdasan moral memiliki pengaruh yang sangat penting terhadap bisnis. Hal tersebut merupakan dasar dari visi, tujuan, dan budaya organisasi. Tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses mendidik yang menjadikan manusia seutuhnya untuk memiliki ilmu pengetahuan dan nilai-nilai norma dan etika. Peraturan pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika Istilah belajar sebenarnya telah lama dikenal. Namun sebenarnya apa belajar itu, masing-masing orang mempunyai pendapat yang tidak sama. Sebagian orang beranggapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization Abstrak. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika melalui pembelajaran kooperatif tipe Team Assisted Individualization

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Konsep Belajar dan Mengajar Belajar merupakan proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses

Lebih terperinci