BBadan Pengawas Pemilihan Umum

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BBadan Pengawas Pemilihan Umum"

Transkripsi

1 BULETIN EDISI 12, DESEMBER 2014 AWASLU BBadan Pengawas Pemilihan Umum Evaluasi Pilpres 2014 Untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas Bawaslu Sampaikan Hasil Pengawasan Pemilu 2014 Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas Srikandi Pengawas dan Penegak Hukum Pemilu Bawaslu Pastikan Tidak Ada Kecurangan dalam Rekrutmen Panwaslu

2 Evaluasi pileg dan pilpres untuk perbaikan tata kelola pemilu Daftar isi: Dari Redaksi... 2 Laporan Utama Evaluasi Pilpres 2014 untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas... 3 Sorotan Evaluasi Secara Makro Kinerja Lembaga Pengawas Pemilu... 6 Pilkada Serentak Paling Mungkin 16 Desember Seleksi Panwaslu: Diharapkan Lahir Pengawas MIliki Integritas... 9 Dukungan Birokrasi dan Aspek SDM Jadi Problem Panwas Kabupaten/Kota Investigasi Ketua KPU Halmahera Tengah Disanksi Lantaran Gunakan Fasilitas Perusahaan Asing Bawaslu Terkini Bawaslu Sampaikan Hasil Pengawasan Pemilu Profil Endang Wihdatiningtyas Srikandi Pengawas dan Penegak Hukum Pemilu BULETIN EDISI 12, DESEMBER 2014 AWASLU BBadan Pengawas Pemilihan Umum Evaluasi Pilpres 2014 Untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas Bawaslu Sampaikan Hasil Pengawasan Pemilu 2014 Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas Srikandi Pengawas dan Penegak Hukum Pemilu Bawaslu Pastikan Tidak Ada Kecurangan dalam Rekrutmen Panwaslu Menutup tahun 2014, Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) telah menyelenggarakan pemilu legislatif dan pemilu presiden dengan lancar. Indonesia telah memiliki anggota dewan dan presiden serta wakil presiden untuk lima tahun ke depan. Tentu saja, di balik kesuksesan pelaksanaan pilpres 2014 terdapat banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi KPU dan Bawaslu. Kedua lembaga ini bekerja di bawah pantauan jutaan pasang mata masyarakat. Berbagai celah, kesalahan, kealpaan menjadi catatan, masukan, dan kritik dari berbagai elemen masyarakat dan pemangku kepentingan. Karena itu, evaluasi menjadi hal yang mutlak bagi KPU dan Bawaslu. Lantaran, catatan pelaksanaan pileg dan pilpres 2014 akan menjadi warisan panjang bagi kehidupan berdemokrasi bangsa ke depan. Catatan dan evaluasi dari KPU dan Bawaslu juga telah ditasbihkan dalam Undang- Undang. Sekaligus, akan menjadi perbaikan bagi pelaksanaan pemilu pada masa akan datang. Bawaslu menggarisbawahi tiga aspek penting yang menjadi catatan evaluasi Pemilu Presiden Yakni aspek pemilih, penyelenggara dan peserta pemilu, serta penegakan hukum pemilu. Ketiga aspek tersebut secara garis besar menjadi tiga poin utama yang dinilai Bawaslu harus diperbaiki. Untuk meningkatkan perbaikan tata kelola demokrasi ke depan. Pemilih harus dipastikan bisa menggunakan hak dan kewajibannya secara bertanggung jawab tanpa intimidasi. Penyelenggara harus dipastikan melakukan tugasnya dengan penuh integritas. Peserta pemilu juga perlu dikawal dan diawasi dalam menggunakan haknya sesuai dengan aturan perundang-undangan. Dan yang paling utama, perlu dilakukan penguatan penegakan hukum pemilu. Sehingga pemilu berkualitas tidak lagi hanya ada dalam jargon dan paparan wacana. Salam Awas Divisi Update Divisi Organisasi dan SDM Bawaslu Pastikan Tidak Ada Kecurangan dalam Rekrutmen Panwaslu Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu Siap Tangani Sengketa Pemilu Divisi Pengawasan Penggunaan Dana Kampanye Perlu Dievaluasi Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran Pokjanas GRSPP: Kejahatan Pemilu Makin Berani Sudut Pandang Hamdan Zoelva: Pemilu Bukan Sekedar Hidup dan Mati Ekspose Daerah Sambut Pilkada 2015, Bawaslu Jabar Siapkan Panwaslu di Lima Kabupaten/Kota Anekdot Galeri Bawaslu Award Buletin BAWASLU ini diterbitkan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum, sebagai wahana informasi kepada khalayak serta ajang komunikasi keluarga besar pengawas Pemilu di seluruh tanah air. Terbit satu bulan sekali. B BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM R E P U B L A W A I K S L U - I A R I N D O N E S I Penerbit: Bawaslu RI Pengarah: Dr. Muhammad, S.IP., MSi, Nasrullah, SH., Endang Wihdatiningtyas, SH., Daniel Zuchron, Ir. Nelson Simanjuntak ; Penanggung jawab: Gunawan Suswantoro, SH, M.Si Redaktur: Jajang Abdullah, S.Pd, M.Si, Tagor Fredy, SH, M.Si, Drs. Hengky Pramono, M.Si, Ferdinand ET Sirait, SH, MH, Pakerti Luhur, Ak, Nurmalawati Pulubuhu, S.IP, Raja Monang Silalahi, S.Sos, Hilton Tampubolon, SE, Redaktur Bahasa: Saparuddin, Ken Norton Pembuat Artikel: Falcao Silaban, Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Ali Imron, Hendru, Irwan; Design Grafis dan Layout: Christina Kartikawati, Muhammad Zain, Muhtar Sekretariat: Tim Sekretariat Bawaslu Alamat Redaksi: Jalan MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, Telp./Fax: (021) , I 2

3 Evaluasi Pilpres 2014 Untuk Masa Depan Pemilu Berkualitas Tahun 2014 segera berakhir. Banyak catatan ditoreh sepanjang tahun ini bagi perjalanan demokrasi bangsa Indonesia. Tahun 2014 digelar perhelatan pemilihan umum presiden. Sehingga Oktober lalu, Indonesia resmi memiliki presiden dan wakil presiden baru. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Sejarah baru tersebut lahir dan dibidani oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai penyelenggara pemilu. Didampingi dan diawasi oleh Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Serta dipastikan beretika oleh Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP). Tentu saja, di balik kesuksesan pelaksanaan pilpres 2014 terdapat banyak hambatan dan tantangan yang dihadapi KPU dan Bawaslu. Kedua lembaga ini bekerja di bawah pantauan jutaan pasang mata masyarakat. Berbagai celah, kesalahan, kealpaan menjadi catatan, masukan, dan kritik dari berbagai elemen masyarakat dan pemangku kepentingan. Karena itu, evaluasi menjadi hal yang mutlak bagi KPU dan Bawaslu. Lantaran, catatan pelaksanaan pileg dan pilpres 2014 akan menjadi warisan panjang bagi kehidupan berdemokrasi bangsa ke depan. Catatan dan evaluasi dari KPU dan Bawaslu juga telah ditasbihkan dalam Undang-Undang. Sekaligus, akan menjadi perbaikan bagi pelaksanaan pemilu pada masa akan datang. Catatan Dari KPU Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Husni Kamil Manik mengharapkan semua komisioner KPU provinsi mempunyai catatan masalah dalam laporan evaluasi penyelenggaran pemilu Tahun Ia menerangkan catatan yang dimaksud bukanlah catatan kelembagaan, namun berupa catatan laporan mengenai apa saja masalah yang terjadi dan pernah dihadapi selama penyelenggaraan Pemilu Saya berharap dalam rapat pimpinan untuk evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan Pemilu Tahun 2014, semua (komisioner KPU) mempunyai catatan yang bukan dari catatan kelembagaan tetapi dilakukan secara pribadi atas pengamatannya, ujar Husni. Husni mengatakan dalam catatan tersebut akan banyak pembelajaran yang nantinya digunakan sebagai pengalaman saat penyelenggaraan pemilu selanjutnya. Menurutnya, selama ini masalah yang muncul dalam penyelenggaraan pemilu kerap sulit ditemukan proses penyelesaiannya. Dalam catatan tersebut kita banyak 3

4 Sambungan: Evaluasi... pembelajaraan yang harus dituliskan. Pasalnya, banyak masalah yang muncul dan dianggap bukan sebagai pengalaman karena tidak ada catatan tersebut, tegas dia. Ia pun mencontohkan pada permasalahan tertukarnya surat suara. Masalah tersebut terus bergulir sejak 2004 dan 2009, namun dipandang biasa saja karena tidak ada catatan kejadiannya. Misalnya masalah surat suara, 2004 dan 2009 itu selalu muncul sampai sekarang. Meski kasus tersebut terus menurun, tapi selalu tidak ada pembelajaran yang ditulis atau dilaporkan secara detail sehingga hal tersebut enggan diatasi secara benar-benar menyeluruh, pungkas Husni. Empat Aspek Evaluasi Kinerja KPU Perhimpunan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menemukan 4 aspek yang menjadi evaluasi kinerja KPU dan perlu diperbaiki. Pertama, perlunya perbaikan atas kerangka hukum yang jelas, tidak tumpang tindih dan tidak multitafsir. Hal ini yang menyebabkan banyaknya aduan dan sengketa pemilu pasca-pilpres. Regulasi penyelenggaraan pemilu (undang-undang) yang multitafsir dan menyesatkan yang menimbulkan ahli-ahli tafsir baru, kata Direktur Eksekutif Perludem, Titi Anggraini. Titi menyebut kekurangan itu sebagai akibat Undang-Undang Pemilu sebagai landasan pembuatan Peraturan KPU yang kurang matang dan perlu diperbaiki. Ia menambahkan, undang-undang yang tidak baik dibuat oleh anggota parlemen berasal dari partai politik, namun polemik pemilu juga berasal dari partai peserta pemilu. Kedua, Titi melanjutkan wacana pengunaan teknologi tidak bisa digunakan tergesa-gesa. Perlu studi kelayakan (diujicoba, diaudit dan diuji publik) dan diharapkan pemanfaatan teknologi untuk e-voting yang menjadi solusi bukan menimbulkan masalah baru. Teknologi yang disiapkan dengan matang akan menjadi penggunaan yang berkesinambungan dan awet menjadi instrumen positif KPU, ujar Titi. Hal ini disampaikannya merujuk pada sidang etik DKPP atas pelanggaran pemilu. Sidang etik merupakan tindak lanjut pelaporan kepada Bawaslu atas pelanggaran pemilu oleh penyelenggara Pemilu (dari tingkat TPS hingga tingkat Pusat). Terakhir, Titi berharap evaluasi ini tidak hanya menjadi rujukan untuk penyelenggara Pemilu selanjutnya. Ia berharap evaluasi ini bisa menjadi input bagi pembentukan ataupun perbaikan perundangan Pemilu. Catatan Dari Bawaslu Ketua Bawaslu Muhammad menggaris bawahi tiga aspek penting yang menjadi catatan evaluasi Pemilu Presiden Poin pertama yang menjadi sorotan Muhammad berasal dari aspek pemilih. Ia menganggap ajang pemilu 2014 masih belum bisa menyuguhkan kebebasan bagi pemilih Indonesia. Pemilu baru bisa dikatakan demokratis ketika masyarakat bebas dari tekanan untuk datang ke TPS, kata Muhammad. Muhammad menekankan Pemilu seharusnya menjadi pesta demokrasi sehingga warga negara memilih dengan merdeka tanpa intimidasi. Di Indonesia suasana yang harusnya enjoy belum bisa dirasakan. Yang ada malah menjadi momok, kata Muhammad. Muhammad mengatakan pengaruh birokrasi di daerah masih sangat kuat. Tidak jarang elite-elite lokal memberikan tekanan kepada pemilih. Contoh paling konkritnya di Papua, kata Muhammad. Kasus di sana jadi bahan sengketa yang paling banyak diperdebatkan di MK. Aspek kedua yang menjadi catatan evaluasi Bawaslu adalah penyelenggara dan peserta Pemilu. Muhammad mengatakan, Bawaslu memiliki banyak catatan terkait dua elemen tersebut. Bawaslu memberikan apresiai kepada KPU yang telah memberi terobosan pada Pemilu kali ini karena berhasil mengerucutkan peserta menjadi 12 partai. Namun ia juga menekankan masih banyaknya kekurangan dari pihak penyelenggara. Terbukti ada ratusan aduan dari peserta mengenai pelanggaran, khususnya kode etik, yang dilakukan KPU, kata Muhammad. Terkait peserta Pemilu, Muhammad menyoroti sejumlah pelanggaran dari partai politik terutama mengenai pelanggaran pidana dan politik uang. Kebiasaan buruk itu tampaknya masih belum bisa lepas dari konstelasi pemilu kali ini, paparnya. Aspek terakhir, dan paling penting menurut Muhammad, adalah soal hukum. Ia memandang pranata hukum Pemilu saat ini belum bisa mewujudkan cita-cita politik yang demokratis. DPR setengah hati memberikan kewenangan kepada Bawaslu sebagai penyelenggara Pemilu, kata Muhammad. Ia mengaku telah menyampaikan keluhannya tersebut ke Komisi II DPR tentang UU 15/2011 yang hanya memberi Bawaslu kewenangan sebatas rekomendasi dalam menanggapi pelanggaran pidana. Muhammad mengaku terdapat banyak rekomendasi terkait pelanggaran pidana dimentahkan oleh pihak penyidik di kepolisian. Mereka beralasan, kata Muhammad, semua hal yang berkaitan dengan pasal-pasal pidana bukan lagi ranahnya Bawaslu, melainkan kewenangan penyidik. Kami tidak bisa berbuat banyak. Seperti dilepas kepala, tapi ekornya tetap dipegang, kata Muhammad. Muhammad berharap, nantinya semua laporan berkait pelanggaran administrasi, pidana, dan etik bisa dituntaskan oleh Panwaslu. Sebab jika masih saja mengandalkan penyidik kepolisian, semua rekomendasi laporan pelanggaran dengan sendirinya aka terhenti. Masyarakat jadinya tidak tahu bahwa ada banyak rekomendasi pelanggaran pidana yang menggantung di kepolisian, kata Muhammad. Evaluasi di Semua Lini Ketua DKPP Jimly Asshidiqie mengapresiasi kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu). Namun dia tetap memberi masukan agar penyelenggaraan pemilu men- 4

5 datang lebih baik. Sampai saat ini, saya mengapresiasi KPU dan Bawaslu yang sudah mau mengikuti rekomendasi DKPP agar keduanya jangan lempar tanggung jawab ke atas, dan bila ada keberatan-keberatan masalah segera diselesaikan sesuai tempatnya, kata Jimly. Namun, masalah yang ditemukan pada lapangan ternyata tidak dalam jumlah sedikit. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh sistem suara terbanyak yang ternyata merepotkan. Dalam perjalanannya menuju KPU pusat, suara tersebut tidak diawasi dengan pengamanan yang mumpuni sehingga kecurangan kerap terjadi. Adapun sistem rekapitulasi yang berjenjang dan terlalu birokratis, memperlambat lamanya distribusi suara sehingga makin memperbesar kemungkinan kecurangan. Solusinya, KPU ke depannya diminta harus menyelesaikan masalah secara maksimal dalam tiap tingkatan jenjang. Apalagi sekarang KPU diberikan keleluasaan untuk mengoreksi kebijakan di tiap bawah tingkatannya. Dengan demikian KPU bersikap lebih terbuka untuk menyelesaikan konflik tanpa harus membawa ke MK. Dia berpendapat pemilu kali ini berjalan lebih baik karena metode yang dilakukan KPU. Positifnya, demo berkurang. Kalau 2009 dulu kan banyak, berarti kekecewaan caleg dan peserta terhadap penyelenggaran pemilu yang ditampung di dalam rapat pleno, penyelesaiannya lebih beradab. Lebih terbuka berarti cara kerja KPU lebih bagus, katanya. Namun dia tidak memungkiri bahwa sistem suara terbanyak yang digunakan dalam pemilu kali ini juga membuat repot KPU itu. Dia berharap, KPU dan Bawaslu dapat menyelesaikan semua masalah dan mengevaluasi jajarannya agar pilpres mendatang lebih baik dari sekarang. Saya berharap KPU dan Bawaslu melakukan evaluasi mulai dari jajaran di bawahnya. Mulai dari kecamatan hingga TPS. Jangan hanya mengandalkan orang berpengalaman saja, padahal yang berpengalaman belum tentu baik. Maka, harus dibimtek dengan benar, ujar dia. Demokrasi Milik Semua Bangsa, Bukan Golongan Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah, yang juga dikenal sebagai seorang tokoh dan ilmuwan, Ahmad Syafii Maarif memiliki empat catatan terkait pelaksanaan pilpres. Catatan pertama, praktik kampanye gelap yang sarat fitnah jangan diulang lagi pada pemilupemilu yang akan datang, sebab telah mencemarkan sistem demokrasi yang dengan susah payah kita bangun. Di lapangan, pengaruh kampanye gelap dan fitnah ini dahsyat sekali. Karena dipercaya, para pemilih jadi fanatik, sehingga akal sehat tidak lagi berfungsi. Cara-cara Sampai saat ini, saya mengapresiasi KPU dan Bawaslu yang sudah mau mengikuti rekomendasi DKPP agar keduanya jangan lempar tanggung jawab ke atas, dan bila ada keberatankeberatan masalah segera diselesaikan sesuai tempatnya Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie semacam ini harus dihentikan sekali dan untuk selama-lamanya. Catatan kedua, persaingan antara perusahaan TV, khususnya antara TV One dan Metro TV sampai batas-batas tertentu sudah tidak sehat. Penonton yang tidak kritikal bisa kehilangan nalar dalam menentukan pilihan. Dari sisi pendidikan politik, persaingan serupa ini dapat melahirkan fanatisme berlebihan, sesuatu yang berbahaya bagi perjalanan demokrasi Indonesia yang belum stabil dan masih sedang mencari bentuk yang pas. Catatan ketiga, maraknya praktik politik uang yang masif, entah pihak mana yang terlibat, telah menghina martabat kemanusiaan para pemilih yang mungkin sebagian memang masih tergoda oleh guyuran uang itu. Ini penyakit kronis yang sukar sekali dihalau dalam kultur politik negeri ini, termasuk di kawasan pedesaan dalam proses pemilihan kepala desa yang sebagian rakyatnya masih belum berdaya secara ekonomi. Adapun pengeluaran untuk ongkos kampanye, seperti untuk bikin spanduk, baliho, cetak gambar, dan yang sejenis itu tentu tidak termasuk dalam kategori politik uang itu. Tetapi, praktik beli suara yang dapat memandulkan nalar seorang pemilih adalah perbuatan keji yang merusak bangunan moral manusia. Politik uang yang liar dalam jumlah besar ini untuk meraih sebuah posisi politik jelas akan menghalangi anak-anak bangsa yang masih idealis, tetapi miskin untuk tampil sebagai wakil rakyat. Sekali uang dijadikan raja, maka tingkat peradaban politik suatu bangsa tidak akan pernah naik. Percayalah, posisi politik sebagai hasil dari beli suara adalah ibarat sarang di atas dahan yang rapuh, untuk meminjam Iqbal, yang tidak akan tahan lama, ungkapnya. Catatan keempat, adanya slogan siap kalah dan siap menang jangan dibiarkan mengapung sebagai slogan mati, tetapi harus diikuti secara kesatria dalam sikap dan perbuatan. Oleh sebab itu, KPU, dibantu oleh polisi dan TNI, yang diberi otoritas tertinggi oleh negara haruslah selalu menjaga dan mengawasi secara ketat agar proses pilpres ini benar-benar berlangsung secara jujur, lurus, tanpa kecurangan apa pun. Dan di ujungnya, siapa pun yang terpilih dalam proses pilpres yang bermartabat itu bukan lagi presiden/wakil presiden partai/golongan, tetapi sepenuhnya menjadi milik Indonesia, tanpa kecuali. Demokrasi kita harus bergerak ke arah tujuan mulia, kata Ahmad. (IS) 5

6 Evaluasi Secara Makro Kinerja Lembaga Pengawas Pemilu Untuk lebih meningkatkan ki-nerja lembaga Pengawas Pemilu dan sekaligus persiapan pengawasan pelaksanaan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pilkada) secara serentak pada Tahun 2015 mendatang, Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia (Bawaslu RI) menyelenggarakan Rapat Koordinasi Evaluasi Kinerja Kelembagaan Pengawas Pemilu Bagi Bawaslu Provinsi Tahun 2014 di Medan, Jumat malam (19/12). Ketua Bawaslu RI, Muhammad, Pimpinan Bawaslu RI, Endang Wihdatiningtyas, Sekjen Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro. Tujuan kegiatan ini adalah untuk lebih menumbuhkan kepercayaan publik terhadap lembaga Pengawas Pemilu serta menumbuhkan sinergisitas struktur organisasi Pengawas Pemilu Demikian Kepala Biro Administrasi Bawaslu RI, D. Adhi Santoso menyampaikan dalam Laporan Panitia pada kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Pertemuan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan Sumatera Utara, ini. Dalam kesempatan yang sama, Pimpinan Bawaslu RI sekaligus Koordinator Divisi SDM dan Organisasi, Endang Wihdatiningtyas mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan potret lembaga secara makro, dimana akan dievaluasi secara menyeluruh terkait SDM, Struktur, Program Kerja dan Anggaran serta Regulasi untuk merumuskan rekomendasi perbaikan lembaga Pengawas Pemilu ke depannya. Evaluasi kinerja lembaga Pengawas Pemilu yang menaungi sejumlah orang staf sekretariat dan komisioner. Tidak bisa dilakukan secara parsial, namun harus dilaksanakan secara menyeluruh. Evaluasi terkait manajemen pengorganisasian untuk kemudian dirumuskan langkah-langkah perbaikan ke depan. Utamanya dalam rangka persiapan menghadapi pelaksanaan Pemilukada serentak Tahun 2015 mendatang, lanjut perempuan berhijab tersebut. Senada dengan hal tersebut, Ketua Bawaslu RI, Muhammad menyampaikan bahwa pasca penyelenggaraan pengawasan Pemilu 2014, kelembagaan Pengawas Pemilu akan dievaluasi secara menyeluruh. Lebih jauh lagi, output utama kegiatan ini adalah bagaimana semua Komisioner Bawaslu Provinsi dan termasuk para Kepala Sekretariatnya dapat mengetahui fungsi pengawasan secara makro, tidak hanya terbatas pada divisi yang menjadi koordinasinya. Sehingga secara khusus, saya meminta Sekjen Bawaslu RI, juga hadir sebagai narasumber, karena hal ini juga inheren dengan para Kasek Provinsi, ucap pria bergelar Professor itu. Sebagai informasi, panitia mengundang Sekretaris Jenderal (Sekjen) Bawaslu RI, Gunawan Suswantoro sebagai narasumber untuk memaparkan hasil audit organisasi, sekaligus pemaparan Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Bawaslu RI dan Kesekretariat Bawaslu Provinsi Tahun serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun terkait Pengembangan Pengawasan Pemilu Partisipatif. Sebagai Pengawas Pemilu, kita juga harus membuka hati terhadap kritik-kritikan masyarakat tentang masih lemahnya fungsi pengawasan Pemilu yang dimiliki oleh Bawaslu, makanya kritikan ini harus kita coba evaluasi, demi kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang, kata Muhammad menutup sambutannya. Kegiatan yang direncanakan hingga Minggu (21/12) ini, mengundang Komisioner dan Kasek Bawaslu Provinsi se-indonesia untuk mendapatkan feedback terkait SDM, Struktur, Program Kerja dan Anggaran serta Regulasi di jajaran Kesekretariatan Bawaslu Provinsi se-indonesia. [MZ] 6

7 Pilkada Serentak Paling Mungkin 16 Desember 2015 Komisi Pemilihan Umum memperhitungkan pemilu kepala daerah serentak paling mungkin dilakukan pada 16 Desember Pelaksanaan Pilkada serentak pada pertengahan Desember itu memperhitungkan kemungkinan konsekuensi hukum dan lamanya proses pengadaan logistik. Setelah kami hitung lagi dengan teliti, yang paling cepat dan memungkinkan itu pemungutan suara pilkada secara serentak di 16 Desember 2015, itu untuk putaran pertamanya, kata Hadar, di Jakarta Kamis (11/12). Hadar menjelaskan pada tahap proses pencalonan kepala daerah saja, sangat mungkin ada gugatan-gugatan hukum kepada keputusan KPU. Putusan KPU bisa digugat dan hal itu membutuhkan waktu. Bisa saja nanti keputusan KPU terkait pencalonan itu digugat ke PTUN (Pengadilan Tata Usaha Negara), dan kami tidak boleh mengabaikan itu. Misalnya nanti PTUN memenangkan perkara gugatan tersebut kan kami tidak jalan terus prosesnya, jelas Hadar. Selain itu KPU juga memperhitungkan waktu proses produksi dan distribusi logistik ke pilkada hingga ke daerah kabupaten-kota. Hadar menyebutkan dalam draf Peraturan KPU terkait Tahapan dan Jadwal Pilkada serentak ditentukan masa produksi dan distribusi logistik selama 18 hari, dan itu di luar tahapan lelang. Belum lagi kami harus mempertimbangkan daerah-daerah yang tidak dapat memproduksi sendiri logistik pilkadanya, misalnya daerah di wilayah timur Indonesia harus memproduksi logistik di Pulau Jawa, itu harus diperhitungkan lama distribusinya, tambahnya. Komisioner KPU lainnya Ida Budhiati menyatakan proses pencalonan sangat mngkin menjadi mekanisme yang disengketakan oleh para kandidat atau peserta. Padahal sengketa tahap pencalonan di pengadilan tata usaha negara (TUN) memiliki mekanisme prosedur yang cukup lama. Bahkan bisa berlangsung dua bulan lebih. Belum lagi rancangan mekanisme penyelesaiannya belum dirancang sederhana. Sengketa TUN itu memerlukan waktu 64 hari, dua bulan lebih. Dan yang bisa disengketakan terkait TUN itu adalah semua hasil keputusan yang dikeluarkan KPU, jelas Ida. Hal yang paling memungkinkan untuk disengketakan oleh calon peserta pilkada, tambahnya, adalah mengenai keputusan hasil pencalonan, mengingat proses pencalonan kepala daerah cukup panjang. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 1 Tahun 2014, penyaringan dari bakal calon menjadi calon kepala daerah harus melalui proses uji publik, dan menurut Ida, hasil tersebut yang akan rentan disengketakan oleh pihak terkait. Misalnya, SK penetapan calon kepala daerah yang sudah disahkan KPU diajukan sebagai sengketa TUN dan ternyata dinyatakan oleh pengadilan bahwa ada calon yang tidak memenuhi syarat. Itu yang harus diperhatikan karena kalau KPU tetap melanjutkan tahapannya dengan calon kepala daerah yang menurut PTUN tidak memenuhi syarat itu, maka akan ada pihak yang dirugikan, ujarnya. [VD/RS] Dunia Internasional Apresiasi Kualitas Penyelenggaraan Pemilu di Indonesia Pemilihan Umum Anggota Legislatif dan Pemilihan umum Presiden dan Wakil Presiden tahun 2014 telah berlalu. Fakta yang terjadi yaitu terbelahnya pandangan dari unsur Masyarakat, Pengamat, Media dan Peserta Pemilu itu sendiri terkait hasil Pemilu tahun Pandangan yang pertama mengatakan Selamat bahwa pemilu tahun 2014 merupakan pemilu yang paling baik, demokratis dan transparan dibandingkan pemilu pemilu sebelumnya. Saat pertemuan KPU seluruh dunia, Pemilu tahun 2014 di Indonesia mendapatkan apresiasi yang sangat luar biasa dari seluruh Komisi Pemilihan Umum di berbagai belahan dunia. Ada pengakuan secara jujur dari Ketua KPU Amerika Serikat bahwa Indonesia bisa dijadikan contoh dalam penyelenggaraan Pemilu. Indonesia bisa mengelola Pemilu kurang lebih 190 juta pemilih dengan suku, tantangan geografis, namun Indonesia bisa menyelesaikan pemilu tahun 2014 dengan baik tanpa sebuah konflik yang ekstrim. Hal ini dikatakan Ketua Bawaslu, Muhammad saat menjadi narasumber Rapat Koordinasi Nasional KPU RI, KPU/KIP Provinsi dan KPU/KIP Kabupaten/Kota di Jakarta, Rabu (17/12). Menurut Muhammad, dunia internasional mengakui KPU di Indonesia kali ini menjadi penyelenggara Pemilu yang paling baik dibanding KPU yang ada, dan itu berarti bukan 7 orang terhormat yang ada di pusat yang berhak menyandang penghargaan itu. Penghargaan patut diberikan kepada kawan-kawan ditingkat Kabupaten/Kota, Panitia adhoc dan panitia KPPS, mereka yang sejatinya didengar oleh dunia internasional tambah Muhammad. Selain itu Muhammad menyampaikan beberapa pengantar salah satunya terkait hasil Pemilu tahun 2014 yang secara umum dianggap mengalami kemajuan di berbagai aspek dibandingkan Pemilu sebelumnya. Seperti kesiapan kerangka hukum yang lebih awal terbentuk, kesiapan penye-lenggara pemilu yang lebih baik, terutama karena undang-undang penyelenggara Pemilu yang telah ditetapkan 3 tahun sebelum Pemilu. Kinerja penyelenggara Pemilu yang transparan dan menjamin aksesibilitas publik serta semakin meningkatnya kesadaran politik, hukum peserta Pemilu dan masyarakat. Untuk Pemilu ke depan, Bawaslu menghimbau kepada KPU untuk membuka semua proses tahapan Pemilu secara transparan. Sehingga Jika ada sedikit saja yang berfikir negatif kepada KPU maka yang pertama menjadi tamengnya adalah Bawaslu RI. Selain itu, bilamana ada data atau fakta yang mengcounnter yang bisa di dapat KPU maka, Bawaslu bisa melakukan verifikasi atau melihat data-data itu. Ini kan permainan yang harus dilihat sebagai sebuah pendidikan politik, tidak semuanya kami harus ikuti dengan apa yang ditetapkan oleh KPU tandas Muhammad. Ia juga menyatakan bahwa ada saatnya Bawaslu mesti mengeluarkan rekomendasi kepada KPU, misalnya ada TPS yang harusnya selesai di desa tapi faktanya ada pelanggaran yang tidak bisa dibiarkan. Bila KPU dapat melihat pelanggaran itu, maka bisa di kroscek oleh Bawaslu. Walaupun idealnya harus selesai secara berjenjang. Bawaslu berharap ke depannya dalam mengawal pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota, hirarki ini harus dihidupkan secara cerdas dan fokus. Jangan sampai problem di tingkat bawah naik ke Jakarta, kalau ada problem di tingkat bawah ya selesaikan di bawah jangan sampai dibawa ke pusat kata Muhammad Karena faktanya ada beberapa persoalan yang harus diselesaikan oleh KPU RI yang semestinya diselesaikan di tingkat bawah. Jadi ke depan harus diperbaiki, kalau ada problem di TPS ya selesaikan di TPS tegasnya. [IR/AI] 7

8 Medsos Kaburkan Partisipasi Pilpres Tingkat partisipasi pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2014 tercatat sebagai yang terendah sepanjang sejarah. Keriuhan di media sosial (medsos) dinilai membantu menyelubungi angka tersebut. Komisi Pemilihan Umum (KPU) melansir, partisipasi pemilih pada Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014 pada angka 69,58 persen. Jumlah itu menurun dua persen dibanding Pilpres 2009 yang partisipasinya tercatat 72 persen. Pilpres 2014 adalah pertama kalinya tingkat partisipasi pada pemilu nasional mencapai angka di bawah 70 persen. Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengiyakan, menjelang pilpres intensitas pembicaraan dan animo masyarakat di media sosial seperti Facebook, Twitter, dan forum-forum daring terbilang tinggi. Hal itu karena pengguna media sosial bisa mengakses media massa dan tidak memiliki keterbatasan informasi. Sehingga, ada kesan bahwa euforia dan animo masyarakat atas pilpres ini naik dan menguat secara luar biasa, kata Titi, Rabu (19/11). Menurutnya, hal itu berarti pemilih yang aktif di media sosial hanya sebagian kecil dari pemilih di Indonesia. Sebagian besar warga negara yang memenuhi syarat sebagai pemilih merupakan mereka yang berada di luar komunitas online tersebut. Kenyataannya, ada komunitas offline yang tidak tersentuh teknologi dan ternyata mewakili sebagian besa pemilih Indonesia. Mereka berada di daerah rural, pedalaman, perdesaan, ujarnya. Hiruk pikuk di media sosial, menurut Titi, tidak bisa dianggap mewakili fenomena seluruh pemilih di Indonesia. Guru Besar Ilmu Politik Universitas Airlangga Ramlan Surbakti mengatakan, perlu penelitian lebih jauh soal fenomena partisipasi pada Pilpres 2014 yang lebih rendah dari partisipasi Pemilu Legislatif (pileg) Yang paling tepat, harus dilakukan penelitian, biasanya justru pilpres lebih tinggi. Tapi, ini bisa dimengerti karena saat pileg yang menyapa pemilih lebih banyak, kata Ramlan, kemarin. Menurutnya, partisipasi pileg tinggi karena pemilih digarap langsung ribuan calon anggota legislatif di setiap tingkatan mulai dari caleg DPRD Kabupaten/Kota, caleg DPRD Provinsi, dan caleg DPR pusat. Sebanyak 12 partai politik peserta pemilu juga berlomba-lomba mengarahkan konstituennya untuk menggunakan hak pilih pada 9 April. Ramlan menilai, pada Pilpres 2014 muncul fenomena kelompok masyarakat yang sebelumnya tidak peduli dengan politik atau memilih golput turut berpartisipasi. Misalnya, seniman-seniman yang selama ini cenderung kritis dan antipolitik justru menjadi sangat aktif. Namun, gelombang meningkatnya kesadaran politik itu, menurut Ramlan, memang lebih banyak terjadi di kalangan masyarakat perkotaan. Pusat kegiatan politik dan kampanye lebih banyak terjadi di kota. Di pedesaan, kadang TV masih jarang, transportasi sukar. Kalau capres kampanye, paling kan ke ibu kota kabupaten, ungkap Ramlan. Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Nasrullah mengatakan, menurunnya partisipasi pemilih pada pemilu presiden 2014 tidak terlepas dari persoalan administratif saat pemungutan suara. Salah satu penyebabnya (partisipasi turun) bisa jadi karena penyelenggara memperketat DPKTb (daftar pemilih khusus tambahan). Padahal, sebenarnya animo masyarakat tinggi, kata Nasrullah. Ia mengungkapkan, Bawaslu mencatat, cukup banyak pemilih yang tidak bisa menggunakan hak pilihnya meski memenuhi syarat, tapi tidak terdaftar dalam DPT atau pindah domisili. [IS/FZ] 8

9 Seleksi Panwaslu Diharapkan Lahir Pengawas Miliki Integritas Proses seleksi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Provinsi Sulawesi secara serentak terus dilakukan di sejumlah daerah. Ketua Tim Seleksi (Timsel) Provinsi Sulawesi Selatan Prof. Dr Anwar Borahima mengharapkan proses seleksi Panwaslu Kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan diharapkan melahirkan pengawas yang memiliki integritas. Semua penyelenggara pemilu harus punya integritas, saya kira pintar juga penting tetapi bukan yang utama, yang terpenting adalah punya integritas, Ujar pada saat seusai proses tes tertulis seleksi Panwaslu Kabupaten yang dilaksanakan di Gedung Aula Kantor Bupati Kabupaten Maros, Sabtu (20/12). Tidak hanya itu, Guru Besar bagian Hukum Universitas Hasanuddin terserbut mengharapkan kepada calon Panwaslu yang mengikuti proses seleksi Panwaslu di Provinsi Sulawesi dilaksanakan secara serentak di Kabupaten di Provinsi Sulawesi diharapkan mempunyai nilai-nilai kejujuraan dalam melakukan tes tertulis. Menurutnya nilai kejujuran adalah modal awal dari keberhasilan penyelenggara khususnya jajaran penggawas dalam mengawal demokrasi ke depan. Seorang pengawas harus mempunyai kejujuran, apabila ada salah satu calon Panwas sudah tidak memegang teguh nilai tersebut,akan diragukan pula integritasnya sebagai penyelenggara dan sebagai wasit, ujarnya. Di sisi lain, Anwar menambahkan menangapi kinerja yang sudah dilakukan oleh jajaran Panwaslu pasca pemilihan Legislatif dan Presiden lalu, Khususnya di Provinsi Sulawesi Selatan, ia memberi apresiasi kepada pengawas yang sudah bekerja secara maksimal dalam melakukan pengawasan. Namun demikian, ada beberapa hal termasuk kendala yang memang menjadi permasalahan dalam penindakan pelanggaran yaitu salah satunya permasalahan regulasi yang belum fokus dalam penindakan pelanggaran pemilu. Permasalahannya ada pada regulasi. Regulasi tersebut yang membuat tidak berkutiknya jajaran pengawas ketika melakukan menindak adanya satu pelanggaran. Oleh karena itu tidak ada definisi yang mengatur secara rigit terkait pelanggaran pemilu, ujarnya Anwar juga mencontohkan beberapa pelanggaran pemilu yang ditangani belum bisa menjerat peserta pemilu. Seperti contoh kampanye di luar jadwal, maka yang dimaksud di luar jadwal yang mana? karena kampanye sendiri tidak jelas definisinya meskipun didalam definisi kampanye tersebut dijelaskan harus ada visi, misi, program kerja dan itu harus kumulatif, apabila itu tidak kumulatif kan tidak bisa menjerat, ungkapnya. Sementara itu Anwar berharap, pembentukan Sentra Penegakan Hukum Terpadu (Gakkumdu) yang melibatkan kepolisian dan kejaksaan, bukan lagi menjadi hambatan di dalam melakukan penanganan tindak pidana pemilu ke depan. Menurutnya, pelibatan tiga institusi seharusnya menjadi solusi dalam menangani tindak pidana pemilu ke depan. Gakkumdu dibentuk untuk memperkuat pengawasan bukan malah sebaliknya, melemahkan pengawasan, harapnya. Sebagai informasi, Bawaslu Provinsi Sulawesi Selatan mulai Senin (17/11) sampai dengan (21/12) membuka pendaftaran anggota Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) pilkada di sepuluh kabupaten. Proses seleksi ini dilakukan oleh 10 anggota tim seleksi yang dibentuk Bawaslu di dua Zona. Zona pertama mencakup Kabupaten Palopo, Bulukumba, Maros,dan Parepare. Tim seleksi adalah Prof. Dr. Anwar Borahima, A. Syamsu Alam, Firdaus Muhammad, Abd. Azis, dan Tuty Suciaty. Adapun zona dua mencakup Kabupaten Luwu Timur, Luwu Utara, Tana Toraja, Barru, dan Soppeng. Penyeleksinya adalah Maruf Hafidz, Nurul Ilmi Idrus, Muchlis Madani, Fadly Andi Natsif, dan Rosniaty Azis. Ketua Bawaslu Sulawesi Selatan Laode Arumahi mengatakan, anggota Panwaslu yang akan direkrut sebanyak 30 orang dari sepuluh kabupaten atau setiap kabupaten ada tiga pengawas pemilu yang akan dipilih. Adapun pada proses pembuatan soal test seleksi panwaslu Kabupaten dibuat langsung oleh Bawaslu RI, kemudian soal yang dibuat oleh Bawaslu RI dikirim langsung oleh tim ke Kabupaten setempat yang akan melakukan tes tertulis calon Panwaslu Kabupaten. Kemudian, pada prosesnya berkas atau soal yang masih tersegel diberikan kepada tim seleksi sekaligus mengawasi pelaksanaan tes. Peserta wajib menyerahkan kartu identitas penduduk (KTP) sebelum mengikuti tes tertulis. Hingga proses tes tertulis selesai dalam waktu 2 (dua) jam lamanya, dilakukan pula proses pemusnahan berkas dilakukan cara merobek dan membakar semua berkas soal yang digunakan tes tertulis tersebut. Diketahui peserta yang mengikuti test Kabupaten Maros diikuti sejumlah 59 peserta. [HW/FS] 9

10 Dukungan Birokrasi dan Aspek SDM Jadi Problem Panwas Kabupaten/Kota Menjelang pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota pada tahun 2015, Bawaslu mengantisipasi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD (Perppu Pilkada) jika DPR menolak Perppu. Tetapi bila perppu jadi disahkan oleh DPR, maka dilakukan melalui sistem voting. Namun yang dilakukan sekarang pada tingkatan DPR adalah proses lobi, yaitu pendekatan musyawarah mufakat, karena adanya MoU. Oleh sebab itu Bawaslu menghendaki melalui musyawarah mufakat Perppu itu diterima. Pimpinan Bawaslu, Nasrullah mengatakan pada prinsipnya apakah Perppu dalam posisi diterima atau ditolak. Kalau ditolak posisinya deadlock, tetapi seandainya diterima maka ada dua bentuk, diterima secara utuh, konsekuensinya seperti itu Perppunya. Atau diterima secara bersyarat, yang kemungkinan besar ada beberapa perubahan di dalam Perppu, ujar Nasrullah saat menyampaikan sambutannya dalam acara Analisis dan Evaluasi terhadap Pelaksanaan Pengawasan Partisipasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, di gedung LPMP (Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan) Provinsi Babel, Rabu (17/12). Hadir dalam Rakor Analisis dan Evaluasi Pengawasan Partisipatif Bawaslu Provinsi Babel, antara lain, Ketua Bawaslu Provinsi Babel Zul Terry Apsupi, komisioner Bawaslu Babel Bagong Susanto dan Sugesti serta seluruh Panwaslu dan sekretariat 7 Kabupaten/Kota. Selanjutnya Nasrullah menjelaskan bahwa jika Perppu diterima tetapi bersyarat, maka kewenangan yang diberikan kepada Bawaslu Provinsi dan Panwas Kabupaten/Kota dalam menyelesaikan sengketa Pemilu sesuai dengan tingkatan masing-masing. Jadi kalau Pemilihan Bupati/Walikota, maka Panwas Kabupaten/Kota yang punya kewenangan dalam menyelesaikan sengketa pemilihan, jadi tidak ada lagi kewenangan yang diberikan pada lembaga-lembaga lain kecuali Panwas Kabupaten/Kota, terang Nasrullah. Koordinator Divisi Sosialisasi, Humas dan Antar lembaga ini mengatakan bahwa problem Panwas Kabupaten/Kota adalah dukungan birokrasi, serta aspek sumber daya manusia baik dari sisi integritas, kompetensi, netralitas, dan profesionalitas yang menjadi hambatan. Tetapi anehnya kenapa pemerintah memberi kewenangan itu. Jadi terasa sedap tetapi belum tentu sedap. Bukan Bawaslu RI tidak percaya kepada Panwas Kabupaten/Kota, tetapi ada hal yang belum siap, ujarnya. Nasrullah mencontohkan bila Panwas yang belum siap itu diberi kewenangan menyelesaikan sengketa mungkin ada orang-orang yang berkeinginan agar Pemilihan Gubernur/Bupati/Walikota itu dikembalikan saja kepada DPRD, karena terbukti penyelenggara Pemilu (Panwas Kab/Kota-red) yang menjadi penyebab terjadinya suasana yang inkondusif, suasana yang justru menimbulkan konflik. Oleh karena itu dia berharap agar persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan bijak. Dalam kesempatan itu diadakan pula diskusi dengan menghadirkan beberapa narasumber. Dalam rakor tersebut juga dilakukan pemberian penghargaan pengawasan partisipatif Pemilu 2014 kepada perwakilan pemerintah daerah, kepolisian, kejaksaan, perguruan tinggi, tokoh agama, LSM, dan pers. [CK/AI] KARTIKA Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dan Panwaslu kabupaten Kota seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah berakhir masa tugasnya. 10

11 Ketua KPU Halmahera Tengah Disanksi Lantaran Gunakan Fasilitas Perusahaan Asing Niat baik tidak selalu berbuntut baik, terlebih jika dilakukan dengan melanggar aturan. Hal itulah yang terjadi pada Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Halmahera Tengah Haerudin Amir. Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) menjatuhkan sanksi peringatan keras kepada Haerudin karena menggunakan fasilitas perusahaan asing saat menyelenggarakan Pemilu Presiden (Pilpres) 2014 lalu. Perkara atas Haerudin diadukan ke DKPP oleh Ketua Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Kabupaten Halmahera Tengah Julfi Jamil dan Anggota Bawaslu Provinsi Maluku Utara Muksin Amrin. Keduanya mengadukan Haerudin karena menggunakan fasilitas milik perusahaan Weda Bay Nikel (WBN) berupa helikopter. Alat transportasi itu digunakan untuk menjemput Form C1 di daerah Lelilief untuk dibawa ke daerah Patani Utara. Haerudin Amir ternyata dalam perannya sebagai pimpinan KPU Halmahera Tengah adalah koordinator wilayah untuk daerah Kecamatan Weda Utara dan Weda Tengah. Sedangkan wilayah Patani Utara dikoordinatori oleh Sofyan Abd Gafur. Artinya, Haerudin telah mengambil Form C1 di daerah yang sebenarnya bukan merupakan wilayah koordinasinya. Apalagi, kemudian terungka bahwa dalam melakukan tindakannya itu, Haerudin tidak mengantongi keputusan rapat pleno. Sidang kode etik KPU Halmahera Tengah. GOOGLE.COM Haerudin tidak pernah menggelar rapat pleno untuk meminjam fasilitas helikopter itu. Lagipula, berdasarkan klarifikasi anggota KPU Halmahera Tengah Sri Dewi Nurlaela, Sofyan Abd. Gafur, Sunarwan Mochtar, danvera M Kolondam, sebenarnya untuk menjemput Formulir C1 tidak harus menggunakan helikopter karena bisa juga ditempuh dengan menggunakan transportasi darat yaitu mobil dan transportasi laut, yaitu kapal (speed boat). Tindakan Haerudin itu, kata menurut pengadu telah membuat resah Maluku Utara terutama pemerhati pemilu. Apalagi, kasus itu ramai diberitakan media massa sehingga menyebabkan kewibawaan dan kehormatan KPU Halmahera Tengah tercederai. Haerudin membenarkan bahwa dirinya menggunakan helikopter milik WBN. Namun hal ini saya lakukan dengan pertimbangan untuk mempercepat laporan scan C1 online secara nasional, kondisi alam yang tidak bersahabat, kondisi Patani Utara rawan kecurangan, kata Haerudin dalam sidang DKPP. Dia juga mengklaim telah melaporkan rencana penjemputan formulir C1 dengan helikopter kepada anggota KPU Halmahera Tengah lainnya. Di sisi lain, Majelis DKPP menilai, tindakan Haerudin tidak sepenuhnya dapat dibenarkan etika. Haerudin seharusnya sejak jauh hari berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk menjemput form C1. Karema itu, DKPP menjatuhkan sanksi kepada Haerduin. Memutuskan, menjatuhkan sanksi berupa peringatan keras kepada teradu atas nama Haerudin Amir selaku Ketua merangkap Anggota KPU Kabupaten Halmahera Tengah, kata Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie saat membacakan putusan, Rabu (12/11/2014). [dey] 11

12 Bawaslu Sampaikan Hasil Pengawasan Pemilu 2014 Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menyampaikan hasil Pengawasannya kepada publik, di Jakarta, Rabu (10/12). Dalam paparannya, Bawaslu menyampaikannya dalam rangka ingin mendapat masukkan dari masyarakat untuk perbaikan pengawasan pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada 2015 mendatang. Masyarakat terpolar menjadi dua dalam melihat hasil pemilu. Ada yg menilai, penyelenggara pemilu sudah sesuai harapan. Tetapi ada juga yg menilai pengawasan belum sebagaimana yang diharapkan. Kami harapkan masukan kepada Bawaslu untuk perbaikan Pengawasan Pemilu ke depan, tutur Ketua Bawaslu, Muhammad. Dalam presentasinya, Bawaslu menjelaskan bahwa pengawasan day by day sudah dilaksanakan oleh Bawaslu, mulai dari Pemilu Legislatif hingga Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Mulai dari tahapan pencalonan hingga tahapan terakhir yakni pelantikkan. Dari pencalonan kami sudah upayakan untuk berbuat maksimal dan memastikan agar calon yang memenuhi syarat agar jangan sampai tidak lolos. Begitupun juga pemilih. Bahkan, pada tahapan pemutakhiran data pemilih, Bawaslu memberikan tiga kali rekomendasi penundaan, untuk benar-benar mendapatkan kualitas daftar pemilih yang baik, tutur Koordinator Divisi Pengawasan, Daniel Zuchron. Dalam hal sengketa Pemilu, Bawaslu juga telah menyelesaikkan seluruh sengketa pemilu yang masuk ke Bawaslu. Sengketa yang terjadi antara peserta pemilu dan sengketa yang terjadi antara peserta pemilu dengan penyelenggara pemilu. Begitu juga dengan penanganan pelanggaran. Bawaslu sudah menindaklanjuti seluruh laporan dan temuan pelanggara kepada instansi terkait. Meskipun ada yang tidak ditindaklanjuti, hal tersebut dikarenakan syarat formil yang tidak lengkap. Namun, Bawaslu memberikan sedikit perhatian kepada Sentra Gakkumdu di tingkat pusat. Menurut Nelson, Sentra Gakkumdu belum maksimal dalam menindaklanjuti tindak pidana Pemilu. Beberapa rekomendasi Bawaslu, bahkan tidak ada yang ditindaklanjuti oleh Kepolisian dengan berbagai alasan. Kesepahaman tersebut, masih akan menjadi pekerjaan rumah bagi Bawaslu, Kepolisian, dan Kejaksaan. Salah satu strategi pengawasan yang dianggap berhasil adalah Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu. Gerakan moral masyarakat ini, mampu melibatkan masyarakat dalam jumlah banyak dan kesadaran aktif untuk melaksanakan pengawasan pemilu. Melibatkan masyarakat adalah memanusiakan rakyat itu sendiri. Melibatkan masyarakat, maka mereka dapat mengawal pilihannya itu sendiri. Dalam hal ini, Bawaslu wajib melibatkan hak-hak ini. Oleh karena itu kami membuat awaslupadu (pengawasan partisipatif), kata Koordinator Divisi Sosialisasi, Humas, dan Hubungan Antar Lembaga, Nasrullah. Selain melibatkan masyarakat sipil, Bawaslu juga melibatkan beberapa lembaga negara yang memiliki perhatian dalam pengawasan. Misalnya, dalam mengawasi dana kampanye, Bawaslu membentuk gugus tugas dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Selain itu, dalam mengawasi penyiaran, Bawaslu membentuk gugus tugas bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU), Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), dan Komisi Informasi Pusat (KIP). [FS] 12

13 Sejumlah Tokoh Dukung Penguatan Pengawas Pemilu Peran Pengawas Pemilu sudah mulai dirasakan dalam rangka Pengawasan pelaksanaan Pemilu 2014 silam. Kiprahnya, ditunggu pada Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota pada 2015 mendatang. Namun, apakah perlu ada perbaikan terhadap lembaga pengawas pemilu ke depan? Sejumlah tokoh mengatakan, Bawaslu yang selama ini dibangun hanya setengah hati harus dibangun secara kuat dan menyeluruh. Selama ini, ada skema dan wacana yang membuat Bawaslu hanya aksesoris Pemilu semata, dan ini harus diluruskan. Bawaslu dalam Sentra Gakkumdu hanya menjadi tameng dalam penegakan hukum pemilu. Ini yang akhirnya membuat banyak kasus kadaluarsa. Bawaslu harus diberikan kewenangan yang lebih total dan menyeluruh, kata mantan Anggota KPU Ramlan Surbakti. Menurutnya, Bawaslu perlu diberikan transformasi kewenangan pada Pemilu berikutnya. Sedangkan wacana Pemilu tanpa Pengawasan Pemilu, itu hal yang tidak mungkin, karena masih banyak yang harus dibenahi. Ia menambahkan, Bawaslu atau lembaga baru juga dimungkinkan untuk dibuat menjadi sebuah badan yang bertugas mengawasi partai, khususnya dana dan anggaran yang dikelola oleh partai politik. Acapkali, dana kampanye parpol tidak sesuai dengan apa yang dilaporkan, dan praktis transparansinya tidak terjadi. Hal senada disampaikan oleh Guru Besar Sosiologi Universitas Indonesia, Thamrin Amal Tomagola yang menyebutkan bahwa, otot-otot Pengawas Pemilu adalah Bawaslu Provinsi. Oleh karena itu, Bawaslu Provinsi yang harus harus mendapatkan penguatan yang lebih serius dibandingkan Bawaslu Pusat. Penguatan Bawaslu harus dikosentrasikan di daerah bukan di Pusat. Institutional building dimulai dari daerah, tutur Thamrin. Selanjutnya, tambah Thamrin, wacana Bawaslu ditiadakan tidak perlu dihiraukan lagi, karena sebenarnya Pemilu di Indonesia sangat diperlukan Pengawasan yang terinstitusionalisasi dengan baik. Namun ia mengingatkan, agar Bawaslu tidak hanya bekerja saat Pemilu, tetapi jauh sebelum itu. Satu kelemahan Bawaslu ikut ketularan penyakit parpol. Hanya sibuk pada saat pemilu. Fokus Bawaslu juga pada persiapan dan sosialisasi dan edukasi politik. Ini pembangunan Bawaslu sebagai lembaga yang utuh untuk pengawasan pemilu, pungkasnya. Menambahkan hal itu, Tokoh Agama Romo Benny Susetyo mengatakan bahwa ke depan Bawaslu harus memiliki program khusus pendidikan kepada masyarakat untuk menjadi pemilih yang cerdas. Menurutnya, jika pemilih sudah cerdas maka otomatis menjadi kekuatan kontrol sosial yang kuat. Kelompok-kelompok agama juga harus jadi prioritas, dan akan efektif jika diajak bekerjasama, tambah Benny. [FS/AI] 13

14 BULETIN BAWASLU, EDISI 12, DESEMBER ENDANG WIHDATININGTYAS Srikandi Pengawas dan Penegak Hukum Pemilu Endang Wihdatiningtyas adalah satu-satunya perempuan di antara lima Pimpinan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) periode Saat ini, Endang adalah Koordinator Divisi Sumber Daya Manusia (SDM) Bawaslu. Sebelumnya, perempuan itu memegang Divisi Hukum dan Penanganan Pelanggaran di lembaga pengawas Pemilu itu. Pengalaman Endang mengawasi pemilu dimulai sejak Pemilu Saat itu, ia menjadi Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Sebelum menjadi anggota Bawaslu, dia menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia DIY periode dan pengacara di Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum untuk Wanita dan Keluarga DIY. Semasa kuliahnya, alumnus Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta itu aktif di Jamaah Shalahudin, sebuah unit kegiatan kerohanian Islam di UGM. Semasa SMA, dia aktif di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM). Menurut sumber merdeka.com, Endang tidak memiliki catatan khusus. Saya tidak punya catatan khusus tentang Endang, tapi dia juga seorang advokat, ujanya. Endang menekankan pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemilu. Karena itu, Bawaslu membentuk masyarakat mengenali pelanggaran, mempersiapkan untuk bisa melaporkan pelanggaran. Menurut dia, pelibatan masyarakat dalam pengawasan pemilu terkendala pengetahuan publik mengenai definisi dan kriteria pelanggaran pemilu. Sangat mungkin yang dilaporkan sebagai pelanggaran, ternyata bukan pelanggaran. Atau masuk dalam pelanggaran tapi tak masuk pidana atau pelanggaran pemilu. Semuanya ada perbedaan maksud dan penanganan, kata Endang. Endang juga mendorong masyarakat memantau kerja pengawas pemilu. Masyarakat bisa mengingatkan ke pengawas pemilu jika bekerja dengan semena-mena. Baginya, perhatian masyarakat pada pemilu dan pengawasannya merupakan sumbangan besar bagi demokrasi yang luar biasa. [dey] Biodata Nama : Endang Wihdatiningtyas, SH Tempat Tanggal Lahir: Bantul, 8 Juni 1968 Pengalaman Kerja: - Pengacara / Advokat - Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia DIY - Anggota Bawaslu

15 Hukum dan Penindakan Pelanggaran Bawaslu Harap Penegakan Pidana Pemilu Diperkuat Pimpinan Badan Pengawas Pemilu RI Nasrullah berharap agar peran lembaga ini dalam penegakan pidana pemilu diperkuat. Hal ini dimaksudkan agar Bawaslu di satu sisi bisa bermetamorfosis menjadi lembaga peradilan pemilu yang sifatnya permanen. Jadi, separuh bagian Bawaslu itu dibentuklah wilayah penegakan hukum. Nanti Bawaslu di dalamnya ada penyidiknya, ada juga penuntutnya, sama persis model KPK, kata Nasrullah di sela-sela diskusi Sosialisasi Hasil Pengawasan dan Penanganan Pelanggaran Pemilu 2014 dan Persiapan Pilgub, Pilbup, dan Pilwako 2015 di Gedung Auditorium Adhiyana Wisma Antara Jakarta, Rabu (10/12). Dengan mengembangkan pola seperti KPK, maka kejahatan pemilu dapat diatasi dengan cepat. Sebab, kata Nasrulllah, potensi orang dalam perebutan kekuasaan dikemudian hari cenderung koruptif. Karena itu, perlu dicegah sejak dini dengan memasukan kejahatan pemilu sebagai kejahatan extraordinary. Jadi, bukan lagi Gakkumdu. Tapi nanti disuplai dari dua institusi ini (kejaksaan dan polri) dia hibahkan orang-orangnya kepada Bawaslu secara permanen. Mestinya begitu. Peradilan pemilu itu kan ada wilayah etik, wilayah administrasi, dan wilayah pidana sebagai lex specialis. Pidana ini yang ditangani Bawaslu, ujarnya. Sementara pada sisi pengawasan, Nasrullah mengatakan pada akhirnya kewenangan itu akan diberikan kepada masyarakat. Dengan begitu, fungsi pengawasan Bawaslu tidak dihapus. Meski begitu, pengawasan pemilu tidak diserahkan secara langsung ke masyarakat. Sebab, pemerintah tengah berupaya pada pembentukan karekter masyarakat yang sadar tentang hak-haknya agar dikemudian hari mampu melindugi haknya sendiri. Maka, ini ada penghubung yang digerakkan oleh separuh badan Bawaslu tadi. Nah, ini diisi oleh orang-rang yang paham dan berpartisipasi tentang kepemiluan. Misalnya, kawankawan pegiat pemilu itu bisa berperan di situ, kata Nasrullah. Kehadiran dan peran negara sebagai fasilitator sangat dibutuhkan. Karenanya, negara tidak boleh melepaskan diri begitu saja sebelum terbentuk karakter masyarakat yang sadar akan hak-haknya. Jadi, sepanjang kalau dia (masyarakat) sudah terbentuk baru ada perampingan peran Bawaslu, ujarnya. [HN/RS] 15

16 Divisi Oganisasi dan Sumber Daya Manusia Bawaslu Pastikan Tidak Ada Kecurangan dalam Rekrutmen Panwaslu Pimpinan Bawaslu Endang Wihdatiningtyas mengawasi tes tertulis seleksi Panwaslu Kabupaten/Kota Provinsi Lampung. Dalam supervisinya itu, ia ingin memastikan tidak ada kecurangan dalam bentuk apapun dalam tes tersebut. Setelah tes, soal-soal langsung kami musnahkan agar tidak terjadi kecurangan Pimpinan Bawaslu, Endang Wihdatiningtyas Bagi 5 orang yang tidak hadir dan tidak mengambil nomor tes, mereka dinyatakan gugur. Jika ada peserta yang ingin melaksanakan tes susulan sudah tidak bisa karena soal tes dan lembar jawaban, ujar Endang Widyaningtyas saat ditemui di lokasi pada pelaksanaan tes tertulis yang dilaksanakan di gedung Pasca Sarjana Universitas Lampung, Senin (1/12). Ia mengatakan, terkait soal tes tertulis berjumlah 100 soal yang meliputi tentang lembaga organisasi, kepemiluan dan pengetahuan umum keseluruhan soal tersebut merupakan soal dibuat oleh Bawslu RI. Oleh karena itu ia yakin tidak ada kebocoran isi soal yang dibuat dalam pelaksanaan tes seleksi Panwaslu Kabupaten dan kota di Provinsi Lampung. Saya langsung menyeleksi soal tes tertulis tersebut, yang mana soal yang disajikan untuk lampung, dan provinsi lain. Sedangkan, satu orang staf melakukan penggandaan soal, terang dia. Endang menjelaskan, terhadap soal yang dibuat untuk menyeleksi pemilihan calon Panwaslu sudah dilakukan koreksi yang lebih rigit di internal Bawaslu RI. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi yang nantinya menjadi persoalan dalam penyeleksian calon Panwaslu Kobupaten/ Kota Provinsi Lampung Semua soal tidak ada yang dibedakan dan saya langsung yang menanganinya. Setelah ini, soal tes langsung dimusnakan. Selanjutnya saya baru menyerahkan kunci jawaban, agar dapat dikoreksi dan mengumukan hasilnya urai Endang. Sebagai informasi, Lampung merupakan provinsi yang kedua melaksanakan tes tertulis. Yang pertama melaksanakan tes tertulis adalah Provinsi Banten. Selanjutnya, tambah dia setelah ini baru provinsi lain yang melakasnakan tes tertulis. Soal yang disajikan berbeda-beda di setiap provinsi. Jadi tidak mungkin ada kebocoran soal atau kecurangan soal. Sementara itu, Ketua Timsel Panwaslu Kab/Kota Ari Darmastuti menekankan, Tim Seleksi yang terlibat dalam melakukan seleksi, tidak ada intervensi di dalam pembuatan soal tes tertulis. Kami baru menerima soal saat berlangsungnya tes yang diserahkan oleh Pimpinan Bawaslu RI dan disaksikan oleh seluruh peserta tes tertulis. Jadi panitia tidak tahu seperti apa soal tes tersebut, jelas Ari yang juga Dosen FISIP Unila tersebut. Kemudian, tambah Ari, untuk tujuh kabupaten/kota yang mengikuti seleksi tes tertulis sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan dalam penyeleksian. Menurutya peraturan jumlah peserta yang mendaftar sudah mencapai 9 orang, dan apabila tidak mencapai 9 orang maka akan diberikan tambahan waktu. Adapun peserta yang tidak hadir dan tidak mengambil no tes dinyatakan gugur. Memang di Kabupaten Waykanan hanya tujuh orang yang mengiuti tes tertulis, tidak mencapai 9 orang peserta, tetapi yang mendaftar 9 orang. Ada satu orang tidak mengambil nomor tes dan satu orang lagi tidak hadir saat pelaksanaan tes. Kami tidak bisa memaksakan mereka untuk hadir dan mengambil nomor tes walaupun pesertanya tidak mencapai 9 orang. Menurut peraturan jumlah peserta dihitung sesuai dengan jumlah yang mendaftar bukan jumlah yang mengikuti tes, tegas Ari. Sebagai informasi, hasil tes tertulis akan diumumkan pada hari Rabu (03/12/2014) oleh Tim Seleksi melalui media masa dan melalui web Bawaslu Lampung. [Humas Bawaslu Lampung] 16

17 Divisi Pengawasan Bawaslu Siap Tangani Sengketa Pemilu Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI merasa sudah waktunya pengawasan pemilu diserahkan kepada masyarakat sipil. Dengan demikian, Bawaslu RI lebih fokus dalam menangani sengketa hasil pemilihan umum (pemilu) dan penegakan hukum pemilu. Ketua Bawaslu, Muhammad Ke depan, Bawaslu cukup konsentrasi pada penegakan hukum dan penyelesaian sengketa saja. Jadi, sebaiknya satu lembaga yang menangani problem penegakan hukum pemilu itu. Saya kira Bawaslu siap untuk itu, kata Ketua Bawaslu RI Muhammad di Jakarta, Rabu (26/11). Muhammad menilai, pasca reformasi terlalu banyak lembaga yang memiliki peran dan tanggung jawab dalam penegakan hukum pemilu. Selain Bawaslu, lembaga lain yang turut menangani sengketa pemilu selama ini antara lain Mahkamah Agung (MA) termasuk Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN), selanjutnya Mahkamah Konstitusi (MK), hingga Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) terkait kode etik penyelenggara pemilu. Menurut Muhammad, banyaknya lembaga yang menangani sengketa pemilu pada akhirnya tidak efektif bagi kepastian hukum pemilu. Karena kita lihat pengalaman pemilu, terlalu banyak lembaga yang mengelola atau menangani pelanggaran pemilu. Akhirnya, keputusan bahkan bisa saja tumpang tindih sehingga tidak efektif dari segi aspek kepastian hukum, ujarnya. Guna memindahkan kewenangan itu, kata Muhammad, harus ada revisi atas UU Pemilu sebagaimana telah diusulkan Kedepan, Bawaslu cukup konsentrasi pada penegakan hukum dan penyelesaian sengketa saja. Jadi, sebaiknya satu lembaga yang menangani problem penegakan hukum pemilu itu. Saya kira Bawaslu siap untuk itu Ketua Bawaslu Muhammad Bawaslu kepada Komisi II DPR RI. Dia berharap, DPR dapat menerima usulan tersebut. Untuk menjadikan Bawaslu sebagai lembaga penegak hukum pemilu, tentu membutuhkan waktu yang panjang. Di sisi lain, KPU selaku penyelenggara harus dipastikan benar-benar mandiri, masyarakat sipil sebagai pengawas harus kuat dan mandiri, hingga perguruan tinggi yang bebas dari kepentingan politik. Komisioner KPU RI Juri Andrianto juga menekankan hal serupa. Menurut dia, banyaknya lembaga yang berwenang menegakkan peradilan pemilu pada akhirnya melahirkan penegakan hukum yang beragam. Selama ini lembaga penegakan hukum pemilu terlalu banyak. Semua lembaga penegak hukum pemilu seperti Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, PTUN, Bawaslu, bahkan DKPP perlu diintegrasikan dalam satu lembaga saja, kata Juri. Sebelumnya, Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampouw mengatakan pentingnya lembaga penegak hukum pemilu berada dalam satu wadah. Karena itu, wacana pembentukan pengadilan khusus (ad hoc) yang menangani sengketa hasil pemilu menjadi pilihan tepat. Selama ini kan hampir tidak ada kejelasan dan kepastian dimana titik akhirnya sebuah persoalan pemilu itu berakhir secara hukum, ujar Jeirry. Menurut Jeirry, untuk mengadakan pengadilan ad hoc pemilu tidak perlu diadakan bangunan baru yang hanya menghabiskan banyak anggaran. Nggak perlu. Bawaslu yang ada sekarang saja yang diberdayakan dengan meningkatkan kewenangannya sampai pada tingkat penyelesaian sengketa pemilu. Jadi, tidak perlu lagi ada lembaga lain yang menangani sengketa pemilu, katanya. [HN/RS] 17

18 Divisi Sosialisasi, Humas dan Antar Lembaga Bawaslu Bangun Komunikasi dan Informasi dalam Evaluasi Pengawasan Pemilu 2014 Badan Pengawas Pemilu menggelar evaluasi Pengawasan Pemilu Tahun 2014 dan Persiapan Pengawasan Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Tahun Kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka membangun Komunikasi dan Informasi antara Bawaslu, Pemantau Pemilu dan Media Massa pasca dilakukan Pemilihan Umum Legislatif dan Presiden dan Wakil Presiden 2014 lalu. Pimpinan Bawaslu, Nasrullah dan Nelson Simanjuntak, Pimpinan Bawaslu Provinsi Sulut, Johny Suak, dan narasumber dari KIPP, Jojo Rohi hadir pada diskusi evaluasi Pengawasan Pemilu 2014 di Jakarta. Terbangunnya sarana komunikasi antara pemantau pemilu dan media massa merupakan corong antara masyarakat sebagai proses politik dalam berdemokrasi, ujar Pimpinan Bawaslu Nasrullah pada saat pembukaan diskusi Evaluasi Pengawasan Pemilu 2014 di Jakarta, Sabtu (29/11). Dalam evaluasi tersebut, Pimpinan Bawaslu Nasrullah menjelaskan, beberapa hasil kerja yang sudah dilakukan oleh Bawaslu dan jajaranya di dalam melakukan pengawasan khusunya pemilu legislatif dan Presiden dan Wakil Presiden Ia mengatakan, Bawaslu mengutamakan strategi pengawasan dengan metode partisipasi yang dilakukan Bawaslu dalam melakukan pengawasan dengan melibatkan masyarakat. Pengawasan partisipatif lebih diutamakan dalam proses pengawasan yang dilakukan oleh Bawaslu, sebab pemilu bertujuan agar mensejahterakan rakyat, oleh karena itu perinsip dasarnya pemilu adalah hajatan untuk rakyat, ujarnya. Senada yang dikatakan oleh Sekjen Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Jojo Rohi, adanya pengawasan Pemilu yang melibatkan partisipatif dari masyarakat adalah cara ampuh sebagai metode pengawasan. Kendati demikian, ia mengakui pengawasan yang di bangun oleh Bawaslu tersebut masih banyak mempunyai kekurangan salah satunya adalah belum adanya koordinasi antara pengawas partisipatif dan pengawas pemilu di lapangan yang mempunyai kewenangan lebih. Bawaslu belum bisa mengkompilasi antara pengawas partisipatif dengan pengawas pemilu di lapangan, ujarnya Sementara itu, terkait keberadaan tiga institusi sentra penegakan hukum terpadu (Gakumdu) yang melibatkan pihak Kepolisian dan Kejaksaan yang menangani pindak pidana dalam pelanggaran pemilu Nasrullah menilai perlu adanya evaluasi secara menyeluruh. Dari evaluasi penyelenggaraan Pemilu 2014 yang dilakukan Bawaslu, masih adanya perbedaan pandangan hukum yang berbeda antara penyelesaian pelanggaran pemilu terkait dengan pidana pemilu. Di sisi lain yang tergabung di dalam Sentra Gakkumdu masih belum ada paradigma yang sama dalam pelangaran pidana pemilu. Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaaan dalam Sentra Gakkumdu masih terbebani adanya ego sektoral yang menjadi hambatan, ujarnya. Nasrullah mencontohkan beberapa permasalahan di dalam menangani tindak pidana pemilu didalam Sentra Gakkumdu, salah satunya terkait pelanggaran kampanye di luar jadwal. Tak satu pun yang dapat ditindak terkait pemasangan iklan di media massa, karena masing-masing pihak memiliki cara pandang dari segi paradigma hukum. Gakkumdu masih adanya terkendala dalam proses penindakan hukum. Terutama iklan kampanye yang dilakukan oleh perserta pemilu, ujarnya. Sementara itu Pimpinan Bawaslu Nelson Simanjuntak mendorong adanya evaluasi yang menyeluruh terhadap pelibatan tiga institusi dalam Sentra Gakkumdu. Sebab bila dilihat dari permasalahannya, Sentra Gakkumdu tidak dapat berperan maksimal karena di masing masing institusi bersifat kolektif kolegial. Permasalahan yang sering terjadi yaitu terkait regulasi, ujarnya. Sebagai informasi dalam evaluasi ini, Bawaslu menghadirkan narasumber dari kalangan internal Bawaslu, juga melibatkan pemantau pemilu serta kalangan media massa. [HW/FS] 18

19 Divisi Pengawasan Penggunaan Dana Kampanye Perlu Dievaluasi Koordinator Divisi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan, mengatakan perlu adanya evaluasi terhadap penggunaan dana kampanye tentang belanja iklan dan spot iklan selama masa kampanye pilpres Pasalnya belum ada sanksi tegas terhadap calon kandidat (peserta pemilu) yang telah melanggar. Pimpinan Bawaslu RI Divisi Pengawasan, Daniel Zuchron dan Koordinator Divisi Politik Indonesia Corruption Watch (ICW) Abdullah Dahlan. Khususnya spot iklan di televisi, tidak ada sanksi tegas untuk calon kandidat. Karena gagasan awalnya tidak berorientasi kepada calon, untuk itu penggunaan dana kampanye tentang belanja iklan dan spot iklan masa kampanye pilpres harus dievaluasi, ujar Dahlan pada saat melaporkan hasil kajian ICW terkait belanja iklan dan spot iklan di Gedung Bawaslu, Rabu (3/12). Dahlan mengatakan ICW telah melakukan kajian monitoring penggunaan dana kampanye pilpres 2014 terhadap belanja iklan kampanye dan spot iklan. Hasilnya, kecenderungan setiap pasangan calon presiden dan calon wakil presiden adalah melanggar batas spot iklan, padahal batasan tersebut sudah ditetapkan dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU) Nomor 16 di tahun 2014 tentang kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden Sudah ada aturan yang jelas dilakukan oleh KPU terhadap aturan tentang belanja iklan dan spot iklan selama kampanye pilpres Selama ini aturan tersebut hanya mengatur tentang medianya saja bukan peserta pemilunya, ujarnya Dahlan menambahkan, terkait dana kampanye untuk belanja iklan dan spot iklan perlu adanya regulasi yang mengatur tentang pembatasan atas semua jenis di media. Menurutnya hal ini dilakukan karena apabila ada indikasi pelanggaran dana kampanye maka dapat diklasifikasikan pada ranah hukum penindakan di masing-masing pihak terutama penyelenggara yang berwenang. Sanksi tentang iklan kampanye harus diatur yang menjadi kewenangan KPU (khusus bagi peserta pemilu) sedangkan untuk media menjadi kewenangan KPI, ujarnya. Sementara itu, Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron mengakui mengalami kesulitan menindak tegas terhadap dana iklan kampanye para calon kandidat peserta pemilu terkait adanya indikasi pelanggaran terhadap belanja iklan dan spot iklan. Hal ini disebabkan karena belum adanya regulasi yang mengatur tentang belanja iklan dan spot iklan kampanye secara lebih mendalam, terlebih untuk penindakan tersebut mempunyai ambang batas waktu kadalurasa dalam prosesnya, ujarnya. Daniel mengungkapkan, kesulitan pada proses penindakan karena dalam Peraturan KPU disebut bahwa yang dapat dikenai sanksi apabila melakukan pelanggaran pada ranah administrasi pemilu maupun pidana pemilu hanyalah pasangan calon atau pelaksana kampanye. Padahal jelas dikatakan tidak ada klausul yang menyatakan bahwa obyek hukumnnya adalah setiap orang. Selain itu, keberadaan simpatisan dan relawan ini apabila tidak diatur dalam regulasi akan berdampak pula pada penggunaan dana kampanye yang digunakan oleh mereka. Kewajiban mereka untuk melaporkan dana kampanye akan menjadi gugur, apabila tidak ada aturan yang jelas. Sebelumnya terkait pelanggaran iklan kampanye mempunyai peranan keberadaan Gugus Tugas yang dibentuk oleh Bawaslu yang melibatkan KPU, KPI dan KIP merupakan fokus pengawasan iklan kampanye di lembaga penyiaran dan media massa di dalam melakukan pengawasan pemilu. Daniel menyatakan dengan adanya pelibatan Gugus Tugas dalam pengawasan pemilu mempunyai peran dan fungsi pada ranah masing masing institusi dalam pengawasan untuk iklan kampanye. Peran Gugus tugas menjadi penting karena ada pelibatan keempat institsi dalam penindakan pelanggaran terkait iklan kampanye, pungkasnya Sebagai informasi, ICW telah melakukan kajian terkait penggunaan belanja dana kampanye Pilpres Tujuannya adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pasangan kandidat transparan dalam melaporkan belanja iklan kampanye. Selain itu, untuk melihat kesesuaian antara penerima dan pengguna dana kampanye selama proses pemilu berlangsung, pemantauan yang dilakukan ICW terhadap spot iklan kampanye dilakukan untuk melihat apakah pasangan kandidat telah mematuhi Keputusan Komisi Penyiaran Indonesia (PKPI) Nomor 04 Tahun 2014 tentang Petunjuk Pelaksanaan terkait perlindungan kepentingan publik, Siaran Jurnalistik, dan Iklan. [HW/FS] 19

20 Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Hamdan Zoelva Pemilu Bukan Sekedar Hidup dan Mati Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva menyatakan bahwa pemilihan umum bukan merupakan persoalan hidup dan mati melainkan sebuah proses demokrasi. Hal itu dikemukakan Ketua MK Hamdan Zoelva, saat hadir di acara halalbihalal keluarga Bima se-pulau Lombok di Mataram, medio Agustus Ia menyatakan, tidak banyak negara di belahan dunia ini, bisa membentuk dan membangun sebuah demokrasi yang baik, seperti yang kini terjadi di Indonesia. Salah satu contohnya, di negara-negara timur tengah saat ini terus mencoba melaksanakan demokrasi, tetapi hingga saat ini belum juga bisa terealisasi, bahkan cenderung diambang perpecahan. Negara kita terbesar ke empat di dunia, dengan suku bangsa dan etnik yang berbeda tetapi kita bisa mampu melewati itu, Thailand saja gagal, katanya. Karena itu, pria kelahiran Bima, Nusa Tenggara Barat ini mengutarakan, pemilu bukan urusan hidup dan mati, melainkan sebuah proses dari perjalanan lima tahun. Kalau dia tidak bagus, ya jangan dipilih, karena demokrasi sama sekali tidak mengatur pemimpin itu harus ini, tidak dikontrol rakyat, dan prosesnya tidak perlu dengan berdarah-darah, ujarnya. Sebab, bagaimanapun membangun sebuah demokrasi itu tidak mudah, namun harus bisa seiring berjalan dengan kecerdasan rakyat, karena dengan kecerdasan itu, maka dengan sendirinya akan terbangun kesadaran. Soal Pemilu itu bagaimana kita membangun kepercayaan, karena dengan kepercayaan itulah masyarakat akan menerima hasil pemilu, ucapnya. Namun, kalau pun pada akhirnya pemilu itu diprotes, sudah ada institusi yakni pengadilan, sebab inilah proses paling akhir. Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Surwandono Konflik Pemilu Perlu Dikelola Di negara demokrasi mana pun di dunia ini, jika ada sengketa akan dituntaskan di peradilan, di Indonesia pun seperti itu, ada pada MK dan jika sudah diputuskan itulah finalnya, kata Hamdan. (IS) Gelaran pemilihan umum (pemilu) dinilai merupakan konflik yang dilembagakan sehingga memerlukan pengelolaan konflik yang sistematis. Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Surwandono menilai, perlu dirancang infrastruktur untuk mengantisipasi konflik tersebut. Pengelolaan konflik itu diperlukan karena pemangku kepentingan yang terlibat dalam pemilihan umum (pemilu) saat ini belum mampu mencegah konflik secara sistematis, kata Surwandono di Yogyakarta, Sabtu (14/8). Di sela-sela peresmian Pusat Studi Damai dan Humaniora Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), ia mengatakan bahwa permasalahan daftar pemilih tetap (DPT) sering menjadi akar berbagai konflik pada pemilu. Belum lagi kepolisian yang terkesan hanya berorientasi pada penanganan kekerasan dalam proses pemilu karena selama ini mereka melakukan berbagai simulasi hanya sebatas penanganan kekerasan dalam unjuk rasa, ujarnya. Oleh karena itu, ia mengungkapkan, diperlukan infrastruktur untuk mengelola potensi konflik. Menurutnya, selama ini belum ada manajemen pengelolaan konflik yang dapat mencegah akar konflik pemilu agar tidak meluas. Ketika bicara soal pemilu, kita sedang mengelola konflik yang dilembagakan, tetapi belum disediakan infrastruktur pengelolaan konflik yang memadai dan sistematis. Jangan sampai hanya deklarasi damai tanpa membangun pencegahan akar konflik, kata Surwandono. Selain itu, ia mengungkapkan, deklarasi damai yang diucapkan para perwakilan elite peserta pemilu hanya pernyataan semata yang tidak bersifat mencegah. Padahal, diperlukan juga pendidikan budaya damai pada level simpatisan menengah. Tim suskes juga seakan hanya didoktrin untuk mendapatkan suara yang banyak tanpa memperhatikan cara-cara yang dapat mengganggu perdamaian. Menurutnya, Bawaslu dan KPU tidak mempunyai cara menjamin pemilu damai. Tidak adanya infrastruktur untuk membangun pemilu damai menjadi masalah. Undang-Undang (UU) Pemilu harus benar-benar memiliki awareness tentang pemilu damai yang harus disusun secara detail. Selain itu, lembaga eksekutif, yudikatif, dan legislatif penting untuk membentuk lembaga elektif yang mengurus pemilu dalam sistem politik Indonesia, ujarnya. Dengan memasukkan Bawaslu dan KPU ke dalamnya, menurut Surwandono, lembaga tersebut harus memiliki tata kelola yang baik untuk mencegah akar konflik yang dapat terjadi. (IS) 20

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum) Disampaikan dalam RAKORNAS dalam Rangka Pemantapan Pelaksanaan Pemilu DPR, DPD, dan DPRD Tahun 2014, Balai Sidang Jakarta Convention

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.23, 2015 PEMERINTAHAN DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Penetapan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5656) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.245, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Gubernur. Bupati. Walikota. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5588) PERATURAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM I. UMUM Pemilihan Umum merupakan perwujudan kedaulatan rakyat guna menghasilkan pemerintahan yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 101, 2011 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemilihan umum

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2015 BAWASLU. Pemilihan Umum. Pengawasan. Perubahan. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1985, 2014 PERATURAN BERSAMA. Pemilihan Umum. Penyelenggaraan. Tata Laksana. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMBERHENTIAN, DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU BADAN PENGAWAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik baik di pemerintah maupun di legislatif. Pelaksanaan pemilihan

Lebih terperinci

Tansparansi Dana Kampanye

Tansparansi Dana Kampanye Tansparansi Dana Kampanye Pendekatan minimalis merumuskan demokrasi secara sederhana, yaitu kontestasi dan partisipasi dalam proses pemilihan penyelenggara jabatan politik. KOMPAS/AGUS SUSANTO Peserta

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Pengawasan dalam..., Ade Nugroho Wicaksono, FHUI, 2009 72 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengawas pemilu adalah Panitia Pengawas dengan tingkatan yang berbeda yang melakukan pengawasan terhadap seluruh proses penyelenggaraan pemilu. Pengawas pemilu adalah lembaga

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 179/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara Pengaduan Nomor 391/I-P/L-DKPP/2014

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pemilihan umum

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN BERACARA KODE ETIK PENYELENGGARA PEMIILIHAN UMUM DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.907, 2012 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Penyelenggara Pemilu. Pedoman. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN Komisi Penyiaran Indonesia PETUNJUK TEKNIS GUGUS TUGAS PENGAWASAN DAN PEMANTAUAN PEMBERITAAN, PENYIARAN, DAN IKLAN KAMPANYE PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR, BUPATI DAN WAKIL BUPATI, DAN/ATAU WALIKOTA

Lebih terperinci

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016

BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 BAHAN RATAS RUU PENYELENGGARAAN PEMILU SELASA, 13 SEPTEMBER 2016 NO. ISU STRATEGIS URAIAN PERMASALAHAN USULAN KPU 1. Penyelenggara - KPU dalam relasi dengan lembaga lain terkesan ditempatkan sebagai subordinat.

Lebih terperinci

PUTUSAN I. IDENTITAS PENGADU DAN TERADU

PUTUSAN I. IDENTITAS PENGADU DAN TERADU PUTUSAN Nomor 51/DKPP-PKE-IV/2015 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir Pengaduan Nomor 166/I-P/L- DKPP/2015 yang diregistrasi

Lebih terperinci

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N No.1404, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik Penyelenggara Pemilu. Pedoman Beracara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Reformasi memberikan perubahan mendasar dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia. Perubahan tersebut dapat dilihat pada hasil amandemen ketiga Undang-

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Badan ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adalah sarana kedaulatan rakyat untuk memilih anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

PUTUSAN I. IDENTITAS PENGADU DAN TERADU. : Jl. Genteng Muhammadiyah 2B Surabaya

PUTUSAN I. IDENTITAS PENGADU DAN TERADU. : Jl. Genteng Muhammadiyah 2B Surabaya PUTUSAN Nomor 71/DKPP-PKE-IV/2015 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir Pengaduan Nomor 151/I-P/L- DKPP/2015 yang diregistrasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN 28 BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN Dalam bab tiga ini akan menjelaskan analisis sistem yang sedang berjalan dan pemecahan masalah. Analisis dan pemecahan masalah di dapat dari sumber data yang diperoleh

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 192/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus pada tingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 439/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo

Pengantar. Purnomo S. Pringgodigdo Pengantar Membaca peraturan perundang undangan bukanlah sesuatu yang mudah. Selain bahasa dan struktur, dalam hal Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tantangan ini bertambah dengan perubahan

Lebih terperinci

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat;

- 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; - 2 - pada Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Papua, dan Papua Barat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1603, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Kode Etik. Beracara. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014

Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, di Kantor Presiden, tanggal 1 April 2014 Selasa, 01 April 2014 PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA DI KANTOR PRESIDEN,

Lebih terperinci

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DRAFT KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BAHAN UJI PUBLIK 12 MARET 2015 RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH, KOMISI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan tujuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU. Pelanggaran. Kode Etik. Daerah. Pemeriksaaan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

Pertimbangan Putusan DKPP Kab. Jayawijaya Selasa, 25 Juni 2013 No. 52/DKPP-PKE-II/2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

Pertimbangan Putusan DKPP Kab. Jayawijaya Selasa, 25 Juni 2013 No. 52/DKPP-PKE-II/2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA Pertimbangan Putusan DKPP Kab. Jayawijaya Selasa, 25 Juni 2013 No. 52/DKPP-PKE-II/2013 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA III. PERTIMBANGAN PUTUSAN [3.1] Menimbang bahwa maksud dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM, PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM, KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI/KOMISI INDEPENDEN PEMILIHAN ACEH DAN KOMISI PEMILIHAN UMUM/KOMISI INDEPENDEN

Lebih terperinci

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU

PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DI LEMBAGA PENYELENGGARA PEMILU DIAN KARTIKASARI, KOALISI PEREMPUAN INDONESIA DISKUSI MEDIA PUSKAPOL, PENTINGNYA KETERWAKILAN PEREMPUAN DALAM KPU DAN BAWASLU, JAKARTA,

Lebih terperinci

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.182, 2017 PEMERINTAHAN. Pemilihan Umum. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6109) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014

Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Penyelenggaraan Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2014 Oleh Husni Kamil Manik (Ketua KPU RI) Disampaikan dalam acara rakornas Kemendagri 3 Juni 2014 Konsolidasi Pilpres Empat kunci pelaksanaan tahapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum Legislatif atau Pemilu anggota DPR, DPD, dan DPRD dan Pemilu Eksekutif atau Pemilu Presiden dan

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMERIKSAAN PELANGGARAN KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2 No.810, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DKPP. Kode Etik. Perubahan. PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG 1 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN KAMPANYE PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud Maksud penyusunan laporan ini adalah : 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Pohuwato selama Pelaksanaan Pemilihan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2012 NOMOR 11 TAHUN 2012 NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PENYELENGGARA

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PETUNJUK TEKNIS PEMBENTUKAN DAN SELEKSI CALON ANGGOTA KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA (KPPS) DAN PETUGAS KETERTIBAN TEMPAT PEMUNGUTAN SUARA PEMILIHAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI MUARO JAMBI PADA PEMILIHAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI TERKAIT LARANGAN MEMBERIKAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI BAB II DISKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Pemilihan umum adalah sarana pelaksanaan kadaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 45 IV. GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Panwaslu 1. Sejarah Singkat Panwaslu Negara Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat atau negara demokrasi. Salah satu ciri penting

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 1 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk menjamin tercapainya cita-cita dan

Lebih terperinci

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM,

QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, QANUN ACEH NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DI ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM GUBERNUR NANGGROE ACEH DARUSSALAM, Menimbang : a. bahwa pemilihan umum secara langsung, umum, bebas,

Lebih terperinci

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 74, Pasal 75, dan Pasal 76 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD

MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD MATERI TES TERTULIS DAN WAWANCARA PPK Materi test tulis : Pancasila dan UUD 1945 yang diamandemen Hukum, terdiri dari: Pemahaman Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum Pemahaman

Lebih terperinci

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent No.1711,2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU.Pemilihan.Gubernur.Bupati.Walikota.Pelanggaran Administrasi. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PEMILIHAN UMUM

Lebih terperinci

Pertimbangan Putusan DKPP Lembata, NTT No. 61/DKPP-PKE-II/2013

Pertimbangan Putusan DKPP Lembata, NTT No. 61/DKPP-PKE-II/2013 Pertimbangan Putusan DKPP Lembata, NTT No. 61/DKPP-PKE-II/2013 PERTIMBANGAN PUTUSAN [3.1] Menimbang bahwa maksud dan tujuan pengaduan Pengadu adalah terkait dengan dugaan pelanggaran kode etik penyelenggara

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota Menjadi Undang-Undang

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENANGANAN PELANGGARAN PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN PERGERAKAN KOTAK SUARA, REKAPITULASI HASIL PENGHITUNGAN SUARA, DAN PENETAPAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

P U T U S A N. No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA P U T U S A N No. 165/DKPP-PKE-III/2014 DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Yang memeriksa dan memutus padatingkat pertama dan terakhir perkara pengaduan Nomor 398/I-P/L-DKPP/2014,

Lebih terperinci

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.98, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Dana Kampanye Pemilihan Umum. Anggota DPR, DPD, DPRD. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota Dalam mengawasi pelaksanaan Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Sumatera Utara Tahun 2014 maka dibentuk

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK DAN PEDOMAN PERILAKU PENYELENGGARA

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 130, 2016 PEMERINTAH DAERAH. Pemilihan. Kepala Daerah. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5898) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.906, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pemilu. Penyelenggara Kode Etik. PERATURAN BERSAMA KOMISI PEMILIHAN UMUM, BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, DAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK

RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK RANCANGAN PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM TENTANG PEMBENTUKAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN SUARA, DAN KELOMPOK PENYELENGGARA PEMUNGUTAN SUARA DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA KERJA DAN POLA HUBUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM, PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN UMUM PROVINSI, DAN PANITIA PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG 1 PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH DAN PENETAPAN DAFTAR PEMILIH DALAM PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG- UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM

BAB 1 Pendahuluan L IHA PEMILIHAN UMUM BAB 1 Pendahuluan SI L IHA N PEM UMUM MI KO I 2014 PEMILIHAN UMUM A. Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan yang telah mengalami

Lebih terperinci

i. akuntabel; j. efektif; k. efisien; dan l. integritas.

i. akuntabel; j. efektif; k. efisien; dan l. integritas. - 2 - Republik Indonesia Tahun 1945 sehingga tidak mempunyai hukum mengikat; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas

Lebih terperinci

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGAWASAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I KETENTUAN UMUM - 2 - Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 10 Tahun 2015 tentang Pengawasan Kampanye Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur, Bupati dan Wakil Bupati, serta Walikota dan Wakil Walikota sebagaimana

Lebih terperinci