KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
|
|
- Susanto Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Yth. 1. Sdr. Para Direktur/Inspektur Wilayah/Kepala Biro/Kepala Pusat BPN-RI 2. Sdr. Ketua Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional di Yogyakarta 3. Sdr. Para Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional 4. Sdr. Para Kepala Kantor Pertanahan di Seluruh Indonesia SURAT EDARAN NOMOR 1/SE-100/I/2013 TENTANG PENGENAAN TARIF ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK SESUAI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN Umum Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional, menyebutkan bahwa jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional adalah penerimaan yang berasal dari: a. Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan; b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah; c. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya; d. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan; e. Pelayanan Pendaftaran Tanah; f. Pelayanan Informasi Pertanahan; g. Pelayanan Lisensi; h. Pelayanan Pendidikan; i. Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)/ Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965; dan j. Pelayanan di Bidang Pertanahan yang Berasal dari Kerja Sama dengan Pihak Lain.
2 2. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari Surat Edaran ini agar tidak terjadi penafsiran yang berbeda-beda dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010, sehingga perlu disusun Petunjuk Pelaksanaannya. 3. Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam Surat Edaran ini meliputi : a. Pelayanan Survei, Pengukuran, dan Pemetaan; b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah; c. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya; d. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan; e. Pelayanan Pendaftaran Tanah; f. Pelayanan Informasi Pertanahan; g. Pelayanan Lisensi; h. Pelayanan Pendidikan; i. Pelayanan Penetapan Tanah Objek Penguasaan Benda-Benda Tetap Milik Perseorangan Warga Negara Belanda (P3MB)/ Peraturan Presidium Kabinet Dwikora Nomor 5/Prk/1965; dan j. Pelayanan di Bidang Pertanahan yang Berasal dari Kerja Sama dengan Pihak Lain. 4. Dasar Hukum a. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tentang Jenis dan Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional; b. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2012 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional; c. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; d. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan.
3 5. Petunjuk Pelaksanaan mengenai Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2010 sebagaimana terlampir. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 3 Januari 2013 A.N. KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SEKRETARIS UTAMA, ttd. MANAGAM MANURUNG, S.H., M.Kn. NIP Tembusan : 1. Bapak Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia (sebagai laporan); 2. Sdr. Inspektur Utama Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia; 3. Sdr. Para Deputi di Lingkungan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia.
4 Lampiran : Surat Edaran tentang Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Nomor : 1/SE-100/I/2013 Tanggal : 3 Januari 2013 I. KETENTUAN UMUM Selain Lampiran dan Penjelasan pada Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010, dalam Petunjuk Pelaksanaan ini dijelaskan secara khusus hal-hal sebagai berikut : 1. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 adalah Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 3. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang disusun oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atau Kepala Kantor Wilayah Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara (BUN). 4. Harga Satuan Biaya Khusus (HSBK) adalah harga satuan biaya khusus suatu kegiatan yang berlaku untuk tahun berkenaan, untuk komponen belanja bahan dan honor yang terkait dengan keluaran (output) sebuah kegiatan. HSBK berupa indeks dalam rangka penghitungan penetapan tarif pelayanan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) pada Badan Pertanahan Nasional, yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia. 5. Bendahara Penerimaan adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetor, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. 6. Bendahara Pengeluaran adalah orang yang ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang untuk keperluan belanja negara dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara pada Kantor/Satuan Kerja Kementerian Negara/Lembaga. 7. Surat Perintah Setor (SPS) adalah dasar yang dipergunakan oleh Bendahara Penerimaan dalam rangka penerimaan biaya pelayanan di bidang pertanahan yang dibuat oleh Kepala Satuan Kerja atau Petugas yang ditunjuk. Untuk Satuan Kerja di Pusat, SPS dibuat oleh Direktur Teknis yang menangani pelayanan terkait. 8. Surat Bukti Setor (SBS) adalah tanda bukti penerimaan yang dibuat oleh Bendahara Penerimaan, dan diberikan oleh Bendahara Penerimaan atau Kasir kepada Penyetor. 9. Bank Persepsi adalah Bank Umum yang ditunjuk oleh BUN/Kuasa BUN untuk menerima setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
5 bukan dalam rangka ekspor dan impor, yang meliputi penerimaan pajak, cukai dalam negeri, dan penerimaan bukan pajak. 10. Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) adalah bukti penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) ke Rekening Kas Negara. 11. Penerapan Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan Skala 1: maupun skala 1: adalah pelayanan pembuatan peta dimana lokasi yang dimohon belum tersedia atau sudah berakhir masa berlakunya Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan di Kantor Pertanahan yang bersangkutan. Apabila pada lokasi yang dimohon sudah tersedia Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan yang masih berlaku, maka pelayanan yang diterapkan adalah pelayanan Informasi Nilai Tanah atau Kawasan. 12. Pelayanan Pemetaan Tematik dilaksanakan dalam rangka Pemecahan Sertipikat, Pemberian Hak Atas Tanah, Pengadaan Tanah, dan kerjasama dengan pihak ketiga berdasarkan permohonan Perseorangan, Badan Hukum atau Instansi Pemerintah yang menjadi satu kesatuan dengan permohonan Survei Pengukuran dan Pemetaan. Pelayanan Pemetaan Tematik yang diajukan kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat, kewenangan pelaksanaannya diatur sebagai berikut: a. Untuk luasan sampai dengan 10 (sepuluh) hektar, proses pelayanan dilakukan di Kantor Pertanahan setempat dan pengerjaannya masuk ke dalam Pemetaan Tematik Bidang skala 1:2.500 atau Pemetaan Tematik Bidang Tanah Untuk Pemecahan Sertipikat skala 1:1.000; b. Untuk luasan lebih dari 10 (sepuluh) hektar sampai dengan (seribu) hektar, Kepala Kantor Pertanahan meneruskan permohonan tersebut kepada Kepala Kantor Wilayah dan proses pelayanannya masuk ke dalam Pemetaan Tematik Kawasan skala 1:10.000; c. Untuk luasan lebih dari (seribu) hektar, Kepala Kantor Pertanahan selanjutnya meneruskan permohonan tersebut kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional dengan tembusan kepada Kepala Kantor Wilayah dan proses pelayanannya masuk ke dalam Pemetaan Tematik Kawasan skala 1: atau Pemetaan Tematik Kawasan skala 1: Untuk daerah yang mempunyai kewenangan pelaksanaan tertentu yang telah ditetapkan oleh Peraturan tersendiri, maka pembagian kewenangan pelaksanaannya mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan tersebut. (Contoh : DKI Jakarta, yang mengacu pada Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta Nomor 369 Tahun 1977 tentang Pengukuran dan Pemetaan Tanah yang luasnya lebih dari m2 dalam wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta). 13. Yang dimaksud Secara Massal adalah permohonan yang diajukan paling sedikit 10 (sepuluh) bidang dalam 1 (satu) Kelurahan, Desa, atau nama lainnya (penjelasan Pasal 2 huruf b angka 2 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010), ditetapkan lokasinya oleh Kepala Kantor Pertanahan.
6 14. Nilai Tanah adalah nilai pasar (market value) yang ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional dalam Peta Zona Nilai Tanah yang disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk tahun berkenaan dan untuk wilayah yang belum tersedia Peta Zona Nilai Tanah digunakan Nilai Jual Objek Pajak atas tanah pada tahun berkenaan. Yang dimaksud ditetapkan oleh Badan Pertanahan Nasional dalam Peta Zona Nilai Tanah yang disahkan oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk tahun berkenaan dan untuk wilayah yang belum tersedia Peta Zona Nilai Tanah digunakan Nilai Jual Objek Pajak atas tanah pada tahun berkenaan, adalah sebagai berikut : a. Untuk pembuatan Peta Zona Nilai Tanah yang dilakukan oleh : 1) Direktorat Survei Potensi Tanah, maka penetapannya dilaksanakan oleh Direktur Survei Potensi Tanah yang secara berjenjang mendapatkan delegasi kewenangan dari Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dan Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan; 2) Kantor Wilayah BPN Provinsi, maka penetapannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi; 3) Kantor Pertanahan, maka penetapannya dilaksanakan oleh Kepala Kantor Pertanahan. Penetapan pembuatan dimaksud dilaksanakan pada setiap akhir tahun berkenaan. (Contoh format di lampiran SPT 01, SPT 02, SPT 03, dan SPT 04); b. Untuk penggunaan Peta Zona Nilai Tanah di Kantor Pertanahan, maka Kepala Kantor Pertanahan melakukan pengesahan penggunaan Peta Zona Nilai Tanah pada setiap awal tahun berkenaan yang sudah terlebih dahulu dilakukan penetapan pembuatannya sesuai point 1). (Contoh format di lampiran SPT 01, SPT 02, SPT 03, dan SPT 04); c. Penetapan dan Pengesahan Penggunaan pada point 1) dan 2) di atas secara mutatis mutandis berlaku pada Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan. (Contoh format di lampiran SPT 05, SPT 06, SPT 07, dan SPT 08). d. Dalam keadaan tertentu sebagaimana diatur dalam Standar Operasional Prosedur Internal (SOPI) Direktorat Survei Potensi Tanah, Pengesahan untuk pembuatan dan penggunaan Peta Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam tahun berkenaan dengan mekanisme sebagaimana diatur pada point 1) sampai dengan 3) di atas. 15. L dalam rumus pada Pasal 4, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, dan Pasal 12 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 adalah luas tanah yang dimohon dalam satuan luas meter persegi (m2). Apabila hasil pengukuran berbeda terhadap luas awal permohonan, maka dikenakan tarif sesuai dengan luas hasil ukur. Apabila hasil ukur lebih dari satu bidang, maka pengenaan tarif dihitung per bidang. 16. L dalam rumus pada Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 13 tahun 2010 adalah Luas tanah yang dimohon dalam satuan meter persegi (m2), sesuai dengan luas tanah rencana kegiatan pembangunan,
7 peruntukan penggunaan tanah atau perubahan penggunaan tanah. Luas sebagaimana dimaksud berdasarkan luas yang dimohon dengan memperhatikan peta lokasi yang dimohon. 17. Konsolidasi Tanah Secara Swadaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 ditetapkan minimal 50 (lima puluh) bidang. II. PELAYANAN BIDANG PERTANAHAN A. PELAYANAN SURVEI, PENGUKURAN DAN PEMETAAN 1. Pelayanan Survei, Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah, dan Pemetaan a. Pelayanan Survei 1) Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Pemukiman atau Pertanian Tarif Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Pemukiman atau Pertanian sebesar Rp ,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) per bidang sesuai Lampiran I, huruf A, angka 1, dengan output berupa Laporan Hasil Penilaian. (Contoh format di lampiran SPT 09). 2) Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Usaha Tarif Pelayanan Survei Nilai Bidang Tanah Usaha sebesar Rp ,- (enam ratus ribu rupiah) per bidang sesuai Lampiran I, huruf A, angka 2, dengan output berupa Laporan Hasil Penilaian. (Contoh format di lampiran SPT 09). b. Pelayanan Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah Tarif Pelayanan Pengukuran Batas Kawasan atau Batas Wilayah sebesar Rp ,- (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per tugu, sesuai Lampiran I, huruf B. Pengukuran dan Pemetaan Batas Kawasan adalah pengukuran dan pemetaan koridor batas kawasan sebagaimana dimaksud dalam UU No.26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan UU No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Pengukuran dan Pemetaan Batas Wilayah adalah pengukuran dan pemetaan koridor batas wilayah administrasi Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan, atau Desa berdasarkan pembagian wilayah penguasaan administrasi pemerintahan. Ruang lingkup layanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Kawasan atau Batas Wilayah meliputi kegiatan sebagai berikut : 1) Pembuatan dan Pemasangan Tugu (Titik Dasar Teknik Orde 3) koridor batas kawasan atau batas wilayah administrasi; 2) Pengukuran dan Pemetaan Titik Dasar Teknik (TDT); 3) Pengukuran dan Pemetaan Pilar Batas, tetapi tidak termasuk pembuatan dan pemasangan Pilar Batasnya;
8 4) Pengukuran dan Pemetaan Detil Situasi Utama, bidangbidang tanah, fasilitas umum di sepanjang koridor batas kawasan atau batas wilayah administrasi; 5) Pengukuran dan Pemetaan titik-titik geodesi dan titik-titik dari instansi lain seperti dari PBB, TNI AU dan Kementerian atau Dinas Pekerjaan Umum. Produk yang diberikan dari kegiatan Pengukuran dan Pemetaan Batas Kawasan atau Batas Wilayah adalah sebagai berikut : 1) Data Spasial dan Atribut Titik Dasar Teknik serta Atribut Pilar Batas di sepanjang koridor batas kawasan atau batas wilayah administrasi; 2) Peta Batas Kawasan atau Peta Batas Wilayah Administrasi; 3) Peta Indeks Batas Wilayah di sepanjang Batas Wilayah Administrasi. c. Pelayanan Pemetaan 1) Tarif Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1: Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Ekonomi Kawasan masing-masing sebesar Rp ,- (dua puluh lima ribu rupiah) per hektar untuk tahun berkenaan sesuai Lampiran I, huruf C, angka 1, dengan output berupa Peta Zona Nilai Tanah skala 1: dan atau Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1:10.000, dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy). 2) Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1: Tarif Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Ekonomi Kawasan masing-masing sebesar Rp.5.000,- (lima ribu rupiah) per hektar sesuai Lampiran I, huruf C, angka 2, dengan output berupa Peta Zona Nilai Tanah skala 1: dan atau Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1:25.000, dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy). 3) Pemetaan Tematik Bidang skala 1:2.500 Tarif Pelayanan Pemetaan Tematik Bidang dalam rangka Pemberian Hak Atas Tanah, Pengadaan Tanah, dan Keperluan lain sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per bidang sesuai Lampiran I, huruf C, angka 3, dengan output berupa Peta Tematik Bidang Tanah skala 1: ) Pemetaan Tematik Bidang Tanah untuk Pemecahan Sertipikat skala 1:1.000 Tarif Pelayanan Pemetaan Tematik Bidang Tanah untuk Pemecahan Sertipikat sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per bidang hasil Pemecahan sesuai Lampiran I, huruf C, angka 4, dengan output berupa Peta Tematik Bidang Tanah skala 1:1.000.
9 5) Pemetaan Tematik Kawasan skala 1: Tarif Pelayanan Pemetaan Tematik Kawasan sebesar Rp ,- (empat puluh ribu rupiah) per hektar sesuai Lampiran I, huruf C, angka 5, dengan output berupa Peta Tematik Kawasan skala 1: dengan ketentuan luas tanah minimum 50 (lima puluh) hektar. 6) Pemetaan Tematik Kawasan skala 1: Tarif Pelayanan Pemetaan Tematik Kawasan sebesar Rp ,- (dua puluh ribu rupiah) per hektar sesuai Lampiran I, huruf C, angka 6, dengan output berupa Peta Tematik Kawasan skala 1: dengan ketentuan luas tanah minimum 50 (lima puluh) hektar. d. Pelayanan Pembuatan Peta Dasar Peta Dasar yang akan dibuat harus berada dilokasi yang telah ada data citra resolusi tinggi minimal seperti quickbird, Global Base Map (GBM) atau citra yang lebih tinggi resolusinya. 1) Pembuatan Peta Foto skala 1:1.000, minimal (seribu) hektar Tarif Pelayanan Pembuatan Peta Dasar dari Foto Udara skala 1:1.000 sebesar Rp ,- (dua ratus ribu rupiah) per hektar dengan luas areal minimal (seribu) hektar, sesuai Lampiran I, huruf D, angka 1, dengan output berupa Peta Dasar skala 1:1.000 dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy). 2) Penambahan Pembuatan Peta Foto skala 1:1.000 seluas 500 (lima ratus) hektar dan kelipatannya Tarif Pelayanan Penambahan Pembuatan Peta Dasar dar Foto Udara skala 1:1.000 seluas 500 (lima ratus) hektar dan kelipatannya sebesar Rp ,- (seratus lima puluh ribu rupiah) per hektar, sesuai Lampiran I, huruf D, angka 2, dengan output sama seperti point 1). 3) Pembuatan Peta Citra skala 1:2.500 minimal (sepuluh ribu) hektar Tarif Pelayanan Pembuatan Peta Dasar dari Citra Satelit skala 1:2.500 sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per hektar dengan luas areal minimal (sepuluh ribu) hektar, sesuai Lampiran I, huruf D, angka 3, dengan output berupa Peta Dasar skala 1:2.500 dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy). 4) Pembuatan Peta Garis skala 1:1.000 minimal 100 (seratus) hektar Tarif Pelayanan Pembuatan Peta Garis skala 1:1.000 sebesar Rp ,- (seratus dua puluh ribu rupiah) per hektar dengan luas areal minimal 100 (seratus) hektar, sesuai Lampiran I, huruf D, angka 4, dengan output berupa Peta Garis skala 1:1.000 dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy).
10 5) Pembuatan Peta Garis skala 1:2.500 minimal 100 (seratus) hektar Tarif Pelayanan Pembuatan Peta Garis skala 1:2.500 sebesar Rp ,- (seratus ribu rupiah) per hektar dengan luas areal minimal 100 (seratus) hektar, sesuai Lampiran I, huruf D, angka 5, dengan output berupa Peta Garis skala 1:2.500 dalam bentuk data digital (softcopy) dan cetakan (hardcopy). Hak Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Peta-peta yang dihasilkan dalam rangka Pelayanan Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan, serta Pembuatan Peta Dasar ada pada Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Apabila Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan dilakukan sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 yakni melalui Kerjasama dengan Pihak Lain, maka Hak Pemilikan, Penggunaan dan Pemanfaatan Peta-peta yang dihasilkan ada pada BPN RI dan Pihak Lain dimaksud. Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1: dilaksanakan untuk Wilayah Kota, sedangkan Pelayanan Pemetaan Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala 1: dilaksanakan untuk Wilayah Kabupaten. Untuk Pelayanan Pembuatan Peta Zona Nilai Tanah dan Peta Zona Nilai Ekonomi Kawasan skala yang lebih besar dilakukan melalui Kerjasama sesuai dengan Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah Dalam Rangka Penetapan Batas a. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Bidang Tanah dalam rangka Penetapan Batas (T.u) adalah : 1) Untuk luas tanah sampai dengan 10 (sepuluh) hektar menggunakan rumus sesuai pasal 4 ayat (1) huruf a Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010; 2) Untuk luas tanah lebih dari 10 (sepuluh) hektar sampai dengan (seribu) hektar menggunakan rumus sesuai pasal 4 ayat (1) huruf b Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010; 3) Untuk luas tanah lebih dari (seribu) hektar menggunakan rumus sesuai pasal 4 ayat (1) huruf c Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a, b, dan c Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Output kegiatan pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah berupa Peta Bidang Tanah atau Surat Ukur yang disahkan oleh Kepala Sub Direktorat Batas Bidang Tanah untuk Satuan Kerja Kantor Pusat BPN; atau Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Wilayah BPN Provinsi; atau Kepala Seksi
11 Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. b. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Secara Massal Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah Secara Massal (T.um) adalah sebesar 75 % (tujuh puluh lima persen) dari tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.um = 75 % x T.u. Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Output kegiatan pelayanan pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah secara massal berupa Peta Bidang Tanah atau Surat Ukur yang disahkan oleh Kepala Sub Direktorat Batas Bidang Tanah untuk Satuan Kerja Kantor Pusat BPN; atau Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Wilayah BPN Provinsi; atau Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. c. Pelayanan Pengembalian Batas Tarif Pelayanan Pengembalian Batas (T.pb) adalah sebesar 150 % (seratus lima puluh persen) dari tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.pb = 150 % x T.u Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Output kegiatan pelayanan pengembalian batas berupa Gambar Ukur dan atau Peta Bidang Tanah yang disahkan oleh Kepala Sub Direktorat Batas Bidang Tanah untuk Satuan Kerja Kantor Pusat BPN; atau Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Wilayah BPN Provinsi; atau Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. d. Pelayanan Legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi Tarif Pelayanan Legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi (T.sl) adalah sebesar 30 % (tiga puluh persen) dari tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.sl = 30 % x T.u. Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 4 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun ) Output dari pelayanan legalisasi Gambar Ukur Surveyor Berlisensi adalah verifikasi dan Graphical Index Mapping (GIM) Gambar Ukur bidang tanah yang diukur oleh Surveyor Berlisensi. 2) Pengesahan atau legalisasi Gambar Ukur dilakukan oleh Kepala Seksi Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, atau Kepala Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan untuk Satuan Kerja Kantor Wilayah BPN Provinsi, atau Kepala Sub
12 Direktorat Batas Bidang Tanah untuk Satuan Kerja Kantor Pusat BPN. 3) Dalam hal permohonan pekerjaan pengukuran langsung diterima oleh Surveyor Berlisensi, proses pemetaan dilaksanakan oleh Satuan Kerja dengan biaya dari T.sl di atas. Sedangkan dalam hal permohonan pekerjaan diterima oleh Satuan Kerja maka penunjukan dan penugasan Surveyor Berlisensi mengacu pada Peraturan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah yang berlaku, legalisasi Gambar Ukur dan pemetaannya dilakukan oleh Satuan Kerja. 3. Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah, atau Ruang Perairan Tarif Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah, dan Ruang Perairan adalah sebesar 300 % (tiga ratus persen) dari tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau Tarif = 300 % x T.u. a. Output Pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah atau Ruang Perairan adalah Gambar Ukur Obyek Ruang Atas Tanah, Gambar Ukur Obyek Ruang Bawah Tanah atau Gambar Ukur Obyek Ruang Perairan yang nantinya akan dikutip sebagai Surat Ukur Obyek Ruang Atas Tanah, Surat Ukur Obyek Ruang Bawah Tanah, atau Surat Ukur Obyek Ruang Perairan. b. Tata cara pelaksanaan pengukuran, pemetaan, pengolahan dan penyajian output pelayanan akan ditetapkan dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia tersendiri. B. PELAYANAN PEMERIKSAAN TANAH 1. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A a. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A (T.pa) menggunakan rumus sesuai Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A untuk Pemeriksaan Tanah Secara Massal Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A untuk Pemeriksaan Tanah Secara Massal (T.pam) menggunakan rumus sesuai Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 7 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
13 2. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia B (T.pb) menggunakan rumus sesuai Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 8 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah a. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah (T.pp) menggunakan rumus sesuai Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 9 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun b. Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah untuk Pemeriksaan Tanah Secara Massal Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Tim Peneliti Tanah untuk Pemeriksaan Tanah Secara Massal (T.pm) menggunakan rumus sesuai Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 9 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Petugas Konstatasi (T.pk) adalah sebesar 50 % (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan Pemeriksaan Tanah oleh Panitia A sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.pk = 50 % x T.pa. Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun C. PELAYANAN KONSOLIDASI TANAH SECARA SWADAYA Dalam Penjelasan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 tertera sebagai berikut : T.ph adalah Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali dan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. Seharusnya sebagai berikut : T.ph adalah Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali atau Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah ini. Artinya bukan penjumlahan tarif pelayanan. Jika tanah peserta konsolidasi tanah secara swadaya belum terdaftar, maka ditarik Tarif Pelayanan Pendaftaran Tanah untuk Pertama Kali. Jika sudah terdaftar/sudah bersertipikat, maka dikenakan Tarif Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah.
14 1. Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Pertanian Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Pertanian (T.kts) menggunakan rumus sesuai Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Nonpertanian. Tarif Pelayanan Konsolidasi Tanah Secara Swadaya Nonpertanian (T.kts) menggunakan rumus sesuai Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 12 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun D. PELAYANAN PERTIMBANGAN TEKNIS PERTANAHAN 1. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi (PTP-IL) Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi (T.ptil) menggunakan rumus sesuai Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Ketentuan penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi : - Batasan luas penerbitan PTP-IL untuk kegiatan Non Pertanian minimum 1 (satu) hektar dan untuk kegiatan Pertanian minimum 25 (dua puluh lima) hektar; - Penerbitan PTP-IL yang lokasi tanahnya masih dalam satu wilayah Kabupaten/Kota dilaksanakan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat; - Penerbitan PTP-IL yang lokasi tanahnya berada pada lintas Kabupaten/Kota dalam satu Provinsi dilaksanakan oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi setempat; - Penerbitan PTP-IL yang lokasi tanahnya berada pada lintas Provinsi dilaksanakan oleh Kantor Pusat BPN RI. 2. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan Lokasi (PTP-PL) Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan Lokasi (T.ptpl) adalah sebesar 50 % (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Lokasi sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 atau T.ptpl = 50 % x T.ptil. Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 14 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Penerbitan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan Lokasi (PTP-PL) berdasarkan : - Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka pelaksanaan Penetapan Lokasi masih diperlukan apabila proses pengadaan tanahnya menggunakan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun
15 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2006 tentang Perubahan Peraturan Presiden Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum. - Apabila dalam pengadaan tanah telah menggunakan Undang- Undang No 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah, Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan Lokasi akan diatur lebih lanjut. 3. Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah (PTP-IPPT) Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah (T.ptip) menggunakan rumus sesuai Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Yang dimaksud dengan Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan Dalam Rangka Izin Perubahan Penggunaan Tanah (PTP-IPPT) dapat berupa Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Perijinan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, seperti Ijin Peruntukan Penggunaan Tanah, Ijin Penunjukan Penggunaan Tanah, ijin Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah, dan Nomenklatur sejenis lainnya yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/Kota atau Peraturan Bupati/Walikota atau Peraturan Daerah Provinsi atau Peraturan Gubernur. E. PELAYANAN PENDAFTARAN TANAH 1. Pelayanan Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali a. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu, sesuai Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 dihitung berdasarkan rumus : T = ( 2 %o x Nilai Tanah) + Rp ,-. Seluruh besaran tarif di atas merupakan Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu, dan tidak dikenakan lagi biaya Pendaftaran yang ada dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Penghitungan besarnya tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu dihitung pada saat pendaftaran, dengan
16 menggunakan nilai tanah pada Peta Zona Nilai Tanah yang sudah disahkan sesuai dengan Ketentuan Umum Nomor 14 Point 1) dan 2). b. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu, sesuai Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 dihitung berdasarkan rumus : T = ( 2 %o x Nilai Tanah) + Rp ,-. Seluruh besaran tarif di atas merupakan Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu, dan tidak dikenakan lagi biaya Pendaftaran yang ada dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sama dengan dalam Penjelasan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Penghitungan besarnya tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGU, HGB, atau HP Berjangka Waktu dihitung saat pendaftaran, dengan menggunakan nilai tanah pada Peta Zona Nilai Tanah yang sudah disahkan sesuai dengan Ketentuan Umum Nomor 14 Point 1) dan 2). c. Pelayanan Pendaftaran Penegasan Konversi atau Pengakuan Hak Tarif Pelayanan Pendaftaran Penegasan Konversi atau Pengakuan Hak sesuai Lampiran II, huruf A, angka 1, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. d. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah untuk : 1) Perorangan Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah untuk Perseorangan sesuai Lampiran II, huruf A, angka 2.a, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. 2) Badan Hukum Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pemberian Hak Atas Tanah untuk Badan Hukum sesuai Lampiran II, huruf A, angka 2.b, sebesar Rp ,- (seratus ribu rupiah) per bidang. e. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGB dan HP di Atas Hak Pengelolaan Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Perpanjangan Hak Atas Tanah untuk HGB dan HP di Atas Hak Pengelolaan sesuai Lampiran II, huruf A, angka 3, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. f. Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGB dan HP di Atas Hak Pengelolaan
17 Tarif Pelayanan Pendaftaran Keputusan Pembaruan Hak Atas Tanah untuk HGB dan HP di Atas Hak Pengelolaan sesuai Lampiran II, huruf A, angka 4, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. g. Pelayanan Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun untuk : 1) Bersubsidi (berdasarkan penetapan Kementerian Negara Perumahan Rakyat) Tarif Pelayanan Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Bersubsidi sesuai Lampiran II, huruf A, angka 5.a, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per unit. 2) Non Subsidi Tarif Pelayanan Pendaftaran Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun Nonsubsidi sesuai Lampiran II, huruf A, angka 5.b, sebesar Rp ,- (seratus ribu rupiah) per unit. h. Pelayanan Pendaftaran Hak Guna Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah, dan Ruang Perairan Tarif Pelayanan Pendaftaran Hak Guna Ruang Atas Tanah, Ruang Bawah Tanah, dan Ruang Perairan sesuai Lampiran II, huruf A, angka 6, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. i. Pelayanan Pendaftaran Perubahan Hak untuk : 1) Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai menjadi Hak Milik. 2) Hak Pakai menjadi Hak Guna Bangunan. 3) Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai. 4) Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak Pakai. Tarif sesuai Lampiran II, huruf A, angka 7 sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. 2. Pelayanan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah a. Pelayanan Pendaftaran Pemindahan Peralihan Hak Atas Tanah untuk Perorangan dan Badan Hukum. Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemindahan Peralihan Hak Atas Tanah untuk Perorangan dan Badan Hukum, sesuai Pasal 16 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 dihitung berdasarkan rumus : T = ( 1 %o x Nilai Tanah) + Rp ,-. Penerapan tarif ini adalah terhadap Perorangan dan Badan Hukum yang memperoleh Hak Atas Tanah, yang sebelumnya tanah dimaksud bukan haknya. Seluruh besaran tarif di atas merupakan Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemindahan Peralihan Hak Atas Tanah untuk Perorangan dan Badan Hukum, dan tidak dikenakan lagi biaya Pendaftaran yang ada dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh cara menghitung sudah cukup jelas dalam Penjelasan Pasal 16 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Penghitungan besarnya tarif Pelayanan Pendaftaran Pemindahan Peralihan Hak Atas Tanah untuk Perorangan dan
18 Badan Hukum dihitung saat pendaftaran, dengan menggunakan nilai tanah pada Peta Zona Nilai Tanah yang sudah disahkan sesuai dengan Ketentuan Umum Nomor 14 Point 1) dan 2). b. Pelayanan Pendaftaran Pemindahan/Peralihan Hak Atas Tanah untuk Instansi Pemerintah dan Badan Hukum Keagamaan dan Sosial yang Penggunaan Tanahnya untuk Peribadatan, Panti Asuhan, dan Panti Jompo Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemindahan/Peralihan Hak Atas Tanah untuk Instansi Pemerintah dan Badan Hukum Keagamaan dan Sosial yang Penggunaan Tanahnya untuk Peribadatan, Panti Asuhan, dan Panti Jompo sesuai Lampiran II, huruf B, angka 1, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. c. Pelayanan Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Tarif Pelayanan Pengangkatan Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai Lampiran II, huruf B, angka 2, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per orang. d. Pelayanan Pemindahan Pejabat Pembuat Akta Tanah Tarif Pelayanan Pemindahan Pejabat Pembuat Akta Tanah sesuai Lampiran II, huruf B, angka 3, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per orang. e. Pelayanan Pendaftaran Pemberian Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Hak Milik Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemberian Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai di atas Hak Milik sesuai Lampiran II, huruf B, angka 4, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. f. Pelayanan Pendaftaran Hak Tanggungan {Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT)} dengan Nilai Hak Tanggungan sesuai Lampiran II, huruf B, angka 5 : 1) Sampai dengan Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah), tarif Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang; 2) Di atas Rp ,- (dua ratus lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp ,- (satu milyar rupiah), tarif Rp ,- (dua ratus ribu rupiah) per bidang; 3) Di atas Rp ,- (satu milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (sepuluh milyar rupiah), tarif Rp ,- (dua juta lima ratus ribu rupiah) per bidang; 4) Di atas Rp ,- (sepuluh milyar rupiah) sampai dengan Rp ,- (satu trilyun rupiah), tarif Rp ,- (dua puluh lima juta rupiah) per bidang; 5) Di atas Rp ,- (satu trilyun rupiah), tarif Rp ,- (lima puluh juta rupiah) per bidang. - Apabila Nilai Hak Tanggungan untuk lebih dari satu sertipikat dan nilainya tidak diurai untuk setiap sertipikat, maka pengenaan tarif sesuai Nilai Hak Tanggungan untuk setiap bidang/sertipikat;
19 Contoh : APHT dengan Nilai Hak Tanggungan sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah) untuk 3 (tiga) sertipikat tanpa uraian Nilai Hak Tanggungan dalam setiap sertipikat, maka tarif sebagai berikut : Sertipikat I dikenakan tarif sebesar Rp ,-; Sertipikat II.. dikenakan tarif sebesar Rp ,-; Sertipikat III. dikenakan tarif sebesar Rp ,-; Total... dikenakan tarif sebesar Rp ,-. - Apabila Nilai Hak Tanggungan untuk lebih dari satu sertipikat dan nilainya diurai untuk setiap sertipikat, maka pengenaan tarif sesuai Nilai Hak Tanggungan masingmasing sertipikat; Contoh : APHT dengan Nilai Hak Tanggungan sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah) untuk 3 (tiga) sertipikat dengan uraian sebagai berikut : Sertipikat I dengan nilai hak tanggungan sebesar Rp ,- (seratus juta rupiah), maka tarifnya sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah); Sertipikat II dengan nilai hak tanggungan sebesar Rp ,- (seratus dua puluh lima juta rupiah), maka tarifnya sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah); Sertipikat III dengan nilai hak tanggungan sebesar Rp ,- (dua ratus tujuh puluh lima juta rupiah), maka tarifnya sebesar Rp ,- (dua ratus ribu rupiah); Dari ketiga sertipikat tersebut (I, II, dan III) dengan total nilai hak tanggungan sebesar Rp ,- (lima ratus juta rupiah), tarifnya sebesar Rp ,-(tiga ratus ribu rupiah). - Tarif Pendaftarn Hak Tanggungan tersebut untuk biaya penerbitan sertipikat Hak Tanggungan dan biaya pencatatan pada sertipikat yang dijadikan agunan, untuk itu pencatatan pada sertipikat tidak diperlukan biaya lagi. g. Pelayanan Pendaftaran Peralihan Hak Tanggungan (Cessie, Subrogasi, Merger) Tarif sesuai Lampiran II, huruf B, angka 6 sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. h. Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak Atas Tanah dan Hak Milik Satuan Rumah Susun karena Pelepasan Hak Tarif Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak Atas Tanah dan Hak Milik Satuan Rumah Susun karena Pelepasan Hak sesuai Lampiran II, huruf B, angka 7, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang.
20 i. Pelayanan Pendaftaran Pembagian Hak Bersama (Tanpa ada pemecahan/pemisahan maupun memerlukan pemecahan/ pemisahan) Tarif Pelayanan Pendaftaran Pembagian Hak Bersama (Tanpa ada pemecahan/pemisahan maupun memerlukan pemecahan/pemisahan) sesuai Lampiran II, huruf B, angka 8, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. Penerapan tarif ini terhadap pemegang Hak Atas Tanah secara bersama, yang dibagi kepada nama-nama yang tertera dalam sertipikat hak atas tanah secara bersama dimaksud. j. Pelayanan Pendaftaran Perubahan Data Berdasarkan Putusan Pengadilan atau Penetapan Pengadilan Tarif Pelayanan Pendaftaran Perubahan Data Berdasarkan Putusan Pengadilan atau Penetapan Pengadilan sesuai Lampiran II, huruf B, angka 9, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. k. Pelayanan Pendaftaran Pemisahan, Pemecahan, dan Penggabungan Tarif Pelayanan Pendaftaran Pemisahan, Pemecahan, dan Penggabungan sesuai Lampiran II, huruf B, angka 10, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. l. Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak Tanggungan/Roya (Termasuk Roya Parsial yang memerlukan pemisahan atau tidak) Tarif Pelayanan Pendaftaran Hapusnya Hak Tanggungan/Roya (Termasuk Roya Parsial yang memerlukan pemisahan atau tidak) sesuai Lampiran II, huruf B, angka 11, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. m. Pelayanan Pendaftaran Perubahan Nama Tarif Pelayanan Pendaftaran Perubahan Nama sesuai Lampiran II, huruf B, angka 12, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. n. Pelayanan Penggantian Blanko Sertipikat (karena Hilang/Rusak atau Penggantian Blanko Sertipikat Model Lama ke Model Baru) Tarif Pelayanan Penggantian Blanko Sertipikat (karena Hilang/Rusak atau Penggantian Blanko Sertipikat Model Lama ke Model Baru) sesuai Lampiran II, huruf B, angka 13, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. o. Pelayanan Pencatatan Pemblokiran Tarif Pelayanan Pencatatan Pemblokiran sesuai Lampiran II, huruf B, angka 14, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. p. Pelayanan Pencatatan Lain Sesuai Ketentuan Yang Berlaku Tarif Pelayanan Pencatatan Lain Sesuai Ketentuan Yang Berlaku sesuai Lampiran II, huruf B, angka 15, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. Pencatatan lain adalah suatu perbuatan hukum yang berakibat terjadinya pencatatan pada data pemeliharaan data pendaftaran
21 tanah yang tidak ditentukan secara teknis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun Contoh : Terjadinya pemekaran wilayah. F. PELAYANAN INFORMASI PERTANAHAN 1. Pelayanan Informasi Titik Koordinat Tarif Pelayanan Informasi Titik Koordinat sesuai Lampiran III, huruf A, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per titik. Output Layanan Informasi Titik Dasar Teknik berupa : 1) Salinan atau Copy Koordinat Titik Dasar Teknik; 2) Salinan atau Copy Sketsa Lokasi Titik Dasar Teknik; 3) Salinan atau Copy Deskripsi Tugu; 2. Pelayanan Data Global Navigation Satellite System (GNSS)/Continuously Operating Reference Stations (CORS) berupa : a. Paket Data Harian Tarif Pelayanan Data GNSS/CORS berupa Paket Data Harian sesuai Lampiran III, huruf B, angka 1, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per pengguna/hari. b. Paket Data Bulanan Tarif Pelayanan Data GNSS/CORS berupa Paket Data Bulanan sesuai Lampiran III, huruf B, angka 2, sebesar Rp ,- (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) per pengguna/bulan. c. Paket Data Tahunan Tarif Pelayanan Data GNSS/CORS berupa Paket Data Tahunan sesuai Lampiran III, huruf B, angka 3, sebesar Rp ,- (tiga belas juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) per pengguna/tahun. Output Layanan Informasi berupa Salinan atau Print out untuk : a. Raw Data dalam format RINEX yang digunakan untuk Post Processing dan Data Real Time Kinematic (RTK); b. Data sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat diperoleh untuk periode harian, bulanan atau tahunan; c. Data sebagaimana dimaksud pada huruf a dapat diperoleh secara manual dengan mengajukan permohonan ke Kantor- Kantor Pertanahan yang dipasang Base Station atau ke BPN-RI. Data tersebut juga akan dapat diakses dengan menggunakan aplikasi internet berbasis WEB yang saat ini sedang dalam pembangunan. 3. Pelayanan Peta Pertanahan dalam Format Multimedia dan Format Raster lainnya berupa : a. Peta sampai dengan Skala 1:5.000, minimal 25 (dua puluh lima) hektar Tarif sesuai Lampiran III, huruf C, angka 1, sebesar Rp.4.000,- (empat ribu rupiah) per hektar/tema.
22 b. Peta dari Skala 1: sampai dengan 1:50.000, minimal (empat ribu) hektar. Tarif sesuai Lampiran III, huruf C, angka 2, sebesar Rp.100,- (seratus rupiah) per hektar/tema. 4. Pelayanan Informasi Nilai Tanah atau Kawasan berupa : a. Pelayanan Nilai Tanah atau Nilai Aset Properti Tarif sesuai Lampiran III, huruf D, angka 1, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per bidang. Output berupa Surat Keterangan Informasi Nilai Tanah atau Nilai Aset Properti. (Contoh format di lampiran SPT 10). b. Pelayanan Zonasi Tanah, minimum 50 (lima puluh) hektar Tarif sesuai Lampiran III, huruf D, angka 2, sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah) per hektar. Output berupa Kutipan Peta Zona Nilai Tanah. (Contoh format di lampiran SPT 11). c. Pelayanan Nilai Ekonomi Kawasan, minimum 50 (lima puluh) hektar Tarif sesuai Lampiran III, huruf D, angka 3, sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah) per hektar. Output berupa Kutipan Peta Nilai Ekonomi Kawasan. (Contoh format di lampiran SPT 12). d. Pelayanan Nilai Aset Kawasan, minimum 50 (lima puluh) hektar Tarif sesuai Lampiran III, huruf D, angka 4, sebesar Rp.1.000,- (seribu rupiah) per hektar. Output berupa Kutipan Peta Nilai Aset Kawasan (ZPEW). 5. Pelayanan Peta Analisis Penatagunaan Tanah (Analisis Penggunaan Tanah, Ketersediaan Tanah, dan Peta-peta lainnya) berupa : a. Kertas Hitam Putih 1) Format A4 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.a, sebesar Rp ,- (dua puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah. 2) Format A3 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.b, sebesar Rp ,- (empat puluh ribu rupiah) per lembar/wilayah. 3) Format A2 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.c, sebesar Rp ,- (lima puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah. 4) Format A1 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.d, sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah.
23 5) Format A0 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 1.e, sebesar Rp ,- (seratus ribu rupiah) per lembar/wilayah. b. Kertas Berwarna 1) Format A4 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.a, sebesar Rp ,- (tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah. 2) Format A3 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.b, sebesar Rp ,- (sembilan puluh ribu rupiah) per lembar/wilayah. 3) Format A2 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.c, sebesar Rp ,- (seratus sepuluh ribu rupiah) per lembar/wilayah. 4) Format A1 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.d, sebesar Rp ,- (seratus tiga puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah. 5) Format A0 Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 2.e, sebesar Rp ,- (seratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per lembar/wilayah. c. Digital dalam format multimedia 1) Skala sama dengan atau lebih besar dari 1 : Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 3.a, sebesar Rp ,- (tiga ratus lima puluh ribu rupiah) per tema/wilayah. 2) Skala lebih kecil dari 1 : sampai dengan 1 : Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 3.b, sebesar Rp ,- (tiga ratus ribu rupiah) per tema/wilayah. 3) Skala lebih kecil dari 1 : sampai dengan 1 : Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 3.c, sebesar Rp ,- (dua ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) per tema/wilayah. 4) Skala lebih kecil dari 1 : Tarif sesuai Lampiran III, huruf E, angka 3.d, sebesar Rp ,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) per tema/wilayah. 6. Pelayanan Informasi Data Tekstual/Grafikal berupa : a. Pengecekan Sertipikat Tarif Pelayanan Pengecekan Sertipikat sesuai Lampiran III, huruf F, angka 1, sebesar Rp ,- (lima puluh ribu rupiah) per sertipikat.
Lampiran : Surat Edaran tentang Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
1 2 3 4 Lampiran : Surat Edaran tentang Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010. Nomor : 1/SE-100/I/2013 Tanggal : 3 Januari 2013 I. KETENTUAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TANGGAL 22 JANUARI 2010 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL I. PELAYANAN
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TANGGAL 22 JANUARI 2010 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL I. PELAYANAN
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TANGGAL 22 JANUARI 2010 JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL I. PELAYANAN
Lebih terperinciJENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 128 TAHUN 2015 TENTANG : JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128 TAHUN 2015 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/BADAN PERTANAHAN NASIONAL
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinci- 2 - Pasal 3 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL I. UMUM Sehubungan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Penerimaan Negara Bukan Pajak Ada tiga jenis sumber pendapatan negara dalam APBN, yaitu: penerimaan pajak, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah. Pada umumnya,
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
REPUBLIK PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENGENAAN TARIF PNBP TERHADAP PIHAK TERTENTU DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3694) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 1998 ten
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1180, 2016 KEMEN-ATR/BPN. PNBP. Pengenaan. Persyaratan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PERSYARATAN DAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Daftar Kelompok, Jenis Pelayanan Pertanahan & Bagan Alir SPOP 1. Pelayanan Pendaftaran Tanah Pertama Kali, terdiri dari : a. Konversi, Pengakuan
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG TATA CARA PEROLEHAN TANAH BAGI PERUSAHAAN DALAM RANGKA PENANAMAN MODAL MENTERI NEGARA AGRARIA/KEPALA BADAN
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciNomor : Kepada Yth. : Lampiran : Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perihal : Pengenaan Tarif Pelayanan BPN Propinsi Pengukuran dan Pemetaan, di -
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL Jakarta, 31 Juli 2003 Nomor : 600-1900 Kepada Yth. : Lampiran : Sdr. Kepala Kantor Wilayah Perihal : Pengenaan Tarif Pelayanan BPN Propinsi Pengukuran dan Pemetaan, di
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN SECARA ELEKTRONIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN PEMBERIAN HAK ATAS TANAH DAN KEGIATAN PENDAFTARAN TANAH TERTENTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN
Lebih terperinci13 huruf b adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis
(2) Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis Pertanahan dalam rangka Penetapan Lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b adalah sebesar 50% (lima puluh persen) dari Tarif Pelayanan Pertimbangan Teknis
Lebih terperinci2017, No Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan
No.750, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. lzin Usaha. Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.51/Menhut-II/2014. TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 46 TAHUN 2002 (46/2002)
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 46 TAHUN 2002 (46/2002) TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1242, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Kawasan Hutan. Pengukuhan. Standar. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 44/Menhut-II/2012 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.
No.377, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.52/Menhut-II/2008 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciAnalisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan
Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah.
No.235, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG
Hasil Pemba hasan d PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 14/Menhut-II/2013 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.18/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN PINJAM
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009
PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 31/M-DAG/PER/7/2009 TENTANG TARIF PENERBITAN SURAT KETERANGAN ASAL (CERTIFICATE OF ORIGIN) UNTUK BARANG EKSPOR INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 75 / HUK / 2006 TENTANG
PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 75 / HUK / 2006 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN SOSIAL RI Menimbang : MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci2016, No tanaman yang menghasilkan penerimaan negara bukan pajak royalti atas hak perlindungan varietas tanaman; d. bahwa berdasarkan pertimban
No.119, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. PNBP. Penggunaan Dana. Royalti. Varietas Tanaman. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PMK.02/2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG BELANJA BANTUAN KEUANGAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DI KABUPATEN KEBUMEN TAHUN ANGGARAN 2011 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 44 TAHUN 2005 TENTANG PENUNJUKAN KAWASAN HUTAN DI WILAYAH PROVINSI SUMATERA UTARA SELUAS ± 3.742.120 (TIGA JUTA TUJUH RATUS EMPAT PULUH DUA RIBU SERATUS DUA PULUH) HEKTAR
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PROGRAM NASIONAL AGRARIA MELALUI PENDAFTARAN TANAH SISTEMATIS DENGAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH. JALAN WASTUKANCANA NO. 2 Telp BANDUNG
PEMERINTAH KOTA BANDUNG SEKRETARIAT DAERAH JALAN WASTUKANCANA NO. 2 Telp. 432338 432339 432369 432370 BANDUNG SALINAN KEPUTUSAN WALI KOTA BANDUNG NOMOR : 978/Kep. 109-BPKA/2018 TENTANG PEMBERIAN BELANJA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2012 TENTANG BANTUAN KEPADA SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI BIDANG PENDIDIKAN
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1983/1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1983/1984 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat penuntasan
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPUTUSAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PEMBERIAN HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK RUMAH SANGAT SEDERHANA (RSS) DAN RUMAH SEDERHANA (RS) MENTERI NEGARA AGRARIA/,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah.
No.117, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Subsidi Beras. Masyarakat. Pendapatan Rendah. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99/PMK.02/2009 TENTANG SUBSIDI BERAS
Lebih terperinciKEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 36 TAHUN 2005
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 1579/7.1-100/IV/2013 Jakarta, 17 April 2013 Sifat : - Lampiran : 1 (satu) berkas Hal : Penyampaian Surat Edaran Nomor 5/SE/IV/2013 tentang Pendaftaran
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 83/PMK.05/2008 TENTANG PENGGUNAAN ANGGARAN YANG DANANYA BERSUMBER DARI SETORAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK ATAS BIAYA SELEKSI
Lebih terperinciGubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DI JAWA BARAT
+ GubernurJawaBarat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 19 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENATAAN BATAS KAWASAN HUTAN DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan.
No.44, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Izin. Usaha. Perpanjangan. Tatacara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor: P. 52/Menhut-II/2008 TENTANG TATA
Lebih terperinci2016, No provinsi/kabupaten/kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam hur
No.110, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Alokasi Dana. Kurang Bayar. Pajak Bumi dan Bangunan. Tahun Anggaran 2016. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.07/2016 TENTANG
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2017 KEMEN-ATR/BPN. Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematika Lengkap. Perubahan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU
MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : 6885/Kpts-II/2002 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN PERPANJANGAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU Menimbang : MENTERI KEHUTANAN,
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 T E N T A N G
- 1 - PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2016 T E N T A N G PEMBAGIAN DANA BAGI HASIL PENERIMAAN PAJAK PEMERINTAH PROVINSI UNTUK KABUPATEN/KOTA DALAM PROVINSI JAMBI TRIWULAN I TAHUN ANGGARAN 2016
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.912, 2011 KEMENTERIAN SOSIAL. PNBP. Pedoman Pengelolaan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 183 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PENERIMAAN NEGARA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P.19/Menhut-II/2007 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN DAN PERLUASAN AREAL KERJA USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU PADA HUTAN TANAMAN INDUSTRI DALAM HUTAN TANAMAN PADA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 562 KMK. 02/2004 TENTANG SUBSIDI BENIH PADI, KEDELAI, JAGUNG HIBRIDA DAN JAGUNG KOMPOSIT BERSERTIFIKAT HASIL
Lebih terperinci2011, No b. bahwa biaya pelayanan jasa hukum di bidang notariat, fidusia, dan kewarganegaraan sebagaimana dimaksuddalam huruf a berdasarkan Pera
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.335, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Penerimaan Negara Bukan Pajak. Pengelolaan. Kantor Wilayah. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: P.50/Menhut-II/2011 P. /Menhut II/2011 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor: P.50/Menhut-II/2011 P. /Menhut II/2011 TENTANG PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG BELANJA BANTUAN KEUANGAN UNTUK TAMBAHAN PENGHASILAN TETAP DAN TUNJANGAN BAGI KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN KEBUMEN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 1 TAHUN 20165 TENTANG PENATAUSAHAAN PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK PADA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS
Lebih terperinciKEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 414 /KPTS/013/2016 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK TAHUN ANGGARAN 2016
KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 414 /KPTS/013/2016 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK TAHUN ANGGARAN 2016 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa sesuai ketentuan
Lebih terperinci- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG
- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT PADA PERUSAHAAN DAERAH ANEKA USAHA PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.471, 2015 KEMENLH-K. Areal Kerja. Izin Usaha. Hasil Hutan Kayu. Hutan Alam. Restorasi Ekosistem. Tanaman Industri. Hutan Produksi. Pemberian. Tata Cara. Pencabutan.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 61/Menhut-II/2008 TENTANG KETENTUAN DAN TATA CARA PEMBERIAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU RESTORASI EKOSISTEM DALAM HUTAN ALAM PADA HUTAN PRODUKSI MELALUI
Lebih terperinciMENTERI NEGARA AGRARIA/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI NEGARA AGRARIA/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1993 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN PERPANJANGAN DAN PEMBAHARUAN HAK GUNA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA,
SALINAN WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN IZIN LOKASI WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan pasal 7 Peraturan
Lebih terperinciBADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH
BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG BIAYA PENDAFTARAN TANAH KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa Biaya Pendaftaran Tanah sebagaimana
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1871, 2015 KEMENPU-PR. Paten. Penggunaan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49/PRT/M/2015 TENTANG TATA CARA PENGGUNAAN PATEN
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1981 TENTANG BANTUAN PEMBANGUNAN SEKOLAH DASAR TAHUN 1981/1982 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempercepat penuntasan
Lebih terperincifile://\\ \web\prokum\uu\2004\uu htm
Page 1 of 7 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG PERHITUNGAN ANGGARAN NEGARA TAHUN ANGGARAN 2002 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran
No.647, 2015 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR. Izin Lokasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5TAHUN 2015 TENTANG IZIN LOKASI DENGAN
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGATURAN DAN TATA CARA PENETAPAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011
SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.07/2008 TENTANG DANA ALOKASI CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN,
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 60/PMK.07/2008 TENTANG DANA ALOKASI CUKAI HASIL TEMBAKAU TAHUN ANGGARAN 2008 MENTERI KEUANGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Undang-Undang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinci2 Pemberantasan Korupsi Tahun 2013, maka perlu pengaturan kembali mengenai Tata Cara Pemberian dan Peluasan Areal Kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil H
No.688, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Izin Usaha. Pemanfaatan. Hutan Kayu. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.31/Menhut-II/2014 TENTANG TATA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR P.34/MENHUT-II/2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 156 /PMK.07/2007 TENTANG PENETAPAN ALOKASI KURANG BAYAR DANA BAGI HASIL PAJAK TAHUN ANGGARAN 2005 DAN 2006 YANG DIALOKASIKAN DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA
Lebih terperinciWALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU
SALINAN WALIKOTA BATU KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: 180/32/KEP/422.012/2014 TENTANG PEMBERIAN TAMBAHAN PENGHASILAN BERDASARKAN BEBAN KERJA BAGI AJUDAN, SEKRETARIS PRIBADI, STAF RUMAH DINAS, PENGEMUDI
Lebih terperinciMENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN,
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 64 TAHUN 2014 TENTANG JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGENDALIAN LALU LINTAS DAN RETRIBUSI PERPANJANGAN IZIN MEMPEKERJAKAN TENAGA KERJA ASING DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 20 /PER/M.KOMINFO/10/2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN TARIF ATAS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DARI BIAYA IZIN PENYELENGGARAAN JASA TITIPAN DENGAN
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 115 /PMK.07/2013 TENTANG TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK ROKOK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan.
No.1042, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-ATR/BPN. Kantor Layanan Pertanahan Bersama. Pembentukan. PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN IZIN USAHA PEMANFAATAN HASIL HUTAN KAYU DALAM HUTAN TANAMAN RAKYAT DALAM HUTAN TANAMAN MENTERI KEHUTANAN MENIMBANG
Lebih terperinci2011, No tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Pe
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.908, 2011 KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemberian Premi. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.04/2011 TENTANG PEMBERIAN PREMI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinci