Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 1
|
|
- Hartanti Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia sejak tahun 2001 berimplikasi pada perubahan dalam sistem pembuatan keputusan terkait dengan pengalokasian sumberdaya dalam anggaran pemerintah daerah. Sebelumnya penentuan alokasi ditentukan oleh Pemerintah Pusat dengan mengacu pada realisasi anggaran tahun sebelumnya dengan sedikit peningkatan (incremental) tanpa merubah jenis atau pos belanja (line-item). Sistem ini disebut sistem anggaran berimbang dan dinamis (line-item and incremental budgeting). Setelah otonomi daerah, tepatnya pada tahun 2003, pendekatan anggaran yang digunakan adalah anggaran berbasis kinerja (performance-based budgeting). Setidaknya terdapat beberapa prinsip dalam pengelolaan keuangan daerah. Prinsip keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan, asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat. Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi yang diwujudkan dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah yang setiap tahun ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, serta Undang- Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang menimbulkan hak dan kewajiban daerah. Hal tersebut di atas menyebabkan perlunya pengelolaan keuangan daerah dalam sebuah sistem terpadu. Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub sistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang menjadi titik sentral otonomi daerah. Daerah mempunyai kewenangan yang didasarkan pada azas otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggungjawab, serta azas tugas pembantuan yang merupakan bentuk pelimpahan wewenang Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. Ini berarti daerah diberikan keleluasaan menjalankan pemerintahan dan pembangunannya secara bertanggungjawab dengan melihat kondisi dan potensi lokalnya. Provinsi Jawa Timur dalam pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang- Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 1
2 Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Pertama Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah juncto Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2015, berpedoman kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, sebagaimana telah dirubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah. Selanjutnya atas dasar tersebut dan berdasarkan hasil kesepakatan bersama antara pihak DPRD Provinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, maka ditetapkan Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2014 Tanggal 17 Desember 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 85 Tahun 2014 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 serta Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2015 Tanggal 17 September 2015 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 dan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2015 Tanggal 18 September 2015 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 serta Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 71 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 52 Tahun 2015 tentang Penjabaran Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, struktur APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 terdiri atas: (1) Penerimaan Daerah yang di dalamnya terdapat Pendapatan Daerah dan Penerimaan Pembiayaan Daerah; serta (2) Pengeluaran Daerah yang di dalamnya terdapat Belanja Daerah dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. A. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH 1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. BAB III - 2 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
3 Pendapatan daerah terdiri atas Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan dan Lain- Lain Pendapatan Yang Sah. Pengelolaan Pendapatan Daerah bertujuan untuk mengoptimalkan sumber pendapatan daerah dalam rangka meningkatkan Kapasitas Fiskal Daerah dengan tujuan memaksimalkan penyelenggaraan pemerintahan untuk pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan Kapasitas Fiskal juga harus mempertimbangkan Tata Kelola (governance) tentang keuangan daerah, karena peningkatan anggaran yang besar jika tidak dikelola dengan baik justru akan menimbulkan masalah, upaya untuk meningkatkan Kapasitas Fiskal Daerah (fiscal capacity) tidak hanya dilakukan dalam rangka peningkatan PAD, namun juga harus melihat dampaknya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Artinya peningkatan PAD tidak boleh memiliki dampak langsung terhadap penurunan pendapatan kelompok masyarakat tertentu, sehingga arah kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah adalah optimalisasi fungsi anggaran yang meliputi fungsi perencanaan, distribusi, dan stabilisasi. Dalam rangka mengoptimalkan penerimaan daerah dan menjamin seluruh penerimaan daerah dapat diterima di kas daerah dan dicatat sesuai dengan sistem akuntansi Pemerintah Daerah, maka Pemerintah Daerah dalam melaksanakan fungsi pengelolaan penerimaan daerah harus mengedepankan prinsip kehati-hatian, kecermatan dan ketepatan. Implementasi sistem / tata kelola penerimaan pendapatan yang baik dapat menjamin tercapainya target penerimaan pendapatan yang telah ditetapkan secara akuntabel, salah satunya adalah dengan penetapan tata cara penerimaan dan penyetoran Pendapatan Asli Daerah. Implementasi tata cara tersebut dapat mengurangi resiko penyalahgunaan wewenang dan meningkatkan tertib penerimaan pendapatan. Disamping itu, perlu terus dilakukan langkah langkah yang optimal dalam rangka menggali potensi pendapatan khususnya potensi dari piutang pajak daerah melalui kegiatan sosialisasi kepada para wajib pajak daerah dalam rangka menumbuhkan sadar pajak, memberikan insentif perpajakan serta lebih memberikan pelayanan yang berkualitas melalui pengembangan model pelayanan yang berbasis Teknologi Informasi yang akan membuat pelayanan menjadi lebih mudah, cepat dan dekat kepada masyarakat dalam rangka menumbuhkan sadar pajak agar dapat memenuhi kewajibannya tepat waktu. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 3
4 Sementara itu, kebijakan umum pendapatan daerah pada APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015, diarahkan pada: 1. Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, melalui: a. Intensifikasi pemungutan pajak termasuk pemungutan piutang pajak, melalui optimalisasi pelayanan publik yang didukung oleh peningkatan kualitas SDM, dukungan teknologi dan prasarana lainnya, serta sinergi kelembagaan dengan Kabupaten/Kota maupun Pemerintah Pusat; b. Mengoptimalkan peran dan kontribusi serta pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) agar dapat berperan aktif secara baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya maupun sebagai kekuatan yang dapat memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Timur. 2. Mengoptimalkan Pendapatan Daerah dari Dana Perimbangan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku, dengan fokus: a. Mengoptimal penerimaan Dana alokasi Umum (DAU) melalui dukungan analisa data baik melalui Asumsi Dasar (AD) maupun Celah Fiskal (CF); b. Mengoptimalkan penerimaan Dana Alokasi Khusus (DAK) melalui dukungan analisa data yang diperlukan Pemerintah baik instrumen umum Indeks Fiskal Netto, maupun instrumen khusus berupa karateristik wilayah; c. Mengoptimalkan penerimaan Dana Bagi Hasil (DBH) baik pajak maupun bukan pajak untuk semakin mencapai keseimbangan fiskal secara vertikal yang proporsional. Sedangkan kebijakan umum pendapatan daerah pada perubahan APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015, diarahkan pada: 1. Rasionalisasi target pendapatan daerah baik pajak langsung maupun tidak langsung secara terencana sesuai kondisi perekonomian dengan memperhatikan potensi, kendala, dukungan peraturan perundangan, dan kondisi perekonomian masyarakat; 2. Mengembangkan kebijakan pendapatan daerah yang dapat diterima masyarakat, partisipatif, bertanggung jawab dan berkelanjutan; 3. Perluasan sumber-sumber penerimaan daerah (ekstensifikasi), sesuai dengan kewenangan yang diatur dan Undang-Undang. 2. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Perkembangan target dan realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggara 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. BAB III - 4 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
5 Tabel 3.1 Rencana dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) , ,58 103,31 2. Dana Perimbangan , ,00 86,59 3. Lain-lain Pendapatan , ,87 99,00 Daerah yang Sah Jumlah , ,45 99,88 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Target pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 sebagaimana yang tertuang dalam Perubahan-APBD direncanakan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,45 atau mencapai 99,88% dari rencana yang ditetapkan. Perincian capaian tiap komponen pendapatan daerah dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 3.1 Capaian Target Tiap Komponen Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Dari Tabel 3.1 dan Gambar 3.1 menunjukkan bahwa realisasi PAD melampaui target yang diharapkan. Dalam hal ini realisasi PAD Tahun Anggaran 2015 mencapai 103,31% dari target yang direncanakan. Untuk Dana Perimbangan realisasinya di Tahun Anggaran 2015, yaitu sebesar Rp ,00 atau mencapai 86,59% Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 5
6 lebih rendah dari target yang ditetapkan. Sedangkan capaian untuk realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah berada pada kisaran 99,00%. Jika dilihat dari komposisi anggarannya, menunjukkan bahwa PAD memberikan kontribusi terbesar 69,28% dari total pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Sedangkan untuk Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah masing-masing memberikan kontribusi sebesar 14,02% dan 16,70%. Gambar 3.2 Kontribusi Komponen Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 Perbandingan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015 terlihat pada tabel berikut. Tabel 3.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realiasasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Pendapatan Asli Daerah , ,58 6,58 (PAD) 2. Dana Perimbangan , ,00-10,61 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,87 30,41 Jumlah , ,45 6,96 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Dari Tabel 3.2 dan Gambar 3.3 menunjukkan bahwa realisasi semua komponen pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 mengalami kenaikan dibandingkan dengan Tahun Anggaran 2014, kecuali dari sektor Dana Perimbangan. Secara berurutan kontribusi masing-masing komponen Pendapatan Daerah yaitu PAD naik sebesar 6,58%, Lain-lain dari Pendapatan Daerah Yang Sah BAB III - 6 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
7 naik sebesar 30,41% dan Dana Perimbangan turun sebesar 10,61%. Sedangkan pendapatan daerah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,94 meningkat menjadi Rp ,45 pada Tahun Anggaran 2015 atau mencapai 6,96%. Gambar 3.3 Perbandingan Realisasi Komponen Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 a) Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang diperoleh Daerah, yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh Daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dana kepada pemerintah. Kemampuan Daerah dalam memajukan perekonomian daerahnya salah satunya dapat dilihat dalam perkembangan PAD. Besaran PAD dapat menjadi salah satu indikator dalam menilai peran dan kemampuan Daerah dalam membiayai pembangunan dan rumah tangganya sendiri (self-supporting). PAD memiliki posisi strategis dalam proses pelaksanaan pembangunan daerah, karena digunakan untuk membiayai belanja pembangunan setiap tahunnya. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 7
8 PAD merupakan pendapatan daerah yang berasal dari: (1) Hasil Pajak Daerah, (2) Hasil Retribusi Daerah, (3) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan (4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Penerimaan PAD Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan lebih besar dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar Rp ,58 atau kinerjanya mencapai 103,31% dari target yang direncanakan. Sumbangan terbesar dari PAD Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 adalah berasal dari hasil pajak daerah, yaitu mencapai sebesar 81,19% dari realisasi PAD. Perincian PAD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.3 Rincian Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Pajak Daerah , ,00 101,36 2. Retribusi Daerah , ,33 115,99 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,28 100, , ,97 114,50 Jumlah , ,58 103,31 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Gambar 3.4 Kontribusi Tiap Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) BAB III - 8 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
9 Dari Tabel 3.3 dapat diketahui bahwa komponen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah melampaui target yang ditetapkan, yaitu relatif lebih besar dari yang direncanakan semula. Dari target yang ditetapkan sebesar Rp ,00 ternyata realisasinya mencapai Rp ,97 atau mencapai 114,50%. Selain itu, realisasi semua komponen dari penerimaan PAD Tahun Anggaran 2015 melampaui angka dari yang ditargetkan. Gambar 3.5 Capaian Target Tiap Komponen Pendapatan Asli Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Tabel 3.4 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realisasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Pajak Daerah , ,00 8,50 2. Retribusi Daerah , ,33 18,79 3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah , ,28 2,71 yang Dipisahkan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah , ,97-2,74 Jumlah , ,58 6,58 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 9
10 Gambar 3.6 Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun 2014 dan 2015 Dari Tabel 3.4 dan Gambar 3.6 dapat diketahui relasasi penerimaan PAD Tahun Anggaran 2015 mengalami peningkatan pada tiap komponen kecuali dari sektor Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah, secara berurutan mulai kenaikan yang terbesar sampai yang terkecil adalah, Restribusi Daerah pada tahun 2014 sebesar Rp ,33 meningkat menjadi sebesar Rp ,33 pada Tahun Anggaran 2015 atau mencapai 18,79%, Pajak Daerah pada Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,60 meningkat menjadi Rp ,00 pada Tahun Anggaran 2015 atau mencapai 8,50%, Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan pada Tahun Anggaran 2014 Rp ,28 meningkat menjadi Rp ,28 pada Tahun Anggaran 2015 atau mencapai 2,71%, Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah pada Tahun Anggaran 2014 sebesar Rp ,73 menurun menjadi sebesar Rp ,97 pada Tahun Anggaran 2015 atau mencapai 2,74%. b) Dana Perimbangan Dana perimbangan yaitu dana yang bersumber dari dana penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada Daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan/Pendapatan Transfer merupakan penerimaan daerah sesuai dengan Undang-Undang BAB III - 10 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
11 Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dana perimbangan ini terdiri atas: (1) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak, (2) Dana Alokasi Umum, dan (3) Dana Alokasi Khusus. Dana Perimbangan bertujuan untuk mengurangi ketimpangan sumber pendanaan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, serta mengurangi kesenjangan pendanaan pemerintahan antar daerah. Penerimaan dari Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,00 atau mencapai sebesar 86,59% dari target yang ditetapkan (sebelum dilakukan audit oleh BPK-RI). Tabel 3.5 Perincian Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Dana Bagi Hasil , ,00 75,18 Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 2. Dana Alokasi Umum , ,00 100,00 3. Dana Alokasi Khusus , ,00 100,00 Jumlah , ,00 86,59 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Adapun kinerja capaian penerimaan dari komponen Dana Perimbangan pada Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada Gambar berikut. Gambar 3.7 Capaian Target Tiap Komponen Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 11
12 Perbandingan realisasi penerimaan tiap komponen Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realisasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak , ,00-3,60 2. Dana Alokasi Umum , ,00-14,96 3. Dana Alokasi Khusus , ,00-35,18 Jumlah , ,00-10,61 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Gambar 3.8. Realisasi Dana Perimbangan Provinsi Jawa Timur Tahun 2014 dan 2015 Pada Tabel 3.6 dan Gambar 3.8 menunjukkan realisasi dana perimbangan sebesar Rp ,00 atau 10,61% menurun bila dibandingkan dengan realisasi pada Tahun Anggaran Pada komponen Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak tercapai realisasi sebesar Rp ,00 atau menurun 3,60%. Untuk penerimaan Dana Alokasi Umum tercapai realisasi sebesar Rp ,00 atau BAB III - 12 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
13 menurun 14,96% dan penerimaan Dana alokasi Khusus tercapai realisasi sebesar Rp ,00 atau menurun 35,18% dibanding tahun 2014 yang lalu. c) Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Penerimaan Pemerintah Provinsi Jawa Timur yang bersumber dari Lainlain Pendapatan Yang Sah terdiri atas: (1) Pendapatan Hibah dan (2) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Penerimaan Lain-lain Pendapatan Yang Sah pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,87 atau mencapai 99,00%. Perincian Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah pada Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.7 Perincian Dana Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Pendapatan Hibah , ,00 87,43 2. Dana Penyesuaian dan , ,87 99,14 Otonomi Khusus Jumlah ,87 99,00 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Gambar 3.9 Capaian Target Komponen Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 13
14 Perbandingan realisasi penerimaan tiap komponen Dana Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.8 Realisasi Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realisasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Pendapatan Hibah , ,00-10,95 2. Dana Penyesuaian , ,87 31,09 dan Otonomi Khusus Jumlah , ,87 30,41 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Gambar 3.10 Realisasi Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan Permasalahan dan Solusi a) Permasalahan Pencapaian target pendapatan daerah tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan yang harus terus diupayakan untuk dapat diatasi sesuai dengan kemampuan. Adapun permasalahan yang dihadapi pada tahun 2015 antara lain: BAB III - 14 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
15 Kondisi perekonomian nasional yang masih mengalami pelambatan berimbas pada penurunan penjualan volume kendaraan bermotor secara nasional maupun di Jawa Timur, sehingga berdampak pada capaian target penerimaan pajak daerah; Terbatasnya Jumlah Aparatur Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Timur dalam melaksanakan Kinerja Pelayanan Pemungutan Pajak Daerah; Masih tingginya ketidakpatuhan Wajib Pajak, dalam melaksanakan kewajiban perpajakan; Semakin tingginya tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan yang lebih mudah, cepat, tepat dan transparan; Kurang optimalnya pemanfaatan Aset Daerah, dalam rangka mendukung optimalisasi penerimaan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah. b) Solusi Solusi terhadap permasalahan di atas melalui : Memberikan insentif perpajakan dalam rangka meringankan beban masyarakat serta mendorong tingkat kepatuhan wajib pajak; Mengembangkan model sosialisasi dengan memanfaatkan berbagai media sosial dan elektronik dalam rangka membangun tingkat sadar pajak masyarakat; Mengembangkan model pelayanan pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor yang semakin mudah, cepat dan akuntabel serta memperbanyak tempat pelayanan melalui mobil Samsat keliling agar pelayanan semakin dekat dan terjangkau oleh masyarakat; Melaksanakan Kerjasama dengan Pihak Ketiga (perbankan) dalam rangka mendukung program pemerintah terhadap Gerakan Non Tunai dalam pembayaran Pajak Daerah melalui penerapan system pelayanan yang berbasis IT; Mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak, melalui kegiatan penagihan pajak secara langsung oleh petugas pada; Memanfaatkan Aset yang potensial milik Pemerintah Provinsi Jawa Timur untuk peningkatan Pelayanan Publik. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 15
16 B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH 1. Kebijakan Umum Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka melaksanakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau kabupaten/kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundangundangan. Urusan wajib adalah urusan yang sangat mendasar yang berkaitan dengan hak dan pelayanan dasar kepada masyarakat yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah, belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak serta mengembangkan system jaringan social, sedangkan urusan pilihan adalah urusan pemerintah yang secara nyata dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah. Tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Pada dasarnya terkandung tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal, yaitu : (1) meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat, (2) menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, dan (3) memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Oleh karena itu, untuk dapat menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, maka anggaran daerah sebagai salah satu alat kebijakan Pemerintah Daerah dalam upaya pencapaian visi dan misi pembangunan sudah selayaknya diarahkan seoptimal mungkin dengan penerapan efisiensi dan efektivitas dalam pengalokasiannya. Setiap daerah dalam pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan didaerahnya diwajibkan melakukan penyusunan anggaran sebagai salah satu dokumen perencanaan daerah yang berfungsi sebagai acuan ataupun pedoman dikarenakan beberapa alasan yaitu : (1) anggaran merupakan alat terpenting bagi pemerintah untuk mengarahkan pembangunan sosial ekonomi, menjamin kesinambungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, (2) anggaran BAB III - 16 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
17 diperlukan karena adanya kebutuhan dan keinginan masyarakat yang tidak terbatas dan terus berkembang, sedangkan sumber daya yang ada terbatas, (3) anggaran diperlukan untuk meyakinkan bahwa pemerintah daerah telah bertanggungjawab pada rakyat, dimana hal ini dapat dilihat dalam besaran alokasi anggaran yang langsung diarahkan pada kepentingan masyarakat dan publik. Khusus untuk penetapan anggaran belanja daerah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah berupaya mengarahkan pengalokasian anggaran agar dari tahun ke tahun dapat lebih berpihak kepada kepentingan rakyat melalui pelaksanaan program dan kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Anggaran Belanja Daerah merupakan seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mendanai seluruh program/kegiatan yang berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap pelayanan publik di daerah. Program/kegiatan dimaksud dilaksanakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, pemerataan pendapatan, serta pembangunan di berbagai sektor. Komponen yang mengindikasikan aktivitas dalam struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah Belanja Daerah. Komponen ini merupakan pengeluaran dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan dan kepentingan pelaksanaan pembangunan daerah. Sementara itu, kebijakan umum belanja daerah pada APBD Tahun Anggaran 2015, diarahkan pada: 1) Pengelolaan belanja daerah sesuai dengan anggaran berbasis kinerja (performance based) untuk mendukung capaian target kinerja utama sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa Timur Tahun dengan menganut prinsip akuntabilitas, efektif dan efisien dalam rangka mendukung penerapan anggaran berbasis kinerja; 2) Mengedepankan program-program yang menunjang pertumbuhan ekonomi, peningkatan penyediaan lapangan kerja dan upaya pengentasan kemiskinan; 3) Belanja daerah diprioritaskan dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan perundang-undangan; 4) Belanja untuk stimulus pengembangan infrastruktur dalam rangka meningkatkan daya saing daerah, khususnya peningkatan infrastruktur jalan kawasan selatan Jawa Timur melalui percepatan pembangunan Jalan Lintas Selatan. 5) Belanja yang bersifat wajib untuk memenuhi kebutuhan belanja antara lain pembayaran gaji PNS, belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota, dan belanja operasional kantor dengan mengedepankan prinsip efisien dan efektif; Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 17
18 6) Peningkatan sarana dan prasarana kantor untuk peningkatan atau pemenuhan pelayanan sesuai urusan pemerintahan berdasarkan tugas pokok dan fungsi SKPD; 7) Program penganggaran tahun jamak dilakukan dengan mempertimbangkan aspek besarnya kebutuhan pendanaan maupun kecukupan waktu pelaksanaannya; 8) Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah, pemerintah provinsi lain dan pemerintah kabupaten/kota dalam upaya pelayanan masyarakat dari tingkat Kecamatan, Kelurahan/Desa melalui berbagai program serta dalam upaya untuk memperkuat kelembagaan desa dalam rangka mendukung implementasi Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa; 9) Melaksanakan pembangunan daerah sesuai dengan penyelenggaraan urusan kewenangan Pemerintah Provinsi dan urusan non kewenangan Pemerintah Provinsi melalui belanja bantuan keuangan, belanja hibah maupun belanja bantuan sosial; 10) Melaksanakan program dan kegiatan pembangunan yang didukung oleh lembaga /organisasi swasta dan/ atau kelompok masyarakat/ perorangan yang menunjang penyelenggaraan pembangunan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. Sedangkan pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 permasalahan utama belanja daerah adalah : 1. Besaran alokasi dana yang terbatas dibanding dengan volume fasilitasi layanan publik yang terus berkembang; 2. Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2015 tentang Rincian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2015 yang disahkan setelah Peraturan Daerah tentang APBD Tahun Anggaran 2015 ditetapkan yaitu penurunan pendapatan dari Dana Perimbangan pada Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak sehingga perlu dilakukan Rasionalisasi Belanja Daerah minimal 5 persen serta penundaan kegiatan SKPD pada Tahun Anggaran berikutnya dengan prioritas mengutamakan pelayanan dasar dan pencapaian kinerja program pembangunan. 3. Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan belanja yang harus dioptimalkan; BAB III - 18 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
19 4. Dukungan dari dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan maupun dana-dana lain tidak berada pada kerangka waktuperencanaan belanja yang sama. Disamping itu, ketaatan terhadap Standar Akuntasi Pemerintah masih perlu terus menerus ditingkatkan menuju akuntabilitas yang lebih baik. Selanjutnya permasalahan kedisiplinan dalam pengelolaan aset sebagai representasi dari belanja modal perlu terus dilakukan pembenahan untuk mengkorelasikan antara jumlah belanja modal yang dikeluarkan dengan aset yang diperoleh. Kebijakan perubahan belanja pada Perubahan APBD Tahun Anggaran 2015 berorientasi pada pencapaian target kinerja sebagaimana telah ditetapkan pada RPJMD Dengan konsep pengalokasian belanja daerah ini diharapkan akan terjadi efisiensi, efektivitas pemanfaatan belanja daerah, baik untuk kepentingan belanja yang sifatnya tetap maupun pembiayaan program pembangunan. Dengan demikian beban belanja yang dikeluarkan akan benar-benar memenuhi kaidah sistem akuntansi (accounting system) maupun berorientasi pada program pembangunan (program oriented) yang responsible. 2. Target dan Realisasi Belanja Daerah Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,90 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,75 atau mencapai 94,15%, yang perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.9 Target dan Realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % Belanja Tidak 95, , ,41 Langsung 91,85 2. Belanja Langsung , ,34 Jumlah , ,75 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) 94,15 Jika dilihat dari komposisinya, Belanja Tidak Langsung memberikan kontribusi sebesar 65,68% dari realisasi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 dan sisanya sebesar 34,32% disumbangkan oleh Belanja Langsung. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 19
20 Gambar 3.11 Komposisi Belanja Daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 a. Belanja Tidak Langsung Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang tidak memiliki keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,90 dan terealisasi sebesar Rp ,40 atau mencapai 95,40%. Adapun gambaran Belanja Tidak Langsung secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.10 Target dan Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa TimurTahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Belanja Pegawai , ,20 92,70 2. Belanja Bunga , ,51 97,25 3. Belanja Hibah , ,31 96,79 4. Belanja Bantuan Sosial , ,00 96,68 5. Belanja Bagi Hasil , ,00 93,45 Kepada Pemerintah/Provinsi/Ka bupaten/kota dan Pemerintah Desa 6. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Pemerintah Daerah dan Pemerintah Desa , ,00 99,35 7. Belanja Tidak Terduga , ,39 24,57 Jumlah , ,40 95,40 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) BAB III - 20 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
21 Gambar 3.12 Capaian Target Komponen Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Perbandingan realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.11 Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realisasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Belanja Pegawai , ,20 11,23 2. Belanja Bunga , ,51-29,58 3. Belanja Hibah , ,31 15,82 4. Belanja Bantuan Sosial , ,00-3,61 5. Belanja Bagi Hasil , ,00-5,42 6. Belanja Bantuan Keuangan , ,00 33,31 7. Belanja Tidak Terduga , ,39-80,25 Jumlah , ,40 9,96 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Pada Tabel 3.11 dan Gambar 3.13 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 mengalami peningkatan sebesar Rp ,91 atau meningkat 9,96%, bila dibandingkan dengan realisasi pada Tahun Anggaran Adapun komponen Belanja Tidak Langsung yang mengalami peningkatan secara berurutan mulai dari yang terbesar adalah Belanja Bantuan Keuangan sebesar Rp ,00 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 21
22 atau meningkat 33,31%, Belanja hibah sebesar Rp ,93 atau meningkat 15,82%, Belanja Pegawai sebesar Rp ,20 atau meningkat 11,23%, Sedangkan komponen Belanja Tidak Langsung yang mengalami penurunan secara berurutan mulai yang terbesar adalah Belanja Tidak Terduga sebesar Rp ,61 atau menurun 80,25%, Belanja Bunga sebesar Rp ,60 atau menurun 29,58%, Belanja Bagi Hasil sebesar Rp atau menurun 5,42%, dan Belanja Bantuan Sosial sebesar Rp atau menurun 3,61% dari realisasi pada Tahun Anggaran Gambar 3.13 Realisasi Belanja Tidak Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 b. Belanja Langsung Belanja Langsung merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan program dan kegiatan meliputi belanja pegawai, belanja barang dan jasa, dan belanja modal. Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,00 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,34 atau 91,85%. Belanja ini merupakan belanja yang dianggarkan terkait dengan program dan kegiatan berdasarkan sumber dari APBD Provinsi Jawa Timur dan APBN Pemerintah. Adapun perincian Belanja BAB III - 22 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
23 Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.12 Target dan Realisasi Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 No. Uraian Target (Rp) Realisasi (Rp) % 1. Belanja Pegawai , ,00 89,71 2. Belanja Barang dan Jasa , ,74 90,62 3. Belanja Modal , ,60 95,35 Jumlah , ,34 91,85 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Gambar 3.14 Capaian Target Komponen Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2015 (%) Perbandingan realisasi Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2014 dan 2015 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.13 Realisasi Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 No. Uraian Realisasi 2014 (Rp) Realisasi 2015 (Rp) % 1. Belanja Pegawai , ,00 0,86 2. Belanja Barang dan Jasa , ,74 11,44 3. Belanja Modal , ,60 87,03 Jumlah , ,34 24,81 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 23
24 Pada Tabel 3.13 dan Gambar 3.15 menunjukkan bahwa realisasi Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 mengalami peningkatan sebesar Rp ,85 atau meningkat 24,81%, bila dibandingkan dengan realisasi pada Tahun Anggaran Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya realisasi Belanja Modal sebesar Rp ,80 atau meningkat 87,03%; dan Belanja Barang dan Jasa sebesar Rp ,05 atau meningkat 11,44% serta Belanja Pegawai sebesar Rp ,00 atau meningkat 0,86% dari realisasi pada Tahun Anggaran Gambar 3.15 Realisasi Belanja Langsung Pemerintah Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2014 dan 2015 Sementara itu, Belanja Daerah (Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung) pada Tahun Anggaran 2015 menurut SKPD dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3.14 Target dan Realisasi Belanja Daerah Menurut SKPD Tahun Anggaran 2015 No. Nama SKPD Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 1. Dinas Pendidikan Prov. Jatim , ,00 90,56 2. Dinas Kesehatan Prov. Jatim , ,00 82,37 3. Rumah Sakit Umum Karsa Husada Batu Prov. Jatim , ,00 92,50 BAB III - 24 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
25 No. Nama SKPD Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 4. Rumah Sakit Paru Jember Prov. Jatim 5. Rumah Sakit Paru Dungus Madiun Prov. Jatim 6. Rumah Sakit Kusta Kediri Prov. Jatim 7. Rumah Sakit Kusta Sumberglagah Mojokerto Prov. Jatim 8. Balai Kesehatan Mata Masyarakat Surabaya Prov. Jatim 9. Rumah Sakit Paru Surabaya Prov. Jatim 10. Rumah Sakit Umum Asy-Syaafi Pamekasan Prov Jawa Timur. 11. Rumah Sakit Paru Manguharjo Madiun Prov Jatim 12. UPT- Akademi Keperawatan Madiun , ,50 93, , ,00 86, , ,00 84, , ,00 93, , ,00 96, , ,00 85, , ,00 87, , ,00 95, , ,00 86, UPT- Akademi Gizi Surabaya , ,00 94, UPT- Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati Lawang 15. Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Surabaya Prov. Jatim 16. Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang Prov. Jatim 17. Rumah Sakit Umum Dr. Soedono Madiun Prov. Jatim 18. Rumah Sakit Haji Surabaya Prov. Jatim 19. Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya Prov. Jatim 20. Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga Prov. Jatim 21. Dinas Pekerjaan Umum Pengairan Prov. Jatim 22. Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya dan Tata Ruang Prov. Jatim 23. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Prov. Jatim 24. Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan , ,00 89, , ,77 94, , ,34 90, , ,47 86, , ,00 95, , ,00 91, , ,00 98, , ,00 95, , ,64 92, , ,00 91, , ,93 96,26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 25
26 No. Nama SKPD Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 25. Badan Lingkungan Hidup Prov. Jatim , ,00 90, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Prov. Jatim , ,00 93, Dinas Sosial Prov. Jatim , ,00 96, Dinas Tenaga Kerja, transmigrasi dan Kependudukan Prov. Jatim 29. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah ( UMKM ) Prov. Jatim 30. Badan Penanaman Modal Prov. Jatim 31. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Prov. Jatim 32. Dinas Kepemudaan dan Keolahragaan Prov. Jatim 33. Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Prov. Jatim 34. Satuan Polisi Pamong Praja Prov. Jatim 35. Badan Penanggulangan Bencana Daerah Prov. Jatim 36. Biro Administrasi Pemerintahan Umum Setda Prov. Jatim 37. Biro Administrasi Kerjasama Setda Prov. Jatim , ,41 92, , ,00 85, , ,00 87, , ,00 96, , ,00 91, , ,00 93, , ,00 93, , ,00 93, , ,00 84, , ,00 94, Biro Hukum Setda Prov. Jatim , ,00 84, Biro Administrasi Perekonomian Setda Prov. Jatim 40. Biro Administrasi Pembangunan Setda Prov. Jatim 41. Biro Administrasi Sumber Daya Alam Setda Prov. Jatim 42. Biro Administrasi Kesejahteraan Rakyat Setda Prov. Jatim 43. Biro Administrasi Kemasyarakatan Setda Prov. Jatim 44. Biro Humas dan Protokol Setda Prov. Jatim , ,00 92, , ,00 88, , ,00 71, , ,00 96, , ,00 92, , ,00 87,59 BAB III - 26 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
27 No. Nama SKPD Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 45. Biro Organisasi Setda Prov. Jatim , ,00 91, Biro Umum Setda Prov. Jatim , ,00 91, Sekretariat DPRD Prov. Jatim , ,00 78, Badan Penelitian dan Pengembangan Prov. Jatim , ,00 95, Inspektorat Provinsi Jatim , ,20 88, Dinas Pendapatan Prov. Jatim , ,00 86, Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (SKPD) , ,00 92, Kantor Perwakilan Prov. Jatim , ,00 98, Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim I Madiun 54. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim II Bojonegoro 55. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim III Malang 56. Badan Koordinasi Wilayah Pemerintahan dan Pembangunan Provinsi Jatim IV Pamekasan 57. Badan Kepegawaian Daerah Prov. Jatim 58. Badan Pendidikan dan Pelatihan Prov. Jatim 59. Sekretariat Dewan Pengurus KORPRI Prov. Jatim 60. Badan Ketahanan Pangan Prov. Jatim 61. Badan Pemberdayaan Masyarakat Prov. Jatim , ,00 91, , ,00 90, , ,00 91, , ,00 91, , ,00 88, , ,00 92, , ,00 87, , ,15 95, , ,00 90, Dinas Komunikasi dan Informatika , ,00 95, Sekretariat Komisi Penyiaran Indonesia Daerah 64. Badan Perpustakaan dan Kearsipan , ,00 95, , ,00 97, Dinas Pertanian Prov. Jatim , ,00 87,54 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 27
28 No. Nama SKPD Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 66. Dinas Perkebunan Prov. Jatim , ,00 84, Dinas Peternakan Prov. Jatim , ,00 91, Dinas Kehutanan Prov. Jatim , ,00 88, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Prov. Jatim 70. Dinas Perikanan dan Kelautan Prov. Jatim 71. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Prov. Jatim , ,00 84, , ,00 96, , ,64 81,95 Sumber: BPKAD Provinsi Jawa Timur (data unaudit 24 maret 2016) 3. Permasalahan dan Solusi a) Permasalahan Untuk Belanja Tidak Langsung yang penyerapannya rendah terdiri atas Belanja Tidak Terduga. Sedangkan penyerapan Belanja Tidak Terduga yang rendah disebabkan Belanja Tidak Terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. Untuk Belanja Langsung yang penyerapannya rendah terdiri atas Belanja Pegawai dan Belanja Barang dan Jasa. Hal ini disebabkan realisasi Belanja Pegawai terdiri dari Honor Kegiatan yang tidak dapat direalisasikan karena dampak dari dikeluarkannya SE Mempan Nomor 11 tahun 2014 mengenai penghentian penyelenggaraan rapat di hotel. Sedangkan penyerapan Belanja Barang dan Jasa yang rendah disebabkan efisiensi dan penghematan anggaran. b) Solusi Upaya pemecahan terhadap permasalahan di atas: Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk direalisasikan; Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas; Memperhatikan faktor efisiensi dan efektifitas terhadap pencapaian sasaran dan target belanja sesuai dengan tugas dan fungsi, indikator kinerja yang terukur serta dapat dipertanggungjawabkan; dan Melakukan penyusunan belanja pegawai dengan pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan. BAB III - 28 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015
29 C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah 1. Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah BAB III Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan ditetapkan untuk menutup difisit yang disebabkan oleh lebih besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah yang semakin meningkat. Pembiayaan daerah terdiri atas penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA), pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman daerah, penerimaan kembali pembelian pinjaman, dan penerimaan piutang daerah. Pengeluaran pembiayaan daerah adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman. Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran disebut pembiayaan netto. Kebijakan umum pembiayaan daerah pada APBD Tahun Anggaran 2015 diarahkan untuk meningkatkan manajemen daerah serta akurasi, efisiensi, efektifitas dan profitabilitas yang difokuskan pada: 1. Penerimaan pembiayaan diarahkan pada perhitungan perkiraan sisa lebih (SiLPA) baik berupa pelampauan pendapatan atas dasar peningkatan kinerja maupun sisa belanja atas asumsi terjadinya efisiensi belanja; 2. Defisit APBD Tahun Anggaran 2015, direncanakan akan diatasi melalui selisih antara proyeksi penerimaan pembiayaan dengan rencana pengeluaran pembiayaan. 2. Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Penerimaan pembiayaan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Timur pada Tahun Anggaran 2015 direncanakan sebesar Rp ,23 dan dapat direalisasikan sebesar Rp ,23, yang diperoleh dari sisa lebih perhitungan anggaran sebelumnya (SiLPA) atau mencapai 99,99% dari target yang ditetapkan. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Akhir Tahun Anggaran 2015 BAB III - 29
DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xi BAB I PENDAHULUAN
D A F T A R I S I DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL.... ix DAFTAR GAMBAR.... xi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG... I 1 B. DASAR HUKUM... I 1 C. GAMBARAN UMUM DAERAH...
Lebih terperinciCAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN
CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor
Lebih terperinciANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016
ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN JEMBER TAHUN ANGGARAN 2016 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciOtonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR
Urusan Pemerintahan 1 - URUSAN WAJIB 1.20 - Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, 1.20.05 - BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROVINSI KALBAR 15.090.246.60 5.844.854.40
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Hal mendasar dalam perencanaan pembangunan tahunan adalah kemampuannya dalam memproyeksikan kapasitas riil keuangan daerah secara
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja
Lebih terperinciBAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
Lebih terperinci3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1 Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17
Lebih terperinciKata Pengantar. Kupang, Februari 2014 KEPALA BAPPEDA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR,
Kata Pengantar Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena atas penyertaan-nya maka penyusunan Buku Statistik Kinerja Keuangan Provinsi NTT Beserta SKPD 2009-2013 ini dapat diselesaikan. Dalam era
Lebih terperinciBAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH
BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/696/KPTS/013/2014 TENTANG PENERIMA PENGHARGAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/3/KPTS/013/2014 TENTANG SEKRETARIAT PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan
Lebih terperinciBAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN
BAB IV PLAFON ANGGARAN SEMENTARA BERDASARKAN URUSAN PEMERINTAHAN DAN PROGRAM/KEGIATAN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, urusan pemerintahan daerah terdiri dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh
Lebih terperincikapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut:
Rincian kebutuhan pendanaan berdasarkan prioritas dan kapasitas riil keuangan daerah dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.27. Kerangka Pendaaan Kapasitas Riil kemampuan Keuangan Daerah Kabupaten Temanggung
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub-sistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan Pemerintahan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana
Lebih terperinciBAB V PENDANAAN DAERAH
BAB V PENDANAAN DAERAH Dampak dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah
Lebih terperinciA. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya kebijakan ekonomi daerah yang mengatur hubungan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Kebijakan pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah secara efektif
Lebih terperinci3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode
No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah selalu
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT
No. 1, 2009 PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2009 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Pendahuluan Kebijakan anggaran mendasarkan pada pendekatan kinerja dan berkomitmen untuk menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Anggaran kinerja adalah
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan 2008-2013 Penyusunan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan
Lebih terperinciLampiran I Peraturan Daerah Nomor : TAHUN 08 Tanggal : Januari 08 PEMERINTAH PROVINSI PAPUA RINGKASAN APBD Tahun Anggaran 08 NOMOR URUT URAIAN JUMLAH. PENDAPATAN.8..0.8,00 PENDAPATAN ASLI DAERAH.008.78..8,00..
Lebih terperinciDAFTAR ISI... KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii x xi BAB I PENDAHULUAN... I - 1 A. Dasar Hukum... I - 1 B. Gambaran Umum Daerah... I - 4 1. Kondisi Geografis Daerah...
Lebih terperinciBUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS UNIT DI LINGKUNGAN DINAS PENDAPATAN, PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR, KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR 188/296/KPTS/013/2017 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88/296/KPTS/03/207 TENTANG PENGESAHAN PERUBAHAN RENCANA STRATEGIS PERANGKAT DAERAH TAHUN 204-209 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa sesuai
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan
Lebih terperinciREALISASI APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 TRIWULAN I
REALISASI APBD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN ANGGARAN 2013 TRIWULAN I APBD Murni TA. 2013 Ditetapkan dengan Perda Nomor : 14 Tahun 2012 Tanggal 13 Desember 2012 Ttg APBD TA. 2013 dan Pergub Nomor 29
Lebih terperinciNO SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO SERI. E
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 11 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu
BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli
Lebih terperinciPEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY
PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY KEUANGAN DAERAH Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan
Lebih terperinciJumlah Anggaran 1 BELANJA , ,00 97, ,95
PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR SKPD : 1.01.01. - DINAS PENDIDIKAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2016 dan 2015 Dalam Rupiah
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015
PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci5 (1111.)leba' Penilai~mKinerja m-pk Tahun 2016
PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH JI. Jemur Andayani I Telp. (031) 8477551 Fax (031) 8477404 SUR A BAY A 60236 Surabaya, Nomor Sifat Lampiran Perihal 810/ 6~3 Penting. /212.3/2016
Lebih terperinciBAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK
63 BAB III PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DALAM PRAKTEK A. Konsep Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut Freedman dalam anggaran
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 WALIKOTA MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG
Lebih terperinciRANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007
RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007 APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari tujuan dan sasaran Pemerintah Daerah serta tugas pokok dan fungsi unit
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2018 WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu
BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan tahun 2005-2009 diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pemerintah Kota Bengkulu 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Otonomi daerah yang merupakan bagian dari reformasi kehidupan bangsa oleh Pemerintah
Lebih terperinciBAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berdasarkan Pasal 18 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, bahwa dalam rangka penyusunan Rancangan APBD diperlukan penyusunan Kebijakan
Lebih terperinciBAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan
BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Kabupaten Jembrana dalam hal pengelolaan keuangan daerah telah menerapkan pola pengelolaan keuangan berbasis
Lebih terperinciRANPERDA PERUBAHAN APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017
SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG PERUBAHAN APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2017 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas
Lebih terperinciRENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah
Lebih terperinciBADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl.
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PENANAMAN MODAL PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN Komplek Perkantoran Jl. Serasan Seandanan mor Telp/faks : (07) 90770 Kode Pos e-mail : okusbapeda@yahoo.co.id
Lebih terperinciStruktur P-APBD TA. 2014
SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 Dalam rangka transparansi dan partisipasi aktif masyarakat dalam pengelolaan
Lebih terperinci5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU
BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kondisi perekonomian Kabupaten Lamandau Tahun 2012 berikut karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun 2013-2014 dapat digambarkan
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
- 61 - BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah yang tercantum
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam upaya reformasi pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah telah menerbitkan paket peraturan perundang undangan bidang pengelolaan
Lebih terperinciRINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN
Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 10 Tahun 2013 Tanggal : 31 Desember 2013 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 KODE TIDAK
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja
Lebih terperinciPROFIL KEUANGAN DAERAH
1 PROFIL KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang adalah menyelenggarakan otonomi daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta
Lebih terperincic. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:
92.6 97.15 81.92 ANGGARAN 1,1,392,65,856 667,87,927,784 343,34,678,72 212 213 REALISASI 956,324,159,986 639,977,39,628 316,346,769,358 LEBIH (KURANG) (54,68,445,87) (27,11,537,156) (26,957,98,714) 94.65
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2013 T E N T A N G ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MOJOKERTO, Menimbang
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dapat diukur dari kontribusi masing-masing
Lebih terperinciBAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun
Lebih terperinciGAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di Kota Malang serta tantangan-tantangan riil yang di hadapi dalam pelaksanaan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciGrafik 5.1. Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Kaltara Tahun Anggaran Sumber: Hasil Olahan, 2016
BAB V ANALISIS APBD 5.1. Pendapatan Daerah Sebagai daerah pemekaran dari Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), kondisi keuangan daerah Provinsi Kaltara tergolong belum stabil terutama pada tahun 2013. Sumber
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH
GUBERNUR JAWA TIMUR TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA TANGERANG
WALIKOTA TANGERANG Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (ILPPD) Kota Tangerang Tahun 2012 Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan kewenangan kepada
Lebih terperinciRANPERDA APBD TA SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018
SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG APBD PROVINSI SULAWESI BARAT TAHUN ANGGARAN 2018 Dalam upaya mewujudkan manajemen keuangan pemerintah yang baik, diperlukan transparansi, akuntabilitas dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tap MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaran Otonomi Daerah, Pengaturan, Pembagian dan Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan Akuntansi Sektor Publik, Khususnya di Negara Indonesia semakin pesat seiring dengan adanya era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi
Lebih terperinciRINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN
Lampiran IIa Peraturan Daerah Nomor : 8 TAHUN 2016 Tanggal : 30 December 2016 PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI UTARA RINGKASAN APBD MENURUT ORGANISASI DAN URUSAN PEMERINTAHAN TAHUN ANGGARAN 2017 KODE TIDAK
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Bali
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintah dan kemampuan pendapatan daerah yang memiliki fungsi sebagai
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara pemerintah pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi suatu fenomena global termasuk di Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini menyebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah
Lebih terperinciAPBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018
APBD KOTA YOGYAKARTA TAHUN ANGGARAN 2018 1. Tema pembangunan tahun 2018 : Meningkatnya Pelayanan Publik yang Berkualitas Menuju Kota Yogyakarta yang Mandiri dan Sejahtera Berlandaskan Semangat Segoro Amarto.
Lebih terperinciBAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI BARAT
SALINAN GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciSOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013
SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 Dalam rangka transparansi dan partisipasi aktif masyarakat bidang pengelolaan
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN
BAB 3 GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG HUBUNGAN KEUANGAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH I. UMUM Berdasarkan amanat Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN
(RPJMD) Tahun 20162021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Kabupaten Pandeglang dikelola berdasarkan ketentuan peraturan yang berlaku diantaranya UndangUndang
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG
WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinci