Oleh: Teguh Kurniawan **

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: Teguh Kurniawan **"

Transkripsi

1 MANAJEMEN KOTA BERKELANJUTAN DI INDONESIA: INDIKATOR DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN KOTA BERKELANJUTAN OLEH PEMERINTAH KOTA DI INDONESIA (studi kasus pada Kota Depok, Bogor, dan Bandung) Oleh: Teguh Kurniawan ** Abstrak Pencapaian kota berkelanjutan akan membutuhkan peranan Pemerintah Kota dalam mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan yang tepat dan layak. Dalam upaya mencapai kebijakan yang tepat dan layak tersebut, Pemerintah Kota harus memiliki arahan dalam kerangka manajemen internal mereka. Penelitian ini berusaha untuk mengetahui kemungkinan bagi Pemerintah Kota di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan di masa depan dan mengusulkan beberapa indikator untuk manajemen internal Pemerintah Kota jika mereka ingin mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan yang lebih berkelanjutan, khususnya dalam mengelola sampah, polusi udara, dan air limbah PENDAHULUAN Ide mengenai kota berkelanjutan muncul sebagai tanggapan terhadap proses urbanisasi yang terjadi di dunia. Kita telah menjadi saksi terjadinya skenario dimana lebih banyak penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan dibandingan dengan penduduk yang tinggal diwilayah perdesaan. Pada tahun 1800, hanya 50 juta penduduk yang tinggal di kota-kota diseluruh dunia. Sementara tahun 1975, terdapat 1,5 milyar penduduk, dan pada tahun 2000, terdapat lebih dari 3 milyar penduduk jumlah ini lebih dari jumlah seluruh populasi penduduk dunia di tahun 1960 (UNEP, 2002). Konsep kota berkelanjutan menurut Urban 21 (2000) adalah bagaimana meningkatkan kualitas kehidupan di sebuah kota, termasuk didalamnya kualitas ekologi, budaya, politik, institusi, serta komponen sosial dan ekonomi tanpa meninggalkan beban kepada generasi yang akan datang. Suatu beban yang dihasilkan dari berkurangnya sumber daya alam dan banyaknya hutang lokal. Dalam upaya pengembangan dan penerapan kota berkelanjutan, peranan dari pemerintah kota adalah sangat fundamental. Sebagai suatu sistem yang mengatur dirinya sendiri, sebuah kota terdiri atas suatu sistem kontrol (pemerintahan kota) dan suatu obyek homeostatis (masyarakat atau penduduk). Pemerintah kota akan berperan sebagai sebuah institusi yang mempunyai legitimasi dan bertanggung jawab terhadap pengembangan dan penerapan kota berkelanjutan melalui proses pembuatan kebijakan yang dilakukannya. Dalam upaya menghasilkan kebijakan kota yang memiliki orientasi untuk mencapai kondisi yang berkelanjutan, pemerintah kota akan membutuhkan seperangkat indikator yang akan memberikan arahan dan petunjuk kepada mereka mengenai apakah kebijakan yang telah dibuatnya tetap berada dalam jalur yang benar. Indikator tersebut akan memberikan saran kepada pemerintah kota mengenai tindakan yang harus dilakukan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di wilayah kotanya. Indikator tersebut haruslah merupakan indikator yang terkait dengan manajemen internal dari pemerintah kota. Perlunya indikator yang secara khusus dikembangkan untuk melihat manajemen internal pemerintah kota muncul sebagai akibat dari pentingnya peran pemerintah kota dalam menentukan apakah sebuah kota telah menerapkan kebijakan yang berkelanjutan. Dengan mengacu kepada argumen-argumen di atas, sangatlah menarik untuk mengetahui kemungkinan bagi Pemerintah Kota di Indonesia untuk mengembangkan pembangunan yang berkelanjutan dan untuk mengetahui kondisi yang ada saat ini dari manajemen internalnya sebagai sebuah prasyarat dalam melakukan pembangunan berkelanjutan. Dengan mengetahui kondisikondisi tersebut, akan membantu Pemerintah Tulisan ini merupakan ringkasan hasil penelitian dalam penyelesaian program MSc bidang Urban Environmental Management pada Institute for Housing and Urban Development Studies (IHS) dan Wageningen University di Negeri Belanda ** Staf pengajar tidak tetap Departemen Ilmu Administrasi FISIP UI, Peneliti CIRUS

2 Kota dalam melakukan pembangunan berkelanjutan dengan menggunakan cara yang tepat. Dalam upaya mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang ada dari manajemen internal Pemerintah Kota di Indonesia, beberapa indikator akan diusulkan. Indikator ini haruslah sesuai dengan tingkat permasalahan yang dihadapi oleh kota dan kondisi lokal yang ada. Indikator ini juga harus sesuai dengan persyaratan internasional menyangkut pembangunan kota berkelanjutan. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui kemungkinan dari Pemerintah Kota di Indonesia dalam melaksanakan pembangunan berkelanjutan di masa depan dan mengusulkan sejumlah indikator untuk manajemen internal dari Pemerintah Kota jika mereka ingin mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan mereka yang lebih berorientasi pada keberlanjutan, khususnya dalam hal Pemerintah Kota menangani dan mengelola permasalahan-permasalahan lingkungan perkotaannya. Penelitian ini memfokuskan kajiannya hanya pada tiga permasalahan lingkungan perkotaan yang dipertimbangkan sebagai masalah terpenting bagi sebuah kota, yakni sampah domestik dan sampah pembuangan air limbah. Tiga Kota, yakni Kota Depok, Bogor, dan Bandung dipilih untuk dijadikan studi kasus dalam penelitian ini. Terdapat tiga buah pertanyaan penelitian yang harus dijawab dalam penelitian ini. Pertanyaan pertama adalah pertanyaan yang berhubungan dengan kondisi saat ini dari Pemerintah Kota terpilih (Depok, Bogor, dan Bandung) dalam menangani dan mengelola pembuangan air limbah. Pertanyaan kedua adalah untuk mengetahui sejauh mana Pemerintah Kota terpilih (Depok, Bogor, dan Bandung) telah melakukan perencanaannya dalam upaya menangani dan mengelola pembuangan air limbah, serta apakah permasalahan-permasalahan tersebut telah dipertimbangkan dalam Program Pembangunan Lima Tahun Daerah (Properda), Rencana Strategis (Renstra), dan dokumen-dokumen perencanaan mereka lainnya. Pertanyaan ketiga adalah pertanyaan yang berkaitan dengan tindakan yang dapat diusulkan kepada Pemerintah Kota terpilih jika mereka ingin meningkatkan manajemen lingkungan kota mereka menjadi lebih berkelanjutan serta jenis indikator apa berkaitan dengan manajemen internal mereka yang dapat diusulkan dalam upaya menjamin bahwa mereka akan mengelola permasalahan lingkungan kota secara berkelanjutan di masa depan. KERANGKA TEORI Kerangka teori yang disajikan disini didasarkan atas sebuah pengertian bahwa pembangunan kota berkelanjutan adalah merupakan tujuan dasar dari manajemen lingkungan kota yang terdiri atas tiga elemen: kota, lingkungan, dan manajemen (Brilhante, 2001). Elemen pertama yakni kota mengacu kepada konsep kota yang selama ini dikenal. Elemen kedua yakni lingkungan didefinisikan sebagai bentuk fisik biotik dan abiotik yang ada di sekitar masyarakat yang memiliki pola hubungan mutual dengan masyarakat. Istilah lingkungan dalam penelitian ini juga mempertimbangkan lingkungan ekonomi dan lingkungan sosial. Elemen ketiga yakni manajemen yang dalam konteks ini diartikan sebagai pembuatan kebijakan dan seperangkat tindakan yang berdasar kepada kebijakan tersebut. Tujuan dasar dari manajemen lingkungan kota adalah pembuatan kondisi kualitas kehidupan yang kondusif bagi kesehatan manusia, kehidupan, kesejahteraan, dan kemakmuran. Kebijakan dan tindakan khusus untuk mencapai kondisi ini akan sangat tergantung kepada situasi khusus yang ada di tingkat lokal dan kebijakan yang dibuat pun harus dibuat oleh aktor lokal. Setidaknya terdapat dua kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini: permasalahan lingkungan kota, dan pemerintahan kota yang baik. Secara umum, permasalahan lingkungan kota berkaitan dengan masalah khusus yang dihadapi di dalam wilayah perkotaan yang dalam penelitian ini akan difokuskan kepada pembuangan air limbah. Pemerintahan kota yang baik berkaitan dengan cara Pemerintah Kota membuat kebijakan untuk mengatasi permasalahan lingkungan kota yang dihadapi diwilayahnya. Permasalahan Lingkungan Kota sampah domestik dan sampah berbahaya

3 Sampah domestik mengacu kepada pendapat Cointreau dalam Huysman dan Baud (1994) didefinisikan sebagai materi sampah organik dan inorganik yang dihasilkan oleh rumah tangga, komersial, aktivitas institusi dan industri yang telah kehilangan nilai dimata pemilik pertamanya. Definisi lain dari sampah domestik berasal dari Kiely (1997) yang mendifinisikan sampah domestik sebagai sampah yang berasal dari aktivitas manusia dan hewan. Dalam lingkungan domestik, sampah tersebut termasuk kertas, plastik, sampah kayu, debu, dan lain sebaginya. Juga termasuk sampah cair termasuk cat, obat lama, tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Secara komersial, pengepakan kertas, kontainer kayu dan plastik akan membentuk volumenya. Lumpur cairpadat dari industri dan fasilitas pengolahan air limbah juga termasuk kedalam definisi ini. Sampah yang diterima oleh pemerintah untuk kemudian dibuang termasuk didalamnya sampah berbahaya juga termasuk dalam definisi ini. Tanpa adanya manajemen yang memadai, sampah domestik perkotaan akan menjadi masalah bagi pemerintah Kota karena efek langsungnya terhadap kesehatan masyarakat, lingkungan dan sumber daya alam. Karenanya, pemerintah Kota perlu untuk mengembangkan kebijakan manajemen sampah yang memadai untuk mengatasi masalah ini. polusi udara perkotaan Udara memiliki fungsi yang sangat penting bagi manusia. Udara mensuplai manusia dengan oksigen yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita untuk bertahan hidup. Namun demikian, aktivitas sehari-hari manusia dapat melepaskan partikel ke udara yang beberapa diantaranya dapat menyebabkan masalah bagi manusia, tumbuhan, dan hewan. Terdapat beberapa tipe polusi dan efek dari polusi yang sudah sangat dikenal dan sering didiskusikan. Didalamnya termasuk asap, hujan asam, efek rumah kaca, dan lubang di layer ozon. Setiap permasalahan ini memiliki implikasi yang serius bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia juga terhadap seluruh lingkungan. Salah satu tipe polusi udara adalah pelepasan partikel ke udara yang berasal dari pembakaran bahan bakar untuk energi. Hasil pembakaran bahan bakar dari kendaraan, rumah, dan industri adalah merupakan sumber utama polusi di udara. Tipe lainnya dari polusi udara adalah pelepasan gas berbahaya seperti sulfur dioksida, karbon monoksida, nitrogen oksida, dan gas kimia lainnya. Gas ini akan berperan dalam reaksi kimia selanjutnya apabila mereka berada di atmosfir dan akan menghasilkan asap dan hujan asam. Di wilayah perkotaan, dengan pertumbuhan perkotaan yang cepat, kualitas udara akan bertambah buruk kecuali apabila dilakukan pengukuran kontrol terhadap polusi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota. Pengukuran ini dapat dilakukan dengan mengimplementasikan kebijakan yang berorientasikan untuk mengurangi efek negatif dari polusi udara. Salah satu contoh yang baik adalah melalui kebijakan transportasi kota. Kebijakan ini sangat sesuai dengan pendapat dari Kojima dan Lovei (2001) yang menyatakan bahwa lalu lintas adalah penyumbang terbesar dari emisi partikel dan cenderung menghasilkan kenaikan persen lead yang ada di atmosfir di kota-kota dimana bahan bakar yang mengandung lead masih digunakan. pembuangan air limbah Air limbah didefinisikan sebagai air yang telah digunakan. Artinya air yang berasal dari kegiatan yang menggunakan air yang telah berada di dalam pipa drainase. Air limbah membawa kandungan tinggi nutrisi, bakteri, virus, dan kontaminan lainnya. Air limbah yang tidak diolah secara baik termasuk apabila digunakan kembali akan mengancam kualitas air di bawah tanah, lahan basah, estuari, watercourses, dan lingkungan pantai (Middle, 1995). Di negara-negara berkembang, diperkirakan lebih dari 90 persen air limbah dibuang langsung ke sungai, danau, dan laut tanpa diolah terlebih dahulu (World Resources Institute, 1996). Pembuangan air limbah domestik akan tetap menjadi masalah tidak hanya di negara berkembang tetapi juga dibeberapa negara yang lebih maju. Untuk mengurangi efek negatif dari pembuangan air limbah, Pemerintah Kota harus mengembangkan sistem pembuangan air limbah yang memadai yang didalamnya termasuk pembuatan fasilitas pengolahan air limbah. Pemerintahan Kota yang Baik

4 Menurut Paproski sebagaimana dikutip oleh Harpham dan Boateng (1997), pemerintahan didefinisikan sebagai: sebuah sistem sosial budaya, interaksi politik dan ekonomi diantara berbagai aktor di institusi publik maupun swasta dari masyarakat madani. Karakter dari sistem berbeda dan berubah melalui proses yang melibatkan penggunaan kekuasaan dan kewenangan dengan tujuan utamanya untuk memaksa legitimasi dari struktur kekuasaan dan kewenangan yang ada, biasanya melalui pengiriman dan distribusi barang dan jasa secara selektif kepada individu dan kelompok kolektif dalam masyarakat madani. Pemerintahan adalah mengenai bagaimana kebijakan dibuat, siapa yang terlibat dalam pembuatan kebijakan tersebut, dan kerangka dalam membuat kebijakan. Pemerintahan yang baik menurut UNDP (1997) adalah ditujukan terhadap alokasi dan manajemen terhadap sumberdaya untuk bereaksi terhadap masalah kolektif yang dicirikan dengan adanya partisipasi, transparansi, akuntabilitas, peranan hukum, efektifitas dan ekuitas. Terdapat tiga kelompok utama yang terlibat dalam Pemerintahan Kota, yakni (EU, 1999): - Negara/daerah atau sektor publik - Masyarakat madani, dan - Sektor swasta Pemerintahan tidak hanya mengenai pemerintah sendiri. Banyak institusi dan individual didalam tiga kelompok di atas yang terlibat. Promosi pemerintahan yang baik di wilayah perkotaan akan membutuhkan dukungan dan aktivitas untuk (EU, 1999): - Membuat dan mengembangkan kapasitas negara/daerah, masyarakat madani, dan sektor swasta di tingkat lokal, dan - Memfasilitasi interaksi dan kerjasama diantara institusi negara/daerah, masyarakat madani, dan sektor swasta di tingkat lokal, dan juga diantara tingkat pusat dan lokal Untuk mendukung dan mengembangkan pemerintahan kota, terdapat setidaknya tiga level dimana intervensi dapat dilakukan, yakni (EU, 1999): - Tingkat institusi, dengan bekerja untuk meningkatkan pemerintahan kota - Organisasi, dengan modernisasi dan memperkuat struktur dan badan pemerintah. Dukungan kadangkala dibutuhkan untuk membangun kebijakan kemampuan pengaturan dan perencanaan. Area kunci untuk intervensi adalah manajemen keuangan, manajemen sumberdaya manusia, komunikasi, dan teknologi informasi - Sumberdaya manusia, dengan meningkatkan kemampuan melalui pelatihan dan pendidikan aktor kunci dalam proses pemerintahan kota PEMBAHASAN HASIL Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi saat ini dari Pemerintah Kota terpilih (Depok, Bogor, dan Bandung) dalam menangani permasalahan sampah domestik dan sampah berbahaya, polusi udara perkotaan, dan pembuangan air limbah masih dilakukan secara tidak layak. Pemerintah Kota terpilih memiliki keterbatasan metode pengelolaan yang tepat dan layak (a); keterbatasan keuangan (b); keterbatasan sumberdaya manusia (c); keterbatasan infrastruktur dan perlengkapan (d); keterbatasan kebijakan yang tepat dan layak (e); serta keterbatasan partisipasi dari masyarakat dalam penanganan dan pengelolaan masalah-masalah tersebut (f). Permasalahan sampah domestik dan sampah pembuangan air limbah juga tidak terlalu diprioritaskan dalam dokumen-dokumen perencanaan kota dan dokumen Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah. Dalam upaya mencapai kondisi manajemen kota yang berkelanjutan oleh Pemerintah Kota di Indonesia dalam mengelola sampah domestik dan sampah berbahaya, polusi udara perkotaan, dan pembuangan air limbah; Pemerintah Kota diharuskan memiliki kebijakan dan program yang mengacu kepada metode yang tepat dalam mengelola permasalahanpermasalahan lingkungan perkotaan tersebut. Dalam mengelola sampah domestik dan sampah berbahaya, Pemerintah Kota di Indonesia diharapkan memiliki kebijakan atau program berdasarkan pada manajemen hirarkhi pengelolaan sampah, yakni pertama, Pemerintah Kota harus dapat mencegah dan mengurangi jumlah sampah yang perlu

5 ditangani atau dikelola lebih lanjut; kedua, Pemerintah Kota harus dapat mendorong kegiatan penggunaan kembali (re-use) dan daur ulang (recycling) sampah; ketiga, Pemerintah Kota mentransformasikan sampah dengan menggunakan penanganan baik secara biologis maupun pemanasan (thermal); serta keempat, Pemerintah Kota dalam menangani sisa sampah yang tidak dapat diolah dengan metode lain harus dilakukan melalui landfill dengan menggunakan metode sanitary landfill, tidak sekedar open dumping ataupun control landfill semata. Dalam mengelola polusi udara perkotaan, Pemerintah Kota diharapkan memiliki kebijakan atau program yang berkaitan dengan standar emisi; pengukuran emisi; penggunaan energi bersih (cleaner energy); penggunaan teknologi terbaik yang tersedia (BAT= best available technology); manajemen lalu lintas lokal yang komprehensif; serta manajemen kualitas udara lokal yang terintegrasikan dengan strategi dan tindakan yang lebih luas (transportasi, penggunaan tanah, perencanaan, dan regenerasi ekonomi) guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Dalam mengelola pembuangan air limbah, Pemerintah Kota diharapkan memiliki kebijakan atau program untuk dapat mengawasi dan mencegah polusi air dari fasilitas-fasilitas industri; kebijakan atau program untuk mengelola air limbah dalam suatu instalasi pengelolaan air limbah terpadu sebelum air limbah tersebut dibuang ke badan air; kebijakan atau program untuk mengelola lumpur tinja dalam suatu instalasi pengelolaan lumpur tinja dengan menggunakan daur ulang material biologis dan metode lainnya; serta kebijakan atau program untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian sumber daya air. Dengan mengacu kepada temuan-temuan di atas, penelitian ini mengusulkan beberapa indikator berkaitan dengan manajemen internal dari Pemerintah Kota yang dapat digunakan dalam upaya untuk menjamin bahwa Pemerintah Kota akan menangani pembuangan air limbah secara lebih berkelanjutan di masa depan. Implementasi dari indikator-indikator yang diusulkan oleh penelitian ini dapat dilakukan secara berbeda oleh masing-masing Kota disesuaikan dengan situasi yang dihadapi oleh masing-masing Kota tersebut. Dimungkinkan pula adanya pembagian peran antara tingkatan pemerintahan yang ada dan juga sektor swasta dalam pengimplementasian indikator-indikator tersebut. Pemerintah Pusat dalam hal ini dapat memiliki peran dalam pengelolaan sampah domestik dan sampah berbahaya, polusi udara perkotaan, dan pembuangan air limbah melalui kebijakan atau program yang membutuhkan keterlibatan dari Pemerintah Pusat. Sebagai contoh, dalam pengelolaan sampah domestik dan sampah berbahaya, Pemerintah Pusat dapat berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan atau program untuk mendorong penggunaan kembali (re-use) sampah. Keterlibatan Pemerintah Pusat diperlukan mengingat program penggunaan kembali (re-use) sampah akan melibatkan banyak pihak yang tinggal tidak hanya pada satu daerah melainkan tersebar di berbagai daerah, karenanya program tersebut harus dijadikan sebagai program yang bersifat nasional. Pemerintah Regional (Provinsi) juga dapat memiliki peran dalam pengelolaan sampah domestik dan sampah berbahaya, polusi udara perkotaan, dan pembuangan air limbah melalui kebijakan atau program yang membutuhkan keterlibatan dari Pemerintah Provinsi. Sebagai contoh, dalam pengelolaan sampah domestik dan sampah berbahaya, keterlibatan Pemerintah Provinsi akan dibutuhkan dalam memfasilitasi kerjasama antar Pemerintah Kota dalam menggunakan fasilitas Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Dari hasil studi di lapangan menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Bogor memiliki masalah menyangkut ketersediaan lahan untuk TPA-nya dan membutuhkan kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor. Karenanya keterlibatan Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan dibutuhkan. Sektor swasta juga dapat memiliki peran dalam pengelolaan sampah domestik dan sampah pembuangan air limbah melalui pelaksanaan investasi pada beberapa fasilitas yang dibutuhkan dan juga dengan mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah dikeluarkan pemerintah menyangkut ketiga masalah tersebut, seperti ketentuan untuk menyediakan sarana pengolahan air limbah di perusahaannya.

6 DAFTAR PUSTAKA Brilhante, Ogenis., 2001., Urban Environmental Management., Reader for the subject Urban Environmental Management., Rotterdam: Institute for Housing and Urban Development Studies European Union., 1999., Guidelines for Sustainable Urban Development., Brussel: European Union Harpham, Trudy and Kwasi A. Boateng., 1997., Urban Governance in Relation to the Operation of Urban Services in Developing Countries., Habitat International., Volume 21., No. 1 Huysman, Marijk and Isa Baud., 1994., Solid Waste Recovery, Re-Use and Recycling: Formal and Informal Aspects of Production and Employment in Indian Cities in Baud, Isa and Hans Schenk (ed.)., 1994., Solid Waste Management: Models, Assessments, Appraisals and Linkages in Bangalore., New Delhi: Manohar Kiely, Gerard (ed.)., 1997., Environmental Engineering., Maidenhead: McGraw-Hill Kojima, Masami and Magda Love.i, 2001., Urban Air Quality Management: Coordinating Transport, Environment, and Energy Policies in Developing Countries., World Bank Technical Paper No. 508., Pollution Management Series., Washington: World Bank Middle, Garry., 1995., Environmental Requirements for the Disposal of Effluent from Wastewater Disposal System., Desalination., Volume 106 Pemerintah Kota Bandung., 2001., Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2000 tentang Pola Dasar Pembangunan Kota Bandung Tahun , Bandung: Bagian Hukum Pemerintah Kota Bandung., 2001b., Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2001 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kota Bandung Tahun , Bandung: Bagian Hukum Pemerintah Kota Bandung., 2001c. Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 32 Tahun 2001 tentang Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (REPETADA) Kota Bandung Tahun 2002., Bandung: Bagian Hukum Pemerintah Kota Bandung., 2001d., Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2001: Buku I Buku III., Bandung: BPLH Pemerintah Kota Bandung Pemerintah Kota Bogor., 2000., Peraturan Daerah Kota Bogor Nomor 11 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) Kota Bogor Tahun , Bogor: Pemerintah Kota Bogor., 2001., Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Kota Bogor Tahun 2001: Buku I Buku III., Bogor: Pemerintah Kota Bogor Pemerintah Kota Depok., 2001., Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Depok , Depok: Pemerintah Kota Depok., 2001b., Neraca Kualitas Lingkungan Hidup Daerah Tahun 2001 Kota Depok: Buku I Buku II., Depok: Bagian Lingkungan Hidup Pemerintah Kota Depok Powell, Jane C., R. Kerry Turner and Ian J. Bateman (ed)., 2001., Waste Management and Planning., Cheltenham: Edward Elgar Publishing United Nations Development Programme, United Nations Environment programme, World Bank, and World Resources Institute., 2002., A Guide to World Resources : Decisions for the Earth: Balance, Voice, and Power., Executive Summary., [Homepage of World Resources Institute, Publications and Multimedia], [Online], Available: [2002, 11 November] [2002, 15 May] [2002, 15 June]

7 Wilayah Permasalahan Sampah Domestik dan Sampah Berbahaya (SDSB 1-10) Polusi Udara Perkotaan (PUP 1-10) Pembuangan Air Limbah (PAL 1-10) Indikator yang Diusulkan Keterangan Ketersediaan kebijakan atau program untuk mencegah dan mengurangi - sampah (pemisahan, composting) Ketersediaan kebijakan atau program untuk menggunakan kembali (re - use) sampah Ketersediaan kebijakan atau program untuk mendaur ulang (recycling) - sampah Ketersediaan sarana pengolahan sampah dengan pengolahan biologis - (aerobic, anaerobic, gabungan antara keduanya) Ketersediaan sarana pengolahan sampah dengan menggunakan panas - (thermal) (combustion, incinerator) Ketersediaan sarana landfill dengan metode sanitary landfill - Ketersediaan kebijakan atau program untuk meningkatkan kepedulian Indikator Umum dan partisipasi dari masyarakat Keterlibatan dari masyarakat (publik) Indikator Umum Ketersediaan dana untuk membiayai konstruksi, operasi, dan perawatan Indikator Umum dari infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan serta untuk kegiatan rutin Ketersediaan dari sumberdaya manusia yang berkualitas dalam proses Indikator Umum pembuatan kebiajakan, operasi, dan perawatan terhadap infrastruktur dan perlengkapan Ketersediaan kebijakan atau program untuk mengatur standar emisi gas - buang Ketersediaan kebijakan atau program untuk mengukur emisi gas buang - Ketersediaan kebijakan atau program untuk mendorong penggunaan - energi yang lebih bersih Ketersediaan kebijakan atau program untuk mendorong penggunaan - teknologi terbaik yang tersedia (best available technology) Ketersediaan kebijakan atau program untuk manajemen lalu lintas lokal - yang komprehensif Ketersediaan kebijakan atau program untuk manajemen kualitas udara - lokal yang terintegrasi Ketersediaan kebijakan atau program untuk meningkatkan kepedulian Indikator Umum dan partisipasi dari masyarakat Keterlibatan dari masyarakat (publik) Indikator Umum Ketersediaan dana untuk membiayai konstruksi, operasi, dan perawatan Indikator Umum dari infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan serta untuk kegiatan rutin Ketersediaan dari sumberdaya manusia yang berkualitas dalam proses Indikator Umum pembuatan kebiajakan, operasi, dan perawatan terhadap infrastruktur dan perlengkapan Ketersediaan kebijakan atau program untuk mengawasi dan mencegah - polusi udara dari fasilitas-fasilitas industri Ketersediaan instalasi pengolahan limbah yang memadai - Ketersediaan instalasi pengolahan lumpur tinja yang memadai - Ketersediaan kebijakan atau program untuk meningkatkan kepedulian Indikator Umum dan partisipasi dari masyarakat Keterlibatan dari masyarakat (publik) Indikator Umum Ketersediaan dana untuk membiayai konstruksi, operasi, dan perawatan Indikator Umum dari infrastruktur dan peralatan yang dibutuhkan serta untuk kegiatan rutin Ketersediaan dari sumberdaya manusia yang berkualitas dalam proses Indikator Umum pembuatan kebiajakan, operasi, dan perawatan terhadap infrastruktur dan perlengkapan

MANAJEMEN KOTA BERKELANJUTAN DI INDONESIA: INDIKATOR DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN KOTA BERKELANJUTAN OLEH PEMERINTAH KOTA DI INDONESIA

MANAJEMEN KOTA BERKELANJUTAN DI INDONESIA: INDIKATOR DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN KOTA BERKELANJUTAN OLEH PEMERINTAH KOTA DI INDONESIA MANAJEMEN KOTA BERKELANJUTAN DI INDONESIA: INDIKATOR DALAM UPAYA MENGEMBANGKAN KEBIJAKAN KOTA BERKELANJUTAN OLEH PEMERINTAH KOTA DI INDONESIA (studi kasus pada Kota Depok, Bogor, dan Bandung) Oleh: Teguh

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN KEPEMERINTAHAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL GOVERNANCE) DI INDONESIA. By: Teguh Kurniawan

MEWUJUDKAN KEPEMERINTAHAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL GOVERNANCE) DI INDONESIA. By: Teguh Kurniawan MEWUJUDKAN KEPEMERINTAHAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENTAL GOVERNANCE) DI INDONESIA Pengantar By: Teguh Kurniawan Lingkungan hidup merupakan salah satu dari tiga aspek utama yang akan membentuk apakah sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang untuk memanfaatkan sumberdaya alam dan lingkungan. Sadar atau tidak dalam proses pemanfaatan sumberdaya

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Reduce, Reuse, Recycling

Lebih terperinci

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R

PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R PENERAPAN PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS 3R Drs. Chairuddin,MSc P E NE RAPAN P E NG E L O L AAN S AM PAH B E RB AS I S 3 R Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pasca Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran, yaitu masuknya zat pencemar yang berbentuk gas, partikel kecil atau aerosol ke dalam udara (Soedomo,

Lebih terperinci

KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *)

KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *) 1 KONSEPSI PENANGANAN SAMPAH PERKOTAAN SECARA TERPADU BERKELANJUTAN *) Oleh: Tarsoen Waryono **) Abstrak Meningkatnya beban sampah (limbah domestik) di wilayah perkotaan, secara berangsur-angsur memberikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Upaya kesehatan lingkungan berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) tahun 2030 pada sasaran ke enam ditujukan untuk mewujudkan ketersediaan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1)

Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) Pengelolaan Sampah Timbulan sampah menunjukkan kecenderungan kenaikan dalam beberapa dekade ini. Kenaikan timbulan sampah ini disebabkan oleh dua faktor dasar, yaitu 1) perubahan populasi, 2) perubahan

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan

VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan VII. PEMBAHASAN UMUM 7.1. Visi Pengelolaan Kebersihan Lingkungan Berkelanjutan TPA Bakung kota Bandar Lampung masih belum memenuhi persyaratan yang ditentukan, karena belum adanya salahsatu komponen dari

Lebih terperinci

DEVELOPMENT OF A WASTE TO ENERGY PILOT : PERSPECTIVE FROM JAMBI CITY

DEVELOPMENT OF A WASTE TO ENERGY PILOT : PERSPECTIVE FROM JAMBI CITY DEVELOPMENT OF A WASTE TO ENERGY PILOT : PERSPECTIVE FROM JAMBI CITY H. SY. Fasha, ME National Workshop on Pro-Poor and Sustainable Solid Waste Management in Secondary Cities and Small Towns: Prospects

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.1 1. Cara mengurangi pencemaran lingkungan akibat rumah tangga adalah... Membakar sampah plastik dan kertas satu minggu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Tchobanoglous dkk. ( 1993) sampah dapat didefinisikan sebagai semua buangan yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia dan hewan yang berupa padatan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN 1. LATAR BELAKANG PENGELOLAAN SAMPAH SNI 19-2454-1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, mendefinisikan sampah sebagai limbah yang bersifat padat, terdiri atas

Lebih terperinci

Perlindungan Terhadap Biodiversitas

Perlindungan Terhadap Biodiversitas Perlindungan Terhadap Biodiversitas Pendahuluan Oleh karena kehidupan di dunia tergantung kepada berfungsinya biosfer secara baik, maka tujuan utama konservasi dan perlindungan adalah menjaga biosfer dalam

Lebih terperinci

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih Arsitektur dan Lingkungan Lilis Widaningsih Sustainable : Brundtland Comission (World comission on Environment and Development) tahun 1987 yaitu: Sustainable Development is development that meets the needs

Lebih terperinci

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones

Gambar 1.1. Penggunaan plastik di dunia tahun 2007dalam Million tones BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Limbah plastik merupakan permasalahan serius karena sifatnya nonbiodegradable tidak terurai secara alami oleh mikro organisme serta unsurunsur kimia yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan saling terkait antar satu dengan lainnya. Manusia membutuhkan kondisi lingkungan yang

Lebih terperinci

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA

PENANGANAN SAMPAH BERDASARKAN KARAKTERISTIK SAMPAH DI KOTA SURAKARTA SEMINAR NASIONAL KIMIA DAN PENDIDIKAN KIMIA VIII Peningkatan Profesionalisme Pendidik dan Periset Sains Kimia di Era Program Studi Pendidikan FKIP UNS Surakarta, 14 Mei 2016 MAKALAH PENDAMPING PARALEL

Lebih terperinci

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Lampiran E: Deskripsi Program / Kegiatan A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya Nama Maksud Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin meningkat seiring dengan kemajuan teknologi, yang juga akan membawa permasalahan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH SOSIALISASI DAN PELATIHAN PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS Nedi Sunaedi nedi_pdil@yahoo.com PENGERTIAN SAMPAH Suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas manusia dan/atau alam yang tidak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Hubungan antara manusia dengan lingkungan adalah sirkuler. Perubahan pada lingkungan pada gilirannya akan mempengaruhi manusia. Interaksi antara manusia dengan lingkungannya

Lebih terperinci

Teknologi Bersih. Kuliah Minggu ke 8 tahun Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya

Teknologi Bersih. Kuliah Minggu ke 8 tahun Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Teknologi Bersih Kuliah Minggu ke 8 tahun 2011 Nur Hidayat Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Metabolisme Industri Istilah keberlanjutan merupakan istilah

Lebih terperinci

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013 Geografi K e l a s XI LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1.

Lebih terperinci

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015

Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015 Engineering Sustainability (Rekayasa Berkelanjutan) Joko Sedyono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015 Topik Pengantar Masalah Solusi: Keberlanjutan Peran PT (Perguruan Tinggi) Cara membentuk

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan. Materi # T a u f i q u r R a c h m a n Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Genap 2016/2017. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #4 Bahasan 2 Penipisan Ozon (Ozone Depletion). Pemanasan global dan Perubahan Iklim Global. Hujan Asam. Penyebaran Kehidupan (Biological Magnification). Dampak manusia pada Air, Udara, dan Perikanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang tiga per empat luas wilayahnya merupakan perairan dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia setelah Kanada. Panjang garis

Lebih terperinci

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit)

EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) EVALUASI KOMPETENSI SEMESTER GASAL KELAS XI WAKTU : (90 menit) A. Pilihlah satu jawaban yang paling benar dengan memberi silang pada salah satu huruf di lembar jawab! 1. Di Indonesia, pengaturan lingkungan

Lebih terperinci

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA Disusun oleh: Mirza Zalfandy X IPA G SMAN 78 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas

Lebih terperinci

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi. MINGGU 3 Pokok Bahasan : Konsep Ekologi 1 Sub Pokok Bahasan : a. Pengertian ekosistem b. Karakteristik ekosistem c. Klasifikasi ekosistem Pengertian Ekosistem Istilah ekosistem merupakan kependekan dari

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE 3.1. SUSTAINABLE ARCHITECTURE Sustainable Architecture (arsitektur berkelanjutan) memiliki tujuan untuk mencapai kesadaran lingkungan dan memanfaatkan sumber

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1. VISI DAN MISI DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN Visi adalah gambaran arah pembangunan atau kondisi masa depan yang ingin dicapai melalui penyelenggaraan

Lebih terperinci

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI

Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI Konsep Penataan Kota berbasis Berkelanjutan: Belajar di Eropa WIDIASTUTI PENGERTIAN Kota yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kebutuhan generasi mendatang (Brundtland,1987) suatu interaksi

Lebih terperinci

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL 4.1 SASARAN DAN ARAHAN PENAHAPAN PENCAPAIAN Sasaran Sektor Sanitasi yang hendak dicapai oleh Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut : - Meningkatkan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN KONSEP PENCEMARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Pencemaran : - Masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan

Lebih terperinci

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd PENCEMARAN LINGKUNGAN Purwanti Widhy H, M.Pd Pengertian pencemaran lingkungan Proses terjadinya pencemaran lingkungan Jenis-jenis pencemaran lingkungan PENGERTIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN Berdasarkan UU Pokok

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013

Lebih terperinci

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa dengan adanya pertambahan penduduk dan pola konsumsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 54 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN LIMBAH DAN ZAT KIMIA PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA DAN BANDAR UDARA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan industri dan urbanisasi pada daerah perkotaan dunia yang tinggi meningkatkan volume dan tipe sampah. Aturan pengelolaan sampah yang kurang tepat

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS Puji Setiyowati* dan Yulinah Trihadiningrum Jurusan Teknik Lingkungan FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya * email:

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Unit Operasional RS Kajian Kajian pada 3 unit kegiatan

Lebih terperinci

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana) INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Sebuah Strategi Menuju Efisiensi Sumber Daya dan Keberlanjutan 2020 A Big Step towards

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. (Weygandt et al., 2008). Keseluruhan proses akuntansi pada akhirnya akan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi, merekam dan mengkomunikasikan kejadian ekonomik dari suatu entitas pada pengguna yang berkepentingan

Lebih terperinci

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : AMBAR YULIASTUTI L2D 004 294 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena II. TINJAUAN PUSTAKA A. Defenisi Hujan Asam Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena keragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah salah satu bentuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN Pesatnya pertambahan penduduk menyebabkan meningkatnya berbagai aktivitas sosial ekonomi masyarakat, pembangunan fasilitas kota seperti pusat bisnis, komersial dan industri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia. Jumlah atau volume sampah sebanding dengan tingkat konsumsi manusia terhadap barang

Lebih terperinci

Membangun sanitasi dan kebersihan yang berkelanjutan di perkotaan

Membangun sanitasi dan kebersihan yang berkelanjutan di perkotaan Membangun sanitasi dan kebersihan yang berkelanjutan di perkotaan Meningkatkan akses terhadap sanitasi Mengubah tantangan menjadi peluang Kondisi sanitasi di kota-kota kecil di Indonesia masih sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata 2.2 Perencanaan Kawasan Wisata 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rekreasi dan Wisata Secara etimologi kata rekreasi berasal dari bahasa Inggris yaitu recreation yang merupakan gabungan dari kata re yang berarti kembali dan creation yang berarti

Lebih terperinci

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu

Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan Kabupaten Luwu Matriks SWOT Merumuskan Strategi Pengelolaan Drainase Perkotaan FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S): KELEMAHAN (W): 1. Adanya rancangan RTRW 1. Belum ada perda pengelolaan sistem drainase 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu kota dapat menimbulkan efek negatif terhadap lingkungan. Salah satu efek negatif tersebut adalah masalah lingkungan hidup yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi dan Misi Kota Bogor 4.1.1 Pernyataan Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, kemana dan bagaimana suatu organisasi harus dibawa berkarya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Limbah Ervianto (2012) menjelaskan bahwa limbah dihasilkan dari berbagai aktivitas yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia, dan salah satunya dihasilkan pada

Lebih terperinci

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah

1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah 1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)

Lebih terperinci

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah 2.4. Permasalahan Pembangunan Daerah Permasalahan pembangunan daerah merupakan gap expectation antara kinerja pembangunan yang dicapai saat inidengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai

Lebih terperinci

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI Perumusan strategi dalam percepatan pembangunan sanitasi menggunakan SWOT sebagai alat bantu, dengan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman pada tiap

Lebih terperinci

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan

Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Menuju Pembangunan Permukiman yang Berkelanjutan Urbanisasi dan Pentingnya Kota Tingginya laju urbanisasi menyebabkan semakin padatnya perkotaan di Indonesia dan dunia. 2010 2050 >50% penduduk dunia tinggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di

BAB I PENDAHULUAN. dipancarkan lagi oleh bumi sebagai sinar inframerah yang panas. Sinar inframerah tersebut di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pancaran sinar matahari yang sampai ke bumi (setelah melalui penyerapan oleh berbagai gas di atmosfer) sebagian dipantulkan dan sebagian diserap oleh bumi. Bagian yang

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Perlunya Pembaruan Kebijakan Pembangunan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Beberapa hal yang mendasari perlunya pembaruan kebijakan pembangunan air minum dan penyehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumberdaya alam (SDA) dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dan merupakan tempat hidup mahluk hidup untuk aktivitas kehidupannya. Selain itu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA. PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA., Menimbang : a. bahwa pertambahan penduduk dan perubahan

Lebih terperinci

FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI

FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI FAKTOR EKOLOGI SEBAGAI INDIKATOR STATUS GIZI Edited by: Suyatno,, Ir. MKes E-mail : suyatno@undip.ac.id Hp : 08122815730 Blog : suyatno.blog.undip.ac.id Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN, Menimbang : a. bahwa pengelolaan sampah memerlukan suatu

Lebih terperinci

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung

A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi dan Misi Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kota Bandung V isi menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat menyebabkan bertambahnya volume, jenis, dan karakteristik sampah yang semakin beragam. (Tanod, Rengkung

Lebih terperinci

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal

/.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga. Indikator Soal Soal No soal /.skisi-kisi INSTRUMEN SOAL PRETEST POSTTEST Lingkunganku Tercemar Bahan Kimia Dalam Rumah Tangga Mata Pelajaran : IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Standar Kompetensi : 1.7. Memahami saling ketergantungan dalam

Lebih terperinci

Iklim Perubahan iklim

Iklim Perubahan iklim Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia

Lebih terperinci

Karakteristik Limbah Padat

Karakteristik Limbah Padat Karakteristik Limbah Padat Lab Bioindustri Limbah Padat? hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Karakteristik serta komposisi limbah sangat

Lebih terperinci

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN. Review Penyusunan Masterplan Air Limbah. Menyediakan dokumen perencanaan air limbah domestik skala Kabupaten Lampiran-5 Sektor Air Limbah Program/Kegiatan DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN Review Penyusunan Masterplan Air Limbah Review dokumen masterplan merupakan suatu tahap awal perbaikan dari perencanaan air limbah.

Lebih terperinci

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan

Audit Energi. Institut Teknologi Indonesia. Teddy Dharmawan Audit Energi Institut Teknologi Indonesia Teddy Dharmawan 114132512 Pendahuluan Pada awalnya, ISO 50001 berasal dari permintaan sebuah lembaga di bawah PBB, yaitu United Nations Industrial Development

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan kota. Angka pertumbuhan penduduk dan pembangunan kota yang semakin meningkat secara

Lebih terperinci

PENGERTIAN GREEN CITY

PENGERTIAN GREEN CITY PENGERTIAN GREEN CITY Green City (Kota hijau) adalah konsep pembangunan kota berkelanjutan dan ramah lingkungan yang dicapai dengan strategi pembangunan seimbang antara pertumbuhan ekonomi, kehidupan sosial

Lebih terperinci

Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3

Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3 Kondisi Prasarana di Indonesia KULIAH KE-3 Kompas Selasa, 26 Maret 2013 Indonesia berada pada peringkat 78/100 (World Economic Forum) Melemahkan daya saing untuk menarik investasi, dan infrastruktur yang

Lebih terperinci

KERUSAKAN LINGKUNGAN

KERUSAKAN LINGKUNGAN bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014 KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROPINSI MALUKU

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) 2014 KABUPATEN KEPULAUAN ARU PROPINSI MALUKU BAB III STRATEGI PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI 3.1,, dan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Kepulauan Aru Berdasarkan hasil analisis SWOT untuk menentukan tujuan, sasaran dan strategi pengembangan

Lebih terperinci

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni

SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan. Oleh Dewi Triwahyuni SUSTAINABLE DEVELOPMENT : Paradigma baru metode Memadukan Pembangunan Ekonomi Dan Lingkungan Oleh Dewi Triwahyuni PENGERTIAN & PRINSIP-PRINSIP DALAM SUSTAINABLE DEVELOPMENT DEFINISI : SUSTAINABLE DEVELOPMENT

Lebih terperinci

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND)

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.04/ TENTANG PENERBITAN DAN PERSYARATAN EFEK BERSIFAT UTANG BERWAWASAN LINGKUNGAN (GREEN BOND) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan konsumsi masyarakat dan aktivitas kehidupan masyarakat di perkotaan, menyebabkan bertambahnya volume dan jenis sampah,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

BAB III STUDI LITERATUR

BAB III STUDI LITERATUR BAB III STUDI LITERATUR 3.1 PENGERTIAN LIMBAH PADAT Limbah padat merupakan limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organic dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus dikelola agar

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI 3.1. Visi dan Misi Sanitasi Visi merupakan harapan kondisi ideal masa mendatang yang terukur sebagai arah dari berbagai upaya sistematis dari setiap elemen dalam

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi

Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi 3.1. Visi dan misi sanitasi Bab 3 Kerangka Pengembangan Sanitasi Dalam rangka merumuskan visi misi sanitasi Kabupaten Lampung Tengah perlu adanya gambaran Visi dan Misi Kabupaten Lampung Tengah sebagai

Lebih terperinci

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG

RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG 1 RINGKASAN ANALISIS PELAKSANAAN KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP DI KOTA BANDUNG Berdasarkan data dari PD Kebersihan Kota Bandung Tahun 2009, volume timbulan

Lebih terperinci

Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture. Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian

Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture. Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian TINJAUAN UMUM PENDAHULUAN Negara berkembang [Indonesia] 60-70% agriculture [pertanian] Tanaman dan ternak produksi dari satu area pertanian dengan luasan area kecil [1 3Ha] kaitannya dengan sistem produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah persampahan kota hampir selalu timbul sebagai akibat dari tingkat kemampuan pengelolaan sampah yang lebih rendah dibandingkan jumlah sampah yang harus dikelola.

Lebih terperinci

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya

Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Sampah Kota atau Municipal Solid Waste (MSW) dan Penyelesaian Masalahnya Di Indonesia saat ini sampah kota yang disebut sebagai municipal solid waste atau MSW masih belum diolah secara Terpadu. Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesadaran masyarakat dunia akan pentingnya pelestarian lingkungan semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan besar terjadinya

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat!

UJI KOMPETENSI SEMESTER II. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! UJI KOMPETENSI SEMESTER II Latihan 1 Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d yang merupakan jawaban yang paling tepat! 1. Berikut ini yang tidak termasuk kriteria teknologi ramah lingkungan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 116 TAHUN 2016 T E N T A N G KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL

PERAN PEREMPUAN DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL PERAN PEREMPUAN DALAM PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR, SANITASI DAN HIGIENE UNTUK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT ETTY HESTHIATI LPPM UNIV. NASIONAL JAKARTA A PERAN PEREMPUAN Perempuan sangat berperan dalam pendidikan

Lebih terperinci

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten

Program penyusunan Masterplan. Tersedianya Master Plan sistem pengelolaan air limbah domestik tahun Penyusunan Master Plan skala kabupaten Tabel 2.20 Kerangka Kerja Logis Air Limbah 1. Belum adanya Master Plan air limbah domestic Program penyusunan Masterplan 2. Belum ada regulasi yang mengatur limbah domestic 3. Belum adanya sarana dan Prasarana

Lebih terperinci

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur

Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA

Lebih terperinci