BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pengertian cost effectiveness Mulyadi (2003;37) menyatakan bahwa cost effectiveness merupakan suatu ukuran seberapa efektif sumber daya organisasi dimanfaatkan untuk melaksanakan value-added activity dalam menghasilkan keluaran yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan cutomers. Customers akan memilih produsen yang mampu menghasilkan produk barang maupun jasa yang berkualitas dengan harga jual yang berlaku di pasar dunia. Harga jual tersebut hanya dapat dipenuhi oleh produsen yang berkelanjutan melakukan pengelolaan terhadap aktivitas penambah nilai dan menghilangkan aktivitas bukan penambah nilai bagi customers. Pada hakikatnya aktivitas bukan penambah nilai adalah suatu pemborosan sehingga perlu dilakukan pengelolaan. Tujuan pengelolaan aktivitas adalah penghilangan pemborosan, dan dengan hilangnya pemborosan tersebut biaya dapat berkurang. Pemborosan diakibatkan oleh adanya aktivitas bukan penambah nilai dan aktivitas penambah nilai yang tidak dilakukan secara efisien. Dengan demikian cost effectiveness menjadi salah satu faktor untuk memiliki daya saing jangka panjang di pasar. Untuk menjadikan kegiatan bisnisnya efektif, manajemen berusaha melakukan pengelolaan aktivitas (activity management). Manajemen dengan berdasarkan aktivitas (Activity Based Management-ABM) merupakan pendekatan 9

2 untuk mengelola bisnis dengan mengidentifikasi aktivitas-aktivitas operasi utama, menentukan sumber-sumber daya apa yang dikonsumsi oleh setiap aktivitas, mengidentifikasi apa yang menyebabkan konsumsi sumber daya dari setiap aktivitas tersebut, dan mengkategorikan aktivitas-aktivitas yang memberi nilai tambah dan yang tidak memberikan nilai tambah bagi sebuah produk. Manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan terintegrasi di seluruh sistem yang mengarahkan perhatian manajemen pada aktivitas-aktivitas dengan tujuan meningkatkan nilai pelanggan dan laba perusahaan (Hansen and Mowen, 2001;913). Mulyadi (1998;260) menyatakan bahwa pengelolaan aktivitas dilaksanakan melalui empat langkah sebagai berikut : 1) Pemilihan atau seleksi aktivitas bernilai tambah (activity selection) Seleksi aktivitas melibatkan pemilihan diantara seperangkat aktivitas yang berbeda yang disebabkan oleh strategi-strategi persaingan. Strategi yang berbeda menyebabkan aktivitas yang berbeda. Strategi yang dipilih adalah strategi yang berbiaya terendah. Jadi seleksi aktivitas dapat mempunyai pengaruh yang signifikan pada pengurangan biaya. 2) Pembagian aktivitas bernilai tambah (activity sharing) Pembagian aktivitas dilakukan dengan cara menggunakan skala ekonomi yaitu dengan meningkatkan aktivitas ke tingkat skala ekonomi. Dengan menaikkan aktivitas sampai ke tingkat skala ekonomi, tanpa disertai dengan kenaikan total biaya aktivitas itu sendiri, pengurangan biaya per satuan akan diperoleh. Dengan 10

3 menurunnya biaya satuan aktivitas, biaya yang akan dirunut ke produk akan menurun. 3) Pengurangan aktivitas yang tidak bernilai tambah (activity reduction) Pengurangan aktivitas dapat mengurangi waktu dan sumber daya-sumber daya yang diperlukan. Dalam strategi jangka pendek, pengurangan aktivitas adalah untuk memperbaiki non-value added activities sampai dengan aktivitas tersebut dieliminir. Contohnya aktivitas pemindahan, waktu dan biaya untuk pemindahan komponen antar departemen dapat dikurangi dalam jumlah besar yang artinya terjadinya pengurangan biaya. 4) Penghilangan aktivitas yang bernilai tambah (activity elimination) Eliminasi aktivitas memusatkan pada aktivitas yang tidak bernilai tambah. Aktivitas yang tidak bernilai tambah diidentifikasi, dan diukur untuk mengeliminir aktivitas-aktivitas tersebut Keunggulan konsep cost effectiveness Mulyadi (1998;445) menyatakan bahwa beberapa keunggulan konsep cost effectiveness, antara lain : 1) Konsep cost effectiveness memasukkan customers ke dalam model pengukuran kinerja sehingga memungkinkan manajemen memfokuskan usahanya untuk melalukan improvement terhadap proses berdasarkan sudut pandang customers. 2) Konsep cost effectiveness menganalisis proses menjadi aktivitas penambah nilai dan aktivitas bukan penambah nilai, sehingga memungkinkan manajemen 11

4 melakukan pengelolaan aktivitas untuk menghasilkan pengurangan biaya secara signifikan bagi kepentingan customers Cost efficiency Keadaan dunia usaha yang kompetitif seperti sekarang ini, menuntut adanya keunggulan atas produk atau jasa yang dimiliki tidak hanya bersaing dalam harga tetapi juga bersaing dalam mutu dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan tanpa memperhatikan kualitas produk, sama saja dengan menghilangkan harapan masa depannya, karena mengalami kesulitan pemasaran yang bersaing dengan produk atau jasa yang sama dari perusahaan lain dengan kualitas yang lebih baik. Cost efficiency menunjukkan seberapa efisien suatu aktivitas mengkonsumsi sumber daya dalam menghasilkan keluaran (Mulyadi, 2003;36). Efisien merupakan rasio antara keluaran dengan masukan. Semakin sedikit masukan yang dikonsumsi untuk menghasilkan keluaran, semakin efisien aktivitas di dalam mengkonsumsi masukan, atau semakin banyak keluaran yang dapat dihasilkan dari konsumsi masukan tertentu, semakin produktif aktivitas yang dilakukan oleh manajemen di dalam menghasilkan keluaran. Keefektifan program kualitas berbagai perusahaan sangat bervariasi. Terbukti masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan pengendalian kualitas secara optimal, sehingga masih banyak pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan yang menyebabkan banyak terjadi kegagalan atau pemborosan. Hal ini tentu mengakibatkan bertambahnya biaya yang dikeluarkan dan pemborosan waktu yang 12

5 berarti tidak efisiennya penggunaan faktor-faktor produksi. Dengan melakukan pengendalian kualitas yang terus-menerus berarti manajemen telah melakukan upaya peningkatan efisiensi Mengukur cycle efficency suatu proses Proses terdiri dari berbagai aktivitas untuk mengelola masukan menjadi keluaran. Oleh karena keluaran suatu proses digunakan untuk menghasilkan keluaran perlu dihubungkan dengan kebutuhan customers, untuk menentukan diperlukan atau tidaknya aktivitas ditinjau dari sudut pandang customers. Dari sini timbul konsep aktivitas bernilai tambah (value-added activity) dan aktivitas tidak bernilai tambah (non-value added activity). Ukuran efisiensi proses produksi barang atau jasa dapat dihitung dengan membandingkan processing activities atau value-added activities dengan throughput activities yang lebih dikenal dengan istilah cycle efficiency (Mulyadi, 1998;441). Seberapa besar aktivitas bukan penambah nilai dikurangi dan dihilangkan dari proses pembuatan produk atau jasa dapat diukur melalui cycle efficiency dengan rumus : Cycle efficiency = Value-Added Activities Throughput Activities Dalam proses produksi barang dan jasa diperlukan throughput activities yang merupakan keseluruhan kegiatan yang diperlukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Adapun throughput activities dapat dicari dengan cara sebagai berikut : Throughput Activities = Value-Added Activities + Non-Value Added Activities 13

6 2.1.5 Value-added activities dan non-value added activities Sistem akuntansi biaya memfokuskan strategi produksinya pada aktivitasaktivitas yang mengkonsumsi sumber daya dan sumber daya yang dikonsumsi menimbulkan biaya. Setelah mengklasifikasikan aktivitas-aktivitas yang ada maka selanjutnya aktivitas-aktivitas mana saja yang tergolong value-added activities dan non-value added activities. Menurut Simamora (2002;27) value-added activities adalah aktivitas yang meningkatkan jasa produk bagi pelanggan. Value-added activities adalah aktivitas yang diperlukan dalam menghasilkan nilai bagi konsumen karena aktivitas ini dapat menambah nilai kepada sebuah produk atau jasa. Aktivitas ini diperlukan untuk dapat bertahan dalam bisnis. Aktivitas-aktivitas ini membutuhkan penggunaan sumber daya dan biaya-biaya yang terkait yang berguna untuk memberikan kontribusi kepada jasa, mutu, dan biaya produk akhir. Beberapa value-added activities merupakan aktivitas yang harus dilaksanakan (required activities) yaitu aktivitas yang diwujudkan oleh peraturan yang dikeluarkan pihak berwenang. Beberapa value-added activities lainnya merupakan aktivitas kebijakan (discretionary activities). Value-added activities memiliki sifat : 1) Aktivitas tersebut menyebabkan perubahan keadaan 2) Perubahan keadaan tidak dapat dicapai dengan aktivitas sebelumnya 3) Aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan Aktivitas bukan penambah nilai (non-value added activities) merupakan aktivitas yang tidak diperlukan dalam menghasilkan nilai bagi konsumen. Aktivitas yang tidak memenuhi ketiga ataupun salah satu dari tiga kriteria aktivitas penambah 14

7 nilai merupakan aktivitas bukan penambah nilai. Aktivitas yang tidak menambah nilai merupakan aktivitas selain aktivitas yang mutlak esensial untuk dapat bertahan dalam bisnis. Menurut Simamora (2002;117) aktivitas yang tidak bernilai tambah merupakan aktivitas yang berkaitan dengan produksi yang menambah biaya kepada suatu produk dan jasa namun tidak meningkatkan nilai pasarnya. Menurut Hansen and Mowen (1997;916) terdapat lima aktivitas yang bersifat pemborosan dan tidak perlu dilakukan, yaitu : 1) Penjadwalan, yaitu aktivitas menentukan kapan suatu produk diproses atau beberapa set up yang harus dilakukan. Penjadwalan merupakan suatu aktivitas yang menggunakan waktu dan sumber daya untuk menentukan kapan produk yang berbeda memiliki akses ke proses-proses (atau kapan dan berapa jumlah persiapan harus dilakukan) dan bagaimana cara memproduksinya. 2) Pemindahan, yaitu aktivitas memindahkan barang-barang dari satu departemen ke departemen lainnya. 3) Penungguan, yaitu aktivitas menunggu barang yang akan diolah dan diproses pada proses berikutnya. 4) Inspeksi, yaitu aktivitas pemeriksaan agar produk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. 5) Penyimpanan, yaitu aktivitas menyimpan barang sebagai persediaan. Aktivitas penambah nilai dan bukan penambah nilai ini akan menimbulkan biaya. Biaya yang ditimbulkan adalah biaya bernilai tambah (value-added cost) dan biaya yang tidak bernilai tambah (non-value added cost). Biaya yang menambah nilai 15

8 adalah biaya yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang menambah nilai yang dilakukan dengan efisiensi sempurna. Sedangkan biaya yang tidak bernilai tambah adalah biaya yang disebabkan oleh aktivitas-aktivitas yang tidak menambah nilai atau kinerja yang tidak efisien dari aktivitas penambah nilai. Penentuan atau pemisahan antara aktivitas yang bernilai tambah dengan aktivitas yang tidak bernilai tambah sangat penting dilakukan oleh manajemen karena dengan pemisahan kedua aktivitas tersebut akan tampak aktivitas mana yang benarbenar diperlukan dalam suatu perusahaan dan aktivitas mana yang merupakan pemborosan dan seharusnya tidak dibebankan ke produk. Pemisahan ini perlu agar manjemen dapat memusatkan perhatiannya untuk mengurangi bahkan menghilangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah yang tentu saja akan dapat menimbulkan biaya Pengertian strategic cost reduction Lingkungan bisnis yang kompetitif menuntut personel perusahaan untuk mampu mengurangi biaya dalam jumlah yang signifikan dan untuk jangka waktu panjang. Pengurangan biaya seperti ini disebut pengurangan biaya yang bersifat strategis (Strategic Cost Reduction). Berikut ini disajikan fakta yang berkaitan dengan strategic cost reduction (Mulyadi, 2003;408). 1) Strategic cost reduction mencakup jangka waktu panjang. Dengan ini strategic cost reduction memerlukan sistem informasi biaya yang mencakup jangka panjang, yang dapat menghasilkan informasi product life cycle costs. 16

9 2) Strategic cost reduction akan efektif jika difokuskan pada tahap perencanaan, bukan pada tahap implementasi rencana. 3) Strategic cost reduction menjadikan pengurangan biaya bagian strategi untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif, sehingga mencakup keseluruhan rantai nilai (value chain), bukan hanya pengurangan biaya pada tahap produksi, apalagi hanya berkaitan dengan pengurangan biaya tenaga kerja. 4) Pencatatan biaya yang telah terjadi tidak dapat mempengaruhi perilaku manajemen di dalam mengkonsumsi sumber daya, sedangkan strategic cost reduction membutuhkan sistem informasi biaya yang dapat mempengaruhi perilaku manajemen dalam melakukan improvement secara berkelanjutan. Menurut Mulyadi (1998;234) strategic cost reduction adalah pengurangan biaya secara strategis yang dilakukan oleh pihak manajemen untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang kompetitif. Strategic cost reduction adalah sebuah pendekatan yang dilakukan perusahaan dalam mengambil langkah baru untuk menciptakan dan menjaga kompetensi keunggulan perusahaan dalam jangka panjang. Pengurangan biaya dalam strategic cost reduction merupakan tindak lanjut dari kegagalan traditional cost reduction yang berfokus pada pemotongan biaya gaji dan upah serta penghapusan pekerjaan. Pemotongan biaya gaji dan upah tenaga kerja hanya dapat mengurangi biaya dalam jangka pendek yang berdampak pada penurunan kualitas produk dan jasa yang ditawarkan. Strategic cost reduction melakukan pemotongan biaya yang bersifat jangka panjang tanpa menurunkan kualitas produk atau jasa yang ada. 17

10 Strategic cost reduction adalah pendekatan jangka panjang yang mengintegrasikan strategi bersaing, strategi teknologi, strategi manajemen sumber daya manusia dan desain organisasi untuk mencapai keunggulan perusahaan (Brinker, 1993;155). Strategic cost reduction memfokuskan pada pengurangan biaya pada penyebab timbulnya pemborosan yaitu kualitas. Jika dalam aktivitasnya perusahaan mampu melaksanakan peningkatan kualitas secara berkelanjutan, biaya pembuatan produk akan berkurang sebagai hasil dari peningkatan kualitas tersebut. Oleh karena itu dalam strategic cost reduction, pengurangan biaya terjadi setelah hasil peningkatan bertahap terhadap 1) kualitas, 2) keandalan, dan 3) kecepatan (speed) (Mulyadi, 1998;234). Peningkatan kualitas membantu peningkatan keandalan, peningkatan kualitas dan keandalan meningkatkan kecepatan, dan pada akhirnya dampak kumulatif peningkatan tiga hal tersebut menghasilkan efisiensi biaya (Brinker, 1993;56). Improvement terhadap kualitas, keandalan, dan kecepatan perusahaan sebagai penghasil produk inilah yang sesungguhnya mengakibatkan pengurangan total biaya yang dibebankan kepada customers. Improvement terhadap tiga hal tersebut tidak dapat dilaksanakan melalui pendekatan jangka pendek, partial (hanya difokuskan pada biaya tertentu), dan periodik, namun harus dilaksanakan melalui pendekatan jangka panjang, bersistem (system approach), dan berkelanjutan. Implikasi dari pengurangan biaya jangka panjang yang sukses di dapat secara tidak langsung melalui keberhasilan dari strategi-strategi lain. Oleh karena itu strategic cost reduction harus selalu menyertai strategi bersaing perusahaan. 18

11 2.1.7 Syarat-syarat strategic cost reduction Untuk memperbaiki efektifitas program pengurangan biaya, pertama kali harus dinyatakan bahwa pengurangan biaya harus bersifat strategis untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif dalam persaingan pasar. Mulyadi (1998;253) menyatakan bahwa persyaratan untuk melakukan pendekatan strategis dalam pengurangan biaya adalah sebagai berikut : 1) Manajemen harus memiliki tujuan yang jelas, 2) Pemotongan biaya harus berorientasi jangka panjang, 3) Manajemen harus memiliki sifat yang proaktif dalam mengelola biaya, dan 4) Manajemen harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang sifat biaya Perbedaan traditional cost reduction dengan strategic cost reduction Sebenarnya upaya pengurangan biaya telah dlakukan sejak dulu. Menurut Mulyadi (1998;238) program pengurangan biaya di masa lalu umumnya berupa crash program yang mengalami kegagalan berkaitan dengan sifat-sifat traditional cost reduction. Adapun sifat-sifat traditional cost reduction adalah sebagai berikut : 1) Tidak ada tujuan yang jelas Suatu program pengurangan biaya yang tidak jelas tujuannya, dan yang tidak dikaitkan dengan usaha untuk mencapai posisi kompetitif di pasar tidak mampu membangkitkan semangat personel untuk mewujudkan program. Semangat besar sangat diperlukan dalam program pengurangan biaya, karena pada dasarnya 19

12 pengurangan biaya menuntut perubahan mendasar dalam cara kerja dan setiap perubahan memerlukan pengorbanan dari personel. 2) Berorientasi jangka pendek Traditional cost reduction berfokus pada usaha menurunkan biaya dalam jangka panjang, sehingga pada saat program mencapai tujuan jangka pendeknya, program tersebut kemudian dihentikan. Sebagai akibatnya biaya kembali mengalami kenaikan. 3) Bersifat reaktif Program pengurangan biaya di masa lalu merupakan reaksi terhadap perubahan drastis yang terjadi, bukan bagian dari strategi untuk menjadikan perusahaan mencapai posisi kompetitif di pasar. Program pengurangan biaya lebih merupakan manajemen kritis karena bersifat reaktif sehingga alternatif yang dipilih didasarkan pada langkah-langkah yang dalam waktu singkat menghasilkan pengurangan biaya yang signifikan. 4) Tidak adanya pengetahuan memadai mengenai sifat biaya Program pengurangan biaya di masa lalu, di samping bersifat reaktif dan berjangka pendek, juga dilandasi kekurang pahaman manajemen terhadap sifat biaya. Biaya yang paling rentan untuk dikurangi adalah biaya tenaga kerja langsung karena menurut pemahaman manajemen tradisional biaya ini memicu biaya yang lain. 5) Tidak tersedia informasi tentang penyebab terjadinya biaya Sistem akuntansi biaya tradisional tidak menyediakan informasi tentang aktivitas yang menyediakan penyebab terjadinya biaya. Padahal, hanya dengan melakukan 20

13 pengelolaan terhadap aktivitas (aktivitas dipilih, dibagi bebannya, dikurangi, atau dihilangkan) biaya dapat dikurangi dalam jumlah signifikan dalam jangka panjang. Program pengurangan biaya di masa lalu umumnya diwujudkan dalam bentuk (Mulyadi, 2003;411) : 1) Pendekatan teknologi Perusahaan melakukan penggantian tenaga kerja dan teknologi, namun implementasi pendekatan teknologi ini memerlukan dana, waktu, proses, inovasi yang efektif, serta karyawan yang fungsional. 2) Lean and mean Pendekatan ini memfokuskan sasarannya ke pengurangan jumlah karyawan, bukan pengurangan pekerjaan. Dalam jangka pendek, perusahaan yang padat karya (labor intensif) akan menikmati hasil program pengurangan biaya, namun dalam jangka panjang, program pengurangan biaya ini akan menemui kegagalan, karena pekerjaan yang tidak efisien tidak pernah direkayasa kembali (reengineering) untuk menjadikan biaya perusahaan berkurang. 3) Pemindahan operasi ke lokasi yang upah tenaga kerjanya rendah Perusahaan yang menempuh strategi pemindahan operasi ke lokasi akan mempertinggi biaya permulaan (start-up cost) dari yang diperkirakan sebelumnya, sementara kualitasnya lebih rendah dan waktu penyerahan lebih lama. 4) Merger Masalah dari program ini akan timbul dari perbedaan gaya, kultur organisasi, teknologi masing-masing perusahaan yang dimerger. 21

14 5) Diversifikasi Diversifikasi seringkali memperluas opearsi perusahaan yang bukan menjadi kompetensi inti (core competencies) sehingga mengakibatkan kesulitan pengembangan dan implementasi produk baru, teknologi, dan sistem distribusi, yang sebagai akibatnya biaya lebih tinggi daripada yang diperkirakan sebelumnya. Sedangkan strategic cost reduction menurut Mulyadi (2003;443) memiliki sifat-sifat sebagai berikut : 1) Bertujuan untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang kompetitif. Strategic cost reduction hanya akan berhasil jika diarahkan untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif dalam jangka panjang. Strategic cost reduction merupakan strategi jangka panjang yang memadukan strategi untuk menempatkan perusahaan pada posisi yang kompetitif, strategi teknologi, strategi SDM, dan desain organisasi. Oleh karena biaya dalam jangka panjang memerlukan energi yang luar biasa besarnya, perlu diarahkan untuk tujuan penempatan perusahaan pada posisi yang kompetitif. Sehingga tujuan tersebut mampu membangkitkan semangat di kalangan personel perusahaan. 2) Berlingkup luas (system thinking) Strategic cost reduction dilandasi dengan cara berpikir sistem berlingkup luas yang mencakup keseluruhan aspek manajemen. Untuk menempatkan perusahaan pada posisi kompetitif, keseluruhan aspek manajemen tersebut harus berkualitas, sehingga secara konsisten perusahaan mampu menghasilkan produk dan jasa berkualitas. 22

15 3) Berjangka panjang Strategic cost reduction harus merupakan usaha berjangka panjang yang membentuk gaya manajemen tertentu, agar penurunan biaya menjadi suatu program yang mampu bertahan lama. 4) Bersifat berkelanjutan Strategic cost reduction dilandasi dengan semangat untuk melakukan improvement berkelanjutran yang tertanam dalam manajemen. Semangat ini perlu diarahkan pada peningkatan value bagi konsumen, agar improvement yang dilaksanakan terhadap proses membuahkan hasil yang bermanfaat untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan. 5) Bersifat proaktif Strategic cost dirancang untuk mengantisipasi kondisi yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang, bukan sebagai akibat problem yang telah dihadapi oleh perusahaan. Jika strategic cost reduction merupakan usaha yang bersifat proaktif, manajemen dapat mempertimbangkan dengan baik berbagai alternatif terbaik, dan mempunyai waktu memadai untuk mewujudkan alternatif yang dipilih. 6) Berfokus keseluruh mata rantai nilai Strategic cost reduction harus mencakup keseluruhan mata rantai nilai dalam perusahaan, yaitu desain, pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi, dan layanan. Sebagian biaya telah merupakan komitmen begitu suatu produk atau jasa selesai di desain, sehingga dalam tahap produksi dan distribusi hanya sedikit biaya yang dapat dipengaruhi oleh tindakan manajemen. 23

16 2.1.9 Berbagai sistem informasi biaya untuk menunjang strategic cost reduction Berbagai perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi lingkungan bisnis global telah mengembangkan berbagai sistem informasi biaya untuk menunjang strategic cost reduction. Mulyadi (2003;421) mengatakan bahwa sistem informasi biaya yang dapat menunjang diterapkannya strategic cost reduction antara lain : 1) Target Costing Merupakan suatu metode penentuan kos produk atau jasa pada barang (target price) yang diperkirakan dapat diterima oleh customers. Target costing seringkali disebut sebagai price driven costing, yaitu penentuan kos produk yang dipacu oleh harga yang dapat diterima oleh customers. Harga jual yang diperkirakan akan dapat diterima oleh customers (target price) dipakai sebagai titik tolak dalam menentukan keputusan perusahaan utuk memasuki pasar. Dalam target costing ditemukan bahwa pengurangan biaya yang diimplementasikan pada tingkat pendesainan produk atau jasa dapat mengurangi biaya lebih besar dan lebih cepat daripada pengurangan biaya yang dilakukan pada tingkat fungsional lainnya seperti proses produksi dan pemasaran. 2) Quality Cost System Objek informasi dalam quality cost system dapat berupa kualitas produk atau jasa. Menurut Mulyadi (2003;427) kualitas merupakan ukuran relatif kebaikan suatu produk. Produk berkualitas (quality product) adalah suatu produk yang memenuhi harapan customers. Dalam pendekatan analisis cost of quality, produk atau jasa yang 24

17 berkualitas rendah merupakan sumber pemicu timbulnya high cost. Shank and govindarajan (2000;5) mengungkapkan bahwa pengeluaran untuk membiayai salah satu aktivitas dalam rantai nilai (value chain) seharusnya dapat meningkatkan kualitas sekaligus mengurangi biaya yang dikeluarkan pada aktivitas tahap berikutnya dalam rantai nilai (value chain) tersebut. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen harus perlu memahami biaya kualitas (quality cost) yang merupakan biaya yang terjadi karena adanya atau kemungkinan adanya kualitas produk yang rendah. 3) Activity Based Cost System (ABC System) Activity based cost system di desain untuk memungkinkan personel memperoleh informasi berlimpah tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Dengan informasi tentang aktivitas inilah personel akan mampu menyusun rencana pengelolaan aktivitas yang menjanjikan pengurangan biaya dalam jumlah yang signifikan. Pengurangan biaya dalam jumlah yang signifikan dapat dihasilkan melalui proses perencanaan yang menggunakan data yang andal tentang penyebab terjadinya biaya. Pengelolaan aktivitas bertujuan agar perusahaan menjadi produsen produk yang cost effective dimana perusahaan harus memastikan bahwa aktivitas yang dilakukan adalah aktivitas yang memiliki nilai tambah (value-added activity). Serangkaian aktivitas dalam suatu jalur yang menambah atau memberi kontribusi terhadap nilai dikenal dengan istilah value chain. Analisis rantai nilai dapat 25

18 membantu perusahaan dalam memfokuskan perencanaannya dalam mencapai keunggulan-keunggulan kompetitif baik dalam kualitas maupun harga. Kunci untuk menganalisis rantai nilai di sebuah perusahaan adalah dengan mengenali dan memahami aktivitas-aktivitas yang dapat memberikan keunggulan kompetitif dan memfokuskan perhatian terhadap aktivitas tersebut, kemudian mulai mengeksplorasi aktivitas tersebut sampai pada tingkat paling menguntungkan. Donelan dan Kaplan (2001;7) menyatakan bahwa evaluasi rantai nilai (value chain) dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu : 1) Identifikasi analisis rantai nilai (value chain analysis) a. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas yang bersifat abstrak atau tidak nyata. Jenis aktivitas-aktivitas abstrak ini biasanya memberi nilai dengan cara yang berbeda. Aktivitas-aktivitas tersebut juga memiliki jenis yang berbeda, cost driver berbeda, penggunaan aset ataupun SDM yang berbeda dari aktivitas lainnya. Misalnya aktivitas mendesain produk atau jasa yang berbeda dengan aktivitas pemasaran produk atau jasa. b. Mengidentifikasi aktivitas-aktivitas struktural, prosedural, dan operasional. Aktivitas struktural merupakan aktivitas yang mendasar dari perusahaan tersebut. Aktivitas prosedural meliputi aktivitas operasional perusahaan yang dapat mencerminkan kemampuan perusahaan melakukan proses produksi dengan efisien dan efektif. c. Memfokuskan perhatian pada aktivitas-aktivitas struktural dan prosedural. Hal ini disebabkan karena aktivitas yang bersifat operasional jika dikurangi hanya 26

19 akan memotong biaya dalam jangka waktu pendek tanpa mampu memberikan keunggulan-keunggulan kompetitif terhadap perusahaan. 2) Menentukan aktivitas-aktivitas yang bersifat strategis a. Menentukan aktivitas yang strategis. Biaya suatu perusahaan dapat dilihat dari hal-hal yang dianggap bernilai bagi customers dari suatu produk atau jasa yang akan ditawarkan oleh perusahaan b. Selanjutnya perusahaan harus mengembangkan karakter tersebut agar dapat menentukan desain produk atau jasa yang akan ditawarkan oleh perusahaan. 3) Menelusuri antara biaya dengan aktivitasnya. Aktivitas-aktivitas dan biaya telah dapat ditelusuri dan dikenali, maka perusahaan dapat dengan mudah memanajemen aktivitas tersebut agar lebih efisien. 4) Mengembangkan manajemen analisis rantai nilai. Dalam memenangkan lingkungan persaingan, perusahaan harus dapat memanajemen rantai nilainya dengan baik dibandingkan pesaingnya. Ini berarti perusahaan harus mengurangi biaya sekaligus memperluas atau mengembangkan keunggulan-keunggulan kompetitifnya. Bukan berarti seluruh biaya harus dikurangi, tetapi pengurangan biaya dilakukan terhadap biaya-biaya yang tidak berhubungan dengan keunggulan-keunggulan perusahaan Langkah-langkah yang ditempuh dalam strategic cost reduction Menurut Mulyadi (2003;214) pengurangan biaya tidak dapat diwujudkan hanya dengan melakukan perhitungan cost produk atau jasa. Pengurangan biaya juga 27

20 tidak dapat diwujudkan hanya dengan menyajikan kepada responsible manager laporan biaya aktivitas yang berisi penandingan realisasi biaya dengan biaya yang dianggarkan. Pengurangan biaya hanya dapat dicapai melalui tindakan tertentu terhadap aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Hanya melalui pengelolaan terhadap aktivitas, biaya dapat dikurangi secara signifikan dalam jangka panjang. Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam strategic cost reduction adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui informasi tentang aktivitas-aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi customers. 2. Mengidentifikasi biaya yang bersifat value-added activities dan non-value added activities yang terdapat dalam aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk atau jasa bagi customers. 3. Mengidentifikasi apakah aktivitas yang dilaksanakan oleh perusahaan memiliki customers. Setiap aktivitas layak untuk tetap dijalankan jika cost object yang dihasilkan mempunyai customers yang memanfaatkan cost object tersebut. 4. Mengidentifikasi aktivitas yang memiliki cycle efficiency rendah. Cycle efficiency adalah ukuran seberapa besar non-value added activities terdapat dalam aktivitas yang digunakan untuk melayani customers. 5. Mencari dan memilih cara yang digunakan untuk mengurangi non-value added activities. 28

21 E.1.11 Pengertian biaya Menurut Supriyono (1999;16) menyatakan bahwa biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau dipergunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenue) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan. Mulyadi (2003;10) menyatakan bahwa biaya dalam arti sempit merupakan harga pokok yaitu pengorbanan sumber ekonomi dalam mengelola aktiva menjadi aktiva lain, sedangkan biaya dalam arti luas merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya (cost) menurut Simamora (2002;36) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Matz, dkk (2000;15) menyatakan bahwa para akuntan telah mendefinisikan cost sebagai nilai tukar, prasyarat atau pengorbanan yang telah dilakukan untuk memperoleh manfaat. Dalam akuntansi keuangan, prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehannya dinyatakan dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini atau di masa yang akan datang. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh barang atau jasa yang diukur dalam satuan moneter, guna mendapatkan manfaat, dimana prasyarat atau pengorbanan tersebut pada tanggal perolehan yang dinyatakan dengan pengurangan kas atau aktiva lainnya pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Pengendalian biaya adalah 29

22 suatu pengawasan terhadap biaya-biaya yang terjadi atau dikeluarkan oleh perusahaan dalam usahanya untuk menekan biaya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal Penggolongan biaya Penggolongan biaya diperlukan untuk mengembangkan data biaya yang dapat membantu manajemen dalam pencapaian tujuannya. Menurut Simamora (2002;50) dalam perusahaan jasa biaya dapat digolongkan sebagai berikut : 1. Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang dapat ditelusuri secara fisik ke produk atau jasa tertentu, seperti; gaji yang dibayarkan ke akuntan. 2. Biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang tidak dapat ditelusuri ke produk atau jasa, seperti; asuransi dan sewa kantor. Mulyadi (2003;277) menambahkan penggolongan biaya berdasarkan aktivitas. Aktivitas dapat digolongkan ke dalam kelompok value-added activity dan non-value added activity. Value-added activity adalah aktivitas yang dapat menyebabkan perubahan keadaan dimana perubahan tersebut tidak dapat dicapai melalui aktivitas sebelumnya dan aktivitas tersebut memungkinkan aktivitas lain dapat dilaksanakan. Biaya yang digunakan untuk membiayai aktivitas yang valueadded disebut value-added cost. Non-value added activity adalah aktivitas yang tidak menyebabkan perubahan karena perubahan aktivitas tersebut dicapai melalui aktivitas sebelumnya dan aktivitas tersebut tidak memungkinkan aktivitas lain dapat 30

23 dilaksanakan. Biaya yang digunakan untuk membiayai aktivitas yang non-value added disebut non-value added cost. 2.2 Pembahasan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh I G.A.A. Kusuma Dewi (2006) yang meneliti tentang penerapan Strategic Cost Reduction pada CV. Griya Santriyan Beach Cottages Sanur Bali. Perusahaan yang menjadi penelitian ini merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perhotelan, yang menyediakan jasa pelayanan kepada wisatawan yang datang dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah realisasi biaya room related department tahun 2003 dan 2004 serta aktivitas yang dilakukan pada room related departement CV. Griya Santriyan Beach Cottages Sanur Bali. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity analysis, cost effectiveness, cost efficiency, dan strategic cost reduction. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik analisis kualitatif yang merupakan teknik analisis data yang digunakan pada tahap awal yaitu dengan pengelompokan aktivitas, dan teknik analisis kuantitatif yang merupakan teknik analisis pengolahan data berupa angka yang digunakan pada tahap pertengahan untuk mengukur cycle efficiency. Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dinyatakan bahwa aktivitas room related departement yang memiliki nilai tambah terdapat pada bagian reservation, reception, bell boy, telephone operator, front office chasier, guest relation (room 31

24 boy), houseman, laundry, dan gardener. Sedangkan aktivitas room related departement yang tidak memiliki nilai tambah terdapat pada bagian reservation seperti : menunggu pemesanan kamar melalui fax, telepon dan internet, bagian telephone operator seperti : menunggu telepon masuk maupun telepon keluar, dan pada bagian reception seperti menunggu kedatangan tamu yang check in dan check out. Dari perhitungan cycle efficiency, aktivitas yang dilakukan perusahaan masih mengandung aktivitas yang tidak bernilai tambah sebesar 17,7 %. Pengurangan biaya secara strategis untuk aktivitas-aktivitas yang tidak bernilai tambah dapat dilakukan dengan activity sharing, activity reduction dan activity elimination. Penelitian sebelumnya juga dilakukan oleh Ni Nyoman Sri Budiari (2007) yang meneliti penerapan strategic cost reduction pada Hotel Nikki Denpasar yang juga merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa perhotelan yang menyediakan jasa kepada wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan pada room departement dan realisasi biaya room departement tahun 2005 yang ada pada Hotel Nikki denpasar. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah activity analysis, cost efficiency, activity resource usage, dan strategic cost reduction. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa teknik analisis kualitatif yakni teknik analisis terhadap data kualitatif perusahaan, serta teknik analisis kuantitatif non statistik yakni teknik analisis terhadap data kuantitatif dengan cara memasukkan data kuantitatif ke dalam suatu formula yang digunakan. 32

25 Hasil yang diperoleh dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pada room departement Hotel Nikki aktivitas yang tergolong aktivitas yang bernilai tambah terdapat pada bagian front office chasier, guest transport, guest relation, room boy, houseman, laundry, dan gardener. Sedangkan aktivitas yang tidak bernilai tambah terdapat pada bagian receptionist seperti aktivitas menunggu pesanan kamar melalui fax, telepon dan , bagian reservation berupa aktivitas menunggu tamu yang datang langsung ke hotel, bagian telephone operator berupa aktivitas menunggu telepon yang masuk. Kemudian berdasarkan perhitungan cycle efficiency, aktivitas yang dilakukan perusahaan masih mengandung aktivitas yang tidak bernilai tambah yakni sebesar 97,39% untuk bagian reservation, 94,59% bagian receptionist, 88,67% bellboy, 100% front office chasier, guest transport, guest relation, room boy houseman, laundry, dan gardener, 77,03% telephone operator, 91,05% flower shop dan decorating, serta 25,48% bagian linen. Pengurangan biaya secara strategis yang masih mengandung inefisiensi dapat dilakukan dengan cara activities reduction untuk bagian reservation, receptionist, bell boy, telephone operator, flower shop dan decorating, serta activities sharing untuk linen. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Kusuma Dewi dan Budiari sama-sama meneliti perusahaan yang bergerak di bidang perhotelan, sedangkan pada penelitian ini meneliti perusahaan yang bergerak di bidang jasa perjalanan yakni pada PT. Bounty Bali Tour. Persamaan dalam penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama melakukan penelitian terhadap realisasi biaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. 33

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya menurut Supriyono (2000:16) adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan dan akan dipakai

Lebih terperinci

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS

BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS 13 BAB II PROCESS VALUE ANALYSIS II.1. Activity Based Management II.1.1. Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak krisis ekonomi menerpa negeri ini, tak henti-hentinya PLN dihadapkan pada persoalan-persoalan berat yang muncul silih berganti. Tahun demi tahun, tak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang

BAB I PENDAHULUAN. wisatawan, yaitu sarana akomodasi dan sarana pelengkap lainnya sebagai penunjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bali sebagai salah satu propinsi di Indonesia merupakan sasaran pariwisata internasional, yang selalu menarik perhatian wisatawan. Untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. posisi yang menguntungkan dan dapat dipertahankan terhadap kekuatan-kekuatan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Strategi bersaing Strategi Bersaing adalah pencarian akan posisi bersaing yang menguntungkan di dalam suatu industri. Strategi bersaing bertujuan menegakkan

Lebih terperinci

Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus

Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus Definisi Activity Based Management Aktivitas utama manjemen adalah mancari laba untuk kelangsungan hidup perusahaan. Setiap aktivitas harus memperoleh manfaat yang lebih besar daripada pengorbanannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Diferensial 2.1.1 Pengertian Informasi Akuntansi Diferensial Informasi diperlukan manusia untuk mengurangi ketidakpastian yang selalu menyangkut masa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA

RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA 1 RUANG LINGKUP MANAJEMEN BIAYA PENDAHULUAN Manajemen biaya Manajemen strategik Perencanaan dan pembuatan keputusan Pengendalian manajemen dan pengendalian operasional Penyajian laporan keuangan Organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center,

BAB I PENDAHULUAN. hotel terhadap pelanggannya misalnya fasilitas kolam renang, restoran, fitness center, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin banyaknya perusahaan jasa terutama yang bergerak di bidang pariwisata dan perhotelan menyebabkan semakin ketatnya persaingan antar hotel. Keberhasilan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN BIAYA MANUFAKTUR PADA LINGKUNGAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR MAJU. Oleh : Edi Sukarmanto Th. 1 Abstrak

PENGELOLAAN BIAYA MANUFAKTUR PADA LINGKUNGAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR MAJU. Oleh : Edi Sukarmanto Th. 1 Abstrak PENGELOLAAN BIAYA MANUFAKTUR PADA LINGKUNGAN TEKNOLOGI MANUFAKTUR MAJU Oleh : Edi Sukarmanto Th. 1 Abstrak Tingginya tingkat persaingan yang terjadi sebagai akibat adanya globalisasi ekonomi mendorong

Lebih terperinci

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

ACTIVITY-BASED MANAGEMENT ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fokus utama dalam pelaporan keuangan adalah informasi mengenai biaya. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk mendapatkan barang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, perusahaan asuransi, jasa pariwisata ataupun lembaga keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan, perusahaan asuransi, jasa pariwisata ataupun lembaga keuangan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perekonomian suatu negara dalam jumlah besar tergantung pada industriindustri yang ada khususnya sektor jasa seperti perusahaan transportasi, pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh

BAB II. Activity-Based Management. Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh BAB II Activity-Based Management 2.1. Definisi Activity Based Management Activity Based Management (ABM) adalah suatu pendekatan di seluruh sistem dan terintegrasi, yang memfokuskan perhatian manajemen

Lebih terperinci

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN A. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen asalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan

Lebih terperinci

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri)

MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri) MANFAAT ACTIVITY BASED MANAGEMENT DALAM RANGKA PENCAPAIAN COST REDUCTION UNTUK MENINGKATKAN LABA (Studi Kasus pada RS Islam Al-Arafah Kediri) Angga Dwi Pamungkas S. Jurusan Akuntansi Fakultas Manajemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Biaya dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Konsep Biaya Dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan pengendalian manajemen membutuhkan pemahaman yang berkaitan dengan biaya.

Lebih terperinci

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI

AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN AKTIVITAS DAN STRATEGI 1 Sistem akuntansi memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil kerja dari kegiatan tersebut, juga dalam menentukan reward

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II TARGET COSTING

BAB II TARGET COSTING 9 BAB II TARGET COSTING 2.1 Konsep Biaya Hansen dan Mowen (2006) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV.ARMICO merupakan salah satu perusahaan penerbitan dan percetakan

BAB I PENDAHULUAN. CV.ARMICO merupakan salah satu perusahaan penerbitan dan percetakan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah CV.ARMICO merupakan salah satu perusahaan penerbitan dan percetakan buku-buku pelajaran bagi kalangan SD-SMA dan SMK-Madrasah, diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati

BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN. STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAGIAN 1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN STIE MAHARDIKA 2016 Prepared by Yuli Kurniawati BAB 1 PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN TYPE AKUNTANSI Akuntansi Keuangan Tipe Akuntansi Suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI

MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI MANAJEMEN BIAJA DAN ETRATEGI Pengertian Manajemen Biaya Manajemen Biaya adalah sistem yang didesain untuk menyediakan informasi bagi manajemen untuk pengidentifikasian peluangpeluang penyempurnaan, perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu menjadi institusi pelipat ganda kekayaan. Suatu perusahaan

I. PENDAHULUAN. dituntut untuk mampu menjadi institusi pelipat ganda kekayaan. Suatu perusahaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, setiap perusahaan dituntut tidak hanya sebagai institusi pencipta kekayaan tetapi jauh lebih dari itu, perusahaan dituntut untuk

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu para manajer

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik dan prosedur pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Analisis Biaya-Volume-Laba Analisis Biaya-Volume-Laba merupakan instrumen perencanaan dan pengendalian. Proses ini memerlukan sejumlah teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan industri perhotelan yang semakin kompetitif, organisasi sekarang ini dituntut meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga keberlangsungan organisasi.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT

BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT BAB II ACTIVITY BASED MANAGEMENT 2.1 Activity Based Management 2.1.1 Definisi Activity Based Management (ABM) atau manajemen berdasarkan aktivitas adalah pendekatan yang luas dan terpadu yang memfokuskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Pengertian biaya menurut Siregar dkk (2014:23) yaitu biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh barang atau jasa yang diharapkan memberikan

Lebih terperinci

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System

SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System SISTEM JUST-IN-TIME (JIT) & Activity Based Cost System Implementasi JIT Manufacturing Dengan filosofi Just in Time (JIT) perusahaan hanya memproduksi atas dasar permintaan, tanpa memanfaatkan tersedianya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN AKUNTANSI MANAJEMEN MATERI-1 KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN Novera KM UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA SISTEM INFORMASI AKUNTANSI MANAJEMEN Tiga Tujuan Umum Sistem Informasi Akuntansi Manajemen:

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Konsep Biaya Pengertian Biaya menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Usry dan Hammer (1995:25) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola biaya (cost), maka akan semakin baik. diklasifikasikan dan dialokasikan dengan tepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. jasa. Semakin tinggi kemampuan mengelola biaya (cost), maka akan semakin baik. diklasifikasikan dan dialokasikan dengan tepat. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Demi menjaga kelangsungan hidup perusahaan, visi mempertahankan dan meningkatkan prestasi dan prestise sangat dibutuhkan. Untuk itu setiap perusahaan akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era perdagangan bebas setiap perusahaan bersaing tidak hanya pada perusahaan domestik saja, tetapi juga pada perusahaan internasional. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

MATERI 5 ACTIVITY-BASED MANAGEMENT

MATERI 5 ACTIVITY-BASED MANAGEMENT 1 MATERI 5 ACTIVITY-BASED MANAGEMENT 2 The method used to manage business process will be a major factor in determining the survival of corporation in the coming decade (Noland D. Archibald) 3 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

ACTIVITY EVALUATION PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN (AP) TABANAN

ACTIVITY EVALUATION PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN (AP) TABANAN ACTIVITY EVALUATION PADA PT. PLN (PERSERO) AREA PELAYANAN (AP) TABANAN Oleh : NI AYU MADE ASTHITI 0315351209 PROGRAM EKSTENSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2008 1 ACTIVITY EVALUATION PADA

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK ABSTRAK Vivi Parita Sari email: vivi.paritasari@yahoo.com Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kos adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan akan membawa manfaat sekarang atau di masa depan bagi organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Garrison.et.al (2008 : 477), Aktivitas adalah suatu kejadian yang

BAB II LANDASAN TEORITIS. Menurut Garrison.et.al (2008 : 477), Aktivitas adalah suatu kejadian yang 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Identifikasi Aktivitas Menurut Garrison.et.al (2008 : 477), Aktivitas adalah suatu kejadian yang menyebabkan konsumsi sumber daya dalam suatu organisasi. Menurut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional II.1.1. Pengertian Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Sistem akuntasi tradisional dalam melakukan pembebanan biaya overhead pabrik menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian dan Penggolongan Biaya Menurut Mulyadi (2011:8) Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia persaingan yang sehat harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia persaingan yang sehat harus memiliki keunggulan kompetitif (competitive Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekenomian yang semakin pesat mendorong persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal tersebut menandakan bahwa setiap entitas bisnis yang

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya Menurut Horngren dkk (2003:3) Akuntansi biaya adalah mengukur, menganalisis dan melaporkan informasi keuangan dan non keuangan yang terkait

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) A. Pengertian Activity Based Costing ( ABC ) Sebelum mengetahui apa itu yang dimaksud dengan Activity Based Costing (ABC), telebih dahulu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ACTIVITY BASED COSTING, ACTIVITY BASED MANAGEMENT DAN ACTIVITY BASED BUDGETING

HUBUNGAN ANTARA ACTIVITY BASED COSTING, ACTIVITY BASED MANAGEMENT DAN ACTIVITY BASED BUDGETING Hubungan Antara Activity Based Costing, Activity Based Management 245 HUBUNGAN ANTARA ACTIVITY BASED COSTING, ACTIVITY BASED MANAGEMENT DAN ACTIVITY BASED BUDGETING Primsa Bangun Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu

BAB II LANDASAN TEORI. produk yang dapat diproduksi pada biaya yang diijinkan dan pada suatu 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Target Costing Target costing digunakan selama tahap perencanaan dan menuntun dalam pemilihan produk dan proses desain yang akan menghasilkan suatu produk yang dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Sistem Akuntansi Biaya 1. Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya marupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai manufacturing cycle effectiveness dan efisiensi produksi telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Beberapa pengertian biaya antara lain dikemukakan oleh Supriyono (2002:253) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber sumber ekonomi

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB Akuntansi Biaya Modul ke: Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management Fakultas FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Content Activity Based

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented organization)

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented organization) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Setiap organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented organization) maupun organisasi nirlaba (non profit oriented organization) mempunyai tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi persaingan yang semakin tinggi dan kompetitif tidak dapat dihindarkan. Situasi ini

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel

Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Menentukan Cost Kamar Hotel Pada XYZ Hotel Jurnal Akuntansi, Ekonomi dan Manajemen Bisnis Vol. 1, No. 2, December 2013, 175-182 p-issn: 2337-7887 Article History Received October, 2013 Accepted November, 2013 Penerapan Metode Activity Based Costing

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL

PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL PERHITUNGAN BIAYA POKOK PENJUALAN DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA INDUSTRI MEBEL Kelvin Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Surabaya kelvin@stts.edu Abstrak Hal utama untuk menentukan harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus mempertahankan eksistensinya karena ketatnya persaingan yang terjadi diantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memasuki kawasan perdagangan bebas Asia. Maka dari itu masa kompetitif saat ini sedang menjadi topik perekonomian, dimana perusahaan harus bisa bersaing dengan

Lebih terperinci

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti

Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan. Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Penentuan Harga Pokok Kamar Hotel dengan Metode Activity Based Costing (Studi Kasus pada Hotel Rachmad Jati Caruban) Oleh: Ratna Kusumastuti Desen Pembimbing: Prof. Gugus Irianto, SE., MSA., Ph.D., Ak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di zaman yang modern, dimana perkembangan dunia usaha berkembang dengan pesat. Setiap perusahaan saling bersaing dan beradu strategi dalam menarik konsumen.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan telekomunikasi, semakin dekat terwujudnya ramalan kampung dunia (global village). Produk dan

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM)

ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) PENGERTIAN Activity Based Management (ABM) adalah merupakan suatu metode pengelolaan aktivitas yang bertujuan untuk meningkatkan nilai (value) produk atau jasa untuk konsumen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis perhotelan ini dapat diawali dengan mengkaji dan memperbaiki sistem

BAB I PENDAHULUAN. bisnis perhotelan ini dapat diawali dengan mengkaji dan memperbaiki sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belakangan ini, bisnis perhotelan mengalami perkembangan signifikan dari tahun ke tahun. Menjamurnya bisnis bidang ini, menuntut pelaku bisnis perhotelan senantiasa

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN Berikut ini adalah pernyataan-pernyataan yang dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan penelitian. Oleh karena itu, mohon diperhatikan istilah yang belum dipahami dan letak jawaban

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling

Lebih terperinci

ABSTRACT Siti Eka Fariyani COST EFFICIENCY PRODUCTION METHOD ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) Essay, Majoring In Accountant, Faculty Of Econo

ABSTRACT Siti Eka Fariyani COST EFFICIENCY PRODUCTION METHOD ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) Essay, Majoring In Accountant, Faculty Of Econo EFISIENSI BIAYA PRODUKSI DENGAN METODE ACTIVITY BASED MANAGEMENT (ABM) Siti Eka Fariyani siti_eka_fariyani@yahoo.com Pembimbing : Dr. M. Abdul Mukhyi., SE., MM Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati

ACTIVITY BASED COSTING. Prepared by Yuli Kurniawati ACTIVITY BASED COSTING Prepared by Yuli Kurniawati BIAYA PER UNIT Biaya per unit adalah total biaya terkait dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Contoh : Jumlah biaya

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING

PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING PENENTUAN HARGA JUAL KAMAR HOTEL SAAT LOW SEASON DENGAN METODE COST-PLUS PRICING PENDEKATAN VARIABEL COSTING (Studi kasus pada Hotel Puri Artha Yogyakarta) Nama : Hesti Triyanto Dosen Pembimbing : H. Y.

Lebih terperinci